BAB I PENDAHULUAN. (Indah, 2011:2). Anak mengalami sebuah proses belajar secara bertahap untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (Indah, 2011:2). Anak mengalami sebuah proses belajar secara bertahap untuk"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bahasa merupakan salah satu mata rantai pertumbuhan anak (Indah, 2011:2). Anak mengalami sebuah proses belajar secara bertahap untuk mencapai sebuah keutuhan berbahasa. Ross dan Roe (via Zuchdi dan Budiasih, 1997:6) membagi fase perkembangan bahasa menjadi tiga tahap. Tahap pertama merupakan fase fonologis, yaitu fase ketika anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa, dimulai dengan berceloteh hingga menyebutkan kata-kata sederhana. Fase ini dimungkinkan terjadi pada anak yang baru lahir hingga berumur dua tahun. Pada umur 2 7 tahun, anak akan mengalami fase sintaksis. Pada fase kedua ini, anak menunjukkan kesadaran gramatis sehingga ia menunjukkan usaha berbicara menggunakan kalimat. Tahap terakhir adalah fase semantik. Di usia 7 11 tahun, anak mulai dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata. Piaget (via Resmini, 2011:6 7) menyatakan anak usia 7 11 tahun sudah mampu melihat struktur sebuah buku, misalnya kisah dalam kisah, alur sorot balik, dan mampu mengidentifikasi berbagai sudut pandang cerita. Sejalan dengan hal tersebut, Faisal (Tanpa Tahun:26) mengungkapkan bahwa anak usia 8 tahun mampu membuat alur cerita yang jelas. Pada umur tersebut mereka dapat mengemukakan pelaku yang mengatasi masalah dalam cerita. Anak-anak mulai dapat menarik perhatian pendengar atau pembaca atas cerita yang mereka buat. 1

2 2 Menurut Kusmarwanti (2011:6), cerita dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak melalui perbendaharaan kosakata yang sering didengarnya. Cerita anak yang tersebar di masyarakat antara lain berupa fabel, dongeng, legenda, dan beberapa cerita khusus yang sengaja ditulis untuk anak-anak. Sebelum tahun 1985, persebaran cerita anak masih menggunakan tradisi lisan. Para orang tua memberikan sebuah cerita secara langsung kepada anak-anak mereka, hingga muncul seorang pendongeng yang menyebarkan cerita melalui tulisan. Beberapa buku cerita anak terbit dari Enid Blyton, Tony Wolf, dan Astrid Lindgren yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama. Sejak saat itu, dongeng tidak lagi diterima anak-anak secara lisan, tetapi melalui tulisan (Sugihastuti, 1996:5). Kemampuan anak dalam bercerita, seperti yang disampaikan oleh Faisal dalam uraian sebelumnya, ternyata bukan bualan semata. Saat ini, cerita anak yang tertuang dalam bentuk tulisan itu tidak hanya dibuat oleh orang dewasa. Suara Hati Dewa, Nasi untuk Kakek, Forever Friends, Three Girls, Little Ballerina, dan Shopaholic Girl merupakan beberapa karya anak yang telah diterbitkan. Beberapa penerbit bahkan membuat kategori khusus untuk karyakarya pengarang muda itu. Penerbit Bentang Belia memberikan nama Bintang Kecil untuk buku-buku karya pengarang muda. Noura Books menyebut bukubuku karya pengarang muda itu dengan Penulis Cilik Punya Karya (PCPK). Hampir mirip pula, DAR! Mizan menamainya Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Dari ketiga penerbit di atas, kemunculan serial pengarang muda diawali oleh DAR! Mizan. KKPK merupakan salah satu lini DAR! Mizan yang dikhususkan

3 3 untuk tulisan karya anak usia 8 12 tahun. KKPK dibentuk sebagai wadah imajinasi anak-anak dalam mengembangkan kemampuan menulisnya. Pada Desember 2003, DAR! Mizan menerbitkan buku karangan Sri Izzati yang waktu itu baru berusia 8 tahun. Terlebih lagi, penerbit mengizinkannya untuk diterbitkan tanpa melalui proses penyuntingan. Karyanya yang berjudul Kado untuk Ummi mendapat sambutan positif dari para orang tua maupun anak-anak yang membacanya. Saat ini, Kado untuk Ummi sudah masuk pada jajaran best collection serial KKPK. Sri Izzati lahir pada tanggal 18 April 1995 di Bandung. Ia adalah anak bungsu tiga bersaudara dari pasangan Setyo U. Soekarsono dan Hetty Soekarsono. Setyo Soekarsono tinggal di Jakarta sejak kecil, sementara Hetty lahir dan besar di Bandung. Semenjak lahir, Izzati hanya sesekali pergi ke Solo untuk menengok kakek-nenek Ayahnya. Saat menulis naskah Kado untuk Ummi, Izzati berusia 8 tahun dan masih duduk di kelas V SD Istiqamah Bandung. Ayah Izzati masih bekerja di Industri Pesawat Terbang Nasional, sementara sang ibu memilih untuk berhenti bekerja sejak kelahiran anak pertamanya. Kedua orang tua Izzati adalah orang yang taat beragama islam. Saat ditanya mengenai alasan mereka memperkenalkan membaca kepada Izzati sejak usia dini, Ayahnya menjawab bahwa seperti itulah Allah mengajarkan kepada Nabi-Nya. Dalam hal ini, Setyo menggunakan metode yang disampaikan oleh Glen Doman dalam buku Mengajar Bayi Anda Membaca. Berkat metode itu, Izzati menjadi gemar membeli dan membaca buku. Orang tua Izzati kemudian membuat aturan bahwa buku yang dibaca wajib

4 4 diceritakan kembali melalui tulisan. Sejalan dengan hal itu, Ayah Izzati memberi keleluasaan pada putrinya untuk menggunakan aplikasi Microsoft Word. Keasyikan dalam kegiatan menceritakan kembali ini, mengantarkan Izzati pada percobaan membuat karangan. Pada akhirnya, ia mampu membuat dan merangkai ceritanya sendiri dalam bentuk soft file. Terbitnya buku Kado untuk Ummi bukanlah sesuatu yang disengaja. Bermula dari keinginan Izzati untuk mengabadikan tulisannya dalam bentuk buku, Ayahnya kemudian menghubungi dan meminta bantuan salah seorang rekan untuk membukukan naskah Powerful Girls secara pribadi. Tak disangka, rekannya itu justru menyerahkan naskah kepada penerbit tempat ia bekerja. Akhirnya, penerbit tersebut mencetak beberapa eksemplar buku untuk disebarluaskan hanya di kalangan keluarga dan kawan Izzati. Kemampuan menulis yang dimiliki oleh Izzati menjadikan sang Ayah ingin terus mengasah potensi putrinya. Oleh karena itu, beberapa eksemplar buku Powerful Girls milik Izzati itu dikirim ke beberapa penerbit. Hal ini dilakukan supaya Izzati mendapatkan pelatihan menulis dari penerbit. Namun, respon yang diterima oleh Ayahnya, berbeda. Salah satu penerbit justru meminta Izzati untuk mengirim satu naskah lagi. Naskah Kado untuk Ummi yang diterima oleh DAR! Mizan langsung dicetak tanpa melalui proses penyuntingan. Keputusan ini didasarkan pada kualitas tulisan Izzati yang dianggap mumpuni untuk diterbitkan. Sejak saat itu, penerbit DAR! Mizan mengklaim bahwa ia adalah penerbit pelopor untuk buku-buku tulisan anak. Sementara itu, Izzati juga dianggap sebagai pelopor penulis anak. Pada tahun 2010, Izzati mendapat penghargaan

5 5 sebagai peraih Islamic Book Fair (IBF) Award. Novel Kado untuk Ummi juga masuk pada jajaran Best Collection seri Kecil-Kecil Punya Karya milik penerbit DAR! Mizan. Setelah Kado untuk Ummi, DAR! Mizan kembali menerbitkan buku KKPK. Karya-karya anak yang diterbitkan KKPK itu secara berturut-turut adalah Untuk Bunda dan Dunia karya Abdurrahman Faiz, Dunia Caca karya Putri Salsa, dan May Si Kupu-Kupu karya Dena. Dua di antara empat anak itu, yaitu Sri Izzati dan Abdurrahman Faiz, menjadi pelopor lahirnya KKPK di Indonesia. Terbitnya buku cerita anak oleh pengarang muda itu memunculkan pertanyaan mengenai bahasa tulis yang digunakan. Berhubungan dengan tahap perkembangan bahasa anak, usia para penulis KKPK berada dalam fase semantik. Hal ini berarti bahwa terdapat kemungkinan penggunaan kata, frasa, atau kalimat yang lebih sederhana dibandingkan dengan buku cerita anak yang ditulis oleh orang dewasa. Dalam penelitiannya, Djatmika dkk. (2011:117) bahkan menyebutkan tulisan anak-anak usia sekolah dasar sulit dipahami. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesulitan para responden untuk menceritakan kembali secara utuh teks yang ditulis oleh siswa sekolah dasar. Namun demikian, apabila karya-karya anak yang sudah diterbitkan tersebut tidak dapat dipahami, lini tulisan anak pada berbagai penerbit akan berhenti berproduksi. Pada kenyataannya, lini tersebut terus bermunculan dan masih menerbitkan berbagai buku tulisan anak. Lebih hebatnya lagi, karya Kado untuk Ummi yang menjadi pelopor terbitnya buku karya anak terus dicetak. Hingga saat ini, Kado untuk Ummi sudah mengalami cetak ulang dan, seperti yang telah

6 6 disebutkan sebelumnya, menjadi karya best collection serial KKPK. Oleh sebab itu, cerita Kado untuk Ummi karya Sri Izzati dipilih untuk menjadi objek penelitian ini. Hal ini dapat memunculkan pandangan baru mengenai kemampuan menulis anak. Pada tahap belajar berbicara, seorang anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan meniru ucapan-ucapan yang ia dengar dari ibunya (Ajeng, 1999). Menurut Moskowitz, Pine, Barton, dan Tomasello (via Dardjowidjojo, 2000:49), bahasa sang ibu mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu (1) kalimatnya pendek-pendek, (2) tidak mengandung kalimat majemuk, (3) nada suara biasanya tinggi, (4) intonasinya agak berlebihan, (5) laju ujaran tidak cepat, (6) banyak redundansi, dan (7) banyak memakai sapaan. Sesuai dengan sifat anak yang suka meniru, karakteristik bahasa anak bisa jadi memiliki karakteristik yang sama dengan bahasa sang ibu. Hal tersebut menarik perhatian peneliti untuk mengamatinya lebih jauh. Hal ini berkaitan dengan komprehensi yang dimiliki oleh anak dalam hal pemerolehan bahasa mereka. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti mendeskripsikan karakter kata dan kalimat yang dimiliki oleh Izzati dalam Kado untuk Ummi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk meneliti bahasa tulis anak secara umum. 1.2 Rumusan Masalah Sebagaimana uraian di atas, anak usia 8 tahun berada pada masa transisi antara tahap sintaksis dan semantik dalam perkembangan bahasa. Hal ini

7 7 memunculkan anggapan bahwa anak usia 8 tahun telah memiliki kompetensi berbahasa yang baik jika dilihat dari segi kata dan kalimat. Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan mengenai karakteristik bahasa tulis anak usia 8 tahun. Oleh sebab itu, terdapat dua rumusan yang digunakan sebagai jalan untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan pokok tersebut. Kedua rumusan yang dimaksud adalah bagaimana karakteristik kata dan kalimat anak usia 8 tahun dalam Kado untuk Ummi karya Sri Izzati. 1.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan bahwa penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengidentifikasi karakteristik bahasa tulis anak usia 8 tahun. Untuk mencapai hal tersebut, terdapat dua tujuan khusus yang dilakukan melalui karya Sri Izzati, yakni mengetahui karakteristik kata dan kalimat yang terdapat dalam Kado untuk Ummi. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan praktis. Penelitian ini dapat menjadi pelengkap kajian linguistik, khususnya mengenai perkembangan bahasa tulis anak. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh anak, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam menentukan strategi pembelajaran bahasa.

8 8 1.5 Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa tulisan lain yang terkait dengan topik penelitian ini, antara lain Analisis Struktur dan Tekstur Wacana Cerita Anak Berbahasa Inggris dan Peran Keduanya dalam Penyampaian Pesan Moral kepada Anak-Anak. Tesis yang disusun oleh Kusumawardani (2011) ini mendeskripsikan struktur dan tekstur wacana cerita anak berbahasa Inggris serta menjelaskan peran keduanya dalam menyampaikan pesan moral kepada anak-anak. Sampel penelitian diambil secara acak dari beberapa cerita yang ada di dalam 15 buku. Hasil penelitian menunjukkan cerita anak berbahasa Inggris memiliki variasi struktur dan disusun oleh ikatan kohesi. Selain itu, cerita anak berbahasa Inggris memiliki peran dalam menyampaikan pesan moral. Selain itu, Erlina (2003) pernah melakukan penelitian terkait cerita anak yang ditulis dalam tesis berjudul Kohesi dan Koherensi dalam Cerita Anak. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerita-cerita anak berbahasa Indonesia yang ditulis oleh orang dewasa. Sampel dipilih berdasarkan sasaran penelitian dengan memperhatikan jenis-jenis dan penanda hubungan kohesi maupun koherensi antarkalimat. Hasil penelitian menunjukkan adanya lima jenis kohesi dan sebelas jenis koherensi antarkalimat dalam cerita anak. Sedikitnya penggunaan penanda kohesi dan koherensi dalam cerita anak sesuai dengan bahasa anak yang cenderung singkat, ringkas, dan sederhana. Hasil dua penelitian di atas menggambarkan aspek-aspek yang terdapat dalam cerita untuk anak yang ditulis oleh orang dewasa. Aspek-aspek tersebut tentunya dikaitkan dengan kemampuan bahasa yang dimiliki oleh anak. Bahasan

9 9 mengenai bahasa anak pernah diteliti oleh Budhiono (2008). Ia melakukan penelitian untuk mengetahui pemerolehan dan perkembangan bahasa anak usia 1 2 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati bahasa seorang anak perempuan bernama Azmirainy Azizah. Ciri bahasa anak yang ditemukan, antara lain (1) penyederhanaan dan pengadaptasian, (2) harmonisasi vokal, (3) nasalisasi, (4) ketidakkonsistenan, (5) pola intonasi, dan (6) unpredictable. Pada sisi sintaksis, perkembangan kata anak usia 1 2 tahun berada pada tahap telegrafis. Beberapa bentuk ujaran, seperti deklaratif, imperatif, interogatif, direktif, pasif, dan negatif juga sudah dikuasai oleh anak. Selain itu, bentuk pronomina dan nominalisasi serta deiksis, modifikator, kata depan, dan kata penyedap juga sudah muncul dalam tuturan anak. Buku yang berjudul Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia merupakan hasil penelitian longitudinal Dardjowidjojo (2000) terhadap cucu pertamanya sejak tahun 1994 hingga 1999, tepat ketika Echa berumur lima tahun. Dardjowidjojo menguji konsep universal perkembangan bahasa dan program genetik yang telah disampaikan oleh para pakar linguistik terhadap anak Indonesia. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan terdapat beberapa konsep universal yang dipatuhi oleh anak dalam pemerolahan bahasa, tetapi kepatuhan ini tidak merata pada semua komponen. Komponen yang banyak digunakan oleh anak berdasarkan konsep universal adalah komponen fonologi. Komponen leksikon, sintaksis, dan beberapa komponen lain ada yang mengikuti kecenderungan universal dan ada pula yang menyimpang (berbeda) dari pemerolehan pada anak-anak lain, khususnya anak-anak Barat. Kajian mengenai

10 10 urutan pemerolehan bahasa anak ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menemukan karakter bahasa tulis anak. Karakteristik bahasa anak telah disampaikan oleh Irawati (2012) dalam skripsinya yang berjudul Karakteristik Bahasa Indonesia Tuturan Siswa Kelas I SDN Kesatrian 1 Malang dalam Interaksi Belajar Mengajar. Ada tiga hal yang dibahas dalam penelitian ini, yakni karakteristik kelas kata, bentukan kata, dan struktur kalimat. Berdasarkan hasil penelitiannya, kelas kata yang paling banyak digunakan siswa adalah nomina konkret. Bentukan kata yang digunakan oleh siswa kelas I SD adalah serapan bahasa daerah dan bentuk kata lain yang diperoleh dengan proses meniru. Sementara itu, kalimat tunggal sederhana dan kalimat elips merupakan struktur kalimat yang digunakan oleh siswa tersebut. Penelitian mengenai bahasa tulis anak pernah dilakukan oleh Kweldju (1997). Hasil penelitian itu dijabarkan dalam sebuah tulisan berjudul Perkembangan Dimensi Fungsional Awal Keberwacanaan Tulis Anak: Sebuah Studi Kasus. Melalui penelitian tersebut, ia menemukan sepuluh fungsi yang digunakan oleh anak usia 4.10 hingga 5.9 dalam tulisannya. Kesepuluh fungsi tersebut adalah bereksperimen, memberikan label, apologis, menyampaikan rencana, ekspresif dan signal, instrumental, regulatif/direktif, informatif, anganangan, puitis, serta simpati/empati. Genre dominan yang ditemukan dalam tulisan anak adalah naratif dan deskriptif. Dominasi genre naratif yang ditemukan oleh Kweldju menegaskan bahwa anak usia 8 tahun telah mampu menulis cerita. Cerita hasil tulisan anak pernah diteliti oleh Djatmika, dkk (2011) yang dituangkan dalam makalah berjudul

11 11 Strategi Meningkatkan Kualitas Olah Bahasa untuk Cerita Pendek Siswa Sekolah Dasar dengan Pendekatan Genre-Based. Djatmika menganalisis 34 cerita anak yang diperoleh dari kompetisi menulis untuk siswa-siswi sekolah dasar. Tiga puluh empat teks ini kemudian diteliti untuk menemukan struktur dan tekstur wacana cerita anak. Hasil penelitian menunjukkan pemilihan leksikon dan tata gramatika yang dibuat oleh anak-anak belum sempurna. Khusus anak usia 8 tahun, Kepirianto (2010) pernah meneliti variasi tutur mereka. Melalui makalah Variasi Tutur Anak pada Masyarakat Bilingual: Studi Kasus Anak Usia 8 Tahun pada Sebuah Keluarga di Kota Semarang dalam Jurnal Kajian Sastra Undip, Kepirianto menjelaskan wujud tutur anak. Wujud tutur anak ditandai dengan bentuk kata dan kalimat yang ringkas atau pendek, yang biasa dipakai pada ragam percakapan, seperti bahasa tutur di lingkungan anak. Kepirianto menambahkan bahwa kebahasaan anak sangat dipengaruhi oleh bahasa yang dipakai oleh masyarakat di lingkungan anak dan bahasa yang dikuasai anak adalah bahasa yang didengar dan diperoleh anak. Bahasa tulis anak juga pernah diteliti oleh Retnaningsih dalam tesis Penggunaan Bahasa pada Karangan Berbahasa Indonesia oleh Anak Kelas VI Sekolah Dasar: Studi Kasus Empat Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman. Penelitian ini membahas penggunaan satuan-satuan kebahasaan dalam karangan berbahasa Indonesia oleh anak kelas VI sekolah dasar. Terdapat tiga rumusan yang diuraikan di dalamnya, yakni tipe-tipe karangan berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, bentuk-bentuk nonstandar yang digunakan, serta korelasi antara latar belakang anak dengan performa karangan. Hasil penelitian menunjukkan

12 12 bahwa meskipun karangan tersebut disusun oleh anak pada tingkatan yang sama, didapati 4 tipe karangan yang berbeda berdasarkan unsur pembentuknya. Selain itu, ditemukan bentuk-bentuk nonstandar meliputi penulisan huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penerapan struktur. Sementara itu, latar belakang yang berkorelasi dengan performa karangan antara lain letak geografis tempat tinggal, kegemaran dan kebiasaan, penggunaan teknologi informasi/komunikasi dan jejaring sosial, serta motivasi. Berdasarkan uraian di atas, penelitian mengenai bahasa anak seringkali berfokus pada anak usia di bawah 5 tahun. Hanya sedikit penelitian yang menganalisis bahasa anak di atas usia tersebut. Selain itu, objek penelitian hanya berkisar pada tuturan anak. Penelitian yang berfokus pada ragam tulis, jarang dilakukan. Penelitian mengenai cerita anak hanya hasil tulisan orang dewasa. Analisis cerita anak yang ditulis oleh anak-anak sudah dapat ditemui meski sebatas mencari struktur dan teksturnya saja. Berdasarkan hal tersebut dan sejauh pengetahuan penulis, penelitian dan perumusan karakteristik kata dan kalimat anak usia 8 tahun belum pernah dilakukan. 1.6 Landasan Teori Terdapat tiga teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori mengenai perkembangan bahasa, morfologi, dan sintaksis. Teori perkembangan bahasa atau psikolinguistik digunakan untuk memahami pola perkembangan bahasa anak. Selain itu, teori ini dapat dijadikan dasar untuk mengenal cara anak dalam memperoleh bahasanya. Teori morfologi digunakan untuk menganalisis

13 13 data yang berupa kata, sedangkan sintaksis digunakan sebagai dasar dalam menganalisis kalimat dalam Kado untuk Ummi Perkembangan Bahasa Menurut Hurlock (via Kusmarwanti, 2011:6), salah satu hal penting yang berhubungan dalam perkembangan bahasa anak adalah pengembangan kosakata. Anak mengembangkan kosakata seiring dengan bertambahnya waktu. Pada tahap belajar berbicara, seorang anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan meniru ucapan-ucapan yang ia dengar dari ibunya (Ajeng, 1999). Melalui meniru inilah, anak mulai memahami beberapa kosakata sederhana. Penguasaan kosakata pada anak tidak cukup hanya memahami saja, tetapi juga harus meliputi kemampuan penggunaan kosakata tersebut dalam kegiatan berkomunikasi (Qomariyah, 2012). Hal ini sesuai dengan pendapat Clark dan Clark (via Sukartiningsih, 2010:205) yang menyatakan tujuan berbahasa adalah untuk mengomunikasikan makna. Pada usia 8 tahun, anak sudah mampu mengomunikasikan makna, meskipun terkadang tidak menggunakan struktur yang baik. Hal ini disebabkan proses perkembangan aspek struktur bahasa tidak otomatis sejalan dengan proses perkembangan makna bahasa pada anak (Sukartiningsih, 2010:206). Akan tetapi, sebagaimana diungkap oleh Hurlock (1980:152), anak usia enam tahun seharusnya sudah menggunakan hampir semua jenis struktur kalimat. Pada umur enam sampai sembilan atau sepuluh tahun, panjang kalimat akan bertambah. Kalimat panjang biasanya tidak teratur dan terpotong-potong.

14 14 Struktur kalimat demikian memiliki keterkaitan erat dengan bahasa yang digunakan oleh seseorang untuk berbicara kepada anak. Menurut Moskowitz, Pine, Barton, dan Tomasello (via Dardjowidjojo, 2000:49), bahasa sang ibu mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu (1) kalimatnya pendek-pendek, (2) tidak mengandung kalimat majemuk, (3) nada suara biasanya tinggi, (4) intonasinya agak berlebihan, (5) laju ujaran tidak cepat, (6) banyak redundansi, dan (7) banyak memakai sapaan. Oleh karena itu, bahasa yang dipakai oleh anak juga memiliki ciri yang hampir mirip dengan bahasa sang ibu. Terdapat berbagai macam pendapat mengenai urutan pemerolehan bahasa. Pandangan yang banyak dianut orang adalah pendapat yang menyatakan pemerolehan bahasa mengikuti suatu proses yang bertolak dari sesuatu yang mudah menuju ke yang lebih sukar (Dardjowidjojo, 2000:26). Pada komponen sintaksis, anak berujar dari satu kata, dua kata, hingga nantinya sampai kepada makna kata. Menurut Dardjowidjojo (2000:36), kata-kata konkret dan ada di sekitar juga dikuasai paling awal oleh anak. Demikian pula untuk kata perbuatan, proses, dan keadaan juga dikuasai dini. Hal ini sebagai akibat dari lingkungan anak yang memaksanya untuk dapat memahami hal-hal tersebut, seperti kata benda yang disebut lebih dini oleh sang ibu daripada kata berkategori lain. Konsep semacam ini dapat disebut dengan here and now atau sini dan kini. Dardjowidjojo (2000:36) juga mengungkapkan beberapa poin urutan pemerolehan bahasa anak. Berikut uraian mengenai hal tersebut.

15 15 a. Kata berkategori nomina memiliki persentase penggunaan yang lebih tinggi daripada verba. Konsep sini dan kini memang memicu munculnya nomina lebih banyak daripada verba karena nomina memiliki derajat kognitif yang lebih sederhana daripada verba. b. Prefiks akan muncul bersamaan atau lebih awal daripada sufiks apabila prefiks tersebut bersifat wajib dan dalam bahasa yang bersangkutan pola kalimat yang diwakili oleh prefiks tersebut adalah predominan. c. Bila ada konsep yang dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat aktif atau kalimat pasif, orang cenderung memilih yang pasif. Kemunculan bentuk prefiks {ter-} terdesak kehadirannya oleh prefiks {ke-}. d. Absensia kognitif mengakibatkan kalimat interogatif ya/tidak maupun kalimat interogatif mana tidak dominan. Sebagai penggantinya, cara yang digunakan adalah dengan intonasi atau kata bantu. Kalimat semacam Suka nggak? dan Sudah habis makannya? lebih banyak terdengar daripada Apa kamu suka? dan Apa kamu sudah habis makannya?. e. Kalimat majemuk koordinatif disampaikan dengan cara memakai jeda atau langsung dengan konjungtor yang sifatnya spesifik. Urutan pemerolehan di atas dapat dijadikan sebagai gambaran ringkas pemerolehan bahasa pada anak. Selanjutnya, dapat diketahui pula bahwa perkembangan bahasa dapat diamati melalui tataran kata dan kalimat Kata O Grady dan Dobrovolsky (via Ba dulu, 2005:6) menyatakan kata merupakan suatu bentuk bebas yang terkecil, yaitu suatu unsur yang dapat muncul

16 16 tersendiri dalam berbagai posisi dalam kalimat. Lebih lanjut, Kridalaksana (1996:12) menyampaikan bahan dasar kata adalah leksem. Leksem yang menyandang makna leksikal ini muncul dalam pelbagai ujud gramatika, seperti kata tunggal, kata kompleks (afiksasi, reduplikasi, abreviasi, dan sebagainya), serta kata majemuk (Kridalaksana, 1986:32 33). Kelas kata adalah perangkat kata yang sedikit banyak berperilaku sintaksis sama (Kridalaksana, 1986:41). Dalam bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi 13 jenis, yaitu verba, ajektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, fatis, dan interjeksi. Terdapat enam konsep perilaku sintaksis yang digunakan untuk menentukan kelas kata (Kridalaksana, 1986:42). Namun, hanya perilaku sintaksis (a c) yang merupakan konsep utama, sedangkan (d f) dapat digunakan seperlunya. a. Posisi satuan gramatikal yang mungkin atau yang nyata-nyata dalam satuan yang lebih besar. b. Kemungkinan satuan gramatikal didampingi atau tidak didampingi oleh satuan lain dalam konstruksi. c. Kemungkinan satuan gramatikal disubstitusikan dengan satuan lain. d. Fungsi sintaksis, seperti subyek, predikat, dan sebagainya. e. Paradigma sintaksis, seperti aktif-pasif, deklaratif-imperatif, dan sebagainya. f. Infleksi. Konsep tersebut digunakan untuk mengurangi kemungkinan adanya kata yang bertumpang tindih dalam suatu kelas kata. Meski demikian, tidak menutup

17 17 kemungkinan adanya perpindahan kelas kata. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pelbagai proses morfologis (Kridalaksana, 1986: 43) Kalimat Kalimat menurut Kridalaksana (2009:103) adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa. Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat berita, tanya, dan suruh (Ramlan, 2005:26). Masing-masing jenis kalimat itu memiliki pola intonasi yang berbeda. Perbedaan yang utama terletak pada nada akhir (Ramlan, 2005:28). Pada kalimat tanya, pola intonasi bernada akhir naik dan nada suku terakhir lebih tinggi daripada nada suku terakhir pola intonasi kalimat berita. Kalimat juga dapat dibagi berdasarkan unsurnya. Ramlan (2005:21) membaginya menjadi dua, yaitu kalimat berklausa dan kalimat tak berklausa. Kalimat berklausa dapat memiliki satu atau lebih klausa dalam setiap kalimatnya. Oleh karena itu, kalimat jenis ini dapat dipilah lagi menjadi dua, yaitu kalimat sederhana dan kalimat luas. Kalimat sederhana adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, sedangkan kalimat luas terdiri atas dua klausa atau lebih (Ramlan, 2005:43). Dalam kalimat luas, terdapat hubungan gramatik antara klausa yang satu dengan klausa lain yang menjadi unsurnya. Berdasarkan hal itu, klausa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni kalimat luas setara dan tidak setara. Kalimat luas dikatakan setara jika suatu klausa tidak merupakan bagian dari klausa lainnya: masing-masing berdiri sendiri sebagai klausa yang setara, yaitu sebagai klausa inti.

18 Ruang Lingkup Buku Kado untuk Ummi ini terdiri atas 82 halaman. Beberapa topik yang terdapat dalam buku tersebut secara runtut adalah Pengantar dari Orang Tua Izzati (hlm. 5 13), Pengenalan Tokoh (hlm ), Cerita Kado untuk Ummi (hlm ), Bonus Cerpen berjudul Bagaikan Malaikat Tanpa Sayap (hlm ), dan Profil Penulis (hlm ). Sesuai dengan fokus penelitian ini, penghitungan jumlah kata dimulai dari awal cerita hingga halaman akhir cerita Kado untuk Ummi, yaitu halaman Penjelasan masing-masing tokoh di halaman sebelumnya, tidak menjadi bagian dari analisis ini. Oleh karena itu, kata-kata yang terdapat di dalamnya tidak masuk dalam hitungan. Selain itu, nama-nama hari yang menjadi subjudul juga tidak dihitung. Jadi, kata yang masuk dalam hitungan hanyalah kata yang terdapat di dalam naskah cerita. Hal ini dimaksudkan agar analisis ini terfokus pada cerita Kado untuk Ummi secara utuh. Data penelitian ini diambil dari kata dan kalimat yang terdapat dalam halaman cerita. Seperti saat penghitungan, kata dan kalimat yang tidak masuk dalam hitungan juga tidak termasuk dalam data penelitian. 1.8 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis, dan penarikan kesimpulan. Metode yang digunakan saat pengumpulan data adalah metode simak. Metode simak dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2012:92). Dalam hal ini, penulis menyimak

19 19 penggunaan bahasa yang terdapat di dalam Kado untuk Ummi. Selanjutnya, teknik catat dilakukan saat memilah bahan mentah data. Pemilahan ini dilakukan dengan mengelompokkannya pada dua kategori besar, yaitu kata dan kalimat. Tahap kedua dimulai dengan mengidentifikasi data yang sudah dipilah tersebut. Metode yang digunakan dalam tahap analisis ini disesuaikan dengan identitas data, rumusan masalah, serta tujuan penelitian. Selain itu, dilakukan pula metode wawancara mengenai latar belakang kehidupan Sri Izzati kepada orang tuanya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui faktor kemunculan kata maupun kalimat. Pengidentifikasian data yang berupa kata didasarkan atas bentuk, kelas, ranah semantik, serta kata pinjaman. Pada masing-masing klasifikasi kata tersebut dihitung jumlah frekuensi kemunculannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dominasi kata yang muncul dalam Kado untuk Ummi. Data yang berupa kalimat juga diklasifikasi atas bentuk, jenis, unsur, dan pola kalimat. Frekuensi kemunculan kalimat pada masing-masing klasifikasi tersebut juga dihitung. Di akhir pembahasan, analisis berdasarkan klasifikasi pada tataran kata maupun kalimat, masing-masing dihubungkan untuk menemukan pola kata dan kalimat anak usia 8 tahun. Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Hasil yang ditemukan pada tataran kata maupun kalimat dihubungkan untuk menemukan ciri umum. Pada akhirnya, ciri tersebut merupakan karakteristik bahasa tulis anak usia 8 tahun. Hal ini menjadi hasil akhir penelitian yang disajikan dalam bentuk tulisan.

20 Sistematika Penyajian Laporan penelitian yang disajikan dalam bentuk tulisan ini terdiri atas empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, ruang lingkup, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua membicarakan bentuk kata, kelas kata, kata dalam ranah semantik, serta kata pinjaman yang terdapat dalam Kado untuk Ummi. Pada bab selanjutnya dibahas mengenai bentuk kalimat, jenis kalimat, unsur kalimat, dan pola kalimat anak usia 8 tahun dalam Kado untuk Ummi. Berdasarkan analisis pada bab II dan III, dirumuskan suatu kesimpulan mengenai karakteristik bahasa tulis anak usia 8 tahun. Rumusan tersebut disajikan dalam bab terakhir yang merupakan penutup. Selain kesimpulan, bab IV juga berisi saran mengenai kelanjutan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Acara anak yang ditayangkan di televisi dari hari ke hari semakin berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak menonton

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana BAB V PENUTUP Bab V ini memuat dua aspek, yakni (1) simpulan dan (2) saran. Kedua aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. 5.1 Simpulan Sesuai dengan jumlah masalah yang telah dirumuskan, simpulan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Erni Surya Irawati *) Imam Suyitno Widodo Hs. Email: erniyemirawati@gmail.com Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap komunitas masyarakat selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf,

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI

KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Perstaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok pikiran seseorang. Ketika seseorang mengemukakan gagasan, yang perlu diperhatikan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segala segi kehidupan, manusia tidak dapat terlepas dari bahasa. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu berhubungan dengan anggota masyarakat yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat untuk menuangkan pikiran, baik secara lisan, tulisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga 320 BAB VII KESIMPULAN Kosakata bahasa Prancis yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara difusi dikenal dan digunakan dari masa kolonial Eropa di Indonesia hingga saat ini. Kosakata bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36. Sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa di dalam masyarakat untuk wujud pemakaian bahasa berupa kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa terjadi pada tataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

LARAS dan RAGAM BAHASA

LARAS dan RAGAM BAHASA LARAS dan RAGAM BAHASA STMIK CIC CIREBON - 2016 Kedudukan Bahasa Indonesia FUNGSI BAHASA LARAS & RAGAM BAHASA Implikasi BI dalam hidup sehari-hari LARAS BAHASA Adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purwo menjelaskan bahwa sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan juga tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesamanya, berlandaskan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Bab 5 Ringkasan Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Tetapi perbedaan struktur kalimat antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sering menjadi kendala bagi pemelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci