Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Penyusunan Dokumen Memorandum Sanitasi Kabupaten (MPS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Penyusunan Dokumen Memorandum Sanitasi Kabupaten (MPS)"

Transkripsi

1

2 Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Penyusunan Dokumen Memorandum Sanitasi Kabupaten (MPS) Kabupaten : Jembrama Provinsi : Bali Tahun : 2014 Pembangunan Nasional harus dilaksanakan secara merata diseluruh Daerah Indonesia dengan cara lebih terpadu, efisien, efektif serta memberi manfaat yang sebesar -besarnya bagi seluruh masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah yang berada dibawah garis kemiskinan. Salah satu perwujudan pelaksanaan pembangunan Nasional adalah Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman yang disiapkan lebih terencana, terpadu serta sesuai kaidah pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian RPJM Kabupaten yang menjadi sasaran PPSP Tahun 2014 diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing Desa agar dapat mendorong pembagunan ekonomi lokal,pengentasan kemiskinan serta peningkatan kualitas pelayanan. Penataan Sanitasi,permukiman Dan Lingkungan dalam PPSP adalah serangkaian kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan Infrastruktur dasar di wilayah perkotaan dan permukiman yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,terutama lingkungan binaan baik diperkotaan maupun diperdesaan.khususnya prasarana fisik dan non fisik yang dapat meningkatkan akses ekonomi masyarakat, mengurangi kemiskinan dan sanitasi lingkungan yang baik sehingga lebih layak huni, berjadi diri, serasi dan selaras dan memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. Secara ringkas rencanai kegiatan pembangunan sanitasi dalam memorandum program (MPS) di kabupaten Jembrana dapat dilaporkan sebagai berikut :

3 1. Rencana Kegiatan Air Limbah Kabupaten Jembrana No. Uraian Kegiatan Detail Lokasi Kegiatan Sasaran BABS 0% Program Pembangunan MCK Komunal Pembangunan IPAL Kawasan dan jaringan perpipaan/sambungan rumah Penyuluhan dan kampanye Bebas "BABS"/Melalaui Program STBM Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun MCK++) Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun MCK) 6 Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Desa Pekutatan, Desa Delodberawah, Kel. Loloan Barat, dan Kel. Melaya Desa Pekutatan, Desa Delodberawah, Kel. Loloan Barat, dan Kel. Melaya Kec. Negara, Kec. Jembrana, Kec. Melaya Desa Pekutatan, Desa Delodberawah, Kel. Loloan Barat, dan Kel. Melaya Desa Pekutatan, Desa Delodberawah, Kel. Loloan Barat, dan Kel. Melaya Desa Pekutatan, Desa Jumlah Penduduk Jiwa/408 KK Jiwa/408 KK Satuan unit 5 Tahun Pelaksanaan Jumlah Volume unit KK paket Jiwa/408 KK Jiwa/408 KK Jiwa/408 KK paket 3 paket 8 paket

4 Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun IPAL Sanitasi sekolah Program STBM Program Pembangunan IPLT Pengadaan Truk Tinja Delodberawah, Kel. Loloan Barat, dan Kel. Melaya 50 Sekolah (SD,SMPdan SMU) Kab. Jembrana Kec. Negara, Kec. Jembrana, Kec. Melaya Br. Peh, Desa Kaliakah Kec. Jembrana dan Kec. Negara 500 Jiwa paket KK paket KK unit KK unit

5 2. Rencana Kegiatan Persampahan Kabupaten Jembrana No. Uraian Kegiatan Detail Lokasi Jumlah Penduduk terlayani Satuan Tahun Pelaksanaan Volume 1 Kab. Jembrana Penyuluhan, Kampanye dan Edukasi Persampahan 82,635 KK paket Penyusunan Master plan Persampahan Kab. Jembrana paket Kel. Gilimanuk, Kel, Melaya, Desa Yeh Sumbul, Desa Pengeragoan dan KK unit Pembangunan TPS 3R dan fasilitasnya Desa Asah Duren 4 Kel. Gilimanuk, Kel, Melaya, Desa Yeh Sumbul, Desa KK paket Pelatihan Pengolahan sampah 3R bagi Pengeragoan dan kader desa dan RT/RW Desa Asah Duren 5 Pengadaan Bin/bak sampah Kec. Jembrana KK unit Pengadaan Sepeda Motor Operasional Kec. Negara dan Kec. Persampahan Jembrana KK unit Kec. Negara dan Kec. Jembrana KK unit Pengadaan Armroll Truck 8 Kec. Negara dan Kec. Jembrana KK unit Pengadaan Dump Truck 9 Revitalisasi Pengelolaan TPA Terpadu Desa Kaliakah KK paket 0 PEH Sosialisasi Perda Pengelolaan Kab. Jembrana Persampahan KK paket

6 3. Rencana Kegiatan Drainase No. Uraian Kegiatan Detail Lokasi Pengurangan Tahun Pelaksanaan Instanasi Satuan Genangan Pengelola 1 Masterplan sistem drainase skala Kota Kab. Jembrana Paket Penyusunan database system drainase Kab. Jembrana Paket 200 kota 3 Pembangunan saluran drainase primer Kab. Jembrana Ha Paket Pemeliharaan saluran primer Kec. Pekutatan Ha M Pemeliharaan saluran primer Kec. Mendoyo Ha M Pemeliharaan saluran primer Kec. Negara Ha M Pemeliharaan saluran primer Kec. Jembrana Ha M Pemeliharaan saluran primer Kec. Melaya Ha M Pembangunan saluran drainase Kel. Dauh Waru tersier/lingkungan Kec. Jembrana Ha M Rehabilitasi saluran drainase Kel. Dauh Waru tersier/lingkungan Kec. Jembrana Ha M

7 4. Rencana Kegiatan PHBS terkait sanitasi di Kab. Jembrana No. Uraian Kegiatan Detail Lokasi 1 Road Show Penyuluhan tentang PHBS (CTPS, stop BABS dan Membuang sampah pada tempatnya) di sekolahsekolah, Pondok Pesantren, Perkantoran, Permukiman dan ditempat-tempat umum 2 Penyuluhan dan kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meliputi CTPS, Stop BABS dan Membuang sampah pada tempatnya melalui siaran radio dan Pemicuan 3 Pembuatan media promosi dan informasi sadar hidup sehat, seperti banner, stiker, spanduk dll. 4 Pembangunan sarana cuci tangan pakai sabun ( CTPS ) di tempat-tempat umum ( terminal, pasar, alun-alun dan stasiun ) 5 Uji Petik Kwalitas Air Minum PDAM, Air Baku, Sumur Warga 6 Sertifikasi Layak dan Sehat Rumah Makan dan Minuman Kab. Jembrana 5 Kecamatan di Kab. Jembrana 5 Kecamatan di Kab. Jembrana 5 Kecamatan di Kab. Jembrana 5 Kecamatan di kab. Negara Pengurangan Genangan Jumlah/ Volume Kegiatan 10 Tahun Pelaksanaan Instanasi Pengelola DINKES DINKES DINKES DINKES 5 Kecamatan Di Kab Negara DINKES Rumah Makan dan Minuman di Kab. Jembrana DINKES

8 Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen di Kabupaten Jembrana ini antara lain: Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda Kab. Jembrana, Provinsi Bali dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor pendana lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang. Memorandum program investasi Kabupaten Jembrana merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten Jembrana dari aspek teknis, biaya dan waktu. Memorandum program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati dan Gubernur selaku kepala daerah. Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kabupaten Banyuasin untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan kabupaten. Penyusunan rencana program investasi ini telah ditekankan aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/ kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup: Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan. Secara keseluruhan rekapitulasi pendanaan dari Kabupaten, Provinsi dan APBN dalam pembangunan sanitasi dikabupaten Jembrana dapat diuraikan sebai berikut : 1. Rekapitulasi APBD Kabupaten Jembrana X Rp. 1 Juta No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran 1 Air Limbah 468 5,001 3,735 3,667 3,739 16,610 2 Persampahan 867 3,433 15,592 10,533 10,553 40,980 3 Drainase 3,710 13,269 17,742 21,495 25,888 82,104 4 PHBS terkait sanitasi ,437 Jumlah 5,265 21,945 37,369 36,020 40, ,131 Uraian diatas menjelaskan Perkiraan besaran pendanaan untuk Biaya Pengembangan Sanitasi APBD Kabupaten Jembrana untuk 5 tahun kedepan perkiraan pendanaan APBD Kabupaten Jembrana untuk program dan kegiatan sektor sanitasi didapatkan perkiraan total pendanaan sebesar Rp. 141,131,-

9 2. Rekapitulasi APBD Provinsi Bali X Rp. 1 Juta No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran 1 Air Limbah 42 5,416 3,280 3,280 3,330 15,348 2 Persampahan 1,678 9, ,360 3 Drainase 0 2,980 2,675 2,675 2,675 11,005 4 PHBS terkait sanitasi ,437 Jumlah 1,940 18,320 6,255 6,280 6,355 48,718 Uraian diatas menjelaskan Perkiraan besaran pendanaan untuk Biaya Pengembangan Sanitasi APBD Kabupaten Jembrana untuk 5 tahun kedepan perkiraan pendanaan APBD Provinsi Bali untuk program dan kegiatan sektor sanitasi didapatkan perkiraan total pendanaan sebesar Rp. 48,718,- 3. Rekapitulasi APBN X Rp. 1 Juta No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran 1 Air Limbah 0 6,647 5,886 3,240 2,040 17,813 2 Persampahan ,387 7,490 4,022 2,800 38,589 3 Drainase 0 3,237 3,237 3,243 3,243 12,960 4 PHBS terkait sanitasi Jumlah ,271 16,613 10,505 8,083 69,362 Uraian diatas menjelaskan Perkiraan besaran pendanaan untuk biaya Pengembangan Sanitasi APBN untuk 5 tahun kedepan untuk program dan kegiatan sektor sanitasi didapatkan total perkiraan pendanaan sebesar Rp. 69,362,- 4. Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta (CSR) di Kab. Jembrana X Rp. 1 Juta No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran 1 Air Limbah , ,575 2 Persampahan Drainase PHBS terkait sanitasi Jumlah 575 1, ,032 Uraian diatas menjelaskan Perkiraan besaran pendanaan untuk biaya Pengembangan Sanitasi dari Sektor Swasta untuk 5 tahun kedepan untuk program dan kegiatan sektor sanitasi didapatkan total perkiraan pendanaan sebesar Rp. 3,032,-

10 5. Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Masyarakat di Kab. Jembrana X Rp. 1 Juta No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran 1 Air Limbah Persampahan Drainase PHBS terkait sanitasi Jumlah Uraian diatas menjelaskan Perkiraan besaran pendanaan untuk biaya Pengembangan Sanitasi dari Pendanaan Sanitasi oleh Masyarakat untuk 5 tahun kedepan untuk program dan kegiatan sektor sanitasi didapatkan total perkiraan pendanaan sebesar Rp. 330,- 6. Funding Gap APBD Kabupaten Jembrana X Rp. 1 Juta No. Uraian Tahun Anggaran Total Anggaran Kebutuhan Pendanaan 13,970 94,221 95,408 83,765 88, ,426 2 Kemampuan Pendanaan 5,265 21,945 37,369 36,020 40, ,131 3 Selisih (Rp) 8,705 72,276 58,039 47,745 47, ,295 4 Selisih (%) 0.14% 0.23% 0.39% 0.43% 0.46% 0.37% Uraian diatas menjelaskan Perkiraan besaran funding Gap APBD Kabupaten Jembrana untuk Pengembangan Sanitasi di Kabupaten Jembrana untuk 5 tahun kedepan, dimana dalam perhitungan perkiraan pendanaan APBD Kota; APBD Provinsi; APBN dan Non Pemerintah untuk rencana program dan kegiatan sektor sanitasi terbangun dari tahun 2014 sampai tahun 2018 didapatkan total perkiraan Funding Gap total pendanaan sebesar Rp 234,295,- Kondisi Kesiapan Pelaksanaan Kabupaten Jembrana yang sejak tahun 2013 telah menysusun Buku Putih Sanitasi (BPS) dan SSK yang menjadi acuan dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS). Sesuai dengan kesepakatan pendanaan yang telah disepakati, beberapa pekerjaaan akan diimplementasikan dengan dukungan Jasa Pengadaan, baik berupa pengadaan Barang ataupun Jasa. Persiapan-persiapan setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan dan pelaksanaan disusun secara detail sesuai kebutuhan pelaksanaan. Semua tahapan berisi penjelasan mengenai kesiapan implementasi (pelaksanaan) Kegiatan Sanitasi di Kabupaten Jembrana yang mencakup ketersediaan Studi dan Perencanaan Teknis (DED, AMDAL, dll), lahan, organisasi pelaksana, organisasi pengelola, anggaran, surat-surat pernyataan (surat minat, surat kesediaan menerima aset, surat kesediaan menyediakan anggaran operasional dan Perawatan (O&M) dll. Setiap sub bab berikut menguraikan matrik persiapan tersebut, antara lain dalam bentuk daftar centang ketersediaan Deskripsi Singkat Program/Kegiatan, yang diperlukan sebagai materi acuan penyiapan dokumen Kerangka Acuan Kerja untuk proses Pelelangan oleh para Pemegang Mata Anggaran Terkait Sanitasi sesuai dengan masing-masing tugas pokok dan Fungsi SKPD. Hal lain yang menjadi kebutuhan dalam setiap tahapan kegiatan adalah daftar centang terutama terkait Kriteria Kesiapan alokasi pendanaan dan administrasi pendukung lainnya. Penunjukan Dinas/ Person Penanggung Jawab untuk melakukan koordinasi dan tindak lanjutan perlu disepakati sejak awal oleh SKPD

11 terkait Sanitasi, hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih anggaran dalam pelaksanaan, efektivitas komunikasi, sehingga semua proses dan tahapan dalam pelaksanaan bias berjalan maksimal, sehingga pencapaian Visi dan Misi Sanitasi di Kabupaten Jembrana bias tercapai sesuai tujuannya.

12 KATA PENGANTAR Sesanti angayubagya kami panjatkan kehadapan Ida Hyang Widhi Waca Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-nya Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Jembrana yang merupakan produk dari Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) telah selesai disusun. Secara garis besar materi pokok yang tertuang dalam dokumen ini merupakan informasi tentang gambaran kondisi sanitasi Kabupaten Jembrana sebagai acuan perencanaan, pendanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program sanitasi. MPS Kabupaten Jembrana mencakup tingkat layanan, potensi dan permasalahan sub sektor air limbah, persampahan dan drainase serta mencakup juga air bersih. Sanitasi merupakan bagian penting dalam mewujudkan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Jembrana menyadari bahwa penanganan/pengelolaan sanitasi di Kabupaten Jembrana masih perlu dioptimalkan. Berkenaan dengan hal tersebut Kami menyambut positif ajakan Pemerintah Pusat untuk memberikan perhatian dan meningkatkan pembangunan/penanganan sanitasi di daerah melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Komitmen Pemerintah Kabupaten Jembrana terhadap penanganan masalah sanitasi juga telah kami canangkan dalam RPJMD Kabupaten Jembrana Dalam menentukan arah pembangunan Sanitasi kedepan Kabupaten Jembrana berpedoman pada Visi Misi Sanitasi Kabupaten Jembrana yaitu Mewujudkan Sanitasi Sehat yang Berkelanjutan Kabupaten Jembrana Berdasarkan Tri Hita Karana. Besar harapan kami agar MPS Kabupaten Jembrana ini mendapat respon positif dari berbagai pemangku kepentingan dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanan dan pelaksanaan program sanitasi di Kabupaten Jembrana dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan sanitasi yang lebih baik.

13 Akhir kata kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan MPS Kabupaten Jembrana ini sehingga dapat terwujud secara optimal. POKJA SANITASI KABUPATEN JEMBRANA a.n. BUPATI JEMBRANA Sekretaris Daerah Kabupaten Jembrana/ Ketua Pokja Sanitasi Kabupaten Jembrana Gede Gunadnya, SH.MH. Pembina Utama Madya NIP

14 Surat/Lembar Kesepakatan Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Jembrana ini telah dibahas oleh Pokja Provinsi, Pokja Kabupaten dan telah disetujui Oleh : Kabupaten Jembrana, 31 Oktober 2014 Disusun oleh Pokja Sanitasi Kab. Jembrana a.n. BUPATI JEMBRANA Sekretaris Daerah Kabupaten Jembrana/ Ketua Pokja Sanitasi Kabupaten Jembrana Gede Gunadnya, SH.MH. Pembina Utama Madya NIP Telah dibahas & Disetujui oleh : Pokja Sanitasi Provinsi Bali Ketua Satker. PPLP Provinsi Bali Kepala, Nip :.. Nip :

15 Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR SURAT KESEPAKATAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii iv v vi Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Maksud dan Tujuan Wilayah Perencanaan Metodologi 13 Bab 2 Review SSK dan Prioritas Pembangunan Sanitasi Profil Kabupaten/Kota Kependudukan Area Beresiko Keuangan Daerah Air Limbah Permasalahan Air Limbah Sasaran Pembangunan Air Limbah Prioritas Pembangunan Air Limbah Persampahan Permasalahan Persampahan Sasaran Pembangunan Persampahan Prioritas Pembangunan Persampahan Drainase Permasalahan Drainase Sasaran Pembangunan Drainase Prioritas Pembangunan Drainase Kesehatan (PHBS) Permasalahan Kesehatan (PHBS) Sasaran Pembangunan Kesehatan (PHBS) Prioritas Pembangunan Kesehatan (PHBS) Kerangka Kerja Logis 40

16 Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi Rencana Kegiatan Air Limbah Sarana dan Prasarana (Fisik) Air Limbah Kegiatan Pendukung (Non-Fisik) Air Limbah Rencana Kegiatan Persampahan Sarana dan Prasarana (Fisik) Persampahan Kegiatan Pendukung (Non Fisik) Persampahan Rencana Kegiatan Drainase Sarana dan Prasarana (Fisik) Drainase Kegiatan Pendukung (Non-Fisik) Drainase Rencana Kegiatan PHBS Rencana Kegiatan PHBS 63 Bab 4 Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi Rekapitulasi Anggaran Rencana Anggaran Pemerintah APBD Kab/Kota APBD Provinsi APBN Rencana Anggaran Non-Pemerintah Potensi Kontribusi Swasta dan BUMN/D Potensi Kontribusi Masyarakat Antisipasi Funding-Gap 68 Bab 5 Rencana Implementasi Kondisi Kesiapan Pelaksanaan Studi & Disain, dan Dokumen Tender Pembebasan Lahan dan Resettlement Kesiapan Organisasi Pengelola Rencana Kerja Monitoring dan Evaluasi 83

17 Lampiran A. Kerangka Kerja Logis (KKL) A.1 Kerangka Kerja Logis Air Limbah A.2 Kerangka Kerja Logis Persampahan A.3 Kerangka Kerja Logis Drainase A.4 Kerangka Kerja Logis PHBS B. Perhitungan Prioritasi C. Perhitungan Volume Kebutuhan Infrastruktur D. Program Jangka Menengah D.1 Program, Kegiatan dan AnggaranSanitasi Jangka Menengah (Total) D.2 Kesepakatan Sumber Pendanaan APBD Kabupaten/Kota D.3 Kesepakatan Sumber Pendanaan APBD Provinsi D.4 Kesepakatan Sumber Pendanaan APBN dan PHLN D.5 Kesepakatan Sumber Pendanaan Partisipasi Swasta D.6 Kesepakatan Sumber Pendanaan Partisipasi Masyarakat D.7 Daftar Tunggu E. Deskripsi Program/Kegiatan F. Keputusan Bupati/Walikota tentang Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota. Dokumen Terpisah (sesuai kebutuhan) 1. Proposal Pendanaan Sanitasi (Pendanaan Swasta CSR) 2. Proposal Pendanaan Sanitasi (Pendanaan Hibah)

18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Jembrana secara umum dapat disimpulkan dalam bahwa perencanaan pembangunan sanitasi yang tidak sesuai dengan permasalahan dan skala prioritas penyelesaiaan masalah, sehingga salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, tidak berkelanjutan dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap sarana sanitasi yang baik serta prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Belajar dari pengalaman, permasalahan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial. Adanya perencanaan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran dan tidak berkelanjutan merupakan potret buram dari masa lalu. Sanitasi harus ditangani secara multistakholder dan komprenhensif. Kondisi demikian mendorong Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk menyusun perencanaan memorandum program sanitasi secara terpadu dalam Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman. Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Kementerian/ Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat Kabupaten, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor pendana lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal terintegrasi dan matang. Memorandum program investasi Kabupaten/Kota merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten Jembrana dari aspek teknis, biaya dan waktu. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 1

19 Memorandum program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati dan Gubernur selaku kepala daerah. Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kabupaten Jembrana untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan Kabupaten Jembrana Penyusunan rencana program investasi ini telah ditekankan aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/ kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup: Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan dan permasalahan pembangunan. Memorandum program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana pelaksanaannya sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang kota dan permukiman Kabupaten Jembrana 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud : Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah Kabupaten Jembrana dan pihak terkait untuk rancangan implementasi pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif untuk Jangka Menengah. Secara umum Memorandum Program Sanitasi (MPS) ini secara spesifik bersifat sebagai Expenditure Plan khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Jembrana Tujuan : i) Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 yang telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Jembrana. ii) Dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan sanitasi di Kabupaten Jembrana selama 5 tahun yaitu tahun 2015 sampai dengan tahun iii) Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi di Kabupaten Jembrana dan dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Jembrana. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 2

20 1.3 Wilayah Perencanaan Gambaran Umum Kabupaten Jembrana terletak pada belahan bagian barat Pulau Bali membujur dari barat ke timur pada posisi 8 o o LS dan 114 o o BT dengan luas wilayah Jembrana Ha. atau 14,96 % dari luas wilayah Pulau Bali. Batas-batas administrasi Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng dan Selat Bali Sebelah Timur : Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan Sebelah Selatan : Samudera Hindia Sebelah Barat : Selat Bali Secara adminstrasi wilayah dan kependudukan, Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 Kecamatan dengan 51 Desa dan Kelurahan. Topografi wilayah bervariasi dengan ketinggian 1.0 sampai ± 1000 mdpl, dengan titik tertinggi di deretan gunung Penginuman, Gunung Klatakan, Gunung Bakungan, Gunung Nyangkrut, Gunung Sanggang dan Gunung Batas. Komposisi kemiringan lahan adalah datar (25,00 %), wilayah landai (10,16 %), wilayah berbukit (25,24 %) dan wilayah curam (39,60 %) dari luas wilayah. Geologi wilayah terdiri dari batuan gunung api berupa lava, breksi, tufa, yang diperkirakan berumur Kwarter Bawah dan daerah pedataran yang sebagian daerah persawahan terbentuk dari batuan yang tergabung dan disebut dengan Formasi Palasari yang terdiri dari batu pasir, konglomerat dan batu gamping terumbu dan diperkirakan berumur Kwarter, sedangkan untuk daerah pesisir pantai pada umumnya endapan aluvium yang terdiri dari pasir, lanau, lempung dan kerikil, yang dijumpai di sekitar daerah pantai di Pengambengan, Tegalbadeng, Prancak, Yeh Kuning, Mendoyo dan dipantai Gilimanuk. Terdapat 17 buah gunung tidak aktif, yang tertinggi Gunung Merbuk (1.386 m dpl), Gunung Mesehe (1.300 m dpl), Gunung Bangul (1.253 m dpl) dan Gunung Lesung (1.047 m dpl), untuk wilayah Kab. Jembrana memiliki jenis tanah wilayah terdiri dari : Tanah Latosol Coklat dan Litosol (Inceptisol) tersebar paling luas di Kecamatan Mendoyo ( ha), di Kecamatan Melaya ( ha) Kecamatan Negara dan Jembrana ( ha) dan Kecamatan Pekutatan ( ha). Tanah Alluvial Coklat Kelabu dengan luas kurang lebih Ha sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana (5.725 ha). Tanah Alluvial Coklat Kelabu mendominasi wilayah Kecamatan Melaya (1.878 ha) Tanah Regosol Cokelat Kelabu tersebar di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana seluas 772 ha dan di wilayah Kecamatan Mendoyo seluas 648 ha. Tanah Alluvial Hidromorf, di wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana khususnya di sepanjang wilayah pantai selatan kurang lebih 1420 Ha. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 3

21 Iklim tropis, curah hujan merata sepanjang tahun (terendah bulan Agustus dan September, tertinggi bulan April). Temparatur rata-rata antara 25,4-28,4 C. Terdapat 17 sungai induk dan 20 anak sungai yang mengalir dari pegunungan ke muara sungai di bagian Selatan yaitu Samudra Hindia. Air permukaan lainnya adalah bendung Palasari dan bendungan Benel. Air tanah tersebar, dan mata air 37 buah dengan kapasitas 110 l/det. Potensi banjir di Kabupaten Jembrana secara umum diakibatkan karena berkurangnya tutupan hutan terutama di DAS Gumbrih dan sungai-sungai lainnya yang dibagian hulu sudah kehilangan vegetasinya. Lokasi sering terjadinya banjir adalah Desa Pangyangan (Kec. Pekutatan), Kelurahan Balerbaleagung, Kelurahan Lelateng dan Kelurahan Loloan Barat dan Desa Pengambengan yang diakibatkan oleh fungsi pembuangan air (drainase) kota yang kurang baik. Kawasan rawan Longsor/Erosi terletak di Desa Berangbang Kecamatan Negara, dalam Kawasan Hutan Lidung RPH Candikusuma, Desa Manggisari Kecamatan Pekutatan dan Desa Yeh Sumbul Kecamatan Mendoyo. Lokasi abrasi dan erosi pantai terdapat di kawasan Pengambengan di Kecamatan Negara, sepanjang Kecamatan Mendoyo, Kecamatan Pekutatan terjadi abrasi pantai yaitu didaerah Pengeragoan ± 80% dan Gumbrih ± 50% dan Abrasi juga terjadi disepanjang pantai di Kabupaten Jembrana. Posisi Kabupaten Jembrana yang merupakan bagian dari pulau Bali merupakan daerah yang berpotensi rawan tsunami. Desa di wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang memiliki tingkat kerawanan tinggi adalah Desa Candikusuma, Kelurahan Gilimanuk, Desa Melaya, Desa Nusa Sari, Desa Tuwed, Desa Air Kuning, Desa Banyubiru, Desa Budeng, Desa Cupel, Desa Pengambengan, Desa Perancak, Desa Tegal Badeng Barat, Desa Tegal Badeng Timur, Desa Yeh Kuning, Desa Delod Berawah, Desa Penyaringan, Desa Yeh Embang, Desa Yeh Embang Kangin, Desa Yeh Embang Kauh, Desa Gumbrih, Desa Medewi, Desa Pangyangan, Desa Pekutatan, Desa Pengeragoan dan Desa Yeh Sumbul. Secara adminstrasi wilayah dan kependudukan, Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 Kecamatan dengan 51 Desa dan Kelurahan, Arah Pengembangan Kota Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Menurut Perda Kabupaten Jembrana No. 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana Tahun , pengertian Tata Ruang Wilayah adalah Sebagai berikut : 1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana yang selanjutnya disebut RTRWK adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah Kabupaten Jembrana, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 4

22 penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. 2. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah Kabupaten Jembrana yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Jembrana pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. 3. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. 4. Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Jembrana. 5. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah Kabupaten Jembrana yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau bendungan dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya. 6. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hierarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten. 7. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. 8. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. 9. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLP adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL. 10. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 5

23 11. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa. 12. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 13. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten. 14. Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. 15. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. 16. Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten. 17. Kawasan budidaya kabupaten adalah kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. 18. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. 19. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. 20. Kawasan tempat suci adalah kawasan di sekitar Pura yang perlu dijaga kesuciannya dalam radius tertentu sesuai status Pura sebagaimana ditetapkan dalam Bhisama Kesucian Pura Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDIP) Tahun Kawasan suci adalah kawasan yang disucikan oleh umat Hindu seperti kawasan gunung, danau, mata air, campuhan, loloan, sungai, pantai dan laut. 22. Kawasan sempadan pantai adalah kawasan di sekitar pantai yang berfungsi untuk mencegah terjadinya abrasi pantai dan melindungi pantai dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kondisi fisik dan kelestarian kawasan pantai. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 6

24 23. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan di sekitar daerah aliran sungai yang berfungsi untuk melindungi sungai dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak bantaran, tanggul sungai, kualitas air sungai, dasar sungai, mengamankan aliran sungai dan mencegah terjadinya bahaya banjir. 24. Kawasan sempadan jurang adalah daratan sepanjang daerah datar bagian atas dengan lebar proporsional sesuai bentuk dan kondisi fisik. 25. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk kelestarian fungsi mata air. 26. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur, dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 27. Ruang Terbuka Hijau Kota yang selanjutnya disebut RTHK adalah ruang-ruang dalam kota dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan/atau sarana kota, dan/atau pengaman jaringan prasarana, dan/atau budidaya pertanian. 28. Jalur hijau adalah suatu garis hamparan lahan yang luas dan menghijau yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai kawasan yang tidak boleh dibangun. 29. Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada kehidupan pantai dan laut. 30. Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi, dan pendidikan. 31. Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. 32. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang disekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas. 33. Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan yang dibudidayakan dengan tujuan diambil hasil hutannya baik hasil hutan kayu maupun nonkayu. 34. Kawasan peruntukan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat secara luas. 35. Kawasan peruntukan tanaman pangan adalah lahan basah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman pangan. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 7

25 36. Kawasan peruntukan hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpang sari meliputi tanaman palawija, sayur mayur, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman pangan lainnya. 37. Kawasan peruntukan perkebunan adalah kawasan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada lahan basah dan atau lahan kering untuk komoditas perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan dan bahan baku industri. 38. Kawasan peruntukan peternakan adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok maupun industri, pasar peternakan serta sebagai padang penggembalaan ternak atau terpadu dengan komponen usaha tani (berbasis tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi dan berakses dari hulu sampai hilir. 39. Kawasan peruntukan perikanan adalah kegiatan yang memanfaatkan peruntukkan ruang sesuai arahan pola ruang untuk kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan, dan pengolahan hasil perikanan. 40. Kegiatan peruntukan pertambangan adalah kegiatan yang memanfaatkan peruntukkan ruang sesuai arahan pola ruang untuk kegiatan pertambangan. 41. Kegiatan peruntukan industri adalah kegiatan yang memanfaatkan peruntukkan ruang sesuai arahan pola ruang untuk kegiatan industri berupa tempat pemusatan kegiatan industri kecil dan menengah (IKM). 42. Kawasan Pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan. 43. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus, yang selanjutnya disebut KDTWK, adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata secara terbatas serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan, namun pengembangannya sangat dibatasi untuk lebih diarahkan kepada upaya pelestarian budaya dan lingkungan hidup. 44. Daya Tarik Wisata, yang selanjutnya disebut DTW, adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, hasil buatan manusia serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, yang dapat berupa kawasan/hamparan, wilayah desa/kelurahan, masa bangunan, bangun-bangunan dan lingkungan sekitarnya, jalur wisata yang lokasinya tersebar di wilayah kabupaten/kota. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 8

26 45. Kawasan peruntukan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 46. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. 47. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan adalah wilayah, kawasan atau lokasi yang ditetapkan atau digunakan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. 48. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. 49. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai dengan RTRW kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan kabupaten yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. 50. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai dengan rencana tata ruang. 51. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan-ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kabupaten. 52. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan kabupaten dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kabupaten. 53. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan. 54. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang. 55. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 9

27 56. Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi usaha penyediaan sarana-prasarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian dan usaha jasa seperti bank, penyuluhan, penelitian/pengkajian (off-farm). 57. Agrowisata adalah pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan wisata alam, memanfaatkan alam tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan agar tetap terlindungi. 58. Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan konservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. 59. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengolahan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis. 60. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. 61. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, lembaga dan/atau badan hukum non-pemerintahan yang mewakili kepentingan individu, kelompok, sektor, profesi, kawasan atau wilayah tertentu dalam penyelenggaraan penataan ruang. 62. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 63. Tri Hita Karana adalah tiga unsur keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya yang dapat mendatangkan kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia. 64. Bhisama Kesucian Pura adalah norma agama yang ditetapkan oleh Sabha Pandita PHDI Pusat, sebagai pedoman pengamalan ajaran Agama Hindu tentang kawasan kesucian pura yang belum dijelaskan secara lengkap dalam kitab suci. 65. Sad Kertih adalah enam sumber kesejahteraan yang harus dilestarikan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin yang terdiri dari atma kertih, wana kertih, danu kertih, segara kertih, jana kertih dan jagat kertih. 66. Tri Mandala adalah pola pembagian wilayah, kawasan, dan/atau pekarangan yang dibagi menjadi tiga tingkatan terdiri atas utama mandala, madya mandala dan nista mandala. 67. Cathus Patha adalah simpang empat sakral yang ruas-ruasnya mengarah ke empat penjuru mata angin (Utara, Timur, Selatan dan Barat) dan diperankan sebagai pusat (puser) wilayah, kawasan dan/atau desa. 68. Desa Adat/Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 10

28 tiga atau kahyangan desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Jembrana dikembangkan untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah, meliputi: a. pemantapan fungsi wilayah sebagai pusat pengembangan Bali Bagian Barat; b. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah untuk mendukung peningkatan produktivitas dan pemerataan pelayanan kepada masyarakat; c. pemantapan wilayah yang hijau dan lestari sebagai penyangga pelestarian lingkungan Pulau Bali; d. pemantapan wilayah sebagai pusat kegiatan pertanian, industri dan pendayagunaan sumber daya pesisir dan kelautan dengan konsep agropolitan dan minapolitan; e. pengembangan kepariwisataan berwawasan lingkungan yang terintegrasi dengan pertanian dan potensi sumber daya pesisir dan kelautan; dan f. peningkatan fungsi kawasan untuk menunjang pertahanan dan keamanan negara. Peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah untuk mendukung peningkatan produktivitas dan pemerataan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dalam Perda No. 11 Tahun 2012 adalah untuk mewujudkan pelayanan wilayah dengan strategi meliputi: a. meningkatkan kualitas dan keterpaduan pelayanan sistem jaringan transportasi darat dan penyeberangan; b. meningkatkan keterpaduan dan kualitas sistem jaringan jalan nasional termasuk rencana pengembangan jalan bebas hambatan yang melintasi wilayah, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa untuk meningkatkan aksesibilitas antar wilayah maupun antar kawasan dalam wilayah kabupaten; c. mengintegrasikan jaringan transmisi listrik lintas wilayah dan meningkatkan pemerataan distribusi tenaga listrik di seluruh wilayah; d. mengembangkan jangkauan pelayanan sistem jaringan telekomunikasi secara merata ke seluruh wilayah; e. meningkatkan keterpaduan perlindungan, pemeliharaan, penyediaan sumber daya air dan distribusi pemanfaatannya untuk irigasi dan air minum secara merata sesuai kebutuhan; f. meningkatkan pelayanan pengelolaan persampahan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung Jembrana bersih; dan g. mengembangkan sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan. Dalam Gambar 1.1. Peta Administrasi Kabupaten Jembrana dapat di gambarkan sebagai berikut : Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 11

29 Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Jembrana MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) TAHUN 2014 Sumber:Perda 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Jembrana Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 12

30 Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas, Pemerintah Kab. Jembrana menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Jembrana. Semua ini sebagai perwujudan dari pada Visi dan Misi Kabupaten Jembrana yang mana Visi adalah tujuan yang hendak dicapai oleh Kabupaten Jembrana dalam melaksanakan segala arah kebijakan pemerintahan. Visi Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah Kabupaten Jembrana adalah Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Jembrana melalui Peningkatan Perekonomian dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia yang dilandasi Semangat Kebersamaan, Kewirausahaan dan Pemberdayaan Masyarakat. Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Misi Kabupaten Jembrana adalah : a. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan akuntabel, melalui penyelenggaraan pemerintahan yang aspiratif, partisipasif dan transparan. b. Meningkatkan perekonomian daerah melalui optimalisasi petensi basis dan pemberdayaan masyarakat. c. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya. d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum Methodologi Methodologi Penyusunan Dokumen Metode yang dipergunakan dalam menyusun Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut: A. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dan informasi dalam menyusun MPS Kabupaten Jembrana dilakukan dengan cara desk study (kajian literatur, data sekunder, browsing, internet dll), field research (observasi, wawancara dll), FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview). Dalam pengumpulan data dilakukan beberapa langkah, yaitu: 1. Review SSK, Internalisasi, Konsultasi dengan Pokja Provinsi dan Satker terkait di provinsi, Akses Sumber Pendanaan Non-Pemerintah, Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme penganggaran sedangkan Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi secara aktual, serta memotret kebutuhan Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 13

31 akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan minimal pembangunan sanitasi. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi dan verifikasi data. Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan, pengecekan silang datadata yang diperoleh dan pendalaman data tersebut dengan melaksanakan pertemuan rutin dengan anggota Pokja, kunjungan lapangan, diskusi yang bersifat teknis (focus group discussion) dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. 2. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan teknik survey lapangan, meliputi: wawancara terstruktur, depth interview (wawancara mendalam), pengamatan langsung di lapangan (observasi), diskusi terfokus, dimana fokus sasarannya adalah masyarakat secara umum, tokoh, organisasi, pihak swasta atau pengiat sanitasi, LSM, pemerintah, dan media baik cetak atau elektronik. B. Proses Penyusunan Memorandum Program Prioritas Sanitasi (MPS) Proses penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan Riview SSK khususnya untuk Kerangka Logis, Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritasi Program. 2. Melakukan konsultasi kepada SKPD terkait di Kab./Kota 3. Melakukan konsultasi teknis kepada Pokja Provinsi dan Satker terkait. 4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif non pemerintah ditingkat Kab./Kota 5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme panganggaran Sistimatika Penyajian Sistematika dokumen MPS terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut: 1. Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan MPS, metode penyusunan dan sistematika dokumen. 2. Bab kedua menyajikan hasil review SSK yang menyangkut kondisi eksisting sanitasi, Prioritasi Program, kerangka logis. 3. Bab ketiga berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur. 4. Bab keempat berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan. Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 14

32 5. Bab kelima berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana Monev. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 15

33 BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI 2.1. Profil Kabupaten Jembrana Secara adminstrasi wilayah dan kependudukan, Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 Kecamatan dengan 51 Desa dan Kelurahan, Tabel berikut adalah nama Desa/Kelurahan dan Kecamatan, Luas Wilayah dan jumlah penduduk dimasing-masing kecamatan di Kabupaten Jembrana Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana berdasarkan Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2011 adalah jiwa atau 6,72% dari total penduduk Bali ( jiwa). Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana telah meningkat 1.27 kali sejak 30 tahun (tahun 1980 jumlah penduduk jiwa). Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jembrana 30 tahun terakhir adalah 0,92%/tahun jauh dibawah pertumbuhan penduduk Provinsi Bali 1,9%/tahun. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dan perkembangannya disajikan pada Tabel 2.3. Kondisi jumlah penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Jembrana pada tahun 2011 menunjukkan bahwa Kecamatan Negara memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu jiwa (28% dari total jumlah penduduk Jembrana) sedangkan Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Pekutatan, yaitu sejumlah 310,052 jiwa (10,23 % dari total jumlah penduduk Jembrana). Ditinjau dari perkembangan penduduknya, wilayah-wilayah di Kabupaten Jembrana relatif memiliki perkembangan yang cenderung statis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata pertahun perkembangan penduduk dalam kurun waktu diseluruh kecamatan rata-rata 0,97%/tahun. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Negara tahun mengalami penurunan hingga (-6,67%), karena pada tahun tersebut terjadi pemecahan kecamatan baru yaitu Kecamatan Jembrana. Data tahun 2012, penduduk kabupaten Jembrana yang bekerja 97,77%, sisanya tidak lebih dari 2,23% penduduk adalah penggangguran. Sektor pertanian yang merupakan sektor yang diunggulkan oleh sebagian besar kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Jembrana hanya menyerap tenaga kerja sebesar 32,11% dari total jumlah tenaga kerja, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 20,20%, selanjutnya adalah sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 19,01% dan sektor jasa sebesar 10,99%. Menurut Dokumen Teknis RTRW Kabupaten Jembrana, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Jembrana tahun 2017 mencapai jiwa. Pertambahan penduduk dalam kurun waktu 5 tahun tersebut sekitar 6 %, jumlah yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan kabupaten sebesar 0,97%. Tabel 2.4 menguraikan proyeksi pertumbuhan penduduk jembrana selama priode 5 Tahun. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 16

34 Kependudukan Tabel 2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2012 Luas Penduduk Tahun 2012 No. Kecamatan Terbangun Kepadatan Keterangan Jumlah (Jiwa) (Ha) (Jiwa/Ha) 1. Kec. Pekutatan Pedesaan 2. Kec. Mendoyo Pedesaan 3. Kec. Jembrana Perkotaan 4. Kec. Negara 1, Perkotaan 5. Kec. Melaya Perdesaan Jumlah 6.269, Sumber : Jembrana dalam Angka,2012 Tabel 2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Jembrana No Kecamatan Jumlah Pendd Pertumbuhan 1. Kec. Pekutatan Kec. Mendoyo Kec. Jembrana Kec. Negara Kec. Melaya Jumlah Sumber: Buku Putih Sanitasi Bab. 2 Jumlah Penduduk (Jiwa) Area Beresiko Dari hasil studi EHRA Tahun 2013, untuk Kabupaten Jembrana daerah yang beresiko tinggi dan sangat tinggi dalam sanitasi dapat dilihat pada Tabel 2.3 sebagai berikut : Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 17

35 Tabel 2.3 Area Beresiko Sanitasi No Desa/Kelurahan/Kecamatan Tingkat Resiko Perkotaan/Perdesaan I II III Kecamatan Pekutatan 1 Medewi Tinggi Pedesaan Sampah 2 Pulukan Tinggi Pedesaan Sampah 3 Pekutatan Tinggi Perkotaan Sampah, Air Limbah Kecamatan Mendoyo 1 Yeh Embang Kangin Menengah Pedesaan Draenase,Sampah 2 Yeh Embang Menengah Pedesaan Draenase, Sampah 3 Poh Santen Menengah Pedesaan Draenase 4 Tegalcangring Menengah Pedesaan Draenase 5 Delodberawah Tinggi Perdesaan Draenase,Air Limbah 6 Yeh Sumbul Menengah Pedesaan Sampah 7 Pergung Menengah Pedesaan Air Limbah Kebutuhan Penanganan/Penyebab Utama Resiko Kecamatan Jembrana 1 Pendem Sangat Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 2 Dauhwaru Sangat Tinggi Perkotaan Sampah,Draenase 3 BatuAgung Tinggi Perkotaan Sampah,Draenase 4 Dangin Tukadaya Menengah Perkotaan Sampah 5 Sangkaragung Menengah Perkotaan Sampah 6 Budeng Menengah Perkotaan Sampah,Draenase 7 Perancak Menengah Perkotaan Sampah Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 18

36 8 Air Kuning Menengah Perkotaan Sampah 9 Yeh Kuning Menengah Perkotaan Sampah IV Kecamatan Negara 1 Cupel Sangat Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 2 Tegalbadeng Barat Sangat Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 3 Tegalbadeng Timur Sangat Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 4 Pengamabengan Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 5 Loloan Timur Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 6 Loloan Barat Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 7 Berambang Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah 8 Baler Bale Agung Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 9 Banjar Tengah tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase 10 Lelateng Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah, Draenase V Kecamatan Melaya 1 Gilimanuk Tinggi Perkotaan Air Limbah,Sampah 2 Melaya Tinggi Perkotaan Air Limbah, Sampah, Draenase Sumber: Buku Putih Sanitasi Bab 5 Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 19

37 Peta 1.1 Area Beresiko Sanitasi Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 20

38 Keuangan Daerah Tabel 2.4 Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi No Uraian Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi (Rp. Juta) Jumlah 1 Perkiraan Belanja Langsung 19, , , , , , Perkiraan APBD Murni 29, , , , , , Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 3 APBD Kab./Kota 9, , , , , , Prosentase Komitmen Terhadap Belanja Langsung 0.49 % 0.01% 0.008% 0.006% 0.004% 0.10% Sumber : SSK, Bab Air Limbah Permasalahan Air Limbah Permasalahan Air Limbah yang menjadi prioritas untuk permasing-masing sektor secara singkat dijelaskan dalam bentuk tabel. Secara umum Permasalahan sudah tersedia di dokumen BPS Kabupaten Jembrana. Yang diperlukan pada tahap ini adalah kesepakatan dari seluruh anggota Pokja dalam penetapan skala permasalah. Uraian permasalahan bisa dibagi menjadi 2 kelompok i: a) Sistim Sanitasi (lihat petunjuk terkait Diagram Sistim Sanitasi /DSS) dan b) Aspek lain disamping Pengembangan Sarana Prasarana (seperti dari aspek Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan dan Perundangan serta Peran Swasta/Masyarakat). Identifikasi dan klasifikasi terkait permasalahan ini dapat mengacu ke dokumen Kebijakan dan Strategi Nasional. Secara umum kesepakatan Permasalahan utama ini pada sub bab ini akan dikaitkan dengan Sasaran yang akan dicapai dan akan menjadi dasar penyiapan Program Kegiatan prioritas. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 21

39 Tabel 2.5: Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik A. Sistem Air Limbah Permukiman: 1. Aspek Perilaku Hidup Bersih dan sehat terkait dengan perilaku BABS, berdasarkan Pengembangan hasil study EHRA 2013, perilaku warga di Kab. Jembrana, 20 % masih melakukan Sarana dan praktik BABS (Buang Air Besar Sembarangan) sedangkan sisanya 80 % sudah Prasarana: memiliki perilaku PHBS. Masih tingginya angka BABS untuk ukuran Kabupaten Jembrana diakibatkan oleh masih luasnya ruang terbuka di wilayah Kabupaten User Interface: Jembrana dan banyak wilayah di Jembrana dilalui aliran sungai atau jaringan irigasi. Proporsi perilaku BABS warga untuk masing-masing kelurahan/desa dapat dilihat pada Tabel berikut : Prilaku BABS Di Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Klaster 4 25% Klaster 0 16% Klaster 1 19% Klaster 3 22% Klaster 2 18% Keterangan: - Jumlah Penduduk Kab. Jembrana tahun 2012: jiwa atau KK Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 22

40 Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal: Prosentase tangki septik aman rata rata di kabupaten Jembrana : 58 % Tangki Septik Aman di Kab. Jembrana Tahun 2013 Tangki Septik Suspek Tidak Aman Tangki Septik Suspek Aman Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Kesimpulan: Kepemilikan akses Jamban Pribadi & MCK = 58 % ( Jiwa atau KK ) PHBS untuk BABS = 20 % ( jiwa atau KK) Pengangkutan / Pengaliran: Hanya ada 1 truk penyedot tinja, sedangkan yang beroperasi hanya 1 Truk Pembuangan tinja ke sungai, tempat terbuka masih besar, berdasarkan EHRA 2013 : 19 % Pengolahan Akhir Terpusat Lokasi IPAL terletak di Desa PEH kecamatan Jembrana tidak berfungsi maksimal karena tidak adanya perawatan dan biaya operasional dan pelayanannya tidak optimal Daur Ulang / Pembuangan Akhir: belum dilakukannya praktek pendeteksian kualitas limbah, sedangkan IPAL tidak berfungsi. Perencanaan Teknis dll. Belum adanya Master Plan Air Limbah Permukiman yang terintegrasi dengan RTRW perkotaan Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 23

41 B. Lain-lain: 2. Aspek Pendanaan: Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat 3. Aspek Kelembagaan: Belum terpisahnya fungsi regulator dan Operator dalam pengelolaan IPLT. Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait pengelolaan Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan 4. Aspek Peraturan Perundangan dan penegakan hukum: 5. Aspek Peran serta Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta: 6. Aspek Komunikasi, PMJK dll. Belum memadainya perangkat Perda yang diperlukan dalam pengelolaan Belum optimalnya fungsi Perda terkait Restribusi Air Limbah Permukiman Perlunya revew Perda untuk retribusi air limbah dan Tinja Masih rendahnya kesadaran masyarakat Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan system yang berbasis masyarakat Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran masyarakat belum ada media Komunikasi baik itu media cetak atau elektronik yang mengangkat masalah air limbah secara khusus tetapi secara umum tentang kesehatan lingkungan (sumber referensi: BPS bab III) Catatan: disamping dari BPS, untuk penetapan Aspek dapat mengacu ke Jakstra Air Limbah Permukiman Sasaran Pembangunan Air Limbah Sasaran pembanunan air limbah di Kabupaten Jembrana diuraikan dalam tabel berikut berisi resume Sasaran prioritas yang akan dicapai terkait pembangunan Sanitasi dan PHBS terkait sanitasi sampai dengan periode Tahun Uraian resume sasaran sudah disusun berdasarkan Tingkat Prioritas dan merupakan hasil kesepakatan seluruh anggota Pokja. Penetapan sasaran dengan mempertimbangkan Permasalahan Utama. Uraian secara detail tersedia pada dokumen SSK. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 24

42 Tabel 2.6: Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik Air Limbah Permukiman 1) Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABS) dari 20 % menjadi 0% ( pada tahun 2018) 2) Meningkatnya kesadaran masyarakat sebesar 20 % atau jiwa untuk tidak BABS pada akhir tahun ) Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septik yang tidak aman dari 40 % menjadi septik aman 100% pada akhir tahun ) Tersedianya Regulasi Air Limbah Permukiman domestik pada tahun ) Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT dari yang hanya Area Beresiko tinggi menjangkau juga seluruh are beresiko sanitasi pada tahun ) Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT 14 m3 sehari menjadi 350 m3 /bulan 7) Terpisahnya kelembagaan pengelola antara regulator dan operator dalam pengelolaan IPLT 8) Peningkatan pendanaan Sanitasi di Kabupaten Jembrana dari 0,2 % menjadi 2% di Tahun 2018 Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 25

43 Tabel 2.7 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik Kabupaten Jembrana No Sistem Cakupan Layanan Eksisting Tahun Keterangan (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (i) A Sistem On Site 1 Individual (Tangki septik) 61% 70% 80% 90% 100% KK 2 Komunal(MCK,MCK ++, Tangki Septik) 1% 3% 6% 9% 12% KK 3 Cubluk dan Sejenisnya 5% 3% 2% B Sistem Off Site 1 Skala Kota Skala Wilayah/Kawasan C BABS 20% 10% 5% 5% D Lumpur Tinja ke IPLT (M3/Bln) Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 26

44 Prioritas Pembangunan Air Limbah Daftar Program sesuai urutan Tingkat Prioritas-nya, dengan semata-mata mempertimbangkan kepentingan Kabupaten Jembrana dan tanpa dipengaruhi kepentingan dari masing-masing kedinasan. Secara proses, direkomendasikan untuk menetapkan terlebih dahulu Area Beresiko 3 atau 4 saja sebagai Prioritas UTAMA. Tabel 2.8 Prioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Domestik Kab. Jembrana No. Program Penerima manfaat Score (dan bobot) Permasal Persepsi ahan Pokja mendesak Propoor Score total Urutan prioritas 25% 25% 25% 25% (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Penyuluhan, Kompanye & Edukasi Pembangunan MCK, MCK Pembangunan IPAL Komunal Pembangunan IPLT Pembentukan Badan Pengelola IPLT Revew Perda Terkait Air Limbah dan Sanitasi Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 27

45 2.3. Persampahan Diberlakukannya Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah mewajibkan pemerintah propinsi dan kabupaten,kota harus menyediakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Walaupun demikian, peningkatan laju timbulan sampah di Kabupaten Jembrana tidak diikuti dengan ketersediaan sistem pengelolaan sampah yang memadai. TPA yang awalnya dibangun berpedoman pada sistem Open Dumping menjadi TPA yang dijalankan dengan pola kumpul-angkut-buang. Secara teknis lokasi TPA PEH yang ada sekarang cukup memadai, hanya perlu peningkatan akses layanan yang lebih baik yaitu perluasan area TPA, sistem sanitary Landfill, Akses pelayanan pengangkutan yang lebih baik, dan lokasi Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) yang tidak cukup dan tidak menyebar merata menyebabkan sampah dibuang di sembarang tempat dan melakukan pembakaran sampah secara terbuka Permasalahan Persampahan Pengelolaan sampah perkotaan merupakan permasalahan yang akan terus menerus dihadapi baik oleh pemerintah Kota maupun penduduknya. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk tidak akan terlepas dari bertambahnya jumlah volume sampah. Sementara tempat pembuangan akhir sampah (TPA) semakin berkurang kapasitasnya. Luas TPA saat ini hanya 1 hektar, masih diperlukan 3 hektar lagi agar pelayanan maksimal. Rata-rata produksi sampah Kabupaten Jembrana pada tahun 2013, dengan asumsi penduduk yang membuang sampah ke TPS sebesar 15 % dari Jumlah Penduduk atau KK, dengan sampah per KK sebesar 3.5 Kg, jadi asumsinya mencapai 135,465 ton per bulan, sebanyak 15 persen merupakan sampah plastik dan sisanya sebanyak 60 persen sampah organik serta 25 persen lain-lain (kertas, kaca, besi dll). Asumsi dari Kantor BLHKP Kab. Jembrana produksi sampah kabupaten Jembrana rata-rata naik 5 % setiap Tahunnya. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Jembrana di beberapa lokasi sudah dilakukan pemisahan/pemilahan antara sampah organik dan dan anorganik oleh petugas dan masyarakat dengan membedakan warna tempat pembuangan sementara (TPS) tong sampah. Hasil dari pemisahan sampah tersebut untuk sampah organik selanjut dilakukan pengomposan untuk pupuk. Konsep pengelolaan sampah saat ini lebih ditekankan pada pengelolaan sampah pada sumbernya. Hal ini bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 28

46 1. Aspek Pengemba ngan Sarana dan Prasarana User Interface: A. Sistem Persampahan Tabel 2.9 Permasalahan Persampahan Tingkat Pengolahan dan pengelolaan Sampah Rumah Tangga (RT) di Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut : Cara pengelolaan sampah rumah tangga di Kab. Jembrana dilakukan dengan beberapa cara, yaiitu 1) dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang (4,14%); 2) dikumpulkan dan dibuang ke TPS (12,44%); 3) dibakar (65,64%); 4) dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah (1,38%); 5) dibuang ke sungai (2,56%); dan dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebanyak dan Lain-lain (18% ) Cara Pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Jembrana berdasarkan Study EHRA, secara lengkap dapat dilihat pada Gambar Pengolahan Sampah Rumah Tangga Di Kabupaten Jembrana Tahun Klaster 4 Klaster 3 Klaster 2 Klaster 1 Klaster 0 Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 29

47 Keterangan: - Produksi Sampah Kota/Kab. per hari = 4,515 m3hari atau 135,465 m3/bulan - Pelayanan Sampah x 12,44 % per hari = m3/hari, hanya di wilayah perkotaan saja yaitu di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana Praktek Pemilahan Sampah oleh RT: Praktek pemilahan sampah oleh rumah tangga sebelum dibuang, berdasarkan Study EHRA di Kabupaten Jembrana, rumah tangga yang melakukan pemilahan sampah sebanyak 30,8 % dan sisanya sebanyak 60,2 % tidak melakukan pemilahan sampah. Grafik praktik pemilahan sampah rumah tangga sebelum di buang, secara keseluruhan di Kabupaten Jembrana dan di masing-masing kelurahan tercantum pada Gambar 3.12 Pemilahan Sampah Rumah Tangga Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Melakukan Pemilahan Sampah Tidak Melakukan Pemilahan Sampah Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Pengumpulan setempat Sampai saat ini hanya tersedia 12 Unit gerobak dorong (Total timbunan sampah 46,622 m3/hari) Belum adanya skema strategi untuk kerjasama dengan swasta/kelompok masyarakat dalam pengelolaan persampahan. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 30

48 Penampungan Sementara (TPS): A. Lain-lain: 2. Aspek Kelembagaan: Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas 3. Aspek Pendanaan: Penganggaran terkait pengelolaan persampahan baru mencapai 35 % Pola penanganan sampah belum optimal Rendahnya dana penarikan restribusi 4. Aspek Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta: 5. Aspek Peraturan Perundangan dan penegakan hukum: Sampai saat ini tersedia: 8 unit TPS Sampai saat ini belum tersedia TPST di Kabupaten Jembrana Pengangkutan: Jumlah Dump truck Kap. Masih kurangnya sarana pengangkut, baru ada 8 truk pengangkut untuk wilayah perkotaan. (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang / Tempat Pemrosesan Akhir: Masih belum melakukan pemilahan sampah, baru ada 3 kelompok pemilahan sampah dan belum ada proyek 3R Pengelolaan TPA masih memakai system Open Dumping Perencanaan Master Plan dan DED sistem pengelohan akhir sampah belum ada Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis Rendahnya investasi dunia usaha / swasta Penerapan sanksi hukum dari Perda belum efektif Belum tersosialisasinya ketentuan penangan sampah terhadap masyarakat (sumber referensi: BPS III ) Catatan: disamping dari BPS, untuk penetapan Aspek dapat mengacu ke Jakstra Persampahan Sasaran Pembangunan Persampahan Dalam tabel berikut akan diuraikan sasaran prioritas yang akan dicapai terkait persampahan sampai dengan tahun 2018 di Kabupaten Jembrana, uraian resume disusun berdasarkan tingkat perioritas dan merupakan hasil kesepakatan seluruh anggota POKJA. Penetapan sasaran dengan mempertimbangkan permasalahan utama seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 31

49 Tabel 2.10 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Domestik Persampahan 1) Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 17 % menjadi 75 % pada wialyah perkotaan dan 18 % menjadi 37 % pada daerah pedesaan pada akhir tahun ) Pengurangan sampah dari sumbernya dari 65 % - 20 % untuk wlayah perkotaan. 3) Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan dan SPM pada akhir tahun ) Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun ) Meningkatnya kesadaran masyarakat ber-phbs dalam pengelolaan persampahan sebesar 60,2 % dari jumlah penduduk atau 85 % pada tahun 2018 Tabel 2.11 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Persampahan Cakupan Sasaran Tahun No Sistem layanan Keterangan eksisting (n+1) (n+2) (n+3) (n+4) (n+5) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) A Penanganan Langsung 1 TPST 3 R 17 % 17 % 22 % 27 % 32 % 37 % B Penanganan tidak langsung 1 Dibakar 65,64 % 65,64% 55 % 30 % 20 % 10 % 2 Dibuang sungai dan Lahan 20,56% 20,56 15% 10% 5 % 0% Ditimbun 1,38 % 1 % 1% 1% 1% 1% Kolektor informal 4,14 % 6% 8 % 10 % 12 % 14 % C Penanganan berbasis 1 % 1 % 1 % 1 % 1 % 1 % masyarakat D TPA 12,44 % 25 % 35% 45% 55 % 75 % Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 32

50 Prioritas Pembangunan Persampahan Uraian dari sub bab ini adalah uraian dari sub bab sebelumnya yang berkaitan dengan persampahan di kabupaten Jembrana. Uraian dari prioritas pembangunan persampahan telah memperhatikan kepentingan dan prioritas kabupaten Jembrana dalam penanganan persampahan. Tabel 2.12 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Persampahan Domestik Score (dan bobot) Permasal Penerima Persepsi No. Program ahan manfaat Pokja mendesak Propoor 25% 25% 25% 25% (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Score total Urutan prioritas 1 Pengadaan Truk Sampah Kapasitas 7 M Contener Sampah TPST 3R TPA Sanitary Landfill Drainase Permasalahan Drainase Tabel 2.13 Permasalahan Drainase A. Sistem Drainase User Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: 21,2 % Interface: Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin: Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Ada Genangan Air (Banjir) Tidak Pernah ada Genangan Air (Banjir) Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 33

51 Genangan Air Akibat Banjir di Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Ada Genangan Air (Banjir) Tidak Pernah ada Genangan Air (Banjir) Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Frekuensi genangan secara rutin dialami oleh sekitar 21,2 % rumah tangga sementara, sebagian besar atau 78,98 % tidak secara rutin mengalami genangan. Penampung an / Pengolahan Awal: Pengangkut an / Pengaliran: Data Genangan: No. Lokasi Genangan Luas Genangan (Ha) Lama Genangan (> atau <3 jam) Tinggi Genangan (> atau <30 cm) 1. Kelurahan Dauhwaru, 30 cm s/d > 3 Jam Kecamatan Jembrana cm Jumlah 22,3 grey water masih bercampur dengan saluran drainase, belum ada sumur resapan Kondisi drainase berdasarkan hasil EHRA 2013 di Kabupaten Jembrana Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 34

52 Kondisi Arah Pengaliran Air Bekas Buangan/Air Limbah Non Tinja Di Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Tidak Tahu Pipa IPAL Sanimas Pipa Saluran Pembuangan Lubang Galian Saluran Tertutup Saluran Terbuka Kejalan/Halaman Rumah Kesungai/Kanal Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Data lain berdasarka n hasil EHRA Juni 20xx: Dokumen Perencanaa n Ditemukan bahwa sekitar 21,2 % rumah tangga memiliki lingkungan sekitar rumah yang terdapat genangan air. Pada umumnya, sistem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water). Porsi belanja fisik sub sektor drainase masih 2 %. Prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik 67,2 %. Akses masyarakat terhadap sarana drainase masih 39, 8 % Luas area genangan 35 Ha Belum tersedianya master plan dan dokumen perencanaan lainnya Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 35

53 B. Lain-lain : Catatan: Aspek lain seperti diatas dan dapat mengacu ke - Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan draenase perlu ditingkatkan tidak hanya menjadi taggung jawab pemerintah Kabupaten Jembrana Sasaran Pembangunan Drainase Sasaran prioritas yang akan dicapai terkait pembangunan Sanitasi khususnya draenase dan sampai dengan periode Tahun 2018 adalah berdasarkan Tingkat Prioritas dan merupakan hasil kesepakatan seluruh anggota Pokja. Penetapan sasaran dengan mempertimbangkan Permasalahan Utama seperti yang diuraikan pada sub bab sebelumnya. Tabel berikut adalah penjelasan resume pembangunan draenase di Kabupaten Jembrana Tabel 2.14 Resume Tujuan dan Sasaran Utama Pembangunan Drainase Kab. Jembrana Drainase 1) Meningkatnya dimensi saluran lama sebanyak 7 km dan pemeliharaan saluran drainase pada akhir tahun ) Meningkatnya proporsi biaya operasional sebesar 5 % terhadap total pendanaan drainase dari yang telah ada sekarang. 3) Dibangunnya saluran drainase di setiap permukiman padat perkotaan baik oleh Pemerintah, Pengembang perumahan maupun masyarakat setempat pada akhir tahun ) Menambah saluran pembuangan akhir drainase (tersier) di perumahan sepanjang 7000 M di daerah dengan zone jangka pendek pada tahun ) Berkurangnya rumah tangga yang membuang limbah/sampah langsung ke saluran drainase sebesar 35 % pada tahun Tabel 2.15 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Drainase Sasaran Tahun No Sistem eksisting Keterangan (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) 1 Penanganan Langsung a Cakupan Layanan 39,8 % 39,8 % 45 % 55 % 60 % 65 % b Fungsi Drainase 67,82 % 70 % 75% 80 % 85 % 90 % c Luas Genangan 35 Ha 35 Ha 30 Ha 25 Ha 20 ha 15 ha 2 Penanganan tidak langsung a b C Penanganan berbasis masyarakat Keterangan: Lihat rencana Pengembangan didalam SSK Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 36

54 2.4.3 Prioritas Pembangunan Drainase Secara proses dan tahapan dalam penentuan program dan kegiatan di Kabupaten Jembrana direkomendasikan untuk menetapkan terlebih dahulu 3 atau 4 saja sebagai Prioritas UTAMA dalam pembangunan Draenase hal ini berkaitan dengan ketersediaan ANGGARAN dan RENCANA IMPLEMENTASI-nya. Apabila dalam proses ke 3 atau 4 program diatas sudah ada kepastian penganggarannya (dari berbagai sumber pendana), Pokja dapat menetapkan kembali prioritas lanjutan dengan mereview pada dokumen MPS Tahunan. Konsultasi dan koordinasi dengan seluruh Dinas terkait untuk penetapan prioritasi ini merupakan KEHARUSAN. Tabel 2.16 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Drainase Kab. Jembrana No. Program Penerima manfaat Score (dan bobot) Permasal ahan mendesak Persepsi Pokja Propoor Score total Urutan prioritas 25% 25% 25% 25% (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Penyusunan Masterpaln Drainase skala Kabupaten/Kawasan Kab. Jembrana Penyusunan database system drainase Kabupaten/Kawasan Kab. Jembrana Pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase primer Kota Jembrana Pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase tersier Kec. Negara PHBS terkait sanitasi Permasalahan PHBS terkait sanitasi Tabel 2.17 Permasalahan mendesak PHBS terkait sanitasi Berdasarkan hasil EHRA Juni 2013, maka: - Hasil studi EHRA : 12,8 % kesadaran sebagian kecil masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat didukung dengan pola hidup masyarakat perkotaan yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan tempat tinggal. - Kurangnya kepedulian masyarakat dan pengambil kebijakan terhadap programprogram yang bersifat preventif dan promotif kepada masyarakat yang masih rentan PHBS Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 37

55 PHBS Tidak Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Lima Waktu Penting Kab. Jembrana Tahun 2013 Klaster 3 20% Klaster 4 24% Klaster 2 19% Klaster 0 13% Klaster 1 24% - Studi Ehra Tahun 2013 masih adanya : 42,4 % di Kabupaten Jembrana BABS Prilaku BABS Di Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Klaster 4 25% Klaster 0 16% Klaster 3 22% Klaster 2 18% Klaster 1 19% Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 38

56 2.5.2 Sasaran PHBS terkait sanitasi Tabel 2.18 Tujuan dan Sasaran PHBS terkait sanitasi PHBS (Prilaku Hidup Bersih dan Sehat ) 1) Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan) tentang Perilaku Hidup Bersih dan sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan sebesar 25 % atau 21,000 jiwa pada akhir tahun 2018 di Kabupaten Jembrana 2) Meningkatnya kesadaran anak sekolah untuk semua tingkatan dan pondok pesantren dalam berperilaku PHBS. 3) Terlatihnya kader kesehatan lingkungan sebanyak 5 Orang/Desa atau 225 Orang dari jumlah Kelurahan/Desa di Kabupaten Jembrana pada akhir tahun ) Berperannya kelompok masyarakat (organisasi masyarakat) laki- laki dan perempuan di 51 kelurahan/desa dalam penyadaran higiene pada akhir tahun ) Termanfaatkannya media pilihan masyarakat (media lokal) di lokasi prioritas dalam penyadaran berperilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun Prioritas PHBS terkait sanitasi Tabel 2.19 Prioritas implementasi program dan kegiatan PHBS terkait sanitasi di Kab. Jembrana No. Program Penerima manfaat Score (dan bobot) Permasal Perse ahan psi mendesak Pokja Propoor Score total Urutan prioritas 25% 25% 25% 25% (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Program STBM Pembuatan media promosi dan informasi sadar hidup sehat, seperti banner, stiker, spanduk dll. Penyuluhan dan edukasi PHBS kepada setiap Tahapan Sekolah dan Pondok Pesantren yang ada Di Kabupaten Jembrana Penyuluhan, edukasi dan pembentukan kader kesehatan lingkungan ditingkat Kelurahan/Desa di Kabupaten Jembrana Penyuluhan dan kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui siaran TV dan Radio yang ada di Kabupaten Jembrana Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 39

57 2.6. Review Kerangka Kerja Logis Tabel 2.20 Kerangka Kerja Logis Air Limbah Kab. Jembrana Permasalahan mendesak 1. Dari Hasil Studi EHRA Pengelolaan limbah cair dilakukan secara setempat (SeptikTank) baru 61 % 2. Prilaku BABS masih 20 % 3. Kurangnya Kepemilikan jamban pribadi dan MCK atau baru 67,4 %. Dst Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Tercapainya standar pelayanan minimum (SPM) dan pengelolaan air limbah domestik yang berwawasan lingkungan. Peningkatan pelayanan Air Limbah Domestik dari 2% menjadi 35 % Tahun 2018 Tabel 2.21 Kerangka Kerja Logis Persampahan Kab. Jembrana 1.Meningkatkan akses pengelolaan air limbah domestik skala kawasan kepada masyarakat 2. Meningkatkan pelayanan sarana parsarana MCK ++ dan Tanki septik komunal 1.Pembangunan sistim air limbah terpusat (on site) 2.Peningkatan sarana dan prasarana sistim kumunal 1. Pembangunan sistim air limbah terpusat skala kawasan 1.Pembangunan MCK ++ 2.Pembangunan tanki septik komunal 3.Pengadaan truk tinja. Permasalahan mendesak 1. Masyarakat membuang sampah dibakar (65,64%); dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah (1,38%); dibuang ke sungai (2,56%); dan dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebanyak dan Lain-lain (18% ) Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Meningkatnya kesadaran masyarakat akan budaya bersih dan sehat Berkurangnya rumah tangga yang membuang sampah langsung ke sungai menjadi 0 % pada tahun 2018 Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kerugian membuang sampah ke sungai PHBS Penyuluhan PHBS Lomba desa Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 40

58 Pengolahan sampah oleh masyarakat Bank sampah Sosialisasi Pembentukan kelompokbank Sampah Pelatihan pengelolaan bank sampah 2. Timbunan sampah yang ditangani baru 20 % 3. Anggaran di bidang persampahan tidak cukup untuk mengantisipasi keadaan darurat. Anggaran yang ada hanya cukup untuk pelayanan dasar 4. Rendahnya koordinasi antar instansi 5. Rendahnya kapasitas SDM Meningkatnya pelayanan persampahan sesuai standar minimal Meningkatan pengolahan sampah terutama di kawasan perkotaan menjadi 65% pada tahun 2018 Menyediakan sarana pengumpulan sampah Meningkatkan pengelolaan dan pengolahan sampah dari stasiun antara sampai ke TPA Pengelolaan sampah dari sumbernya Pengelolaan sampah dari stasiun antara sampai ke TPA TPST 3R Pengadaan tempat sampah Pembangunan TPS Pengadaan Dump Truck Peningkatan TPS menjadi TPST 3R Pengolahan sampah anorganik Pengadaan alat komposter Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 41

59 Tabel 2.22 Kerangka Kerja Logis Drainase Kab. Jembrana Permasalahan mendesak Jaringan drainase yang belum terkelola dengan baik sebesar 20 %, dan masih ada genangan air 21 % di wilayah kabupaten Jemrbana, dan Ada Banjir/Genangan 35 Ha, Banyak saluran drainase di beberapa tempat tersumbat Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan mengurangi genangan air pada titik titik tertentu Meningkatnya kesadaran masyarakat sadar akan fungsi saluran drainase meningkatnya dimensi saluran lama sebanyak 7 KM dan pemeliharaan saluran drainase pada akhir tahun 2018 berkurangnya lama waktu genangan menjadi kurang dari 1 jam wilayah perkotaan yang termasuk zona penanganan jangka pendek Berkurangnya rumah tangga yang membuang limbah/sampah langsung ke saluran drainase sebesar 35 % pada tahun 2018 Mengoptimalkan pembangunan dan pengawasan sistem infiltrasi pada kawasan permukiman yang cukup padat dan perumahan yangdibangun oleh developer Lama genangan berkurang menjadi kurang dari 1 jam dengan perbaikan saluran drainase Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kerugian membuang sampah/limbah ke saluran/sungai Pemeliharaan saluran drainase primer/tersier Pembangunan saluran drainase tersier Pemeliharaan saluran drainase primer/tersier Normalisasi saluran drainase primer/tersier Pembangunan saluran drainase tersier Normalisasi saluran drainase primer/tersier Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 42

60 Tabel 2.22 Kerangka Kerja Logis PHBS Kabupaten Jembrana Permasalahan mendesak Hasil Studi EHRA di Kabupaten Jembrana Prilaku BABS sembarangan masih : 20 %, PHBS untuk CTPS dilima waktu penting masih cukup tinggi yaitu : 22 % Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Perubahan perilaku di masyarakat mengenai hidup bersih dan sehat sampai dengan Tahun 2018 Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang PHBS dari 80 % menjadi 100 % di Tahun 2018 Penyuluhan terkait PHBS melalui media komunikasi dan langsung ke masyarakat Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam PHBS melalui Kampanye - Road Show Penyuluhan tentang PHBS (CTPS, stop BABS dan Membuang sampah pada tempatnya) di sekolah-sekolah, Pondok Pesantren, Perkantoran, Permukiman dan ditempat-tempat umum - Penyuluhan dan kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meliputi CTPS, Stop BABS dan Membuang sampah pada tempatnya melalui siaran radio atau TV lokal. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 43

61 Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman di Kabupaten Jembrana dilakukan melalui system setempat (on site) yang dikelola oleh warga masyarakat. Selain itu pembuangan limbah cair rumah tangga masih banyak dilakukan di lahan terbuka, sungai atau perairan bebas. Pembuangan air limbah domestik oleh warga di Kabupaten Jembrana dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Pembuangan limbah tinja ke WC (jamban pribadi/umum) Melalui tangki septik dan/atau Plengsengan di tiap-tiap rumah tangga. Pembuatan septik tank biasanya di lakukan di rumah tangga yang tergolong mampu baik di kawasan perkotaan atau di daerah pinggiran kota. Sedangakan plengsengan dibuat oleh rumah tangga yang tergolong tidak mampu. 2. Pembuangan limbah tinja ke sungai dan ruang terbuka/kebun. Pembuangan tinja langsung ke sungai dan kebun banyak dilakukan oleh masyarakat kurang mampu yang berada di daerah pinggiran sungai dan daerah perdesaan yang masih memiliki areal/lahan terbuka yang cukup luas. Hasil Study EHRA tahun 2013, tempat penyaluran akhir tinja yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Jembrana melalui tangki Septik sebanyak 61 persen dan pipa sewer 2 persen, sedangkan sisanya sebesar 47 persen dilakukan oleh warga dengan cara tidak aman baik melalui Cubluk/lobang tanah (5 %), sungai, Kolam/sawah (5 %), jalan, halaman, kebun (7%) dan menjawab lain-lain 30 %. Dilihat dari Tangki septik suspek aman atau tidak aman, secara keseluruhan untuk Kabupaten Jembrana, tangki suspek aman sebesar 61 persen, sedangkan apabila dilihat per kecamatan maka kecamatan Negara dan Kec. Jembrana khususnya permukiman padat perkotaan seperti kelurahan Loloan Barat rata2 (33 %) Sarana dan Prasarana (Fisik) Air Limbah Rencana Sistem Setempat (On-site): sistem individual maupun komunal Sistem individual dan komunal yang akan dibangun meliputi: MCK, MCK++ dan Septiktank komunal baik yang berbasis masyarakat maupun berbasis kelembagaan. Pembangunan MCK, MCK++ dan Septiktank Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 44

62 Komunal akan difokuskan pada daerah permukiman perkotaan vyang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Rencana Sistem Terpusat (Off-site): IPAL kawasan dan skala kota Pembangunan sistem terpusat akan dibangun pada skala kawasan yang diprioritaskan untuk kawasan perkotaan yang meliputi kawasan permukiman padat perkotaan khususnya di Kecamatan Jembrana dan Kecamatan Negara. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 45

63 Gambar 3.1: Lokasi Infrastruktur Air Limbah Existing Kabupaten Jembrana IPAL Komunal Kawasan Kel. Melaya i IPLT PEH, Desa Kaliakah IPAL Komunal Kawasan Kel. Delodberawah Infrastruktur Existing IPAL Komunal Kawasan Kel. Pekutatan IPAL Komunal Kawasan Kel. Loloan Barat Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 46

64 Gambar 3.2: Peta Lokasi Infrastruktur Air Limbah sampai Akhir Perencanaan di Kabupaten Jembrana IPAL Kawasan Kel. Melaya i IPLT Desa Kaliakah Lokasi IPLT PEH Desa Kaliakah (1 Unit) IPAL Kawasan Kel. Delodberawah Lokasi IPAL Kawasan Kel. Melaya (1 Unit) Lokasi IPAL Kawasan Kel. Pekutatan IPAL Kawasan Kel. Pekutatan Infrastruktur Existing Infrastruktur Rencana IPAL Kawasan Kel. Loloan Barat Lokasi IPAL Kawasan Kel. Loloan Barat (1 Unit) Lokasi IPAL Kawasan Kel. Delodberawah (1 Unit) Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 47

65 3.1.2 Kegiatan Pendukung (Non-Fisik) Air Limbah Studi dan Perencanaan Teknis Kegiatan studi pengolahan limbah pada kabupaten Jembrana dan perencanaan teknis yang diperlukan dalam rangka mendukung kegiatan fisik khususnya yang berbasis kelembagaan meliputi masterplan, studi kelayakan, studi lingkungan dan desain rinci. Kebutuhan dan jenis dari studi dan perencanaan teknis ini akan disesuaikan dengan kebutuhan atau persyaratan yang berlaku. Kelembagaan, Peraturan, Komunikasi, dll. Kelembagaan, peraturan dan komunikasi merupakan keharusan dalam rangka mendukung keberlanjutan program sanitasi. Kelembagaan yang akan dibentuk berupa kelembagaan formal dan kelembagaan yang bersifat non-formal atau berbasis masyarakat. Kelembagaan yang akan dibentuk berupa UPTD untuk Pengelola IPLT, KSM untuk Pengelola MCK, MCK++, Tangki Septik Komunal dan Pembentukan Kader-kader ditingkat kelurahan dan desa. Peraturan atau regulasi akan mengatur pengelolaan air limbah secara keseluruhan yang berupa Perda Pengaturan Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Jembrana dan Komunikasi yang akan dilakukan berupa kampanye, sosialisasi, edukasi, pemicuan baik secara langsung melalui kader-kader sanitasi maupun melalui siaran radio, televisi, leflet dsb. Perhitungan Kebutuhan sarana dan prasarana pembangunan Air Limbah untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sesuai dengan tata cara perhitungan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 48

66 No. Uraian Kegiatan Detail Lokasi Kegiatan Sasaran BABS 0% Program Pembangunan MCK Komunal Pembangunan IPAL Kawasan dan jaringan perpipaan/sambungan rumah Penyuluhan dan kampanye Bebas "BABS"/Melalaui Program STBM Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun MCK++) 5 Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun MCK) MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) TAHUN 2014 Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Kabupaten Jembrana Desa Pekutatan, Desa Delodberawah, Kel. Loloan Barat, dan Kel. Melaya Desa Pekutatan, Desa Delodberawah, Kel. Loloan Barat, dan Kel. Melaya Kec. Negara, Kec. Jembrana, Kec. Melaya Desa Pekutatan, Desa Delodberawah, Kel. Loloan Barat, dan Kel. Melaya Desa Pekutatan, Desa Delodberawah, Kel. Loloan Barat, Jumlah Penduduk Jiwa/408 KK Jiwa/408 KK Satuan unit 5 Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 49 Tahun Pelaksanaan Jumlah Volume unit KK paket Jiwa/408 KK Jiwa/408 KK paket 3 paket

67 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) TAHUN 2014 dan Kel. Melaya Desa Pekutatan, Penyuluhan dan kampanye mendorong Desa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Delodberawah, Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi Jiwa/408 KK Kel. Loloan Barat, untuk dibangun IPAL dan Kel. Melaya paket 5 50 Sekolah Sanitasi sekolah (SD,SMPdan SMU) Kab. 500 Jiwa paket 10 Jembrana Program STBM Program Pembangunan IPLT Pengadaan Truk Tinja Kec. Negara, Kec. Jembrana, Kec. Melaya Br. Peh, Desa Kaliakah Kec. Jembrana dan Kec. Negara KK paket KK unit KK unit Catatan: Berdasarkan hasil perhitungan analisis Volume dan Biaya Air Limbah, perhitungan terlampir.. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 50

68 3.2 Rencana Kegiatan Persampahan Rata-rata produksi sampah Kabupaten Jembrana pada tahun 2013, dengan asumsi penduduk yang membuang sampah ke TPS sebesar 15 % dari Jumlah Penduduk atau KK, dengan sampah per KK sebesar 3.5 Kg, jadi asumsinya mencapai 135,465 ton per bulan, sebanyak 15 persen merupakan sampah plastik dan sisanya sebanyak 60 persen sampah organik serta 25 persen lain-lain (kertas, kaca, besi dll). Asumsi dari Kantor BLHKP Kab. Jembrana produksi sampah kabupaten Jembrana rata-rata naik 5 % setiap Tahunnya. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Jembrana di beberapa lokasi sudah dilakukan pemisahan/pemilahan antara sampah organik dan dan anorganik oleh petugas dan masyarakat dengan membedakan warna tempat pembuangan sementara (TPS) tong sampah. Hasil dari pemisahan sampah tersebut untuk sampah organik selanjut dilakukan pengomposan untuk pupuk. Konsep pengelolaan sampah saat ini lebih ditekankan pada pengelolaan sampah pada sumbernya. Hal ini bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya Sarana dan Prasarana (Fisik) Persampahan - Pengelolaan sampah perkotaan merupakan permasalahan yang akan terus menerus dihadapi baik oleh pemerintah Kab. Jembrana maupun penduduknya. dilakukan dengan beberapa cara, yaiitu 1) dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang (4,14%); 2) dikumpulkan dan dibuang ke TPS (12,44%); 3) dibakar (65,64%); 4) dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah (1,38%); 5) dibuang ke sungai (2,56%); dan dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebanyak dan Lain-lain (18% ) Rencana Penanganan Sampah dilakukan dengan menyediakan pewadahan sampah di sumber sampah, menyediakan sarana pengumpulan dari sumber sampah ke TPS, Membangun sarana tempat penampungan sementara (TPS), membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke tempat pembuangan akhir dan sarana composting. - Tingkat Produksi Sampah Kab. Jembrana per hari = 4,515 m3hari atau 135,465 m3/bulan Pelayanan Sampah x 12,44 % per hari = m3/hari, hanya di wilayah perkotaan saja yaitu di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana - Praktek pemilahan sampah oleh rumah tangga sebelum dibuang, berdasarkan Study EHRA di Kabupaten Jembrana, rumah tangga yang melakukan pemilahan sampah sebanyak 30,8 % dan sisanya sebanyak 60,2 % tidak melakukan pemilahan sampah. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 51

69 Gambar 3.3: Lokasi Infrastruktur Persampahan Existing Kabupaten Jembrana TPS 3R Desa Gilimanuk TPA PEH Desa Kaliakah TPS 3R Desa Asah Duren Dan Desa Pengeragoan Lokasi Infrastruktur Persampahan Exsisting TPS 3R Desa Melaya TPS 3R Desa Yeh Sumbul Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 52

70 Gambar 3.4: Peta Lokasi Infrastruktur Persampahan sampai Akhir Perencanaan Kab. Jembrana TPS 3R Desa Gilimanuk TPS 3R Desa Melaya TPA PEH Desa Kaliakah Lokasi TPS 3R Desa Melaya dan Gilimanuk (2 Unit) Lokasi TPS 3R Desa Yeh Sumbul (1 Unit) TPS 3R Desa Asah Duren Dan Desa Pengeragoan Lokasi Infrastruktur Persampahan Exsisting Lokasi Infrastruktur Rencana Lokasi Rivitalisasi TPA Terpadu PEH Desa Kaliakah (1 Unit) TPS 3R Desa Yeh Sumbul Lokasi TPS 3R Desa Asah Duren Dan Desa Pengeragoan (2 Unit) Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 53

71 Kegiatan Pendukung (Non Fisik) Persampahan - Studi dan Perencanaan Teknis dilakukan dengan menyusun target pengelolaan sampah skala kota, menyusun rencana program persampahan dan rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target pengelolaan sampah tahunan selama 5 Tahun - Kelembagaan dengan Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, sosialisasi peraturan dan pembinaan dan memberikan sanksi terhadap pelanggaraan pengelolaan sampah Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 54

72 Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Persampahan Kabupaten Jembrana No. Uraian Kegiatan Detail Lokasi Jumlah Penduduk terlayani Satuan Tahun Pelaksanaan Volume 1 Penyuluhan, Kampanye dan Edukasi Kab. Jembrana Persampahan 82,635 KK paket Penyusunan Master plan Persampahan Kab. Jembrana paket Kel. Gilimanuk, Kel, Melaya, Desa Yeh Sumbul, Desa Pengeragoan dan KK unit Pembangunan TPS 3R dan fasilitasnya Desa Asah Duren 4 Kel. Gilimanuk, Kel, Melaya, Desa Yeh Sumbul, Desa KK paket Pelatihan Pengolahan sampah 3R bagi Pengeragoan dan kader desa dan RT/RW Desa Asah Duren 5 Pengadaan Bin/bak sampah Kec. Jembrana KK unit Pengadaan Sepeda Motor Operasional Kec. Negara dan Kec. Persampahan Jembrana KK unit Kec. Negara dan Kec. Jembrana KK unit Pengadaan Armroll Truck 8 Kec. Negara dan Kec. Jembrana KK unit Pengadaan Dump Truck Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 55

73 9 Revitalisasi Pengelolaan TPA Terpadu Desa Kaliakah KK paket 0 PEH Sosialisasi Perda Pengelolaan Kab. Jembrana Persampahan KK paket Catatan: Berdasarkan hasil perhitungan analisis Volume dan Biaya Air Limbah, perhitungan terlampir.. Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 56

74 3.3 Rencana Kegiatan Drainase Pemeliharaan adalah hal yang menjadi perhatian pembangunan dan pengelolaan draenase di Kabupaten Jembrana antara lain meningkatnya dimensi saluran lama sebanyak 7 km dan pemeliharaan saluran drainase pada akhir tahun Meningkatnya proporsi biaya operasional sebesar 5 % terhadap total pendanaan drainase dari yang telah ada sekarang.dibangunnya saluran drainase di setiap permukiman padat perkotaan baik oleh Pemerintah, pengembang perumahan maupun masyarakat setempat pada akhir tahun Menambah saluran pembuangan akhir drainase (tersier) di perumahan sepanjang 7000 M di daerah dengan zone jangka pendek pada tahun Berkurangnya rumah tangga yang membuang limbah/sampah langsung ke saluran drainase sebesar 35 % pada tahun Sarana dan Prasarana (Fisik) Drainase Rencana Pembangunan Saluran Drainase terdiri dari : pembangunan saluran drainase primer, pemeliharaan saluran drainase primer, pembangunan saluran drainase tersier/lingkungan, rehabilitasi saluran drainase tersier/lingkungan dan pemeliharaan saluran drainase tersier/lingkungan. Rencana Pembangunan Bangunan Pendukung di Kab. Jembrana Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 57

75 Gambar 3.5: Peta Lokasi Infrastruktur Drainase MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) TAHUN 2014 Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 58

1.1 Latar Belakang MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) TAHUN Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 1

1.1 Latar Belakang MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) TAHUN Kabupaten Jembrana Provinsi Bali 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Jembrana secara umum dapat disimpulkan dalam bahwa perencanaan pembangunan sanitasi yang tidak sesuai dengan permasalahan dan skala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Tolitoli merupakan suatu tahapan antara, yaitu setelah penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Tolitoli (SSK)

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek Buang Air Besar Sembarangan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tindaklanjut dari penyusunan Dokumen Buku Putih (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

BAB 4 Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi

BAB 4 Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi BAB 4 Rencana Pembangunan Sanitasi Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG 5.. Ringkasan Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi Tidore Kepulauan

Memorandum Program Sanitasi Tidore Kepulauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kota Tangerang ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI JEMBRANA, a. bahwa visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1 Gambaran Wilayah 2.1.1 Administrasi WIlayah Kabupaten Jembrana terletak pada belahan bagian barat Pulau Bali membujur dari barat ke timur pada posisi 8 o 09 30-8 o 28

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

MOMERANDUM PROGRAM SANITASI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. BAB I Pendahuluan

MOMERANDUM PROGRAM SANITASI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Momerandum Program Sanitasi atau MPS adalah dokumen sanitasi yang disusun setelah Kabupaten/Kota selesai melakukan penyusunan dokumen Buku Putih dan Strategi Sanitasi

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS)

Memorandum Program Sanitasi (MPS) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk dan akhirnya pada masalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN KAKAO KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN KAKAO KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN KAKAO KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA IMPLEMENTASI

BAB V RENCANA IMPLEMENTASI Memorandum Program Sanitasi (MPS) 20152019 BAB V RENCANA IMPLEMENTASI Dalam ini diuraikan rencana tindak yang akan dan perlu dilakukan dalam rangka persiapan tahap implementasi, utamanya untuk program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

RENCANA IMPLEMENTASI BAB Kondisi Kesiapan Pelaksanaan

RENCANA IMPLEMENTASI BAB Kondisi Kesiapan Pelaksanaan RENCANA IMPLEMENTASI.1. Kondisi Kesiapan Pelaksanaan Bagian akhir dari Dokumen Memorandum Program sanitasi yakni pada Bab V yang membahas tentang rencana impelementasi kegiatatan Sarana fisik dan program

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 45 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Sukabumi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Peningkatan akses layanan air limbah rumah tangga menjadi 85 90 % pada akhir

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

BAB 5 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KABUPATEN PULAU TALIABU

BAB 5 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KABUPATEN PULAU TALIABU Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG 2010 2030 BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi

Lebih terperinci