PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa DENGAN SUMBER VARIETAS BERBEDA DI KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa DENGAN SUMBER VARIETAS BERBEDA DI KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 271 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa DENGAN SUMBER VARIETAS BERBEDA DI KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN ABSTRAK Petrus Rani Pong-Masak *), Noor Bimo Adhiyudanto *), dan Andi Sahrijannah **) *) Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut Jln. Pelabuhan Etalase Perikanan, Tabulo Selatan, Boalemo, Gorontalo **) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan Rumput laut, Gracilaria spp. yang dibudidayakan di tambak memiliki performansi talus yang berbeda. Perbedaan performansi talus diduga akan memberikan respons pertumbuhan apabilla diintroduksikan pada lokasi budidaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa dalam tambak dengan sumber varietas berbeda di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2011 di Desa Taipa, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan, dan setiap perlakuan masing-masing mempunyai tiga ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah A (bibit yang berasal dari Takalar), B (bibit yang berasal dari Luwu), dan C (bibit yang berasal dari Bone). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t (Steel & Torrie, 1993) yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), di mana pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa varietas Luwu lebih tinggi dibanding varietas Takalar dan Bone, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan harian (LPH) yakni Luwu 5,69%; Bone 5,05%; dan Takalar 4,57%. Bibit yang bersumber dari varietas Luwu memberikan respons pertumbuhan terbaik sehingga dapat dijadikan kandidat pengembangan bibit untuk budidaya yang produktif di tambak. KATA KUNCI: pertumbuhan, Gracilaria verrucosa, varietas berbeda, tambak, Takalar PENDAHULUAN Rumput laut atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, di antaranya Eucheuma sp., Gracilaria sp., dan Gelidium sp. Sejak zaman dulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan (Cholis, 2010). Rumput laut merupakan salah satu komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis rumput laut yang bernilai ekonomis dan sudah diperdagangkan sejak dahulu baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun ekspor salah satunya yaitu jenis Gracilaria verrucosa, Mengingat potensi pasar yang sangat besar dan potensi lahan tambak yang besar pula, maka pengembangan budidaya rumput laut di tambak mempunyai prospek yang sangat baik karena mudah dilakukan, bersifat massal, cepat panen, tidak padat modal, menyerap tenaga kerja, permintaan tinggi, dan harga yang menguntungkan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar memprioritaskan status budidaya rumput laut Sulawesi Selatan sebagai salah satu komoditas unggulan di sektor perikanan dan berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan diketahui, bahwa lahan budidaya rumput laut yang menggunakan bibir pantai di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan pada 2007 tercatat sepanjang 400 km. Lahan budidaya rumput laut tersebut kemudian meningkat menjadi 600 km pada 2010.

2 Pertumbuhan bibit rumput laut... (Petrus Rani Pong-Masak) 272 Adapun kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam budidaya rumput laut yaitu bibit yang sering dipakai dan dikembangkan oleh masyarakat sampai saat ini masih didapat dari hasil pengembangan secara vegetatif yaitu dengan cara menyisihkan talus hasil budidaya milik sendiri. Keterampilan untuk menyeleksi talus yang baik untuk bibit tentu sangat beragam dan sebagian besar dari masyarakat masih memiliki pengalaman dan keterampilan yang sangat terbatas sehingga hasil produksi panen yang dihasilkan sering tidak optimal. Dan penggunaan bibit rumput laut secara berulang yang dapat menurunkan kualitas mutu dari rumput laut itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tentang bibit rumput laut tersebut maka dilakukan penelitian dengan metode seleksi klon. Metode seleksi klon bibit rumput laut merupakan metode yang menghasilkan bibit rumput laut (varietas yang baru) yang berasal dari satu induk yang sama yang mempunyai sifat genetik asli sesuai dengan induknya. Selain itu, metode ini sangat praktis untuk diterapkan dikalangan pembudidaya rumput laut karena tidak menggunakan alat-alat yang canggih dan mahal. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa yang unggul dengan metode seleksi klon di Kabupaten Takalar. Kegunaan penelitian ini adalah untuk peningkatan serta bibit rumput laut Gracilaria verrucosa dikalangan pembudidaya rumput laut. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Maret hingga Mei Lokasi penelitian lapang di Desa Taipa Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut jenis Gracilaria verrucosa. Alat-alat yang digunakan yaitu timbangan, wadah, terpal, pisau cutter, tali polyetilen (ukuran diameter 10 mm; 8 mm; 4 mm; dan 1,5 mm). Pelampung (botol plastik air mineral), patok, buku, pulpen, alat pengkur kualitas air dilapangan menggunakan DO meter. Prosedur Penelitian Persiapan Penelitian Penelitian ini diawali dengan melakukan survai lokasi dan pemilihan lokasi untuk mengetahui gambaran awal lingkungan lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan persiapan lahan/perbaikan tambak yang meliputi: perbaikan pematang tambak dan pintu air, pemberantasan biota liar. Tambak diisi air dengan ketinggian 60 cm dari pelataran tambak. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan diawali dengan melakukan seleksi bibit yaitu melakukan seleksi klon yang diambil pada populasi stok induk rumput laut yang telah dipisah menjadi rumpun (10 g/rumpun) dan telah dipelihara selama 30 hari dari penanaman awal. Adapun teknis pelaksanaan seleksi klon adalah sebagai berikut: Siapkan alat yang digunakan yaitu: timbangan, wadah, dan cutter, serta tali baru/bersih untuk penimbangan bobot bibit, serta pemisahan dan pengikatan rumpun bibit dari klon-klon terbaik. Timbang bibit rumput laut Gracilaria verrucosa sebanyak 10 g yang sama untuk setiap rumpun. Bibit diikat pada tali cincin yang terdapat pada tali bentangan dengan jarak 15 cm antar rumpun. Tali bentangan yang sudah terpasang bibit dibentangkan pada tali induk dengan jarak 1 m antar bentangan, pada tali bentangan diberi pelampung dengan jarak 2 m antar pelampung. Selanjutnya dilakukan pemantauan atau pengecekan setiap interval waktu 5 hari yaitu: pertumbuhan atau pertambahan bobot dari rumput laut tersebut.

3 273 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Setiap rumpun bibit dilepas dari ikatannya, kemudian dilakukan penimbangan pada setiap rumpun bibit secara berurutan dalam setiap bentangan. Setelah semua rumpun bibit dalam satu bentangan ditimbang, maka segera ambil bibit yang memiliki laju pertumbuhan harian (LPH) sampai dengan nilai LPH tertinggi-1, kemudian dipisahkan dari populasi bentangan. Setiap rumpun bibit yang terpilih masing-masing menjadi klon yang akan dipisahkan/dipotong menjadi rumpun baru yang diikat dan dipelihara selanjutnya selama 30 hari. Setiap siklus pemeliharaan harus ada kontrol internal dan eksternal, di mana kontrol internal diperoleh dari nilai rata-rata bobot bibit dalam setiap bentangan, sedangkan kontrol eksternal adalah bibit yang diperoleh dari masyarakat pembudidaya lokal. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang diterapkan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas tiga perlakuan dan tiga ulangan yaitu: Perlakuan A : bibit yang berasal dari Takalar Perlakuan B : Perlakuan C : bibit yang berasal dari Luwu (Palopo) bibit yang berasal dari Bone Setiap perlakuan tersebut masing-masing diberi ulangan tiga kali sehingga terdapat sembilan unit percobaan. Peubah yang Diamati Untuk mengetahui pertumbuhan harian rumput laut maka setiap minggu dilakukan penimbangan bobot pada setiap unit percobaan. Penelitian ini dilakukan pada pagi atau sore untuk melindungi dari sinar matahari. Laju pertumbuhan harian (Growth rate) rumput laut dihitung dengan menggunakan rumus Fortes (1989): ln Wt LPH - ln Wo t x 100% Keterangan: LPH = laju pertumbuhan harian (%) Wt = bobot akhir pada waktu t (g) Wo = bobot awal (g) t = lama pemeliharaan (hari) Pengamatan Kualitas Air Pengamatan parameter kualitas air meliputi: suhu, ph, DO, salinitas, nitrat, nitrit, fosfat sulfat yang dilakukan setiap lima hari sekali selama penelitian. Adapun sebagai data penunjang dalam pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa tahapan pengujian kualitas air di antaranya adalah: Amonia Dalam suasana basa (ph 811,5) amonia bereaksi dengan natrium hipokhlorit membentuk senyawa monokhloramin (kuinon khloramin). Dengan adanya senyawa fenol dan hipokhlorit berlebih menghasilkan senyawa indofenol yang berwarna biru. Pengukuran untuk Sampel Pipet 25 ml sampel yang telah disaring ke dalam tabung tes Tambahkan 1 ml larutan phenol, kocok Tambahkan 1 ml larutan sodium nitroprussid, kocok

4 Pertumbuhan bibit rumput laut... (Petrus Rani Pong-Masak) 274 Tambahkan 2,5 ml larutan oksidizing, tutup lalu kocok Biarkan selama 1 jam Ukur absorban pada panjang gelombang 640 nm dan gunakan aquadesh sebagai blanko Hitung konsentrasi amonia dalam sampel dengan menggunakan kurva standar. Fosfat (Metode Asam Askorbat) Fosfat yang berada dalam air akan bereaksi dengan campuran reagen yang mengandung asam molibdat, asam askorbat, dan antimoniltartrat yang menghasilkan senyawa kompleks asam heteropoli dan direduksi menjadi larutan yang berwarna biru. Pengukuran untuk Sampel Pipet 25 ml sampel yang telah disaring ke dalam tabung tes. Tambahkan 2,5 ml larutan campuran, kocok Biarkan selama 20 menit Ukur absorban pada panjang gelombang 885 nm dan gunakan aquades sebagai blanko Hitung konsentrasi fosfat dalam sampel dengan menggunakan kurva standar. Karbondioksida (CO 2 ) Bebas (Metode Titrimetri) Karbondioksida bebas bereaksi dengan standar sodium karbonat. Dengan indikator PP dan kelebihan natrium karbonat akan memberikan warna merah yang menandai akhir titrasi. Penentuan untuk Sampel Pengambilan air sampel usahakan terhindar dari kontak udara dan analisis harus segera dilakukan dalam waktu 23 jam setelah pengambilan sampel Pipet 25 ml air sampel dan masukkan ke dalam erlenmeyer dengan hati-hati, sedapat mungkin kurangi pengaruh aerasi Tambahkan 3-4 tetes indikator PP, bila warna pink berarti tidak ada CO 2 bila tidak berwarna berarti ada CO 2 Segera titrasi dengan larutan natrium karbonat 0,0454 N sampai warna pink stabil selama 30 detik. Catat volume titran. Perhitungan ML titran CO 2 (mg/l) Keterangan: ml titran = volume Na 2 CO 3 N titran = normalitas Na 2 CO 3 44/2 = bobot setara CO 2 Nitrit (Metode kolorimetri) x N titran x 44/2 x Volume sampel 1000 Reaksi nitrit dengan sulfanilat dalam suasana asam lemah (ph = 2,02,5) menghasilkan senyawa diazonium. Diazonium tersebut bereaksi dengan n-(1-naftil)-etilendiamin dihidrokhlorid membentuk senyawa azo yang berwarna merah. Banyaknya senyawa diazonium yang terbentuk ekivalen dengan banyaknya senyawa nitrit dalam sampel air. Prosedur Kerja Persiapan untuk kurva standar Siapkan standar kalibrasi dengan memipet dari standar nitrit 5 mg/l sebanyak 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 1,5 ml

5 275 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Konsentrasi nitrit adalah 0; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,10 mg/l Encerkan dengan 10 ml aquades Tambahkan 0,5 ml larutan sulfanilamid dan 0,5 ml larutan napthylamin lalu impitkan sampai 25 ml Campur dengan baik, biarkan selama 10 menit Ukur absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm Penyiapan Air Bebas Nitrit Masukkan 500 ml aquades ke dalam labu dekstruksi Tambahkan 5 g KMnO 4 dan 5 g Ca(OH) 2 Destilasi kembali, buang 50 ml destilat lama Tampung destilat berikutnya (destilat ditampung tidak boleh berwarna) Simpan dalam botol gelas tertutup lalu disegel Pengukuran untuk Sampel Pipet 25 ml sampel ke dalam tabung tes Tambahkan 0,5 ml larutan sulfanilamid, kocok Tambahkan 0,5 ml larutan nafthylamin, kocok Biarkan selama 10 menit ukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang 510 nm Hitung konsentrasi nitrit dengan menggunakan kurva kalibrasi. Nitrat (Metode Reduksi Kadmium) Senyawa nitrat direduksi menjadi nitrit oleh butiran kadmium yang dilapisi oleh tembaga dalam suatu kolom. Senyawa nitrit yang terbentuk kemudian direaksikan dengan amin aromatik membentuk senyawa diazo yang berwarna merah muda. Senyawa kompleks tersebut kemudian kadarnya seperti pada analisa nitrit dengan spektrofotometer. Prosedur Kerja Persiapan untuk Kurva Standar Siapkan standar kalibrasi dengan memipet dari larutan standar nitrat 10 mg/l sebanyak 0; 1; 5; 10; dan 20 ml dalam 50 ml aquades bebas nitrat. Konsentrasi nitrat adalah 0; 0,2; 1,0; 2,0; 4,0 mg/l Lewatkan melalui kolom reduksi sebanyak 15 ml Buang 15 ml air pertama yang keluar melalui kolom reduksi (sebagai pembilas kolom reduksi dengan air sampel) Lewatkan sisa sampel 35 ml ke dalam kolom, buang sebanyak 20 ml Tampung 15 ml air yang keluar berikutnya dari kolom reduksi Tambahkan 0,5 ml larutan sulfanilamid dan 0,5 ml larutan napthylamin Campur dengan baik, biarkan selama 10 menit Ukur absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 543 nm Penyiapan Air Bebas Nitrit Masukkan 500 ml aquadesh ke dalam labu dekstruksi Tambahkan 5 g KMnO 4 dan 5 g Ca(OH) 2 Destilasi kembali, buang 50 ml destilat lama Tampung destilat berikutnya (destilat ditampung tidak boleh berwarna) Simpan dalam botol gelas dan segel tutupnya

6 Pertumbuhan bibit rumput laut... (Petrus Rani Pong-Masak) 276 Pengukuran untuk Sampel Segera saring sampel air dengan kertas saring whatman No. 42 Ambil 50 ml sampel masukkan ke dalam tabung tes Tambahkan 1 ml amonium klorida pekat dan kocok dengan hati-hati Lewatkan melalui kolom reduksi sebanyak 15 ml Buang 15 ml air pertama yang keluar melalui kolom reduksi (sebagai pembilas kolom reduksi dengan air sampel) Lewatkan 35 ml sisa sampel ke dalam kolom, buang sebanyak 20 ml Tampung 15 ml air yang keluar berikutnya dari kolom reduksi untuk dianalisis Tambahkan 0,5 ml larutan sulfanilamid, kocok dengan hati-hati Tambahkan 0,5 ml larutan nafthylamid, kocok Biarkan selama 10 menit Kaca absorban dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 543 nm Hitung konsentrasi nitrat dengan menggunakan kurva kalibrasi (r=> 0,95). Sulfat (Metode Turbidimetri) Ion sulfat dalam medium asam klorida akan bereaksi dengan barium klorida membentuk endapan barium sulfat yang tidak larut. Larutan campuran pengkompleks yang membentuk suspensi diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Pengukuran untuk Sampel Pipet 25 ml sampel yang telah disaring ke dalam tabung tes (lakukan pengenceran bila diperlukan) Tambahkan 2 ml asam klorida 4 N, kocok Tambahkan 5 ml larutan pereaksi campuran, kocok Biarkan selama 30 menit Ukur absorban pada panjang gelombang 420 nm Hitung konsentrasi sulfat dalam sampel dengan menggunakan kurva standar, perhitungkan bila ada pengenceran. Analisa Data Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t (Steel & Torrie, 1993) yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi HASIL DAN BAHASAN Hasil Laju pertumbuhan harian (%) rumput laut Gracilaria verrucosa perlakuan selama penelitian baik yang parent stock, seleksi maupun kontrol (tidak seleksi) dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Bahasan Hasil perhitungan LPH bibit rumput laut Gracilaria verrucosa terhadap tiga varietas yang digunakan sebagai bahan uji yaitu varietas Luwu, Bone, dan Takalar baik yang diseleksi maupun kontrol selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Tabel 1 dan 2 maupun Gambar 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan rumput laut Gracilaria verrucosa yang diseleksi lebih baik dibandingkan rumput laut yang tidak diseleksi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata laju pertumbuhan hariannya maupun dari hasil olahan data yang diolah dengan menggunakan program Microsoft SPSS versi 15.0 dan dianalisis dengan menggunakan uji t yang menunjukkan hasil berdeda nyata (P<0,05).

7 277 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Tabel 1. Bobot rata-rata bibit rumput laut Gracilaria verrucosa pada pemeliharaan parent stock (populasi awal) di tambak Perlakuan Ulangan Bobot (g) Awal Akhir Rataan rumpun Laju pertumbuhan harian (%) Standar deviasi Palopo ,3 37,88 5,64 0, ,6 40,26 6, ,1 39,39 5,92 Rataan 10 61,3 39,18 6,02 Bone ,7 29,73 4,68 0, ,6 36,93 5, ,8 36,17 5,79 Rataan 10 52,4 34,28 5,31 Takalar ,1 41,71 6,03 0, ,8 37,23 5, ,1 31,04 4,94 Rataan 10 51,7 36,66 5,43 Laju pertumbuhan harian (%) Luwu Bone Takalar Seleksi Kontrol Sumber varietas bibit Gambar 1. Pertumbuhan rumput laut G. verrucosa baik yang di seleksi maupun yang kontrol (tidak seleksi) Hal yang memengaruhi hasil seleksi lebih baik dari kontrol yaitu pada rumput laut yang diseleksi faktor utamanya yaitu karena memiliki turunan gen yang baik, karena pada rumput laut yang diseleksi menggunakan metode seleksi klon. Di mana kita ketahui metode seleksi klon adalah metode penyeleksian yang dilakukan terhadap suatu tumbuhan yang memiliki keturunan gen yang baik, yang pada akhirnya dapat menghasilkan bibit yang baik untuk dibudidayakan. Gen adalah faktor pembawa sifat penurun yang terdapat dalam sel seluruh makhluk hidup. Nutrisi atau makanan berperan penting juga dalam keberhasilan pertumbuhan rumput laut Gracilaria verrucosa. Fungsi nutrisi adalah sebagai bahan pembangun makhluk hidup. Nutrisi pada tumbuhan dapat berupa air dan zat hara. Air dan zat hara ini berfungsi sebagai bahan proses

8 Pertumbuhan bibit rumput laut... (Petrus Rani Pong-Masak) 278 Tabel 2. Bobot rata-rata bibit rumput laut Gracilaria verrucosa hasil seleksi terhadap kontrol pada pemilaharaan galur 1 di tambak Perlakuan Seleksi/ Kontrol Ulangan Awal Bobot (g) Akhir Rataan rumpun Laju pertumbuhan harian (%) Standar deviasi Palopo Bone Takalar Seleksi Kontrol Seleksi Kontrol Seleksi Kontrol ,83 46,86 6,02 0, ,5 36,05 5, ,67 42,93 6,06 Rataan 10 56,33 41,95 5, ,25 32,31 3,52 0, ,67 36,13 3, ,58 39,04 3,83 Rataan 10 28,5 35,83 3, ,4 39,74 5,5 0, ,14 5, ,4 35,14 4,65 Rataan 10 45,93 37,01 5, ,4 34,77 2,21 0, ,89 27,68 3, ,57 3,77 Rataan 10 26,43 32,67 3, ,25 37,07 5,51 0, ,5 25,8 4, ,75 42,12 4,17 Rataan 10 49,83 34,99 4, ,25 26,25 3,8 0, ,22 28,68 3, ,57 3,05 Rataan 10 27,49 28,83 3,35 fotosintesis. Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaan laut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Proses fotosintesis sangat dibutuhkan dengan dapat mengahasilkan bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Dengan tersedianya bahan organik dan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang, maka kualitas dan kuantitas bahan-bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat. Kondisi perairan yang jernih sangat diperlukan dalam budidaya rumput laut ini agar cahaya matahari dapat menembus sampai di dasar perairan yang menyebabkan talus rumput laut menerima intensitas cahaya matahari yang optimal, serta mendapatkan pergerakan air yang cukup maka proses fotosintesis tidak terlambat dan menyebabkan pertumbuhan talus subur dan memiliki percabangan yang banyak. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sediadi (2002), bahwa air yang jernih sangat menguntungkan rumput laut untuk mendapatkan cahaya matahari untuk kegiatan fotosintesis. Geider & Osborne (1992) menambahkan bahwa proses fotosintesis dapat memacu aktivitas pembelahan sel, sehingga terjadi proses pelebaran sel dan perpanjangan sel, di mana pada akhirnya rumput laut cenderung bertumbuh dan berkembang. Selain faktor di atas, kesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berupa riak-riak air. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan yang diperlukan

9 279 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang baik bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas, dan lain-lain. Di samping itu, gerakan air juga merupakan alat pembersih terhadap sedimen dan epiphyt yang menumpuk pada tanaman. Dalam pertumbuhannya, rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu, meskipun hidupnya di bawah permukaan laut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Proses fotosintesis sangat dibutuhkan dengan dapat mengahasilkan bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Dengan tersedianya bahan organik dan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang, maka kualitas dan kuantitas bahan-bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat. Kondisi perairan yang jernih sangat diperlukan dalam budidaya rumput laut ini agar cahaya matahari dapat menembus sampai di dasar perairan yang menyebabkan talus rumput laut menerima intensitas cahaya matahari yang optimal, serta mendapatkan pergerakan air yang cukup maka proses fotosintesa tidak terlambat dan menyebabkan pertumbuhan talus subur dan memiliki percabangan yang banyak. Pertumbuhan varietas Luwu lebih baik dibanding varietas Bone dan Takalar hal ini dikarenakan pengaruh dari bibit rumput laut lebih baik dibanding Bone dan Takalar, di mana bibit rumput laut varietas luwu memiliki kemampuan adaptasi lebih baik terhadap lingkungan yang baru, serta bibit rumput laut varietas Luwu mengalami pertumbuhan yang baik karena dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik dan dapat menyerap nutrisi yang baik yang terdapat dalam tambak. Varietas luwu juga memiliki ketahanan yang baik terhadap perubahan cuaca yang terjadi. Kualitas Air Faktor internal juga ikut berperan dalam keberhasilan dalam pertumbuhan. Faktor internal antara lain suhu, ph, DO, salinitas, fosfat, dan nitrat. Menurut Gagar (2009), kualitas air tambak yang baik yaitu dengan persyaratan: suhu air 20 C-28 C; salinitas optimum 15-37/mil; ph 6,8-8,2; dan oksigen terlarut 3-8 mg/l Tabel 3. Data kualitas air di tambak Variabel Minimal Maksimal Rataan Simpangan Suhu 28,4 30,47 29,68 0,56 Salinitas 22,97 29,59 28,35 1,83 ph 6,76 8,71 7,67 0,56 DO 6,2 7,59 6,91 0,47 Sulfat 773, ,8 2543, ,55 Fosfat 0,0317 0,2857 0,111 0,0742 Nitrat 0,0275 0,7567 0,1899 0,2038 CO Adapun data kualitas air yang dihasilkan selama penelitian di tambak Desa Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu memengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangan biakkan dan organismeorganisme tersebut (Hutabarat & Evans, 1984 dalam Darmawangsa, 2010). Tumbuhan butuh suhu tertentu agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Pada hasil pengamatan kualitas air tambak yang dilakukan, suhu yang baik dalam pertumbuhan rumput laut ini yaitu berkisar antara 27 C-31 C. Hasil pengukuran suhu selama penelitian dinyatakan dalam bentuk Gambar 2. Faktor berikutnya adalah ph. ph atau Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum ph menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Menurut data kualitas air yang didapatkan. ph tambak tersebut berkisar

10 Pertumbuhan bibit rumput laut... (Petrus Rani Pong-Masak) 280 Gambar 2. Suhu tambak di Desa Taipa antara 7-8. Hal ini berarti rumput laut yang memiliki pertumbuhan yang baik hidup pada ph tersebut. Hasil pengukuran ph selama penelitian dinyatakan dalam Gambar 3. Salinitas atau kadar garam merupakan faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan pertumbuhan rumput laut tersebut. Salinitas air tambak tersebut yang pada tiap minggu dilakukan pengujian berkisar antara 19-31/mil. Hasil pengukuran salinitas selama penelitian dinyatakan dalam bentuk Gambar 4. Kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) pada perairan tambak juga memengaruhi. Menurut Salmin (2005), oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup pernafasan dan pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Kadar oksigen pada tambak yang digunakan untuk dibudidayakan 5-7 mg/l. Hal ini berarti kadar oksigen terlarut masih dalam kisaran optimal. Hasil pengukuran DO selama penelitian dinyatakan dalam bentuk Gambar 5. Gambar 3. ph tambak di Desa Taipa selama penelitian

11 281 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Gambar 4. Salinitas tambak di Desa Taipa selama penelitian Gambar 5. DO tambak di Desa Taipa selama penelitian Fosfat merupakan unsur penting dalam suatu ekosistem air karena fosfat dapat dijadikan sebagai parameter untuk mendeteksi pencemaran perairan. Menurut Effendi (2003), bahwa perairan dengan tingkat kesuburan rendah memiliki kadar fosfat total 0-0,02 mg/l; kesuburan sedang kadar fosfat total 0,021-0,05 mg/l dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi yaitu 0,051-0,1 mg/l. Kandungan fosfat pada perairan tambak di Desa Taipa berkisar antara 0,01-0,4 mg/l. Hal ini menandakan kandungan fosfat pada tambak di Desa Taipa dalam kisaran normal dan masih layak digunakan untuk lahan budidaya rumput laut Gracilaria verrucosa. Hasil pengukuran Fosfat selama penelitian dinyatakan dalam bentuk grafik. Nitrat (NO 3 ) merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Nitrat di perairan laut, digambarkan sebagai senyawa mikronutrien pengontrol produktivitas primer di lapisan permukaan daerah eufotik. Kandungan nitrat di tambak berkisar antara 0,02-0,75, hal ini menandakan bahwa nitrat yang terdapat di tambak masih dalam kisaran optimal. Hasil pengukuran nitrat selama penelitian dinyatakan pada Gambar 7.

12 Pertumbuhan bibit rumput laut... (Petrus Rani Pong-Masak) 282 0,30 Fosfat 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0, Gambar 6. Fosfat tambak di Desa Taipa selama penelitian Gambar 7. Nitrat tambak di Desa Taipa selama penelitian KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan yang diilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertumbuhan rumput laut yang diseleksi lebih baik dibanding dengan kontrol (tidak diseleksi). Pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa varietas Luwu lebih tinggi dibanding varietas Takalar dan varietas Bone. Saran Penelitian dengan menggunakan metode seleksi klon perlu dilanjutkan untuk generasi dua sampai seterusnya untuk memperoleh bibit unggul rumput laut, Gracilaria verrucosa bagi pengembangan budidaya rumput laut.

13 283 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 DAFTAR ACUAN Anonim Rumput Laut/alga, / net.id/ind/ pd_ alga/ index. php?alga =merah&id =35 diakses pada tanggal 02 Februari Anonim Metode long line budidaya rumput laut. metode-long-line-budidaya-rumput-laut/ diakses pada tanggal 02 Februari Anonim Pengertian kloning gen, manusia dan menurut agama islam. terbaru-kloning diakses pada tanggal 17 Februari Anonim Pertumbuhan dan perkembangan. diakses pada tanggal 28 Agustus Andhika, W Budidaya rumput laut. msg14318.html diakses pada tanggal 04 Februari Anggadiredja, J.T Rumput laut. Penerbit Swadaya. Jakarta. Angkasa, W.I Teknik budidaya rumput laut. kenshuseidesu.tripod.com /id49. html diakses pada tanggal 04 Februari Aslan, L Budidaya rumput laut. Kanisius. Yogyakarta. Cholis, I Mengenal rumput laut. http: //www. kaskus. us/ showthread.php?t= diakses pada tanggal 02 Februari Darmawangsa Evaluasi kelayakan lahan untuk tanaman rumput laut pada tambak. wangsageografi. blogspot.com /2010/04/evalusasi-kelayakan-lahan-untuk-tanaman.html diakses pada tanggal 04 Februari Effendi, I Telaah kualitas air. Kanisius. Yogyakarta. Gagar Budidaya rumput laut Gracilaria sp. di tambak /12/budidaya-rumput-laut-gracilaria-spdi.html.diakses pada tanggal 28 Agustus Lailah, S Aklimatisasi rumput laut (Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria verrucosa) hasil kultur jarungan dalam keramba jaring apung (KJA) BRPBAP di Teluk Awerange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Universitas Haluoleo. Marinus, M Pengaruh varietas rumput laut (Kappaphycus alvarezii) terhadap laju pertumbuhan yang dibudidayakan dengan metode rakit apung di perairan Il Ape Kabupaten Lembata, Nusa Tenggata Timur. Universitas 45 Makassar. Metrotvnews Potensi lahan budidaya rumput laut Km. www. Metrotvnews.com/ metromain/ newscat/nusantara /2010 /10 /21/32037/Potensi-Lahan-Budidaya-Rumput-Laut diakses pada tanggal 02 Februari Rusda Kloning /1 /obste tr \i-rusda.pdf diakses pada tanggal 17 Februari Salmin Oksigen terlarut (do) dan kebutuhan oksigen biologi (bod) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Kebutuhan-Oksigen-Biologi-Untuk-Penentuan-Kualitas-Perairan diakses pada tanggal 28 Agustus Sulawesi Selatan Antara Rumput laut Takalar menjadi komoditas andalan Sulawesi Selatan. diakses pada tanggal 02 Februari 2011 Sutrisyani & Rohani, S Panduan Praktis Analisis Kualitas Air Payau. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros.

METODE PENELITIAN. A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian. 1. Materi. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian. 1. Materi. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian II. METODE PENELITIAN A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Materi 1.1.Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu bibit Sargassum duplicatum, sampel air laut, kertas Whatman no.1, larutan sulfanilamida,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi oleh: Yulfiperius Pendahuluan Alat-alat ukur : ph meter, oksigen meter, dan pengukur (probe) amonia. Alat-alat diatas amatlah berguna namun tidak murah.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji 13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2010. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Basah bagian Lingkungan. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR 695 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR Petrus Rani Pong-Masak *), Muslimin

Lebih terperinci

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PENGUJIAN AMDK Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PARAMETER UJI Warna Kekeruhan Kadar kotoran ph Zat terlarut Zat organik(angka KMnO40 Nitrat Nitrit Amonium Sulfat Klorida Flourida Sianida Klor bebas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang sungai Kali Pucang, Cilacap. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi 1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu bibit Sargassum polycystum, sampel air laut, kertas Whatman no.1, HCL 1N, Phenolpthaelin,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 31 Oktober 2011 sampai 18 Desember 2011 selama 42 hari masa pemeliharaan di Tambak Balai Layanan Usaha Produksi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL), Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian A. Materi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu bibit Sargassum polycystum (Lampiran 3), sampel air laut, kertas Whatman no.1, HCL 1N,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut. LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi 59 Foto kegiatan survei Kapal survei. Persiapan sebelum survei. Pemindahan contoh air laut dari sampler ke dalam botol. Penyaringan contoh air laut. Pemberian larutan kimia

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian 2.1.1 Pembuatan Media Pembuatan air bersalinitas 4 menggunakan air laut bersalinitas 32. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, III. METODOLOGI PENELITIAN.. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, Lampung. Penelitian ini secara umum mencakup tahapan yaitu survei lapangan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dan Laboratorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan LAMA PENCAHAYAAN MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DENGAN METODE RAKIT APUNG Haryo Triajie, Yudhita, P, dan Mahfud Efendy Program studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biomassa dari bulan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA Media Litbang Sulteng III (1) : 21 26, Mei 2010 ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA Oleh : Novalina Serdiati, Irawati Mei Widiastuti

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik. 1.2 Pencarian tanaman Genjer

LAMPIRAN. 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik. 1.2 Pencarian tanaman Genjer LAMPIRAN 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik 1.2 Pencarian tanaman Genjer 1.3 Persiapan dan Aklimatisasi Genjer 1.4 Merangkai unit akuaponik dan mengatur debit aliran 1.5 Pengambilan

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR SB

SIDANG TUGAS AKHIR SB SIDANG TUGAS AKHIR SB 091358 Pengaruh Salinitas terhadap Kandungan Protein dan Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) Oleh : Hutami Tri Retnani 1508 100 008 Dosen Pembimbing : Dra. Nurlita

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit S. duplicatum, sampel air laut, kertas whatman no.1, HCL 1N, Phenolpthaelin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptifkuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH Berikut diuraikan prosedur analisis contoh tanah menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. Pengujian Kandungan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi 1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit rumput laut jenis S. duplicatum yang diperoleh dari petani rumput

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia 17 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei 2012. Sampel Salvinia molesta diambil dari Waduk Batu Tegi Tanggamus. Analisis sampel

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian Materi Bahan Bahan yang digunakan untuk budidaya adalah rumput laut S. polycystum yang diambil dari Pantai Karangbolong (Cilacap), NaOH 0,5%,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air. Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air. Nitrogen - Distilasi dari 50 ml ke 25 ml - Tambahkan MnSO4 1 tetes - Tambahkan Clorox 0,5 ml - Tambahkan Phenat 0,6 ml - Diamkan ± 15 menit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan 4.1. Laju Pertumbuhan Mutlak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Laju pertumbuhan mutlak Alga K. alvarezii dengan pemeliharaan selama 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada 7 Oktober 2015 hingga 7 November 2015 di Sub Lab Kimia FMIPA UNS dan Balai Laboratorium Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. 3.1 Bahan Buah jeruk nipis, belimbing, jeruk lemon, vitamin C baku (PPOMN),

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati 1. Amonia (NH3) Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium 118 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung. III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13-21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain Penelitian Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.1 Desain Penelitian Sumber : Dokumen Pribadi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui variabel yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih dan air minum berbasis

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih dan air minum berbasis 41 BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab 4 akan diuraikan pengujian dan pembahasan serta hasil dari percobaan alat dengan sampel. 4.1. Spesifikasi alat a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Deskripsi varietas Grobogan Nama Varietas : Grobogan SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008 Tahun : 2008 Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan Rataan Hasil : 3,40 ton/ha Potensi Hasil : 2,77

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Pada Tabel 2 dijelaskan bahwa pada minggu pertama nilai bobot biomasa rumput laut tertinggi terjadi pada perlakuan aliran air 10 cm/detik, dengan nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN N-NITRAT DAN ORTHOFOSFAT DI BIBILO DAN DAERAH BEBAS DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KANDUNGAN N-NITRAT DAN ORTHOFOSFAT DI BIBILO DAN DAERAH BEBAS DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO ANALISIS KANDUNGAN N-NITRAT DAN ORTHOFOSFAT DI BIBILO DAN DAERAH BEBAS DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO Dedi Sumarno dan Sukamto Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. METODOLOGI 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus tahun 0. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan dan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1 Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 2.1.1 Materi Penelitian 2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ph universal, plastik ukuran 1 Kg, larutan MnSO 4, formalin,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Juli hingga November 2009. Pemeliharaan ikan dilakukan di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Juni 2014 sampai Januari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Bahan-bahan - air destilasi - larutan kalium chloride (KCl) 1N ditimbang 373 g KCl yang sudah dikeringkan di dalam oven pengering 105 o C, dilarutkan

Lebih terperinci

m. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian^Bldiiaksanakan pada tanggal 2-28 April 2008 yang bertempat di

m. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian^Bldiiaksanakan pada tanggal 2-28 April 2008 yang bertempat di m. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu e(k jj[em pat Penelitian^Bldiiaksanakan pada tanggal 2-28 April 2008 yang bertempat di Laborjitorium TeknoTl^fcengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian 9 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2012. Adapun tempat penelitiannya yaitu di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci