PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR
|
|
- Sucianty Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 695 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR Petrus Rani Pong-Masak *), Muslimin *), dan Makmur **) *) Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut Jl. Pelabuhan Etalase Perikanan, Tabulo Selatan, Kecamatan Mananggu 96265, Kabupaten Boalemo, Gorontalo ** ) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan ABSTRAK Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Teknik budidayanya dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan metode vertikultur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respons pertumbuhan rumput laut (K. alvarezii) dengan kedalaman berbeda dari permukaan perairan di perairan Teluk Laikang Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2011 di Teluk Laikang Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Penelitian didesain dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan kedalaman yaitu perlakuan A (30 cm), B (100 cm), C (200 cm), D (300 cm), E (400 cm), dan F (500 cm), masingmasing tiga ulangan. Rakit ukuran 4 m x 4 m terbuat dari pipa paralon 12 dim sebagai wadah meletakkan jaring dengan mesh size 40 cm di mana simpul setiap mata jaring menjadi tempat mengikat bibit rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan rumput laut (K. alvarezii) pada kedalaman perairan cm dari atas permukaan perairan memberikan respons pertumbuhan terbaik, berbeda nyata dengan kedalaman 300, 400, dan 500 m dari atas permukaan perairan. Metode vertikultur budidaya rumput laut sangat prospektif bagi pemanfaatan kolom perairan untuk peningkatan produktivitas lahan budidaya. KATA KUNCI: rumput laut, K. alvarezii, pertumbuhan, metode vertikultur, Takalar PENDAHULUAN Komoditas sumberdaya hayati yang sangat dikenal pada saat ini adalah rumput laut, baik usaha budidaya, maupun usaha pengolahannya. Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia sehingga banyak diminati oleh masyarakat untuk dibudidayakan. Selain cara pemeliharaannya yang praktis, harganya pun cukup menjanjikan. Bahkan menjadi penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang meningkat setiap tahunnya (Tancung, 2008). Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Anggadiredja et al. (2006) melaporkan bahwa rumput laut mempunyai kandungan protein tinggi (4,4%-26% bobot kering), serat yang tinggi (31%-64,6% bobot kering), sulfat pada karaginan 35,1%; dan kaya akan kandungan mineral. Rumput laut dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan makanan, obat-obatan, dan sebagai pupuk tanaman. Rumput laut digunakan mulai dari industri tekstil, kertas, cat, kosmetika, bahan laboratorium, pasta gigi, dan es krim (Waryat & Kurniasih, 2002 dalam Kurniayu, 2007). Terdapat 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, di antaranya ada 55 jenis yang diketahui memiliki nilai ekonomis tinggi, di antaranya Eucheuma sp., Hypnea sp., Gigartina sp., Chondrus sp., sebagai penghasil karaginan; Gracilaria sp. dan Gelidium sp. sebagai penghasil agar-agar serta Sargasum sp., Turbinaria sp. sebagai penghasil alginat (Anggadiredja et al., 2006). Rumput laut jenis K. alvarezii mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan atau dibudidayakan dengan beberapa pertimbangan antara lain: (1) luas perairan Indonesia memungkinkan untuk usaha budidaya, (2) tenaga kerja mudah diperoleh dan usaha budidaya ini merupakan usaha padat karya yang menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, (3) teknologinya mudah, (4) biaya untuk modal usaha relatif murah, serta metode pasca panen tidak terlalu sulit. Selain sebagai bahan baku industri, rumput laut jenis ini dapat diolah menjadi bahan makanan yang dapat dikonsumsi secara langsung baik dalam keadaan mentah ataupun dimasak sebagai sayur (Sambut, 2004).
2 Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii)... (Petrus Rani Pong-Masak) 696 Perairan Teluk Laikang merupakan salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan yang cukup potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut. Teluk Laikang merupakan daerah pengembangan kawasan perikanan pesisir yang layak untuk lahan budidaya rumput laut dan untuk budidaya ikan dalam keramba jaring apung. Kendala yang dihadapi pembudidaya rumput laut saat adalah kurangnya pemanfaatan lahan secara produktif, di mana masyarakat hanya mengetahui teknik budidaya dengan metode long line dan metode lepas dasar saja yang dapat termanfaatkan, padahal lahan budidaya perairan bukan hanya pada kedua metode ini, namun berbagai kedalaman perairan dapat pula dijadikan lahan budidaya rumput laut. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan rumput laut (K. alvarezii) pada berbagai kedalaman berbeda dari permukaan perairan. Manfat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan lahan budidaya secara produktif dalam rangka pengembangan budidaya rumput laut kepada masyarakat khususnya para pembudidaya rumput laut (K. alvarezii). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011 di Teluk Laikang Kabupaten. Takalar, Sulawesi Selatan Kegiatan awal dimulai dengan penentuan lokasi penelitian. Untuk mengetahui kondisi lingkungan, maka dilakukan pengukuran kedalaman perairan dan parameter kualitas air. Lokasi yang telah ditentukan, kemudian dilakukan pembuatan rangka unit percobaan, berupa pipa paralon berbentuk persegi empat ukuran 4 m x 4 m. Tiap sudut rangka diberi tali PE diameter 5 mm yang telah diberi pemberat secara horizontal ke dasar perairan sedalam > 6 m, serta tali bentang unit vertikultur yang terbuat dari tali PE ukuran diameter 5 mm sebanyak 10 unit yang telah diikatkan pemberat pipa cor. Tiap unit vertikultur diberi tali rumpun (PE No. 3) sebanyak 180 rumpun sebagai tempat untuk mengikat bibit, dan jarak antara 1 rumpun dengan rumpun yang lain adalah 25 cm, serta jarak antara tiap unit tali bentang vertikultur adalah 1 m. Pada rangka unit penelitian diberi pelampung agar dapat terapung. Skema desain wadah pemeliharaan rumput laut dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Skema desain wadah pemeliharaan rumput laut (K. alvarezii) secara vertikultur selama penelitian
3 697 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Tahap selanjutnya dilakukan penanaman bibit rumput laut. Bibit diikat pada tiap tali rumpun dengan bobot awal 50 g/rumpun. Pengukuran pertumbuhan bibit dilakukan setiap 5 hari sekali, dengan cara mengambil sampel di tiap-tiap rumpun, sesuai dengan kedalaman masing-masing rumpun kemudian ditimbang. Sebagai data penunjang, dilakukan pengukuran parameter kualitas air setiap 5 hari, yaitu suhu, nitrat, fosfat, arus, kecerahan, ph, dan salinitas. Sampling pertumbuhan dan pemanenan dilakukan pada akhir penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS 19. Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Tukey. Parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif berdasarkan kelayakan hidup rumput laut (K. alvarezii). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan, di mana masing-masing perlakuan diulang tiga kali, sehingga jumlah satuan penelitian sebanyak 18 satuan. Adapun perlakuan yang diuji adalah perbedaan kedalaman perairan untuk pertumbuhan rumput laut, yakni: A = 30 cm, B = 100 cm, C = 200, D = 300 cm, E = 400 cm, dan F = 500 cm Laju Pertumbuhan Spesifik Harian (LPH %/hari) dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Fortes (1981), yakni: LPH ln Wt - ln Wo T x 100% dimana: W o = bobot awal (g) W t = bobot akhir pada waktu t (g) T = lama pemeliharaan (hari) Pertumbuhan Mutlak dimana: W 0 = bobot awal (g) W t = bobot akhir (g) P = W t W 0 HASIL DAN BAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman perairan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik harian dan laju pertumbuhan mutlak rumput laut K. alvarezii (Tabel 1). Rata-rata laju pertumbuhan spesifik harian rumput laut K. alvarezii berkisar antara 0,05%-1,87%/hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kedalaman berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan rumput K. alvarezii. Pada kedalaman cm, laju pertumbuhan rumput laut tidak berbeda nyata. Namun pada kedalaman cm laju pertumbuhan rumput laut berbeda nyata (P<0,05) dengan kedalaman cm. Dari Tabel 1, menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan spesifik harian rumput laut K. alvarezii berkisar antara 0,05%-1,87%/hari. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kedalaman berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan rumput K. alvarezii. Pada kedalaman cm, laju pertumbuhan rumput laut tidak Tabel 1. Data laju pertumbuhan spesifik harian (%), dan pertumbuhan mutlak rumput laut (K. alvarezii) selama penelitian Perlakuan Kedalaman perairan (cm) A (30) B (100) C (200) D (300) E (400) F (500) Laju pertumbuhan spesifik 1,8±0,1 a 1,4±0,1 a 1,0±0,1 a 0,6±0,1 b -0,5±0,1 b -0,9±0,1 b Pertumbuhan mutlak (g) 66±4,3 a 44±4,4 b 31±3,3 b 17±5,0 b -1±3,0 b -17±5,0 b Nilai dalam kolom yang diikuti dengan dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05)
4 Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii)... (Petrus Rani Pong-Masak) 698 berbeda nyata. Namun pada kedalaman cm laju pertumbuhan rumput laut berbeda nyata (P<0,05) dengan kedalaman cm. Hal ini disebabkan kondisi perairan pada kedalaman cm mampu mendukung pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan, sedangkan pada kedalaman cm, pertumbuhan rumput laut mulai terhambat karena kondisi kedalaman perairan, kurang mampu untuk mendukung pertumbuhan rumput laut. Hal ini berdampak pada mudahnya rumput laut terserang penyakit. Informasi masyarakat pembudidaya di lokasi penelitian menuturkan bahwa pertumbuhan rumput laut K. alvarezii yang optimium terjadi pada bulan November-Maret. Menurut Atmaja et al. (1996), mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan harian optimum untuk rumput laut K. alvarezii sebesar 3%/hari. Namun nilai laju pertumbuhan harian dari hasil penelitian kurang dari 3%/hari. Hal ini dapat dikatakan bahwa pertumbuhan rumput laut kurang optimum. Pada Gambar 2, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian pada kedalaman 30 cm sebesar 1,87%; kedalaman 100 cm sebesar 1,41%; kedalaman 200 cm sebesar 1,09%; kedalaman 300 cm sebesar 0,64%; kedalaman 400 cm sebesar 0,05%; kedalaman 500 cm sebesar 0,98%. Dari data tersebut mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan rumput laut K. alvarezii, semakin menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan. Laju pertumbuhan harian (%/hari) Y = 2,120-0,005x R = 0, Pertumbuhan mutlak (g) Y = 66,48-0,168x R = 0, Kedalaman (cm) -40 Kedalaman (cm) Gambar 2. Laju pertumbuhan harian (%/hari) dan pertumbuhan mutlak (g) rumput laut K. alvarezii selama penelitian Beberapa parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut pada kedalaman berbeda adalah suhu, salinitas, derajat keasaman (ph), kecerahan, kecepatan arus, serta kandungan unsur hara (nitrat dan fosfat) Tabel 2. Suhu merupakan parameter yang sangat berperan terhadap pertumbuhan rumput laut yakni membantu proses metaboloisme dan fotosintesis rumput laut. Data yang diperoleh pada penelitian ini, menunjukkan bahwa tiap-tiap kedalaman suhunya berbeda-beda, di mana semakin dalam perairan maka semakin rendah pula suhu. Perbedaan suhu ini terjadi karena adanya perbedaan penyinaran cahaya matahari yang diterima oleh tiap-tiap kedalaman pada perairan, suhu akan naik dengan meningkatnya energi matahari yang masuk ke dalam perairan. Hal ini dapat memengaruhi kecepatan Tabel 2. Data parameter kualitas air selama penelitian di Perairan Teluk Laikang Parameter kualitas air Sampling /5 Hari Rataan Standar deviasi Kecepatan arus (cm/s) 4,76 5,12 18,3 6,89 15,3 7,14 4,54 7,14 6,25 8,38 4,93 Kecerahan(m) 6,00 5,50 17,4 6,5 6,50 7,00 5,75 5,75 5,75 7,35 3,80 DO (mg/l) 6,43 4,38 10,2 8,36 4,95 7,56 6,37 9,38 7,32 7,22 1,92 ph (mg/l) 7,64 7,56 7,52 7,21 8,05 7,73 7,36 7,69 8,38 7,70 0,37 Salinitas (ppt) 28,32 29,43 28,87 30,02 30,21 31,76 31,98 31,89 32,22 30,6 1,52
5 699 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 fotosintesis dan metabolisme pada rumput laut itu sendiri. Puslitbangkan (1991) menjelaskan bahwa kenaikan suhu yang tinggi mengakibatkan thallus rumput laut menjadi pucat kekuning-kuningan yang menjadikan rumput laut tidak dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, suhu perairan yang baik untuk budidaya rumput laut adalah 20 C-28 C dengan fluktuasi harian maksimum 4 C (Ditjen Perikanan Budidaya, 2003 dalam Fibrianto, 2007) mengatakan bahwa suhu air laut yang baik untuk budidaya K. alvarezii, berkisar antara 27 C-30 C. Salinitas berpengaruh terhadap tekanan osmosis pada sel rumput laut dengan lingkungannya. Ditjen Perikanan Budidaya (2005) menyatakan bahwa salinitas yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi tidak normal. Penurunan salinitas akibat penetrasi air tawar yang masuk ke laut, akan menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi tidak normal. Salinitas yang dianjurkan untuk budidaya rumput laut sebaiknya salinitas yang normal dan jauh dari muara sungai. Menurut Sudradjat (2008), mengemukakan bahwa kadar garam atau salinitas yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut berkisar g/kg. Selanjutnya Afrianto & Liviawaty (1989) menjelaskan bahwa kisaran salinitas yang layak bagi pertumbuhan rumput laut adalah ppt dengan optimal 33 ppt. Kecerahan perairan yang jernih menyebabkan cahaya matahari dapat menembus sampai kedalaman 6-7 m, sehingga thallus rumput laut dapat menerima cahaya matahari secara optimal. Perpaduan antara pergerakan air yang cukup dan penyinaran sinar matahari menyebabkan proses fotosintesis dan pertumbuhan thallus lebih cepat sehingga percabangan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Anonim (2003), bahwa air yang jernih sangat menguntungkan rumput laut untuk mendapatkan sinar matahari sehingga proses fotosintesis dapat dilakukan secara optimal. Kedalaman perairan cm, kualitas perairannya kurang baik untuk pertumbuhan rumput laut karena pertumbuhan thallus menjadi rapuh dan tidak berisi (Gambar 4). Ditjen Perikanan Budidaya (2005) mengemukakan bahwa kecerahan air yang baik untuk pertumbuhan rumput laut adalah cm. Kecerahan perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari sebab air yang keruh, biasanya dapat menghalangi tembusnya cahaya matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu. Fibrianto (2007), bahwa cahaya matahari adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh rumput laut. ph selama pengamatan penelitian menunjukkan nilai antara 7-8, relatif stabil, dan berada pada kisaran adaptasi bagi rumput laut. Aslan (1998) menyatakan bahwa hampir seluruh alga mempunyai kisaran daya penyesuaian terhadap ph antara 6,8-9,6. Faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut adalah kandungan unsur hara (nitrat dan fosfat). Unsur berperan penting dalam pertumbuhan, produksi, dan kualitas rumput laut. Kandungan unsur hara tiap kedalaman berbeda-beda sehingga akan memengaruhi pertumbuhan rumput laut. Kekurangan salah satu unsur nutrien dapat mengakibatkan rumput laut tidak dapat tumbuh dengan baik. Pengukuran arus dilakukan pada pagi hari, di mana kecepatan arus masih stabil dan tenang. Kecepatan arus merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyerapan unsur hara, di mana pergerakan air berfungsi untuk menyuplai zat hara dan membershikan kotoran yang menempel pada rumput laut. Kecepatan arus selama penelitian berkisar antra 7-8 cm/detik. Pergerakan air sangat penting dalam pertukaran unsur hara dan oksigen terlarut, serta membersihkan kotoran yang menempel pada rumput laut. Ditjen Perikanan Budidaya (2005) bahwa pertukaran air yang teratur sangat menguntungkan bagi alga, karena membantu menyuplai nutrien yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan rumput laut. Kadar unsur hara nitrat yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,2315-0,4081 mg/l (Table 3). Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Yusuf (2005) bahwa kadar nitrat yang dapat ditoleril oleh rumput laut adalah berkisar 0,9-3,5 mg/l. Sedangkan menurut Effendi (2003), bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l; akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/l akan mengakibatkan eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat. Kadar fosfat yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,0137-0,0371 mg/l (Tabel 3). Konsentrasi fosfat ini masih mampu
6 Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii)... (Petrus Rani Pong-Masak) 700 Tabel 3. Data suhu, kandungan nitrat dan fosfat di perairan Teluk Laikang Perlakuan Kedalaman perairan (cm) A (30) B (100) C (200) D (300) E (400) F (500) Suhu 28,7 28,7 27,7 27,7 26,7 26,7 Nitrat 0,23±0,1 0,29±0,2 0,34±0,4 0,27±0,3 0,78±1,3 0,40±0,4 Fosfat 0,02±0,02 0,01±0,01 0,02±0,01 0,02±0,02 0,02±0,02 0,03±0,05 menunjang sintasan rumput laut K. alvarezii. Edward & Sediadi (2004) bahwa kadar fosfat untuk perairan laut normal adalah yaitu 0,01-0,067 mg/l. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pengaruh kedalaman perairan terhadap pertumbuhan rumput laut K. alvarezii di Teluk Laikang dapat disimpulkan bahwa kedalaman perairan cm tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik harian dan laju pertumbuhan mutlak rumput laut K. alvarezii, namun daya kedalaman berbeda nyata (P<0,05). Dari hasil penelitian di perairan Teluk Laikang, Kabupaten Takalar, dapat disarankan bahwa penanaman rumput laut K. alvarezii dapat dilakukan sampai pada kedalaman 200 cm. DAFTAR ACUAN Afrianto, E. & Liviawaty, E Budidaya rumput laut dan pengolahannya. Bhatara. Jakarta. Amin, M., Rumayar, T.P., Femmi, N.F., Kemur, D., & Suwitra, I.K Kajian budidaya rumput laut (Eucheuma cotonii) dengan sistem dan musim tanam yang berbeda di Kabupaten Bangkep Sulawesi Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Anggadiredja, T.J., Zatnika, A., Purwoto, H., & Istini, S Rumput Laut. Swadaya. Jakarta. Anonim Sepenggal dari pengolahan rumput laut. Buletin Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Aslan, L Budidaya rumput laut. Kanisius. Yogyakarta. Aslan, L Budidaya rumput laut. Kanisius. Yogyakarta. Aslan, L Budidaya rumput laut. Kanisius. Yogyakarta. Aslan, L Budidaya rumput laut. Kanisius. Yogyakarta. Atmadja, W.S. & Sulistijo Experimental cultivation of red algal Eucheuma and Gracilaria in the lagoon of Pari Island Indonesia. Proc. Trop. Ecol. and Develop. Kuala lumpur, p. 1,121 1,126. Atmadja, W.S Pengenalan jenis algae merah. di dalam: pengenalan jenis-jenis rumput laut Indonesia. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm Edward & Sediadi Pemantauan kondisi hidrologi di perairan Raha Pulau Muna Sulawesi Tenggara dalam kaitannya dengan budidaya rumput laut. Jakarta. Lembaga Oseanologi Nasional dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LON-LIPI). Jakarta, 213 hlm. Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., & Sitepu, M.J Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Doty, M.S Eucheuma alvarezii sp. nov (Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia. Dalam Abbot, I.A. & Norris, J.N. (Eds.), Taxonomy of Economic Seaweeds. California Sea Grant College Program. p Doty, M.S Biotechnological and economic approaches to industrial development based on marine algae in Indonesia. Whorkshop on Marine Algae Biotechnology. Summary Report. Washington D.C. National Academic Press. p
7 701 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Effendi, I Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Fibrianto Budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan metode rakit apung di Kampung Manggonswan, Distrik Kepulauan Aruri, Kabupaten Supiori-Papua. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta. Godam Faktor yang memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan. organisasi.org/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan-dan-pertumbuhan-tumbuhan-tanamanteori-biologi. Diakses 06 Februari 2011Indriani dan Sumiarsih Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Indriani & Sumiarsih Budidaya, pengolahan dan pemasaran rumput laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Kurniayu Pengelolaan usaha budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan metode long line di perairan Teluk Lasongko Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta. Maulana Pertumbuhan tanaman berumur pendek. Departemen Budidaya Pertanian Sumatra Utara. Medan. Mubarak, H Budidaya rumput laut. Artikel Preparatory Assistance III Seaforming-Indonesia. Mulyadi, S., Ekonomi kelautan. Rajawali Pers. Jakarta. Puslitbangkan Budidaya rumput laut (Eucheuma sp.) dengan rakit dan lepas dasar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Jakarta, 9 hlm. Sambut, P Sumberdaya pesisir dan laut NTT. PT Rapih Budi Mulia. Jakarta. Soegiarto, A., Sulistijo, W.S., Atmadja, & Mubarok, H Rumput laut, manfaat, potensi dan usaha budidayanya. LON-LIPI SDE 45. Subandar, A., Lukijanto, A., & Sulaiman Penentuan daya dukung lingkungan budidaya keramba jaring apung program riset unggulan strategis nasional kelautan. Jakarta. Sudradjat, A Budidaya 23 komoditas laut menguntungkan. Penebar Swadaya. Jakarta. Supit, R.L Analisis pertumbuhan dan kandungan karaginan alga Kappaphycus alvarezii (Doty) doty yang dibudidayakan dengan metode tali tunggal lepas dasar (off-bottom monoline method) di Perairan Desa Bolok Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang. Fakultas Perikanan. Kupang. Tancung, A.B Prospek rumput laut di Sulsel. oneline. Htm. Diakses tanggal 06 Februari Makassar. Yusuf, L.R Laju pertumbuhan harian, produksi dan kualitas rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty) yang dibudidayakan dengan sistem aliran air media dan talus benih yang berbeda. Tesis. Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA
Media Litbang Sulteng III (1) : 21 26, Mei 2010 ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA Oleh : Novalina Serdiati, Irawati Mei Widiastuti
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan
4.1. Laju Pertumbuhan Mutlak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Laju pertumbuhan mutlak Alga K. alvarezii dengan pemeliharaan selama 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun
Lebih terperinciKata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan
LAMA PENCAHAYAAN MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DENGAN METODE RAKIT APUNG Haryo Triajie, Yudhita, P, dan Mahfud Efendy Program studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura
Lebih terperinciFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia.
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 2, 31-35 (Oktober 2014) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00066
Lebih terperinciPertumbuhan Rumput Laut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju pertumbuhan Laju pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii yang diperoleh selama penelitian terdapat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1.PertumbuhanRumputLautSetelah
Lebih terperinciSTUDI LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Euchema spinosum DAN Eucheuma cottoni DI PERAIRAN DESA KUTUH, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG-BALI
STUDI LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Euchema spinosum DAN Eucheuma cottoni DI PERAIRAN DESA KUTUH, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG-BALI Dwi Budi Wiyanto 1 dan Komang Dianto 2 1) Prodi Ilmu Kelautan,
Lebih terperinciProduksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line
Standar Nasional Indonesia Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciPENGARUH PERBEDAAN STRAIN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK. Dodi Hermawan 1) ABSTRACT
PENGARUH PERBEDAAN STRAIN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK (Effect of Different Strain of Kappaphycus alvarezii on Specific Growth Rate) Dodi Hermawan 1) 1) Jurusan
Lebih terperinciLaju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. dengan Metode Penanaman yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan
1 B. D. Putra et al. / Maspari Journal 03 (2011) 36-41 Maspari Journal 03 (2011) 36-41 http://masparijournal.blogspot.com Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. dengan Metode Penanaman yang Berbeda
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Pada Tabel 2 dijelaskan bahwa pada minggu pertama nilai bobot biomasa rumput laut tertinggi terjadi pada perlakuan aliran air 10 cm/detik, dengan nilai rata-rata
Lebih terperinciPENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA
825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad
Lebih terperinciPRODUKSI Gracilaria verrucosa YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK DENGAN BERAT BIBIT DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA
J. Agrisains 12 (1) : 57-62, April 2011 ISSN : 1412-3657 PRODUKSI Gracilaria verrucosa YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK DENGAN BERAT BIBIT DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA Irawati Mei Widiastuti 1) 1) Program
Lebih terperinciLaju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan
Maspari Journal 03 (2011) 58-62 http://masparijournal.blogspot.com Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan Reza Novyandi, Riris Aryawati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Wilayah lautannya meliputi 5,8 juta km2 atau
Lebih terperinciPengaruh Berat Bibit Awal Berbeda terhadap Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii di Perairan Teluk Tomini
Pengaruh Berat Bibit Awal Berbeda terhadap Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii di Perairan Teluk Tomini 1.2 Ansar Ismail, 2 Rully Tuiyo, 2 Mulis 1 ansarismail@yahoo.com 2 Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas
Lebih terperinciNikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014
Pengaruh Dosis Perendaman Pupuk Formula Alam Hijau terhadap Pertumbuhan Alga Kappaphycus alvarezii di Desa Ilodulunga Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo 1,2 Alfandi Daud, 2
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKSPLAN RUMPUT LAUT, Gracillaria verrucosa HASIL KULTUR JARINGAN DENGAN KEPADATAN TEBAR BERBEDA DI TAMBAK
279 Pertumbuhan eksplan rumput laut... (Petrus Rani Pong-Masak) PERTUMBUHAN EKSPLAN RUMPUT LAUT, Gracillaria verrucosa HASIL KULTUR JARINGAN DENGAN KEPADATAN TEBAR BERBEDA DI TAMBAK ABSTRAK Petrus Rani
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput
Lebih terperinciOPTIMASI PERTUMBUHAN CAULERPA SP YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN KEDALAMAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN LAGURUDA KABUPATEN TAKALAR
OPTIMASI PERTUMBUHAN CAULERPA SP YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN KEDALAMAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN LAGURUDA KABUPATEN TAKALAR Darmawati 1, Rahmi 2, Eko Aprilyanto Jayadi 3 1,2 Program Studi Budidaya Peraian,
Lebih terperinciProduksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar
Standar Nasional Indonesia Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciProduksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode longline
Standar Nasional Indonesia Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode longline ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS RUMPUT LAUT DENGAN MENGETAHUI FAKTOR PENGELOLAAN Kappaphycus alvarezii DI KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO
817 Upaya peningkatan produktivitas rumput laut... (Ruzkiah Asaf) UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS RUMPUT LAUT DENGAN MENGETAHUI FAKTOR PENGELOLAAN Kappaphycus alvarezii DI KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 31 Oktober 2011 sampai 18 Desember 2011 selama 42 hari masa pemeliharaan di Tambak Balai Layanan Usaha Produksi
Lebih terperinciPENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN THALLUS RUMPUT LAUT
PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN THALLUS RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) YANG DIRENDAM AIR BERAS DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA Nursyahran dan Reskiati Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik
Lebih terperinciTUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT
TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT DISUSUN OLEH : NAMA : ANANG SETYA WIBOWO NIM : 11.01.2938 KELAS : D3 TI-02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 TEKNOLOGI BUDIDAYA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa
Lebih terperinciEvaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat
Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat (Evaluation of Seaweed Culture Area in Waters of Kampung Sakabu, Salawati Island, Raja Ampat Regency)
Lebih terperinciPembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda
Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 215 Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda Mulis mulis.gorontalo@gmail.com Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
Lebih terperinciPEMANFAATAN PUPUK HAYATI BAGI SEBAGAI SOLUSI DALAM REKAYASA PERTUMBUHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma SP) KOTA TARAKAN
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI BAGI SEBAGAI SOLUSI DALAM REKAYASA PERTUMBUHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma SP) KOTA TARAKAN Jimmy Cahyadi 1), Eka Yuniarti 1) 1) Staff Pengajar Program Studi Budidaya Perairan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi
Lebih terperinci3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji
13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Lebih terperinciNikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013
Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013 Pengaruh Dosis Perendaman Pupuk Formula Alam Hijau (FAH) terhadap Pertumbuhan Alga Kappaphycus alvarezii di Desa Ilodulunga,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut
1 1. PENDAHULUAN Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Sargassum talusnya berwarna coklat, berukuran besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar
Lebih terperinciPertumbuhan Gracilaria Dengan Jarak Tanam Berbeda Di Tambak. Growth of Gracilaria under Different Planting Distances in Pond
Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 157-161 (09) 157 Pertumbuhan Gracilaria Dengan Jarak Tanam Berbeda Di Tambak Growth of Gracilaria under Different Planting Distances in Pond Fakultas Perikanan dan Ilmu
Lebih terperinciPERTUMBUHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni Dan Gracilaria sp.) DENGAN METODE LONG LINE DI PERAIRAN PANTAI BULU JEPARA
PERTUMBUHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni Dan Gracilaria sp.) DENGAN METODE LONG LINE DI PERAIRAN PANTAI BULU JEPARA Growth of Seaweed Culture (Eucheuma cottoni and Gracilaria sp.) with Long Line
Lebih terperinciPertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) yang dibudidaya dalam kantong jaring dengan berat awal berbeda di Teluk Talengen Kepulauan Sangihe
Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) yang dibudidaya dalam kantong jaring dengan berat awal berbeda di Teluk Talengen Kepulauan Sangihe (The growth of seaweed (Kappaphycus alvarezii) cultured
Lebih terperinciBOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO
BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT (Eucheuma) PADA SPESIES YANG BERBEDA
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT (Eucheuma) PADA SPESIES YANG BERBEDA Anton *) *) Teknologi Budidaya Perikanan-Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone. Jl. Sungai Musi KM 9. Waetuo-Watampone
Lebih terperinciANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No Oktober 204 ISSN: 202-600 ANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) Dwi Saka Randy *, Qadar
Lebih terperinci1025 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
1025 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii DENGAN MENGETAHUI FAKTOR PENGELOLAAN DI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI
Lebih terperinciEFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika
Lebih terperinciOseana, Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : ISSN
Oseana, Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : 13-20 ISSN 0216-1877 MENINGKATKAN PRODUKSI RUMPUT LAUT GRACILARIA GIGAS MELALUI MODIFIKASI SISTEM JARING (STUDI KASUS : DI PERAIRAN NUSAKAMBANGAN, CILACAP) Oleh:
Lebih terperinciPERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa DENGAN SUMBER VARIETAS BERBEDA DI KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN
271 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa DENGAN SUMBER VARIETAS BERBEDA DI KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN ABSTRAK Petrus Rani Pong-Masak
Lebih terperinciStudi Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Berbagai Metode Penanaman yang berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan
ii Maspari Journal 03 (2011) 51-57 http://masparijournal.blogspot.com Studi Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Berbagai Metode Penanaman yang berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk
I. PENDAHULUAN Eucheuma cottonii merupakan salah satunya jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena mengandung karaginan yang berupa fraksi Kappa-karaginan. Rumput
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun Sekotong Lombok Barat, NTB. Pelaksanaan penelitian selama ± 65 hari dari bulan Februari hingga
Lebih terperinciVolume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:
PENGARUH JARAK LOKASI PEMELIHARAAN TERHADAP MORFOLOGI SEL DAN MORFOLOGI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DI DESA LOBUK KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP Ardiansyah Rozaki 1, Haryo Triajie 2, Eva Ari
Lebih terperinciEffect of NPK ferlilizer (nitrogen, phosphorus, potassium) on seaweed, Kappaphycus alvarezii, growth and white spot desease prevention
Aquatic Science & Management, Vol. 2, No. 1, 7-11 (April 214) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-443 e-issn 2337-5 jasm-pn48 Effect of NPK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau ganggang dan hidup pada salinitas tinggi, seperti di perairan payau ataupun di laut. Rumput
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas
Lebih terperinciLAJU KECEPATAN PENYERANGAN ICE-ICE PADA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI PERAIRAN BLUTO SUMENEP MADURA
LAJU KECEPATAN PENYERANGAN ICE-ICE PADA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI PERAIRAN BLUTO SUMENEP MADURA Abdul Qadir Jailani, Indah Wahyuni Abida, Haryo Triajie Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KARAGINAN RUMPUT LAUT
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus sp. YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN DAN TANPA KANTONG JARING Muhammad Safir 1) dan Amal Aqmal 2) 1) Program studi Ilmu akuakultur, Fakultas
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.
Lebih terperinciPERFORMA PRODUKSI RUMPUT LAUT Euchema cottonii YANG DIBUDIDAYAKAN MENGGUNAKAN METODE LONG-LINE VERTIKAL DAN HORISONTAL
PERFORMA PRODUKSI RUMPUT LAUT Euchema cottonii YANG DIBUDIDAYAKAN MENGGUNAKAN METODE LONG-LINE VERTIKAL DAN HORISONTAL Restiana Wisnu Ariyati 1, Lestari Lakhsmi Widowati 1, Sri Rejeki 1 B3 05 1 Program
Lebih terperinciPrarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa
Lebih terperinciEVALUASI KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI DESA LONTAR, KECAMATAN TIRTAYASA, KABUPATEN SERANG
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2 : 49-55. Desember 205 EVALUASI KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI DESA LONTAR, KECAMATAN TIRTAYASA, KABUPATEN SERANG
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaring, bambu, pelampung, hand refraktometer,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA
1233 Pertumbuhan calon induk ikan beronang Siganus guttatus... (Samuel Lante) PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA ABSTRAK Samuel
Lebih terperinciI b M PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN MELALUI BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii VARIETAS MERAHDENGAN METODE TALI JALUR GANDA
35 I b M PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN MELALUI BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii VARIETAS MERAHDENGAN METODE TALI JALUR GANDA Rahmi 1), Darmawati 1), Burhanuddin 1) dan Akmal 2) 1) Program Studi
Lebih terperinciGambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar
Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Eucheuma cotnnii YANG DIBUDIDAYAKAN PADA JARAK DARI DASAR PERAIRAN YANG BERBEDA Burhanuddin
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Eucheuma cotnnii YANG DIBUDIDAYAKAN PADA JARAK DARI DASAR PERAIRAN YANG BERBEDA Burhanuddin Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan
Lebih terperinciPENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA
419 Pendederan ikan beronang dengan ukuran tubuh benih... (Samuel Lante) ABSTRAK PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA Samuel Lante, Noor Bimo Adhiyudanto,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SPESIES ALGA KOMPETITOR Eucheuma cottonii PADA LOKASI YANG BERBEDA DI KABUPATEN SUMENEP
IDENTIFIKASI SPESIES ALGA KOMPETITOR Eucheuma cottonii PADA LOKASI YANG BERBEDA DI KABUPATEN SUMENEP Moh Hadi Hosnan 1, Apri Arisandi 2, Hafiludin 2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciJurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo
PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN LAUT DAN PAYAU (BPBILP) LAMU KABUPATEN BOALEMO 1 Ipton Nabu, 2 Hasim, dan
Lebih terperinciJurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
PERTUMBUHAN ALGA COKELAT Padina australis Hauch DI PERAIRAN PESISIR, DESA KAMPUNG AMBON, KECAMATAN LIKUPANG TIMUR, KABUPATEN MINAHASA UTARA DESY M.H. MANTIRI Rene Charles Kepel 1, Desy M.H. Mantiri 1,
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo
Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014 Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo
Lebih terperinciOleh : ONNY C
JENIS, KELIMPAHAN DAN PATOGENISITAS BAKTERI PADA THALLUS RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii YANG TERSERANG ICE-ICE DI PERAIRAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA Oleh : ONNY C14103066 SKRIPSI Sebagai
Lebih terperinciJurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN :
Pengaruh Kedalaman Tanam Terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum Pada Budidaya dengan Metode Rawai Yuniarlin Hilmi Farnani, Nunik Cokrowati, Nihla Farida Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Lebih terperinciVolume 11 Nomor 2 September 2014
Volume 11 Nomor 2 September 2014 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 11 2 Hal. 103-200 Tabanan September 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 HASIL
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kali di terjemahkan seaweed bukan sea grass yang sering di sebut dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput laut Rumput laut atau seaweed merupakan nama dalam perdagangan nasional untuk jenis alga yang banyak di panen di laut. Rumput laut atau alga yang sering kali di terjemahkan
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii (Kasus Di Desapunaga Binaan Balai Budidaya Air Payau Takalar)
Jurnal Vokasi 2011, Vol.7. No.2 187-191 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii (Kasus Di Desapunaga Binaan Balai Budidaya Air Payau Takalar) SELISTIAWATI 1) & ANDI PUSPA
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA
853 Upaya peningkatan produksi pada budidaya... (Gunarto) UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA ABSTRAK Gunarto
Lebih terperinciKAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG
KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP
Lebih terperinciThe growth of regenerated tissue culture of Kappaphycus alvarezii with different planting spaces
Pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii hasil kultur jaringan pada jarak tanam yang berbeda The growth of regenerated tissue culture of Kappaphycus alvarezii with different planting spaces Ayuningsih
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)
PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian
Lebih terperinciUdayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK
Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017 ISSN: 2086-3861 E-ISSN: 2503-2283 KAJIAN KUALITAS AIR DAN PENILAIAN KESESUAIAN TAMBAK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2
11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus
Lebih terperinciTorani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.24 (1) April 2014: ISSN:
PENGARUH PERBEDAAN VARIETAS RUMPUT LAUT (Kappaphycus sp) DAN VARIASI KEDALAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN METODE BUDIDAYA Top Down Effect of Different Types of Seaweed (Kappaphycus
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember 2011, bertempat di laboratorium ikan Clownfish Balai Besar Pengembangan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2012. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Fisiko dan Kimia Perairan Faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi alam tempat pembudidayaan rumput laut. Faktor lingkungan yang diukur
Lebih terperinciKerangka Pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kappaphycus alvarezii
3 Kerangka Pemikiran Penempatan posisi tanam pada kedalaman yang tepat dapat meningkatkan produksi rumput laut dan kualitas kandungan karaginan rumput laut. Untuk lebih jelas, kerangka pemikiran penelitian
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran,
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak
Lebih terperinciA ALISIS KELAYAKA LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRA TELUK DODI GA KABUPATE HALMAHERA BARAT
A ALISIS KELAYAKA LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRA TELUK DODI GA KABUPATE HALMAHERA BARAT (Feasibility Study on Seaweed Culture Locations in Dodinga Bay, West Halmahera Regency) Adnan Sj. Wantasen
Lebih terperinciPOTENSI DAN PROSPEK SERTA PERMASALAHAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
Potensi dan prospek serta permasalahan pengembangan budidaya rumput laut... (Abdul Malik Tangko) POTENSI DAN PROSPEK SERTA PERMASALAHAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Abdul
Lebih terperinciBab I Pendahuluan A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Rumput laut merupakan sumber daya alam lautan yang memiliki nilai gizi lengkap dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Rumput laut makanan (edible seaweed) telah
Lebih terperinci5.1 Keadaan Umum Perairan Gugus Pulau Nain
55 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Perairan Gugus Pulau Nain 5.1.1 Kondisi perairan potensi budidaya rumput laut Rumput laut secara ekologis dapat memberikan manfaat lingkungan yakni dapat mengurangi
Lebih terperinciTingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi
56 Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 56 60 (2010) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,
Lebih terperinciMuhammad Rizky Hasan, Sri Rejeki*, Restiana Wisnu
PENGARUH BOBOT AWAL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Gracilaria sp. YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN METODE Longline DI PERAIRAN TAMBAK TERABRASI DESA KALIWLINGI KABUPATEN BREBES Effect of Different Initial
Lebih terperinci