PENGGUNAAN MODEL SNOWBALL THROWING DAN VIDEO ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SLTP NEGERI 2 GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN MODEL SNOWBALL THROWING DAN VIDEO ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SLTP NEGERI 2 GORONTALO"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN MODEL SNOWBALL THROWING DAN VIDEO ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SLTP NEGERI 2 GORONTALO Sutarjo Paputungan (Guru Pend. Agama Islam di SMP Negeri 2 Gorontalo) ABSTRAK Sasaran utama ilmu pembelajaran adalah melakukan strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa dan memudahkan belajar peserta didik. Ilmu ini dipandang dari segi ilmu terapan yang menjembatani teori belajar dan praktek pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pembelajaran menaruh perhatian dalam upaya meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dianggap relevan untuk mengoptimalkan aktifitas belajar peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam melalui model snowball throwing dan video analysis, selain itu peserta didik berpeluang belajar karena melihat langsung tayangan video materi yang sedang dipelajari serta diberikan banyak waktu untuk menganalysis materi yang sedang dipelajari dan bertukar pikiran dengan peserta didik yang lain sebelum ide mereka dikemukakan di depan kelas. Kata Kunci: Model Snowball Throwing, Video Analysis, Hasil Belajar. A. Pendahuluan Pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam menghendaki agar peserta didik dapat menguasai materi yang diajarkan dengan baik agar peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi berdasarkan penelitian penulis dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 2 Gorontalo ditemukan permasalahan dalam pembelajaran antara lain peserta didik cenderung kurang siap belajar, rendahnya kemampuan peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sesama teman, dan pertanyaan dari guru, selama ini pembelajaran materi sejarah hanya pada tataran konsep tidak pada pemahaman dan bentuk video sehingga peserta didik mampu memahami dan mengetahui sejarah. Peserta didik juga cenderung diam diri tanpa ada yang berani mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang diajukan, baik secara klasikal maupun individual, akibanya kemampuan peserta didik menguasai materi cenderung kurang, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar. Sebagai gambaran nilai rata-rata peserta didik kelas VIII- 3 SMP Negeri 2 Gorontalo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran pendidikan agama Islam tidak mengalami peningkatan yang berarti yakni dengan daya serap rata-rata 68,91 dan peserta didik yang dinyatakan tuntas belajar dengan nilai 80 keatas kurang dari 70 % dari keseluruhan peserta didik. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan capaian pada tahun pelajaran 2013/2014 yang hanya mencapai rata-rata daya serap dengan ketuntasan 72%. Rendahnya daya serap peserta didik sebagaimana yang telah diuraikan di atas indikator bahwa strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam perlu diefektifkan lagi terutama menyangkut metode dan model pembelajaran. Dengan permasalahan ini maka jelas sangat diperlukan model pembelajaran baru yang mampu mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar peserta didik. Diantara model pembelajaran yang dianggap relevan untuk mengoptimalkan aktifitas belajar peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam melalui model snowball throwing dan video analysis, selain itu peserta didik berpeluang belajar karena melihat langsung tayangan video materi yang sedang dipelajari serta diberikan banyak waktu untuk menganalysis materi yang sedang dipelajari dan bertukar pikiran dengan peserta didik yang lain sebelum ide mereka dikemukakan di depan kelas. Kondisi sebagaimana yang telah diuraikan di atas memungkinkan bahkan mengharuskan mereka belajar dengan baik dalam kelompok, sehingga pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan permasalahan di atas maka teridentifikasi masalah peserta didik cenderung kurang siap belajar, masih rendahnya kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik yang diberikan kesempatan untuk bertanya, masih rendahya daya serap peserta didik pada materi ini. Oleh karena itu, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut Apakah hasil belajar peserta didik kelas VIII- 3 SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam dapat ditingkatkan dengan menerapkan pembelajaran model snowball throwing dan video analysis? Untuk memudahkan pemecahan masalah yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah, maka dapat diterapkan pembelajaran model snowball throwing dan video analysis dengan cara sebagai berikut : 125

2 Secara umum, prosedur model ini meliputi: 1. Guru Menyiapkan materi yang akan disajikan, : Guru memutar Video dan meminta seluruh peserta didik agar menganalisis materi yang ditayangkan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memangil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi Setelah guru menyampaikan materi yang akan dibahas kepada peserta didik, kemudian dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Misalnya jumlah peserta didik 40 orang, maka guru akan membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 8 orang yang selanjutnya 1 orang sebagai ketua kelompok sehingga dalam kelas tersebut terdapat 5 orang ketua kelompok 3. Ketua kelompok ini kemudian dipangil oleh guru pengajar untuk dijelaskan secara detail tentang Indikator materi dan langkah-langkah kegiatan selanjutnya. Gambar 1 Pembentukan Kelompok Peserta Didik 5. Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua Kelompok. Setiap peserta didik diharuskan untuk menulis satu pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru melalui ketua kelompok sehingga dengan demikian diharapkan, setiap peserta didik telah mengerti tentang materi yang akan dibahas. Seorang peserta didik akan sulit menulis satu pertanyaan apabila tidak memperhatikan tayangan Video dan tidak mempelajari materi sebelumnya. sehingga dengan demikian setiap peserta didik secara tidak langsung telah diajak oleh guru untuk berfikir tentang materi tersebut. Sehingga dalam materi ini akan muncul 40 pertanyaan dari para peserta didik. 6. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama + 10 menit, Kertas yang berisi pertanyaan tersebut digulung seperti bola dan dilempar secara acak oleh peserta didik satu kepada peserta didik lainnya sehingga diharapkan setiap peserta didik akan memiliki sebuah pertanyaan yang telah diajukan oleh temantemannya dari kelompok lain. 7. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Pada kesempatan ini diharapkan agar semua pertanyaan dapat dijawab dan apabila waktu yang tersedia terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan secara acak dengan memanfaatkan kelompok yang diangap siap yang telah terbentuk. 4. Ketua kelompok kembali ke kalompoknya masingmasing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. Masing-masing ketua kelompok menyampaikan materi dan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru kepada teman-temannya yang ada dikelompoknya sehingga diharapkan setiap peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang akan dibahas pada hari itu. Gambar 2 Ketua kelompok menjelaskan materi kepada teman-temannya. B. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu bentuk pengalaman yang diterima oleh seseorang dari berbagai objek yang diamati dari suatu pengamatan dan pembelajaran. Hakikat hasil pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan belajar yang berarti menyatakan bahwa salah satu kategori hasil belajar yakni pengalaman dan penampilan yang dapat diamati secara langsung. Menurut Sardiman, (2011:28-29) menyimpulkan bahwa hasil belajar meliputi : (1) Hal Ikhwal keilmuan dan pengetahuan konsep atau Fakta (kognitif), (2) Hal ikhwal personal, kepribadian atau sikap (afektif), dan (3) hal ikhwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik). Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Bentuk perilaku baru dapat berupa sesuatu yang kongkrit dan juga non kongkrit, disebut dengan hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006:26) hasil belajar merupakan capaian peserta didik dalam evaluasi yang diadakan setelah kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan nilai. 126

3 Uraian di atas mengisyaratkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai perolehan peserta didik setelah menjalani kegiatan belajar, namun dapat juga diartikan prestasi yang dihadapi, dilaksanakan maupun dikerjakan, yang ditandai dengan nilai. Hasil belajar dapat diartikan secara luas berdasarkan konsepsi yang digunakan, secara luas belajar dikembangkan berdasarkan taksonomi yang diajukan Bloom. Berdasarkan taksonomi Bloom, maka hasil belajar dapat diuraikan atas tiga komponen ranah atau kawasan, Imron (1996:136) menyebutkan tiga ranah yakni : a. Ranah Kognitif yang terdiri dari 6 (enam) aspek, yaitu : 1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3) Aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi kenyataan yang ada dan baru, misalnya menggunakan prinsip. 4) Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. 5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola bar, misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja. 6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil karangan. b. Ranah Afektif meliputi 5 (lima) aspek, yaitu : 1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu, tentang kesediaan memperhatikan hal tersebut, misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaanperbedan. 2) Pemberian tanggapan, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, misalnya mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu kagiatan. 3) Pemberian nilai, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap, misalnya menerima pendapat orang lain. 4) Pengorganisasian, yang mencakup kemampuan bentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan sebagi pegangan hidup, misalnya menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab. 5) Karakterisasi dengan suatu nilai, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuk menjadi pola nilai kehidupan pribadi, misalnya kemampuan mempertimbangkan menunjukkan tindakan yang disiplin. c. Ranah Psikomotor meliputi 6 (enam) aspek, yaitu : 1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut, misalnya pemilihan warna, angka atau huruf. 2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup kemampuan jasmania dan kemampuan rohania, misalnya posisi star lomba lari. 3) Respon terpimpin, yang mencakup kemampuan melaksanakan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan, misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran diatas pola. 4) Respon nyata yang kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien dan tepat, misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat. 5) Penguasaan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dan persyaratan khusus yang berlaku, misalnya keterampilan bertanding. 6) Penciptaan, yang mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri, misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru. Selanjutnya, Darsono (2000:15) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan. Setelah belajar peserta didik memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai, timbulnya nilai tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik, hasil belajar peserta didik merupakan kemampuan peserta didik yang akan dicapai sebagai berikut: a. Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis, pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan. b. Kemampuan keterampilan intelektual, adalah kepekaan yang berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. c. Kemampuan kognitif, adalah kemampuan menyalur dan mengarahkan kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah. d. Keterampilan motorik, adalah kemampuan serangkaian gerak jasmani antara koordinasi otak dengan tubuh. Sehingga terwujudnya otomatisme gerak jasmani. 127

4 e. Kemampuan sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilain terhadap objek tersebut. Jadi Hasil belajar akan melekat pada peserta didik dalam bentuk keterampilan intelektual,dan sikap. Sudjana (1989 : 56) menyatakan bahwa, peserta didik dengan hasil belajar optimal yang dicapai melalui proses pembelajaran cenderung menunjukkan respon positif seperti berikut ini : 1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar pada diri peserta didik. 2) Menumbuhkan keyakinan dan kemampuan bagi dirinya, artinya dia tahu kemampuan dirinya, dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagai mana harusnya. 3) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya, seperti akan lama dalam ingatannya, membentuk perilaku, bermanfaat untuk memperoleh aspek lain dapat digunakan alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya. 4) Hasil belajar peserta didik dapat diperoleh peserta didik secara menyeluruh (komprehensif) yakni mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 5) Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam hasil yang dicapainya maupun menilai proses usaha belajarnya. Menurut penulis dari uraian di atas, mengisyaratkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar yang berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam belajar sehingga memiliki pengalaman dalam bentuk penguasaan terhadap ilmu pengetahuan serta memiliki perubahan sikap dan keterampilan sebagai hasil usaha yang dilakukannya. Selain itu, dengan hasil belajar yang diperoleh maka guru akan mengetahui apakah metode ataupun model pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar peserta didik memperoleh angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode dan model pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan model pembelajaran lain dalam mengajar. Hasil belajar juga merupakan cerminan kualitas suatu sekolah (Arikunto, 2005). C. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik Makmun (dalam Mulyasa, 2005: ) mengemukakan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap hasil belajar, adalah : (1) Masukan Mentah raw-input, menunjuk pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran, (2) Masukan instrumental, diperlukan seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program, (3) Masukan Lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman. Belajar harus memiliki tujuan yang jelas, di dasari motivasi dari dalam dirinya sehingga peserta didik melakukan belajarnya secara aktif. Dengan demikian peserta didik mampu menggunakan cara berfikir secara kritis disamping itu peserta didik mampu menerapkan ilmu dalam praktek sehari-hari. Proses dan hasil belajar peserta didik secara umum di pengaruhi dua kategori, yaitu faktor internal dan ekternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Syah 1999: mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, yakni : Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu, faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis yang berhubungan dengan kondisi fisik individu, faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Kedua, keadaan fungsi jasmani / fisiologi, selama proses belajar berlangsung yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun peserta didik perlu menjaga panca indra dengan baik. Kondisi fisik yang normal ini terutama meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, maka kita harus menjaga kesehatan jasmani serta mengkonsumsi makanan yang bergizi dan lain sebagainya. b. Faktor Psikologis Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologi seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut : 1. Kecerdasan/Intelegensi Peserta Didik Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam merealisasikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang cepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun jika dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang sangat penting dibandingkan dengan yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pendali tertinggi 128

5 executive control dari hampir seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar peserta didik, karena itu menentukan kualitas belajar peserta didik, semakin tinggi intelegensi seseorang, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar, sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. 2. Motivasi Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta didik. Motivasilah yang mendorong peserta didik ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Menurut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang peserta didik yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca bukan hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung dari motivasi dari luar ekstrinsik. 3. Minat Secara sederhana minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat bukanlah istilah populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. 4. Sikap Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya, sikap adalah segala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan atau mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. 5. Bakat Faktor psikologi lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat, secara umum, bakat Aptitude didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang, berkaitan dengan belajar bakat didefinisikan sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang peserta didik untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu kmponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil Faktor Eksternal Selain faktor intrinsik, faktor ekstrinsik juga dapat mempengaruhi proses belajar peserta didik antara lain : 1. Lingkungan Sosial a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, tenaga administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang peserta didik. hubungan harmonis antara ketiganya dapat memberikan motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih baik di sekolah. b. Lingkungan sosial masyarakat, kondisi masyarakat tempat tinggal peserta didik akan mempengaruhi belajar peserta didik. Lingkungan peserta didik yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar dapat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik, paling tidak peserta didik kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya. c. Lingkungan Sosial Keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan baik. 2. Lingkungan Non Sosial a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau tidak terlalu gelap, seasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik, sebaliknya bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat. b. Faktor Instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua macam. Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya. c. Faktor Materi Pelajaran, faktor ini hendaknya disesuaikan dengan faktor usia perkembangan peserta didik begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai 129

6 metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi peserta didik Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan guru dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. D. Penggunaan Metode Snowball Throwing dan Video Analysis dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Snowball artinya bola salju sedangkan Throwing artinya melempar, jadi Snowball Throwing adalah melempar bola salju, dimana metode Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi Unesco, yaitu belajar mengetahui, Learning to know, Belajar bekerja Learning to do, Belajar hidup bersama Lerning to live together dan Belajar menjadi diri sendiri Learning to be. Model pembelajaran video analysis adalah model yang menjadikan video sebagai media pembelajaran lalu melakukan analysis terhadap pesan yang terdapat dalam tayangan video tersebut. Model ini lebih tepat digunakan untuk mengubah kesan video-video pendidikan sebagai model yang pasif di mana para peserta didik hanya duduk di tempat-tempat duduknya yang menunggu untuk dihibur. Dengan model video analysis maka peserta didik akan menjadi lebih aktif, baik dalam melihat, berpikir, berpendapat dan bekerjasama dengan teman kelompoknya. Menurut Marpaung (2002:20) mengemukakan bahwa pembelajaran Snowball Throwing merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan kerja sama, yakni kerja sama peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari, mengamati dan menganalysis materi. Sasaran utama ilmu pembelajaran adalah melakukan strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa dan memudahkan belajar peserta didik. Ilmu ini dipandang dari segi ilmu terapan yang menjembatani teori belajar dan praktek pembelajaran, sesuatu yang oleh Dewey, yang kemudian oleh Glatser dikatakan kebutuhan yang amat mendesak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pembelajaran menaruh perhatian dalam upaya meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran, Uno, Dkk (2004:4). Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan strategi di dalamnya memuat model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Model diuraikan sebagai kerangka konseptual yang diinginkan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model juga dapat dipahami sebagai penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat aslinya. Penggunaan prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran snowball throwing dan vedeo analysis. Secara umum, prosedur model ini meliputi: a. Guru Menyiapkan materi yang akan disajikan: Guru memutar Video dan meminta seluruh peserta didik agar menganalisis materi yang ditayangkan. b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memangil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. Setelah guru menyampaikan materi yang akan dibahas kepada peserta didik, kemudian dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Misalnya jumlah peserta didik 40 orang, maka guru akan membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 8 orang yang selanjutnya 1 orang sebagai ketua kelompok sehingga dalam kelas tersebut terdapat 5 orang ketua kelompok. c. Ketua kelompok ini kemudian dipangil oleh guru pengajar untuk dijelaskan secara detail tentang indikator materi dan langkah-langkah kegiatan selanjutnya. Gambar 3 Pembentukan kelompok peserta didik. d. Ketua kelompok kembali ke kalompoknya masingmasing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. Masing-masing ketua kelompok menyampaikan materi dan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru kepada teman-temannya yang ada dikelompoknya sehingga diharapkan setiap peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang akan dibahas pada hari itu. 130

7 Gambar 4 Ketua kelompok menjelaskan materi kepada teman-temannya. e. Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Setiap peserta didik diharuskan untuk menulis satu pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru melalui ketua kelompok sehingga dengan demikian diharapkan, setiap peserta didik telah mengerti tentang materi yang akan dibahas. Seorang peserta didik akan sulit menulis satu pertanyaan apabila peserta didik itu sendiri tidak memperhatikan tayangan Video dan tidak mempelajari materi sebelumnya. sehingga dengan demikian setiap peserta didik secara tidak langsung telah diajak oleh guru untuk berfikir tentang materi tersebut. Sehingga dalam materi ini akan muncul 40 pertanyaan dari para peserta didik. f. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama +_ 5 menit, kertas yang berisi pertanyaan tersebut digulung seperti bola dan dilempar secara acak oleh peserta didik satu kepada peserta didik lainnya sehingga diharapkan setiap peserta didik akan memiliki sebuah pertanyaan yang telah diajukan oleh teman-temannya dari kelompok lain. g. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Pada kesempatan ini diharapkan agar semua pertanyaan dapat dijawab dan apabila waktu yang tersedia terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan secara acak dengan memanfaatkan kelompok yang diangap siap yang telah terbentuk. h. Evaluasi Evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan metode dan lain-lain. Dalam metode Snowball Throwing ini perlu dilakukan evaluasi dalam bentuk Tes Essay berdasarkan daftar pertanyaan para peserta didik dimana keempat puluh pertannyaan yang muncul dari para peserta didik adalah merupakan gambaran dari tingkat pemahaman para peserta didik terhadap pelajaran tersebut. i. Penutup. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan guru adalah tanggapan terhadap pertannyaan dan jawaban peserta didik terhadap materi yang disajikan. Baik pertanyaan maupun jawaban peserta didik yang belum tepat sasaran atau tujuan materi perlu diluruskan dan dijelaskan oleh guru sehingga setiap peserta didik dapat lebih memahami tentang materi tersebut. Berdasarkan penelitian penulis dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 2 Gorontalo dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta didik dengan indikator kerja: Hasil Belajar peserta didik kelas VIII- 3 SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam, adapun nilai rata-rata yang diperoleh melalui evaluasi hasil belajar dari 56,42% menjadi 92,30% telah terwujud dengan mengoptimalkan model pembelajaran secara baik dan benar pada kegiatan pembelajaran Silkus II. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini bertitik tolak pada perkembangan hasil belajar peserta didik kelas VIII- 3 SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam dan situasi pembelajaran saat melakukan tindakan kelas. Hasil belajar peserta didik pada siklus I ditunjukkan oleh nilai rata-rata peserta didik yang masih mencapai skor < 8,0 dari 39 peserta didik, adalah sebanyak 17 orang (43,58%) yang tidak tuntas dan yang mencapai skor 8,0 sebanyak 22 orang (56,42%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Hasil refleksi pada siklus I bahwa masih terdapat kelemahan-kelemahan pada hasil belajar peserta didik maupun kegiatan pembelajaran. a. Dari segi hasil belajar, nilai rata-rata peserta didik yang diperoleh baru mencapai skor 8,0 sebanyak 22 orang (56,42%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar dan masih terdapat 17 orang peserta didik atau 43,58% yang belum tuntas. b. Dari hasil observasi kegiatan pembelajaran pada siklus I, masih terdapat aspek-aspek yang cukup dan kurang yakni pada persiapan 4%, kegiatan Pendahuluan 8%, kegiatan pengembangan dan penerapan 32% dan kegiatan penutup dan pengelolaan waktu 20%. Ini berarti kualifikasi cukup dan kurang pada kegiatan pembelajaran adalah 64%. Oleh karena itu, pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan ke arah penigkatan hasil belajar peserta didik kelas VIII- 3 SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Perbaikan-perbaikan itu adalah sebagai berikut: 131

8 1. Membentuk kelompok-kelompok diskusi yang lebih memadai yang sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Mengoptimalkan pemberian apersepsi untuk upaya mengungkap kemampuan prasyarat peserta didik. 3. Mengarahkan peserta didik agar memperhatikan tayangan vedio dan mampu menganalysis serta terampil dalam menyelesaikan masalah melalui diskusi 4. Mengoptimalkan bimbingan terhadap peserta didik untuk menggunakan analysis dengan baik 5. Mengoptimalkan bimbingan peserta didik terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan dengan cara menggunakan tutor sebaya 6. Mengoptimalkan pemahaman peserta didik tentang adanya kemungkinan jawaban lain atau cara lain untuk memperoleh jawaban 7. Memotivasi peserta didik untuk aktif dalam kerja kelompok 8. Memotivasi peserta didik untuk aktif menyimpulkan hasil pembelajaran 9. Mengelola waktu pembelajaran secara efektif dan efisien. Dari hasil perbaikan-perbaikan pada pelaksanaan tindakan kelas siklus II telah terjadi perubahan-perubahan ke arah peningkatan hasil belajar peserta didik sebagai berikut : a. Nilai rata-rata skor 8,0 dari 56,42% menjadi 92,30% pada siklus II b. Situasi pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa 36% mencapai kategori baik, 36% kategori cukup, dan 28% kategori kurang, kemudian mengalami peningkatan yaitu 52% telah mencapai kategori baik, 40% kategori cukup, dan 8% kategori kurang. Dari hasil penelitian data pada siklus I dan refleksi maka dilakukan perbaikan-perbaikan ke arah peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VIII- 3 SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada siklus II. Perbaikan-perbaikan itu adalah sebagai berikut : a) Mengarahkan peserta didik agar lebih cermat menganalysis video yang ditayangkan. b) Lebih mengoptimalkan bimbingan dan motivasi terhadap peserta didik untuk memahami masalah dan memberikan penguatan kepada peserta didik yang telah berhasil. c) Lebih mengoptimalkan bimbingan dan motivasi terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan dengan cara menggunakan tutor sebaya. d) Lebih mengoptimalkan pemahaman peserta didik tentang adanya kemungkinan jawaban lain untuk memperoleh jawaban. e) Lebih memotivasi peserta didik untuk menjawab dengan benar permasalahan dalam materi dan memberikan penguatan kepada peserta didik yang berhasil menjawab permasalahan dengan benar. f) Memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam menganalysis materi. g) Lebih memotivasi peserta didik untuk lebih aktif menyimpulkan hasil pembelajaran. h) Mengelola waktu pembelajaran lebih efektif dan efisien. E. Penutup Hasil belajar peserta didik kelas VIII- 3 SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam dapat ditingkatkan dengan menerapkan model snowball throwing dan video analysis, hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik dari setiap siklus. Adapun saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagi berikut: Bagi peserta didik agar dapat menyimak dan memahami serta mampu menganalysis video yang ditayangkan. Bagi guru dalam proses belajar hendaknya menerapkan pembelajaran dengan menerapkan model snowball throwing dan video analysis, untuk peningkatan hasil belajar peserta didik. Bagi sekolah perlu memperhatikan proses perkembangan output sekolah dengan lebih meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arends, R.I Learning To Teach Buku 2. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar Arikunto Suharsimi, Suhardjono dan Supardi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Darsono, Max Belajar dan Pembelajaran. Semarang. IKIP Semarang Press Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, M, dkk Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Unesa University Press. Imron Ali Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Pustaka Jaya Lie, Anita Cooperative Learning : Mempraktekkan Cooperative di dalam ruang-ruang kelas. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta Marpaung Model-Model Pembelajaran. Jakarta. DEPDIKNAS Mulyasa Implementasi Kurikulum 2004panduan pembelajaran KBK. Bandung. Remaja Rosdakarya Sanjaya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Sardiman, AM Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajagrafindo Persada Syah, Muhibbin Psikologi Belajar. Jakarta. Rajagrafindo Persada Uno, B. Hamzah Dkk Model Pembelajaran. Gorontalo. BMT Nurul Jannah 132

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2..1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN Andy Sapta Program Pendidikan Matematika, Universitas Asahan e-mail : khayla2000@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN MARGAHAYU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN BUDAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan 7 BAB 11 KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman berasal dari kata dasar paham yang berarti mengerti benar. Pemahaman mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1.Pengertian Teknik Pembelajaran Suyono dan Hariyanto menjelaskan teknik pembelajaran adalah upaya untuk menjamin agar seluruh siswa di dalam kelas diberikan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Sudjana. (2007: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah menemukan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1 Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kartu-Kartu. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB II KAJIAN TEORI. 1 Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kartu-Kartu. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1 Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kartu-Kartu Pertanyaan a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Strategi pembelajaran aktif merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2) Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-217 123 Upaya Meningkatkan Berkomunikasi dalam Bahasa Inggris Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas XII di

Lebih terperinci

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS V SD NEGERI 106146 MULIOREJO MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri 106146 Muliorejo

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI FAUZIAH NASUTION Guru SMP Negeri 5 kota Tebing Tinggi Email

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau. model pembelajaran adalh suatu rencana atau pola yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau. model pembelajaran adalh suatu rencana atau pola yang dapat 26 BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Sardiman belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Strategi Berikan Uangnya Bambang warsita menjelaskan strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Teknik Pembelajaran Pertemuan Ganda a. Pengertian Teknik Pembelajaran Slameto menjelaskan teknik pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh: N U R D I N ABSTRAK Pada umumnya, proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) masih bersifat klasikal,

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis a. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis sebagai salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pembelajaran Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN 88 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan belajar dalam suasana senang serta efektif. strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date.

BAB II KAJIAN TEORI. dan belajar dalam suasana senang serta efektif. strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Pembelajaran Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi akademik.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Make a Match 2.1.1 Pengertian Model pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kota BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Dan Karakteristis Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kota Gorontalo, khususnya di kelas XI Akuntansi yang jumlah siswanya

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Triyatno 1, John Sabari 2 1 Mahasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Istilah belajar menurut beberapa ahli, di antaranya oleh Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN Oleh Mauludin ABSTRAK Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Jigsaw Hasil

Lebih terperinci

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar. PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LEARNING START WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII-6 SMP NEGERI 30 PEKANBARU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ernidalisma Guru Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang diharapkan harus dirumuskan

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang diharapkan harus dirumuskan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil belajar Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang diharapkan harus dirumuskan guru dengan benar, agar guru dapat merancang /mendisain pengajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Minarni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING A. Pengertian dari model pembelajaran Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara

Lebih terperinci

Indrajaya. Staf pengajar Man 1 Mataram, Jl. Pendidikan No. 31, Dasan Agung Baru, Mataram

Indrajaya. Staf pengajar Man 1 Mataram, Jl. Pendidikan No. 31, Dasan Agung Baru, Mataram 24 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEND ENDED UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BERPIKIR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TRIGONOMETRI KELAS X2 MAN I MATARAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Indrajaya Staf pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT), bahkan di tingkat Taman

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share (tps)

BAB V PEMBAHASAN. yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share (tps) BAB V PEMBAHASAN Model merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan, karena dengan adanya model guru dan peserta didik mampu melaksanakan pembelajaran secara kondusif sehingga hasil dari pembelajaran

Lebih terperinci

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FARIDA A 210

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas, namun perlu kiranya mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha mengembangkan manusia berkualitas yang siap menghadapi berbagai tantangan hidup dimulai sedini mungkin melalui pendidikan. Kegiatan pendidikan diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1..1Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT Sumini SD Negeri 013827 Persatuan, kab. Asahan Abstract: The purpose of this study is to improve

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret   ABSTRAK C027 PENINGKATAN MINAT BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) BERBANTUAN MODUL PADA SISWA KELAS VII-D SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Evin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a) Pengertian model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray Menurut Isjoni (2010, h.15 ) model pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan. 19 BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR A. Model Pembelajaran Make a Match 1. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match Model pembelajaran tipe Make a Match artinya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA KELAS VIIC SEMESTER 2 SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK 131 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PESAWAT SEDERHANA DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 SIMEULU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SITI ARFAH, S.Pd 1 Oleh: ABSTRAK

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu 153 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SMP NEGERI 1 WONOAYU Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DIKELAS X PEMASARAN SMK NEGERI I LIMBOTO Candra Hulopi 911 409 022

Lebih terperinci

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMPN 13 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Ewisahrani Universitas Ahmad

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Metode Pembelajaran Inkuiri

ABSTRAK. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Metode Pembelajaran Inkuiri Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Inkuiri Pada Mata Pelajaran Ips Dikelas Viib Smp Negeri 11 Kota Gorontalo Delpita Naus 1, Dra. Hj. Salma Bowtha, M.Pd 2, Roy Hasiru, S.Pd.,M.Pd

Lebih terperinci