BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SISTEM DISTRIBUSI KELISTRIKAN Pengertian distribusi energy listrik adalah pengiriman dan pembagian energy listrik melalui suatu jaringan dan perlengkapannya mulai dari sumber energy listriknya hingga ke pemakai. Suatu system distribusi listrik untuk sebuah pabrik merupakan bagian terpenting yang perlu dikaji bilamana berencana membangun sebuah pabrik karena menyangkut kesempurnaan sebuah pabrik dan proses produksi didalamnya. Ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan jaringan instalasi listrik sebuah pabrik yang berfungsi untuk menyalurkan energy listrik ke titik titik beban seperti : lampu penerangan, motor motor listrik pada mesin produksi dan lain lain. Adapun pertimbangan yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian yang berdasarkan factor factor sebagai berikut: 1. Pertimbangan secara umum : a. Keselamatan dan pengaman. Keselamatan menyangkut orang yang mengoperasikan instalasi lsitrik dan menghindari orang serta harta bendanya dari bahaya karena penggunaan listrik seperti bahaya tersentuh tegangan dan bahaya kebakaran serta bahaya bahaya lainnya. 6

2 b. Keandalan Unsur ini sangatlah penting bagi bangunan industry, bangunan bertingkat, bangunan umum, bangunan rumah sakit dan sebagainya, dimana kegagalan supply dapat menyebabkan terhentinya proses produksi, panic, membahayakan keselamatan orang dan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada penghasilan atau keuntungan. Seorang perancang harus mempetimpangkan apakah akan diperlukan sumber lain sebagai perlengkapan tenaga darurat, menetapkan beban beban mana tidak boleh padam sehingga membuat instalasi listrik yang handal. c. Kapasitas Daya Pada umumnya system tenaga harus mempunyai kapasaitas daya yang dapat melayani beban yang terpasang ditambah dengan kapasitas cadangan untuk mengantisipasi adanya ekspansi dimasa mendatang. Atas dasar ini besarnya penghantar, perlengkapan hubung bagi dan gawai pengaman perlu ditentukan lebih longgar keatas. d. Biaya Biaya dari system instalasi listrik merupakan presentasi yang kecil (10 sampai 15 persen) dari total keseluruhan biaya pembangunan sebuah pabrik. Meski demikian system instalasi yang dipilih dalam perencanaan perlu memperhatikan sisi ekonomi. Sistem instalasi sebagai hasil dari perencanaan dengan biaya terendah, yang dapat memenuhi secara efektif serta dapat menjadi pilihan. Biaya ini terdiri atas dua bagian yaitu bagian awal pada pemasangan dan biaya operasi. 7

3 Biaya awal yang rendah karena menggunakan material dengan mutu yang rendah dapat mengakibatkan biaya energy (kwh) dan pemeliharaan yang lebih tinggi dan umur material instalasi yang lebih pendek. e. Perkembangan teknik dan kemungkinan ekspansi Dalam perencanaan harus memperhatikan kecenderungan perkembangan teknik, kondisi khusus dari lokasi, keinginan dan persyaratan perusahaan dan kemungkinan adanya ekspansi yang membutuhkan perluasan dan tambahan instalasi di masa mendatang. f. Instalasi, operasi dan pemeliharaan Unsur ini mempunyai dampak langsung terhadap unsur pada point e. Setelah instalasi terpasang pengguna isntalasi harus dapat mengoperasikan dan memelihara instalasi tanpa harus meggunakan perlengkapan yang khusus. Perlengkapan instalasi harus ditempatkan diruangan yang dapat dijangkau dengan mudah agar pengoperasian dan pemeliharaan dapat dengan mudah dilakukan tanpa harus megeluarkan biaya yang tinggi. Kemudian pengontrolan dengan penempatan sarana pengontrol yang perlu diperhatikan. g. Standard dan peraturan Perencanaan harus mengetahui standard dan peraturan yang berlaku yang langsung berhubungan dengan instalasi maupun peraturan pemerintah pusat, daerah dan lingkungan. 8

4 h. Persyaratan khusus Dalam unsur ini dapat disebutkan spesifikasi dan syarat yang diterima dari pemesan yang harus dipenuhi seperti pengaturan jadwal pemasangan, pengadaan material dan persyaratan lainnya seperti dampak terhadap lingkungan sekitar dan estetika. 2. Langkah langkah perencanaan Perencanaan instalasi listrik untuk sebuah pabrik didasarkan atas pengetahuan beban listrik yang harus dipikul, berapa besarnya daya, bagaimana karakteristiknya serta kapan beban listrik tersebut harus dioperasikan. Jika pengetahuan akan hal tersebut telah didapatkan maka dapat dirancang sirkit akhir yang dapat melayani beban tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa titik beban dilayani oleh satu sirkit akhir dari kotak hubung bagi, sedangkan kotak hubung bagi ini mendapat supply listriknya dari sirkit cabang atau langsung dari panel hubung bagi utama. Adapun hal hal lain yang perlu diperhatikan adalah : Dapatkan suatu gambar denah rencana pabrik dan yang menunjukkan dimana beban ditempatkan dan seberapa besar beban tersebut, dan data data berikut perlu dimiliki : Beban tersambung, jumlah daya nominal kontinyu dan mesin, piranti, perlengkapan yang disambungkan pada instalasi atau sebagian instalasi dalam satuan VA, kva, Watt atau kw. Kebutuhan, beban listrik pada terminal penerima dipikul rata selama jangka waktu tertentu, dinyatakan dalam VA, kva, Watt 9

5 atau kw. Jangka waktu yang lazim adalah 15 menit, 30 menit atau 1 jam. Kebutuhan maksimum, kebutuhan yang terbesar yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Untuk rumah biasanya kebutuhan maksimum terdapat dimalam hari. Misalnya : dari kebutuhan yang diukur dalam jangka waktu setiap 15 menit dalam satu hari maka kebutuhan maksimum dari pukul sampai adalah yang terbesar. Kebutuhan bersamaan, semua kebutuhan yang terjadi pada suatu waktu yang bersamaan. Instalasi listrik adalah suatu jaringan yang tersusun secara koordinasi mulai dari sumber pembangkit atau titik sambungan suplai daya listrik sampai ke titik beban terakhir sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya, seperti yang terlihat pada gambar 2.1 PEMBANGKITAN TRANSMISI TET TRANSMISI TT DISTRIBUSI TM PELANGGAN I PELANGGAN II DISTRIBUSI TR PELANGGAN III Gambar 2.1 Sistem jaringan Instalasi listirk PLN 10

6 PLN ditunjuk pemerintah selaku pemegang kuasa usaha penyelenggara dan pemasok tenaga listrik kepada masyarakat luas. Sedangkan besaran besaran listirk yang harus dipaham i adalah anatara lain : Tegangan (Volt), Arus (Ampere), Frequensi (Hertz), Daya (Watt), dan Resistansi (Ohm). Berikut adalah system klarifikasi tegangan : Tegangan Ekstra Tinggi (TET) > 500kV. Tegangan Tinggi (TT) > 35kV. Tegangan Menengah (TM) > 1kV 35kV. Tegangan Rendah (TR) <1000 Volt. Tegangan Ekstra Rendah (TER) < 50 Volt. 2.2 INSTALASI TEGANGAN MENENGAH (TM) Suatu instalasi tegangan listrik yang berkapasitas dengan tegangan 1 kv sampai dengan 35 kv dari jaringan PLN yang terdekat dan kemudian diterima oleh panel TM ( Tegangan Menengah ) yang terdekat yang kemudian diterima dipanel TM yang ada pada ruang power house. Kemudian dari panel TM akan ditransfer ke panel distribusi utama dengan tegangan rendah melalui transformator penurun tegangan dengan kapasitas 2000 kva,antara lain terdiri dari : a. Gardu PLN b. Panel Tegangan Menengah ( MVMSB) c. Transformator / Trafo d. Kabel Tegangan Menengah dari Gardu PLN sampai trafo 11

7 2.3 INSTALASI TEGANGAN RENDAH (TR) Suatu tegangan yang berkisar antara 110 / 220 Volt, 220 / 380 Volt. Yang antara lain terdiri dari : a. Panel Distribusi Utama ( LVMSB ) b. Panel Distribusi Cabang ( LVSB ) c. Kabel tegangan rendah dari trafo sampai ke panel distribusi utama tegangan rendah. d. Instalasi Peralatan ( Material Protection ) e. Instalasi Kotak Kontak (Contact Installation) f. Instalasi Penerangan ( Lighting Installation ) 2.4 DASAR PERHITUNGAN LISTRIK Bagaimanapun juga untuk saat sekarang adalah suatu kenyataan pokok bahwa makin besar tegangan, suplainya akan semakin murah. Berikut ini akan dipaparkan dasar perhitungan listrik fasa tunggal dan fasa tiga Arus bolak balik fasa tunggal Pada arus bolak balik fasa tunggal berlaku bahwa suatu pertambahan tegangan memberi pengurangann arus pada jumlah daya dan factor daya yang diberikan. Dengan demikian berlaku rumus : P = V x I x cos (2.1) Dimana : I = arus penghantar ( Ampere ) P = daya / load (beban ) yang dibutuhkan ( Watt ) V = tegangan fasa netral ( Volt ) cos = factor kerja 0,8 0,9 12

8 Kemudian untuk menghitung besarnya arus, persamaan (2.1) dapat digunakan sehingga dperoleh : I = (2.2) Pengukuran terhadap rugi tegangan didapat dari persamaan : (u) = Es Er (2.3) dimana : U Es Er = rugi tegangan = tegangan kirim = tegangan terima Sehingga rugi tegangan (U) = tegangan kirim (Es) tegangan terima (Er) dan besarnya rugi tegangan pada umumnya antara 1% sampai 5% dari Es. Kemudian untuk menghitung luasa penampang penghantar fasa satu bisa didapat dari persamaan : A = (2.4) dimana : A U l I = luas penampang penghantar (mm2) = daya hantar jenis penghantar Cu ( = 0,0172 x 106 ohm.m) = rugi tegangan penghantar (Volt) = panjang penghantar (m) = kuat arus penghantar (A) 13

9 2.4.2 Arus bolak balik fasa tiga Hubung bintang kadang kadang dikenal sebagai system hubung Y, cara penyambungan yang mengaliri suatu beban setimpang dapat dilihat pada gambar 2.2 ϴR Ip U RN ϴN U SN ϴS ϴT Gambar 2.2 Hubungan bintang (220 / 380 Volt) Sedangkan gambar 2.3 ini menunjukkan tiga beban yang dihubungkan dalam bentuk bintang, pada system catu empat kawat, fasa tiga. Diagram fasor (gambar 2.4) berfungsi sebagai pembantu untuk menentukan hubungan antara jala jala dan tegangan fasa. ϴR U RN ϴN ϴS U SN U TN ϴT Gambar 2.3 Hubungan bintang yang dihubungkan dengan tiga beban 14

10 U RN 120ᵒ 120ᵒ 120ᵒ U SN U TN Gambar 2.4 Diagram fasor tegangan Gambar 2.3 menunjukkan tegangan R ke netral U N diambil sebgai acuan dan urutan, fasanya adalah R, S, T, sehingga tegangan saluran lain ke netral, jika U SN = U TN = U RN dan ketiganya terpisah maka system tegangan akan seimbang. ½ U SN = U TN x ½ 3 = cos 30ᵒ U SN = 3 U TN Tegangan jala jala adalah 3 kali tegangan fasa ( 3 = 1,73) Pada sebuah beban setimbang rumus umum untuk daya tiga fasa menjadi : P = 3 V.I cos (2.5) Dimana V dan I adalah nilai jala jala, sehingga untuk menghitung arus fasa tiga bisa didapat dari persamaan (2.5) dengan penjabaran: I =, (2.6) Adapun untuk menghitung luas penampang penghantar fasa tiga bisa didapat dari persamaan : A =, (2.7) 15

11 2.4.3 Hubungan segitiga Hubungan segitiga dalam hal ini juga disebut hubungan mesh, disini VI = Vp yakni untuk hubungan delta tegangan sama dengan fasa, arus jala jala sama dengan selisih fasor dari dua arus fasa. = cos 30ᵒ (2.8) ½ I L = I p x ½ 3 (2.9) I L = 3 I p (2.10) ϴR Ip U RS U RT ϴS U ST ϴT Gambar 2.5 Hubungan segitiga (380 Volt) Gambar ini menunjukkan hubungan segitiga (380 Volt) dimana pada hubungan ini hanya terdapat tegangan fasa fasa yaitu R,S,T. Arus jala jala adalah 3 dikali arus fasa. Seperti sebelumnya rumus umum untuk daya fasa tiga menjadi P = 3 V.I cos Faktor kerja ( cos ) Pada pengusahaan sumber listrik, biasanya menawarkan penurunan tariff tertentu sebagai suatu insentif untuk koreksi factor daya. Tinjauan dasar dari persamaan daya sederhana menghasilkan kerugian factor daya yang rendah. Adapun factor daya didapat dari persamaan : cos = 16

12 dimana : P = daya nyata (Watt) S = daya semu (VA) Untuk memperbaiki factor kerja dapat dilakukan dengan cara memakai kapasitor seperti dapat dilihat pada gambar 2.6 AB = 1,732 x V x I x sin OB = 1,732 x V x I x cos OD = OA = daya semu = daya reaktif = daya aktif = daya aktif P.f (cos ) P 2 O P 1 B F cos 1 cos 2 Q 2 Q 1 D A C G Gambar 2.6 skema perbaikan factor daya dengan daya semu tetap Keterangan : OA = OD, OA = demand (kebutuhan), OB = daya aktif beban = P (kw), OC = daya reaktif beban = QkVAR, cos 1 = factor kerja sebelum kompensasi, cos 2 = factor kerja sesudah kompensasi, DG = daya kapasitor yang dipasang Qc kvar. 17

13 2.5 PENGHANTAR Penghantar adalah suatu media yang berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari sumber ke beban. Penghantar yang digunakan untuk instalasi listrik adalah penghantar berisolasi yang dapat berupa kawat berisolasi atau kabel. Sedangkan perkembangan penghantar seiring dengan perkembangan bahan bahan isolasi, sehingga muncul jenis jenis penghantar baru. Dan untuk mempermudah mengidentifikasi dari jenis kabel yang ada, maka diadakan suatu pengkodean dari hurum naupun angka. a. Jenis Penghantar Secara garis besar, jenis penghantar dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a) Hantaran berisolasi b) Hantaran tak berisolasi b. Penghantar Berisolasi Penghantar berisolasi dapat berupa kawat berisolasi atau kabel. Batasan kawat berisolasi adalah rakitan satu penghantar, baik yang berbentuk serabut maupun kawat tembaga yang diisolasi, contoh kawat adalah NYA dan NYAF. Sedangkan batasan kabel rakitan satu penghantar atau lebih, baik itu penghantar serabut ataupun pejal yang masing masing diisolasi atau keseluruhannya diselubungi bersama, misalnya kabel jenis NYY, NYM dan NYGBY. 18

14 c. Penghantar Tidak Berisolasi Penghantar tidak berisolasi merupakan suatu penghantar telanjang atau dengan kata lain tidak terisolasi atau tidak menggunakan selubung. Contoh yang tidak berisolasi : 1. BC ( Bare Conductor ) 2. Penghantar Berlubang ( Hollow Conductor ) 3. ACSR ( Aluminium Conductor Stell Reinforced ) 4. ACAR ( Aluminium Conductor Alloy Reinforced ) Jenis Penghantar Dilihat dari bahannya, penghantar yang ada adalah dari jenis bahan aluminium dan tembaga. Kedua bahan ini mempunyai sifat yang berbeda. Tabel 2.1 Perbandingan antara aluminium dan tembaga Sifat Tembaga Aluminium Massa Jenis 2,7 g/cm 3 8,96 g/cm 3 Kekuatan Tarik kg / cm 2 40 kg / cm 2 Daya Tahan Jenis 0,0175 m / mm 2 0,029 m / mm 2 Daya Hantar Jenis 56 mm2 / m 35 mm2 / m Penghantar yang digunakan untuk instalasi listrik adalah penghantar yang berjenis kabel berisolasi. Kabel ini dapat dibedakan berdasarkan kegunaannya, antara lain : 1. Kabel instalasi, adalah kabel yang berfungsi untuk instalasi listrik yang biasanya dari jenis NYA atau NYM. 19

15 2. Kabel tanah, adalah kabel yang berfungsi untuk penghantar tenaga listrik yang dipasang diluar ruangan / didalam tanah. Kabel tanah ini biasanya dari jenis NYY dan NYFGBY. 3. Kabel fleksible adalah kabel yang berfungsi untuk control control listrik. Biasanya kabel ini berjenis NYAF atau NYYHY Kemampuan Hantar Arus Setiap kabel yang memiliki nilai tahanan (R) akan mempunyai rugi rugi berupa panas jika kabel tersebut dialiri arus listrik (I) selama waktu (t) detik. Panas yang dihasilkan akan dilepas keluar pada lapisan terluar penghantar. Panas yang timbul pada penghantar ini tidak hanya ditimbulkan oleh aliran arus listrik yang terus menerus, tetapi juga dipengaruhi oleh suhu sekitar penghantar atau suhu ruang. Dalam mememilih penampang penghantar, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah KHA dari penghantar. Untuk menentukan besar arus yang melewati penghantar yang akan dipasang, dapat dihitung dengan rumus 2.11, 2.12, 2.13 berikut : 1. Untuk arus searah : I = 2. Untuk arus bolak balik 1 fasa : I = (2.11) (2.12) 3. Untuk arus bolak balik 3 fasa :I = Dimana : (2.13) I = arus beban (Ampere) P = daya yang diperlukan ( Watt ) V = tegangan kerja (Volt) Cos = factor daya 20

16 Tabel 2.2 menerangkan KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal, berpenghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada system arus searah dengan tegangan kerja maksimum 1,8 kv. Untuk kabel tanah berinti dua, tiga dan empat berpenghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC yang dipasang pada system arus bolak balik fasa tiga dengan tegangan pengenal 0.6 / 1 kv (1.2 kv) pada suhu keliling 30ᵒC. Jenis jenis kabel tersebut adalah, NYY, NYWBY, NYVGBY, NYYHY. KHA kabel kabel tersebut akan dijelaskan diudara dan tanah. Terdapat perbedaan KHA baik kabel itu sendiri maupun antara kabel di udara maupun ditanah dengan suhu yang sama. KHA kabel ditentukan sesuai dengan luas penampang, inti kabel masing masing kabel. Semakin besar luas penampang kabel, semakin besar juga KHA kabel tersebut, begitupun sebaliknya. Tabel 2.2 KHA terus menerus kabel tanah Jenis Kabel NYY NYBY NYFGBY NYYHY Luas Penampang (mm 2 ) 1,5 2, ,5 2, ,5 2,5 4 6 Di Tanah A Berinti Tunggal Di Udara A KHA terus menerus Berinti Dua Di Tanah A Di Udara A Berinti tiga dan empat Di Di Tanah Udara A A

17 Panas dari penampang penghantar yang melewati arus batas kemampuan penghantar dapat menyebabkan KHA dari penghantar berkurang. Jika KHA penghantar pada suhu nominal tidak dikurangi, maka dapat mengakibatkan kerusakan pada isolasi penghantar. Dengan demikian KHA suatu penghantar dapat dinyatakan sebagai kemampuan maksimum untuk dilalui arus secara terus menerus hanya menyebabkan kerusakan pada penghantar tersebut. Kenaikan suhu pada setiap penghantar tidak sama, stergantung pada bahan isolasi dan selubung penghantarnya. Misal penghantar berpelindung XLPE adalah 90 C sedangkan pada penghantar berisolasi kertas adalah sebesar 80 C Pemilihan Penghantar Untuk pemilihan jenis penghantar, harus ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis yang meliputi tegangan nominalnya dan konstruksi (luas penampang), dimana pertimbangan pertibangan teknis ttersebut dipengaruhi oleh beberapa hal dibawah ini : a. Kuat Hantar Arus (KHA) b. Kondisi Suhu c. Kekuatan Mekanis d. Susut Tegangan e. Kemungkinan perluasan a. Perhitungan kuat hantar arus dan penampang penghantar Konstruksi kabel juga dapat mempengaruhi tegangan nominal dan KHA kabel. Konstruksi atau luas penampang dari penghantar juga dapat ditentukan dengan 22

18 melihat rapat arus nominal suatu penghantar. Pada dasarnya, penentuan rapat arus ini berhubungan dengan suhu maksimum penghantar yang akan ditimbulkan oleh aliran arus. Rapat arus ini dapat dinyatakan pada persamaan 2.14 S = (ampere / mm2 ) (2.14) Dimana : S = rapat arus (A/mm 2 ) A = luas penampang penghantar (mm 2 ) I = arus (A) Rapat arus yang lebih tinggi akan menimbulkan suhu yang lebih tinggi pula, missal 2 buah penghantar yang terbuat dari bahan yang sama dialiri arus yang sama. Penampang X memiliki luas penampang 1, sedangkan penampang Y memiliki luas penampang 0,5. Maka rapat arus dari penampang Y akan 2 kali lebih besar dari rapat arus penampang X. Sudah jelas penampang Y akan lebih tinggi suhunya daripada penampang X. Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rapat arus tidak hanya ditentukan oleh jenis penghantar kabel, tetapi juga oleh luas penghantar itu sendiri. Untuk menentukan besarnya penghantar yang dibutuhkan dengan menggunakan persamaan 2.15 hingga 2.18 A = x cos (2.15) Atau 23

19 A = 3 x cos untuk fasa tiga (2.16) Atau jika diketahui dayanya adalah sebagai berikut : A = (2.17) Atau A = untuk fasa tiga (2.18) Besarnya rugi tegangan dapat dihitung menggunakan persamaan 2.19 dan 2.20 berikut : Va = (2.19) Atau : Va = 3 cos (2.20) Dimana : Va = Rugi tegangan (V) = Tahanan jenis bahan ( mm / m), cu = 0,018; al = 0,03 = Daya hantar bahan (m/ mm 2 ), cu = 56, al = 35 L = Panjang penghantar (m) 24

20 Rumus 2.21 adalah rugi tegangan dalam persen : a = x 100% (2.21) dimana : a = Rugi tegangan dalam persen (%) Besarnya rugi tegangan diatas diusahakan sekecil mungkin. Besarnya rugi tegangan yang diijinkan adalah : a. 0,5% untuk penghantar dari jala jala ke metering (APP) b. 1,5% dari APP ke peralatan listrik / beban c. 3,0% dari APP ke motor motor listrik / rangkaian daya Berdasarkan PUIL 2000 sub bab tentang susut tegangan penurunan tegangan antara teminal konsumen dan sembarang titik instalasi tidak boleh lebih dari 5% daru tegangan pengenal pada terminal konsumen bila semua penghantar dari instalasi dialiri arus. Untuk sirkit dengan panjang jalur tidak lebih dari 25 m, susut tegangan di sirkit akhir dapat diabaikan. Untuk sirkit dengan panjang lebih dari 25 m, susut tegangan di sirkit akhir harus ditentukan dengan menggunakan arus 50% dari nilai arus gawai proteksi yang dipasang. b. Kondisi Suhu Penghantar pada suhu rendah berbeda dengan pnghantar yang berada pada tempat atau ruang yang bersuhu / temperature tinggi, yang kemungkinan sangat berpotensi menimbulkan kekurangan lebih besar. 25

21 c. Kekuatan Mekanis Fakor yang sangat diperhitungkan dalam pemilihan penghantar, seperti penghantar yang terdapat di jalan raya atau jalan tol misalnya, akan sangat berbeda dengan pemasangan pada rumah tinggal. Sedangkan untuk penghantar yang mempunyai beban mekanis harus diberikan pengaman, misalnya pipa pelindung yang dapat berupa pipa baja atau pipa beton. Sedangkan sifat mekanis yaitu perubahan bentuk dari suatu benda padat akibat adanya gaya gaya dari luar yang bekerja pada benda tersebut, jadi adanya perubahan itu tergantung daripada besar kecilnya gaya, bentuk benda, dan dari bahan apa benda tersebut dibuat. Jika tidak ada gaya dari luar yang bekerja, maka ada tiga kemungkinan yang akan terjadi pada suatu benda : Bentuk benda akan kembali kebentuk semula, hal ini karena benda mempunyai sifat elastic. Bentuk benda sebagian saja akan kembali kebentuk semula, hal ini karena besar gaya yang bekerja melampaui batas elastisitas sehingga sifat elastisnya berkurang. Bentuk benda berubah sama sekali, hal ini dapat terjadi karena besar gaya yang bekerja menyebabkan sifat elastisnya sama sekali hilang. d. Sifat Lingkungan Pada pemasangan penghantar yang harus dipertimbangkan adalah kondisi dan sifat lingkungannya, tempat dimana penghantar tersebut akan ditempatkan. Jika penghantar dipasang atau ditanam dalam tanah maka segi yang harus diperhitungkan adalah kondisi dari tanah tersebut, contoh tanah basah, tanah 26

22 lembab, serta tanah kering. Hal ini akan sangat berhubungan dengan pertimbangan dalam menentukan bahan isolasi penghatar yang akan digunakan. Begitupun dengan suhu lingkungan, penghantar pada suhu rendah berbeda dengan penghantar yang berada pada tempat atau suhu ruang tinggi, yang mempunyai tingkat resio kebakarannya lebih besar. Faktor lain yang harus diperhtungkan didalam memilih penghantar adalah kekuatan mekanis. Untuk penghantar yang terkena beban mekanis, harus dipasang dengan menggunakan pipa baja sebagai pelindungnya. e. Kemungkinan danya Perluasan Pada setiap pemasangan instalasi listrik, yang harus disediakan atau diperhitungkan untuk factor perluasan atau penambahan beban dimasamyang akan dating. Dan ketika terjadi penambahan beban, maka secara otomatis akan terjadi kenaikkan arus beban yang akan mengacu pada perhitungan kuata hantar arus penghantar untuk memilih luas penampang penghantar yang digunakan. Oleh karena itu didalam pemilihan penghantar, dipilih salah satu atau dua tingkat nilai kuat hantar arus penghantar diatas nial nominal bebannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengantisipasi jatuh tegangan yang lebih besar. Sedangkan susut tegangan yang diizinkan adalah 2% untuk instalasi penerangan dan 5% untuk instalasi daya. 27

23 2.5.4 Jenis Jenis Isolasi Jenis jenis Isolasi yang dipakai pada penghantar listrik meliputi : 1. Isolasi dari bahan PVC (Poly Vinil Chlorid) 2. Isolasi dari bahan XLPE (Cross Linkage Poly Ethiline) 3. Isolasi dari bahan karet 4. Isolasi dari bahan Yute 5. Isolasi kertas Nomenklatur Kabel Berikut ini beberapa nomenklatur kabel yang sering digunakan pada instalasi sebuah pabrik : N NA K Y Gb A FA HY J O = kabel jenis standar dengan penghantar tembaga (Cu) = kabel jenis staandar dengan penghantar aluminium (Al) = kabel dengan selubung timbel = isolasi atau selebung PVC = perisai kawat baja pipih dengan spiral pita baja = kabel berisolasi tunggal = penghantar kawat halus = selubung luar bahan karet = kabel dengan urat berwarna majemuk hijau kuning = kabel tanpa urat berwarna majemuk 28

24 Penggunaan Kabel : NYFGbY = untuk instalasi dalam tanah / udara NYM / NYA = untuk instalasi dalam gedung diruang kering NYMHY NYM (J) NYM (O) FRC = untuk instalasi diudara / dalam pipa = kabel dengan kawat arde = kabel tanpa kawat arde = kabel tahan api (Fire Resistant Cable) Untuk penghantar berisolasi dapat berupa kawat berisolasi atau kabel. Batasan kawat berisolasi adalah rakitan satu penghantar, baik serabut maupun pejal yang berisolasi, dapat dilihat pada gambar 2.7 misalnya jenis kabel NYA dan NYAF dengan ukuran 1,5 400 mm 2 Copper Conductor PVC Insulation Gambar 2.7 NYA mm2 SPLN 42 :

25 Untuk jenis kabel NYY dapat dilihat pada gambar 2.8 yang mana susunannya terdiri dari tiga lapisan, lapisan pertama terselubung dengan tebal isolasi PVC dan lapisan kedua oleh lapisan pembungkus inti dan untuk lapisan ketiga terselubung oleh isolasi PVC. Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga yaitu untuk instalasi dalam gedung maupun dialam terbuka, disalurkan ke dalam lemari hubung bagi. Untuk kabel jenis ini dapat dilihat pada gambar 2.8 dengan ukuran mm 2 Copper Conductor PVC Insulation PVC Shealth Gambar 2.8 NYY 1x( ) mm SPLN 431 IEC

26 2.5.6 Pemasangan Penghantar Saluran Udara Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari Pembangkit listrik ke Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya, yang terentang lewat tower tower. Konduktor pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension dipegang oleh suspension clamp. Dibelakang clamp tersebut dipasang rencengan isolator yang terhubung ke tower. Sedangkan kawat tanah atau Earth Wire (kawat petir/kawat tanah) adalah media untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas kawat. Sedangkan ketentuan didalam pemasangan penghantar udara ini sudah ditentukan atau diatur didalam PUIL pasal 750.B. Untuk bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energy listrik perlu memiliki sifat sifat sebagai berikut : 1. Konduktivitas tinggi 2. Kekuatan mekanik tinggi 3. Titik berat 4. Biaya Rendah 5. Tidak Mudah Patah 2.6 PENGAMAN Untuk mempertahankan kinerja, usia dan usaha yang efektif dari peralatan dan fasilitas, maka system pengaman yang optimum harus disediakan. Sistem pengaman tidak hanya menjamin kelancaran pengoperasian, tetapi harus juga menjadi aktif sebelum peralatan tersebut berada pada kondisi paling jelek, 31

27 sehingga diperlukan sebuah pengaman atau proteksi guna mencegah kerusakan yang terjadi pada peralatan tersebut. Dalam instalasi listrik, baik instalasi penerangan maupun instalasi daya selalu memperhitungkan kapasitas pengaman yang dipasang dari adanya gangguan arus beban lebih dan arus hubung singkat. Sedangkan jenis pengaman yang banyak dipakai pada sebuah instalasi penerangan dan instalasi daya adalah Circuit Breaker (CB) dan pengaman lebur (zekring). Pengaman jenis CB ini lebih diperhitungkan penggunaannya dibandingkan dengan pengaman lebur (Zekring). Hal ini terjadi karena adanya beberapa kelebihan yang terdapat pada CB dibandingkan dengan zekring. Beberapa kelebihan yang terdapat pada CB adalah : 1. CB dapat berfungsi sebagai pengaman terhadap arus lebih atau dan arus hubung singkat. 2. Pengguanaan CB pada listrik system tiga fasa, dapat menghindari terjadinya hilang satu fasa, sebab apabila terjadi salah satu fasanya mati, maka CB tersebut akan trip. 3. Untuk rating arus yang besar. 4. Lebih praktis dan ekonomis. 5. CB dapat berfungsi sebagai keluar Jenis Jenis Pengaman Adapun beberapa jenis pengaman yang sering digunakan baik dalam instalasi penerangan maupun instalasi daya, adalah sebagai berikut : 32

28 Fuse Fuse adalah pengaman lebur yang berfungsi untuk mematikan instalasi listrik dari gangguan arus beban lebih. Berdasarkan daerah pemakaiannya, fuse dapat dibedakan menajdi tiga yaitu : 1. D (Diazed) 2. DO (Niozed) 3. HRC (High Rupturing Capacity) atau NH (Niede Hochlesstup) Diazed dan neozed adalah fuse berjenis ulir, sedangkan HRC adalah jenis Plug In. Fuse jenis ulir terbagi menjadi dua jenis yaitu : a. Diazed Dalam penggunaannya, fuze Diazed dipasang bersama sama dengan pendukung lainnya seperti terlihat pada gambar 2.9 (a). Tampak terlihat pada bagian dasar dan atas fuse berfungsi sebagai penyalur arus. Untuk ukuran adaptor juga harus disesuaikan dengan arus fuse, sehingga fuse yang mempunyai arus kerja yang lebih tinggi bagian dasarnya tidak masuk pada adaptor yang semestinya untuk fuse yang ukurannya lebih kecil. (a) (b) Gambar 2.9 Konstruksi fuse diazed (a) dan fuse neozed (b) 33

29 b. Neozed Konstruksi fuse jenis ini sama seperti pada jenis diazed sperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9(b). Pada fuse neozed dan diazed rating arus kerja maksimumnya hanya pada nilai 100A MCB (Mini Circuit Breaker) MCB sering disebut juga sebagai pengaman otomatis, karena alat ini dapat secara otomatis memutuskan sirkit bila terjadi arus lebih yang melebihi setting arus yang sudah ditentukan, merupakan pengaman otomatis yang ini digunakan sebagai pemutus apabila terjadi arus lebih yang melebihi setting arus yang sudah ditentukan dari MCB tersebut. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat dan beban lebih. Berbeda dengan fungsi sakelar yang hanya berfungsi sebagai pemutus arus saja, karena sakelar tidak dilengkapi dengan bimetal, tetapi pada sakelar juga terdapat batasan arus yang dapat melewatinya, apabila arus yang melewati sakelar tersebut melebihi batas ketentuan maka saklar tersebut akan terasa panas. Jenis jenis MCB Berdasarkan waktu pemutusannya, pengaman pengaman otomatis dapat terbagi atas Otomat L, Otomat H, dan Otomat G. 1. Otamat L (Untuk Hantaran) Pada otomat jenis ini pengaman thermisnya disesuaikan dengan meningkatnya suhu hantaran. Apabila terjadi beban lebih dan suhu hantarannya melebihi suatu nilai tertentu, maka elemen dwi logamnya akan memutuskan arusnya. Dan apabila terjadi hubung singkat, maka arusnya diputuskan oleh pengaman 34

30 elektromagnetiknya. Untuk arus searah dan bolak balik yang sama dengan 4 In 6 In dan arus searah yang sama dengan 8 In pemutusan arusnya berlangsung dalam waktu 0 2 secon. 2. Otamat H (Untuk Instalasi Rumah) Secara thermis jenis ini sama dengan Otamat L, tetapi pengaman elektromagnetiknya memutuskan dalam waktu 0,2 secon, dan jika arusnya sama dengan 2,5 In 3 In, maka untuk arus bolak balik atau sama dengan 4 In untuk arus searah. Jenis Otomat ini biasa digunakan untuk instalasi rumah. Pada instalasi rumah, arus gangguan rendah pun harus diputuskan dengan cepat. Jadi apabila terjadi gangguan tanah, maka bagian bagian yang terbuat dari logam tidak akan lama bertegangan. 3. Otomat G Otomat jenis ini biasanya digunakan untuk mengamankan motor motor listrik kecil untuk arus bolak balik atau arus searah, alat alat listrik dan juga rangkaian akhir besar untuk penerangan, misalnya penerangan pada pabrik pabrik. Sedangkan pengaman elektromagnetiknya berfungsi 8In 11In untuk arus bolak balik dan atau 14In untuk arus searah. Kontak kontak sakelarnya serta ruang pemadam busur apinya memiliki konstruksi khusus. Karena itu jenis otomat ini dapat memutuskan arus hubung singkat yang besar, yaitu hingga 1500 A. Cara kerja MCB : 1. Thermis : prinsip kerjanya berdasarkan pada pemuaian atau pemutusan dua jenis logam koefisien yang jenisnya berbeda. Kedua jenis logam tersebut dilas menjadi satu keeping (bimetal) dan kemudian dihubungkan 35

31 dengan kawat arus. Jika arus yang melalui bimetal tersebut melebihi arus nominal yan dipernankan maka bimetal tersebut akan melengkung dan kemudian memutuskan aliran listrik. 2. Magnetis : prinsip kerjanya adalah memanfaatkan arus hubung singkat yang cukup besar untuk menari saklar mekanik dengan prinsip induksi elektromagnetis. Semakin besar arus hubung singkat, maka semakin besar gaya yang menggerakkan sakelar tersebut sehingga lebih cepat memutuskan rangkaian listrik dan gagang operasi kembali ke posisi off. Busur api yang terjadi masuk kedalam ruangan yang berbentuk plat plat, tempat busur api dipisahkan, didinginkan dan kemudia dipadampakan dengan cepat. (a) (b) Gambar 2.10 Konstruksi MCB (a) dan bagianbagian MCB (b) Keterangan gambar (b) : 1. Tuas Operasi Strip 5. Bimetal 2. Aktuator Mekanis 6. Sekrup Kalibrasi 3. Kontak Bergerak 7. Kumparan magnetis 4. Terminal Bawah 8. Ruang busur api 36

32 Karakteristik MCB Karakteristik MCB jenis B, C, D dan CL dinyatakan dalam In dan waktu, dimana tidak boleh trip dan harus trip, hal tersebut dapat dilihat pada ketentuan pengujian seperti yang tertera pada table 2.3. Sedangkan karakteristik MCB menurut IEC yang mendekati karakteristik CL yang digunakan oleh PT.PLN adalah type B. Dan dapat dilihat pada lembar table 2.3 Tabel 2.3 Karakteristik MCB Batas Waktu tidak trip Pengujian Jenis Arus Uji Kondisi atau trip B,C,D 1,31I n Dingin t 1 jam (untuk I n <63A) a. t 2 jam (untuk I n >63A) t 1 jam 1,05I n Segera CL t 1 jam (untuk I n <63A) b. 1,45I n Setelah B,C,D t 2 jam (untuk I n >63A) 1,2 I n Pengujian t 1 jam Dingin 1detik < t < 60 detik (untuk I n <63A) CL c. 2,55 I n 1detik < t 60 detik (untuk I n >63A) B,C,D Panas *) t 120 detik B 3 I n t>0,1 detik C 5 I n Dingin *) d. D 10 I n CL 4 I n t>0,2 detik e. B 5 I n t>0,1 detik C 10 I n Dingin C 50 I n CL 6 I n t>0,2 detik Hasil yang diperoleh Tidak trip Trip Trip Trip Trip 37

33 Adapun penggunaan tipe tipe tersebut ialah : Tipe B : Sebagai pengaman atau penghantar utama untuk perumahan. Tipe C : Sebagai pengaman kabel atau penghantar terutama sangat menguntungkan bila arus inrush tinggi misalnya lampu mercury, motor. Tipe D : Untuk penerapan yang menyangkut menimbulkan pulsa cukup besar MCCB MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengamanan terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih. MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan. Spesifikasi MCCB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri dari: Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut: Ue = 250 V dan 660 V Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut: Ie = 40 A2500 A Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut: Icn = 12 ka200 ka Gambar 2.11 Konstruksi MCCB 38

34 TOLR Pengertian TOLR Thermal Over Load Relay (TOLR) adalah suatu pengaman beban lebih menurut PUIL 2000 bagian yaitu proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat diasut. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor berjalan bila bertahan cukup lama akan mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut. TOLR memiliki rating yang berbedabeda tergantung dari kebutuhan biasanya tiaptiap TOLR batas ratingnya dapat diatur. Gambar 2.12 Konstruksi TOLR Cara kerja TOLR TOLR pada prinsipnya terdiri dari 2 buah macam logam yang berbeda tingkat pemuaian yang ber beda pula. Kedua logam tersebut dilekatkan menjadi satu yang disebut bimetal. Apabila bimetal tersebut dipanasi maka akan membengkak karena perbedaan tingkat pemuaian kedua logamnya. Bimetal tersebut diletakan didekat sebuah elemen pemanas yang dilalui oleh arus menuju beban ujung yang satu dipasang tetap sedangkan yang lainnya dipasang bebas bergerak dan 39

35 membengkok dan dapat membukakan kontakkontaknya dengan demikian rangkaian beban atau motor akan terputus. Besarnya arus yang diperlukan untuk mengerjakan bimetal sebanding dengan besarnya arus yang diperlukan untuk membuat alat pengaman terputus. Di dalam penggunaanya sesuai dengan PUIL 2000 pasal bahwa gawai proteksi beban lebih yang digunakan adalah tidak bolehh mempunyai nlai pengenal, atau disetel pada nilai yang lebih tinggi dari yang diperlukan untuk mengasut motor pada beban penuh. Oleh karena itu, waktu tunda gawai proteksi beban lebih tersebut tidak boleh lebih lama dari yang diperlukan untuk memungkinkan motor diasut dan dipercepat pada beban penuh. 2.7 Sakelar Sakelar Mekanis Sakelar sebagai penghubung dan pemutus arus listrik. Dalam instalasi listrik, penghubung dan pemutus arus listrik secara manual disebut dengan sakelar mekanis diantaranya sakelar togel (toggle swich). Beberapa jenis sakelar togel antara lain: 1. Sakelar SPST (Single Pole Single Throw Switch), merupakan sakelar togel yang terdiri dari satu kutub dengan satu arah, yaitu sebagai pemutus dan 2. penghubung saja. Sakelar ini hanya digunakan pada motor dengan daya > 1 HP. 3. Sakelar SPDT (Single Pole Double Throw Switch), merupakan sakelar yang terdiri dari satu kutub dengan dua arah hubungan. Sakelar ini dapat bekerja sebagai penukar. Dalam pemutusan dan menghubungkan hanya bagian kutub positif atau fasanya saja. 40

36 4. Sakelar DPST (Double Pole Single Throw Switch), merupakan sakelar yang terdiri dari dua kutub dengan satu arah. Jadi hanya dapat menghubung dan memutus saja. Untuk jenis konstruksi putar jenis sakelar ini banyak dijumpai pada kotak sekering instalasi rumah (panel hubung bagi yang paling sederhana). 5. Sakelar DPDT (Double Pole Double Throw Switch), merupakan sakelar yang terdiri dari dua kutub dengan dua arah. Sakelar jenis ini dapat digunakan sebagai penukar. Pada instalai motor dapat digunakan sebagai pembalik putaran motor arus arus searah dan dan motor satu fasa. Juga dapat digunakan sebagai pelayanan dua sumber tegangan pada satu motor. 6. Sakelar TPST (Three Pole Single Trhow Switch), merupakan sakelar dengan satu arah pelayanan. Digunakan untuk motor 3 fasa atau system 3 fasa lainnya. 7. Sakelar TPDT (Three Pole Double Trhow Switch), merupakan sakelar dengan tiga kutub yang dapat bekerja kedua arah. Sakelar ini digunakan pada instalasi motor tiga fasa atau system tiga fasa lainnya. Juga dapat digunakan sebagai pembalik putar motor 3 fasa, layanan motor 3 fasa dari dua sumber dan juga sebagai starter bintang segitiga yang sangat sederhana Kontaktor Kontaktor adalah gawai elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh pergerakan kontakkontaknya terjadi karena adanya gaya elektromagnet. Kontaktor magnet merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan kemagnetan, 41

37 artinya bekerja bila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan pelepas kontakkontak. Arus kerja normal adalah arus yang mengalir selama pemutaran tidak terjadi. Kumparan/belitan magnet (coil) suatu kontaktor magnet dirancang untuk arus searah (DC) saja atau arus bolakbalik (AC) saja. Bila kontaktor untuk arus searah digunakan pada arus bolakbalik, maka kemagnetannya akan timbul dan hilang setiapa saat mengikuti bentuk gelombang arus bolakbalik. Sebaliknya jika kontaktor yang dirancang untuk arus bolakbalik digunakan pada arus searah, maka pada kumparan itu tidak timbul induksi listrik, sehingga kumparan menjadi panas. Jadi kontaktor yang dirancang untuk arus searah, digunakan untuk arus searah saja. Juga untuk arus bolakbalik. Umumnya kontaktor magnet akan bekerja normal bila tegangannya mencapai 85% tegangan kerjanya, bila tegangan turun kontaktor akan bergetar. Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya. Kontakkontak pada kontaktor ada dua macam yaitu kontak utama dan kontak bantu. Sedangkan menurut kerjanya, kontakkontak dibedakan menjadi dua yaitu Normally Open (NO) dan Normally Close (NC). Kontak NO adalah pada saat kontaktor tidak mendapat masukan listrik kontak terbuka, sedangkan pada saat kontaktor mendapat masukan listrik maka kontak akan tertutup. Sedangkan kontak NC adalah pada saat kontaktor tidak mendapat masukan listrik, kontak tertutup sedangkan pada saat kontaktor mendapat masukan listrik, kontak terbuka. Gambar 2.13 Simbol kotak kontak 42

38 Penandaan kontakkontak mempunyai aturan sebagai berikut: Penomoran kontak utama adalah 1, 3, 5 dan 2, 4, 6. Penomoran kontak bantu adalah a. *1 *2 untuk NC, contoh 1112, 2122, 3132 dan seterusnya. b. *3 *4 untuk NO, contoh 1314, 2324, 3334 dan seterusnya. Kode terminasi kontaktor A dan B : terminal koil kontaktor 1, 3, 5 : terminal kontak utama (input) 2, 4, 6 : terminal kontak utama (output) 31, 41 : terminal kontak bantu NC (input) 32, 42 : terminal kontak antu NC (output) 13, 23 : terminal kontak bantu NO (input) 14, 24 : terminal kontak bantu NO (output) 43

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Sebagai seorang enjinering yang handal ia akan selalu mempertimbangkan mengenai pertumbuhan beban yang akan terjadi dimasa datang didalam perencanaan tenaga listrik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan Umum Diesel Generating Set Diesel generating set adalah salah satu pembangkit listrik yang sering digunakan dengan menggunakan bahan bakar, dan cocok untuk lokasi

Lebih terperinci

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali 7a 1. 8 Tambahan (Suplemen) Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi

Lebih terperinci

Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin

Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin Saklar manual ialah saklar yang berfungsi menghubung dan memutuskan arus listrik yang dilakukan secara langsung oleh orang yang mengoperasikannya. Dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar MCB MCB (Miniature Circuit Breaker) atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan suatu rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

Jenis Bahan Konduktor

Jenis Bahan Konduktor Jenis Bahan Konduktor Bahan bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan persyaratan sebagai berikut: 1. Konduktifitasnya cukup baik. 2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama

TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Generator 2.1.1 Pengertian Generator Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Generator ini memperoleh

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawaban

Lebih terperinci

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN BAB II DASARDASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN II.. Syaratsyarat Umum Dalam melakukan perencanaan suatu instalasi baik itu instalasi rumah tinggal, kantorkantor, pabrikpabrik ataupun alatalat transport,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

BAB I. PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi :

BAB I. PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi : BAB I PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi : A. Tahapan pengendalian motor listrik pada sistem kendali elektromagnetik

Lebih terperinci

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK RANCANG BANGUN PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED FORWARD REVERSE MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20DR-A Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris DTG1I1 Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB By Dwi Andi Nurmantris OUTLINE 1. KWH Meter 2. ACPDB TUGAS 1. Jelaskan tentang perangkat dan Instalasi Listrik di rumah-rumah!

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR 2009/2010 http://www.totoktpfl.wordpress.com Page 1 of 39 Disusun : TOTOK NUR ALIF, S.Pd, ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN POMPA

BAB III PERENCANAAN POMPA 35 BAB III PERENCANAAN POMPA 3.1 Pemilihan Pompa PT. Wira Putra adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan gedung khususnya untuk pabrik-pabrik home industri. Pada pengambilan data

Lebih terperinci

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK 2.1 GEDUNG PENCAKAR LANGIT (SKYSCRAPER BUILDING)) Perkembangan kepadatan penduduk di suatu tempat memang memerlukan banyak tempat untuk beraktifitas. Dan secara logika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3.1 Umum Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut

Lebih terperinci

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET http://erick-son1.blogspot.com/2009/10/mengoperasikan-motor-3-fasa-dengan.html JENIS DAN KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET Sistem pengontrolan motor listrik semi otomatis

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi BAB II PEMBAHASAN II.1. Gambaran Masalah Penggunaan proteksi dalam bidang kelistrikan mencakup segi yang luas. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK CONTOH PANEL KENDALI MOTOR KONTAKTOR MAGNETIK DC (RELE) KONTAKTOR MAGNETIK AC TOMBOL TEKAN DAN RELE RANGKAIAN KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK UNTUK PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN 4.1 ANALISA SISTEM DISTRIBUSI Dalam menghitung arus yang dibutuhkan untuk alat penghubung dan pembagi sumber utama dan sumber tambahan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Dasar Insatalasi dan Distribusi Listrik Beberapa prinsip dasar distribusi harus menjadi pertimbangan dalam distribusi energi listrik. Prinsip-prinsip dasar ini sangan

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI 1. Saklar magnet (Kontaktor) Kontaktor adalah sejenis saklar atau kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu melayani arus beban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan mengenai analisis sistem suplai daya instalasi listrik tenaga. Sehingga, dalam upaya

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL Oleh : SEMUEL MASRI PONGKORUNG NIM : 13021003 Dosen Pembimbing Reiner Ruben Philipus Soenpiet, SST NIP. 1961019 199103 2 001 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab sebelumnya telah diuraikan konsep rancangan dan beberapa teori yang berhubungan dengan rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning)

Lebih terperinci

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR SMK NEGERI 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN Kelas XI DASAR KONTROL KONVENSIONAL Buku Pegangan Siswa REVISI 03 BUKU PEGANGAN SISWA (BPS) Disusun : TOTOK NUR ALIF,S.Pd.,ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 Fajar Septiansyah (091321076) Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan

Lebih terperinci

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi motor listrik menggunakan kontaktor sebagai pengunci. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

Koreksi Faktor Daya. PDF created with FinePrint pdffactory trial version

Koreksi Faktor Daya. PDF created with FinePrint pdffactory trial version Bab 10 Koreksi Faktor Daya Apa yg dimaksud faktor daya arus listrik yang digunakan oleh hampir semua perlengkapan arus listrik bolak-balik dapat dibedakan menjadi dua bagian : q arus listrik yang dikonversikan

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem

Lebih terperinci

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu : Nama : Setyawan Rizal Nim : 09501244010 Kelas : D PHB (PANEL HUBUNG BAGI) PHB adalah merupakan perlengkapan yang digunakan untuk membagi dan mengendalikan tenaga listrik. Komponen utama yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG PERKANTORAN X

EVALUASI SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG PERKANTORAN X EVALUASI SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG PERKANTORAN X Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Universitas Mercu Buana Oleh YAYAT SUPRIYATNA 0140311-162

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sumber daya besar tersebut terletak pada daerah yang dilayani oleh sistem distribusi atau dapat juga terletak didekatnya. Sistem distribusi adalah semua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ohm meter Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk mengukur hambatan listrik. Alat ukur ohmmeter dipasaran biasanya menjadi satu bagian dengan alat ukur

Lebih terperinci

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV JENIS GARDU 1. Gardu Portal Gardu Distribusi Tenaga Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan memakai DISTRIBUSI kontruksi dua tiang atau lebih

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang BAB IV IMPLEMENTASI Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang telah dijabarkan pada bab III yaitu perancangan sistem ATS dan AMF di PT. JEFTA PRAKARSA PRATAMA dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH 216 217 Pekerjaan instalasi listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan.

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT BUILD DESIGN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT Tri Agus Budiyanto (091321063) Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci