PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN"

Transkripsi

1 PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Averrhoa Carambola Abstraks: Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana efektifitas pendekatan konselor dan fasilitas BK dengan metode rasional emotive behavior therapy untuk mengatasi perilaku menyimpang pada siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015, dengan paradigma penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik observasi bertujuan untuk mengetahui secara langsung efektifitas pendekatan konselor dengan metode rasional emotive behavior therapy untuk mengatasi perilaku menyimpang. Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui latar belakang penyebab dan sebarapa jauh hasil pemberian layanan pendekatan konselor dengan metode rasional emotive behavior therapy yang telah diterapkan. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah peserta didik kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang berjumlah 2 siswa. Keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Sedangkan untuk menganalisis datanya digunakan deskripsi kualitatif dengan langkah-langkah reduksi data, pengumpulan data, penjaian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa anak didik setelah diberi layanan pendekatan konselor dengan metode rasional emotive behavior therapy selama satu bulan, ada perubahan ke arah yang lebih baik lagi, terbukti dengan berkurangnya perilaku menyimpang berangsur ke arah perilaku yang lebih positif dan sudah bisa menghindari perilaku menyimpang atau negatif. Kata Kunci: Perilaku Menyimpang Siswa, Fasilitas BK

2

3 PENDAHULUAN Setiap anak mengalami tahaptahap perkembangan. Tahap-tahap perkembangan anak secara umum sama. Pada setiap tahap perkembangan, setiap anak dituntut dapat bertindak atau melaksanakan hal-hal (perilaku) yang menjadi tugas perkembangannya dengan baik. Perilaku anak menyimpang memiliki hubungan dengan peyesuaian anak tersebut dengan lingkungannya. Hurlock (2004: 39) mengatakan bahwa perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut. Perilaku menyimpang adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk perilaku agresif atau pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman, yang merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar anak dan hal itu termasuk perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 43). Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab anak yang bermasalah biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Walaupun gejala perilaku bermasalah di sekolah itu mungkin hanya tampak pada sebagian anak, pada dasarnya setiap anak memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial. Masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah atau menyimpang yang kronis (darwis, 2006: 44).Guru sering kali menanggapi perilaku anak yang bermasalah atau menyimpang dengan memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini sering kali tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada dibalik perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 44). Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan guru. Setara dengan penelitian Peran Konselor Dalam Mencegah Kekerasan Seksual Siswa yang telah dilakkukan oleh Shudra Elhesmi pada jurnal bimbingan dan konseling, yang menunjukkan hasil penelitian sebagai berikut : Hasil penelitian adalah memberikan pemahaman diri peserta didik 77,5%, memberikan pemahaman lingkungan peserta didik 79,58%, memberikan pemahaman yang lebih luas 64,72%, bekerja sama dengan pihak sekolah 65%, bekerja sama dengan semua pihak keluarga 88,75%. Sedangkan memahami karakteristik siswa 75%, menampilkan pribadi yang matang 72,07%, bekerja sama dengan guru bk 73,93%. Masalah perilaku menyimpang tidak hanya terjadi pada kalangan dewasa saja, tetapi sehubungan dengan berbagai pengaruh dari pergaulan. Oleh karena itu, banyak remaja saat ini yang telah banyak melakukan perilaku menyimpang. Berdasarkan hasil observasi, ada sebagian dari siswa kelas XI yang

4 terindikasi melakukan penyimpangan perilaku baik di sekolah maupun di luar sekolah. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu segera ada upaya berupa pelaksanaan konseling untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar agar perilaku siswa tersebut tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Adapun perumusan masalah tersebut sebagai berikut : Bagaimana Efektifitas Peran Konselor dan Fasilitas BK Sebagai Media untuk Mengubah Perilaku Menyimpang Pada 2 (dua) Siswa Kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015? Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas peran konselor dan fasilitas bk sebagai media untuk mengubah perilaku menyimpang pada 2 (dua) siswa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Penelitan ini dilaksanakan di SMA Muhammdiyah 1 Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Juli Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang dikumpulkan dan dianalisisnya lebih bersifat kualitatif. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis tetang penelitian ini adalah peran konselor dan fasilitas BK sebagai media untuk mengubah perilaku menyimpang siswa kelas XI mengikuti paradigma penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini peneliti meakukan wawancara, observasi partisipatif dan studi dokumentasi untuk mengetahui efektifitas peran konselor dan fasilitas BK. Sumber data dalam penelitian ini dipilih secara purposive dan bersifat snowball. Sumber data dipergunakan dalam penelitian ini adalah tentang mencegah perilaku menyimpang pada siswa, maka sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Subjek penelitian ini adalah 2 (dua) siswa kelas XI yang terindikasi mempunyai perilaku menyimpang, yng menjadi objek penelitian ini adalah : Penanganan Perilaku Menyimpang Pada 2 (dua) Siswa Melalui Peran Konselor dan Fasilitas BK. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang terdiri dari beberapa model ( H. B Sutopo, 2004 : 16 ) yaitu data yang dikumpulkan dan dianalisis melalui tiga tahap yaitu : Reduksi data, Penyajian data kemudian Kesimpulan. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Menyimpang Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsari (2012 : 212) penyesuaian diri yang menyimpang atau tidak normal merupakan proses pemenuhan kebutuhan atau upaya pemecahan masalah dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dapat juga dikatakan bahwa penyesuaian yang menyimpang ini adalah sebagai tingkah laku abnormal (abnormal behavior),

5 terutama terkait dengan kriteria sosiopsikologis dan agama. Menurut Narwoko (2001:110), bentuk-bentuk perilaku menyimpnag di kalangan remaja secara umum dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1) Tinadakan Nonconform. Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang ada. 2) Tindakan Anti Sosial atau Asosial. Tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. 3) Tindakan Kriminal. Tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) sebelumnya disebut rational therapy dan rational emotive therapy, merupakan terapi yang komprehensif, aktif-direktif, filosofis dan empiris berdasarkan psikoterapi yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih bermakna (fulfilling lives). REBT diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Asal-usul terapi rasionalemotif dapat ditelusuri dengan filosofi dari Stoicisme di Yunani kuno yang membedakan tindakan dari interpretasinya. Epictetus dan Marcus Aurelius dalam bukunya The Enchiridion, menyatakan bahwa manusia tidak begitu banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada dirinya, melainkan bagaimana manusia memandang/menafsirkan apa yang terjadi pada dirinya (People are not disturbed by things, but by the view they take of them). Pada mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis dan person-centered therapy dalam proses terapi, namun ia merasa kurang puas dengan pendekatan dan hipotesis tingkah laku klien yang dipengaruhi oleh sikap dan persepsi mereka. Hal inilah yang memotiviasi Ellis mengembangkan pendekatan rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek terapeutik. Ellis mengembangkan teori A-B-C, dan kemudian dimodifikasi menjadi pendekatan A-B-C-D-E-F yang digunakan untuk memahami kepribadian dan untuk mengubah kepribadian secara efektif. Pada tahun 1990-an, Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rasional Emotive Behavior Therapy atau yang biasa kita singkat menjadi REBT. Sampai saat ini, REBT merupakan salah satu bagian dari cognitive behavior therapy (CBT). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pelaksanaan Pendekatan Layanan REBT Tahap I Peneliti sebelumnya sudah melakukan observasi sebelum melakukan layanan konseling rasional emotif behavior terapi (REBT) untuk mengetahui indikator penelitian yaitu penyimpangan perilaku yang dilakukan sebelum diberi pendekatan rasional emotif behavior terapi (REBT). Penyimpangan perilaku yang akan dijadikan indikator untuk

6 diobservasi dalam penalitian ini adalah hormat pada tata tertib sekolah, hormat pada orang tua dan guru, berperilaku baik kepada semua orang. Pelaksanaanya observasi awal dilakukan pada tanggal Juni 2015, tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan, yang dicapai selama proses pelaksanaan konseling rasional emotif behavior terapi (REBT) dan rencana apa yang perlu diambil untuk mengatasinya.rencana layanan konseling rasional emotif behavior terapi (REBT) yaitu untuk mengubah perilaku subyek penelitian ke arah sikap perilaku yang lebih baik adalah dengan melaksanakan wawancara konseling. Pendekatan konseling yang digunakan adalah dengan layanan konseling rasional behavior terapi (REBT). Klien diyakinkan bahwa perilakunya itu benar-benar tidak menguntungkan bagi dirinya. Oleh sebab itu mereka harus dengan sungguh-sungguh berupaya mengubahnya dengan perilaku yang bisa menunjang kesuksesan hidupnya yaitu meningkatkan perilaku yang baik dan mengurangi perilaku menyimpang.berdasarkan hasil observasi tersebut jelaslah bahwa subyek penelitian memang memiliki perilaku positif yang rendah. Oleh sebab itu siswa perlu diberi bantuan layanan konseling yang bersifat khusus dengan pendekatan layanan konseling rasional emotif behavior terapi (REBT). Peneliti melaksanakan konseling tahap I dengan pendekatan konselor dan rasional emotif behavior terapi (REBT)yaitu pada tanggal 08 Juli Pelaksanaan layanan pendekatan konselor dan REBT dilaksanakan di ruang BK SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dengan waktu pelaksanaan yaitu 45 menit. Observasi dan refleksi pada tindakan I dilaksanakan pada tanggal 10 Juli Tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tahap I dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil ovservasi diketahui bahwa peningkatan perubahan perilaku pada klien sebesar 25%. Walaupun sudah ada perubahan namun masih ada perilaku subyek yang perlu diberi bimbingan. Oleh sebab itu perlu dilanjutkan tindakan layanan konseling rasional behavior terapi (REBT)berikutnya. Pelaksanaan Layanan Konseling REBT Tahap II Rencana tindakan tahap II yaitu untuk meningkatkanperubahan perilaku pada subyek penelitian ke arah yang lebih baik yaitu dengan melaksanakan wawancara konseling. Pendekatan konseling yang digunakan adalah dengan pendekatan konselor dan rasional emotif behavior terapi (REBT). Klien diyakinkan bahwa perilakunya itu akan merugikan bagi dirinya sendiri dan merugikan orang lain. Oleh sebab itu mereka harus dengan sungguh-sungguh berupaya mengubahnya dengan perilaku yang bisa menunjang kesuksesan hidupnya yaitu perilaku yang mematuhi peraturan atau normadan nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan meningkatkan perilaku yang lebih baik dan tidak merugikan bagi diri sendiri maupun masyarakat, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.

7 Pelaksanaan tindakan II dilakukan pada tanggal 27 Juli 2015, pertemuan berlangsung 45 menit di Ruang BK SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Observasi dan refleksi pada tindakan II dilaksanakan pada tanggal 30 Juli Tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tahap II dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peningkatan perubahan perilaku pada klien yang bernama Adi Setyawansetelah diberi konseling yaitu sebesar 75%, sedangkan perubahan perilaku pada klien yang bernama Aji Rahmat D menunjukkan perubahan perilaku sebesar 100%. Dari perubahan yang sudah terjadi, maka dari itu pelaksanaan konseling dihentikan pada tahap II karena klien telah menyadari hal-hal buruk yang telah mereka perbuat dan klien berjanji akan merubah perilaku yang lebih baik lagi dan tidak menyimpang dari norma dan aturan yang berlaku di sekolah maupun di masyarakat sehingga hal-hal yang dapat merugikan diri klien tidak berdampak bagi klien sendiri dan bagi orang lain. Klien juga berjanji akan merubah kebiasaan buruknya dan akan patuh pada orang tua maupun guru dan akan menghormati serta menghargai setiap orang. Di samaping itu, peniliti atau konselor juga berjanji akan bersedia memberikan bimbingan kepada klien jika sewaktu-waktu klien mengalami masalah yang sama maupun masalah baru yang muncul. Dengan adanya motivasi dari peneliti atau konselor, klien merasa sangat senang karena dirinya sudah terbebas dari hal-hal yang sangat merugikan dirinya. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpangan perilaku yang dilakukan siswa dapat diminimalkan dan dirubah dengan pendekatan konselor dan dengan metode rasional emotif behavior terapi (REBT). Selain itu, untuk meningkatkan perilaku siswa ke arah yang baik dan benar, diperlukan dukungan atau motivasi dari berbagai pihak, baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sehingga klien tersebut dapat mengarahkan perilakunya ke arah yang positif. Pihak-pihak yang dimaksud di atas adalah: 1) Lingkungan keluarga siswa harus memiliki perilaku yang baik dalam berinteraksi maupun berkomunikasi. 2) Lingkungan sekolah merupakan kelurga kedua bagi siswa untuk melangsungkan perkembangan siswa dan juga sebagai tempat siswa untuk menimba ilmu. 3) Lingkungan masyarakat merupakah lingkungan yang paling rawan bagi siswa ketika bergaul dan berinteraksi dengan orang lai, maka dari itu perlu pengarahan agar siswa terhindar dari hal yang negatif. 4) Orang tua harus mendidik anak dengan perilaku yang baik. 5) Guru harus memberikan pembelajaran tentang pendidikan karakter yang baik. 6) Guru berperan penting untuk mengarahkan siswa dalam kegiatan yang ada di sekolah, seperti OSIS, HW, Ekstrakurikuler dan lain-lain. 7) Kesadaran siswa dalam berinteraksi dan berperilaku sesuai norma dan aturan yang ada. Faktor-faktor di atas yang merupakan beberapa pendukung penyimpangan perilaku pada siswa di

8 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang semestinya mendapat perhatian dari seluruh lembaga pendidikan sehingga siswa yang melakukan perilaku menyimpang, baik yang ditinjau dari segi ketertiban, kejujuran, hormat kepada orang tua, hormat dpada gurudan mentaati tata tertib sekolah akan dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan faktor penghabat untuk meminimalkan perilaku menyimpang pada siswa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya pengawasan orang tua atau keluarga siswa, sehingga siswa tidak mendapat pengawasan yang berarti. 2) Keluarga kurang memberikan perhatian kepada siswa dan bersikap acuh tak acuh. 3) Rendahnya pendidikan yang dimiliki orang tua, sehingga tidak terlalu memperhatikan kegiatan anak, baik di rumah maupun di luar rumah. 4) Keluarga terlalu sering menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, seperti sering membentak dan sering memukul. 5) Orang tua kurang memberikan contoh yang baik dan kurang tegasnya sanksi kepada anak yang tidak berperilaku baik. 6) Orang tua terlalu membebaskan anak, seperti anak tidak pernah belajar, main seenaknya, tidak pernah pulang. 7) Guru cenderung terlalu memperhatikan siswa yang dianggap baik dan pintar, sehingga kurang memperhatikan kekurangan siswa lain. 8) Lemahnya sanksi-sanksi yang ada di sekolah, sehingga siswa tidak takut untuk melakukan penyimpangan perilaku. 9) Siswa kurang antusias mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah. 10) Tidak adanya kesadaran dalam diri siswa dalam berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang ada. Salah satu faktor penghambat lainnya dalam peningkatan perubahan perilaku yaitu siswa yang tidak pernah merasa sadar bahwa mereka adalah masyarakat yang sangat menjunjujng tinggi nilai-nilai etika dan moral. Berikut merupakan faktor penghambat dari siswa itu sendiri yang berupa perilaku yang buruk misalnya siswa yang bersifat acuh, angkuh, sombong dan suka meremehkan hal-hal kecil,ini merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam meningkatkan perubahan perilaku. Faktor penghambat lain dalam peningkatan perubahan perilaku siswa adalah guru yang mengajar hanya memperhatikan siswa lain yang cenderung lebih baik. Mereka tidak memperhatikan siswa yang mengalami penyimpangan perilaku dan sikap siswa dalam melakukan interaksi sosial, sehingga siswa tersebut tidak dapat mengembangkan dirnya dengan baik. Hal ini merupakan sebuah faktor kurangnya perhatian guru dalam menerapkan perhatian yang baik, karena guru adalah orang tua kedua bagi siswa sehingga ini merupakan salah satu faktor munculnya perilaku menyimpang yang dilakukan siswa di sekolah. Perilaku menyimpang merupakan tampilan dari kepribadian seseorang, dan tampilan luar atau tampilan atas kedua-duanya. Perilaku menyimpang juga merupakan perilaku spesifik, phobia, atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku menyimpang juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejalagejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi (peracunan obat-

9 obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup seseorang. Siswa yang mempunyai perilaku menyimpang juga mempunyai berbagai macam perubahan tingkah laku baik pada diri sendiri, keluarga maupun lingkungan sosialnya dan juga mengalami penurunan akhlak dan nilai akademis yang menojol, sehingga perlu segera diatasi. Dengan demikian, untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar akan diterapkan proses konseling yang berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan konseling seperti client centered therapy, transactional analysis, humanistik, trait and factor, terapi realitas, psikologi individual, behavior, logo therapy, ekletik, eksistensialisme danrasional emotive behavior therapy (REBT). Dari berbagai macam pendekatan tersebut yang paling cocok untuk merubah perilaku menyimpang siswa, maka peneliti akan menggunakan pendekatan REBT sebagai salah satu pendekatan dalam mengubah perilaku menyimpang siswa. Sebelumnya peneliti mengumpulkan data dari wawancara, observasi partisipan dan obeservasi non partisipan serta studi dokumentasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan layanan pendekatan konselor dan rasional emotif behavior terapi (REBT) dapat mengurangi dan merubah perilaku menyimpang pada siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik, dimana sebelum pemberian layanan konseling dan metode rasional emotif behavior terapi (REBT) pada perilaku menyimpang siswa masih sangat tinggi yang ditunjukkan dengan siswa tidak masuk sekolah, selalu terlambat, kurang menghormati kepada orang tua dan guru serta kurang mentaati tata tertib sekolah. Setelah diberikan layanan konseling dan dengan metode rasional emotif behavior terapi (REBT),perubahan perilaku siswa sangat meningkat jauh lebih baik, yang ditunjukkan dengan siswa tidak membolos, tidak terlambat masuk sekolah,sudah menghormati kepada orang tua dan guru serta sudah mentaati tata tertib sekolah. Saran Perilaku penyimpangan remaja tidak ada habis-habisnya untuk di bahas, tetapi setidaknya untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang tersebut ada beberapa hal yang pelu diperhatikan. Adapun saran yang peneliti sampaikan berkaitan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut: Bagi Guru Bimbingan Konseling. Hendaknya Guru BK selalu memberikan layanan konseling secara berkala, baik layanan bimbingan kelompok maupun individual. Hal tersebut dimaksudkan agar apabila terjadi permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat segera teratasi. Papan bimbingan dan dan lefleat sebaiknya difungsikan sebagaimana mestinya supaya dapat menjadi media komunikasi antara guru BK dengan siswa. Guru BK harus

10 lebih aktif dalam memantau perilaku dan perkembangan siswa. Bagi Bagi Wali Kelas. Hendaknya lebih memperhatikan peserta didik yang memiliki kekurangan baik dari segi perilaku maupun dari segi kemampuan berpikir supaya peserta didik bisa mengikuti dan mengembangkan dirinya agar terhindar dari perilaku menyimpang. Bagi Siswa. Siswa diharapkan agar aktif dan selalu berkoordinasi dengan guru BK, sebisa mungkin memanfaatkan layanan BK dan menghilangkan image buruk tentang guru BK, sehingga siswa dapat mengarahkan diri ke arah yang lebih baik dan tidak menyimpang. Hendaknya menghindari teman-teman yang sering atau suka melakukan perilaku menyimpang, karena perilaku menyimpang hanya akan membuat diri sendiri semakin mendapat berbagai masalah dan hanya akan merusak masa depan. Bagi Orang Tua. Orang tua perlu menanamkan nilai moral, pendidikan dan nilai religious pada diri seorang anak, agar anak dapat berkembang dan mempunyai sikap dan perilaku yang positif dan berguna bagi nusa dan bangsa. Orang tua hendaknya harus mengetahui keberfungsiannya dengan memberikan perhatian, kasih sayang dan rasa aman bagi anak, karena anak sangat membutuhkan kasih sayang dan dorongan dari orang tua. DAFTAR PUSTAKA Abu, Darwis Perilaku Menyimpang Murid. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Helly Prajitno Soetjipto, Sri Mulyantini Soetjipto Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moleong, LJ Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Narwako, Dwi J Sosiologi. Jakarta: Kencana. Prayitno, Erman Amti Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sutopo, HB Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta press.

11 Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsari Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Singgih D. Gunarsa Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Suyanto. (2001). Penyebab Terjadinya Penyimpangan. Jakarta : Adicipta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Modul ke: Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendekatan Kognitif Terapi kognitif: Terapi

Lebih terperinci

PENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Shinta Wahyu S NIM. 11500075 Abstraks: Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuanya. Untuk mencapai keberhasilan di masa depan. Pendidikan

Lebih terperinci

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M. MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KRISTANTI NIM. 11502098 Pembimbing : Drs. Fadjeri,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH : EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING INDIVIDU MELALUI TEKNIK OPERANT CONDITIONING TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS XI APK DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

2. Faktor pendidikan dan sekolah

2. Faktor pendidikan dan sekolah BAB IV ANALISIS APLIKASI TERAPI LIFE MAPPING DENGAN PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIOR DALAM MENANGANI SISWI YANG MEMBOLOS DI SMA AL-ISLAM KRIAN SIDOARJO A. Faktor yang menyebabkan siswi sering membolos di

Lebih terperinci

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari Konsep Behavioral Therapy KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR Dyesi Kumalasari Dyesi91kumalasari91@gmail.com Abstrak Artikel ini mendiskripsikan tentang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN Anik Marijani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas. 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab berikut dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan dan pertanyaan penelitian, tujuan peneltian dan manfaat penelitian. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan konseling adalah suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka merubah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWAKELAS XI SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWAKELAS XI SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWAKELAS XI SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konseling Berbasis Problem Konseling berbasis problem:

Lebih terperinci

STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, hipotesis penelitian, metode penelitian dan lokasi serta sampel

Lebih terperinci

ELINDA FEBRIANI SETYANINGSIH NIM: Pembimbing : Dra. Lydia Ersta K, S.P.d. M.Pd. Prodi BK FKIP UNSIRI ABSTRAK

ELINDA FEBRIANI SETYANINGSIH NIM: Pembimbing : Dra. Lydia Ersta K, S.P.d. M.Pd. Prodi BK FKIP UNSIRI ABSTRAK PENGARUH EFEKTIFITAS KERJASAMA GURU BK DENGAN PEMBINA PRAMUKA TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENTAATI TATA TERTIB DI SEKOLAH SMK PGRI 4 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ELINDA FEBRIANI SETYANINGSIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah khususnya SMA sangatlah kompleks. Hal ini disebabkan karena kondisi remaja itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG SRI WAHYUNI ADININGTIYAS Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Akhir-akhir ini di sekolah sering ditemui siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah yang disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller mengemukakan adanya tiga komponen tugas yang saling terkait, hendaknya secara lengkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TEKNIK KONSELING BEHAVIORISTIK DALAM MENGATASI KEJENUHAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TULAKAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

EFEKTIVITAS TEKNIK KONSELING BEHAVIORISTIK DALAM MENGATASI KEJENUHAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TULAKAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI EFEKTIVITAS TEKNIK KONSELING BEHAVIORISTIK DALAM MENGATASI KEJENUHAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TULAKAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Konseling.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Konseling. EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL (BEHAVIORAL THERAPY) TEKNIK PENGUATAN POSITIF (POSITIVE REINFORCEMENT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS X-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

1988), 2 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hlm.364.

1988), 2 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hlm.364. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi rational emotive behavior adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi,baik untuk berfikir rational dan jujur maupun

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

Lebih terperinci

KONSELING INDIVIDUALUNTUK PENGENTASAN

KONSELING INDIVIDUALUNTUK PENGENTASAN KONSELING INDIVIDUALUNTUK PENGENTASAN KASUS BROKEN HOME (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS MAN 2 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015) Ryhana Riza Rezita NPM : 11500064 Pembimbing : Dra. Ismoyowati, S.Pd,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah saat ini menuntut siswa untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah satu karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Perkembangan psikologis pada masa remaja sering diwarnai dengan bebagai macam konflik, baik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah. BAB I PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran bimbingan konseling Islami telah menjadi wawasan baru dalam perkembangan keilmuan bimbingan dan konseling di sekolah ataupun di madrasah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di era jaman sekarang pendidikan sangatlah penting. Bukan hanya untuk mendapatkan ijasah namun juga mendapat pengetahuan, pengalaman, serta mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Menurut Lickona (2013:64) Tanggung jawab berarti menjalankan suatu pekerjaan atau tugas (dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja) dengan segenap kemampuan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

PERAN GURU PKn DALAM MENEGAKKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VIII. (Penelitian di SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014)

PERAN GURU PKn DALAM MENEGAKKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VIII. (Penelitian di SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014) PERAN GURU PKn DALAM MENEGAKKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VIII (Penelitian di SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat memecahkannya. Ada pula yang dapat menghadapi masalah dan tidak dapat memecahkannya sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pentingnya moral dalam kehidupan manusia adalah manusia tidak biasa hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai aturan

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN Diana Dewi Wahyuningsih Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dianadewi_81@yahoo.com Kata Kunci: Pendidikan Seksualitas, Aspek Psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam diri manusia dalam rangka menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin modern dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 014/015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia baik sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini prokrastinasi sudah menjadi fenomena di kalangan umum dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena penunda-nundaan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus.

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus. EFEKTIFITAS LAYANAN INFORMASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS UNTUK MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Suyanti Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK CBT UNTUK MENINGKATKAN KEMANTAPAN PEMILIHAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XI UPTD SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM SKRIPSI

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK CBT UNTUK MENINGKATKAN KEMANTAPAN PEMILIHAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XI UPTD SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM SKRIPSI KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK CBT UNTUK MENINGKATKAN KEMANTAPAN PEMILIHAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XI UPTD SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Oleh : Dimas Eko Saputro. Pembimbing : Dr. Sayekti, M.Pd ABSTRAK

Oleh : Dimas Eko Saputro. Pembimbing : Dr. Sayekti, M.Pd ABSTRAK PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK UNTUK MEMINIMALISIR PENGGUNAAN HANDPHONE PADA JAM PEMBELAJARAN 3 SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERAS KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Dimas Eko Saputro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup diri pribadi tidak dapat melakukan sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Terdapat ikatan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi yang berlangsung

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN Oleh: Sri Mujinah Abstrak Pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat menimbulkan masalah. Sebab dari kebiasaan membolos seorang siswa dapat memperoleh pengaruh yang kurang

Lebih terperinci

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH (Studi Kasus di SMK Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Nelly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah yang disebut

Lebih terperinci

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 STRATEGI MEMPERSIAPKAN GENERASI EMAS 45 MELALUI ANALISIS PSIKOLOGIS DAN STUDI KOLABORATIF ANTARA SEKOLAH DAN KELUARGA TENTANG PERILAKU MALADJUSTMEN

Lebih terperinci

ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI

ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI TAHUN AJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan konformitas teman sebaya dengan konsep diri terhadap kenakalan remaja di Jakarta Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PEMBAHASAN. dapat berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan banyak dijumpai permasalahan

BAB I PEMBAHASAN. dapat berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan banyak dijumpai permasalahan 1 BAB I PEMBAHASAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah tempat bagi terselenggaranya proses pendidikan formal. Namun, pada kenyataannya dalam proses pendidikan tersebut tidak selamanya dapat berjalan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) 58 Penyesuaian Sosial Siswa Tunarungu PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) Karina Ulfa Zetira 1 Dra. Atiek Sismiati Subagyo 2 Dr. Dede Rahmat Hidayat, M.Psi 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP Juftiar Mahendra Zainur Putera Dr. Tamsil Muis Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA Bimbingan Pribadi Sosial Untuk BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA Atifah Hanum Casmini Abstrak Adanya saling

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci