PENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Transkripsi

1 PENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Shinta Wahyu S NIM Abstraks: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pendekatan konseling humanistik untuk meningkatkan sikap sopan santun pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 17 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan studi kasus pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 17 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015, waktu penelitian dilaksanakan bulan April Mei Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, sumber data menggunakan informan atau narasumber. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan data triangulation dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif (model saling terjalin). Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan layanan konseling humanistik dapat meningkatkan sikap sopan santun pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 17 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015, hal tersebut ditunjukkan dengan perubahan sikap siswa ke arah yang lebih baik, dimana sebelum pemberian layanan konseling humanistik sikap sopan santun siswa masih rendah yang ditunjukkan dengan siswa tidak berkata Jujur, kurang menghormati kepada orang tua dan guru serta kurang mentaati tata tertib sekolah. Setelah diberikan layanan konseling humanistik sikap sopan santun siswa meningkat, yang ditunjukkan dengan siswa berkata jujur, sudah menghormati kepada orang tua dan guru serta sudah mentaati tata tertib sekolah. Kata Kunci: Konseling Humanistic, Sikap Sopan Santun

2

3 PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai banyak bentuk. Salah satu bentuk lembaga pendidikan yang formal adalah sekolahan. Sekolahan merupakan tempat dimana seseorang mendapatkan pendidikan, pengajaran, serta budi pekerti dalam berhubungan dengan orang lain pada saat ini banyak anak yang mengikuti kemajuan jaman yang sedang populer di kalangan remaja yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan jati diri seorang anak. Tidak sedikit anak yang mulai mengikuti gaya hidup kebarat baratan. Di lihat dari cara berpakaian,perkataan dan bahkan perilakunya pun juga demikian. Di sekolah itulah anak mendapatkan banyak ilmu yang di berikan oleh guru baik itu ilmu pengetahuan maupun cara berperilaku yang baik. Untuk mengatasi anak yang berperilaku menyimpang dari norma norma yang ada, peran guru BK sangatlah di butuhkan di lembaga pendidikan. Banyak anak yang bersikap tidak sopan melebihi batas. Menurut Sofyan (2011: 135) sekolah merupakan pengembangan penyesuaian sosial, sudah tidak di pungkiri lagi, karena siswa harus belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman lain, dengan guru dan kepala sekolah, dengan tetangga di sekitar sekolah. Setara dengan penelitian Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten yang telah dilakukan oleh Sujiyanto pada jurnal bimbingan dan konseling, yang menunjukkan hassil penelitian sebagai berikut : Penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Sujiyanto (2011) di SMA N Rembang Purbalingga menyatakan bahwa: Secara umum perilaku sopan santun siswa terhadap guru dari pra siklus 53 % (13 siswa masuk kriteria rendah dan 23 masuk kriteria sedang), pada Siklus I menjadi 75 % (24 siswa masuk kriteria sedang dan 12 siswa masuk kriteria tinggi) dan pada siklus II menjadi 89 % (6 siswa masuk kriteria sedang dan 30 masuk kriteria tinggi). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan layanan penguasaan konten dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa terhadap guruya (Sujiyanto, 2011). Menurut Mochamad Nursalim (2010 : 1) manusia selalu berkomunikasi satu dengan yang lain, karena sesungguhnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi antara satu dengan yang lainnya. Individu menghabiskan 70% (Tujuh Puluh Persen) waktunya untuk berkomunikasi. Saat ini sikap sopan santun yang di miliki seorang siswa telah hilang. Banyak anak yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari dirinya, mereka senang menerapkan sikap yang di contohkan atau di lihat di televisi dan di film-film saat ini. Menurut Prayitno (1999 : 25) pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang pendirianya matang,sedangkan kemampuan sosial yang menyejukan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Dimana perkembangan manusia tersebut bisa di dapatkan dalam proses pendidikan seperti di sekolahan. Berdasarkan hasil pengamatan, ada siswa kelas VIII H SMP Negeri 17 Surakarta yang sering bersikap tidak sopan kepada guru maupun orang yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kurangnya pendidikan sopan santun yang di berikan orang

4 tua, faktor lingkungan dan kurang efektifnya peran guru BK disekolah. Melihat kenyatan tersebut maka perlu segera menerapkan pendekatan konseling humanistik untuk meningkatkan sikap sopan santun siswa agar dapat terbiasa bersikap sopan santun kepada orang lain. Adapun rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana efektifitas pendekatan konseling humanistik untuk meningkatkan sikap sopan santun pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 17 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendekatan konseling humanistik untuk meningkatkan sikap sopan santun pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 17 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Penelitian di laksanakan di SMP N 17 Surakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan April Mei Bentuk penelitian mengikuti paradigma penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang dikumpulkan dan dianalisisnya lebih bersifat kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekuner. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP 17 Surakarta yang sering bersifat tidak sopan berjumlah 2 orang dan yang menjadi obyek penelitian ini adalah Penanganan sikap sopan santun siswa mengunakan pendekatan konseling humanistic.teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data dari Miles dan Huberman yaitu model alir, yang terdiri dari reduksi data, data display dan penarikan kesimpulan. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Sikap Sopan Santun Secara etimologis sopan santun berasal dari dua kata, yaitu kata sopan dan santun. Keduanya telah digabung menjadi sebuah kata majemuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan santun dapat diartikan sebagai berikut: Sopan: hormat dengan tak lazim (akan, kepada) tertib menurut adab yang baik. Atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Santun: halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sopan, sabar; tenang. Atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu tindakan). Jika digabungkan kedua kalimat tersebut, sopan santun adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai dengan tata krama; peradaban; kesusilaan (Purwadarminta, 2006: 425). Sopan santun merupakan istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia. Pengejawantahan atau perwujudan dari sikap sopan santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Dalam

5 budaya jawa sikap sopan salah satunya ditandai dengan perilaku menghormati kepada orang yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong (Ujiningsih, 2010: 3). Perilaku sopan-santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari masyarakat itu. Sopan santun merupakan istilah bahasa Jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, dan berakhlak mulia. Sopan santun bisa dianggap sebagai norma tidak tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya kita bersikap atau berperilaku. Sumber : ( Perilaku sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial dimana pun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama manusia sudah tentu memiliki normanorma dalam melakukan hubungan dengan orang lain, dalam hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Jika dilihat dari asal katanya, sopan santun berarti peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari-hari masyarakat tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap sopan santun patutlah dilakukan dimana saja. Sesuai dengan kebutuhan lingkungan, tempat, dan waktu karena sopan santun bersifat relatif dimana yang dianggap sebagai norma sopan santun berbeda-beda di setiap tempatnya, seperti sopan santun dalam lingkungan rumah, sekolah, kampus, pergaulan, dan lain sebagainya. Aspek-aspek perilaku sopan santun ini yang dapat di perhatikan siswa dalam pergaulan sehari-hari yaitu tata krama bergaul dengan orang tua, tata krama bergaul dengan guru, tata krama bergaul dengan orang yang lebih tua, tata krama bergaul dengan orang yang muda, tata krama bergaul dengan teman sebaya serta tata krama bergaul dengan lawan jenis. Maka di dalam pergaulan sehari-hari, di lingkungan rumah baik di dalam maupun di luar lingkungan rumah, maka sopan yang harus diwujudkan siswa menurut Supriyanti (2008: 2) antara lain : a) Tata Krama Bergaul dengan Orang Tua. Kasih sayang orang tua terhadap anak adalah kasih sayang yang tulus dan ikhlas, karena anak adalah bagian dari dirinya sendiri. Cinta dan kasih sayang yang diberikan orang tua terhadap anak adalah bentuk pengabdian. Adapun sikap sopan santun dan lemah lembut terhadap kedua orang tua antara lain dilakukan sebagai berikut: 1). Tidak berkata kasar atau membentak terhadap orang tua; 2). Senantiasa berbuat baik dan tidak menyakiti hati kedua orang tua; 3) Tunduk dan patuh kepada orang tua selama perintah itu dalam hal kebaikan; 4) Menghargai pendapat kedua orang tua; 5) Selalu mendoakan kedua orang tua agar diberi kesehatan; Merawat dengan

6 penuh kasih sayang ketika orang tua sedang sakit atau lanjut usia. Contoh berbakti kepada orang tua sebagai berikut: 1) Taat dan patuh kepada perintah orang tua; 2) Berbicara sopan kepada orang tua; 3) Membantu menyelesaikan pekerjaan orang tua di rumah ; 4) Menjaga nama baik orang tua ; 5) Mendoakan kedua orang tua. b) Tata Krama Bergaul dengan Guru di sekolah. Peranan guru disekolah adalah sangat besar. Disamping sebagai pendidik guru juga berperan sebagai pembimbing, pengajar dan peran pengganti orang tua di sekolah. Sikap sopan santun terhadap guru antara lain: 1) Selalu tunduk dan patuh terhadap guru; 2 Melaksanakan segala hal baik; 3) Berbicara yang halus dan sopan;4) Mendoakan guru agar diberikan kesehatan dan ketabahan dalam memberikan pendidikan dan bimbingan di sekolah; 5) Menjaga nama baik sekolah dan menghormati guru; 6) Menyapa dengan ramah bila bertemu dengan guru; 7) Menampilkan contoh tingkah laku yang baik. Contoh perwujudan sikap hormat siswa kepada gurunya antara lain sebagai berikut: 1) Mendengarkan nasehat guru; 2) Berbicara dengan guru harus sopan dan ramah; 3) Memperhatikan pelajaran yang diajarkan; 4) Tidak bergurau saat pelajaran berlangsung; 5) Menaati peraturan yang berlaku di sekolah. c) Tata Krama Bergaul dengan Orang yang Lebih Tua. Sikap sopan santun itu tidak hanya di tujukan kepada orang tua dan guru, akan tetapi di tujukan kepada orang yang lebih tua seperti kakak kandung sendiri. Sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua antara lain : 1) Bersikap hormat kepada kakak kandung agar terjalin hubungan yang harmonis; 2) Menyapa dengan sopan dan ramah; 3) Saling menghargai pendapat; 4) Suka membantu pekerjaan kakak. d) Tata Krama Bergaul dengan Orang yang Lebih Muda. Tata krama dalam pergaulan sehari hari tidak hanya menghormati kepada orang tua saja. Namun kepada usia yang lebih muda pun harus dihargai dan diberikan kasih. Sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua antara lain dilakukan sebagai berikut: 1) Bersikap sayang kepada adik; 2) Memberi contoh teladan yang baik dan memberi motivasi; 3) Menghargai pendapat adik; 4) Tidak bersikap otoriter kepada adik. e) Tata Krama Bergaul dengan Teman Sebaya. Bergaul dengan teman sebaya hendaknya dilandasi dengan akhlak yang mulia. Teman sebaya harus saling berbagi rasa, saling menghormati dan saling berbagi pengalaman. Sikap sopan santun terhadap teman sebaya antara lain dilakukan sebagai berikut: 1) Saling memberi dan menerima nasihat satu sama lain; 2) Saling menolong apabila ada teman yang mendapatkan kesulitan; 3) Saling memaafkan satu sama lain apabila ada yang berbuat kesalahan; 4) Saling berbagi rasa; 5) Tidak mencari-cari kesalahan, 6) Tidak saling mengejek dan menghina satu dengan yang lain. f) Tata Krama Bergaul dengan Lawan Jenis. Bergaul dengan lawan jenis ada aturan dan nilai budi pekerti di antara keduanya. Baik pria atau wanita saling menghargai dan menghormati, baik dalam sikap, bertutur kata, ataupun dalam perilaku kehidupan sehari hari. Sikap sopan santun terhadap lawan jenis antara lain di lakukan sebagai berikut : 1) Saling menghormati dan menghargai; 2) Menaati norma agama dan norma masyarakat; 3)

7 Menghindari pergaulan bebas dan menjaga keseimbangan diri. g) Menghormati Tetangga. Menjaga perasaan tetangga sangat penting agar tidak terjadi salah paham yang akan berakibat permusuhan di antara tetangga, yaitu dengan cara: 1) Tidak mengganggu umat agama lain yang sedang menjalankan ibadah; 2) Saling bekerja sama selain urusan agama; 3) Saling menolong apabila ada yang utuh bantuan; 4) Bersilaturahmi antar sesama; 5) Menghormati pendapat orang lainketika bermusyawarah; 6) Tidak menggunjing tetangga. Konseling Humanistik Pendekatan konseling humanisrtik bertujuan untuk membantu individu memperbaiki dan mengubah sikap yang kurang sesuai dengan dirinya dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin. Menurut Maslow dalam Hartono dan Boy Soedarmadji (2012: 144) pendekatan humanistic mempunyai tujuan untuk mempelajari berapa banyak potensi yang kita miliki untuk perkembangan pengungkapan diri manusia secara penuh. Menurut George dan Cristiani dalam Nana Syaodih Sukmadinata (1981 : 9). Tujuan konseling adalah: 1) Membantu mengubah perilaku. 2) Meningkatkan kemampuan individu dalam membina dan memelihara hubungan. 3) Meningkatkan efektivitas dan kemampuan klien dalam pemecahaan masalah. 4) Mengembangkan proses pengembaliian keputusan. 5) Meningkatkan potensi dan pengembangan individu. Proses konseling humanistik menggambarkan suatu bentuk aliansi terapeutik antara konselor dengan konseli. Konselor mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong klien untuk menangani kecemasan, keputusasaan, dan mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan yang bermakna. Untuk menjaga penekanan pada kebebasan pribadi, konselor perlu mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, memberikan arahan, menggunakan humor, dan memberikan sugesti dan interpretsai dan tetap memberikan kebebasan pada klien untuk memilih sendiri manakah diantara alternatifalternatif yang telah diberikan. Menurut Soedarmadji (2012: 144) proses konseling humanistik meliputi tiga tahap yaitu: Tahap pertama, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka. Pada tahap kedua, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas. Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik

8 sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pelaksanaan Layanan Konseling Humanistik I Sebelum dilakukan layanan konseling humanistik, terlebihd dahulu peneliti melakukan observasi, untuk mengetahui indikator penelitian yaitu sikap sopan santun pada subyek penelitian yang dilakukan sebelum diberi layanan konseling humanistik. Sikap sopan santun yang dijadikan indikator untuk diobservasi dalam penelitian ini adalah: 1) Berkata Jujur, 2) Hormat kepada orang tua, 3) Hormat pada guru 4) Mentaati tata tertib sekolah. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak frekuensi perilaku sikap sopan santun oleh subyek penelitian sebelum dilaksanakan layanan konseling humanistik. Cara yang ditempuh adalah dengan mengamati dan mencatat indikator-indikator yang muncul dari subyek penelitian. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa kedua subyek penelitian memang memiliki sikap sopan santun yang rendah, sehingga pelaku kedua subjek cenderung untuk : 1) Berkata tidak jujur, 2) Lurang hormat kepada orang tua, 3) Kurang hormat pada guru 4) Sering melanggar tata tertib sekolah. Pelaksanaanya observasi awal dilakukan pada tanggal April 2015, tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan, yang dicapai selama proses pelaksanaan konseling humanistik dan rencana apa yang perlu diambil untuk mengatasinya. Rencana layanan konseling humanistik untuk mengubah perilaku subyek penelitian ke arah sikap perilaku yang lebih baik adalah dengan melaksanakan wawancara konseling. Pendekatan konseling yang digunakan adalah dengan layanan konseling humanistik. Klien diyakinkan bahwa perilakunya itu benar-benar tidak menguntungkan bagi dirinya. Oleh sebab itu mereka harus dengan sungguh-sungguh berupaya mengubahnya dengan perilaku yang bisa menunjang kesuksesan hidupnya yaitu meningkatkan sikap sopan santun. Berdasarkan hasil observasi tersebut jelaslah bahwa subyek penelitian memang memiliki sikap sopan santun yang rendah. Oleh sebab itu siswa perlu diberi bantuan layanan konseling yang bersifat khusus dengan pendekatan layanan konseling humanistik. Tindakan I dilaksanakan dengan cara mengadakan wawancara konseling dalam pendekatan trait and faktor. Pelaksanaannya dilakukan tanggal 20 April Pertemuan berlangsung sekitar 45 menit di ruang BK SMP Negeri 17 Surakarta. Observasi dan Refleksi Layanan Konseling Humanistik I Observasi dan refleksi pada tindakan I dilaksanakan pada tanggal 25 April Tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan, kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tindakan I dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peningkatan sikap

9 sopan santun pada klien sebesar 25%. Walaupun sudah ada perubahan namun masih ada perilaku subyek yang perlu diberi bimbingan. Oleh sebab itu perlu dilanjutkan tindakan layanan konseling humanistik berikutnya. Pelaksanaan Layanan Konseling Humanistik II Rencana tindakan II untuk meningkatkan sikap sopan santun pada subyek penelitian ke arah yang lebih baik adalah dengan melaksanakan wawancara konseling. Pendekatan konseling yang digunakan adalah dengan layanan konseling humanistik. Klien diyakinkan bahwa perilakunya itu merugikan bagi dirinya sendiri serta orang lain. Oleh sebab itu mereka harus dengan sungguhsungguh berupaya mengubahnya dengan perilaku yang bisa menunjang kesuksesan hidupnya yaitu perilaku yang mematuhi peraturan atau norma yang ada di masyarakat dengan meningkatkan sikap sopan santun, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Pelaksanaan tindakan II dilakukan pada tanggal 27 April 2015, pertemuan berlangsung 45 menit di Ruang BK SMP Negeri 17 Surakarta. Observasi dan Refleksi Layanan Konseling Humanistik II Observasi dan refleksi pada tindakan II dilaksanakan pada tanggal 2 Mei Tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan, kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tindakan II dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peningkatan sikap sopan santun pada klien Risbati Ramadhani sebesar 75%, sedangkan peningkatan sikap sopan santun pada klien Prabowo Adi Nugroho sebesar 50%. Walaupun sudah ada perubahan namun masih ada perilaku subyek yang perlu diberi bimbingan. Oleh sebab itu perlu dilanjutkan tindakan layanan konseling humanistik berikutnya. Pelaksanaan Layanan Konseling Humanistik III Rencana tindakan III untuk meningkatkan sikap sopan santun pada subyek penelitian ke arah yang lebih baik adalah dengan melaksanakan wawancara konseling. Pendekatan konseling yang digunakan adalah dengan layanan konseling humanistik. Klien diyakinkan bahwa perilakunya itu merugikan bagi dirinya sendiri serta orang lain. Oleh sebab itu mereka harus dengan sungguhsungguh berupaya mengubahnya dengan perilaku yang bisa menunjang kesuksesan hidupnya yaitu perilaku yang mematuhi peraturan atau norma yang ada di masyarakat dengan meningkatkan sikap sopan santun, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Pelaksanaan tindakan III dilakukan pada tanggal 4 Mei 2015, pertemuan berlangsung 45 menit di Ruang BK SMP Negeri 17 Surakarta. Observasi dan Refleksi Layanan Konseling Humanistik III Observasi dan refleksi pada tindakan III dilaksanakan pada tanggal 9 Mei Tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan, kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tindakan III dan rencana

10 apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peningkatan sikap sopan santun pada klien Risbati Ramadhani sebesar 100%, sedangkan peningkatan sikap sopan santun pada klien Prabowo Adi Nugroho sebesar 75%. Oleh sebab itu pelaksanaan bimbingan konseling dapat dihentikan pada bimbingan III, hal ini disebabkan klien telah menyadari kesalahankesalahan yang diperbuatnya, klien berjanji untuk merubah perilaku yang rasional dan akan bersikap sopan santun baik kepada guru, orang tua dan teman-temannya. Di samping itu konselor juga berjanji akan membantu klien untuk membantu kedua klien, jika suatu saat membutuhkan bimbingan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku sopan santun Prabowo Adi Nugroho setelah mendapatkan layanan konseling humanistik mengalami perubahan yang lebih baik, dimana klien Prabowo Adi Nugroho sudah bersikap ramah dan sopan, baik kepada guru, teman dan orang tuanya. Temuan Hasil Studi dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sikap sopan santun siswa dapat ditingkatkan melalui pemberian layanan konseling humanistik. Selain pemberian layanan konseling humanistik, agar sikap sopan santun siswa dapat ditingkatkan, maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, diantaranya adalah: 1) Lingkungan keluarga siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam berinteraksi sosial. 2) Lingkungan masyarakat tempat siswa bergaul yang memiliki norma dan aturan yang baik. 3) Sikap dan perilaku orang tua yang mendidik anak dengan baik 4) Sikap dan perilaku guru dalam memberikan pembelajaran yang memperhatikan pemahaman karakter siswa. 5) Keikutsertaan siswa dalam kegiatan organisasi sekolah yang berupa Ptamuka, PMR dan kegiatan lainnya yang didalamnya memuat pendidikan karakter. 6) Pengenalan tentang budaya norma dan etika masyarakat kepada siswa. 7) Kesadaran siswa dalam melakukan interkasi sosial sesuai dengan norma-norma kesopanan dalam kehidupan. Faktor-faktor di atas yang merupakan pendukung sikap sopan santun pada siswa di SMP Negeri 17 Surakarta yang semestinya mendapat perhatian dari seluruh lembaga pendidikan sehingga sikap sopan santun siswa, baik yang ditinjau dari segi kejujuran, hormat kepada orang tua, hormat pada guru dan mentaati tata tertib sekolah akan dapat terlaksana dengan baik. Seangkan faktor penghabat peningkatan sikap sopan santun pada siswa di SMP Negeri 17 Surakarta sebagai berikut: 1) Lingkungan keluarga siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang kurang baik seperti bertindak kasar, sering memukul anaknya dan tidak memiliki sopan santun. 2) Pergaluan siswa di lingkungan masyarakat dengan remaja yang sudah putus sekolah tidak memperhatiakn etika yang kurang baik dalam berkomunikas. 3) Sikap dan perilaku orang tua yang tidak memiliki pendidikan yang cukup dalam mendidikan anak. 4) Guru dalam memberikan pembelajaran yang tidak memperhatikan kemampuan siswa

11 dalam melakukan interaksi sosial yang baik. 5) Siswa yang malas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. 6) Siswa yang tidak memiliki kesadaran dalam bersikap sopan santun sesuai dengan norma yang ada. Faktor penghambat lainnya dalam peningkatan sikap sopan santun yaitu siswa yang tidak pernah merasa sadar bahwa mereka adalah masyarakat yang sangat menjunjujng tinggi nilai-nilai etika dan moral. Hal ini biasanya faktor penghambat dari siswa itu sendiri yang berupa sifat yang buruk misalnya siswa yang bersifat angkuh, sombong dan merasa orang tuanya kaya, ini merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam meningkatkan sikap sopan santun. Hambatan lain dalam peningkatan sikap sopans antun siswa yakni guru yang mengajar hanya mengutamakan kepintaran atau pengetahuan siswa tersebut. Mereka tidak memperhatikan sikap siswa dalam melakukan interaksi sosial, sehingga siswa tersebut tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan baik. Hal ini merupakan sebuah faktor kurangnya perhatian guru dalam menerapkan cara interaksi sosial yang baik, sehingga ini merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan sikap sopan santun siswa di sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan layanan konseling humanistik dapat meningkatkan sikap sopan santun pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 17 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015, hal tersebut ditunjukkan dengan perubahan sikap siswa ke arah yang lebih baik, dimana sebelum pemberian layanan konseling humanistik sikap sopan santun siswa masih rendah yang ditunjukkan dengan siswa tidak berkata Jujur, kurang menghormati kepada orang tua dan guru serta kurang mentaati tata tertib sekolah. Setelah diberikan layanan konseling humanistik sikap sopan santun siswa meningkat, yang ditunjukkan dengan siswa berkata jujur, sudah menghormati kepada orang tua dan guru serta sudah mentaati tata tertib sekolah. Adapun saran yang peneliti sampaikan berkaitan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut: Bagi Guru Bimbingan Konseling hendaknya Guru BK selalu memberikan layanan konseling secara berkala, baik layanan bimbingan kelompok maupun individual. Hal tersebut dimaksudkan agar apabila terjadi permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat segera teratasi. Papan bimbingan dan dan lefleat sebaiknya difungsikan sebagaimana mestinya supaya dapat menjadi media komunikasi antara guru BK dengan siswa. Guru BK harus lebih aktif dalam memantau perkembangan siswa. Bagi Siswa yaitu diharapkan agar aktif dan selalu berkoordinasi dengan guru BK, sedapat mungkin memanfaatkan layanan BK khususnya layanan konseling humanistik, karena layanan konseling humanistik dapat membantu siswa meningkatkan sikap sopan santun. Bagi Sekolah, yaitu diperlukan adanya kebijakan dari pihak sekolah agar mengadakan jadwal bimbingan dan konseling secara terjadwal bagi guru BK untuk memberikan bimbingan di setiap kelas.

12 DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. Mochamad Nursalim & Mustaji Media bimbingan dan konseling. UNESA Universitas press Mohamad Surya Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy. Moleong. LJ, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nana Syaodil Sukmadani Bimbingan Dan Konseling Dalam Praktek. Bandung : Maestro Nursalim Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya:Unesa University Press. Prayetno & Erma Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Prayitno Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta. Sudarwan Danim & Khairil Psikologi pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sofyan Inovasi Pendidikan Isu-Isu Baru Pembelajaran, Manajemen dan Sistem Pendidikan di Indonesia. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif,dan R & D. Bandung : Alfabeta. Suharsimi arikunto Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : BumiAksara Sujiyanto Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa. Jurnal Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang. Sutopo, HB Metologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta press. Ujiningsih, Pembudayaan Sikap Sopan Santun di Rumah dan di Sekolah Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Karakter Siswa, ( dev25/pdfprosiding/fkip pdf diakses 15 Maret 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Pre-Test) Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimen semu, sebelum diberikan perlakuan

Lebih terperinci

PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Averrhoa Carambola 11500006 Abstraks:

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Ita Roshita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa

Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa Sujiyanto (09220586) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Besar Bahasa Indonesia, sopan santun dapat diartikan sebagai berikut: Sopan:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Besar Bahasa Indonesia, sopan santun dapat diartikan sebagai berikut: Sopan: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Sopan Santun Secara etimologis sopan santun berasal dari dua kata, yaitu kata sopan dan santun. Keduanya telah digabung menjadi sebuah kata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MORAL SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM ETIKA PROFESI GURU DI SMP NEGERI 2 BOYOLALI

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MORAL SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM ETIKA PROFESI GURU DI SMP NEGERI 2 BOYOLALI IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MORAL SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM ETIKA PROFESI GURU DI SMP NEGERI 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH (Studi Kasus di SMK Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU DRS. AHMAD EDDISON, M.Si. Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, Riau E-mail: ahmadeddison@gmail.com

Lebih terperinci

Kejadian Sehari-hari

Kejadian Sehari-hari Tema 5 Kejadian Sehari-hari Menghormati dan menaati orang tua merupakan salah satu perwujudan perilaku yang mencerminkan harga diri. Berperilaku baik, berarti kita juga mempunyai harga diri yang baik pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH Oleh : Pitriani Abstrak: Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah bangsa yang beradab ( Alam, S 1989 : 4 ). Manusia yang peradabannya masih rendah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi 99 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTUN PADA SISWA SD MUHAMMADIYAH TEGALGEDE KARANGANYAR

PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTUN PADA SISWA SD MUHAMMADIYAH TEGALGEDE KARANGANYAR Artikel Publikasi: PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTUN PADA SISWA SD MUHAMMADIYAH TEGALGEDE KARANGANYAR Usulan Penelitian diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M. MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A NASKAH PUBLIKASI PERANAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DALAM MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI I SAWAHAN, NGEMPLAK, BOYOLALI TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A MUATAN DAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SALING MENGHARGAI (Analisis Isi pada Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VII SMP/MTs Kurikulum 2013 serta Pelaksanaannya di SMP Negeri 1 Surakarta)

Lebih terperinci

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU ABSTRAK

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU ABSTRAK PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU Mega Yulianti 1 ABSTRAK Pengembangan nilai moral adalah pembentukan perilaku anak melalui pembiasaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KRISTANTI NIM. 11502098 Pembimbing : Drs. Fadjeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN) PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN) NASKAH PUBLIKASI RESTU NUGRAHENI A.220090147 PENDIDIKAN PANCASILA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN PATRIOTISME DALAM GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN BERBICARA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN BERBICARA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK Lilliek Suryani 112 UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN BERBICARA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK Oleh : Lilliek Suryani SMPN 3 Karangjati E-mail : lilieksuryani@yahoo.com ABSTRAK Jenis penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO Oleh RABI R. DAMA Jurusan Bimbingan dan Konseling Program Studi SI Pembimbing I :Dra. Rena. L. Madina M.Pd Pembimbing II

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I IMPLEMENTASI KARAKTER BERSAHABAT DAN PEDULI SOSIAL PADA SISWA SMP (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SMP Negeri 1 Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budi Pekerti 2.1.1. Pengertian Budi Pekerti Menurut kurikulum berbasis kompetensi (dalam Zuriah, 2008) budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat dimana untuk menumbuhkembangkan kreatifitas dan perilaku yang positif bagi peserta didik. Sekolah juga merupakan tempat kedua setelah keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat percaya bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat percaya bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Guru dapat dihormati oleh masyarakat karena kewibawaannya, sehingga masayarakat tidak meragukan figur

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN KERJA KERAS PADA ANAK-ANAK KELUARGA PEDAGANG. (Studi Kasus di Pasar Raya Gentan, Baki, Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN KERJA KERAS PADA ANAK-ANAK KELUARGA PEDAGANG. (Studi Kasus di Pasar Raya Gentan, Baki, Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN KERJA KERAS PADA ANAK-ANAK KELUARGA PEDAGANG (Studi Kasus di Pasar Raya Gentan, Baki, Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratanguna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG Pendidikan adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia, sejak

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah hati, yakni perasaan memiliki kekurangan dan kelemahan dibanding orang lain.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian mengenai Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dari berbagai bidang dalam kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya ada tiga ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih 1 Lampiran : Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikan STMIK Prabumulih Nomor : 018/STMIK-P/III/2014 Tanggal : 4 Maret 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik

Lebih terperinci

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini Oleh: Lia Yuliana, M.Pd*) Pendahuluan Pendidikan moral diberikan di berbagai macam lembaga pendidikan, salah satunya di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu, potensi manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu, potensi manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di dunia ini tanpa pengetahuan apapun, tetapi dalam kelahirannya manusia dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkan untuk menguasai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan hanya mengenai ekonomi, keamanan dan kesehatan, tetapi juga menurunnya kualitas sumber daya

Lebih terperinci

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus.

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus. EFEKTIFITAS LAYANAN INFORMASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS UNTUK MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Suyanti Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif analitis. Sukmadinata menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

STUDI TENTANG UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING MENGATASI BULLYING NON VERBAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII-5 MTsN NGRONGGOT TAHUN 2015/2016

STUDI TENTANG UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING MENGATASI BULLYING NON VERBAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII-5 MTsN NGRONGGOT TAHUN 2015/2016 STUDI TENTANG UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING MENGATASI BULLYING NON VERBAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII-5 MTsN NGRONGGOT TAHUN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap pergaulan, baik bermasyarakat, berbangsa, bahkan sampai ke dunia internasional, dibutuhkan suatu etika sebagai alat menilai baik-buruknya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Pekerti merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. Budi Pekerti merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budi Pekerti merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk di dalamnya nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok orang bagi pengaturan

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN 74 BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Karakter Siswa di Madrasah Tsanawiyah YMI Wonopringgo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu tempat bagi peserta didik untuk menuntut ilmu selain di rumah dan lingkungan yang juga dapat memberikan ilmu kepada anak. Sebagai tempat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 2015 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB Turiyah SMP 3 Kesesi Kabupaten Pekalongan Jawa

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Indra Putra Pratama, I Made Sonny Gunawan, Ni Ketut Alit Suarti Bimbingan Konseling,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan

Lebih terperinci

Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011

Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011 Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011 DEFINSI 1 1. Universitas adalah Universitas Brawijaya Malang, disingkat UB, sebuah institusi yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian,

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah banyak pernyataan yang dikemukakan bahwa Indonesia sekarang krisis keteladanan. Krisis keteladanan maksudnya tidak ada lagi tokoh yang pantas menjadi idola,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 96 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi ayah-anak yang terdapat dalam kisah Nabi, menurut pandangan para mufasir dalam Tafsir

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Pedoman Perilaku Mahasiswa Universitas Negeri Makassar Dokumen dihasilkan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter dimaknai sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Depdiknas, 2010). Adapun berkarakter

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA. (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1. Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013)

IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA. (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1. Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013) IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh INRAWATI PARAMATA NIM

JURNAL. Oleh INRAWATI PARAMATA NIM PERAN PENDIDIK DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MUARA TENANG DESA POSSO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA. JURNAL Oleh INRAWATI PARAMATA NIM. 121 412 023 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.

Lebih terperinci

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH 1 PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta 1) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan tongkat estafet majunya

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Sosial Dengan Kecenderungan Perilaku Sosial Siswa

Hubungan Layanan Informasi Sosial Dengan Kecenderungan Perilaku Sosial Siswa Hubungan Layanan Informasi Sosial Dengan Kecenderungan Perilaku Sosial Siswa Agus Supriyanto (09220652) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Perilaku menyimpang merupakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 0 PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN KEJUJURAN ANAK PADA KELUARGA POLISI (Studi Kasus di Aspolres Sragen Mageru RT 03/RW II Sragen Tengah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di era jaman sekarang pendidikan sangatlah penting. Bukan hanya untuk mendapatkan ijasah namun juga mendapat pengetahuan, pengalaman, serta mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Interaksi Sosial Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI. Oleh : Aditya Surya Pratama K PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

JURNAL SKRIPSI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI. Oleh : Aditya Surya Pratama K PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI JURNAL SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X-3 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh :

Lebih terperinci