BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II akan menjelaskan tentang kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Teori-teori yang digunakan akan dijelaskan dalam kajian teori. Kajian penelitian yang relevan menyajikan ulasan mengenai penelitian lain yang serupa yang mendasari penelitian kali ini. Kerangka berpikir memberikan penjelasan mengenai pemikiran yang mendasari penelitian ini. A. Kajian Teori Kajian teori mengulas tentang matematika, hasil belajar matematika, pengajaran modul, serta hubungan hasil belajar matematika terhadap pengajaran modul. Masing-masing sub bab akan dibahas secara terperinci mulai dari pengertiannya. 1. Matematika Matematika ilmu yang mendasari berbagai bidang ilmu. Dimyati menyebutkan bahwa terdapat enam materi ilmu yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial, dan linguistik. Menggunakan istilah yang berbeda, keenam materi tersebut dikonotasikan sebagai ide abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda. Hal ini sesuai dengan Soedjadi yang memandang matematika sebagai ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif. Matematika mendasari dirinya dengan pemikiran deduktif dimana kebenaran berasal dari kebenaran logis yang sebelumnya. Kebenaran datang dengan sendirinya melainkan dapat dibuktikan. Sifat matematika yang demikian membuat matematika dijuluki sebagai ilmu pasti (Uno, 2007:126). Russel (Uno, 2007:129) menyebutkan bahwa matematika adalah suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Matematika semakin lama akan menjadi rumit atau kompleks, sebagai contohnya diawali dengan mempelajari bilangan bulat, ke bilangan pecahan, sampai pada bilangan kompleks. Matematika semakin lama akan semakin sulit dan tidak dikenal seperti mempelajari diferensial dan integral. Berbeda dengan pendapat yang lain, Bourne (Uno, 2007:128) mengemukakan bahwa aliran konstruktivisme dalam matematika menekankan pada knowing how. Siswa dianggap sebagai seorang yang aktif dalam mengkonstruksikan ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Anak yang belajar dianggap sebagai subjek yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan penalaran sendiri. 5

2 6 Anak sejak lahir menggunakan penalaran yang berkembang seiring dengan pertumbuhan dirinya. Hal ini yang akhirnya mendasari pentingnya penyusunan kurikulum matematika di sekolah. Kurikulum matematika disesuaikan dengan berbagai teori belajar dan karakteristik anak yang hendak mempelajarinya. 2. Hasil Belajar Matematika Belajar merupakan hal yang sangat mendasar bagi manusia dan merupakan proses yang tiada hentinya. Proses belajar tersebut akan membuahkan hasil yang dapat dilihat atau diamati dan yang perlu diuji terlebih dahulu. Ahli-ahli memiliki pendapat yang beragam mengenai hasil belajar. Dahar (2006 :3) menyebutkan bahwa perubahan yang mencerminkan belajar dipandang sebagai hasil belajar yang dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan, di dalamnya terjadi hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan stimulus dan respons masih abstrak, karena tidak dijelaskan stimulus dan respon apa yang dimaksudkan. Pandangan ahli ini sangat luas sehingga ruang lingkup pengertiannya pun luas bukan hanya pada konteks belajar di kelas. Berbeda dengan pendapat dengan Gagne (Dahar, 2006:118) yang mengemukakan lima macam hasil belajar, dimana tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Gagne mendasarkan pendapatnya berdasarkan pada taksonomi Bloom. Taksonomi ini meliputi tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendapat Gagne ini lebih konkrit dengan bentuk perubahan setelah belajar yang bukan saja dilihat secara psikologi. Ketiga domain ini masih bisa dilihat perubahannya melalui serangkaian tes dan pengamatan. Reigeluth menyebutkan bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang disengaja. Efek dapat merupakan sesuatu yang diinginkan dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Secara lebih singkat, Uno menyebutkan bahwa keberhasilan pengajaran matematika ditentukan oleh seberapa baik hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran. Dasarnya pendapat para ahli sama, hanya saja berbeda dalam menyampaikan dan dalam melihat sudut pandangnya lebih kompleks atau lebih luas (Uno, 2007:137). 3. Pengajaran Modul Modul merupakan suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu

3 siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 1982:205). Dapat disimpulkan bahwa modul sangat lengkap dan dirumuskan tujuan pembelajarannya. Perumusan ini dapat membantu siswa untuk mengerti apa yang hendak dipelajari secara mendalam. Diknas (Prastowo, 2011:104) mengartikan modul sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Dasarnya adalah belajar mandiri, berbeda dengan buku lain yang masih perlu panduan, modul sudah meminimalisir hal itu karena unsur-unsurnya sudah dipermudah. Wena (2008 :232) modul yaitu merupakan salah satu bentuk media cetak yang berisi satu unit pembelajaran, dilengkapi dengan berbagai komponen sehingga memungkinkan siswa-siswa yang mempergunakannya dapat mencapai tujuan secara mandiri, dengan sekecil mungkin bantuan dari guru. Siswa dapat mengevaluasi kemampuan sendiri hingga selanjutnya dapat menentukan mulai dari mana kegiatan belajar selanjutnya harus dilakukan. Hal yang hampir sama dinyatakan oleh Prastowo (2011 :106) yang menyebutkan modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usianya, agar mereka dapat belajar sendiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari guru. Berdasarkan definisi modul yang diungkapkan di atas, Nasution (1982:205) mendefinisikan pengajaran modul sebagai pembelajaran yang keseluruhan pembelajarannya didasarkan pada modul. Modul digunakan sebagai acuan. Hal ini berarti guru bertindak sesuai dengan pedoman yang ditulis di dalam modul. a. Fungsi dan Tujuan Modul Modul memiliki fungsi sebagai bahan ajar mandiri, pengganti fungsi pendidik, sebagai alat evaluasi, dan sebagai bahan rujukan siswa (Prastowo, 2011:107). Siswa nantinya akan menjadi dewasa dan harus mampu bekerja dan berpikir sendiri tanpa bimbingan orang lain, modul dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian siswa sedari dini sehingga peran serta dari guru menjadi sedikit berkurang. Pembelajaran matematika di kelas-kelas seringkali kekurangan waktu dikarenakan banyaknya materi dan waktu pembelajaran yang sedikit. Ketidak seimbangan ini dapat diisi dengan modul jika dilihat dari fungsinya, sehingga diharapkan waktu dikelas tidak terbuang dengan percuma. 7

4 8 Nasution (1982 :205) tujuan pembelajaran menggunakan modul adalah (1) membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Siswa belum tentu akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan proses yang sama. Siswa yang lebih pintar cenderung lebih cepat dalam memahami dan mempelajari materi sedangkan siswa yang kurang pintar akan sedikit menemui kesulitan dalam mempelajari, dan (2) memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan teknik berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang masing-masing. Modul memberikan keleluasaan bagi siswa untuk berkreasi dengan pikiran mereka sendiri sehingga siswa bukan hanya mandiri tetapi juga kreatif, dan (3) memberikan pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa siswa tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama, dan (4) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remedial, ulangan-ulangan, atau variasi dalam cara belajar. Modul memberikan solusi penyelesaian, serta evaluasi secara mandiri sehingga siswa dapat menilai sendiri kemampuannya dan kelemahannya. Berbeda dengan Suryosubroto (1983 :18) yang mengungkapkan tujuh tujuan digunakannya modul dalam proses mengajar. Tujuh tujuan tersebut adalah (1) supaya lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan, (2) supaya murid dapat mengikuti pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri, ( 3) memungkinkan siswa untuk menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri baik dengan atau tanpa bimbingan guru, (4) siswa dapat menilai hasil belajarnya sendiri, (5) siswa benar -benar menjadi pusat kegiatan belajar mengajar, (6) kemajuan siswa dapat d iikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir modul, dan (7) menekankan konsep mastery learning sehingga siswa harus mempelajari modul dengan optimal. Menurut Prastowo (2011:108) tujuan penyusunan atau pembuatan modul antara lain agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, agar peran guru tidak terlalu dominan dan otoriter, melatih kejujuran siswa, mengakomodasi berbagai tingkat dan

5 kecepaan belajar siswa, dan agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materinya. Tujuan pembuatan modul menurut para ahli pada dasarnya sama hanya saja dikemukakan dengan cara dan bahasa yang sedikit berbeda. b. Unsur-Unsur Modul Prastowo (2011 :112) menyebutkan ada tujuh unsur yang paling tidak harus ada dalam modul, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk bagi siswa maupun guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja, dan evaluasi. Hal senada juga diungkapkan Vembriarto (1985 :37) menyebutkan rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik, petunjuk untuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja bagi siswa, kunci lembaran kerja, lembaran evaluasi, serta kunci lembaran evaluasi haruslah termuat dalam suatu modul. Unsur-unsur dalam modul yang disebutkan oleh Vembriarto sama dengan unsur-unsur modul yang ditulis Suryosubroto. Berbeda dengan Nasution (1982 :212) menyebutkan tentang tiga aspek utama yakni isi atau bahan, waktu belajar, dan urutan modul. Modul bisa dikerjakan kapan saja akan tetapi bukan setiap waktu hanya menggunakan modul. Referensi lain diperlukan untuk bahan ajar, tidak hanya terpaku pada satu sumber. c. Karakteristik Modul Modul sama dengan buku ajar yang lainnya memilikii karakteristik yang khas, Mohammad (Prastowo, 2011:110) menyebutkan antara lain (1) dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri, (2) merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis, (3) mengandung tujuan, bahan atau kegiatan, dan evaluasi, (4) disajikan secara komunikatif, (5) diupa yakan agar dapat mengganti beberapa peran guru (6) cakupan bahasan terfokus dan terukur, serta (7) mementingkan aktivitas belajar pengguna. Menurut Russel (Wena, 2008:230) karakteristik modul mencakup self contain, bersandar pada perbedaan individu, adanya asosiasi, pemakaian bermacam-macam media, partisipasi aktif siswa, penguatan langsung, dan pengawasan strategi evaluasi. d. Langkah-Langkah Penyusunan Modul Diknas ( Prastowo, 2011:118) menyebutkan bahwa dalam menyusun modul ada empat tahapan yaitu analisis kurikulum, penentuan judul-judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan 9

6 10 modul. Penulisan modul dibagi lagi menjadi perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai, penentuan alat evaluasi atau penilaian, penyusunan materi, urutan pengajaran, dan struktur modul. Pendekatan sistematik dalam penyusunan modul, terdiri atas enam langkah yang saling berkaitan. Enam langkah tersebut adalah merumuskan tujuan-tujuan, penyusunan criterion items, analisa sifatsifat siswa dan spesifikasi entry behavior, urutan pengajaran dan pemilihan media, tryout modul oleh siswa, dan evaluasi modul. Tujuan pada suatu modul merupakan spesifikasi yang seharunya telah dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan modul. Apabila tujuan dapat diidentifikasi dengan tepat maka dibuat pula tes yang valid untuk mengukur keberhasilan tujuan. Hal ini juga dapat membantu dalam mengetahui bagian-bagian mana dari modul yang masih lemah sehingga menghasilkan modul yang benar-benar baik. Bersamaan dengan dibuatnya tes untuk mngukur keberhasilan tujuan, dibuat pula entry behavior untuk menentukan kemampuan apa saja yang seharusnya sudah dimiliki siswa. Entry behavior memudahkan proses pengajaran, sehingga tidak perlu diadakan pengulangan materi yang sama. Usai membuat entry behavior dilanjutkan dengan menentukan urutan pengajaran dan pemilihan media yang tepat. Tryout juga dilaksanakan untuk melihat sejauh mana penguasaan siswa telah menguasai tujuan-tujuan yang dirumuskan. Bagian terakhir adalah mengevaluasi modul. Evaluasi dilakukan dengan meminta sekelompok siswa untuk mempelajari materi modul (Vembriarto, 1985:44). Nasution (1982 :217) menyebutkan garis besar penyusunan modul atau pengembangan modul dapat mengikuti langkah-langkah ini: (1) merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur, (2) urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul, (3) tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh modul itu, (4) menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa, (5) kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensikompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan, (6) menyus un post-test untuk mengukur hasil belajar siswa hingga manakah materi dikuasai sesuai dengan tujuan modul, dan (7) menyiapkan pusat sumber -

7 11 sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya. e. Format dan Tata Letak Modul Penentuan format modul agar modul layak digunakan haruslah memperhatikan banyak hal, menurut Prastowo (2011 :141) antara lain frekuensi dan konsistensi harus benar-benar diperhatikan supaya jangan terlalu sering menggunakan variasi yang membuat kontraproduktif, dan kemudahan pada pembaca. Perlu diingat bahwa modul harus memberikan kemudahan bagi penggunanya sehingga format yang sistematis harus diperhatikan. Tabel format penulisan modul dapat dilihat pada Tebel 2.1. Tabel 2.1. Tabel Format Penulisan Modul Menurut Prastowo (2011:142) Sebelum Mulai Materi Saat Pemberian Materi Setelah Pemberian Materi 1. Judul 11. KD 17. Tes mandiri 2. Kata pengantar 12. Materi pokok 18. Post test 3. Daftar isi 13. Uraian materi 19. Tindak lanjut 4. Latar belakang 14. Heading 20. Harapan 5. Deskripsi 15. Ringkasan 21. Glosarium singkat 16. Latihan atau 22. Daftar pustaka 6. SK tugas 23. Kunci jawaban 7. Peta konsep 8. Manfaat 9. Tujuan Pembelajaran 10. Petunjuk penggunaan modul Andriani (Prastowo, 2011:163) mengungkapkan bagaimana seharusnya tata letak dalam penulisan modul, (1) ukuran halaman dan format modul, (2) kolom dan margin, dan (3) penempatan tabel, gambar dan diagram harus diatur serta konsisten dengan penomoran tabel, gambar, dan diagram. f. Pemilihan dan Cara Menggunakan Modul Bagi guru banyak hal harus dipertimbangkan ketika harus memilih modul yang hendak digunakan. Prastowo (2011 :379) mengungkapkan ada 8 hal yang perlu diperhatikan terutama dalam memilih modul berikut: (1) substansi materi relevan dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta, (2) tersusun lengkap. Minimal terdapat judul, pernyataan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, petunjuk penggunaannya, informasi, langkah kerja, dan

8 12 penilaian, (3) materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dan sebagainya, (4) padat pengetahuan, (5) kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan, (6) kalimat yang disajikan singkat dan jelas, (7) menuntun guru dan siswa sehingga mudah digunakan, dan (8) beberapa modul dapat di-download di internet. Modul dapat digunakan dalam beragam keperluan dalam proses pembelajaran. Setidaknya terdapat empat keperluan, yaitu sebagai sumber belajar yang telah disusun secara terstruktur dan terencana, sebagai petunjuk untuk memahami materi yang diberikan beserta cara mempelajarinya, sebagai motivator untuk terus membaca dan memahami materi, dan sebagai alat untuk mengukur tingkat pencapaian dalam belajar (Prastowo, 2011:395). Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa modul memiliki unsur-unsur yang paling tidak harus dimiliki, diantaranya adalah petunjuk. Petunjuk ini memuat bagaimana menggunakan modul dalam proses pembelajaran. Petunjuk ditujukan baik bagi siswa maupun bagi guru. Termuat juga perintah-perintah dalam setiap latihan jadi bukan hanya berupa soal-soal latihan saja. Hal ini cukup membantu dan menjadi petunjuk cara pemakaian yang mudah dipahami. g. Sintak Pembelajaran Modul Pelaksanaan pengajaran modul pada suatu jam pelajaran melalui tahap-tahap. Terdapat lima tahap yang terjadi dalam pembelajaran modul. Lima tahap tersebut disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2. Sintak Pengajaran Modul Langkah Tahap Pertama Tahap Kedua Keterangan Tahap ini adalah tahap awal sebelum dimulainya pengajaran modul. Tahap ini adalah tahap pada saat pengajaran modul. Tahap ini berlangsung cukup lama. Kegiatan Guru Guru menjelaskan dan mengarahkan secara singkat tugas siswa dalam pengajaran modul Guru berkeliling mengamati kegiatan siswa. Kegiatan Siswa Mempersiapkan diri untuk memulai pengajaran modul Siswa membaca materi modul dan mengerjakan soalsoal yang ada sesuai dengan perintah. Siswa yang belum paham dapat bertanya

9 13 Langkah Tahap Ketiga Tahap Keempat Keterangan Tahap ini adalah tahap dimana siswa sudah menyelesaikan modulnya. Lembar kerja siswa sudah diisi sepenuhnya. Tahap ini, siswa yang sudah menyelesaikan modul lebih cepat akan diberikan soal pengayaan. Tahap ini dilakukan terus menerus hingga akhir bab yang hendak dipelajari Kegiatan Guru Guru memberikan bantuan kepada siswa bila diperlukan. Guru perlu mengingatkan siswa untuk tidak tergesa-gesa dalam menyelesaikan modul. Guru menyediakan kunci jawaban kepada siswa yang telah menyelesaikan modulnya di meja guru. Guru memberikan penjelasan bahwa siswa yang memperoleh 75% dari skor keseluruhan dinyatakan tuntas, sedangkan yang belum mencapai 75% diminta untuk mengulang modul. Guru memberikan soal pengayaan kepada siswa yang sudah memperoleh skor lebih dari 75% dari skor keseluruhan. Kegiatan Siswa kepada guru secara pribadi. Siswa mencocokan hasil jawabannya sendiri dengan kunci jawaban yang diberikan guru. Siswa yang memperoleh skor 75% dari skor keseluruhan bisa lanjut ke tahap yang berikutnya. Sedangkan siswa yang belum mencapai 75% harus mengulang modul kembali. Siswa yang sudah menyelesaikan modul, melanjutkan dengan mengerjakan soal pengayaan. Siswa yang belum tuntas dapat mengulang modul yang sama.

10 14 Langkah Tahap Kelima Keterangan selesai. Tahap terakhir dari pengajaran modul untuk mengevaluasi. Kegiatan Guru Guru memberikan lembaran tes pada akhir pertemuan pengajaran modul. Guru memberikan lembar tes setelah seluruh siswa menyelesaikan modul. Kegiatan Siswa Siswa mengerjakan lembar tes sebagai evaluasi hasil belajar siswa. 4. Hubungan Hasil Belajar Matematika Terhadap Pengajaran Modul Hasil belajar secara umum dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Menurut Purwanto (Djoko, 2009:94) ada 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktorfaktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Sekolah yang dimaksud disini berarti lingkungan sekolah dimana guru termasuk didalamnya. Guru sangat berperan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Djamarah (2010 :1) menyebutkan bahwa guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Perencanaan kegiatan pengajaran meliputi perangkat pembelajaran, alatalat mengajar, dan media pembelajaran. Hobri (2010 :31) mendefinisikan perangkat pembelajaran sebagai sekumpulan sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran, meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS), buku guru, dan tes hasil belajar. Djamarah (2010:161) variasi sangat penting disamping untuk menjaga perhatian siswa juga termasuk memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru, memberikan kemungkinan pilihan atau fasilitas belajar individual, dan mendorong siswa untuk belajar. Variasi juga dapat dilakukan pada media dan bahan ajar siswa bukan sekedar cara mengajar dan proses pembelajaran saja. Wena (2008 :229) menjelaskan bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Salah satu bentuk peningkatan mutu adalah dengan meningkatkan kualitas bahan ajar. Pannen mendefinisikan

11 15 bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Prastowo segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya (Prastowo, 2011:17). B. Hasil Kajian yang Relevan Penelitian terhadap modul sebagai bahan ajar sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh banyak peneliti. Salah satunya adalah penelitian Suradi (Wena, 2008:234) yang dilakukan pada siswa akademi keperawatan pemerintah kabupaten Ponorogo. Penelitiannya berjudul, Pengaruh Pembelajaran Modul dan Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar serta Retensi Siswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam Mata Pelajaran Pelayanan Kesehatan Utama. Penelitian disimpulkan: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar pelayanan kesehatan utama antara siswa yang belajar dengan menggunakan modul dan yang belajar tidak menggunakan modul, dengan nilai t hitung = -8,589 pada taraf signifikan 0,000. Penggunaan modul secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar, dan (2) terdapat perbedaan retensi belajar pelayanan kesehatan utama antara siswa yang belajar dengan menggunakan modul dan yang belajar tidak menggunakan modul, dengan nilai t hitung = -8,966 pada taraf signifikan 0,000. Penggunaan modul secara signifikan dapat meningkatkan retensi. Penelitian Wena, dkk dalam Wena (2008:235) dalam penelitian berjudul, Pengembangan Modul Pembelajaran dengan Metode Elaborasi pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan dan Menggambar I pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) pembelajaran modul dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan, dan (2) pembelajaran modul dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa jurusan pendidikan teknik bangunan. Penelitian yang dilakukan oleh Suradi dan Wena menggunakan modul pada jenjang pendidikan yang sama. Hasil penelitian keduanya juga menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian Suradi yaitu melihat pengaruh pengajaran modul dilihat dari

12 16 hasil belajarnya. Perbedaan dengan penelitian Suradi adalah tidak dilihatnya retensi siswa. Jenis penelitian ini juga berbeda dengan jenis penelitian Wena. Penelitian Wena memasukkan metode elaborasi mengembangkan modulnya, sedangkan penelitian ini menggunakan pengajaran modul saja. Pengajaran modul pada penelitian ini tidak memasukkan model atau metode tertentu. Merujuk pada penjelasan di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitianpenelitian lainnya. C. Kerangka Berpikir Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Salatiga memiliki karakter yang khas. Siswa cukup kooperatif dan tidak terlalu gaduh. Terjadi ketimpangan dalam hasil belajar siswa yang nampak dalam nilai ujian tengah semester dan ujian akhir semester pada semester gasal. Kondisi ini mengindikasikan perlu diadakannya perbaikan. Modul dirasa mampu memberikan hasil yang diharapkan. Modul merupakan satu unit konsep bahan pelajaran yang disajikan secara mandiri. Modul ini bertujuan untuk membantu belajar siswa sesuai dengan kecepatannya. Modul yang memuat petunjuk penggunaan serta berisi materi yang disampaikan dengan lugas, menjadi mudah dipahami. Memungkinkan siswa untuk belajar sendiri tanpa bantuan dari guru. Harapannya dengan waktu belajar di rumah yang singkat, tetap memungkinkan siswa belajar di rumah. Pembelajaran modul dapat dimulai dengan memberikan pretest pada siswa untuk melihat penguasaan siswa terhadap materi yang hendak diperolehnya. Nasution (1982 :212) mengungkapkan bila ia telah menguasai pretest sepenuhnya berarti bahwa ia juga telah menguasai modul. Pelaksanaan pembelajaran modul dimulai dengan pemberian pretest pada siswa yang dilanjutkan dengan pengajaran menggunakan bahan ajar modul dalam kegiatan belajar mengajarnya. Akhir materi diberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa. Remidial diberikan pada siswa yang tidak memenuhi syarat ketuntasan dengan mengulang modul kembali (Nasution, 1982:212). Penelitian yang sudah dilakukan oleh Suradi dan Wena, dkk (Wena, 2008:234) menunjukan bahwa pembelajaran modul lebih meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran modul juga dapat menungkatkan hasil belajar matematika siswa.

13 17 D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori yang dijabarkan, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ada pengaruh pengajaran modul matematika terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas XI jurusan IPA SMA Negeri 2 Salatiga semester genap tahun ajaran 2013/2014.

14 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi. Pada hakekatnya

BAB I PENDAHULUAN. siswa dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi. Pada hakekatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah mata pelajaran yang menuntut kemampuan berfikir siswa dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi. Pada hakekatnya matematika merupakan salah

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd.

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd. BAHAN AJAR MODUL Irnin Agustina D.A., M.Pd. 1. definisi modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (depdiknas)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDAHULUAN Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran karena adanya rancangan pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Hal ini menjadi kewajiban bagi para guru termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suci Lestari, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suci Lestari, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan masyarakat akan terus menerus mengalami perubahan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan itu berpengaruh juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baaik individu maupun kelompok untuk meendewasakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Pemahaman Matematis, Metode Pembelajaran Buzz. Group, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Pemahaman Matematis, Metode Pembelajaran Buzz. Group, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kemampuan Pemahaman Matematis, Metode Pembelajaran Buzz Group, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Puput Ambaryuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam dan dijelaskan ke dalam bahasa matematika. Karakteristik ilmu fisika seperti Ilmu Pengetahuan Alam lainnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran. Ada banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari peranan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem solving pada materi barisan dan deret tak hingga, (2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Salma (2007 : 4) pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi

I. PENDAHULUAN. Menurut Salma (2007 : 4) pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Salma (2007 : 4) pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya. Dalam pelaksanaannya perlu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Kegiatan belajar menghasilkan perubahan yang khas. Perubahan khas tersebut adalah perubahan aspek pengetahuan dan keterampilan. Perubahan itu tampak dalam prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik permasalahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Hasil Uji Validitas Validitas LKS ini dilakukan pada tiga bagian, yakni validitas materi, validitas konstruksi dan validitas bahasa. Adapun hasil validasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan. Produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa asing di sekolah adalah penguasaan keterampilan berbicara dengan lancar dan berterima.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya baik secara rasional, logis, sistematis, bernalar

Lebih terperinci

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan kegiatan komunikasi antar manusia sehingga tumbuh menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting yang diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada peserta

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Arikunto (2006: 58) menjelaskan penelitian tindakan kelas adalah gabungan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER II SMP

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER II SMP PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER II SMP Nurneyla Hadrotul Ula *, Cholis Sa dijah ** Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Seseorang dikatakan memahami sesuatu jika telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara yuridis, pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang, Permendiknas, serta Peraturan Pemerintah. Fisika sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching Model pembelajaran Reciprocal Teaching dikembangkan oleh Anna Marie Palincsar dan Ann Brown untuk mengajar siswa strategi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Papahan, pada kelas IV. Lokasi penelitian tersebut berada di Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. Banyak hal

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA Derin Nurfajriyah 1, Ani Nur Aeni 2, Asep Kurnia Jayadinata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran semua cabang sains, terutama fisika, pada umumnya adalah mencoba menemukan keteraturan di dalam observasi kita terhadap dunia di sekeliling kita. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang berada pada tahap operasional konkret, yaitu peserta didik yang berada pada usia 7-11 tahun (Rusman,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian 27 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian pengembangan.pada penelitian pengembangan ini telah dikembangkan Lembar Kerja Siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

Drs Doddy Rusmono, MLIS

Drs Doddy Rusmono, MLIS Pelatihan Penulisan MODUL Mata Kuliah Semester 1 TA 2009/2010 Program Studi Perpustakaan dan Informasi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik. Adanya perbedaan karakteristik khususnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai arti penting dalam pengembangan teknologi. Konsep-konsep fisika

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai arti penting dalam pengembangan teknologi. Konsep-konsep fisika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta. Fisika mempunyai arti penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena berawal dari pendidikan terciptalah sumberdaya manusia yang tangguh dan mampu mengadakan perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan 8 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D) dengan produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam perkembangan dunia. Menurut Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah dipelajari dari jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan setiap manusia, pendidikan juga merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi yang perubahannya begitu cepat dan dramatis, hal ini merupakan fakta dalam kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan atau pengajaran. Pemerintah telah berusaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Belajar merupakan hal yang sangat dasar bagi manusia dan merupakan proses yang terjadi tiada henti-hentinya. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu sistem pendidikan yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu sistem pendidikan yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu sistem pendidikan yang ditandai dengan karakteristik, salah satunya adalah keterpisahannya antara individu yang belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah

Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah Reni Marlina Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Tanjungpura Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA BIDANG STUDI BIOLOGI MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS DI KELAS XI MIA-2 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran 77 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Lebih terperinci