BAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Makna Hidup II.A.1. Pengertian Makna Hidup Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana kemudian teori ini kemudian dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni : a. Kebebasan berkehendak (the freedom to will) b. Hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) c. Makna Hidup (the meaning of life) Kebebasan berkehendak adalah kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosiokultural, serta sejarah hidupnya, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Kualitas ini adalah khas manusia yang bukan saja mempunyai kemampuan untuk mengambil jarak (to detach) terhadap berbagai kondisi lingkungan di luar dirinya, melainkan juga terhadap berbagai kondisi diri sendiri (self-detachment). Kemampuan inilah yang menyebabkan manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dianggap penting dan baik bagi dirinya yang harus ditimbang dengan tanggungjawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan (dalam Bastaman, 1996). Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama pada diri manusia. Hasrat inilah yang memotivasi setiap orang untuk bekerja, berkarya, dan 14

2 melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap penting, dirasakan berharga dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidupnya. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan biasanya mereka yang menemukan dan mengembangkannya akan terhindar dari keputusasaan ( dalam Bastaman, 1996). Dalam Bastaman (2007), makna hidup memiliki beberapa karakteristik, yaitu : a. Makna hidup itu sifatnya unik dan personal, sehingga tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus ditemukan sendiri. Apa yang dianggap penting dan berharga bagi seseorang belum tentu penting dan berharga bagi orang lain. b. Makna hidup itu spesifik dan konkrit, hanya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari, serta tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan idealistis maupun renungan filosofis. c. Makna hidup memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidup yang sifatnya unik dan personal dimana jika makna hidup berhasil ditemukan dan dipenuhi dapat membuat hidup berarti dan akan terhindar dari keputusasaan. 15

3 II.A.2. Penghayatan Hidup II.A.2.a. Penghayatan Hidup Bermakna Menurut Bastaman (2007), penghayatan hidup bermakna dapat berupa: 1) Menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan gairah, serta jauh dari perasaan hampa. 2) Mempunyai tujuan hidup yang jelas, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang, sehingga kegiatan-kegiatan menjadi terarah. 3) Merasakan sendiri kemajuan yang telah dicapai. 4) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dalam arti menyadari batasan-batasan lingkungan dan tetap dapat menentukan sendiri apa yang paling baik dilakukan. 5) Menyadari bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, betapapun buruknya keadaan. 6) Menghadapi situasi yang tidak menyenangkan atau penderitaan dengan sikap tabah dan sadar ada makna serta hikmah dibalik penderitaannya. 7) Benar-benar menghargai hidup dan kehidupan. Tidak pernah berpikir untuk bunuh diri sebagai jalan keluar dari penderitaan yang ada. Jadi, penghayatan hidup bermakna tercermin dalam perilaku-perilaku sebagai berikut: menjalani hidup dengan semangat, memiliki tujuan hidup yang jelas, merasakan kemajuan yang telah diperoleh, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyadari bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam keadaan apapun, bersikap sabar dan tabah dalam menghadapi suatu peristiwa bahkan penderitaan sekalipun, dan benar-benar menghargai kehidupannya. 16

4 II.A.2.b. Penghayatan Hidup Tanpa Makna Bastaman (2007) mengemukakan bahwa dalam kehidupan seseorang mungkin saja hasrat untuk hidup secara bermakna ini tidak terpenuhi. Penyebabnya antara lain karena kurang disadari bahwa dalam kehidupan itu sendiri dan pengalaman masing-masing orang terkandung makna hidup yang potensial yang dapat ditemukan dan dikembangkan. Selain itu mungkin karena pengetahuan yang kurang mengenai prinsip dan teknik dalam menemukan makna hidup itu sendiri. Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya menimbulkan penghayatan makna hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis. Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat, sedangkan apatis merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa. Penghayatan-penghayatan seperti digambarkan di atas mungkin saja tidak terungkap secara nyata, tapi menjelma dalam berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk: berkuasa (the will to power), bersenang-senang mencari kenikmatan (the will to pleasure) termasuk kenikmatan seksual (the will to sex), bekerja (the will to work), dan mengumpulkan uang (the will to money). Penghayatan hidup tanpa makna ini jika tidak diatasi dapat berkembang menjadi karakter pribadi neurosis noogenik, karakter totaliter dan karakter konformis. 1) Neurosis Noogenik, merupakan suatu gangguan perasaan yang cukup menghambat prestasi dan penyesuaian diri seseorang. Gangguan ini biasanya 17

5 tampil dalam keluhan-keluhan serba bosan, hampa dan penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif, serta merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya sama sekali. Motto hidup dari pribadi ini adalah Aku salah dan Kamu pun tidak benar. Aku serba salah. 2) Karakter Totaliter, adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan untuk memaksakan tujuan, kepentingan, dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia menerima masukan dari orang lain. Pribadi ini sangat peka kritik dan biasanya akan menunjukkan reaksi menyerang kembali secara keras dan emosional. Motto hidup dari ribadi totaliter ini adalah Aku benar dan Kamu salah. Semau aku. 3) Karakter Konformis adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan kuat untuk selalu berusaha mengikuti dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan sekitarnya serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginan dan kepentingan dirinya sendiri. Motto hidup karakter konformis adalah Aku salah dan Kamu benar. Aku ikut kamu saja. Jadi, jika seseorang tidak berhasil menemukan makna hidupnya, maka ia akan mengalami penghayatan hidup tanpa makna. Individu tersebut akan merasa kehampaan dalam hidup, bersikap apatis, bosan, dan merasa tidak memiliki tujuan hidup. Sikap ini biasanya berkembang menjadi karakter-karekter khusus, yaitu: neurosis noogenik (sering mengeluh bosan, hampa dan penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif, serta merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya sama sekali); karakter totaliter (cenderung untuk memaksakan tujuan, kepentingan, dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia menerima masukan dari orang lain); dan karakter konformis (cenderung untuk selalu berusaha mengikuti 18

6 dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan sekitarnya serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginan dan kepentingan dirinya sendiri). II.A.3. Sumber-Sumber Makna Hidup Frankl (dalam Bastaman, 2007) menyatakan tiga kelompok nilai yang dapat menjadi sumber makna bagi hidup dalam diri manusia, yaitu : a. Nilai-nilai Kreatif (Creative Values) Dengan apa yang dapat diberikan bagi kehidupan ini (what we give to live). Maksudnya melalui tindakan-tindakan kreatif atau menciptakan suatu karya seni atau bahkan dengan melayani orang lain dapat dikatakan sebagai ungkapan rasa seseorang. Melalui karya dan kerja seseorang dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna b. Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values) Dengan apa yang dapat kita ambil dari dunia ini (what we take from the world). Maksudnya dengan mengalami sesuatu misalnya melalui kebaikan, kebenaran dan keindahan, dengan menikmati alam dan budaya, atau dengan mengenal manusia lain dengan segala keunikannya, dengan mencintainya. c. Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values) Dengan sikap yang diambil untuk tetap bertahan terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindari (the attitude we take toward unavoidable suffering). Ketika manusia menghadapi nasib buruk atau situasi menghambat yang tidak bisa diubahnya, dengan kata lain ketika menderita, dia tetap bisa merealisasikan nilai yang bisa mengantarkannya kepada makna. 19

7 Selain tiga sumber nilai yang dikemukakan oleh Frankl, ada nilai lain yang menurut Bastaman dapat menjadikan hidup menjadi lebih bermakna, yaitu : d. Nilai-nilai Pengharapan (Hopeful Values) Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Harapan sekalipun belum tentu menjadi kenyataan dapat memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan yang dapat menimbulkan semangat dan optimisme. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sumbersumber makna hidup ada tiga, yaitu nilai-nilai kreatif (Creative Values), nilai-nilai penghayatan (Experiental Values), nilai-nilai bersikap (Attitudinal Values), dan nilai-nilai harapan (Hopeful Values) II.A.4. Komponen Keberhasilan Menemukan Makna Hidup Bastaman (1996) mengemukakan komponen-komponen yang menentukan berhasilnya seseorang dalam mengubah hidup dari penghayatan hidup tidak bermakna menjadi lebih bermakna, yaitu : a. Pemahaman diri (Self Insight), yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. b. Makna Hidup (Meaning of life), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatan-kegiatannya. 20

8 c. Pengubahan sikap (Changing Attitude), dari yang semula tidak tepat menjadi tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup, dan musibah yang tidak terelakkan. d. Keikatan diri (Self Comitment), terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan. e. Kegiatan terarah (Directed Activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi pribadi, bakat, kemampuan, ketrampilan yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. f. Dukungan sosial (Social Support), yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya, dan selalu bersedia memberi bantuan pada saat diperlukan. Selanjutnya tahap-tahap ini dapat dikategorikan atas lima kelompok tahapan berdasarkan urutannya, yaitu : a. Tahap derita (Peristiwa tragis, penghayatan tanpa makna) b. Tahap penerimaan diri (Pemahaman diri, pengubahan sikap) c. Tahap penemuan makna hidup (penemuan makna dan penentuan tujuan hidup) d. Tahap realisasi makna (Keikatan diri, kegiatan terarah, dan pemenuhan makna hidup) e. Tahap kehidupan bermakna (penghayatan bermakna, kebahagiaan) Di dalam kenyataannya urutan proses tersebut dapat tidak diikuti secara tepat, tidak selalu tepat sesuai dengan konstruksi teori yang ada. 21

9 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat enam komponen yang menentukan berhasilnya seseorang dalam meraih hidup bermakna, yaitu pemahaman diri (Self Insight), makna hidup (Meaning of life), pengubahan sikap (Changing Attitude), keikatan diri (Self Comitment), kegiatan terarah (Directed Activities), dan dukungan sosial (Social Support). II.A.5. Metode Menemukan Makna Hidup Proses menemukan makna hidup tersebut dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu : a. Metode pemahaman diri Metode ini pada dasarnya membantu memperluas dan mendalami beberapa aspek kepribadian dan corak kehidupan seseorang. Dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengenali keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan pribadi (penampilan, sikap, bakat, pemikiran) dan kondisi lingkungan (keluarga, tetangga, teman sekerja). 2. Menyadari keinginan masa kecil, masa muda, dan keinginan sekarang, serta memahami kebutuhan-kebutuhan apa yang mendasari keinginan itu. 3. Merumuskan secara lebih jelas dan nyata hal-hal yang diinginkan untuk masa mendatang dan menyusun rencana yang realistis untuk mencapainya. b. Metode bertindak positif Dilakukan dengan cara membiasakan diri melakukan tindakan positif. 22

10 c. Metode pengakraban hubungan Hubungan akrab adalah hubungan antara seorang pribadi dengan pribadi lain sedemikian rupa sehingga dihayati sebagai hubungan yang dekat, mendalam, saling percaya, dan saling memahami, serta dirasakan bermakna bagi masing-masing pihak. Metode ini menganjurkan agar seseorang membina hubungan akrab dengan orang tertentu (misalnya : keluarga, teman, rekan sekerja, dan sebagainya), sebab dalam hubungan pribadi yang akrab seseorang benar-benar merasa diperlukan dan memerlukan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain. d. Metode pendalaman catur nilai Yang dimaksud dengan catur nilai adalah usaha-usaha untuk memahami benar-benar nilai-nilai berkarya, nilai-nilai penghayatan, nilai-nilai bersikap, dan nilai-nilai pengharapan yang dapat menjadi sumber makna hidup seseorang. e. Metode beribadah Dalam pengertian yang lebih khusus, ibadah adalah ritual untuk mendekatkan diri pada Tuhan melalui cara-cara yang diajarkan dalam agama. Ibadah yang dilakukan secara hikmat sering menimbulkan perasaan tentram, mantap, dan tabah, serta tidak jarang pula menimbulkan perasaan seakan-akan mendapat bimbingan dalam melakukan tindakan-tindakan penting. Salah satu bentuk ibadah yang dapat memberikan makna khusus bagi seseorang adalah melalui doa. 23

11 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat lima metode menemukan makna hidup, yaitu metode pemahaman diri, metode bertindak positif, metode pengakraban hubungan, metode pendalaman catur nilai, dan metode beribadah. II.B. Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak (dalam Su adah, 2005). Namun, ada beberapa keluarga yang hanya terdiri dari suami dan istri, karena belum memiliki anak. Pasangan inilah yang disebut pasangan yang belum memiliki anak (childless marriage). Mc. Quillan, Greil, White, & Jacob (2003) mengemukakan, keadaan belum memiliki anak ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. involuntary childless, adalah sebuah keadaan dimana pasangan belum memiliki anak dan berharap nantinya akan memiliki anak. Pada keadaan ini, pasangan ini tidak mencoba untuk menunda kelahiran anak. 2. voluntary childless, adalah sebuah keadaan dimana pasangan yang belum memiliki anak disebabkan keinginan pasangan tersebut yang dapat dikarenakan beberapa hal, misalnya saja ingin lebih memikirkan karir. Sebuah survey yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan jumlah voluntary childless couples (dalam Abma & Martinez, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan (childless marriage) adalah pasangan yang belum memiliki anak, dimana keadaan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 24

12 involuntary childless atau keadaan belum memiliki anak dan berharap nantinya akan memiliki anak, dan voluntary childless atau keadaan belum memiliki anak karena keinginan pasangan tersebut. II.B.1.Pengertian Pernikahan Batasan tentang pernikahan ada banyak tergantung pendekatannya di antaranya adalah : Herning (1956) mengatakan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan. Keterikatan ini bersifat persahabatan, ditandai oleh perasaan bersatu dan saling memiliki. Masing-masing individu perlu menyesuaikan diri pada pasangannya dan mengubah diri agar sesuai. Sedangkan menurut Duval dan Miller (1980) pernikahan adalah suatu hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita, yang mensahkan hubungan seksual dan adanya kesempatan mendapatkan keturunan. Pria dan wanita ini bertanggungjawab atas pengasuhan anak mereka dan pasangan ini juga selama menikah memantapkan pembagian kerja antarmereka. Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan 1/1974 menyatakan pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 25

13 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan antara seorang pria dan wanita yang diakui secara sosial dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. II.B.2. Motivasi untuk Menikah Ada beberapa faktor yang memotivasi seseorang untuk menikah, yang dikategorikan ke dalam dua faktor utama, yaitu : a. Push factor, yaitu faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk segera memasuki pernikahan, meliputi : 1. Konformitas, orang memutuskan untuk menikah karena demikian pula yang dilakukan oleh sebagian besar orang. Agaknya kebanyakan struktur kebudayaan yang ada di muka bumi ini adalah sedemikian rupa sehingga konformitas merupakan hal yang utama. 2. Cinta, cinta merupakan komitmen emosional manusia yang perlu diterjemahkan ke dalam suatu bentuk yang lebih nyata dan permanen, yaitu pernikahan. 3. Legitimasi sex dan anak, secara tradisional, masyarakat memberikan dukungan terhadap hubungan seksual hanya kepada mereka yang telah menyatakan komitmennya secara legal. Sedangkan lahirnya anak-anak yang tidak berasal dari pernikahan yang sah akan menimbulkan stigma sosial yang tidak dapat disepelekan. b. Pull factors, yaitu faktor-faktor daya tarik yang menetralisir kekawatiran seseorang untuk terikat dalam pernikahan yang akan mengurangi kebebasan. 26

14 Yang termasuk dalam pull factors, antara lain : 1. Persahabatan, salah satu harapan terhadap pernikahan adalah terjadinya persahabatan yang terus menerus. Banyak pasangan dalam pernikahan sesungguhnya adalah terjalinnya suatu persahabatan. 2. Berbagi, berbagi dalam gaya hidup, pikiran-pikiran, dan juga penghasilan, dianggap sebagai daya tarik seseorang untuk memasuki pernikahan. 3. Komunikasi, pasangan suami istri perlu terlibat secara mendalam dalam komunikasi yang akrab dan bermakna. Pasangan yang bahagia adalah mereka yang terampil berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal dan saling peka terhadap kebutuhan satu sama lain. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang memotivasi seseorang untuk menikah, yaitu push factor yang mendorong seseorang untuk segera memasuki pernikahan, dan pull factor yang menetralisir kekawatiran seseorang untuk terikat dalam pernikahan yang akan mengurangi kebebasan. II.B.3. Keuntungan Pasangan Yang Memiliki Keturunan Dalam Ihromi (1999), secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orangtua dari segi psikologis, ekonomis, dan sosial, yaitu : 27

15 a. Anak dapat lebih mengikat tali pernikahan Pasangan suami istri merasa lebih puas dalam pernikahan dengan melihat perkembangan emosi dan fisik anak. Kehadiran anak juga telah mendorong komunikasi antara suami istri, karena mereka merasakan pengalaman bersama anak mereka. b. Orangtua merasa lebih muda dengan membayangkan masa muda mereka melalui kegiatan anak mereka. c. Anak merupakan simbol yang menghubungkan masa depan dan masa lalu Orangtua sering menemukan kebahagiaan diri mereka dalam anak-anak mereka melalui kepribadian, sifat, nilai, dan tingkah laku mereka yang diturunkan kepada anak-anak mereka. d. Orangtua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak e. Anak merupakan sumber kasih sayang dan perhatian f. Anak dapat meningkatkan status seseorang Pada beberapa masyarakat, individu baru mempunyai hak suara setelah ia memiliki anak g. Anak merupakan penerus keturunan Untuk mereka yang menganut sistem patrilineal, seperti Cina, Korea, Taiwan, dan Suku Batak, adanya anak laki-laki sangat diharapkan karena anak laki-laki akan meneruskan garis keturunan yang diwarisi lewat nama keluarga. Keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dianggap tidak memiliki garis keturunan dan keluarga itu dianggap akan punah. h. Anak merupakan pewaris harta pusaka 28

16 i. Anak mempunyai nilai ekonomis yang penting Hal ini dikarenakan anak dapat diharapkan dapat membantu kedua orangtuanya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak dapat memberi keuntungan pada orangtua dari segi psikologis, ekonomis, dan sosial, yaitu dapat lebih mengikat tali pernikahan, orangtua merasa lebih muda, anak merupakan simbol yang menghubungkan masa depan dan masa lalu, orangtua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak, anak merupakan sumber kasih sayang dan perhatian, anak dapat meningkatkan status seseorang, anak merupakan penerus keturunan, anak merupakan pewaris harta pusaka, dan anak mempunyai nilai ekonomis yang penting. II.B.4. Penyebab Pasangan Sulit Memiliki Keturunan Kenyataan menunjukkan, 40% masalah yang membuat pasangan sulit mempunyai anak terdapat pada wanita, 40% pada pria, dan 20% pada keduanya. Jadi kedua pihak mempunyai kemungkinan sama besar pada kasus kesulitan mempunyai keturunan. Maka pemeriksaan medis juga harus dilakukan pada kedua belah pihak. Ada dua kemungkinan dalam hal sulit memiliki anak, yaitu subfertil (kurang subur) atau infertil (tidak subur). Infertilitas berhubungan dengan perubahan gaya hidup, seperti mempertahankan berat tubuh agar tetap kurus (dengan cara diet dan olahraga), merokok, penggunaan obat-obatan (seperti marijuana), menunda untuk memiliki anak, dan peningkatan kontak seksual. Menunda untuk memiliki anak adalah 29

17 faktor yang semakin berkembang di masyarakat yang biasanya dikarenakan suami dan istri memiliki karir. Menunda untuk memiliki anak ini dapat mengakibatkan fertilitas karena kesuburan wanita akan menurun seiring dengan meningkatnya usia (Beckmann, et. al., 2002). Dalam kasus subfertilitas itu ada beberapa konsep penjumlahan. Suami yang sangat subur bertemu istri yang kurang subur, bisa hamil. Suami yang kurang subur tapi istri yang sangat subur, bisa hamil juga. Keduanya kurang subur, maka sulit hamil. Sementara itu, kalau salah satu atau mungkin keduanya tidak subur, maka kondisinya sangat tidak subur (Muskibin, 2005). Lebih lanjut dijelaskan oleh Papalia & Olds (1998) bahwa infertilitas adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi kehamilan setelah minimal 12 bulan berhubungan seks tanpa pelindung. Dalam Santrock (2002), dikatakan terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan kesuburan pada wanita, yaitu : a. Masalah Ovulasi (ovulation problems) Beberapa penyebab yang berhubungan dengan masalah ovulasi ni adalah tumor pada kelenjar di bawah otak atau tumor ovarium dan thyroid yang tidak aktif. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan tumor pada kelenjar di bawah otak atau tumor ovarium adalah dengan operasi atau pembedahan. Dan pengobatan untuk thyroid yang tidak aktif adalah dengan memberikan obat. 30

18 b. Sekresi Antisperma (antisperm secretions) Penyebab dari sekresi antisperma ini belum dapat diketahui. Penyebab yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan terapi estrogen. c. Tuba fallopi tertutup (blocked fallopian tubes) Penyebabnya adalah infeksi yang diakibatkan oleh IUD, aborsi, atau penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembedahan dan memindahkan sel dari ovarium dan menempatkannya di uterus. d. Endometriosis Endometriosis adalah jaringan yang berkembang pada uterus. Penyebabnya adalah menunda kehamilan hingga usia 30an. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan pemberian hormone dan pembedahan. Endometriosis terjadi ketika lapisan kandungan bertumbuh di luar kandungan dan menyebabkan pendarahan atau penghambatan, atau bekas luka yang dapat menghambat pembuahan atau kehamilan. Dan beberapa masalah yang berhubungan dengan kesuburan pada pria, yaitu: a. Rendahnya jumlah sperma (low sperm count) Penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormone, varikokel, polutan lingkungan, dan obat-obatan (seperti kokain, marijuana, arsenic, beberapa steroid dan antibiotik). Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan terapi hormon, pembedahan, dan menghindari panas yang berlebihan. 31

19 b. Sperma kurang lincah (immobile sperm) Penyebab dari sperma yang kurang lincah adalah bentuk sperma yang tidak normal, infeksi, dan rusaknya saluran sperma. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi infeksi adalah dengan memberikan antibiotik dan untuk mengatasi rusaknya saluran sperma adalah dengan pembedahan dan pemberian antibiotik. Sedangkan untuk bentuk sperma yang tidak normal tidak ada pengobatan yang dapat dilakukan. c. Antibodi sperma (antibodies against sperm) Penyebab dari masalah antibody sperma adalah karena adanya masalah pada system kekebalan (immune system). Dan pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian obat. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab pasangan sulit memiliki anak dapat dikarenakan pasangan tersebut kurang subur atau tidak subur. Masalah kesuburan pada wanita dapat disebabkan karena masalah ovulasi (ovulation problems), sekresi antisperma (antisperm secretion), dan endometriosis. Sedangkan masalah kesuburan pada pria dapat disebabkan karena rendahnya jumlah sperma (low sperm count), sperma yang kurang lincah (immobile sperm), dan antibodi sperma (antibodies against sperm). 32

20 II.B.5. Dampak-Dampak Dari Ketidakhadiran Anak dalam Sebuah Pernikahan Ketidakhadiran anak memiliki dampak dalam kehidupan pernikahan pasangan suami istri. Dampak ini dapat dibagi dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. a. Dampak Positif Adapun yang menjadi dampak positif dari ketidakhadiran anak dalam sebuah pernikahan, adalah : 1. Pasangan akan punya banyak waktu untuk mempertimbangkan tujuan hidupnya seperti apa yang mereka inginkan dari peran keluarga dan karir mereka, pasangan akan menjadi semakin matang dan dapat menarik manfaat dari pengalaman kehidupan mereka untuk menjadi orangtua yang lebih kompeten dan pasangan akan menjadi lebih mapan dalam karir serta mempunyai penghasilan lebih banyak untuk pengeluaran perawatan anak nantinya di kemudian hari (Olds dalam Santrock, 1995). 2. Biaya hidup tidak bertambah (Kail, 2000). Ketidakhadiran anak dapat membuat pasangan tidak perlu memikirkan biaya tambahan untuk mengurus dan membesarkan anak. Kail menjelaskan membesarkan anak itu mahal, karena harus memikirkan biaya tambahan untuk membiayai sekolah anak nantinya. Sedangkan pada pasangan yang belum memiliki anak tidak perlu memikirkan hal tersebut, dan tidak perlu takut biaya hidup akan bertambah. 33

21 3. Lebih bebas untuk bepergian (Papalia, Olds, & Feldman, 2001). Pasangan yang belum memiliki anak akan lebih bebas untuk bepergian tanpa harus memikirkan tanggungjawab mereka untuk mengurus anak. Sehingga mereka lebih dapat bebas dan menikmati kehidupan yang mereka jalani. 4. Wanita tetap dapat terlihat menarik (Callan dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001). Wanita yang sedang hamil dan setelah melahirkan akan berdampak pada bentuk tubuh yang menjadi tidak proporsional. Hal inilah yang sering membuat wanita takut untuk hamil. Pada wanita yang belum memiliki anak, mereka tidak perlu takut tubuhnya menjadi tidak menarik lagi sebagai efek dari hamil dan melahirkan. b. Dampak Negatif Yang menjadi dampak negatif dari ketidakhadiran anak dalam sebuah pernikahan, adalah : 1. Van Hoose & Worth (dalam Kail, 2000) menyatakan bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan harus siap menghadapi kritik sosial dari masyarakat yang berorientasi pada anak/keturunan. Karena kebanyakan masyarakat tidak melihat ketiadaan anak sebagai sesuatu yang positif. 2. Van Hoose & Worth (dalam Kail, 2000) menyatakan bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan beresiko akan mengalami perasaan kesepian yang lebih besar di hari tuanya. 34

22 3. Mc. Quillan, Greil, White & Jacob (2003) menyatakan bahwa wanita yang sulit memiliki keturunan akan mengalami distress. Hal ini dapat terjadi karena peran seorang wanita adalah sebagai ibu dan peran sebagai ibu ini adalah identitas pokok untuk semua wanita dewasa. Sehingga jika seorang wanita belum memiliki anak, dapat menimbulkan stres dan stigma sosial. Dalam Peterson, Newton, Schulman (2006) dinyatakan bahwa stres dapat mempengaruhi beberapa hal, meliputi fungsi seksual, ketahanan dan kualitas dari hubungan, dan perubahan pada hubungan sosial dan keluarga. Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres dalam menghadapi ketiadaan anak jika dilihat dari gender. Ditemukan bahwa pria juga mengalami stres saat menghadapi keadaan infertil. Namun, stres yang dirasakannya tidak berbeda dengan stres ketika menghadapi hal lain (sumber stressor yang lain). Jadi, keadaan infertil pada pria kurang menimbulkan stres pada wanita. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa dampak positif maupun dampak negatif dari ketidakhadiran anak dalam sebuah pernikahan. Dampak positifnya meliputi pasangan dapat lebih memikirkan tujuan hidup mereka sehingga lebih dapat mengejar karir masing-masing, pasangan dapat lebih bebas bepergian, dan wanita dapat tetap terlihat menarik. Dan yang menjadi dampak negatifnya adalah pasangan harus siap menghadapi kritik sosial dari masyarakat, beresiko mengalami kesepian di hari tuanya, dan dapat mengalami distress. 35

23 III.C. Makna Hidup pada Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan Setiap pasangan yang telah menikah, pastilah memiliki gambaran dan harapan mengenai kehadiran anak dalam kehidupan pernikahan. Bahkan anak dapat merupakan salah satu motivator seseorang untuk menikah dan dapat dikatakan kebahagiaan suatu pernikahan baru dapat terwujud saat anak hadir di kehidupan pernikahan pasangan suami istri. Namun, tidak semua pasangan yang dapat dengan cepat memiliki keturunan. Ada pasangan yang harus menunggu bertahun-tahun dan mengupayakan berbagai cara untuk memiliki seorang anak. Keadaan belum memiliki keturunan ini, bukanlah suatu hal yang dinilai positif oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat akan mengkritik pasanganpasangan yang belum memiliki keturunan dan menganggap pasangan-pasangan ini tidak mampu untuk memiliki seorang anak. Kritikan dan anggapan inilah yang dapat menimbulkan stres pada pasangan (Van Hoose & Worth dalam Kail, 2000). Terlebih ketika pihak keluarga masing-masing menginginkan hadirnya seorang anak dari pasangan tersebut. Hal ini dapat membuat pasangan menjadi lebih tertekan lagi. Biasanya, keadaan belum memiliki keturunan ini dapat memunculkan konflik-konflik rumah tangga yang berkepanjangan lalu akan menimbulkan frustrasi yang kadang menyebabkan pasangan saling menyalahkan (Muskibin, 2005). Keadaan stres dan tertekan ini dapat mempengaruhi makna hidup pasangan suami istri. Dalam Blair (2004) dinyatakan bahwa makna hidup itu sendiri terdapat dalam kehidupan dan pengalaman seseorang, baik dalam keadaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Namun, makna hidup itu 36

24 tersembunyi dan butuh ditemukan. Jadi, seseorang jangan hanya menghubungkan dan mengatribusikan makna pada sesuatu tetapi harus menemukan makna dari sesuatu tersebut, dan jangan hanya memikirkan makna itu tetapi harus lebih berusaha untuk menemukan makna kehidupan itu sendiri. Maka, dalam keadaan belum memiliki keturunan, pasangan tetap dapat menemukan makna hidupnya. Karena keadaan tidak menyenangkan ini tidak sepenuhnya hanya memberi dampak negatif saja, tetapi keadaan ini tetap dapat memberi dampak positif bagi pasangan. Makna hidup pasangan dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Makna hidup suami dapat mempengaruhi makna hidup istri, dan sebaliknya makna hidup istri dapat mempengaruhi makna hidup suami. Karena salah satu metode menemukan makna hidup adalah metode pengakraban hubungan dimana dalam metode ini, baik istri maupun suami dapat saling mendukung satu sama lain dan juga saling menguatkan. Sehingga dalam keadaan yang tidak menyenangkan, dalam hal ini belum memiliki keturunan pasangan tetap dapat menemukan makna hidup mereka dan saling membantu pasangan untuk memaknai hidup ini. Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai Makna Hidup pada Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan. 37

25 Paradigma Menikah Budaya Makna Anak Belum Memiliki Anak Agama Dampak positif : - menjadi lebih mapan dalam karir - biaya hidup tidak bertambah - lebih bebas untuk bepergian - wanita dapat tetap terlihat ik Dampak negatif : - harus siap menghadapi kritik sosial - lebih rentan mengalami kesepian di hari tua - dapat mengalami stres Pasangan Suami Istri Makna Hidup Suami Makna Hidup Istri Sumber Makna Hidup: - nilai kreatif - nilai bersikap - nilai penghayatan - nilai harapan Komponen Keberhasilan Menemukan Makna Hidup: a. pemahaman diri b. makna hidup c. pengubahan sikap d. keikatan diri e. kegiatan terarah f. dukungan sosial Meaningfull Meaningless Keterangan: : saling mempengaruhi : dipengaruhi oleh 38

26 URAIAN PARADIGMA Ketika pasangan memutuskan untuk menikah, pastilah mereka memiliki pandangan tersendiri mengenai kehadiran anak dalam kehidupan pernikahan mereka. Pandangan mereka mengenai kehadiran anak dapat diperoleh dari budaya maupun agama. Di Indonesia, budaya-budayanya sangat menekankan pentingnya kehadiran anak dalam sebuah pernikahan. Hal ini terlihat dari bagaimana budayabudaya di Indonesia menempatkan salah satu dari tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan. Begitu juga dengan agama. Misalnya saja dalam agama Islam dan Kristen, sama-sama melihat bahwa tujuan dari pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan. Dari hal-hal di atas terlihatlah bahwa kehadiran anak memainkan peranan penting dalam kehidupan pernikahan. Namun, tidak semua pasangan suami istri yang dapat dengan cepat memiliki anak. Karena ada juga pasangan yang belum memiliki anak meskipun usia pernikahan mereka sudah menahun. Kondisi belum memiliki anak ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif pada pasangan. Pasangan suami istri yang merasakan dampak positif maupun negatif ini dapat melihat keadaan mereka yang belum memiliki anak sebagai sesuatu yang bermakna maupun yang tidak bermakna. Makna hidup yang dirasakan suami dapat mempengaruhi makna hidup yang dirasakan istri, begitu juga sebaliknya. Makna hidup dapat diperoleh dari sumber-sumber nilai makna hidup, yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan, nilai bersikap, dan nilai harapan. Sumber-sumber makna hidup ini dapat dijadikan pasangan sebagai salah satu cara untuk 39

27 menemukan kebermaknaan hidupnya, apakah itu bermakna (meaningful) atau bahkan tidak bermakna (meaningless). Keadaan hidup bermakna dapat terlihat dari beberapa komponen keberhasilan makna hidup, yaitu pemahaman diri, makna hidup, pengubahan sikap, keikatan diri, kegiatan terarah, dukungan sosial. 40

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga BAB II LANDASAN TEORI II.A. MAKNA HIDUP II.A.1. Definisi Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup 1. Definisi Makna Hidup Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama logoterapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah peristiwa penting dalam kehidupan seorang individu, di mana pernikahan ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendapatkan kebahagiaan, kepuasan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi topik yang diteliti 1. Kebermaknaan Hidup a. Pengertian Kebermaknaan Hidup Makna hidup menurut Frankl adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna BAB II LANDASAN TEORI A. MAKNA HIDUP A.I. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan

BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan berharga di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebermaknaan Hidup 2.1.1. Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Terlampir B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki Anak Autis Tingkat kebersyukuran orang tua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada BAB II LANDASAN TEORI A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Tokoh yang terkenal dan merupakan tokoh pelopor dari perkembangan teori makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup A. 1. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi memiliki tiga asas utama (Bastaman, 2007), yaitu: penderitaan dan kepedihan sekalipun.

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi memiliki tiga asas utama (Bastaman, 2007), yaitu: penderitaan dan kepedihan sekalipun. BAB II LANDASAN TEORI II.A. Makna Hidup II.A.1. Definisi Makna Hidup Teori mengenai makna hidup dikemukakan oleh Frankl. Teori ini kemudian dikembangkan dalam suatu istilah yang dikenal dengan logoterapi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, orang dewasa menginginkan hubungan cintanya berlanjut ke jenjang perkawinan. Perkawinan memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup. diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup. diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Makna Hidup A. Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal khusus yang dirasakan penting dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta layak dijadikan sebagai tujuan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari wawancara, observasi dan analisis antar subjek, dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan pasangan hidup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia berkembang sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Dalam proses perkembangan itu, berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perspektif Teoritis 1. Meaning of Life (Kebermaknaan Hidup) Makna hidup ( meaning of life) adalah hal hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus

Lebih terperinci

para1). BAB I PENDAHULUAN

para1). BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang 152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini banyak sekali kita mendengar kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada

BAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang didalamnya mencakup hubungan seksual, pengasuhan anak, serta pembagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sah guna melanjutkan silsilah garis keturunan dalam memelihara keberlangsungan kehidupan (Tamrin, 2009). Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup. Dalam kamus besar psikologi, menjelaskan bahwa meaning di artikan sebagai makna atau pemaknaan. Frankl (dalam Koeswara,1992),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan merupakan tujuan utama sebuah pernikahan untuk meraihnya diperlukan usaha bersama antara suami dan istri, tanpa adanya usaha dari suami dan istri maka kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu berbeda antara satu sama lain, karena pada dasarnya setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, menyesuaikan diri, dan mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai konteks komunikasi yang berbeda-beda. Salah satu konteks komunikasi yang paling sering dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan satu hal yang baru. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, dari anak anak sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi di Indonesia dan lapangan pekerjaan yang sedikit maka biaya hidup seseorang adalah masalah terbesar yang sedang di hadapi oleh sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pasti akan mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan sendiri pada dasarnya melibatkan pertumbuhan yang berarti bertambahnya usia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S.

POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S. POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S. Hubungan Suami Istri Dalam perkembangan sejarah, hubungan antar suami-istri pada kelas menengah berubah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan wanita. Sedangkan secara istilah nikah adalah akad antara pihak pria dengan wali wanita sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No 1 tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus of Control Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang menjelaskan bahwa individu berperilaku dipengaruhi ekspektasi mengenai dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa (SLB), bukan pekerjaan ringan. dibutuhkan kesabaran ekstra agar bisa mendidik murid-murid

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang wanita yang suaminya meninggal dunia, tentu tidak mudah menjalanikehidupan seorang diri tanpa pendamping. Wanita yang kehilangan pasangan merasa sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama teratur tanpa kontrasepsi, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita menimbulkan akibat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. Nama/NPM : Endah Sri Wahyuni / 10503064 Pembimbing : Dona Eka Putri, Psi., M.Psi. ABSTRAK Setiap manusia pasti menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komitmen Perkawinan 1. Pengertian Komitmen Perkawinan Dalam menjalani suatu hubungan, individu tidak lepas dari rasa ketergantungan satu dengan yang lainnya, sehingga akan muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keluarga dengan orang tua yang lengkap merupakan dambaan bagi setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan keberuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : TRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci