BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan berharga di mata Tuhan. Ayah dan ibu selalu ingin mengasihi dan dikasihi oleh seluruh anggota keluarganya, serta mampu menjalankan dengan sebaik-baiknya fungsi mereka sebagai orangtua. Sebaliknya apabila ia seorang anak, ia ingin menjadi anak berbakti dan dikasihi serta menjadi kebanggaan kedua orangtuanya. Setiap orang pasti menginginkan bagi dirinya suatu cita-cita dan tujuan hidup yang penting dan jelas yang akan diperjuangkan dengan penuh semangat, sebuah tujuan hidup yang menjadi arahan segala kegiatannya. Dan setiap orang juga pasti mendambakan dapat menjadi orang yang bertanggungjawab untuk dirinya sendiri, serta menjadi orang yang mampu menentukan sendiri apa yang akan dilakukan dan apa yang paling baik bagi dirinya dan lingkungannya (dalam Bastaman, 2007). Manusia hidup di dunia dengan penuh makna. Setiap manusia mengalami keadaan yang tidak sempurna, sehingga dapat memberikan makna bagi kehidupannya (Adler dalam Septiani, 2007). Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Makna hidup adalah suatu proses yang dicari oleh manusia secara terus menerus, setiap harinya. 1

2 Makna hidup dapat berbeda setiap harinya, bahkan setiap jam, dan dapat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Manusia selalu mencari sumber-sumber pemaknaan baru, apapun artinya, bagi pemaknaan hidupnya. Hal itu supaya ia merasa hidupnya berarti di dunia ini (dalam Bastaman, 2007). Makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, tetapi harus dicari dan ditemukan sendiri. Orang lain hanya dapat menunjukkan hal-hal yang potensial bermakna, akan tetapi kembali pada orang itu sendiri untuk menentukan apa yang dianggapnya bermakna (dalam Budiraharjo, 1997). Keinginan untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama dan mendasar pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap orang untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti kegiatan bekerja dan berkarya, agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga (dalam Barnes, 2000). Hasrat untuk hidup bermakna ini sama sekali bukan sesuatu yang khayali dan diada-adakan, melainkan suatu fenomena kejiwaan yang nyata dan dirasakan pentingnya dalam kehidupan seseorang. Penelitian-penelitian di beberapa negara maju menunjukkan bahwa hasrat untuk hidup bermakna benar-benar ada dan dihayati orang atau sekurang-kurangnya diyakini perlunya dalam kehidupan. Misalnya penelitian empiris di Perancis dan Wina menunjukkan bahwa 98% dari responden sepakat perlu adanya tujuan hidup, dan 61% menyatakan adanya hal-hal yang mereka anggap bermakna dalam kehidupan mereka (dalam Bastaman, 2007). Makna hidup, bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (happiness). Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, 2

3 dan dapat ditemukan dalam keadaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, keadaan bahagia maupun penderitaan. Dalam kehidupan seseorang, mungkin saja hasrat untuk hidup secara bermakna ini tidak terpenuhi, antara lain karena kurang disadari bahwa dalam kehidupan itu sendiri dan pengalaman masing-masing orang terkandung makna hidup yang potensial yang dapat ditemukan dan dikembangkan (dalam Bastaman, 2007). Kebermaknaan hidup dapat diwujudkan dalam sebuah keinginan untuk menjadi orang yang berguna untuk orang lain, apakah itu anak, istri, keluarga dekat, komunitas, dan negara, atau bahkan umat manusia. Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tidak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis (dalam Bastaman, 2007). Kebermaknaan dan ketidakbermaknaan hidup dapat pula dirasakan oleh pasangan suami istri dalam kehidupan pernikahan mereka. Patmonodewo, dkk (2001) menyatakan pernikahan adalah peristiwa penting dalam kehidupan seorang individu, dimana pernikahan ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendapatkan kebahagiaan, kepuasan, cinta kasih, dan keturunan. Ketika pasangan telah menikah, pastilah mereka menginginkan untuk segera memiliki anak. Namun, ada juga pasangan yang sulit memiliki anak dan sedang berusaha untuk segera memiliki anak. Larasati (2006) mengungkapkan bahwa secara psikologis, kehadiran anak di dalam keluarga memang bisa semakin menyemarakkan suasana. Kerinduan untuk memiliki anak diungkapkan oleh seorang suami R berikut ini : 3

4 Yah, terkadang iri hati juga lihat orang lain yang sudah punya anak, tapi saya belum. Awalnya, memang saya pernah mikir nanti aja punya anaknya. Belum siap sih, takut keuangannya belum cukup. Ngasuh anak kan gak murah. Tapi sekarang sudah hampir dua tahun tapi belum dikasih juga. Nyesal juga sih dulu mikir seperti itu (Komunikasi Personal, 12 Agustus 2007). Kehadiran seorang anak dalam sebuah pernikahan merupakan salah satu motivator seseorang untuk menikah. Bahkan dapat dikatakan kebahagiaan suatu pernikahan baru dapat terwujud manakala ada celoteh anak-anak yang hadir meramaikan kehidupan rumah tangga (Muskibin, 2005). Jika melihat kenyataan di atas, terlihat bahwa, kehadiran anak memiliki makna tersendiri dalam kehidupan pasangan yang telah berumahtangga. Dalam Ihromi (1999) dinyatakan bahwa kehadiran anak dalam keluarga dapat memberi manfaat positif bagi pasangan suami istri dari segi psikologis, ekonomis, dan sosial. Salah satunya adalah pasangan suami istri tersebut akan memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak. Beberapa budaya di Indonesia ternyata sangat menekankan pentingnya kehadiran anak dalam kehidupan pernikahan. Misalnya saja, dalam kehidupan Budaya Tapanuli atau Suku Batak. Salah satu tujuan hidup orang Batak adalah mencapai hagabeon atau memiliki (banyak) keturunan terutama anak laki-laki. Bagi orang Batak yang tidak mempunyai anak laki-laki, tujuan tersebut diupayakan dengan mengadopsi anak laki-laki (Irianto, 2005). Tidak hanya Suku Batak saja yang melihat pentingnya kehadiran anak dalam sebuah pernikahan. Masyarakat Nusa Tenggara Timur juga menyatakan bahwa salah satu tujuan pernikahan menurut adat masyarakat Nusa Tenggara 4

5 Timur adalah untuk meneruskan keturunan. Selain itu, di daerah Nusa Tenggara Barat dan Jawa Barat, menyatakan bahwa tujuan pernikahan menurut adat mereka adalah untuk menjaga kelangsungan keturunan. Begitu juga dengan suku-suku yang terdapat di daerah Kalimantan Timur seperti Suku Dayak Tanjung dan Suku Dayak Benuaq yang melihat bahwa tujuan terpenting dari pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan (dalam Suwondo, 1979). Sejalan dengan budaya-budaya di atas, kehadiran anak juga memiliki makna tersendiri jika dilihat dari sudut pandang agama. Dalam agama Islam misalnya, salah satu tujuan pernikahan adalah untuk memenuhi kebutuhan biologis yang mendasar untuk berkembang biak (dalam Doi, 1996). Hal ini ditekankan kembali oleh Suryaningsih (2006) yang menyatakan bahwa tujuan pernikahan ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam. Namun yang terpenting dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha untuk mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah. Gereja Katolik juga mengemukakan dua tujuan pokok pernikahan. Yang pertama adalah kebersamaan seumur hidup sebagai suami istri. Sedang yang kedua adalah keturunan, di mana Gereja Katolik juga berharap bahwa dua orang yang menikah sama-sama mau dan mampu menurunkan dan mendidik anak-anak (Seger, 2007). Hal yang sama juga terlihat dalam agama Kristen Protestan. Tujuan pernikahan menurut agama Kristen Protestan adalah sebagai persekutuan suami istri untuk mengusahakan dan memelihara kehidupan (Subandrijo, 2003). 5

6 Melihat betapa pentingnya kehadiran anak dalam sebuah pernikahan, maka tidaklah heran jika setiap pasangan yang telah berumahtangga berusaha untuk secepat mungkin memiliki anak. Namun, menurut catatan Fertilityfact (2007), sebuah website yang khusus membahas mengenai fertilitas, menyatakan bahwa setidaknya ada 90 juta pasangan di dunia yang sedang berusaha untuk memiliki anak. Bahkan karena sulitnya memiliki anak tersebut, dapat menimbulkan stres yang mendalam pada pasangan-pasangan tersebut (Fatia, 2005). Pada manusia, kehamilan dapat terjadi hanya ketika sperma bertemu dengan sel telur. Umumnya, sperma mempunyai kemampuan membuahi sel telur sampai 72 jam. Pasangan yang subur (fertil) yang berusaha untuk memiliki anak atau yang telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi membutuhkan kira-kira 5,3 bulan untuk hamil (dalam Masters, 1992). Nyatanya, ada juga pasangan yang telah melakukan hubungan seksual selama lebih dari 12 bulan tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum juga mendapatkan anak. Keadaan tersebut disebut infertilitas (dalam Papalia & Olds, 1998). Ketidakmampuan untuk memiliki anak akan mengakibatkan beban emosional yang besar pada pasangan yang mengalami keadaan infertil. (Beckmann, et. al., 2002). Dari sekian banyak pasangan yang sulit memiliki anak, terdapat pasangan suami istri yang telah membina rumah tangga selama tujuh tahun namun belum juga dikaruniai keturunan. Sebagai istri, R (32 tahun), merasa stres karena belum juga dikaruniai anak yang diimpikannya. Berikut kutipan pernyataannya yang dikutip dalam harian Pikiran Rakyat : 6

7 Terkadang saya seperti orang gila. Saking stresnya, saya sering menggugat Tuhan. Kok orang begitu mudah memiliki anak, sedangkan saya sudah berusaha kesana kemari tidak juga mendapatkan. Begitu banyak orang yang menyia-nyiakan anak, saya cukup diberi satu saja sudah sangat bersyukur. Van Hoose & Worth (dalam Kail, 2000) menyatakan pasangan yang tak kunjung memiliki anak harus siap menghadapi kritik sosial dari masyarakat yang berorientasi pada anak, karena masyarakat tersebut tidak melihat keadaan belum memiliki anak sebagai sesuatu yang positif. Hal ini terlihat dari ungkapan hati L (31 tahun) yang tertekan terhadap pernyataan orang di sekitarnya karena di usia pernikahan yang menginjak enam tahun belum juga dikaruniai anak. Berikut kutipannya: Sebagai seorang istri, aku sudah merasa cukup galau karena belum juga hamil tapi pertanyaan-pertanyaan seputar kehamilan yang dilayangkan orang-orang kepadaku, justru semakin membuatku tertekan. Padahal menurut dokter, tidak ada masalah dengan kesehatan reproduksiku. Sebagai istri, L, seringkali merasa menjadi pihak yang tersudutkan setiap kali bertemu dengan kerabat atau keluarga, terutama mertua, karena pertanyaan yang muncul selalu berkisar tentang tanda-tanda kehamilan (Majidi, 2007). Pasangan suami istri A dan M yang telah membina rumah tangga selama lebih dari lima tahun juga menghadapi masalah perguncingan akibat belum memiliki anak. A dan M menyatakan lima tahun pertama pernikahan mereka merupakan tahun terberat karena orang di sekitar mereka kerap mempertanyakan alasan mereka belum memiliki anak. Awalnya, ucapan atau anjuran negatif yang disampaikan orang membuat mereka kesal bahkan marah. Karena ada saja orang yang menganjurkan agar mereka bercerai dan menikah lagi agar mereka 7

8 mendapatkan anak, bahkan ada pula yang menganjurkan agar suaminya menikah lagi demi mendapatkan keturunan (Majidi, 2007). Seringkali terjadi bila suami istri tidak kunjung memiliki anak, yang muncul kemudian adalah konflik-konflik rumah tangga berkepanjangan. Bermula dari rasa saling curiga hingga berujung pada pertengkaran-pertengkaran tentang siapa yang bersalah. Konflik-konflik ini sangat mungkin terjadi bagi mereka yang menjadikan anak sebagai tujuan utama pernikahan. Bila anak tidak kunjung hadir, salah satu pihak atau keduanya merasa kecewa dengan ketiadaan anak lalu menimbulkan frustrasi, yang kadang menyebabkan pasangan saling menyalahkan (Muskibin, 2005). Bahkan dalam penelitian yang dilakukan pada wanita di Midwestern menunjukkan ketidakhadiran anak dapat menimbulkan distress (Mc. Quillan, Greil, White, & Jacob, 2003). Inamujur (2007), dalam sebuah website, mengungkapkan kesedihan dan konflik yang terjadi dalam rumah tangganya sebagai berikut: Dear all...sekarang Ina sedih banget, karena jadi sering bertengkar dengan suami karena masih belum dikaruniai anak. Suami terus menyalahkan Ina, karena katanya postur tubuh Ina yang gemuk (tapi Ina sudah diet dan berat badannya udah dikit) dan Ina punya kista yang ukurannya terakhir itu 4 cm (itu beberapa bulan yang lalu, kurang lebih 3 bulanlah). Ina jadi sedih banget dan terus terang batin Ina seperti diiris-iris setiap kali menjadikan Ina sebagai faktor utama keluarga kami belum dikaruniai anak. Padahal kondisi yang sebenarnya menjadi salah satu faktor, kami berdua sama-sama capek. Kadang suami Ina masih sibuk mengerjakan kerjaan kantor sampe jam 12-1 malam. Kami jarang bertemu, wah...pokoknya banyak dech kendalanya, tapi kok hanya Ina ya yang disalahkan... Menurut data statistik mengenai perceraian di Amerika Serikat pada awal abad 20, Cohen (dalam Ihromi, 1999), menemukan bahwa status sebagai orangtua mempengaruhi kebertahanan sebuah pernikahan. Status sebagai orangtua diartikan 8

9 sebagai suatu kondisi dimana pasangan suami istri yang menikah mempunyai anak selama pernikahan mereka. Perceraian lebih banyak terjadi pada pasangan yang tidak mempunyai anak (childless marriages). Sebagai contoh dikemukakan bahwa pernikahan dari pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak, 71% diantaranya berakhir dengan perceraian, sementara hanya 8% perceraian terjadi di kalangan pasangan suami istri yang mempunyai anak. Hurlock (1999) juga menekankan ketidakhadiran anak dapat mempengaruhi stabilitas sebuah pernikahan. Disebutkan bahwa perceraian lebih banyak terjadi karena pasangan tidak mempunyai anak atau hanya mempunyai beberapa anak daripada karena pasangan mempunyai banyak anak. Hal ini dialami oleh pasangan A dan M yang telah membina rumah tangga lebih dari lima tahun. Walaupun mereka pada akhirnya tidak bercerai, namun banyak sekali anjuran-anjuran negatif agar mereka bercerai saja. Anjuran-anjuran ini dapat mempengaruhi stabilitas sebuah pernikahan, karena pasangan merasa tersudutkan dan tertekan dengan anjurananjuran negatif seperti itu. Keadaan belum memiliki anak, sebenarnya bukanlah suatu kondisi yang hanya memberikan dampak negatif saja. Pada beberapa pasangan, keadaan ini justru adalah hal yang banyak memberikan dampak positif. Misalnya saja, pasangan akan punya banyak waktu untuk mempertimbangkan tujuan hidupnya, pasangan akan menjadi semakin matang, dan pasangan akan menjadi lebih mapan dalam karir (Olds dalam Santrock, 1995). Sedangkan Callan (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan dampak positif pasangan yang belum memiliki anak adalah mereka dapat lebih bebas untuk bepergian dan istri tidak perlu cemas 9

10 dirinya menjadi tidak menarik. Karena ketika hamil dan melahirkan, terjadi perubahan dalam berat tubuh wanita sehingga wanita seringkali merasa dirinya menjadi tidak menarik lagi setelah melahirkan. Pasangan yang menganjurkan kehadiran anak dalam kehidupan mereka akan mengupayakan berbagai cara agar mereka dapat memiliki anak. Banyak cara dan upaya yang dapat dilakukan oleh pasangan yang menginginkan kehadiran anak. Upaya yang biasa dilakukan adalah dengan mengadopsi anak. Di kalangan masyarakat, ada pasangan yang memilih mengadopsi anak sebagai pancingan untuk memperoleh anak. Akan tetapi, ada juga pasangan yang mengadopsi anak dikarenakan berbagai cara yang telah dilakukan tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Selain mengadopsi anak, terdapat beberapa cara baru untuk memiliki anak dengan bantuan medis. Yang pertama adalah inseminasi buatan (artificial insemination), yaitu dengan cara memasukkan sperma suami ke dalam rahim istri. Cara ini dilakukan ketika suami memiliki jumlah sperma yang sedikit. Jika suami infertil, pasangan dapat memilih inseminasi buatan dengan donor sperma dari orang lain. Cara lain adalah in vitro fertilization (IVF) yaitu fertilisasi di luar tubuh ibu, yang lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung. Cara ini sangat efektif untuk wanita yang tuba fallopinya telah rusak. (Papalia & Olds, 1998). Melihat kenyataan di atas, tampaklah bahwa kehadiran anak tersebut sedikit banyak dapat mempengaruhi kehidupan pernikahan pasangan. Bahkan dapat mempengaruhi makna hidup pasangan. Maka dari itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Makna Hidup pada Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan 10

11 metode pengumpulan data secara wawancara dan akan dilakukan observasi pada pasangan yang belum memiliki keturunan. I.B. Identifikasi Masalah Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Bagaimana Makna Hidup pada Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan. I.C. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai gambaran makna hidup pada pasangan yang belum memiliki keturunan, usahausaha yang telah dilakukan untuk mendapatkan keturunan, dan bagaimana menyikapi keadaan belum memiliki keturunan. I.D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat mengenai gambaran makna hidup pada pasangan yang belum memiliki keturunan, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan secara umum dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan psikologi, khususnya Psikologi Klinis dalam melihat makna hidup pada pasangan yang belum memiliki keturunan. 2. Manfaat Praktis 11

12 Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi para pasangan yang belum memiliki keturunan, sehingga pasangan akan dapat saling melihat bahwa di tengah-tengah persoalan rumah tangga, yang dalam hal ini adalah sulitnya memiliki keturunan, mereka masih dapat membuat hidup mereka lebih bermakna dan membuat kehidupan pernikahan mereka lebih bahagia. I.E. Sistematika Penelitian Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah : Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini akan memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang berhubungan dengan makna hidup, pengertian pernikahan, motivasi seseorang untuk menikah, sebab-sebab pasangan sulit memiliki keturunan, keuntungan-keuntungan memiliki keturunan, serta dampak positif dan dampak negatif belum memiliki keturunan. 12

13 Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, metode pengumpulan data, populasi, dan metode pengambilan sampel. BAB IV Hasil dan Analisis Hasil Penelitian mengenai analisa data dan interpretasi data yang menguraikan tentang data pribadi responden, analisa data yang meliputi hubungan dengan pasangan, makna anak, dampak-dampak yang dirasakan dari ketidakhadiran anak, sumber-sumber makna hidup, dan makna hidup pada responden. BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran berisi kesimpulan, diskusi dan saran mengenai makna hidup pada pasangan yang belum memiliki keturunan. Kesimpulan berisikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Diskusi berisikan data-data atau temuan yang tidak dapat dijelaskan dengan teori atau penelitian sebelumnya karena merupakan hal baru, serta saran yang berisi saran-saran praktis sesuai dengan hasil dan masalah-masalah peneliitian, dan saran-saran metodologis untuk penyempurnaan penelitian lanjutan. 13

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah peristiwa penting dalam kehidupan seorang individu, di mana pernikahan ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendapatkan kebahagiaan, kepuasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan wanita. Sedangkan secara istilah nikah adalah akad antara pihak pria dengan wali wanita sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup. diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup. diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Makna Hidup A. Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal khusus yang dirasakan penting dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta layak dijadikan sebagai tujuan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara biologis, setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Kemampuan bereproduksi (menghasilkan keturunan) ini merupakan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, orang dewasa menginginkan hubungan cintanya berlanjut ke jenjang perkawinan. Perkawinan memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana

BAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana BAB II LANDASAN TEORI II.A. Makna Hidup II.A.1. Pengertian Makna Hidup Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana kemudian teori ini kemudian dituangkan ke dalam suatu terapi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan pasangan hidup untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari wawancara, observasi dan analisis antar subjek, dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No 1 tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

Lebih terperinci

para1). BAB I PENDAHULUAN

para1). BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan BAB I PENDAHULUAN I.A.Latar Belakang Masalah Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan interpersonal lainnya, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami perkembangan seumur hidupnya. Perkembangan ini akan dilalui melalui beberapa tahap. Setiap tahap tersebut sangat penting dan kesuksesan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan. Kehadiran anak merupakan hal yang sangat dinantikan, bukan hanya oleh pasangan yang menikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keharmonisan serta menjadi dambaan bagi pasangan suami istri. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keharmonisan serta menjadi dambaan bagi pasangan suami istri. Meskipun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan pernikahan adalah salah satu indikator yang menentukan keharmonisan serta menjadi dambaan bagi pasangan suami istri. Meskipun demikian untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan satu hal yang baru. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, dari anak anak sampai

Lebih terperinci

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?... Identitas diri: 1. Jenis kelamin : Pria / Perempuan 2. Status pernikahan : Menikah / Tidak Menikah 3. Apakah saat ini Anda bercerai? : Ya / Tidak 4. Apakah Anda sudah menjalani pernikahan 1-5 tahun? :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan ikatan dan janji bersama seumur hidup antara pria dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama. Duvall

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.

Lebih terperinci

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang menurut Havighurst

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahaptahap perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal,

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa langgeng hingga usia senja bahkan sampai seumur hidupnya. Kenyataan justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang wanita yang suaminya meninggal dunia, tentu tidak mudah menjalanikehidupan seorang diri tanpa pendamping. Wanita yang kehilangan pasangan merasa sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sah guna melanjutkan silsilah garis keturunan dalam memelihara keberlangsungan kehidupan (Tamrin, 2009). Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental yaitu dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kehadiran seorang anak dalam suatu perkawinan merupakan anugerah yang sangat istimewa, bahkan tidak ternilai harganya. Setiap pasangan suami istri selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, darah atau adopsi (Burgess & Locke, dalam Khairuddin, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, darah atau adopsi (Burgess & Locke, dalam Khairuddin, 1997). BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi (Burgess & Locke, dalam Khairuddin, 1997). Keluarga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semasa hidup, manusia akan melewati tahap-tahap perkembangan tertentu. Perkembangan manusia diawali dari pertumbuhan janin di dalam rahim hingga masa lansia. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

SUSI RACHMAWATI F

SUSI RACHMAWATI F HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan keluarga yang sejahtera, pastilah menjadi impian setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan keluarga yang sejahtera, pastilah menjadi impian setiap orang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan keluarga yang sejahtera, pastilah menjadi impian setiap orang. Merasa nyaman, diterima, dipercaya dalam keluarga dan yang terpenting, keluarga bisa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki keluarga yang utuh dan bahagia tidak hanya menjadi impian sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang anakpun menginginkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Noorfi Kisworowati F 100 050 234

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta meneruskan keturunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan merupakan tujuan utama sebuah pernikahan untuk meraihnya diperlukan usaha bersama antara suami dan istri, tanpa adanya usaha dari suami dan istri maka kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008) 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika putri saya meninggal dunia, saya merasa kehilangan bagian dari diri saya. Saya merasa tidak utuh dan segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi. Beberapa hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

Fertilisasi In Vitro. Hanya 7 Hari. Memahami

Fertilisasi In Vitro. Hanya 7 Hari. Memahami Hanya 7 Hari Memahami Fertilisasi In Vitro Dr. Wiryawan Permadi, Sp.OG (K) - Ahli Kesuburan Dr. Tono Djuwantono, Sp.OG (K) - Ahli Kesuburan Drs. Harris Herlianto (Embriologis) Danny Halim, S.Ked. RF.KKS.03.06.2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi pasangan suami istri memiliki keturunan merupakan hal yang di sangat diharapkan. Namun, sebanyak 15% pasangan didunia memiliki gangguan kesuburan atau infertilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan memilih dilahirkan dalam keluarga yang harmonis, hangat, dan penuh kasih sayang. Keluarga demikian

Lebih terperinci