PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LOKASI Disusun oleh: Nicolaus Pramudya ( ) Maria Fransiska Rina ( ) Bernadeta Mewi P. ( ) Melia Resita Puji K. ( ) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2 KATA PENGANTAR Dalam rangka proses perkuliahan Manajemen Operasi yang sedang kami ikuti,kami mendapatkan tugas untuk membahas materi perencanaan lokasi.oleh karena itu kami membuat makalah ini untuk memudahkan kami dalam proses pembelajaran. Oleh karna itu,makalah ini juga dapat digunakan sebagai dasar berpikir bagi pemecahan masalah-masalah manajemen operasi,khususnya materi perencanaan lokasi yang telah kami rangkum dan kami simpulkan dalam makalah ini. Kritik dan saran dari segenap pembaca dan pemakai,baik dosen,mahasiswa maupun peminat lainnya sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini dikemudian hari.pada kesempatan ini tm penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan menyempatkan membaca makalah ini. Yogyakarta, 28 agustus 2012 Tim Penyusun 2

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar isi...ii Pendahuluan...1 Latar Belakang...1 Rumusan Masalah...1 Tujuan...2 Pembahasan...3 A. Pertimbangan Pemilihan lokasi...3 B. Langkah-langkah Dalam Menentukan Lokasi...9 C. Metode Pemilihan Lokasi...12 Penutup...14 Kesimpulan...14 Saran...14 Daftar Pustaka...i 3

4 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada dasarnya lokasi untuk semua usaha pabrik dan jasa merupakan hal yang penting karena berkaitan langsung dengan efisiensi dan efektivitas bisnis. Lokasi menjadi salah satu faktor keunggulan dalam bersaing dengan bisnis lainnya sehingga lokasi yang akan digunakan memiliki nilai strategis bagi kelangsungan suatu usaha. Selain itu lokasi yang dipilih sebaiknya mudah dalam mencapai pasar atau dicapai oleh pelanggannya. Lokasi yang tepat akan mempunyai pengaruh positif bagi kelangsungan usaha. Oleh karena itu, dalam penentuan lokasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh. Selain itu, juga perlu melihat prospek lokasi tersebut pada masa yang akan datang. Lokasi yang dipilih sebaiknya dapat mendukung untuk mendatangkan keuntungan terbesar serta berpotensi tinggi untuk kegiatan usaha. Rumusan Masalah Apa pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik? Bagaimana langkah-langkah dalam menentukan lokasi? Apa saja metode yang digunakan dalam memilih lokasi? 4

5 Tujuan Dalam penyusunan makalah ini,kami berharap dapat membantu pembaca untuk dapat memilih lokasi tempat usaha seperti lokasi pabrik maupun jasa usaha yang sesuai dengan kebutuhan usaha dalam rangka mempengaruhi perkembangan usaha dan kebutuhan bertahan dalam jangka panjang,serta memberi beberapa saran untuk langkah-langkah dalam menentukan lokasi dan metode-metode yang dapat digunakan dalam memilih lokasi sebagai langkah awal dalam karya usaha. 5

6 PEMBAHASAN A. PERTIMBANGAN PEMILIHAN LOKASI Manajemen perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktordalam melakukan pemilihan lokasi usaha. Faktor-faktor tersebut antara lain : Harga tanah, biaya gedung, kondisi tanah, dan kemungkinan ekspansi Kedekatan dengan sumber bahan baku Kedekatan degan tenaga kerja dan biaya tenaga kerja Kedekatan dengan sumber energi Kedekatan dengan pasar Tersedianya sarana dan prasarana Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi usaha karena baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada perkembangan usaha yang akan dilakukan, sejalan dengan pernyataan Russel dan Taylor (2000) yang menyatakan bahwa dalam pemilihan lokasi untuk usaha banyak terkait dengan kebutuhan untuk tetap bertahan dalam jangka panjang (survival the longrun). Misalnya usaha yang bergerak di bidang jasa, jasa sangat tergantung pada derajat tingkat kejenuhan pasar atas produknya, sehingga penempatan lokasi usaha sangat penting bagi keberlangsungan usaha mereka dan benar-benar menjadi bagian dari produk mereka. Menurut Dervitsiotis (1987) berpandangan bahwa pemilihan lokasi berada di tangan top management sebuah perusahaan. Dalam pemilihan lokasi itu, manajemen puncak perlu memperhitungkan pertimbangan berikut : 6

7 a. Lokasi berkaitan dengan investasi jangka panjang yang sangat besar jumlahnya yang berhadapan dengan kondisi-kondisi yang penuh ketidakpastian. b. Lokasi menentukan suatu kerangka pembatas atau kendala operasi yang permanen (mencakup undang-undang, tenaga kerja, masyarakat, dan lain-lain) dan kendala itu mungkin sulit dan mahal untuk diubah. c. Lokasi mempunyai akibat yang signifikan dengan posisi kompetitif perusahaan, yaitu akan meminimumkan biaya produksi dan juga pemasaran keluaran yang dihasilkan. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi usaha harus dilakukan oleh usahawan. Pertimbangan yang ada menurut Russel dan Taylor (2000), Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001) dan Chase, Aquilano (1995) yang perlu mendapatkan perhatian manajemen adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan Jangka Panjang Perusahaan Manajemen perlu mempertimbangkan kemungkinan memperluas areal jika di masa yang akan datang itu perusahaan akan melakukan ekspansi atau peningkatan kapasitas atau jika perusahaan akan melakukan kebijakan diversifikasi atas produk yang dihasilkan. Maka lokasi yang dipilih untuk membuka usaha harus bisa menjamin kelancaran aliran bahan baku, dan aliran penyaluran keluaran yang dihasilkan. 2. Kedekatan dengan Sumber Bahan Dalam hubungan dengan bahan baku yang akan diolah, ada 2 kenyataan yang mungkin dihadapi oleh perusahaan dalam penentuan lokasi usaha : Raw materials orientation industry (lokasi dekat dengan sumber bahan baku) 7

8 Ciri-cirinya : a) Usaha memerlukan bahan baku dalan volume besar b) Bahan baku sulit diangkut c) Beratnya berkurang dalam proses pengolahan d) Angkutan hasilnya lebih mudah e) Harga bahan baku relatif murah f) Tersedianya bahan baku secara melimpah hanya di tempat tertentu Contoh : pabrik semen, pabrik peleburan besi, kilang minyak, pabrik gula, dll. Market orientation industry (lokasi dekat dengan pasar) Ciri-cirinya : a) Volume bahan baku besar tetapi bahan bakunya mudah diangkut b) Beratnya bertambah dalam proses pengolahan c) Angkutan hasilnya lebih sulit d) Barang yang dihasilkan mudah rusak Contoh : pabrik minuman dalam kemasan botol, pabrik pengalengan ikan, cold storage, dll. 3. Kedekatan dengan Pasar Perusahaan industri lebih cenderung untuk memilih lokasi yang dekat dengan pasar (proximity to markets) 4. Iklim Bisnis Pemerintah memiliki peraturan yang berhubungan dengan kegiatan bisnis termasuk pengaturan lokasi industri, yaitu untuk melokasikan industri di suatu areal agar memudahkan mengatur kegiatan industri di daerahnya. Di kawasan itu 8

9 perusahaan industri diberikan subsidi tertentu, insentif pengurangan pajak, dan penyediaan fasilitas pendukung lain untuk mendorong perusahaan industri masuk ke lokasi yang ditunjuk. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong terciptanya iklim bisnis yang kondusif dan memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan. 5. Biaya Total Produksi Tujuan dari kriteria ini adalah mendorong usaha industri ataupun jasa untuk memilih lokasi yang meminimumkan biaya operasi perusahaan. Namun, ada 2 permasalahan yang mungkin muncul berkaitan dengan pemilihan lokasi yang berbasis biaya minimal : a) Perusahaan kehilangan respons dari pelanggan karena lokasinya sulit dijangkau atau jauh dari konsentrasi konsumennya b) Perpindahan barang preproduksi yang berlebihan di antara lokasi-lokasi sebelum menyerahkan produk akhir kepada pelanggan 6. Ketersediaan Infrastruktur Perusahaan industri ataupun jasa memerlukan dukungan berbagai macam prasana. Pemerintah diharapkan mampu untuk menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh usahawan, dimana sarana dan prasarana itu akan menjadi insentif dalam pemilihan lokasi. 7. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kualitas Tenaga Kerja Di lokasi harus tersedia pasokan tenaga kerja yang diperlukan oleh usahawan. Pasokan tenaga kerja yang memadai, upah relatif murah, sikap dan perilaku tenaga kerja yang tersedia untuk mengikuti pendidikan dan latihan menjadi bagian dari pertimbangan pemilihan lokasi. 8. Ketersediaan Pembekal (Presence of Supplier) 9

10 Pembekal adalah mitra usahawan dalam mengelola bisnisnya. Pembekal yang andal adalah tulang belakang dari berdirinya usaha. Maka, tersedianya pembekal akan menjadi daya tarik dalam pemilihan lokasi. 9. Kebijaksanaan Pemerintah dan Risiko Politik Beberapa negara memberikan pembatasan dalam penempatan usaha asing di negaranya. Pembatasan dapat berupa keharusan menggunakan bahan lokal, memanfaatkan tenaga kerja lokal, dan kewajiban untuk melakukan alih teknologi. Pembatasan ini dapat menjadi salah satu penghambat dalam pembuatan keputusan pemilihan lokasi. 10. Zona Perdagangan Bebas Beberapa negara menunjuk wilayah tertentu di negaranya sebagai kawasan perdagangan bebas dengan berbagai insentif pajak di dalamnya. Misalnya, semua negara di kawasan ASEAN harus meminimalkan pembatas menuju perdagangan bebas dengan mencabut bea masuk dan menetapkan bahwa kawasan ASEAN masuk ke sistem perdagangan bebas pungutan. Pemberian insentif ini dimaksudkan untuk mendorong pemodal asing memilih lokasi di wilayah suatu negara yang menerapkan sistem yang sama. 11. Blok Perdagangan Dewasa ini banyak dijumpai kolaborasi beberapa negara di kawasan tertentu untuk membuat blok perdagangan. Seperti, Benelux (Belgia, Netherland, Luxemburg) dan NAFTA (North American Free Trade Agreement) yang membawa dampak terhadap pemilihan lokasi dari perusahaan multinasional, yaitu mendorong negara peserta akan memilih lokasi di kawasan itu untuk mendapatkan insentif ataupun mendapat peluang pasar yang baru, begitu juga dengan negara di luar peserta. 10

11 12. Keamanan Faktor keamanan merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan oleh pengusaha dalam memilih lokasi. Tanpa jaminan keamanan, usahawan akan raguragu menanamkan modalnya di daerah yang bersangkutan. 13. Aturan Lingkungan Semakin sadar akan kelestarian lingkungan maka isu lingkungan menjadi penting dalam pemilihan lokasi. Aturan tentang pelabelan lingkungan atas produk yang dipasarkan di pasar dunia (Ecolabelling), semua negara membatasi emisi CO 2 di udara, larangan penggunaan CFC dan lain sebagainya. Maka, pemilihan lokasi menjadi semakin sulit sebab selain harus mempertimbangkan aspek ekonomi juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, politik, dan keamanan. 14. Penerimaan Masyarakat Lokal Penerimaan masyarakat lokal terhadap kehadiran perusahaan di suatu daerah juga penting untuk diperhatikan. Segala macam aspek di daerah setempat perlu untuk diperhitungkan. Sehingga, penerimaan masyarakat akan menjadi jaminan terhadap keamanan dan kestabilan bisnis di masa datang. 15. Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing diciptakan pada suatu homebase (tempat kedudukan)dengan disertai rumusan strategi tertentu, produk inti, dan teknologi proses diciptakan, dan suatu kebijakan produksi massa perlu dipertimbangkan. Perusahaan perlu memindahkan homebase perusahaannya dari satu negara ke negara yang lain untuk merangsang inovasi dan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk daya saing global. Begitu juga dengan perusahaan domestik yang berusaha mendapatkan keunggulan kompetitif dengan memperhitungkan daya topang lokasi. 11

12 B. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENENTUKAN LOKASI Berbagai macam faktor berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan sebuah usaha. Salah satu yang utama ialah lokasi. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan sebuah tugas yang harus diselesaikan bahkan jauh-jauh hari sebelum usaha dijalankan. Apapun usaha yang Anda jalankan, sebuah lokasi yang tepat diharapkan dapat memberikan sebuah daya dorong terhadap pertumbuhan usaha secara nyata. Sering ditemui adanya usaha yang kurang berkembang karena terkendala faktor lokasi. Lokasi yang mereka pilih tidak strategis dan kurang menguntungkan dalam sudut pandang bisnis. Dalam menentukan lokasi sebaiknya dilakukan suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang teratur dan terpimpin, rangkaian kegiatan ini seharusnya dilaksanakan dengan mengikuti tahap-tahap berikut: 1. Merumuskan sasaran pemilihan tempat kedudukan perusahaan. Sasaran pemilihan lokasi adalah: penentuan tempat yang dapat memberikan keuntungan bagi sebanyak mungkin mungkin pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang terdiri dari pemilik, pengelola, tenaga kerja, konsumen, pemasok, masyarakat setempat, dan pemerintah. 2. Merumuskan batas-batas atau kendala-kendala. Ini meliputi jumlah, jenis, dan harga seluruh sumberdaya yang dibutuhkan di dalam kegiatan pengolahan, termasuk di dalamnya batasan-batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam bentuk peraturan-peraturan. 3. Merumuskan norma-norma keputusan. 12

13 Yang dimaksud dengan norma keputusan dalam perencanaan lokasi adalah suatu keadaan atau tingkat yang apabila sudah dicapai maka pilihan tempat lokasi yang sudah mencapainya sudah memenuhi syarat. 4. Menghubungkan norma-norma keputusan dengan sasaran-sasaran pemilihan lokasi. Sasaran pemilihan lokasi adalah untuk mendapatkan kesempatan membayar pengangkutan yang paling kecil, maka norma-norma keputusan dapat dirumuskan sehingga apabila norma-norma itu terpenuhi maka jumlah biaya pengangkutan akan timbul dalam jumlah yang paling kecil di antara berbagai pilihan atau kemungkinan. 5. Membentuk model-model pengambilan keputusan. Suatu model adalah penyederhanaan atas sifat-sifat yang sebenarnya dari suatu rangkaian kegiatan yang menunjukkan hubungan-hubungan antara sebab dan akibat serta antara sasaran-sasaran dan batasan-batasan. Model berbentuk kualitatif (di mana hubungan sebab akibat menyangkut berbagai unsure yang tidak dapat dinyatakan dalam angka yang pasti), dan kuantitatif (seluruh unsure yang dipertimbangkan sudah diterjemahkan ke dalam angka-angka). 6. Menentukan lokasi terbaik. Lokasi terbaik adalah: yang mempunyai nilai (score) yang paling tinggi, dan memenuhi syarat lebih dari satu yang mempunyai nilai yang sama. Model dapat digunakan di dalam penentuan lokasi dapat digolongkan atas: A. Model kualitatif, yang terdiri atas: 1. Model analisis factor-faktor kualitatif atau system penilaian factor-faktor. B. Model kuantitatif, yang terdiri dari: 1. Model analisis titik impas (break-even analysis). 2. Model median sederhana (simple-median model). 13

14 3. Model pengangkutan atau penyebaran linear programming. 4. Model lokasional (locacional model). C. METODE PEMILIHAN LOKASI Dalam aktivitas pemilihan lokasi, tersedia beberapa metode analisis. Berikut ini akan dikemukakan aplikasi setiap metode dalam proses pemilihan lokasi. 1. Metode Beban Skor (Factor Rating Method) Metode beban skor dilakukan dengan memberikan skor untuk setiap faktor yang dinilai terhadap alternatif lokasi yang akan digunakan. Metode ini dipakai jika indikator yang dinilai berbentuk kualitatif dan dipakai nilai atau harga jika indikator itu berbentuk kuantitatif. Indikator lokasi yang bersifat kualitatif misalnya faktor keamanan, ketersediaan air, sarana perumahan dan kualitas jalan raya. Sedangkan indikator yang bersifat kuantitatif misalnya upah buruh, sewa listrik, harga air, dan harga bahan bakar minyak. Aplikasi dari metode beban skor bisa dilakukan dengan dua tahap. Misalnya, untuk indikator lokasi yang bersifat kualitatif diberikan indeks nilai: baik sekali (A) bobot 5, baik (B) bobot 4, netral (C) bobot 3, tidak baik (D) bobot 2 dan sangat tidak baik (E) bobot 1. Berbeda halnya dengan indikator kuantitatif, yang dipakai adalah harga satuannya. 2. Metode Pusat Titik Berat (Center of Gravity Method) Metode ini cocok diterapkan untuk melakukan pemilihan lokasi tunggal dari pabrik yang akan didirikan dengan mempertimbangkan sumber bahan, misalnya pemilihan lokasi kilang minyak dengan sumber bahan baku dari beberapa sumur 14

15 minyak. Model Center of Gravity ini dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan menetapkan lokasi baru, dan kebijakan relokasi. 3. Metode Transportasi (Transportation Method) Metode transportasi dirancang untuk mendistribusikan produk dari beberapa sumber (pabrik atau gudang) ke beberapa daerah pemasaran. Metode ini adalah suatu alat untuk memecahkan masalah yang menyangkut pengiriman barang, dari suatu tempat ke tempat yang lain Langkah ini dilakukan dengan biaya distribusi yang minimum atau kontribusi yang maksimum. Ada faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam metode transportasi adalah: Kapasitas pabrik sebagai sumber Kapasitas permintaan di wilayah pemasaran atau gudang sebagai tempat tujuan Biaya produksi masing-masing pabrik Biaya distribusi dari tempat asal ke tempat tujuan Aplikasi metode transportasi akan meliputi pemecahan permasalahanpermasalahan seperti: Penetapan suplai yang cukup untuk beberapa lokasi tujuan dari beberapa sumber dengan tingkat biaya minimum Pemilihan lokasi untuk fasilitas-fasilitas baru untuk memenuhi kebutuhan pasar yang akan datang Penetapan berbagai macam bentuk/sumber produksi guna memenuhi kapasitas produksi sesuai dengan permintaan yang akan datang 15

16 4. Metode Heuristik (Heuristics Method) Metode ini merupakan metode pemilihan lokasi yang sangat baik diterapkan dalam usaha menentukan lokasi perusahaan jasa, layanan publik seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Pemadam Kebakaran serta supermarket. 16

17 PENUTUP KESIMPULAN Awal dalam memulai usaha baik dalam usaha produksi maupun jasa,hal dalam perencanan lokasi merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam karena baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada perkembangan usaha yang akan dilakukan.dalam perencanaan lokasi tersebut harus menetukan beberapa langkah-langkah serta metode dalam proses perencanaan,agar mempermudah pertimbangan lokasi dan sesuai dengan kebutuhan usaha yang akan dilakukan. SARAN Gunakanlah langkah-langkah yang sesuai dengan kebutuhan tempat usaha yag akan anda jalani dan lakukan juga metode pemilihan yang tepat sasaran dalam memilih lokasi usaha agar memudahkan anda dalam mempertimbangkan tempat tersebut. Tempat usaha mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung akan pada perkembangan usaha yang akan dilakukan 17

18 DAFTAR PUSTAKA Haming, Murdifin dan Mahmud Nurnajamuddin Manajemen Produksi Modern. Operasi Manufaktur dan Jasa. Jakarta: Bumi Aksara Pardede, M. Manajemen Operasi Dan Produksi: Teori, Model, dan Kebijakan. Penerbit: Andi

1. Metode pemeringkatan faktor (Location Factor Rating)

1. Metode pemeringkatan faktor (Location Factor Rating) Penentuan lokasi usaha Lokasi usaha adalah tempat dimana perusahaan melakukan proses produksi. Kantor pusat suatu perusahaan hanya ada pada satu tempat, sedangkan tempat proses produksi perusahaan dapat

Lebih terperinci

: PENENTUAN LOKASI FASILITAS-FASILITAS PRODUKSI. M.O. By Nurul K, SE, M.Si

: PENENTUAN LOKASI FASILITAS-FASILITAS PRODUKSI. M.O. By Nurul K, SE, M.Si : PENENTUAN LOKASI FASILITAS-FASILITAS PRODUKSI M.O. By Nurul K, SE, M.Si PENENTUAN LOKASI Pemilihan lokasi pabrik baik untuk pabrik baru maupun perluasan (ekspansi) Alasan ekspansi al: Fasilitas produksi

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pertimbangan Lokasi

Faktor-faktor Pertimbangan Lokasi STRATEGI LOKASI STRATEGI LOKASI Lokasi menentukan prestasi, merupakan ungkapan yang cukup tepat untuk segala jenis kegiatan, demikian pula untuk kegiatan bisnis di sektor barang maupun jasa. Dengan demikian

Lebih terperinci

STRATEGI LOKASI Suhada, ST, MBA

STRATEGI LOKASI Suhada, ST, MBA STRATEGI LOKASI Suhada, ST, MBA 8 1 Pentingnya Lokasi Salah satu keputusan yang paling penting yang dibuat oleh perusahaan adalah dimana meneka akan menempatkan kegiatan operasional mereka, maka keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ( 10,27 % dari luas wilayah Kab. Tanah karo ). dan produksi sebanyak ton sehingga produktivitasnya adalah 56,10

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ( 10,27 % dari luas wilayah Kab. Tanah karo ). dan produksi sebanyak ton sehingga produktivitasnya adalah 56,10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Juhar Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara saat ini masih dikatakan memiliki struktur ekonomi yang agraris, di mana dengan luas wilayah / area ( Km2 ) 218,56

Lebih terperinci

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU DAGANGANE ISIH MAS?? Aktifitas Perencanaan Produk Perencanaan Lokasi Usaha Perencanaan Tata Letak Perencanaan Sistem Material Handling Tujuan Perencanaan

Lebih terperinci

Merancang Jaringan Supply Chain

Merancang Jaringan Supply Chain Merancang Jaringan Supply Chain Pendahuluan Perancangan jaringan supply chain juga merupakan satu kegiatan penting yang harus dilakukan pada supply chain management. Implementasi strategi supply chain

Lebih terperinci

Supplier Relations. Andi Youna C. Bachtiar M. Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations.

Supplier Relations. Andi Youna C. Bachtiar M. Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations. Modul ke: Fakultas FIKOM Andi Youna C. Bachtiar M. Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Supplier merupakan suatu perusahaan dan individu yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VII ASPEK PRODUKSI SYAFRIZAL HELMI

BAB VII ASPEK PRODUKSI SYAFRIZAL HELMI BAB VII ASPEK PRODUKSI SYAFRIZAL HELMI Schroeder (1993) memberikan penekanan terhadap definisi kegiatan produksi dan operasi pada 3 hal yaitu: 1. Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak sedikit berbagai usaha kecil bermunculan untuk turut bersaing dalam bisnis. Usaha Kecil tersebut biasanya muncul dengan berbagai inovasi baru. Dan terkadang lokasi

Lebih terperinci

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI TEORI LOKASI INDUSTRI adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara konsisten dan

Lebih terperinci

Lokasi Pabrik ditentukan

Lokasi Pabrik ditentukan PENENTUAN LOKASI Lokasi Pabrik ditentukan Unit manufaktur baru akan dibentuk. Pabrik yang lama tidak mampu lagi dikembangkan, dari sisi luas area maupun teknologi. Pengembangan bisnis ke daerah baru Kendala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan industri di Indonesia sangat pesat. Terutama sejak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan industri di Indonesia sangat pesat. Terutama sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan industri di Indonesia sangat pesat. Terutama sejak pemerintah memberikan kelonggaran dalam syarat menanamkan modal bagi para investor

Lebih terperinci

Perencanaan Fasilitas

Perencanaan Fasilitas 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perencanaan Fasilitas 2 Perencanaan Tata Letak Fasilitas melibatkan 5 tingkat perencanaan: (Q.Lee.IIE Solution, 1997) 1. Lokasi Fasilitas 2. Rencana Site 3. Rencana

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #11 Genap 2015/2016. TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas

TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #11 Genap 2015/2016. TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #11 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perencanaan Fasilitas 2 Perencanaan Tata Letak Fasilitas melibatkan 5 tingkat perencanaan: (Q.Lee, IIE Solution, 1997) 1. Lokasi Fasilitas 2. Rencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian awal dari studi yang akan memaparkan latar belakang mengenai dasar munculnya permasalahan studi dan mengapa studi ini penting untuk dilakukan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di dalam pasar bebas ini sudah tidak ada lagi batas-batas atau juga ketentuanketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di saat Federal Express membuka poros Asia-nya di Taiwan pada tahun 1998, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di saat Federal Express membuka poros Asia-nya di Taiwan pada tahun 1998, dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di saat Federal Express membuka poros Asia-nya di Taiwan pada tahun 1998, dan menggandakan penerbangannya ke Cina, Federal Express menetapkan tahapan untuk penerbangan

Lebih terperinci

Pemilihan Lokasi BAB 6 PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan Lokasi BAB 6 PEMILIHAN LOKASI BAB 6 PEMILIHAN LOKASI A. Pendahuluan Lokasi merupakan satu hal yang penting dalam kegiatan operasional suatu perusahaan. Perusahaan yang memproduksi barang (manufaktur) ataupun perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lokasi Menurut Heizer & Render (2015) lokasi adalah pendorong biaya dan pendapatan, maka lokasi seringkali memiliki kekuasanaan untuk membuat strategi bisnis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS 7 Definisi Pabrik Pabrik/Industri setiap tempat dimana faktor-faktor seperti : manusia, mesin dan peralatan (fasilitas) produksi

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Perancangan jaringan supply chain merupakan kegiatan strategis yang perlu dilakukan. Tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang permintaanya berubah secara dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

BAB 2 KAJIAN LITERATUR BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya

Lebih terperinci

Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Peran Pemerintah dalam Perekonomian Peran Pemerintah dalam Perekonomian 1. Sistem ekonomi atau Politik Negara 2. Pasar dan peran Pemerintah 3. Jenis Sistem Ekonomi 4. Peran Pemerintah 5. Sumber Penerimaan Negara week-2 ekmakro08-ittelkom-mna

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

Bab 6. Perencanaan Kapasitas

Bab 6. Perencanaan Kapasitas Modul 3 A. Uraian Materi Belajar Bab 6. Perencanaan Kapasitas Kapasitas produksi merupakan jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu tertentu, yang ditentukan oleh kapasitas sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, tak sedikit pula

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, tak sedikit pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akibat dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, tak sedikit pula perusahaan lokal yang harus gulung tikar karena sudah tidak mampu lagi untuk beroperasi.

Lebih terperinci

Disain Jejaring (Network Design)

Disain Jejaring (Network Design) Disain Jejaring (Network Design) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran Disain Jejaring Jejaring Fasilitas Perusahaan Kebutuhan pergudangan Analisis

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PABRIK BAIK PABRIK BARU MAUPUN PERLUASAN (EKSPANSI) DIMAKSUDKAN UNTUK MEMPEROLEH LOKASI YANG MAMPU MEMBERIKAN UNIT COST DARI PROSES

PEMILIHAN LOKASI PABRIK BAIK PABRIK BARU MAUPUN PERLUASAN (EKSPANSI) DIMAKSUDKAN UNTUK MEMPEROLEH LOKASI YANG MAMPU MEMBERIKAN UNIT COST DARI PROSES PEMILIHAN LOKASI PABRIK BAIK PABRIK BARU MAUPUN PERLUASAN (EKSPANSI) DIMAKSUDKAN UNTUK MEMPEROLEH LOKASI YANG MAMPU MEMBERIKAN UNIT COST DARI PROSES PRODUKSI DAN DISTRIBUSI YANG RENDAH ATAU MAMPU MEMBERIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah

I. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan

Lebih terperinci

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #5 Ganjil 2015/2016 STRATEGI OPERASI. EMA302 Manajemen Operasional

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #5 Ganjil 2015/2016 STRATEGI OPERASI. EMA302 Manajemen Operasional STRATEGI OPERASI Materi #5 EMA302 Manajemen Operasional Strategi Operasi 2 Adalah rencana kegiatan organisasi (perusahaan) untuk mencapai misi. Setiap bidang fungsional memiliki strategi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau profit, seperti usaha dagang, usaha jasa maupun manufaktur berupaya mencapai tujuan yaitu

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 3. ASPEK PRODUKSI

BAB 3. ASPEK PRODUKSI BAB 3. ASPEK PRODUKSI A. KONSEP PRODUKSI Sistem produksi yang baik harus mampu menghasilkan produk seperti yang diharapkan. Umumnya, suatu sistem diukur dengan kemampuan memproduksi dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran ( Retail Businesses ) atau yang juga populer dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran ( Retail Businesses ) atau yang juga populer dengan sebutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bisnis eceran ( Retail Businesses ) atau yang juga populer dengan sebutan Peoples Businesses merupakan salah satu cabang kegiatan perdagangan jasa yang berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP MUTU PRODUKSI DAN MANAJEMEN STRATEGI. memelihara produk dalam persaingan bisnis. Disukai atau tidak, konsumen

BAB II KONSEP MUTU PRODUKSI DAN MANAJEMEN STRATEGI. memelihara produk dalam persaingan bisnis. Disukai atau tidak, konsumen BAB II KONSEP MUTU PRODUKSI DAN MANAJEMEN STRATEGI A. Mutu 1. Pengertian Mutu Mutu merupakan istilah yang mempunyai makna berbeda bagi setiap orang. Mutu produk suatu perusahaan melakukan langkah awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, Tingkat persaingan bisnis akan makin meningkat dengan adanya

Lebih terperinci

BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI

BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI A. PENGERTIAN ASPEK TEKNIS/ OPERASI Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian untuk kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum

Lebih terperinci

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS 1. Perencanaan Kapasitas Produksi Aspek-aspek yang berpengaruh dalam perencanaan kapasitas produksi yaitu : 1. Perencanaan & Pemilihan Proses Tidak berarti pemilihan

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber

Lebih terperinci

Pengembangan Industri Perangkat Lunak di Indonesia 1

Pengembangan Industri Perangkat Lunak di Indonesia 1 Pengembangan Industri Perangkat Lunak di Indonesia 1 Ir. Wahyu C. Wibowo MSc. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia wibowo@cs.ui.ac.id Pendahuluan Dibandingkan dengan sejumlah Negara tetangga, seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Meningkatnya persaingan perusahaan tepung terigu baik secara lokal maupun global akhir-akhir ini mengharuskan perusahaan memiliki keunggulan kompetitif. Di Indonesia persaingan

Lebih terperinci

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan)

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan) DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Industri Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Proses Penyusunan Skenario Dari hasil analisis scenario planning didalam industri PP Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Isu atau keputusan utama : Pembangunan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. 1. Faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Awalnya carbon black hanya digunakan sebagai agen penguat dalam ban.

BAB I PENDAHULUAN. Awalnya carbon black hanya digunakan sebagai agen penguat dalam ban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Awalnya carbon black hanya digunakan sebagai agen penguat dalam ban. Namun, karena sifatnya yang unik, penggunaan carbon black telah diperluas dalam

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU PERTAMA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU PERTAMA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU PERTAMA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM 1 PENGERTIAN PEMASARAN INTERNASIONAL TUGAS PEMASARAN INTERNASIONAL GLOBALISASASI PASAR KONSEP PEMASARAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang memiliki rantai pasok (supply chain), baik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang memiliki rantai pasok (supply chain), baik sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap perusahaan yang memiliki rantai pasok (supply chain), baik sebagai supplier maupun sebagai pelanggan, baik yang beroperasi dalam wilayah Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS Jakarta, 27 Mei 2015 Pendahuluan Tujuan Kebijakan Industri Nasional : 1 2 Meningkatkan produksi nasional. Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. KESIMPULAN Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling terkait mendukung perlunya integrasi ke hulu agar perusahaan mendapatkan pasokan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen persediaan dalam sebuah perusahaan berada di antara fungsi manajemen operasional yang paling penting, karena persediaan membutuhkan modal yang sangat besar

Lebih terperinci

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA 6.1 Sintesa Hasil Simulasi 6.1.1 Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan Hasil analisis terhadap keberadaan prasarana dan sarana kota menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Tingkat kompetisi diantara perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Tingkat kompetisi diantara perusahaan-perusahaan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis semakin keras dan semakin kompetitif pada masa sekarang ini. Tingkat kompetisi diantara perusahaan-perusahaan akan semakin menantang bagi para pengusaha

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN ENERGI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI NTT

KETERSEDIAAN ENERGI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI NTT KETERSEDIAAN ENERGI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI NTT Oleh: Fred Benu I. Pengantar Panitia Pelaksana Seminar dan Workshop Internasional Energi Baru Terbarukan meminta saya untuk membawakan makalah tentang Ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang telah terjadi menjadi semakin meningkat. Persaingan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang telah terjadi menjadi semakin meningkat. Persaingan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha merupakan dampak dari perkembangan perekonomian negara. Perkembangan teknologi, informasi, dan ilmu pengetahuan membuat persaingan yang telah

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk

Lebih terperinci

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M BISNIS RUMAH MAKAN Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi 10.11.4479 / S1TI2M STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta nilai kualitas jasa sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sektor yang memegang peranan penting setelah sektor pertanian adalah sektor manufaktur. Tetapi

Lebih terperinci

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Dunia bisnis menginginkan adanya kemampuan bisnis dan keuangan dalam diri para akuntan manajemen. Pekerjaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL. ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL Peneliti: Fuat Albayumi, SIP., M.A NIDN 0024047405 UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2015

Lebih terperinci

MASALAH TRANSPORTASI

MASALAH TRANSPORTASI MASALAH TRANSPORTASI Transportasi pada umumnya berhubungan dengan distribusi suatu produk, menuju ke beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, dan biaya transportasi minimum. Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

Materi 8. deden08m.com 1

Materi 8. deden08m.com 1 Materi 8 STRATEGI BISNIS deden08m.com 1 Melihat Keuntungan Persaingan 1) Strategi biaya rendah 2) Strategi membuat perbedaan 3) Strategi berbasis kecepatan 4) Fokus Pasar deden08m.com 2 Ø Strategi Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 pendahuluan ini berisikan tentang latar belakang permasalahan yang terjadi jaringan distirbusi, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan asumsi penelitian serta sistematika

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang telah

Lebih terperinci