Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin"

Transkripsi

1 1.1 LATAR BELAKANG Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang nomor 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga pengenaan sanksi yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Disamping itu dengan lahirnya Undangundang nomor 26 tahun 2007 memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas, maka daerah dalam hal ini Kabupaten Banyuasin diberikan waktu selama 3 (tiga) tahun untuk melakukan penyesuaian terhadap rencana tata ruang yang ada, yaitu dengan melakukan peninjauan kembali atau penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang No.26 tahun Selanjutnya rencana tata ruang wilayah yang ada setidaknya ditinjau 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun dengan tujuan utama untuk mengecek kesesuaian dan keefektifan pelaksanaan RTRW dan bukan ditujukan untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang. Faktor yang menjadikan kegiatan peninjauan kembali perlu dilakukan salah satunya adalah karena adanya ketidaksesuaian atau simpangan antara I -1

2 rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal maupun karena faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi pengaruh dari munculnya kebijakan otonomi daerah baik kabupaten/kota dan provinsi serta kebijakan regional dan nasional, adanya perubahan undang-undang terkait penataan ruang, Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai arahan pembangunan dan adanya penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang menetapkan koridor Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional, sehingga sangat berpengaruh terhadap perumusan kebijakan dan perwujudan pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin kedepannya. Selanjutnya faktor internal yang mempengaruhi yaitu adanya dinamika pembangunan yang terjadi di Kabupaten Banyuasin. Dimana pada saat pembentukan Kabupaten Bayuasin dengan Undang-Undang nomor 6 tahun 2002 hingga tersusunnya RTRW Kabupaten Banyuasin dengan Peraturan Daerah No.8 Tahun 2005 Kabupaten Banyuasin terdiri dari 11 kecamatan, pada Tahun 2006 berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2006 telah dilakukan pemekaran kecamatan menjadi 15 kecamatan, pada Tahun 2010 mengalami pemekaran lagi menjadi 17 Kecamatan dan pada awal 2012 terjadi pemekaran lagi menjadi 19 Kecamatan. Selain itu adanya rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api sebagai simpul transportasi laut Nasional yang sekaligus menjadi generator pembangunan di Kabupaten Banyuasin serta isu-isu strategis lainnya yang secara langsung akan berdampak kepada perubahan penataan ruang wilayah sehingga diperlukan strategi dan arahan kebijakan yang baru dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan sumberdaya manusia. Strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan perlu disesuaikan dengan potensi dan kendala yang ada, supaya mampu menghadapi segala hambatan, tantangan, ancaman dan peluang yang ada saat ini dan pada masa yang akan datang. Menyadari hal tersebut, sebagaimana diamanatkan UU.No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun harus direvisi. RTRW Kabupaten Banyuasin yang baru diharapkan menjadi acuan pelaksanaan pembangunan Kabupaten Banyuasin yang lebih konfrehensif, harmonis, serasi, selaras dan seimbang dan sinergis antar sektor, antar I -2

3 wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan. Pada akhirnya diharapkan akan semakin mendorong peningkatan kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuasin secara berkelanjutan. RTRW akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci yakni Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana-rencana ini merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Banyuasin. 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN Landasan hukum yang menjadi dasar dalam penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Banyuasin ini diantaranya meliputi : UNDANG-UNDANG 1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok - Pokok Agraria; 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 4) Undang-UndangNomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 6) Undang Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Banyuasin; 7) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 8) Undang-UndangNomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 9) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 10) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 11) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 12) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; I -3

4 13) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN); 14) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 15) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 16) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil; 17) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 18) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 19) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 20) Undang-Undang Nomor. 38 Tahun 2008 tentang Jalan; 21) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 22) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 23) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan Pertanian pangan berkelanjutan; 24) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1991 tentang Rawa; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah. 5) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah; 6) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol; 7) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan PelaksanaanUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung; 8) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi; 9) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; I -4

5 10) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota; 11) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan; 12) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 13) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 14) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 15) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah; 16) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tetang Kepelabuhanan; 17) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan; 18) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 19) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam; 20) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang; 21) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; 22) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam KEPUTUSAN PRESIDEN/PERATURAN PRESIDEN 1) Keputusan Presiden Nomor 30 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya; 2) Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; I -5

6 3) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2000 tentang Badan Penetapan dan Pengendalian Penyediaan Prasarana dan Sarana Pekerjaaan Umum; 4) Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; 5) Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM); 6) Petunjuk Presiden RI pada acara Pembukaan PENAS XII - Petani Nelayan Indonesia tanggal 7 Juli 2007 di Desa Sembawa Kabupaten Banyuasin-Provinsi Sumatera Selatan. Rencana pengembangan Kabupaten Banyuasin sebagai sentra agropolitan; 7) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia INSTRUKSI PRESIDEN (INPRES) 1) Inpres Nomor 7/1987 tentang Penyederhanaan Perizinan dan Retribusi di Bidang Usaha Pariwisata; 2) Inpres Nomor 5/1990 tentang Peremajaan Permukiman Rumah yang berada di atas tanah negara. 3) Inpres Nomor 5/2011 tentang Pengamanan Cadangan Beras Nasional dan Antisipasi Perubahan Iklim Ekstrim PERATURAN MENTERI/KEPUTUSAN MENTERI (PERMEN/KEPMEN) 1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai; 2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Ijin Penggunaan Air dan atau Sumber Air; 3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai; 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 65/PRT/1993 tentang Penyuluhan Pengairan; 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1993 tentang Keamanan Bendungan; I -6

7 6) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan Galian Golongan C; 7) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 98/KPTS/1993 tentang Organisasi Keamanan Bendungan; 8) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 76 Tahun 2001 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi Sumatera Selatan; 9) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147/2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 10) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri dan Kolektor; 11) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional; 12) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14/1998 Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan; 13) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang; 14) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi; 15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor; 16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah; 17) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 18) Peraturan Meteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kriteria Teknis Peruntukan Kawasan Pertanian; 19) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/5113/SJ dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04/MENLH/12/2010 tentang Pelaksanaan KLHS dalam RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota. I -7

8 1.2.6 PERATURAN DAERAH (PERDA) 1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 8 Tahun 2005, Tentang RTRW Kabupaten Banyuasin; 2) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 15 Tahun 2009, Tentang RDTR Kawasan Pendukung Pelabuhan Tanjung Api-Api; 3) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 18 Tahun 2009, Tentang RDTR Kawasan Kenten, Gasing dan Pangkalan Benteng. 1.3 PROFIL WILAYAH Gambaran Umum Kabupaten Banyuasin A. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Banyuasin adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Banyuasin terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Musi Banyuasin. Secara yuridis pembentukan Kabupaten Banyuasin disahkan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2002 dengan luas Kabupaten Banyuasin Ha atau sekitar 12,18 % Luas Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis terletak antara Sampai LS dan Sampai BT dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Selatan : Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi Provinsi Jambi dan Selat Bangka; : Kec. Pampangan dan Air Sugihan (OKI); : Kec. Sungai Lilin, Kec. Lais dan Kec. Lalan Kab. Musi Banyuasin; : Kec. Jejawi, Pampangan (OKI), Kec. Pemulutan (OI), Kota Palembang, Kec. Sungai Rotan, Kec. Gelumbang, Kec.Muara Belida (Muara Enim). Posisi geografis Kabupaten Banyuasin terhadap Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Peta Orientasi, Gambar 1.1. I -8

9 Gambar 1.1 Peta Orientasi I -9

10 Memperhatikan letak geografis dan batas administratif Kabupaten Banyuasin yang berbatasan langsung dengan wilayah laut yaitu Selat Bangka, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 Tahun 2007 pasal 15, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maka akan terjadi perubahan luas wilayah Kabupaten hasil deliniasi pada saat revisi RTRW. Hal ini disebabkan selain faktor perhitungan wilayah yang mengikut sertakan laut, juga karena perbedaan skala dan ketelitian peta pada saat pembentukan kabupaten dan penyusunan RTRW yang mengacu Undang-undang No.26 Tahun Hasilnya luas Wilayah Kabupaten Banyuasin yang semula sebesar Ha bertambah menjadi ,061 Ha. Perhitungan tersebut telah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang termuat dalam penjelasan pasal 2, dimana Kewenangan kabupaten/kota ke arah laut ditetapkan sejauh 4 mil yakni sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi sebesar 12 mil. Hal tersebut telah pula dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dari hasil perhitungan, penambahan luas Kabupaten Banyuasin menjadi ,061 Ha atau bertambah Ha sekitar 16% dari luas awal. Kecamatan yang mengalami penambahan luas wilayah ke arah laut yaitu Kecamatan Banyuasindua, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Air Salek. Dari luas wilayah Kecamatan tersebut, Kecamatan Banyuasindua merupakan Kecamatan terluas yaitu Ha dan mengalami penambahan luas menjadi Ha karena Kecamatan Banyuasin II terletak berbatasan langsung dengan wilayah laut. Sedangkan Kecamatan Muara Telang merupakan Kecamatan terkecil dengan luas wilayah Ha. Gambaran administrasi kawasan Kabupaten Banyuasin dan Rincian luas tiap Kecamatan serta penambahannya dapat dilihat pada Tabel 1.1. dan Gambar 1.2 I -10

11 Tabel 1.1. Rincian Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2010/2011 Berdasarkan Hasil Perhitungan. No Kecamatan Sebelum Ditambah Wilayah Laut Luas Wilayah (Ha) Setelah Ditambah wilayah Laut 1. Rantau Bayur , ,92 2. Rambutan , ,25 3. Banyuasin I , ,37 4. Makarti Jaya , Betung , ,61 6. Banyuasin III , ,48 7. Pulau Rimau , ,51 8. Muara Telang , ,22 9. Talang Kelapa , , Muara Padang , , Banyuasin II , Tungkal Ilir Tanjung Lago Muara Sugihan , Air Salek , Suak Tapeh , , Sembawa , , Air Kumbag , , Sumber Marga Telang , ,81 J u m l a h Sumber : Banyuasin Dalam Angka, 2010 dan Hasil Analisis 2011 I -11

12 Gambar 1.2 Peta Administrasi I -12

13 B. Klimatologi Seperti kebanyakan kondisi klimatologi di wilayah Indonesia, Kabupaten Banyuasin memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dengan suhu rata-rata 26,100 27,400 Celcius serta kelembaban rata-rata dan kelembaban relatif 69,4 % - 85,5 % sepanjang tahun. Kondisi iklim Kabupaten Banyuasin secara umum beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan mm/tahun. Secara lebih rinci dari pengamatan enam stasuin klimatologi yaitu Stasiun Hujan Sungai Lilin, Sungsang, Sembawa dan Betung, Air Sugihan, Mariana serta Badaruddin, sebaran tipe iklim di Kabupaten Banyuasin terbagi menjadi 4 (tiga) yaitu tipe iklim B2, tipe iklim B, tipe iklim B1 dan tipe iklim C2. - Tipe Iklim B2, meliputi Sebagian besar Kecamatan Banyuasin II, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Sembawa, Makarti Jaya bagian utara, Suak Tapeh bagian barat serta bagian timur Banyuasintiga dengan curah hujan rata-rata mm/tahun. - Tipe Iklim B, dengan curah hujan rata-rata mm/tahun, meliputi sebagian besar Kecamatan Muara Sugihan, Air Salek, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Marga Telang, Tanjung Lago, Rantau Bayur, Talang Kelapa dan bagian utara Kecamatan Sembawa. - Tipe Iklim B1, dengan curah hujan rata-rata mm/tahun, meliputi sebagian besar Kecamatan Muara Padang, Talang Kelapa, bagian selatan Makarti Jaya dan Muara Telang serta bagian barat Tanjung Lago - Tipe Iklim C2, dengan curah hujan rata-rata mm/tahun meliputi sebagian besar Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Rambutan, Muara Padang dan bagian selatan Talang Kelapa. Gambaran kondisi Klimatologi di Kabupaten Banyuasin terlihat pada Gambar 1.3. I -13

14 Gambar 1.3 Peta Curah Hujan I -14

15 C. Topografi dan Kemiringan Lahan Kondisi topografi Kabupaten Banyuasin didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang, yaitu terdiri dari 80% luas dataran rendah basah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak serta 20% luasan merupakan dataran berombak sampai bergelombang dengan kisaran ketinggian 0 60 M di atas permukaan laut. Topografi datar atau sedikit bergelombang 0-12 dan Mpdl menyebar di seluruh kecamatan sedangkan topografi berombak sampai bergelombang dan Mdpl berada di sebagian kecil Banyuasin dua, Tungkal Ilir serta selatan baguan timur Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil wilayah Betung dan Banyuasin III untuk Mdpl. Dilihat dari kelerengannya, daratan Kabupaten Banyuasin berada pada kisaran kemiringan lereng 0-2% seluas Ha dan 2-5% seluas Ha.Beberapa wilayah yang berada pada dataran rendah dengan kisaran kemiringan lereng 0-2% berupa lahan rawa pasang surut tersebar di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasin II, Pulau Rimau, Air Salek Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. Selanjutnya berupa lahan rawa lebak terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, sebagian Kecamatan Rambutan, sebagian kecil Kecamatan Banyuasin I. Sedangkan lahan kering dengan topografi agak bergelombang dan kisaran kemiringan lereng 2-5% terdapat di sebagian besar Kecamatan Betung, Sembawa, Banyuasin III, Talang Kelapa, Rantau Bayur dan sebagian kecil Kecamatan Muara Sugihan, Rambutan dan Kecamatan Tungkal Ilir. Gambaran kondisi topografi dan kemiringan lahan di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 1.4 dan Gambar 1.5. I -15

16 Gambar 1.4 Peta Lereng I -16

17 Gambar 1.5 Peta Kontur I -17

18 Berdasarkan sifat dan kondisi topografi serta kemiringan tersebut, kemampuan lahannya Kabupaten Banyuasin berada dalam kemampuan pengembangan sangat tinggi, dengan klasifikasi kelerengan 0-2% cocok untuk pengembangan pemukiman dan pertanian akan tetapi, wilayah pada kelerengan ini berpotensi terhadap bencana bajir. Sedangkan untuk kelerengan 2-5% memiliki kesesuaian lahan untuk industri, irigasi terbatas dan pengembangan pemukiman. Gambaran kemampuan lahan Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan dalam Gambar 1.6. I -18

19 Gambar 1.6 Peta Penggunaan Lahan I -19

20 D. Jenis Tanah Menurut kondisi tanahnya, jenis tanah yang berada di Kabupaten Banyuasin terdiri dari 7 jenis, yaitu : 1 Alluvial : Sepanjang Wilayah Timur dan Tengah Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil Kec. Banyuasin II dan Kecamatan Tungkal Ilir 2 Andosol : Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Rantau Bayur 3 Glei : Tersebar di seluruh Kabupaten Banyuasin 4 Hidromorf : Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Mariana, Suak Tapeh dan Kecamatan Banyuasin III 5 Latosol : Kecamatan Rambutan 6 Litosol : Kecamatan Rambutan, Kecamatan Rantau Bayur dan Kecamatan Banyuasin II 7 Regosol : Kecamatan Sembawa, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Makarti Jaya. Dari ketujuh jenis tanah yang tersebar di kawasan Banyuasin jenis tanah yang mendominasi adalah jenis tanah glei yaitu jenis tanah yang terbentuk karena pengaruh genangan air, dilanjutkan dengan jenis tanah alluvial yang merupakan hasil endapan erosi di dataran rendah serta sebaran paling kecil jenis tanah latasol yang banyak mengandung zat besi dan aluminium akan tetapi tingkat kesuburannya rendah, tanah ini berada di selatan Kecamatan Rambutan. Persebaran jenis tanah di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 1.7 I -20

21 Gambar 1.7 Peta Jenis Tanah I -21

22 E. Geologi Kondisi geologi di Kabupaten Banyuasin akan di gambarkan melalui stratigrafi penyusunnya yang terdiri dari aluvium, batu lempung, batu pasir, batu sabak, endapan rawa, filit dan granit. 1. Aluvium endapan danau dan pantai : tersebar di seluruh Kecamatan 2. Batu Lempung, Batu Lanau, Batu Pasir : tersebar di sebagian Kecamatan Banyuasin Dua, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Banyuasin Tiga, Rantau Bayur dan Suak Tapeh 3. Batu Pasir, batu lumpur dan batu bara : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau 4. Batu Sabak, Filit dan Batu Lumpur : tersebar di sebagian Kecamatan Tanjung Lago 5. Endapan Rawa : tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur 6. Filit dan Batu pasir : tersebar di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau 7. Granir, Granodiorit, Diorit : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin II, Tanjung Lago dan Rambutan Dari jenis stratigrafi tersebut yang paling mendominasi adalah jenis aluvium yang terbentuk dari endapan danau dan pantai. Selanjutnya adalah jenis endapan rawa yang tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur dan persebaran paling sedikit yaitu jenis filit yang hanya terdapat di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau. Sebaran kondisi geologi berdasarkan stratigrafi penyusunnya dalam Kabupaten Banyuasin seperti pada Peta Geologi Gambar 1.8. I -22

23 Gambar 1.8 Peta Geologi I -23

24 F. Hidrologi Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin dapat dibedakan menjadi daerah dataran kering dan daerah dataran basah yang sangat dipengaruhi oleh pola aliran sungai. Aliran sungai di daerah datarah basah pola alirannya rectangular dan di daerah dataran kering pola alirannya dendritic. Beberapa sungai besar seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik, Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya berperan sebagai sarana transportasi air berupa alur pelayaran pedalaman yang dapat menghubungkan pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lingkungan, antar pusat pelayanan lokal serta antar pusat pelayanan lingkungan. Pola aliran di wilayah ini, terutama didaerah rawa-rawa dan pasang surut umumnya rectangular, sedangkan untuk daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut aliran sungainya adalah subparali, dimana daerah bagian tengah disetiap daerah sering dijumpai genangan air yang cukup luas. Terkait kondisi hidrologi, Kabupaten Banyuasin terbagi kedalam 5 wilayah daerah aliran sungai yang masing-masing Das Bangke meliputi Kawasan Taman Nasional Sembilang, Das Banyuasin yang merupakan Das terbesar meliputi Kecamatan Tungkal Ilir, Pulau Rimau, Suak Tapeh, Sembawa, Betung, Banyuasin III, Tanjung Lago dan bagian selatan Banyuasin II, Das Benawang meliputi sepanjang wilayah timur Kecamatan Muara Sugihan, Sumber Marga Telang dan Muara Padang, Das Sembilang yang meliputi bagian utara kawasan Taman Nasional Sembilang dan Das Musi yang meliputi Kecamatan Rambutan, Banyuasin I, Air Kumbang, Talang Kelapa, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Salek, Tanjung Lago, Rantau bayur serta sebagian wilayah di Kecamatan Banyuasin II. Pembagian daerah aliran sungai di Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan pada Gambar 1.9. I -24

25 Gambar 1.9 Peta Aliran Sungai I -25

26 G. Tata Guna Lahan Pada pola penggunaan lahan di Kabupaten Banyuasin berrdasarkan analisis Citra Alos Tahun 2010 dan RTRW Provinsi Suatera Selatan, terrekam jenis penggunaan lahan terbesar berupa semak belukar rawa dengan luas Ha atau sekitar 22 % dari luas total Kabupaten Banyuasin. Dari kondisi tata guna lahan eksisting yang terilustrasikan pada gambar 1.10, dominasi penggunaan lahan terluas berikutnya berupa Pertanian Lahan Kering Campuran termasuk didalamnya perkebunan rakyat, diikuti pertanian pangan lahan basah/sawah pasang surut dan lebak, perkebunan besar, hutan mangrove sekunder, kawasan hutan yang terdiri dari hutan mangrove, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder serta hutan tanaman. Untuk kawasan terbangun berupa permukiman baik perdesaan maupun perkotaan dan ereal transmigrasi masing-masing seluas Ha dan Ha. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dan diagram berikut: Tabel 1.2 Luas Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) % Hutan Mangrove Sekunder ,6 Hutan Rawa Primer ,2 Hutan Rawa Sekunder ,4 Hutan Tanaman ,1 Lahan Terbuka ,6 Perkebunan ,0 Permukiman ,9 Pertambangan 579 0,0 Pertanian Lahan Kering (PLK) ,72 2,2 PLK Campur Semak ,0 Rawa ,1 Sawah ,8 Semak Belukar ,3 Semak Belukar Rawa ,0 Tambak ,9 Transmigrasi ,2 Tubuh Air ,7 Total ,0 Sumber : RTRWP Sumatera Selatan Tahun , Lapan, 2010 I -26

27 Gambar 1.10 Peta Tutupan Lahan I -27

28 1.3.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan merupakan aspek utama yang mempunyai peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu data penduduk sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan. Dilihat dari persebaran penduduk di Kabupaten Banyuasin, hingga awal tahun 2012 Kecamatan Talang Kelapa merupakan Kecamatan dengan persentase persebaran tertinggi, yaitu sebesar 15,49% dan Kecamatan Air Kumbang adalah kecamatan dengan persebaran terendah, yaitu hanya sebesar 2,14 %. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut. Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Persebaran Penduduk di Kabupaten Banyuasin Awal Tahun 2012 No Kecamatan Ibukota Jumlah Penduduk Persebaran (%) 1. Rantau Bayur Tebing Abang ,05 2. Betung Betung ,38 3. Banyuasin III Pangkalan Balai ,58 4. Pulau Rimau Teluk Betung ,67 5. Tungkal Ilir Sidomulyo ,37 6. Talang Kelapa Sukajadi ,49 7. Tanjung Lago Tanjung Lago ,42 8. Banyuasin I Mariana ,94 9. Rambutan Rambutan , Muara Padang Sumber Makmur , Muara Sugihan Tirta Harja , Banyuasin II Sungsang , Makarti Jaya Makarti Jaya , Air Salek Salek Mukti , Muara Telang Telang Jaya , Suak Tapeh Lubuk Lancang , Sembawa Sembawa , Sumber Marga Telang Muara Telang , Air Kumbang Cinta Manis Baru ,14 J u m l a h ,00 Sumber : BPS, Dokumen Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2010/2011 dan Registrasi di Catatan Sipil Awal Tahun 2012 Gambar 1.11 Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Banyuasin Awal Tahun A. Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk I -28

29 Laju pertumbuhan penduduk merupakan barometer untuk menghitung besarnya semua kebutuhan yang diperlukan masyarakat, seperti perumahan, sandang, pangan, pendidikan dan sarana penunjang lainnya. Berdasarkan hasil registrasi penduduk, Jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan awal tahun 2012 mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan peduduk sekitar 2,6%. Total jumlah penduduk tersebut di tahun 2008 sebesar jiwa dan meningkat di awal tahun 2012 menjadi jiwa. Jumlah penduduk terbesar yaitu di Kecamatan Talang Kelapa sebesar jiwa di tahun 2008 dan terus meningkat hingga awal tahun 2012 mencapai jiwa. Secara rinci Tabel 1.4 berikut ini menerangkan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap kecamatan Tahun Awal Tahun Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan Awal Tahun 2012 masih tergolong sangat rendah, akan tetapi tiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata kepadatan di tahun 2008 sebesar 67 jiwa/km2 menjadi 77 jiwa/km2 di Awal tahun 2012, Kecamatan Talang Kelapa merupakan kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tertinggi. Pada awal tahun 2012, rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa mencapai 441 jiwa/km2. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa disebabkan karena kecamatan ini letaknya strategis karena lebih dekat dengan Kota Palembang. Sementara kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Muara Sugihan, yang pada awal tahun 2012 rata-rata kepadatan penduduknya hanya 11 jiwa/km2. Persebaran kepadatan penduduk Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Peta Kepadatan Gambar 1.13,sedangkan perkembangan dan Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dapat melihat grafik pada gambar 1.12 dan table 1.4 berikut ini : I -29

30 Tabel 1.4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Banyuasin Tahun 2007-Awal Tahun 2012 Jumlah Penduduk (jiwa) Laju No Kecamatan Pertumbuhan Penduduk (%) 1. Rantau Bayur ,5 2. Betung ,4 3. Banyuasin III ,5 4.. Pulau Rimau ,5 5. Tungkal Ilir ,5 6. Talang Kelapa ,5 7. Tanjung Lago ,3 8. Banyuasin I ,2 9. Rambutan ,5 10. Muara Padang ,7 11. Muara Sugihan ,8 12. Banyuasin II ,7 13. Makarti Jaya ,2 14. Air Salek ,7 15. Muara Telang ,8 16. Suak Tapeh *) *) *) *) 17. Sembawa *) *) *) *) 18. Marga Air *) *) *) *) Telang 19. Air Kumbang *) *) *) *) Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2,6 J u m l a h Sumber : BPS,Banyuasin Dalam Angka 2010, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Banyuasin 2011 Ket : *) Angka masih tergabung dalam kecamatan induk Gambar 1.12 Grafik Peningkatan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuasin Tahun I -30

31 Gambar 1.13 Peta Kepadatan Penduduk I -31

32 Tabel 1.5 Rata-Rata Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2011 No Kecamatan Pertengahan Awal Tahun 2012 Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Wilayah (jiwa) (jiwa/km2) 1. Rantau Bayur 435, Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Saleh Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang J u m l a h , Sumber : BPS, Banyuasin Dalam Angka, /2011 Ket : *) Angka masih tergabung dalam kecamatan induk B. Proyeksi Penduduk Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin sampai dengan tahun 2031 akan digunakan pendekatan Lung Polinomial Methods, dengan dasar pemikiran bahwa perkiraan pertambahan penduduk ke depan tidak lagi selamanya mengikuti pola pertumbuhan yang berlaku di wilayah perencanaan karena sebagai daerah baru dengan potensi/peluang untuk kemungkinan berusaha lebih baik akan menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk luar untuk memasuki wilayah Kabupaten Banyuasin. Penggunaan Metoda Lung Polinomial berlandaskan pada angka pertumbuhan rata-rata Kabupaten Banyuasin sebesar 2,6 % per tahun. Berikut ini hasil perhitungan proyeksi penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap Kecamatan hingga tahun Tabel 1.6. I -32

33 Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin HinggaTahun 2031 Jumlah Jumlah Penduduk (jiwa) No Kecamatan Penduduk Awal Tahun Rantau Bayur Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Salek Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang J u m l a h Sumber : Hasil Analisis, 2011 Dengan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin hingga Tahun 2031 mencapai jiwa maka kepadatan penduduk di tahun 2031 akan menjadi 112 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Talang Kelapa yaitu sebesar 718 jiwa/km 2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Muara Sugihan sebesar 17 jiwa/km 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 1.7 berikut: I -33

34 Kecamatan Tabel 1.7 Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan Kabupaten Banyuasin Hingga Tahun 2031 Luas Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Rantaubayur 435, Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Salek Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang , Sumber : Hasil Analisis, Potensi Bencana Alam Potensi bencana akan selalu berkaitan dengan tingkat kerentanan dan tingkat kerawanan bencana pada masing-masing kawasan tertentu sesuai dengan karakteristik morfologi, geologi, klimatologi dan topografi kawasan. Selain itu peningkatan suhu global telah pula menjadi perhatian serius karena mengakibatkan lapisan es di Antartika dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan permukaan laut. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kawasan pesisir yang di miliki Kabupaten Banyuasin. Penanganan dampak pemanasan global semakin menjadi prioritas nasional, bukan hanya disebabkan timbulnya kenaikan permukaan laut tetapi pemanasan global itu telah menyebabkan perubahan iklim. Perubahan ini dapat kita lihat dari fenomena cuaca yang semakin tidak menentu, intensitas curah hujan yang tinggi, ombak semakin besar, banjir, kebakaran hutan,dan kekeringan I -34

35 yang dapat saja berpengaruh terhadap wilayah Kabupaten Banyuasin. Kebijakan dan program strategis terkait adaptasi dan mitigasi pemanasan global perlu segera diambil pemerintah. Strategi yang kita lakukan sekarang dalam menghadapi pemanasan global akan menentukan kualitas lingkungan kita di masa depan. Beberapa bentuk kerawanan bencana yang dapat terjadi di wilayah Kabupaten Banyuasin diantaranya sebagai berikut : A. Daerah Rawan Genangan Topografi Kabupaten Banyuasin yang 80% merupakan dataran rendah basah dengan kemiringan 0-8% terletak sepanjang aliran sungai sampai dengan wilayah pesisir. Dari hasil kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim Sumatera Selatan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuasin yang wilayahnya berbatasan langsung dengan pantai timur Sumaterta Selatan yaitu Selat Bangka memiliki risiko sangat tinggi terhadap penggenangan pesisir mengingat wilayah Banyuasin tergolong dataran rendah (lowland) sehingga mempunyai tingkat keterpaparan tinggi terhadap perubahan iklim khususnya bahaya penggenangan pesisir yang disebabkan oleh kombinasi kenaikkan air laut, gelombang badai dan fenomena La-Nina pada saat air pasang maksimum. Tren kenaikan suhu permukaan laut di sekitar pantai timur Sumatera Selatan berkisar 0,02 0 C/tahun yang setara dengan nilai rata-rata di seluruh perairan Indonesia. Sedangkan untuk kenaikkan muka air laut, berdasarkan hasil estimasi altimeter, model dan data pasang surut berkisar antara 0,5-0,7 cm/tahun. Proyeksi kenaikkan muka air laut pada tahun 2030 sebesar ±13,5-15,6 cm, dinatara nilai tersebut sekitar 6-15 cm merupakan hasil kontribusi pencairan es yg di estimasi dengan model. Kejadian ekstrem juga berpengaruh terhadap kenaikan muka air laut yaitu fenomena La-Nina (Pengaruh dari Samudera Pasifik) yang dapat menimbulkan kenaikkan sebesar 15 cm terhadap muka air laut dalam keadaan normal. Gelombang signifikan pada pantai timur Sumatera Selatan meninggi sekitar bulan Desember-Januari dan menurun pada bulan mei. Kondisi tersebut mengakibatkan Kabupaten Banyuasin memiliki luasan daerah genangan tahunan dengan total luasan genangan sekitar ,7 Ha. Luasan tersebut terbagi dalam 4 tipe luapan mulai dari genangan dengan tipe A yaitu lahan I -35

36 yang selalu terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tipe genangan ini terutama tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Makarti Jaya, Muara Padang, Banyuasin II, dan Muara Sugihan. Selanjutnya tipe genangan B dimana lahan terluapi saat pasang besar, kondisi ini terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Muara Sugihan, Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Makarti Jaya. Tipe genangan C yaitu dalam kondisi tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang surut kurang dari 50 cm dan genangan tipe D yaitu dalam kondisi tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm, tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier. Untuk Sebaran daerah genangan C dan D cukup merata hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Banyuasin. Pada kondisi normal genangan yang ada merupakan kondisi alami yang ada di Kabupaten Banyuasin, akan tetapi perlu diambil langkah ke depan terkait kenaikan suhu global yang akan berpengaruh terhadap kawasan yang secara alami merupakan daerah genangan berkala, terutama di kawasan pesisir. Persebaran kawasan rawan genangan di Kabupaten Banyuasin di terlihat pada Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana. B. Kawasan Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung Badai dan topan serta angin puting beliung adalah salah satu diantara pengaruh pemanasan suhu global. Turbalensi suhu mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Sebagian besar sebaran kawasan rawan bencana angin puting beliung terletak di wilayah pesisir. Berikut sebaran kawasan Kabupaten Banyuasin yang memiliki daerah Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung diantaranya adalah Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Betung, Kecamatan Pulau Rimau,Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, dan Kecamatan Tanjung Lago. I -36

37 C. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Potensi bencana kebakaran hutan di Kabupaten Banyuasin disebabkan oleh Faktor kesengajaan antara lain pembakaran lahan untuk keperluan pertanian, dan faktor alam yaitu disebabkan oleh musim kemarau mengakibatkan vegetasi semak belukar, lahan basah dan bergambut yang kering mudah terbakar. Faktor kesengajaan dalam pembakaran lahan masih merupakan budaya sebagian masyarakat di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuasin, dimana pada musim kemarau panjang masyarakat mencari kawasan semak belukar dengan ketebalan bahan organik tinggi untuk sengaja dibakar lalu ditebari benih padi (sistem sonor) yang kemudian di biarkan dan datang kembali saat musim panen. Berdasarkan sebaran hot spot hasil pantauan Satelit SSMFP, potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi di Kabupaten Banyuasin,tersebar di Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin I, Muara Padang, Tungkal Ilir dan Muara Sugihan serta kawasan lain yang memiliki Lahan gambut cukup tebal seperti di daerah Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya. Sebaran hot spot tersebut dapat dilihat pada gambar Biasanya kebakaran hutan tersebut terjadi sekitar Juni-September. D. Kawasan Rawan Kekurangan Air (Kekeringan) Perubahan iklim menjadi salah satu pertimbangan dasar dalam pengelolaan air, misalnya dalam pengembangan infrastruktur air mengenai kualitas dan kuantitas air. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Kekeringan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB) Tahun 2010 dan Kajian Risiko Kekurangan Air oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuasin termasuk dalam tingkat risiko tinggi untuk bencana kekeringan. Bencana kekeringan di Kabupaten Banyuasin terutama terjadi di musim kemarau, dimana sumber-sumber air warga baik itu sumur maupun sungai kecil kering. Kondisi tersebut I -37

38 yang mengakibatkan hampir di setiap kecamatan mengalami kekurangan air bersih untuk air minum, memasak, mandi, dan mencuci maupun air untuk kebutuhan irigasi. Dari hasil kajian tersebut, risiko kekurangan air di Kaupaten Banyuasin termasuk dalam 2 zona utama dari 4 zona yang diklasifikasikan berdasarkan Daerah Aliran Sungai dan susunan sungai, Kabupaten Banyuasin tergolong tingkat risiko menengah sampai sangat tinggi yang tersebar di kawasan DAS Musi serta tingkatan risiko dari sangat rendah sampai sangat tinggi di kawasan Das Banyuasin.. I -38

39 Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana I -39

40 1.3.4 Potensi Sumber Daya Alam Potensi sumber daya alam merupakan segala potensi alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Potensi sumber daya alam yang berada di Kabupaten Banyuasin sangat dipengeruhi oleh kondisi wilayah Kabupaten Banyuasin dimana lebih dari setengah luas wilayah merupakan kawasan lahan basah, pasang surut dan lebak yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian, sedangkan sisanya, kurang dari setengah luas wilayah sebagai lahan usaha nonpertanian termasuk untuk lahan bangunan, pekarangan dan jalan. A. Potensi Sumberdaya Lahan Lahan Pasang Surut di Muara Kumbang Kabupaten Banyuasin Kondisi sumberdaya lahan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari lahan basah dan lahan kering, dimana Hampir 80 persen dari wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan hamparan lahan basah berupa dataran rendah rawa lebak, dataran rendah lahan gambut, serta dataran rendahpasang surut dan sisanya sekitar 20% merupakan lahan kering yang dimanfaatkan untuk pekarangan dan permukiman, perkebunan, ladang dan pemanfaatan lainnya. Kawasan khusus berekosistem rawa pasang surut yang dibelah-belah oleh aliran sungai dan menjadi delta-delta serta membentuk dataran rendah yang bergambut tersebar di sepanjang pesisir timur. Sedangkan di sepanjang pesisir hilir Sungai Musi dan Sungai Komering terdapat kawasan lebak. Potensi lahan pasang surut yang tersedia di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi sentra produksi pertanian dan perkebunan dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi. Hal ini tercermin dengan pemanfaatan lahan pasang surut yang dominan untuk tanaman pangan khususnya beras dan telah menghantarkan Kabupaten Banyuasin sebagai penyumbang produksi beras Sumatera Selatan ± 26%. Demikian juga dibidang perkebunan, dimana lahan pasag surut yang belum termanfaatkan untuk tanaman pangan menjadi faktor penarik bagi investor di bidang perkebunan kelapa sawit. I -40

41 Potensi pengembangan lahan produktif juga dapat dilakukan pada lahan berawa (lebak dan gambut). Berdasarkan penggunaan lahan eksisting Kabupaten Banyuasin tipologi lahan berawa ini berupa kawasan hutan rawa primer seluas Ha, kawasan hutan rawa sekunder seluas Ha, kawasan rawa Ha serta semak belukar rawa yang memiliki luasan terbesar yaitu Ha atau sekitar 22% dari luas total Kabupaten Banyuasin. Sebaran Lahan rawa tersebut terletak di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasindua, Pulau Rimau, Air Salek, Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. B. Kehutanan Kawasan hutan Kabupaten Banyuasin luasnya mencapai ,88 Ha atau sekitar 40% dari total luas Kabupaten Banyuasin. Kawasan hutan tersebut di dominasi oleh Taman Nasional Sembilang seluas Ha yang telah ditetapkan menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 95/Kpts-II/003 tanggal 19 Maret 2003 serta jenis kawasan lainnya berupa kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi, kawasan huntan konversi, dan hutan yang terdapat di kawasan suaka alam berupa suaka margasatwa. (Perhatikan Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan). Untuk lebih jelasnya, secara rinci jenis kawasan hutan di Kabupaten Banyuasin menurut fungsinya, dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tabel1.8 Kondisi Eksisting Hutan Di Kabupaten Banyuasin No Kawasan Hutan Luas (Ha) 1. Hutan Lindung ,66 2. K.Hutan Produksi ,37 3. HPK ,85 4. Kawasan Suaka Alam : Suaka Margasatwa Taman Nasional Sembilang Total ,88 Sumber : - Peta Rupa Bumi Bakosurtanal - Peta Kawasan Hutan - Draft RTRWP Sumatera Selatan Dari kawasan hutan tersebut, dihasilkan berbagai potensi sumberdaya hutan diantaranya berupa kayu yaitu jenis kayu bulat dan olahan yang telah dipasarkan I -41

42 baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di tahun 2009 hasil produksi kayu tersebut mencapai m 3. C. Penggalian, Pertambangan dan Energi Kabupaten Banyuasin merupakan daerah yang memiliki bahan galian yang cukup potensial seperti minyak dan gas bumi, batubara, gambut, lempung, kaolin, pasir kuarsa. Kualitas batubara di Kab. Banyuasin umumnya berjenis Ligmit Subbituminous dengan kalori Kcal/kg dan memiliki kadar sulfur dan abu rendah, baik untuk bahan bakar PLTU dan sebagai komoditi ekspor non migas yang dapat menjadi sumber devisa negara. Untuk kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagian berlokasi di Kecamatan Pulau Rimau dengan jumlah sumur produksi sebanyak 24 sumur atau barel/hari dan wilayah lain seperti Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin II, Tungkal Ilir dan Betung. Sebaran lokasi izin usaha pertambangan migas yang terdapat di Kabupaten Banyuasin dapat diihat pada Tabel 1.9 dan Gambar 1.17 Peta Kawasan Pertambangan Migas. Tabel 1.9 Izin Migas Di Kabupaten Banyuasin NO COMPANY Kecamatan 1. Petronas Cargau (Tanjung Jabung) Kec. Rantau Bayur 2. Job Pertamina-Amirada Hiss Jambi Merang Kec. Banyuasin II 3. PT. Pertamina E&P Kec. Tungkal Ilir 4 PT. Odira Energi Karang Agung Kec. Pulau Rimau 5 Conoco Phillips (Gresik) Kec. Banyuasin II 6 PT. Medco E&P Rimau Kec. Betung 7 PT. Seli Raya Belida Kec. Rantau Bayur 8 PT. Medco E&P Indonesia Kec. Rantau Bayur 9 Star Energy (Sekayu) Kec. Rantau Bayur 10 Job Pertamina-Goldenspike Indonesia Kec. Rantau Bayur Sumber :Dinas Pertambangan Kabupaten Banyuasin Sedangkan bahan galian batubara tersebar di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kec. Rantau Bayur, Kec. Pulau Rimau, Kec. Betung, Kec. Banyuasin I dan Kec. Banyuasin III dengan perkiraan 2,5 milyar ton. Dari data Dinas Pertambangan setempat telah terdapat izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi seluas Ha dan IUP Eksplorasi seluas Ha yang berada di Kecamatan Banyuasin III, Pulau Rimau, Rantau Bayur, Betung, Tungkal Ilir, Talang Kelapa dan Kecamatan Muara Telang. I -42

43 (Perhatikan Gambar 1.18 Peta Kawasan Pertambangan Batubara). Berikut ini sebaran lokasi izin usaha pertambangan batubara yang terdapat di Kabupaten Banyuasin : Tabel 1.10 Izin Usaha Pertambangan Batubara(Eksplorasi) Di Kabupaten Banyuasin NO COMPANY DISTRICT Luas Kawasan (Ha) 1. PT. Basin Coal Mining Kec. Rantau Bayur PT. Bumi Indo Power Kec. Banyuasin III, Kec. Betung PT. Basindo Karya Utama Kec. Tungkal Ilir 3760 Kec. Tungkal Ilir PT. Buana Minera Harvest Kec. Pulau Rimau, Kec. Tanjung Lago PT. Graha Nusa Minergi Kec. Tungkal Ilir PT. Sumber Alam Makmur Utama Kec. Suak Tapeh, Kec. Pulau Rimau Kec. Banyuasin II, Kec. Muara Telang Kec. Tungkal Ilir dan Kec. Pulau Rimau PT. Tubindo Kec. Rantau Bayur, Kec. Betung PT. Elok Indah Subur Jaya Kec. Tungkal Ilir PT. Nusantara Alam Pasifik Kec. Betung, Kec. Pulau Rimau PT. Trimata Coal Perkasa Kec. Tungkal Ilir PT. MBH Mining Resources Kec. Tungkal Ilir Kec. Pulau Rimau PT. Bhumindo Tambang Jaya Kec. Betung PT. Tubindo Energi Kec. Rantau Bayur, Banyuasin III, 9560 Betung 14 PT. Trimata Benua Kec. Tungkal Ilir 4804 Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Banyuasin Untuk jenis tambang lainnya yaitu Kaolin sebesar ton terdapat di Kec. Talang Kelapa, Kec. Pulau Rimau dan Kec. Betung. Tambang Koain ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat keramik, kertas, industri farmasi, industri komestik dan plastik. Selain itu terdapat jenis tambang Bentonit yang tersebar di Kec. Talang Kelapa. Tambang ini digunakan sebagai bahan baku pembuat cat, bahan baku industri cor, lem dan industri kelapa sawit. Kegiatan pertambangan lainnya berupa Gambut sebesar m3 yang berada di Kecamatan Muara Padang, Pasir Silika sebesar m3 di Kecamatan Talang Kelapa dan Tanah Urug yang tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin. I -43

44 Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan I -44

45 Gambar 1.17 Peta Kawsan Migas I -45

46 Gambar 1.18 Peta Pertambangan Batubara I -46

47 D. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah di Sumatera Selatan yang memiliki kawasan perairan terbesar. Kabupaten banyuasin memilik panjang pantai sekitar 275 km dan luas laut sebesar 1.765,4 Km², kawasan pantai tersebut membentang dari perbatasan Provinsi Jambi hingga perbatasan Kabupaten Ogan Komering Ilir berhadapan dengan Selat Bangka. Untuk delineasi kawasan pesisir, Batas ke arah darat berdasarkan Ekologis adalah kawasan yang masih dipengaruhi oleh prosesproses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang. Secara administrative yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km, dst dari garis pantai), sedangkan Batas ke arah laut berdasarkan Ekologis yaitu kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi prosesproses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, seperti aliran air sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar dan Administratif 4 mil dari garis pantai, dari ketentuan tersebut delineasi kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin adalah batas administrasi Kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut dan 4 mil ke arah laut sesuai kewenangan kabupaten yang meliputi lima Kecamatan, yaitu Banyuasin II, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan Tanjung Lago serta terdapat sekitar 22 pulau-pulau kecil baik yang berada di wilayah laut maupun di perairan sungai. Keberadaan kawasan perairan di Kabupaten Banyuasin sangat potensial, baik sebagai jalur transportasi yang strategis karena merupakan pintu gerbang penghubung Provinsi Sumatera Selatan dengan Pulau Bangka, juga menyimpan potensi hasil laut yang melimpah serta potensi wisata. Pada Kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin juga terdapat kawasan konservasi Taman Nasional Sembilang yang memiliki hutan mangrove dengan ketebalan sekitar 35 km. Potensi hasil laut berupa perikanan laut, perairan umum (budidaya keramba), budidaya tambak dan budidaya ikan air tawar. Berikut ini potensi perikanan di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut : I -47

48 Tabel 1.11 Potensi Perikanan Kabupaten Banyuasin No. Jenis Pemanfaatan Potensi Potensi yang telah dikelola 1. Perikanan Laut 1000 unit 52 unit 2. Budidaya Air Payau Ha Ha 3. Budidaya Air Tawar : Kolam Ha Ha Keramba unit 153 unit Sumber : RTRW Kab. Banyuasin Jumlah nelayan RTP dan buruh RTBP. Jenis ikan yang dominan adalah manyung, cucut, pari, teri, gerot-gerot, selar, golok-golok, Petek/peperek dan bawal hitam, serta udang putih. Untuk sarana transportasi, akan dikembangkan kawasan pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api Potensi Ekonomi Wilayah A. Struktur dan Pertumbuhan Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama dalam mengukur pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan grafik pertumbuhan nilai PDRB disamping, menunjukkan PDRB di Kabupaten Banyuasin dengan migas atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar juta rupiah dan terus mengalami peningkatan menjadi juta rupiah di Tahun 2010, sehingga Pertumbuhan ekonomi Banyuasin dengan migas tahun 2010 sebesar 15 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Banyuasin melalui nilai PDRB tanpa migas hingga Tahun 2010 tumbuh sebesar 12 persen dengan jumlah juta rupiah di Tahun 2008 dan meningkat menjadi juta rupiah di Tahun I -48

49 Berdasarkan grafik prosentase disamping, sektor pertanian merupakan pemberi kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banyuasin jika dilihat menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku yaitu sebesar 30% selanjutnya lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 27%, sedangkan lapangan usaha dengan kontribusi terkecil yaitu pada listrik dan air bersih. Pada tahun 2010, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar juta rupiah terhadap PDRB yang kemudian disusul sektor industri pengolahan (migas dan non migas) yaitu sebesar juta rupiah. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar juta rupiah. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut ini. Tabel 1.12 PDRB Kabupaten Banyuasin menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku No LapanganUsaha (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian 3,010,757 3,267,488 3,635,805 2 Pertambangan dan Penggalian 1,711,554 1,480,075 1,809,664 3 Industri Pengolahan 2,712,649 2,828,403 3,229,598 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,173 4,526 4,984 5 Bangunan 718, , ,696 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,129,644 1,243,465 1,427,809 7 Pengangkutan dan Komunikas 53,765 59,712 67,212 8 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 70,229 77,496 86,682 9 Jasa-jasa 466, , ,325 PDRBdengan Migas 9,878,661 10,396,719 11,921,775 PDRBtanpa Migas 6,742,686 7,520,534 8,596,949 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin (Dokumen Banyuasin Dalam Angka)Tahun 2010 B. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita merupakan PDRB atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pertumbuhan pendapatan perkapita Banyuasin menunjukkan angka yang meningkat pada periode tahun Pendapatan perkapita penduduk Banyuasin tahun 2008 atas dasar harga berlaku adalah sebesar I -49

50 rupiah (dengan migas), sedangkan jika tanpa migas pendapatan perkapitanya sebesar rupiah. Tabel 1.13 Pendapatan Perkapita Penduduk Banyuasinatas Dasar Harga Berlaku Tahun Tahun Dengan Migas (Rp) Tanpa Migas (Rp) Sumber : Banyuasin Dalam Angka, 2008 C. Peran dan Produksi Sektoral Dalam pembahasan ini akan dijelaskan Analisis perekonomian mengenai kinerja sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banyuasin serta peranannya dalam lingkup Propinsi Sumatera Selatan. Didahului dengan penentuan sektor-sektor unggulan (sektor-sektor basis) yaitu sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap kegiatan perekonomian di Kabupaten Banyuasin. Penentuan sektor-sektor basis dimaksudkan untuk menentukan pengaruh dari perubahan-perubahan ekonomi lokal dan untuk memproyeksi ke depan dari ekonomi lokal tersebut. Hal ini membantu kita untuk lebih fokus perhatiannya pada sektor-sektor ekonomi penting yang mempengaruhi keseluruhan perekonomian Kabupaten Banyuasin sehingga sektor basis tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut guna memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat lokal bahkan secara regional pada tiap sektor. Metoda yang dilakukan adalah metoda LQ (Location Quotient). Metoda ini digunakan untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Dalam perhitungan dengan metoda LQ ini akan digunakan data PDRB Kabupaten Banyuasin dan data PDRB Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 1.14 Nilai LQ PDRB Kabupaten Banyuasin No SEKTOR PDRB Kab. Banyuasin PDRB Provinsi Sumatera Selatan Nilai LQ 1. Pertanian ,56 2. Pertambangan & Penggalian ,74 3. Industri Pengolahan (tanpa migas) ,99 4. Listrik dan Air Bersih ,09 I -50

51 No SEKTOR PDRB Kab. Banyuasin PDRB Provinsi Sumatera Selatan Nilai LQ 5. Bangunan ,96 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,82 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,11 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa ,17 Perusahaan 9. Jasa-jasa ,14 TOTAL SEKTOR Sumber : Hasil Analisis,2011 Berdasarkan hasil analisis nilai LQ, sektor unggulan (sektor basis) yang mendukung perkembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Banyuasin terdiri dari sektor pertanian, industri pengelolahan (tanpa migas) dan sektor jasa Pertanian A. Pertanian Tanaman Pangan Tanaman Pangan yang diproduksi oleh Kabupaten Banyuasin antara lain padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau. Produksi tanaman padi di Kabupaten Banyuasin meliputi padi ladang, padi pasang surut dan padi lebak, dengan dominasi produksi yaitu untuk jenis padi pasang surut. Jenis padi pasang surut memiliki produksi terbesar dengan total produksi ,8 ton di tahun 2010, sedangkan produksi terkecil yaitu jenis padi lebak sebesar ,1 ton. Mengingat Kabupaten Banyuasin penopang terbesar lumbung padi nasional di Provinsi Sumatera Selatan, Oleh karenanya masih perlu dilakukan kegiatan intensifikasi maupun ekstensifikasi kegiatan pertanian tanaman padi untuk meningkatkan hasil produksi. I -51

52 Tanaman jagung diproduksi hampir di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuasin dengan total produksi di tahun 2010 mencapai Ton dan yang terbesar Kacamatan Banyuasin I. Tanaman pangan lainnya yang dihasilkan di Kabupaten Banyuasin adalah Ubi Kayu dengan nilai total produksi ,2Ton, potensi unggulan ubi kayu terbesar terdapat di Kecamatan Betung, Kecamatan Tungkal Ilir, Talang Kelapa, Banyuasin I, Rambutan, dan Kecamatan Muara Sugihan. Untuk Produksi ubi jalar di Kabupaten Banyuasin sebesar 4.626,7 Ton dengan potensi ekspor berada di Kecamatan Betung, Talang Kelapa, Banyuasin I, Rambutan dan Muara Sugihan. Total Produksi kacang Tanah di Tahun 2010 sebesar 465,7Ton. Pertanian tanaman kedelai memiliki total produksi sebesar 110Ton dan hanya Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin II, Makarti Jaya dan Air Salek yang memiliki potensi. Untuk Kacang hijau merupakan tanaman yang sifatnya optional dengan total produksi hanya 184,8ton di tahun 2010 terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, Betung, Talang Kelapa, Banyuasin I dan Muara Telang. B. Pertanian Holtikultura Pertanian holtikultura yang terdapat di Kabupaten Banyuasin meliputi tanaman buah-buahan dan sayuran. Untuk tanaman buah-buahan diproduksi hampir di semua kecamatan. Jenis buah-buahan yang dihasilkan meliputi mangga, jeruk, pepaya, sawo, durian, duku, nangka, jambu biji, rambutan dan pisang. Produksi tertinggi yaitu untuk tanaman jeruk, rambutan dan pisang yang masing-masing ton, 1.262,7 ton dan ,1 ton di tahun Produksi tanaman sayuran yang dihasilkan di Kabupaten Banyuasin meliputi kacang panjang, cabai, tomat, terong, timun, kangkung, bayam dan buncis. Total produksi terbesar yaitu untuk komoditi terong mencapai 318,6 Ton dan produksi terkecil yaitu komoditi buncis sebesar 36,6 ton. I -52

53 C. Perkebunan Karet, kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditi perkebunan yang banyak diusahakan oleh rakyat Kabupaten Banyuasin, dibanding dengan komoditi kopi dan kakao. Hal ini terlihat dari jumlah produksi untuk karet di tahun 2010 yaitu produksi perkebunan rakyat sebesar ,5 ton dan produksi PBMN dan PBSN sebesar Ton. Perkembangan luas area perkebunan karet Tahun 2004 Tahun 2008 meningkat sekitar 4,7 % dari Ha di Tahun 2004 menjadi Ha di Tahun Potensi perkebunan karet terutama tersebar di Kecamatan Betung, Banyuasin III, Ranbutan dan Rantau Bayur. Untuk komoditas kelapa sawit, Kabupaten Banyuasin memberikan kontribusi hasil produksi bagi Sumatera Selatan sekitar 13%, yaitu ton untuk perkebunan rakyat dan Ton dari PBMN dan PBSN. Perkembangan luas area perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Banyuasin terus mengalami peningkatan sebesar 20% dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yaitu Ha menjadi Ha. Persebaran potensi perkebunan sawit di Kabupaten Banyuasin terutama berada di Kecamatan Pulau Rimau, Talang Kelapa, Betung dan Kecamatan Banyuasin III, sementara pada komoditas kelapa Kabupaten Banyuasin memberikan kontribusi terbesar di Sumatera Selatan sekitar 62% dengan hasil produksi ton dari perkebunan rakyat serta 2576 dari PBMN dan PBSN, luas area komoditi kelapa dari tahun 2005 seluas Ha terus meningkat sekitar 5% di Tahun 2008 menjadi Ha. Potensi perkebunan kelapa tersebut tersebar di kawasan pesisir terutama berada di Kecamatan Muara Telang, Muara Padang, Muara Sugihan, Makarti Jaya, Pulau Rimau dan Rambutan. Hasil komoditas lainnya 808 ton untuk kopi serta 16 ton kakou. Total areal perkebunan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 sebesar Ha yang terdiri dari perkebunan rakyat dan Ha PBSN dan PBN. I -53

54 D. Peternakan Jenis peternakan yang diusahakan di Kabupaten Banyuasin meliputi peternakan besar seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan babi serta peternakan unggas yang meliputi ayam petelur, ayam pedaging, ayam buras dan itik. Populasi ternak dan unggas di Kabupaten Banyuasin cenderung terus meningkat. Populasi ternak tahun 2010, untuk kambing sebanyak ekor, sapi sebanyak ekor. Kerbau dan domba masing-masing hanya sekitar dua ribuan ekor. Populasi unggas ayam ras sebanyak ekor, ayam bukan ras sebanyak ekor dan itik sebanyak ekor. E. Perikanan. Kegiatan perikanan pada perekonomian daerah, memberikan kontribusi sekitar 13,0 persen sehingga posisinya menempati pada urutankedua setelah sub sektor Tanaman Bahan Makanan yaitu dari hasil produksi penangkapan ikan dan budidaya ikan. Produksi ikan tahun 2010, sebanyak ,91 ton, yang diperoleh dari hasil penangkapan ikan di laut sebanyak ,77 ton, penangkapan ikan di perairan umum sebanyak 8.656,80 ton dan hasil budidaya ikan ,34 ton. Sedangkan jenis ikan dari perairan umum yang berkualitas ekspor diantaranya jenis ikan Bandeng, Udang Windu dan lain sebagainya. Potensi untuk perikanan umum hampir merata di setiap kecamatan, sedangkan jenis perikanan laut hanya terdapat di Kecamatan Banyuasin II dan Air Salek. Untuk jenis perikanan budidaya terdapat di Kecamatan Tanjung Lago, Muara Padang, Muara Sugihan dan Muara Telang Sektor Industri Besarnya nilai produksi/nilai tambah sektor industri Kabupaten Banyuasin sangat dipengaruhi oleh industri minyak/gas bumi, selain migas jenis industri lainnya yaitu Industri kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur),industri makanan dan minuman,industri barang galian non logam, Industri karet dan barang-barang dari karet. Di Kabupaten Banyuasin, Jenis industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri besar/sedang dan industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Industri Besar/sedang, Jenis industri tersebut meliputi Industri minyak/gas bumi, kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur), Industri makanan dan I -54

55 minuman, Industri karet dan barang-barang olahan dari karet dengan jumlah total industri di Tahun 2010 sebanyak 99 unit perusahaan. Industri kecil dan kerajinan Rumah Tangga, tersebar di mengikuti kawasan permukiman, dengan total jumlah industri di Tahun 2010 sebesar 384 unit perusahaan Pariwisata Sektor pariwisata, seni dan budaya merupakan bidang pembangunan yang memiliki potensi yang begitu besar untuk dikembangkan di Kabupaten Banyuasin. Kualitas sumber daya tarik wisata di Kabupaten Banyuasin cukup beragam, baik keunikan/kelangkaan, keragaman daya tarik maupun jangkauan pemanfaatannya bagi wisatawan. Misalnya sumber daya wisata Taman Nasional Sembilang yang dengan luas sekitar hektar mempunyai keunikan sumber daya hayati yang tidak ditemukan di tempat lain dan merupakan salah satu dari dua situs ramsar lahan basah yang ada di Indonesia. Keistimewaan kawasan Sembilang terutama karena keberadaan Hutan Mangrove paling tebal di dunia (sekitar 35 km) yang merupakan habitat berbagai jenis tanaman dan hewan langka, sebagai tempat berkumpulnya kelompok burung migran jenis stork serta jenis burung langka Wallace Hawk Eagle. Kawasan hutan bakau yang sangat tebal, pesisir pantai yang sangat panjang serta keberadaan permukiman nelayan di perairan pantai yang unik dengan pusatnya yang berada di Desa Sungsang cukup menunjang dan menambah keragaman daya tarik wisata di kawasan Sembilang. Potensi eco-tourism yang sangat unik serta daya tarik yang sangat beragam ini cuckup layak untuk dimanfaatkan dan dipasarkan bagi masyarakat internasional. Seperti banyak dijumpai di tempat lain, sumber daya wisata kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin cukup mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Namun demikian, ragam daya tarik di area perkebunan terbatas pada panorama/nuansa hijau perkebunan dan kegiatan pengolahan hasil perkebunan yang ada di lokasi. Pada saat ini kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Banyuasin terutama Melania dan Sembawa sudah dimanfaatkan masyarakat disekitarnya sebagai tempat berwisata I -55

Alamat : Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Jl. Lingkar No. 05 Pangkalan Balai Tekp. (0711) Kode Pos 30753

Alamat : Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Jl. Lingkar No. 05 Pangkalan Balai Tekp. (0711) Kode Pos 30753 Alamat : Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Jl. Lingkar No. 05 Pangkalan Balai Tekp. (0711) 7690007 Kode Pos 30753 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN BAB GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN Kabupaten Banyuasin adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin yang terbentuk berdasarkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN POTENSI KABUPATEN BANYUASIN BANYUASIN GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN Kec. Tungkal Ilir Kec. Betung Kec. Suak Tapeh Kec. Pulau Rimau Kec. Tanjung Lago Kec. Kec. Banhyuasin Sembawa

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) wilayah seluruhnya ,99 Km2 atau Ha.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) wilayah seluruhnya ,99 Km2 atau Ha. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Selatan, Letak Geografis

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN

BAB II KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN BAB II PROFIL KABUPATEN BANYUASIN 2.1 Tata Letak, Fisiografi, Ekonomi, dan Sosial Budaya 2.1.1. Tata Letak Gambaran geografis yaitu menjabarkan posisi geografis daerah Kabupaten Banyuasin yang ditandai

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Rizky Rangga Wijaksono 1 Ardy Maulidy Navastara 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN TRANSMIGRASI (P2MKT) DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-52 Pengendalian Perubahan Pemanfaatan Lahan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Untuk Mendukung Program

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

1.1. Geographycal Location

1.1. Geographycal Location KEADAAN GEOGRAFIS BAB I KEADAAN GEOGRAFIS CHAPTER I GEOGRAPHYCAL SITUATIONS 1.1. Letak Geografis 1.1. Geographycal Location Letak suatu wilayah yang strategis akan memberikan kontribusi pengaruh terhadap

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Isi Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xiv I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1 1.2. Maksud dan Tujuan Studi......8 1.2.1. Maksud......8

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN - 3 PEMERINTAHAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN K A T A P E N G A N TA R Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 K a t a P e n g a n

Lebih terperinci

MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN

MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN 2013-2018 KECAMATAN : BETUNG No 1 Penyusunan Dokumen Revisi Rencana Detail Tata Ruang Betung APBD Kab Bapedda&PM dan PU Cipta Karya Kab

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat Undang-undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DALAM KABUPATEN BANYUASIN DENGAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

Profil Tata Ruang. Provinsi Gorontalo

Profil Tata Ruang. Provinsi Gorontalo Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat Tata Ruang dan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG: MATERI 1. Pengertian tata ruang 2. Latar belakang penataan ruang 3. Definisi dan Tujuan penataan ruang 4. Substansi UU PenataanRuang 5. Dasar Kebijakan penataan ruang 6. Hal hal pokok yang diatur dalam

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci