Alamat : Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Jl. Lingkar No. 05 Pangkalan Balai Tekp. (0711) Kode Pos 30753

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Alamat : Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Jl. Lingkar No. 05 Pangkalan Balai Tekp. (0711) Kode Pos 30753"

Transkripsi

1 Alamat : Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin Jl. Lingkar No. 05 Pangkalan Balai Tekp. (0711) Kode Pos 30753

2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20 tahun. Rencana Tata Ruang Wilayah ini juga merupakan acuan pelaksanaan pembangunan secara komprehensif berbasis keruangan (spasial) yang secara umum berisi tujuan, kebijakan dan strategi serta indikasi program berdasarkan arahan rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan penetapan kawasan strategis di wilayah kabupaten. Penyusunan RTRW Kabupaten Banyuasin dilakukan berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang beserta Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten. Proses penyusunan RTRW Kabupaten Banyuasin ini dilakukan melalui suatu rangkaian studi akademis yang terdiri dari tahapan persiapan, survei instansional dan lapangan, kompilasi dan pengolahan data, analisis sektoral dan spasial, perumusan konsep dan penyusunan rencana. Dalam setiap tahapannya, proses penyusunan RTRW Banyuasin melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait, mulai dari Instansi Pemerintah di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten, tokoh masyarakat, akademisi, maupun instansi swasta. Hal ini dilakukan agar diperoleh masukan dan aspirasi semua pihak terkait melalui sosialisasi maupun konsultasi publik sesuai amanah peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan masukan dalam proses penyusunan dokumen RTRW Kabupaten Banyuasin ini sehingga dokumen ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Besar harapan kami agar dokumen RTRW ini dapat bermanfaat bagi pemanfaatan ruang 20 tahun ke depan di Kabupaten Banyuasin. Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

3 RANCANGAN PERATURAN DAERAH... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix BAB 1. PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kabupaten Banyuasin... I Undang-undang... I Peraturan Pemerintah... I Keputusan Presiden... I Instruksi Presiden... I Peraturan Menteri... I Peraturan Daerah... I PROFIL WILAYAH... I Gambaran Umum Kabupaten Banyuasin... I Kependudukan dan Sumber Daya Manusia... I Potensi Bencana Alam... I Potensi Sumber Daya Alam... I Potensi Ekonomi Wilayah... I Pertanian..I Sektor Industri.I Parawisata... I Sarana dan Prasarana Ekonomi.I-57

4 1.4 Isu Strategis Penataan Ruang Kabupaten Banyuasin..I-62 BAB 2. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG... II Tujuan Penataan Ruang... II Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang... II-2 BAB 3. RENCANA STRUKTUR RUANG... III Rencana Sistem Perkotaan... III Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten... III Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Darat... III Sistem Jaringan Kereta Api...III Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut... III Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi/Kelistrikan... III Jaringan Listrik... III Jaringan Energi... III Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi... III Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air... III Sistem Wilayah Sungai... III Sistem Jaringan Reklamasi Rawa... III Sistem Jaringan Air Baku... III Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lingkungan... III Sistem Pengelolaan Air Limbah... III Sistem Pemprosesan Sampah... III Sistem Drainase... III Rencana Sistem Jararingan Prasarana Lainnya.III Rencana Sistem Pengendalian Genangan/Banjir..III Rencana Sistem Penanganan Pantai.III Sistem penanganan risiko kekurangan air III Ruang dan jalur evakuasi bencana..iii-43 BAB 4. RENCANA POLA RUANG... IV Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung... IV-3

5 Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya... IV Kawasan Perlindungan Setempat... IV Kawasan Suaka Alam... IV Kawasan Rawan Bencana Alam... IV Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya... IV Kawasan Hutan Produksi... IV Kawasan Peruntukan Pertanian... IV Perikanan... IV Kawasan Peruntukan Pertambangan... IV Kawasan Peruntukan Industri... IV Kawasan Peruntukan Pariwisata... IV Kawasan Permukiman... IV Kawasan Peruntukan lainnya... IV-37 BAB 5. KAWASAN STRATEGIS DAN KAWASAN PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL... V Kawasan Strategis di Kabupaten Banyuasin... V Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Banyuasin... V Kawasan Strategis di Kabupaten Banyuasin... V Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil..V Kawasan Pesisir..V Pulau-Pulau Kecil V-23 BAB 6. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG... VI Perwujudan Rencana Struktur Ruang Kabupaten... VI Perwujudan Rencana Sistem Pusat Kegiatan/Pelayanan VI Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi VI Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi. VI Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi.... VI-13

6 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air VI Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan VI Perwujudan Rencana Sistem Prasarana Lainnya..VI Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten... VI Program Kawasan Lindung... VI Program Perwujudan Kawasan Budidaya... VI Perwujudan Rencana Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten... VI Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi... VI Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Lingkungan... VI Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Sosial-Budidaya... VI Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi... VI Indikasi Program Utama Lima Tahunan... VI Indikasi Program Utama Lima Tahunan VI-29 BAB 7. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG... VII Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Banyuasin... VII Ketentuan Perizinan dalam Penataan Ruang... VII Ketentuan Pemberian Insentif dan Disintensif... VII Arahan Pengenaan Sanksi... VII-39 BAB 8. HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG... VIII Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Kegiatan Penataan Ruang... VIII Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Kegiatan Penataan Ruang... VIII Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang...VIII-4

7 L A M P I R A N Tabel 1.1. Rincian Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2010/2011 I-11 Tabel 1.2. Tabel 1.3. Tabel 1.4. Tabel 1.5. Tabel 1.6. Tabel 1.7. Tabel 1.8. Luas Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Banyuasin Tahun, 2010 Jumlah dan Persentase Persebaran Penduduk per Kecamatan di kabupaten Banyuasin Tahun 2011 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di kabupaten banyuasin Tahun awal 2012 Rata-rata penduduk per kecamatan di kabupaten banyuasin tahun 2011 Proyeksi jumlah penduduk per kecamatan di kabupaten banyuasin hingga tahun 2031 Proyeksi kepadatan penduduk per kecamatan kabupaten banyuasin hingga tahun 2031 Kondisi Eksisting Hutan di Kabupaten Banyuasin I-26 I-28 I-30 I-32 I-32 I-34 I-41

8 Tabel 1.9. Izin Migas di Kabupaten Banyuasin I-42 Tabel Izin Usaha Pertambangan (Eksplorasi) Batubara di Kabupaten Banyuasin Tabel Potensi Perikanan Kabupaten Banyuasin I-43 I-48 Tabel PDRB Kabupaten Banyuasin menurut Lapangan Usaha atas Dasar harga berlaku Tahun I-49 Tabel Pendapatan Perkapita Penduduk Banyuasin atas Dasar Harga berlaku Tahun I-50 Tabel Nilai LQ PDRB Kabupaten Banyuasin I-50 Tabel Potensi Wisata di Kabupaten Banyuasin I-56 Tabel Jumlah tempat usaha yang dikelola Dinas Pengelolan Pasar Kabupaten banyuasin 2010 Tabel Jumlah Rumah tangga menurut Fasilitas Air dalam Kabupaten Banyuasin 2009 I-57 I-58 Tabel Jumlah Lokasi tempat TPA di Kabupaten Banyuasin I-59 Tabel Sarana dan Prasarana Perhubungan Darat, Laut dan Udara di Kabupaten Banyuasin Tabel Panjang Jalan dirinci menurut Status dan Keadaan Jalan di Kabupaaten Banyuasin 2010 Tabel Jumlah Kendaraan angkutan darat menurut Jenisnya di Kabupaten Banyausin I-60 I-61 I-61 Tabel 3.1. Kriteria Fungsi Sistem Perkotaan di wilayah kabupaten Banyuasin III-2 Tabel 3.2. Tabel 3.3. Rencana pengembangan pusat kegiatan dan fungsinya di kabupaten Banyuasin Rencana pengembangan jaringan jalan di kabupaten Banyuasin tahun 2031 Tabel 3.4. Rencana pengembangan Jembatan di kabupaten Banyuasin III-11 Tabel 3.5. Rencana pengembangan terminal di kabupaten Banyuasin III-13 III-4 III-9

9 Tabel 3.6. Rencana Pengembangan Pelayanan Transportasi Darat III-15 Tabel 3.7. Rencana Pengembangan Dermaga Sungai III-16 Tabel 3.8. Proyeksi Kebutuhan Listrik Perumahan III-25 Tabel 3.9. Jaringan Sungai dalam DAS III-29 Tabel Jaringan Pengairan Rawa Pasang Surut III-33 Tabel Nama Sungai yang digunakan untuk irigasi III-34 Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di kabupaten Banyuasin tahun 2031 III-37 Tabel 4.1. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Lindung IV-4 Tabel 4.2. Rincian rencana pengembangan kawasan lindung IV-5 Tabel 4.3. Luasan Kawasan Hutan Lindung IV-5 Tabel 4.4. Luasan Sungai dan Sempadan Sungai Kabupaten Banyuasin IV-10 Tabel 4.5. Luasan Kawasan Taman Nasional sembilang IV-16 Tabel 4.6. Usulan Perubahan Hutan Produksi yang dikonversi IV-21 Tabel 4.7. Luas Kawasan Pertanian Pangan IV-23 Tabel 4.8. Luasan Peruntukan Kawasan Perkebunan IV-25 Tabel 4.9. Luasan Peruntukan Kawasan Peternakan IV-27 Tabel Luasan Peruntukan Kawasan Perikanan Tabel Persebaran Kawasan Pertambangan Kabupaten Banyuasin Tabel Persebaran Kawasan Industri Kabupaten Banyuasin Tabel Persebaran kawasan permukiman IV-28 IV-30 IV-32 IV-36 Tabel Rekaapitulasi Kawasan Holding Zone Tabel Jenis dan Luasan Rencana Peruntukan Kawasan Budidaya Kabupaten Banyuasin Tahun 2031 IV-39 IV-42 Tabel 5.1. Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin V-14

10 Tabel 5.2. Kawasan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 V-23 Tabel 6.1. Indikasi Program Utama RTRW Kabupaten Banyuasin VI-19 Tabel 7.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi VII-6 Tabel 7.2. Mekanisme Perizinan Kabupaten Banyuasin VII-30 Tabel 7.3. Ketentuan Intensitas dan Disinsentif VII-35 Tabel 7.4. Ketentuan Sanksi VII-40

11 Gambar 1.1. Peta Orientasi Kabupaten Banyuasin I-9 Gambar 1.2. Peta Administrasi Kabupaten Banyuasin I-12 Gambar 1.3. Peta Curah Hujan Kabupaten Banyuasin I-14 Gambar 1.4. Peta Lereng Kabupaten Banyuasin I-16 Gambar 1.5. Peta Kontur Kabupaten Banyuasin I-17 Gambar 1.6 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Banyuasin I-19 Gambar 1.7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Banyuasin I-21 Gambar 1.8. Peta Geologi Kabupaten Banyuasin I-23 Gambar 1.9. Peta DAS Kabupaten Banyuasin I-25 Gambar 1.10 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Banyuasin I-27 Gambar 1.11 Grafik Distribusi Penduduk Kab. Banyuasin I-28

12 Gambar 1.12 Grafik pertambahan Jumlah Penduduk Kab. Banyuasin I-30 Gambar 1.13 Peta Kepadatan Penduduk Kabupatyen Banyuasin I-31 Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana Kabupatyen Banyuasin I-39 Gambar 1.15 Luasan Kawasan Hutan Existing I-41 Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan Kabupaten Banyuasin I-44 Gambar 1.17 Peta Kawasan Migas Kabupaten Banyuasin I-45 Gambar 1.18 Peta Kawasan Pertambangan Batubara Kabupaten Banyuasin Gambar 1.19 Grafik Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Banyuasin I-48 I-46 Gambar 1.20 Grafik Kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Banyuasin I-49 Gambar 1.21 Grafik Produksi Padi I-51 Gambar 1.22 Grafik Produksi Tanaman Panagan I-52 Gambar 1.23 Grafik Produksi Tanaman Panagan I-52 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Peta Rencana Sistem Transportasi Darat Kabupaten Banyuasin Peta Rencana Sistem Transportasi Laut Kabupaten Banyuasin III-12 III-22 Gambar 3.3 Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Banyuasin III-26 Gambar 3.4 Peta Rencana Sistem Irigasi/DRR Kabupaten Banyuasin III-32 Gambar 3.5 Ilustrasi Pengangkutan Sampah III-40

13 Gambar 3.6 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banyuasin III-44 Gambar 4.1 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyuasin IV-43 Gambar 4.2 Peta Rencana Holding Zone Kabupaten Banyuasin IV-44 Gambar 5.1 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin V-20 Gambar 5.2 Peta Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuasin V-25 Gambar 5.3 Peta Pulau-pulau Kecil Kabupaten Banyuasin V-26

14 1.1 LATAR BELAKANG Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang nomor 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga pengenaan sanksi yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Disamping itu dengan lahirnya Undangundang nomor 26 tahun 2007 memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas, maka daerah dalam hal ini Kabupaten Banyuasin diberikan waktu selama 3 (tiga) tahun untuk melakukan penyesuaian terhadap rencana tata ruang yang ada, yaitu dengan melakukan peninjauan kembali atau penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang No.26 tahun Selanjutnya rencana tata ruang wilayah yang ada setidaknya ditinjau 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun dengan tujuan utama untuk mengecek kesesuaian dan keefektifan pelaksanaan RTRW dan bukan ditujukan untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang. Faktor yang menjadikan kegiatan peninjauan kembali perlu dilakukan salah satunya adalah karena adanya ketidaksesuaian atau simpangan antara PENDAHULUAN I -1

15 rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal maupun karena faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi pengaruh dari munculnya kebijakan otonomi daerah baik kabupaten/kota dan provinsi serta kebijakan regional dan nasional, adanya perubahan undang-undang terkait penataan ruang, Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai arahan pembangunan dan adanya penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang menetapkan koridor Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional, sehingga sangat berpengaruh terhadap perumusan kebijakan dan perwujudan pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin kedepannya. Selanjutnya faktor internal yang mempengaruhi yaitu adanya dinamika pembangunan yang terjadi di Kabupaten Banyuasin. Dimana pada saat pembentukan Kabupaten Bayuasin dengan Undang-Undang nomor 6 tahun 2002 hingga tersusunnya RTRW Kabupaten Banyuasin dengan Peraturan Daerah No.8 Tahun 2005 Kabupaten Banyuasin terdiri dari 11 kecamatan, pada Tahun 2006 berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2006 telah dilakukan pemekaran kecamatan menjadi 15 kecamatan, pada Tahun 2010 mengalami pemekaran lagi menjadi 17 Kecamatan dan pada awal 2012 terjadi pemekaran lagi menjadi 19 Kecamatan. Selain itu adanya rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api sebagai simpul transportasi laut Nasional yang sekaligus menjadi generator pembangunan di Kabupaten Banyuasin serta isu-isu strategis lainnya yang secara langsung akan berdampak kepada perubahan penataan ruang wilayah sehingga diperlukan strategi dan arahan kebijakan yang baru dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan sumberdaya manusia. Strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan perlu disesuaikan dengan potensi dan kendala yang ada, supaya mampu menghadapi segala hambatan, tantangan, ancaman dan peluang yang ada saat ini dan pada masa yang akan datang. Menyadari hal tersebut, sebagaimana diamanatkan UU.No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun harus direvisi. RTRW Kabupaten Banyuasin yang baru diharapkan menjadi acuan pelaksanaan pembangunan Kabupaten Banyuasin yang lebih konfrehensif, harmonis, serasi, selaras dan seimbang dan sinergis antar sektor, antar PENDAHULUAN I -2

16 wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan. Pada akhirnya diharapkan akan semakin mendorong peningkatan kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuasin secara berkelanjutan. RTRW akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci yakni Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana-rencana ini merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Banyuasin. 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN Landasan hukum yang menjadi dasar dalam penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Banyuasin ini diantaranya meliputi : UNDANG-UNDANG 1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok - Pokok Agraria; 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 4) Undang-UndangNomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 6) Undang Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Banyuasin; 7) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 8) Undang-UndangNomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 9) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 10) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 11) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 12) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; PENDAHULUAN I -3

17 13) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN); 14) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 15) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 16) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil; 17) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 18) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 19) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 20) Undang-Undang Nomor. 38 Tahun 2008 tentang Jalan; 21) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 22) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 23) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan Pertanian pangan berkelanjutan; 24) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1991 tentang Rawa; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah. 5) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah; 6) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol; 7) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan PelaksanaanUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung; 8) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi; 9) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; PENDAHULUAN I -4

18 10) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota; 11) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan; 12) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 13) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 14) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 15) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah; 16) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tetang Kepelabuhanan; 17) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan; 18) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 19) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam; 20) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang; 21) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; 22) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam KEPUTUSAN PRESIDEN/PERATURAN PRESIDEN 1) Keputusan Presiden Nomor 30 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya; 2) Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; PENDAHULUAN I -5

19 3) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2000 tentang Badan Penetapan dan Pengendalian Penyediaan Prasarana dan Sarana Pekerjaaan Umum; 4) Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; 5) Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM); 6) Petunjuk Presiden RI pada acara Pembukaan PENAS XII - Petani Nelayan Indonesia tanggal 7 Juli 2007 di Desa Sembawa Kabupaten Banyuasin-Provinsi Sumatera Selatan. Rencana pengembangan Kabupaten Banyuasin sebagai sentra agropolitan; 7) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia INSTRUKSI PRESIDEN (INPRES) 1) Inpres Nomor 7/1987 tentang Penyederhanaan Perizinan dan Retribusi di Bidang Usaha Pariwisata; 2) Inpres Nomor 5/1990 tentang Peremajaan Permukiman Rumah yang berada di atas tanah negara. 3) Inpres Nomor 5/2011 tentang Pengamanan Cadangan Beras Nasional dan Antisipasi Perubahan Iklim Ekstrim PERATURAN MENTERI/KEPUTUSAN MENTERI (PERMEN/KEPMEN) 1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai; 2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Ijin Penggunaan Air dan atau Sumber Air; 3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai; 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 65/PRT/1993 tentang Penyuluhan Pengairan; 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1993 tentang Keamanan Bendungan; PENDAHULUAN I -6

20 6) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan Galian Golongan C; 7) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 98/KPTS/1993 tentang Organisasi Keamanan Bendungan; 8) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 76 Tahun 2001 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi Sumatera Selatan; 9) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147/2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 10) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri dan Kolektor; 11) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional; 12) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14/1998 Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan; 13) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang; 14) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi; 15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor; 16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah; 17) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 18) Peraturan Meteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kriteria Teknis Peruntukan Kawasan Pertanian; 19) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/5113/SJ dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04/MENLH/12/2010 tentang Pelaksanaan KLHS dalam RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota. PENDAHULUAN I -7

21 1.2.6 PERATURAN DAERAH (PERDA) 1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 8 Tahun 2005, Tentang RTRW Kabupaten Banyuasin; 2) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 15 Tahun 2009, Tentang RDTR Kawasan Pendukung Pelabuhan Tanjung Api-Api; 3) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 18 Tahun 2009, Tentang RDTR Kawasan Kenten, Gasing dan Pangkalan Benteng. 1.3 PROFIL WILAYAH Gambaran Umum Kabupaten Banyuasin A. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Banyuasin adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Banyuasin terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Musi Banyuasin. Secara yuridis pembentukan Kabupaten Banyuasin disahkan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2002 dengan luas Kabupaten Banyuasin Ha atau sekitar 12,18 % Luas Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis terletak antara Sampai LS dan Sampai BT dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Selatan : Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi Provinsi Jambi dan Selat Bangka; : Kec. Pampangan dan Air Sugihan (OKI); : Kec. Sungai Lilin, Kec. Lais dan Kec. Lalan Kab. Musi Banyuasin; : Kec. Jejawi, Pampangan (OKI), Kec. Pemulutan (OI), Kota Palembang, Kec. Sungai Rotan, Kec. Gelumbang, Kec.Muara Belida (Muara Enim). Posisi geografis Kabupaten Banyuasin terhadap Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Peta Orientasi, Gambar 1.1. PENDAHULUAN I -8

22 PENDAHULUAN Gambar 1.1 Peta Orientasi I -9

23 Memperhatikan letak geografis dan batas administratif Kabupaten Banyuasin yang berbatasan langsung dengan wilayah laut yaitu Selat Bangka, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 Tahun 2007 pasal 15, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maka akan terjadi perubahan luas wilayah Kabupaten hasil deliniasi pada saat revisi RTRW. Hal ini disebabkan selain faktor perhitungan wilayah yang mengikut sertakan laut, juga karena perbedaan skala dan ketelitian peta pada saat pembentukan kabupaten dan penyusunan RTRW yang mengacu Undang-undang No.26 Tahun Hasilnya luas Wilayah Kabupaten Banyuasin yang semula sebesar Ha bertambah menjadi ,061 Ha. Perhitungan tersebut telah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang termuat dalam penjelasan pasal 2, dimana Kewenangan kabupaten/kota ke arah laut ditetapkan sejauh 4 mil yakni sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi sebesar 12 mil. Hal tersebut telah pula dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dari hasil perhitungan, penambahan luas Kabupaten Banyuasin menjadi ,061 Ha atau bertambah Ha sekitar 16% dari luas awal. Kecamatan yang mengalami penambahan luas wilayah ke arah laut yaitu Kecamatan Banyuasindua, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Air Salek. Dari luas wilayah Kecamatan tersebut, Kecamatan Banyuasindua merupakan Kecamatan terluas yaitu Ha dan mengalami penambahan luas menjadi Ha karena Kecamatan Banyuasin II terletak berbatasan langsung dengan wilayah laut. Sedangkan Kecamatan Muara Telang merupakan Kecamatan terkecil dengan luas wilayah Ha. Gambaran administrasi kawasan Kabupaten Banyuasin dan Rincian luas tiap Kecamatan serta penambahannya dapat dilihat pada Tabel 1.1. dan Gambar 1.2 PENDAHULUAN I -10

24 Tabel 1.1. Rincian Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2010/2011 Berdasarkan Hasil Perhitungan. No Kecamatan Sebelum Ditambah Wilayah Laut Luas Wilayah (Ha) Setelah Ditambah wilayah Laut 1. Rantau Bayur , ,92 2. Rambutan , ,25 3. Banyuasin I , ,37 4. Makarti Jaya , Betung , ,61 6. Banyuasin III , ,48 7. Pulau Rimau , ,51 8. Muara Telang , ,22 9. Talang Kelapa , , Muara Padang , , Banyuasin II , Tungkal Ilir Tanjung Lago Muara Sugihan , Air Salek , Suak Tapeh , , Sembawa , , Air Kumbag , , Sumber Marga Telang , ,81 J u m l a h Sumber : Banyuasin Dalam Angka, 2010 dan Hasil Analisis 2011 PENDAHULUAN I -11

25 PENDAHULUAN Gambar 1.2 Peta Administrasi I -12

26 B. Klimatologi Seperti kebanyakan kondisi klimatologi di wilayah Indonesia, Kabupaten Banyuasin memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dengan suhu rata-rata 26,100 27,400 Celcius serta kelembaban rata-rata dan kelembaban relatif 69,4 % - 85,5 % sepanjang tahun. Kondisi iklim Kabupaten Banyuasin secara umum beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan mm/tahun. Secara lebih rinci dari pengamatan enam stasuin klimatologi yaitu Stasiun Hujan Sungai Lilin, Sungsang, Sembawa dan Betung, Air Sugihan, Mariana serta Badaruddin, sebaran tipe iklim di Kabupaten Banyuasin terbagi menjadi 4 (tiga) yaitu tipe iklim B2, tipe iklim B, tipe iklim B1 dan tipe iklim C2. - Tipe Iklim B2, meliputi Sebagian besar Kecamatan Banyuasin II, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Sembawa, Makarti Jaya bagian utara, Suak Tapeh bagian barat serta bagian timur Banyuasintiga dengan curah hujan rata-rata mm/tahun. - Tipe Iklim B, dengan curah hujan rata-rata mm/tahun, meliputi sebagian besar Kecamatan Muara Sugihan, Air Salek, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Marga Telang, Tanjung Lago, Rantau Bayur, Talang Kelapa dan bagian utara Kecamatan Sembawa. - Tipe Iklim B1, dengan curah hujan rata-rata mm/tahun, meliputi sebagian besar Kecamatan Muara Padang, Talang Kelapa, bagian selatan Makarti Jaya dan Muara Telang serta bagian barat Tanjung Lago - Tipe Iklim C2, dengan curah hujan rata-rata mm/tahun meliputi sebagian besar Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Rambutan, Muara Padang dan bagian selatan Talang Kelapa. Gambaran kondisi Klimatologi di Kabupaten Banyuasin terlihat pada Gambar 1.3. PENDAHULUAN I -13

27 PENDAHULUAN Gambar 1.3 Peta Curah Hujan I -14

28 C. Topografi dan Kemiringan Lahan Kondisi topografi Kabupaten Banyuasin didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang, yaitu terdiri dari 80% luas dataran rendah basah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak serta 20% luasan merupakan dataran berombak sampai bergelombang dengan kisaran ketinggian 0 60 M di atas permukaan laut. Topografi datar atau sedikit bergelombang 0-12 dan Mpdl menyebar di seluruh kecamatan sedangkan topografi berombak sampai bergelombang dan Mdpl berada di sebagian kecil Banyuasin dua, Tungkal Ilir serta selatan baguan timur Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil wilayah Betung dan Banyuasin III untuk Mdpl. Dilihat dari kelerengannya, daratan Kabupaten Banyuasin berada pada kisaran kemiringan lereng 0-2% seluas Ha dan 2-5% seluas Ha.Beberapa wilayah yang berada pada dataran rendah dengan kisaran kemiringan lereng 0-2% berupa lahan rawa pasang surut tersebar di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasin II, Pulau Rimau, Air Salek Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. Selanjutnya berupa lahan rawa lebak terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, sebagian Kecamatan Rambutan, sebagian kecil Kecamatan Banyuasin I. Sedangkan lahan kering dengan topografi agak bergelombang dan kisaran kemiringan lereng 2-5% terdapat di sebagian besar Kecamatan Betung, Sembawa, Banyuasin III, Talang Kelapa, Rantau Bayur dan sebagian kecil Kecamatan Muara Sugihan, Rambutan dan Kecamatan Tungkal Ilir. Gambaran kondisi topografi dan kemiringan lahan di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 1.4 dan Gambar 1.5. PENDAHULUAN I -15

29 PENDAHULUAN Gambar 1.4 Peta Lereng I -16

30 Gambar 1.5 Peta Kontur PENDAHULUAN I -17

31 Berdasarkan sifat dan kondisi topografi serta kemiringan tersebut, kemampuan lahannya Kabupaten Banyuasin berada dalam kemampuan pengembangan sangat tinggi, dengan klasifikasi kelerengan 0-2% cocok untuk pengembangan pemukiman dan pertanian akan tetapi, wilayah pada kelerengan ini berpotensi terhadap bencana bajir. Sedangkan untuk kelerengan 2-5% memiliki kesesuaian lahan untuk industri, irigasi terbatas dan pengembangan pemukiman. Gambaran kemampuan lahan Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan dalam Gambar 1.6. PENDAHULUAN I -18

32 PENDAHULUAN Gambar 1.6 Peta Penggunaan Lahan I -19

33 D. Jenis Tanah Menurut kondisi tanahnya, jenis tanah yang berada di Kabupaten Banyuasin terdiri dari 7 jenis, yaitu : 1 Alluvial : Sepanjang Wilayah Timur dan Tengah Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil Kec. Banyuasin II dan Kecamatan Tungkal Ilir 2 Andosol : Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Rantau Bayur 3 Glei : Tersebar di seluruh Kabupaten Banyuasin 4 Hidromorf : Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Mariana, Suak Tapeh dan Kecamatan Banyuasin III 5 Latosol : Kecamatan Rambutan 6 Litosol : Kecamatan Rambutan, Kecamatan Rantau Bayur dan Kecamatan Banyuasin II 7 Regosol : Kecamatan Sembawa, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Makarti Jaya. Dari ketujuh jenis tanah yang tersebar di kawasan Banyuasin jenis tanah yang mendominasi adalah jenis tanah glei yaitu jenis tanah yang terbentuk karena pengaruh genangan air, dilanjutkan dengan jenis tanah alluvial yang merupakan hasil endapan erosi di dataran rendah serta sebaran paling kecil jenis tanah latasol yang banyak mengandung zat besi dan aluminium akan tetapi tingkat kesuburannya rendah, tanah ini berada di selatan Kecamatan Rambutan. Persebaran jenis tanah di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 1.7 PENDAHULUAN I -20

34 PENDAHULUAN Gambar 1.7 Peta Jenis Tanah I -21

35 E. Geologi Kondisi geologi di Kabupaten Banyuasin akan di gambarkan melalui stratigrafi penyusunnya yang terdiri dari aluvium, batu lempung, batu pasir, batu sabak, endapan rawa, filit dan granit. 1. Aluvium endapan danau dan pantai : tersebar di seluruh Kecamatan 2. Batu Lempung, Batu Lanau, Batu Pasir : tersebar di sebagian Kecamatan Banyuasin Dua, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Banyuasin Tiga, Rantau Bayur dan Suak Tapeh 3. Batu Pasir, batu lumpur dan batu bara : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau 4. Batu Sabak, Filit dan Batu Lumpur : tersebar di sebagian Kecamatan Tanjung Lago 5. Endapan Rawa : tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur 6. Filit dan Batu pasir : tersebar di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau 7. Granir, Granodiorit, Diorit : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin II, Tanjung Lago dan Rambutan Dari jenis stratigrafi tersebut yang paling mendominasi adalah jenis aluvium yang terbentuk dari endapan danau dan pantai. Selanjutnya adalah jenis endapan rawa yang tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur dan persebaran paling sedikit yaitu jenis filit yang hanya terdapat di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau. Sebaran kondisi geologi berdasarkan stratigrafi penyusunnya dalam Kabupaten Banyuasin seperti pada Peta Geologi Gambar 1.8. PENDAHULUAN I -22

36 PENDAHULUAN Gambar 1.8 Peta Geologi I -23

37 F. Hidrologi Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin dapat dibedakan menjadi daerah dataran kering dan daerah dataran basah yang sangat dipengaruhi oleh pola aliran sungai. Aliran sungai di daerah datarah basah pola alirannya rectangular dan di daerah dataran kering pola alirannya dendritic. Beberapa sungai besar seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik, Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya berperan sebagai sarana transportasi air berupa alur pelayaran pedalaman yang dapat menghubungkan pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lingkungan, antar pusat pelayanan lokal serta antar pusat pelayanan lingkungan. Pola aliran di wilayah ini, terutama didaerah rawa-rawa dan pasang surut umumnya rectangular, sedangkan untuk daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut aliran sungainya adalah subparali, dimana daerah bagian tengah disetiap daerah sering dijumpai genangan air yang cukup luas. Terkait kondisi hidrologi, Kabupaten Banyuasin terbagi kedalam 5 wilayah daerah aliran sungai yang masing-masing Das Bangke meliputi Kawasan Taman Nasional Sembilang, Das Banyuasin yang merupakan Das terbesar meliputi Kecamatan Tungkal Ilir, Pulau Rimau, Suak Tapeh, Sembawa, Betung, Banyuasin III, Tanjung Lago dan bagian selatan Banyuasin II, Das Benawang meliputi sepanjang wilayah timur Kecamatan Muara Sugihan, Sumber Marga Telang dan Muara Padang, Das Sembilang yang meliputi bagian utara kawasan Taman Nasional Sembilang dan Das Musi yang meliputi Kecamatan Rambutan, Banyuasin I, Air Kumbang, Talang Kelapa, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Salek, Tanjung Lago, Rantau bayur serta sebagian wilayah di Kecamatan Banyuasin II. Pembagian daerah aliran sungai di Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan pada Gambar 1.9. PENDAHULUAN I -24

38 PENDAHULUAN Gambar 1.9 Peta Aliran Sungai I -25

39 G. Tata Guna Lahan Pada pola penggunaan lahan di Kabupaten Banyuasin berrdasarkan analisis Citra Alos Tahun 2010 dan RTRW Provinsi Suatera Selatan, terrekam jenis penggunaan lahan terbesar berupa semak belukar rawa dengan luas Ha atau sekitar 22 % dari luas total Kabupaten Banyuasin. Dari kondisi tata guna lahan eksisting yang terilustrasikan pada gambar 1.10, dominasi penggunaan lahan terluas berikutnya berupa Pertanian Lahan Kering Campuran termasuk didalamnya perkebunan rakyat, diikuti pertanian pangan lahan basah/sawah pasang surut dan lebak, perkebunan besar, hutan mangrove sekunder, kawasan hutan yang terdiri dari hutan mangrove, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder serta hutan tanaman. Untuk kawasan terbangun berupa permukiman baik perdesaan maupun perkotaan dan ereal transmigrasi masing-masing seluas Ha dan Ha. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dan diagram berikut: Tabel 1.2 Luas Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) % Hutan Mangrove Sekunder ,6 Hutan Rawa Primer ,2 Hutan Rawa Sekunder ,4 Hutan Tanaman ,1 Lahan Terbuka ,6 Perkebunan ,0 Permukiman ,9 Pertambangan 579 0,0 Pertanian Lahan Kering (PLK) ,72 2,2 PLK Campur Semak ,0 Rawa ,1 Sawah ,8 Semak Belukar ,3 Semak Belukar Rawa ,0 Tambak ,9 Transmigrasi ,2 Tubuh Air ,7 Total ,0 Sumber : RTRWP Sumatera Selatan Tahun , Lapan, 2010 PENDAHULUAN I -26

40 PENDAHULUAN Gambar 1.10 Peta Tutupan Lahan I -27

41 1.3.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan merupakan aspek utama yang mempunyai peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu data penduduk sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan. Dilihat dari persebaran penduduk di Kabupaten Banyuasin, hingga awal tahun 2012 Kecamatan Talang Kelapa merupakan Kecamatan dengan persentase persebaran tertinggi, yaitu sebesar 15,49% dan Kecamatan Air Kumbang adalah kecamatan dengan persebaran terendah, yaitu hanya sebesar 2,14 %. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut. Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Persebaran Penduduk di Kabupaten Banyuasin Awal Tahun 2012 No Kecamatan Ibukota Jumlah Penduduk Persebaran (%) 1. Rantau Bayur Tebing Abang ,05 2. Betung Betung ,38 3. Banyuasin III Pangkalan Balai ,58 4. Pulau Rimau Teluk Betung ,67 5. Tungkal Ilir Sidomulyo ,37 6. Talang Kelapa Sukajadi ,49 7. Tanjung Lago Tanjung Lago ,42 8. Banyuasin I Mariana ,94 9. Rambutan Rambutan , Muara Padang Sumber Makmur , Muara Sugihan Tirta Harja , Banyuasin II Sungsang , Makarti Jaya Makarti Jaya , Air Salek Salek Mukti , Muara Telang Telang Jaya , Suak Tapeh Lubuk Lancang , Sembawa Sembawa , Sumber Marga Telang Muara Telang , Air Kumbang Cinta Manis Baru ,14 J u m l a h ,00 Sumber : BPS, Dokumen Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2010/2011 dan Registrasi di Catatan Sipil Awal Tahun 2012 Gambar 1.11 Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Banyuasin Awal Tahun A. Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk PENDAHULUAN I -28

42 Laju pertumbuhan penduduk merupakan barometer untuk menghitung besarnya semua kebutuhan yang diperlukan masyarakat, seperti perumahan, sandang, pangan, pendidikan dan sarana penunjang lainnya. Berdasarkan hasil registrasi penduduk, Jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan awal tahun 2012 mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan peduduk sekitar 2,6%. Total jumlah penduduk tersebut di tahun 2008 sebesar jiwa dan meningkat di awal tahun 2012 menjadi jiwa. Jumlah penduduk terbesar yaitu di Kecamatan Talang Kelapa sebesar jiwa di tahun 2008 dan terus meningkat hingga awal tahun 2012 mencapai jiwa. Secara rinci Tabel 1.4 berikut ini menerangkan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap kecamatan Tahun Awal Tahun Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan Awal Tahun 2012 masih tergolong sangat rendah, akan tetapi tiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata kepadatan di tahun 2008 sebesar 67 jiwa/km2 menjadi 77 jiwa/km2 di Awal tahun 2012, Kecamatan Talang Kelapa merupakan kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tertinggi. Pada awal tahun 2012, rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa mencapai 441 jiwa/km2. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa disebabkan karena kecamatan ini letaknya strategis karena lebih dekat dengan Kota Palembang. Sementara kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Muara Sugihan, yang pada awal tahun 2012 rata-rata kepadatan penduduknya hanya 11 jiwa/km2. Persebaran kepadatan penduduk Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Peta Kepadatan Gambar 1.13,sedangkan perkembangan dan Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dapat melihat grafik pada gambar 1.12 dan table 1.4 berikut ini : PENDAHULUAN I -29

43 Tabel 1.4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Banyuasin Tahun 2007-Awal Tahun 2012 Jumlah Penduduk (jiwa) Laju No Kecamatan Pertumbuhan Penduduk (%) 1. Rantau Bayur ,5 2. Betung ,4 3. Banyuasin III ,5 4.. Pulau Rimau ,5 5. Tungkal Ilir ,5 6. Talang Kelapa ,5 7. Tanjung Lago ,3 8. Banyuasin I ,2 9. Rambutan ,5 10. Muara Padang ,7 11. Muara Sugihan ,8 12. Banyuasin II ,7 13. Makarti Jaya ,2 14. Air Salek ,7 15. Muara Telang ,8 16. Suak Tapeh *) *) *) *) 17. Sembawa *) *) *) *) 18. Marga Air *) *) *) *) Telang 19. Air Kumbang *) *) *) *) Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2,6 J u m l a h Sumber : BPS,Banyuasin Dalam Angka 2010, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Banyuasin 2011 Ket : *) Angka masih tergabung dalam kecamatan induk Gambar 1.12 Grafik Peningkatan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuasin Tahun PENDAHULUAN I -30

44 PENDAHULUAN Gambar 1.13 Peta Kepadatan Penduduk I -31

45 Tabel 1.5 Rata-Rata Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2011 No Kecamatan Pertengahan Awal Tahun 2012 Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Wilayah (jiwa) (jiwa/km2) 1. Rantau Bayur 435, Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Saleh Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang J u m l a h , Sumber : BPS, Banyuasin Dalam Angka, /2011 Ket : *) Angka masih tergabung dalam kecamatan induk B. Proyeksi Penduduk Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin sampai dengan tahun 2031 akan digunakan pendekatan Lung Polinomial Methods, dengan dasar pemikiran bahwa perkiraan pertambahan penduduk ke depan tidak lagi selamanya mengikuti pola pertumbuhan yang berlaku di wilayah perencanaan karena sebagai daerah baru dengan potensi/peluang untuk kemungkinan berusaha lebih baik akan menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk luar untuk memasuki wilayah Kabupaten Banyuasin. Penggunaan Metoda Lung Polinomial berlandaskan pada angka pertumbuhan rata-rata Kabupaten Banyuasin sebesar 2,6 % per tahun. Berikut ini hasil perhitungan proyeksi penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap Kecamatan hingga tahun Tabel 1.6. PENDAHULUAN I -32

46 Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin HinggaTahun 2031 Jumlah Jumlah Penduduk (jiwa) No Kecamatan Penduduk Awal Tahun Rantau Bayur Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Salek Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang J u m l a h Sumber : Hasil Analisis, 2011 Dengan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin hingga Tahun 2031 mencapai jiwa maka kepadatan penduduk di tahun 2031 akan menjadi 112 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Talang Kelapa yaitu sebesar 718 jiwa/km 2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Muara Sugihan sebesar 17 jiwa/km 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 1.7 berikut: PENDAHULUAN I -33

47 Kecamatan Tabel 1.7 Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan Kabupaten Banyuasin Hingga Tahun 2031 Luas Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Rantaubayur 435, Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Salek Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang , Sumber : Hasil Analisis, Potensi Bencana Alam Potensi bencana akan selalu berkaitan dengan tingkat kerentanan dan tingkat kerawanan bencana pada masing-masing kawasan tertentu sesuai dengan karakteristik morfologi, geologi, klimatologi dan topografi kawasan. Selain itu peningkatan suhu global telah pula menjadi perhatian serius karena mengakibatkan lapisan es di Antartika dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan permukaan laut. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kawasan pesisir yang di miliki Kabupaten Banyuasin. Penanganan dampak pemanasan global semakin menjadi prioritas nasional, bukan hanya disebabkan timbulnya kenaikan permukaan laut tetapi pemanasan global itu telah menyebabkan perubahan iklim. Perubahan ini dapat kita lihat dari fenomena cuaca yang semakin tidak menentu, intensitas curah hujan yang tinggi, ombak semakin besar, banjir, kebakaran hutan,dan kekeringan PENDAHULUAN I -34

48 yang dapat saja berpengaruh terhadap wilayah Kabupaten Banyuasin. Kebijakan dan program strategis terkait adaptasi dan mitigasi pemanasan global perlu segera diambil pemerintah. Strategi yang kita lakukan sekarang dalam menghadapi pemanasan global akan menentukan kualitas lingkungan kita di masa depan. Beberapa bentuk kerawanan bencana yang dapat terjadi di wilayah Kabupaten Banyuasin diantaranya sebagai berikut : A. Daerah Rawan Genangan Topografi Kabupaten Banyuasin yang 80% merupakan dataran rendah basah dengan kemiringan 0-8% terletak sepanjang aliran sungai sampai dengan wilayah pesisir. Dari hasil kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim Sumatera Selatan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuasin yang wilayahnya berbatasan langsung dengan pantai timur Sumaterta Selatan yaitu Selat Bangka memiliki risiko sangat tinggi terhadap penggenangan pesisir mengingat wilayah Banyuasin tergolong dataran rendah (lowland) sehingga mempunyai tingkat keterpaparan tinggi terhadap perubahan iklim khususnya bahaya penggenangan pesisir yang disebabkan oleh kombinasi kenaikkan air laut, gelombang badai dan fenomena La-Nina pada saat air pasang maksimum. Tren kenaikan suhu permukaan laut di sekitar pantai timur Sumatera Selatan berkisar 0,02 0 C/tahun yang setara dengan nilai rata-rata di seluruh perairan Indonesia. Sedangkan untuk kenaikkan muka air laut, berdasarkan hasil estimasi altimeter, model dan data pasang surut berkisar antara 0,5-0,7 cm/tahun. Proyeksi kenaikkan muka air laut pada tahun 2030 sebesar ±13,5-15,6 cm, dinatara nilai tersebut sekitar 6-15 cm merupakan hasil kontribusi pencairan es yg di estimasi dengan model. Kejadian ekstrem juga berpengaruh terhadap kenaikan muka air laut yaitu fenomena La-Nina (Pengaruh dari Samudera Pasifik) yang dapat menimbulkan kenaikkan sebesar 15 cm terhadap muka air laut dalam keadaan normal. Gelombang signifikan pada pantai timur Sumatera Selatan meninggi sekitar bulan Desember-Januari dan menurun pada bulan mei. Kondisi tersebut mengakibatkan Kabupaten Banyuasin memiliki luasan daerah genangan tahunan dengan total luasan genangan sekitar ,7 Ha. Luasan tersebut terbagi dalam 4 tipe luapan mulai dari genangan dengan tipe A yaitu lahan PENDAHULUAN I -35

49 yang selalu terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tipe genangan ini terutama tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Makarti Jaya, Muara Padang, Banyuasin II, dan Muara Sugihan. Selanjutnya tipe genangan B dimana lahan terluapi saat pasang besar, kondisi ini terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Muara Sugihan, Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Makarti Jaya. Tipe genangan C yaitu dalam kondisi tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang surut kurang dari 50 cm dan genangan tipe D yaitu dalam kondisi tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm, tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier. Untuk Sebaran daerah genangan C dan D cukup merata hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Banyuasin. Pada kondisi normal genangan yang ada merupakan kondisi alami yang ada di Kabupaten Banyuasin, akan tetapi perlu diambil langkah ke depan terkait kenaikan suhu global yang akan berpengaruh terhadap kawasan yang secara alami merupakan daerah genangan berkala, terutama di kawasan pesisir. Persebaran kawasan rawan genangan di Kabupaten Banyuasin di terlihat pada Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana. B. Kawasan Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung Badai dan topan serta angin puting beliung adalah salah satu diantara pengaruh pemanasan suhu global. Turbalensi suhu mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Sebagian besar sebaran kawasan rawan bencana angin puting beliung terletak di wilayah pesisir. Berikut sebaran kawasan Kabupaten Banyuasin yang memiliki daerah Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung diantaranya adalah Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Betung, Kecamatan Pulau Rimau,Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, dan Kecamatan Tanjung Lago. PENDAHULUAN I -36

50 C. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Potensi bencana kebakaran hutan di Kabupaten Banyuasin disebabkan oleh Faktor kesengajaan antara lain pembakaran lahan untuk keperluan pertanian, dan faktor alam yaitu disebabkan oleh musim kemarau mengakibatkan vegetasi semak belukar, lahan basah dan bergambut yang kering mudah terbakar. Faktor kesengajaan dalam pembakaran lahan masih merupakan budaya sebagian masyarakat di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuasin, dimana pada musim kemarau panjang masyarakat mencari kawasan semak belukar dengan ketebalan bahan organik tinggi untuk sengaja dibakar lalu ditebari benih padi (sistem sonor) yang kemudian di biarkan dan datang kembali saat musim panen. Berdasarkan sebaran hot spot hasil pantauan Satelit SSMFP, potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi di Kabupaten Banyuasin,tersebar di Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin I, Muara Padang, Tungkal Ilir dan Muara Sugihan serta kawasan lain yang memiliki Lahan gambut cukup tebal seperti di daerah Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya. Sebaran hot spot tersebut dapat dilihat pada gambar Biasanya kebakaran hutan tersebut terjadi sekitar Juni-September. D. Kawasan Rawan Kekurangan Air (Kekeringan) Perubahan iklim menjadi salah satu pertimbangan dasar dalam pengelolaan air, misalnya dalam pengembangan infrastruktur air mengenai kualitas dan kuantitas air. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Kekeringan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB) Tahun 2010 dan Kajian Risiko Kekurangan Air oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuasin termasuk dalam tingkat risiko tinggi untuk bencana kekeringan. Bencana kekeringan di Kabupaten Banyuasin terutama terjadi di musim kemarau, dimana sumber-sumber air warga baik itu sumur maupun sungai kecil kering. Kondisi tersebut PENDAHULUAN I -37

51 yang mengakibatkan hampir di setiap kecamatan mengalami kekurangan air bersih untuk air minum, memasak, mandi, dan mencuci maupun air untuk kebutuhan irigasi. Dari hasil kajian tersebut, risiko kekurangan air di Kaupaten Banyuasin termasuk dalam 2 zona utama dari 4 zona yang diklasifikasikan berdasarkan Daerah Aliran Sungai dan susunan sungai, Kabupaten Banyuasin tergolong tingkat risiko menengah sampai sangat tinggi yang tersebar di kawasan DAS Musi serta tingkatan risiko dari sangat rendah sampai sangat tinggi di kawasan Das Banyuasin.. PENDAHULUAN I -38

52 PENDAHULUAN Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana I -39

53 1.3.4 Potensi Sumber Daya Alam Potensi sumber daya alam merupakan segala potensi alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Potensi sumber daya alam yang berada di Kabupaten Banyuasin sangat dipengeruhi oleh kondisi wilayah Kabupaten Banyuasin dimana lebih dari setengah luas wilayah merupakan kawasan lahan basah, pasang surut dan lebak yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian, sedangkan sisanya, kurang dari setengah luas wilayah sebagai lahan usaha nonpertanian termasuk untuk lahan bangunan, pekarangan dan jalan. A. Potensi Sumberdaya Lahan Lahan Pasang Surut di Muara Kumbang Kabupaten Banyuasin Kondisi sumberdaya lahan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari lahan basah dan lahan kering, dimana Hampir 80 persen dari wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan hamparan lahan basah berupa dataran rendah rawa lebak, dataran rendah lahan gambut, serta dataran rendahpasang surut dan sisanya sekitar 20% merupakan lahan kering yang dimanfaatkan untuk pekarangan dan permukiman, perkebunan, ladang dan pemanfaatan lainnya. Kawasan khusus berekosistem rawa pasang surut yang dibelah-belah oleh aliran sungai dan menjadi delta-delta serta membentuk dataran rendah yang bergambut tersebar di sepanjang pesisir timur. Sedangkan di sepanjang pesisir hilir Sungai Musi dan Sungai Komering terdapat kawasan lebak. Potensi lahan pasang surut yang tersedia di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi sentra produksi pertanian dan perkebunan dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi. Hal ini tercermin dengan pemanfaatan lahan pasang surut yang dominan untuk tanaman pangan khususnya beras dan telah menghantarkan Kabupaten Banyuasin sebagai penyumbang produksi beras Sumatera Selatan ± 26%. Demikian juga dibidang perkebunan, dimana lahan pasag surut yang belum termanfaatkan untuk tanaman pangan menjadi faktor penarik bagi investor di bidang perkebunan kelapa sawit. PENDAHULUAN I -40

54 Potensi pengembangan lahan produktif juga dapat dilakukan pada lahan berawa (lebak dan gambut). Berdasarkan penggunaan lahan eksisting Kabupaten Banyuasin tipologi lahan berawa ini berupa kawasan hutan rawa primer seluas Ha, kawasan hutan rawa sekunder seluas Ha, kawasan rawa Ha serta semak belukar rawa yang memiliki luasan terbesar yaitu Ha atau sekitar 22% dari luas total Kabupaten Banyuasin. Sebaran Lahan rawa tersebut terletak di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasindua, Pulau Rimau, Air Salek, Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. B. Kehutanan Kawasan hutan Kabupaten Banyuasin luasnya mencapai ,88 Ha atau sekitar 40% dari total luas Kabupaten Banyuasin. Kawasan hutan tersebut di dominasi oleh Taman Nasional Sembilang seluas Ha yang telah ditetapkan menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 95/Kpts-II/003 tanggal 19 Maret 2003 serta jenis kawasan lainnya berupa kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi, kawasan huntan konversi, dan hutan yang terdapat di kawasan suaka alam berupa suaka margasatwa. (Perhatikan Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan). Untuk lebih jelasnya, secara rinci jenis kawasan hutan di Kabupaten Banyuasin menurut fungsinya, dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tabel1.8 Kondisi Eksisting Hutan Di Kabupaten Banyuasin No Kawasan Hutan Luas (Ha) 1. Hutan Lindung ,66 2. K.Hutan Produksi ,37 3. HPK ,85 4. Kawasan Suaka Alam : Suaka Margasatwa Taman Nasional Sembilang Total ,88 Sumber : - Peta Rupa Bumi Bakosurtanal - Peta Kawasan Hutan - Draft RTRWP Sumatera Selatan Dari kawasan hutan tersebut, dihasilkan berbagai potensi sumberdaya hutan diantaranya berupa kayu yaitu jenis kayu bulat dan olahan yang telah dipasarkan PENDAHULUAN I -41

55 baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di tahun 2009 hasil produksi kayu tersebut mencapai m 3. C. Penggalian, Pertambangan dan Energi Kabupaten Banyuasin merupakan daerah yang memiliki bahan galian yang cukup potensial seperti minyak dan gas bumi, batubara, gambut, lempung, kaolin, pasir kuarsa. Kualitas batubara di Kab. Banyuasin umumnya berjenis Ligmit Subbituminous dengan kalori Kcal/kg dan memiliki kadar sulfur dan abu rendah, baik untuk bahan bakar PLTU dan sebagai komoditi ekspor non migas yang dapat menjadi sumber devisa negara. Untuk kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagian berlokasi di Kecamatan Pulau Rimau dengan jumlah sumur produksi sebanyak 24 sumur atau barel/hari dan wilayah lain seperti Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin II, Tungkal Ilir dan Betung. Sebaran lokasi izin usaha pertambangan migas yang terdapat di Kabupaten Banyuasin dapat diihat pada Tabel 1.9 dan Gambar 1.17 Peta Kawasan Pertambangan Migas. Tabel 1.9 Izin Migas Di Kabupaten Banyuasin NO COMPANY Kecamatan 1. Petronas Cargau (Tanjung Jabung) Kec. Rantau Bayur 2. Job Pertamina-Amirada Hiss Jambi Merang Kec. Banyuasin II 3. PT. Pertamina E&P Kec. Tungkal Ilir 4 PT. Odira Energi Karang Agung Kec. Pulau Rimau 5 Conoco Phillips (Gresik) Kec. Banyuasin II 6 PT. Medco E&P Rimau Kec. Betung 7 PT. Seli Raya Belida Kec. Rantau Bayur 8 PT. Medco E&P Indonesia Kec. Rantau Bayur 9 Star Energy (Sekayu) Kec. Rantau Bayur 10 Job Pertamina-Goldenspike Indonesia Kec. Rantau Bayur Sumber :Dinas Pertambangan Kabupaten Banyuasin Sedangkan bahan galian batubara tersebar di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kec. Rantau Bayur, Kec. Pulau Rimau, Kec. Betung, Kec. Banyuasin I dan Kec. Banyuasin III dengan perkiraan 2,5 milyar ton. Dari data Dinas Pertambangan setempat telah terdapat izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi seluas Ha dan IUP Eksplorasi seluas Ha yang berada di Kecamatan Banyuasin III, Pulau Rimau, Rantau Bayur, Betung, Tungkal Ilir, Talang Kelapa dan Kecamatan Muara Telang. PENDAHULUAN I -42

56 (Perhatikan Gambar 1.18 Peta Kawasan Pertambangan Batubara). Berikut ini sebaran lokasi izin usaha pertambangan batubara yang terdapat di Kabupaten Banyuasin : Tabel 1.10 Izin Usaha Pertambangan Batubara(Eksplorasi) Di Kabupaten Banyuasin NO COMPANY DISTRICT Luas Kawasan (Ha) 1. PT. Basin Coal Mining Kec. Rantau Bayur PT. Bumi Indo Power Kec. Banyuasin III, Kec. Betung PT. Basindo Karya Utama Kec. Tungkal Ilir 3760 Kec. Tungkal Ilir PT. Buana Minera Harvest Kec. Pulau Rimau, Kec. Tanjung Lago PT. Graha Nusa Minergi Kec. Tungkal Ilir PT. Sumber Alam Makmur Utama Kec. Suak Tapeh, Kec. Pulau Rimau Kec. Banyuasin II, Kec. Muara Telang Kec. Tungkal Ilir dan Kec. Pulau Rimau PT. Tubindo Kec. Rantau Bayur, Kec. Betung PT. Elok Indah Subur Jaya Kec. Tungkal Ilir PT. Nusantara Alam Pasifik Kec. Betung, Kec. Pulau Rimau PT. Trimata Coal Perkasa Kec. Tungkal Ilir PT. MBH Mining Resources Kec. Tungkal Ilir Kec. Pulau Rimau PT. Bhumindo Tambang Jaya Kec. Betung PT. Tubindo Energi Kec. Rantau Bayur, Banyuasin III, 9560 Betung 14 PT. Trimata Benua Kec. Tungkal Ilir 4804 Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Banyuasin Untuk jenis tambang lainnya yaitu Kaolin sebesar ton terdapat di Kec. Talang Kelapa, Kec. Pulau Rimau dan Kec. Betung. Tambang Koain ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat keramik, kertas, industri farmasi, industri komestik dan plastik. Selain itu terdapat jenis tambang Bentonit yang tersebar di Kec. Talang Kelapa. Tambang ini digunakan sebagai bahan baku pembuat cat, bahan baku industri cor, lem dan industri kelapa sawit. Kegiatan pertambangan lainnya berupa Gambut sebesar m3 yang berada di Kecamatan Muara Padang, Pasir Silika sebesar m3 di Kecamatan Talang Kelapa dan Tanah Urug yang tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin. PENDAHULUAN I -43

57 PENDAHULUAN Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan I -44

58 PENDAHULUAN Gambar 1.17 Peta Kawsan Migas I -45

59 PENDAHULUAN Gambar 1.18 Peta Pertambangan Batubara I -46

60 D. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah di Sumatera Selatan yang memiliki kawasan perairan terbesar. Kabupaten banyuasin memilik panjang pantai sekitar 275 km dan luas laut sebesar 1.765,4 Km², kawasan pantai tersebut membentang dari perbatasan Provinsi Jambi hingga perbatasan Kabupaten Ogan Komering Ilir berhadapan dengan Selat Bangka. Untuk delineasi kawasan pesisir, Batas ke arah darat berdasarkan Ekologis adalah kawasan yang masih dipengaruhi oleh prosesproses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang. Secara administrative yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km, dst dari garis pantai), sedangkan Batas ke arah laut berdasarkan Ekologis yaitu kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi prosesproses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, seperti aliran air sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar dan Administratif 4 mil dari garis pantai, dari ketentuan tersebut delineasi kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin adalah batas administrasi Kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut dan 4 mil ke arah laut sesuai kewenangan kabupaten yang meliputi lima Kecamatan, yaitu Banyuasin II, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan Tanjung Lago serta terdapat sekitar 22 pulau-pulau kecil baik yang berada di wilayah laut maupun di perairan sungai. Keberadaan kawasan perairan di Kabupaten Banyuasin sangat potensial, baik sebagai jalur transportasi yang strategis karena merupakan pintu gerbang penghubung Provinsi Sumatera Selatan dengan Pulau Bangka, juga menyimpan potensi hasil laut yang melimpah serta potensi wisata. Pada Kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin juga terdapat kawasan konservasi Taman Nasional Sembilang yang memiliki hutan mangrove dengan ketebalan sekitar 35 km. Potensi hasil laut berupa perikanan laut, perairan umum (budidaya keramba), budidaya tambak dan budidaya ikan air tawar. Berikut ini potensi perikanan di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut : PENDAHULUAN I -47

61 Tabel 1.11 Potensi Perikanan Kabupaten Banyuasin No. Jenis Pemanfaatan Potensi Potensi yang telah dikelola 1. Perikanan Laut 1000 unit 52 unit 2. Budidaya Air Payau Ha Ha 3. Budidaya Air Tawar : Kolam Ha Ha Keramba unit 153 unit Sumber : RTRW Kab. Banyuasin Jumlah nelayan RTP dan buruh RTBP. Jenis ikan yang dominan adalah manyung, cucut, pari, teri, gerot-gerot, selar, golok-golok, Petek/peperek dan bawal hitam, serta udang putih. Untuk sarana transportasi, akan dikembangkan kawasan pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api Potensi Ekonomi Wilayah A. Struktur dan Pertumbuhan Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama dalam mengukur pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan grafik pertumbuhan nilai PDRB disamping, menunjukkan PDRB di Kabupaten Banyuasin dengan migas atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar juta rupiah dan terus mengalami peningkatan menjadi juta rupiah di Tahun 2010, sehingga Pertumbuhan ekonomi Banyuasin dengan migas tahun 2010 sebesar 15 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Banyuasin melalui nilai PDRB tanpa migas hingga Tahun 2010 tumbuh sebesar 12 persen dengan jumlah juta rupiah di Tahun 2008 dan meningkat menjadi juta rupiah di Tahun PENDAHULUAN I -48

62 Berdasarkan grafik prosentase disamping, sektor pertanian merupakan pemberi kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banyuasin jika dilihat menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku yaitu sebesar 30% selanjutnya lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 27%, sedangkan lapangan usaha dengan kontribusi terkecil yaitu pada listrik dan air bersih. Pada tahun 2010, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar juta rupiah terhadap PDRB yang kemudian disusul sektor industri pengolahan (migas dan non migas) yaitu sebesar juta rupiah. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar juta rupiah. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut ini. Tabel 1.12 PDRB Kabupaten Banyuasin menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku No LapanganUsaha (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian 3,010,757 3,267,488 3,635,805 2 Pertambangan dan Penggalian 1,711,554 1,480,075 1,809,664 3 Industri Pengolahan 2,712,649 2,828,403 3,229,598 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,173 4,526 4,984 5 Bangunan 718, , ,696 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,129,644 1,243,465 1,427,809 7 Pengangkutan dan Komunikas 53,765 59,712 67,212 8 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 70,229 77,496 86,682 9 Jasa-jasa 466, , ,325 PDRBdengan Migas 9,878,661 10,396,719 11,921,775 PDRBtanpa Migas 6,742,686 7,520,534 8,596,949 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin (Dokumen Banyuasin Dalam Angka)Tahun 2010 B. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita merupakan PDRB atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pertumbuhan pendapatan perkapita Banyuasin menunjukkan angka yang meningkat pada periode tahun Pendapatan perkapita penduduk Banyuasin tahun 2008 atas dasar harga berlaku adalah sebesar PENDAHULUAN I -49

63 rupiah (dengan migas), sedangkan jika tanpa migas pendapatan perkapitanya sebesar rupiah. Tabel 1.13 Pendapatan Perkapita Penduduk Banyuasinatas Dasar Harga Berlaku Tahun Tahun Dengan Migas (Rp) Tanpa Migas (Rp) Sumber : Banyuasin Dalam Angka, 2008 C. Peran dan Produksi Sektoral Dalam pembahasan ini akan dijelaskan Analisis perekonomian mengenai kinerja sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banyuasin serta peranannya dalam lingkup Propinsi Sumatera Selatan. Didahului dengan penentuan sektor-sektor unggulan (sektor-sektor basis) yaitu sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap kegiatan perekonomian di Kabupaten Banyuasin. Penentuan sektor-sektor basis dimaksudkan untuk menentukan pengaruh dari perubahan-perubahan ekonomi lokal dan untuk memproyeksi ke depan dari ekonomi lokal tersebut. Hal ini membantu kita untuk lebih fokus perhatiannya pada sektor-sektor ekonomi penting yang mempengaruhi keseluruhan perekonomian Kabupaten Banyuasin sehingga sektor basis tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut guna memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat lokal bahkan secara regional pada tiap sektor. Metoda yang dilakukan adalah metoda LQ (Location Quotient). Metoda ini digunakan untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Dalam perhitungan dengan metoda LQ ini akan digunakan data PDRB Kabupaten Banyuasin dan data PDRB Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 1.14 Nilai LQ PDRB Kabupaten Banyuasin No SEKTOR PDRB Kab. Banyuasin PDRB Provinsi Sumatera Selatan Nilai LQ 1. Pertanian ,56 2. Pertambangan & Penggalian ,74 3. Industri Pengolahan (tanpa migas) ,99 4. Listrik dan Air Bersih ,09 PENDAHULUAN I -50

64 No SEKTOR PDRB Kab. Banyuasin PDRB Provinsi Sumatera Selatan Nilai LQ 5. Bangunan ,96 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,82 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,11 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa ,17 Perusahaan 9. Jasa-jasa ,14 TOTAL SEKTOR Sumber : Hasil Analisis,2011 Berdasarkan hasil analisis nilai LQ, sektor unggulan (sektor basis) yang mendukung perkembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Banyuasin terdiri dari sektor pertanian, industri pengelolahan (tanpa migas) dan sektor jasa Pertanian A. Pertanian Tanaman Pangan Tanaman Pangan yang diproduksi oleh Kabupaten Banyuasin antara lain padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau. Produksi tanaman padi di Kabupaten Banyuasin meliputi padi ladang, padi pasang surut dan padi lebak, dengan dominasi produksi yaitu untuk jenis padi pasang surut. Jenis padi pasang surut memiliki produksi terbesar dengan total produksi ,8 ton di tahun 2010, sedangkan produksi terkecil yaitu jenis padi lebak sebesar ,1 ton. Mengingat Kabupaten Banyuasin penopang terbesar lumbung padi nasional di Provinsi Sumatera Selatan, Oleh karenanya masih perlu dilakukan kegiatan intensifikasi maupun ekstensifikasi kegiatan pertanian tanaman padi untuk meningkatkan hasil produksi. PENDAHULUAN I -51

65 Tanaman jagung diproduksi hampir di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuasin dengan total produksi di tahun 2010 mencapai Ton dan yang terbesar Kacamatan Banyuasin I. Tanaman pangan lainnya yang dihasilkan di Kabupaten Banyuasin adalah Ubi Kayu dengan nilai total produksi ,2Ton, potensi unggulan ubi kayu terbesar terdapat di Kecamatan Betung, Kecamatan Tungkal Ilir, Talang Kelapa, Banyuasin I, Rambutan, dan Kecamatan Muara Sugihan. Untuk Produksi ubi jalar di Kabupaten Banyuasin sebesar 4.626,7 Ton dengan potensi ekspor berada di Kecamatan Betung, Talang Kelapa, Banyuasin I, Rambutan dan Muara Sugihan. Total Produksi kacang Tanah di Tahun 2010 sebesar 465,7Ton. Pertanian tanaman kedelai memiliki total produksi sebesar 110Ton dan hanya Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin II, Makarti Jaya dan Air Salek yang memiliki potensi. Untuk Kacang hijau merupakan tanaman yang sifatnya optional dengan total produksi hanya 184,8ton di tahun 2010 terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, Betung, Talang Kelapa, Banyuasin I dan Muara Telang. B. Pertanian Holtikultura Pertanian holtikultura yang terdapat di Kabupaten Banyuasin meliputi tanaman buah-buahan dan sayuran. Untuk tanaman buah-buahan diproduksi hampir di semua kecamatan. Jenis buah-buahan yang dihasilkan meliputi mangga, jeruk, pepaya, sawo, durian, duku, nangka, jambu biji, rambutan dan pisang. Produksi tertinggi yaitu untuk tanaman jeruk, rambutan dan pisang yang masing-masing ton, 1.262,7 ton dan ,1 ton di tahun Produksi tanaman sayuran yang dihasilkan di Kabupaten Banyuasin meliputi kacang panjang, cabai, tomat, terong, timun, kangkung, bayam dan buncis. Total produksi terbesar yaitu untuk komoditi terong mencapai 318,6 Ton dan produksi terkecil yaitu komoditi buncis sebesar 36,6 ton. PENDAHULUAN I -52

66 C. Perkebunan Karet, kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditi perkebunan yang banyak diusahakan oleh rakyat Kabupaten Banyuasin, dibanding dengan komoditi kopi dan kakao. Hal ini terlihat dari jumlah produksi untuk karet di tahun 2010 yaitu produksi perkebunan rakyat sebesar ,5 ton dan produksi PBMN dan PBSN sebesar Ton. Perkembangan luas area perkebunan karet Tahun 2004 Tahun 2008 meningkat sekitar 4,7 % dari Ha di Tahun 2004 menjadi Ha di Tahun Potensi perkebunan karet terutama tersebar di Kecamatan Betung, Banyuasin III, Ranbutan dan Rantau Bayur. Untuk komoditas kelapa sawit, Kabupaten Banyuasin memberikan kontribusi hasil produksi bagi Sumatera Selatan sekitar 13%, yaitu ton untuk perkebunan rakyat dan Ton dari PBMN dan PBSN. Perkembangan luas area perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Banyuasin terus mengalami peningkatan sebesar 20% dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yaitu Ha menjadi Ha. Persebaran potensi perkebunan sawit di Kabupaten Banyuasin terutama berada di Kecamatan Pulau Rimau, Talang Kelapa, Betung dan Kecamatan Banyuasin III, sementara pada komoditas kelapa Kabupaten Banyuasin memberikan kontribusi terbesar di Sumatera Selatan sekitar 62% dengan hasil produksi ton dari perkebunan rakyat serta 2576 dari PBMN dan PBSN, luas area komoditi kelapa dari tahun 2005 seluas Ha terus meningkat sekitar 5% di Tahun 2008 menjadi Ha. Potensi perkebunan kelapa tersebut tersebar di kawasan pesisir terutama berada di Kecamatan Muara Telang, Muara Padang, Muara Sugihan, Makarti Jaya, Pulau Rimau dan Rambutan. Hasil komoditas lainnya 808 ton untuk kopi serta 16 ton kakou. Total areal perkebunan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 sebesar Ha yang terdiri dari perkebunan rakyat dan Ha PBSN dan PBN. PENDAHULUAN I -53

67 D. Peternakan Jenis peternakan yang diusahakan di Kabupaten Banyuasin meliputi peternakan besar seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan babi serta peternakan unggas yang meliputi ayam petelur, ayam pedaging, ayam buras dan itik. Populasi ternak dan unggas di Kabupaten Banyuasin cenderung terus meningkat. Populasi ternak tahun 2010, untuk kambing sebanyak ekor, sapi sebanyak ekor. Kerbau dan domba masing-masing hanya sekitar dua ribuan ekor. Populasi unggas ayam ras sebanyak ekor, ayam bukan ras sebanyak ekor dan itik sebanyak ekor. E. Perikanan. Kegiatan perikanan pada perekonomian daerah, memberikan kontribusi sekitar 13,0 persen sehingga posisinya menempati pada urutankedua setelah sub sektor Tanaman Bahan Makanan yaitu dari hasil produksi penangkapan ikan dan budidaya ikan. Produksi ikan tahun 2010, sebanyak ,91 ton, yang diperoleh dari hasil penangkapan ikan di laut sebanyak ,77 ton, penangkapan ikan di perairan umum sebanyak 8.656,80 ton dan hasil budidaya ikan ,34 ton. Sedangkan jenis ikan dari perairan umum yang berkualitas ekspor diantaranya jenis ikan Bandeng, Udang Windu dan lain sebagainya. Potensi untuk perikanan umum hampir merata di setiap kecamatan, sedangkan jenis perikanan laut hanya terdapat di Kecamatan Banyuasin II dan Air Salek. Untuk jenis perikanan budidaya terdapat di Kecamatan Tanjung Lago, Muara Padang, Muara Sugihan dan Muara Telang Sektor Industri Besarnya nilai produksi/nilai tambah sektor industri Kabupaten Banyuasin sangat dipengaruhi oleh industri minyak/gas bumi, selain migas jenis industri lainnya yaitu Industri kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur),industri makanan dan minuman,industri barang galian non logam, Industri karet dan barang-barang dari karet. Di Kabupaten Banyuasin, Jenis industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri besar/sedang dan industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Industri Besar/sedang, Jenis industri tersebut meliputi Industri minyak/gas bumi, kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur), Industri makanan dan PENDAHULUAN I -54

68 minuman, Industri karet dan barang-barang olahan dari karet dengan jumlah total industri di Tahun 2010 sebanyak 99 unit perusahaan. Industri kecil dan kerajinan Rumah Tangga, tersebar di mengikuti kawasan permukiman, dengan total jumlah industri di Tahun 2010 sebesar 384 unit perusahaan Pariwisata Sektor pariwisata, seni dan budaya merupakan bidang pembangunan yang memiliki potensi yang begitu besar untuk dikembangkan di Kabupaten Banyuasin. Kualitas sumber daya tarik wisata di Kabupaten Banyuasin cukup beragam, baik keunikan/kelangkaan, keragaman daya tarik maupun jangkauan pemanfaatannya bagi wisatawan. Misalnya sumber daya wisata Taman Nasional Sembilang yang dengan luas sekitar hektar mempunyai keunikan sumber daya hayati yang tidak ditemukan di tempat lain dan merupakan salah satu dari dua situs ramsar lahan basah yang ada di Indonesia. Keistimewaan kawasan Sembilang terutama karena keberadaan Hutan Mangrove paling tebal di dunia (sekitar 35 km) yang merupakan habitat berbagai jenis tanaman dan hewan langka, sebagai tempat berkumpulnya kelompok burung migran jenis stork serta jenis burung langka Wallace Hawk Eagle. Kawasan hutan bakau yang sangat tebal, pesisir pantai yang sangat panjang serta keberadaan permukiman nelayan di perairan pantai yang unik dengan pusatnya yang berada di Desa Sungsang cukup menunjang dan menambah keragaman daya tarik wisata di kawasan Sembilang. Potensi eco-tourism yang sangat unik serta daya tarik yang sangat beragam ini cuckup layak untuk dimanfaatkan dan dipasarkan bagi masyarakat internasional. Seperti banyak dijumpai di tempat lain, sumber daya wisata kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin cukup mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Namun demikian, ragam daya tarik di area perkebunan terbatas pada panorama/nuansa hijau perkebunan dan kegiatan pengolahan hasil perkebunan yang ada di lokasi. Pada saat ini kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Banyuasin terutama Melania dan Sembawa sudah dimanfaatkan masyarakat disekitarnya sebagai tempat berwisata PENDAHULUAN I -55

69 Tabel 1.15 Potensi Wisata di Kabupaten Banyuasin No Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata Potensi 1 Taman Nasional Sembilang Sungai Sembilang Eko-Wisata/ Satwa - Hutan Lindung - Hewan/Satwa 2 Perkampungan Nelayan Sungsang Desa Sungsang dan sekitar Wisata Bahari/ Budaya - Panorama Pantai/Laut - Nelayan/Binatang Laut 3 SPP Sembawa Desa Sembawa Agro-Wisata - Tanaman Hias - Tanaman Hortikultura - Teknologi Pertanian 4 Pulau Gemampo Desa Lebong Wisata Alam - Panorama Alam - Danau/Pulau 5 Bom Berlian Kelurahan Pangkalan Balai Wisata Alam - Panorama Alam - Danau/Pulau 6 PT. Sawit Mas Sejahtera Desa Langkan Agro-Wisata - Perkebunan Sawit - Teknologi Perkebunan Sawit 7 PT. Melania Desa Mainan Agro-Wisata - Perkebunan Karet - Teknologi Perkebunan Karet 8 Hutan Lindung Lebong Hitam Lebong Hitam/Jalur 21 Air Sugihan Eko-Wisata - Habitat Gajah Sumatera - Studi Ekologi/Habitat 9 Pulau Pejaye Desa Srijaya Wisata Alam - Panorama Alam - Bumi Perkemahan Banyuasin 10 Tugu Sejarah Silk Air Desa Tanjung Mas Wisata Sejarah/ Budaya - Panorama Alam - Tugu/Monumen Sejarah 11 Fron Langkan Desa Langkan Monumen Sejarah - Tugu Sejarah - Data Sejarah Perjuangan 12 Eks. PENAS Desa Sembawa 13 Tebenan Indah Desa Tebenan 14 Danau Tanah Mas Kelurahan Tanah Mas 15 Pemancingan Putra Berlian Kelurahan Pangkalan Balai 16 Kolam Renang Delima Kelurahan Pangkalan Balai 17 PT. Pertamina/Sungai Gerong Desa Sungai Gerong Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka,2010 Agro-Wisata Wisata Alam/ Bermain Wisata Bermain Kolam Pemancingan Kolam Renang Wisata Alam/ Teknologi - Panorama Alam - Danau/Balong - Teknologi Pertanian - Tanaman Hortikultura/Hias - Panorama Alam - Permainan - Teknologi Perkebunan - Tanaman Hortikultura/Hias - Kolam Renang - Kolam Bermain - Kereta Luncur - Sepeda Air - Pemancingan - Kuliner - Kolam Renang Anak-anak - Kolam Renang Dewasa - Pemandangan Pantai - Kolam Renang - Olahraga Golf - Teknologi PENDAHULUAN I -56

70 1.3.9 Sarana dan Prasarana Ekonomi Kondisi sarana dan prasarana eknomi di Kabupaten Banyuasin dapat digambarkan melalui keberadaan sarana perdagangan, pengembangan prasarana air bersih, energi/kelistrikan, telekomunikasi, transportasi dan pengelolaan persampahan. A. Perdagangan Wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki banyak pusat produksi yang tersebar di beberapa tempat. Pusat-pusat produksi tersebut menghasilkan komoditi berupa produk pertanian seperti beras,hasil perikanan, produk perkebunan seperti: kelapa sawit, karet, kelapa dan aneka komoditi lainnya. Kegiatan perdagangan dilakukan melalui transaksi antara produsen dan konsumen baik di pasar, pertokoan, maupun melalui transaksi individual.pasar merupakan tempat usaha bagi pedagang. Tempat usaha tersebut berupa kios, los maupun pelataran. Data dari kantor pengelolaan pasar menunjukkan peningkatan jumlah tempat usaha yang menandakan peningkatan aktifitas jual beli. Jumlah kios tahun 2010 tidak mengalami perubahan sebagaimana data tahun 2009 yaitu berjumlah 818 kios, namun jumlah los dipasar mengalami penambahan dari pada tahun 2009 menjadi los pada tahun 2010 atau bertambah 70 los. Lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut : Tabel Jumlah Tempat Usaha/ Kegiatan Unit Pasar Yang Dikelola Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 No. Nama Unit Pasar Tersedia Aktif Tidak Aktif Pelataran Jumlah Pedagang Kios Los Kios Los Kios Los 1. Betung Keluang Kenten Azhar Makarti Jaya Pangkalan Balai Sidomulyo Srikaton Sukajadi Sukamulia Sukomoro Sumber Jaya Sungsang Teluk Betung Jumlah Tahun Sumber Data : Kantor Pengelolahan Pasar Kabupaten Banyuasin PENDAHULUAN I -57

71 B. Listrik Pengunaan lisrik di Kabupaten Banyuasin sebagian besar adalah untuk keperluan rumah tangga dan untuk kegiatan bisnis. Dari kapasitas yang ada jangkauan listrik belum optimal (64,47% desa/kelurahan yang terjangkau listrik). Kecamatan yang telah menggunakan listrik hampir menjangkau seluruh desa (90% desa/kelurahan telah terjangkau) adalah di Kecamatan Betung dan Kecamtan Rambutan. Data Dinas Pertambangan dan Energi menunjukan bahwa terdapat 196 desa/kelurahan dari 304 desa/ kelurahan di Kabupaten Banyuasin yang sudah terjangkau listrik, artinya ada sekitar 64,47 % desa/kelurahan yang sudah terjangkau listrik meski belum optimal. C. Penyediaan Air Bersih Pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Banyuasin baik di perkotaan maupun di pedesaan sebagian besar adalah menggunakan air sumur terlindung dan air isi ulang. Sebagian kecil lainnya adalah menggunakan air sumur tak terlindung, air sungai, air pompa, dan air ledeng. Hal ini menunjukkan kesadaran penduduk untuk menggunakan penyediaan air bersih yang lebih higienis. Penggunaan air hujan untuk minum hanya dilakukan penduduk pedesaaan sedangkan penggunaan sumur bor/pompa hanya dilakukan penduduk perkotaan. Air bersih sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat harus terjamin ketersediaannya. Pemerintah baik pusat maupun daerah maupun pihak swasta harus berupaya melalui penyediaan jasa air bersih (PAM/PDAM) untuk mendistribusikan airbersih ke masyarakat. Tabel 1.17 Jumlah Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Dalam Kabupaten Banyuasin Tahun 2009 Fasilitas Jumlah rumah Tangga Perkotaan Perdesaan Air Kemasan Bermerek Air Isi Ulang Leding Meteran Leding Eceran Sumur Bor/Pompa Sumur Terlindung Sumur TakTerlindung Air Sungai Air Hujan Lainnya - - Jumlah Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin*) Data Tahun 2010 Tidak Tersedia PENDAHULUAN I -58

72 D. Persampahan Meskipun sepintas lalu Banyuasin masih belum termasuk daerah padat sampah sehingga terlihat tidak manusiawi dan berwibawa namun pada kenyataannya jumlah sampah yang tertimbun tidak sebanding dengan yang telah terlayani. TPA yang biasa beroperasi hanya terdapat di Desa Lubuk Kecamatan Lubuk Karet Kecamatan Betung dan di Desa Terlagu di Kecamtan Banyuasin III, Kecamatan Banyuasin I dan Kecamatan Talang Kelapa. Jika sampah dibuang atau dilebur ke tempat yang tidak semestinya / tidak melakukan studi AMDAL dahulu maka akan mengakibatkan dampak lingkungan yang serius di kemudian hari misalnya pembakaran sampah yang menyebabkan polusi lingkungan sehingga mengganggu kesehatan penduduk. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : No Tabel1.18 Jumlah Dan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Di Kabupaten Banyuasin Lokasi Keberadaan TPA/ (Desa / Kelurahan/Kecamatan) Jumlah TPA Luas TPA/ (Ha) Keterangan 1 Desa Lubuk Karet Kec. Betung 1 1 Unit Hibah Dinas PU.CK 2 Desa Terlangu Kec. Banyuasin III 1 15 Ha Pembelian Sumber Data : Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab. Banyuasin. E. Transportasi PerananTransportasi di Kabupaten Banyuasin semakin penting dari tahun ke tahun, terutamaberhubungan dengan pendistribusian barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain. Sarana perhubungan seperti jalan raya, jembatan, angkutan yang memadai menyebabkan distribusi barang dan jasa dari sentra produksi semakin lancar. Tersedianya sarana transportasi yang memadai akan mendorong harga cenderung stabil dan meningkatkan volume perdagangan. Dampak positif lainnya adalah terbukanya daerah-daerah terisolir dan meningkatkan mobilitas penduduk. Sarana dan prasarana perhubungan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari perhubungan darat, laut dan udara di Kabupaten Banyuasin yaitu Dermaga Laut Umum, Dermaga Laut Khusus, Dermaga Sungai Umum, Dermaga Sungai Khusus, Bandara Udara, Stasiun Kereta Api, serta Terminal Penumpang. Penambahan Dermaga Laut Khusus dan Dermaga Sungai Khusus sebesar 1 unit pada tahun Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : PENDAHULUAN I -59

73 Tabel 1.19 Sarana dan Prasarana Perhubungan Darat, Laut dan Udara di Kabupaten Banyuasin Infrastruktur Perhubungan/ Infrastructure of Transportation Jumlah/Total Dermaga Laut (Umum) / Harbour Dermaga Laut (Khusus) / Pier Dermaga Sungai (Umum) Dermaga Sungai (Khusus) Bandara Udara / Airport Stasiun Kereta Api Terminal Penumpang (Tipe A) Jumlah Sumber Data : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuasin Meskipun sebagian besar pembangunan jaringan jalan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten. Dukungan/Partisipasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi untuk pengadaan jaringan jalan dengan kualitas baik di Kabupaten Banyuasin yaitu untuk jenis permukaan jalan tipe aspal hotmix, kondisi jalan yang baik, kelas jalan III.A. Pada tahun 2010, panjang jalan di Kabupaten Banyuasin mencapai km, terdiri atas: 1) Jalan Nasional/Negara sepanjang 61 Km. 2) Jalan Provinsi sepanjang 82 Km, 3) Jalan Kabupaten sepanjang Km, dari panjang jalan Kabupaten 33,81 persen permukaan aspal, 10,66 persen permukaan cor, 7,58 persen permukaan batu pecah dan 47,95 persen permukaan tanah. Secara keseluruhan kondisi jalan Kabupaten adalah 36,32 persen baik, 3,47 persen kondisi sedang, 4,92 persen rusak dan 55,29 persen rusak berat.lebih jelasnya panjang jalan dan status jalan di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada tabel berikut: PENDAHULUAN I -60

74 Tabel 1.20 Panjang Jalan Dirinci Menurut Keadaan dan Status Jalan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 Uraian Status Jalan Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jenis Permukaan Jalan(KM) a Aspal Hotmix/ Hotmix Asphalt 61,00 61,00 82,00 82,00 258,25 258,25 b Aspal Lapen / Lapen Aspalt ,30 81,50 c Jalan Cor/ Cor ,82 107,12 d Batu pecah, Kerikil/ Gravel ,25 76,25 e Tanah/Dirt ,58 462,08 f Burda / Reycling g Tidak Dirincin ,80 19,80 Jumlah 61,00 61,00 82,00 82,00 999, ,00 2 Kondisi Jalan a Baik 61,00 61,00 82,00 82,00 325,79 365,05 b Sedang ,80 34,85 c Rusak ,91 49,45 d Rusak Berat ,50 555,65 Jumlah/Total 61,00 61,00 82,00 82,00 999, ,00 3 Kelas Jalan a Kelas I b Kelas II c Kelas III A 61,00 61,00 82,00 82,00 268,74 298,50 d Kelas III B ,78 194,50 e Kelas III C - 82,00-488,68 492,20 f Tidak Dirinci ,80 19,80 Jumlah 61,00 61,00 82,00 82,00 999, ,00 Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Banyuasin Jenis Moda angkutan jalan raya di Kabupaen Banyuasin terdiri bus umum (31 Unit), bus tidak umum (25 umum), mobil penumpan otelet umum /taxi (388 unit,) truk tak umum (882 unit), mobil pick up tak umum(985 unit). Moda angkutan yang mengalami penurunan adalah justru jenis mobil yang digunakanuntuk penumpang umum/taxi sebesar 47 unit. Sedangkan yang menglami penambahan adalah bus tak umum pada tahun sebesat 4 unit, truk tak umumpada tahun sebesar 87 unit danpick up tak umumpada thun sebesar 27 unit. PENDAHULUAN I -61

75 Tabel 1.21 Jumlah Kendaraan Angkutan Darat Dirinci Menurut Jenisnya di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 Jenis Kendaraan Jumlah(Unit) Bus Umum Bus Tak Umum Mobil Penumpang/Otolet Umum/Taxi Truk Umumk Truk Tak Umum Pick Up Umum Pick Up Tak Umum Jumlah Sumber Data : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuasin Beberapa wilayah Banyuasin terletak di aliran sungai dimana transportasi sungai merupakan sarana yang penting untuk kelancaran di daerah ini. Sarana angkutan sungai di Kabupaten Banyuasin meliputi; Angkutan penumpang speedboat kecil, angkutan penumpang speedboat besar, angkutan barang jukung, angkutan barang tug boat, angkutan barang ketek, angkutan barang tongkang, dan kapal nelayan/pompon. Jumlah angkutan sungai tahun 2010 tercatat sebanyak atau bertambah 13 armada selama tahun 2010 dibanding data tahun Isu Strategis Penataan Ruang Kabupaten Banyuasin. Isu-isu strategis ini diperoleh melalui penjaringan aspirasi stakeholder. Penjaringan aspirasi stakeholder ini berupa inventarisasi isu, potensi pengembangan dan permasalahan yang berkaitan dengaan perencanaan tata ruang di Kabupaten Banyuasin. Mencermati data yang telah ditabulasi, fakta lapangan yang terlihat saat obervasi serta cermatan analisis terhadap data-data sekunder memberikan gambaran beberapa isu penting terkait rencana penataan ruang Kabupaten Banyuasin, diantaranya adalah : 1. Peningkatan Aksesibilitas di Kabupaten Banyuasin, keterbatasan infrastruktur transportasi di Kabupaten Banyuasin seperti Jalan darat dan jembatan yang belum dapat menghubungkan seluruh wilayah mengakibatkan masih terdapatnya beberapa kawasan yang terisolir terutama di wilayah perairan. 2. Potensi Geografis yang strategis, Kabupaten Banyuasin memiliki letak yang strategis yaitu terletak di jalur lalu lintas antar provinsi dan merupakan pintu PENDAHULUAN I -62

76 gerbang untuk penyeberangan menuju Pulau Bangka, kondisi tersebut merupakan posisi yang menguntungkan terutama bagi pengembangan wilayah. 3. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api, adanyarencana pembangunan Pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api yang ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi yang berlokasi di Kecamatan Banyuasin II. Kawasan ini merupakan kawasan ekonomi khusus yang akan menjadi kawasan strategis ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuasin. 4. Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM), Berlokasi dikawasan TransmigrasiKecamatan Muara Telang. Pembangunan dan pengembangan KTM dirancang menjadi pusatpertumbuhan dengan fungsi perkotaanmelalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Fungsi utama KTM sebagai pusat agribisnis dan perdagangan wilayah yang mampu menarik investasiswasta untuk menumbuh-kembangkan kesejahteraan transmigran melalui kegiatan ekonomi yang dapat membuka peluangusaha dan kesempatan kerja. 5. Kabupaten Banyuasin merupakan hinterland Kota Palembang ibukota provinsi Sumatera Selatan.Kedudukan dan posisi wilayah Kabupaten Banyuasin secara regional sebagai bagian dari Metropolitan Palembang. Dari posisi tersebut Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan pendukung metropolitan Palembang terutama untuk kawasan permukiman dan dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan. 6. Sumberdaya pertanian pangan, Luas area tanaman pangan di Kabupaten Banyuasin sangat potensial, sekitar 34% merupakan lahan pasang surut yang dimanfaatkan untuk kawasan pertanian lahan basah. Hasil produksi pertanian pangan didominasi oleh komoditas padi, dimana dari hasil tersebut Banyuasin mampu ikut menopang stok pangan sebesar 28 % bagi provinsi Sumatera Selatan yang ditetapkan sebagai Lumbung Pangan Nasional. 7. Sumberdaya Perkebunan, Jenis perkebunan didominasi oleh karet dan kelapa sawit, akan tetapi lebih dari 50% untuk perkebunan kelapa sawit dimiliki dan dikelolah oleh swasta, sehingga diperlukan penanganan bentuk kerjasama yang sesuai terutama untuk ikut membantu meningkatkan perekonomian penduduk. Potensi perkebunan di Kabupaten Banyuasin diarahkan melalui pengembangan PENDAHULUAN I -63

77 kawasan agropolitan, hal ini didukung dengan ditetapkannya Kecamatan Sumbawa sebagai kawasan agropolitan center. 8. Sumberdaya Perairan, Kabupaten Banyuasin yang 80% wilayahnya merupakan perairan dengan panjang garis pantai mencapai 275 km, memiliki potensi perikanan terbesar di Provinsi Sumatera Selatan dan akan dikembangkan sebagai kawasan minapolitan. Potensi perairan di Kabupaten Banyuasin jugaterdapat Taman Nasional Sembilang, yangditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi berlokasi di Kecamatan Banyuasin II seluas Ha. Kawasan Sembilang berpotensi sebagai kawasan wisata bahari yang memiliki Hutan Mangrove paling tebal di dunia (sekitar 35 km) yang merupakan habitat berbagai jenis tanaman dan hewan langka, difungsikan bagi daya dukung lingkungan hidup, tatanan lingkungan kawasan pelestarian alam untuk taman wisata alam kawasan lindung untuk perlindungan ekosistem dan memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air. Selain itu Kawasan perairan ini menjadi pintu gerbang yang menghubungkan dengan pulau Bangka, namun secara umum potensi perairan Kabupaten Banyuasin belum tergali optimal. 9. Sumberdaya Pertambangan, terdapat potensi pertambangan berupa minyak, gas bumi serta tambang batubara yang tersebar di Kacamatan Pulau Rimau dan Rantau Bayur. 10. Pengembangan Potensi Industri, terdapat pengembangan kawasan industri terpadu yang terletak di Kawasan Gasing dan di Kawasan Tanjung Api-Api, serta akan dikembangkan kawasan industri Mariana melalui revitalisasi kawasan industri. 11. Rendahnya pemanfaatan lahan yang optimal dan berwawasan lingkungan, Daya tampung untuk pengembangan lahan budidaya cukup besar. Kabupaten Banyuasin memiliki alokasi luasan terbesar di Sumatera Selatan yang direncanakan untuk peruntukan permukiman yaitu sebesar ,07 Ha, akan tetapi lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang serta adanya desakan kebutuhan ruang memicu terjadinya konflik pemanfaatan yang berdampak pada Alih fungsi lahan cukup besarselain itu untuk peruntukan pertanian belum optimalnya pengelolaan mengakibatkan banyak dijumpai lahan tidur khususnya pada lahan pasang surut serta berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup dan munculnya bencana alam. PENDAHULUAN I -64

78 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi pembangunan, kompleksitas permasalahan dan untuk menjawab berbagai issu strategis pembangunan yang berkembang di Kabupaten Banyuasin, maka diformulasikan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuasin adalah: Mempercepat pertumbuhan Kabupaten Banyuasin melalui pengembangan pertanian dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan ditunjang kegiatan industri serta pertambangan untuk pembangunan berkelanjutan Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : 1. Pertanian : pengembangan melalui kegiatan yang berbasis pertanian dalam pengertian yang luas meliputi pertanian pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan. Adapun bentuk kegiatan mulai dari pembibitan,penyiapan lahan, budidaya, panen, proses pengolahan sampai pemasaran, termasuk pusat penelitian dan agrowisata. 2. Sumberdaya Kelautan dan Perikanan : pemanfaatan sumber daya kelautan, meliputi budidaya laut, perikanan tangkap, budidaya perairan payau, pertambangan dan energi, transportasi, dan wisata serta kegiatan konservasi meliputi upaya pelestarian, pemeliharaan dan pemulihan fungsi-fungsi alam yang berperan dalam menjaga keseimbangan alam (ekosistem). 3. Industri : Pengembangan industri meliputi industri besar, sedang dan rumah tangga, dengan bentuk kegiatan mulai dari penetapan kawasan industri, proses pengelolahan barang dan jasa sampai dengan pemasaran, pemenuhan sarana dan TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG II -1

79 prasarana pendukung yang saling mendukung dan terintegrasi dengan kegiatan pengembangan lainnya. 4. Pertambangan : Pengembangan kegiatan pertambangan yaitu pertambangan batubara, minyak dan gas bumi serta penggalian aspal alam, koalin, dan pasir silika, dengan bentuk kegiatan mulai dari penetapan kawasan, proses pengelolaan sampai dengan pemasaran. 5. Berkelanjutan : Dalam setiap kegiatan pembangunan memperhatikan kondisi kualitas lingkungan fisik, memanfaatkan dengan bijak sumberdaya lahan yang tersedia sesuai dengan peruntukannya, malakukan proses penyesuaian kondisi dan karakteristik lahan dalam setiap pemanfaatan termasuk pula antisipasi mengembangkan orientasi ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dilakukan sesuai prinsip sustainable development bahwa pemanfaatan sumberdaya selain memenuhi kebutuhan sekarang juga dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan generasi mendatang. 2.2 Kebijakan Dan Strategi Peataan Ruang Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan penataan ruang dari Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah; 2. Peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana melalui pengembangan sistem trasnportasi keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten Banyuasin; 3. Pemantapkan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung; 4. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan budidaya yang dikelola secara optimal, terintegrasi, sesuai dengan daya dukung wilayah dan ramah lingkungan; 5. Pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelestarian sumber daya alam hayati, dan budaya Kabupaten Banyuasin. TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG II -2

80 6. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan setiap bagian wilayah tumbuh menjadi semakin kuat dan berdaya saing atas dasar potensi yang dimilikinya. Berikut ini Penjabaran strategi yang didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Sebagai turunan dari rumusan kebijakan penataan ruang yang dijabarkan secara lebih operasional, maka strategi penataan ruang Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut: 1. Strategi pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah, meliputi : a. mengembangkan Ibukota Kecamatan Sungsang menjadi satu pusat kegiatan utama wilayah kabupaten (PKWp) sesuai arahan dalam RTRWP b. mengembangkan wilayah Pangkalan Balai, menjadi pusat kegiatan lokal (PKL) wilayah kabupaten sesuai arahan dalam RTRWP dan mempromosikan pusat utama lainnya sesuai dengan potensinya; c. menetapkan pusat kegiatan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK); d. menetapkan pusat kegiatan/pusat permukiman yang memiliki wilayah layanan antar desa dan atau lebih dari satu desa sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), selain yang telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK). 2. Strategi peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten Banyuasin, meliputi : a. Membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi keseluruh bagian wilayah Kabupaten Banyuasin untuk memperlancar aksesibilitas terutama pada kawasan perairan dan wilayah yang masih terisolir b. Mengembangkan jaringan jalan secara hirarkis yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan; c. Mengembangkan sistem angkutan umum darat yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan pusat permukiman penduduk dan mendukung TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG II -3

81 pengembangan terminal penumpang dan bongkar muat yaitu terminal tipe A di Sungsang dan terminal tipe B di Pangkalan Balai sesuai arahan RTRWP d. Mengembangkan sistem transportasi air di wilayah perairan Kabupaten Banyuasin disertai dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dermaga yang saling terintegrasi dengan rencana pelabuhan Tanjung Api-Api. e. Mendukung pembangunan jalur kereta api menuju kawasan Tanjung Api-Api dan jalur regional yang menghubungkan Provinsi Sumatera Selatan dengan Provinsi Jambi yang melalui Kecamatan Betung. f. Menyediakan fasilitas pelayanan sosial-ekonomi (kesehatan, pendidikan, air bersih, pasar, olahraga, pemerintahan,dsb). g. Meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih yang mencapai seluruh wilayah Kecamatan. 3. Strategi pemantapan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung, meliputi : a. Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau minimal 30% dari kawasan terbangun dan mewujudkan hutan minimal 30% dari setiap DAS dengan sebaran yang proporsional yang berada di Kabupaten Banyuasin. b. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun kualitasnya. c. Mempertahankan dan melestarikan Kawasan Taman Nasional Sembilang sebagai green belt area dan kawasan konservasi untuk mempertahankan dan melestarikan kawasan mangrove yang berbasis masyarakat d. Menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka kegiatan pengembangan dan penelitian fungsi kawasan lindung terutama pada kawasan Taman Nasional Sembilang, hutan lindung dan cagar alam laut. e. Rehabilitasi lahan kritis, sedimentasi dan abrasi terutama pada wilayah pesisir dan hulu sungai yang terjadi di Kabupaten Banyuasin. f. Meningkatkan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis wilayah sungai dan daerah aliran sungai. 4. Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan budidaya yang dikelola secara optimal, terintegrasi, sesuai dengan daya dukung wilayah dan ramah lingkungan; TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG II -4

82 a. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan tidur (lahan non produktif) sebagai kawasan budidaya pertanian yang didukung oleh penyediaan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan, b. pembangunan dan pengembangan kawasan hutan produksi (HP), hutan produksi konversi dan hutan rakyat; c. pembangunan dan pengembangan kawasan pertanian tanaman panga, hortikultura, peternakan serta kawasan perkebunan rakyat dan perkebunan swasta nasional; d. pembangunan dan pengembangan kawasan perikanan air tawar, air payau dan perikanan tangkap baik di perairan umum maupun perairan laut; e. mengembangkan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kegiatan pariwisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir; f. mengembangkan kawasan pariwisata; g. mengembangkan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan serta pulaupulau kecil yang diarahkan untuk mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan; h. mengembangkan kawasan pertambangan untuk pengelolaan potensi sumber daya alam secara berimbang dan berkelanjutan dengan memprioritaskan aspek keseimbangan ekosistem dan pelestarian lingkungan hidup; i. Mengembangkan kegiatan industri untuk mendukung peningkatan nilai tambah, produktivitas dan saling terintegrasi dengan kegiatan lainnya. 5. Strategi pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelestarian sumber daya alam hayati, dan budaya Kabupaten Banyuasin. a. mengembangkan budidaya pertanian pangan sebagai bagian terbesar penopang produksi untuk Provinsi Sumatera Selatan yang ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dengan pusat pengembangan pada wilayah pertanian pasang surut; b. mengembangkan dan membangun sarana prasarana pendukung industri terpadu dan Pelabuhan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat; TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG II -5

83 c. mengembangkan kawasan agropolitan, minapolitan, KTM, Kawasan Migas dan kawasan industri masyarakat perkebunan (KIMBUN) melalui penyediaan prasarana dan sarana serta fasilitas lainnya; d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perdagangan yang terpusat di Kawasan Betung; e. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pusat kegiatan perkantoran di Kawasan Pangkalan Balai; f. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri yang terpusat di Kawasan Industri Gasing dan Mariana; g. mengembangkan dan meningkatkan kerjasama regional, nasional bahkan internasional di bidang ekonomi berupa perluasan pemasaran hasil produksi dan membuka peluang investasi dan di bidang edukasi berupa kegiatan penelitian melalui Kawasan Agrocenter di Kecamatan Sembawa; h. mengembangkan sarana prasarana perkotaan di kawasan pusat permukiman yang diarahkan untuk mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan pada kawasan hinterland kota Palembang; i. mengembangkan prasarana dan sarana Kawasan Kampung Nelayan Sungsang sebagai Kawasan Cagar Budaya melalui kegiatan revitalisasi kawasan; j. Pemeliharaan dan pelestarian kawasan Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Padang Sugihan sebagai fungsi pelestarian alam dan pelestarian suaka alam. 6. Strategi Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; b. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan perutnukannya; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan. TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG II -6

84 Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah Kabupaten Banyuasin yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Beberapa komponen kegiatan primer yang berpengaruh adalah kegiatan yang mempunyai jangkauan regional, meliputi wilayah pelayanan Kabupaten Banyuasin dan sekitarnya di Sumatera Bagian Selatan, nasional, maupun internasional. Termasuk dalam kegiatan primer antara lain pemerintahan, kawasan industri, perdagangan dan jasa, transportasi, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat melayani wilayah regional. Untuk mencapai kondisi ideal tersebut, maka arahan struktur ruang wilayah Kabupaten Banyuasin hingga akhir 2031 dibentuk oleh kegiatan primer, pusat-pusat pelayanan, dan jaringan transportasi. Dalam mewujudkan struktur ruang wilayah Kabupaten Banyuasin secara menyeluruh maka Rencana Struktur ruang wilayah kabupaten harus memiliki fungsi: 1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan 2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada. Maka wujud dari Rencana struktur ruang Kabupaten Banyuasin meliputi: Rencana Sistem Pusat Kegiatan / Pelayanan; 1. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi; 2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi; 3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi; 4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air; 5. Rencana Sistem Prasarana Lingkungan; dan 6. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya. RENCANA STRUKTUR RUANG III -1

85 3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN Secara hierarki sistem perkotaan di Kabupaten Banyuasin, disesuaikan dengan arahan RTRWN dan RTRW Provinsi Sumatera Selatan, yang menetapkan wilayah Sungsang dipromosikan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKWp) serta wilayah Pangkalan Balai, sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kemudian untuk pusat-pusat lainnya, seperti Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) ditentukan oleh Kabupaten. Secara umum kriteria fungsi sistem perkotaan/pusat kegiatan yang digunakan untuk lingkup wilayah Kabupaten Banyuasin, dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.1 Kriteria Fungsi Sistem Perkotaan di Wilayah Kabupaten Banyuasin NO FUNGSI KOTA KRITERIA 1. Pusat Kegiatan Wilayah yang Dipromosikan (PKWp) 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. Diusulkan oleh pemerintah pusat atau provinsi Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;dan/atau Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan Diusulkan oleh pemerintah kabupaten Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL, dengan notasi PKLp atau PKL promosi pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan (PPK) Pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa Pusat Pelayanan Lingkungan 4. (PPL) Sumber: PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN & Permen PU No 16 Tahun 2009 Dengan mempertimbangkan hasil identifikasi simpul-simpul perkotaan serta berdasarkan pertimbangan kriteria di atas tersebut, maka sistem pusat kegiatan di Kabupaten Banyuasin dapat dirumuskan sebagai berikut: RENCANA STRUKTUR RUANG III -2

86 1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) PKWp yang terdapat di Kabupaten Banyuasin merupakan perubahan dari perkembangan pembangunan pelabuhan Tanjung Api-Api, dalam hal ini pertumbuhan yang diharapkan lebih cepat untuk menunjang akses transportasi nasional, adapun Sungsang sesuai arahan RTRWP Sumatera Selatan ditetapkan sebagai PKWp merupakan permukiman desa sehingga diarahkan untuk menjadi pusat jasa, perdagangan, industri dan pariwisata. 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Pusat Kegiatan Lokal merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. PKL yang diarahkan dalam RTRWP Sumatera Selatan di Kabupaten Banyuasin berada di Kota Pangkalan Balai. 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Adapun Pusat Pelayanan Kawasan di Kabupaten Banyuasin berada di Betung, Mariana, Sukajadi, Telang Jaya, Sungai Pinang dan Makarti Jaya. 4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Desa yang ditetapkan sebagai pusat permukiman yang mempunyai prasarana dan sarana yang lebih lengkap dibandingkan dengan desa-desa yang ada disekitarnya, mempunyai potensi untuk tumbuh dengan investasi kecil, dapat berfungsi sebagai tempat penyedia pelayanan pada desa-desa disekitarnya dan berfungsi sebagai pusat perantara antar kota dengan desa-desa disekitarnya. Adapun Pusat Pelayanan Lingkungan di Kabupaten Banyuasin berada di Tebing Abang, Tanjung Lago, Teluk Betung, Sumber Makmur, Tirta Harja, Sidomulyo, Salek Mukti, Lubuk Lancang, Sembawa, Sumber Marga Telang dan Air Kumbang. Rencana pengembangan sistem hirarki pusat-pusat pelayanan ini mengacu pada konsep pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Bayuasin yang kedua, yakni ibukota kabupaten tetap masih menjadi pusat kegiatan utama atau pusat pelayanan utama untuk dapat melayani atau menjadi media internal ke seluruh wilayah pelayanannya di Kabupaten Banyuasin. Sedangkan wilayah-wilayah kecamatan yang termasuk ke dalam pusat-pusat pertumbuhan/pembentuk sistem perkotaan adalah termasuk ke dalam sistem hirarki kedua dalam skala pelayanan kegiatan lokal di wilayah dan kecamatan yang RENCANA STRUKTUR RUANG III -3

87 termasuk ke dalam pusat-pusat pertumbuhan/pembentuk sistem perdesaan adalah termasuk ke dalam sistem hirarki ketiga dalam skala pelayanan kegiatan lokal di wilayah Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut di atas, maka rencana pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Banyuasin dijelaskan dalam Tabel 3.2 dan Gambar 3.1 berikut : Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Pusat Kegiatan dan Fungsinya di Kabupaten Banyuasin PKWp PKL PPK PPL Sungsang Pangkalan Balai Penetapan PPK: Penetapan PPL: Fungsi yang Fungsi yang diemban: diemban: - Pemerintahan - Pusat Pemerintahan Tingkat Kabupaten Tingkat Kecamatan - Pusat Pendidikan - Perdagangan dan - Pusat Permukiman Perkotaan jasa skala regional/lokal - Pengembangan perikanan dan kelautan - Pengembangan transportasi nasional/regional - Pengembangan permukiman dan pelayanan umum - Wisata budaya - Pusat industri 1. Betung (Kec. Betung) Fungsi: Pusat Perdagangan & Jasa Pusat pemerintahan Kecamatan Pusat Permukiman Perkotaan skala kecamatan 2. Mariana (kec. Banyuasin I) Fungsi: Pusat pemerintahan Pusat Industri Pusat Permukiman Perkotaan 3. Sukajadi (Kec. Talang Kelapa) Fungsi: Pusat pemerintahan Kecamatan Pusat Perdagangan&Jasa Pusat Permukiman Perkotaan Peternakan Unggas Budidaya air tawar Tebing Abang (Kec. Rantau Bayur) Fungsi: Pusat Perdagangan & Jasa Perikanan budidaya air tawar Perkebunan Pelabuhan Khusus Pusat permukiman perdesaan Tanjung Lago (Kec.Tanjung Lago) Fungsi: Perkebunan Pertanian Pangan Kehutanan Pusat permukiman perdesaan Pelabuhan Khusus Perikanan budidaya air tawar Teluk Betung (Kec. Pulau Rimau) Fungsi: Pertanian pangan Pertanian Holtikultura Pusat permukiman perdesaan Pusat Perdagangan RENCANA STRUKTUR RUANG III -4

88 PKWp PKL PPK PPL 4. Telang Jaya (Kec. Muara Telang) Fungsi: Pusat pemerintahan Kecamatan Pusat Perdagangan & Jasa skala kecamatan Pusat Pertanian Lahan Basah Pusat Permukiman Perkotaan 5. Sungai Pinang (Kec. Rambutan) Fungsi: Pusat pemerintahan Kecamatan Pusat Pertanian Lahan lebak Pusat Permukiman Perkotaan Peternakan Unggas Perkebunan Perdagangan dan jasa 6. Makarti Jaya (Kec.Makarti Jaya) Fungsi: Pusat pemerintahan Kecamatan Pusat Pertanian pasang surut Pusat Permukiman Perkotaan skala kecamatan Perikanan tambak Sumber Makmur (Kec. Muara Padang) Fungsi: Pertanian pangan Pusat permukiman perdesaan Perdagangan Jasa Perkebunan Tirto Harjo (Kec. Muara Sugihan) Fungsi: Pertanian pangn Pusat permukiman perdesaan Perikanan Tambak Konservasi Mangroove Salek Mukti (Kec. Air Salek) Fungsi: Pertanian pangan Perikanan Tambak Pusat permukiman perdesaan Perkebunan Sidomulyo (Kec. Tungkal Ilir) Fungsi : Pusat permukiman perdesaan Perkebunan Perdagangan dan Jasa Pemerintahan kecamatan Lubuk Lancang (Kec. Suak Tapeh) Fungsi : Pusat permukiman Perkebunan Perdagangan dan Jasa Pemerintahan kecamatan RENCANA STRUKTUR RUANG III -5

89 PKWp PKL PPK PPL Sembawa (Kec. Sembawa) Fungsi : Pusat permukiman perdesaan Perkebunan Perdagangan dan Jasa Pemerintahan kecamatan Pusat IPTEK Sumber Marga Telang Fungsi : Perkebunan Pertanian Pangan Pusat permukiman perdesaan Pelabuhan Khusus Perikanan budidaya air tawar Pendukung industri Tanjung Api-Api Air Kumbang Fungsi : Pusat permukiman perdesaan Perdagangan Jasa Perkebunan Sumber : Hasil Analisis 3.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Kondisi yang ada di Kabupaten Banyuasin, sistem jaringan transportasi yang berkembang terdiri dari jaringan transportasi darat serta transportasi air. Pada bagian utara dan timur Kabupaten Banyuasin, masih didominasi oleh penggunaan jaringan transportasi air baik melalui sungai maupun laut, mengingat di wilayah tersebut merupakan daerah perairan, sedangkan Di Bagian Selatan Kabupaten Banyuasin, perkembangan sistem tranportasi darat yang menghubungkan antar wilayah sangat dipengaruhi oleh posisi dan hirarki kotanya dan memiliki pola keterhubungan dengan kota Palembang. Dari kondisi tersebut, maka rencana pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Banyuasin dimaksudkan untuk meningkatkan keterkaitan kebutuhan dan peningkatan transportasi antar wilayah dan antar kawasan permukiman yang dikembangkan dalam ruang wilayah Kabupaten, serta keterkaitannya dengan sistem jaringan transportasi di wilayah sekitarnya yang saling terintegrasi antara transportasi RENCANA STRUKTUR RUANG III -6

90 darat dan air. Selain itu, pengembangannya juga untuk mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antar pusat permukiman dengan sektor kegiatan ekonomi daerah Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat Sistem jaringan jalan merupakan aspek penting dalam membentuk struktur ruang wilayah. Peran jaringan jalan sebagai penghubung antar komponen kegiatan antar wilayah kecamatan dan komponen kegiatan antar kabupaten, selain itu jaringan jalan akan sangat mempengaruhi bentuk struktur tata ruang kabupaten, atau sebaliknya pengembangan jaringan jalan disesuaikan dengan struktur tata ruang kabupaten yang direncanakan. Permasalahan utama sistem jaringan jalan adalah keterbatasan daya jangkau jaringan jalan untuk menghubungkan setiap kecamatan sehingga pergerakan internal maupun eksternal relatif kurang memadai. Kualitas jaringan jalan yang tidak memadai menjadikan sistem pergerakan internal maupun eksternal wilayah menjadi terhambat. Untuk meningkatkan efisiensi pergerakan, Rencana pengembangan sistem jaringan jalan, dilakukan melalui peningkatan fungsi jaringan jalan dan pembangunan jaringan jalan baru sesuai dengan kebutuhan pengembangan untuk menunjang perwujudan struktur ruang. Peningkatan fungsi jaringan jalan dapat dilakukan melalui kegiatan peningkatan fungsi, status, maupun kelas jalan, serta kegiatan rehabilitasi atau pemeliharaan jalan. Sedangkan pembangunan jaringan jalan dilakukan pada ruas-ruas jalan yang belum terhubung, untuk mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dalam sistem perkotaan di Kabupaten Banyuasin untuk mewujudkan struktur ruang wilayah kabupaten yang optimal Sistem Jaringan Lalu lintas dan Angkutan Jalan 1. Jaringan Jalan Dilihat dari fungsinya, jaringan jalan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari jaringan arteri primer, kolektor primer, dan lokal primer. Untuk mengantisipasi perkembangan mendatang, rencana pengembangan sistem jaringan jalan di Kabupaten Banyuasin sebagai berikut : a. Jaringan jalan arteri primer Jaringan jalan arteri primer diarahkan untuk melayani pergerakan antar kota antar provinsi. Kabupaten Banyuasin memiliki jaringan jalan yang cukup panjang dengan dilintasi jalan negara yaitu jaringan jalan lintas timur sumatera, di dalam RTRWN rencana pengembangan jaringan jalan di wilayah Kabupaten Banyuasin meliputi pembangunan dan RENCANA STRUKTUR RUANG III -7

91 pengembangan jalan. Rencana pengembangan sistem arteri primer sesuai arahan RTRWN (Kepmen 630 Tahun 2009) direncanakan untuk ruas jalan yang menghubungkan : Sei Lilin Betung sepanjang 43,673 Km Betung Bts. Kota Palembang sepanjang 56,167 Km Rencana pembangunan jalan tol sesuai arahan RTRWP Sumatera Selatan direncanakan untuk ruas jalan Lingkar Barat Palembang menuju Betung melintasi sebagian Wilayah Kabupaten Banyuasin di Kecamatan Rambutan menuju Kota Betung dan ruas Lingkar Timur Luar Palembang dari Jakabaring Kecamatan Rambutan ke Airbatu Kecamatan Talang Kelapa sedangkan yang menghubungkan ruas Palembang Tanjung Api- Api/Tanjung Carat direncanakan untuk jalan tol High Grade Highway. b. Jaringan jalan Kolektor Primer Jaringan jalan kolektor primer menghubungkan antar PKW maupun antara PKW dengan PKL. Beberapa jalan kolektor akan dibangun dan dikembangkan serta ditingkatkan fungsinya untuk mendorong perkembangan wilayah, terutama untuk akses menuju rencana PKWp di Sungsang. Rencana pengembangan sistem Kolektor primer (K1) sesuai arahan RTRWN (Kepmen 630 Tahun 2009) direncanakan untuk ruas jalan yang menghubungkan : Ruas Simpang Betung Sekayu - Lubuk Linggau; Kab. OKI Kec. Muara Padang Kec. Air Salek Kec. Muara Telang Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Banyuasin II. Rencana pembangunan jalan tol sesuai arahan RTRWP Sumatera Selatan direncanakan untuk ruas jalan yang menghubungkan : Jalan Lingkar Luar Timur Ruas Rambutan - Banyuasin I Talang Kelapa; Jalan Lingkar Luar Barat Ruas Kec. Rambutan Kec. Sembawa; Dalam arahan RTRWP, Rencana pengembangan sistem kolektor primer (K1) direncanakan untuk : Ruas Palembang-Rambutan-Kayu Agung Ruas Palembang-Rambuan-Tulung Selapan Ruas Pangkalan Balai-Rantau Bayur-Kab. Muara Enim Rencana pengembangan sistem kolektor primer (K4) direncanakan untuk : Ruas Pangkalan Balai- Sekayu c. Jaringan jalan Lokal Primer RENCANA STRUKTUR RUANG III -8

92 No Rencana pengembangan sistem lokal primer direncanakan untuk ruas jalan yang menghubungkan antar wilayah (ibukota) kecamatan. Beberapa jalan lokal primer akan dibangun dan dikembangkan serta ditingkatkan fungsinya untuk mendorong perkembangan dan pemerataan di Kabupaten Banyuasin. Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan jaringan jalan lokal primer dijabarkan pada Tabel 3.3 RENCANA STRUKTUR RUANG Tabel 3.3 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kabupaten Banyuasin Tahun 2031 Ruas Jalan Kota/Simpul Pusat Kegiatan yang Dihubungkan Keterangan (Rencana Pengembangan) A Jalan Arteri Primer (Jalan Nasional) Mengacu pada Kepmen 630 Tahun Sei Lilin - Betung (ruas 003) Kabupaten Musi Banyuasin Kabupaten Banyuasin (PPK) Peningkatan jaringan jalan arteri primer 2. Betung Bts. Kota Palembang (ruas 004) Kabupaten Banyuasin (PPK) Kota Palembang Peningkatan jaringan jalan arteri primer 3. Ruas Palembang-Tanjung Api-Api Kota Palembang PKWp Pembangunan Jaringan Jalan Tol B Jalan Kolektor Primer (Jalan Nasional) Mengacu pada Kepmen 630 Tahun Ruas Simpang Betung-Sekayu- Kabupaten Banyuasin (PPK) Peningkatan Jaringan jalan Lubuk Linggau Kabupaten Musi Banyuasin Kota Lubuk Linggau kolektor primer 2. Jalan Lingkar Luar Timur Ruas Rambutan - Banyuasin I Talang Kelapa 3. Jalan Lingkar Luar Barat Ruas Kec. Rambutan Kec. Sembawa 4. Kab. OKI Kec. Muara Padang Kec. Air Salek Kec. Muara Telang Kec. Marga Air Telang - Kec. Banyuasin II C Jalan Provinsi Antar PPK PPK PPL Kab. OKI PPL PPL- PPK PPL - PKWp Pembangunan Jaringan Jalan Tol Pembangunan Jaringan Jalan Tol Pembangunan Jaringan Jalan Kolektor Primer (K1) Mengacu pada RTRW Prov SumSel Ruas Palembang-Rambutan-Kayu Agung Kota Palembang Kab. Banyuasin (PPK) Kab. OKI Peningkatan jaringan jalan kolektor primer 2. Ruas Palembang-Rambuan-Tulung Selapan Kota Palembang-Kab. Banyuasin (PPK) - Kab. OKI Peningkatan jaringan jalan kolektor primer 3. Ruas Pangkalan Balai-Rantau Bayur-Kab. Muara Enim PKL PPL - Kab.Muara Enim Peningkatan jaringan jalan kolektor primer 4. Ruas Pangkalan Balai-Sekayu PKL PKW Peningkatan jaringan jalan kolektor IV C Jalan Kabupaten Menghubungkan pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Banyuasin 1. Ruas Pangkalan Balai-Pulau Rimau- Tungkal Ilir PKL dengan PPL Peningkatan Jaringan jalan lokal primer Ruas Palembang- Banyuasin I Air Kumbang - Muara Padang Muara Sugihan Kabupaten OKI Kota Palembang PPK PPL PPL PPL - Kabupaten OKI Peningkatan Jaringan jalan lokal primer III -9

93 No Ruas Jalan Kota/Simpul Pusat Kegiatan yang Dihubungkan 3. Ruas Kab. Muba Kec. Tungkal Ilir Kabupaten Musi Banyuasin dengan Kab. Banyuasin (PPL) 4. Ruas Kab. Muara Enim Kec. Kab.Muara Enim PPL PPK Rantau Bayur Kec. Betung Kec. PKL PPL PPK PPL Banyuasin III Kec. Sembawa Kec. Talang Kelapa Kec. Tanjung Lago 5. Ruas Jalan Tanjung Lago Muara Telang Sumber Marga Telang Keterangan (Rencana Pengembangan) Peningkatan Jaringan jalan lokal primer Peningkatan Jaringan jalan lokal primer PPL PPK - PPL Pembangunan Jaringan Jalan Lokal Primer 6. Ruas Jalan Makarti Jaya Air Saleh PPK PPL PPL- PPK Pembangunan Jaringan Air Kumbang - Banyuasin I Jalan Lokal Primer D. Jalan Raya Khusus untuk batu bara 1. Ruas Kab. Muara Enim Kec. Kab. Muara Enim PPL PPL - Rencana Pembangunan Rantau Bayur Kec. Suak Tapeh Kec. Banyuasin III Kec. Sembawa Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung Lago Kec. Banyuasin II PKL PPL PPK PPL PKWp (Dikelola Swasta) Sumber : Hasil Rencana,2011 d. Jaringan jalan Khusus Berupa jaringan jalan yang dibangun dan di pelihara untuk melayani kepentingan tertentu. Berdasarkan arahan dari RTRWP Sumatera Selatan, rencana jalan khusus yang akan dikembangkan untuk peruntukan pengangkutan batubara dari tempat penambangan ke pelabuhan/terminal khusus batubara yang pengembangannya bekerjasama dengan pihak swasta. 2. Jembatan Rencana pembangunan jembatan baru ditujukan untuk membuka kawasan terisolasi atau untuk meningkatkan kemampuan pemasaran hasil-hasil produksi, peningkatan/ perkerasan kelas jalan dari tanah menjadi koral kemudian menjadi permukaan aspal, perbaikan/perawatan jalan yang rusak demi kelancaran mobilitas dan aksesbilitas pertumbuhan ekonomi makro dan mikro di wilayah Kabupaten Banyuasin. Rencana pembangunan jembatan di Kabupaten Banyuasin sampai tahun 2031 ditujukan untuk meningkatkan produktifitas lahan perkebunan, pertanian, pariwisata dan kelautan. Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan jembatan dijabarkan pada Tabel 3.4 RENCANA STRUKTUR RUANG III -10

94 Tabel 3.4 Rencana Pengembangan Jembatan No. Ruas Jembatan Lokasi Keterangan 1. Jembatan Ruas Banyuasin I Banyuasin I Muara Sugihan Rencana peningkatan jembatan Muara Sugihan 2. Jembatan Terusan Sebalik Tanjung Lago Muara Telang Rencana peningkatan jembatan 3. Jembatan Gasing Talang Kelapa Tanjung Lago Rencana peningkatan jembatan 4. Jembatan Pulau Rimau Tanah Kering Pulau Rimau Rencana peningkatan jembatan 5. Jembatan Tungkal Ilir Desa Tri tunggal Rencana peningkatan jembatan 6. Jembatan Rambutan Sungai Dua Rencana peningkatan jembatan 7. Jembatan Teluk Tenggulang Pulau Rimau Rencana pembangunan jembatan 8. Jembatan Muara Telang Muara Telang Rencana pembangunan jembatan 9. Jembatan Banyuasin I Desa teluk Tenggiri (Banyuasin I) Rencana pembangunan jembatan 10. Jembatan Rantau Bayur Desa Tebing Abang Rencana pembangunan jembatan 11 Jembatan Muara Sugihan Kec. Muara Sugihan Air Sugihan Rencana pembangunan jembatan (Kab. OKI) 12 Jembatan sedang Banyuasin Kec. Banyuasin III Rencana pembangunan jembatan III Sumber : Hasil Rencana,2011 Secara umum gambaran Rencana Pengembangan Sistem Jaringan jalan dan jembatan di Kabupaten Banyuasin, diilustrasikan melalui Gambar 3.1 Peta Rencana Pengembangan Transportasi Darat RENCANA STRUKTUR RUANG III -11

95 RENCANA STRUKTUR RUANG Gambar 3.1 Rencana Transportasi Darat III -12

96 3. Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan (LLAJ) Selanjutnya rencana pengembangan terminal didasari dari hasil analisis dan ketetapan dari kebijakan pembangunan Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan dua pertimbangan tersebut, maka rencana pengembangannya adalah : agar tercapai keseimbangan dan kemudahan aktivitas perhubungan dalam pengembangan wilayah di masa mendatang, maka terminal yang sudah ada yaitu terminal tipe B di wilayah Kecamatan Betung (PPK), terminal penumpang tipe B di Kawasan Tanjung Api-Api direncanakan untuk ditingkatkan menjadi tipe A sesuai dengan arahan RTRWP Sumatera Selatan serta beberapa terminal khusus agar dioptimalisasikan fungsinya. Untuk rencana pengembangan terminal lainnya, berdasarkan arahan RTRWP Sumatera Selatan direncanakan pengembangan terminal tipe B di wilayah Pangkalan Balai dan Sebalik (PKL). Berdasarkan ketetapan dari kebijakan Kabupaten Banyuasin akan dikembangkan pembangunan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Rambutan, Teluk Betung Kecamatan Pulau Rimau (PPL) dan di Cintamanis Kecamatan Banyuasin I. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut : Tabel 3.5 Rencana Pengembangan Terminal Kabupaten Banyuasin NO TIPE LOKASI TERMINAL KETERANGAN RENCANA PENINGKATAN PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN 1 A Kecamatan Betung (PPK) Terminal Penumpang 2 C Sungsang Terminal Penumpang 3 C Kecamatan Suak Tapeh Terminal Penumpang 4 Tanjung Lago Terminal Khusus Batubara oleh PT. Servo 5 Tanjung Lago Terminal Khusus Batubara oleh PT. Sinar Sekawan Abadi 6 Tanjung Lago Terminal Khusus Batubara oleh PT. Lumbung Karang Sakti 7 Tanjung Lago Terminal Khusus Batubara oleh PT. Cakrawala Sejahtera Sejati 8 Muara Telang Terminal Khusus Batubara oleh PT. Sinar Musi Jaya 9 Banyuasin I Terminal Khusus CPO 10 Banyuasin I Terminal Khusus Aspal 11 Banyuasin I Terminal Khusus Galangan Kapal 12 Tanjung Api-Api Terminal Khusus Galangan Kapal RENCANA PEMBANGUNAN 1 A Tanjung Api-Api Kecamatan Banyuasin II (PKWp) Terminal Utama untuk penumpang dan barang (berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Selatan) 2 B Pangkalan Balai dan Terminal Pengumpan untuk penumpang dan barang Sebalik (PKL) (berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Selatan) 3 C Kecamatan Rambutan Terminal Lokal (Ketetapan dari kebijakan Kabupaten) (PPK) 4 C Teluk Betung Kecamatan Pulau Rimau (PPL) Terminal Lokal (Ketetapan dari kebijakan Kabupaten) RENCANA STRUKTUR RUANG III -13

97 NO TIPE LOKASI TERMINAL KETERANGAN 6 C Cintamanis Kecamatan Terminal Lokal (Ketetapan dari kebijakan Kabupaten) Banyuasin I 7 C Talangkeramat Kecamatan Terminal Lokal (Ketetapan dari kebijakan Kabupaten) Talang Kelapa 8 Sebalik Terminal multimoda Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuasin, Hasil Rencana,2011 Persebaran Pengembangan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan berupa terminal di Kabupaten Banyuasin, dapat dilihat pada Gambar 3.1 Peta Rencana Pengembangan Transportasi Darat 4. Rencana Pengembangan Pelayanan Transportasi Darat Kondisi jaringan transportasi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan penduduk sehari-hari tidak hanya terbatas pada jaringan jalannya, tetapi juga dari sarana angkutannya. Untuk rencana pengembangan angkutan umum di Kabupaten Banyuasin didasarkan pada simpul-simpul kegiatan yang akan dilayani dan berdasarkan sistem check point (terminal/transit) yang akan dilalui dalam jangkauan pelayanannya (radius). Untuk Jangkauan pelayanan dapat dibagi atas; angkutan antar kota; angkutan kota; dan angkutan perdesaan. Penduduk umumnya melakukan pergerakan sehar-hari dengan menggunakan angkutan pedesaan (angdes) yang dapat menjangkau area-area pedesaan, namun masih ada beberapa wilayah/kawasan perairan yang masih belum dijangkau oleh moda angkutan umum darat, seperti Kecamatan Muara Padang, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek dan Kecamatan Makarti Jaya, maka pengembangannya juga direncanakan dan diarahkan serta difokuskan untuk pengembangan transportasi air. Rencana pengembangan angkutan umum berupa penambahan moda angkutan umum yang melayani kawasan untuk trayek, berikut ini : RENCANA STRUKTUR RUANG III -14

98 Tabel 3.6 Rencana Pengembangan Pelayanan Transportasi Darat Kabupaten Banyuasin No. Rute Wilayah Pelayanannya 1. Sukajadi Pangkalan Balai Angkutan antar perdesaan 2. Serong - Sukajadi - Sungai Rengit - Talangkeramat Angkutan antar perdesaan 3. Pangkalan Balai Pengumbuk Angkutan antar perdesaan 4. Pangkalan Balai Tanjung Kepayang Angkutan antar perdesaan 5. Pangkalan Balai Saterio - Sedang Angkutan antar perdesaan 6. Pangkalan Balai Terentang Angkutan antar perdesaan 7. Pangkalan Balai Sri Bandung Angkutan antar perdesaan 8. Pangkalan Balai Lubuk Saung Lebong Angkutan antar perdesaan 9. Terminal Betung Tebenan Purwosari Talang Jaya Indah Paldas Angkutan antar perdesaan 10. Terminal Betung Sungai Lilin Angkutan antar perdesaan 11. Terminal Betung Lais Angkutan antar perdesaan 12. Terminal Betung Tanjung Api-Api Angkutan antar perdesaan Sukajadi Pangkalan Balai Betung Sukajadi Pangkalan Balai Pulau Rimau angkutan antar kota dalam kabupaten angkutan antar kota dalam kabupaten 15. Mariana Plaju Prajen angkutan antar kota/kabupaten 16. Cinta Manis Baru Terminal Plaju angkutan antar kota/kabupaten 17. Sungai Dua Terminal Plaju angkutan antar kota/kabupaten 18. Perumnas Meritai Terminal Plaju angkutan antar kota/kabupaten 19. Plaju Muara Padang angkutan antar kota/kabupaten 20. Jakabaring kebonsahang angkutan antar kota/kabupaten 21. Kenten Laut Pasar kuto angkutan antar kota/kabupaten 22. Betung - Sekayu angkutan antar kota/kabupaten Sumber : Disan Perhubungan, Kabupaten Banyuasin Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Untuk menghubungkan beberapa daerah di wilayah Kabupaten Banyuasin yang tidak dapat dilayani oleh transportasi jalan darat karena kondisi fisik dasar yang memerlukan investasi cukup besar dan belum sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Untuk itu maka pengembangan sistem jaringan transportasi air (sungai) merupakan aspek penting dalam membentuk struktur ruang wilayah yang direncanakan. Sistem angkutan sungai di wilayah Kabupaten Banyuasin sangatlah penting dalam mendukung pergerakan manusia dan barang. Untuk itu moda angkutan sungai perlu dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk angkutan sungai masih dapat dimanfaatkan beberapa RENCANA STRUKTUR RUANG III -15

99 saluran sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Banyuasin seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin dan beberapa aliran sungai yang lebih kecil ukurannya. Sarana dan prasarana sungai berupa alat angkut dan dermaga. Alat angkut diantaranya speedboat, jakung, ketek, truk air, bus air, kapal motor, tanker, tongkang, jetfoil dan lain-lain. Sedangkan prasarana sungai berupa dermaga. Panjang dermaga umumnya mengikuti pasang surut yang tegak lurus dengan aliran sungai atau jalur, sehingga sangat mengganggu pelayaran bila pasang. Jenis dermaga pada umumnya kayu, dimana kepemilikanya umumnya milik masyarakat dan beberapa ditangani oleh Dinas Perhubungan dan ASDP. Pembangunan dan pengembangan prasarana penunjang transportasi sungai, yaitu : 1. Rencana pengembangan beberapa dermaga transhipment point (pelabuhan/dramaga/dock) yang akan diintegrasikan dengan sistem transportasi darat, yaitu tempat terjadinya pergantian antar moda transportasi baik dari darat ke air atau sebaliknya, serta dermaga bongkar muat barang. Rencana peningkatan pelayanan dan penambahan dermaga diantaranya: Tabel 3.7 Rencana Pengembangan Dermaga Sungai Kabupaten Banyuasin No Dermaga Lokasi Rencana Peningkatan Pelayanan dan Pengembangan 1. Dermaga Sungai Sungsang Sungsang Kecamatan Banyuasin II 2. Dermaga Simpang PU Kecamatan Tanjung Lago 3. Dermaga Gasing Kecamatan Talang Kelapa 4. Dermaga Pengumbuk Kecamatan Rantau Bayur 5. Dermaga Sungai Bugin Kecamatan Banyuasin II 6. Dermaga Jalur 8 Kecamatan Air Saleh 7. Dermaga Jalur 6 Kecamatan Air Saleh 8. Dermaga KTM Telang Kecamatan Muara Telang 9. Dermaga Sumber Jaya Kecamatan Sumber Marga Telang 10 Dermaga Mariana Kecamatan Banyuasin I 11. Dermaga Sumbermakmur Kecamatan Muara Padang 12. Dermaga Sidomulyo Kecamatan Muara Padang 13. Dermaga Simpang Jalur 18 Kecamatan Muara Padang 14. Dermaga daya Utama Kecamatan Muara Padang 15. Dermaga Sidorejo Kecamatan Muara Padang 16. Dermaga Saleh Jaya Kecamatan Air Salek 17. Dermaga Pasar Saleh Jaya Kecamatan Air Salek 18. Dermaga Parit 9 Kecamatan Makarti Jaya 19. Dermaga Saleh Agung Kecamatan Air Salek 20. Dermaga Srimulyo Kecamatan Air Salek RENCANA STRUKTUR RUANG III -16

100 No Dermaga Lokasi 21. Dermaga Srikaton Kecamatan Air Salek 22. Dermaga Penyeberangan Desa Upang 23. Dermaga Telang Jaya (Jembatan 1) Kecamatan Muara Telang 24. Dermaga Pasar Telang Jaya Kecamatan Muara Telang 25. Dermaga Sumber jaya (Jembatan 1 dan 2) Kecamatan Sumber Marga Telang 26. Jemb.1, Pasar Sumber Rejo, Sumber Betung laut Kecamatan Betung 27. D.Sumber Rejo, Sumber Betung Laut Kecamatan Betung 28. D. Unggul Sari, Sumber Betung Laut Kecamatan Betung 29. D.Betung Laut, Pulau Rimau Kecamatan Pulau Rimau 30. D.Suka Mulya, Pulau Rimau Kecamatan Pulau Rimau 31. D.Penuguan, Pulau Rimau Kecamatan Pulau Rimau 32. D.Sri Agung, Kec.Karang agung Ilir Kecamatan Banyuasin II 33. Jemb.4, D.Karang Sari, Kec. Sungsang Kecamatan Banyuasin II 34. Jemb.5, D.Jatisari, Sungsang Kecamatan Banyuasin II 35. Jemb.1, D.Purwo Sari, Tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago 36. Jemb.2, D.Telangsari, tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago 37. Jemb.4, D.banyu Urip, Tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago 38. Jemb.3, D.Mulyasari, Tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago 39. D.Sebalik Kecamatan Tanjung Lago 40. Jemb.1, D. Mukti Jaya, Muara Telang Kecamatan Muara Telang 41. D.Balai Makmur, Mariana Kecamatan Banyuasin I 42. D.Sungai Rumput, Mariana Kecamatan Banyuasin I 43. D.Sungai Rumput, Mariana Kecamatan Banyuasin I 44. D.Lebung, Rantau Bayur Kecamatan Rantau Bayur 45. Dermaga Tebing Abang, D.Pengumbuk, Rantau Kecamatan Rantau Bayur Bayur 46. D.Gasing, Talang Kelapa Kecamatan Talang Kelapa Rencana Pembangunan 1. Dermaga Penubuan Kecamatan Pulau Rimau 2. Dermaga Cintamanis lama/prajin Kecamatan Banyuasin I 3. Dermaga Teluk Tenggulang Kecamatan Pulau Rimau 4. Dermaga Kenten Laut Kecamatan Talang Kelapa Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuasin dan Hasil Rencana, Rencana pengembangan moda angkutan untuk rute Makarti Jaya-Sungsang, Makarti Jaya-Kota Palembang, Tanjung Menang-Sungsang, Gasing-Muntok. Sedangkan untuk rencana penambahan moda ditujukan pada Kedukan dan terminal transit/check point di Kota Mariana untuk dapat melayani wilayah perdesaan di ketiga kecamatan tersebut di atas, yakni : Sungai Kedukan-Kota Mariana, Sungai Kedukan-Tirtoharjo via Kota Mariana dan via Salek Mukti Sungai Kedukan-Tirtoharjo via Kota Mariana dan via Muara Padang. RENCANA STRUKTUR RUANG III -17

101 Wilayah tengah dan barat Banyuasin difokuskan di terminal Tanjung Alangalang/Sukajadi untuk dapat melayani wilayah perdesaan di Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin III, Betung, Talang Kelapa, Tungkal Ilir, Pulau Rimau, Tanjung Lago, Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Kecamatan Banyuasin II. Penambahan angkutan peerintis untuk trayek Kecamatan Tungkal Ilir Kecamatan Pulau Rimau. 3. Pengembangan alur pelayaran sungai untuk memperlancar kegiatan ekonomi antar wilayah terutama yang belum bisa dilalui transportasi darat. Alur pelayaran sungai tersebut diataranya melalui Sungai Musi, Sungai Gasing, Sungai Banyuasin, Sungai Telang, Sungai Lalan, Sungai Kenten, Sungai Salek, Sungai Tungkal, Sungai Calik, Sungai Primer 2, Sungai Kumbang, Sungai Padang, Sungai Sebalik, Sungai Makarti, jalur 6, jalur 8, jalur 10 (Kecamatan Air Salek), jalur 6, jalur 8, jalur 10 (Kecamatan Muara Telang), jalur 19, jalur 17 (Kecamatan Tanjung Lago), jalur 18, jalur 20 (Kecamatan Muara Padang), Jalur 13, Jalur 14, jalur 16 (Kecamatan Muara Sugihan). Dengan Rute : - Mariana Sungsang - Mariana Muara Telang - Mariana Sumber Marga Telang - Mariana Gasing - Mariana - Simpang PU - Mariana Makartijaya - Mariana Muara Sugihan - Mariana Muara Padang - Mariana Karangagung Ilir - Mariana Penuguan - Kenten Laut Muara Telang - Bunga Karang Karangagung Ilir Pengembangan rute untuk alur pelayaran sungai di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Gambara 3.2 Peta Rencana Sistem Transportasi Laut Sistem Jaringan Kereta Api Berdasarkan RTRWP rencana pengembangan jalur kereta api yang melintasi RENCANA STRUKTUR RUANG III -18

102 Kabupaten Banyuasin terdiri dari : Rencana pembangunan rel untuk Rute Tanjung Enim-TAA Via Stasiun Simpang dan Gasing Rencana pembangunan rel ganda (double track) untuk rute Palembang-Betung-Batas Jambi Rencana Pembangunan Rel Via Stasiun Simpang Banyuasin I Terdapat juga pengembangan jalur kereta api khusus Batubara, meliputi pengembangan jalur khusus angkutan barang melalui rute Muara Enim - Tanjung Api-api, dengan lokasi stasiun di Kawasan Tanjung Api-Api. Rencana jaringan kereta api di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Gambar 3.1 Peta Rencana Sistem Transportasi Darat Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut Rencana pengembangan jaringan transportasi laut di Kabupaten Banyuasin diwujudkan melalui pengembangan pelabuhan serta pengembangan alur pelayaran untuk penyebrangan laut Tatanan Kepelabuhan Rencana pengembangan pelabuhan berupa peningkatan pelabuhan yang sudah ada dan pembangunan pelabuhan. Rencana peningkatan pelabuhan meliputi :. Rencana pembangunan Tanjung Carat sebagai pelabuhan utama yang merupakan simpul transportasi laut nasional untuk pelabuhan internasional. Pelabuhan Tanjung Carat ini akan melayani rute pelayaran regional, nasional dan internasional, Selain mampu meningkatkan kapasitas angkutan untuk jenis kapal-kapal bertonase besar, Pelabuhan Laut Tanjung Carat sangat memungkinkan memperpendek alur jarak tempuh bagi armada laut. Rencana pelabuhan tersebut telah di tetapkan dengan keputusan Bupati no 75 Tahun 2011 sebesar Ha. Pelabuhan laut yang telah disiapkan antara lain :Dalam Peta Rencana Lokasi Pelabuhan laut Tanjung Carat telah disiapkan beberapa pembangunan, antara lain : pelabuhan/terminal general kargo mencapai 80 Ha, pelabuhan laut sekitar 91 Ha, pelabuhan penyeberangan sekitar 21 Ha, RENCANA STRUKTUR RUANG III -19

103 1 stock pile batubara sekitar 80 Ha, pelabuhan peti kemas seluas 80 Ha, pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen) di atas lahan sekitar 85 Ha. Selebihnya telah disiapkan kawasan perairan pelabuhan Tanjung Carat seluas 2000 Ha yang akan dibangun dengan sistem reklamasi Rencana peningkatan pelabuhan Pengumpul Tanjung Api-Api Rencana peningkatan pelabuhan pengumpan. Lokasi Pelabuhan tersebut yaitu : Teluk Tenggulang; Sungai Tungkal; Penuguan; dan Lebung Untuk meningkatkan aksesibilitas, mendukung kegiatan ekonomi dan pengembangan kawasan serta dengan memperhatikan kebijakan struktur ruang nasional, provinsi dan kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Banyuasin, akan direncanakan pembangunan terminal khusus yang nantinya saling terintegrasi dengan pelabuhan utama. Rencana pembangunan terminal khusus tersebut yaitu : 1. Teluk Tenggulang Kecamatan Pulau Rimau; 2. Prajin di Kecamatan Banyuasin I; 3. Sritiga, Teluk Payo, Tebing Abang, Kemang Bejalu, Lebung di Kecamatan Rantau Bayur; 4. Selat Tengkorak Kecamatan Muara Sugihan; dan 5. Penuguan Kecamatan Pulau Rimau Alur pelayaran Alur pelayaran yang akan dilalui oleh kapal-kapal penumpang dan barang untuk alur pelayaran lokal antar pulau dan alur pelayaran internasional. Alur tersebut melalui Sungai Musi Sungai Tungkal, Sungai Calik menuju Selat Bangka. Alur pelayaran laut diantaranya melalui jalur Palembang - Sunda Kelapa Via selat Bangka, Palembang - Mentok dan Palembang - Kepulauan Riau. Berikut alur pelayaran di Kabupaten Banyuasin : a. Alur pelayaran lokal antar pulau, meliputi : 1. Tanjung Api-Api Sunda Kelapa; RENCANA STRUKTUR RUANG III -20

104 2. Tanjung Api-Api Mentok; dan 3. Tanjung Api-Api Kepulauan Riau. 4. Tanjung Api-Api Tanjung Pandan 5. Tanjung Api-Api - Toboali b. alur pelayaran internasional, meliputi : 1. Tanjung Carat Malaysia 2. Tanjung Carat India 3. Tanjung Carat - ingapore 4. Tanjung Carat Cina 5. Tanjung Carat Korea 6. Tanjung Carat - Jepang Secara lebih jelas rencana pengembangan sistem transportasi laut yang terdiri dari tatanan pelabuhan yaitu pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul, pelabuhan pengumpan dan terminal khusus serta alur pelayaran dapat dilihat pada Gambar 3.2 Peta Rencana Sistem Transportasi Laut RENCANA STRUKTUR RUANG III -21

105 RENCANA STRUKTUR RUANG Gambar 3.2 Rencana Sistem Transportasi Laut III -22

106 3.3 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi dan Kelistrikan Jaringan Listrik Pelayanan listrik di Kabupaten Banyuasin sampai saat ini dilayani oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (WS2JB) Cabang Palembang yang mengelola unit pembangkit listrik PLTU Keramasan Unit III, PLTA Batu Tegi (Lampung), PLTA Basai (Lampung), dan PLTG Indralaya. Dari kondisi tersebut masih terdapat beberapa wilayah yang belum dijangkau aliran listrik, diantaranya beberapa desa di Kecamatan Air Saleh, Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan Muara Padang. Hal ini menjadi permasalahan bagi Kabupaten Banyuasin karena kondisi pasokan listrik saat ini mengalami kekurangan suplay (defisit). Dari hasil Analisis kebutuhan tenaga listrik di Kabupaten Banyuasin yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan bagi perumahan/domestik. Prediksi kebutuhan tenaga listrik di Kabupaten Banyuasin sampai akhir tahun perencanaan total sebesar KVA (Perhatikan Tabel 3.8). Berdasarkan hasil kebutuhan tersubut, rencana pengembangan energi kelistrikan di Kabupaten Banyuasin selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan juga ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat menunjang kegiatan sosial dan pertumbuhan ekonomi wilayah. Berikut ini rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan di Kabupaten Banyuasin, dilakukan melalui: a. Dengan meningkatkan pasokan listrik yang bersumber dari PLN Cabang Palembang secara bertahap hingga menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Banyuasin terutama Kecamatan Air Saleh, Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan Muara Padang b. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik eksisiting, dilakukan dengan pengembangan gardu listrik dan jaringan SUTT. Untuk gardu listrik, rencana pengembangan berupa peningkatan kapasitas yang sudah ada yaitu gardu listrik di Kecamatan Talang Kelapa, Kec. Banyuasin I, Kec. Betung, dan Kec. Banyuasin II serta pengembangan gardu induk di Kecamatan Betung, Talang Kelapa dn Tanjung Api-Api. Sedangkan untuk Pengembangan jaringan SUTT yang sudah ada yaitu : SUTT terletak di Kecamatan Rantau Bayur, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Rantau Bayur Kec. Betung Kec. Pulau Rimau Kec. Banyuasin II RENCANA STRUKTUR RUANG III -23

107 SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Betung Kec. Banyuasin III Kec. Pulau rimau Kec. Sembawa Kec. Talang Kelapa Serta rencana pembangunan jaringan SUTT, yaitu : SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Betung Kec. Tungkal Ilir Kec. Pulau Rimau Kec. Tanjung Lago Kec. Muara Telang Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Mekarti Jaya Kec. Banyuasin I Kec. Air Kumbang SUTT terletak di Kecamatan Talang Kelapa, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Talang Kelapa Kec. Tanjung Lago Kec. Muara Telang Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Banyuasin II c. Mengembangkan prasarana pembangkit baru dengan alternatif sumber energi meliputi: Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Kecamatan Pulau Rimau Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kawasan Tanjung Api-Api dan Kec. Rantau Bayur Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batu Bara (PLTGB) di Gasing Kecamatan Talang Kelapa Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) di Kecamatan Banyuasin I d. Peningkatan jaringan distribusi listrik untuk mendukung kegiatan industri pada pusat kegiatan utama Kabupaten (Kawasan Indutri Tanjung Api-Api, Gasing dan Mariana) Persebaran prasarana pembangkit dan jangkauan jaringan listrik di Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan melalui Gambar 3.3 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi Jaringan Energi Jaringan pipa minyak dan gas bumi dikembangkan untuk menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan; atau menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan ke konsumen. Kilang minyak di Kabupaten Banyuasin terdapat di Sungai Gerong dan Muara Sugihan. Jaringan energi untuk minyak dan gas tersebut terdiri dari jaringan trans nasional untuk gas dan trans regional untuk minyak, berikut jangkauan alirannya : Trans Nasional : Tungkal Ilir - Betung Pulau Rimau - Pagar Dewa RENCANA STRUKTUR RUANG III -24

108 Trans Regional : Sungai Lilin PUSRI - PERTAMINA sungai gerong (merah mata) Plaju Jakabaring - Prabumulih Untuk lebih jelasnya jaringan energi untuk gas dan minya di Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan melalui Gambar 3.3 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi. Tabel 3.8 Proyeksi Kebutuhan Listrik Perumahan di Kabupaten Banyuasin tahun 2031 No Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2031 (Jiwa) Jumlah Rumah (Unit) Kav. Besar (1200) Kebutuhan Listrik (KVA) Kav. Sedang (900) Kav. Kecil (900) Total Kebutuhan Listrik (KVA) 1 Rantau Bayur Rambutan Banyuasin I Makarti Jaya Betung Banyuasin III Pulau Rimau Muara Telang Talang Kelapa Muara Padang Banyuasin II Tungkal Ilir Tanjung Lago Muara Sugihan Air Salek Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumabang Sumber : Hasil Analisis dan hasil perhitungan, 2011 Keterangan : Berdasarkan kebijakan penyediaan listrik dari PT. PLN (Persero) standart yang digunakan, yaitu: Rumah tipe besar/mewah : VA Rumah tipe sedang/sederhana : 900 VA Rumah tipe kecil/sangat sederhana : 900 VA. RENCANA STRUKTUR RUANG III -25

109 RENCANA STRUKTUR RUANG Gambar 3.3 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi III -26

110 3.4 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Pelayanan sambungan telepon di Kabupaten Banyuasin dilakukan oleh PT. Telkom Sekayu berupa telekomunikasi kabel. Selain perumahan, beberapa fasilitas pelayanan umum yang ada saat ini telah terjangkau oleh pelayanan telepon seperti perkantoran pemerintah, perdagangan dan jasa, serta fasilitas umum penting lainnya. Di Tahun 2009 jangkauan telepon di Kabupaten hanya melayani beberapa kecamatan, yaitu sentral Betung dengan kapasitas terpasang 650 sst dan Pangkalan Balai kapasitas terpasang 593 sst, Kecamatan Banyuasin I kapasitas terpasang 107 sst, serta kapasitas terpasang terbesar di Kecamatan Talang Kelapa sst dan beberapa dilayani operator telepon seluler. Dari kondisi tersebut, dalam jangka panjang jaringan telekomunikasi diharapkan dapat menjangkau permukiman di seluruh wilayah Kabupaten banyuasin termasuk wilayah perdesaan, sehingga informasi mengenai perkembangan teknologi, pemasaran serta peluang bisnis yang terkait dengan produksi pertanian dapat dimanfaatkan secara tepat waktu. Selain menggunakan kabel, sistem telekomunikasi saat ini juga bertumpu pada penggunaan telepon seluler, dalam hal ini penyediaan tower BTS (Base Transcelver Station) sangat penting menjangkau kepelosok perdesaan sebagai prasarana pendukung. Tower bersama Telekomunikasi di Wilayah Kabupaten Banyuasin terletak di Kecamatan Betung, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Rambutan, Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Talang Kelapa, dan Kecamatan Pulau Rimau. Selain itu juga terdapat pengembangan telekomunikasi nirkabel yang sudah mulai berkembang serta Pengembangan jaringan internet ke seluruh perkantoran dan lembaga pelayanan publik lainnya. Melihat potensi yang ada, lokasi maupun karakter kegiatan yang akan berkembang di Kabupaten Banyuasin sangat mendukung bagi pengembangan jaringan telekomunikasi sehingga kebutuhan telekomunikasi diperkirakan cukup besar dengan pertimbangan Kabupaten Banyuasin nantinya merupakan daerah yang perkembangannya cukup tinggi. Oleh karena itu Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi yang akan dilakukan berdasarkan pembagian wilayah : 1. Cell planning wilayah I adalah rencana wilayah Kabupaten Banyuasin yang sudah padat menera tower, di wiayah ini tidak direkomendasikan di bangun tower bersama atau tower milik operator (milik dan operator) dengan ketinggian diatas 70 meter RENCANA STRUKTUR RUANG III -27

111 dalam wilayah tersebut, meliputi Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Sembawa, Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Air Kumbang, Kecamatan Banyuasin III dan Kecamatan Betung. 2. Cell planning wiayah II adalah daerah yang potensial dan direkomendasikan untuk dibangun menara telekomunikasi bersama maupun menara milik sendiri, wilayah ini meliputi Kecamatan Air Salek, Kecamatan Muara Padang, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan Rambutan, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Pulau Rimau, Kecamatan Suak Tapeh, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Tungkal Ilir dan Kecamatan Rantau Bayur. 3. Pengembangan Sistem Komunikasi wilayah Kabupaten yang lebih diutamakan pada pengembangan jaringan komunikasi seluler, jaringan telepon nirkabel yang diimplementasikan dengan pembangunan Tower BTS Terpadu, pengembangan jaringan internet dan pengembangan jaringan fishland yang mencakup keseluruhan wilayah Kab. Banyuasin terutama pada wilayah pusat kegiatan (PKWp, PKL, PPK dan PPL). 4. Pengembangan jaringan satelit di wilayah perairan dan kawasan tertinggal. 5. Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial dan ekonomi wilayah seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan, minapolitan, kawasan pesisir, pelayaran dan kawasan wisata yang diimplementasikan dengan Peningkatan jaringan telekomunikasi mendukung peruntukan industri di Kawasan Gasing, Mariana dan Tanjung Api-Api. 3.5 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air Sistem Wilayah Sungai Wilayah Sungai Banyuasin terdiri dari Sungai Banyuasin dan beberapa sungai yang berawal dari dataran rendah mengalir ke pantai timur. Sungai-sungai dataran rendah tersebut berawal dari sebelah utara yaitu Sungai Benu (perbatasan Jambi - Sumsel) sampai Sungai Sembilang. Sungai Banyuasin berawal dari daerah Tempino di selatan Kota Jambi termasuk wilayah Kabupaten Batanghari dan mengalir ke selatan timur bermuara di sebelah timur Kota Palembang (Sumsel). Keberadaan anak sungai tersebut membentuk sistem jaringan sungai, dan sistem sungai WS Banyuasin tersebut terdiri dari dua bagian utama diantaranya; 1. Sistem sungai yang bermuara di sungai Banyuasin, dan RENCANA STRUKTUR RUANG III -28

112 2. Sistem sungai sungai kecil yang langsung bermuara di pantai timur. Menurut Kepmen PU No. 11A/PRT/M/2006, tertanggal 26 Juni 2006 dan berdasarkan kriteria Sungai Strategis pasal 3 Kepmen PU tentang Penetapan Wilayah Sungai, maka berdasarkan uraian diatas Sungai Banyuasin adalah Sungai Lintas Provinsi dan Wilayah Sungai Strategis. Tabel 3.9 Jaringan Sungai Dalam DAS Banyusin No. Nama Sungai CA (km 2 ) L (m) 1 A. Banyuasin 9, A. Banyuasin hilir A. Beringin A. Lalang (utama) A. Lalang (cabang) 8, A. Cawang S. Cubu S. Semuring S. Buaya S. Merebu S. Terusan Tiung S. Meranti/Berayan S. Pinangabang S. Meranti Besar S. Petaling S. Kerau S. Petaling S. Kepahiyang S. Merang S S. Beruhun S. Bowo S S. Buring S S S. Merang hulu S. Bakung S. Perlampin S. Mangsang S. Bayung S. Panelasan S. Benangsa S. Kenawang S. Terpanji S. Bahu A. Calik S. Mukul S. Puyuh A. Hitam S. Puntian S. Paimanen Besar A. Limau (utama) S. Bengi RENCANA STRUKTUR RUANG III -29

113 No. Nama Sungai CA (km 2 ) L (m) A. Limau (cabang) S. Ibul A. Pangkalan Balai A. Senda A. Bentung S. Kating kiri A. Teluk Tenggulung 1, S. Betung / Bungin S. Tumbuan S. Ibul S. Supal S. Biduk S. Tungkal Sumber : Pola Pengelolaan WS Banyuasin Dari kondisi tersebut, rencana pengembangan sistem wilayah sungai Banyuasin melalui : 1. Pengembangan konservasi sumberdaya air melalui perlindungan dan pelestarian SDA, pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran 2. Pendayagunaan sumber daya air melalui penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumberdaya air. 3. Penanggulangan daya rusak air melalui pencegahan daya rusak air dan pemulihan daya rusak air. 4. Pengembangan informasi dan pengelolaan sistem informasi 5. Pelibatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Air Sistem Jaringan Reklamasi Rawa Sistem Jaringan Reklamasi Rawa adalah keseluruhan saluran baik primer, sekunder, maupun tersier dan bangunan yang merupakan satu kesatuan, beserta bangunan pelengkapnya yang diperlukan untuk pengaturan, pembuangan, pemberian, pembagian dan penggunaan air. Secara teknis tujuan dari kegiatan reklamasi rawa adalah: mendrainase kelebihan air permukaan dan air tanah, memungkinkan suplesi air (pasang) untuk tanaman, mencegah banjir, mencegah intrusi air asin, menyediakan fasilitas transportasi untuk perahu-perahu kecil (P2DR, 1995). Kawasan daerah rawa pasang surut di Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang perlu dikembangkan dengan tetap memperhatikan peningkatan fungsi dan potensinya secara serasi. Letak geografisnya menempatkan daerah rawa Banyuasin pada posisi potensial dan strategis dalam hal pertanian, perdagangan dan industri, pengembangan wilayah, maupun pertumbuhan sektor-sektor unggulan baru. Total rencana pengembangan jaringan RENCANA STRUKTUR RUANG III -30

114 pengairan rawa pasang surut di Kabupaten Banyuasin sebesar Ha, dari luas tersebut luas layanan potensial sebesar Ha dan luas yang sudah berfungsi sawah yaitu sebesar Ha atau 40% dari luas total rencana. Luas jaringan tersebar di 13 daerah reklamasi rawa (DRR) dan 13 daerah reklamasi (DR), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Sedangkan kondisi sistem jaringan reklamasi di Kabupaten Banyuasin menunjukan untuk saluran primer sebagian besar telah mengalami perubahan dimensi baik lebar maupun kedalaman. Perubahan ini diakibatkan karena saluran selain untuk mengalirkan air juga digunakan sarana transportasi kendaraan air sehingga terjadi erosi tanggul dan masuk ke dalam saluran. Selain terjadi erosi tanggul dibeberapa tempat seperti delta Saleh banyak sekali saluran primer yang kiri-kanannya ditumbuhi pohon dan semak sehingga menyulitkan alur transportasi. Pengembangan sistem jaringan reklamasi rawa di Kabupaten Banyuasin juga tetap memanfaatkan Aliran Sungai Musi, Aliran Sungai Banyuasin, Aliran Sungai Upang, beserta anak-anak sungainya dan Keramasan atau pembuangan alamiah yang berfungsi sebagai badan air penampungan dari limpasan air hujan sebagai jaringan pembuangan akhir. Gambaran Rencana sistem irigasi/daerah reklamasi rawa dapat dilihat pada gambar 3.4. RENCANA STRUKTUR RUANG III -31

115 RENCANA STRUKTUR RUANG Gambar 3.4 Sistem Irigasi/ DRR III -32

116 Adapun Rencana pengembangan sistem irigasi yang berhirarki di Kabupaten Banyuasin, berupa : Pemeliharaan secara terus menerus dan berkelanjutan; Mengatur kembali sistem jaringan irigasi yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas; Normalisasi dan rehabilitasi saluran irigasi/draenase lahan pertanian pasang surut dan anak-anak sungai yang digunakan untuk irigasi; Pengembangan kanal-kanal sebagai sistem jaringan irigasi primer (utama) sesuai dengan topografinya; Pengembangan sistem jaringan irigasi sekunder disesuaikan dengan topografinya; dan Pembuatan sistem saluran irigasi tersier dan turunannya yang pengembangannya saling terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringan irigasi wilayahnya. Untuk implementasi rencana program tersebut diatas, perlu dibuat suatu prioritas penanganan dalam satu sistem, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas dan terpadu, yang tahapan sebagai berikut : Tahap I : Memperbaiki saluran drainase dengan cara normalisasi atau pelapisan saluran irigasi dipinggir sepanjang jalan yang ada dan nantinya bisa diteruskan hingga mencapai saluran irigasi utama atau sungai sebagai saluran pembuangan akhir; Tahap II : Perbaikan saluran irigasi pada pusat konsentrasi yang biasanya penduduknya lebih padat dan tempat-tempat yang besar frekuensi lalu lintasnya seperti pusat pemerintahan, pasar (pusat kegiatan perekonomian) dan sebagainya; Tahap III : Pembuatan saluran irigasi baru yang terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringan pusat, terutama pada daerah-daerah yang belum terlayani oleh saluran irigasi. Berikut ini daftar luas jaringan pengairan rawa pasang surut/lebak pada tabel 3.10 dan Sungai primer yang digunakan untuk irigasi pada tabel 3.11 di Kabupaten Banyuasin : Tabel 3.10 Jaringan Pengairan Rawa Pasang Surut/Lebak Kabupaten Banyuasin No. Daerah Reklamasi Rawa Luas Rencana 1. DRR Delta Air Sugihan Kiri DRR Pulau Rimau DRR Telang I DRR Ka. Agung Hilir DRR Air Saleh DRR Karang Agung I Hulu DRR Telang II DRR Air Senda DRR Air Limau RENCANA STRUKTUR RUANG III -33

117 No. Daerah Reklamasi Rawa Luas Rencana 10. DRR Gasing Puntiani DRR Delta Upang DRR Delta Cinta Manis DRR. Bertak II DRR Bertak I DRR Karang Agung Tengah DRR Air Rengit DRR Kumbang Padang DRR Rambutan DRR Rantau Bayur DRR Air Tenggulang Jumlah Sumber : Dinas Pengairan Kab. Banyuasin Tabel 3.11 Nama Sungai yang Digunakan untuk Irigasi Nama Sungai Sungai Musi Sungai Gasing Sungai Banyuasin Sungai Telang Sungai Lalan Sungai Kenten Sungai Calik Sungai Kumbang Sungai Padang Sungai Sebalik Jalur 3 Jalur 5 Jalur 6 Jalur 8 Jalur 19 Jalur 17 Jalur 10 Kec. Muara Telang Jalur 10 Kec. Air Salek Jalur 20 Jalur 18 Jalur 16 Jalur 14 Terusan Kenten Sumber : Dinas Pengairan Kab. Banyuasin Panjang 157,74 Km 29,4 Km 81 Km 54,02 Km 3,32 Km 17,8 Km 46,44 Km 58,2 Km 90 Km 7,5 Km 10,93 Km 8,37 Km 8,9 Km 19,14 Km 7,01 Km 19 Km 7,21 km 7,45 km 17,02 km 12,59 Km 21,78 km 23,64 km 5 km RENCANA STRUKTUR RUANG III -34

118 3.5.3 Sistem Jaringan Air Baku Fungsi dan peran wilayah Kabupaten Banyuasin dimasa mendatang cenderung akan meningkat. Hal ini tentunya akan menarik penduduk untuk datang dan menetap di wilayah ini. Kondisi ini dengan sendirinya akan menambah tingkat kebutuhan masyarakat akan pelayanan utilitas, termasuk kebutuhan air minum. Pelayanan air bersih Kabupaten Banyuasin saat ini dilakukan oleh Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Banyuasin dengan lingkup pelayanan Pangkalan Balai, Sembawa, Betung, Air Batu, Sungai Pinang, Srimulyo dan Mariana dengan total kapasitas M³ dan yang didistribusikan sebesar m3 hal ini menunjukkan m3 atau 14% dari total kapasitas air belum dimanfaatkan. Cakupan pelayanan air bersih PDAM Kabupaten pada akhir Tahun 2008 meliputi 11 Kecamatan, 9 Kelurahan, melalui sistem perpipaan sebanyak 54 Desa dan non perpipaan 111 Desa. Pelayanan untuk domestik didistribusikan melalui sambungan ke rumah (sambungan langsung) dan sambungan keran umum, kebutuhan non domestik, dan kebutuhan lainnya. Untuk wilayah yang belum terjangkau PDAM, yang terletak disekitar wilayah sungai sumber air yang digunakan yaitu dengan mengembangkan Sungai terutama Sungai Musi dan sebagian bersumber dari sumur gali. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa masih terdapat beberapa Kecamatan yang belum terjangkau pelayanan sumber air, sehingga rencana pengembangan sumber daya air baku, yaitu : - pembangunan sumber dan distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan air terutama untuk kawasan industri, perdagangan, jasa, fasilitas umum dan permukiman perkotaan; - peningkatan pelayanan air bersih melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan lingkup pelayanan Pangkalan Balai, Sembawa, Betung, Air Batu, Sungai Pinang, Srimulyo dan Mariana di setiap ibukota; dan - pengembangan sumber air baku melalui sumur air baku eksisting dari Sungai Musi, sumur gali dan mata air. - Pengaturan kebutuhan air untuk masing-masing kegiatan dalam rangka menjaga neraca air. Dalam penetapan prioritas kebutuhan air bagi masyarakat Kabupaten Banyuasin, penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian merupakan prioritas utama. Urutan prioritas utama penyediaan sumberdaya air ditetapkan pada setiap wilayah sungai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin. Untuk mengetahui perkiraan kebutuhan air bersih di Kabupaten Banyuasin sampai tahun 2031 disajikan pada Beberapa asumsi yang digunakan yaitu target RENCANA STRUKTUR RUANG III -35

119 penyediaan paling tidak (minimal) sama dengan target nasional yaitu 80% dan 20% untuk hydran umum, kebutuhan air bersih untuk domestik 120 l/org/hr, kebutuhan air hydran umum 30 l/org/hr. RENCANA STRUKTUR RUANG III -36

120 Tabel 3.12 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Banyuasin sampai Tahun 2031 No Kecamatan Jumlah Penduduk Tagun 2031 (Org) Sambungan Rumah (SR) Hydran Umum (HU) Kebutuhan Air SR (unit) Kebutuhan Penduduk SR (unit) Domestik Air Bersih Terlayani (l/det) Penduduk Terlayani (80%) Kebutuhan Air Bersih (l/det) Kebutuhan Air Non Domestik (l/det) Kehilangan Air (l/det) Total Kebutuhan Air (l/det) (l/det) (20%) 1 Rantau Bayur Rambutan Banyuasin I Makarti Jaya Betung Banyuasin III Pulau Rimau Muara Telang Talang Kelapa Muara Padang Banyuasin II Tungkal Ilir Tanjung Lago Muara Sugihan Air Salek Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang Total 2441 Sumber : Hasil Analisis dan hasil perhitungan, 2011 RENCANA STRUKTUR RUANG III -37

121 3.6 Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lingkungan Sistem Pengelolaan Air Limbah Pengembangan sistem pengelolaan air limbah diarahkan kepada penanganan air limbah buangan manusia dan buangan cair perumahan. Pelayanan sanitasi masih sangat minim, sebagai wilayah penyangga dan pusat kegiatan wilayah (PKW) seharusnya Banyuasin telah memiliki sistem pengelolaan air limbah terpadu (off site system). Pengelolaan air limbah domestik Kabupaten Banyuasin umumnya menggunakan sistem sanitasi setempat (on site sanitation) dengan menggunakan jamban, baik yang dikelola secara individu maupun secara komunal, yang dilengkapi dengan tangki septik (septic tank) atau cubluk. Disamping ini dengan adanya sungai-sungai yang mengalir melalui Kabupaten Banyuasin dapat dimanfaatkan sebagai tempat buangan air limbah. Namum untuk menghindari terjadinya pencemaran air sungai maka jenis air limbah yang dapat dibuang ke sungai-sugai tersebut berupa air limbah cair, sedangkan penggunaan sistem sanitasi terpusat (off site sanitation) sampai saat ini belum bisa dilaksanakan untuk pengelolaan limbah terpadu, karena harus melihat dan mencermati kondisi topografi dan biayanya relatif tinggi. Penanganan pembuangan air limbah untuk masa yang akan datang di Kabupaten Banyuasin diarahkan menjadi : - Pengembangan sistem terpusat (off site) di kawasan yang relatif padat dibagian perkotaan dan kawasan-kawasan pengembangan baru khususnya di Kawasan industri gasing, mariana dan tanjung apai-api dengan pembangunan Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu. - Pengembangan sistem setempat (on site) yaitu dengan mengembangkan penggunaan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitasnya. Tangki septik tersebut sebaiknya dilengkapi dengan bidang resapan. Adanya tangki setik ini diharapkan kotoran zat-zat organik setelah diendapakan beberapa waktu akan mengalami pembusukan yang tidak akan mencemari lingkungan dan dapat menghasilkan pupuk untuk tanaman. Prinsip dasar pengembangan tangki septik adalah, diantaranya : Dasar tangki septik dibuat miring untuk pengendapan lumpur dengan kapasitas kurang lebih 30 lt/org/tahun, dengan frekuensi pembuangan 1 hingga 4 tahun; Ruang gas disediakan sekitar 30 m 3 ; Bidang resapan memiliki dimensi 50 centimeter, panjang 150 centimeter dan kedalaman 70 centimeter. RENCANA STRUKTUR RUANG III -38

122 Mengingat pemakaian tangki septik membutuhkan lahan yang cukup luas, maka bagi daerah yang padat dilakukan dengan sistem perpipaan dahulu untuk seterusnya dialirkan menuju tangki septik komunal. Hal ini dilakukan agar dalam masa mendatang sistem pengelolaan limbah di Kabupaten Banyuasin dapat mengikat secara bertahap dari rumah tangga menjadi sistem kawasan dan menjadi sistem wilayah. Penyediaan WC yang dilengkapi dengan tangki septik ini tidak semua golongan masyarakat mampu menyediakannya karena harus tersedia lahan yang cukup luas, maka dalam pengadaannya dibutuhkan bantuan pemerintah daerah berupa penyediaan WC atau MCK umum. - Penyuluhan kepada penduduk, dalam peningkatan kesadarannya akan pentingnya kesehatan dengan menghilangkan kebiasaan untuk membuang kotorannya disembarang tempat sebagai kosekuensinya penduduk diharapkan untuk membangun sendiri sarana sanitasi ditempat tinggal masing-masing; - Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan menguras lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh; - Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah domestik, serta kuantitas dan kualitas badan-badan air yang ada Sistem Pemprosesan Sampah Dengan meningkatkan aktivitas masyarakat di Kabupaten Banyuasin maka jumlah sampah yang dihasilkan juga terus meningkat. Sistem pemprosesan sampah yang dikelola saat ini kelengkapan sarana dan prasarananya masih belum merata, sebagian masyarakat masih memproses sampah dengan cara sederhana yaitu di bakar. Ketersesiaan TPS (Tempat Penampungan Sementara) eksisting di Kabupaten Banyuasin berupa drum sebanyak 700 buah, yang terdapat di Kecamatan Talang Kelapa 100 buah, di Kec. Banyuasin I 75 buah dan sisanya di Pangkalan Balai, selain itu TPS berupa container dengan kapasitas 2m 3 sebanyak 8 buah terletak di Kecamatan Betung 1 buah dan 7 buah di Pangkalan Balai. Untuk kebijakan selanjutnya dalam pengolahan persampahan secara berkelanjutan, maka pengelolaan sampah diarahkan pada aktivitas pengomposan, yaitu melalui rumahrumah kompos pada beberapa lokasi. Pengomposan dilakukan untuk dapat mengurangi timbulan sampah, selain itu juga bertujuan untuk memberikan manfaat ekonomi yaitu berupa pembuatan kompos yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Selain itu, untuk penanganan berkelanjutan pengelolaan sampah perkotaan, dilakukan dengan Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill) yaitu teknik penimbunan sampah yang dapat RENCANA STRUKTUR RUANG III -39

123 meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 5 meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal cm. Sedangkan untuk sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar). Pengumpulan secara individu dan komunal Pasar, Rumah Tangga, penghasil sampah Pewadahan Pengangkutan menuju TPS dan Depo sampah Pengangkutan TPS Menggunakan Dump Truck, Trusk Manual, Armroll, Pick Up/L.300 Gambar 3.5 Ilustrasi Rencana Pengangkutan Sampah di Kabupaten Banyuasin TPA Untuk mendukung pengelolaan tersebut diatas, maka rencana pengembangan sarana prasaraan persampahan yang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin, diantaranya : - Rencana pembangunan TPS dengan kapasitas 2m3 sampai dengan tahun 2013 sebanyak 100 buah dan dengan kapasitas 5m3 sebanyak 12 tersebar di setiap kecamatan. - Rencana pengembangan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) yang di bagi dalam 3 zona pelayanan, yaitu : a. Zona 1 : Untuk Kecamatan Betung, Banyuasin III yang sudah terlayani dan peningkatan pelayanan ke Kecamatan Rantau Bayur, Sembawa, Suak Tapeh dan RENCANA STRUKTUR RUANG III -40

124 Mariana. Pembangunan TPA induk dengan sanitary landfill di desa Telangu Kec. Banyuasin III seluas 15 Ha. b. Zona 2 : untuk Kecamatan Talang Kelapa, Sembawa yang sudah terlayani dan peningkatan pelayanan ke Kec.Tanjung Lago, Banyuasin II dan sebagian wilayah perbatasan Palembang. Pembangunan TPA regional dengan sistem sanitary landfill di Desa Sukarela Kecamatan Rantau Bayur seluas 15 Ha c. Zona 3 : Peningkatan pelayanan meliputi Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Air Kumbang, Rambutan dan sekitarnya. Pembangunan TPA induk di Mariana seluas 10 Ha Sistem Drainase Jenis saluran drainase yang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin yakni sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup yang sebagian besar dikembangkan di pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa serta jaringan drainase sistem terbuka yang sebagian besar dikembangkan di lingkungan permukiman : Sistem Jaringan Terbuka Sistem saluran drainase terbuka direncanakan menggunakan saluran dengan bentu saluran trapesium dengan lining yang pengalirannya dilakukannya secara gravitasi. Keuntungan menggunakan sistem terbuka ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi pembangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit. Sedangkan kerugian sistem ini yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke jalan dan orang harus hati-hati terhadap kemungkinan masuk ke saluran ini karena sistemnya terbuka Sistem Jaringan Tertutup Sistem ini dibuat disamping jalan dengan membuat perkerasan pada saluran seperti saluran terbuka hanya permukaannnya ditutup. Sistem tertutup ini dibangun sebagai terusan agar sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong jaringan jalan. Selain dikembangkan di pusat pemerintahan, saluran drainase jenis ini juga sangat cocok untuk dikembangkan di daerah komersial atau daerah yang mempunyai lebar jalan kecil. 3.7 Rencana Sistem Jararingan Prasarana Lainnya Rencana Sistem Pengendalian Genangan/Banjir Mengingat kondisi Kabupaten Banyuasin yang 80% wilayahnya adalah area dataran rendah (lowland) yang sangat rentan terhadap terjadinya genangan/banjir, maka untuk pengendali genangan/banjir direncanakan pembangunan Tanggul di sekitar sungai untuk melindungi meluanya air sungai. Pembangunan tanggul tersebut terdapat di Kec. Pulau RENCANA STRUKTUR RUANG III -41

125 Rimau, Pendowoharjo, kec. Muara Sugihan dan juga dilakukan kegiatan pengerukan sungai di Kec. Rantau Bayur, Kec. Rambutan dan Kec. Banyuasin I. Selain rencana diatas, pengendalian terhadap terjadinya genangan juga dilakukan melalui : a. Tindakan infiltrasi untuk memulihkan tangkapan alami hidrologis melalui parit, vegetasi di permukaan, kebun dan trotoar berpori; b. pengisian air pada sumber air dengan sumur resapan dan jebakan air; c. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air; d. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu; e. pengaturan daerah sempadan sumber air; dan f. rehabilitasi hutan dan lahan Rencana Sistem Penanganan Pantai Kabupaten Banyuasin mempunyai garis pantai sepanjang kurang lebih 275 kilometer. Dengan kondisi topografis pantai yang relatif datar berupa dataran aluvial pantai. Berbatasan langsung dengan Selat Bangka dan terdapat kawasan Taman Nasional Sembilang dengan sebagian besar vegetasi yang berkembang disepanjang pantai berupa hutan mangrove (bakau). Untuk mengantisipasi risiko penggenangan kawasan pesisir yang dipicu oleh perubahan iklim berupa abrasi, kenaikan muka air laut maupun gelombang pasang, maka rencana sistem pengamanan pantai di Kabupaten Banyuasin dilakukan dengan pembangunan dan pengembangan pengamanan pantai timur Pulau Sumatera berdasarkan pembagian Provinsi Sumatera Selatan ke dalam enam region, dimana Kabupaten Banyuasin masuk dalam lima region diantaranya melaui: 1. Wilayah A, dengan karakteristik perikanan dan desa permukiman, hutan lebat, rawa dan mangrove penangannan yang dilakukan berupa restorasi mangrove dan hutan pesisir, proteksi akomodasi untuk permukiman dan perikanan tambak. Wilayah A meliputi kawasan utara bagian barat Kabupaten Banyuasin. 2. Wilayah B, terdiri dari beberapa delta, sistem estuari, lahan basah dan hutan bakau dimanfaatkan untuk pengembangan pusat ekonomi. Penanganan yang dilakukan yaitu proteksi akomodasi yang diikuti restorasi mangrove. Wilayah B meliputi kawasan Tanjung Api-Api dan sebagian besar utara bagian tengah Kabupaten Banyuasin. 3. Wilayah C-D-E didominasi oleh hutan lebat, rawa dan mangrove disepanjang garis pantai desa. Penanganan yang dilakukan yaitu pengelolaan zona pesisir terpadu (ICZM) Wilayah ini meliputi utara bagian timur Kabupaten Banyuasin. RENCANA STRUKTUR RUANG III -42

126 3.7.3 sistem penanganan risiko kekurangan air Penanganan risiko kekurangan air dibagi dalam 4 zona utama yang diklasifikasikan berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan satuan sungai. Di Kabupaten Banyuasin kawasan DAS yang masik dalam risiko kekurangan air yaitu zona DAS Musi dan Zona Das Banyuasin. Secara umum penanganan yang dilakukan melalui : - Regulasi penyediaan air untuk aktivitas perkebunan - Peningkatan pelayanan PDAM - Pemanfaatan air tanah dengan mengembangkan lubang bor - Peningkatan infrastruktur irigasi Ruang dan jalur evakuasi bencana. Jalur evakuasi bencana disiapkan sebagai antisipasi apabila terjadi bencana alam, berupa penyediaan ruang yang dapat digunakan sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk berlindung. Jenis bencana yang potensial terjadi di Kabupaten Banyuasin ialah genangan, angin puting beliung serta kebakaran hutan dan lahan. Jalur evakuasi bencana meliputi escape way baik dalam skala kabupaten, kawasan, maupun lingkungan serta rencana perlindungan melalui : a. pemanfaatan ruang terbuka hijau dan sarana fasilitas sosial dan umum sebagai salah satu kawasan evakuasi; dan b. mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem kota/wilayah secara umum. RENCANA STRUKTUR RUANG III -43

127 RENCANA STRUKTUR RUANG Gambar 3.6 Peta Rencana Struktur Ruang III -44

128 Pemanfaatan ruang merupakan kegiatan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia pada ruang yang bersangkutan dengan sifat yang dinamis. Namun dinamika perubahan pemanfaatan ruang tidak selalu mengarah pada optimasi pemanfaatan sumberdaya yang ada, hal ini terutama disebabkan oleh terus meningkatnya kebutuhan akan ruang sejalan dengan perkembangan kegiatan budidaya sementara keberadaan ruang bersifat terbatas. Rencana pola ruang adalah rencana gambaran letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi rencana pola ruang adalah deliniasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan deliniasi kawasan lindung. Rencana pola ruang terbagi ke dalam dua kawasan yakni Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya; Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna menjamin berlangsung-nya pembangunan berkelanjutan. Sedangkan Kawasan Budidaya adalah kawasan di luar kawasan lindung yang mempunyai fungsi utama budidaya, baik berupa permukiman maupun kegiatan usaha seperti kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, perkebunan, hutan produksi, industri, pertanian, dan pariwisata. Rencana pola ruang yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Banyuasin adalah pola ruang yang didominasi oleh kawasan pertanian, permukiman, hutan dan perairan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut, diantaranya : Bahwa wilayah perencanaan adalah wilayah yang berkarakteristik kabupaten, sehingga dominasi pola ruang yang ada (eksisting) adalah kawasan pertanian, walaupun di wilayah Kabupaten Banyuasin sendiri kawasan pertaniannya sedikit RENCANA POLA RUANG IV -1

129 berkurang atau beralih fungsi ke kawasan permukiman guna memenuhi kebutuhan tempat tinggal penduduknya; Bahwa wilayah perencanaan merupakan wilayah kabupaten yang bercirikan kawasan pertanian dan kawasan permukiman perdesaan (dominasi), permukiman perkotaan (minoritas); Bahwa wilayah perencanaan merupakan wilayah kabupaten yang ditunjang dengan dua prasarana wilayah yang sangat menonjol, yakni : prasarana wilayah darat (sistem transportasi darat) dan prasarana wilayah perairan (irigasi dan sistem transportasi air). Sehingga prasarana wilayah perairan yang dapat menunjang dan meningkatkan kapasitas produktivitas pertanian (dominasi pola ruang). Rencana pola ruang ini kemudian dijabarkan lagi menurut kelompok kawasan masingmasing sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam PP No. 26 Tahun 2008 (tentang RTRWN) dan UU No. 26/2007 (tentang penataan ruang), yakni kelompok Kawasan Lindung dan Kelompok Kawasan Budidaya. Mengacu pada ketentuan tersebut, kebijakan klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten Banyuasin yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya adalah : 1. Kawasan Lindung; a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya; berupa kawasan hutan lindung, kawasan resapan air dan kawasan gambut; b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan kawasan sekitar reklamasi rawa; c. Kawasan Suaka alam berupa kawasan Taman Nasiona dan kawasan suaka margasatwa; dan d. Kawasan rawan bencana. 2. Kawasan Budidaya; a. Kawasan Hutan Produksi dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi b. Kawasan pertanian yang terdiri dari pertanian pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan c. Kawasan perikanan d. Kawasan Pertambangan e. Kawasan Industri f. Kawasan pariwisata g. Kawasan Permukiman RENCANA POLA RUANG IV -2

130 h. Kawasan peruntukan lainnya. 4.1 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG Kawasan lindung yang terdiri dari enam pengelompokan kawasan yang masingmasing memiliki fungsi dan kegunaan agar dalam memanfaatkannya dapat menjadi acuan sebagai keseimbangan ruang dan lingkungan. Dalam menetapkan kawasan lindung di Kabupaten Banyuasin mengacu pada ketentuan-ketentuan berikut : SK. MenHutbun No. 076/Kpts-II/2001, tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi Sumatera Selatan; Secara spesifik didasarkan pada hasil kajian mengenai kelas kemampuan lahan Kabupaten Banyuasin Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Untuk wilayah Kabupaten Banyuasin, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya berupa kawasan hutan lindung, kawasan resapan air dan kawasan bergambut. a. Kawasan Hutan Lindung; Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan kondisi lapangan telah terjadi perubahan fungsi kawasan hutan lindung Air Telang, Muara Salek menjadi pemukiman transmigrasi, areal perkebunan rakyat, tambak rakyat serta persawahan. Dalam Rancangan RTRW Provinsi Sumatera Selatan perubahan fungsi tersebut telah diakomodasi dalam rencana pola ruang. Berikut secara rinci perubahan peruntukan seperti pada Tabel 4.1. RENCANA POLA RUANG IV -3

131 Tabel 4.1 Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Lindung Kawasan Hutan Lindung Pantai Telang Perkebunan Masyarakat Tambak Sawah Permukiman Akses Jalan Total 3.975,5 350, ,75 Pantai Telang Kawasan Hutan Lindung Muara Saleh Total Pengurangan Sumber : Dinas Kehutanan 8.610,75 Lokasi Desa Karang Anyar, Sritiga, Teluk Payau, Muara Sungsang, Marga Sungsang desa Teluk Payau, Sungsang I. Sungsang II, Sungsang III dan Sungsang IV Desa Gilirang, Sido Makmur, Ganesa Mukti, Juru Taro Di Kabupaten Banyuasin pengembangan hutan lindung semula direncanakan seluas ,66 Ha dari total tersebut kawasan hutan lindung diusulkan akan mengalami perubahan yaitu untuk kawasan lindung Pantai Telang sebesar 4.545,75 Ha dengan perubahan terbesar menjadi perkebunan, sedangkan pada Kawasan Hutan Lindung Muara Saleh total perubahan sebesar Ha dengan perubahan terbesar menjadi tambak. Selain perubahan fungsi tersebut, terdaapt juga usulan perubahan untuk mengakomodasi kebutuhan pembangunan pelabuhan Tanjung Carat dan pembuka akses desa nelayan terisolir seuas 180 Ha. Di samping usulan perubahan fungsi sebagian kawasan hutan lindung, juga diusulkan beberapa kawasan APL menjadi Hutan lindung dan Hutan bagian dari Taman Nasional sembilang, yakni Pulau Payung menjadi Hutan Lindung Air Upang, APL Muara Salek menjadi bagian dari Hutan Lindung Muara Salek, APL di kawasan Sungsang II berupa APL penyangga antara Areal Perkebunan Swasta dan Taman Nasioanl Sembilang serta Areal Penggantii Hutan lindung untuk pelabuhan Tanjung Api-api dengan tota penambahan sebesar 1.891,34 Ha. Setelah perhitungan penambahan dan pengurangan kawasan Hutan lindung, Total luas rencana pengembangan Hutan lindung di Kabupaten Banyuasin ,25 ha. Persebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Banyuasin meliputi Kecamatan Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara Telang, Tanjung Lago, Sumber Marga Telang. Secara rinci rencana pengembangan dan persebaran kawasan Hutan lindung di kabupaten Banyuasin seperti pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut : RENCANA POLA RUANG IV -4

132 Tabel 4.2 Rincian rencana pengembangan kawasan hutan lindung Kab. Banyuasin Nama Kawasan Perubahan Kawasan Hutan Lindung (Ha) Pengurangan Luasan HL Nama Kawasan Penambahan Luasan HL Hutan Lindung 4.545,75 Air Upang 497,18 Pantai Telang HL Pantai Telang 180 Saleh Barat I 1.394,16 HL Muara Saleh Total 8.610,75 Total 1.891,34 Total kawasan hutan lindung , , ,34 = ,25 Sumber : Usulan Perubahan Hutan, 2011 Tabel 4.3 Luasan Kawasan Hutan Lindung No Kecamatan Luasan (Ha) 1. Air Salek 1.731,57 2. Banyuasin II ,40 3. Makarti Jaya 4.922,54 4. Muara Sugihan ,19 5. Muara Telang 660,22 6. Tanjung Lago 4.339,95 7. Sumber Marga Telang 28,38 Total ,25 Sumber : Hasil Rencana,2011 Luas perubahan kawasan Hutan lindung yang diusulkan perubahan (pengurangan) tersebut diatas, sebelum ada keputusan Menteri Kehutanan statusnya sebagai Holding Zone. Selanjutnya arahan pengelolaan kawasan hutan lindung yang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin mencakup : Perlindungan dan penetapan kawasan hutan lindung seluas ,25 Ha yang tersebar di Kecamatan Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara Telang, Tanjung Lago dan Sumber Marga Telang. Kawasan Hutan lindung yang sebagian berubah fungsi dikembalikan ke fungsi awal yaitu sebagai hutan lindung. Melakukan Kegiatan Rehabilitasi, Redeliniasi, reboisasi pada lahan-lahan kritis melalui kerjasama dengan berbagai lembaga peduli hutan, lintas instansi pemerintah dan masyarakat setempat. RENCANA POLA RUANG IV -5

133 Penguatan manajemen kawasan dan pemantapan blok lindung pada kawasan Hutan Lindung untuk mendukung kawasan konservasi di atasnnya. Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging dengan penanganan (represif, persuasif, dan preventif) secara kontinu. b. Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Kawasan ini difungsikan untuk meresapkan dan menyimpan air hujan pada waktu musim hujan yang menjadi cadangan pada musim kemarau. Penetapan kawasan resapan air juga ditujukan sebagai upaya konservasi sumberdaya air untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir. Hampir seluruh kawasan Taman Nasional Sembilang, Hutan Lindung dan kawasan rendah diantaranya berupa lebak merupakan kawasan resapan air yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. Sedangkan untuk Daerah resapan air tanah pada umumnya terdapat di daerah hulu dari DAS yang mengalir di wilayah Kabupaten Banyuasin yaitu Das Bangke, Das Banyuasin, Das Benawang, Das Sembilang dan Das Musi yang wilayahnya tersebar di Kabupaten Banyuasin serta di kawasan hutan rawa yang terletak di Kecamatan Banyuasin II dan Muara Sugihan dan merupakan salah satu daerah cadangan air yang harus dilindungi. Adapun arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan resapan air adalah : - Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi tegakan yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah - Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan - reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan pendekatan partisipasi masyarakat lokal yang didukung oleh pemerintah dan lembaga peduli lingkungan lainnya. RENCANA POLA RUANG IV -6

134 c. Kawasan Bergambut Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama. Perlindungan terhadap kawasan bergambut dimaksudkan untuk mengendalikan hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai penambaat air dan pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan yang bersangkutan. Konservasi lahan gambut juga dimaksudkan untuk meminimalkan teremisinya karbon tersimpan yang jumlahnya sangat besar. Semakin tebal gambut, semakin penting fungsinya dalam memberikan perlindungan terhadap lingkungan, dan sebaliknya semakin ringkih (fragile) jika dijadikan lahan pertanian. Berdasarkan Keppres 32 Tahun 1990, Kriteria kawasan bergambut yang termasuk dalam kawasan yang dilindungi adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat dibagian hulu sungai dan rawa. Di Kabupaten Banyuasin, keberadaan kawasan gambut termasuk di dalam Taman Nasional Sembilang dan hutan lindung pantai yang difungsikan sebagai penambat air dan pencegah banjir (kawasan bergambut), dan kawasan resapan air. Rencana pola ruang Kabupaten Banyuasin untuk kawasan tersebut adalah bahwa untuk kawasan yang ketebalannya 3 (tiga) meter atau lebih tidak diperkenankan untuk budidaya. Bila sudah ada kegiatan budidaya di atasnya, maka kegiatan tersebut dalam rangka menunjang pengembalian fungsi lindung kawasan bergambut. Untuk kawasan yang ketebalannya dibawah 3 meter boleh dilakukan untuk budidaya. Ketentuan lebih lanjut mengenai budidaya kawasan bergambut ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan gambut di Kabupaten Banyuasin, diantaranya : - Penetapan dan perilindungan kawasan gambut khususnya untuk kawasan gambut yang ketebalannya lebih dari 3 meter sebagai fungsi lindung - penguatan peraturan perundang-undangan dan pengawasan penggunaan dan pengelolaan lahan gambut, - menanggulangi kebakaran hutan dan lahan gambut - penanaman kembali dengan tanaman penambat karbon tinggi (tanaman pohonpohonan) - memanfaatkan lahan semak belukar yang terlantar, dan - pemberian insentif dalam konservasi gambut. RENCANA POLA RUANG IV -7

135 4.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat a. Sempadan Pantai Kawasan sempadan pantai merupakan daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Hal ini bertujuan untuk melindungi dari usaha kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Untuk wilayah Kabupaten Banyuasin kawasan sempadan pantai penyebarannya berada di bagian timur yaitu di pantai Selat Bangka dengan panjang pantai sekitar 275 Km, dimana seluruh kawasan sempadan pantai tersebut termasuk dalam kawasan hutan lindung. Kawasan ini sebagian besar berupa kawasan hutan mangrove/bakau yang sebagian dibudidayakan sebagai kawasan tambak dan sebagian berupa pantai berpasir yang terdapat di wilayah Sungsang. Adapun penetapan sempadan pantai ini ditekankan kepada pertimbangan karakteristik pantai. Pada kawasan pantai Kabupaten Banyuasin yang berhadapan dengan Selat Bangka, mempunyai karakteristik gelombang yang ditimbulkan relatif kecil namun kecepatan arus yang terjadi cukup besar. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka arahan pengembangan kawasan sempadan pantai adalah sebagai berikut : 1. Penetapan Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 275 Km 2. Pelestarian hutan mangroove serta pengembangan sabuk hijau mangrove maupun sabuk hijau vegetasi pantai 3. Penetapan Kawasan pantai berhutan bakau yang ditetapkan minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat yang merupakan habitat hutan bakau. 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat habitat hutan bakau. 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Kawasan Pantai Berpasir Sungsang Kawasan Pantai bermangrove Sembilang RENCANA POLA RUANG IV -8

136 b. Sempadan Sungai Wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah dengan daerah aliran sungai (DAS) yang tersebar diseluruh wilayah kabupaten. Das tersebut yaitu Das Banyuasin, Das Benawang, Das Bangke, Das Sembilang dan Das Musi. Selain itu terdiri dari beberapa sungai besar diantaranya Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik, Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya serta sungai-sungai kecil yang sebagian besar bermuara ke Selat Bangka. Total luasan kawasan sungai (tubuh air) di Kabupaten Banyuasun yaitu ,53 Ha atau sekitar 5% dari total luas Kabupaten Banyuasin. Untuk melindungi dan melestarikan fungsi sungai tersebut, ditetapkan kawasan Sempadan sungai yang merupakan kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Adapun tujuan penetapan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kawasan sempadan sungai dibedakan untuk sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul, sedang dari letaknya dibedakan yang berada di kawasan perkotaan dan di luar kawasan perkotaan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Sungai Bertanggul Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan lebar paling sedikit 3 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; 2. Sungai Tak Bertanggul Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman ditetapkan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; Garis sempadan anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman ditetapkan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai. Garis sempadan sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, 3 meter sampai dengan 20 meter dan lebih dari 20 meter di dalam kawasan perkotaan masing-masing ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter, 15 meter dan 30 meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan RENCANA POLA RUANG IV -9

137 Berikut ini sebaran luasan kawasan tubuh air (sungai) beserta rencana sempadan sungai setiap kecamatan di Kabupaten Banyuasin. Tabel 4.4 Luasan Sungai dan Sempadan Sungai Kabupaten Banyuasin (Ha) No Kecamatan Luasan (Ha) Sungai (Tubuh Air) Sempadan 1 Kec. Air Salek 3.141, ,37 2 Kec. Banyuasin I 1.910, ,76 3 Kec. Banyuasin II , ,79 4 Kec. Banyuasin III 278, ,93 5 Kec. Betung 97,36 0,001 6 Kec. Makarti Jaya 5.720, ,87 7 Kec. Muara Padang 1.677, ,58 8 Kec. Muara Sugihan 1.362, ,99 9 Kec. Muara Telang 2.501, ,79 10 Kec. Pulau Rimau 3.041, ,71 11 Kec. Rambutan 454, ,88 12 Kec. Rantau Bayur 2.810, ,81 13 Kec. Suak Tapeh 244, ,02 14 Kec. Tanjung Lago 8.136, ,16 15 Kec. Tungkai Ilir 1.132,76 694,36 16 Kec.Sembawa 290,01 564,55 17 Kec.Talang Kelapa 1.357, ,78 18 Kec. Sumber Marga Telang 1.379, ,95 19 Kec. Air Kumbang 389, ,82 Total , ,12 Sumber : Hasil analisis dan rencana, 2011 Adapun arahan pemanfaatan kawasan sempadan sungai, adalah : - Penetapan Sempadan sungai selebar meter untuk setiap sungai di tiap Kecamatan dengan total luas ,12 Ha meter dari tepi sungai - Perlindungan dan Pengembangan jalur hijau disepanjang sempadan sungai. c. Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi mata air. Adapun tujuan perlindungan mata air adalah melindungi kualitas air dan kondisi fisik kawasan dari kegiatan budidaya yang dapat merusak. Perlindungan setempat ini difokuskan kepada RENCANA POLA RUANG IV -10

138 badan air dari mata air, perlindungan daerah tangkapan mata air atau recharge area ditekankan pada perlindungan kawasan resapan air. Untuk perlindungan kawasan sekitar mata air ditetapkan minimal radius 150 meter dari mata air. Kawasan dengan radius 150 meter dari mata air harus bebas dari bangunan kecuali bangunan penyaluran air. Beberapa mata air di wilayah Banyuasin yang perlu dilindungi diantaranya sumber mata air di Sukomoro. Adapun arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan sekitar mata air adalah sebagai berikut ; 1. Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata air tersebut jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman. Dengan demikian di sekitar kawasan sumber air dapat ditanami dengan jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan. 2. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; 3. Pembuatan sistem saluran khusus bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi; 4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; 5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air. d. Kawasan sempadan Daerah Rekamasi Rawa Untuk pengamanan jaringan reklamasi rawa yang dibangun oleh Pemerintah maupun pihak swasta ditetapkan adanya garis sempadan di kiri kanan saluran yang berfungsi untuk melindungi jaringan, memberikan kemudahan bagi petugas dalam melaksanakan tugas eksploitasi dan pemeliharaan, penyediaan tempat penimbunan hasil pengerukan/galian serta peningkatan fungsi jaringan. Berdasarkan Permen PU No. 64 Tahun 1993 tentang reklamasi rawa, garis sempadan sebagaimana ditetapkan sebagai berikut : 1. Untuk saluran primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurangkurangnya 2 1/2 (dua setengah) x (kali) lebar atas saluran, diukur dan as saluran. RENCANA POLA RUANG IV -11

139 2. Untuk saluran tersier pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) meter diukur dari kaki tanggul sebetah Luar. 3. Untuk saturan primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa khusus untuk tambak baru sekurang-kurangnya 1 (satu) meter diukur dan kaki Langgit sebelah luar. Adapun arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan sempadan daerah reklamasi rawa adalah sebagai berikut ; 1. Pemantapan sempadan kawasan rekamasi rawa sesuai dengan peraturan perundangan yang beraku, dimana Lebar lahan yang dibatasi garis sempadan pada janingan reklamasi rawa yang sudah dibangun dan dimanfaatkan masyarakat sebelum ditetapkannya peraturan tersebut diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. 2. Perlindungan dan Pengembangan jalur hijau disepanjang sempadan kawasan rekamasi rawa Kawasan Suaka Alam Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pelestarian keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Rencana pola ruang kawasan suaka alam yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Banyuasin berupa kawasan Suaka RENCANA POLA RUANG Flaura dan Fauna di Kawasan Suaka Lama Bentayan dan Padang Sugihan Kabupaten Banyuasin IV -12

140 Margasatwa yaitu berupa Perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya serta kawasan Taman Nasional Sembilang dan Taman Nasional Laut. a. Kawasan Suaka Margasatwa Sebagai kawasan satwa margasatwa, kawasan ini merupakan habitat gajah Sumatera terbesar yang dihuni sekitar 200 ekor dan beberapa satwa langka lainnya seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Macan Dahan (Neofelis nebulosa). Di Kabupaten Banyuasin kawasan suaka margasatwa yang telah ada dan tetap akan dipertahankan adalah kawasan suaka Padang Sugihan seluas Ha yang ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.004/Kpts-II/1983. Kawasan ini termasuk dalam dua wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Muara Padang dan Kecamatan Rambutan masing-masing Ha dan Ha. Selain itu kawasan suaka alam yang lain adalah Suaka Alam Bentayan di Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas Ha. Secara umum Upaya-upaya yang dapat dilakukan sebagai arahan pengembangan kawasan suaka alam untuk mempertahankan keseimbangan ekologi dan menjaga kelestarian sumberdaya alam, antara lain: a) perlindungan kawasan suaka margasatwa Padang Sugiahan seluas Ha di Kecamatan Muara Padang dan Kecamatan Rambutan dan Bentayan seluas Ha di Kecamatan Tungkal Ilir. b) perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam di kawasan suaka alam dan kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya untuk kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya b. Taman Nasional Sembilang (TNS) Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pariw isata dan rekreasi. Perlindungan terhadap taman nasional dilakukan untuk pengembangan pendidikan, penelitian rekreasi dan pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. Kriteria taman nasional adalah kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan RENCANA POLA RUANG IV -13

141 satwa yang beragam, memiliki arsitektur tentang alam yang baik untuk keperluan pariwisata. Taman Nasional Sembilang merupakan situs Ramsar terletak di pesisir timur Provinsi Sumatera Selatan Kecamatan Banyuasin II, merupakan kawasan lahan basah yang sebagian besar terdiri dari hutan mangrove dan hutan rawa air tawar serta hutan rawa gambut yang terletak di belakangnya. Hutan mangrove yang meluas hingga 35 km ke arah darat (hulu) di kawasan ini merupakan sebagian kawasan hutan mangrove terluas yang tersisa dengan banyak muara sungai dan dataran lumpur yang luar di sepanjang pantai timur pulau Sumatera. Kawasan Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Sebagai kawasan lindung, kawasan hutan mangrove tersebut fungsi perlindungannya adalah melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat perkembangbiakan dari berbagai biota laut, disamping sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya. Dalam pengembangannya kawasan Taman Nasional Sembilang juga akan difungsikan sebagai taman wisata alam berupa kawasan ekowisata mangrove. Di Kawasan Taman Nasional Sembilang terdapat area konservasi perairan laut yang mempunyai ciri khas berupa keragaman atau keunikan ekosistem. Adapun fungsi perlindungannya adalah melindungi keragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. RENCANA POLA RUANG IV -14

142 Kawasan Mangrove Taman Nasional Sembilang Ilustrasi Rencana Ekowisata Mangrove di Kawasan Taman Nasional Sembilang Gambar 4.1 Ilustrasi Pengembangan kawasan ekowisata mangrove di TNS Selain itu Taman Nasional Sembilang juga merupakan habitat bagi sejumlah spesies penting/terancam Beruang Madu (Helarctos malayanus), Lumba-lumba Tanpasirip Punggung (Neophocaena phocaenoides), Buaya Muara (Crocodylus porosus), serta lebih dari 32 spesies burung air, termasuk spesies yang status populasinya rentan (vulnerable) di dunia seperti Bangau Bluwok (Mycteria cinerea), Bangau Tontong (Leptoptilos javanicus), dan Trinil-lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus). Dataran lumpur yang luas di kawasan ini merupakan habitat persinggahan bagi ribuan burung air migran terutama pada bulan Oktober hingga April dan Hutan mangrove yang ada juga merupakan habitat yang subur bagi perikanan (ikan dan udang). Penetapan kawasan taman nasional, sebagai kawasan pelestarian alam di Kabupaten Banyuasin dalam pengembangannya mengalami usulan perubahan luasan, usulan perubahan tersebut menjadi APL untuk mengakomodir perkembangan Desa Tanahpilih di kawasan daratan dan kawasan perairan menjadi kawasan penyangga di sepanjang sungai Calik, sungai Lalan, Kawasan konservasi perairan di Teluk Banyuasin untuk kepentingan rencana Tanjung Api-Api dengan total seluas Ha. Selain perubahan diatas, juga diusulkan penambahan kawasan Taman Nasional yang semula berupa APL masing-masing di kawasan Sungsang II, kawasan konservasi perairan TNS serta APL yang berbatasan dengan TNS dengan total penambahan 7.223,4 Ha, sehingga dengan usulan pengurangan dan penambahan tersebut total rencana pengembangan TNS menjadi ,44 Ha dari luas semula Ha yang telah ditetapkan menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 95/Kpts-II/003 tanggal 19 Maret 2003, berikut rincian usulan perubahannya : RENCANA POLA RUANG IV -15

143 Nama Kawasan Tabel 4.5 Perubahan Kawasan Taman Nasional Sembilang (Ha) Pengurangan Luasan TNS menjadi APL Nama Kawasan Penambahan Luasan APL menjadi TNS TN Sembilang 3.756,62 APL berbatasan dengan TN Sembilang Perairan TN 7.714,38 Konservasi Perairan 1.484,82 Sembilang TN Sembilang APL Sungsang II 4.423,62 Total Total 7.223,44 Total kawasan hutan lindung ,44 = ,44 Sumber : Usulan perubahan kawasan hutan tahun 2010 Rencana perubahan kawasan Taman Nasional Sembilang tersebut diatas untuk sementara menunggu keputusan Menteri Kehutanan statusnya adalah Holding Zone. Adapun arahan pengembangan kawasan Taman Nasional, antara lain: a) Perlindungan dengan tetap mempertahankan kawasan Taman Nasional Sembilang seluas ,44 Ha yang terletak di Kecamatan Banyuasin II. b) Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau dilakukan melalui penanaman tanaman bakau dan nipah di pantai. c) perlindungan mangrove, keanekaragaman biota dan tipe ekosistem untuk kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya d) Pengembangan pariwisata berupa ekowisata mangrove yang disertai dengan pengembangan balai penelitian dan budidaya mangrove Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Banyuasin terdiri dari kawasan rawan genangan, kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan khususnya hutan dan lahan gambut serta kawasan rawan angin puting beliung. Untuk kawasan rawan genangan, Luasannya cukup beragam mulai dari genangan dengan tipe A yaitu lahan yang selalu terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tipe genangan ini terutama terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Makarti Jaya, Muara Padang, Banyuasin II, dan Muara Sugihan. Selanjutnya tipe genangan B dimana lahan terluapi saat pasang besar, kondisi ini terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Muara Sugihan, Muara Telang, Sumber Marga RENCANA POLA RUANG IV -16

144 Telang dan Makarti Jaya. Tipe genangan C yaitu dalam kondisi tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang surut kurang dari 50 cm dan genangan tipe D yaitu dalam kondisi tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm, tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier. Untuk Sebaran daerah genangan C dan D cukup merata hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Banyuasin. Guna mengantisipasi terjadingan genangan khusunya di kawasan dengan tipe genangan A dan B selama waktu pasang dan musim penghujan, faktor-faktor penyebab aliran bebas di permukaan harus diminimalisir dengan melakukan beberapa hal, antara lain : 1. Normalisasi pada aliran sungai-sungai kecil dan kanal perlu dilakukan secara terprogram; 2. Pembuatan saluran-saluran pengaliran (drainase) yang mampu mengontrol aliran permukaan; 3. Revitalisasi kawasan tangkapan air (catchment areas); 4. Konservasi ekologi kawasan rawa. 5. Pembangunan tanggul penahan air 6. Pemberdayaan peran serta masyarakat disekitar wiayah DAS di Kabupaten Banyuasin Rencana pola ruang di Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan yang rawan terhadap genangan sehingga membutuhkan pengendalian khusus untuk pengembangan kawasan budidaya terutama untuk kawasan terbangun. Hal ini terkait dengan kawasan yang harus dilindungi seperti sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan rawa dalam, dan kawasan bergambut. Berdasarkan sebaran hot spot hasil pantauan Satelit SSMFP, potensi kebakaran hutan dan lahan di kawasan bergambut cukup tinggi di Kabupaten Banyuasin, yang tersebar di Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasinsatu, Muara Padang, Tungkal Ilir dan Muara Sugihan serta kawasan lain yang memiliki Lahan gambut cukup tebal seperti di daerah Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya. Potensi kebakaran yang cukup tinggi pada kawasan lahan gambut, perlu diantisipasi dengan : 1. rencana pola ruang melalui penetapan kawasan bergambut menjadi kawasan lindung. Hal ini juga terkait dengan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya; RENCANA POLA RUANG IV -17

145 2. Melalui Pola penyiapan lahan pertanian khususnya di Kecamatan Tungkal Ilir, Muara Telang, Muara Sugihan Disamping itu Kabupaten Banyuasin juga memiliki kawasan rawan angin puting beliung yakni di Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Betung, Kecamatan Pulau Rimau,Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, dan Kecamatan Tanjung Lago. Berkaitan dengan hal tersebut maka untuk kecamatan-kecamatan dimaksud perlu diprioritaskan upaya-upaya penaggulangan bencana angin puting beliung. Seperti Perlindungan vegetasi tegakan pada kawasan pantai. Bencana Alam lainnya yaitu rawan kekeringan, Dari Indeks Risiko Bencana Kekeringan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB) Tahun 2010 dan Kajian Risiko Kekurangan Air oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuasin termasuk dalam tingkat risiko tinggi untuk bencana kekeringan. Tingkat risiko menengah sampai sangat tinggi yang tersebar di kawasan DAS Musi serta tingkatan risiko dari sangat rendah sampai sangat tinggi di kawasan Das Banyuasin. Terkait dengan rencan pola ruang, upaya penanggulangan bencana untuk kekeringan di Kabupaten Banyuasin dapat dilakukan melalui Keberlanjutan konservasi lahan, hutan konservasi dan reboisasi untuk pemeliharaan kuantitas dan kualitas penyediaan air 4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA Rencana pengembangan pola ruang untuk kawasan budidaya di Kabupaten Banyuasin pada dasarnya di arahkan dalam rangka optimasi pemanfataan sumber daya dan ruang untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Kriteria untuk mendelineasi kawasan/sub-kawasan budidaya secara umum lebih didasarkan pada faktor kesesuaian lahan untuk dikembangkan. Klasifikasi kawasan budidaya yang akan diuraikan terutama dikaitkan dengan fungsi utama pemanfaatan ruangnya dalam menampung kebutuhan penduduk. Dilihat dari kriterianya, pada dasarnya terdapat wilayah yang dapat saja memenuhi kriteria untuk pengembangan beberapa jenis kegiatan budidaya (misalnya pertanian tanaman lahan basah, tanaman lahan kering, perkebunan dan pertambangan). Dengan kata lain, bahwa penggarisannya (deliniasi) di atas peta akan menjadi tumpang tindih (overlap). Dengan demikian pengalokasian ruangnya di samping didasarkan pada kesesuaian lahan, juga perlu mempertimbangkan aspek ekonomis serta kebijakan RENCANA POLA RUANG IV -18

146 secara nasional atau daerah sebagai dasar bagi prioritasnya. Ketentuan/kriteria yang dijadikan acuan dalam mengkaji alokasi dan sebaran kawasan budidaya adalah Keputusan Presiden No. 57/1989 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan tata ruang nasional dan penyusunannya mengacu pada Pertaturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang, maka rencana pola ruang untuk kawasan budidaya yang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin, secara garis besar dibagi menjadi : a) kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat di konversi b) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan pertanian lahan pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan; c) kawasan peruntukan perikanan; d) kawasan peruntukan pertambangan; e) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan industri besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri rumah tangga; f) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan pariwisata budaya, peruntukan pariwisata alam, dan peruntukan pariwisata buatan; g) kawasan peruntukan permukiman yang terdiri dari permukiman perdesaan dan perkotaan h) kawasan peruntukan lainnya yang terdiri dari pertahanan keamanan, rencana reklamasi pantai Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi merupakan kawasan hutan yang dikelola untuk peningkatan kesejahteraan penduduk, dalam arti keberadaan hutan produksi dapat difungsikan sebagai lahan produktif dengan tidak mengganggu tegakan dan yang diambil hanya hasil dari tanaman tersebut. Penetapan kawasan hutan produksi ditujukan untuk mewujudkan kawasan hutan produksi yang dapat memberikan manfaat : a. Mendorong peningkatan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; b. Mampu meningkatkan fungsi lindung, menjaga keseimbangan tata air dan lingkungan serta pelestarian kemampuan sumberdaya hutan; RENCANA POLA RUANG IV -19

147 c. Mampu menjaga kawasan lindung terhadap pengembangan kawasan budidaya; d. Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan, meningkatkan pendapatan daerah, dan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan; e. Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri pengolahannya dan meningkatkan ekspor; atau f. Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat sekitar hutan. Kawasan hutan produksi yang terdapat di wilayah Kabupaten Banyuasin hanya berupa kawasan hutan produksi tetap (± ,37 Ha) dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi. Kawasan hutan produksi ini pengembangannya berdasarkan ketentuan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) berlokasi di wilayah Kecamatan Banyuasin II yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Sembilang. Namun demikian kawasan hutan produksi tersebut saat ini dalam kondisi tidak produktif karena potensi kayu yang rendah pasca penebangan. a. Peruntukan hutan produksi tetap Hutan produksi tetap Adalah kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam. Pada hutan produksi tetap pada dasarnya hasil hutan dapat dikelola seoptimal mungkin, tetapi tetap memberlakukan prinsip dasarnya yakni apa yang diambil dari alam harus diganti dengan hal yang serupa kepada alam, sehingga pengambilan hasil hutan harus dilaksanakan secara bergilir dan dilakukan penanaman kembali sebagai bagian dari upaya pelestarian sekaligus mempertahankan kualitas alam. Kawasan hutan produksi tetap yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin seluas ,16 Ha atau sebesar 5,2% dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin, dan tersebar di Kecamatan Banyuasin II seluas ,12 Ha, Kecamatan Muara Sugihan seluas 5.290,01 Ha dan Kecamatan Tungkal Ilir seluas 15,026 Ha. Dalam Pengembangannya terjadi perubahan luas untuk hutan produksi di Kabupaten Banyuasin berupa penambahan luas hutan di Muara Sugihan seluas 1.342,21 sehingga total kawasan hutan produksi di Kabupeten Banyuasin menjadi ,37 Ha. Rencana penanganan kawasan produksi tetap adalah : 1. Penetapan dan perlindungan kawasan hutan produksi tetap seluas ,37 Ha di Kecamatan Banyuasin II, Muara Sugihan dan Tungkal Ilir. RENCANA POLA RUANG IV -20

148 2. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebang, dan tidak dapat dialihfungsikan ke budidaya lainnya kecuali untuk tanaman dengan tegakan yang dapat memberikan fungsi perlindungan. 3. Pengembangan kawasan penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan hutan lindung. 4. Melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya. 5. Pembangunan dan pengembangan industri yang berbasis hutan tanaman industry Kawasan Hutan Produksi Tetap di Kabupaten Banyuasin b. Peruntukan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi (HOK) adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain. Kondisi eksisting dan telah ditinjau oeh tim terpadu, Melalui surat keputusan Kementerian Kehutanan, terdapat perubahan kawasan hutan produksi yang dikonversi menjadi perkebunan sawit sebesar Ha. Selain perubahan tersebut, dari penetapan kawasan hutan dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan dan dan Berdasarkan hasil peninjauan ke lapangan oleh Tim terpadu pusat Tanggal 2 November sampai dengan 5 November 2011 dalam rangka penelitian Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Banyuasin terdapat usulan perubahan peruntukan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten Banyuasin dengan total yang diusulkan sebesar ,85 Ha, rincian usulan perubahan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Usulan Perubahan Hutan Produksi yang di konversi Nama Kawasan FUNGSI Luas (Ha) Awal Usulan HPK Tanjunglago HPK APL ,97 HPK Air Senda Air Limau HPK APL 1.469,59 HPK. Bertak/Sungai Lilin HPK APL ,29 HPK Gelumbang HPK APL 7.491,00 Total ,85 Sumber : Usulan Perubahan RENCANA POLA RUANG IV -21

149 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, Keseluruhan usulan perubahan status hutan yang dapat dikonversi tersebut, berubah menjadi areal penggunaan lain (APL) untuk kebutuhan mendesak, Di wilayah HPK Tanjunglago berdasarkan fakta dilapangan merupakan bagian dari sentra penghasil padi/beras pasang surut Kabupaten Banyuasin, dimana yang tersisa terdapat Desa Asli (Desa Tanjunglago dan Desa Srimenanti) Desa Tanjungago telah menjadi pusat Kecamatan Tanjunglago dilengkapai dengan infrastruktur seperti kantor camat, Puskesmas, Pustu dan fasilitas pendidikan serta terdapat desa-desa eks transmigrasi antara lain Desa Sukadamai,Tanjung Lago, Desa Sukatani dan Desa Banyuurip. Sedangkan HPK di Air Senda Air Limau yang tersisa semuanya merupakan permukiman dan perkebunan masyarakat. Pada Kawasan HPK Bertak/Sungai Lilin ini terdapat Desa Asli ( Desa Keluang dan Desa Bentayan) serta Desa eks transmigrasi antara lain Desa Bumi Serdang, Desa Sidomulyo, Desa Pancamulya,Desa Sukajaya,Desa Sukakarya. Selain itu di wilayah HPK Bertak dan telah ada Puskesmas, SD, SMP, SMA, Pustu, Kantor KUA, dan Kantor Camat serta salah satu desa tersebut telah menjadi ibukota kecamatan tungkal ilir yaitu sidomulyo. Sedangkan untuk HPK Gelumbang areal ini sebagian besar telah berupa Areal pesawahan dan perkebunan rakyat. Penetapan kawasan Secara resmi usulan kawasan tersebut telah diusulkan melalui Surat keputusan Bupati Nomor 050/3713/Bappeda-PM/PPWFS/2011 tanggal 25 November 2011 dan diteruskan oeh Surat keputusan Gubernur Nomor 522/3519/Bappeda/2011 tanggal 20 Desember Sehubungan dengan belum dikeluarkannya Keputusan Menteri Kehutanan terhadap usulan perubahan HPK menjadi APL maka status Kawasan HPK masih dalam bentuk Holding Zone, segala proses perizinan di kawasan ini masih mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan yang berlaku terahir. Adapun rencana penanganan kawasan produksi yang dikonversi adalah : 1. Apabila dilakukan penebangan, digunakan pola tebang pilih agar hutan yang ada dapat dikelola secara selektif, sehingga keutuhan hutannya sejauh mungkin terpelihara. Kond`isi tersebut dilakukan untuk menghindari adanya bencana alam longsor, 2. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya RENCANA POLA RUANG IV -22

150 4.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan pertanian di Kabupaten Banyuasin, meliputi pertanian lahan pangan (persawahan), pertanian holtikultura (ladang, kebun campur), perkebunan, dan peternakan. a. Pertanian Pangan Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Banyuasin didominasi oleh kawasan pertanian lahan basah. Hal ini terkait dengan letak geografis dan kondisi fisik wilayah Kabupaten Banyuasin yang berupa dataran rendah dan merupakan rawa pasang surut. Berdasarkan kondisi tersebut, maka luas lahan pertanian pangan yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin yakni seluas ,40 Ha (20% dari luas wilayah kabupaten), dari luas tersebut, sekitar Ha masih belum termanfaatkan. Sebagai penopang lumbung padi Nasional bagi Sumatera Selatan, pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Banyuasin dikembangkan tersebar di seluruh kecamatan dengan alokasi luasan terbesar yaitu Kecamatan Muara Sugihan yaitu ,09 Ha. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut : Tabel 4.7 Luas Kawasan Pertanian Pangan Kabupaten Banyuasin Kecamatan Luas (Ha) Kec. Air Salek Kec. Banyuasin I Kec. Banyuasin II Kec. Banyuasin III Kec. Makarti Jaya Kec. Muara Padang Kec. Muara Sugihan Kec. Muara Telang Kec. Pulau Rimau Kec. Rambutan Kec. Rantau Bayur Kec. Suak Tapeh Kec. Tanjung Lago Kec. Tungkai Ilir Kec. Sembawa Kec. Betung Kec. Talang Kelapa Kec. Sumber Marga Telang Kec. Air Kumbang Total ,40 Sumber : Hasil Analisis dan rencana 2011 RENCANA POLA RUANG IV -23

151 Adapun arahannya adalah : 1. Pengembangan dan perlindungan pertanian pangan seluas ,40 yang tersebar di setiap kecamatan. 2. Atas pertimbangan tertentu, dan untuk menjamin agar kawasan pertanian tidak berubah fungsi, maka kawasan-kawasan pertanian pada lokasi-lokasi tertentu dapat ditetapkan sebagai kawasan pertanian abadi. 3. Perlu adanya inventarisasi ulang terhadap luas baku sawah maupun jaringan irigasi yang ada. 4. Pengembangan dan pemeliharaan sistem irigasi 5. Pembangunan dan pengembangan pertanian lahan kering dengan komoditi palawija di seluruh Kecamatan 6. Konservasi tanah dan air pada lahan pertanian 7. Penggunaan bibit unggul dengan kualitas tinggi, pematangan awal dan tahan terhadap genangan air yang berkadar garam relatif tinggi 8. Penggunaan teknik budidaya pangan 9. Optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian b. Pertanian Tanaman Holtikultura Ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Komoditas pertanian hortikultura yang terdapat di Kabupaten Banyuasin untuk sayursayuran adalah kacang panjang, tomat, terong, timun, kangkung, bayam, buncis dan cabe. Sedangkan komoditas buah-buahan yang unggulan seperti jeruk, rambutan dan pisang. Mengingat karakteristik wilayah dan penduduk serta kesesuaian lahan yang ada, kegiatan pertanian holtikuktura di Kabupaten Banyuasin bersifat pilihan/kondisional yang diusahakan disela waktu kegiatan pertanian utama yaitu pertanian pangan. Lahan yang digunakan untuk holtikultura tersebar hampir di setiap RENCANA POLA RUANG IV -24

152 kecamatan dan sebagian besar dilakukan disekitar permukiman. Pengembangan kedepan pertanian holtikultura sangat tepat untuk dikembangkan terutama untuk memanfaatkan lahan tidur menjadi produktif. c. Perkebunan Kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada pada masing-masing kecamatan. Kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin dibedakan berdasarkan komoditas dengan potensi luas dominan/terbesar meliputi perkebunan sawit, perkebunan karet, perkebunan kelapa dalam dan tebu. Total Luas perkebunan yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin seluas ,07 ha atau sekitar 27% dari luas Kabupaten Banyuasin yang pengembangannya hampir di seluruh kecamatan. Luas tersebut terdiri dari perkebunan karet sebesar ,87 Ha, perkebunan sawit ,03 Ha, perkebunan kelapa dalam sebesar ,60 Ha dan perkebunan tebu seluas 1.412,57 Ha. Untuk persebaran luasan perkebunan di setiap kecamatan, akan dijelaskan melalui tabel berikut : Tabel 4.8 Luasan Peruntukan Perkebunan Kecamatan Luas (Ha) Total (Ha) Sawit Karet Kalapa Dalam Tebu Air Salek 2.937,91-845, ,53 Banyuasin I 4.772, , ,85 Banyuasin II 28,069,92 27, , ,41 Banyuasin III 656, , ,35 Betung 2.321, , ,62 Makarti Jaya 1.787,75 21, , ,74 Muara Padang 3.332, , ,32 Muara Sugihan - 123, , ,35 Muara Telang ,67-53,67 Pulau Rimau , , , ,39 Rambutan , , ,38 Rantau Bayur 8.446, , ,30 Sembawa 5.550, , ,30 Suak Tapeh , , ,56 Talang Kelapa , , ,88 Tanjung Lago ,91 2, ,09 Tungkal Ilir , , , ,80 Sumber Marga 7.554, ,58 Telang Air Kumbang , , ,95 Total , , , , ,07 Sumber : Hasil Analisis,2011 RENCANA POLA RUANG IV -25

153 Kawasan Perkebunan di Kabupaten Banyuasin Arahan pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin adalah : 1. Penetapan dan perlindungan kawasan perkebunan dengan total ,07 ha, terdiri dari perkebunan karet sebesar ,87 Ha, perkebunan sawit ,03 Ha, perkebunan kelapa dalam sebesar ,60 Ha dan perkebunan tebu seluas 1.412,57 Ha. 2. melakukan peremajaan tanaman perkebunan secara berkala 3. Memperbaiki dan mengembangkan prasarana dan sarana infrastruktur ke lokasi perkebunan maupun untuk pengolahan dan pemasaran. 5. Pemilihan komoditas unggulan di kawasan agropolitan sifatnya tidak tetap/dinamis, disesuaikan dengan kondisi fisik tanah di kawasan tersebut dan kondisi pasar yang ada. 6. Mendorong tumbuh berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku usaha. 7. Menjalankan mekanisme insentif dan disinsentif bagi para pelaku usaha perkebunan. Selanjutnya langkah yang sangat relevan dalam pembangunan perkebunan ke depan adalah menerapkan pengembangan konsep Corporate Community Relationship. Melalui pengembangan konsep ini, diharapkan : 1. Pengusaha perkebunan rakyat atau masyarakat sekitar perkebunan dapat berperan di dalam pengelolaan perkebunan. 2. Pengusaha perkebunan besar dengan segala kelebihan yang dimilikinya dapat berperan membantu meningkatkan produktivitas dan mutu hasil perkebunan rakyat, baik melalui kegiatan peremajaan, rehabilitasi maupun diversifikasi usaha perkebunan. 3. Pengusaha perkebunan dapat ikut berperan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melakukan berbagai bentuk kerjasama dengan pemerintah daerah dalam pengembangan infrastruktur setempat. RENCANA POLA RUANG IV -26

154 d. Peternakan Berdasarkan data populasi dan rencana program pengembangan sentra peternakan Pemerintah kabupaten Banyuasin, pengembangan sentra peternakan akan dikembangkan yaitu Pengembangan sentra peternakan ternak besar, Usaha Peternakan Unggas di Pangkalan Balai Pengembangan sentra peternakan ternak kecil dan Pengembangan sentra peternakan unggas. Kawasan peternakan yang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin sekitar Ha. Khusus untuk kecamatan lainnya, peternakan tidak menempati kawasan tersendiri tetapi terintegrasi pada kawasan pertanian pangan dan perkebunan. Sebaran lokasi pengembangan kawasan peternakan tersebut yaitu terpusat di Kecamatan Rambutan sebesat 353,24 Ha, Kecamatan Sembawa 79,29 Ha serta Kecamatan Talang Kelapa sebesar 1.085,81 Ha. (Perhatikan Tabel berikut ) Tabel 4.9 Luasan Peruntukan Kawasan Peternakan Kecamatan Luas (Ha) Rambutan 353,24 Sembawa 79,29 Banyuasin III 50 Suak Tapeh 100 Talang Kelapa 935,81 Total 1.518,34 Sumber : Hasil Analisis,2011 Arahan pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Banyuasin adalah : 1. Penetapan dan perlindungan kawasan peternakan dengan total Ha, terdiri di Kecamatan Rambutan sebesat 340,9 Ha, Kecamatan Sembawa 82,962 Ha serta Kecamatan Talang Kelapa sebesar 1.086,1 Ha 2. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung peternakan 3. Mendorong tumbuh berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku usaha melalui pengembangan industri peternakan Perikanan Rencana pola ruang kawasan budidaya untuk pengembangan kawasan perikanan di Kabupaten Banyuasin didasarkan pada potensi sumberdaya perikanan RENCANA POLA RUANG IV -27

155 yang cukup melimpah di wilayah ini, hal ini ditunjang dengan luas perairan laut Banyuasin yang mencapai sekitar 1.765,4 km 2 dan panjang garis pantai 275 km. Usaha perikanan di Kabupaten banyuasin terdiri dari perikanan laut, perairan umum (budidaya keramba), budidaya tambak dan budidaya ikan air tawar. Dasar penentuan kawasan perikanan adalah secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan perikanan, dan secara ruang dapat memberikan manfaat untuk : Meningkatkan produksi perikanan dan mendayagunakan investasi; Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; Tidak mengganggu fungsi lindung; Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam; Meningkatkan pendapatan masyarakat; Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional; Meningkatkan kesempatan kerja; ekspor dan kesejahteraan masyarakat. Tabel 4.10 Luasan Peruntukan Kawasan Perikanan Kecamatan Luas (Ha) Kec. Air Salek 608,80 Kec. Banyuasin II 1.643,59 Kec. Makarti Jaya 1.612,87 Kec. Muara Sugihan 2.916,88 Kec. Muara Telang 76,61 Kec. Rantau Bayur 626,85 Kec. Tanjung Lago 1.564,76 Kec.Talang Kelapa 17,72 Kec. Sumber Marga Telang 0,03 Kec. Rambutan 20 Total 9.088,11 Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011 Kegiatan Perikanan di Sungsang Kabupaten Banyuasin mempunyai 275 km panjang pantai namun hanya dilengkapi dengan 1 Tempat Pelelangan ikan (TPI), yaitu di Sungsang. Saat ini potensi kawasan pesisir (laut) yang perlu dikelola dengan potensi Ton/Tahun yang berada pada kawasan tangkap sampai batas RENCANA POLA RUANG IV -28

156 4 mil dari pantai (kewenangan kabupaten sekitar 1,3 juta Ha). Secara lebih detil rencana pengelolaan kawasan laut dan pesisir didetailkan pada rencana pengelolaan zonasi kawasan pesisir pada studi yang berbeda. Adapun arahan pengembangan Kawasan perikanan dimaksud adalah : 1. Tambak : Lokasi pengembangan areal tambak di Kabupaten Banyuasin dialokasikan di Kecamatan Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Tanjung Lago dengan luas total 8.423,54 ha 2. Perikanan air tawar (kolam) di Kecamatan Talang Kelapa seluas 217,72 Ha, Rantau Bayur seluas 426,85 Ha dan Kecamatan Rambutan seluas 20 Ha serta daerah lain yang memiliki potensi budidaya air tawar. 3. Perikanan tangkap sungai, melalui Sungai Komering, Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Upang, Sungai Air Saleh dan Sugihan. Budidaya sungai di Kecamatan Rantau Bayur dan Musi 4. Perikanan tangkap laut dangkal di Selat Bangka 5. Pengembangan kawasan Minapolitan yang merupakan kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan komoditas kelautan dan perikanan, jasa, perumahan, dan kegiatan lainnya yang saling terkait. Penetapan kawasan minapolitan di Kabupaten Banyuasin dialokasikan di Kawasan Sungsang yang dikembangkan untuk perikanan tangkap dan laut serta sebagian kecil untuk perikanan tambak. Kawasan Air Batu, Sukamoro dan Rantau Bayur untuk perikanan Budidaya air tawar serta kawasan Muara Sugihan, Banyuasin II untuk pengembangan perikanan tambak/payau. 6. Pengembangan kawasan perikanan darat diserasikan dengan pemanfaatan ruang permukiman maupun pemanfaatan ruang kawasan pertanian, maupun industri hasil pertanian Kawasan Peruntukan Pertambangan Dasar penentuan kawasan pertambangan di Kabupaten Banyuasin adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pemusatan kegiatan pertambangan, dan tidak menganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta apabila dimanfaatkan dapat memberi kontribusi daerah, yakni : Meningkatkan produksi pertambangan; RENCANA POLA RUANG IV -29

157 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; Tidak mengganggu fungsi lindung; Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam; Meningkatkan pendapatan masyarakat; Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional; Meningkatkan kesempatan kerja; ekspor dan perkembangan masyarakat. Kegiatan Pertambangan di Kab. Banyuasin Kondisi eksisting, pemanfaatan potensi Recana pola ruang kawasan pertambangan di Kabupaten Banyuasin tidak dapat ditetapkan secara eksklusif, namun berupa kegiatan pertambangan baik hanya berupa bahan galian mineral dan batubara maupun pertambangan minyak bumi. Penyebaran kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagian besar berlokasi di Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Tungkal Ilir dengan jumlah sumur produksi sebanyak 24 sumur. Kegiatan penambangan batu bara terdapat di wilayah Kecamatan Betung, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Rantau Bayur, Talang Kelapa, Muara Telang dan Kecamatan Banyuasin III. Jenis batubara di lokasi tersebut pada umumnya dari jenis lignite dengan kadar air yang tinggi namun nilai kalorinya rendah. Kegiatan pertambangan lainnya berupa gambut di Kecamatan Banyuasin II, Kaolin di Kecamatan Betung dan Kecamatan Talang Kelapa; pasir kuarsa dan bentonit di wilayah Kecamatan Talang Kelapa; dan tanah urug tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin. Tabel 4.11 Persebaran Kawasan Pertambangan Kab. Banyuasin IUP Operasi Produksi Kecamatan Luas (Ha) Kec. Banyuasin III 616,28 Kec. Betung 3.620,25 Kec. Pulau Rimau 99,077 Kec. Rantau Bayur 3.616,59 Kec. Tungkai Ilir 4.902,315 total ,523 Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011 Arahan pengembangan pertambangan di Kabupaten Banyuasin adalah : RENCANA POLA RUANG IV -30

158 1. Penetapan dan pengembangan kawasan pertambangan sebesar Ha dengan status perizinan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi seluas Ha dan IUP Eksplorasi seluas Ha yang berada di Kecamatan Banyuasin III, Pulau Rimau, Rantau Bayur, Betung, Tungkal Ilir, Talang Kelapa dan Kecamatan Muara Telang. 2. Selain itu perlu dilakukan sanksi yang tegas jika melanggar aturan yang telah disepakati, dan diwajibkan untuk melakukan reboisasi kembali terhadap lahan yang sudah dieksploitasi. 3. Mewajibkan bagi seluruh pemegang eksploitasi untuk melakukan reboisasi terhadap kawasan yang telah dieksploitasi, jika melanggar diberikan sanksi. 4. Memberikan batasan lahan yang dapat dieksploitasi dan harus menjaga keseimbangan lingkungan yang ada Kawasan Peruntukan Industri Kawasan industri adalah kawasan yang dikembangkan untuk kegiatan industri pengolahan atau manufaktur, kawasan ini dilengkapi dengan prasarana, sarana penunjang yang disediakan oleh perusahaan kawasan industri (Kamus Tata Ruang, 1997). Beberapa hal yang menjadi dasar dalam penentuan kawasan industri di Kabupaten Banyuasin adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan industri serta tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan apabila digunakan untuk kegiatan industri dapat memberikan manfaat : Meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan daya guna investasi di daerah sekitarnya; Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; Tidak mengganggu fungsi lindung; Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam; Meningkatkan pendapatan masyarakat; Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; Meningkatkan kesempatan kerja; Meningkatkan ekspor; dan Meningkatkan perkembangan perekonomian masyarakat setempat. RENCANA POLA RUANG IV -31

159 Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Banyuasin didasarkan pada potensi sumberdaya alam yang ada. Kondisi eksisting saat ini, struktur ekonomi Kabupaten Banyuasin banyak bertumpu pada sektor primer yakni sektor pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan. Sementara sektor sekunder seperti industri pengolahan yang banyak digunakan sebagai motor penggerak ekonomi wilayah belum mampu mengimbangi sektor primernya. Sehingga untuk meningkatkan perekonomian wilayah Banyuasin perlu dikembangkan kawasan industri yakni antara lain : 1. Kawasan industri yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin dengan jenis industri besar yaitu kawasan industri gasing di Kecamatan Talang Kelapa dan industri di kawasan Tanjung api-api, untuk mengolah hasil sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Banyuasin. 2. Lahan peruntukkan industri merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai zona industri berkembang karena adanya kemudahan akses dan kecenderungan menjadi area industri karena sebelumnya sudah banyak terdapat industri. Lokasi yang dkembangkan harus tetap memperhatikan daya dukung lahannya dan tidak mengkonversi lahan pertanian secara besar-besaran yaitu industri di kawasan mariana. 3. Sentra industri kecil dikembangkan di setiap kecamatan disesuaikan dengan potensi yang dimiliki. Pola pengembangannya mengikuti kecenderungan yang ada yakni menyatu dengan permukiman tenaga kerja dari penduduk lokal dan dikerjakan di tiap rumah. 4. Sentra industri kecil diarahkan pengembangannya dengan pengendalian terhadap pengembangan pemanfaatan lahannya serta dikelola limbahnya pada tempat yang sudah berkembang. Arahan persebaran kawasan industri di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut : Tabel 4.12 Persebaran Kawasan Industri Kab. Banyuasin Kecamatan Luas (Ha) Banyuasin I 1.004,21 Banyuasin II 8.727,19 Muara Telang 21,77 Talang Kelapa 5.091,33 Sumber Marga Telang 3.658,34 Total ,84 Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011 RENCANA POLA RUANG IV -32

160 Berdasarkan perkembangan dan persebaran industri di atas, maka arahan pengembangan industri di Kabupaten Banyuasin adalah : 1. Penetapan dan pengembangan kawasan industri seluas ,84 Ha, yang tersebar di Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin II, Sumber Marga Telang, Muara Telang dan Talang Kelapa. 2. Pada daerah pedesaan diarahkan pada sentra-sentra industri dan kerajinan serta pada permukiman yang ada. 3. Pada wilayah perkotaan diarahkan dengan mempertimbangkan batas wilayah kota dan rencana detail tata ruang kota sebagai breakdown dari rencana tata ruang wilayah kabupaten. 4. Pengembangan industri kecil dialokasikan secara terkonsentrasi pada satu kawasan tertentu maupun pada kawasan yang menyatu dengan permukiman penduduk; untuk industri kerajinan atau industri yang berkaitan dengan pariwisata diarahkan pada kawasan yang berdekatan dengan lokasi parawisata; dan untuk industri yang menimbulkan polusi diarahkan pada kawasan yang jauh dari permukiman. 5. Menjalin kerjasama antara pihak pemerintah, swasta dan industri kecil di dalam penyuluhan keterampilan, penyediaan dana dan distribusi pemasaran. 6. Pengembangan industri kecil ini perlu dilaksanakan di tiap kecamatan dengan diversifikasi jenis industri sesuai dengan kegiatan eksisting, bahan baku dan ketersediaan sumber daya lainnya Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan pariwisata secara teknis adalah kawasan yang apabila dikembangkan tidak mengganggu kelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan, apabila dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata akan memberikan manfaat untuk : Meningkatkan pendapatan daerah dan mendayagunakan investasi; Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; Tidak mengganggu fungsi lindung; Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam; Meningkatkan pendapatan masyarakat; Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional; RENCANA POLA RUANG IV -33

161 Meningkatkan kesempatan kerja; Melestarikan budaya; dan Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, maka rencana pola ruang untuk pengembangan kawasan pariwisata adalah yang tersebar di wilayah Kecamatan Banyuasin III khususnya di daerah Sembawa untuk pengembangan kawasan wisata agro, di wilayah Kecamatan Talang Kelapa khususnya di daerah Sukomoro untuk pengembangan kawasan wisata pemancingan, dan di wilayah Kecamatan Banyuasin II khususnya di daerah Sungsang dan Muara Baru untuk pengembangan kawasan wisata pesisir/kampung nelayan dan kawasan wisata Tugu Silk Air, Taman Nasional Sembilang dapat dikelola menjadi salah satu tujuan ekowisata. Beberapa aspek yang terkait dengan perencanaan kawasan wisata, perlu ditindaklanjuti dengan : 1. Penetapan dan pengembangan kawasan pariwisata seluas 889,94 Ha, yang tersebar di Kecamatan Banyuasin II 815,84 Ha dan Sumber Marga Telang 74,10 Ha. 2. Meningkatkan mekanisme pengelolaan pengembangan obyek wisata sesuai dengan potensi yang dimiliki dan memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. 3. Mensinkronkan dan meningkatkan koordinasi antara sistem kepariwisatan kabupaten dengan Propinsi Sumatera Selatan, sehingga pengembangan obyek wisata andalan dalam skala regional dapat lebih terpadu. 4. Membuat rencana pengembangan setiap obyek wisata, guna memacu perkembangan dan menarik investasi dalam pembangunan kepariwisataan. 5. Mengingat bahwa sebagian besar obyek wisata ini merupakan wisata alam, maka sangat perlu dilakukan penjagaan ketat terhadap kelestarian alam sehingga meskipun dapat meningkatkan nilai tambah yang sangat besar dari sektor ini dan kelestarian alam dapat tetap terjaga. 6. Perlunya penyusunan rencana tapak pada setiap obyek wisata andalan. 7. Perlunya penyusunan paket wisata dan penawaran dalam berbagai tingkatan pengunjung. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan membuat dan mengkaitkan agenda wisata di kabupaten dengan Propinsi Sumatera Selatan. RENCANA POLA RUANG IV -34

162 8. Perlu dibuat sistem informasi tujuan wisata yang berfungsi sebagai alat bantu dan sekaligus sebagai piranti pelayanan dan mempermudah wisatawan di dalam mencapai dan menikmati kebutuhan pariwisata Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Pemukiman). Selanjutnya pembangunan kawasan permukiman ditujukan untuk : Menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman; Mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan yang telah ada di dalam atau di sekitarnya. Beberapa hal yang dijadikan dasar dalam pengembangan kawasan permukiman bahwa kawasan secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha, serta dapat membeerikan manfaat : Meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana permukiman; Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; Tidak mengganggu fungsi lindung; Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam; Meningkatkan pendapatan masyarakat; Menyediakan kesempatan kerja; dan Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Banyuasin dibedakan menjadi pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Rencana pengembangan pola ruang untuk pengembangan permukiman perkotaan pengembangannya direncanakan seluas ,06 Ha yakni pada wilayah/kawasan yang termasuk ke dalam sistem perkotaan pada ibukota kecamatan masing-masing. Sedangkan pengembangan permukiman perdesaan direncanakan seluas ,40 Ha RENCANA POLA RUANG IV -35

163 yang tersebar di setiap kecamatan, dengan luasan terbesar di Kecamatan Banyuasin II. Permukiman perkotaan selanjutnya diarahkan untuk pengembangan kegiatan budidaya non pertanian yaitu pemerintahan, jasa dan perdagangan, dan industri. Sedang pengembangan permukiman perdesaan selanjutnya diarahkan untuk kegiatan pelayanan pemerintahan tingkat desa dan pertanian (termasuk perkebunan, perikanan dan peternakan), serta kegiatan pertambangan. Untuk kawasan permukiman terkait dengan pengembangan kawasan industri dan kebijakan pengembangan kasiba Lisiba di Kabupaten Banyuasin antara lain akan dikembangkan kawasan pemukiman di Kasiba talang Kelapa, Kawasan Sungsang dan Pangkalan Balai. Persebaran kawasan Permukiman di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 Persebaran Kawasan Permukiman Kab. Banyuasin Kecamatan Luas Permukiman(Ha) Total Perdesaan Perkotaan Kec. Airsalek 2.355, ,57 Kec. Banyuasin I 2.035, , ,06 Kec. Banyuasin II 5.058, , ,89 Kec. Banyuasin III 565,54 955, ,52 Kec. Betung 61, , ,83 Kec. Makarti Jaya 1.000,9 181, ,92 Kec. Muara Padang 1.820,63 105, ,93 Kec. Muara Sugihan 2.350,06 106, ,16 Kec. Muara Telang 2.275,29 372, ,84 Kec. Pulau Rimau 2.060, ,17 Kec. Rambutan 502, , ,96 Kec. Rantau Bayur 108,23 140,01 248,24 Kec. Suak Tapeh 430,78 226,01 656,79 Kec. Tanjung Lago 1.000, ,03 Kec. Tungkai Ilir 1.970, ,70 Kec.Sembawa 690,12 838, ,26 Kec.Talang Kelapa 559, , ,96 Kec. Sumber Marga Telang 818,78 520, ,77 Kec. Air Kumbang 2.100, ,86 Total , , ,46 Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011 Berdasarkan perkembangan dan persebaran permukiman di atas, maka arahan pengembangan permukiman di Kabupaten Banyuasin adalah : 1. Penetapan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan sebesar ,40 Ha dan Permukiman perkotaan sebesar ,06 Ha RENCANA POLA RUANG IV -36

164 2. Pengembangan dan pembangunan perumahan di Kawasan pulau kecil dan terpencil 3. Pengembangan permukiman pedesaan dikembangkan dengan sistem cluster sehingga tidak menggangu lahan pertanian yang ada dan terintegrasi dengan kawasan produksi disekitarnya. 4. Pengembangan kawasan permukiman skala besar diarahkan dalam bentuk Kota Baru yang dilengkapi dengan fasilitas, sistem utilitas dan sistem transportasi yang lengkap dan terintegrasi dengan wilayah permukiman sekitarnya, terintegrasi dengan pengembangan kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa, serta industri. 5. Penyusunan masterplan RTH untuk kawasan perkotaan 6. Pembangunan Taman dan Hutan kota Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya yang di rencanakan di Kabupaten Banyuasin meliputi kawasan reklamasi pantai dan kawasan pertahanan keamanan, Rencana kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Banyuasin adalah: a. Kawasan Reklamasi Pantai Kawasan reklamasi pantai yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin diperuntukkan untuk industri dan pelabuhan yaitu kawasan industry Tanjung Api- Api/Tanjung Carat yang dikembangkan di kecamatan Banyuasindua, kawasan ini berada di kawasan reklamasi pantai seluas 3.931,35 Ha. b. Kawasan Pertahanan dan Keamanan Kawasan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Banyuasin berupa dan instansi militer yang terletak di Kecamatan Banyuasintiga dan Kecamatan Talangkelapa. RENCANA POLA RUANG IV -37

165 Dari penjelasan perubahan (pengurangan) kawasan hutan, Akan diterapkan konsep holding zone sebagaimana disebutkan diatas untuk kawasan hutan yang diusulkan perubahannya dalam RTRWP dan belum disetujui perubahannya oleh Menteri Kehutanan (masih dalam pembahasan). Konsep Holding Zone merupakan kawasan hutan yang diusulkan perubahan fungsi dan peruntukannya dan bukan-kawasan hutan yang diusulkan menjadi kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan dalam revisi RTRWP yang belum mendapat persetujuan Menteri Kehutanan. Dengan berlakunya holding zone maka: izin yang telah dikeluarkan tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya. apabila akan diterbitkan izin baru maka harus sesuai dengan fungsi kawasan hutan sebelumnya (sesuai keputusan Menteri Kehutanan yang berlaku terakhir). Untuk lebih jelasnya rekapitulasi kawasan hutan berikut pertimbangan dan jenis perubahannya yang berstatus Holding Zone di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada tabel 4.14 dan Gambar 4.1 berikut : RENCANA POLA RUANG IV -38

166 RENCANA POLA RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin No KODE NAMA KAWASAN LUAS FUNGSI PERTIMBANGAN KETERANGAN Awal Usulan 1. K 026 HPK Tanjung Lago ,97 HPK APL : - Kawasan Peruntukan Permukiman - Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat 2. K 025 HPK Air Senda Air Limau 1.469,59 HPK APL : - Kawasan Peruntukan Permukiman - Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat 3. K 024 TN Sembilang 3756,62 TN APL : - Kawasan Tabel 4.14 Rekapitulasi Kawasan Holding Zone Kabupaten Banyuasin Pertimbangan Yuridis melalui Keputusan Bupati Banyuasin: - Nomor 684 Tahun Nomor 680 Tahun Nomor 682 Tahun Nomor 679 Tahun Nomor 688 Tahun Nomor 677 Tahun Nomor 678 Tahun Nomor 689 Tahun 2010 Desa Tanjung Lago dan Sri Menanti sudah ada sejak tahun 1950 sedangkan desa transmigrasi sejak tahun 1979/1980 (Desa Sukatani, Sukadamai, Mulyasari, Banyurip, Bangun Sari, Sumbermekarmukti) Dengan Jumlah Penduduk ± Jiwa terdiri dari Lahan Transmigrasi yang massuk Wilayah HPK ± Ha, Perkebunan dan Persawahan rakyat ± Ha serta semak belukar rawa ± 2500 Ha serta merupakan Bagian dari sentra penghasil padi/beras pasang surut Kabupaten Banyuasin Termasuk Wilayah Desa Tanjung Laut ± 500 ha yang menempati sejak tahun 1984 terdiri dari Perkebunan Rakyat Ha dan Semak Belukar rawa Ha, HPK yang tersisa semuanya merupakan pemukiman dan perkebunan masyarakat. Keberadaan kawasan konservasi perarian yang merupakan IV -39 bagian dari TN Sembilang Fungsi awal dari HPK menjadi permukiman perdesaan, desadesa eks transmigrasi, pusat kecamatan serta infrastruktur seperti Kantor Camat, Puskesmas, SD,SMP Pustu dan SMK Fungsi awal dari HPK menjadi permukiman dan perkebunan rakyat Fungsi awal dari Taman Nasional

167 4. K 023 Perairan TN Sembilang 5. K 017 HPK. Bertak/Sungai Lilin Peruntukan Tambak 7.714,38 TN APL : - Kawasan Peruntukan jalur transportasi dan penyebrangan ,29 HPK APL : - Kawasan Peruntukan Permukiman - Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat - Kawasan peruntukan semak belukar rawa baru tahun 2001, sebelumnya merupakan perairan umum Keberadaan kawasan konservasi perarian yang merupakan bagian dari TN Sembilang baru tahun 2001, sebelumnya merupakan perairan umum. Kawasan Konservasi perairan disepanjang sungai diusulkan : a. Selebar 200 meter sebagai daerah penyangga di sepanjang sungai calik dan sungai lalan. b. Selebar 1500 meter disepanjang sungai banyuasin sebagai kawasan konservasi perairan. (pertimbangan a dan b agar tidak mengganggu kepentingan perairan umum khususnya untuk kepentingan pelabuhan tanjung api-api Termasuk wilayah Desa Keluang ± 750 ha dengan jumlah penduduk2.500 Jiwa, Desa Penuguan 500 Ha dengan Jumlah penduduk 2000 Jiwa, Desa Mukud 500 Ha dengan jumlah penduduk 1000 Jiwa yang telah menempati lokasi tersebut sejak Tahun 1975 terdapat Ha perkebunan Rakyat dan semak belukar rawa Ha serta terdapat Perkebunan PTPN VII menjadi Perairan Umum dan aktivitas Masyarakat Nelayan Fungsi awal dari Taman Nasional Sembilang menjadi jalur transportasi angkutan sungai dan penyeberangan yang merupakan rencana kawasan Tanjung Api-Api dan Tanjung Carat Fungsi awal HPK menjadi perkebunan, pertambangan, permukiman, eks transmigrasi, infrastruktur seperti Puskesmas, SD, SMP, SMA, Pustu, Kantor KUA, dan Kantor Camat serta salah satu desa tersebut telah menjadi Ibukota RENCANA POLA RUANG IV -40

168 6. K 083 HPK Gelumbang HPK APL : - Kawasan Peruntukan sawah - Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat 7. K 027a, K 027b Hutan Lindung (HL) Pantai Telang 4.545,75 HL APL : - Kawasan Peruntukan sawah - Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat - Kawasan Peruntukan tambak - Kawasan Peruntukan permikiman 8. K 027 c HL Pantai Telang 180 HL APL : - Kawasan Peruntukan pelabuhan, tambak, industry dan fasilitas umum lainnya Terletak di Kecamatan Rantaubayur berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim Masuk kedalam desa Karanganyar, Sritiga, Telukpayau, Muarasungsang dan Margasungsang, terdiri dari : - Perkebunan masyarakat ± 3.975,5 ha - Tambak ± 350,25 ha - Sawah ±163 ha - Permukiman ±57 ha - Akan dibuat Akses Jalan Menuju Pelabuhan Penumpang Sejarak Meter dengan Lebar 100 meter Masuk kedalam desa Telukpayau, Sungsang I. Sungsang II, Sungsang III dan Sungsang IV, terdiri dari : a. Akses jalan Menuju Pelabuhan Tanjung Carat Sejauh ± 9000 Meter dengan lebar 200 meter. b. Wilayah Tanjung Carat menjadi rencana lokasi pelabuhan utama yang dapat dilayari kapan-kapan bertonase besar Kecamatan Tungkal Ilir yaitu Sidomulyo. Fungsi awal HPK menjadi areal persawahan dan perkebunan rakyat. Fungsi awal Hutan Lindung menjadi areal penggunaan lain sebagai pendukung rencana pelabuhan Tanjung Api-api / Tanjung Carat. Fungsi awal Hutan Lindung menjadi pelabuhan Utama, dermaga serta jalan akses jalan untuk Tanjung Carat RENCANA POLA RUANG IV -41

169 9. K 028 & K 029 HL Muara Saleh 3.885,00 HL APL: - Kawasan Peruntukan Permukiman - Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat - Kawasan Peruntukan sawah - Kawasan Peruntukan tambak c. Pengembangan pelabuhan direncanakan seluas ± 2000 ha yang telah dilakukan Study kelayakan d. rencana dermaga roro e. Usulan untuk jalan tanjung carat keseluruhannya digunakan hanya untuk akses publik. Masuk kedalam desa Gilirang 355 KK, Sidomakmur 321 KK, Ganesamukti 402 KK, Jurutaro 372 KK, terdiri dari : a. Perkebunan masyarakat ± 489 ha b. Tambak ± ha, Sawah ±1.461 ha c. Permukiman ±240 ha d. Akan membuat Jalan Akses yang berjarak ± 1500 meter dengan lebar 4 meter yang menghubungkan dari Desa Jurutaro menuju Desa Sido Makmur maupun ke pusat kecamatan muara sugihan e. Terdapat 2 Desa transmigrasi (Sidomakmur, Ganesamukti), persawahan, tambak serta perkebunan rakyat f. Khusus Desa Jurutaro adalah desa nelayan yang dipisahkan dengan desa lain oleh hutan lindung sejarak ± 800 meter. 10 T 003 APL Sungsang II 4.423,62 APL TN a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU 41 tahun 1999 bahwa pemerintah mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan dalam rangka penyelesaian Fungsi awal Hutan Lindung menjadi permukiman, Desa Transmigrasi, akses jalan, persawahan, tambak, perkebunan rakyat serta desa nelayan Semak belukar rawa, Tidak ada permukiman dan sarana prasarana serta diperlukan sebagai bufferzone TN Sembilang RENCANA POLA RUANG IV -42

170 11 T 005 Konservasi Perairan TN Sembilang 12 T 006 APL berbatasan dengan HL Air Upang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL yang layak untuk dijadikan kawasan hutan c. Sebelumnya merupakan bufferzone TN Sembilang yang terbentuk karena adanya izin lokasi perkebunan kelapa sawit PT. Raja Palma d. Karena sebelumnya merupakan bufferzone maka fungsinya diusulkan sebagai HP tetap dilanjutkan menjadi Taman Nasional 1.484,82 APL TN a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU 41 tahun 1999 bahwa pemerintah mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan dalam rangka penyelesaian permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL yang layak untuk dijadikan kawasan hutan c. Kondisi biofisik perairan identik dengan bagian TN Sembilang yang berbatasan sehingga dapat dijadikan sebagai perluasan kawasan perairan TN Sembilang 497,18 APL HL a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU 41 tahun 1999 bahwa pemerintah mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan Merupakan tempat mencari makan (persingahan) bagi burung migran Pulau berupa hutan mangrove primer yang tidak layak dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya RENCANA POLA RUANG IV -43

171 13 T 007 APL berbatasan dengan HL Saleh Barat I 14 T 008 APL berbatasan dengan HP Muara Sugihan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin dalam rangka penyelesaian permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL yang layak untuk dijadikan kawasan hutan c. Tidak ada perizinan penggunaan lahan d. Berfungsi sebagai kawasan perlindungan daerah pantai/pesisir (hutan mangrove) ,16 APL HL a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU 41 tahun 1999 bahwa pemerintah mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan dalam rangka penyelesaian permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL yang layak untuk dijadikan kawasan hutan c. Tidak ada perizinan penggunaan lahan d. Berfungsi sebagai kawasan perlindungan daerah pantai/pesisir (hutan mangrove) ,21 APL HP a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU 41 tahun 1999 bahwa pemerintah mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan dalam rangka penyelesaian permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL yang layak untuk dijadikan kawasan hutan c. Tidak ada perizinan penggunaan lahan Sebagian besar hutan mangrove, Tidak ada permukiman dan sarana prasarana Penutupan lahan berupa hutan mangrove sekunder dan semak belukar rawa, rawa bergambut, Tidak ada permukiman dan sarana prasarana RENCANA POLA RUANG IV -44

172 15 T 009 APL berbatasan dengan TN Sembilang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin d. Berada dalam ekosistem hutan rawa dan mangrove, diusulkan sebagai HTR 1.315,00 APL TN a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU 41 tahun 1999 bahwa pemerintah mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan dalam rangka penyelesaian permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL yang layak untuk dijadikan kawasan hutan c. Tidak ada perizinan penggunaan lahan d. Kondisi biofisik lahan identik dengan bagian TN Sembilang yang berbatasan sehingga dapat dijadikan perluasan Kawasan TN Sembilang ( serbagai pengganti areal di tanjung api-api) Semak belukar rawa, Tidak ada permukiman dan sarana prasarana RENCANA POLA RUANG IV -45

173 Secara keseluruhan kompilasi luasan dari rencana peruntukan yang membentuk pola ruang di Kabupaten Banyuasin dengan didominasi oleh kawasan budidaya yaitu sebesar ,34 Ha atau sekitar 57,31% dari luas total dan ,81 Ha atau 28,2% merupakan kawasan lindung serta sisanya sekitar 14,47% merupakan tubuh air. Secara rinci rencana pola ruang diiliustrasikan pada tabel 4.15 dan peta pola ruang gambar 4.2 berikut : Tabel Jenis dan Luas Rencana Peruntukan Kawasan Budidaya Kabupaten Banyasin Tahun 2031 No Jenis Penggunaan Usulan Perubahan Ha % A. Peruntukan Kawasan Lindung 1 Hutan lindung ,25 4,37 2 Sempadan Sungai ,12 1,77 3 Suaka Alam ,86 4 Taman Nasional Sembilang ,44 14,74 Total Kawasan Lindung ,81 28,22 B. Peruntukan Kawasan Budidaya 1 hutan produksi ,37 5,02 2 pertanian pangan ,40 15,26 3 perkebunan karet ,87 10,66 4 perkebunan sawit ,03 18,91 5 perkebunan kelapa ,60 1,63 6 Perkebunan Tebu 1.412,57 0,10 7 kawasan peternakan 1.518,34 0,11 7 Tambak 9.068,11 0,67 8 Pertambangan (IUP) ,55 0,93 9 kawasan industri ,75 1,49 10 kawasan pariwisata 889,94 0,06 11 permukiman perdesaan ,40 2,10 12 Permukiman perkotaan ,06 1,45 13 Kawasan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 3.931,35 0,75 (Reklamasi) Total Kawasan Budidaya ,34 57,31 Tubuh Air (Sungai) ,53 Tubuh Air (Laut) ,38 Total Tubuh Air ,91 14,47 Total ,06 Sumber : hasil rencana, 2011 Keterangan : Terdapat penggunaan lahan untuk holtikultura pada alokasi yang tersebar spot-spot yang tidak dapat terpetakan karena luasan yang relatif kecil-kecil dan tercampur dengan kawasan pertanian pangan, hutan rakyat dan perkebunan. Untuk luasan sempadan pantai sudah termasuk di dalam kawasan hutan lindung. RENCANA POLA RUANG IV -46

174 RENCANA POLA RUANG IV -47 Gambar 4.1 Peta Rencana Pola Ruang untuk Holding Zone

175 RENCANA POLA RUANG Gambar 4.2 Peta Rencana Pola Ruang IV -48

176 Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis. Dalam upaya mengurangi disparitas pembangunan antara kawasan pusat pertumbuhan (Kota Metropolitan Palembang) dengan kawasan-kawasan di sekitarnya dan upaya optimalisasi potensi kawasan, maka diperlukan strategi pengembangan wilayah pada kawasan-kawasan yang memiliki peran strategis sebagai motor penggerak bagi pembangunan kawasan-kawasan di sekitarnya, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan lingkungan. Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kabupaten. Kawasan strategis yang ada di kabupaten memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Penetapan kawasan strategis kabupaten didasarkan pada kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan. 5.1 KAWASAN STRATEGIS DI KABUPATEN BANYUASIN Kawasan strategis ditetapkan selain dengan memperhatikan kondisi wilayah Kabupaten juga memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi yang ada di wilayah Kabupaten. Meninjau dari penetapan PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), di Kabupaten Banyuasin tidak terdapat kawasan strategis yang menjadi kawasan strategis nasional, sehingga Kawasan strategis yang terdapat di Kabupaten Banyuasin terdiri dari : KAWASAN STRATEGIS V-1

177 1. Kawasan strategis provinsi yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan. 2. Kawasan strategis kabupaten merupakan hasil perumusan dan kesepakatan pemangku kepentingan (stakeholder) penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuasin Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Banyuasin Kawasan Strategis Provinsi yang direncanakan untuk Kabupaten Banyuasin adalah : 1. Kawasan Perkotaan Metropolitan Palembang, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek potensi ekonomi cepat tumbuh serta dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi. Kendati belum ditetapkan delineasi kawasannya secara jelas, Kawasan Strategis Metropolitan Palembang ini akan dikembangkan ke arah lebih luas yang mencakup sebagian wilayah Kabupaten Banyuasin, dengan arahan penangan : Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan, penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan metropolitan Pengembangan pembangunan vertikal Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah 2. Kawasan Pelabuhan Tanjung Api-Api, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek potensi ekonomi cepat tumbuh serta dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi. Kawasan Tanjung Api-Api berlokasi di Kecamatan Banyuasin II, arahan dari RTRWP Sumatera Selatan untuk penanganannya meliputi : Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan industri Perlu dikendalikan agar tidak merambah kawasan hutan KAWASAN STRATEGIS V-2

178 Mengembangkan pelabuhan internasional Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah disekitarnya Kerjasama dengan pihak swasta. 3. Kawasan Taman Nasional Sembilang, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan serta memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian. Berlokasi di Kecamatan Banyuasin II seluas Ha, dengan arahan penanganan : Penyusunan Renstra dan peraturan zonasi Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung lingkungan Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi konservasi kawasan 4. Kawasan Minapolitan, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek Sektor unggulan perikanan dan industri yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi serta Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, namun dalam draft RTRWP Sumatera Selatan lokasinya tidak ditentukan. Artinya Pemerintah Kabupaten Banyuasin dapat menentukan lokasi untuk kawsan strategis minapolitan tersebut. Sedangkan untuk arahan dari RTRWP Sumatera Selatan untuk penanganannya meliputi : tambahkan lokasi Penyusunan RDTR danperaturan Zonasi Mempertahankan tingkat produksi pangan dari sektor perikanan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan; Mempertahankan luasan lahan budidaya perikanan Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya Meningkatkan pendapatan nelayan/pembudidaya dengan program multiaktivitas minabisnis Mengembangkan kawasan minabisnis dari hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan KAWASAN STRATEGIS V-3

179 5.1.2 Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin. Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan pada wilayah kabupaten Banyuasin yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. 1. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi Merupakan kawasan-kawasan yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara makro dengan memanfaatkan potensi wilayah yang ada. Rencana pengembangan kawasan strategis bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut : a. Kawasan Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang Kawasan strategis ini merupakan kawasan di wilayah Kabupaten Banyuasin yang difungsikan untuk mendukung kawasan strategis Provinsi Sumatera Selatan yaitu kawasan perkotaan metripolitan Palembang. Delineasi kawasan tersebut menjadi kewenangan Kabupaten yang meliputi : Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang, Merupakan kawasan transmigrasi yang pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kawasan tersebut berlokasi di Kecamatan Muara Telang dengan kegiatan utama sebagai pusat kegiatan agribisnis dan pusat kegiatan perdagangan, dimana pengembangannya diharapkan mampu mewujudkan tujuan dari pembangunan Kota Terpadu Mandiri tersebut, yaitu : - Menciptakan sentra-sentra agribisnis dan agroindustri yang mampu menarik investasi swasta untuk menumbuh-kembangka kegiatan ekonomi transmigran dan penduduk sekitar, serta membuka peluang usaha dan kesempatan kerja. - Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan transmigran dan penduduk sekitar. - Meningkatkan kemudahan transmigran dan penduduk sekitar untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar. Adapun arahan pengembangan untuk kawasan Kota Terpadu Mandiri Telang, diantaranya : - Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi KAWASAN STRATEGIS V-4

180 - Revisi Masterplan KTM - Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan. - Penguatan kelembagaan dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan kawasan KTM Kawasan Perdagangan Betung. Kawasan strategis ini memiliki nilai sangat strategis sebagai pintu gerbang perbatasan kabupaten, yaitu antara Kabupaten Banyuasin dengan Kabupaten Musi Banyuasin. Kawasan Betung memiliki peran sebagai pusat pelayanan kegiatan (PPK). Kawasan koridor ini memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan akses jalan regional bahkan nasional seperti pendukung kegiatan industri atau zona industri, pergudangan, rest area. Lokasi yang strategis tersebut membuat kawasan ini sangat sesuai untuk pengembangan kawasan perdagangan skala regional. Kedapannya rencana pengembangan kawasan tersebut berupa : - Penyusunan rencana Detail Kawasan - Pengembangan sarana dan prasarana transportasi. - Pengaturan ruang pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin - Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa Kawasan Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai Kawasan ini dikembangkan menjadi lokasi perkantoran yang memiliki nilai strategis, yaitu menjadi lokasi pusat perkantoran Kabupaten. Berdasarkan struktur ruang yang akan dibentuk, Pangkalan Balai direncanakan menjadi PKL. Dengan demikian kawasan tersebut akan mengemban fungsi sebagai pusat pemerintah, perdagangan dan jasa yang melayani Kabupaten Banyuasin secara keseluruhan sehingga kawasan ini diharapkan menjadi kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh. Rencana pengembangan kawasan tersebut diantaranya : - Penyususan RTBL Kawasan - Pengembangan Fasilitas Perkantoran - Pengembangan Fasilitas Permukiman perkotaan - Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi - Pengembangan sarana dan prasarana transportasi Kawasan Pusat Permukiman Perkotaan KAWASAN STRATEGIS V-5

181 Kawasan Sukajadi dan Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Jakabaring, Rambutan (Kec. Rambutan) dan Mariana (Kec. Banyuasin I) dikembangkan menjadi kawasan strategis yang berfungsi menjadi pendukung lokasi kawasan perkotaan Palembang. Kawasan tersebut difungsikan untuk pusat kegiatan permukiman perkotaan. Rencana pengembangan kawasan ini diantaranya : - Penyususnan RTBL Kawasan - Penataan Kasiba dan Lisiba - Rencana pengembangan perumahan - Rencana pengembangan fasilitas umum pendukung permukiman - Pengembangan utilitas - Pengembangan jaringan transportasi b. Kawasan Strategis Pertanian Kawasan ini merupakan kawasan strategis yang kegiatan utamanya pada sektor pertanian meliputi agropolitan, pertanian pangan, perkebunan berbasis industri dan migas serta perikanan. Kawasan Agropolitan Pengembangan kawasan agropolitan difokuskan pada Kec. Tanjung Lago, Keberadaan kawasan ini berupa sentra pertanian lahan basah dan hortikultura yang dapat dijadikan sebagai kawasan agrowisata dan pendidikan untuk pengenalan bentuk dan jenis tanaman pangan, sayuran serta buah buahan juga mengetahui tentang teknik pengelolaannya. Diharapkan kawasan ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat sekitar maupun pertumbuhan ekonomi kabupaten melalui potensi pertanian yang dimiliki. Arahan pengembangan untuk kawasan agropolitan ini yaitu : - Penyusunan Masterplan - Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan - pengembangan wilayah sentra produksi - Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi - Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi - peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna - penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian KAWASAN STRATEGIS V-6

182 - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah dan swasta - Pengembangan lembaga pembiayaan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun) Kawasan ini ditujukan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari kegiatan perkebunan. Hasil Perkebunan cenderung berfluktuasi, sehingga diperlukan untuk mengembangkan usaha melalui industri. Pengembangan dari KIMBUN ini berupa zona industri yang bertumpu pada pengolahan hasil pertanian (agro industri) yang berasal dari perkebunan. DiKabupaten Banyuasin telah ditetapkan beberapa kawasan yang memiliki fungsi sebagai kawasan KIMBUN, yaitu Kawasan KIMBUN Muara Padang yang terdiri dari Kec. Banyuasin I, Kec. Air Kumbang, Kec. Muara Padang dan Kec. Rambutan. Arahan pengembangan untuk kawasan ini adalah : - Penyusunan Masterplan - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional. - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian - Pengembangan jaringan pasar dan promosi Kawasan Sentra Produksi Beras Pertanian Pasang Surut Kawasan pasang surut di Kabupaten Banyuasin sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian padi pasang surut. Kawasan pertanian pasang surut tersebut diarahkan untuk pengembangan kawasan sentra produksi beras yang dipusatkan di Kecamatan Tanjunglago, Kecamatan Muara Telang dan Kecamatan Sumber Marga Telang. Kondisi tersebut menjadikan Kabupaten Banyuasin sebagai pensuplay terbesar lumbung pangan nasional di Sumatera Selatan. Kawasan pertanian pasang surut ini menjadi kegiatan utama bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Banyuasin yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi penduduk dan penyumbang PDRB bagi Kabupaten Banyuasin. Untuk kedepannya arahan pengembangan kawasan pertanian pasang surut ini yaitu : KAWASAN STRATEGIS V-7

183 - Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi - Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui pengembangan aplikasi budidaya dan bibit unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim (teknologi) - Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian - Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi/daerah reklamasi rawa - Pengembangan lumbung padi - Pengembangan sistem Perlindungan hak-hak petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani. c. Kawasan Sentra Pertambangan dan Migas Kawasan Sentra Pertambangan Migas Kawasan Kec. Pulau Rimau dan Kec. Tungkal Ilir termasuk didalamnya Teluk Betung, Penuguaan, Mukut, Bentayan dan Kluang. Kawasan ini difungsikan sebagai kawasan KIMBUN dan Migas Arahan pengembangan untuk kawasan ini adalah : - Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti air bersih, pengolahan limbah - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses produksi - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Penataan kembali lahan bekas tambang d. Kawasan Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api. Lokasi kawasan strategis ini terletak di Kecamatan Banyuasin II yang dipromosikan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKWp) dan sebagian di Kecamatan Sumber Marga Telang sebagai kawasan pendukung industri Tanjung Api-Api. Kawasan ini merupakan kawasan terpadu dimana kegiatan didalamnya berupa rencana pembangunan pelabuhan utama skala internasional ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi. Selain pelabuhan pada kawasan ini juga akan terdapat kawasan industri dan dilengkapi dengan keberadaan fasilitas penunjang lainnya. Pembangunan kawasan ini merupakan suatu nilai lebih yang tidak dimiliki Kabupaten lain, sehingga KAWASAN STRATEGIS V-8

184 pengembangan kawasan secara optimal dapat memberikan pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Arahan pengembangan kawasan ini berupa : - Pengembangan kawasan Industri Terpadu - pelabuhan/terminal general kargo mencapai - pelabuhan laut - pelabuhan penyeberangan - 1 stock pile batubara - pelabuhan peti kemas - pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/Semen) - Pengembangan kawasa perkantoran - Pengembangan kawasan Permukiman - Pengembangan Fasilitas umum sosial-ekonomi - Pengembangan Jaringan utilitas pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan permukiman - Pengembangan JaringanTransportasi e. Kawasan Strategis Industri Pengembangan Kawasan industri di Kabupaten Banyuasin terletak di Gasing Kecamatan Talangkelapa dan Mariana di Kecamatan Banyuasin I. Untuk kawasan industri gasing, jenis industri berskala menengah hingga besar, sedangkan di Kawasan Mariana kegiatan industri bertumpuh pada industri perkapalan, migas, CPO dan kayu. Arahan pemanfaatan pengembangan yang perlu dilakukan : - Penyusunan Masterplan - Penyusunan Rencana Detail Kawasan; - Pengembangan jaringan transportasi - Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah, ketersediaan jalur hijau/rth - Pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi khususnya di kawasan Gasing f. Kawasan Minapolitan Minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya. Kondisi wilayah KAWASAN STRATEGIS V-9

185 Kabupaten Banyuasin yang memiliki kawasan pesisir terbesar di Sumatera Selatan, diarahkan menjadi kawasan strategis untuk pengembangan minapolitan. Kabupaten Banyuasin menetapkan kawasan minapolitan yaitu di Kawasan Sungsang yang dikembangkan untuk perikanan tangkap dan laut serta sebagian kecil untuk perikanan tambak. Kawasan Air Batu, Sukamoro dan Rantau Bayur untuk perikanan Budidaya air tawar serta kawasan Muara Sugihan untuk pengembangan perikanan tambak/payau. Kawasan-kawasan tersebut diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor perikanan, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha perikanan, industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain. Arahan pengembangan untuk kawasan minapolitan ini diantaranya : - Penyusunan masterplan minapolitan - Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan - Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas. - Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman. - Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai) 2. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Lingkungan. Merupakan kawasan strategis yang memberikan perlindungan alam, mempunyai ekosistem asli yang dikelola dengan sistem Zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang kebudayaan dan berpotensi untuk rekreasi / pariwisata. Sedangkan fungsinya adalah sebagai perbandingan sistem penyangga kehidupan pengawasan serta pemanfaatan secara lestari keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. KAWASAN STRATEGIS V-10

186 Kawasan Taman Nasional Sembilang Tamana Nasional Sembilang merupakan kawasan lahan basah yang sebagian besar terdiri dari hutan mangrove dengan hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut yang terletak di belakangnya. Hutan mangrove yang meluas hingga 35 km ke arah darat (hulu) di kawasan ini merupakan sebagian kawasan hutan mangrove terluas yang tersisa di sepanjang pantai timur pulau Sumatera. Kawasan ini merupakan habitat bagi sejumlah spesies penting/terancam serta lebih dari 32 spesies burung air. Dataran lumpur yang luas di kawasan ini merupakan habitat persinggahan bagi ribuan burung air migran terutama pada bulan Oktober hingga April. Hutan mangrove yang ada juga merupakan habitat yang subur bagi perikanan (ikan dan udang). Hal tersebut memperlihatkan pentingnya nilai ekologi kawasan pesisir di Kawasan Taman Nasional Sembilang. Masih terbatasnya aksesibilitas menuju kawasan Taman Nasional Sembilang, untuk kedepan diharapkan adanya pengembangan jaringan transportasi di kawasan ini khususnya jalur darat. Taman Nasional Sembilang yang juga ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi ini terletak di ujung utara Kabupaten Banyuasin tepatnya di Kecamatan Banyuasin II seluas Ha. Dalam kewenangan Kabupaten, arahan untuk pengembangan Kawasn Taman Nasional Sembilang diantaranya : - Pengembangan ekowisata - pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata - Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi. - Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Kawasan Taman Nasional Sembilang - Peningkatan promosi wisata Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan KAWASAN STRATEGIS V-11

187 Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan merupakan hutan hujan tropis atau hutan daratan seluas Ha yang ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.004/Kpts-II/1983, kawasan tersebut terletak di Kecamatan Muara Padang dan Kecamatan Rambutan. Kawasan ini merupakan habitat gajah Sumatera sebagai plasma nutfah yang memiliki ciri khas dan termasuk satwa langka yang dilindungi. arahan pengembangan kawasan strategis ini meliputi : - Reboisasi dan Pemantapan kawasan sebagai habitat Gajah - Revitalisasi infrastruktur pendukung pusat pelatihan gajah - meningkatkan peran serta pemerintah, pemberdayaan masyarakat sekitar dan investor. - Peningkatan sosialisasi dan promosi - Optimalisasi kawasan tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 3. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Sosial-Budaya Untuk Kabupaten Banyuasin, yang dikategorikan sebagai kawasan strategis aspek sosial budaya yaitu Kawasan Strategis perkampungan nelayan di Sungsang. Sungsang merupakan salah satu perkampungan nelayan terbesar yang terletak di daerah Muara Sungai Musi ibukota kecamatan Banyuasin II, kabupaten Banyuasin. Kawasan ini tempat bertemunya air tawar Sungai Musi dengan air laut Selat Bangka. Di dusun ini tinggal penduduk dengan keragaman suku yang demikian kontras dengan dominasi suku Melayu, Bugis dan Jawa. Pekerjaan utama masyarakat di dusun ini adalah nelayan, meski memiliki pekerjaan utama sebagai nelayan namun hampir sebagian besar penduduk di dusun sembilang juga memiliki huma, tempat bercocok tanam sebagai penopang hidup. Keberagaman suku menjadikan dusun ini kaya akan nilainilai budaya. Mulai dari tata cara penangkapan dan pengelolaan hasil perikanan, hingga pola bercocok tanam dan tanaman yang digemari terlihat sangat berbeda. Terdapat pola tradisional yang masih dilakukan, seperti KAWASAN STRATEGIS V-12

188 lelang lebak lebung yang merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk memperoleh wilayah areal tangkapan ikan dengan cara lelang. Kekhasan, keunikan serta keaslian kondisi di Kampung nelayan Sungsang dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis untuk tempat pelestarian dan pengembangan budaya skala kabupaten. Untuk kedepannya arahan pengembangan di Kawasan kampung nelayan Sungsang yaitu : - Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan. - Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan dan Lingkungan - Pengembangan sektor pariwisata. - Pengembangan sarana dan prasarana permukiman serta transportasi. - Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan. 4. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan strategis aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yaitu Kawasan Strategis pusat penelitian di bidang pertanian yang terletak di Kecamatan Sumbawa. Di Kawasan tersebut akan direncanakan sebagai kawasan Agrocenter yang didukung keberadaan Balai Penelitian. Kebijakan penetapan alokasi ruang ini mendukung pengembangan kawasan sebagai kawasan strategis kabupaten karena memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kabupaten. - Penyusunan rencana detail kawasan - Pengembangan pusat Balai penelitian pertanian - Pengembangan pusat balai penelitian ternak unggul. - Pengembangan pusat penelitian perkebunan - Pengembangan kawasan agrowisata perkebunan. - Peningkatan sekolah pertanian pembangunan menjadi bertaraf internasional - Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian Untuk lebih jelasnya penetapan kawasan strategis di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.1 berikut : KAWASAN STRATEGIS V-13

189 KAWASAN STRATEGIS Tabel 5.1 Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Kawasan Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Kawasan Arahan Pengembangan Strategis Kawasan Strategis Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi 1. Kawasan Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang : Kawasan Perkotaan Metropolitan Palembang Pengembangan kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang Kawasan Perdagangan Betung Kawasan Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai Kawasan Jakabaring, Sukajadi dan Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Rambutan (Kec. Rambutan) dan Mariana (Kec. - Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi - Revisi Masterplan KTM - Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan. - Penguatan kelembagaan dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan kawasan KTM - Penyusunan rencana Detail Kawasan - Pengembangan sarana dan prasarana transportasi. - Pengaturan ruang pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin - Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa - Penyususan RTBL Kawasan - Pengembangan Fasilitas Perkantoran - Pengembangan Fasilitas Permukiman perkotaan - Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi - Pengembangan sarana dan prasarana transportasi - Penyususnan RTBL Kawasan - Penataan Kasiba dan Lisiba - Rencana pengembangan perumahan - Rencana pengembangan fasilitas umum pendukung permukiman - Pengembangan utilitas - Pengembangan jaringan transportasi Kawasan Perkotaan Berbasis Komoditas Pertanian Kawasan Pusat Perdagangan Regional Pusat Pemerintahan Kabupaten Pusat Permukiman Perkotaan Kec. Muara Telang dan Tanjung Lago Kec. Betung Pangkalan Balai Sukajadi dan Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Rambutan (Kec. Rambutan) dan Mariana (Kec. Banyuasin I) V-14 perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan, penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan metropolitan Pengembangan pembangunan vertikal Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah

190 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Kawasan Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Kawasan Arahan Pengembangan Strategis Kawasan Strategis Banyuasin I) 2. Kawasan Strategis Pertanian - - Kawasan Agropolitan Kec. Muara Padang - - Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun) KAWASAN STRATEGIS - Penyusunan Masterplan - Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan - pengembangan wilayah sentra produksi - Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi - Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi - peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna - penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah dan swasta - Pengembangan lembaga pembiayaan - Penyusunan Masterplan - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional. - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian - Pengembangan jaringan pasar dan promosi Pusat Agropolitan Pertanian pangan dan perkebunan Pusat Industri berbasis perkebunan Muara Padang yang terdiri dari Kec. Banyuasin I, Kec. Air Kumbang, Kec. Muara Padang dan Kec. Rambutan V

191 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Kawasan Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Kawasan Arahan Pengembangan Strategis Kawasan Strategis Kawasan Pertanian Pasang Surut Kawasan Pertambangan Migas 4. Kawasan Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api KAWASAN STRATEGIS - Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi - Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui pengembangan Aplikasi teknik budidaya dan bibit unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim (teknologi) - Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian - Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi - Pengembangan lumbung padi - Pengembangan sistem Perlindungan hakhak petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani - Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti air bersih, pengolahan limbah - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses produksi - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Penataan kembali lahan bekas tambang - Pengembangan kawasan Industri Terpadu - Pengembangan Fasilitas umum sosialekonomi pendukung kawasan industri terpadu - Pengembangan Jaringan utilitas pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan permukiman - Pengembangan JaringanTransportasi Kegiatan pertanian pangan pasang surut Pusat produksi pertambangan Kawasan Ekonomi Khusus Kec. Tanjunglago Kec. Sumber Marga Telang, Kec. Muara Telang, dan Makarti Jaya Kawasan Kec. Pulau Rimau dan Kec. Tungkal Ilir Kec. Banyuasin II dan Kec. Sumber Marga Telang V-16 Kawasan Pelabuhan Tanjung Api-Api Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan industri Perlu dikendalikan agar tidak merambah kawasan hutan Mengembangkan pelabuhan internasional Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah disekitarnya Kerjasama dengan pihak swasta.

192 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Kawasan Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Kawasan Arahan Pengembangan Strategis Kawasan Strategis Kawasan Strategis Industri Pusat Industri Terpadu Kawasan Minapolitan 1. Kawasan Taman Nasional Sembilang KAWASAN STRATEGIS - Penyusuna Masterplan - Penyusunan Rencana Detail Kawasan; - Pengembangan jaringan transportasi - Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah, ketersediaan jalur hijau/rth - Pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi khususnya di kawasan Gasing - Penyusunan masterplan minapolitan - Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan - Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas. - Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman. - Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai) Pusat Kegiatan Perikanan Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Banyuasin I Sungsang Air Batu, Sukamoro, Rantau Bayur dan Muara Sugihan Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Lingkungan. Kawasan Kec. Banyuasin Konservasi II Strategis - Pengembangan ekowisata - pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata - Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi. - Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Kawasan Taman Nasional Sembilang V-17 Kawasan Minapolitan Mempertahankan tingkat produksi pangan dari sektor perikanan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan; Mempertahankan luasan lahan budidaya perikanan Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya Meningkatkan pendapatan nelayan/pembudidaya dengan program multiaktivitas minabisnis Mengembangkan kawasan minabisnis dari hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan Kawasan Taman Nasional Sembilang Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung lingkungan Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi konservasi kawasan

193 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Kawasan Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Kawasan Arahan Pengembangan Strategis Kawasan Strategis Peningkatan promosi wisata - Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi 2. Kawasan Suaka - Reboisasi dan Pemantapan kawasan Kawasan Kec. Muara - - Margasatwa sebagai habitat Gajah Pelestarian Padang dan Kec. Padang Sugihan - Revitalisasi infrastruktur pendukung gajah Sumatera Rambutan pusat pelatihan gajah - meningkatkan peran serta pemerintah, pemberdayaan masyarakat sekitar dan investor. - Peningkatan sosialisasi dan promosi - Optimalisasi kawasan tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 1. Kawasan Perkampungan Nelayan 1. Kawasan Agrocenter Sembawa KAWASAN STRATEGIS Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Sosial-Budaya - Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan. Pusat kegiatan Sungsang Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan sosial-budaya dan Lingkungan - Pengembangan sektor pariwisata. - Pengembangan sarana dan prasarana permukiman serta transportasi. - Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ilmu Pengetahuan danteknologi - Penyusunan rencana detail kawasan Pusat Kec. Sembawa Pengembangan pusat Balai penelitian Pendidikan dan pertanian Penelitian - Pengembangan pusat balai penelitian ternak berbasis unggul. pertanian - Pengembangan pusat penelitian perkebunan - Pengembangan kawasan agrowisata perkebunan. - Peningkatan sekolah pertanian pembangunan menjadi bertaraf internasional V-18

194 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Kawasan Strategis Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Kawasan Lokasi Kawasan Strategis Arahan Pengembangan Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian Sumber : Hasil Analisa,2011 KAWASAN STRATEGIS V-19

195 Gambar 5.1 Peta Kawasan Strategis KAWASAN STRATEGIS V-20

196 5.2 Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kawasan Pesisir Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut yang terdapat di dalam wilayah. Secara ekologis batasan kawasan pesisir kearah darat berupa kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang sedangkan secara administrative yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km dari garis pantai). Sedangkan untuk batasan kawasan pesisir ke arah laut secara Ekologis yaitu kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, seperti aliran air sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar dan secara Administratif dengan jarak 4 mil dari garis pantai sesuai dengan kewenangan Kabupaten. Kondisi kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin yang merupakan satu-satunya Kabupaten yang memiliki kawasan pesisir terbesar di Provinsi Sumatera Selatan dengan garis pantai sekitar 275 km dan luas wilayah laut 1.765,4 Km² memiliki batasan perencaan (delineasi) kawasan pesisir yang didasarkan pada Undang-Undang nomor 27 Tahun 2007 yaitu untuk Kewenangan kabupaten/kota ke arah laut ditetapkan sejauh sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi (sepertiga dari 12 mil) sedangkan ke arah daratan ditetapkan sesuai dengan batas administrasi kecamatan. Dari batasan tersebut kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan Tungkal Ilir. Delineasi kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Gambar 5.2 Peta Kawasan Pesisir. Secara umum pemanfaatan ruang di kawasan pesisir tersebutmeliputi pemanfaatan umum, kawasan konservasi dan alur laut. Pemanfaatan umum Merupakan Kawasan pesisir yang dijadikan kawasan pemukiman, perdagangan dan infrastruktur/prasarana public. Pemanfaatan umum kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin meliputi : a. Kawasan Pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api/ Tanjung Carat, Pelabuhan Pengumpan, Pelabuhan Khusus dan Pelabuhan Tengkorak b. Kawasan Perikanan Tangkap, merupakan kawasan yang terdapat di seluruh perairan Kabupaten Banyuasin yang diarahkan untuk mengendalikan dan membatasi metode KAWASAN STRATEGIS V-21

197 dan penggunaan alat tangkap dalam rangka pengendalian pemanfaatan potensi perikanan tangkap, menerapkan alat tangkap sesuai jalur penangkapan SK Mentan,dan untuk mendorong pemanfaatan potensi perikanan di Laut Selatan melalui peningkatan teknologi dan kemampuan armada perikanan. c. Kawasan pariwisata, meliputi kawasan Taman Nasional dan Taman Nasional Laut Sembilang d. Kawasan industry, merupakan kawasan industry Tanjung Api-Api/Tanjung Carat yang direncanakan untuk dikembangkan di kecamatan Banyuasin II, kawasan ini berada di kawasan reklamasi pantai seluas 3.931,346 Ha e. Kawasan permukiman yang terpusat di permukiman kampung nelayan Sungsang, Kecamatan Banyuasin II serta permukiman lain yang tumbuh akibat adanya perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industry, dan infrastruktur. f. Kawasan pertanian, yang meliputi pertanian pangan lahan pasang surut yang tersebar di seluruh kecamatan pesisir. g. Kawasan hutan lindung dan hutan produksi. Kawasan Konservasi Kawasan konservasi pesisir Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan sepanjang pantai yang memiliki manfaat penting dalam mempertahankan kelestarian fungsi kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin, dimana prinsip pemanfaatan lahan pada kawasan ini merupakan tindakan pelestarian, rehabilitasi, dan tidak boleh mengganggu fungsi lindung. Pada kawasan ini memiliki hutan bakau yang berfungsi untuk melindungi berbagai jenis biota laut di pesisir Kabupaten Banyuasin yang dilindungi. kawasan konservasi yang diarahkan untuk perindungan ekosistem mangrove dan fishing ground ada di sepanjang Taman Nasional Sembilang yaitu kawasan perlindungan bagi pengelolaan sumberdaya kawasan lindung yang dikelola untuk keberlanjutan pemanfaatan ekosistem laut. Alur Laut Merupakan wilayah Perairan di Kabupaten Banyuasin yang dialokasikan untuk alur pelayaran baik lokal maupun alur pelayaran regional. KAWASAN STRATEGIS V-22

198 5.2.2 Pulau-Pulau Kecil Pulau-pulau kecil sebagai bagian dari sistem sumberdaya pesisir pada umumnya memiliki potensi sumberdaya alam daratan (terestrial) yang sangat terbatas, tetapi sebaliknya memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup besar, dimana potesi perikanan di pulau-pulau kecil didukung oleh adanya ekosistem laut yang perlu dilestarikan. Pulau-Pulau kecil yaitu pulau-pulau di wilayah Kabupaten Banyuasin dengan luas lebih kecil atau sama dengan km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Kabupaten Banyuasn berdasarkan data terakhir Tahun 2010 memiliki sekitar 22 Pulau dimana 17 pulau terletak di kawasan pesisir dan 5 pulau lainnya terlatak di perairan sungai. Berikut ini daftar Pulau-Pulau di Kabupaten Banyuasin : Tabel 5.2 Pulau-Pulau Kecil Di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 NAMA PULAU KOORDINAT KECAMATAN KETERANGAN Pulau yang terletak di Kawasan Pesisir Alanggantang LS BT Banyuasin II Taman Nasional Sembilang Alangtikus LS BT Banyuasin II Tidak berpenghuni Gandul LS BT Makarti Jaya Tidak berpenghuni Betet LS BT Banyuasin II Taman Nasional Sembilang Burung LS BT Makarti Jaya Tidak berpenghuni dan Daerah konservasi Burung Keramat LS BT Banyuasin II dan Makarti Berpenduduk Melayu Jaya Payung LS BT Banyuasin II Tdk berpenghuni Hutan Lindung Singgris LS BT Banyuasin II Berpenduduk Melayu Deltaupang LS BT Banyuasin II dan Makarti Jaya Ada Perubahan nama sejak thn 69 (Transmigran) Selatcemara LS BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk Deltasersalek LS BT Muara sugihan, Banyuasin Berpenduduk I, Makarti Jaya, Air Salek dan Muara Padang Deltasersugihan LS BT Muara Sugihan dan muara Padang Berpenduduk terdiri dari 39 Desa Lopak besak LS BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk Lopak kecik LS BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk Deltatelang LS BT Muara Telang, Makarti Jaya, Tanjung Lago & Banyuasin II Berpenduduk terdiri dari 27 desa Pulau-Pulau yang terlatak di Perairan Sungai Ketiu LS BT Talang Kelapa Luas ± 2000 Ha, areal perkebunan Transpacifik Agro Borang LS BT Banyuasin I Berpenduduk I Desa Pulau Borang KAWASAN STRATEGIS V-23

199 NAMA PULAU KOORDINAT KECAMATAN KETERANGAN Salahmano LS BT Banyuasin I Berpenduduk sekitar 50 KK Perubahan nama sekitar thn 1970-an Brendam LS BT Pualu Rimau Tidak Berpenduduk, lahan pertanian Kalong LS BT Tungkal ilir Tidak Berpenduduk, lahan pertanian Sumber : Tata Pemerintahan Kabupaten Banyuasin 2011 Secara umum, rencana pengembangan untuk kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Banyuasin, adalah sebagai berikut : Reklamasi Pantai ±4000 Ha Penyusunan RDTR Kawasan Reklamasi Pantai Penyusunan Rencana strategis Kawasan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Penyusunan rencana Zonasi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Rencana Pengembangan transportasi Peningkatan dan penyuluhan keterampilan masyarakat pesisir Pengaturan dalam pengambilan atau pemompaan air tanah untuk menjaga keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan sedimentasi Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena dampak dari kegiatan industri harus memiliki rencana-rencana penanggulangannya Perlindungan terhadap kawasan konservasi Restorasi hutan pesisir Ketentuan pengelolaan dan pengaturan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil secara teknis akan diatur berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. KAWASAN STRATEGIS V-24

200 KAWASAN STRATEGIS Gambar 5.2 Peta Kawasan Pesisir V-25

201 KAWASAN STRATEGIS Gambar 5.3 Peta Pulau-Pulau Kecil V-26

202 Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun). Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi: a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan wilayah kabupaten; b. sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan); c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; dan d. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi. Dari berbagai strategi dan kebijaksanaan spasial yang berupa rencana tata ruang, disusun indikasi program pembangunan sehingga rencana tata ruang dapat ditindaklanjuti dengan program-program pembangunan melalui prosedur formal perencanaan pembangunan yang ada dan akhirnya diterjemahkan dalam proyekproyek pelaksanaan pembangunan. Indikasi program utama yang memuat usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Indikasi program utama merupakan acuan utama dalam penyusunan program pemanfaatan ruang yang merupakan kunci dalam pencapaian tujuan penataan ruang serta acuan sektor dalam menyusun rencana strategis. Indikasi program utama lima tahunan disusun untuk jangka waktu rencana 20 tahun. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-1

203 Pemanfaatan ruang adalah pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, yang didasarkan atas rencana tata ruang. Dalam hal ini pemanfaatan ruang dilakukan melalui : Rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu ruang yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang. Pembiayaan program pemanfaatan ruang melalui mobilisasi, prioritas, dan alokasi pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan. Pemanfaatan ruang dilakukan secara bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Arahan pemanfaatan ruang kabupaten khususnya di Kabupaten Banyuasin adalah: 1. Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten; 2. Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten; 3. Perwujudan kawasan strategis kabupaten. 6.1 Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Rencana struktur ruang yang dibentuk ini mempunyai fungsi sebagai berikut : Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada. Perwujudan rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Banyuasin mencakup: 1. Perwujudan rencana sistem pusat kegiatan/pelayanan; yang terdiri dari pusat kegiatan wilayah (PKW), pusat kegiatan lokal (PKL), pusat kegiatan lokal promosi (PKLp), pusat pelayanan kawasan (PPK) dan pusat pelayanan lingkungan (PPL); 2. Perwujudan rencana sistem prasarana jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan darat, sistem jaringan perkeretaapian dan transportasi sungai, dan laut; ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-2

204 3. Perwujudan rencana sistem prasarana jaringan energi; 4. Perwujudan rencana sistem prasarana jaringan telekomunikasi; 5. Perwujudan rencana sistem prasarana jaringan sumber daya air meliputi, jaringan air baku, jaringan irigasi, pengendalian banjir dan pengamanan pantai; 6. Perwujudan rencana sistem prasarana lingkungan meliputi sistem jaringan air limbah, sistem jaringan drainase, dan sistem persampahan; Perwujudan Rencana Sistem Pusat Kegiatan/Pelayanan Program perwujudan sistem perkotaan di wilayah kabupaten, meliputi pemenuhan kebutuhan sarana untuk masing-masing pusat kegiatan mulai dari PKWp, PKL, PPK, hingga PPL di wilayah kabupaten Banyuasin; Perwujudan PKWp Sungsang dilakukan melalui : - Penyusunan RDTRK Sungsang - Pembangunan Perkantoran - Pembangunan jalan lingkungan - Peningkatan sarana dan prasarana Pasar - Pembangunan Sekolah dan Perguruan Tinggi - Pembangunan Rumah Sakit - Peningkatan sarana peribadatan - Pembangunan Gedung/Balai Pelatihan - Pembangunan Lumbung Padi - Pembangunan Terminal tipe A - Pengembangan perumahan rakyat - Peningkatan Pengelolaan sampah dan penyediaan TPST - Peningkatan pelayanan energi kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM - Pengembangan IPAL Perwujudan PKL Pangkalan Balai dilakukan melalui : - Penyusunan Revisi RDTRK Kawasan Perkotaan Pangkalan Balai - Pembangunan Pasar - Peningkatan pelayanan rumah sakit - Peningkatan pelayanan Sarana ibadah ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-3

205 - Pengembangan sekolah dan pembangunan perguruan tinggi - Pengembangan perumahan rakyat - Pembangunan gedung olahraga dan kesenian - Pembangunan terminal tipe B - Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah dan penyediaan TPS - Peningkatan pelayanan energi kelistrikan - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM - Peningkatan pelayanan telekomunikasi Perwujudan PPK Betung dilakukan melalui : - Peningkatan pusat kawasan Perdagangan dan jasa - Pembangunan rumah sakit - Pengembangan perumahan rakyat - Peningkatan pelayanan Terminal Tipe B - Peningkatan pelayanan sarana ibadah - Peningkatan pelayanan sarana pendidikan - Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah dan penyediaan TPS - Peningkatan pelayanan energi kelistrikan dan pembangunan SUTT - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM - Peningkatan pelayanan telekomunikasi Perwujudan PPK Mariana dilakukan melalui : - Pembangunan kawasan industri - Pengembangan perumahan perkotaan - Peningkatan pelayanan moda angkutan sungai - Pembangunan TPA - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Pengembangan IPAL - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPK Sukajadi dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan - Peningkatan pelayanan fasilitas peternakan unggas - Peningkatan pelayanan fasilitas budidaya air tawar ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-4

206 - Peningkatan pelayanan sarana ibadah - Peningkatan pelayanan sarana pendidikan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPK Telang Jaya dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM - Peningkatan jaringan listrik dan pembangunan SUTT Perwujudan PPK Rambutan dilakukan melalui : - Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan - Pengembangan fasilitas peternakan unggas - Pengembangan fasilitas budidaya air tawar - Pembangunan Terminal Tipe C - Pembangunan TPA Induk - Pembangunan Tanggul Pengendali Banjir - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPK Makarti Jaya dilakukan melalui : - Pembangunan Pelabuhan Pengumpan - Peningkatan pelayanan Jaringan Listrik - Pengembangan Permukiman Perdesaan - Pengembangan fasilitas Kesehatan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Tebing Abang dilakukan melalui : - Peningkatan Pelabuhan Khusus menjadi Pelabuhan Pengumpan - Pembangunan Peabuhan Khusus - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-5

207 - Pengembangan fasilitas perikanan air tawar - Pengembangan fasilitas perkebunan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Tanjung Lago dilakukan melalui : - Pengembangan Permukiman perdesaan - Peningkatan Terminal Khusus - Peningkatan Dermaga - Pengembangan Angkutan Moda - Peningkatan Pelabuhan Khusus menjadi Pengumpan - Peningkatan pelayanan kelistrikan dan Pembangunan SUTT - Peningkatan Layanan TPA - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Teluk Betung dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan - Pembangunan Terminal Tipe C - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Sumber Makmur dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Tirto Harjo dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-6

208 - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Salek Mukti dilakukan melalui : - Pengembangan Moda Sungai - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Sidomulyo dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Suak Tapeh dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Sembawa dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM - Pengembangan pusat pendidikan Perwujudan PPL Sumber Marga Telang dilakukan melalui : Pengembangan Permukiman perdesaan Peningkatan Terminal Khusus Peningkatan pelayanan telekomunikasi Pengembangan fasilitas perkebunan Pengembangan fasilitas pertanian ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-7

209 Pengembangan infrastruktur pendukung industri Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Perwujudan PPL Air Kumbang dilakukan melalui : - Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa - Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan - Peningkatan pelayanan kelistrikan - Peningkatan pelayanan telekomunikasi - Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM - Pengembangan fasilitas perkebunan Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Sesuai dengan rencana struktur ruang wilayah rencana pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Banyuasin dimaksudkan untuk meningkatkan keterkaitan kebutuhan dan peningkatan transportasi antar wilayah dan antar kawasan permukiman yang dikembangkan dalam ruang wilayah Kabupaten, serta keterkaitannya dengan sistem jaringan transportasi di wilayah sekitarnya yang saling terintegrasi antara transportasi darat dan air. Selain itu, pengembangannya juga untuk mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antar pusat permukiman dengan sektor kegiatan ekonomi daerah. Berdasarkan hal tersebut maka perwujudan pengembangan sistem prasarana transportasi di Kabupaten Banyuasin dilakukan melalui beberapa program yakni: 1. Program Sistem Jaringan Transportasi Darat; 2. Program Sistem Jaringan Kereta Api; dan 3. Program Sistem Jaringan Transportasi Laut. Perwujudan sistem jaringan prasarana kabupaten, yang mencakup pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional di wilayah kabupaten adalah sebagai berikut : 1. Perwujudan sistem prasarana jaringan transportasi darat di wilayah kabupaten, yang meliputi : Perwujudan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan yang terdiri dari jaringan jalan, jembatan, jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan dan pengembangan pelayanan transportasi darat. a. Jaringan Jalan - Dukungan Perwujudan Jalan Arteri Primer (Jalan Nasional): ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-8

210 Sei Lilin Betung Betung Bts. Kota Palembang - Dukungan Perwujudan Jalan Kolektor Primer 1 ruas Simpang Betung Sekayu - Lubuk Linggau; Kab. OKI Kec. Muara Padang Kec. Air Salek Kec. Muara Telang Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Banyuasin II. - Dukungan Perwujudan Jalan Kolektor Primer (Jalan Provinsi) : Ruas Palembang-Rambutan-Kayu Agung Ruas Palembang-Rambuan-Tulung Selapan Ruas Pangkalan Balai-Rantau Bayur-Kab. Muara Enim - Dukungan Perwujudan Jalan Kolektor Primer 4 meliputi ruas Pangkalanbalai Sekayu - Dukungan perwujudan jalan lokal primer (jalan Kabupaten), meliputi : peningkatan ruas jalan Pangkalan Balai - Pulau Rimau-Tungkal Ilir; peningkatan ruas jalan Palembang - Banyuasinsatu Air Kumbang - Muara Padang - Muara Sugihan - Kabupaten OKI; peningkatan ruas jalan Kab. Muba - Kec. Tungkal Ilir; peningkatan ruas jalan Kab. Muara Enim - Kec. Rantau Bayur - Kec. Betung - Kec. Banyuasintiga - Kec. Sembawa - Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung Lago; Pembangunan ruas jalan Tanjung Lago Muara Telang; dan Pembangunan ruas jalan Makarti Jaya Air Saleh Banyuasinsatu - Pembangunan jaringan jalan bebas hambatan : ruas Palembang Tanjung Api-Api/Tanjung Carat jalan Lingkar Luar Timur ruas Rambutan Banyuasin I Talang Kelapa; dan jalan Lingkar Luar Barat ruas Kecamatan Rambutan Kecamatan Sembawa. - Jalan Raya Khusus untuk Batu Bara : Ruas Kab. Muara Enim Kec. Rantau Bayur Kec. Suak Tapeh Kec. Banyuasin III Kec. Sembawa Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung Lago Kec. Banyuasin II ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-9

211 b. Dukungan Peningkatan dan pembangunan Jembatan : peningkatan jembatan ruas Kecamatan Banyuasin I - Kecamatan Muara Sugihan; peningkatan jembatan Terusan Sebalik; peningkatan jembatan Gasing; peningkatan jembatan Pulau Rimau; peningkatan jembatan Tungkal Ilir; peningkatan jembatan Rambutan; pembangunan jembatan Teluk Tenggulang; pembangunan jembatan Muara Telang; pembangunan jembatan Banyuasin I; pembangunan jembatan Rantau Bayur; pembangunan jembatan sedang-banyuasin III; dan pembangunan jembatan Muara Sugihan. c. Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan (LLAJ), berupa terminal, yaitu : - rencana pengembangan terminal penumpang, terdiri atas : peningkatan terminal tipe A yang terletak di Kecamatan Betung; peningkatan terminal tipe C terletak di Sungsang dan Kecamatan Suak Tapeh pembangunan terminal tipe A yang terletak di Tangjung Api-Api; pembangunan terminal tipe B yang terletak di Pangkalan Balai dan Sebalik; dan pembangunan terminal tipe C yang terletak di Kecamatan Rambutan, Teluk Betung, Talang Keramat dan Cintamanis. Pembangunan terminal multimoda di sebalik. - rencana pengembangan terminal barang terdiri atas : Terminal Batubara yang terletak di Kecamatan Tanjunglago sebanyak 4 (empat) unit dan satu unit di Kecamatan Muara Telang; terminal CPO terletak di Kecamatan Banyuasin I; terminal Aspal terletak di Kecamatan Banyuasin I; dan terminal Galangan Kapal terletak di Kecamatan Banyuasin I dan Tanjung Api-Api ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-10

212 d. Rencana pengembangan pelayanan transportasi darat berupa peningkatan rute trayek angkutan umum antar perdesaan, antar kota dalam kabupaten dan antar kabupaten. Pengembangan jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan, meliputi : a. Pengembangan dermaga sungai b. Pengembangan moda angkutan sungai c. Pengembangan alur pelayaran sungai 2. Pengembangan prasarana dan jaringan jalur Kereta api di wilayah kabupaten, yang meliputi : Rencana rel untuk Rute Tanjung Enim-TAA Via stasiun Simpang dan Gasing Rencana pembangunan rel ganda (double track) untuk rute Palembang-Betung- Batas Jambi. Pembangunan Rel Via Stasiun Simpang-Banyuasin I Pembangunan jalur kereta api khusus, meliputi jalur kereta api batu bara lintas Tanjung Enim - Tanjung Api-Api/Tanjung Carat. 3. Perwujudan sistem prasarana Transportasi Laut di wilayah kabupaten, yang meliputi : 1. Pengembangan tatanan kepelabuhanan, meliputi : a. pelabuhan utama Tanjung Carat di Kecamatan Banyuasi II; b. pelabuhan pengumpul di Tanjung Api-Api c. pelabuhan pengumpan terletak di Desa Tenggulang; Sungai Tungkal; Penuguan; dan Lebung. d. pembangunan terminal khusus terletak di : Teluk Tenggulang Kecamatan Pulau Rimau; Prajin di Kecamatan Banyuasin I; Sritiga, Teluk Payo, Tebing Abang, Kemang Bejalu, Lebung di Kecamatan Rantau Bayur; Pulau Tengkorak Kecamatan Muara Sugihan; Penuguan Kecamatan Pulau Rimau; 2. Rencana pengembangan alur pelayaran ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-11

213 6.1.3 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi Sesuai dengan rencana struktur ruang Kabupaten Banyuasin, rencana pengembangan energi kelistrikan di Kabupaten Banyuasin selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan juga ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat menunjang kegiatan sosial dan pertumbuhan ekonomi wilayah. Berikut ini rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan di Kabupaten Banyuasin, dilakukan melalui: 1. Perwujudan dan sistem jaringan prasarana kelistrikan; a. Meningkatkan pasokan listrik yang bersumber dari PLN Cabang Palembang. b. Peningkatan kapasitas dengan pengembangan gardu listrik di Kecamatan Talang Kelapa, Kec. Banyuasin I, Kec. Betung, dan Kec. Banyuasin II serta pengembangan gardu induk di Kecamatan Betung, Talang Kelapa dan Tanjung Api-Api. c. Peningkatan Pelayanan dan Pengembangan jaringan SUTT : SUTT terletak di Kecamatan Rantau Bayur, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Rantau Bayur Kec. Betung Kec. Pulau Rimau Kec. Banyuasin II. SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Betung Kec. Banyuasin III Kec. Pulau rimau Kec. Sembawa Kec. Talang Kelapa d. Rencana pembangunan jaringan SUTT : SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Betung Kec. Tungkal Ilir Kec. Pulau Rimau Kec. Tanjung Lago Kec. Muara Telang Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Makarti Jaya Kec. Banyuasin I Kec. Air Kumbang SUTT terletak di Kecamatan Talang Kelapa, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Talang Kelapa Kec. Tanjung Lago Kec. Muara Telang Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Banyuasin II. e. Mengembangkan prasarana pembangkit baru dengan alternatif sumber energi meliputi: Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Kecamatan Pulau Rimau. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-12

214 Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) di Kecamatan Banyuasin I Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kawasan Tanjung Api-Api dan Kecamatan Rantau Bayur Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batu Bara (PLTGB) di Gasing Kecamatan Talang Kelapa 2. Perwujudan dan sistem jaringan prasarana energi Migas; Pengembangan jaringan gas trans nasional melalui Betung Pagar Dewa; Pengembangan jaringan migas trans regional melalui Sunagai Lilin PUSRI PERTAMINA sungai gerong (merah mata) plaju jakabaring - prabumulih Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi Sesuai dengan rencana struktur ruang Kabupaten Banyuasin, pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana telekomunikasi di Kabupaten Banyuasin Selain menggunakan kabel, sistem telekomunikasi saat ini juga bertumpu pada penggunaan telepon seluler, dalam hal ini penyediaan tower BTS (Base Transcelver Station) sangat penting menjangkau kepelosok perdesaan sebagai prasarana pendukung. Selain itu juga terdapat pengembangan telekomunikasi nirkabel yang sudah mulai berkembang serta Pengembangan jaringan internet ke seluruh perkantoran dan lembaga pelayanan publik lainnya. Dalam rangka mewujudkan pengembangan sistem prasarana telekomunikasi di Kabupaten Banyuasin, dilakukan berbagai program yakni: 1. pengembangan jaringan komunikasi seluler, dengan pembangunan Tower BTS Terpadu, pengembangan jaringan internet dan pengembangan jaringan fishland yang mencakup keseluruhan wilayah Kab. Banyuasin terutama pada wilayah pusat kegiatan (PKWp, PKL, PPK dan PPL). 2. Pengembangan jaringan satelit di wilayah perairan dan kawasan tertinggal 3. Peningkatan jaringan telekomunikasi mendukung peruntukan industri di Kawasan Gasing, Marianan dan Tanjung Api-Api Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air Sesuai dengan rencana struktur ruang Kabupaten Banyuasin, pembangunan dan pengembangan sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Banyuasin meliputi sistem jaringan air baku, sistem pengendalian banjir dan sistem pengamanan pantai. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-13

215 Dengan demikian program-program yang perlu dilakukan harus mengacu pada rencana struktur ruang dimaksud yakni: Rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air 1. Pengembangan sistem wilayah sungai : Pengembangan konservasi sumberdaya air melalui perlindungan dan pelestarian SDA, pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran Pendayagunaan sumber daya air melalui penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumberdaya air. Penanggulangan daya rusak air melalui pencegahan daya rusak air dan pemulihan daya rusak air. Pengembangan informasi dan pengelolaan sistem informasi Pelibatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Air 2. Perwujudan Sistem jaringan rekamasi rawa Pementapan dan perlindungan daerah reklamasi rawa untuk mendukung kawasan sentra produksi pertanian pemeliharaan saluran secara rutin, berkala dan darurat; mengatur kembali sistem jaringan irigasi yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas; normalisasi dan rehabilitasi saluran irigasi/draenase lahan pertanian pasang surut dan anak-anak sungai yang digunakan untuk irigasi; dan pengembangan kanal-kanal sebagai sistem jaringan irigasi primer (utama) sesuai dengan topografinya. 3. Perwujudan rencana pengembangan air baku : pembangunan sumber dan distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan air terutama untuk kawasan industri, perdagangan, jasa, fasilitas umum dan permukiman perkotaan; peningkatan pelayanan air bersih melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan lingkup pelayanan Pangkalan Balai, Sembawa, Betung, Air Batu, Sungai Pinang, Srimulyo dan Mariana di setiap ibukota; dan pengembangan sumber air baku melalui sumur air baku eksisting dari Sungai Musi, sumur gali dan mata air. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-14

216 Perwujudan Rencana Sistem Prasarana Lingkungan Sistem prasarana dan sarana lingkungan di Kabupaten Banyuasin meliputi sistem jaringan air limbah,sistem jaringan drainase, serta sistem persampahan. Untuk sistemjaringan air limbah meliputi saluran pembuangan air limbah rumah tangga (domestik) dan air limbah industri (pabrik). Untuk sistem jaringan drainase berupa saluran drainase. Perwujudan sistem jaringan prasarana lingkungan : Perwujudan sistem pengelolaan air limbah : (1) sistem on-site dengan pengembangan septik tank individual; (2) pengembangan sistem terpadu kawasan perkotaan; (3) sistem off-site dapat direncanakan untuk pusat perkantoran, pasar, kawasan industri dan terminal dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi; dan (4) Pengembangan prasarana pengolahan limbah industri melalui pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kawasan Gasing, Mariana dan Tanjung Api-api/Tanjung Carat. Perwujudan sistem pemprosesan sampah : 1. Rencana pembangunan TPS dengan kapasitas 2 m3 sampai dengan tahun 2013 sebanyak 100 buah dan dengan kapasitas 5 m3 sebanyak 12 tersebar di setiap kecamatan. 2. Rencana pengembangan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) yang di bagi dalam 3 zona pelayanan, yaitu : Zona 1 : Untuk Kecamatan Betung, Banyuasin III yang sudah terlayani dan peningkatan pelayanan ke Kecamatan Rantau Bayur, Sembawa, Suak Tapeh dan Mariana. Pembangunan TPA induk dengan sanitasi landfill di desa Telangu Kec. Banyuasin III seluas 15 Ha. Zona 2 : untuk Kecamatan Talang Kelapa, Sembawa yang sudah terlayani dan peningkatan pelayanan ke Kec.Tanjung Lago, Banyuasin II dan sebagian wilayah perbatasan Palembang. Pembangunan TPA regional dengan sistem sanitasi landfill di Desa Sukarela Kecamatan Rantau Bayur seluas 15 Ha Zona 3 : Peningkatan pelayanan meliputi Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Rambutan dan sekitarnya. Pembangunan TPA induk di Mariana seluas 10 Ha. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-15

217 3. rencana pengelolaan sampah melalui model sanitary landfill dan dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). 4. Perwujudan sistem Drainase di kawasan perkotaan : Pengembangan sistem jaringan terbuka Pengembangan sistem jaringan tertutup Perwujudan Rencana Sistem Prasarana Lainnya Sistem pengendalian banjir, melalui : 1. Tindakan infiltrasi untuk memulihkan tangkapan alami hidrologis melalui parit, vegetasi di permukaan, kebun dan trotoar berpori; 2. pengisian air pada sumber air dengan sumur resapan dan jebakan air; 3. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air; 4. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu; 5. pengaturan daerah sempadan sumber air; dan 6. rehabilitasi hutan dan lahan Rencana sistem pengendalian pantai, melalui : 1. restorasi mangrove dan hutan pesisir, proteksi akomodasi untuk permukiman dan perikanan tambak 2. pengelolaan zona pesisir terpadu (ICZM) Rencana sistem pengendalian erosi dan longsor, melalui : 1. Regulasi penyediaan air untuk aktivitas perkebunan 2. Peningkatan pelayanan PDAM 3. Pemanfaatan air tanah dengan mengembangkan lubang bor 4. Peningkatan infrastruktur irigasi 5. Keberlanjutan konservasi lahan, hutan konservasi dan reboisasi untuk pemeliharaan kuantitas dan kualitas penyediaan air Rencana pengembangan ruang dan jalur evakuasi : 1. pemanfaatan ruang terbuka hijau dan sarana fasilitas sosial dan umum sebagai salah satu kawasan evakuasi; dan 2. mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem kota/wilayah secara umum. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-16

218 6.2 Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Perwujudan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Banyuasin, mencakup Perwujudan rencana kawasan lindung meliputi; kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan rawan bencana alam. Sedangkan perwujudan rencana kawasan budidaya meliputi; kawasan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian yang meliputi kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan hortikultura, kawasan peternakan, dan kawasan perkebunan, selanjutnya kawasan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan pesisir serta pulau-pulau kecil Program Perwujudan Kawasan Lindung Kawasan lindung yang terdiri dari empat pengelompokan kawasan yang masing-masing memiliki fungsi dan kegunaan agar dalam memanfaatkannya dapat menjadi acuan sebagai keseimbangan ruang dan lingkungan. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya. 1. Kawasan Hutan Lindung, arahan pengelolaan kawasan hutan lindung yang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin mencakup : Perlindungan dan penetapan kawasan hutan lindung seluas ,25 Ha yang tersebar di Kecamatan Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara Telang dan Tanjung Lago Kawasan Hutan lindung yang sebagian berubah fungsi dikembalikan ke fungsi awal yaitu sebagai hutan lindung. Melakukan Kegiatan Rehabilitasi, Redeliniasi, reboisasi pada lahan-lahan kritis melalui kerjasama dengan berbagai lembaga peduli hutan, lintas instansi pemerintah dan masyarakat setempat. Penguatan manajemen kawasan dan pemantapan blok lindung pada kawasan Hutan Lindung untuk mendukung kawasan konservasi di atasnnya. Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging dengan penanganan (represif, persuasif, dan preventif) secara kontinu. 2. Kawasan Resapan Air, arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan resapan air adalah : ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-17

219 Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi tegakan yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan pendekatan partisipasi masyarakat lokal yang didukung oleh pemerintah dan lembaga peduli lingkungan lainnya. 3. Kawasan Bergambut Penetapan dan perilindungan kawasan gambut khususnya untuk kawasan gambut yang ketebalannya lebih dari 3 meter sebagai fungsi lindung penguatan peraturan perundang-undangan dan pengawasan penggunaan dan pengelolaan lahan gambut, menanggulangi kebakaran hutan dan lahan gambut penanaman kembali dengan tanaman penambat karbon tinggi (tanaman pohonpohonan) memanfaatkan lahan semak belukar yang terlantar, dan pemberian insentif dalam konservasi gambut. Kawasan Perlindungan Setempat, malalui : 1. Sempadan pantai, arahan pengembangan kawasan sempadan pantai adalah sebagai berikut : Penetapan Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 275 Km Pelestarian hutan mangroove serta pengembangan sabuk hijau mangrove maupun sabuk hijau vegetasi pantai Penetapan Kawasan pantai berhutan bakau yang ditetapkan minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat yang merupakan habitat hutan bakau. 2. Sempadan Sungai, arahan pemanfaatan kawasan sempadan sungai, adalah : Penetapan Sempadan sungai selebar meter untuk setiap sungai di tiap Kecamatan dengan total luas ,91 Ha. Perlindungan dan Pengembangan jalur hijau disepanjang sempadan sungai. 3. Kawasan Sekitar Mata Air, arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan sekitar mata air adalah sebagai berikut ; ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-18

220 Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum berjarijari 200 meter dari sumber mata air tersebut jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman. Dengan demikian di sekitar kawasan sumber air dapat ditanami dengan jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; Pembuatan sistem saluran khusus bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi; Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air. 4. Kawasan sempadan Daerah Reklamasi Rawa, arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan sempadan daerah reklamasi rawa adalah sebagai berikut: Pemantapan sempadan kawasan rekamasi rawa sesuai dengan peraturan perundangan yang beraku, dimana Lebar lahan yang dibatasi garis sempadan pada janingan reklamasi rawa yang sudah dibangun dan dimanfaatkan masyarakat sebelum ditetapkannya peraturan tersebut diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. Perlindungan dan Pengembangan jalur hijau disepanjang sempadan kawasan rekamasi rawa. Program Kawasan Suaka Alam, melalui : 1. Kawasan Suaka Margasatwa perlindungan kawasan suaka margasatwa Padang Sugiahan seluas Ha di Kecamatan Muara Padang dan Kecamatan Rambutan dan Bentayan seluas Ha di Kecamatan Tungkal Ilir. perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam di kawasan suaka alam dan kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya untuk kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-19

221 2. Kawasan Taman Nasional Sembilang, Arahan pengembangan kawasan Taman Nasional, antara lain: Perlindungan dengan tetap mempertahankan kawasan Taman Nasional Sembilang seluas ,44 Ha yang terletak di Kecamatan Banyuasin II. Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau dilakukan melalui penanaman tanaman bakau dan nipah di pantai. perlindungan mangrove, keanekaragaman biota dan tipe ekosistem untuk kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya Pengembangan pariwisata berupa ekowisata mangrove yang disertai dengan pengembangan balai penelitian dan budidaya mangrove. Program Kawasan Rawan Bencana Alam 1. Normalisasi pada aliran sungai-sungai kecil dan kanal perlu dilakukan secara terprogram; 2. Pembuatan saluran-saluran pengaliran (drainase) yang mampu mengontrol aliran permukaan 3. Revitalisasi kawasan tangkapan air (catchment areas); 4. Konservasi ekologi kawasan rawa. 5. Pembangunan tanggul penahan air 6. Pemberdayaan peran serta masyarakat disekitar wiayah DAS di Kabupaten Banyuasin 7. rencana pola ruang melalui penetapan kawasan bergambut menjadi kawasan lindung. Hal ini juga terkait dengan perlindungan terhadap kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, yakni kawasan bergambut dan resapan air. 8. Melalui Pola penyiapan lahan pertanian khususnya di Kecamatan Tungkal Ilir, Muara Telang, Muara Sugihan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-20

222 6.2.2 Program Perwujudan Kawasan Budidaya Rencana pengembangan pola ruang untuk kawasan budidaya di Kabupaten Banyuasin pada dasarnya di arahkan dalam rangka optimasi pemanfataan sumber daya dan ruang untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Adapun program yang akan dilakukan untuk pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut : Kawasan Hutan Produksi a. Penetapan dan perlindungan kawasan hutan produksi tetap seluas ,8 Ha di Kecamatan Banyuasin II, Muara Sugihan dan Tungkal Ilir. b. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebang, dan tidak dapat dialihfungsikan ke budidaya lainnya kecuali untuk tanaman dengan tegakan yang dapat memberikan fungsi perlindungan. c. Pengembangan kawasan penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan hutan lindung. d. Melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya. e. Pembangunan dan pengembangan industri yang berbasis hutan tanaman industry Kawasan produksi yang dikonversi : a. Apabila dilakukan penebangan, digunakan pola tebang pilih agar hutan yang ada dapat dikelola secara selektif, sehingga keutuhan hutannya sejauh mungkin terpelihara. Kond`isi tersebut dilakukan untuk menghindari adanya bencana alam longsor, b. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya Pengembangan kawasan Pertanian meliputi : 1. Pengembangan Kawasan Pertanian Lahan Basah sbg Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kab Banyuasin, melalui : a. Pengembangan dan perlindungan pertanian pangan seluas ,4 yang tersebar di setiap kecamatan. b. Atas pertimbangan tertentu, dan untuk menjamin agar kawasan pertanian tidak berubah fungsi, maka kawasan-kawasan pertanian pada lokasi-lokasi tertentu dapat ditetapkan sebagai kawasan pertanian abadi. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-21

223 c. Perlu adanya inventarisasi ulang terhadap luas baku sawah maupun jaringan irigasi yang ada. d. Pengembangan dan pemeliharaan sistem irigasi e. Pembangunan dan pengembangan pertanian lahan kering dengan komoditi palawija di seluruh Kecamatan f. Konservasi tanah dan air pada lahan pertanian g. Penggunaan bibit unggul dengan kualitas tinggi, pematangan awal dan tahan terhadap genangan air yang berkadar garam relatif tinggi h. Penggunaan teknik budidaya pangan i. Konversi lahan pertanian yang tergenang air asin menjadi lahan usaha perkebunan dan tambak serta mencatak lahan baru untuk menggantikannya. 2. Pengembangan Kawasan Pertanian Lahan Kering & Holtikultura, melalui : a. Pengembangan sarana prasarana pendukung keg.pertanian holtikultura b. Pengembangan Kws Pertanian Lahan Kering & Holtikultura c. Melakukan berbagai pelatihan kepada para petani guna menjaga mutu komoditi. 3. Pengembangan Kawasan Perkebunan, melalui : a. Membatasi perubahan jenis tanaman tahunan menjadi tanaman semusim, jika dimungkinkan dianjurkan untuk melakukan reboisasi dengan tanaman tahunan yang dapat diambil buahnya. b. Bila pada kawasan terdapat kawasan budidaya, maka harus dibatasi dan tidak boleh dikembangkan lebih lanjut. c. Memperbaiki dan mengembangkan prasarana dan sarana infrastruktur ke lokasi perkebunan maupun untuk pengolahan dan pemasaran. d. Pemilihan komoditas unggulan di kawasan agropolitan sifatnya tidak tetap/dinamis, disesuaikan dengan kondisi fisik tanah di kawasan tersebut dan kondisi pasar yang ada. e. Mendorong tumbuh berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku usaha. f. Menjalankan mekanisme insentif dan disinsentif bagi para pelaku usaha perkebunan. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-22

224 4. Pengembangan Kawasan Peternakan, melalui : a. Pengembangan peternakan potensial di Kab Banyuasin b. Pengembangan sarana prasarana pendukung kegiatan peternakan c. Pengembangan kemitraan antar pelaku usaha melalui pengembangan industri peternakan Pengembangan Kawasan Perikanan, meliputi pengembangan untuk kawasan perikanan air laut pengembangan kawasan perikanan perairan umum pengembangan kawasan perikanan air payau : Lokasi pengembangan di Kabupaten Banyuasin dialokasikan di Kecamatan Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara Telang, Rantau Bayur, Talang Kelapa, dan Tanjung Lago. Pengembangan kawasan Minapolitan yang merupakan pengembangan coolstorage dan industri perikanan laut dengan produksi perikanan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (tuna) dialokasikan di Kawasan Sungsang yang dikembangkan untuk perikanan tangkap dan laut serta sebagian kecil untuk perikanan tambak. Kawasan Air Batu, Sukamoro dan Rantau Bayur untuk perikanan Budidaya air tawar serta kawasan Muara Sugihan untuk pengembangan perikanan tambak/payau. Pengembangan industri pengolahan perikanan Pengembangan sarana prasarana pendukung keg perikanan Pengembangan Kawasan Pertambangan, melalui Inventarisasi daerah yg berpotensi untuk usaha pertambangan, Penetapan aturan zonasi penambangan rakyat, Relokasi & lokalisasi tambang rakyat dan Rehabilitasi lahan pasca tambang Pengembangan Kawasan Industri melaui Pembangunan Kawasan Industri Besar Gasing dan tanjung api-api, Revitalisasi kawasan industri Mariana, Penetapan aturan zonasi Kawasan Industri Gasing (Masterplan), Pengembangan industri pengolahan pangan dan Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan serta Penyuluhan dan pembinaan industri kecil dan rumah tangga. Pengembangan Kawasan Pariwisata melalui Pengembangan kawasan wisata agro, Pengembangan kawasan wisata bahari, Pengembangan ekowisata. Dan Pengembangan kawasan wisata Tugu Silk Air serta Peningkatan & Pengemb. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan Pariwisata serta penyusunan rencana ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-23

225 tapak pada setiap obyek wisata andalan dan penyusunan paket wisata, promosi wisata dan dibuat sistem informasi tujuan wisaa. Pengembangan Kawasan Permukiman melalui Penetapan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan Permukiman perkotaan Pengembangan dan pembangunan perumahan di Kawasan pulau kecil dan terpencil Penyediaan KPR-RSH bersubsidi Pengemb. perumahan swadaya Pengembangan kawasan permukiman skala besar diarahkan dalam bentuk Kota Baru Pengembangan Kasiba/Lisiba Pengembangan prasarana dan sarana kawasan perkotaan Peningkatan penyehatan lingkungan permukiman Pembinaan Teknis Kawasan Permukiman Pengembangan RTH 30 % yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH Privat Pembangunan taman dan hutan kota Kawasan peruntukan lainnya, berupa kawasan reklamasi pantai dan pertahanan keamanan. 6.3 Perwujudan Rencana Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi : Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi yang ada di Kabupaten Banyuasin meliputi Kawasan pendukung perkotaan metropolitan palembang, Kawasan Pertanian, Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api, Kawasan Industri dan Kawasan Minapolitan. Program pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi ini diantaranya adalah : a. Kawasan Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang. Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang : 1. Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi 2. Revisi Masterplan KTM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-24

226 3. Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan. 4. Penguatan kelembagaan dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan kawasan KTM Kawasan Perdagangan Betung : 1. Penyusunan rencana Detail Kawasan 2. Pengembangan sarana dan prasarana transportasi. 3. Pengaturan ruang pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin 4. Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa Kawasan Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai 1. Penyususan RTBL Kawasan 2. Pengembangan Fasilitas Perkantoran 3. Pengembangan Fasilitas Permukiman perkotaan 4. Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi 5. Pengembangan sarana dan prasarana transportasi Kawasan Pusat Permukiman Perkotaan 1. Penyususnan RTBL Kawasan 2. Penataan Kasiba dan Lisiba 3. Rencana pengembangan perumahan 4. Rencana pengembangan fasilitas umum pendukung permukiman 5. Pengembangan utilitas 6. Pengembangan jaringan transportasi b. Kawasan Strategis Pertanian Kawasan Agropolitan 1. Penyusunan Masterplan 2. Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan 3. pengembangan wilayah sentra produksi 4. Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi 5. Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi 6. peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna 7. penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci 8. Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-25

227 9. Pengembangan jaringan pasar dan promosi 10. Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah dan swasta 11. Pengembangan lembaga pembiayaan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun) 1. Penyusunan Masterplan 2. Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional. 3. Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi 4. Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas perkebunan 5. Pengembangan jaringan pasar dan promosi Kawasan Sentra Pertambangan Migas 1. Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi 2. Peningkatan sarana penunjang produksi seperti air bersih, pengolahan limbah 3. Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses produksi 4. Pengembangan jaringan pasar dan promosi 5. Penataan kembali lahan bekas tambang Kawasan Sentra Produksi Beras Pasang Surut 1. Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi 2. Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui pengembangan Aplikasi Teknik budidaya dan bibit unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim teknologi 3. Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian 4. Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi/daerah reklamasi rawa 5. Pengembangan lumbung padi 6. Pengembangan sistem Perlindungan hak-hak petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-26

228 c. Kawasan Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api. 1. Pengembangan kawasan Industri Terpadu 2. pelabuhan/terminal general kargo mencapai 3. pelabuhan laut 4. pelabuhan penyeberangan 5. 1 stock pile batubara 6. pelabuhan peti kemas 7. pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen) 8. Pengembangan kawasa perkantoran 9. Pengembangan kawasan Permukiman 10. Pengembangan Fasilitas umum sosial-ekonomi 11. Pengembangan Jaringan utilitas pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan permukiman 12. Pengembangan JaringanTransportasi d. Kawasan Strategis Industri 1. Penyusuna Masterplan 2. Penyusunan Rencana Detail Kawasan; 3. Pengembangan jaringan transportasi 4. Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah, ketersediaan jalur hijau/rth 5. Pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi khususnya di kawasan Gasing e. Kawasan Minapolitan 1. Penyusunan masterplan minapolitan 2. Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan 3. Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas. 4. Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman. 5. Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai). ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-27

229 6.3.2 Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Lingkungan. a. Kawasan Taman Nasional Sembilang 1. Pengembangan ekowisata 2. pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata 3. Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi. 4. Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Kawasan Taman Nasional Sembilang 5. Peningkatan promosi wisata b. Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan : 1. pengembangan organisasi ruang kawasan plasma nutfah 2. pembangunan dan pengembangan infrastruktur kawasan plasma nutfah; 3. pengembangan teknologi agribisnis; 4. pengembangan dan penyuluhan agribisnis; dan 5. meningkatkan peran serta pemerintah, masyarakat dan investor Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Sosial-Budaya Kawasan Perkampungan Nelayan Sungsang 1. Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan. 2. Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan dan Lingkungan 3. Pengembangan sektor pariwisata. 4. Pengembangan sarana dan prasarana permukiman serta transportasi. 5. Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kawasan Agrocenter Sembawa 1. Penyusunan rencana detail kawasan 2. Pengembangan pusat Balai penelitian pertanian 3. Pengembangan pusat balai penelitian ternak unggul. 4. Pengembangan pusat penelitian perkebunan 5. Pengembangan kawasan agrowisata perkebunan. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-28

230 6. Peningkatan sekolah pertanian pembangunan menjadi bertaraf internasional 7. Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian 6.4 Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pengembangan Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, melalui : Reklamasi Pantai ±4000 Ha Penyusunan RDTR Kawasan Reklamasi Pantai Penyusunan Rencana strategis Kawasan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Penyusunan rencana Zonasi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Rencana Pengembangan transportasi Peningkatan dan penyuluhan keterampilan masyarakat pesisir Pengaturan dalam pengambilan atau pemompaan air tanah untuk menjaga keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan sedimentasi Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena dampak dari kegiatan industri harus memiliki rencana-rencana penanggulangannya Perlindungan terhadap kawasan konservasi Restorasi hutan pesisir 6.5 INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN Pentahapan dan urutan prioritas program pembangunan dimaksudkan untuk mendapatkan rincian mengenai sektor kegiatan yang perlu dilaksanakan sesuai dengan tingkat kepentingannya, jangka waktu pelaksanaan serta sumber pembiayaan yang dapat dipergunakan untuk pelaksanaan program pembangunan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pembangunan, maka perlu disusun tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa pelaksanaan pembangunan memiliki jangka waktu pelaksanaan selama 20 tahun, pentahapan kegiatan tersebut dituangkan dalam kegiatan per 5 (lima) tahun. Indikasi program lima tahun pertama diuraikan per tahun kegiatan. Indikasi program adalah bagian yang memuat rincian tahapan dan program pembangunan yang akan diterapkan di kawasan perencanaan, sesuai dengan tujuan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-29

231 pengembangan tata ruang di masa yang akan datang. Indikasi program pembangunan ditentukan berdasarkan potensi dan masalah kawasan terkait pengembangan wilayah serta kecenderungan perkembangan sektor-sektor tertentu dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan atau pembangunan sektor tersebut. Pelaksanaan pembangunan ini paling tidak membutuhkan waktu 20 tahun sejak ditetapkannya RTRW Kabupaten Banyuasin. Dalam pelaksanaannya, dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahap. Tahapan lima tahunan tersebut, adalah : 1. Tahap I (Tahun ); 2. Tahap II (Tahun ); 3. Tahap III (Tahun ); 4. Tahap IV (Tahun ). Adapun program-program yang direncanakan, dapat dikelompokkan dalam beberapa program kegiatan. Untuk lebih jelasnya mengenai indikasi program dapat dilihat pada Tabel 6.1. Indikasi Program Utama RTRW Kabupaten Banyuasin ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-30

232 6.1 Tabel Indikasi Program Utama RTRW Kabupaten Banyuasin No Program Utama dan Kegiatan Lokasi ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG I Perwujudan Pusat Kegiatan A Pengembangan dan Penataan PKWp Sungsang A1. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR) Sungsang APBD Kab A2. Pembangunan Jalan Linkungan A3. A4. A5. A6. A7. A8. A9. Pembangunan Perkantoran Peningkatan sarana dan prasarana Pasar Pembangunan Sekolah dan Perguruan Tinggi Pembangunan Rumah Sakit Peningkatan sarana peribadatan Pembangunan Pelatihan Pengembangan nelayan Gedung/Balai permukiman Sungsang Sungsang Sungsang Sungsang Sungsang Sungsang Sungsang Sungsang APBD Kab APBD Kab & Prov APBD Kab & Prov/Swasta APBD Kab & Prov/Swasta APBD Kab APBD Kab APBD Kab APBD Kab & Prov/Swasta Instansi Pelaksana Bappeda & PM /Din PU Cipta Karya Kab Din PU Bina Marga Kab Pemda Kab & Prov (Din. PU Cipta Karya) Pemda Kab & Prov (Din. Pengelola Pasar dan PU) Pemda Kab & Prov (Din PU& Din Pendidikan) Din Kesehatan Kab Bappeda & PM/Din PU Kab Din. Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olaraga serta Din.PU Cipta Karya Kab Bappeda & PM Kab & Prov (Din. PU) VI-31 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

233 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi B A10. A11. A12. A13. A14. A15. Pembangunan Terminal Tipe A Peningkatan Pengelolaan sampah dan penyediaan TPST Peningkatan pelayanan energi kelistrikan Peningkatan telekomunikasi pelayanan Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Pengembangan IPAL ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sungsang Sungsang Sungsang Sungsang Sungsang Sungsang Sumber Dana APBD Nas, Prov, Kab & Swasta APBD Kab APBD Kab & Prov/Swasta APBD Kab & Prov/Swasta APBD Kab & Prov/Swasta APBD Kab & Prov/Swasta Pengembangan dan Penataan PKL Pangkalan Balai Penyusunan Rencana Rinci Tata B1 Ruang Kawasan Pangkalan Balai APBD Kab, B2. Pembangunan Pasar Pangkalan Balai APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Din PU Bina Marga (Nas, Prov, Kab) Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kab (Din Pertambangan dan Energi, PLN) Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom (Kab/Prov) Kab&Prov (Dinas PU Cipta Karya dan PDAM) Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Bappeda&PM/Din PU Cipta Karya Kab Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab B3. Peningkatan pelayanan rumah Pangkalan Balai APBD Dinas Kesehatan VI-32 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

234 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi B4. B5. B6. B7. B8. B9. B10. B11. B12. Sumber Dana Instansi Pelaksana sakit Kab/Swasta dan Din PU Cipta Karya Kab Peningkatan pelayanan Sarana APBD Dinas Pu Cipta Pangkalan Balai ibadah Kab/Swasta Karya Kab. Pengembangan sekolah dan Din. Pendidikan APBD Kab & pembangunan perguruan tinggi Pangkalan Balai dan PU Cipta Prov/Swasta Karya Kab&Prov Pengembangan perumahan APBD Dinas PU Cipta Pangkalan Balai rakyat Kab/Swasta Karya Kab. Pembangunan gedung olahraga dan kesenian Pembangunan terminal tipe B Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah dan penyediaan TPS Peningkatan pelayanan energi kelistrikan Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Peningkatan pelayanan telekomunikasi Pangkalan Balai Pangkalan Balai Pangkalan Balai Pangkalan Balai Pangkalan Balai Pangkalan Balai APBD Kab/Swasta APBD Kab & Prov/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab & Prov/Swasta APBD Kab & Prov/Swasta APBD Kab & Prov/Swasta Din. Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olaraga serta Din.PU Cipta Karya Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Prov&Kab Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kab & Prov (Din Pertambangan dan Energi, PLN) Kab&Prov (Dinas PU dan PDAM) Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-33

235 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana C. Perwujudan PPK Betung Penyusunan Dokumen Revisi C1. Rencana Detail Tata Ruang Betung APBD Kab C2. C3. C4. C5. C6. C7. C8. C9. C10. C11. Peningkatan pusat kawasan Perdagangan dan jasa Pembangunan rumah sakit Pengembangan perumahan rakyat Peningkatan pelayanan Terminal Tipe B Peningkatan pelayanan sarana ibadah Peningkatan pelayanan sarana pendidikan Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah dan penyediaan TPS Peningkatan pelayanan energi kelistrikan dan pembangunan SUTT Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Peningkatan pelayanan telekomunikasi Betung Betung Betung Betung Betung Betung Betung Betung Betung Betung APBD Kab & Swasta APBD Kab APBD Kab & Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta Instansi Pelaksana (Kab/Prov) Bapedda&PM dan PU Cipta Karya Kab Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab. Din Kesehatan Kab Dinas PU Kab. Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab. Dinas PU Kab Din. Pendidikan dan PU Kab Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab Dinas PU dan PDAM Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta VI-34 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

236 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi D. Perwujudan PPK Mariana Penyusunan Dokumen Revisi D1. Rencana Detail Tata Ruang Pembangunan kawasan industri D2. D3. D4. D5. D6. D7. D8. Pengembangan perumahan perkotaan Peningkatan pelayanan moda angkutan sungai Pembangunan TPA ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Mariana Mariana Mariana Mariana Mariana Sumber Dana APBD Kab APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta Peningkatan pelayanan kelistrikan Mariana APBD Kab/Swasta Pengembangan IPAL Mariana APBD Kab/Swasta Peningkatan telekomunikasi pelayanan D9. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM E. Perwujudan PPK Sukajadi E1. Penyusunan Dokumen Rencana Detail Tata Ruang E2. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa Mariana Mariana Sukajadi Sukajadi APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab APBD Kab/Swasta Instansi Pelaksana Telkom Kab. Bapedda&PM dan PU Kab Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM dan PM, Din PU Kab Dinas PU Kab Din. Perhubungan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Din Pertambangan dan Energi, PLN Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab Dinas PU dan PDAM Bapedda&PM dan PU Kab Dinas Koperasi, perindustrian, VI-35 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

237 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi E3. E4. Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan Peningkatan pelayanan fasilitas peternakan unggas ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sukajadi Sukajadi Sumber Dana APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta Instansi Pelaksana perdagangan, UKM dan PM, Din PU Kab Dinas PU Kab Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Dinas Perikanan dan Kelautan Kab E5. Peningkatan pelayanan fasilitas Sukajadi APBD budidaya air tawar Kab/Swasta E6. Peningkatan pelayanan sarana Sukajadi ibadah APBD Kab Dinas PU Kab E7. Peningkatan pelayanan sarana Sukajadi APBD Din. Pendidikan pendidikan Kab/Swasta dan PU Kab E8. Peningkatan pelayanan kelistrikan Sukajadi Din Pertambangan APBD dan Energi, PLN Kab/Swasta Kab Peningkatan pelayanan Sukajadi Dinas E9. telekomunikasi Perhubungan, APBD komunikasi dan Kab/Swasta informatika serta Telkom Kab E10. Peningkatan pelayanan dan Sukajadi APBD Dinas PU dan kapasitas PDAM Kab/Swasta PDAM F. Perwujudan PPK Telang Jaya F1. Penyusunan Revisi Dokumen Bapedda&PM dan Telang Jaya APBD Kab Rencana Detail Tata Ruang PU Kab Pengembangan kawasan Dinas Koperasi, F2. perdagangan dan jasa perindustrian, APBD Telang Jaya perdagangan, Kab/Swasta UKM dan PM, Din PU Kab F3. Pengembangan fasilitas Telang Jaya APBD Dinas PU Kab VI-36 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

238 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi F4. F5. F6. permukiman perkotaan Peningkatan pelayanan telekomunikasi Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Peningkatan jaringan listrik dan pembangunan SUTT Pengembangan fasilitas pertanian F7. pasang surut G. Perwujudan PPK Jakabaring Kec. Rambutan Pengembangan fasilitas G1. permukiman perkotaan Pengembangan fasilitas G2. peternakan unggas G3. G4. G5. G6. G7. Pengembangan fasilitas budidaya air tawar Pembangunan Terminal Tipe C Pembangunan TPA Induk Pembangunan Tanggul Pengendali Banjir Peningkatan pelayanan kelistrikan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Telang Jaya Telang Jaya Telang Jaya Telang Jaya Jakabaring Jakabaring Jakabaring Jakabaring Jakabaring Jakabaring Jakabaring Sumber Dana Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab APBD Kab/Swasta Instansi Pelaksana Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab Dinas PU dan PDAM Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab Dinas Pertanian dan Peternakan Dinas PU Kab Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Dinas PU Kab Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab VI-37 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

239 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi G8. Peningkatan telekomunikasi pelayanan Peningkatan pelayanan dan G9. kapasitas PDAM H. Perwujudan PPK Makarti Jaya Pembangunan Pelabuhan Pengumpan H1. I H2. H3. H4. H5. Peningkatan pelayanan Jaringan Listrik Pengembangan Perdesaan Pengembangan Kesehatan Peningkatan telekomunikasi Permukiman fasilitas pelayanan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Jakabaring Jakabaring Makarti Jaya Makarti Jaya Makarti Jaya Makarti Jaya Makarti Jaya Sumber Dana APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab APBD Kab/Swasta H6. Peningkatan pelayanan dan Makarti Jaya APBD kapasitas PDAM Kab/Swasta H7. Pengembangan fasilitas pertanian Makarti Jaya APBD pasang surut Kab/Swasta Perwujudan Rencana Sistem Perdesaan/Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) I1. Pembuatan Tata Ruang Desa Seluruh PPL APBD Kab I2. Pembangunan prasarana dan sarana ekonomi dan sosial di Seluruh PPL APBD Kab/Sasta Instansi Pelaksana Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab Dinas PU dan PDAM Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab Dinas PU Kab Din. Kesehatan dan Din PU Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab Dinas PU dan PDAM Dinas Pertanian dan Peternakan Dinas PU dan Bappeda&PM SKPD terkait VI-38 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

240 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi I3. I4. I5. I6. I7. I8. I9. I10. I11. I12. pusat desa seperti sekolah minimal tingkat Sekolah Dasar, pusat kesehatan minimal setingkat Poskesdes, Kantor Kepala Desa, Balai Desa, Pasar Desa, Masjid. Peningkatan Pelabuhan Khusus menjadi Pelabuhan Pengumpan Pembangunan Peabuhan Khusus Pengembangan perdagangan dan jasa Pengembangan permukiman perdesaan Pengembangan perikanan air tawar Pengembangan perkebunan kawasan fasilitas fasilitas fasilitas Peningkatan pelayanan kelistrikan Peningkatan telekomunikasi pelayanan Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM Peningkatan Terminal Khusus ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Tebing Abang Tebing Abang Seluruh PPL Seluruh PPL Tebing Abang, Sumber Marga Telang Tebing Abang, Air Kumbang Seluruh PPL Seluruh PPL Seluruh PPL Tanjung Lago, Sumber Marga Telang Sumber Dana APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab/Swasta APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM, Din PU Kab Dinas PU Kab Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab Dinas PU dan PDAM Dinas Perhubungan, VI-39 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

241 II No Program Utama dan Kegiatan Lokasi ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana Instansi Pelaksana komunikasi dan informatika Kab I13. Peningkatan Dermaga APBD Dinas Tanjung Lago Kab/Swasta Perhubungan, I14. Pengembangan Angkutan Moda APBD komunikasi dan Tanjung Lago Kab/Swasta informatika Kab Pembangunan SUTT Din Pertambangan I15. Tanjung Lago APBD Kab dan Energi, PLN Kab Peningkatan Layanan TPA Dinas Kebersihan, I16. Tanjung Lago APBD Kab Pertamanan dan Pemakaman I17. Pembangunan Terminal Tipe C APBD Dinas Teluk Betung Kab/Swasta Perhubungan, I18. Pengembangan Moda Sungai APBD komunikasi dan Salek Mukti Kab/Swasta informatika Kab I19. Pengembangan fasilitas pusat APBD Dinas PU, Dinas pendidikan Sembawa Prov/Kab Pendidikan dan Swasta I20. Pengembangan fasilitas pertanian Dinas Pertanian Sumber Marga Telang APBD Kab dan Peternakan Pengembangan fasilitas Dinas Koperasi, I21. pendukung industri perindustrian, Sumber Marga Telang APBD Kab perdagangan, UKM Kab Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Transportasi A Program Sistem Jaringan Transportasi Darat A1 Dukungan Perwujudan Jalan Arteri Primer (Berdasarkan Kepmen PU No 630 Tahun 2009) Sei Lilin - Betung (ruas 003) Ruas-ruas jalan arteri primer di Kab. APBN dan Kemen PU (Balai Betung Bts. Kota Palembang Banyuasin APBD Jalan dan (ruas 004) Provinsi Jembatan) A2. Jalan Kolektor Primer K1(Berdasarkan Kepmen PU No 630 Tahun 2009) dan Jalan Tol Ruas Simpang Betung-Sekayu- Ruas-ruas jalan kolektor primer di APBN,APBD Kemen PU (Balai VI-40 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

242 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana Instansi Pelaksana Lubuk Linggau Kab Banyuasin Prov/Kab Jalan dan Kab. OKI Kec. Muara Jembatan), Din Padang Kec. Air Salek PU Prov/Kab APBD Kec. Muara Telang Kec. Provinsi Marga Air Telang - Kec. Banyuasin II Ruas Palembang-Rambutan- Pemda Prov APBD Prov Kayu Agung (Dinas PU) Ruas Palembang-Rambuan- Tulung Selapan Ruas Pangkalan Balai-Rantau Bayur-Kab. Muara Enim Betung - Sekayu Jalan kolektor primer 4 APBD Kab & Prov A3. Peningkatan Status Jaringan Jalan dari Lokal Primer menjadi Kolektor Primer Kabupaten Ruas Pangkalan Balai-Pulau Rimau-Tungkal Ilir Ruas Palembang- Banyuasin I Air Kumbang - Muara Padang Muara Sugihan Kabupaten OKI Ruas Kab. Muba Kec. Tungkal Ilir Ruas Kab. Muara Enim Kec. Rantau Bayur Kec. Betung Kec. Banyuasin III Kec. Sembawa Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung Lago. Ruas-ruas jalan arteri primer di Kab Banyuasin A4. Pembangunan Jaringan Jalan Lokal Primer Kabupaten Ruas Jalan Tanjung Lago Muara Telang Sumber Marga Telang Makarti Jaya Air Saleh Air Kumbang - Banyuasin I Ruas-ruas jalan arteri primer di Kab Banyuasin APBD Kab dan Swasta APBD Kab dan Swasta Pemda Kab & Prov (Dinas PU) PU Bina Marga PU Bina Marga VI-41 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

243 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi A5. Pembangunan jaringan jalan bebas hambatan ruas Palembang Tanjung Api- Api/Tanjung Carat jalan Lingkar Luar Timur ruas Rambutan - Banyuasin I Talang Kelapa; jalan Lingkar Luar Barat ruas Kecamatan Rambutan Kecamatan Sembawa A6. Pengembangan Jalan Raya Khusus Batubara Ruas Kab. Muara Enim Kec. Rantau Bayur Kec. Suak Tapeh Kec. Banyuasin III Kec. Sembawa Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung Lago Kec. Banyuasin II ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Kab Banyuasin Ruas-ruas jalan arteri primer di Kab Banyuasin A7. Peningkatan dan Pembangunan Jembatan Jembatan Ruas Banyuasin I Banyuasin I Muara Padang Muara Padang Jembatan Terusan Sebalik Tanjung Lago Muara Telang Jembatan Gasing Talang Kelapa Tanjung Lago Jembatan Pulau Rimau Tanah Kering Pulau Rimau Jembatan Tungkal Ilir Desa Tri tunggal Jembatan Rambutan Sungai Dua Jembatan Teluk Tenggulang Pulau Rimau Jembatan Muara Telang Muara Telang Jembatan Banyuasin I Desa teluk Tenggiri (Banyuasin I) Jembatan Rantau Bayur Desa Tebing Abang Jembatan Air Sugihan Kec. Muara Padang Air Sugihan (Kab. OKI) Jembatan sedang- Banyuasintiga Banyuasintiga Sumber Dana APBD Kab dan Swasta Swasta APBD Kab dan Swasta APBD Prov dan Swasta APBD Kab. & Swasta Instansi Pelaksana PU Bina Marga PU Bina Marga dan Swasta PU Bina Marga dan Swasta Dinas PU Bina Marga Prov Dinas PU Bina Marga Kab. VI-42 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

244 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi A8. Dukungan rencana pengembangan terminal barang Terminal Galangan kapal Kec.Banyuasinsatu dan Kawasan Tanjung Api-Api Terminal Khusus Batu Bara 4 Terminal di Tanjung Lago, 1 Terminal di Muara Telang Terminal Khusus CPO Banyuasin I Terminal Khusus Aspal Banyuasin I A9. Rencana Pembangunan Terminal Peningkatan Terminal Tipe A Kec. Betung A10. Peningkatan Terminal Tipe C Pembangunan Terminal Tipe A Pembangunan Terminal Tipe B Pembangunan Terminal Tipe C Pembangunan Terminal Multimoda Rencana pengembangan rute trayek angkutan umum ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sungsang & Suaktapeh Kaw. TAA Pangkalan balai dan sebalik Cintamanis, Rambutan, Telukbetung, Talangkeramat Sebalik Dalam Wilayah Kab. Banyuasin Sumber Dana APBD Kab dan Swasta Swasta APBD Prov dan Kab APBD Prov/Kab APBD Kab dan Swasta APBD Kab dan Swasta APBD Kab dan Swasta APBD Kab dan Swasta APBD Kab, Swasta Instansi Pelaksana Swasta dan Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Pemda Prov/ Kab (Dishub) Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab, swasta B. Pengembangan Jaringan Transportasi Sungai Rencana peningkatan pelayanan Kawasan Perairan Kab.Banyuasin B1. Swasta, Dinas dan pengembangan Dermaga APBD Kab Perhubungan, Rencana pengembangan moda B2. dan Swasta komunikasi dan angkutan sungai informatika Kab B3. Pengembangan alur pelayaran C. Pembangunan Sistem Jaringan Rel Kereta Api C1. rel untuk Rute Tanjung Enim-TAA Wilayah Kabupaten Banyuasin APBN & Kemen VI-43 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

245 III No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Via Stasiun Simpang dan Gasing pembangunan rel ganda (double C2. track) untuk rute Palembang- Betung-Batas Jambi Pembangunan Rel Via Stasiun C3. Simpang Banyuasin I C4. Jalur kereta api khusus D. Perwujudan sistem prasarana Transportasi Laut Pembangunan Pelabuhan utama Tanjung Carat D1. D2. Pelabuhan pengumpul Tanjung Api-Api Banyuasin II Banyuasin II Pembangunan terminal khusus Teluk Tenggulang, Prajin, Sritiga, D6. Teluk Payo, Tebing Abang, Kemangbejalu, Lebung, Pulau Tengkorak, Penuguan D7. Pelabuhan pengumpan Tenggulang, Sungai Tungkal, penuguan, Lebung D8. Pengembangan dan peningkatan alur pelayaran Kab. Banyuasin Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Energi/Kelistrikan A Program Sistem Jaringan Kelistrikan Meningkatkan pasokan listrik A1 yang bersumber dari PLN Cabang Kab. Banyuasin Palembang A2. Peningkatan kapasitas dengan Kec. Talang Kelapa, Kec. Banyuasin Sumber Dana APBD Prov/Kab APBN, Swasta,, APBD Prov dan Kab APBN Nas,Prov, Kab & Swasta APBD Kab dan Swasta APBN, APBD Prov, Kab dan Swasta Instansi Pelaksana Perhubungan, Din Perhub Prov/Kab Kementrian Perhubungan, Pelindo, Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Prov dan Kab Pelindo, Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-44

246 IV. No Program Utama dan Kegiatan Lokasi pengembangan gardu listrik A3. Peningkatan Pelayanan dan Pengembangan jaringan SUTT A4. Rencana pembangunan jaringan SUTT A5. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) A6. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) A7. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) A8. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Rencana Pembangunan A9. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batu Bara (PLTGB) Peningkatan jaringan distribusi A10. listrik untuk mendukung kegiatan industri B. Pengembangan Sistem Jaringan Migas B1. Pengembangan Trans Nasional Khusus untuk jaringan Gas Pengembangan Trans Regional B2. untuk jaringan migas ARAHAN PEMANFAATAN RUANG I, Kec. Betung, Kec. Banyuasin III, Kec. Banyuasin II Kec. Rantau Bayur, Kec. Betung Kec. Betung, Kec. Talang Kelapa Kec. Pulau Rimau Tanjung Api-Api Kec. Banyuasin satu Kec. Rantau Bayur Kec. Talang Kelapa Tanjung Api-Api, Gasing dan Mariana Betung - Pagar Dewa Sungai Lilin PUSRI - PERTAMINA sungai gerong (merah mata) plaju jakabaring - prabumulih Sumber Dana APBD Prov,Kab dan Swasta Instansi Pelaksana Din Pertambangan dan Energi, Pertamina Perwujudan Sistem Jar.Telekomunikasi A Program Sistem Jaringan Telekomunikasi pengembangan jaringan TELKOM & Dinas A1. komunikasi seluler, dengan Tersebar di pusat kegiatan (PKWp, APBD Kab & Perhubungan, pembangunan Tower BTS PKL, PPK, dan PPL) Swasta komunikasi dan Terpadu informatika Kab A2. Peningkatan jaringan Tanjung Api-Api, Gasing dan Mariana APBD Kab & TELKOM & Dinas VI-45 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

247 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi telekomunikasi mendukung peruntukan industri A3. Pengembangan jaringan satelit Wil. Perairan dan kawasan tertinggal V. Perwujudan Sistem Prasarana Sumber Daya Air A. Rencana Pengembangan Air Baku Optimalisasi sumber air dengan A1. memanfaatkan kapasitas yang belum terpakai Penyediaan air minum di kota A2. kecil yang rawan air belum ada sistem penyediaan air minum Pembangunan sarana dan Tersebar di Kabupaten Banyuasin A3. prasarana air bersih bagi masyarakat di pedesaan Penyediaan, Penyelolaan dan A4. Pemeliharaan sumber-sumber air baku A5. Pengaturan kebutuhan air B. Rencana Pengembangan Jaringan Irigasi Reklamasi Rawa Mengatur kembali sistem jaringan B1. irigasi yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas B2. Normalisasi dan rehabilitasi saluran-saluran irigasi B3. Pengembangan kanal-kanal Tersebar di Kabupaten Banyuasin Pengembangan sistem jaringan B4. irigasi sekunder yang disesuaikan dengan topografinya B5. Pembuatan sistem saluran irigasi tersier B6. Pemeliharaan secara terus ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana Swasta APBD Kab APBD Kab Instansi Pelaksana Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Dinas PU Cipta Karya, Pengairan dan PDAM Kab Dinas PU Cipta Karya, Pengairan Kab VI-46 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

248 VI No Program Utama dan Kegiatan Lokasi menerus dan berkelanjutan C. Rencana wilayah sungai Pengembangan konservasi sumberdaya air melalui C1 perlindungan dan pelestarian SDA, pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran Pendayagunaan sumber daya air melalui penatagunaan, C2 penyediaan, penggunaan, pengembangan dan Tersebar di Kabupaten Banyuasin pengusahaan sumberdaya air. Penanggulangan daya rusak air C3 melalui pencegahan daya rusak air dan pemulihan daya rusak air. C4 Pengembangan informasi dan pengelolaan sistem informasi Pelibatan peran serta masyarakat C5 dalam pengelolaan Sumber Daya Air Perwujudan Pengembangan Prasarana Pengelolaan Lingkungan A Pengelolaan Persampahan Pengadaan prasarana A1. persampahan (truck sampah, bak Seluruh kecamatan sampah, truck tinja, Arm Roll dll) A2. pembangunan TPS dengan kapasitas 2m3 Seluruh kecamatan pengembangan Tempat A3. Pemprosesan Akhir Sampah Kec. Banyuasin III, Kec. Rantau (TPA) Bayur, Kec. Mariana A4. Pembangunan Rumah Kompos B. Prasarana Pengelolaan Air Limbah Sumber Dana APBD Kab APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas PU Cipta Karya, Pengairan Kab Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman, Dinas Pertanian dan Peternakan dan Dinas PU Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-47

249 VII No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Pengembangan sistem terpusat B1. (off site) dengan pembangunan Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu B2. Penyusunan Studi kelayakan IPAL Pengembangan sistem setempat (on site) yaitu dengan B3. mengembangkan penggunaan tangki septik yang ada di tiaptiap rumah B4. Penyuluhan kepada penduduk B5. Penyediaan kendaraan pengangkut tinja B6. Monitoring C. Sistem Drainase Perkotaan C1. Pengembangan sistem jaringan terbuka C2. Pengembangan sistem jaringan tertutup C3. Penyusunan Master Plan Drainase Kawasan C4. Pemeliharaan Jaringan Draenase Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya A. Rencana Sistem Pengendalian Genangan Banjir A1. A2. Tindakan infiltrasi untuk memulihkan tangkapan alami hidrologis melalui parit, vegetasi di permukaan, kebun dan trotoar berpori pengisian air pada sumber air dengan sumur resapan dan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Kawasan Permukiman Perkotaan, industri gasing, mariana dan tanjung apai-api Seluruh wilayah Kab. Banyausin Sumber Dana APBD Kab/Swasta APBD Kab Instansi Pelaksana Badan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Dinas PU CK Seluruh Kawasan Perkotaan APBD Kab Dinas PU CK Tersebar di Kabupaten Banyuasin APBD Kab Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Badan Lingkungan Hidup VI-48 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

250 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi A3. jebakan air perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air. A4. Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu A5. Pengaturan daerah sempadan sumber air A6. Rehabilitasi hutan dan lahan B. Rencana Sistem Penanganan Pantai B1. restorasi mangrove dan hutan pesisir, proteksi akomodasi untuk B2. permukiman dan perikanan tambak B3. pengelolaan zona pesisir terpadu (ICZM) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG kawasan utara bagian barat dan tengah Kabupaten Banyuasin utara bagian timur Kabupaten Banyuasin C. Rencana sistem penanganan risiko kekurangan air C1. C2. Regulasi penyediaan air untuk aktivitas perkebunan Peningkatan pelayanan PDAM C3. Pemanfaatan air tanah dengan mengembangkan lubang bor Wilayah DAS Musi dan DAS C4. Peningkatan infrastruktur irigasi Banyuasin konservasi lahan, hutan C5. konservasi dan reboisasi untuk pemeliharaan kuantitas dan kualitas penyediaan air D. Rencana ruang dan jalur evakuasi bencana D1. pemanfaatan ruang terbuka hijau Tersebar di Kabupaten Banyuasin dan sarana fasilitas sosial dan Sumber Dana APBD Kab APBD Kab APBD Kab, APBN, Instansi Pelaksana Badan Lingkungan Hidup, Bapeda &PM, Dinas Perikanan dan Kelautan PU Cipta Karya, PDAM, PU Pengairan, Badan Lingkungan Hidup Dinas Sosial, Badan Lingkungan VI-49 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

251 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi umum sebagai salah satu kawasan evakuasi mengintegrasikan/menghubungk an jalan eksisting dan menambah D2. jalan baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem kota/wilayah secara umum PERWUJUDAN POLA RUANG I Perwujudan Kawasan Lindung A. Program Kawasan Hutan Lindung A1. Melakukan Kegiatan Rehabilitasi, Redeliniasi, reboisasi Penguatan manajemen kawasan dan pemantapan blok lindung A2. pada kawasan Hutan Lindung Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, untuk mendukung kawasan Muara Sugihan, Muara Telang dan konservasi di atasnnya. Tanjung Lago Pengawasan dan pengamanan A3. melalui Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging A4. pembinaan msyrakakat di sekitar kawasan lindung B. Program Kawasan resapan air dan kawasan bergambut B1. pengembangan vegetasi resapan B2. rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan reboisasi pada kawasan yang B3. sudah kritis dengan pola Tersebar di Kawasan Kab. Banyuasin parsitipatif Penetapan kawasan sekitar DAS B4. dan rawa dalam sebagai kawasan resapan air ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana Swasta APBD APBD Prov, Kab/swasta Hidup Instansi Pelaksana PU Bina Marga, Dinas PU Cipta Karya Dinas Kehutan dan perkebunan, Badan Lingkungan Hidup Din Kehutanan Prov & Kab,, Badan Lingkungan Huidup, Dinas PU Pengairan dan masyarakat VI-50 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

252 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Penetapan kawasan bergambut khususnya kawasan bergambut B5. yang mempunyai kedalaman di atas 3 meter sebagai fungsi hidrologis dari kegiatan budidaya C. Program Kawasan Perlindungan Setempat Penetapan Kawasan Sempadan Pantai dan kawasan pantai C1 berhutan bakau sebagai kawasan perlindungan Di pesisir timur Kab. Banyuasin Pelestarian hutan mangroove serta pengembangan sabuk C2. hijau mangrove maupun sabuk hijau vegetasi pantai Penetapan Kawasan sempadan C3. sungai sebagai kawasan perlindungan seluruh sungai di Kab Banyuasin Pengembangan jalur hijau di C4. sepanjang sempadan sungai Kawasan sempadan mata air sebagai kawasan kawasan C5.. perlindungan Sumber Dana APBD Kab/swasta APBD Kab/swasta Instansi Pelaksana Din Kehutanan dan Perkebunan Kab, Din Perikanan dan kelautan Din Kehutanan dan Perkebunan Kab Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM C6. C7. Pembuatan sistem saluran khusus bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air Sukomoro APBD Kab/swasta PDAM, Din Kehutanan dan Perkebunan Kab & Din PU D. Program Kawasan Suaka Alam D1. Penetapan kawasan suaka Padang Sugihan dan Bentayan APBN, APBD BKSDA, Din ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-51

253 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi margasatwa Perlindungan dan pengawasan D2. terhadap keanekaragaman flaura dan fauna secara partisipatif Program penelitian, pendidikan, D3. pengembangan ilmu pengetahuan E. Program Kawasan Taman Nasional Sembilang Perlindungan dengan tetap E1. mempertahankan kawasan Taman Nasional Sembilang Pengelolaan kawasan pantai E2. berhutan bakau dilakukan melalui penanaman tanaman bakau dan nipah di pantai. perlindungan mangrove, keanekaragaman biota dan tipe Kec. Banyuasin II ekosistem untuk kepentingan E3. plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya Pengembangan pariwisata berupa ekowisata mangrove yang disertai E4. dengan pengembangan balai penelitian dan budidaya mangrove. F. Program Kawasan Rawan Bencana Alam Penyusunan progam spesifik disesuaikan dengan jenis F1. Tersebar pada kawasan genangan, bencana dan kerusakan yang bencana angin puting beliung dan terjadi kebakaran hutan Menginventarisasi kawasan F2. rawan bencana alam secara lebih Sumber Dana Prov&Kab, Swasta APBN, APBD Prov&Kab, Swasta APBD Kab/swasta Instansi Pelaksana Kehutanan Prov & Kab,, Badan Lingkungan Hidup Din Kehutanan Prov & Kab, Badan Lingkungan Hidup Pemda Kab (Din Kehutanan dan Perkebunan, Din PU, Bappeda&PM, Din Pemadam Kebakaran, Din Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-52

254 II No Program Utama dan Kegiatan Lokasi akurat; Pengelolaan kawasan rawan bencana alam (hutan dan rawa F3. gambut) secara lebih terprogram dan melibatkan masyarakat setempat Melakukan sosalisasi bencana alam dan/atau penyadaran F4. masyarakat untuk tidak membakar pada kawasan rawan bencana alam Pembangunan dan F5. pengembangan prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran hutan dan gambut Pembangunan dan pengadaan F6. prasarana dan sarana untuk mengantisipasi adanya bencana angin puting beliung Perwujudan Kawasan Budidaya A. Program Kawasan Hutan Produksi A1. Rehabilitasi hutan dan lahan A2. Pengembangan kawasan penyangga pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan A3. Tersebar di Kawasan Hutan Kab. serta gangguan keamanan hutan Banyuasin lainnya. A4. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan A5. Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis tanaman hutan A6. Pembangunan dan Banyuasin II, Muara Sugihan, Sumber Dana APBD Prov, Kab & swasta Instansi Pelaksana Sosial) Din. Kehutanan dan Perkebunan, Swasta, Masyarakat Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-53

255 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi pengembangan industri yang Tungkai Ilir berbasis hutan tanaman industri Pembangunan dan Banyuasin II, Muara Sugihan A7. pengembangan hutan rakyat melalui hutan kemasyarakatan B. Program Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Pengemb. Dan penetapan Kws B1. Pertanian Pangan di Kab Banyuasin Pengembangan sarana prasarana B2. pendukung keg pertanian pangan lahan basah B3. Pengembangan lumbung pangan daerah Pengembangan sistem informasi B4. sumberdaya pertanian lahan Tersebar di seluruh kecamatan basah B5. Pengembangan dan pemeliharaan sistem irigasi Pembangunan dan B6. pengembangan pertanian lahan kering dengan komoditi palawija di seluruh Kecamatan B7. Konservasi tanah dan air pada lahan pertanian B8. Penetapan sawah abadi dan pencetakan sawah Penggunaan teknologi budidaya B9. pangan yang tahan terhadap genangan serta kadar garam C. Program Kawasan Pertanian Holtikultura Pengembangan sarana prasarana C1. pendukung keg.pertanian Tersebar di Kecamatan holtikultura ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana APBD Kab & swasta APBD Kab & swasta Instansi Pelaksana SKPD lingkup Pertanian Kab Din Pertanian dan Peternakan Kab VI-54 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

256 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi C2. Pengembangan Kws Pertanian Lahan Kering & Holtikultura Melakukan berbagai pelatihan C3. kepada para petani guna menjaga mutu komoditi. D. Program Kawasan Perkebunan Pengembangan Lahan Kawasan D1. Perkebunan, Pengemb komoditi unggulan perkebunan: kelapa, karet, kelapa sawit D2. Pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan D3. Pengembangan Pusat Penelitian D4. peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan rakyat D5. Pengemb. sarana prasarana pendukung keg perkebunan pengembangan konsep D6. Corporate Community Relationship E. Program Kawasan Peternakan E1. Pengembangan peternakan potensial di Kab Banyuasin E2. Pengembangan sarana prasarana pendukung keg peternakan Pengembangan kemitraan antar E3. pelaku usaha melalui pengembangan industri peternakan F. Program Kawasan Perikanan F1. pengembangan untuk kawasan perikanan air laut F2. pengembangan kawasan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Tersebar di seluruh Kecamatan Kec. Sembawa dan Talang Kalapa Kecamatan Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara Telang, Rantau Bayur, Talang Kelapa, dan Sumber Dana APBD Kab & swasta APBD Kab & swasta APBD Kab & swasta Instansi Pelaksana Din Kehutanan dan Perkebunan Kab Din Pertanian dan Peternakan Kab Din Perikanan dan Kelautan Kab VI-55 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

257 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi perikanan perairan umum F3. pengembangan kawasan perikanan air payau F4. Pengembangan Kawasan Minapolitan F5. Pengembangan industri pengolahan perikanan F6. Pengembangan sarana prasarana pendukung keg perikanan G. Program Kawasan Pertambangan Inventarisasi daerah yg G1. berpotensi untuk usaha pertambangan G2. Penetapan aturan zonasi penambangan rakyat G3. Relokasi & lokalisasi tambang rakyat G4. Rehabilitasi lahan pasca penambangan H. Program Kawasan Industri H1. Pembangunan Kawasan Industri Besar Gasing dan tanjung api-api H2. Revitalisasi kawasan industri Mariana H3. Penetapan aturan zonasi Kawasan Industri (Masterplan) H4. Pengembangan industri pengolahan pangan Pengembangan sentra-sentra H5. industri dan kerajinan serta pada permukiman yang ada. H6. Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Tanjung Lago Kecamatan Pulau Rimau dan Tungkal Ilir. Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Telang, Talang Kelapa, dan Tanjung Lago. Sumber Dana APBD Kab & swasta APBD Kab & swasta Instansi Pelaksana Din Pertambangan & Energi Kab Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM VI-56 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

258 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi I J H7. Penyuluhan dan pembinaan industri kecil dan rumah tangga Program Kawasan Pariwisata I1. Pengembangan kawasan wisata agro I2. Pengembangan kawasan wisata bahari I3. Pengembangan ekowisata. Peningkatan & Pengemb. Sarana I4. dan prasarana penunjang kegiatan Pariwisata I5. penyusunan rencana tapak pada setiap obyek wisata andalan penyusunan paket wisata, I6. promosi wisata dan dibuat sistem informasi tujuan wisata Program Kawasan Permukiman Pengembangan kawasan J1. permukiman perkotaan, perdesaan dan pulau-pulau kecil berpenduduk J2. Penyediaan KPR-RSH bersubsidi J3. Pengemb. perumahan swadaya Pengembangan kawasan J4. permukiman skala besar diarahkan dalam bentuk Kota Baru J5. Pengembangan Kasiba/Lisiba J6. Pengembangan prasarana dan sarana kawasan perkotaan J7. Peningkatan penyehatan lingkungan permukiman J8. Pembinaan Teknis Kawasan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Kecamatan Banyuasin II dan Kecamatan Muara Telang. Permukiman perkotaan di PKWp, PKL& PPK, Permukiman perdesaan di PPL dan kawasan pesisir dan pulaupulau kecil Sumber Dana APBD Kab & swasta APBD Kab & swasta Instansi Pelaksana Din. Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olaraga, Bappeda&PM & Din PU Cipta Karya Bappeda&PM & Din PU Cipta Karya Kab VI-57 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

259 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Permukiman Pengembangan RTH 30 % yang Kawasan Perkotaan J9. terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH Privat J10. Pembangunan tamn dan hutan kota K. Program Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil K1. Reklamasi Pantai ±4000 Ha K2. Penyusunan RDTR Kawasan Kawasan Tanjung Carat Reklamasi Pantai Penyusunan Rencana strategis K3. Kawasan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Penyusunan rencana Zonasi K4. Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil K5. Rencana Pengembangan transportasi Peningkatan dan penyuluhan K6. keterampilan masyarakat pesisir Kec. Makarti Jaya, Kec. Banyuasin II, Pengaturan dalam pengambilan Kec. Air Saleh, Kec. Muara Telang, atau pemompaan air tanah untuk K7. Kec. Pulau Rimau, Kec. Muara menjaga keseimbangan salinitas Sugihan di lingkungan pesisir Memelihara keseimbangan K8. alamiah antara pertambahan tanah erosi dan sedimentasi Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena dampak K9. dari kegiatan industri harus memiliki rencana-rencana penanggulangannya K10. Perlindungan terhadap kawasan ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana APBN, APBD Prov, Kab & Swasta APBD Kab & Swasta Instansi Pelaksana Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Bappeda&PM & Din PU Bappeda&PM & Din PU, Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM, Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Lingkungan Hidup VI-58 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

260 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi konservasi K11. Restorasi hutan pesisir Perwujudan Kawasan Strategis I Program Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi A. Pengembangan Kawasan Metropolitan Kota Palembang A1. Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi Revisi Masterplan KTM Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan. Penguatan kelembagaan dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan kawasan KTM A2. Kawasan Perdagangan Betung Penyusunan rencana detail kawasan Pengembangan sarana dan prasarana transportasi Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa Pengaturan pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin Kec. Telang ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Kec. Betung Sumber Dana APBD Kab APBD Kab Instansi Pelaksana Pemda Kab/Bappeda&PM, Din PU Bappeda&PM, Din PU Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Din. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bappeda&PM, Din PU Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Dinas PU Cipta Karya VI-59 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

261 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi A3. Kawasan Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai Penyususan RTBL Kawasan Pengembangan Fasilitas Perkantoran Pengembangan Fasilitas Permukiman perkotaan Pengembangan fasilitas sosialekonomi Pengembangan sarana dan prasarana transportasi ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Pangkalan Balai Kec. Banyuasin III A4. Kawasan Pusat Permukiman Perkotaan Penyususnan RTBL Kawasan Penataan Kasiba dan Lisiba Rencana pengembangan perumahan Rencana pengembangan fasilitas umum pendukung permukiman Pengembangan utilitas Kec. Talang Kelapa, Rambutan, Banyuasin I Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Bappeda&PM, Din PU Cipta Karya Dinas PU Cipta Karya Dinas PU Cipta Karya Pemda Kab/Bappeda&PM, Din PU Cipta Karya Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab Bappeda&PM, Din PU Kab Dinas PU Kab Bappeda&PM, Din PU APBD Kab & PDAM, Dinas swasta Pertambangan dan Energi, PLN Kab Pengembangan jaringan Dinas transportasi Perhubungan, komunikasi dan informatika, B. Program Kawasan Strategis Pertanian B1. Kawasan Agropolitan Penyusunan Masterplan Kec. Banyuasin III dan Kec. Tanjung APBD Kab & Bappeda&PM, VI-60 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

262 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Sumber Dana Instansi Pelaksana Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan Lago swasta Dinas PU Cipta Karya. pengembangan wilayah sentra produksi Dinas PU dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi Dinas Pertanian dan Peternakan, Din. PU Pengairan Kab Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika, peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci Dinas Pertanian Pengembangan kegiatan industri dan Peternakan, pengolahan (industri hilir) Dinas Koperasi, komoditas pertanian perindustrian, Pengembangan jaringan pasar perdagangan, dan promosi UKM Kab Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah dan swasta Pengembangan lembaga pembiayaan B2. Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun) - Penyusunan Masterplan KIMBUN : Kec. Banyuasin I, Kec. Air Kumbang, Kec. Muara Padang dan APBD Kab & swasta Bappeda&PM, Din PU Kab VI-61 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

263 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional. - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas perkebunan Kec. Rambutan. KIMBUN dan Migas : Kawasan Kec. Pulau Rimau dan Kec. Tungkal Ilir termasuk didalamnya Teluk Betung, Penuguaan, Mukut, Bentayan dan Kluang B3. Kawasan Sentra Produksi Beras Pertanian Pasang Surut Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui pengembangan aplikasi teknik budidaya dan bibit unggul (teknologi) Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian Kec. Tanjung Lago Kec. Sumber Marga Telang dan Kec. Muara Telang Sumber Dana APBD Kab & swasta Instansi Pelaksana Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika, Dinas PU, PDAM, Energi, PLN Kab Dinas Pertanian dan Peternakan, Din. Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab Bappeda&PM, Din PU Kab Dinas Pertanian dan Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika, Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-62

264 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi/daerah reklamasi rawa Pengembangan lumbung padi Pengembangan sistem Perlindungan hak-hak petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani C. Kawasan Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api Pengembangan kawasan Industri C1. Terpadu C2. pelabuhan/terminal general kargo mencapai C3. pelabuhan laut C4. pelabuhan penyeberangan C5. 1 stock pile batubara C6. pelabuhan peti kemas C7. pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen) C8. Pengembangan kawasan perkantoran C9. Pengembangan kawasan Permukiman Pengembangan Fasilitas umum sosial-ekonomi C10. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Banyuasin II dan Kec. Sumber Marga Telang Sumber Dana APBN, APBD Prov, Kab dan Swasta Instansi Pelaksana PDAM, PLN, Dinas PU Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas PU Pengairan Dinas Pertanian dan Peternakan Bappeda&PM, Din PU Cipta Karya Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Din PU Cipta Karya Dinas PU, Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab C11. Pengembangan Jaringan utilitas Dinas VI-63 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

265 No Program Utama dan Kegiatan Lokasi C12. pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan permukiman Pengembangan JaringanTransportasi D. Kawasan Strategis Industri D1. Penyusunan Masterplan D2. Penyusunan Rencana Detail Kawasan; D3. Pengembangan jaringan transportasi Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah, ketersediaan jalur D4. hijau/rth E. Kawasan Minapolitan E1. Penyusunan masterplan minapolitan E2. Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan E3. kawasan minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan Banyuasin Valey, Gasing dan Mariana Kawasan Air Batu, Sukamoro dan Rantau Bayur, Kawasan Sungsang, Muara Sugihan Sumber Dana APBD Kab & swasta APBD Kab & swasta Instansi Pelaksana Perhubungan, komunikasi dan informatika, Dinas Pertambangan dan Energi, PDAM, PLN, Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Bappeda&PM, Din PU Cipta Karya Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika, Dinas Pertambangan dan Energi, PDAM, PLN, Badan Lingkungan Hidup, Din PU Kab Bappeda&PM, Din PU Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika, PDAM, Dinas Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-64

266 II No Program Utama dan Kegiatan Lokasi E4. E5. tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas. Pengembangan prasarana sosialekonomi dilakukan untuk memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman. Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Kec. Banyuasin I Sumber Dana APBD Kab & swasta Instansi Pelaksana Pertambangan dan Energi, PLN,Din PU Dinas PU, Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Din Perikanan dan Kelautan Dukungan Perwujudan Kawasan Strategis Provinsi dari Sudut Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan A Kawasan Taman Nasional Sembilang Pengembangan ekowisata Bappeda&PM, A1. Din PU Kab pengembangan sarana prasarana Din PU, Din. pendukung pariwisata Perikanan dan A2. Kelautan, Din Pendidikan dan Din Pariwisata A3. A4. A5. Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi. Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Kawasan Taman Nasional Sembilang Peningkatan promosi wisata Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika,dinas PU Bappeda, Din PU Kab Din. Perikanan dan Kelautan dan VI-65 Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM

267 III No Program Utama dan Kegiatan Lokasi B. Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan B1. Reboisasi dan Pemantapan kawasan sebagai habitat Gajah B2. Revitalisasi infrastruktur pendukung pusat pelatihan gajah meningkatkan peran serta B3. pemerintah, pemberdayaan Kec. Muara Sugihan dan Kec. masyarakat sekitar dan investor Rambutan B4. Peningkatan sosialisasi dan promosi Optimalisasi kawasan tersebut B5. untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Dukungan Perwujudan Kawasan Strategis dari Kepentingan Sosial-Budaya A. Kawasan Perkampungan Nelayan Sungsang A1. Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan. A2. Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan dan Lingkungan Pengembangan sektor pariwisata. A3. A4. Pengembangan sarana dan prasarana permukiman serta transportasi. Sungsang Sumber Dana APBD Kab & swasta APBD Kab & swasta Instansi Pelaksana Din. Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olaraga BKSDA BKSDA,Dinas PU Dinas PU, Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab Din. PU Bappeda, Din PU Kab Dinas Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olaraga Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika, PDAM, Energi, PLN,Din PU Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-66

268 IV. No Program Utama dan Kegiatan Lokasi A5. Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan Sumber Dana Instansi Pelaksana Dinas PU, Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab Dukungan Perwujudan Kawasan Strategis dari Kepentingan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi A. Kawasan Agrocenter Sembawa A1. Penyusunan rencana detail PU dan kawasan Bappeda&PM A2. Pengembangan pusat balai Dinas Pertanian penelitian ternak unggul. dan Perkebunan, A3. Pengembangan pusat penelitian Dinas Pendidikan, perkebunan APBD Dinas Koperasi, A4. Pengembangan kawasan Kec. Sembawa Prov/Kab & perindustrian, agrowisata perkebunan. swasta perdagangan, Peningkatan sekolah pertanian UKM Kab A5. pembangunan menjadi bertaraf internasional A6. Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian Tahun Pelaksanaan PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM ARAHAN PEMANFAATAN RUANG VI-67

269 REVISI RTRW KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Laporan Akhir Hal 5-68

270 Penataan ruang merupakan serangkaian proses dan prosedur yang diikuti secara konsisten sebagai satu kesatuan, yaitu kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, perlu dilakukan kegiatan peninjauan kembali secara berkala dengan memanfaatkan informasi yang diperoleh dari proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas perijinan, pengawasan (pelaporan, pemantauan, dan evaluasi) dan penertiban. Pengendalian harus dilakukan secara rutin, baik oleh perangkat pemerintah daerah, masyarakat, atau keduanya. Dalam hal proses penataan ruang perlu melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam penataan ruang diatur dalam peraturan perundangan, meliputi Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Penataan Ruang, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun Dalam peraturan perundangan tersebut, masyarakat berhak dan wajib berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan pada ketentuan perundangan (legalistic approach) dengan menerapkan pendekatan yang lebih luwes di mana prinsip keberlanjutan merupakan acuan utama. Untuk mewujudkan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif diperlukan pertimbangan yang bersifat multi dan lintas sektoral. Prinsip-prinsip pengendalian didasarkan pada lima komponen berikut ini : Kategori pemanfaatan ruang dan kebijaksanaannya; Peringkat pengaruh geografis kebijaksanaan; Kerangka pengendalian yang berkelanjutan; ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -1

271 Instrumen dan tata cara pengendalian; Institusi pengendali. Ketentuan pengendalian pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin mengacu pada UU No 26 Tahun 2007 dan Permen 16 Tahun Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian intensif dan disinsentif serta pengenaan sanksi. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi : a) Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan b) Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang c) Menjamun agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan rencana tata ruang d) Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan e) Mencegah dampak pembangunan yang merugikan Oleh karenanya ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten di susun berdasarkan: a) Rencana struktur dan pola ruang b) Masalah, tantangan, dan potensi yang di miliki wilayah kabupaten c) Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang di tetapkan; dan d) Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait 7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Banyuasin Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten untuk peraturan zonasi. Ketentuan umum peratuaran zonasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten berisikan : a) Deskripsi atau definisi pola (jenis zona) yang telah ditetapkan dalam rencana pola ruang wilayah kabupaten b) Ketentuan Umum dan ketentuan rencana umum (design plan) yang merupakan ketentuan kinerja dari setiap pola ruang yang meliputi: ketentuan kegiatan yang diperbolehkan, bersyarat, atau dilarang; ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -2

272 ketentuan intensitas pemanfaatan ruang berupa tata bangunan, kepadatan bangunan, besaran kawasan terbangun, besaran ruang terbuka hijau, dan prasarana minimum yang perlu diatur terkait pengendalian ruang c) Ketentuan pemanfaatan ruang pada zona-zona yang dilewati oleh sistem jaringan prasarana dan sarana wilayah kabupaten mengikuti ketentuan perundangundangan yang berlaku dan d) Ketentuan khusus yang di sesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kabupaten untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, seperti pada kawasan lindung, kawasan rawan bencana, kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP), kawasan dengan pembangunan ruang udara (air-right) atau di dalam bumi. Penyusunan Klasifikasi Zonasi disusun sesuai dengan kondisi daerah dan rencana pengembangannya dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi yang ada, yang telah disusun berdasarkan : a. Kajian literatur studi-studi yang pernah dilakukan, ketentuan normatif (peraturan-perundangan), dan kajian perbandingan dari berbagai contoh; b. Skala/tingkat pelayanan kegiatan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku (standar Departemen PU); 2. Menambahkan/melengkapi klasifikasi zonasi pada lampiran yang dirujuk dengan mempertimbangkan : a. Hirarki klasifikasi zonasi yang dipilih sebagai dasar pengaturan (untuk kawasan budidaya di wilayah perkotaan dianjurkan sekurang-kurangnya hirarki 5. b. Zonasi yang sudah berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya (kajian/pengamatan empiris) dan dianggap perlu ditambahkan ke dalam klasifikasi zona. c. Jenis zona yang spesifik yang ada di daerah. d. Jenis zonasi yang prospektif berkembang di daerah. 3. Menghapuskan zonasi yang tidak terdapat di daerah. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -3

273 Klasifikasi fungsi zona dapat merujuk pada peraturan perundangan yang sesuai dengan kondisi pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin. Fungsi utama peruntukan kawasan adalah : 1. Kawasan Lindung, terdiri dari : Kawasan Hutan lindung, Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, Kawasan perlindungan setempat, Kawasan suaka alam dan kawasan rawan bencana alam 2. Kawasan Budidaya, terdiri dari : Kawasan hutan produksi; Kawasan pertanian; Kawasan pertambangan; Kawasan industri; Kawasan pariwisata; Kawasan permukiman, Kawasan Perikanan dan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya diatur berdasarkan ketentuan teknis pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin. Ketentuan teknis pemanfaatan kawasan lindung adalah : a. Di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali pembangunan prasarana vital dengan luas areal maksimum 2 % dari luas kawasan lindung. b. Di dalam kawasan non-hutan yang berfungsi lindung diperbolehkan kegiatan budidaya secara terbatas dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan dan wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup. c. Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup, serta dapat mengganggu fungsi lindung harus dikembaikan ke fungsi lindung secara bertahap sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan ketentuan pemanfaatan kawasan budidaya adalah : a. Pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang tidak dapat ditingkatkan pemanfaatannya. b. Pemanfaatan tanah di kawasan budidaya yang belum diatur dalam rencana rinci tata ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan kriteria dan standar pemanfaatan ruang. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -4

274 c. Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang di atas dan atau di bawah tanah yang tidak terkait dengan penguasaan tanah dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu penggunaan dan pemanfaatan tanah ybs. d. Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang di atas dan atau di bawah tanah dilaksanakan besarkan peraturan perundangan yang berlaku. Matrik tipikal ketentuan peratuaran zonasi Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Tabel berikut ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -5

275 Pola Ruang Kabupaten A. Kawasan Lindung Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Tabel 7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi A1. Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya - Kawasan Hutan Lindung Diizinkan kegiatan lain yang bersifat komplementer terhadap fungsi hutan KLB maksimum 0,3; KDB maksimum 9 %; lindung sebagaimana ditetapkan KDH minimum 90%; dalam Kepmen Hut Nomor 50 tahun 2006 Bersyarat untuk Kegiatan pertambangan di kawasn hutan lindung sepanjang tidak dilakukan secara terbuka, yaitu harus dilakukan reklamasi areal bekas penambangan sehingga kembali berfungsi sebagai kawasan lindung dan Pembatasan kegiatan penambangan tertutup Bersyarat untuk alih fungsi Hutan lindung yaitu dengan mengikuti prosedur dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; Dilarang melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) Pembangunan prasarana terbatas untuk pencegahan dan penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor, letusan gunung api, lahar dingin, dan potensi bencana lainnya, Pembangunan pos pos keamanan pada titik titik tertentu sesuai kebutuhan pengamanan lalu lintas dan pencegahan perambahan hutan. Ketentuan Khusus Lainnya Umum Pemanfaatan ruang untuk budidaya perlu pengawasan secara ketat oleh pemerintah Kabupaten dengan pemberanian sanksi hukum - Kawasan resapan air Diizinkan untuk zona pariwisata KDB maksimum 20% Prasarana yang dapat Pemanfaatan ruang untuk ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -6

276 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) perikanan dengan syarat tidak merubah bentang alam Dilarang untuk kegiatan budidaya Dilarang menimbun tanah yang dapat merusak ekosistem yang berada pada kawasan tersebut. Bersyarat untuk permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan namun harus memenuhi syarat : a. Tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum 20% dan KLB maksimum 40%). b. Perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki daya serap air tinggi - Kawasan Bergambut Diizinkan kegiatan pariwisata yang tidak merubah bentang alam, seperti: outbound, wisata alam, olahraga, camping dan hiking Dilarang adanya kegiatan budidaya di atas kawasan bergambut yang memiliki ketebalan 3 meter; Bersyarat untuk pembangunan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) KLB maksimum 40% KDH minimum 90%; KLB maksimum 0,3; KDB maksimum 9 %; KDH minimum 90%; GSB minimum berbanding lurus dengan Rumija; dibangun meliputi: jalan inspeksi dengan rumija 8 m dan pos-pos pengawasan Dalam kawasan resapan air, wajib dibangun sumursumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku. Prasarana yang dapat dibangun meliputi: jalan inspeksi dengan rumija 8 m dan pos-pos pengawasan Ketentuan Khusus Lainnya Umum budidaya perlu pengawasan secara ketat oleh pemerintah Kabupaten dengan pemberanian sanksi hukum Pemanfaatan ruang harus disertai pengawasan Pemerintah Provinsi dan Kementerian Kehutanan ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -7

277 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) prasarana wilayah yang melintasi kawasan bergambut dengan ketebalan 3 meter yaitu dengan ketentuan: a. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut; b. mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan peraturan lainnya yang berwawasan lingkungan; A3. Kawasan Perlindungan Setempat - Kawasan Sempadan Diizinkan Kegiatan wisata alam, Pantai perikanan, penelitian yang tidak merubah bentang alam Dilarang Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial, dan kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) KLB maksimum 0; KDB maksimum 10 %; KDH minimum %; Ketentuan Khusus Lainnya Umum Prasarana seperti Lebar sempadan pantai bangunan pengendali air, paling sedikit 100 (seratus) dan sistem peringatan dini meter dari titik pasang air (early warning system); laut tetinggi ke arah darat. yang telah mendapat Penetapan batas Sempadan persetujuan dari instansi Pantai mengikuti ketentuan: dan pejabat yang a. Perlindungan terhadap berwenang gempa dan/atau tsunami; b. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi; c. perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -8

278 Pola Ruang Kabupaten - Kawasan Sempadan Sungai Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Diizinkan untuk jalur hijau Diizinkan untuk Kegiatan pariwisata yang tidak merubah bentang alam Diizinkan untuk Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu yang tidak merubah bentang alam Dilarang Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial, dan kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) KLB maksimum 0; KDB maksimum 0 %; KDH minimum 100%; Sarana dan prasarana yang dapat dibangun papan reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik, telepon, dan PDAM. Sarana dan prasarana yang dapat dibangun terbatas untuk bangunan pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; Ketentuan Khusus Lainnya Umum alam lainnya; d. perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta; e. pengaturan akses publik; serta f. pengaturan untuk saluran air dan limbah. Ketentuan lebar sempadan sebagai berikut : a. Bertanggul dan berada dalam kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar b. Tidak bertanggul dan berada diluar kawasan permukiman dengan lebar minimal paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai c. Tidak bertanggul pada ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -9

279 Pola Ruang Kabupaten - Kawasan Sekitar Mata Air - Kawasan Rekamasi Rawa Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Diizinkan untuk kegiatan penunjang pariwisata alam yang tidak merubah bentang alam Diizinkan untuk Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu Diizinkan untuk jalur hijau Diizinkan untuk Kegiatan pariwisata yang tidak merubah bentang alam Diizinkan untuk Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu yang tidak merubah bentang alam Dilarang Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial, dan kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) KLB maksimum 0; KDB maksimum 0 %; KDH minimum 100%; KLB maksimum 0; KDB maksimum 0 %; KDH minimum 100%; Prasarana berupa Bangunan penyalur air dengan syarat radius 15 meter dari mata air Sarana dan prasarana berupa Bangunan papan reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik, telepon, dan PDAM yang tidak merubah bentang alam. Sarana dan prasarana berupa Bangunan papan reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik, telepon, dan PDAM yang tidak merubah bentang alam. Ketentuan Khusus Lainnya Umum sungai kecil diluar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai. ketentuan radius melingkar (diameter) sekurangkurangnya 200 meter. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian sumberdaya air sebagai sumber mata air aik untuk memenuhi kebutuhan manusia maupun pertanian. Ketentuan lebar sempadan sebagai berikut : a. Untuk saluran primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurangkurangnya 2 1/2 (dua setengah) x (kali) lebar atas saluran, diukur ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -10

280 Pola Ruang Kabupaten A4. Kawasan Suaka Alam Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Diizinkan untuk Kegiatan preservasi dan konservasi lingkungan. Diizinkan untuk kegiatan penelitian, wisata alam dan kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi kawasan tersebut. Diizinkan untuk kegiatan wisata alam yang tidak merubah bentang alam Dilarang untuk kegiatan budidaya yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) KLB maksimum 0; KDB maksimum 0 %; KDH minimum 100%; prasarana wilayah, berupa bangunan penunjang fungsi kawasan dan bangunan pencegah dan penanggulangan bencana alam. Ketentuan Khusus Lainnya Umum dan as saluran. b. Untuk saluran tersier pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurangkurangnya 1 (satu) meter diukur dari kaki tanggul sebetah Luar. c. Untuk saturan primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa khusus untuk tambak baru sekurang-kurangnya 1 (satu) meter diukur dan kaki Langgit sebelah luar. Pemanfaatan ruang untuk budidaya perlu pengawasan secara ketat oleh pemerintah Kabupaten dengan pemberanian sanksi hukum ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -11

281 Pola Ruang Kabupaten A5. Kawasan Pelestarian Alam Taman Nasional A6. Kawasan Rawan Bencana Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Diizinkan untuk Kegiatan preservasi dan konservasi lingkungan terkait dengan perlindungan ekosistem taman Nasional Diizinkan kegiatan budidaya hanya bagi penduduk asli di zona penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat; Diizinkan untuk kegiatan Pariwisata alam terbatas yang tidak boleh merubah bentang alam Dilarang penebangan pohon dan perburuan satwa yang dilndungi undang-undang Dilarang untuk kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional Dilarang untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam Diizinkan untuk pemanfaatan Hutan, perkebunan dengan tanaman Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - Prasarana untuk Pengembangan jaringan listrik dengan ketentuan yang telah ditetapkan - pembangunan prasarana penunjang untuk Ketentuan Khusus Lainnya Umum Pemanfaatan ruang untuk budidaya perlu pengawasan secara ketat oleh pemerintah Kabupaten dengan pemberanian sanksi hukum Pemanfaatan ruang untuk budidaya perlu pengawasan ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -12

282 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) tegakan tinggi Diizinkan untuk Kegiatan budidaya seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana alam Pembatasan perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan rawan bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan (building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam, serta dilengkapi jalur evakuasi; Dilarang membangun perumahan dan permukiman. Perumahan yang sudah ada didorong untuk direlokasi. Dilarang membangun jembatan yang mengurangi lebar palung sungai B. Kawasan Budidaya B1. Hutan Produksi Diizinkan untuk Kegiatan/bangunan wisata seperti outbond, bumi perkemahan dengan tidak merubah bentang alam Diizinkan untuk Kegiatan penanaman tanaman sela diantara Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) mengurangi resiko bencana banjir. - Prasarana yang dapat dibangun berupa jalan dan waduk Ketentuan Khusus Lainnya Umum secara ketat oleh pemerintah Kabupaten dengan pemberanian sanksi hukum Sebelum kegiatan pengelolaan hutan produksi dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -13

283 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) pohon-pohon utama Bersyarat untuk penebangan, yaitu dengan pola tebang pilih (stripcroping) agar hutan yang ada dapat dikelola secara selektif, sehingga keutuhan hutannya sejauh mungkin terpelihara. Dilarang untuk Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial, dan kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan B2. Kawasan Pertanian - Pertanian Pangan Diizinkan untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan perikanan Diizinkan dilakukan kegiatan wisata agro, penelitian dan pendidikan dengan tidak merubah bentang alam Bersyarat untuk Alih fungsi sawah irigasi teknis dikawasan perkotaan yaitu maksimum 50% Terbatas untuk Lahan terbangun yaitu disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan berdasarkan kajian detil Dilarang kegiatan yang merubah dan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - Jalan sesuai dengan kebutuhan bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian lahan basah seperti gudang penyimpanan hasil pertanian, tempat penjemuran padi, tempat penyimpanan Saprodi. Ketentuan Khusus Lainnya Umum dari lembaga yang berwenang. Perubahan kawasan pertanian menjadi non pertanian harus diikuti oleh pengembangan kawasan pertanian baru dengan tetap memperhatikan luas kawasan yang dipertahankan sebagai kawasan pertanian kecuali lahan pertanian pangan yang telah mempunyai ketetapan hukum Pemanfaatan kawasan pertanian diarahkan untuk ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -14

284 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) mengurangi luas pertanian lahan basah terutama pada lahan irigasi teknis. - Holtikultura Diizinkan pemanfaatan untuk permukiman, peternakan, dan industri. Diizinkan kegiatan perkebunan rakyat pada kawasan pertanian lahan kering. Diizinkan dilakukan kegiatan wisata agro, penelitian dan pendidikan dengan tidak merubah bentang alam - Perkebunan Diizinkan adanya kegiatan budidaya yang meningkatkan dan atau mempertahankan kelestarian konservasi air dan tanah Bersyarat untuk Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; Bersyarat untuk Kawasan budidaya lain dengan memperhatikan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian lahan kering. Pengembangan sarana dan prasarana wisata agro secara terbatas. Pengembangan sarana dan prasarana industri agro. - Prasarana yang dapat dibangun meliputi: jalan usaha tani dengan rumija 8 m, tempat parkir bongkar muat, gudang penyimpanan hasil perkebunan, tempat pengolahan hasil perkebunan, mess tempat tinggal pekerja, tempat penyimpanan Saprodi, kantor pengelola Ketentuan Khusus Lainnya Umum meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan cooperative farming Pemanfaatan kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman hortikultura dengan mengembangkan kawasan good agriculture practices. Sebelum kegiatan perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk dilakukan studi kelayakan dan studi AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang; ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -15

285 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) persyaratan teknis yang ditetapkan pemerintah Dilarang merubah jenis tanaman perkebunan untuk kawasan perkebunan besar yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan; Dilarang dilakukan di dalam kawasan lindung Dilarang memindahkan hak atas tanah usaha perkebunan yang mengakibatkan terjadinya satuan usaha yang kurang dari luas minimum (sesuai Peraturan Menteri) Dilarang untuk kegiatan yang merubah dan mengurangi luas kawasan perkebunan. Kecuali kegiatan pertambangan yang sudah eksploitasi dan izinnya tidak untuk diperpanjang lagi. - Peternakan Diizinkan untuk Kegiatan pengembangan jalur hijau Diizinkan pembangunan rumah petani disekitar kawasan. Diizinkan rumah potong hewan dan balai pelatihan disekitar kawasan. Dilarang kegiatan lain yang Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) perkebunan - Prasarana yang dapat dibangun meliputi: jalan usaha tani dengan rumija 8 m, tempat parkir bongkar muat, rumah potong, balai pelatihan. Ketentuan Khusus Lainnya Umum Mempertahankan ternak plasma nuftah sebagai potensi daerah. Perlu adanya pengolahan limbah untuk peternakan skala besar Kawasan peternakan ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -16

286 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) Ketentuan Khusus Lainnya Umum (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) mengganggu kegiatan peternakan. diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak B3. Perikanan Diizinkan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bersyarat untuk pengembangan Kawasan budidaya lain misalnya permukiman nelayan, sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan dengan memperhatikan persyaratan teknis yang ditetapkan pemerintah yaitu diluar garis sepadan sungai Pada kawasan perikanan yang juga dibebani fungsi wisata, pengembangan perikanannya terbatas, tidak boleh merusak/mematikan fungsi pariwisata Dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya. Dilarang kegiatan lain yang mengganggu kegiatan perikanan - Prasarana yang dapat dibangun meliputi: jalan usaha tani dengan rumija 8 m, tempat parkir bongkar muat, tempat pengolahan hasil perikanan, balai pelatihan Memiliki instalasi pengelolaan limbah untuk pengelolaan perikanan skala besar Memanfaatkan potensi perikanan di wilayah peraiaran teritorial dan ZEE Indonesia; Memelihara kelestarian potensi sumber daya ikan; dan Melindungi jenis biota laut tertentu yang dilindungi peraturan perundangundangan. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -17

287 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) dan kualitas air sungai B4. Pertambangan Diizinkan untuk Kegiatan pertanian danperkebunan Pembatasan Kegiatan permukiman hanya untuk menunjang kegiatan pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek keselamatan Bersyarat pada kegiatan yang sudah memiliki dokumen AMDAL dan sudah menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Dilarang dilakukan pada kawasan taman nasional, hutan lindung, dan pada tempat yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - Prasarana yang dapat dibangun meliputi: jalan tambang dengan rumija 24 m. Ketentuan Khusus Lainnya Umum Pengelolaan kawasan bekas penambangan yang telah digunakan harus direhabilitasi dengan. Sebelum kegiatan pertambangan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan. Pengharusan penjaminan segi-segi keselamatan pekerja dan keamanan lingkungan dalam penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan penambangan. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -18

288 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) B5. Industri Diizinkan untuk Pengembangan jalur hijau Diizinkan bagi permukiman penduduk yang sudah terlebih dulu bermukim di kawasan peruntukan industri, tetapi dengan pembatasan kegiatan agar tidak mengakibatkan kecelakaan industri. Bersyarat untuk Budidaya lain seperti permukiman, perdagangan jasa, serta fasilitas umum dengan persyaratan tertentu yang telah diteteapkan pemerintah Terbatas untuk Permukiman para pekerja termasuk fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan para pekerja maksimum 20% dari luas lahan yang ada Dilarang berlokasi berbatasan langsung dengan kawasan permukiman; B6. Pariwisata Diizinkan dilakukan penelitian dan pendidikan. Pada kawasan pariwisata alam dilarang melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan rusaknya Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) KLB maksimum 2 Lantai KDB 40% - 60%; KDH 40% - 60%; KLB maksimum 2 Lantai KDB maksimum 40%; KDH minimum 60%; Prasarana yang dapat dibangun meliputi: jalan kawasan industri dengan rumija 24 m, gudang, area bongkar muat, mess karyawan, IPAL. Ketentuan Khusus Lainnya Umum Pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan arteri atau kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran aksesibilitas; Setiap kegiatan industri harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan serta dilakukan studi AMDAL. sarana dan prasarana yang Pada obyek yang tidak mendukung kegiatan memiliki akses yang cukup, pariwisata dan sistem perlu ditingkatkan prasarana wilayah sesuai pembangunan dan dengan ketentuan pengendalian ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -19

289 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam; dilarang dibangun permukiman dan industri yang tidak terkait dengan kegiatan pariwisata; Dilarang adanya bangunan lain kecuali bangunan pendukung kegiatan wisata alam; B7. Permukiman Diizinkan adanya kegiatan industri skala rumah tangga, perdagangan jasa, pertanian lahan kering dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan lingkungan; Dilarang dialokasikan pada kawasan lindung/konservasi serta tidak terletak pada lahan pertanian teknis. Dilarang dikembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial masyarakat. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) KLB maksimum 4 lantai; KDB maksimum 40% - 60%; KDH 40% - 60%; perundang-undangan yang berlaku; sarana dan prasarana pendukung fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku; Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku; Ketentuan Khusus Lainnya Umum pembangunan sarana dan prasarana transportasi ke obyek-obyek wisata alam, budaya dan minat khusus Pengembangan pariwisata harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan serta studi AMDAL. Untuk pengembangan resletment di luar permukiman yang telah ada diupayakan dekat dengan pusat pelayanan. Pengembangan permukiman harus aman dari bahaya bencana alam, sehat, mempunyai akses untuk kesempatan berusaha permukiman harus sesuai dengan peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku (KDB, KLB, sempadan bangunan, dan ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -20

290 Pola Ruang Kabupaten C. Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil D. Kawasan reklamasi pantai Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Diizinkan untuk Kegiatan pariwisata alam dengan tidak merubah bentang alam Pembatasan pada Bangunan yang telah mendapat persetujuan instansi/pejabat setempat Kegiatan permukiman terbatas untuk mendukung pengembangan perikanan dan pariwisata, maksimum 20% dari luas wilayah Dilarang Kegiatan pembangunan dilakukan di dalam kawasan lindung. Dilarang melakukan kegiatan yang merusak fungsi ekosistem daerah peruntukan Dilarang untuk Kegiatan budidaya lain seperti industri polutan Diizinkan untuk Kegiatan pariwisata alam dengan tidak merubah bentang alam Pembatasan pada Bangunan maksimal 40% dan site development minimal 60% yang telah mendapat persetujuan instansi/pejabat setempat Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku KLB maksimum 5 lantai; KDB maksimum 40 %; KDH minimum 60%; sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku Ketentuan Khusus Lainnya lain sebagainya) Umum Penetapan diupayakan berdekatan dengan kawasan industri dan pusat distribusi barang secara efisien. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -21

291 Pola Ruang Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Dilarang Kegiatan pembangunan dilakukan di dalam kawasan lindung. Dilarang melakukan kegiatan yang merusak fungsi ekosistem daerah peruntukan E. Kawasan sekitar Sistem Prasarana D1. Jaringan Jalan Diizinkan untuk Pengembangan Jalur hijau Bangunan di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi harus memilki sempadan bangunan yang sesuai dengan ketentuan setengah ruas milik jalan ditambah 1 (sesuai ketentuan berlaku). Terbatas untuk kegiatan kepentingan umum dengan mendapatkan izin sesuai ketentuan berlaku. dilarang adanya kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan lalu lintas regional pada pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten dilarang bangunan dalam DAMIJA sesuai ketentuan yang berlaku Di sepanjang kawasan sekitar sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - Prasarana yang dapat dibangun meliputi: tempat parkir dan tempat bongkar muat. Ketentuan Khusus Lainnya Umum Perlu adanya pengendalian terutama IMB yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Lebar Ruang milik jalan dan lebar pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan berdasarkan peraturan terkait. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -22

292 Pola Ruang Kabupaten D2. Jalur Rel Kereta Api D3. ASDP dan Transportasi Laut Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) kabupaten dilarang melakukan kegiatan yang dapat menutup sebagian/seluruh jalan atau menghambat kelancaran lalu lintas Pada kawasan sekitar prasarana jalan lokal primer maupun jalan strategis kabupaten Diizinkan Pengembangan jalur hijau di sempadan pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api nasional yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan Terbatas untuk kegiatan kepentingan navigasi perkeretaapian dengan mendapatkan izin sesuai ketentuan berlaku Dilarang adanya kegiatan dan bangunan yang dapat menimbulkan hambatan lalu lintas Diizinkan Pengembangan kegiatan perikanan dan pariwisata alam sesuai ketentuan berlaku Terbatas untuk bangunan yang Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku - sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku Ketentuan Khusus Lainnya Umum penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta api. - ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -23

293 Pola Ruang Kabupaten D4. Kawasan sekitar jaringan prasarana energi Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) mendukung kelancaran operasional transportasi dan fasilitas pendukung pelabuhan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan; pelarangan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan. Diizinkan kegiatan yang tidak intensif, diantaranya untuk kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, RTH, perikanan, dan peternakan Pada kawasan dibawah jaringan listrik SUTUT, SUTET, dan SUTM Diizinkan Pengembangan Jalur hijau Dilarang melakukan kegiatan di sekitar prasarana pembangkit listrik maupun gardu induk distribusinya yang dapat membahayakan berfungsinya prasarana energi tersebut Disepanjang jaringan dilarang Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - fasilitas pendukung operasional jaringan Ketentuan Khusus Lainnya Umum Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik harus memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -24

294 Pola Ruang Kabupaten D5. Prasarana Sumberdaya air Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Ketentuan Umum (yang diizinkan, bersyarat dan Prasarana Minimum Khusus Lainnya (KDB, KLB, KDH) tidak diizinkan) mendirikan bangunan jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Diizinkan untuk kawasan pertanian, - sarana dan prasarana pemanfaatan ruang pada perkebunan, hutan dan ruang pendukung sumber daya air kawasan di sekitar wilayah terbuka hijau sesuai dengan petunjuk sungai dengan tetap Dilarang membangun bangunan teknis dan peraturan yang menjaga kelestarian maupun melakukan kegiatan sekitar berlaku lingkungan dan fungsi prasarana sumber daya air yang Bangunan terbatas untuk lindung kawasan; dapat mengganggu, mencermarkan, mendukung sumberdaya air Garis sempadan jaringan dan merusak fungsi prasarana seperti rumah pompa,pos reklamasi rawa ditetapkan sumber daya air. keamanan,dll sebagai berikut : a. Untuk saluran primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurangkurangnya dua setengah kali lebar atas saluran, diukur dan as saluran. b. Untuk saluran tersier pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurangkurangnya satu meter diukur ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -25

295 Pola Ruang Kabupaten D6. Sekitar Prasarana Telekomunikasi Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Diizinkan Pengembangan jalur hijau, pertanian kering, perkebunan, dan hutan Bersyarat untuk Permukiman, perdagangan jasa serta fasilitas umum dengan syarat radius m dari prasarana komunikasi Dilarang adanya bangunan rumah dalam kawasan sekitar sistem prasarana telekomunikasi yang dapat mengganggu keamanan orang dalam bangunan tersebut. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku Ketentuan Khusus Lainnya Umum dari kaki tanggul sebetah Luar. c. Untuk saturan primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa khusus untuk tambak baru sekurangkurangnya satu meter diukur dan kaki Langgit sebelah luar. Peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -26

296 Pola Ruang Kabupaten D7. Prasarana lingkungan (jaringan limbah, persampahan dan tanggul) Ketentuan Umum Kegiatan (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan) Dilarang terletak berdekatan dengan kawasan permukiman Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum (KDB, KLB, KDH) - prasarana penunjang pengelolaan sampah/limbah Ketentuan Khusus Lainnya Umum Peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya. harus didukung oleh studi AMDAL yang telah disepakati oleh instansi yang berwenang; Pengelolaan sampah dalam TPST dilakukan dengan sistem sanitary landfill sesuai ketentuan peraturan yang berlaku; ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -27

297 7.2 Ketentuan Perizinan dalam Penataan Ruang Perizinan pemanfaatan ruang merupakan izin-izin yang diberikan melalui mekanisme perizinan untuk memanfaatkan ruang termasuk untuk melaksanakan kegiatannya sesuai dengan rencana tata ruang. Perizinan pemanfaatan ruang pada dasarnya diberikan guna pelaksanaan tertib pemanfaatan yang menjamin keamanan dan kenyamanan serta menciptakan kemudahan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang, memberikan pengertian bagi usaha kelancaran pembangunan, bukan menciptakan rantai panjang dalam pelaksanaan pembangunan. Ketentuan perizinan disusun berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi yang sudah di tetapkan dan ketentuan teknis berdasarkan peraturan perundang-undangan sector terkait lainnya. Secara lebih rinci berkenaan dengan ketentuan perizinan ini, pada Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 ditetapkan bahwa : a. Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Penataan Ruang diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masingmasing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum. d. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. e. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin. f. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak. g. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -28

298 Jenis-jenis perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten Banyuasin yang berkaitan dengan penataan ruang berserta persyaratan yang diperlukan. Lembaga yang menangani perizinan adalah Badan Pelayanan Terpadu. Bentuk-bentuk perizinan tersebut diantaranya : 1. Izin Prinsip 2. Izin Lokasi 3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 4. Izin Gangguan 5. Izin Tempat Usaha (SITU) 6. Izin Mendirikan Tower 7. Izin Reklame 8. Izin Lingkungan 9. Rekomendasi AMDAL 10. Izin lain berdasarkan peraturan perundangan Secara umum, alur pentahapan perizinan di wilayah kabupaten Banyuasin melalui Badan Pelayanan Terpadu adalah sebagai berikut: Gambar 7.1 Tahapan Perizinan di Wilayah Kabupaten Banyuasin Sedangkan untuk pengajuan izin prinsip dan lokasi mekanisme dan prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -29

299 Tabel 7.2 Mekanisme Perizinan Kabupaten Banyuasin No Jenis Pelayanan Mekanisme/ Prosedur/ Tata Cara 1 Izin Prinsip 1. Pengajuan berkas permohonan di lokasi pelayanan; 2. Berkas permohonan dinyatakan lengkap, kemudian diadakan rapat koordinasi dengan mengundang Tim Teknis Lapangan dan dibuatkan Berita Acara dan Dilanjutkan Pemeriksaan (BAP); 3. Berdasarkan Berita Acara (BAP) tersebut permohonan dapat disetujui an atau ditolak; 2 Izin Lokasi 1. Pengajuan berkas permohonan di loket pelayanan; 2. Berkas Permohonan dinyatakan Lengkap kemudiaan diadakan rapat koordinasi dengan mengundang Tim Teknis dilanjutkan Pemeriksaan lapangan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP); 3. Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tersebut permohonan dapat disetujui atau tidak. Berkenaan dengan muatan RTRW tahun , dimana dalam muatannya terdapat arahan pemanfaatan ruang yang perlu diatur perizinannya, selain perizinan yang sudah ada saat ini. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Banyuasin perlu menyiapkan beberapa bentuk pelayanan perizinan seperti di bawah ini : 1. Izin In Gang 2. Izin Saluran Air Hujan 3. Izin Saluran Air Limbah 4. Izin Reklamasi Rawa 1. Izin In Gang Izin in gang ini diperlukan bagi kagiatan tertentu yang memerlukan adanya jalan masuk secara khusus ke lokasi kegiatan usaha. Dalam hal ini kegiatan tersbut memerlukan akses jalan untuk memungkinkan pemakai jalan memasuki tempat kegiatan tersebut. Untuk mendapatkan izin in gang diperlukan berbagai persyaratan, diantaranya : a. Mengisi formulir yang telah disediakan, diketahui ketua RT sampai dengan camat; b. Fotocopy KTP pemohon c. Fotocopy sertifikat tanah atau surat ukur yang dikeluarkan kantor pertanahan; d. Gambar sketsa lokasi; e. Gambar rencana jalan masuk (in gang); f. Surat pernyataan (bilamana diperlukan). ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -30

300 2. Izin Saluran Air Hujan Izin saluran air hujan diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan pembangunan saluran air hujan tertentu. Untuk mendapatkan izin ini diperlukan berbagai persyaratan, diantaranya : a. Mengisi formulir yang telah disediakan, diketahui ketua RT samapi camat; b. Fotocopy KTP pemohon; c. Fotocopy sertifikat tanah atau surat ukur yang dikeluarkanoleh kantor pertanahan; d. Gambar sketsa lokasi; e. Gambar rencana jalan masuk (in gang) atau saluran air hujan; f. Surat pernyataan tidak bermaterai. 3. Izin Saluran Air Limbah/Saluran Air Kotor Izin saluran air limbah diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan pembagunan saluran air limbah/air kotor tertentu. Untuk mendapatkan izin ini diperlukan berbagai persyaratan, diantaranya : a. Fotocopy IMBB/IMB; b. Denah situasi; c. Bagi bangunan yang belum memiliki IMBB, agar melampirkan fotocopy sertifikat tanah; d. Fotocopy KTP pemohon 4. Izin Reklamasi Rawa Permohonan izin reklamasi rawa harus dilengkapi: a. Data admrnistrasi berupa: - Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP yang berlaku dan penanggung jawab instansi / perusahaan / perkumpulan /perorangan. - Foto Copy akte pendirian perusahaan dan legalisasi instansi / perkumpulan. - Nomor Wajib Pajak (NPWP) perusahaan/ perkumpulan /perorangan yang berlaku. - Pasphoto penanggung jawab perusahaan/ perkumpulan/ perorangan ukuran 4 x 6 rangkap 4 (empat). - Bukti pembayaran biaya administrasi perizinan. b. Data teknis berupa: ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -31

301 - Rencana teknis reklamasi rawa yang dilengkapi peta lokasi kegiatan yang menggambarkan tata letak reklamasi rawa terhadap lingkungan sekitarnya dan gambar detail jaringan Reklamasi rawa serta peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan reklamasi - Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sesuai dengan peraturan yang berlaku di Depantemen Pekerjaan Umum 7.3. Ketentuan Pemberian Insentif dan Disintensif Arahan pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif. Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif mengandung suatu pengaturan dan pengendalian pembangunan yang bersifat akomodatif terhadap setiap perubahan yang menunjang pembangunan/perkembangan kota. Ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pemberian imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong perwujudannya dalam rencana tata ruang. Pemberian insentif dimasudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. a. Insentif dari kepada pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan antara lain dalam bentuk : - Subsidi silang - Kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pemerintah - Penyediaan prasarana dan sarana daerah - Pemberian kompensasi - Penghargaan dan fasilitasi - Publikasi atau promosi daerah b. Insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya, antara lain dalam bentuk : - Pemberian kompensasi - Pemberian penyediaan sarana dan prasarana - Kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -32

302 - Publikasi atau promosi daerah c. Insentif dari pemerintah kepada masyarakat diberikan, antara lain dalam bentuk : - Keringanan pajak - Pemberian kompensasi - Pengurangan retribusi - Imbalan - Sewa ruang - Urun Saham - Penyediaan Infrastruktur - Kemudahan prosedur perizinan - Penghargaan Mekanisme insentif yang diberikan, lebih diarahkan pada kawasan-kawasan prioritas yang memiliki tingkat perkembangan yang cepat dan mampu memacu perkembangan wilayah sekitarnya, serta kawasan-kawasan yang memiliki tingkat perkembangan yang rendah namun memiliki potensi unggulan dan perlu dipromosikan. Adapun Mekanisme insentif yang diberikan, meliputi : Bidang Ekonomi, dilakukan dengan mempromosikan potensi-potensi unggulan wilayah, serta pengenaan pajak yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Penyediaan Sarana dan Prasarana Wilayah, dilakukan dengan melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang mampu memacu kegiatan perekonomian dan merupakan keunggulan komparatif wilayah, yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Kemudahan perizinan, dilakukan dengan memberikan kemudahan dalam swasta maupun masyarakat. Kemudahan informasi, dilakukan dengan memberikan kemudahan informasi terhadap segala kegiatan yang akan dilaksanakan pada wilayah tersebut. Sedangkan untuk Ketentuan diinsentif merupakan ketentuan yang mengatur tentang pengenaan bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang. a. Disinsentif dari pemerintah kepada pemerintah daerah antara lain dalam bentuk : - Persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh Pemerintah; ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -33

303 - Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di daerah; dan/atau - Pemberian status tertentu dari Pemerintah b. Disinsentif kepada pemerintah daerah dikenakan antara lain dalam bentuk : - Pembatasan penyediaan infrastruktur - Pengenaan kompensasi - pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang c. Disinsentif dari pemerintah daerah kepada masyarakat dikenakan antara lain dalam bentuk : - Pengenaan pajak yang tinggi - Pembatasan penyediaan insfrastruktur - Pengenaan kompensasi - kewajiban memberi imbalan - pensyaratan khusus dalam perizinan - Pinalti Mekanisme disinsentif digunakan sebagai perangkat yang mampu mengendalikan, segala kegiatan-kegiatan yang diperkirakan akan memperlambat pencapaian tujuan pengembangan wilayah, serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Adapun perangkat disinsentif yang diberikan, meliputi : Bidang Ekonomi, dilakukan dengan pengenaan pajak yang relatif lebih tinggi, jika pada lokasi-lokasi yang sudah diberikan izin pemanfaatannya tidak dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu perencanaan atau lahan-lahan tersebut tidak dimanfaatkan atau ditelantarkan (lahan tidur). Bidang Fisik, dilakukan dengan membatasi kegiatan atau tidak menyediakan sarana dan prasarana pelayanan. Teknis Bangunan, dilakukan dengan memberikan persyaratan teknis bangunan berupa pembatasan tata bangunan (Koefisien Dasar Bangunan/KDB) serta pembatasan ketinggian bangunan (Koefisien Lantai Bangunan/KLB). Perizinan, dilakukan dengan tidak memberikan izin pemanfaatan ruang bagi kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -34

304 Pembatasan pemanfaatan, dilakukan dengan membatasi pemanfaatan sumber daya secara terbatas dan tidak mengganggu kelestarian lingkungan. Untuk lebih jelasnya, ketentuan insentif dan disinsentif dalam setiap klasifikasi pemanfaatan ruang disajukan dalam tabel berikut : Tabel 7.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif No Klasifikasi Pemanfaatan Ruang 1. Kawasan Lindung,(Hutan Lindung, daerah resapan air, perlindungan setempat, suakan alam dan Taman Nasional Sembilang Insentif Pemberian penghargaan kepada pihak yang melakukan rehabilitasi fungsi kawasan lindung Memberikan kompensasi permukiman dan kelengkapan infrastruktur atau imbalan kepada penduduk yang bersedia direlokasi dari kawasan lindung Memberikan keringanan pajak dan pembebasan retribusi dilokasi yang baru 2. Hutan Produksi Pemberian piagam atau penghargaan bagi seseorang, kelompok masyarakat atau kelompok tertentu yang turut melindungi dan meningkatkan fungsi hutan Memberikan penghargaan/imbalan kepada pihak pengelola hutan yang mengusahakan hutan sesuai pertauran perundang-undangan yang berlaku Memberikan penghargaan/imbalan kepada pihak pengelola hutan yang merehabilitasi kawasan lidnung setempat pada kawasan hutan produksi 4. Pertanian Memberikan imbalan, penghargaan, dukungan infrastruktur dan bantuan (subsidi) bagi petani yang memperluas lahan pertanian padi sawah Memberikan kemudahan berbagai perizinan bagi petani yang memperluas lahan atau tetap mempertahankan luas lahan pertanian padi sawah Memberikan bantuan-bantuan Disinsentif Pembatasan dukungan infrastruktur. Tidak diterbitkannya sertifikat Tanah dan Bangunan. Tidak mengeluarkan IMB ataupun izin usaha lain Tidak menyalurkan bantuan sosialekonomi bagi penduduk yang masih bermukim pada kawasan lindung/hutan lindung Kewajiban memberikan imbalan sebagai denda Penambahan syarat pengusahaan hutan produksi terkait peningkatan kualitas lingkungan Meningkatkan nilai retribusi dan atau pajak hasil hutan bila pengelola hutan tidak mengikuti aturan pengusahaan hutan yang berlaku Memberikan pinalti bagi pengusaha hutan yang tidak mematuhi aturan perundang-undangan yang berlaku Pengenaan pajak progresif pada tanah subur yang tidak berfungsi lindung dan berada pada kawasan pertanian namun tidak diolah (produktif) Pengenaa retribusi dan pajak yang tinggi bagi bangunan yang didirikan pada areal pertanian padi sawah Pengenaan retribusi yang tinggi bagi penduduk yang memanfaatkan air irigasi bukan untuk pertanian, ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -35

305 No Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Insentif khusus kepada petani padi sawah (saprotan, beasiswa sekolah anak petani, dll) Menjamin harga gabah tetap tinggi (subsidi) 5. Perkebunan Memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan saham, kemudahan perizinan, kepada pihak yang mengusahakan perkebunan karet yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku Memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan saham, kemudahan perizinan, kepada pihak yang mengelola perkebunan dengan memprioritaskan penyerapan tenaga kerja lokal Memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan saham, kemudahan perizinan, kepada pihak yang mengelola perkebunan dengan merehabilitasi kawasan lindung setempat Memberikan bantuan khusus kepada petani seperti alat-alat perkebunan, pembibitan serta tunjangan beasiswa sekolah untuk anak petani 6. Perikanan Memberikan penghargaan, imbalan, kemudahan berbagai perizinan bagi nelayan melakukan usahanya dengan tidak merusak lingkungan dan ikut melindungi biota laut dan sungai Memberikan bantuan-bantuan khusus kepada nelayan (peralatan tangkap, perahu,subsidi bahan bakar, serta tunjangan beasiswa bagi anak nelayan dll) Menjamin harga ikan dan hasil laut lainnya tetap tinggi (subsidi) Pembangunan pabrik pengolahan ikan dan non ikan Kemudahan izin usaha perikanan (sesuai aturan berlaku) 7. Pertambangan Menyiapkan dukungan administratif sehingga terdapat kepastian hukum berusaha Memberikan kemudahan dalam prizinan Disinsentif kecuali tidak mengurangi debit dan volume air irigasi Pengenaan retribusi/ kenaikan pajak/kompensasi bagi pengusaha yang dalam pengelolaan kegiatannya mengabaikan kerusakan lingkungan dan atau tidak sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku Pencabutan izin usaha dan HGU pada perusahaan yang terbukti melanggar aturan Pengenaan kompensasi dalam bentuk pembangunan infrastruktur sosial Pengenaan pajak progresif pada kawasan budidaya perikanan seperti tambak yang berada pada kawasan pertambakan namun tidak diolah (produktif) Pengenaa retribusi dan pajak yang tinggi bagi bangunan yang didirikan pada areal usaha perikanan Mengenakan retribusi yang tinggi bagi yang melakukan gangguan terhadap pelestarian lingkungan Mengenakan retribusi yang tinggi bagi perusahaan yang melakukan gangguan terhadap pelestarian lingkungan Mengenakan retribusi khusus bagi ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -36

306 No Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Insentif Dukungan pembangunan infrastruktur Memfasilitasi urusan birokrasi dengan pemerintah provinsi dan pusat Mendukung pelatihan tenaga lokal sesuai kebutuhan perusahaan pertambangan 8. Industri Menyiapkan dukungan administratif sehingga terdapat kepastian hukum berusaha Memberikan kemudahan dalam prizinan Dukungan pembangunan infrastruktur Memfasilitasi urusan birokrasi dengan pemerintah provinsi dan pusat Mendukung pelatihan tenaga lokal sesuai kebutuhan perusahaan industri 9. Permukiman Perkotaan Memberikan imbalan, penghargaan, kompensasi dan kemudahan usaha bagi penduduk (swasta) yang melakukan investasi pada kawasan perkotaan Menyediakan kavling strategis yang murah atau pinjam pakai sampai 25 tahun) bagi pengusaha yang akan bergiat pada kawasan ini Memberikan keringanan pajak kepada pengusaha yang berminat berusaha/ menanamkan modalnya Menyiapkan lahan matang secara gratis untuk bangunan komersial Disinsentif persuahaan pertambangan yang tidak melibatkan tenaga kerja lokal lebih dari 40% Mengenakan kompensasi seperti pembangunan infrastruktur sosial untuk menggati lahan yang dipakai usaha (Biaya Dampak Pembangunan) Pencabutan izin usaha dan HGU pada perusahaan yang terbukti melanggar aturan Mengenakan retribusi yang tinggi bagi perusahaan yang melakukan gangguan terhadap pelestarian lingkungan Mengenakan retribusi khusus bagi persuahaan industri yang tidak melibatkan tenaga kerja lokal lebih dari 40% Mengenakan kompensasi seperti pembangunan infrastruktur sosial untuk menggati lahan yang dipakai usaha (Biaya Dampak Pembangunan) Pencabutan izin usaha dan HGU pada perusahaan yang terbukti melanggar aturan Meningkatkan nilia PBB pada kawasan perkotaan lain selain kawasan perkotaan. Mengenakan retribusi yang tinggi pada bangunan yang dibangun diluar ketentuan penataan ruang yang sudah ditetapkan ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -37

307 No Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Insentif 10. Permukiman Memberikan kemudahan perizinan pembangunan rumah/ perumahan yang sesuai peruntukan Membangun prasarana permukiman Membangun fasilitas umum dan sosial Memberikan kepastian hukum dan nasehat teknis untuk bangunan tahan gempa yang dibangun pada kawasan bebas bencana Menyiapkan lahan yang aman bagi permukiman (kasiba/lisiba) 11 Pariwisata Penyiapan lahan untuk kawasan wisata Kemudahan izin pembangunan fasiltias pendukung pariwisata Pembangunan infrastruktur Kemudahan memperoleh sambungan listrik, PDAM, telekomunikasi Fasilitasi Promosi dan pemasaran ODTW Bantuan rehabilitasi rumah penduduk yang digunakan untuk penginapan tamu/wisatawan (home stay) 12 Kawasan Pesisir Memberikan penghargaan, imbalan, kemudahan berbagai perizinan bagi yang ikut menjaga dan berperan merehabilitasi kawasan lindung pantai Memberikan penghargaan, imbalan, kemudahan berbagai perizinan bagi yang ikut menjaga pertahanan dan keamanan wilayah laut Pelatihan keterampilan utk masyarakat pesisir Penelitian dan pemasaran hasil laut Pembangunan Escape Road & Building Bantuan revitalisasi dan rehabilitasi kawasan perkampungan nelayan Bantuan pembangunan infrastruktur permukiman Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011 Disinsentif Mengenakan retribusi yang tinggi bagi pengembang yang melakukan gangguan terhadap pelestarian lingkungan Mengenakan kompensasi seperti pembangunan infrastruktur sosial, RTH untuk menggati lahan yang dipakai usaha (Biaya Dampak Pembangunan) Pencabutan izin membangun pada pengembangan yang terbukti melanggar aturanselai Syarat yang berat bagi penggiat wisata yang betentangan dengan norma dan tata krama setempat Retribusi/pajak bangunan lebih tinggi yang berada pada sempadan pantai/danau Pembatasan atau penutupan akses terhadap sistem jaringan prasarana wilayah Pembatasan izin bangunan pada kawasan lindung pantai (kawasan mangroove dan suaka alam) Retribusi/pajak bangunan lebih tinggi yang berada pada sempadan pantai Tidak menyediakan atau membangun prasarana dan sarana permukiman pada kawasan lindung pantai ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -38

308 7.4. Arahan Pengenaan Sanksi Pengenaan sangsi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi juga terhadap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap : a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten b. Pelanggran ketentuan arahan peraturan zonasi kabupaten c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang ditertibkan berdasarkan RTRW Kabupaten e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar Setelah menentukan jenis pelanggaran yang dibuat, maka perlu tindakan: 1. Lihat ketentuan dalam rencana tata ruang. 2. Lihat ketentuan standar bangunan. 3. Lihat perijinan. 4. Ukuran besaran pelanggaran. 5. Ukur dampak pelanggaran terhadap lingkungan. 6. Cari solusi dari masalah yang muncul. 7. Tetapkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dibuat. Adapun jenis sanksi yang dapat dikenakan adalah sebagai berikut: Sanksi administratif, ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -39

309 Dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasankawasan tersebut. Terhadap pelanggaran untuk pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten, dikenakan sanksi adminstratif berupa: a) Peringatan tertulis; b) Penghentian sementara kegiatan; c) Penghentian sementara pelayanan umum; d) Penutupan lokasi; e) Pencabutan izin; f) Pembatalan izin; g) Pembongkaran bangunan; h) Pemulihan fungsi ruang; dan/atau i) Denda administratif. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan pada masing-masing sanksi di atas. Tabel 7.4 Ketentuan Sanksi No. Bentuk Sanksi Ketentuan 1. Peringatan Tertulis Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali. 2. Penghentian sementara kegiatan - Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; - Apabila pelanggar mengabaikan pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang; - Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban; - Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan - Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -40

310 No. Bentuk Sanksi Ketentuan untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku. 3. Penghentian sementara pelayanan umum - Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum); - Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputus; - Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum yang akan segera dilaksanakan, disertai rincian jenisjenis pelayanan umum yang akan diputus; - Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan secukupnya; - Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar - Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku. 4. Penutupan Lokasi - Penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; - Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi kepada pelanggar; - Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan; - Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan - Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku. 5. Pencabutan Izin - Menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; - Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan ruang; - Pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin; - Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin; ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -41

311 No. Bentuk Sanksi Ketentuan - Pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin menerbitkan keputusan pencabutan izin; (6) memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan - Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. 6. Pembatalan Izin - Membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku; - Memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkahlangkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin; - Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; - Memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin; - Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan - Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dibatalkan. 7. Pembongkaran Bangunan 8. Pemulihan fungsi ruang - Menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; - Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan; - Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera - dilaksanakan; dan - Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan pembongkaran bangunan secara paksa. - Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya; - Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang; - Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang; - Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu - Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang; - Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -42

312 No. Bentuk Sanksi Ketentuan melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan - Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari. Sumber : Hasil Rencana,2011 Sanksi perdata Dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan hukum. Sanksi pidana Dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan perkotaan. - Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). Jika tindak pidana mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Jika tindak pidana mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah). - Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp (lima ratus juta rupiah). Jika tindak pidana mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar rupiah). ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -43

313 Jika tindak pidana mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Jika tindak pidana mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah). - Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). - Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh paraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai miliki umum, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun dengan denda paling banyan Rp (seratus juta rupiah). - Setiap pejabat pemerintahan yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dipidana dengan pidana paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp (lima ratus juta rupiah) selain itu juga dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya, dan jika dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 kali dari denda pidana yang telah disebutkan sebelumnya. Korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa : Pencabutan izin usaha; dan / atau Pencabutan status badan hukum ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII -44

314 Kegiatan penataan ruang merupakan kegiatan yang dilakukan bukan hanya secara partial melainkan memerlukan partisipasi bersama (public participatory) yang melibatkan tidak hanya pemerintah tetapi melibatkan berbagai unsur (stakeholder) seperti masyarakat, pihak swasta, dunia usaha, kelompok profesi, LSM. Hal ini dilakukan sebagaimana Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang menimbang bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang yang transparan, efektif dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Mengacu pada Pasal 60 dan 61, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan ruang diatur hak dan kewajiban masyarakat dalam kegiatan penataan ruang yang terdiri dari perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalain pemanfaatan ruang. Mengenai tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dijelaskan bahwa peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 8.1 HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PENATAAN RUANG Mengacu pada Pasal 60 dan 61, UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang diatur hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk menjamin keterlibatan masyarakat, termasuk masyarakat adat dalam setiap proses penyelenggaraan penataan ruang; Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk: HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG VIII-1

315 a. mengetahui rencana tata ruang; b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang; c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya; e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian. Sedangkan kewajiban orang (masyarakat) dalam pemanfaatan ruang, diantaranya adalah: a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan; b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum BENTUK PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG Mengenai tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk peran masyarakat adalah kegiatan/aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 1. Tahap Perencanaan Tata Ruang Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa: HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG VIII-2

316 a. masukan mengenai: (1) persiapan penyusunan rencana tata ruang; (2) penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan; (3) pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan; (4) perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau (5) penetapan rencana tata ruang. b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang dapat secara aktif melibatkan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah yang terkena dampak langsung dari kegiatan penataan ruang, yang memiliki keahlian di bidang penataan ruang, dan/atau yang kegiatan pokoknya di bidang penataan ruang. 2. Tahap Pemanfaatan Ruang Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa: a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang; b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang; c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan; d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Tahap Pengendalian Pemanfaatan Ruang Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa: HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG VIII-3

317 a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi; b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan; c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau tertulis, kepada: menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait dengan penataan ruang; gubernur; dan bupati/walikota. Pelaksanaan peran masyarakat dilakukan secara bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan dengan menghormati norma agama, kesusilaan, dan kesopanan. 1. Tahap Perencanaan Tata Ruang Tata cara peran masyarakat dalam tahap perencanaan tata ruang dilaksanakan dengan cara: a. menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi dan masalah, rumusan konsepsi/rancangan rencana tata ruang melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan; dan b. kerja sama dalam perencanaan tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Tahap Pemanfaatan Ruang Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan cara: a. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan; HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG VIII-4

318 b. kerja sama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yangtelah ditetapkan; d. penaatan terhadap izin pemanfaatan ruang 3. Tahap Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tata cara peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan cara: a. menyampaikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi kepada pejabat yang berwenang; b. memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang; c. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG VIII-5

319 No Isu Lingkungan Strategis 1. topogafinya wilayah Kabupaten Banyuasin terdiri dari 80 % daratan rendah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak dan 20 % darat/lahan kering LAMPIRAN I. KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN QUICK APPRAISAL Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif Pemanfaatan dan Negatif : Delienasi yang jelas pada pengendalian Kawasan berpotensi terjadi banjir dan kawasan-kawasan yang selalu Lindung dan Kawasan genangan yang dapat mengalami banjir dan genangan Budidaya mengganggu aktivitas secara periodik masyarakat dan proses kegiatan pembangunan ekonomi Positif : Potensi untuk pengembangan kegiatan pertanian pasang surut, budidaya perikanan dan perikanan tangkap Delienasi kawasan rawa yang masih dapat dimanfaatkan/di keringkan dengan pembuatan system drainase dan kawasan rawa tergenang permanen atau tidak ekonomis jika dikeringkan dalam rangka pengembangan wilayah Pemetaan bagi kawasan rawa yang masih dapat direklamasi dan kawasan rawa yang sudah tidak dapat direklamasi Pengembangan kawasan budidaya diarahkan pada lahanlahan yang tidak dipengaruhi banir atau genangan atau lahanlahan yang secara ekonomis masih dapat direklamasi/dikeringkan. 2. Pengembangan pusatpusat kegiatan perkotaan yang berhierarki satu sama lain (PKWp, PPK, PKL dan PPL) Perwujudan rencana struktur ruang sistem perkotaan Negatif : Pengaruh perkembangan perkotaan yang pesat terhadap ketersediaan lahan pertanian, gangguan lingkungan hidup dan sejenisnya. Hal ini mengingat, bahwa pada pusatpusat perkotaan yang dimaksud memiliki cadangan lahan pertanian lahan basah yang cukup tinggi Pengembangan pusat-pusat perkotaan baru yang dekat dengan kawasan hutan dan Menyiapkan pembangunan tanggul pengendali banjir/ genangan Deliniasi kawasan pertanian abadi dan kawasan pengembangan sektor pertanian Pengendalian pembangunan Kawasan dengan tidak merubah bentang alam disertai dengan konservasi air dan memperhatikan daerah rawan bencana Deliniasi kawasan konservasi dan pengendalian kegiatan pada kawasan konservasi. Pengembangan kegiatan Perkotaan menghindari alih fungsi lahan pertanian produktif. pengembangan kawasan perkotaan harus sudah menetapkan lahan hutan dan pertanian yang akan dipertahankan (konservasi) melalui deliniasi kawasan dan sosialisasi Pembuatan aturan pengendalian pemanfaatan ruang disertai

320 No Isu Lingkungan Strategis Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif konservasi dikhawatirkan dengan ketentuan insentifdisinsentif menimbulkan konflik dan sanksi secara penggunaan lahan. tegas. 3. Pembangunan jaringan jalan seperti jalan tol, jalan kolektor primer dan jalan lokal primer Perwujudan rencana struktur ruang sistem jaringan jalan Positif : Mengurangi tingkat Kemiskinan,membuka akses Daerah terisolasi, Pemerataan Pembangunan infrastruktur Negatif : Potensi nilai jual lahan yang semakin meningkat membuat maraknya investasi pembelian lahan yang seringkali menimbulkan konflik kepemilikan lahan dan munculnya lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan secara optimal. Pembukaan jalan baru akan mempengaruhi kecenderungan perkembangan kegiatan khususnya kegiatan budidaya pada kawasan lindung, hutan dan konservasi yang dilalui Jalan tersebut. Pembukaan jalan maupun peningkatan kelas dan kualitas jalan pada kawasan perdesaaan juga akan memicu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian sehingga dapat mengurangi cadangan lahan pertanian Pembanguan jaringan jalan diintegrrasikan dengan akses ke sentra-sentra produksi Pengaturan zonasi di sepanjang rencana jaringan jalan Pengembangan jalur hijau (RTH) disepanjang koridor dan sempadan rencana jaringan jalan. Memperketat Pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang rencana jaringan jalan Menegaskan pola pengelolaan pada kawasan hutan dan kawasan pertanian

321 No Isu Lingkungan Strategis Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif (ketahanan pangan). 4. Pengembangan jalur kereta api baru (double track) 5 Pengembangan kawasan industri dan pelabuhan Tanjung Apiapi/Tanjung Carat Perwujudan rencana struktur ruang sistem jaringan perkereta apian Perwujudan rencana transportasi air dan kawasan industri Positif : Pertumbuhan ekonomi dan kegiatan pembangunan yang tinggi di sekitar koridor jalur tersebut. Memperlancar aksesibilitas terutama untuk daerah terisolir dan memperlancar pergerakan kegiatan perekonomian. Negatif : Pengembangan pembangunan rel kereta untuk transportasi batu bara akan mengubah lahan wilayah yang dilewatinya, termasuk didalamnya wilayah hutan dan lahan pertanian Positif : Mendukung kelancaran transportasi angkutan batu bara ke tujuan akhir. Negatif Dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas dari bangkitan lalu lintas(traffic generation) yang di timbulkan oleh kegiatan-kegiatan pelabuhan tersebut. Rentan terhadap kerusakan lingkungan seperti terganggunya ekosistem pesisir, sedimentasi dan polusi yang ditimbulkan akibat Sebelum kegiatan pembangunan jalur kereta api dan fasilitas stasiun batubara serta pendukung dilakukan, wajib dilakukan studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang. Pengembangan jalur hijau (RTH) disepanjang sempadan rel kereta api. Menyiapkan sebuah kawasan transisi diantara kedua kawasan yang berfungsi sebagai kawasan wisat taman nasonal. Kawasan ini akan menjadi penyangga taman nasional yang menjamin taman nasional bebas dari perambahan kawasan. Menyusun Rencana Detail yang berbasis pada pengembangan lingkungan berkelanjutan. Menyusun aturan Pengendalian pemanfaatan ruang dan ketentuan zonasi untuk penataan areal-areal yang dilewati jalur rel yang akan dikembangkan Meningkatkan regulasi untuk pengendalian konversi lahan terutama lahan pertanian dan ruang terbuka hijau. 1. Menyusun ketentuan pengendalian yang sangat ketat bagi kawasn Tanjung Apiapi/Tanjung Carat dan wilayah sekitarnya 2. Menetapkan deliniasi kawasan Tanjung Api-api/Tanjung Carat lebih tegas 3. Menambahkan penjelasan dan memastikan bahwa:

322 No Isu Lingkungan Strategis 6. Potensi ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk Pengembangan sektor Ekonomi Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif kegiatan pelabuhan. Menciptakan sistem prasarana - Pengelolaan dan pengaturan Mengurangi kawasan pengolahan limbah cair dan padat kawasan sempadan pantai, konservasi dan lindung di yang efektif serta ramah DAS harus diperhatikan Taman Nasional sembilang lingkungan terlebih dahulu atau seiring Pengembangan rencana kawasan strategis untuk peruntukan kawasan Agropolitan/KTM Positif Kawasan pelabuhan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat tidak hanya mengemban fungsi sebagai kawasan pelabuhan skala lokal tetapi juga mengemban fungsi sebagai kawasan pelabuhan skala regional (skala propinsi, skala nasional bahkan Internasional) yang merupakan stimulator bagi pengembangan wilayah diatasnya (propinsi dan nasioanal) Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan industri. Negatif : Terjadinya alih fungsi lahan pertanian Positif : - Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat perdesaan - Terjadinya pengembangan wilayah - Mengurangi urbanisasi karena adanya kesenjangan antara Perbaikan kawasan konservasi yang rusak akibat kegiatan pembangunan Pemanfaatan sinergitas budaya dan keraifan lokal melalui pemberdayaan masyarakat dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Penentuan komoditas unggulan agropolitan Rencana terpadu pengembangan agropolitan. Meminimalisir penggunaan dengan pelabuhan. pembangunan - penyusunan dokumen amdal terkait pembangunan kawasan Tanjung Api- Api/Tanjung carat Melakukan penyusunan master plan pengembangan kawasan agropolitan. Menyusun Rencana dukungan prasarana dan sarana Pelibatan masyarakat setempat Pengembangan agropolitan difasilitasi dengan kebijakan strategis baik di kawasan perdesaan maupun perkotaan.

323 No Isu Lingkungan Strategis Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif kawasan perkotaan dan pestisida dan pupuk kimia dalam perdesaan sehingga bisa proses budidaya tanaman mendorong penduduk perdesaan tetap tinggal di Mengembangkan Pertanian pedesaan melalui investasi di organik wilayah perdesaan. - Meningkatkan nilai tambah Pengembangan bibit unggul, produksi dan pendapatan Pembinaan intensif dan skema masyarakat. penyediaan kredit murah bagi kelompok petani dan home industry pengolahan hasil Pengembangan rencana Pola ruang dan kawasan strategis untuk peruntukan kawasan industri terpadu Negatif - Kemungkinan terjadi pencemaran lingkungan - Sebagian lahan akan terdegradasi karena akan adanya pembukaan lahan untuk pengembangan indutri tertentu secara besar-besaran. - Terjadi konfilk kepentingan terutama dalam pemenuhan prasarana air antara kepentingan air baku domestik dengan kebutuhan industri Positif - Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif - Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara merata di sektor industri pertanian dan perikanan - Rencana pengembangan industri terpadu yang berwawasan lingkungan - Penentuan klasifikasi jenis produk utama industry Rencana pengembangan industri terpadu - Penyediaan Instalasi sistem pengelolaan limbah padat, cair dan gas. - Pembuatan master plan tentang studi terkait pengembangan industri terpadu - Perketat regulasi terhadap pencemaran lingkungan dikarenakan limbah industri - Meningkatkan regulasi untuk pengendalian konversi lahan terutama lahan pertanian dan ruang terbuka hijau. - Perketat regulasi terkait sumberdaya air yang digunakan.

324 No Isu Lingkungan Strategis Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif dan perdagangan; - Peningkatan kontribusi terhadap PDRB Pengembangan Negatif: - Rencana diverisifikasi komoditas rencana kawasan Kemungkinan terjadinya perikanan strategis untuk - Rencana integrasi dengan peruntukan kawasan jaringan infrastruktur dan minapolitan dengan sentra perikanan lain eksploitasi sumber daya perikanan secara besar-besaran guna meningkatkan pendapatan. Hal ini berpotensi mengancam keberlangsungan sumber daya perikanan. Potensi dihasilkannya limbah padat, cair dan gas akibat kegiatan produksi dan pengolahan hasil seperti residu pestisida, bahan-bahan pengawet, asap hasil pembakaran bahan bakar dan lain-lain. - Pembuatan master plan tentang studi terkait pengembangan perikanan terpadu - Pemerintah perlu membuat regulasi yang ketat terhadap kebijakan perikanan, untuk menghindarkan terjadinya praktek jual beli izin antar pelaku usaha. - Perketat regulasi terkait batas wilayah perairan dan sosialisasi kepada stakeholder terkait Pengembangan rencana kawasan strategis untuk pertanian pasang surut Positif - Berkontribusi terhadap PDRB - Meningkatkan kesejahteraan masyaraka, terutama masyarakat pesisir - Menambah nilai ekonomis terhadap hasil perikanan - Memudahkan Pengawasan Perikanan Negatif : Terjadinya konflik kepentingan pertanahan Positif : Penetapan konsep lahan sawah - Menigkatkan regulasi pertanahan abadi Rencana pengembangan untuk melindungi penetapan Waduk dan system irigasi kawasan pertanian - Mengembangkan instrumen pengendalian konversi tanah

325 No Isu Lingkungan Strategis Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif - Menjaga kemantapan ketahanan pangan di Kabupaten Banyuasin khususnya dan nasional pada umumnya. - Mengurangi konversi lahan pertanian - Meningkatkan kesejahteraan petani Pengembangan rencana kawasan strategis untuk Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan Negatif Terjadinya konflik kepentingan pertanahan Potensi dihasilkannya limbah padat, cair dan gas akibat kegiatan produksi dan pengolahan hasil seperti residu pestisida, bahan-bahan pengawet, asap hasil pembakaran bahan bakar dan lain-lain. Adanya monopoli usaha budidaya dan pemasaran oleh pemilik modal Konsep perkebunan pengembangan Penyediaan Instalasi sistem pengelolaan limbah padat, cair dan gas khususnya bagi kegiatan pengolahan hasil pertanian - Upaya perlindungan tanah pertanian produktif - Program-program pembinaan dan pelatihan intensif bagi masyarakat Penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar Memperketat regulasi terhadap konversi lahan Program-program pembinaan dan pelatihan intensif bagi masyarakat berkaitan dengan rencana pengembangan KIMBUN Memfasilitasi lembaga-lembaga keuangan atau pemerintah lainnya yang memiliki program penyaluran kredit lunak atau untuk usaha kecil menengah Positif - Meningkatkan perekonomian masyarakat - Manjaga ketahanan bahan pangan - Terbuka banyak lapangan kerja baru dalam proses produksi, pengolahan hasil dan pemasaran hasil produk serta kegiatan pendukung lainnya Revitalisasi lahan-lahan tidur yang belum dimanfaatkan melalui pendekatan kepada para pemilik lahan yang umumnya bukan warga setempat

326 No Isu Lingkungan Strategis Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif Pemanfaatan dan Negatif : pengendalian kawasan Pengendalian pemanfaatan ruang budidaya peruntukan pertambangan di areal-areal yang memiliki Potensi dihasilkannya limbah padat, cair, gas serta perubahan bentang alam selain juga mengundang bahaya erosi dan longsor pada areal-areal tertentu. Alih fungsi lahan pertanian, alih fungsi lahan hutan, Erosi/sedimentasi, Degradasi lahan, bentang alam, Abrasi pantai, Kerusakan ekosistem pesisir, bencana longsor, Bencana banjir, sampah domestik dan keanekaragaman hayati Timbul konflik kepentingan lahan antar sektor Positif : Menjadi salah satu penggerak utama perekonomian yang memberikan dampak pengganda signifikan terhadap kegiatan ikutan. Terbuka banyak lapangan kerja baru dalam proses penambangan/kegiatan produksi serta kegiatan pendukung lainnya Apabila ternyata di kawasan lindung terdapat indikasi adanya potensi pertambangan berupa batubara, minyak dan gas dan galian golongan C serta deposit mineral lainnya yang bila diusahakan dinilai amat berharga bagi Negara, maka kegiatan budidaya di kawasan lindung tersebut dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku. yang Pengelolaan kegiatan budidaya dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan. Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambang bahan galian tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan melaksanakan rehabilitasi daerah bekas penambangannya, sehingga kawasan lindung dapat berfungsi kembali. Sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang. potensi pertambangan batubara, minyak dan gas dan galian golongan C yang ada di Kabupaten Banyuasin

327 No Isu Lingkungan Strategis Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif Ketentuan pelarangan kegiatan penambangan terbuka di dalam kawasan lindung Ketentuan pelarangan kegiatan penambangan yang menimbulkan kerusakan lingkungan. Rencana Peruntukan kawasan permukiman Negatif : Alih fungsi lahan pertanian, alih fungsi lahan hutan, Erosi/sedimentasi, Degradasi lahan, Bencana banjir, dan dapat menimbulkan polusi akibat bertambahnya sampah domestik. Nilai jual lahan yang semakin meningkat sehingga banyak yang menjadikannya sebagai investasi seringkali menimbulkan konflik kepemilikan lahan, perambahan kawasan hutan, dan munculnya lahan-lahan tidur yang tidak dimanfaatkan. Positif : Pertumbuhan ekonomi dan kegiatan pembangunan yang tinggi Ketentuan pelarangan lokasi penggalian pada lereng curam lebih besar dari 40% dan kemantapan lerengnya kurang stabil, untuk menghindari bahaya erosi dan longsor. Meningkatkan pembangunan sarana transportasi darat dan fasilitas lainnya Pengembangan Ruang Terbuka hijau Meningkatkan pembangunan fasilitas permukiman dan prasarana lingkungan Penyusunan aturan pengendalian pemanfaatan ruang Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan untuk penataan di kawasan pusat permukiman Identifikasi dan pendekatan kepada para pemilik lahan tidur untuk segera memanfaatkan lahan-lahan milik mereka Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang dalam mengatasi konflik kepemilikan lahan, perambahan hutan, maraknya lahan tidur yang belum termanfaatkan dan Konflik pemanfaatan ruang.

328 No Isu Lingkungan Strategis Adanya reklamasi kawasan pantai menjadi lahan (daratan) untuk kebutuhan rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api- Api/Tanjung Carat Merupakan kawasan Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam di Kawasan Taman Nasional Sembilang Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif Rencana pola ruang negatif : Perlu rencana pengendalian bagi pemanfaatan pemanfaatan reklamasi pantai Kegiatan reklamasi lahan kawasan pesisir secara detail dan konprehensif tersebut secara tidak tepat/tidak terkendali akan menimbulkan Pengelolaan kawasan reklamasi berbagai masalah lingkungan, secara baik dan berkelanjutan antara lain : terganggunya fungsi yang berbasis kepada konservasi hidrologi (menahan air) dan lahan fungsi sebagai penambat karbon, penurunan permukaan tanah (subsiden), serta kerusakan ekosistem laut dan sedimentasi Pengendalian terhadap kawasan lindung Positif : Meningkatkan perekonomian dan PDRB Tidak mengganggu kawasan lindung lainnya Negatif : Perambahan kawasan lindung dan kegiatan perladangan oleh kegiatan masyarakat di dalam kawasan Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam atau di buffer zone akan mengganggu upaya-upaya perlindungan terhadap kekayaan keanekaragaman hayati. Positif : Berkontribusi terhadap kebijakan global dalam menekan perubahan iklim Memperoleh konpensasi untuk mempertahankan sumber Melakukan penataan (evaluasi) kawasan yang telah terreklamasi agar wilayah ekosistem kawasan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan sifat (karakteristik) alamnya yaitu memberikan perlindungan terhadap lingkungan Ketentuan pelarangan kegiatan perladangan di dalam kawasan Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam atau di buffer zone RTRW harus memasukkan alternatif mitigasi terkait dalam aturan pengelolaan dan pengendalian terhadap kawasan reklamasi pantai RTRW harus memasukkan alternatif mitigasi terkait dalam aturan pengendalian terhadap kawasan lindung yang meliputi Hutan Lindung dan Hutan Suaka alam

329 No Isu Lingkungan Strategis Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif oksigen global sesuai protokol Kyoto Adanya usulan perubahan fungsi/status hutan menjadi area penggunaan lain (perkebunan, area transmigrasi, permukiman dan lahan garapan masyarakat) yang terjadi secara luas di kabupaten berpotensi meningkatkan bencana kebakaran hutan Rencana pola ruang bagi peruntukan hutan produksi, Kawasan rawan bencana kebakaran hutan Sebagai Bank Plasma Nutfah yang merupakan kekayaan flaura dan fauna negatif : Pembukaan hutan yang dilakukan dengan pembakaran hutan pada hutan-hutan yang telah berubah fungsi/status dapat meningkatkan kebakaran hutan Kegiatan perambahan hutan untuk kegiatan budi daya lainnya oleh masyarakat menjadi ancaman bagi terjadinya bencana longsor, banjir,erosi dan menurunnya kualitas air serta debit air sungai selain juga mengancam bagi penurunan kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati di hutan maupun dalam ekosistem sungai Perlu segera dilakukan penilian terhadap perubahan tersebut dan segera dilakukan penetapan tata batas hutan serta penyusunan rencana tata ruang yang lebih detail Pembukaan hutan dilakukan secara lebih terencana dan dalam pengendalian pemerintah terkait. Reboisasi secara ekstentif dan intensif di areal Kawasan Hutan yang tidak berhutan serta di sempadan-sempadan sungai. mengakomodasi usulan perubahan kawasan hutan tersebut untuk dimasukkan dalam rencana pola ruang. RTRW harus memasukkan pengendallian sungai dalan ketentuan pengendalian SDA. Rusaknya beberapa kawasan gambut positif : perubahan status/fungsi bila disetujui secara substansi akan membarikan kepastian hukum bagi subyek di dalamnya untuk memanfaatkannya secara berkelanjutan.

330 TABEL KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)

331 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang nomor 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga pengenaan sanksi yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Disamping itu dengan lahirnya Undangundang nomor 26 tahun 2007 memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas, maka daerah dalam hal ini Kabupaten Banyuasin diberikan waktu selama 3 (tiga) tahun untuk melakukan penyesuaian terhadap rencana tata ruang yang ada, yaitu dengan melakukan peninjauan kembali atau penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang No.26 tahun

332 Selanjutnya rencana tata ruang wilayah yang ada setidaknya ditinjau 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun dengan tujuan utama untuk mengecek kesesuaian dan keefektifan pelaksanaan RTRW dan bukan ditujukan untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang. Faktor yang menjadikan kegiatan peninjauan kembali perlu dilakukan salah satunya adalah karena adanya ketidaksesuaian atau simpangan antara rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal maupun karena faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi pengaruh dari munculnya kebijakan otonomi daerah baik kabupaten/kota dan provinsi serta kebijakan regional dan nasional, adanya perubahan undang-undang terkait penataan ruang, Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai arahan pembangunan dan adanya penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang menetapkan koridor Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional, sehingga sangat berpengaruh terhadap perumusan kebijakan dan perwujudan pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin kedepannya. Selanjutnya faktor internal yang mempengaruhi yaitu adanya dinamika pembangunan yang terjadi di Kabupaten Banyuasin. Dimana pada saat pembentukan Kabupaten Bayuasin dengan Undang-Undang nomor 6 tahun 2002 hingga tersusunnya RTRW Kabupaten Banyuasin dengan Peraturan Daerah No.8 Tahun Kabupaten Banyuasin terdiri dari 11 kecamatan, pada Tahun 2007 telah dilakukan pemekaran kecamatan menjadi 15 kecamatan, pada Tahun 2010 mengalami pemekaran lagi menjadi 17 Kecamatan. Selain itu adanya rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api sebagai simpul transportasi laut Nasional yang sekaligus menjadi generator pembangunan di Kabupaten Banyuasin serta isu-isu strategis lainnya yang secara langsung akan berdampak kepada perubahan penataan ruang wilayah sehingga diperlukan strategi dan arahan kebijakan yang baru dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan 2

333 pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan sumberdaya manusia. Strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan perlu disesuaikan dengan potensi dan kendala yang ada, supaya mampu menghadapi segala hambatan, tantangan, ancaman dan peluang yang ada saat ini dan pada masa yang akan datang. Menyadari hal tersebut, sebagaimana diamanatkan UU.No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun harus direvisi. RTRW Kabupaten Banyuasin yang baru diharapkan menjadi acuan pelaksanaan pembangunan Kabupaten Banyuasin yang lebih konfrehensif, harmonis, serasi, selaras dan seimbang dan sinergis antar sektor, antar wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan. Pada akhirnya diharapkan akan semakin mendorong peningkatan kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuasin secara berkelanjutan. RTRW akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci yakni Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana-rencana ini merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Banyuasin. 2. Penjelasan Pasal Demi Pasal Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Cukup Jelas 3

334 Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Yang dimaksud dengan rencana struktur ruang adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan Pasal 9 Ayat (1) huruf a Yang dimaksud dengan PKWp adalah pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari dapat ditetapkan sebagai PKW. PKW merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Penetapan PKWp merupakan wewenang Pemerintah provinsi sebagaimana tertuang dalam RTRW Provinsi. Ayat (1) huruf b Yang dimaksud dengan PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Wilayah Provinsi, penetapan PKL ini merupakan wewenang Pemerintah Provinsi dalam RTRW Provinsi. 4

335 Ayat (1) huruf c Yang dimaksud dengan PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Wilayah Kabupaten, penetapan PPK ini merupakan wewenang Pemerintah Kabupaten dalam RTRW Kabupaten. Ayat (1) huruf d Yang dimaksud dengan PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Wilayah Kabupaten, penetapan PPL ini merupakan wewenang Pemerintah Kabupaten dalam RTRW Kabupaten. Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 Ayat (2) huruf a Yang dimaksud dengan Jaringan Jalan arteri primer adalah merupakan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Ayat (2) huruf b Yang dimaksud dengan jaringan jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. 5

336 Ayat (2) huruf d Yang dimaksud dengan jaringan jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan. Ayat (2) huruf e Yang dimaksud dengan jaringan jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan. Ayat (2) huruf f Yang dimaksud dengan jaringan jalan khusus merupakan jalan yang dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani kepentingan sendiri. Yang dimaksud dengan jalan khusus dalam pasal ini adalah jalan di kawasan pelabuhan Ayat (3) huruf a Yang dimaksud dengan terminal tipe A adalah terminal ini berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi, dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Biasanya terminal tipe ini melayani arus minimum kendaraan sebesar kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang lebih kurang 10 Ha. Terletak di jalan arteri, jarak antara dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya. Yang dimaksud dengan terminal tipe B adalah terminal ini berfungsi melayani kendaraan umum untuk, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Biasanya terminal 6

337 tipe ini melayani arus minimum kendaraan sebesar kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang lebih kurang 10 Ha. Yang dimaksud dengan terminal tipe C adalah terminal ini berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan yang dipergunakan dengan tujuan pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum untuk angkutan dalam wilayah kabupaten. Biasanya terminal tipe ini melayani arus minimum kendaraan sebesar 25 kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang lebih kurang 2,5 Ha, serta terletak di jalan kolektor atau lokal. Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Cukup Jelas Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Ayat (3) huruf a Yang dimaksud dengan Sistem Jaringan Kabel adalah yaitu sistem telekomunikasi dengan menggunakan kabel sebagai sarana transmisi gelombang dari pengirim menuju penerima. Ayat (3) huruf b Yang dimaksud dengan Sistem Nirkabel adalah adalah yaitu sistem telekomunikasi tanpa menggunakan kabel, melainkan menggunakan transmisi gelombang ataupun sinyal dari pengirim menuju penerima. Pasal 16 Ayat (1) huruf b Yang dimaksud Sistem Jaringan reklamasi rawa adalah keseluruhan saluran baik primer, sekunder, maupun tersier dan bangunan yang 7

338 merupakan satu kesatuan, beserta bangunan pelengkapnya yang diperlukan untuk pengaturan, pembuangan, pemberian, pembagian dan penggunaan air. Secara teknis tujuan dari kegiatan reklamasi rawa adalah: mendrainase kelebihan air permukaan dan air tanah, memungkinkan suplesi air (pasang) untuk tanaman, mencegah banjir, mencegah intrusi air asin, menyediakan fasilitas transportasi untuk perahu-perahu kecil (P2DR, 1995). Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 Cukup Jelas Pasal 19 Yang dimaksud dengan rencana pola ruang adalah gambaran pola ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup pola ruang yang ada dan yang akan dikembangkan. Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23 Cukup Jelas Pasal 24 Cukup Jelas 8

339 Pasal 25 Cukup Jelas Pasal 26 Ayat (1) huruf a Yang dimaksud dengan Kawasan Hutan Produsi merupakan hutan produksi Tetap yaitu kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru. Pasal 27 Cukup Jelas Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Cukup Jelas Pasal 30 Cukup Jelas Pasal 31 Cukup Jelas Pasal 32 Cukup Jelas Pasal 33 Cukup Jelas 9

340 Pasal 34 Yang dimaksud dengan rencana penetapan kawasan strategis adalah penetapan lokasi-lokasi strategis yang dikehendaki sebagai prioritas pengembangan di wilayah bersangkutan. Pasal 35 Cukup Jelas Pasal 36 Cukup Jelas Pasal 37 Cukup Jelas Pasal 38 Cukup Jelas Pasal 39 Cukup Jelas Pasal 40 Cukup Jelas Pasal 41 Cukup Jelas Pasal 42 Cukup Jelas Pasal 43 Cukup Jelas Pasal 44 Cukup Jelas Pasal 45 Cukup Jelas 10

341 Pasal 46 Cukup Jelas Pasal 47 Cukup Jelas Pasal 48 Cukup Jelas Pasal 49 Cukup Jelas Pasal 50 Cukup Jelas Pasal 51 Cukup Jelas Pasal 52 Cukup Jelas Pasal 53 Cukup Jelas Pasal 54 Ayat (1) huruf a Yang dimaksud dengan Izin Prinsip adalah suatu izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang diberikan kepada pengusaha atau badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di suatu daerah. Ayat (1) huruf b Yang dimaksud dengan Izin Lokasi adalah persetujuan dari Kepala Daerah (Bupati) tentang pembebasan tanah yang terletak pada lokasi yang ditentukan peruntukannya sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan. 11

342 Ayat (1) huruf c Yang dimaksud dengan Izin Mendirikan Bangunan adalah yaitu izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten kepada pemilik bangunan dalam rangka mendirikan bangunan gedung yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang. Ayat (1) huruf e Yang dimaksud dengan Izin Reklamasi Rawa adalah izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka permohonan pencadangan lahan rawa. Ayat (1) huruf f Yang dimaksud dengan Izin Penggunaan Pemanfaatan tanah adalah izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka memanfaatkan ruang pada lokasi tertentu. Pasal 55 Cukup Jelas Pasal 56 Cukup Jelas Pasal 57 Ayat 1 Huruf a Yang dimaksud pemberian kompensasi misalnya adalah pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum rencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan Yang dimaksud dengan subsidi silang adalah dilakukan dengan memberikan kemudahan dalam proses dan prosedur perizinan kegiatan yang sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang, sehingga mampu mempercepat pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh swasta maupun masyarakat. Yang dimaksud dengan penyediaan prasarana dan sarana adalah dilakukan dengan melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana 12

343 wilayah yang mampu memacu kegiatan perekonomian dan merupakan keunggulan komparatif wilayah, yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Pasal 58 Cukup Jelas Pasal 59 Cukup Jelas Pasal 60 Cukup Jelas Pasal 61 Cukup Jelas Pasal 62 Cukup Jelas Pasal 63 Cukup Jelas Pasal 64 Cukup Jelas Pasal 65 Cukup Jelas Pasal 66 Cukup Jelas Pasal 67 Cukup Jelas Pasal 68 Cukup Jelas 13

344 Pasal 69 Cukup Jelas Pasal 70 Cukup Jelas Pasal 71 Cukup Jelas Pasal 72 Cukup Jelas Pasal 73 Cukup Jelas Pasal 74 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012 NOMOR

345 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dalam rangka perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Banyuasin sebagai pedoman bagi semua kegiatan pemanfaatan ruang secara optimal, serasi, seimbang, terpadu, tertib lestari, dan berkelanjutan perlu segera dilakukan penataan ruang dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila; b. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin yang diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin sudah tidak sesuai lagi oleh karena itu perlu ditinjau kembali; c. bahwa [1]

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 1.1 LATAR BELAKANG Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang nomor 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN BAB GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN Kabupaten Banyuasin adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin yang terbentuk berdasarkan

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN POTENSI KABUPATEN BANYUASIN BANYUASIN GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN Kec. Tungkal Ilir Kec. Betung Kec. Suak Tapeh Kec. Pulau Rimau Kec. Tanjung Lago Kec. Kec. Banhyuasin Sembawa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN

BAB II KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN BAB II PROFIL KABUPATEN BANYUASIN 2.1 Tata Letak, Fisiografi, Ekonomi, dan Sosial Budaya 2.1.1. Tata Letak Gambaran geografis yaitu menjabarkan posisi geografis daerah Kabupaten Banyuasin yang ditandai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN - 3 PEMERINTAHAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN K A T A P E N G A N TA R Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 K a t a P e n g a n

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Rizky Rangga Wijaksono 1 Ardy Maulidy Navastara 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat Undang-undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN

MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN 2013-2018 KECAMATAN : BETUNG No 1 Penyusunan Dokumen Revisi Rencana Detail Tata Ruang Betung APBD Kab Bapedda&PM dan PU Cipta Karya Kab

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2004 NOMOR 1 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) wilayah seluruhnya ,99 Km2 atau Ha.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) wilayah seluruhnya ,99 Km2 atau Ha. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Selatan, Letak Geografis

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN TRANSMIGRASI (P2MKT) DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI,

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

1.1. Geographycal Location

1.1. Geographycal Location KEADAAN GEOGRAFIS BAB I KEADAAN GEOGRAFIS CHAPTER I GEOGRAPHYCAL SITUATIONS 1.1. Letak Geografis 1.1. Geographycal Location Letak suatu wilayah yang strategis akan memberikan kontribusi pengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGAH TAHUN 2016-2036 DENGAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG: MATERI 1. Pengertian tata ruang 2. Latar belakang penataan ruang 3. Definisi dan Tujuan penataan ruang 4. Substansi UU PenataanRuang 5. Dasar Kebijakan penataan ruang 6. Hal hal pokok yang diatur dalam

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-52 Pengendalian Perubahan Pemanfaatan Lahan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Untuk Mendukung Program

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional Coffee Morning Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU I. UMUM Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 T E N T A N G KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B A N G K A, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci