TIM PENYUSUN. Penanggungjawab: Dr. Ir. Max H. Pohan, CES, MA (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TIM PENYUSUN. Penanggungjawab: Dr. Ir. Max H. Pohan, CES, MA (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah)"

Transkripsi

1

2 TIM PENYUSUN Penanggungjawab: Dr. Ir. Max H. Pohan, CES, MA (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah) Ketua Tim Pelaksana: Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan) Wakil Ketua: Ir. Dwi Haryawan S, MA Sekretaris: Mia Amalia, ST, M.Si, Ph.D Anggota Tim: Uke Mohammad Hussein, S.Si, MPP Ir. Rinella Tambunan, MPA Ir. Nana Apriyana, MT Herny Dawaty, SE, ME Khairul Rizal, ST, MPP Santi Yulianti, SIP, MM Aswicaksana, ST, MT, M.Sc Agung M. H. Dorodjatoen, ST, M.Sc Raffli Noor, S.Si Sugeng Wahyu Hendarto, ST Tenaga Pendukung: Sylvia Krisnawati Cecep Saryanto Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan i

3 KATA PENGANTAR Pemantauan pelaksanaan pembangunan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk melihat sejauh mana kesesuaian kegiatan yang dilakukan dengan arah kebijakan dalam rencana jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Selain itu, dapat diketahui pencapaian sasaran pembangunan sebagaimana tertuang dalam dokumen perencanaan yang telah disusun. Kegiatan ini merupakan salah satu amanat dari UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas merupakan mitra kerja dari Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Badan Pertanahan Nasional (BPN-RI). Sesuai dengan tupoksi, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan mitra kerja K/L yaitu Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Program Pengelolaan Pertanahan. Hal-hal penting yang diperoleh dari pemantauan pelaksanaan pembangunan akan menjadi salah satu masukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada periode berikutnya. Laporan ini terdiri atas 5 (lima) bab, yaitu: 1. Bab I Pendahuluan; berisi latar belakang pentingnya kegiatan pemantauan bidang tata ruang dan pertanahan, tujuan dan sasaran dari kegiatan pemantauan, dan organisasi pelaksana kegiatan tersebut. 2. Bab II Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Prioritas Bidang Reforma Agraria; berisi gambaran umum dan penjelasan kedua prioritas bidang tersebut dalam RKP Bab III Metoda Pelaksanaan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; berisi langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan pemantauan, dan jadwal serta lokasi pelaksanaan pemantauan. 4. Bab IVHasil Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, berisi capaian dari pelaksanaan pembangunan bidang tata ruang dan pertanahan serta pendalaman kegiatan pemantauan yang dilakukan pada beberapa lokasi studi. 5. Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi kesimpulan dari hasil pemantauan pelaksanaan pembangunan bidang tata ruang dan pertanahan tahun 2013 serta rekomendasi untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan di masa mendatang. Demikian Laporan Pemantauan ini disusun dan diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian serta rekomendasi bagi perbaikan kedepan. Saran membangun dari seluruh pihak yang terkait dengan kegiatan tata ruang dan pertanahan sangat diperlukan untuk penyempurnaan laporan ini. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan ii

4 DAFTAR ISI TIM PENYUSUN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Organisasi Pelaksana... 3 BAB II PRIORITAS BIDANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA Prioritas Nasional dalam RKP Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang Prioritas Bidang Reforma Agraria... 5 BAB III METODE PELAKSANAAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN... 7 BAB IV HASIL PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Papua Barat Prioritas Bidang Reforma Agraria Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Papua Barat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi Lampiran 1: Pencapaian Program Pengelolaan Pertanahan Lampiran 2: Pencapaian Program Penyelenggaraan Penataan Ruang Lampiran 3: Daftar Pertanyaan... 1 Lampiran 4 Foto-Foto Kunjungan Lapangan... 3 Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1 Daerah dan Waktu Kunjungan Lapangan... 8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Tahapan dan Metode Pemantauan Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan iv

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melaksanakan pemantauan pembangunan yang dilaksanakan oleh kementerian/lembaga (K/L) sesuai amanat Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pemantauan pelaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan perencanaan dengan arah, tujuan, dan ruang lingkup yang menjadi pedoman dalam rangka menyusun perencanaan berikutnya. Dalam rangka melaksanakan amanat pemerintah tersebut, Direktorat Tata Ruang dan PertanahanBappenassesuai dengan pasal 437 Peraturan Menteri Negara Perencanaan/KepalaBAPPENASNomorPER.005/M.PPN/10/2007,mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan, dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang tata ruang dan pertanahan, serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugasnya, di pasal 438 PERMEN diatas tadi menyebutkan Direktorat TataRuangdan PertanahanBappenasmenyelenggarakanfungsipenyiapanperumusankebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang tata ruang dan pertanahan; Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang tata ruang dan pertanahan; Penyusunan rencana pembangunan nasional danrencana pendanaannya di bidang tata ruang dan pertanahan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan; pengkajian kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang tata ruang dan pertanahan. Dalam hal pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pembangunan, pemerintah juga telah melakukan reformasi dengan menetapkan PP No. 39 Tahun Di Pasal 4 menjelaskan pimpinan kementerian/lembaga melakukan pemantauan pelaksanaan Renja-KL yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai tugas dan kewenangannya. Masih dalam pasal 4 disebutkan pemantauan disusun dalam bentuk laporan triwulanan dan pemantauan dilakukan terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana, realisasi pencapaian target keluaran (output) dan kendala yang dihadapi. Pemantauan bidang tata ruang dan pertanahan penting dilakukan mengingat dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan dirasakan sangat besar dan kompleks. Dinamika tersebut disebabkan karakteristik program-program pembangunan tata ruang dan pertanahan yang lintas sektor, lintas daerah dan juga lintas pelaku. Pemantauan akan dilakukan pada Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria dengan mengacu pada RPJMN serta RKP Sesuai dengan amanat RPJMN , fokus prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang adalah: 1) penyelesaian peraturan perundangan sesuai amanat undang-undang penataan ruang; 2) peningkatan kualitas produk rencana tata ruang; 3) sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang; 4) peningkatan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang. Di bidang pertanahan, fokus prioritas di dalam Rencana Kerja Pembangunan tahun 2013 merupakan rincian agregat dari fokus prioritas RPJMN , yaitu: 1) peningkatan jaminan kepastian hukum hak masyarakat atas tanah; 2) pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) termasuk pengurangan tanah terlantar; 3) Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 1

7 peningkatan kinerja pelayanan pertanahan; 4) penataan dan penegakan hukum pertanahan serta pengurangan potensi sengketa tanah. Dari keempat fokus prioritas tersebut, kegiatankegiatan yang masih menjadi perhatian adalah pelaksanaan sertifikasi baik melalui prona, sertifikasi lintas kementerian/lembaga, pelaksanaan pembuatan peta (termasuk dalam fokus prioritas pertama); pelaksanaan Larasita dan Simtanas (termasuk dalam fokus prioritas ke tiga). Lebih lanjut lagi, di bidang tata ruang, UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa setiap provinsi, kabupaten dan kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai acuan pembangunan dan pemberian ijin di daerah. RTRW daerah dalam pelaksanaannya juga harus mengakomodir kepentingan pusat. Namun hingga kini (status per 13 Desember 2013), dari total 33 provinsi, 398 kabupaten dan 93 kota; baru 18 provinsi, 260 kabupaten dan 70 kota yang telah menetapkan perda RTRW-nya. Kegiatan pemantauan ini juga dilaksanakan dalam rangka melihat isu-isu yang menghambat penyelesaian perda RTRW dan melihat apakah kepentingan pusat telah terakomodir dalam perda RTRW daerah, selain juga untuk menjaring isu-isu strategis lainnya di bidang penataan ruang di daerah. Untuk bidang pertanahan, beberapa indikator capaian pelaksanaan pembangunan terutama prioritas nasioal adalah percepatan penyediaan peta pertanahan dan legalisasi aset (sertipikasi) tanah. Ketersediaan peta pertanahan sangat penting sebagai infrastruktur untuk pelaksanaan legalisasi aset tanah. Kegiatan pemantauan merupakan langkah penting dalam memahami dinamika permasalahan dan isu strategis pembangunan bidang tata ruang dan pertanahan. Informasi terkait implementasi RTRWN dan RTR Pulau di daerah, kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW, konflik pemanfaatan ruang antar sektor, peran RTRW dalam proses pemberian izin, tingkat pencapaian program penyelenggaraan penataan ruang dan program pengelolaan pertanahan nasional, kesiapan kelembagaan dalam pengendalian tata ruang di daerah, dan informasi terkait lainnya merupakan informasi yang sangat dibutuhkan untuk memahami permasalahan implementasi dan pengendalian tata ruang dan pengelolaan pertanahan provinsi. Hasil pelaksanaan pemantauan diharapkan dapat membantu mitra kerja dalam mencapai target-target pembangunan. Selain juga dapat menjadi masukan bagi Bappenas dalam melakukan perbaikan pada proses perencanaan pembangunan untuk periode mendatang. Karena keterbatasan sumber daya, dalam pelaksanaan pemantauan RKP 2013 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan hanya dilaksanakan pada beberapa daerah tertentu. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan Pemantauan RKP 2013 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan adalah melakukan identifikasi proses pelaksanaan dan pencapaian penyelenggaraan program bidang penataan ruang dan pertanahan.sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah: - Terpantaunya data dan informasi mengenai (i) kemajuan pelaksanaan, (ii) hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan, dan (iii) upaya-upaya perbaikan dalam pelaksanaan program penyelenggaraan penataan ruang dan pengelolaan pertanahan. - Terjaringnya masukan mengenai tantangan dan isu strategis dalam rangka penyiapan RKP Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 2

8 - Teridentifikasinya isu-isu tata ruang dan pertanahan yang strategis di Provinsi serta gagasan penyelesaiannya. - Teridentifikasinya mekanisme koordinasi antara BPN dengan pemerintah daerah. - Tersusunnya data dan informasi perkembangan pelaksanaan program pembangunan di bidang penataan ruang dan pengelolaan pertanahan. 1.3 Organisasi Pelaksana Organisasi pelaksana kegiatan adalah Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan,dengan penanggung jawab kegiatan adalah Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Kegiatan ini juga secara koordinatif melibatkan Unit Kerja Eselon (UKE) I lain di Bappenas. Pelibatan unit kerja lain dilakukan untuk mendapatkan masukan dan perbaikan secara menerus terhadap prosedur pemantauan yang selama ini dijalankan oleh DirektoratTata Ruang dan Pertanahan. Unit kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan ini adalahdirektoratperencanaan dan Pengembangan Pendanaan Pembangunan, untuk memberikan masukan terkait proses perencanaan pendanaan secara keseluruhan. Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 3

9 BAB II PRIORITAS BIDANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA 2.1. Prioritas Nasional dalam RKP 2013 Kegiatan Prioritas Nasional untuk Bidang Tata Ruang adalah kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah yang dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum. Kegiatan ini adalah kegiatan dekonsentrasi dengan sasaran sinkronnya RTR dengan rencana pembangunan dan antara RTR, dan masuk dalam Prioritas Nasional 6 Infrastruktur. Sementara itu, arah kebijakan Prioritas Bidang Pertanahan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah meningkatkan efektivitas pengelolaan pertanahan program dukungan manajeman dan pelaksanaan tugas teknis lainnya melalui strategi: (1) Peningkatan penyediaan peta pertanahan; (2) Percepatan legalisasi aset tanah; (3) Inventarisasi dan identifikasi tanah terlantar. Fokus prioritas di dalam RKP 2012 adalah rincian agregat dari fokus prioritas RPJMN terkait bidang pertanahan termasuk dalam enam prioritas nasional yakni: (a) Prioritas Nasional 4 Penanggulangan Kemiskinan; (b) Prioritas Nasional 5 Ketahanan Pangan; (c) Prioritas Nasional 6 Infrastruktur; (d) Prioritas Nasional 7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha; (e) Prioritas Nasional 8 Energi, dan (f) Prioritas Nasional 10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik. Masing-masing kegiatan prioritas, prioritas nasional dan prioritas bidang memiliki indikator terukur yang bisa dinilai capaiannya. Sesuai dengan PP 39/2006 K/L pelaksana wajib melaporkan hasil pencapaian setiap indikator kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara setiap triwulan. Untuk Bidang Penataan Ruang, laporan yang diterima oleh Bappenas berasal dari pelaksana yaitu Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, terutama berupa dana dekonsentrasi yang dilakukan ke seluruh provinsi. Pemantauan pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana, realisasi pencapaian target keluaran (output), dan kendala yang dihadapi. Menteri PPN/Kepala Bappenas bertugas menghimpun dan menganalisis laporan pemantauan triwulan dari K/L termasuk penilaian kemajuan pelaksanaan rencana serta mengidentifikasi permasalahan yang memerlukan tindak lanjut.untuk Bidang Pertanahan, beberapa kegiatan yang akan dipantau terutama kegiatan yang termasuk dalam prioritas nasional antara lain kegiatan legalisasi aset (sertifikasi tanah) dan redistribusi tanah. Namun demikian, jika memungkinkan, kegiatan prioritas lainnya juga akan dipantau seperti kegiatan Penyusunan Peta Pertanahan, Penanganan Sengketa, Konflik Dan Perkara Pertanahan, Inventarisasi dan Identifikasi Tanah Terindikasi Terlantar, Inventarisasi Tanah Bekas Hak/Tanah Kritis, dan Pengelolaan dan Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan, dan Wilayah Tertentu. 2.2 Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan penyelenggaraan penataan ruang dengan tujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Beberapa peraturan pelaksanaan Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 4

10 UU tersebut yang telah diterbitkan meliputi PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan PP No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang. Peraturan perundangan tersebut di atas diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan penataan ruang di tingkat nasional dan daerah. Sesuai dengan amanat RPJMN , Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang memiliki Fokus Prioritas Bidang sebagai berikut: (1) penyelesaian peraturan perundangan sesuai amanat undang-undang penataan ruang; (2) peningkatan kualitas produk rencana tata ruang; (3) sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang; dan (4) peningkatan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang. Dalam Program Penyelenggaraan Penataan Ruang terdapat 6 kegiatan yaitu Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional, Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah, Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan, Pembinaan Program Ditjen Penataan Ruang, Pengaturan dan Pengawasan Bidang Penataan Ruang, dan Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang; yang masing-masing memiliki indikator kinerja yang sesuai dengan fokus prioritas bidang. Sebagai ilustrasi, fokus prioritas bidang sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang menjadi wadah bagi kegiatan prioritas yang dilaksanakan oleh Kementerian PU, yaitu Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah oleh Kementerian PU dan Peningkatan. Masing-masing kegiatan prioritas ini memiliki sub-kegiatan atau indikator kegiatan yang memiliki output masing-masing. Kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah memiliki indikator jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya (yang juga merupakan kegiatan Prioritas Nasional) dengan output 33 provinsi hingga tahun Untuk Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang pada arah kebijakan dalam RKP 2013 difokuskan pada: (i) Penetapan Raperpres untuk RTR KSN; (ii) Pendampingan legalisasi Perda RTRW; (iii) Pendampingan penyusunan rencana rinci tata ruang; (iv) Penyerasian peraturan pelaksanaan UU 26/2007 dengan peraturan pelaksanaan UU sektoral terkait; (v) Penguatan kelembagaan penataan ruang, salah satunya melalui pelatihan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS); dan (vi) Review Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).Terkait dengan penjelasan tersebut, terlihat bahwa percepatan penyelesaian Perda RTRW, penyelesaian rencana rinci tata ruang, dan penguatan kapasitas kelembagaan penataan ruang merupakan hal yang penting untuk dipantau, khususnya di daerah. 2.3 Prioritas Bidang Reforma Agraria Prioritas Bidang Reforma Agraria dalam RPJMN dan tercermin dalam RKP 2013 merupakan Bidang Pertanahan. Dengan demikian berbagai isu, program dan kegiatan bidang reforma agraria menjadi cerminan Bidang Pertanahan. Beberapa masalah utama yang mendesak untuk diselesaikan dalam bidang pertanahan tahun 2013antara lain adalah belum memadainya ketersediaan peta pertanahan, belum kuatnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah, dan luas tanah terindikasi terlantar. Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 5

11 Penyediaan peta pertanahan amat diperlukan untuk percepatan legalisasi aset tanah. Pengelolaan dan administrasi pertanahan, termasuk di dalamnya pelayanan pertanahan, membutuhkan data dan informasi spasial untuk memastikan lokasi geografis bidang tanah sehingga ada jaminan kepastian hukum atas obyek bidang tanah yang disertifikatkan. Pada Tahun 2011 telah dilakukan pembuatan peta dasar pertanahan seluas 4,61 juta hektar, sehingga total ketersediaan peta dasar tersebut mencapai 16,71 juta hektar, atau baru sebesar 8,71 persen dari 191,9 juta ha total luas daratan Indonesia. Hal ini berimplikasi pada ketidakpastian jaminan hak atas tanah dan meningkatnya resiko sengketa pertanahan pada bidang-bidang tanah yang belum tersedia peta dasar pertanahannnya sehingga penyediaan peta pertanahan amat diperlukan bagi percepatan sertifikasi (legalisasi) aset tanah. Terkait dengan pendaftaran tanah (sertifikasi), pada tahun 2011 telah dilaksanakan percepatan pendaftaran tanah yang dibiayai Pemerintah sebanyak bidang. Dengan demikian sampai Tahun 2011, telah disertifikasi bidang atau sekitar 46,79 persen dari total bidang tanah di Indonesia. Sertifikasi tersebut diharapkan dapat memberi akses terhadap sumberdaya produktif, terutama permodalan, untuk kalangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), petani, transmigran dan nelayan. Percepatan sertifikasi tanah merupakan langkah awal bagi masyarakat luas dalam meningkatkan akses terhadap sumber daya produktif (acces reform) seperti permodalan. Sertifikasi tanah yang dibiayai pemerintah tersebut dilakukan melalui Program Pertanahan Nasional (Prona) dan sertifikasi tanah lintas kementerian/lembaga (UKM, petani, nelayan, transmigran, masyarakat berpenghasilan rendah). Pelaksanaan kegiatan sertifikasi tanah tersebut meliputi: penyuluhan, pengumpulan, data yuridis, pengukuran bidang pemeriksaan tanah, penertiban SK Hak dan penerbitan sertipikat. Masalah penelantaran tanah makin menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat serta menurunkan kualitas lingkungan sehingga perlu pengaturan kembali penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar. Pada Tahun 2011 telah dilaksanakan identifikasi dan penertiban tanah terlantar seluas 166 Satuan Pekerjaan (SP) (1 SP = 500 ha) Dalam upaya meningkatkan efektivitas pengelolaan pertanahan agar lebih berkontribusi dalam pembangunan dan perbaikan kesejahteraan masyarakat banyak, sasaran yang perlu dicapai pada tahun 2012 adalah: (i) peningkatan penyediaan peta pertanahan sekitar 2,5 juta hektar; (ii) percepatan sertifikasi (legalisasi) aset tanah sebanyak bidang; (iii) inventarisasi dan identifikasi tanah terlantar seluas 446 satuan pekerjaan (SP, 1 SP=500 hektar). Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 6

12 BAB III METODEPELAKSANAAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN Pemantauan adalah kegiatan atau proses mengukur kemajuan sebuah proyek dan program melalui serangkaian pengumpulan data dan informasi lalu dianalisa untuk mengetahui efektivitas dan kendala yang dihadapi dalam periode pelaksanaan sehingga dapat diambil tindakan antisipasi sedini mungkin. Pemantauan merupakan tahapan kontrol dari proses yang sedang berjalan dan identifikasi permasalahan baik dalam proses perencanaan maupun implementasinya. Dalam pemantauan dilihat sejauh mana realisasi penyerapan dana, realisasi pencapaian target keluaran (output) dan permasalahan apa yang menghambat pelaksanaan program, sehingga dapat dirumuskan sebagai masukan bagi pelaksanaan program pembangunan periode mendatang. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan pemantauan secara umum adalah sebagai berikut : 1. Desk Study Kegiatan desk study dalam kegiatan pemantauan adalah melakukan review terhadap berbagai dokumen yang ada seperti dokumen perencanaan, dokumen penganggaran. Melalui desk study ini akan dapat terungkap jenis dan target kegiatan serta. Pelaksanaan desk study ini dilakukan melalui: a. Penelaahan pada dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran dan pembahasan, serta b. Untuk mendalami dokumen perencanaan dan penganggaran dapat dilakukan diskusi dengan perencana dan pelaksana program. 2. Field Survey Pelaksanaan field survey dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi dilapangan mengenai pelaksanaan pembangunan oleh K/L terkait baik di pusat maupun di daerah. Kegiatan field survey diharapkan mendapatkan informasi mengenai perubahan target, kendala pelaksanaan, kemajuan pelaksanaan, serta upaya-upaya yang telah dilakukan. Pada field survey juga mengumpulkan berbagai isu strategis yang ada di daerah yang dapat dijadikan bahan dalam menyusun perencanaan pembangunan. Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan pemantauan RKP 2013 meliputi data primer dan data sekunder. Jenis data pemantauan adalah sebagai berikut: Data Kuantitatif bersifat numerik (angka) dan dapat dijadikan indikasi terhadap suatu hal pada waktu tertentu; Data Kualitatif bersifat non-numerik dan lebih kepada hal bersifat mutu, ciri dan sifat. 3. Analisis Data Data dan informasi baik yang diperoleh pada desk studymaupun field surveykemudian diolah dan dianalisa untuk mendeskripsikan hasil pemantauan RKP Pada konteks ini, alat analisis yang digunakan meliputi deskriptif kualitatif berupa pemaparan dan penjelasan terhadap suatu obyek.pemantauan RKP 2013 menganalisis berbagai kebijakan (dari strategi Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 7

13 hingga operasional) bidang tataruang dan pertanahan lalu menganalisa dan memberikan rekomendasi perbaikan pelaksanaan program. 4. Pelaksanan Pemantauan Kegiatan pemantauan ini dilaksanakan oleh Tim Pelaksana yang diketuai oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas dengan dibantu oleh Tim Pendukung untuk membantu pekerjaan administratif. Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut melibatkan pejabat dan staf instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberikan masukan di dalam diskusi yang akan dilaksanakan, cakupan pelaksanaan pemantauan kegiatan tata ruang dan pertanahan yaitu pemantauan kegiatan-kegiatan rutin yang pembiayaannya bersumber dari APBN. Pelaksanaan kegiatan pemantauan dilakukan dengan mengumpulkan data dari beberapa stakeholder terkait pelaksanaan program pembangunan bidang tata ruang dan pertanahan, untuk kemudian dianalisis apakah sejalan dengan UU No. 26 Tahun 2007, RPJMN dan hasil analisis ini akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan dan pelaksanaan program pembangunan selanjutnya. 5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan pemantauan pelaksanaan program-program pembangunan bidang tata ruang dan pertanahan tahun 2013 ini akan dilaksanakan pada tahun 2013 dengan kurun waktu 12 bulan. Kegiatan Pemantauan ini terdiri dari rapat rutin setiap bulan, konsinyiring, perjalanan dinas, dan pembuatan laporan kegiatan.jadwal pelaksanaan kegiatan pemantauan akan direncanakan seperti pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1Daerah dan Waktu Kunjungan Lapangan No Provinsi Waktu Pelaksanaan Bidang Tata Ruang Narasumber Bidang Pertanahan 1 Sulawesi Utara 11-12November 2013 Bappeda, Dinas PU Kanwil BPN 2 Papua Barat 13-14November2013 Bappeda, Dinas PU Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Utara dipilih sebagai sampel provinsi yang belum menetapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) namun proses perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sudah selesai dilakukan oleh Tim Terpadu Kementerian Kehutanan. Selain itu,di provinsi tersebut terdapat berbagai pusat pengembangan ekonomi dengan kepentingan nasional seperti usulan Kawasan Ekonomi Khusus/KEK Bitung dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu/KAPET Manado-Bitung. Kawasan-kawasan tersebut dipandang perlu untuk dilihat apakah keseluruhannya telah diakomodir dalam rancangan RTRW sebelum ditetapkan melalui perda. Terkait dengan bidang pertanahan, berdasarkan data dari BPN diketahui bahwa tingkat cakupan peta pertanahan sudah mencapai lebih dari 85% dari total luas wilayah provinsi 1,5 juta hektar. Ketersediaan peta pertanahan penting dalam pelaksanaan administrasi dan pelayanan pertanahan. Pemantauan diharapkan dapat mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Kanwil dalam penyediaan peta pertanahan. Sementara itu, Provinsi Papua Barat dipilih sebagai salah satu dari dua provinsi yang proses Tim Terpadu Kementerian Kehutanan belum selesai, sehingga dipandang perlu untuk dilihat apa hambatan dalam penyelesaiannya. Proses tim terpadu tersebut merupakan penelitian Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 8

14 secara mendalam terkait dengan adanya usulan perubahan kawasan hutan menjadi non hutan. Terkait dengan bidang pertanahan, berdasarkan data dari BPN ketersediaan cakupan peta pertanahan di provinsi tersebut masih sangat rendah baru mencapai 3,4% dari total luas wilayah sekitar 10,5 juta hektar. Cakupan ketersediaan peta pertanahan yang masih minim akan berimplikasi pada pelayanan pertanahan di provinsi tersebut. Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 9

15 BAB IV HASIL PEMANTAUANPELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN Pada bagian ini akan dijelaskan hal-hal yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan bidang tata ruang dan pertanahan. Dalam prioritas Bidang Tata Ruang, kegiatan yang dipantau adalah kegiatan prioritas berupa Prioritas Nasional untuk Bidang Tata Ruang, yaitu kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah yang dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum. Kegiatan ini adalah kegiatan dekonsentrasi dengan sasaran sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang, yang merupakan bagian dari Prioritas Nasional 6 Infrastruktur. Sedangkan untuk bidang pertanahan adalah kegiatan prioritas nasional yang termasuk dalam program pengelolaan pertanahan nasional. Pelaksanaan wawancara dan survey lapangan kegiatan pemantauan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan dilakukan di dua provinsi yaitu: Sulawesi Utara dan Papua Barat. 4.1 Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang Dalam prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang, kegiatan yang akan dipantau adalah kegiatan prioritas berupa Prioritas Nasional untuk Bidang Tata Ruang, yaitu kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah yang dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum. Kegiatan ini adalah kegiatan dekonsentrasi dengan sasaran sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang. Selain itu juga akan dipantau isu-isu strategis bidang tata ruang di lapangan yang membutuhkan penanganan Provinsi Sulawesi Utara Materi wawancara dan survey terbagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah dan (2) Capaian Dana Dekonsentrasi Bidang Tata Ruang. Untuk Provinsi Sulawesi Utara, hasil wawancara dengan Bappeda Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas PU Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut: Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah Beberapa isu bidang tata ruang yang teridentifikasi di Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut: - Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Utara telah dibahas di forum BKPRN pada tanggal 12 Mei 2011, telah mendapat surat persetujuan substansi Menteri PU No.HK.01 03/Mn/212pada tanggal 12 Mei 2011 dan telah dievaluasi di Kementerian Dalam Negeri pada tanggal 19 November Dari aspek kehutanan, dalam aspek perubahan peruntukan dan perubahan fungsi kawasan hutan, telah diterbitkan SK Menteri Kehutanan untuk kawasan hutan non- DPCLS (Daerah Penting, Cakupan Luas dan Strategis). Namun masih terdapat juga kawasan hutan DPCLS, dimana kondisi eksisting sudah berupa pemukiman. Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, perubahan peruntukan dan perubahan fungsi kawasan hutan yang bersifat DPCLS harus melalui persetujuan DPR- RI, sehingga seringkali membutuhkan waktu yang lama untuk dapat diberikan persetujuan. Oleh karena itu, sementara menunggu persetujuan DPR-RI, kawasan Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 10

16 DPCLS ditetapkan dengan status Holding Zone (HZ).Holding Zone adalah kawasan hutan yang diusulkan perubahan peruntukan dan fungsinya, atau bukan-kawasan hutan yang diusulkan menjadi kawasan hutan oleh Gubernur kepada Menteri Kehutanan dalam revisi Perda RTRWP yang belum mendapat persetujuan perubahan peruntukan ruangnya dari Menteri Kehutanan ataupun DPR-RI.Salah satu kawasan permukiman yang masih termasuk kawasan hutan dan berstatus Holding Zoneadalah di Desa Pinilih, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara. Berdasarkan kunjungan lapangan, diperoleh informasi bahwa di desa tersebut sudah menjadi permukiman secara turuntemurun dari tahun Terkait dengan kebijakan nasional, RTRW provinsi sudah selaras dengan kebijakankebijakan nasional tersebut, sehingga tidak ada permasalahan dalam implementasi kebijakan-kebijakan nasional. - Daerah mengharapkan agar proses pembahasan rencana rinci tata ruang tidak serumit RTRW. Daerah mengharapkan agar apabila memungkinkan diberi bantuan insentif dari pusat. - Terkait dengan kelembagaan, masih ada permasalahan dalam hal koordinasi dalam penataan ruang, mengingat saat ini kelembagaan yang memiliki tupoksi bidang tata ruang hanya setingkat bidang (eselon 3) di Dinas PU, sehingga belum memiliki posisi yang cukup kuat. Selain itu diusulkan agar Sekretaris Daerah Provinsi sebagai Ketua Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) harus diperkuat dengan pemahaman bidang tata ruang yang dimilikinya, karena saat ini banyak juga Sekda yang kurang paham tata ruang. - Terkait dengan Penyidik Pegawai Negeri (PPNS) bidang tata ruang, Jumlah PPNS masih terbatas di tingkat provinsi maupun kab/kota. - Daerah perlu dukungan untuk sinkronisasi RPJPD, RPJMD, RTRW, karena akan terdapat penyusunan RPJMD tahap 3 (tahun ). Capaian Dana Dekonsentrasi Bidang Tata Ruang Sementara itu, untuk kegiatan dekonsentrasi, beberapa poin yang diperoleh adalah sebagai berikut: - Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas PU di Provinsi Sulawesi Utara untuk program penyelenggaraan tata ruang, didapatkan progress kemajuan hingga triwulan II tahun Pada triwulan I, capaian fisik mencapai 1,99 % dengan capaian keuangan sebesar 2,24 %. Kedua capaian tersebut belum mencapai sasaran yang ditentukan yaitu sasaran fisik sebesar 3,57 % dan sasaran keuangan sebesar 3,56%. - Pada triwulan II, capaian fisik mencapai 31,23 % dengan sasaran sebesar 27,56 %. Sedangkan capaian keuangan di triwulan II mencapai 25,89 % dari sasaran sebesar 27,56 %. Kendala yang dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Utara adalah proses revisi DIPA yang terlalu lama. Untuk itu, pemda akan berupaya untuk mempercepat proses revisi DIPA di Dirjen Anggaran dan POK di Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU. - Titik berat dana dekon adalah pada proses percepatan penyusunan dokumen penataan ruang seperti RTRW dan RDTR, dan pembuatan RTH. Selain itu juga Provinsi Sulawesi Utara masih membutuhkannya untukmembangun kapasitas kelembagaan di daerah, memperkuat sinergi pusat-daerah dan meningkatkan kapasitas SDM maupun database bidang tata ruang. Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 11

17 4.1.2 Provinsi Papua Barat Materi wawancara dan survey terbagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah dan (2) Capaian Dana Dekonsentrasi Bidang Tata Ruang. Untuk Provinsi Papua Barat, hasil wawancara dengan Bappeda Provinsi Papua Baratdan Dinas PU Provinsi Papua Baratadalah sebagai berikut: Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah - RTRW Provinsi Papua Barat telah ditetapkan melalui Perda Nomor 2. Penyelesaian masalah kawasan hutan yang menjadi kendala penyelesaian RTRW Provinsi ini, diselesaikan melalui mekanisme Holding Zone (HZ). Untuk RTRW Kabupaten/kota yang telah diperdakan sebelum adanya keputusan HZ,akan dilakukan menyesuaikan berdasarkan hasil HZ melalui peraturan gubernur (Pergub). - Terkait kegiatan BKPRD yang telah dilakukan, Bappeda Prov. Papua Barat melalui Gubernur ingin melaporkan kepada BKPRN secara berkala (semester/tahunan). Untuk itu, diharapkan BKPRN menyusun format laporan dan mensosialisasikannya kepada BKPRD. - Pada tahun 2013, Prov. Papua Barat tidak memiliki PPNS. Hal ini dikarenakan, satusatunya PPNS yang ada, dipindahkan keluar kota.namun, dinas PU tengah mengupayakan pencarian calon PPNSuntuk segera diusulkan mengikuti pelatihan PPNS di pusat. - Prov. Papua Barat belum memiliki kegiatan sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan. Untuk itu, diusulkan oleh Bappeda Provinsi, perlu dilakukan Bimbingan Teknis (Bintek) dan sosialisai terkait sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan. - Prioritas penyusunan RDTR untuk Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Prov. Papua Barat tahun 2013 meliputi KSN kawasan perbatasan dan KSN Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat. Capaian Dana Dekonsentrasi Bidang Tata Ruang Sementara itu, untuk kegiatan dekonsentrasi, beberapa poin yang diperoleh adalah sebagai berikut: - Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas PU di Provinsi Papua Barat untuk program penyelenggaraan tata ruang, didapatkan progress kemajuan hingga triwulan II tahun Untuk kemajuan realisasi fisik, sejak triwulanan I s.d. triwulanan II, telah mengalami kemajuan hingga tercapai realisasi fisik sebesar 32,37%. Hal ini telah melebihi sasaran yang ditetapkan, yaitu 30%. Sementara untuk kemajuan realisasi keuangan, sejak triwulanan I s.d. triwulanan II, telah mengalami kemajuan hingga tercapai realisasi keuangan sebesar 27,96%. - Pada triwulan I, capaian fisik mencapai 5,11 % dengan sasaran fisik sebesar 3,5 %. Sedangkan prosentase realisasi keuangan Provinsi Papua Barat mencapai 1,76 % dengan sasaran keuangan sebesar 2 %. Pada triwulan II, prosentase realisasi fisik sebesar 32,37 % dari sasaran fisik yaitu 30%. Sementara untuk prosentase capaian keuangan sebesar 27,96% dari sasaran sebesar 30%. - Apabila dilihat dari data kemajuan realisasi fisik dan keuangan, maka dapat dikatakan bahwa sasaran dana dekonsentrasi sudah cukup tercapai. Dana dekonsentrasi di Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 12

18 Provinsi Papua Barat mayoritas digunakan untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat. 4.2 Prioritas Bidang Reforma Agraria Untuk Bidang Reforma Agraria (Bidang Pertanahan), terdapat beberapa kegiatan prioritas nasional sebagai berikut: (1) Kegiatan Redistribusi Tanah; (2) Kegiatan Penyusunan Peta Pertanahan; (3) Kegiatan Legalisasi Aset (Sertifikasi Tanah); (4) Penanganan Sengketa, Konflik Dan Perkara Pertanahan; (5) Pengelolaan Data dan Informasi Pertanahan; (6) Inventarisasi dan Identifikasi Tanah Terindikasi Terlantar; (7) Inventarisasi Tanah Bekas Hak/Tanah Kritis; dan (8) Pengelolaan dan Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan, dan Wilayah Tertentu Provinsi Sulawesi Utara Berikut beberapa hal pokok yang diperoleh pada kunjungan lapangan pemantauan RKP 2013 bidang pertanahan adalah sebagai berikut: Target dan Capaian Kegiatan Prioritas Nasional Berdasarkan data target (fisik dan anggaran) dan capaian (fisik dan anggaran), beberapa kegiatan prioritas di Kanwil BPN Sulawesi Utarapada tahun 2013 sampai dengan triwulan II masih belum dapat terlaksana. Secara umum kegiatan prioritas yang dilaksanakan oleh Kanwil BPN Sulawesi Utarayaitu meliputi: sertipikasi tanah melalui Prona, penangan kasus pertanahan (meliputi: pelayanan informasi penanganan kasus, penanganan kasus, beracara di peradilan, kajian sengketa, konflik dan perkara), penanganan tanah terlantar (meliputi: inventarisasi tanah terindikasi terlantar di kantor wilayah provinsi, inventarisasi tanah terindikasi terlantar di kabupaten, identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar, berita acara identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar/panitia C, hasil pemantauan dan evaluasi setelah peringatan I, hasil pemantauan dan evaluasi setelah peringatan II, hasil pemantauan dan evaluasi setelah peringatan III, serta usulan penetapan tanah terlantar). Berikut akan dijelaskan capaian fisik dan anggaran dari beberapa kegiatan prioritas tersebut sampai dengan Bulan November Kegiatan sertipikasi tanah hanya dilakukan melalui skema Prona dengan target total mencapai bidang. Sampai dengan bulan November 2013 capaian fisik telah berjumlah bidang (88,37%), sedangkan penyerapan anggaran telah mencapai 85,35% yaitu Rp dari target Rp Capaian fisikserta anggaran terdapat di semua kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara, kecuali di Kota Bitung. Tabel capaian sertipikasi tanah melalui Prona tersebut disajikan pada lampiran. Pada lingkup penanganan kasus pertanahan, dari data yang didapatkan diketahui bahwa belum ada realisasi fisik dan anggaran dari tiap kegiatan sampai pada bulan November Hanya terdapat data target fisik maupun anggaran dari tiap kegiatan pada skala lingkup Kanwil BPN Sulawesi Utara. Kegiatan pelayanan informasi penanganan kasus memiliki target 15 fisik serta anggaran sebesar Rp , dengan kegiatan penanganan kasus yang memiliki target sebanyak 60 fisik serta anggaran mencapai Rp Adapun kegiatan beracara di peradilan memiliki target 150 fisik dengan anggaran sebesar Rp Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 13

19 Kegiatan kajian sengketa, konflik dan perkara memiliki target 2 fisik dengan anggaran yang mencapai Rp Selanjutnya terkait dengan penanganan tanah terindikasi terlantar meliputi beberapa kegiatan yaitu: inventarisasi tanah terindikasi terlantar, identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar, berita acara identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar (panitia C), pemantauan dan evaluasi setelah peringatan I, II, dan III, serta usulan penetapan tanah terlantar. Kegiatan inventarisasi tanah terindikasi terlantar ditargetkan sebanyak 1 SP dengan anggaran Rp ,-, sampai dengan Bulan November 2013 belum ada realisasi fisik maupun anggaran. Kegiatan identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar telah terealisasi sepenuhnya 100% baik target fisik maupun anggaran yaitu 5 SP dengan anggaran mencapai Rp Sama halnya dengan kegiatan penyusunan berita acara identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar yang telah terealisasi sepenuhnya 100% baik target fisik maupun anggaran yaitu 5 SP dengan anggaran sebesar Rp Kegiatan pemantauan dan evaluasi setelah peringatan I dengan target sebanyak 5 SP dan anggaran Rp ,- telah memiliki realisasi fisik 100% dan anggaran 99,71%. Adapun kegiatan pemantauan dan evaluasi setelah peringatan II dan III dengan target fisik dan anggaran yang sama yaitu 5 SP sebesar Rp , belum terdapat realisasinya sampai pada Bulan November Terakhir kegiatan usulan penetapan tanah terlantardengantarget fisik sebanyak 5 SP dengan anggaran Rp ,- juga belum terdapat realisasinya. Isu Bidang Pertanahan Beberapa isu bidang pertanahan yang diperoleh dari kunjungan kegiatan pemantauan pelaksanaan RKP 2013 di Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut: 1. Untuk mendukung pembangunan wilayah, BPN Kanwil telah memiliki neraca penatagunaan tanah. Neraca ini pada dasarnya dapat digunakan sebagai salah satu instrumen pengendali penataan ruang. Dengan izin yang diberikan pemerintah daerah seperti pada penetapan lokasi, proses pembangunan sebenarnya dapat dimulai dari aspek pertanahan, yaitu melalui penggunaan neraca penatagunaan tanah. 2. Kondisi yang ada saat ini adalah ketika izin lokasi pembangunan telah terbit, tetapi ketersediaan neraca belum ada. Sehingga pembangunan tersebut sangat berpotensi untuk menjadi tidak sesuai dengan rencana (tidak terkendali). Yang paling sulit adalah pada kasus pembangunan untuk kepentingan umum, karena lokasinya yang biasanya bergeser. Untuk itu perlu adanya link antara rencana pembangunan (RTRW) dan neraca tata guna tanah. Mekanismenya dapat berupa keberadaan RTRW terlebih dahulu, dengan neraca tata guna tanah setelahnya. 3. Belum sinkronnya data luas kawasan pertanian di Provinsi Sulawesi Utara oleh 3 instansi (Dinas Pertanian, Dinas PU, dan BPN Kanwil) terkait dengan isu ketahanan pangan daerah. Data Dinas Pertanian selalu menunjukkan luas wilayah pertanian yang lebih besar, karena dihitung berdasarkan masa tanam. Adapun data Dinas PU selalu mempertimbangkan wilayah pertanian berdasarkan fungsinya, termasuk didalamnya sarana prasarana irigasi. Sedangkan data BPN mengacu pada neraca penatagunaan tanah. Tidak sinkronnya data tersebut tidak lain disebabkan oleh belum adanya link pada neraca penatagunaan tanah. Saat ini 3 instansi tersebut telah melakukan beberapa pertemuan untuk memperoleh data akhir, sehingga selanjutnya BPN dapat melakukan pengendalian pada kawasan pertanian-lp2b (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) yang telah Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 14

20 ditetapkan oleh Dinas Pertanian, melalui instrumen penerbitan sertipikat dengan fungsi tetap LP2B. 4. Terdapat sengketa tanah ulayat yang berkepanjangan di Pulau Lembeh (Kecamatan Lembeh Utara dan Lembeh Selatan). Pada tahun 1984, Mendagri pernah mengeluarkan SK bahwa dari total ha luas wilayah pulau Lembeh, 300 ha di antaranya merupakan merupakan tanah ulayat. Hanya yang kemudian menjadi masalah penetapan 300 hektar tanah ulayat ini sama sekali tidak didukung dengan keterangan batas-batas tanahnya, sehingga menjadikannya tidak jelas dan simpang siur. Bahkan BPN pun ternyata pernah mengeluarkan SK Redistribusi pada wilayah tersebut. Di sisi lain sebelumnya sudah terdapat beberapa rencana pembangunan berskalanasionaldi Pulau Lembeh, seperti rencana pengembangan pelabuhan petikemas internasional. Sehingga untuk mengantisipasi hal yang lebih buruk, pada tahun 2005 Kepala Kanwil BPN memutuskan untuk menghentikan segala bentuk pelayanan pertanahan di Pulau Lembeh. Terakhir pada awal November 2013, Kepala BPN melakukan kunjungan khusus ke Kota Bitung untuk meninjau serta menginstruksikan penyelesaian sengketa pertanahan di Pulau Lembeh tersebut Provinsi Papua Barat Target dan Capaian Kegiatan Prioritas Nasional Berdasarkan data target (fisik dan anggaran) dan capaian (fisik dan anggaran) beberapa kegiatan prioritas di Kanwil BPN Papua Barat sampai dengan triwulan II belum dapat terlaksana. Hal inidikarenakan adanya perubahan anggaran sehingga mempengaruhi pelaksanaan kegiatan fisik dan penyerapan anggaran. Beberapa kegiatan prioritasyang dilaksanakan oleh Kanwil BPN Papua Barat antara lain: sertipikasi tanah melalui Prona, penangan kasus pertanahan (meliputi: pelayanan informasi penanganan kasus, penanganan kasus, beracara di peradilan, kajian sengketa, konflik dan perkara), penanganan tanah terlantar (meliputi: inventarisasi tanah terindikasi terlantar di kantor wilayah provinsi, inventarisasi tanah terindikasi terlantar di kabupaten, identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar, berita acara identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar/panitia C, hasil pemantauan dan evaluasi setelah peringatan I, hasil pemantauan dan evaluasi setelah peringatan II, hasil pemantauan dan evaluasi setelah peringatan III, usulan penetapan tanah terlantar).sedangkan kegiatan sertipikasi tanah lintas K/L (petani, nelayan, UKM, MBR, transmigrasi) dan kegiatan redistribusi tanah tidak terdapat alokasi target pada tahun Berikut akan dijelaskan capaian fisik dan anggaran beberapa kegiatan prioritas di Kanwil BPN Papua Barat sampai dengan Bulan November Kegiatan sertipikasi tanah hanya dilakukan melalui skema Prona dengan target total mencapai bidang. Sampai dengan bulan November 2013 capaian fisik berjumlah 464 bidang (5,8%), sedangkan anggaran belum ada penyerapan. Capaian fisik terdapat di Kabupaten Fak-fak, untuk kabupaten lain belum ada capaian fisik dan anggaran. Tabel capaian sertipikasi tanah melalui Prona tersebut disajikan pada lampiran. Kegiatan penangan kasus pertanahan, realisasi fisik telah mencapai 12,17% dari total target sebanyak 23 kasus, sedangkan realisasi anggaran sudah mencapai Rp (24,84%) dari total anggaran Rp ,-. Kegiatan beracara di peradilan di Kanwil BPN Papua Barat ditarget 3 kasus, sampai dengan Bulan November 2013 sudah tercapai 1 kasus dengan realisasi anggaran mencapai Rp ,- (16,03%) dari total anggaran Rp ,-. Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 15

21 Selanjutnya terkait dengan penanganan tanah terindikasi terlantar meliputi beberapa kegiatan yaitu: inventarisasi tanah terindikasi terlantar, identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar,berita acara identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar (panitia C), pemantauan dan evaluasi setelah peringatan I, II, dan III, serta usulan penetapan tanah terlantar.kegiatan inventarisasi tanah terindikasi terlantar ditargetkan sebanyak 1 SP dengan anggaran Rp ,-, sampai dengan Bulan November 2013 realisasi sudah 100%, namun realisasi anggaran baru mencapai Rp ,- (66,67%). Untuk kegiatan identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar target fisik berjumlah 5 SP dengan anggaran Rp ,- dengan realisasi fisik baru 26,67% dan anggaran 17,43%. Kegiatan penyusunan berita acara identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar ditargetkan sebanayk 5 SP dengan anggaran sebesar Rp ,-, namun belum ada capaian fisik dan anggaran. Kegiatan pemantauan dan evaluasi setelah peringatan I ditargetkan sebanyak 5 SP dengan anggaran Rp ,- juga belum ada realisasi fisik dan anggaran. Demikian halnya dengan kegiatan pemantauan dan evaluasi setelah peringatan II dan III dengan target fisik dan anggaran yang sama namun sampai dengan Bulan November 2013 belum ada realisasi fisik dan anggaran. Selanjutnya kegiatan usulan penatapan tanah terlantar dengan target fisik sebanyak 5 SP dengan angagran Rp ,- belum adan realisasi fisik dan anggaran sampai dengan bulan November Adanya revisi (perubahan) anggaran di Kanwil BPN Papua Barat menyebabkan lambatnya realisasi fisik dan anggaran. Hasil pemantauan sampai dengan Bulan November 2013 menggambarkan masih rendahnya capaian kegiatan. Walaupun beberapa kegiatan telah dilaksanakan, namun sampai dengan akhir tahun diperlukan upaya keras untuk mencapai realisasi fisik dan anggaran sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Isu Bidang Pertanahan Beberapa isu bidang pertanahan yang diperoleh dari kunjungan kegiatan pemantauan pelaksanaan RKP 2013 di Kanwil BPN Provinsi Papua Barat sebagai berikut: 1. Pemetaan Tanah Adat/Ulayat Perlu sosialisasi Peraturan Menteri Agraria No. 5/1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan mendorong Pemda agar melakukan penelitian terkait keberadaan tanah adat/ulayat di daerah tersebut. Selain itu perlu sosialisasi mengenai pentingnya pemetaan tanah adat/ulayat kepada masyarakat hukum adat. Provinsi Papua Barat belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) khusus yang mengatur mengenai pengelolaan tanah ulayat/adat di daerah tersebut. Berdasarkan amanat dari Peraturan Menteri Agraria No. 5 tahun 1999 tentang Tata Cara Penyelesaian Tanah Adat/Ulayat mengamanatkan agar pemda menetapkan peraturan daerah mengenai pengaturan tanah adat/ulayat. Pengaturan tersebut diperlukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tanah adat/ulayat di setiap provinsi. Kedepan Provinsi Papua Barat perlu menetapkan keberadaan tanah adat/ulayat dengan tata batas, pemimpin adat dan anggota adat serta sistem pengelolaan tanahnya. Perlu dilakukan penataan batas tanah adat/ulayat yang melibatkan ketua adat di daerah tersebut kemudian dituangkan dalam peta tanah adat/ulayat. Kegiatan yang mendesak terkait pengelolaan tanah adat/ulayat adalah melakukan penataan batas dengan menyusun peta batas tanah adat/ulayat. Penyusunan peta tersebut harus Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 16

22 melibatkan tokoh-tokoh adat setempat sehingga dapat diakui oleh setiap anggota masyarakat hukum adat. 2. Penanganan Kasus Pertanahan Kasus pertanahan yang sering muncul di Papua Barat terkait dengan pengelolaan tanah adat/ulayat selama ini dibawa ke peradilan umum. Namun secara hukum peradilan umum tidak berwenang menangani kasus adat. Berkenaan rencana pembentukan pengadilan khusus pertanahan, perlu mengakomodir kewenangan penanganan kasus adat/ulayat yang melibatkan tokoh adat setempat. 3. Pemetaan Kawasan hutan dan non hutan Perlu mendorong agar dilakukan pemetaan kawasan hutan dan non hutan, karena di lapangan batas kawasan hutan tidak diketahui dengan jelas sehingga menyulitkan penerbitan sertifikat tanah. Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 17

23 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari kegiatan pemantauan pelaksanaan pembangunan bidang tata ruang dan pertanahan tahun 2013 yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil pemantauan lapangan untuk prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang dan pengelolaan pertanahan sebagai berikut: 1. Dalam rangka menangani isu-isu penataan ruang di daerah, peran Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) sangat penting. Hal ini terjadi karena di beberapa daerah, instansi yang bertugas mengurus penataan ruang belum memiliki posisi yang cukup kuat dalam mengkoordinasikan lintas sektor; 2. Penyusunan rencana rinci di daerah sebagai pendetilan dari RTRW masih berjalan lambat sehingga dikhawatirkan dapat menghambat proses perijinan; 3. Mekanisme perubahan peruntukan dan perubahan fungsi kawasan hutan oleh Kementerian Kehutanan khusus untuk Daerah Penting, Cakupan Luas dan Strategis yang membutuhkan persetujuan dari DPR-RI dirasa lama, sehingga dibutuhkan terobosan dalam penanganannya; 4. Dana dekonsentrasi dari Pusat masih sangat diperlukan oleh Daerah terutama dalam peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, sosialisasi, pelatihan dan pengelolaan data untuk penyerasian rencana pembangunan dengan rencana tata ruang; 5. Rencana investasi yang akan dilakukan di daerah hendaknya mempertimbangkan potensi dan keperluan daerah sehingga mampu menjawab kebutuhan daerah; 6. Belum adanya kesepakatan terkait penggunaan data luas kawasan pertanian dalam menanggapi isu ketahanan pangan daerah di Provinsi Sulawesi Utara; 7. Secara umum sengketa bidang pertanahan di Pulau Lembeh Provinsi Sulawesi Utara telah menyita perhatian pihak pusat karena menghambat beberapa pembangunan berskala nasional di wilayah tersebut; 8. Adanya revisi anggaran di Kanwil BPN Provinsi Papua Barat menyebabkan realisasi fisik dan anggaran beberapa kegiatan bidang pertanahan sampai dengan Bulan November masih rendah; 9. Provinsi Papua Barat belum menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur mengenai pengelolaan tanah adat/ulayat. 5.2 Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil pemantauan, dirumuskan beberapa rekomendasi untuk pelaksanaan Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria sebagai berikut: 1. Perlu adanya penguatan BKPRD dalam rangka menangani isu-isu penataan ruang di daerah agar penyelesaian masalah penataan ruang di daerah dapat berjalan secara efektif dan efisien. Untuk itu, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)sebagai badan koordinasi penataan ruang di tingkat pusat akan menyelenggarakan lokakarya dengan temapenguatanbkprd di daerah. Sebagai best practicediharapkan adalah BKPRD Provinsi Jawa Timur atau Sulawesi Selatan yang dirasa sudah berjalan baik kinerjanya. Selain itu salah satu topik yang penting adalah bagaimana mengefektifkan Sekretaris Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 18

24 Daerah sebagai ketua BKPRD (sesuai dengan Permendagri 50/2009 tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah); 2. Perlu adanya percepatan penyusunan rencana rinci di daerah sebagai landasan hukum dalam pemberian izin pemanfaatan ruang. Untuk itu, BKPRN akan mengadakan lokakarya percepatan penyelesaian rencana rinci, yang akan mengundang Provinsi Jawa Tengah sebagai best practice dalam menyusun RDTR.Provinsi Jawa Tengah telah memperdakan seluruh RTRW kabupaten dan kota nya, serta telah masuk dalam penyusunan berbagai rencana rinci; 3. Perlu adanya kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian/Lembaga lainnya sebagai upaya percepatan penetapan raperda RTRW; 4. Perlu disepakati di forum BKPRN mekanisme penyelesaian belum selesainya persetujuan perubahan peruntukan dan perubahan fungsi kawasan hutan yang berupa DPCLS di DPR- RI, sehingga dapat dipercepat persetujuannya; 5. Perlu koordinasi antara Dinas Pertanian, BPN, dan Dinas PUuntuk menyepakati penggunaan data luas kawasan pertanian di Provinsi Sulawesi Utara; 6. Revisi (perubahan) anggaran di Kanwil BPN perlu dilakukan lebih cepat agar tidak mengganggu realisasi fisik dan anggaran; 7. Perlu dilakukan pemetaan tanah adat/ulayat di Papua Baratdan penyusunan Perda tentang tanah adat/ulayat untuk mengatasi permasalahan tanah adat/ulayat di Provinsi Papua Barat. Rekomendasi tersebut juga menjadi dapat dilakukan untuk penyelesaian sengketa bidang pertanahan di Pulau Lembeh Provinsi Sulawesi Utara; 8. Perlu dukungan investasi yang membumi. Artinyarencana investasi yang akan dilakukan harus mempertimbangan potensi dan keperluan daerah, bukan rencana yang merupakan keinginan pusat dimana rencana tersebut belum tentu menjawab kebutuhan daerah. Laporan Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata RuangdanPertanahan 19

25 Lampiran 1: Pencapaian Program Pengelolaan Pertanahan Kanwil BPN Sulawesi Utara (keadaan s.d bulan November 2013) SERTIPIKASI PRONA (BIDANG) LOKASI Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Tomohon - Kota ,80% ,51% ,63% Manado - Kota ,06% ,98% ,00% Bitung - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kepulauan Talaud - Kabupaten ,10% ,20% ,00% Minahasa - Kabupaten ,00% ,00% ,00% Kotamobagu - Kota ,67% ,08% ,86% Minahasa Utara - Kabupaten ,61% ,51% ,09% Minahasa Tenggara - Kabupaten ,57% ,41% ,67% BOLAANG MONGONDOW ,04% ,93% ,20% Kabupaten Kepulauan Sangihe - Kabupaten ,69% ,79% ,70% MINAHASA SELATAN - Kabupaten ,93% ,93% ,40% Kanwil BPN Sulawesi Utara - Kantor 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Wilayah Jumlah PELAYANAN INFORMASI PENANGANAN KASUS PENANGANAN KASUS LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Tomohon - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manado - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Bitung - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kepulauan Talaud - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kotamobagu - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Utara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Tenggara ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten BOLAANG MONGONDOW ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

26 Kabupaten Kepulauan Sangihe - Kabupaten MINAHASA SELATAN - Kabupaten Kanwil BPN Sulawesi Utara - Kantor Wilayah 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% 0 0,00% 0 0,00% BERACARA DI PERADILAN KAJIAN SENGKETA, KONFLIK DAN PERKARA LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Tomohon - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manado - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Bitung - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kepulauan Talaud - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kotamobagu - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Utara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Tenggara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% BOLAANG MONGONDOW ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten Kepulauan Sangihe - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% MINAHASA SELATAN ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten Kanwil BPN Sulawesi Utara - Kantor Wilayah ,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% 0 0,00% 0 0,00% INVENTARISASI TANAH TERINDIKASI TERLANTAR DI KANTOR IDENTIFIKASI DAN PENELITIAN TANAH TERINDIKASI TERLANTAR WILAYAH PROVINSI LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Tomohon - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manado - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Bitung - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kepulauan Talaud - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kotamobagu - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Utara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Tenggara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% BOLAANG MONGONDOW - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

27 Kepulauan Sangihe - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% MINAHASA SELATAN ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten Kanwil BPN Sulawesi Utara - Kantor Wilayah ,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% ,00 % 5 100,0 0% BERITA ACARA IDENTIFIKASI DAN PENELITIAN TANAH TERINDIKASI HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI SETELAH PERINGATAN I TERLANTAR (PANITIA C) LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Tomohon - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manado - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Bitung - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kepulauan Talaud - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kotamobagu - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Utara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Tenggara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% BOLAANG MONGONDOW ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten Kepulauan Sangihe - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% MINAHASA SELATAN ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten Kanwil BPN Sulawesi Utara - Kantor Wilayah ,00% ,00 % 5 100,00 % ,00% ,71 % 5 100,0 0% HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI SETELAH PERINGATAN II HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI SETELAH PERINGATAN III LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Tomohon - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manado - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Bitung - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kepulauan Talaud - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kotamobagu - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Utara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Tenggara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% BOLAANG MONGONDOW ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten Kepulauan Sangihe - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

28 MINAHASA SELATAN - Kabupaten Kanwil BPN Sulawesi Utara - Kantor Wilayah 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% 0 0,00% 0 0,00% USULAN PENETAPAN TANAH TERLANTAR LOKASI Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Tomohon - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manado - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Bitung - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kepulauan Talaud - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kotamobagu - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Utara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Minahasa Tenggara - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% BOLAANG MONGONDOW ,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten Kepulauan Sangihe - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% MINAHASA SELATAN ,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten Kanwil BPN Sulawesi Utara - Kantor Wilayah ,00% 0 0,00% 0 0,00%

29 Kanwil BPN Papua Barat (keadaan s.d bulan November 2013) SERTIPIKASI PRONA (BIDANG) LOKASI Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Kanwil BPN Papua Barat - Kantor Wilayah 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Sorong Kota ,96% 0 0,00% 0 0,00% Fakfak Kabupaten ,95% 0 0,00% ,80% Sorong - Kabupaten ,91% 0 0,00% 0 0,00% Manokwari - Kabupaten ,71% 0 0,00% 0 0,00% TELUK WONDAMA - Kabupaten ,00% 0 0,00% 0 0,00% SORONG SELATAN - Kabupaten ,00% 0 0,00% 0 0,00% RAJA AMPAT - Kabupaten ,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK BINTUNI - Kabupaten ,00% 0 0,00% 0 0,00% KAIMANA - Kabupaten ,00% 0 0,00% 0 0,00% Jumlah PELAYANAN INFORMASI PENANGANAN KASUS PENANGANAN KASUS LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Kanwil BPN Papua ,00% 0 0,00% 0 0,00% ,17% ,84% 0 0,00% Barat Sorong Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Fakfak Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Sorong Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manokwari Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK WONDAMA ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kab SORONG SELATAN 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kab RAJA AMPAT Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK BINTUNI 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kab KAIMANA Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

30 BERACARA DI PERADILAN KAJIAN SENGKETA, KONFLIK DAN PERKARA LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Kanwil BPN Papua ,00% ,03% 1 33,33% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Barat Sorong - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Fakfak Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% 0 0,00% 0 0,00% Sorong Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manokwari Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK WONDAMA 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kab SORONG SELATAN 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% - Kab RAJA AMPAT Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK BINTUNI 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kab KAIMANA - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% INVENTARISASI TANAH TERINDIKASI TERLANTAR DI KANTOR WILAYAH IDENTIFIKASI DAN PENELITIAN TANAH TERINDIKASI TERLANTAR PROVINSI LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Kanwil BPN Papua ,67% ,34% 1 100,00% ,67% ,43% 0 0,00% Barat Sorong - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Fakfak - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Sorong - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manokwari - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK WONDAMA ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten SORONG SELATAN 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% - Kabupaten RAJA AMPAT - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK BINTUNI 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kab KAIMANA - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

31 BERITA ACARA IDENTIFIKASI DAN PENELITIAN TANAH TERINDIKASI TERLANTAR (PANITIA C) HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI SETELAH PERINGATAN I LOKASI Target Realisasi Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik Fisik Anggaran % Output % Fisik Anggaran (%) (%) Anggaran % Output % Kanwil BPN Papua ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Barat Sorong - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Fakfak - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% 0 0,00% 0 0,00% Sorong - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manokwari - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK WONDAMA ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten SORONG SELATAN 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% - Kabupaten RAJA AMPAT - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK BINTUNI ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kab KAIMANA - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI SETELAH PERINGATAN II HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI SETELAH PERINGATAN III Target Realisasi Target Realisasi LOKASI Fisik Fisik Fisik Anggaran Anggaran % Output % Fisik Anggaran Anggaran % Output % (%) (%) Kanwil BPN Papua 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Barat Sorong - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Fakfak - Kabupaten ,00% 0 0,00% 0 0,00% ,00% 0 0,00% 0 0,00% Sorong - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manokwari - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK WONDAMA ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten SORONG SELATAN 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% - Kabupaten RAJA AMPAT - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK BINTUNI ,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Kabupaten KAIMANA - Kab 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

32 USULAN PENETAPAN TANAH TERLANTAR LOKASI Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik (%) Anggaran % Output % Kanwil BPN Papua Barat 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Sorong - Kota 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Fakfak - Kabupaten ,00% 0 0,00% 0 0,00% Sorong - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Manokwari - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK WONDAMA - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% SORONG SELATAN - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% RAJA AMPAT - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TELUK BINTUNI - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% KAIMANA - Kabupaten 0 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

33 Lampiran 2: Pencapaian Program Penyelenggaraan Penataan Ruang Dana Dekonsentrasi Dinas PU Provinsi Sulawesi Utara No. Substansi Inti/Kegiatan Prioritas 1 (Prioritas Nasional 6 : Program Aksi di Bidang Infrastruktur) Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wil.II Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wil.II (Dana Dekonsentrasi) TRIWULAN I TRIWULAN II Target FISIK KEUANGAN FISIK KEUANGAN RPJM Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi (ribu) 3,57 1,99 3,56 2,24 27,56 31,23 27,56 25,89 No. Substansi Inti/Kegiatan Prioritas 2 (Prioritas Nasional 6 : Program Aksi di Bidang Infrastruktur) Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wil.II Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wil.II (Dana Dekonsentrasi) TRIWULAN III TRIWULAN IV Target FISIK KEUANGAN FISIK KEUANGAN RPJM Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi (ribu)

34 Dana Dekonsentrasi Dinas PU Provinsi Papua Barat No. Substansi Inti/Kegiatan Prioritas 1 (Prioritas Nasional 6 : Program Aksi di Bidang Infrastruktur) Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wil.II Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wil.II (Dana Dekonsentrasi) TRIWULAN I TRIWULAN II Target FISIK KEUANGAN FISIK KEUANGAN RPJM Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi (ribu) 3,5 5,11 2 1, , ,96 No. Substansi Inti/Kegiatan Prioritas 2 (Prioritas Nasional 6 : Program Aksi di Bidang Infrastruktur) Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wil.II Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wil.II (Dana Dekonsentrasi) TRIWULAN III TRIWULAN IV Target FISIK KEUANGAN FISIK KEUANGAN RPJM Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi (ribu)

35 Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Program Penyelenggaraan Penataan Ruang Narasumber : Bappeda dan Dinas PU NO. PERIHAL INDIKATOR 1 Status Perda RTRW kab/kota di Provinsi tersebut Apakah ada isu terkait dengan Provinsi yang belum menetapkan Perda RTRW. 2 Status Persetujuan Substansi Apakah mekanisme Timdu dianggap menghambat Kehutanan penyelesaian RTRW. 3 Kepentingan nasional Apakah sudah mengakomodir kepentingan nasional. Bagaimana bentuk akomodasi kepentingan nasional tersebut dalam RTRW Provinsi 4 Kinerja BKPRD Provinsi Apakah BKPRD sudah terbentuk dan bekerja sebagai badan ad-hoc yang mengkoordinasikan lintas sektor (untuk penyelesaian konflik dll), atau masih bersifat sektoral (diselesaikan oleh dinas sektor masing2) 5 Identifikasi konflik pemanfaatan ruang di Provinsi dan Kab/Kota 6 Identifikasi kegiatan sebagai input Pokja 3 BKPRN 7 Laporan pencapaian dana dekonsentrasi PU berupa Sinkronisasi RTR dan RP 8 Identifikasi data untuk Background Study RPJMN Integrasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan Apa saja konflik pemanfaatan ruang di tingkat provinsi, kabupaten dan kota yang dipandang perlu diangkat ke tingkat nasional Apa saja kegiatan terkait penataan ruang yang dipandang perlu untuk diakomodir dalam Perencanaan dan Program BKPRN Bagaimana tafsir sinkronisasi RTR dan RP ke dalam kegiatan oleh daerah Kegiatan apa saja yang masuk dalam payung sinkronisasi RTR dan RP Sudah sejauh apa pencapaian dana dekon tersebut Bagaimana mekanisme pelaporan ke PU (ke Binda atau Bina Program) Bagaimana implementasi RTRWN dan RTR Pulau ke RTRW Provinsi dan Kab/Kota Kegiatan apa yang sebaiknya masuk dalam Prioritas Nasional RPJMN Dll Apakah setuju dengan perlunya integrasi muatan RTRW dengan RPJPD & RPJMD, rencana sektor, serta RTRW wilayah lain dan antartingkat pemerintahan? Bagaimana cara terbaik untuk melakukan integrasi muatan ini? Selain integrasi muatan, perlukah integrasi proses/mekanisme dari penyusunan sampai dengan pelaksanaan? Faktor apa saja yang secara potensial mendukung dan menghambat integrasi ini (muatan dan proses)? Bagaimana memecahkan persoalan yang dihadapi dalam proses integrasi? Apakah untuk kegiatan integrasi ini dibutuhkan pendampingan? Oleh siapa? Bagaimana bentuk pendampingan yang diharapkan? L-1

36 Narasumber : Kanwil BPN/Kantah BPN Program Pengelolaan Pertanahan NO. PERIHAL INDIKATOR 1 Capaian Pelaksanaan Program/Kegiatan Bidang Pertanahan (realisasi fisik dan anggaran) Seberapa luas capaian cakupan peta pertanahan (hektar), dan berapa persen dari total luas? Seberapa capaian sertifikasi bidang tanah (bidang) dan berapa perkiraan jumlah total bidang tanah di daerah ini? - Prona (bidang): - Sertipikasi Tanah Pertanian (bidang): - Sertipikasi Tanah Nelayan (bidang): - Sertipikasi Tanah UKM (bidang): - Sertipikasi Tanah Transmigrasi (bidang): - Sertipikasi Tanah MBR (bidang): Seberapa capaian redistribusi tanah (bidang)? Seberapa capaian inventarisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah/ip4t (bidang)? Seberapa capaian penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan (kasus)? Seberapa capaian penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan (kasus)? Seberapa besar capaian pelaksanaan LARASITA? Apa saja kendala/permasalahan/tantangan pelaksanaan pembangunan bidang pertanahan? Apa saja upaya yang dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan bidang pertanahan? 2 Kendala, permasalahan dan tantangan 3 Upaya yang dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan bidang pertanahan 4 Isu-isu spesifik Apa saja isu bidang pertanahan di daerah ini? 5 Identifikasi konflik pertanahan Apa saja akar permasalahan terjadinya sengketa, konflik dan perkara pertanahan di daerah ini? 6 Isu tanah adat/ulayat Apa upaya-upaya yang telah dilakukan terkait dengan penanganan masalah tanah adat/ulayat? 7 Identifikasi data untuk Respons terhadap 5 usulan rencana kegiatan? Background Study Target realistis terhadap masing-masing rencana kegiatan dalam RPJMN RPJMN L-2

37 Lampiran 4 Foto-Foto Kunjungan Lapangan Rapat dengan Bappeda, Dinas PU, dan Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Utara Kunjungan Lapangan ke Desa Pinilih, Kecamatan Dimembe, KabupatenMinahasa Utara L-3

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014

LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014 LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian PPN/Bappenas i Penyusun Rekomendasi Kebijakan

Lebih terperinci

Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN

Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan 2013 i Penyusun Rekomendasi Kebijakan Pengarah:

Lebih terperinci

Total Tahun

Total Tahun RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun

Lebih terperinci

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1 PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1.444,6 1.631,8 1.862,0 2.033,3 1.1 Pengelolaan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL 2015-2019 Oleh Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Daerah dan Isu Strategis Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Tabel I. Alokasi Anggaran Tahun 2012 (dalam ribuan rupiah) KODE PROGRAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Tahun 2017

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Oleh: Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Disampaikan pada Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BKPRD 1 Palembang,

Lebih terperinci

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Seminar Transmigrasi Dalam Perspektif Pengembangan Wilayah, Kependudukan dan Ekonomi Pedesaan Jakarta, 4 Desember 2013 OUTLINE PAPARAN

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (14) PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 28 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural

Lebih terperinci

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1184, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Penetapan Perda tentang RTRWP dan RTRWK. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013

RAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013 1 RAPAT KOORDINASI Pilot Project Reforma Agraria Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013 Rencana Lokasi Pilot Project 2 Koordinasi lintas K/L untuk kegiatan Access Reform Lokasi yang diusulkan: Prov.

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA KETERPADUAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan Oleh: MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B Oleh: Ir. ADRY NELSON PENDAHULUAN Kegiatan Asistensi dan Supervisi

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah serta Peranan SKMPP ATR sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Oleh: Ir. Raden M. Adi Darmawan, M.Eng.Sc Plt. Direktur Penertiban

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru

PERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru PERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru Proses penyusunan RTRW, baik Propinsi, Kabupaten dan Kota terus berjalan sampai Peta RTRWN Perencanaan tata ruang ini dilakukan

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH _ LAPORAN KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2017 DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2017 DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN COVER LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2017 DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara Menghadirkan Negara Agenda prioritas Nawacita yang kelima mengamanatkan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mendorong reforma agraria (landreform) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 2009 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004)

Lebih terperinci

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Oleh : Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama selaku Plt. Sekretaris

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat Kementerian PPN / Bappenas

KATA PENGANTAR. Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat Kementerian PPN / Bappenas KATA PENGANTAR Tanah atau agraria berasal dari beberapa bahasa. Istilah agraria berasal dari kata akker (Bahasa Belanda), agros (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, agger (Bahasa Latin) berarti tanah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Direktur Tata

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

INSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

INSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 INSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Oleh : Benny Rachman Amar K. Zakaria

Lebih terperinci

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH O l e h : M e n t e ri A g r a r i a d a n Ta t a R u a n g

Lebih terperinci

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN 2017-2022 Jakarta, 27 Desember 2017 Arti Penting Forum Musrenbang RPJMD Lapangan

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan program kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dilakukan proses

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN DEKONSENTRASI TAHUN 2017 PEMANTAUAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN A. Dasar

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa 1 Kata Pengantar Kebijakan pengembangan wilayah ditujukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah melalui berbagai strategi kebijakan dengan dimensi kewilayahan. Strategi kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA TIM NASIONAL REHABILITASI DAN REVITALISASI KAWASAN PLG DI KALIMANTAN TENGAH NOMOR : KEP-42/M.EKON/08/2007 TENTANG TIM PENDUKUNG DAN

Lebih terperinci

LAPORAN Kegiatan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2015 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

LAPORAN Kegiatan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2015 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan LAPORAN Kegiatan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2015 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan (Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG i V I S I Terwujudnya perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas, partisipatif dan akuntabel untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dua kali lipat Tahun 2018 M I S I 1. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN KOORDINASI

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN Pangkal Pinang 16-17 April 2014 BAGIAN DATA DAN INFORMASI BIRO PERENCANAAN KEMENHUT email: datin_rocan@dephut.go.id PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.114, 2018 KEMEN-KP. Dekonsentrasi kepada Gubernur. Tugas Pembantuan kepada Pemda Kab/Kota. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/PERMEN-KP/2017

Lebih terperinci

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012 RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI Kamis, 8 Maret 2012 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh; Selamat malam, salam sejahtera bagi kita

Lebih terperinci

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional SALINAN KEPUTIJSAN MENTER! NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP. 44/M.PPN/HK/03/2012

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketimpangan persebaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Oleh: DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) Perencanaan Penyediaan Perumahan Tahun 2015, Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci