LAPORAN Kegiatan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2015 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN Kegiatan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2015 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan"

Transkripsi

1

2 LAPORAN Kegiatan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2015 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan (Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria) Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014

3 TIM PENYUSUN LAPORAN 1. Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP 2. Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP 3. Ir. Rinella Tambunan, MPA 4. Ir. Nana Apriyana, MT 5. Santi Yulianti, SIP, MM 6. Mia Amalia, ST, M.Si, PhD 7. Uke Mohammad Hussein, S.Si, MPP 8. Herny Dawaty, SE, ME 9. Aswicaksana, ST, MT, MSc 10. Raffli Noor, SSi i

4 KATA PENGANTAR Tahun 2015 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Namun dalam penyusunan rencana tahunannya (Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015) dilakukan pada Tahun 2014 sehingga masih mengacu pada dokumen RPJMN Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 telah selesai dilakukan. Selama proses penyusunannya telah melalui rangkaian koordinasi yang intensif, baik yang sifatnya internal dengan unit kerja di lingkungan Bappenas, maupun yang bersifat eksternal dengan kementerian dan lembaga serta daerah. Hasil dari proses koordinasi tersebut telah menghasilkan sebuah dokumen perencanaan pembangunan yang memuat rencana kerja prioritas maupun non prioritas yang akan dilakukan Pemerintah pada Tahun Laporan ini bertujuan untuk mendokumentasikan seluruh proses penyusunan RKP 2015 tersebut khususnya untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian dengan kondisi serta kebijakan penyelenggaraan penataan ruang dan reforma agraria. Selain itu, laporan ini juga mendokumentasikan berbagai upaya koordinasi yang dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan yang masih terkait dengan proses perencanaan pembangunan. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan kerjasama berbagai pihak, khususnya untuk mitra kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, selama proses penyusunan RKP 2015 sampai dengan tersusunnya laporan ini. Kami menyambut baik saran dan kritik yang konstruktif untuk pelaksanaan koordinasi perencanaan pembangunan yang lebih baik di masa depan. Jakarta, Desember 2014 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan ii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 TIM PENYUSUN LAPORAN... 1 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 4 DAFTAR LAMPIRAN... 5 BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Kegiatan Keluaran yang Diharapkan Dasar hukum Metodologi dan Bentuk Koordinasi Rencana Kerja dan Jadwal Struktur Organisasi Direktorat Sistematika Penulisan... 7 BAB 2 HAL BARU DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KOORDINASI PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN Pra Trilateral Meeting Bidang Tata Ruang Bidang Pertanahan Review Baseline Bidang Tata Ruang Bidang Pertanahan Penetapan Prioritas Kegiatan RKP Bidang Tata Ruang Bidang Pertanahan Rancangan Awal Pagu Indikatif RKP Pagu Indikatif K/L 2015 dan Penyelenggaraan Rakorbangpus Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) Bidang Tata Ruang Bidang Pertanahan Penyusunan Renja K/L 2015, Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Bidang Tata Ruang Bidang Pertanahan Finalisasi RKP 2015 dan Penetapan Pagu RKP 2015 Definitif Kegiatan-kegiatan koordinasi pertanahan untuk mendukung penyusunan RKP BAB 4 PENUTUP iii

6 4.1 Kesimpulan Rekomendasi LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1. Mitra Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan... 7 Tabel 2. Usulan Kegiatan Prioritas Bidang Pertanahan Tahun serta Kebutuhan Pendanaanya Tabel 3. Isu Strategis 9 Bidang Pembangunan dan Usulan Pendanaan Tahun Tabel 4. Rancangan Awal Pagu Indikatif DJPR PU Tahun Tabel 5. Rancangan Awal Pagu Indikatif BPN Tahun Tabel 6. Rekapitulasi Pagu Indikatif RKP 2015 DJPR PU (Juta Rupiah) Tabel 7. Rekapitulasi Pagu Indikatif RKP 2015 BPN (Juta Rupiah) Tabel 8. Ringkasan Catatan Pembahasan Trilateral Bappenas, Kementerian Keuangan, dan DJPR Kementerian Pekerjaan Umum Tabel 9. Ringkasan Catatan dalam Pembahasan Trilateral Meeting antara Bappenas, Kementerian Keuangan, dan BPN Tabel 10. Anggaran DJPR PU Tahun Tabel 11. Anggaran BPN Tahun Tabel 12. Perbandingan Target Anggaran pada Draf RPJMN, RKP, SB Pagu Indikatif dan Hasil Trilateral Meeting Badan Pertanahan Nasional Tabel 13. Perkembangan Pagu BPN Tahun Tabel 14. Besaran Target Sertifikasi Tanah Lintas K/L DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses Penyusunan RKP... 4 Gambar 2. Alur Proses Penyusunan RKP... 5 Gambar 3. Bentuk-Bentuk Koordinasi... 6 iv

7 Gambar 4. Rekapitulasi Usulan Kegiatan Pertanahan dalam Pra Musrenbangnas Gambar 5. Rekapitulasi Hasil Kesepakatan Pra Musrenbangnas 2014 BPN Gambar 6. Rekapitulasi Hasil Kesepakatan Pra Musrenbangnas 2014 BPN DAFTAR LAMPIRAN Jadwal Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Pembangunan Tahun 2014 v

8 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan nasional terdiri dari (empat) tahapan yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan tersebut diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Perencanaan merupakan pekerjaan yang menyangkut wilayah publik, dan melibatkan berbagai sektor, maka komitmen seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat sangat dibutuhkan sehingga hasil perencanaan dapat dibuktikan dan dirasakan manfaatnya. Pemerintah memiliki wadah yang sangat luas dalam pembangunan. Dengan adanya keterbukaan dalam proses penyelenggaraan negara, pemerintah mengedepankan penguatan terhadap prinsip-prinsip Good Governance, yakni transparansi, akuntabilitas, partisipasi, bebas KKN, pelayanan publik yang lebih baik. Perencanaan pembangunan akan selalu berhadapan dengan isu-isu yang sifatnya lintas sektoral dan lintas wilayah. Dengan karakteristik seperti itu, perencanaan pembangunan harus didukung dengan koordinasi yang kuat, baik dalam proses penyusunan rencana maupun pada pelaksanaannya. Tanpa koordinasi yang kuat, khususnya sejak tahap penyusunan rencana, peluang untuk terjadinya tumpang tindih kegiatan dan konflik akan semakin besar, yang pada akhirnya akan menghambat pelaksanaan pembangunan. Sebaliknya, rencana yang sinergis dan terkoordinasi dengan baik akan menghasilkan dampak yang jauh lebih besar dan juga biaya yang mungkin jauh lebih murah. Dalam konteks pembangunan nasional di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, koordinasi menjadi sangat penting karena kebijakan yang diambil di dalam kedua bidang tersebut merupakan kebijakan yang bersifat lintas sektoral, lintas daerah, dan juga lintas pelaku. Sebagai contoh, perencanaan kegiatan sertifikasi tanah lintas sektor harus didukung dengan koordinasi yang kuat antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang dengan sektor yang terkait, misalkan Kementerian Pertanian, dan juga pemerintah daerah. Tanpa kerjasama dari sektor dan pemerintah daerah, tentunya akan sulit bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang untuk melakukan mengidentikasi tanah petani yang akan menjadi objek kegiatan sertifikasi. Demikian juga halnya dengan kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Koordinasi yang intensif sangat diperlukan terutama dalam menetapkan prioritas 1

9 penyelesaian RTRW baik di tingkat nasional maupun daerah. Dari kedua kasus tersebut terlihat bahwa koordinasi mutlak diperlukan bagi perencanaan pembangunan di bidang tata ruang dan pertanahan. Sejauh ini, sesuai dengan tupoksinya, fungsi koordinasi tersebut dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, terutama pada saat penyusunan RKP Koordinasi dilakukan tidak hanya dalam bentuk forum seperti rapat koordinasi reguler maupun forum koordinasi lainnya seperti konsinyasi, seminar, tetapi juga dalam bentuk komunikasi informal lainnya seperti telepon dan . Keseluruhan proses koordinasi tersebut penting untuk didokumentasikan tidak hanya sebagai bentuk pertanggungjawaban program namun juga sebagai referensi agar dapat meningkatkan upaya koordinasi perencanaan ke depannya. Untuk Tahun 2014 ini, koordinasi penyusunan RKP 2015 mempunyai nilai strategis tersendiri. Tahun 2015 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Namun dalam penyusunan rencana tahunannya (Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015) dilakukan pada Tahun 2014 sehingga masih mengacu dokumen RPJMN atau draf RPJMN Sesuai dengan dokumen RPJMN , fokus prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang adalah: (1) penyelesaian peraturan perundangan sesuai amanat undangundang penataan ruang; (2) peningkatan kualitas produk rencana tata ruang; (3) sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang; dan (4) peningkatan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang. Sementara fokus prioritas bidang reforma agraria adalah: (1) peningkatan jaminan kepastian hukum hak masyarakat atas tanah; (2) pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) termasuk pengurangan tanah terlantar; (3) peningkatan kinerja pelayanan pertanahan; serta (4) penataan dan penegakan hukum pertanahan serta pengurangan potensi sengketa tanah. Dari keempat fokus prioritas tersebut, sasaran yang telah dicapai bidang pertanahan pada tahun 2014 antara lain: peningkatan penyediaan peta pertanahan; percepatan legalisasi aset tanah; penertiban tanah terindikasi terlantar; dan penataan pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). 1.2 Tujuan Tujuan dari kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 adalah: (1) Meningkatkan kualitas dan sinkronisasi rencana pembangunan khususnya bidang penyelenggaraan penataan ruang dan reforma agraria yang dilaksanakan oleh berbagai kementerian/lembaga dan daerah; (2) 2

10 Membangun jejaring (networking) dengan para pelaku pembangunan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; dan (3) Mewujudkan prinsip-prinsip Good Governance dalam proses perencanaan pembangunan bidang tata ruang dan pertanahan melalui peran serta para pihak dalam proses perencanaan pembangunan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. 1.3 Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2015 ini mencakup: (1) Koordinasi dalam perumusan isu-isu strategis, permasalahan, arah kebijakan, dan sasaran yang hendak dicapai di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; (2) Koordinasi dalam penyiapan dan penyusunan program, kegiatan, indikator, dan alokasi pendanaan pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, termasuk di dalamnya koordinasi dalam hal pengusulan dan penilaian inisiatif baru; (3) Koordinasi dalam penyiapan dan penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; (4) Review Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) Tahun 2015 bidang tata ruang dan pertanahan; serta (5) Identifikasi berbagai hambatan dan kendala dalam melaksanakan koordinasi penyusunan RKP 2015 dan koordinasi perencanaan secara umum lainnya. 1.4 Keluaran yang Diharapkan Keluaran yang diharapkan dari kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2015 ini adalah: (1) Terselenggaranya rapat-rapat koordinasi/konsultasi teknis dengan mitra kerja utama, yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang; (2) Tersusunnya review pelaksanaan RKP 2013 dan perkiraan pencapaian RKP 2014 pada kegiatan bidang tata ruang dan pertanahan; (3) Kompilasi materi, baik itu isu-isu strategis bidang tata ruang dan pertanahan, materi rapat koordinasi, hasil kesepakatan dengan mitra kerja, usulan dan penilaian inisiatif baru, dan materi lainnya; (4) Tersusunnya Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; dan (5) Tersusunnya Renja K/L dan RKA-KL oleh mitra kerja yang telah sejalan dengan sasaran dan arah kebijakan RKP Dasar hukum Pada saat penyusunan RKP 2015, belum ada dasar hukum baru yang melengkapi atau menggantikan dasar hukum yang digunakan sewaktu penyusunan RKP tahun sebelumnya (2014). Dengan demikian, dasar hukum penyusunan RKP 2015 adalah sama dengan dasar hukum penyusunan RKP 2014 sebagaimana dijelaskan berikut ini. 3

11 Rancangan Awal RKP 2015 Rakorpus, Renja KL, dan Musrenbangprov Musrenbangnas, Rancangan Akhir, dan Penetapan RKP 2015 Penyusunan RKP 2015 mengacu pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 mengenai Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyebutkan bahwa dokumen perencanaan pembangunan di Indonesia terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Di samping itu, pelaksanakan kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 mengacu pada berbagai peraturan perundang-undangan terkait lainnya, yang utama di antaranya adalah UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No. 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah, PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lingkungan, PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, dan PP No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Secara umum proses penyusunan RKP dan Renja-KL 2015 mengacu pada PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional dan PP No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Proses tersebut dapat diringkas sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. RPJMN dijabarkan ke dalam rancangan awal RKP Rancangan awal RKP 2015 ini disusun dengan mempertimbangkan juga informasi mengenai keuangan negara, kebijakan moneter, statistik perekonomian dan data sektoral. Setelah dibahas di dalam sidang kabinet, draf rancangan awal RKP 2015 ditetapkan menjadi rancangan awal RKP Rancangan awal RKP 2015 memuat rancangan kebijakan umum prioritas pembangunan nasional, rancangan ekonomi makro, program dan kegiatan pembangunan baik dalam lingkupk/l, lintas K/L, kewilayahan, dan lintas kewilayahan, beserta pagu indikatif. Rancangan awal RKP 2015 menjadi bahan Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat (Rakorbangpus) Selanjutnya, rancangan awal RKP 2015 ini menjadi acuan bagi kementerian/lembaga dalam menyusun rancangan Renja K/L dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan musrenbang provinsi dan menyusun RKPD. Musrenbang Nasional diselenggarakan dalam rangka mengakomodasi aspirasi daerah dan menyempurnakan rancangan awal RKP 2015 menjadi rancangan akhir RKP Rancangan akhir RKP 2015 ini selanjutnya dibahas dalam sidang kabinet untuk diputuskan menjadi RKP (pagu definitif) yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Gambar 1. Proses Penyusunan RKP Proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah secara lengkap dapat dilihat pada Gambar Alur Proses Penyusunan RKP pada Gambar 2 di bawah ini. (Alur Proses Penyusunan RKP) 4

12 Daerah Penyelenggara Negara Menteri Keuangan Menteri PPN Kabinet/ Presiden Gambar 1. Alur Proses Penyusunan RKP Gambar Alur Proses Penyusunan RKP RKP Sida ng Sida ng Ditetapkan dg Perpres Background Study RPJMN RPJM Nasional Dijabarkan Rancangan Awal RKP Rancangan RKP Musrenbang Pusat Musrenbang Nasional Rancangan Akhir RKP RKP SEB Men PPN dan Menkeu Pagu Indikatif Keuang an Renstra- KL Moneter-BI Statistik-BPS Data Rancangan Renja KL Penyesuaian Renja KL Renja KL RPJM Daerah Rancangan RKPD Musrenbang Propinsi Sumber: PP 40 Tahun 2006 Penyesuaian Rancangan RKPD 5

13 1.6 Metodologi dan Bentuk Koordinasi Metode dan bentuk koordinasi yang diterapkan dalam penyusunan RKP 2015 kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya. Koordinasi dilakukan dalam berbagai bentuk dan metode, baik itu koordinasi dengan tatap muka langsung seperti rapat dan musyawarah ataupun melalui media seperti surat-menyurat, , telepon, dan pesan singkat. Bagian ini akan menjelaskan beberapa bentuk koordinasi langsung yang wajib dilakukan selama proses penyusunan RKP, sebagai berikut. Gambar 3. Bentuk-Bentuk Koordinasi Rapat pimpinan adalah rapat pengambilan keputusan di tingkat eselon I Bappenas dan dipimpin oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas yang dijadikan dasar atau pengarahan dalam penyusunan RKP tahun Salah satu pembahasan penting dalam rapim adalah penetapan tema RKP 2015 dan prioritas pembangunan tahun 2015 yang biasanya diselenggarakan pada awal bulan Januari. Rapat koordinasi merupakan pertemuan yang dilakukan baik dengan direktorat di Bappenas maupun dengan kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja. Salah satu tujuan dari rapat koordinasi ini adalah meminta masukan dari mitra kerja terutama dalam penjabaran prioritas pembangunan oleh kementerian dan lembaga. Di samping itu, koordinasi antardirektorat terkait Bappenas juga dilakukan dalam rangka mengkoordinasikan kegiatan prioritas dan kegiatan lintas sektor. Musyawarah perencanaan pembangunan adalah pertemuan antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan sebagai wujud dari sinkronisasi rencana pembangunan baik antar K/L di pusat maupun dengan daerah. Ada dua bentuk musrenbang yang terkait langsung dengan penyusunan RKP, yaitu Rakorbangpus dan Musrenbangnas, yang biasanya diselenggarakan pada akhir Maret dan April. Pada tahun 2011, dilaksanakan untuk pertama kalinya konsep revitalisasi musrenbang yang memecah pelaksanaan musenbangnas ke dalam tiga rangkaian kegiatan, yaitu pra-musrenbangnas, musrenbangnas, dan pascamusrenbangnas. Forum trilateral merupakan forum pertemuan tiga pihak antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Keuangan dan Bappenas. Forum ini bertujuan untuk mengawal kegiatan prioritas baik dari target dan sasaran maupun pendanaannya. Di samping itu, forum ini juga bertujuan untuk menjaga konsistensi anatara RKP dengan Renja-KL serta input bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL). 1.7 Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2015 di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan menyesuaikan dengan agenda besar Bappenas yang berlangsung dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei Adapun rincian kegiatan penyusunan dalam penyusunan RKP 2015 (tabel 1). 1.8 Struktur Organisasi Direktorat Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan terdiri dari tiga sub-direktorat, yaitu: Sub Direktorat Tata Ruang; Sub Direktorat Pertanahan; dan Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan. Masing-masing sub-direktorat melakukan penyusunan RKP 2015 sesuai 6

14 dengan lingkup tugasnya dengan berkoordinasi dengan mitranya masing-masing. Pembagian mitra kerja untuk setiap sub-direktorat adalah sebagai berikut. Tabel 1. Mitra Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Subdit. Tata Ruang Subdit. Pertanahan Ditjen. Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum - Perumahan Rakyat Dit. Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri Badan Pertanahan Nasional (sekarang Kementerian Agraria dan Tata Ruang) 1.9 Sistematika Penulisan Laporan pelaksanaan kegiatan penyusunan RKP 2015 ini disusun dengan mengikuti sistematika sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Menjelaskan mengenai konteks dan alasan mengapa perlu kegiatan koordinasi dalam penyusunan RKP 2015 untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, tujuan dari koordinasi yang dilakukan, ruang lingkup dan keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan koordinasi, dasar hukum dan metodologi koordinasi, rencana kerja dan struktur organisasi, serta sistematika penulisan laporan. Bab 2 Hal Baru dalam Perencanaan Pembangunan 2015 Menjelaskan proses penyusunan perencanaan pembangunan yang melalui serangkaian tahapan mulai dari melakukan review baseline, pembahasan trilateral meeting, Musrenbang, hingga penetapan Perpres RKP 2015 dengan menggunakan sistem baru yaitu secara online untuk penelaahan RKA K/L tersebut. Bab 3 Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 Menguraikan secara rinci dan bertahap mengenai proses penyusunan RKP 2015 yang mencakup proses penetapan prioritas, penetapan pagu indikatif, pelaksanaan Rakorbangpus, Trilateral Meeting, dan Musrenbangnas, penyusunan Renja dan RKA 7

15 KL serta finalisasi RKP 2015 dan penetapan pagu definitif. Pembahasan dibagi ke dalam dua bagian berdasarkan bidang pembangunan yang ditangani, yaitu bidang tata ruang dan pertanahan. Bab 4 Penutup Merangkum semua isu laporan dan menyampaikan beberapa usul perbaikan untuk ke depannya. 8

16 BAB 2 HAL BARU DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN 2015 Penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran Tahun 2015 dilakukan melalui serangkaian tahapan mulai dari melakukan review baseline, pembahasan trilateral meeting, Musrenbang, hingga penetapan Perpres RKP Dengan penetapan RKP 2015 tersebut, maka sudah tergambar target dan alokasi anggaran setiap kegiatan walaupun sifatnya masih indikatif. Setelah RKP tersebut ditetapkan maka selanjutnya dilakukan pembahasan untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L) dengan mengacu pada RKP 2015 yang telah ditetapkan. Dalam rangka penyusunan RKA K/L 2015 tersebut digunakan sistem baru yaitu secara online untuk penelaahan RKA K/L tersebut. Tujuan penelaahan RKA K/L secara online adalah untuk memudahkan pembahasan sehingga tidak menumpuk pada satu waktu dan agar semua pembahasan tercatat dengan mudah. Selain itu untuk mengurangi proses tatap muka dalam pembahasan melalui pemanfaatan teknologi informasi dengan aplikasi berbasis web yang telah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dengan domain Pelaksanaan aplikasi RKA K/L online sudah dimulai pada Tahun 2013 dengan pilot project 2 (dua) kementerian/lembaga yaitu KPK dan Mahkamah Konstitusi (MK). Kemudian pada Tahun 2014 Ditjen Anggaran melalui surat No. S-123/AG.7/2014 telah menetapkan 43 Kementerian Negara/Lembaga untuk melakukan penelaahan secara online dengan mitra kerja Direktorat Anggaran I/II/III, Ditjen Anggaran (DJA) dan BAPPENAS. Kriteria pemilihan 43 K/L tersebut adalah DIPA K/L tersebut tidak terlalu besar dan jumlah satker yang ada tidak terlalu banyak. Salah satu K/L yang ditetapkan untuk melakukan penelaahan secara online adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang merupakan mitra kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Tahapan pembahasan/penelaahan dimulai dengan pengiriman dokumen (upload) RKA K/L oleh BPN, kemudian dilakukan review untuk menelaah rencana kerja, dan memberi tanggapan. Pembahasan dilakukan terhadap pagu anggaran dan pagu alokasi anggaran. Fungsi Bappenas dalam penelaahan RKA K/L online adalah sebagai pembahas (reviewer). Proses penelaahan dimulai setelah adanya surat resmi untuk melakukan penelaahan RKA K/L online. Forum otomatis akan terbentuk setelah K/L melakukan upload dokumen RKA K/L kedalam aplikasi. Dokumen RKA K/L yang telah di upload akan ditampilkan dalam aplikasi sampai pada level komponen (output). Rekapitulasi penelaahan RKA K/L online akan dicatat oleh pihak DJA, Kemenkeu dan hasilnya akan disampaikan ke Bappenas dan BPN untuk mendapat persetujuan. 9

17 Gambaran tampilan Pembahasan RKA K/L Online 10

18 BAB 3 KOORDINASI PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2015 BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN Dokumen RKP merupakan dokumen rencana tahunan penjabaran dari rencana pembangunan jangka menengah. Karakteristik yang mendasar dalam RKP yaitu bahwa program dan kegiatan yang tercantum harus bersifat terukur dan dapat dilaksanakan karena sudah memperhitungkan ketersediaan anggaran. Secara lebih terperinci penyusunan dokumen RKP diatur dalam PP No. 40/2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Dokumen RKP yang dihasilkan tersebut merupakan pedoman dalam penyusunan RAPBN tahun tersebut yang memuat prioritas pembangunan, program Kementerian/Lembaga, kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKP 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan RPJMN , sehingga struktur penulisan RKP 2015 telah mengikuti struktur penulisan RPJMN RKP 2015 terdiri dari 3 (tiga) buku yang merupakan satu kesatuan yang utuh dengan masingmasing memuat hal-hal sebagai berikut: Buku I: Memuat Tema Pembangunan Tahun 2015 dan Isu-isu Strategis Pembangunan Tahun 2015 yang dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) bidang pembangunan yang tercantum dalam RPJPN Buku II: Memuat rencana pembangunan di semua bidang-bidang pembangunan nasional sebagaimana yang tertuang dalam RPJPN dalam rangka mewujudkan sasaran RKP 2015 yang tercantum dalam Buku I Buku III: Memuat rencana pembangunan kewilayahan dalam rangka mewujudkan sasaran RKP 2015 yang tercantum dalam Buku I. Bidang Tata Ruang dan Bidang Pertanahan masuk dalam Bab 9 (Bidang Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang) dalam Buku II RKP 2015, selain untuk mendukung Prioritas Nasional dalam Buku I. Struktur penulisan dimulai dengan permasalahan dan isu strategis seluruh bidang, kemudian sasaran bidang yang ingin dicapai, dan arah kebijakan dan strategi masingmasing bidang. Seluruh bidang dilengkapi dengan kerangka pelaksanaan yaitu kerangka pendanaan (jenis pendanaan yang akan digunakan), kerangka kelembagaan (instansi yang akan melaksanakan dan bentuk kelembagaan yang dibutuhkan) dan kerangka regulasi (regulasi yang akan diterbitkan/direvisi untuk mendukung pelaksanaan kebijakan). 11

19 Berikut dijelaskan tahapan dalam penyusunan RKP Tahun Pra Trilateral Meeting Pra Trilateral Meeting dilakukan dalam rangka menyampaikan pokok-pokok kebijakan yang terkait dengan ketersediaan anggaran (resource envelopes); pembiayaan; kebijakan transfer daerah; serta kegiatan-kegiatan yang wajib dianggarkan karena adanya amanat peratuan perundangan seperti anggaran pendidikan, sistem jaminan sosial nasional dan pelayanan dasar. Selain itu disampaikan pula perlunya dilakukan review baseline untuk mengidentifikasi potensi efisiensi, pengelompokkan komponen Biaya Administrasi Keluaran (BAK) dan Biaya Langsung Keluaran (BLK), serta identifikasi usulan kegiatan dan output prioritas. Data yang digunakan untuk review baseline adalah data RKA-K/L Tahun Dalam Pra Trilateral Meeting disampaikan beberapa hal sebagai berikut: Bidang Tata Ruang Beberapa permasalahan di Bidang Tata Ruang adalah: (1) banyaknya peraturan perundangan terkait ruang yang perlu disinkronkan; (2) kompetensi SDM penyelenggara penataan ruang yang belum memadai; (3) kurangnya kapasitas dan koordinasi kelembagaan di Bidang Tata Ruang; (4) tingginya variasi kualitas RTR; (5) masih kurangnya Rencana Rinci Tata Ruang; (6) belum terintegrasinya indikasi program dalam RTR dengan rencana pembangunan dan program sektoral; (7) masih lemahnya penegakan hukum dalam implementasi RTR; (8) belum operasionalnya perangkat pengendalian yang jelas dan lengkap; dan (9) masih terbatasnya sistem informasi penataan ruang dalam rangka monitoring dan evaluasi. Selanjutnya, berdasarkan arahan RPJPN, pemasalahan yang ada dan capaian pembangunan Bidang Tata Ruang pada periode , diidentifikasi 3 (tiga) isu strategis yaitu: - Belum efektifnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, - Belum efektifnya kelembagaan penyelenggaraan penataan ruang, dan - Belum dijadikannyartrw sebagai acuan pembangunan berbagai sektor. Berdasarkan ketiga isu strategis bidang tata ruang yang telah diuraikan sebelumnya, maka ditetapkan 6 (enam) sasaran pembangunan Bidang Tata Ruang sebagai berikut: - Terwujudnya peraturan perundang-undangan Bidang Tata Ruang yang lengkap, harmonis dan berkualitas, - Terwujudnya peningkatan pembinaan Bidang Tata Ruang, - Tercapainya peningkatan kualitas rencana dan terselesaikannya berbagai RTR dan rencana rincinya, - Tercapainya pemanfaatan ruang yang efektif, 12

20 - Tercapainya pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, dan - Tercapainya pengawasan penataan ruang yang berkualitas. Berdasarkan isu strategis dan sasaran pembangunan Bidang Tata Ruang, arah kebijakan dan strategi pembangunan Bidang Tata Ruang, sebagai berikut: 1. Meningkatkan Ketersediaan dan Efektifitas Regulasi Tata Ruang melalui Pengembangan dan Harmonisasi Regulasi Kebijakan tersebut dicapai dengan strategi sebagai berikut: a. Penyusunan peraturan perundangan terkait pengelolaan ruang udara b. Peninjauan Kembali RTRWN c. Penyusunan regulasi turunan UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 terkait RZWP-3-K d. Penyusunan NSPK yang telah mengkomodir kebijakan sektoral 2. Meningkatkan Kapasitas SDM dan Penguatan Kelembagaan Penataan Ruang Kebijakan tersebut dicapai dengan strategi sebagai berikut: a. Optimalisasi kinerja instansi penyelenggara tata ruang b. Optimalisasi kinerja BKPRN-BKPRD c. Penyusunan dan revisi berkala Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang penataan ruang d. Penyusunan sistem informasi penataan ruang yang mendukung monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang 3. Mengembangkan Rencana Tata Ruang yang Berkualitas dan Tepat Waktu Kebijakan tersebut dicapai dengan strategi sebagai berikut: a. Percepatan penyelesaian Perpres RTR KSN, Perda RTRW Provinsi dan Kab/Kota dan Perda Rencana Rinci Tata Ruang b. Percepatan penyelesaian Perda RZWP-3-K dan implementasinya c. Penyediaan peta dan data lain yang mutakhir 4. Meningkatkan Kualitas Pelaksanaan Pembangunan melalui Internalisasi Rencana Tata Ruang dalam Rencana Pembangunan Sektoral Kebijakan tersebut dicapai dengan strategi sebagai berikut: a. Penyusunan pedoman integrasi rencana tata ruang dengan rencana pembangunan 5. Menegakkan Aturan Zonasi, Insentif, dan Pemberian Sanksi Secara Konsisten Kebijakan tersebut dicapai dengan strategi sebagai berikut: a. Penyusunan pedoman mekanisme insentif dan pemberian sanksi dalam penyelenggaraan penataan ruang b. Penyusunan peraturan zonasi yang lengkap untuk menjamin implementasi RTR 13

21 c. Peningkatan kualitas dan kuantitas PPNS d. Penyusunan sistem informasi publik dalam rangka perizinan pemanfaatan ruang 6. Melaksanakan Evaluasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Kebijakan tersebut dicapai dengan strategi sebagai berikut: a. Penyusunan indikator outcome dan baseline keberhasilan penyelenggaraan penataan ruang b. Penyusunan sistem evaluasi tingkat pencapaian implementasi rencana tata ruang dalam kerangka penyelenggaraan penataan ruang nasional Kerangka pendanaan dalam melaksanakan penyelenggaraan penataan ruang adalah melalui APBN, APBD dan CSR Bidang Pertanahan Dalam Pra Trilateral Meeting disampaikan beberapa hal sebagai berikut. 1. Background study RPJMN Bidang Pertanahan a. Berdasarkan arahan RPJPN , untuk bidang pertanahan tertuang dalam misi 5 Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan dengan fokus Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efisien, efektif; Melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi; Penyempurnaan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui perumusan berbagai aturan pelaksanaan land reform, agar masyarakat golongan ekonomi lemah dapat lebih mudah mendapatkan hak atas tanah; Penyempurnaan sistem hukum dan produk hukum pertanahan melalui inventarisasi peraturan perundangundangan pertanahan dengan mempertimbangkan aturan masyarakat adat; dan Peningkatan upaya penyelesaian sengketa pertanahan. b. Dari arahan RPJPN tersebut, kemudian dirumuskan isu strategis bidang pertanahan yaitu Belum Kuatnya Jaminan Kepastian Hukum Hak Masyarakat Atas Tanah; Masih Terjadinya Ketimpangan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) serta Masih Rendahnya Kesejahteraan Masyarakat; Kinerja Pelayanan Pertanahan yang Belum Optimal; dan Belum Terjaminnya Ketersediaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum c. Untuk menjawab isu strategis bidang pertanahan yang ada maka disusun sasaran bidang pertanahan sebagai berikut. 14

22 Dalam rangka meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah, maka diperlukan Cakupan Peta Dasar Pertanahan hingga meliputi 60 % dari wilayah darat nasional bukan hutan (wilayah nasional); Cakupan Bidang Tanah Bersertipikat hingga meliputi 70 % dari wilayah nasional; Penetapan batas wilayah hutan pada skala 1:5.000 dan terintegrasi dengan sistem pendaftaran tanah di Badan Pertanahan Nasional; serta Terlaksananya sosialisasi peraturan perundangan tanah adat/ulayat pada 34 provinsi dan 492 kab/kota. Untuk memperbaiki proporsi kepemilikan, penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat diperlukan identifikasi Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) dan Identifikasi Sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA), Untuk meningkatkan Kepastian Ketersediaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum diperlukan pembentukan lembaga penyediaan tanah (bank tanah). Dalam rangka meningkatkan pelayanan pertanahan diperlukan penambahan juru ukur pertanahan mencapai proporsi 28 % dari seluruh pegawai BPN. 2. Penghitungan perkiraan kebutuhan pendanaan Tahun Sesuai dengan isu strategis dan sasaran yang ada didalam background study RPJMN , maka dilakukan penghitungan total kebutuhan anggaran untuk mendukung program dan kegiatan prioritas tersebut di Tahun yaitu sebesar Rp ,7 Milyar. 3. Penghitungan perkiraan kebutuhan pendanaan Tahun 2015 untuk RKP 2015 Berdasarkan hasil penghitungan kebutuhan anggaran selama 5 (lima) tahun diatas, maka khusus untuk Tahun 2015 diperlukan anggaran sebesar Rp ,9 Milyar untuk membiayai program dan kegiatan prioritas yang telah disusun. 3.2 Review Baseline Dalam rangka penyusunan dokumen RPJM Nasional maka diperlukan pengaturan dalam penyusunan alokasi anggaran (baseline) untuk setiap program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama periode Pengaturan tersebut dalam rangka meningkatkan kualitas baseline yang disusun oleh K/L sehingga layak digunakan sebagai acuan dalam penetapan pagu. Untuk menjaga kualitas baseline diperlukan penyesuaian (review baseline) pada setiap tahun sebelum proses penyusunan RKP dilakukan. Pengaturan review baseline dilakukan secara komprehensif tidak hanya fokus pada belanja K/L. Namun perlu juga 15

23 dilakukan untuk belanja Non K/L, Transfer ke Daerah, dan Pengeluaran Pembiayaan. Tujuan dari review baseline adalah. 1. Meningkatkan kualitas belanja melalui efektifitas dan efisiensi belanja Kementerian/Lembaga; 2. Penajaman penganggaran berbasis kinerja melalui perampingan terhadap output kegiatan (pemilahan jenis output); dan 3. Penyederhanaan proses perencanaan dan penganggaran melalui simplifikasi penghitungan dan pembahasannya. Penelaahan (review) baseline dilakukan terhadap 2 (dua) kegiatan salah satunya penyesuaian (Review) baseline tahunan. Kriteria yang ditetapkan adalah. 1. Dilakukan pada tahun berjalan (mulai tahun 2016); 2. Penyesuaian dilakukan pada tingkat output; 3. Dasar penyesuaian (obyek) adalah tahun pertama dari forward estimate; 4. Cara penyesuaian melalui parameter dan non-parameter Bidang Tata Ruang Untuk Bidang Tata Ruang, review baseline dilakukan terhadap RKA K/L DJPR PU Tahun Hasil dari review baseline terhadap RKA K/L DJPR PU Tahun 2014 yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: - Pagu baseline Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU (DJPR PU) tahun 2014 adalah Rp. 997 M. Pada tanggal 24 Februari - 3 Maret 2014 dilaksanakan review baseline. Berdasarkan review baseline, didapatkan efisiensi sebesar Rp ,9 M, dan kegiatan yang sudah selesai (tidak berlanjut) sebesar Rp ,9 M, dengan jumlah total Rp ,7 M. Kemudian hasil review baseline ini diserahkan kepada Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan, Bappenas. - Selanjutnya terbit Surat Bersama (SB) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 0091/M.PPN/03/2014 dan S-179/MK.02/2014 perihal Pagu Indikatif dan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015, dimana Pagu Indikatif untuk Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU adalah sebesar Rp ,6 M. SB ini adalah acuan untuk melaksanakan Trilateral Meeting. 16

24 3.2.2 Bidang Pertanahan Hasil dari review baseline terhadap RKA K/L BPN Tahun 2014 yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Terdapat 2 (dua) kelompok biaya keluaran yaitu Biaya Administrasi Keluaran (BAK) dan Biaya Langsung Keluaran (BLK). Proporsi/komposisi alokasi Biaya Administrasi Keluaran (BAK) harus lebih kecil daripada alokasi Biaya Langsung Keluaran (BLK) dan terhadap alokasi output tidak melebihi dari 15 % kecuali untuk output operasional birokrasi. Hasil review Tahun 2015 untuk Badan Pertanahan Nasional (BPN) masing-masing program yaitu: a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPN proporsi BAK sebesar 95,7 % (atau senilai Rp ,6 Milyar) dan BLK sebesar 4,3 % (atau senilai Rp. 94,5 Milyar). Besarnya proporsi BAK dikarenakan output yang dihasilkan untuk menunjang operasional birokrasi. b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPN dengan proporsi BLK sebesar 100 % (senilai Rp. 888,1 Milyar). c. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN dengan proporsi BAK sebesar 100 % (senilai Rp. 16,5 Milyar). Besarnya proporsi BAK dikarenakan output yang dihasilkan untuk menunjang operasional birokrasi. d. Program Pengelolaan Pertanahan Nasional dengan proporsi BAK sebesar 16,2 % (atau senilai Rp. 510,8 Milyar) dan proporsi BLK sebesar 83,8 % (atau senilai Rp ,3 Milyar). 2. Terdapat beberapa indikator output yang tidak berlanjut di Tahun berikutnya seperti Rumusan NSPK Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu, Penyediaan Gedung/Bangunan STPN. Total nilai anggaran yang selesai adalah Rp. 575 Juta. 3. Telah dilakukan efisiensi senilai Rp. 1 Milyar untuk kegiatan Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Anggaran Badan Pertanahan Nasional, Pembinaan Organisasi dan Pengelolaan Kepegawaian BPN, Pengembangan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pertanahan dan Hubungan Masyarakat, Pendidikan dan Pelatihan Bidang Pertanahan, Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Pendidikan STPN, Pengkajian dan Penanganan Konflik Pertanahan, Pengelolaan Konsolidasi Tanah, Pemetaan Tematik, Pengelolaan Tanah Negara, Tanah Terlantar dan Tanah Kritis. 17

25 3.3 Penetapan Prioritas Kegiatan RKP 2015 RKP 2015 merupakan RKP transisi dari RPJMN ke RPJMN Seperti pada setiap penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun-tahun sebelumnya, dalam penyusunan RKP 2015 ini output yang dihasilkan yaitu terdiri dari 3 (tiga) buku yaitu buku I, buku II, dan buku III. Buku I berisi program dan kegiatan yang masuk ke dalam kategori prioritas nasional sedangkan buku II berisi program dan kegiatan yang dikategorikan sebagai prioritas bidang. Untuk buku III sendiri adalah penetapan lokasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik prioritas nasional maupun prioritas bidang. Dalam penyusunan RKP 2015, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan berkoordinasi dengan mitra K/L yaitu DJPR PU dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Koordinasi dalam proses penyusunan RKP 2015 ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kegiatan maupun program prioritas sesuai RPJMN Koordinasi ini didahului dengan melaksanakan evaluasi singkat mengenai pelaksanaan program dan kegiatan bidang tata ruang dan pertanahan di tahun sebelumnya yaitu Tahun 2014 dan pelaksanaan kegiatan dalam rentang waktu RPJMN Melalui koordinasi ini dapat tersusun program maupun kegiatan prioritas bidang tata ruang dan pertanahan pada tahun 2015 yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada Bidang Tata Ruang Usulan kegiatan prioritas Bidang Tata Ruang sesuai dengan RPJMN adalah: 1. Penyusunan peraturan perundangan terkait pengelolaan ruang udara 2. Peninjauan Kembali RTRWN 3. Penyusunan regulasi turunan UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 terkait RZWP- 3-K 4. Penyusunan NSPK yang telah mengkomodir kebijakan sektoral 5. Optimalisasi kinerja instansi penyelenggara tata ruang 6. Optimalisasi kinerja BKPRN-BKPRD 7. Penyusunan sistem informasi penataan ruang yang mendukung monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang 8. Percepatan penyelesaian Perpres RTR KSN, Perda RTRW Provinsi dan Kab/Kota dan Perda Rencana Rinci Tata Ruang 9. Percepatan penyelesaian Perda RZWP-3-K dan implementasinya 10. Penyediaan peta dan data lain yang mutakhir 11. Penyusunan pedoman integrasi rencana tata ruang dengan rencana pembangunan 18

26 12. Penyusunan pedoman mekanisme insentif dan pemberian sanksi dalam penyelenggaraan penataan ruang 13. Penyusunan peraturan zonasi yang lengkap untuk menjamin implementasi RTR 14. Peningkatan kualitas dan kuantitas PPNS 15. Penyusunan sistem informasi publik dalam rangka perizinan pemanfaatan ruang 16. Penyusunan indikator outcome dan baseline keberhasilan penyelenggaraan penataan ruang 17. Penyusunan sistem evaluasi tingkat pencapaian implementasi rencana tata ruang dalam kerangka penyelenggaraan penataan ruang nasional Bidang Pertanahan Usulan kegiatan prioritas Bidang Pertanahan sesuai dengan RPJMN adalah: 1. Legalisasi aset (sertipikasi) tanah; 2. Redistribusi Tanah; 3. Identifikasi dan inventarisasi tanah terindikasi terlantar; 4. Penyusunan peta dasar pertanahan; 5. Sosialisasi peraturan dibidang pertanahan mengenai tanah adat/ulayat; 6. Inventarisasi Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T); 7. Penanganan Sengketa, Konflik, dan Perkara Pertanahan; 8. Penyusunan peraturan perundangan mengenai lembaga penyediaan tanah. Tabel 2. Usulan Kegiatan Prioritas Bidang Pertanahan Tahun serta Kebutuhan Pendanaanya Tahun 2015 Tahun KEBUTUHA KEBUTUHA N N KEGIATAN (Rp. (Rp. Milyar) Milyar) 35, ,0 38,9 Jumlah peta dasar pertanahan yang dibuat sesuai standar Terlaksananya Legalisasi Aset (sertipikasi Tanah) sebanyak bidang Terlaksananya Penanganan Sengketa, 175, ,8 194,3 KEGIATAN Jumlah peta dasar pertanahan yang dibuat sesuai standar Terlaksananya Legalisasi Aset (sertipikasi Tanah) sebanyak bidang Terlaksananya Penanganan Sengketa, 19

27 Konflik dan Perkara Pertanahan sebanyak kasus Konflik dan Perkara Pertanahan sebanyak kasus 219,8 Terlaksananya Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) mencapai bidang 1.099,0 Terlaksananya Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) mencapai bidang 547,6 Terlaksananya Redistribusi Tanah sebanyak bidang 2.738,1 Terlaksananya Redistribusi Tanah sebanyak Bidang 21,8 Terlaksananya Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar sebanyak ha 108,8 Terlaksananya Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar sebanyak ha 3.4 Rancangan Awal Pagu Indikatif RKP 2015 Penyusunan RKP Tahun 2015 yang merupakan RKP tahun pertama untuk periode Pemerintahan Presiden berikutnya didasarkan pada UU No. 17/2007 Tentang RPJPN yaitu pada penjelasan Pasal 5 bahwa yang dimaksud dengan RKP dan RAPBN tahun pertama adalah RKP dan RAPBN Tahun 2010, 2015, 2020, dan Untuk itu dalam penyusunan RKP 2015 tidak lagi mendasarkan pada RPJMN tetapi mengacu pada RPJPN dengan tidak lagi mengacu pada 11 Prioritas Nasional dan 3 Prioritas Lainnya melainkan mengacu 9 bidang pembangunan yang ada dalam RPJPN. Berikut isu strategis sesuai 9 bidang pembangunan dan usulan pendanaannya pada Tahun 2015 yaitu: 20

28 NO. Tabel 3. Isu Strategis 9 Bidang Pembangunan dan Usulan Pendanaan Tahun 2015 ISU STRATEGIS USULAN PENDANAAN (Rp. Triliun) 1 BIDANG PEMBANGUNAN SOSBUD DAN KEHIDUPAN BERAGAMA 137,5 1 Sistem Jaminan Sosial Nasional (Demand and Supply) 28,4 2 Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi 0,6 3 Pengendalian Jumlah Penduduk 2,6 4 Sinergi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 12,6 5 Optimalisasi Anggaran Pendidikan 93,3 2 BIDANG PEMBANGUNAN EKONOMI* 1,9 1 Transformasi Struktur Industri 1,5 2 Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja 0,4 3 BIDANG PEMBANGUNAN PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA* 171,4 4 1 Perkuatan Sistem Logistik Nasional 107,3 2 Peningkatan Rasio Elektrifikasi Nasional 10,8 3 Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi 25,3 4 Penataan Perumahan/Permukiman 16,2 5 Pembangunan Transportasi Massal Perkotaan 11,8 BIDANG PEMBANGUNAN PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN 37,3 HIDUP 1 Perkuatan Ketahanan Pangan 32,2 2 Peningkatan Ketahanan Energi 5,1 5 BIDANG PEMBANGUNAN IPTEK 2,6 Peningkatan Kapasitas IPTEK 6 BIDANG PEMBANGUNAN POLITIK 1,6 Konsolidasi Demokrasi 7 BIDANG PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN 54,9 Percepatan Pembangunan MEF dengan Pemberdayaan Industri Pertahanan 8 BIDANG PEMBANGUNAN HUKUM DAN APARATUR 13,7 1 Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik 0,8 2 Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 12,9 21

29 9 BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG 17,4 Pembangunan daerah tertinggal Berdasarkan isu strategis tersebut diatas, maka tidak ada yang terkait langsung dengan bidang tata ruang dan pertanahan. Rancangan awal pagu indikatif DJPR PU Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 4. Rancangan Awal Pagu Indikatif DJPR PU Tahun 2015 PROGRAM PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Rencana 2015 Tahun Anggaran ,6 671,6 705,1 740,4 Sementara itu rancangan awal pagu indikatif BPN Tahun 2015 hampir sama dengan baseline anggaran Tahun Berikut rancangan awal pagu indikatif BPN Tahun 2015 berdasarkan program: Tabel 5. Rancangan Awal Pagu Indikatif BPN Tahun 2015 PROGRAM Rencana 2015 Tahun Anggaran PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1.926, , , ,2 PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BADAN PERTANAHAN 1.873, , , ,3 NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK 439,4 461,3 484,4 508,6 INDONESIA PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL 13,8 14,4 15,2 15,9 T O T A L 4.253, , , ,0 3.5 Pagu Indikatif K/L 2015 dan Penyelenggaraan Rakorbangpus Penyelenggaraan Rakorbangpus merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan pembangunan nasional dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 yang 22

30 bertujuan untuk menyosialisasikan Rancangan Awal RKP 2015 dan Pagu Indikatif 2015 setiap Kementerian/Lembaga. Penyelenggaraan Rakorbangpus dilakukan di Kantor Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 20 Maret Pada acara tersebut disampaikan beberapa arahan kepada perwakilan Kementerian/Lembaga yang hadir untuk penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) guna menyempurnakan rancangan awal RKP Tahun Beberapa arahan yang disampaikan antara lain sebagai berikut: 1. Selama tidak terdapat perubahan kapasitas pendanaan (resource envelope), Pagu lndikatif yang telah ditetapkan melalui Surat Bersama merupakan batas atas yang tidak dapat dilampaui, dan dapat berkurang berdasarkan hasil pembahasan dalam Pertemuan Tiga Pihak. 2. RPJMN Tahun akan ditetapkan selambat-lambatnya tiga bulan setelah Presiden terpilih dilantik. RKP Tahun 2015 adalah tahun pertama pelaksanaan RPJMN Tahun , untuk itu Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional RKP Tahun 2015 mengacu kepada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Adapun Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional yang memuat isu dan langkah strategis pada tahun 2015 difokuskan pada: a. Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehiclupan Beragama 1. Reformasi Pembangunan Kesehatan a. Pendukung Sistem Jaminan Sosial Nasional (Demand and Supply) b. Penurunan Angka Kematian lbu dan Bayi 2. Pengendalian Jumlah Penduduk 3. Sinergi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 4. Reformasi Pembangunan Pendidikan b. Bidang Pembangunan Ekonomi 1. Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja 2. Transformasi Sektor lndustri dalam Arti Luas 3. Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi 4. Peningkatan Efisiensi Sistem Logistik dan Distribusi c. Bidang Pembangunan Penyediaan Sarana dan Prasarana 1. Penguatan Konektivitas Nasional a. Keseimbangan Pembangunan Antar Wilayah b. Pendorong Pertumbuhan Ekonomi c. Pembangunan Transportasi Massa! Perkotaan 2. Peningkatan Ketersediaan lnfrastruktur Pelayanan Dasar 23

31 a. Peningkatan Rasio Elektrifikasi Nasional b. Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi c. Penataan Perumahan/Permukiman 3. Peningkatan Ketahanan Air d. Bidang Pembangunan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 1. Perkuatan Ketahanan Pang an 2. Peningkatan Ketahanan Energi 3. Percepatan Pembangunan Kelautan 4. Peningkatan Keekonomian Keanekaragaman Hayati dan Kualitas Lingkungan Hidup e. Bidang Pembangunan IPTEK Peningkatan Kapasitas IPTEK f. Bidang Pembangunan Politik Konsolidasi Demokrasi g. Bidang Pembangunan Pertahanan dan Keamanan 1. Percepatan Pembangunan MEF dengan Pemberdayaan lndustri Pertahanan 2. Peningkatan Ketertiban dan Keamanan dalam Negeri h. Bidang Pembangunan Hukum dan Aparatur 1. Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Publik 2. Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi i. Bidang Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang 1. Pembangunan Daerah Tertinggal dan Perbatasan 2. Pengelolaan Risiko Bencana 3. Sinergi Pembangunan Perdesaan 3. Prioritas-prioritas pembangunan nasional, bidang dan daerah yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 dituangkan dalam Rancangan Awal RKP Tahun Dengan memperhatikan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional RKP Tahun 2015: a. Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas yang terkait dengan Prioritas Pembangunan Nasional diminta untuk memberikan konfirmasi atau mengusulkan perubahan/penyempurnaan terhadap kegiatan prioritas dan/atau alokasi anggaran yang tercantum dalam Buku I Rancangan Awal RKP Tahun Usulan perubahan atau konfimasi tersebut agar dituangkan dalam masingmasing Renja KL; b. Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas yang terkait dengan prioritas pembangunan bidang diminta untuk memberikan konfirmasi atau mengusulkan perubahen/penyempurnaan terhadap kegiatan prioritas dan/atau 24

32 alokasi anggaran yang tercantum dalam Buku II Rancangan Awal RKP Tahun 2015 (Lampiran Ill). Usulan perubahan atau konfimasi tersebut agar dituangkan dalam masing-masing Renja K/L; c. Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas yang di laksanakan di daerah (dimensi kewilayahan) diminta untuk memberikan rincian program dan kegiatan prioritas beserta alokasi anggaran sesuai dengan format yang tercantum dalam Buku Ill Rancangan Awal RKP Tahun 2015 (Lampiran IV). Usulan tersebut agar dituangkan dalam masing-masing Renja K/L. 4. Renja K/L disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpa.du yang memuat kebijakan, program kegiatan, indikator kinerja, dan target sasaran kinerja, termasuk untuk subsidi, Public Service Obligation (PSOJ, dan belanja lain yang bersifat khusus yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari kebijakan Kementerian Negara/Lembaga tersebut. 5. Sinergitas pembangunan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui: a. Memilih kegiatan yang akan didanai oleh Kementerian Negara/Lembaga dengan berpedoman pada pembagian urusan dan kewenangan sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan; b. Mengalihkan anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang mendanai urusan pemerintahan daerah ke Dana Alokasi Khusus (OAK); c. Menentukan distribusi alokasi anggaran Kementerian Negara/Lembaga untuk kegiatan yang akan dilaksanakan di daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan daerah dalam kerangka pencapaian prioritas nasional; d. Mengupayakan sinkronisasi kegiatan dalam Renja KIL dengan kegiatan-kegiatan daerah yang dibiayai dari dana perimbangan dan dana otonomi khusus. 6. Dalam rangka meningkatkan sinergi pembangunan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta finalisasi Rancangan Awal RKP Tahun 2015, telah dicadangkan sebesar Rp. 4,3 Triliun yang akan di akomodasi dalam pemutakhiran Pagu lndikatif Kementerian Negara/Lembaga TA 2015 dan Peraturan Presiden tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas program dan kegiatan, Kementerian Negara/Lembaga bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian Keuangan menyempurnakan rincian pagu indikatif dengan melihat kembali: a. Ketidakberlanjutan program, kegiatan, output dan komponen; b. Keterkaitan antara komponen dengan output; 25

33 c. Kelayakan nilai suatu alokasi untuk menghasilkan sebuah output atau menjalankan sebuah kegiatan; d. Kesesuaian antara output yang dihasilkan dengan l<ewenangan. Hasil penyempurnaan akan digunakan sebagai salah satu bahan dalam Pertemuan Tiga Pihak. 8. Dalam proses penyusunan Renja K/L Tahun 2015, dilakukan Pertemuan Tiga Pihak antara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasionai/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana diatur dalam Lampiran V Surat ini tentang buku Petunjuk Pertemuan Tiga Pihak. Pertemuan Tiga Pihak utamanya ditujukan untuk : a. Memfinalkan Pagu lndikatif Kementerian Negara/Lembaga TA 2015; b. Menetapkan kegiatan prioritas yang akan didanai di TA 2015, beserta indikator kinerja, output, target dan sasaran kinerja yang jelas dan terukur, yang mencerminkan kerangka logis dalam perencanaan dan penganggaran; c. Menilai dan menetapkan kegiatan prioritas yang belum didanai dalam Pagu lndikatif Kementerian Negara/Lembaga TA 2015, untuk diusulkan mendapatkan pendanaannya. Pagu indikatif DJPR PU untuk RKP 2015 sebesar Rp ,6 Milyar (ditetapkan dengan Surat Bersama Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor : 0091/M.PPN/03/2014 dan Nomor : S-179/MK.02/03/2014). Pagu indikatif ini merupakan ancar-ancar anggaran belanja untuk setiap Kementerian/Lembaga guna menyusun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Rekapitulasi Pagu indikatif RKP 2015 DJPR PU dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 6. Rekapitulasi Pagu Indikatif RKP 2015 DJPR PU (Juta Rupiah) PROGRAM PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG SUMBER PENDANAAN Rencana 2015 Tahun Anggaran a. Rp. Murni , , , ,9 b. PNBP/BLU 2.381, , , ,80 c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0 TOTAL , , , ,7 Pagu indikatif Badan Pertanahan Nasional untuk RKP 2015 sebesar Rp ,1 Milyar (ditetapkan dengan Surat Bersama Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dan Menteri 26

34 Keuangan Nomor : 0091/M.PPN/03/2014 dan Nomor : S-179/MK.02/03/2014). Pagu indikatif ini merupakan ancar-ancar anggaran belanja untuk setiap Kementerian/Lembaga guna menyusun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Rekapitulasi Pagu indikatif RKP 2015 BPN dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 7. Rekapitulasi Pagu Indikatif RKP 2015 BPN (Juta Rupiah) PROGRAM PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL SUMBER PENDANAAN Rencana 2015 Tahun Anggaran a. Rp. Murni , , , ,7 b. PNBP/BLU , , , ,5 c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0 TOTAL , , , ,2 a. Rp. Murni , , , ,0 b. PNBP/BLU , , , ,7 c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0 TOTAL , , , ,7 a. Rp. Murni , , , ,5 b. PNBP/BLU , , , ,9 c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0 TOTAL , , , ,4 a. Rp. Murni , , , ,0 b. PNBP/BLU 0,0 0,0 0,0 0,0 c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0 TOTAL , , , ,0 a. Rp. Murni , , , ,2 b. PNBP/BLU , , , ,1 c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0 TOTAL *) , , , ,3 3.6 Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) Bidang Tata Ruang Setelah Rakorbangpus, diselenggarakan pertemuan tiga pihak. Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 untuk Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum diselenggarakan pada hari Selasa 27

35 tanggal 1 April Dasar pelaksanaan Trilateral Meeting ini adalah Rancangan Awal RKP tahun 2015 Buku I dan Buku II dan Surat Bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan No. 0091/M.PPN/03/2014 dan S-179/MK.02/2014 tanggal 19 Maret 2014 tentang Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP Tahun Tujuan trilateral meeting adalah: - Memfinalkan Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga TA 2015; - Menetapkan Kegiatan Prioritas, Indikator Kinerja, Output, Target; dan Sasaran kinerja. - Menilai dan menetapkan kegiatan prioritas yang belum didanai dalam Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga TA 2015, untuk diusulkan pendanaannya. Dari hasil trilateral meeting ini, DJPR PU mendapatkan tambahan anggaran dari realokasi antar program di Kementerian PU sebesar Rp. 410,387 M sehingga menjadi Rp T berdasarkan Memo Dinas Nomor 42/MD/Sr/2014 dari Kepala Biro Perencanaan dan KLN Kementerian PU kepada Direktur Bina Program dan Kemitraan DJPR perihal Hasil Rapat Pembahasan Pagu Indikatif Kementerian PU Tahun Beberapa catatan Trilateral Meeting yang mengemuka adalah (selengkapnya dalam tabel): - Kegiatan Prioritas Amanat UUPR dan RT RPJMN antara lain (1) Proses melengkapi NSPK amanat UUPR, (2) Pembinaan PPNS, (3) Penyediaan peta dan data lain yang mutakhir untuk kebutuhan penataan ruang, dan (4) Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang - Backlog RPJMN Bidang Tata Ruang adalah: (1) Penyelesaian Perpres RTR KSN, (2) Penyelesaian Perpres RTR Pulau/Kepulauan, dan (3) Penyelesaian Perda RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota - Kegiatan yang tidak direkomendasikan karena keterbatasan anggaran adalah kegiatan yang bersifat fisik dan ceremonial. - Kegiatan dekonsentrasi yang menjadi prioritas adalah yang menunjang sinergi antara perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan lintas sektor (bukan hanya berupa RPI2JM) serta yang mendukung kemitraan dengan masyarakat secara langsung Hasil kesepakatan trilateral meeting selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Sementara untuk ringkasan catatan pembahasan trilateral Bappenas, Kemenkeu dan DJPR PU dapat dilihat pada tabel berikut. 28

36 Tabel 8. Ringkasan Catatan Pembahasan Trilateral Bappenas, Kementerian Keuangan, dan DJPR Kementerian Pekerjaan Umum NO. MATERI PEMBAHASAN Prioritas Pembangunan Nasional 1 Program dan Kegiatan Prioritas KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS - Kegiatan Prioritas Amanat UUPR dan RT RPJMN antara lain: a. Proses melengkapi NSPK amanat UUPR b. Pembinaan PPNS c. Penyediaan peta dan data lain yang mutakhir untuk kebutuhan penataan ruang d. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang - Backlog RPJMN Bidang Tata Ruang: Penyelesaian Perpres RTR KSN - sisa 71 RTR KSN Penyelesaian Perpres RTR Pulau/Kepulauan - sisa 3 RTR Pulau/Kepulauan - Penyelesaian Perda RTRW Provinsi, KEMENTERIAN KEUANGAN Dalam mencantumkan output-output yang akan dihasilkan agar disebutkan target capaian output kegiatan yang akan dicapai; Output-output prioritas yang akan dihasilkan agar disebutkan secara spesifik/jelas dihasilkan oleh masing-masing satker; Agar lebih terukur capaian output kegiatan lingkup Ditjen Penatan Ruang, maka perlu dilakukan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Target pencapaian RPJMN II Bidang Penataan Ruang hingga akhir 2014 diperkirakanrata-rata sebesar 85,84%, dengan rincian sebagai berikut: a. Capaian prioritas nasional s/d tahun 2014 adalah sebesar 97% (32 Provinsi Prov DKI tidak termasuk); b. Perkiraan capaian prioritas bidang rata-rata sebesar 85,37%, yang meliputi bidang penyelenggaraan penataan ruang 82,45% dan bidang perkotaan 100%. - Sasaran kebijakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan DJPR yang menjadi dasar penyusunan RKP 2015 adalah: a. Pemenuhan backlog target RPJMN II merupakan prioritas utama dalam penyusunan RKP 2015, yaitu: Penyelesaian Perpres RTR KSN (Non Perkotaan dan Perkotaan); dan Penyusunan NSPK. b. Penyelesaian peraturan perundang- 29

37 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS Kabupaten dan Kota: 9 RTRW Provinsi, 117 RTRW Kabupaten dan 21 RTRW Kota - Kegiatan yang tidak direkomendasikan karena keterbatasan anggaran adalah kegiatan yang bersifat fisik dan ceremonial. - Akan diajukan IKK baru yang lebih sesuai, dan dilampirkan matriks perbandingan antara IKK lama dan IKK baru. KEMENTERIAN KEUANGAN perbaikan nomenklatur dan satuan output; Dalam penentuan komponen-komponen input dalam pencapaian output agar lebih memperhatikan faktor relevansi komponen dengan output yang dihasilkan; Pengadaan kendaraan bermotor merupakan kegiatan yang dibatasi, oleh karena itu pengadaannya agar dilakukan sangat-sangat selektif dan hanya untuk kendaraan fungsional yang berkaitan langsung dengan peningkatan pelayanan kepada KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM undangan/nspk sesuai amanat UU Nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang dan PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; c. Operasionalisasi RTR pulau/ksn serta Provinsi/Kabupaten/Kota; d. Penyusunan RPI2JM RTR KSN Non Perkotaan dan Perkotaan dalam rangka sinkronisasi dan keterpaduan program pembangunan infrastruktur; e. Fasilitasi legislasi Raperpres Pulau dan KSN/RPI2JM Perkotaan dan Non Perkotaan; f. Pelaksananaan kegiatan dekonsentrasi dalam rangka persetujuan substansi RDTR di beberapa Provinsi yang telah memenuhi kriteria; g. Pembinaan teknis dan peningkatan kapasitas kelembagaan BKPRD untuk memfasilitasi dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian legislasi Perda RTRW dan RDTR Provinsi/Kabupaten/ Kota; h. Sosialisasi produk kebijakan dan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang baik di Pusat maupun di Daerah dalam rangka peningkatan pemahaman fungsi penataan ruang; 30

38 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS KEMENTERIAN KEUANGAN masyarakat (bukan operasional). KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM i. Peningkatan efektivitas koordinasi dan sinkronisasi RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan program pembangunan di daerah melalui forum Konreg dan Musrenbang; j. Peningkatan profesionalisme SDM Bidang Penataan Ruang dalam rangka mendukung penerapan Reformasi Birokrasi melalui penyelenggaraan pelatihan-pelatihan fungsional; k. Peningkatan peran penataan ruang sebagai sistem integratordan acuan utama pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah melalui koordinasi dan sinkronisasi program; l. Pengembangan kemitraan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan kawsan; m. Penyiapan program tematik sebagaidukungan bidang penataan ruang dalam pengembangan koridor MP3EI, KTI dan Papua/Papua Barat NTT, Perbatasan, Daerah Tertinggal, Penanggulangan Risiko Bencana Alam dan Perubahan Iklim (RAN MAPI). n. Peningkatan kualitas penataan ruang melalui program kota hijau, kota pusaka, perdesaan lestariserta pemenuhan spm bidang penataan ruang di daerah termasuk pengembangan 31

39 NO. MATERI PEMBAHASAN 2. Alokasi Anggaran per Kegiatan KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS - Perlu dilakukan realokasi anggaran per kegiatan untuk memenuhi target kegiatan prioritas dan backlog RPJMN Realokasi dilakukan dengan tetap memperhatikan kegiatan prioritas dan kegiatan yang tidak direkomendasikan seperti yang telah tercantum dalam Materi Pembahasan Nomor 1. - Terkait refocusing P2KH, total Kota P2KH basic agar dikurangi, perlu KEMENTERIAN KEUANGAN Pemenuhan kebutuhan anggaran dalam mencapai target kegiatan, agar mengoptimalkan anggaran yang ada dengan melakukan efisiensi pembiayaan dan refocusing kegiatan; Pergeseran alokasi antar kegiatan agar KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM kebun raya di beberapa daerah. o. Pelaksanaan monitoring dan audit pemanfaatan ruang dan pengawasan teknis untuk RTR di tingkat nasional, provinsi, kabupatan dan kota; p. Optimalisasi peran PPNS dalam rangka pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan dan implementasi RTR di pusat dan daerah, serta pelaksanaan pelatihan PPNS baru. q. Penyelenggaran penilaian kinerja pemerintah daerah bidang penataan ruang dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang di daerah. Alokasi pagu di dalam Surat Bersama (SB) Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP Tahun 2015 yang disampaikan melalui Surat dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuang kepada Menteri Pekerjaan Umum Nomor 0091/M.PPN/03/2014 S-179/MK.02/2014 perihal Pagu Indikatif dan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 adalah sebesar Rp ,6 M. Selanjutnya Ditjen Penataan Ruang mendapatkan tambahan anggaran dari realokasi antar program di 32

40 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS ditetapkan lokasi quick wins dengan fokus pada penyiapan rencana secara detail untuk menjadi green city (dari 22 kota perlu disortir lokasi quick wins saja pada tahun 2015). - Optimalisasi P2KH yang advance: difokuskan untuk bintek penyusunan rencana aksi (tidak sampai pembangunan fisik). - Dana hasil refocusing P2KH agar dialihkan ke pelatihan dan operasionalisasi 400 PPNS baru, monev implementasi RTRWN dan RTR KSN dan Pulau/Kepulauan, NSPK dan peraturan perundangundangan dengan alokasi dana sekitar 16 M. - Prioritas tertinggi ditujukan untuk penyusunan NSPK untuk kemudahan replikasi oleh kota lain - P2KPB difokuskan untuk menyiapkan rencana pembangunan desa berkelanjutan utamanya melalui penyusunan RDTR dengan fokus dukungan konservasi dan KEMENTERIAN KEUANGAN memperhatikan kebutuhan anggaran kegiatan prioritas. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Kementerian PU sebesar Rp. 410,387 M sehingga menjadi Rp T berdasarkan Memo Dinas Nomor 42/MD/Sr/2014 dari nkepala biro Perencanaan dan KLM Kementerian PU kepada Direktur Bina Program dan Kemitraan perihal Hasil Rapat Pembahasan Pagu Indikatif Kementerian PU Tahun Namun demikian, pagu tersebut masih dibawah kebutuhan anggaran Ditjen Penataan Ruang berdasarkan Surat Menteri Pekerjaan Umum kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas RI dan Menteri Keuangan RI Nomor KU Mn/138 perihal Rencana dan Usulan Pendanaan Program dan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2015 sebesar Rp T. Adapun perubahan alokasi anggaran per kegiatan adalah sebagai berikut: Semula adalah Rp. 639,613 M (sesuai SB): 1. Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang adalah Rp. 102,071 M 2. Pembinaan Pelaksaan Penataan Ruang Daerah II adalah Rp. 47,227 M 3. Pembinaan Pelaksaan Penataan Ruang Daerah I adalah Rp. 45,091 M 4. Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional adalah Rp M 5. Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan adalah 33

41 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS penyelamatan LP2B. - Prioritas tertinggi ditujukan untuk penyusunan NSPK kawasan perdesaan berkelanjutan sebagai dasar untuk kerjasama lintas sektor. - Usulan Kegiatan Prioritas untuk alokasi penambahan pagu dari Rp 639,613 M ke Rp T atau sebesar Rp 410,4 M: 1. Pemenuhan backlog target RPJMN dan amanat UU Penataan Ruang serta RT RPJMN ; 2. Penyediaan peta dan data spasial terkait penyelesaian dan operasionalisasi RTRW beserta Rencana Rinci; 3. Penyerasian Rencana Tata Ruang dan rencana pembangunan baik sektor maupun daerah; 4. Peningkatan kapasitas monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang; 5. Pembinaan Teknis Pemetaan untuk Pemerintah Daerah; KEMENTERIAN KEUANGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Rp. 260,602 M 6. Pembinaan Program Ditjen Penataan Ruang adalah Rp. 69,766 M Menjadi Rp T (diperoleh dari tambahan realokasi antar program sebesar Rp. 410,387): 1. Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang adalah Rp. 143M 2. Pembinaan Pelaksaan Penataan Ruang Daerah II adalah Rp. 161 M 3. Pembinaan Pelaksaan Penataan Ruang Daerah I adalah Rp. 156 M 4. Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional adalah Rp. 195 M 5. Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan adalah Rp. 290 M 6. Pembinaan Program Ditjen Penataan Ruang adalah Rp. 105 M Sesuai arahan Bappenas, disetujui agar penambahan pagu anggaran tersebut diprioritaskan untuk kegiatan sebagai berikut: 1. Pemenuhan backlog target RPJMN dan amanat UUPR 2. Fasilitasi penyusunan RDTR melalui penyediaan peta dan data spasial 34

42 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS 6. Penguatan PPNS untuk mendukung pengendalian Pemanfaatan Ruang; 7. Pelaksanaan kegiatan tematik (kota hijau, kota pusaka, smart city, kota berkelanjutan) pembangunan perkotaan sesuai arahan KSPPN berupa percontohan (pilot) sebagai insentif bagi daerah dengan kualitas penataan ruang yang baik. KEMENTERIAN KEUANGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 3. Kegiatan monitoring dan evaluasi Penataan Ruang termasuk evaluasi komprehensif KAPET 4. Penyerasian RTR dan rencana pembangunan baik sektor maupun daerah 5. Pembinaan teknis pemetaan untuk Pemda 6. Diklat PPNS termasuk untuk anggota BKPRN 7. Pelaksanaan kegiatan tematik melalui pengembangan smart city dan kota berkelanjutan sesuai arahan konsep KSPPN di 38 kota PKN 8. Pengembangan forum lintas pelaku untuk kemitraan Penataan Ruang 9. Pengembangan konsep pengelolaan ruang udara - Adapun untuk PPNS, target Diklat Pembentukan PPNS adalah 200 orang dalam setahun dikarenakan: o Keterbatasan dalam penjaringan peserta karena masih kurangnya pemahaman Pemda terkait PPNS; o Kriteria seleksi sangat ketat dan berlapis-lapis, mulai dari DJPR, Kemen Kumham, Kejaksaan dan Bareskrim; o Setelah lulus seleksi, banyak peserta yang membatalkan keikutsertaan dikarenakan adanya tugas yang tidak bisa ditunda dari pimpinan 35

43 NO. MATERI PEMBAHASAN 3. Pelaksanaan Program- Program Khusus (Unggulan) KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS - Kegiatan prioritas yang harus diutamakan adalah: o pembinaan PPNS o penyelesaian amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang o Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang nasional o Pengendalian pelaksanaan pengembangan wilayah nasional, pulau dan KSN o Pembinaan teknis KEMENTERIAN KEUANGAN - Kegiatan Ditjen Penataan Ruang agar disesuaikan dengan tugas fungsinya, khususnya dalam mengakomodir amanat peraturan perundangan yang terkait. - Mengingat anggaran yang terbatas, hendaknya kegiatankegiatan lebih KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM mengingat pelaksanaan Diklat yang cukup lama yaitu 2 bulan berdasarkan kurikulum Diklat dari Polri, pindah tugas atau berhalangan karena urusan kedinasan pada saat pelaksanaan Diklat, dan sebagainya. o Keterbatasan PNS di daerah dalam memenuhi kualifikasi calon peserta. o Keterbatasan kapasitas Pusdikreskim Bareskrim Polri dalam mengadakan dan melaksanakan Diklat PPNS, karena yang melaksanakan Diklat PPNS di Bareskrim tidak hanya DJPR, namun juga instansi lain seperti Kehutanan, Bea Cukai, Pajak, dan sebagainya. - Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang berada di Direktorat Perkotaan menjadi salah satu dari prioritas nasional di RPJMN III dan merupakan amanat yang tercantum dalam Undang- Undang Penataan Ruang Nomor 26/2007 dalam rangka mendukung pencapaian RTH publik 20% sebagai pencapaian SPM. Ada kesepakatan internal bahwa seluruh kegiatan pengembangan RTH sudah tidak ditangani oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, sehingga penanganan seluruhnya oleh DJPR (sesuai amanat UUPR 26/2007). - Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) adalah kegiatan multi sektor sehingga 36

44 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS penyelenggaran penataan ruang o Penyerasian Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan - Program perkotaan agar sesuai dengan arahan dalam KSPPN. - Terkait refocusing P2KH, total Kota P2KH basic agar dikurangi, perlu ditetapkan lokasi quick wins dengan fokus pada penyiapan rencana secara detail untuk menjadi green city (dari 22 kota perlu disortir lokasi quick wins saja pada tahun 2015). - Optimalisasi P2KH yang advance: difokuskan untuk bintek penyusunan rencana aksi (tidak sampai pembangunan fisik). - Dana hasil refocusing P2KH agar dialihkan ke pelatihan dan operasionalisasi 400 PPNS baru, monev implementasi RTRWN dan RTR KSN dan Pulau/Kepulauan, NSPK dan peraturan perundangundangan dengan alokasi dana KEMENTERIAN KEUANGAN difokuskan pada fasilitasi penyelesaian perangkat hukum penataan ruang, dan meminimalisir kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik. - Untuk kegiatan yang bersifat fisik agar cukup dengan membuat pilotting, atau menyerahkan kegiatan fisik tersebut pada unit/instansi yang lebih tepat sesuai tugas fungsinya. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM bersinggungan dengan pihak lain secara tugas fungsi. Pembagian tugas akan dikoordinasikan dengan instansi-instansi terkait. - Program Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan (P2KPB) yang berada di Direktorat Binda I & II diinisiasi tahun 2012 bersama Bappenas dan dilanjutkan pada tahun 2013 dan tahun P2KPB merupakan salah satu upaya dalam rangka mempertahankan kawasan perdesaan dengan mendorong perekonomian lokal berbasis sosial, ekonomi dan keberlanjutan lingkungan dengan memperhatikan kearifan lokal. Salah satu bentuk insentif sesuai dengan UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka dilakukan pilot project perwujudan penataan ruang. Pada TA 2014 terdapat kegiatan yang merupakan implementasi dari konsep P2KPB yang telah disusun pada tahun 2013.Namun untuk TA 2015 karena keterbatasan anggaran (639M) pilot project dimaksud akan dilaksanakan setelah kegiatan yang sangat prioritas telah teralokasikan anggarannya. Program ini akan dibahas lebih lanjut untuk lebih mendapatkan pemahaman yang sama antara Bappenas dan Kementerian PU - Untuk lebih dapat menyebarluaskan informasi Penataan Ruang, masih diperlukan layanan 37

45 NO. MATERI PEMBAHASAN 4. Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan 5. Catatan terkait Pengisian KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS sekitar 16 M. - Prioritas tertinggi ditujukan untuk penyusunan NSPK untuk kemudahan replikasi oleh kota lain - P2KPB difokuskan untuk menyiapkan rencana pembangunan desa berkelanjutan utamanya melalui penyusunan RDTR dengan fokus dukungan konservasi dan penyelamatan LP2B. - Prioritas tertinggi ditujukan untuk penyusunan NSPK kawasan perdesaan berkelanjutan sebagai dasar untuk kerjasama lintas sektor. Kegiatan dekonsentrasi yang menjadi prioritas adalah yang menunjang sinergi antara perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan lintas sektor (bukan hanya berupa RPI2JM) serta yang mendukung kemitraan dengan masyarakat secara langsung. Pengisian Renja K/L dan penyusunan IKK baru perlu KEMENTERIAN KEUANGAN Salah satu hal yang dilakukan dalam KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM informasi dalam bentuk Planning Gallery dan Sistem Informasi, hal itu sangat diperlukan untuk menunjang salah satu Tugas dan Fungsi Direktorat Penataan Ruang yaitu penyebarluasan Informasi Penataan Ruang - Peringatan Hari Tata Ruang yang telah ditetapkan sebagai Hari Tata Ruang Nasional melalui Keppres 28/2013 menjadi bukan hanya milik Kementerian PU tetapi menjadi milik seluruh masyarakat Indonesia. Diharapkan seluruh stakeholder dan masyarakat baik di pusat dan daerah turut memperingati Haritaru tersebut. Sehingga Kementerian PU (oleh DJPR) pada tahuntahun berikutnya akan mengurangi intensitas dan aktivitas perayaannya. Dalam rangka penyesuaian output dalam dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran tahun 38

46 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS Renja K/L memperhatikan kemungkinan pengajuan beberapa indikator sebagai prioritas nasional. Pengajuan indikator dalam IKK baru sebagai prioritas nasional disesuaikan dengan daftar kegiatan prioritas yang sudah diidentifikasi dalam Materi Pembahasan Nomor 3. Pendanaan Pembangunan Nasional KEMENTERIAN KEUANGAN Trilateral Meeting adalah penataan rumusan arsitektur kinerja melalui penyempurnaan indikator kinerja, output, dan target sasaran yang terukur, serta dapat menjadi alat evaluasi kinerja. Contohnya kegiatan pembinaan PPNS, dimana terdapat perbedaan antara target jumlah pembinan dengan outputnya yang berupa laporan. Hal ini tidak dapat menggambarkan secara jelas berapa jumlah PPNS yang dibina atau diberikan pelatihan pada tahun bersangkutan. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM , perlu dilakukan restrukturisasi terhadap IKK/Output Renja K/L. Perubahan IKK/Output dilakukan dalam rangka penyesuaian dan menyerasikan antara IKK/Output dengan tugas dan fungsi masing-masing kegiatan di Ditjen Penataan Ruang. IKK/Ouput baru tersebut sudah mulai digunakan untuk pengisian aplikasi Renja tahun 2015, namun IKK yang digunakan tersebut belum bersifat final dan dapat dilakukan perubahan apabila diperlukan di kemudian hari. Hal ini mengingat perubahan IKK dimaksud masih memerlukan penyepakatan dari pimpinan di tingkat Kementerian terkait pembahasan RKAKL. Penggunaan IKK baru untuk aplikasi RPJMN III agar jangan mengunci. Secara rinci pemetaan/sandingan IKK baru dengan IKK lama per kegiatan dapat dilihat pada Matrik Sandingan IKK/Output baru dan IKK/Output lama. 39

47 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS 3 Pinjaman dan Hibah Luar Negeri 4 Surat Berharga Syariah Negara 5 PNBP/BLU Pertimbangan perubahan besaran PNBP untuk mengatasi biaya operasional. 6 Belanja Operasional 7 Kebutuhan Tambahan KEMENTERIAN KEUANGAN - Pengalokasian dana PNBP agar disesuaikan dengan hasil penelaahan dengan Direktorat PNBP (DJA). Alokasi belanja operasional khususnya belanja pegawai termasuk tunjangan kinerja sebesar 40% agar mendapat prioritas untuk dialokasikan secara cermat dan benar untuk kebutuhan satu tahun 2015 dan jangan sampai terjadi kekurangan. Apabila ada tambahan diarahkan Kebutuhan tambahan untuk: RM sebenarnya KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Ditjen Penataan Ruang menyepakati untuk dana anggaran PNBP Rp ,00. Kebutuhan anggaran dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang tahun anggaran 40

48 NO. MATERI PEMBAHASAN Rupiah Murni KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS 1. Kegiatan Prioritas Amanat UUPR dan RT RPJMN antara lain: Proses melengkapi NSPK amanat UUPR Pembinaan PPNS Penyediaan peta dan data tabular yang mutakhir untuk kebutuhan penataan ruang Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang berupa: Penyusunan indikator outcome dan baseline keberhasilan penyelenggaraan penataan ruang Penyusunan sistem evaluasi tingkat pencapaian implementasi rencana tata ruang 2. Backlog RPJMN Bidang Tata Ruang: Penyelesaian Perpres RTR KSN sisa 71 RTR KSN KEMENTERIAN KEUANGAN dapat diminimalisir sekiranya dapat dilakukan refocusing dengan melakukan efisiensi dan optimalisasi pada masing-masing kegiatan. Tambahan RM dilakukan sepanjang kemampuan Keuangan Negara memungkinkan; Kebutuhan tambahan yang diusulkan perlu disampaikan secara detil, disertai dasar/alasan perlunya tambahan RM, dasar perhitungan, kegiatan dan target yang akan dicapai, supaya dapat memanfaatkan dana KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 2015 adalah sebesar Rp 1.670,015Tberdasarkan Surat Menteri Pekerjaan Umum kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas RI dan Menteri Keuangan RI Nomor KU Mn/138 perihal Rencana dan Usulan Pendanaan Program dan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2015 sebesar Rp T, sedangkan sesuai SB adalah Rp 639,613 M dan tambahan realokasi antar program adalah Rp. 410,387 M, sehingga tambahan rupiah yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 620,015 M, dengan rincian sebagai berikut: 1. Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang adalah Rp. 41,167 M 2. Pembinaan Pelaksaan Penataan Ruang Daerah II adalah Rp. 115,600 M 3. Pembinaan Pelaksaan Penataan Ruang Daerah I adalah Rp. 114,913 M 4. Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional adalah Rp. 78,629 M 5. Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan adalah Rp 239,231 M 6. Pembinaan Program Ditjen Penataan Ruang adalah Rp. 30,475 M - Dasar diperlukannya kebutuhan tambahan rupiah murni dimaksud adalah untuk melaksanakan tugas 41

49 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS Penyelesaian Perpres RTR Pulau/Kepulauan sisa 3 RTR Pulau/Kepulauan Penyelesaian Perda RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota 11 RTRW Provinsi, 118 RTRW Kabupaten dan 21 RTRW Kota KEMENTERIAN KEUANGAN cadangan dan fiscal space pada pemerintahan baru. Usulan kebutuhan tambahan agar diurutkan berdasarkan prioritasnya. Sesuai ketentuan dalam pelaksanaan Trilteral Meeting dimungkinkan adanya perubahan pagu antar program dan antar kegiatan sepanjang sesuai dengan pencapaian prioritas pembangunan nasional serta dalam batas Pagu Indikatif Kementerian PU yang ditetapkan dalam SB yaitu sebesar Rp ,- KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM pokok dan fungsi masing-masing kegiatan secara optimal, dengan uraian sebagai berikut: 1. Penyusunan NSPK amanat Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26/2007 dan PP Penyelenggaraan Penataan Ruang serta berdasarkan kebutuhan untuk operasionalisasi pelaksanaan RTRW Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota serta penyusunan petunjuk teknis untuk operasionalisasi RTR KSN. Hal ini dilakukan dalam rangka operasionalisasi terhadap pelaksanaan penataan ruang di pusat maupun di daerah dapat dilakukan secara maksimal. 2. Mengakomodir proses legislasi raperpres RTR KSN, melanjutkan dan menyelesaikan proses penyusunan raperpres dan penyiapan dokumen pendukungnya.terkait dengan kewenangan pusat dalam penanganan KSN diperlukan dokumen Perpres untuk operasionalisasi keterpaduan pelaksanaan pembangunan kegiatan fisik maupun non fisik baik di tingkat pusat maupun daerah, sehingga arah pembangunan menjadi kurang terkoordinasi. 3. Sosialisasi kebijakan dan peraturan 42

50 NO. MATERI PEMBAHASAN KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS KEMENTERIAN KEUANGAN tidak mengalami perubahan. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM perundang-undangan bidang penataan ruang. 4. Optimalisasi kegiatan dalam rangka pemeliharaan sistem informasi serta monitoring dan evaluasi RAN GRK untuk memfasilitasi tim MAPI. 5. Mengakomodasi kegiatan rutin dasar, monitoring BMN di PPK KSN, pengembangan kapasitas, pengawasan BP KAPET, dan belanja modal. 6. Substansi Pembinaan dapat diberikan pada keseluruhan aspek termasuk pembinaan terkait pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten belum teralokasi. Dengan demikian diharapkan keberlanjutan terhadap program dan kegiatan yangdiinisiasikan oleh pusat dan daerah dapat terkoordinasi dan terinformasikan dengan baik. 7. Mengakomodasi seluruh kegiatan monitoring dan evaluasi.apabila kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang tidak tercapai maka pemanfaatan ruang menjadi sulit diwujudkan daerah. 8. Mengakomodasi kegiatan audit pemanfaatan ruang. Untuk optimalisasi pengawasan terhadap perencanaan dan pemanfaatan ruang sehingga meminimalisir kecenderungan 43

51 NO. MATERI PEMBAHASAN Program Tematik 8 Dukungan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) 9 Anggaran Pendidikan (AP) 10 Anggaran Responsif Gender (ARG) 11 Kerjasama Selatan- Selatan dan Triangular (KSST) 12 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS - KEMENTERIAN KEUANGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM pelanggaran terhadap RTR. - Secara rinci per kegiatan dapat dilihat pada Matrik Lampiran Pembahasan pada Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni. Secara rinci, anggaran responsif gender termuat dalam lampiran catatan pembahasan. 44

52 NO. MATERI PEMBAHASAN Indonesia (MP3EI) 13 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) 14 Millenium Development Goals (MDG s) 15 Mitigasi Perubahan Iklim (MPI) KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS KEMENTERIAN KEUANGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 45

53 3.6.2 Bidang Pertanahan Subdit Pertanahan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas menyelenggarakan forum trilateral meeting antara BPN, Kementerian Keuangan dan Bappenas. Rapat ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014 dan tanggal 1 April 2014 dengan tujuan: (1) koordinasi dan kesepahaman pencapaian sasaran prioritas pembangunan; (2) menjaga konsistensi kebijakan antara dokumen perencanaan dengan dokumen penganggaran terutama antara RKP, Renja K/L dan RKA-KL; (3) mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (kegiatan prioritas dan pendanaannya). Hasil dari pertemuan trilateral ini adalah dokumen kesepakatan pertemuan tiga pihak yang ditanda tangani oleh Kementerian PPN/Bappenas (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan), Kementerian Keuangan (Direktur Anggaran IIC) dan BPN (Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri). Dokumen kesepakatan ini berisi antara lain yaitu: sasaran strategis, arah kebijakan, serta catatan pembahasan yang meliputi kesepakatan atas program dan kegiatan prioritas, Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan, Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, Surat Berharga Syariah Negara, PNBP/BLU, Belanja Operasional, Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni, Dukungan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), Anggaran Pendidikan (AP), Anggaran Responsif Gender (ARG), Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST), Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI), Millenium Development Goals (MDG s), Mitigasi Perubahan Iklim (MPI). Hasil kesepakatan ini menjadi pegangan bagi BPN dalam menyusun Renja K/L yang harus diserahkan kepada Departemen Keuangan dan Bappenas. Beberapa hasil kesepakatan trilateral meeting antara lain: Beberapa kegiatan yang dianggap prioritas tahun 2015, antara lain: Penyusunan Peta Dasar Pertanahan; Legalisasi Aset Tanah; Redistribusi Tanah; Inventarisasi P4T; Ineventarisasi Tanah Terindikasi Terlantar; Penyusunan rumusan kebijakan pertanahan; dan Penyusunan kajian teknis bank tanah. BPN akan melakukan restrukturisasi organisasi sehingga akan menimbulkan konsekwensi pada penganggaran Belanja operasional BPN dialokasikan pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPN, terdiri dari: Belanja Pegawai sebesar Rp1.251,1 miliar. Belanja Barang Operasional sebesar Rp268,9 miliar. 46

54 Apabila tambahan alokasi RM disetujui harus dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang telah disepakati dalam trilateral meeting dan tidak dilakukan untuk kegiatan diluar itu. Hasil kesepakatan trilateral meeting selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Sementara untuk ringkasan catatan pembahasan trilateral Bappenas, Kemenkeu dan BPN dapat dilihat pada tabel berikut. 47

55 Tabel 9. Ringkasan Catatan dalam Pembahasan Trilateral Meeting antara Bappenas, Kementerian Keuangan, dan BPN Materi Catatan Catatan Catatan No. Pembahasan Kementerian PPN/ Bappenas Kementerian Keuangan Badan Pertanahan Nasional (1) (2) (3) (4) (5) Prioritas Pembangunan Nasional 1 Program dan Kegiatan Prioritas Perlu dilakukan peningkatan target beberapa kegiatan prioritas untuk mencapai target RKP 2015 dan RPJMN ; Beberapa kegiatan yang dianggap prioritas tahun 2015, antara lain: Penyusunan Peta Dasar Pertanahan; Legalisasi Aset Tanah; Redistribusi Tanah; Inventarisasi P4T; Ineventarisasi Tanah Terindikasi Terlantar; Penyusunan rumusan kebijakan pertanahan; dan Penyusunan kajian teknis bank tanah. Dalam rangka meningkatkan target dan capaian kegiatan prioritas tertutama legalisasi aset, BPN perlu meng-exercise potensi tanah yang akan disertipikatkan dan menghitung kemampuan SDM dan infrastruktur yang dimiliki. BPN perlu menyiapkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang sesuai Alokasi anggaran pada Pagu Indikatif 2015 diutamakan untuk memenuhi kebutuhan belanja operasional dan kegiatan prioritas. Pergeseran anggaran antar program dapat dipertimbangkan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan operasional dan kegiatan prioritas pada masingmasing program. Agar dilakukan sinkronsasi antara IKK dengan output pada BPN akan melakukan restrukturisasi organisasi sehingga akan menimbulkan konsekwensi pada penganggaran; Masih membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mempercepat pelaksanaan legalisasi aset tanah; Masih memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan kegiatan redistribusi tanah dan access reform; Pencapaian kegiatan legalisasi aset kecil karena subyek kegiatan sertipikasi tanah lintas K/L tidak clear dan beberapa instansi terkait sebagai pelaksana tidak aware; Untuk mempercepat pelaksanaan legalisasi aset, beberapa daerah sudah bersedia membiayai melalui anggaran daerah (APBD). Saat ini sedang dijajagi kerjasama BPN dengan pemda terkait. 48

56 No. Materi Catatan Catatan Pembahasan Kementerian PPN/ Bappenas Kementerian Keuangan dan benar-benar mendukung penyusunan dokumen Renja capaian kegiatan. K/L sehingga dapat diimplementasikan pada dokumen/aplikasi RKA-K/L 2 Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan Pendanaan Pembangunan Nasional 3 Pinjaman dan Hibah Luar Negeri 4 Surat Berharga Syariah Negara 5 PNBP/BLU Berdasarkan surat Menteri Keuangan Nomor S- 167/MK.02/2014 tanggal 13 Maret 2014 hal Ketersediaan Anggaran Pagu Indikatif Tahun 2015, pagu penggunaan PNBP BPN sebesar Rp1.403,1 miliar. Pergeseran pagu PNBP antar program agar memperhatikan pemenuhan kebutuhan masingmasing satker. Catatan Badan Pertanahan Nasional Agar pengelolaan anggaran PNBP terpusat karena terdapat perbedaan potensi dan perolehan PNBP setiap Kanwil/Kantah, dimana pada daerah yang belum berkembang potensi PNBP sangat kecil. Di sisi lain pada daerah yang maju, potensi PNBP cukup besar; Revisi target PNBP tidak dapat dilakukan pada akhir tahun, sehingga terdapat potensi PNBP yang tidak dapat dimanfaatkan. 49

57 No. Materi Catatan Catatan Pembahasan Kementerian PPN/ Bappenas Kementerian Keuangan 6 Belanja Operasional Alokasi anggaran dalam Pagu Indikatif 2015, diutamakan untuk memenuhi kebutuhan operasional dan kegiatan prioritas. Belanja operasional BPN dialokasikan pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPN, terdiri dari: Belanja Pegawai sebesar Rp1.251,1 miliar. Belanja Barang Operasional sebesar Rp268,9 miliar. Alokasi Belanja Pegawai sudah memperhitungkan gaji ke-13, alokasi gaji dan uang makan pegawai baru yang dibayar tahun Alokasi Belanja Barang Operasional telah memperhitungkan biaya sewa gedung kantor dan biaya operasional untuk 10 satker baru. 7 Kebutuhan Apabila tambahan alokasi RM Usul tambahan alokasi Rupiah Tambahan Rupiah disetujui harus dipergunakan untuk Murni untuk belanja Murni kegiatan-kegiatan yang telah operasional, pengadaan sarana Catatan Badan Pertanahan Nasional Perlu dialokasikan anggaran untuk kegiatan operasional pada daerah yang terkena bencana dan kantor pertanahan pada kabupaten baru terutama di daerah kawasan timur; Beberapa kantor pertanahan masih ada yang sewa karena belum terdapat alokasi anggaran untuk pembangunan kantor. 50

58 No. Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN/ Bappenas disepakati dalam trilateral meeting dan tidak dilakukan untuk kegiatan diluar itu. BPN perlu melakukan exercise potensi dan kemampuan untuk meningkatkan target penyusunan pemetaan dasar pertanahan dan legalisasi aset, selain itu diperlukan tambahan rupiah murni agar target RPJMN dapat dicapai. Bappenas tidak setuju adanya perubahan peruntukan gedung, harus dikembalikan ke usulan desain awal yaitu gedung Diklat sehingga total alokasi untuk sebesar Rp. 273M. Dari jumlah tersebut, tahun 2013 dialokasikan sebesar Rp. 26M, Tahun 2014 sebesar Rp. 61M, dan 2015 diperlukan alokasi sebesar Rp. 186M yang terdiri atas pagu indikatif Rp. 101M dan tambahan RM sebesar Rp. 85M. Catatan Kementerian Keuangan dan prasarana dan program pengelolaan pertanahan, pendanaannya agar dilakukan terlebih dahulu melalui upaya penajaman prioritas, refocusing, dan realokasi dari program tertentu ke program yang lebih tinggi prioritasnya. Peningkatan capaian kegiatan prioritas perlu dihitung lebih realistis, antara lain dengan mempertimbangkan kemampuan dalam penyerapan, skala prioritas kegiatan dan pendanaannya. Perubahan/penambahan peruntukan dari gedung Pusdiklat menjadi gedung Pusdiklat, Pusdatin dan Puslitbang agar ditinjau lebih lanjut urgensinya. Untuk pendanaannya agar mengoptimalkan alokasi anggaran yang tersedia. Pergeseran alokasi PNBP pada Program Sarana dan Prasarana agar tetap memperhatikan Catatan Badan Pertanahan Nasional Untuk meningkatkan capaian penyusunan peta dasar pertanahan dan legalisasi aset harus mempertimbangkan kemampuan dan ketersediaan SDM BPN. Target yang telah ditetapkan merupakan akumulasi usulan kanwil dan kantah. Ada penambahan peruntukan gedung Diklat di Cikeas menjadi Pusdatin dan Puslitbang sesuai surat Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan, Kementerian Pekerjaan Umum Nomor BU.0106-Cb./88 tanggal 30 Januari 2014 perihal Kebutuhan Biaya Pembangunan Gedung di Kawasan Pusdiklat BPN RI, yaitu menjadi sebesar Rp ,-. sehingga terjadi perubahan anggaran dari sebelumnya sebesar Rp ,-, dari analisa semula sebesar Rp. 51

59 No. Materi Pembahasan Program Tematik 8 Dukungan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) 9 Anggaran Pendidikan (AP) 10 Anggaran Responsif Gender (ARG) Catatan Kementerian PPN/ Bappenas Catatan Kementerian Keuangan kebutuhan prioritas dan urgent pada masing-masing satker. Alokasi anggaran pada Pagu Indikatif 2015 diutamakan untuk memenuhi kebutuhan belanja operasional dan kegiatan prioritas. Catatan Badan Pertanahan Nasional ,-. PNBP di BPN belum terpusat sehingga pemanfaatan PNBP hanya dapat dilakukan bagi daerah penghasil PNBP tersebut. Perlu alokasi tambahan RM untuk biaya mutasi pejabat eselon IV dan V di Kanwil dan Kantah yang selama ini belum dialokasikan. 11 Kerjasama Selatan- Selatan dan Triangular (KSST) 12 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 52

60 Materi No. Pembahasan (MP3EI) 13 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) 14 Millenium Development Goals (MDG s) 15 Mitigasi Perubahan Iklim (MPI) Catatan Kementerian PPN/ Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Badan Pertanahan Nasional 53

61 3.7 Penyusunan Renja K/L 2015, Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2014 Proses penyusunan Renja K/L merupakan proses lanjutan setelah keluarnya Surat Bersama Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan serta trilateral meeting yang menghasilkan dokumen kesepakatan tiga pihak. Proses ini diharapkan dapat menajamkan prioritas pembangunan yang terkendala oleh keterbatasan anggaran serta untuk menjaga keselarasan antara RKP dan Renja K/L. Dengan demikian dapat diupayakan konsistensi antara perencanaan dan penganggaran dalam pembangunan di tahun Langkah awal dalam menyusun Renja K/L 2015 adalah dengan mencermati hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun sebelumnya, kemudian memprediksi kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan, baik yang ditujukan untuk pencapaian prioritas nasional, prioritas K/L, maupun kegiatan rutin K/L. Setelah itu dilakukan penelaahan (exercise) dengan mempertimbangkan kondisi keuangan negara. Pembahasan mengenai pagu anggaran tersebut dilaksanakan dalam berbagai forum seperti rapat koordinasi pembangunan, trilateral meeting, sidang kabinet, dan pembahasan dengan DPR. Sementara itu, Pra Musrenbangnas dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pencapaian agenda dan prioritas pembangunan nasional tahun Kegiatan Pra Musrenbangnas ini dihadiri oleh kementerian dan lembaga di pusat, direktorat teknis di Bappenas yang menjadi mitra kerja kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah provinsi (Bappeda). Secara teknis, forum ini mencoba melakukan sinkronisasi program yang diusulkan oleh Pemerintah Pusat dengan program di daerah. Tujuan dari pelaksanaan Pra Musrenbang Nasional ini adalah menyelaraskan RKP dan Renja KL dengan RKPD dan Renja SKPD dalam rangka pemantapan program dan aktivitas untuk pencapaian agenda dan prioritas pada tahun Hasil Musrenbang Nasional ini menjadi masukan bagi finalisasi RKP tahun 2015 yang kemudian diolah menjadi Pagu Anggaran. Format pembahasan dalam PraMusrenbangnas ini adalah trilateral desk yaitu model pembahasan tiga pihak antara K/L, Bappenas, Bappeda Propinsi dengan materi pembahasan usulan daerah (UKPPD) yang terkait dengan target, lokasi dan alokasi. Dikarenakan BPN tidak memiliki dana dekonsentrasi dan merupakan lembaga/badan yang sifatnya vertikal sehingga pembahasan tidak pada besaran alokasi dana bagi daerah akan tetapi pembahasan lebih diarahkan pada penyesuaian target dan lokasi antara usulan daerah yang diajukan dalam UKPPD dengan apa yang sudah ada dalam Renja BPN pada daerah tersebut. Hasil dari musrenbang ini akan dijadikan masukan untuk penyempurnaan rancangan akhir RKP

62 Pelaksanaan Pra Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Pra Musrenbangnas) Tahun 2014 dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 diselenggarakan di Kantor Kementerian PPN/Bappenas pada Hari Senin-Jumat, April Pramusrenbangnas dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pencapaian agenda dan prioritas pembangunan nasional tahun Kegiatan Musrenbangnas ini dihadiri oleh kementerian dan lembaga di pusat, direktorat teknis di Bappenas yang menjadi mitra kerja kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah provinsi (Bappeda). Secara teknis, forum ini mencoba melakukan sinkronisasi program yang diusulkan oleh Pemerintah Pusat dengan program di daerah. Tujuan dari pelaksanaan Musrenbang Nasional ini adalah menyelaraskan RKP dan Renja KL dengan RKPD dan Renja SKPD dalam rangka pemantapan program dan aktivitas untuk pencapaian agenda dan prioritas nasional pada tahun Hasil Musrenbang Nasional ini menjadi masukan bagi finalisasi RKP tahun 2015 yang kemudian diolah menjadi Pagu Anggaran. Pra Musrenbangnas dilaksanakan pada tanggal April 2014, dengan pembagian hari sebagai berikut: Hari 1: Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Banten, Provinsi DIY, dan Provinsi Bali Hari 2: Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Lampung, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi Sumatera Selatan, dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Hari 3: Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Utara, dan Provinsi Kalimantan Selatan Hari 4: Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi Sulawesi Tenggara Hari 5: Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Maluku, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Papua. Beberapa hasil pembahasan adalah sebagai berikut: Bidang Tata Ruang: Pembahasan yang dilakukan adalah klarifikasi besaran dan substansi dana dekonsentrasi yang diberikan oleh DJPR PU kepada 32 Dinas PU Provinsi (minus Provinsi DKI Jakarta yang tidak memerlukan dana dekon dan Provinsi Kalimantan Utara yang belum memperoleh dana dekon) Dana dekon diberikan yang diberikan oleh PU berupa untuk kegiatan: 55

63 - Sosialisasi NSPK bidang penataan ruang - Fasilitasi penyusunan RTR/RDTR atau fasilitasi dekon persetujuan substansi rencana rinci - Pengawasan teknis penyelenggaraan penataan ruang dan Standar Pelayanan Minimal - Pengembangan kapasitas BKPRD (diarahkan oleh Bappenas terutama untuk memfasilitasi penyerasian rencana tata ruang dan rencana pembangunan) - Operasionalisasi PPNS - Fasilitasi koordinasi keterpaduan program pengembangan infrastruktur KSN di provinsi tersebut - Pemantauan dan evaluasi program pengembangan KSN - Database pengembangan KSN - Penyelenggaraan penataan ruang kawasan perkotaan - Pemantauan dan evaluasi P2KH - Kegiatan kampanye publik penyelenggaraan penataan ruang - Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang - Pelaksanaan pembentukan pelopor pemula penataan ruang daerah Beberapa hal umum yang mengemuka dalam pembahasan adalah: - Terkait kemungkinan dana dekonsentrasi diberikan kepada Bappeda Provinsi sebagai Sekretaris BKPRD, yang memiliki tupoksi perencanaan dan koordinasi di bidang penataan ruang. Dimana selama ini dana dekon diberikan kepada Dinas PU Provinsi yang di beberapa daerah menyebabkan fungsi koordinasi kurang berjalan. - Terdapat beberapa usulan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) oleh kabupaten dan kota. Mekanisme pengusulan P2KH oleh kabupaten/kota perlu melalui Bappeda Provinsi (selama ini terkadang tidak melalui Bappeda Provinsi), agar provinsi dapat meranking usulan kawasan perkotaan utk jadi P2KH. Kemudian pengusulan dilakukan ke Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU dengan syarat daerah sudah memiliki Perda RTRW dan bersedia menyediakan lahan. Setelah diseleksi akan disusun Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH), dan dilakukan implementasi. - Teridentifikasi tidak implementatifnya SK Menteri Kehutanan terkait Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan terutama di provinsi-provinsi di Kalimantan karena SK tersebut tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, dimana hal tersebut akan diangkat untuk dibahas di forum BKPRN 56

64 Selain itu, isu dari beberapa provinsi secara khusus adalah: - Kepulauan Riau : permasalahan hukum tentang Perda dan SK Menhut 463/2013, apakah dapat difasilitasi pembahasan oleh BKPRN dengan Kemenkumham (untuk percepatan penyelesaian proses hukum di PTUN Tanjung Pinang) - Sumatera Selatan : Kaw konservasi Dangku Dua di RTRW prov (1994) dan kab musi banyuasin sebelumnya APL, setelah di tata batas, SK Menhut 76/2001 masuk KSA. Setelah revisi RTRW tetap APL. Sudah timdu, rekom timdu adalah jadi APL, tapi Menhut menolak, di SK 82/2013 tetap KSA. - Riau: Pengembangan kawasan PKSN Dumai perlu didiskusikan lebih lanjut dengan BNPP (Dit Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Bappenas) - Sumbar: Pengembangan Kawasan Perbatasan Laut Lepas (Mentawai) perlu didiskusikan lebih lanjut dengan BNPP (Dit Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Bappenas), membutuhkan bantuan hingga penyusunan Peraturan Zonasi - Kalteng: Permasalahan tidak implementatifnya SK 429 terkait perubahan kawasan hutan di Provinsi Kalteng. - Aceh : Pulau Seumelu apakah sudah masuk dalam daftar pulau terluar? Dalam RTRWN dan RTR kaw perbatasan - Kaltara : Di Renja K/L DJPR Kemen PU belum tercantum alokasi dana dekonsentrasi utk Provinsi Kalimantan Utara, dan akan menjadi masukan utk DJPR. Membutuhkan penyusunan RTR kawasan perbatasan Long Nawang, sudah masuk dalam kajian RTR Kasaba - Sumatera Utara : Dibutuhkan penyelesaian tata batas, terutama antar prov - Sulawesi Tenggara : Kab. Konawe sudah hampir perdakan RTRW, mekar jadi Kab. Kepulauan Konawe. Pegawai di Konawe pindah, jadi penetapan rtrw bermasalah. (DOB tambahan: Kolaka Timur). - SULBAR : Mamuju menjadi PKNp, diusulkan ke revisi RTRWN. Mamuju - Tampak Padang - Belang Belang (Matabe), usulan KSN - Sulawesi Utara : Planning Gallery. Rtrw banyak yang sudah selesai. Masyarakat banyak mencari informasi. Kantor sekarang kebanjiran. Sekarang menggunakan kantor PU Cipta Karya (Pusat Informasi) Bidang Pertanahan Pada hari pertama, pembahasan dilakukan untuk 7 (tujuh) provinsi yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Terkait bidang pertanahan, terdapat beberapa kegiatan strategis yang dibahas dengan mitra kerja K/L (Badan 57

65 Pertanahan Nasional) serta dengan Pemerintah Daerah. Pembahasan dilakukan dengan 2 (dua) provinsi yaitu Provinsi Banten dan DKI Jakarta. BPN selaku K/L yang bersifat vertikal maka pembahasan lebih diarahkan pada alokasi target kegiatan prioritas BPN dan bukan pada dana dekonsentrasi. Pada saat pembahasan kedua provinsi tersebut menyepakati alokasi target yang diberikan oleh BPN seperti target legalisasi aset (sertipikasi), peta pertanahan, inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, dan Wilayah Terluar (WP3WT), redistribusi tanah, neraca penatagunaan tanah, dan inventarisasi tanah terindikasi terlantar. Kemudian khusus untuk Provinsi Banten meminta alokasi kegiatan untuk pembuatan peta tematik zona nilai tanah terkait pengembangan kawasan Selat Sunda. Dalam Rencana Kerja (Renja) BPN Tahun 2015 sudah dialokasikan pembuatan peta zona nilai tanah sebanyak 400 bidang tanah. Hari ke-2 pelaksanaan Pramusrenbangnas 2014 dalam rangka penyusunan RKP 2015 dialokasikan untuk Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Untuk bidang pertanahan, pembahasan dilakukan dengan 3 (tiga) provinsi yaitu Provinsi Bengkulu, Riau dan Kepulauan Bangka Belitung. Pada saat pembahasan, ketiga provinsi tersebut menyepakati alokasi target yang diberikan oleh BPN seperti yang tercantum dalam Rencana Kerja (Renja) BPN Tahun 2015 yaitu target legalisasi aset (sertipikasi), peta pertanahan, inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, dan Wilayah Terluar (WP3WT), redistribusi tanah, neraca penatagunaan tanah, konsolidasi tanah, pengendalian pertanahan dan pemberdayaan masyarakat, dan inventarisasi tanah terindikasi terlantar. Beberapa isu terkait pertanahan yang disampaikan oleh provinsi pada saat Pramusrenbangnas adalah sebagai berikut: 1. Pembebasan lahan untuk pembangunan di Provinsi Bengkulu 2. Program Satam Mas yang dapat di integrasikan kedalam kegiatan reforma agraria yang akan dilakukan pilot project di Bangka Belitung Untuk Hari ke-3 Pramusrenbangnas 2014 dalam rangka penyusunan RKP 2015 dialokasikan untuk Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara. Untuk bidang pertanahan, pembahasan dilakukan dengan 5 (lima) provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Beberapa hal yang dibahas dalam Pramusrenbangnas hari ke-3 ini adalah: - Semua provinsi menyepakati alokasi target yang diberikan oleh BPN seperti yang tercantum dalam Rencana Kerja (Renja) BPN Tahun 2015 terutama untuk kegiatan yang sifatnya prioritas yaitu (i) legalisasi aset (sertipikasi tanah); (ii) peta pertanahan; (iii) 58

66 inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, dan Wilayah Terluar (WP3WT); (iv) redistribusi tanah; (v) neraca penatagunaan tanah; (vi) konsolidasi tanah; (vii) inventarisasi Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T); (viii) pengendalian pertanahan dan pemberdayaan masyarakat; dan (ix) inventarisasi tanah terindikasi terlantar. - Beberapa isu terkait pertanahan yang disampaikan oleh provinsi adalah sebagai berikut: Batas administrasi di Provinsi Kalimantan Barat; Usulan penyusunan neraca penatagunaan tanah di Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Padanglawas Utara, dan Kabupaten Simalungun di Provinsi Sumatera Utara; Sertipikasi Tanah Pemerintah Provinsi di Kalimantan Timur; dan Usulan diadakan kembali kegiatan sertipikasi tanah RALAS seperti pada saat terjadi tsunami terdahulu di Provinsi Aceh Pada Hari ke-4 Pramusrenbangnas 2014 dalam rangka penyusunan RKP 2015 dialokasikan untuk Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan. Untuk bidang pertanahan, pembahasan dilakukan dengan 3 (tiga) provinsi yaitu: Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Pada saat pembahasan, ketiga provinsi tersebut menyepakati alokasi target yang diberikan oleh BPN seperti yang tercantum dalam Rencana Kerja (Renja) BPN Tahun 2015 yaitu target legalisasi aset (sertipikasi), peta pertanahan, inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, dan Wilayah Terluar (WP3WT), redistribusi tanah, neraca penatagunaan tanah, konsolidasi tanah, dan inventarisasi tanah terindikasi terlantar. Beberapa isu terkait pertanahan yang disampaikan oleh provinsi pada saat Pramusrenbangnas adalah kebutuhan untuk penambahan SDM di Kanwil BPN Sulawesi Utara untuk menyelesaikan kegiatan prioritas pertanahan. Bappenas dan BPN menyampaikan akan memprioritaskan penambahan SDM baru di Provinsi Sulawesi Utara untuk melayani kebutuhan permintaan pelayanan pertanahan akibat bencana banjir. Sehubungan dengan penambahan SDM merupakan kewenangan internal BPN selain tercatat dalam pembahasan Pramusrenbangnas ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara agar mengirimkan surat resmi kepada Kepala BPN RI. Pada hari ke-5, pembahasan dilakukan untuk 4 (empat) provinsi yaitu Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Terkait bidang pertanahan, terdapat beberapa kegiatan strategis yang dibahas dengan mitra kerja K/L (Badan Pertanahan Nasional) serta dengan Pemerintah Daerah. Pembahasan dilakukan dengan 2 (dua) provinsi yaitu Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur. Pada saat pembahasan kedua provinsi tersebut menyepakati alokasi target yang diberikan oleh BPN seperti target legalisasi aset (sertipikasi), peta 59

67 pertanahan, inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, dan Wilayah Terluar (WP3WT), redistribusi tanah, neraca penatagunaan tanah, dan inventarisasi tanah terindikasi terlantar. Khusus untuk Provinsi Papua, menyampaikan usulan kegiatan pemetaan tanah adat/ulayat di lokasi pembangunan PLTA Urumuka di Kabupaten Mimika dan Kabupaten Dogiai. Bappenas dan BPN menyampaikan akan melakukan sosialisasi dan identifikasi upaya yang dilakukan pemerintah provinsi pada tahapan-tahapan penetapan tanah adat/ulayat. Total kegiatan yang dibahas sebanyak 392 kegiatan dari 16 provinsi: Total Kegiatan yang diusulkan Pemerintah Provinsi : 8 (delapan) usulan kegiatan (1,7%). Total kegiatan yang diakomodasi sepakat sesuai dengan Renja BPN Tahun 2015 sebanyak 387 kegiatan (98,7%) Total kegiatan yang tidak diakomodasi sebanyak 6 (enam) kegiatan (1,5%). Total kegiatan yang dibahas lebih lanjut sebanyak 0 kegiatan (0%) Kegiatan yang tidak diakomodasi disebabkan karena usulan yang disampaikan Pemerintah Provinsi tidak sesuai dengan kriteria program dan kegiatan yang ada di BPN. Namun dalam pembahasan usulan pemerintah provinsi yang tidak sesuai tersebut diakomodasi dalam kegiatan BPN lain dengan kriteria yang sesuai. Berikut diagram hasil kesepakatan pramusrenbangnas bidang pertanahan Tahun

68 Gambar 4. Rekapitulasi Usulan Kegiatan Pertanahan dalam Pra Musrenbangnas REKAPITULASI USULAN KEGIATAN PERTANAHAN DALAM PRAMUSRENBANGNAS Kegiatan yang diusulkan 2 Kegiatan Yang diakomodasi 6 Kegiatan Yang Tidak Diakomodasi 0 Kegiatan Yang Dibahas Lebih Lanjut Jumlah Gambar 5. Rekapitulasi Hasil Kesepakatan Pra Musrenbangnas 2014 BPN REKAPITULASI HASIL KESEPAKATAN PRAMUSRENBANGNAS 2014 BPN Kegiatan Yang Dibahas Kegiatan Yang Tidak Diakomodasi Kegiatan Yang Diakomodasi Kegiatan Yang Dibahas Lebih Lanjut 61

69 Gambar 6. Rekapitulasi Hasil Kesepakatan Pra Musrenbangnas 2014 BPN REKAPITULASI HASIL KESEPAKATAN PRAMUSRENBANGNAS 2014 BPN Kegiatan Yang Dibahas Kegiatan Yang Tidak Diakomodasi Kegiatan Yang Diakomodasi Kegiatan Yang Dibahas Lebih Lanjut Hasil Musrenbang Nasional 2015 ini menjadi masukan bagi finalisasi RKP tahun 2015 yang kemudian diolah menjadi Pagu Anggaran. 3.8 Finalisasi RKP 2015 dan Penetapan Pagu RKP 2015 Definitif Penyempurnaan draf rancangan akhir (rancangan interim) RKP 2015 dilakukan setelah Musrenbangnas yang juga menjadi bahan untuk penentuan pagu anggaran Rancangan akhir RKP 2015 selanjutnya dibawa dalam pembahasan sidang kabinet dan setelah disempurnakan, kemudian ditetapkan dengan Peraturan Presiden No. 43/2014 Tentang RKP Selanjutnya proses penetapan Pagu Definitif dilakukan melalui serangkaian pembahasan antara Pemerintah dengan DPR. Setelah ada kesepakatan, diterbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 162/2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran Berdasarkan Perpres tersebut maka anggaran DJPR PU Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 9 dan anggaran BPN Tahun 2015 pada Tabel

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

Page 1 of 12 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Tahun 2017

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL 2015-2019 Oleh Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Daerah dan Isu Strategis Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN

Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan 2013 i Penyusun Rekomendasi Kebijakan Pengarah:

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan 25 November 2013 Dasar Hukum UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN TAHUNAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

PERENCANAAN TAHUNAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 2012, No.821 18 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN TAHUNAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT PERENCANAAN TAHUNAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perwujudan dari perencanaan pembangunan tahunan diwajibkan daerah untuk menyusun dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK Jl. Lintas Sumatera Km 20 Telp. (0755) 31566,Email:pukabsolok@gmail.com RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK TAHUN 2015 AROSUKA

Lebih terperinci

TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri KERANGKA UMUM RAKORTEK GAMBARAN HASIL RAKORTEK PROVINSI JAMBI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 4/JUKLAK/SESMEN/12/2014 TENTANG PEDOMAN TRILATERAL MEETING (PERTEMUAN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PELAPORAN, PEMANTAUAN DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAANPEMBANGUNANNASIONAL/ BADANPERENCANAAN PEMBANGUNANNASIONAL. MenteriPPN/KepalaBappenas

KEMENTERIAN PERENCANAANPEMBANGUNANNASIONAL/ BADANPERENCANAAN PEMBANGUNANNASIONAL. MenteriPPN/KepalaBappenas KEMENTERIAN PERENCANAANPEMBANGUNANNASIONAL/ BADANPERENCANAAN PEMBANGUNANNASIONAL MenteriPPN/KepalaBappenas Jakarta, 21 Januari 2011 1 2 3 2 3 PP 90/2010 diterbitkan sebagai Revisi terhadap PP 21/2004tentang

Lebih terperinci

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN 2017-2022 Jakarta, 27 Desember 2017 Arti Penting Forum Musrenbang RPJMD Lapangan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang sedang tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir barat-selatan Provinsi Aceh. Kabupaten yang terbentuk secara

Lebih terperinci

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas JADWAL PENYUSUNAN RKP 2017

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Sambutan Pembukaan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Sambutan Pembukaan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Sambutan Pembukaan RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN PUSAT (RAKORBANGPUS) KE-II PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 DALAM RANGKA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Direktur Tata

Lebih terperinci

BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN

BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN Dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012 Kementerian,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan Disampaikan pada Focus Group Disscussion (FGD) Perspektif Stakeholder terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Jakarta, 5 Juni 2013 1 1 Analisis

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA JL. RAYA SOREANG KM. 17 SOREANG TELP. (022) 5897432 2012 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYUSUNAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA SERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP... 10 Daftar Isi i DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jadawal Penerapan PBK dan KPJM... 2 D a f t a r I s i ii BAB

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018 KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung DASAR HUKUM. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbend. Negara;. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;. PP No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

MATERI PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN ANGGARAN. Oleh: Galih Elham Setiawan KASUBDIT Penindakan BNN

MATERI PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN ANGGARAN. Oleh: Galih Elham Setiawan KASUBDIT Penindakan BNN MATERI PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN ANGGARAN Oleh: Galih Elham Setiawan KASUBDIT Penindakan BNN 1 PENGERTIAN SPPN SPPN (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Langgeng Suwito. Pemaparan Materi:PMK 214 tahun 2017 tentang Pengukuran

Langgeng Suwito. Pemaparan Materi:PMK 214 tahun 2017 tentang Pengukuran Pemaparan Materi:PMK 214 tahun 2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan RKA-K/L Langgeng Suwito Kepala Subdirektorat Evaluasi Kinerja Penganggaran Direktorat Sistem Penganggaran

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci