BAB I PENDAHULUAN. Semenjak berakhirnya perang dingin dunia internasional kemudian mengalami

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Semenjak berakhirnya perang dingin dunia internasional kemudian mengalami"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak berakhirnya perang dingin dunia internasional kemudian mengalami perubahan yang sangat signifikan, salah satunya ditandai dengan munculnya Globalisasi. Globalisasi merupakan sebuah fenomena sosial yang ditandai dengan adanya kerjasama global yang intens antara aktor-aktor (State maupun non state ) dalam berbagai aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya hingga lingkungan. Kerjasama tersebut membuat batas-batas seakan tidak lagi menjadi penghalang.seiring dengan terjadinya globalisasi yang didukung juga oleh aspek teknologi yang telah berkembang pesat, interdependensi dankerjasama antarnegara menjadi suatu hal yang sangat esensial dan tidak terelakkan. Kerjasama antar Negara menjadi suatu hal yang mutlak bagi Negara-negara tersebut. Hal tersebut dijalani karena setiap Negara berkeyakinan bahwa dengan kerjasama internasional dapat memberikan manfaat atau keuntungan bersama, norma yang disepakati bersama, dan adanya share belief. 1 Untuk mewujudkan tujuan masingmasing, dalam rangka mewujudkan kerjasama yang memberikan dampak positif bagi Negara-negara tersebut, tercetuslah ide untuk meremuskan kerjasama tersebut kedalam lembaga yang lebih formal, yakni melalui sebuah institusi yang disepakati bersama. 1 F. Kratochwil, E. D Mansfield, International Organization A Reader International Institutions Two Approach, New York : Harper Collin College Publisher, 1994, hal

2 ACFTA (ASEAN-Cina Free Trade Area) adalah sebuah persetujuan kerjasama ekonomi regional yang mencakup perdagangan bebas antara negara anggota ASEAN (Assosiation of South East Asian Nation) dengan China. Persetujuan ini telah disetujui dan ditandatangani oleh negara-negara ASEAN dan Cina pada November 2002 ASEAN dan Cina berkeyakinan bahwa dengan kerjasama ini maka hubungan kedua belah pihak akan semakin intens. Kesepakatan ACFTA yang disepakati oleh ASEAN dan Cina memiliki alasan yang berbeda-beda.cinamelihat ASEAN memiliki sumber daya alam yang kaya, dan dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang pesat, maka mereka membutuhkan pasokan energi dan bahan mentah yang cukup. Pada prakteknya ekspor Cina masih sering mengalami hambatan non tariff di pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa, meskipun Cina sudah masuk ke WTO. Oleh karena itu Cina dengan kekuatan manufakturnya ingin memperluas pasar ekspornya untuk mengurangi resiko dan ASEAN menjadi pasar yang makin penting bagi ekspor China. Selain motivasi ekonomi, dalam hal membangun kerjasama yang lebih kuat dengan ASEAN, strategi Cina juga mencakup pertimbangan politik dan keamanan.cina menggunakan kebijakan good neighbor policy untuk menciptakan lingkungan strategi regional yang aman dan juga untuk menepis kecurigaan negaranegara lain atas kebangkitan china. Alasan ASEAN mau bekerjasama dengan Cina adalah ACFTA akan membuka jalan bagi ASEAN untuk menjual lebih banyak lagi produknya ke Cina. ASEAN berharap dengan kerjasama ini Cina sebagai negara raksasa yang memiliki perekonomian yang kuat akan mendorong Cina untuk melakukan investasi langsung 12

3 ke Asia Tenggara. 2 ACFTA berlaku bagi enam negara ASEAN untuk tahun 2010, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Brunei Darussalam. Sementara untuk Laos, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam akan berlaku 2015 mendatang. Penurunan tariff di dalam kesepakatan ACFTA dibedakan dalam tiga kategori. (1) Tahap EHP (Early Harvest Programme); (2) Jalur Normal; dan (3) Jalur Sensitif.Di bawah EHP, masing-masing Negara ASEAN diberikan kebebasan untuk melakukan perdagangan bilateral awal dengan Cina di lima bidang, seperti pertanian, teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia, penanaman modaldan pengembangan suangai Mekong, apabila mereka memang mampu. Satu fitur unik EHP adalah Cina sepakat untuk memebrikan konsensi uniteral terhadap 130 produk pertanian dan manufaktur ke Negara anggota ASEAN yang gagal mendapatkan keuntungan dari mekanisme ini. Barang yang diperdagangkan antara Indonesia dan Cina didalam implementasi penurunan atau penghapusan tarifnya sebanyak kategori produk. Dilakukan mengikuti skema dan waktu sebagai berikut : 3 a. Early Harvest Program (EHP) yang diberlakukan per 1 Januari 2004 secara bertahap dalam kurun waktu 3(tiga) tahun. Tariff bea masuknya produk yang mencakup EHP sejumlah 449 produk menjadi nol persen (0persen). b. Normal Track I, sejumlah 3913 kategori produk dengan penurunan tariff bea masuk menjadi nol persen (0persen) mulai tahun B. Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara Teropong Terhadap Dinamika Realitas dan Masa Depan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007, hal I.Wibowo & S.Hadi, Merangkul Cina Hubungan Indonesia-Cina Pasca Soeharto, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, hal

4 c. Normal Track II, sejumlah 490 kategori produk dengan penurunan bea masuk mulai tahun 2012 d. Sensitive / Highly sensitive sebanyak 398 kategori produk penurunannya masih dirundingkan lebih rinci. Pada 2010 Indonesia mulai menerapkan secara penuh ketentuan yang telah disepakati dalam ACFTA.Didalam kerjasama tersebut Indonesia berupaya membangun kemitraan strategis dengan Cina untuk memperoleh keuntungan maksimal bagi perdagangannya agar dapat meningkatkan posisi ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.keikutsertaan Indonesia dalam ACFTA sangat menarik untuk dikaji secara lebih mendalam, terutama kepentingan ekonomi dan politik Indonesia terhadap Cina. Mengingat pertumbuhan perekonomiannya yang sangat pesat dan di beri julukan sebagai a new raising star country. Kesepakatan ACFTA oleh ASEAN dan Cina akan memberikan tambahan sebesar 1 persen dan 0,3 persen terhadap tingkat pertumbuhan masing-masing antara ASEAN dan Cina. Lebih dari itu, meskipun dalam jangka pendek ACFTA akan menimbulkan peningkatan persaingan kedua belah pihak, untuk jangka panjang, persaingan antara ASEAN dan Cina akan membantu merestrukturisasi ekonomi kedua pihak guna mencapai efisiensi dan meningkatkan daya saing. 4 Keikutsertaan Indonesia dalam ACFTA ini dengan segala potensinya dihadapkan pada sebuah tantangan untuk dapat bertahan dan meningkatkan posisinya di dalam perdagangan dan investasi.sejak perjanjian EHP (Early Harvest Programe) ditindak lanjuti pada 2004, perdagangan Indonesia-Cina mengalami pertumbuhanyang cukup signifikan, dalam perkembangannnya bahwa total ekspor 4 K.G. Cai, The ASEAN-Cina Free Trade Agreement and East Asia Regional Grouping, Contemporary Southeast Asia, Vol. 25No. 3, (2003) hal

5 Indonesia ke Cina tahun 2004 mencapai 4,6milyar USD dan sebesar 6,7 milyar USD pada tahun 2005, mengalami pertumbuhan 45persen,sedangkan pada periode yang sama total impor Indonesia dari Cina tahun 2004 sebesar 4,1milyar USD meningkat menjadi 5,8 milyar USD,mengalami pertumbuhan 42persen. Perjanjian ASEAN Cina Free Trade Area (ACFTA) ini menimbulkan suatu perkembangan baru pada kegiatan perdagangan internasional, terutama pada kawasan Asia Tenggara. Kesiapan menyambut dampak positif dan negatif dari terselenggaranya ACFTA, menjadi problematika tersendiri yang menarik untuk dicermati terutama di negara Indonesia sebagai salah satu Negara anggota ASEAN yang ikut serta dalam kerjasama ini. Sejak di tandatanganinya kesepakatan ACFTA oleh para kepala Negara ASEAN dan Cina pada 2002, di Indonesia mengundang berbagai macam kontraversi, mulai dari kontraversi ekonomi sampai politik.berbeda dengan pandangan sebelumnya, para pendukung Perdagangan Bebas ASEAN-Cina (ACFTA) melihat pelaksanaan kesepakatan perdagangan ACFTA akan bermakna besar bagi kepentingan geostrategis dan ekonomis Indonesia dan Asia Tenggara secara keseluruhan. Pertumbuhan perekonomian Cina yang relatif pesat saat ini menjadikan Negara Tirai Bambu itu salah satu aktor politik dan ekonomi yang patut diperhitungkan ASEAN khususnya Indonesia. Selain itu pandangan yang mendukung ACFTA ini beranggapan bahwa kerjasama ACFTA bagi Indonesia merupakan sebuah batu loncatan bagi aspek perdagangan Indonesia, Indonesia telah mengambil keputusan yang sangat baik ketika memutuskan untuk ikut dalam ACFTA, karena secara tidak langsung dengan adanya perdagangan bebas ini, tariff ekspor komoditas yang diikutsertakan akan dihilangkan, dan hal tersebut akan membawa dampak positif 15

6 bagi produk keunggulan Indonesia yang mempuanyai kesamaan produk dengan negara-negara di ASEAN. Para kalangan yang pro terhadap ACFTA berargumen bahwa ACFTA akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia hal itu dikarenakan Cina merupakan pasar yang besar sehingga Indonesia dapat meningkatkan nilai ekspor ke Cina. Sebaliknya Pandangan yang kontra menyatakan bahwa implementasi ACFTA 2010 memberikan dampak yang negatif bagi perekonomian Indonesia, mereka berpendapat bahwa kesepakatan perdagangan ini akan berdampak pada ambruknya industri domestik di Indonesia yang akan kesulitan menghadapi banjirnya impor produk murah dari China. seperti pada Industri manufaktur. Karena menurut mereka sebelum penerapan ACFTA 2010, barang-barang Cina seperti tekstil telah beredar luas di pasaran Indonesia, dan hal itu membuat para produsen tekstil indonesia mengalami penurunan pendapatan, menurut Ketua Asosiasi Pedagang Indonesia (API), dengan adanya ACFTA yang dimulai pada 2010 ini, menurutnya ACFTA akan mematikan industri tekstil indonesia karena tektsil Cina akan sangat memenuhi pasar lokal dan mengungguli penjualan tekstil di Indonesia dengan harga yang relatif murah, selain itu juga kekhawatiran akan banyak industri dalam negeri yang tidak mampu bersaing dengan industri asal Cina. 5 Sejak implementasi ACFTA pada Januari 2010 sampai dengan awal 2013, perjanjian ini telah memperlihatkan berbagai dampak perdagangan antara Indonesia dan Cina. Walaupun ekspor Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan yaitu Pada Januari 2013, total ekspor ke Cina nilai sebesar 11,65 persen, diikuti Jepang 5 APINDO: Daya Saing Produk Masih Jadi PR Hadapi ACFTA, diakses dari < Selasa, 26 April

7 dengan 10,96 persen, dan India dengan 10,34 persen.yang mana Cina merupakan negara tujuan ekspor terbesar dari semua Negara di dalam perdagangan dengan Indonesia. Tetapi total keseluruhan perdagangan antara Indonesia dan Cina, Indonesia mengalami defisit, dimana ekspor nonmigas Indonesia ke Cina sebesar US$ 14,07 miliar. Sementara, impor dari Cina sebesar US$ 19,68 miliar. Artinya defisit perdagangan nonmigas mencapai US$ 5,6 miliar. 6 Dengan nilai impor yang besar dari Cina ke Indonesia, membuat beberapa aktor yang kontra dengan ACFTA dalam hal ini KADIN ( Kamar Dagang Indonesia), dan APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia )mengusulkan Indonesia untuk membatalkan perjanjian ACFTA atau melakukan renegosiasi ulang dengan Cina. Usulan renegosiasi tersebut karena mereka mengkhawatirkan banyaknya produk manufaktur asal Cina yang memasuki pasar Indonesia akan melemahkanindustry domestik. Akan tetapi bagi aktor yang mendukung ACFTA dalam hal ini pihak pemerintah diantaranya Kementrian Perdagangan, kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementrian Luar Negeri, Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), Kementrian keuangan, kementrian BUMN, kementrian Tenaga Kerja, dan Transmigrasi, dan Kementrian Riset dan Teknologi memaparkan bahwa Indonesia tidak mungkin bisa membatalkan ACFTA, menurut pemerintah jika Indonesia melakukan renegosiasi ACFTA, maka akan membutuhkan biaya yang sangat mahal dan proses yang lama. Bahkan Citra Indonesia juga akan menjadi menurun di 6 Tempo.Co Bisnis, Defisit Perdagangan RI-Cina naik US$ 1 Miliar, 1 Februari 2011, < Naik-US-1-Miliar> di akses 18 Juni

8 Lingkungan ASEAN-China dan Dunia Internasional. 7 Secara umum aktor pemerintah ini melihat bahwa ACFTA merupakan peluang dan akan menghasilkan keuntungan bagi Indonesia. B. Rumusan Masalah Dengan melihat berbagai macam pandangan dari pandangan yang Pro dan Kontra terhadap kesepakatan ACFTA (ASEAN Cina Free Trade Area) yang di sepakati oleh Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN. membuat penulis perlu lebih dalam mengkaji tentang kepentingan Indonesia dalam kerjasama ACFTA Untuk itu penulis dapat menarik sebuah rumusan masalah yaitu :Apa Kepentingan Indonesia terhadap ACFTA (ASEAN-Cina Free Trade Area)? C. Studi Literatur Kepustakaan yang akan di tinjau dari penulis adalah buku dan Jurnal yaitu sebagai berikut, JURNAL :ASEAN-Cina Free Trade Area: Background, implication and Future Development. oleh Suthiphand Chirathivat 8 Tulisan ini menyatakan bahwa pada dasarnya ACFTA ini adalah sebuah langkah Cina untuk dapat mengembangkan perekonomiannya, walaupun seharusnya dalam kerjasama tersebut antara ASEAN dan Cina harus berusaha membuat keduaduanya saling menguntungkan. dimana, Kelanjutan hubungan ekonomi antara 7 M. Elka Pangestu, Mendag : Renegosiasi ACFTA butuh Kompensasi Besarhttp:// diakses 28 April S. Chirathivat, ASEAN-Cina Free Trade Area: Background, implication and Future Development, Journal of Asian Economics, Volume 13, Issue 5, September-October 2002, Hal

9 ASEAN dan Cina merupakan langkah menuju babak baru. Pada November 2001, ASEAN dan Cina sepakat untuk mendirikan ASEAN-Cina Free Trade agreement dalam jangka waktu 10 tahun.karena itu juga merupakan salah satu langkah strategis terhadap kepentingan Cina di Asia tenggara. Kesepakatan tersebut akan di tuangkan ke dalam bentuk agrrement.untuk segi keduanya anatara ASEAN dan Cina, kemudian harus membuat perdagangan yang saling menguntungkan.trade Creationakan mengimbangi trade diversion dengan ASEAN untuk mendapatkan sedikit trade diversion/ pengalihan perdagangan sedangkan diversion trade serupa tidak akan jelas bagi Cina. Dengan pertumbuhan kekuatan Cina, kelihatannya Cina akan lebih membutuhkan input import. Dan ASEAN akan menyediakan sumberdaya alternatif pada inputs untuk natural resource dan intermediate inputs in an FTA. ASEAN dan Cina keduanya berharap untuk keberhasilan tersebut akan membuat sambungan untuk orientasi ke arah luar mereka dan peran pembangunan negara-negara untuk dapat membuka banyak kesempatan, dengan demikian dapat menyediakan sebuah firmer foundation untuk pertumbuhan dan stabilitas. Sebagai FTA baru juga dapat membuka perdebatan pada pembentukan kemungkinan terjadi ASEAN economic Community. Kepustakaan yang kedua adalah buku Bambang Cipto dalam bukunya Hubungan Internasional di Asia tenggara, Teropong terhadap dinamika, realitas dan masa depan.di dalam BAB 11 buku ini, telah digambarkan bahwa pada awalnya kerjasama ekonomi bukanlah target utama ASEAN, bab ini telah menuliskan tentang pembahasan bagaimana alasan ACFTA yang merupakan sebuah kerjasama perdagangan bebas yang melibatkan Cina dan ASEAN ini terbentuk, dimana dalam tulisan tersebut cina di gambarkan sangat sedemikian agresif untuk mengukuhkan 19

10 rencana Free Trade Area dengan ASEAN. Karena Cina mempunyai dua alasan yang mendukung upaya Cina ini yaitu, alasan politik dan ekonomi.secara politik Cina berharap melalui peningkatan hubungan ekonomi, kekhawatiran ASEAN terhadap kebangkitan ekonomi dan militer dapat berkurang. Disamping itu secara ekonomi Cina berharap dengan kerjasama yang dilakukan dengan ASEAN, Cina akan mengimbangi kemajuan Amerika dan Jepang di Asia Tenggara. Selanjutnya alasan ekonomi Cina yaitu Cina berharap dengan kerjasama ini akan mempermudah jalan bagi Cina untuk mendapatkan bahan-bahan mentah dari kawasan Asia Tenggara. Sebaliknya, ASEAN juga berharap kerjasama ini akan membuka jalan bagi ASEAN menjual lebih produknya ke Cina dan mendorong Cina untuk melakukan Investasi langsung ke Asia Tenggara. Dari kedua tulisan mengenai ACFTA yang penulis sudah paparkan diatas, menurut penulis, tulisan Chirathivat menuliskan hanya lebih menekankan pada keuntungan Cina, dimana kerjasama ini merupakan langkah strategis cina untuk menambah kekuatan ekonominya di Asia tenggara. Chirathivat menuliskan tidak memaparkan keuntungan apa saja yang akan dimiliki oleh ASEAN dalam kerjasama ini karena sebelumnya Suthiphand Chirathivat menuliskan bahwa dalam kerangka kerjasama perdagangan bebas ini akan membuat ASEAN dan Cina saling menguntungkan. Selanjutnya pada tulisan Bambang Cipto, yang berisikan bahwa dengan membentuk ACFTA, Cina berupaya untuk meredam kekhawatiran ASEAN akan pertumbuhan perekonomiannya, dan untuk mendapatkan bahan-bahan mentah dari kawasan Asia tenggara. Begitu juga dengan ASEAN yang memanfaatkan kerjasama ini dengan menjual produknya ke Cina dan mendorong investasi langsung ke 20

11 ASEAN. Menurut penulis tulisan ini sudah menampilkan bagaimana keuntungan yang akan dimiliki kedua belah pihak dalam kerjasama ACFTA. Untuk itu yang membedakan tulisan penulis dengan kedua penulis tersebut yaitu bahwa penulis akan menganalisis tentang bagaimana kerangka ACFTA ini terhadap Indonesia, apakah Indonesia dapat memanfaatkan ACFTA ini dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan perekonomian atau tidak, selain itu juga penulis akan menganilisis dari segi politik, karena selama ini ACFTA hanya dikaitkan dengan perekonomian, dengan hanya melihat perdebatan tentang untung rugi tanpa melihat aspek politik. Untuk itu penulis akan menganalisis kedua hal tersebut dari segi ekonomi dan juga politik. D. Kerangka Konseptual Liberalis Institusionalis Konsep Liberalis Institusionalis memiliki argumen pokok yaitu, dengan semakin tinggi interdependensi, semakin pula tuntutan untuk melakukan kerjasama.institusi-institusi dianggap mampu memberikan solusi terhadap berbagai jenis permasalahan secara kolektif. Karenanya norma, aturan institusi-institusi dibentuk dan diputuskan karena hal tersebut mampu membantu Negara-negara mengahadapi permasalahan bersama. Seperti menurut Robert Koehane bahwa kaum Institusionalis tidak mengangkat rezim internasional pada posisi mitos tentang otoritas yang melampaui Negara: sebaliknya, regim-regim tersebut ditetapkan oleh Negara untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Dalam menghadapi dilemma tentang koordinasi dan kaloborasi dibawah kondisi interdependensi, pemerintah pemerintah 21

12 menuntut institusi-institusi internasional yang memungkinkan mereka mencapai kepentingan mereka melalui tindakan kolektif terbatas. 9 Neoliberal institusionalisme memusatkan perhatian pada signifikansi sebuah institusi internasional.liberalisme Institusionalisme merupakan teori yang mencakup argumen-argumen yang menyatakan bahwa institusi internasional memegang peranan penting dalam meng-koordinasi kerjasama internasional. 10 Liberalisme institusionalisme beranggapan bahwa institusi Internasional membantu memajukan kerjasama antara negara-negara dan oleh karena itu membantu mengurangi ketidakpercayaan antara negara-negara dan rasa takut negara satu sama lain yang dianggap menjadi masalah tradisional yang dikaitkan dengan anarki internasional. 11 Untuk itu ACFTA sebagai sebuah instutusi Internasional yang dibuat oleh ASEAN dan Cina yang mengatur tentang kerjasama perdagangan bebas merupakan sebuah langkah yang tepat, seperti salah satu alasan Cina untuk segera mengukuhkan ACFTA yaitu untuk meredam kekhawatiran ASEAN terhadap kebangkitan ekonomi Cina, sehingga dengan adanya institusi ini antara ASEAN dan Cina dapat meraih keuntungan bagi kedua belah pihak. Bagi liberalis institusionalis hubungan dalam politik internasional yang dilembagakan, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pemerintahan.dimana Pola kerjasama dan perselisihan dapat difahami hanya dalam 9 R.O.Keohane, Institutionalist Theory and Realist Challenge After the Cold War, Center for International Affairs, Harvard University, 1992, Hal R. Gilpin, Global Political Economy Understanding The International Economic Order.New Jersey : Princeton University Press. 2001, Hal R. Jackson & G. Sorensen Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, Hal

13 konteks institusi yang membantu menjelaskan arti pentingnya tindakan yang diambil suatu negara.meskipun demikian pentingnya institusi internasional, perspektif ini tidak menekankan bahwa institusi tersebut dapat menekan atau mengendalikan tindakan atau perilaku negara secara ketat. Artinya bahwa tindakan suatu negara tergantung pada susunan institusi yang tegas, yang mempengaruhi: 1. Kelancaran informasi dan kesempatan untuk negosiasi 2. Kemampuan pemerintah untuk memonitor negara lain dalam mengimplementasikan komitmen negara itu sendiri. 3. Adanya ekspektasi yang besar terhadap kesepakatan internasional. Dengan adanya institusi, pola perselisihan dan kerjasama dapat diselesaikan melalui institusi.pemerintah dapat mengambil tindakan sesuai dengan peraturan institusi. Institusi dapat membantu negara-negara yang berada di dalamnya untuk saling mendapatkan keuntungan, contohnya ACFTA, ketika negara-negara bekerjasama dalam kerangka ini mengalami perselisihan, disinilah fungsi institusi tersebut misalnya saja degan menyediakan kesempatan untuk negosiasi, pemerintah pada tiap-tiap negara dapat melakukan kesempatan untuk menegosiasikan permasalahan yang dihadapi. Neoliberal institusionalisme menegaskan bahwa kemampuan sebuah negara untuk berkomunikasi dan bekerja sama tergantung pada institusi yang dikonstruksi oleh manusia. Lebih jauh perspektif ini berasumsi bahwa negara adalah aktor kunci, liberalis institusionalis beranggapan bahwa kepentingan negara-negara yang mau bekerjasama dengan membentuk sebuah instutusi adalah kepentingan independen dan 23

14 mereka dapat memajukan kerjasama antar negara-negara. 12 Neoliberal institusional relevan terhadap sistem internasional hanya apabila terdapat dua kondisi yang mendesaknya.pertama, aktor-aktornya harus memiliki kepentingan bersama yang menguntungkan.kedua adanya variasi tingkat instutusionalisasi sehingga menyebabkan dampak yang substansial terhadap tindakan negara. ACFTA yang bentuk oleh ASEAN dan Cina memiliki peranan yang penting dalam keberlanjutan sistem perdagangan antara keduanya.semua regulasi atau peraturan yang telah ditetapkan di dalam ACFTA secara langsung memberikan kejelasan pada setiap anggota agar menjalanakan perdagangan bebas secara baik.artinya negara-negara anggota ASEAN yang menjalankan kerjasama dengan Cina dalam ruang lingkup ASEAN diharapkan untuk dapat memanfaatkan peluang kerjasama perdagangan bebas ini sebaik-baiknya, sama halnya dengan Cina. E. Argumen Utama ACFTA merupakan kerjasama perdagangan bebas regional antara Cina dan Asia Tenggara dalam hal ini ASEAN.Perjanjian perdagangan bebas memiliki tujuan salah satunya adalah meningkatkan perdagangan masing-masing Negara anggota dengan pemeberlakuan tariff 0 persen pada semua produk, kecuali yang termasuk dalam produk High Sesnsitive List. ACFTA merupakan kawasan perdagangan bebas terbesar yang mencakup pasar 1,7 milyar penduduk dengan kombinasi nilai total GDP sekitar 2 Trilliun Dollar AS dan total volume perdagangan 2 arah sekitar 1,23 trilliun dollar AS. Sehingga wilayah perdagangan tersebut menjadi zona perdagangan bebas terbesar di dunia jika 12 R. Jackson & G. Sorensen, hal

15 dilihat dari populasi jumlah penduduknya dan menjadi zona perdagangan terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Utara dan Uni Eropa jika dilihat dari GDPnya. Hal tersebut menunjukan bahwa ACFTA merupakan sesuatu yang sangat penting bagi Indonesia karena dengan adanya perdagangan bebas maka akan memacu volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi berkembang dengan kerjasama dengan pihak yang lebih kuat dengan penghapusan hambatan tarif. ACFTA bagi Indonesia merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan. pertimbangan ekonomi dan politik Indonesia di dalam ACFTA salah satunya didasari oleh pertumbuhan perekonomian Cina yang sangat cepat. Dan minimnya bahan baku yang diperlukan Cina untuk produksinya. Sehingga Indonesia dapat menangkap peluang tersebut dengan bahan baku yang dimiliki.populasi 1,3 miliar menjadi daya tarik tersendiri bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Cina.Namun tantangan yang akan dihadapi adalah dengan masuknya produk Cina maka produsen Indonesia harus bisa dalam berinovasi agar dapat bersaing dengan produk asal China. Dengan menyetujui ACFTA dan bergabung dengan ASEAN-6 yang notabene dinilai lebih siap dari CLMV, Indonesia dapat menciptakan citra kematangan ekonominya. Hal ini disebabkan karena forum internasional akan melihat bahwa Indonesia telah siap secara ekonomi untuk bersaing di tataran global dan stabil secara ekonomi sehingga peluang investasi akan lebih besar baik itu dari Cina ataupun Negara di luar kerjasama ini. Kerjasama ACFTA juga dipandang dapat mengakomodir kepentingan Indonesia untuk dapat memanfaatkan kebutuhan Cina terhadap supply bahan baku untuk industry dan Energy di Cina yang berhubungan dengan persaingan Indonesia dengan Negara-negara ASEAN lainnya yang memiliki persamaan komoditas. 25

16 F. Metode Penelitian Dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (Library Research) berupa studi literature, yaitu dengan mengumpulkan wacana-wacana dari berbagai buku, jurnal, artikel Koran maupun majalah serta data yang bersumber dari internet. Penulis juga tidak luput menyertakan hasil bahan diskusi dengan dosen maupun teman. Setelah semua data terkumpul, kemudian akan diolah dengan menggunakan teknik analisa data. G. Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab, dimana pembahasan dalam masing-masing bab akan dijelaskan dan dijabarkan lebih rinci ke dalam sub-sub bab. Pembahasan antara satu bab dengan bab yang lain akan saling berhubungan erat sehingga pada hasilnya dapat diperoleh penulisan ilmiah yang sistematis. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan berisikan: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Studi Literatur, Kerangka Teori yang mencakup definisi serta konsep dari teori yang bersangkutan, Argumen Utama, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II. HUBUNGAN PERDAGANGAN ASEAN-INDONESIA-CHINA DAN PEMBENTUKAN ACFTA Dalam bab ini berisikan tentang hubungan perdagangan antara ASEAN dan Cina dan hubungan perdagangan antara Indonesia dan Cina sebelum terjadinya 26

17 kesepakatan ACFTA. Dalam bab ini juga memuat tentang latar belakang terbentuknya ACFTA, tujuan ACFTA dan proses penurunan tariff di dalam ACFTA. BAB III. PENTINGNYA ACFTA ( ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA) BAGI ASEAN Dalam bab ini akan berisikan tentang apa saja kepentingan ASEAN dalam kerjasama perdagangan bebas dengan China. Dan bagaimana hubungan perdagangan ASEAN dan China pada fase awal penurunan tariff di dalam kesepakatan ACFTA. Yaitu dalam skema penurunan tariff di dalam EHP ( Early Harvest Program) pada Januari BAB IV. PENTINGNYA ACFTA ( ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA ) BAGI INDONESIA Dalam bab ini penulis akan menguraikan hipotesa/ argumen utama dari pertanyaan pada rumusan masalah yang di ajukan. BAB V. KESIMPULAN Dalam bab ini akan dijelaskan secara singkat dan jelas hasil dari penelitian dengan mengacu pada analisa yang ada. 27

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan global merupakan masalah besar bagi industri tekstil dan produk tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami masa

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan 95 BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan Dengan masuknya China ke dalam ASEAN Free Trade Area akan meningkatkan pemasukan dari masing-masing negara anggota, karena pangsa pasar China yang begitu besar, dan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial (Social Walfare) bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 Awal tahun 2010 dimulai dengan hentakan pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area. Pro-kontra mengenai pemberlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan kerajinan batiknya. Kerajinan batik telah secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA PENANDATANGANAN KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA (LPEI) DENGAN ASOSIASI PERTEKSTILAN INDONESIA (API) DAN ASOSIASI PERSEPATUAN INDONESIA (APRISINDO)

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi mencakup seluruh kehidupan manusia di dunia, terutama dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya. Budaya bangsa asing perlahan-lahan menghilangkan budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Ekspor Nonmigas 21 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

RESPON INDONESIA TERHADAP ACFTA: PRO KONTRA WACANA RENEGOSIASI. Oleh. Elisabeth Kartikasari 1

RESPON INDONESIA TERHADAP ACFTA: PRO KONTRA WACANA RENEGOSIASI. Oleh. Elisabeth Kartikasari 1 RESPON INDONESIA TERHADAP ACFTA: PRO KONTRA WACANA RENEGOSIASI Oleh Elisabeth Kartikasari 1 ABSTRACT Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa respon Indonesia perihal pelaksanaan ACFTA disikapi secara

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai dengan adanya mesin-mesin pembuat kain, baik yang menggunakan sistem rajut maupun dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya dengan berhasil memamfaatkan secara optimal dan sinergis

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tahun 2016 sedang melakukan kerjasama dari berbagai bagian negara, dengan adanya hal ini akan memperlihatkan betapa pentingnya posisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Genderang perang dagang yang ditabuh oleh Amerika Serikat (AS) meresahkan banyak pihak. Hal ini akibat kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang membatasi

Lebih terperinci

BAB - III PEMBAHASAN. secara luas kepada negara-negara ASEAN dan China. Pembukaan pasar ini

BAB - III PEMBAHASAN. secara luas kepada negara-negara ASEAN dan China. Pembukaan pasar ini BAB - III PEMBAHASAN 3.1 Problematika Indonesia-ACFTA Mulai 1 Januari 2010 Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan China. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor

Lebih terperinci