PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
|
|
- Yuliana Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERIBAHASA YANG BERUNSUR NAMA BINATANG DALAM BAHASA INDONESIA Skripsi Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh: Suyanti NIM: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
2 PERIBAHASA BERUNSUR NAMA BINATANG DALAM BAHASA INDONESIA Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh: SUYANTI NIM: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7 Tulisan ini ku persembahkan untuk: Bapakku, Sudardiharjo Ibuku, Parinem Pamanku, Trudo Anas Jafar Nurhairani Terima kasih atas dukungan, kasih sayang, perhatian, dan bimbingannya Kakak-kakakku tercinta, Ninik Sunarti, Sutari, dan Ismiyati dan adikku tersayang, Deni Setiyawan. vi
8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat kesehatan dan perlindungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang sangat membantu dari awal sampai akhir penulisan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis, serta banyak memberikan rekomendasi buku bacaan sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 2. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan arahan serta masukan dalam proses penyusunan sekripsi ini. 3. Drs. Hery Antono, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. FX. Santosa, M.S., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. atas segala bimbingan selama penulis menjalani studi di Universitas Sanata Dharma. 4. Dr. F.X. Siswadi, M.A. sebagai Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. 5. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. 6. Sudardiharjo dan Parinem, orang tua penulis yang selalu memberikan kasih sayang yang tidak terhingga, doa, materi, dorongan, semangat, dan perhatian kepada penulis. 7. Trudi Anas Jafar Nurhairani, paman penulis yang sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri yang telah memberikan kasih sayang, semangat, nasihat, dan dukungan finansial selama ini kepada penulis. vii
9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10 ABSTRAK Suyanti Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Objek penelitian ini adalah peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Ada dua permasalahan yang dibahas pertama, nama bianatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, dan kedua maksud apa yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu dengan menyimak peribahasa yang berunsur nama binatang dalam buku Kumpulan Peribahasa & Pantun Plus Majas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan Kamus Peribahasa. Teknik yang digunakan adalah teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, ada 63 nama binatang yang berunsur satu nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia yang secara alfabetis meliputi, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kurakura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, dan (63) unta. Selain itu ada 70 gabungan dua nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia yang secara alfabetis meliputi (1) anjing dan babi, (2) anjing dan kucing, (3) anjing dan kuda, (4) anjing dan musang, (5) anjing dan gajah, (6) ayam dan elang, (7) ayam dan itik, (8) ayam dan musang, (9) ayam dan penyu, (10) balam dan ketitiran, (11) bangau dan badak, (12) bangau dan kerbau, (13) beruk dan kera, (14) buaya dan harimau, (15) buaya dan ikan, (16) burung dan ketam, (17) burung dan punai, (18) cacing dan ular, (19) cecak dan kaper, (20) elang dan agas, (21) elang dan ayam, (22) elang dan belalang, (23) elang dan buaya, (24) elang dan burung pungguk, (25) elang dan murai, (26) elang dan musang, (27) elang dan punai, (28) enggang dan pipit, (29) gagak dan bangau, (30) gagak dan murai, (31) gajah dan babi, (32) gajah dan harimau, (33) gajah dan kancil, (34) gajah dan katak, (35) gajah dan kera, (36) gajah dan kuman, (37) gajah dan pelanduk, (38) gajah dan rusa, (39) gajah dan tuma, (40) gajah dan udang, (41) gajah dan ular, (42) harimau dan kambing, (43) harimau dan pelanduk, (44) harimau dan tikus, (45) ikan dan belalang, (46) ikan dan burung, (47) ikan dan kucing, (48) kambing dan kerbau, (49) katak dan lembu, (50) kera ix
11 dan belacan, (51) kerbau dan ayam, (52) kerbau dan harimau, (53) kerbau dan kuda, (54) kerbau dan sapi, (55) kucing dan harimau, (56) kucing dan tikus, (57) kuda dan keledai, (58) kuda dan lembu, (59) lalat dan kerbau, (60) langau dan gajah, (61) musang dan ayam, (62) pipit dan enggang, (63) pipit dan gajah, (64) semut dan belalang, (65) sepat dan cacing, (66) serigala dan domba, (67) tikus dan kucing, (68) udang dan ikan, (69) ular dan belut, serta (70) ular dan ikan. Kedua, ada 10 maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, yaitu (1) maksud memuji, (2) maksud menyindir, (3) maksud menasehati, (4) maksud menggambarkan perilaku baik, (5) maksud menggambarkan perilaku buruk, (6) maksud menggambarkan keadaan wajar, (7) maksud menggambarkan keadaan menyenangkan, (8) maksud menggambarkan keadaan menyedihkan, (9) maksud menggambarkan keadaan kecelakaan, dan (10) maksud menggambarkan keadaan sosial. Kata kunci : peribahasa, nama binatang, bahasa Indonesia, makna, maksud. x
12 ABSTRACT Suyanti The Proverbs Containing Names of the Animal in Indonesian. Undergraduate Thesis. Indonesian Letters Study Programme. Faculty of Letters. Sanata Dharma University. The object of this research is the Indonesian proverbs containing names of animal. There are two problems discussed the first one is, the names of the animal used in Indonesian proverbs and the second is the meaning presented by names of the animal in Indonesian proverbs. In data gathering, the writer employed reading method, in which the writer read the proverbs with elements of animal names in Kumpulan Peribahasa dan Pantun Plus Majas, the unabridged dictionary of Indonesian Language (Kamus Besar Bahasa Indonesia), and proverbs dictionary (Kamus Peribahasa). The technique used in this research was recording technique. Method used in analyzing the data was referential identity method (metode padan referensial). In data presentation the writer applied informal method and formal method. The results of this research showed that. First, there are 63 animal names by one kind of animal in Indonesian proverbs that alphabetically covering, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kura-kura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, and (63) unta. And there are 70 animal names by two kinds of animal in Indonesian proverbs which alphabetically invoving (1) anjing and babi, (2) anjing and kucing, (3) anjing and kuda, (4) anjing and musang, (5) anjing and gajah, (6) ayam and elang, (7) ayam and itik, (8) ayam and musang, (9) ayam and penyu, (10) balam and ketitiran, (11) bangau and badak, (12) bangau and kerbau, (13) beruk and kera, (14) buaya and harimau, (15) buaya and ikan, (16) burung and ketam, (17) burung and punai, (18) cacing and ular, (19) cecak and kaper, (20) elang and agas, (21) elang and ayam, (22) elang and belalang, (23) elang and buaya, (24) elang and burung pungguk, (25) elang and murai, (26) elang and musang, (27) elang and punai, (28) enggang and pipit, (29) gagak and bangau, (30) gagak and murai, (31) gajah and babi, (32) gajah and harimau, (33) gajah dan kancil, (34) gajah dan katak, (35) gajah dan kera, (36) gajah and kuman, (37) gajah and pelanduk, (38) gajah and rusa, (39) gajah and tuma, (40) gajah and udang, (41) gajah and ular, (42) harimau and kambing, (43) harimau and pelanduk, (44) harimau and tikus, (45) ikan and belalang, (46) ikan and burung, (47) ikan and kucing, (48) kambing xi
13 and kerbau, (49) katak and lembu, (50) kera and belacan, (51) kerbau and ayam, (52) kerbau and harimau, (53) kerbau and kuda, (54) kerbau and sapi, (55) kucing and harimau, (56) kucing and tikus, (57) kuda and keledai, (58) kuda and lembu, (59) lalat and kerbau, (60) langau and gajah, (61) musang and ayam, (62) pipit and enggang, (63) pipit and gajah, (64) semut and belalang, (65) sepat and cacing, (66) serigala and domba, (67) tikus and kucing, (68) udang and ikan, (69) ular and belut, and (70) ular and ikan. Second, there are 10 meanings presented by animal names in Indonesian proverbs. They are (1) meaning to praise, (2) meaning to satirize, (3) meaning to give and advice, (4) meaning to depict a good character, (5) meaning to depict a bad character, (6) meaning to depict a reasonable condition, (7) meaning to depict a pleasant condition, (8) meaning to depict a sad condition, (9) meaning to depict a condition of accident, and (10) meaning to depict social condition. Keywords : proverbs, names of the animal, Indonesian language, meaning, purpose. xii
14 DAFTAR LAMBANG.... : untuk menyatakan makna peribahasa : untuk menyatakan tuturan langsung xiii
15 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK... ix ABSTRACT... xi DAFTAR LAMBANG... xiii DAFTAR ISI... xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka Landasan Teori Peribahasa Representasi Konteks Makna Maksud Metode, dan Teknik Penelitian xiv
16 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data Metode Penyajian Hasil Analisis data Sistematika Penyajian BAB II NAMA BINATANG YANG DIGUNAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Pengantar Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang Anjing Ayam Babi Badak Balam Bangau Banteng Belacan Belalang Belut Beruk Biawak Buaya Burung Cacing Capung Cecak Elang xv
17 Enggang Gagak Gajah Harimau Ikan Itik Kambing Katak Keledai Kepiting Kera Kerbau Kerong Kijang Kodok Kucing Kuda Kuman Kumbang Kura-Kura Kutu Laba-Laba/Labah-Labah Lalat Langau Lebah Lembu Merak xvi
18 Merpati Monyet Musang Nyamuk Pelanduk Pipit Rusa Sapi Semut Sepat Serigala Tikus Tuma Tupai Udang Ular Ulat Unta Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang Anjing dan Babi Anjing dan Kucing Anjing dan Kuda Anjing dan Musang Anjing dan Gajah Ayam dan Elang Ayam dan Itik Ayam dan Musang xvii
19 2.3.9 Ayam dan Penyu Balam dan Ketitiran Bangau dan Badak Bangau dan Kerbau Beruk dan Kera Buaya dan Harimau Buaya dan Ikan Burung dan Ketam Burung dan Punai Cacing dan Ular Cecak dan Kaper Elang dan Agas Elang dan Ayam Elang dan Belalang Elang dan Buaya Elang dan Burung Pungguk Elang dan Murai Elang dan Musang Elang dan Punai Enggang dan Pipit Gagak dan Bangau Gagak dan Murai Gajah dan Babi Gajah dan Harimau Gajah dan Kancil Gajah dan Katak Gajah dan Kera xviii
20 Gajah dan Kuman Gajah dan Pelanduk Gajah dan Rusa Gajah dan Tuma Gajah dan Udang Gajah dan Ular Harimau dan Kambing Harimau dan Pelanduk Harimau dan Tikus Ikan dan Belalang Ikan dan Burung Ikan dan Kucing Kambing dan Kerbau Katak dan Lembu Kera dan Belacan Kerbau dan Ayam Kerbau dan Harimau Kerbau dan Kuda Kerbau dan Sapi Kucing dan Harimau Kucing dan Tikus Kuda dan Keledai Kuda dan Lembu Lalat dan Kerbau Langau dan Gajah Musang dan Ayam Pipit dan Enggang xix
21 Pipit dan Gajah Semut dan Belalang Sepat dan Cacing Serigala dan domba Tikus dan Kucing Udang dan Ikan Ular dan Belut Ular dan Ikan Tabel dan Penjelasan Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang BAB III MAKSUD YANG DIREPRESENTASIKAN OLEH NAMA BINATANG DALAM BAHASA INDONESIA Pengantar Maksud Memuji Maksud Menyindir Maksud Memberi Nasihat Maksud Menggambarkan Perilaku Baik Maksud Menggambarkan Perilaku Buruk Maksud Menggambarkan Keadaan Wajar Maksud Menggambarkan Keadaan Menyenangkan Maksud Menggambarkan Keadaan Menyedihkan Maksud Menggambarkan Keadaan Kecelakaan Maksud Menggambarkan Keadaan Sosial BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN xx
22 4.1 Kesimpulan Saran DARTAR PUSTAKA LAMPIRAN xxi
23 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Objek penelitian ini adalah peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu (dulu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan) (Sugono, dkk., 2008: 1055). Peribahasa juga disebut sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Peribahasa juga merupakan ungkapan yang dibentuk dari kalimat ringkas dan padat, yang biasa berisikan perbandingan, perumpamaan, sindiran, dan nasihat (Widjoputri, 2009: iii). Peribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Kata-kata seperti, bagai, bak, laksana, dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa. Memang banyak juga peribahasa yang tanpa menggunakan kata-kata tersebut, namun kesan peribahasanya itu tetap saja tampak (Chaer, 1990: 79). Binatang tahan palu, manusia tahan kias (Sarwono, 2003: 54) peribahasa tersebut memiliki makna mengajar binatang dengan pukulan, mengajar manusia dengan kiasan dan sindiran. Memberi sindiran dan memberi nasihat dengan peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia, dianggap oleh penulis sebagai kekuatan dalam mengidentifikasi pengetahuan masyarakat lokal terhadap perilaku binatang juga sikap mereka terhadap binatang tersebut untuk 1
24 2 menyindir dan memuji anggota masyarakat yang menyimpang dari konvensi. Artinya, ada tuntutan dari masyarakat secara keseluruhan agar anggota masyarakat yang menyimpang tersebut dapat membaik dengan cara disindir dan diberi nasihat dengan menggunakan peribahasa yang diambil dari nama binatang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa binatang mempunyai peran penting dalam kebudayaan masyarakat suatu bangsa. Dalam suatu bangsa, penilaian baikburuknya binatang-binatang tertentu mempunyai dampak psikologis terhadap penggunaan bahasa dan pandangan hidup masing-masing individunya. Peribahasa dapat berunsur berbagai referen seperti kalah jadi abu menang jadi arang pertengkaran tak akan menguntungkan pihak mana pun (Sarwono, 2003: 1), dan air beriak tanda tak dalam orang yang banyak cakap (sombong) biasanya kurang ilmu (Sarwono, 2003: 3) termasuk peribahasa yang berunsur benda, yaitu abu dan air. Cepat kaki ringan tangan suka menolong (Sarwono, 2003: 161), hilang di mata di hati jangan walau jauh jangan melupakan orang yang ditinggalkan (Sarwono, 2003: 229) termasuk peribahasa yang berunsur bagian tubuh manusia, yaitu kaki, tangan, mata dan hati. Penelitian ini membatasi diri pada peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, seperti tampak pada contohcontoh berikut: (1) Bagai katak di dalam tempurung (Widjoputri, 2009: 15) (2) Anak harimau tak akan menjadi anak kambing (Widjoputri, 2009: 7) (3) Mati semut karena manisan (Widjoputri, 2009: 67)
25 3 Uraian (1), (2), dan (3) membuktikan bahwa peribahasa dalam bahasa Indonesia memiliki unsur nama binatang, yaitu katak, harimau + kambing, dan kera. Katak pada (1), harimau serta kambing pada (2), dan semut pada (3) merupakan unsur nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Uraian (1) Katak merupakan binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang (Sugono, dkk., 2008: 634). Pada contoh (2), harimau merupakan binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484). Dan semut pada contoh (3), merupakan serangga kecil yang berjalan merayap, hidup secara bergerombol, termasuk suku Formicidae, terdiri atas bermacam jenis (Sugono, dkk., 2008: 1265). Masalah kedua yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, seperti terlihat dalam contoh berikut: (4) Seperti anjing berebut tulang (Sarwono, 2003: 16) (5) Ayam bertelur di padi (Sarwono, 2003: 24) (6) Berhakim kepada beruk (Widjoputri, 2009: 23) Uraian (4), seperti anjing berebut tulang, bermakna orang tamak yang memperebutkan harta. Dari makna tersebut, anjing merepresentasikan orang yang tamak. Pada kenyataannya anjing menyukai tulang. Apabila di suatu tempat terdapat beberapa ekor anjing dan di tempat itu terdapat tulang, sudah pasti para anjing itu berebut tulang tersebut satu dengan yang lainnya. Berebut tulang di sini
26 4 dimaknai dengan memperebutkan harta. Orang yang suka memperebutkan harta dimaknai dengan orang yang tamak. Berdasarkan makna tersebut, contoh (4) mempunyai maksud menggambarkan perilaku buruk seseorang, yakni satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan menggambarkan tingkah laku, budi pekerti, dan tabiat yang jahat atau tidak menyenangkan. Uraian (4) misalnya diucapkan seseorang untuk menggambarkan perilaku buruk suatu keluarga yang saling berebut harta warisan keluarga. Perebutan harta warisan itu sampai terdengar ke tetangga-tetangga kampung. Hingga ada satu orang yang menuturkan peribahasa tersebut seperti tampak dalam kalimat berikut: Lihatlah keluarga itu seperti anjing berebut tulang. Uraian (5), ayam bertelur di padi bermakna hidup senang dan mewah. Dari makna tersebut ayam merepresentasikan kehidupan seseorang yang menyenangkan. Pada kenyataannya seekor ayam apabila bertelur di padi sudah tentu ayam itu tidak perlu mengais di luar untuk memperoleh makanan, karena ia sudah bertelur di padi. Padi merupakan makanan ayam. Padi mendeskripsikan kemewahan, sedangkan ayam bertelur mendeskripsikan kesenangan. Berdasarkan makna tersebut, maksud dari penutur adalah menggambarkan keadaan menyenangkan, yakni satu tuturan yang diberikan penutur dengan tujuan memberi gambaran tentang rasa senang hati, memuaskan, menarik (hati) kepada mitra tutur. Uraian (5), menjadi wajar ketika dituturkan untuk menggambarkan kehidupan seorang perempuan yang dulunya hidupnya sederhana kini setelah
27 5 menikah hidup dengan kemewahan karena mendapatkan suami yang kaya raya. Peribahasa tersebut muncul seperti berikut: Lihatlah Rini sekarang bagai ayam bertelur di padi. Uraian (6), berhakim kepada beruk bermakna meminta pertimbangan kepada orang yang tamak. Dari makna tersebut, beruk merepresentasikan orang yang tamak. Pada kenyataannya seekor beruk merupakan binatang yang rakus atau tamak. Seekor beruk jika melihat makanan kesukaannya entah itu milik siapa sudah pasti ia akan merebutnya. Karena sifatnya yang suka merebut makanan beruk terkenal dengan binatang yang tamak. Berhakim di sini dimaknai dengan meminta pertimbangan. Jika kita meminta pertimbangan kepada orang yang tamak, kita tidak akan mendapatkan solusi yang benar. Seharusnya kita meminta pertimbangan kepada orang yang murah hati atau baik hati dan bijaksana. Berdasarkan maknanya tersebut, contoh (6), mempunyai maksud mengejek, yakni satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan memberi kritikan (celaan, ejekkan, dsb) kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, misalnya penutur memberi celaan kepada mitra tuturnya yang meminta pertimbangan kepada orang yang tamak. Celaan muncul karena bagi penutur apa yang dilakukan oleh mitra tuturnya itu perbuatan yang salah, seharusnya mitra tutur meminta pertimbangan kepada orang yang murah hati dan bijaksana. Munculah tuturan seperti contoh berikut: Apa yang kau dapatkan jika kau berhakim kepada beruk?
28 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia? Apa maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peribahasa yang berunsur nama binatang. Secara khusus penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: Mendeskripsikan nama binatang apa saja yang digunakan di dalam peribahasa bahasa Indonesia Mendeskripsikan maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia.
29 7 1.4 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang nama-nama binatang yang digunakan di dalam peribahasa bahasa Indonesia dan deskripsi tentang maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretisnya adalah memperkaya khazanah linguistik, terutama dalam kajian semantik dan pragmatik. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah mendokumentasikan atau mendaftar peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Bagi pengguna bahasa hasil penelitian tentang peribahasa nama binatang dapat menjadi rujukan untuk digunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari. 1.5 Tinjauan Pustaka Tulisan tentang peribahasa Bahasa Indonesia telah dikemukakan sebelumnya oleh Kartono (2004: 62-66) dan Antono (2011: 59-66). Kartono (2004: 62-66), dalam artikel yang berjudul Pembelajaran Peribahasa: Mengasah Budi Membangun Pekerti dalam buku Bahasa Merajut Sastra Merunut Budaya, menjelaskan peribahasa adalah bahasa berkias yang berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya. Kartono memberi sumbangan tentang pembelajaran peribahasa, yakni tentang budi pekerti. Kartono memaparkan pembelajaran peribahasa tentang budi pekerti kepada siswa adalah makna bijak yang terkandung di dalamnya. Tidak ada yang mengingkari bahwa setiap peribahasa memuat
30 8 nasihat yang tidak terbantahkan. Setiap siswa diajak untuk merefleksikan peribahasa yang akan mendorong mereka mengambil setiap pengalamannya yang berkaitan dengan pesan-pesan nan bertuah. Antono (2011: 59-66), dalam artikel yang berjudul Kreativitas dalam Peribahasa dan Pemendekan dalam buku Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia dalam Jebakan Kapitalisme, menjelaskan bahwa peribahasa merupakan sesuatu yang dimiliki masyarakat yang bersifat mapan. Antono memberi sumbangan tentang kreativitas yang terjadi dalam peribahasa yang memberikan nuansa lain dalam berbahasa. Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari Kartono (2004) dan Antono (2011), dapat dicatat bahwa sudah dilakukan kajian tentang peribahasa. Hal tersebut berupa peribahasa secara umum. Namun, Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia belum pernah diteliti. Oleh karena itu, penelitian tentang Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia ini layak dilakukan.
31 9 1.6 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian peribahasa, pengertian representasi, pengertian konteks, pengertian makna, dan pengertian maksud Peribahasa Topik tentang peribahasa secara luas telah dikemukakan antara lain oleh Widjoputri (2009: iii). Widjoputri merumuskan peribahasa adalah bentuk pengucapan atau kata kiasan yang sering dijumpai dalam kesusasteraan lama yang mengandung makna tersembunyi. Peribahasa juga merupakan ungkapan yang dibentuk dari kalimat ringkas dan padat, yang biasa berisikan perbandingan, perumpamaan, sindiran, dan nasihat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1055), peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu (dulu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan). Peribahasa juga disebut sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Menurut Sadikin (2010 : 31-32), peribahasa ialah bentuk pengucapan yang banyak dijumpai dalam kesusastraan lama, sebagai wakil cara berpikir bangsa kita di zaman lama itu. Perhubungan mereka yang rapat dengan sekelilingnya menimbulkan ilham dan kaca perbandingan bagi mereka terutamanya ahli-ahli fikirnya waktu itu. Peribahasa banyak digunakan dalam kehidupan keseharian
32 10 orang pada masa dahulu untuk memberi nasihat, teguran atau sindiran dan mudah pula ditangkap oleh pihak yang dinasehatinya Representasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1167), representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan diwakili, dan apa yang mewakili; perwakilan. Menurut Barker (2005: 259), representasi merupakan suatu ekspresi langsung realitas sosial dan atau suatu distorsi potensial dan distorsi aktual atas realitas tersebut Konteks Menurut Lubis (2011) dalam Analisis Wacana Pragmatik, konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu; (1) konteks fisik (physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara ataupun pendengar; (3) konteks linguistik (linguistics context) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau satu tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks sosial (social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar.
33 11 Dalam bahasa, tuturan patut dilandasi oleh konteks. Mengenai hal ini, Baryadi (2002) dalam Dasar-dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa-nya, perihal wacana dan konteks, mencantumkan apa yang pernah Hymes kemukakan, yakni: SPEAKING. Setiap huruf pada akronim tersebut bila dipanjangkan satu persatu, ialah: S (setting and scene), P (participants), E (end), A (act sequences), K (key), I (instrumentalities), N (norms), dan G (genres). Baryadi menyatakan (2002: 40), Dari delapan butir konteks tersebut, sebenarnya yang mendasar hanyalah tiga jenis, yaitu pembicara (speaker/addresser/writer), isi bicara (topic/information), dan mitra bicara (listener/hearer/reader/addressee). Begitu pula peribahasa juga membutuhkan setidaknya tiga butir kontesk yang mendasar tersebut. Aminuddin (2002: 36) mengutarakan, Konteks ujaran merupakan konteks pertuturan berupa situasi, lokasi, persona yang terlibatkan, kondisi saat pertuturan berlangsung dan berbagai situasi dan kondisi pada umumnya yang memungkinkan terjadinya peristiwa tuturan. Apa yang dinyatakan oleh Hamid Hasan Lubis, Baryadi, dan Aminuddin memacu kerangka pikir peneliti dalam memandang konteks tuturan. Dalam hal ini, konteks bersifat luas dan dinamis Makna Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti (Aminuddin, 1988: 53). Dari batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya., yakni (1) makna adalah hasil hubungan
34 12 antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti. Harimurti (2008: 148) berpendapat makna (meaning, linguistic meaning, sense) yaitu: (1) maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, (4) cara menggunakan lambing-lambang bahasa. Hubungan antara bentuk dan makna bersifat arbitrer dan konvensional. Sifat arbitrer mengandung pengertian tidak ada hubungan klaisal, logis, alamiah ataupun historis, dsb. antara bentuk dan makna itu. Sementara itu, sifat konvensional menyarankan bahwa hubungan antara bentuk dan kebahasaan dan maknanya terwujud atas dasar konvensi atau kesepakatan bersama (Wijana, 2011: 3). Makna bersifat umum dan tidak tertentu. Makna juga bersifat internal, jadi unsur ini ada di dalam bahasa. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa makna merupakan arti dari suatu kata atau maksud pembicara yang membuat kata-kata tersebut berbeda dengan kata-kata lain Maksud Chaer (1989: 35), dalam bukunya yang berjudul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, menjelaskan maksud adalah suatu gejala yang ada di luar ujaran. Maksud dapat dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara, atau
35 13 pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri. Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa lain. Selama masih menyangkut segi bahasa, maka maksud itu masih dapat disebut sebagai persoalan bahasa. Baryadi (2012: 17), bagi penutur, maksud merupakan kehendak yang dijadikan pangkal tolak melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami maksud itu adalah tuturan berikut informasi yang ada di dalamnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri maksud. Pertama, maksud merupakan unsur luar-tuturan (ekstralingual). Kedua, maksud bersifat subjektif, yaitu ada di dalam subjek penutur. Ketiga, maksud menjadi titik tolak penutur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Keempat, maksud merupakan sesuatu yang dikejar untuk dipahami mitra tutur. Kelima, maksud berada dibalik tuturan yang mengandung informasi. Keenam, maksud sangat terikat konteks, yaitu diungkapkan dan dipahami melalui tuturan yang berada dalam konteks tertentu. ( Baryadi 2012:17). 1.7 Metode dan Teknik Penelitian
36 14 Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini Metode dan Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah peribahasa berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Objek ini berada dalam data yang berupa kalimat. Data diperoleh dari sumber tertulis, yaitu buku Kumpulan Peribahasa & Pantun Plus Majas karya Widjoputri, Kamus Peribahasa karya Sarwono Pusposaputro, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia karya Dendy Sugono, dkk., (edisi. 2008). Data yang dikumpulkan adalah berupa peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa peribahasa dalam bahasa Indonesia yang berunsur nama binatang. Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan referen nama binatang dan maksud yang terkandung di dalam peribahasa bahasa Indonesia Metode dan Teknik Analisis Data Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya ada di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian
37 15 bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Dalam penelitian ini metode padan yang dipilih adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial adalah metode yang alat penentunya berupa referen (Sudaryanto, 1993: 15). Metode padan referensial digunakan untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang dirujuk. Metode ini diterapkan untuk menjawab masalah nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, sebagai contoh: (7) Anjing galak babi berani (Widjoputri, 2009: 8) Dengan metode padan referensial, anjing galak babi berani dalam contoh (7) dapat ditentukan apakah peribahasa itu berunsur nama binatang atau tidak. Kata anjing galak babi berani menunjukkan bahwa peribahasa tersebut berunsur nama binatang, yakni anjing dan babi. Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71), sedangkan babi adalah binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit tebal, dan berbulu kasar (Sugono, dkk., 2008: 108). Jadi anjing galak babi berani termasuk peribahasa yang berunsur nama binatang. Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra tutur. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicaranya (Kusuma, 2007: 49).
38 16 (8) Seperti tikus jatuh ke beras (Widjoputri, 2009: 96) Pada (8), seperti tikus jatuh ke beras, bermakna mendapatkan tempat yang membahagiakan dan menguntungkan ditemukan maksud menggambarkan keadaan menyenangkan. Penentuan seperti itu dilakukan menurut jalur kerja metode padan pragmatis, yaitu contoh (8), ditentukan sebagai maksud menggambarkan keadaan menyenangkan, yakni ketika penutur (penulis) melihat temannya (mitra tutur) yang sedang bahagia karena ia baru saja diangkat menjadi direktur di sebuah perusahaan maka tuturan ini pun muncul seperti berikut ini: Kau ini Ta seperti tikus jatuh ke beras saja Metode Penyajian Hasil Analisis Data Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang biasa, yaitu kata-kata yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif. Penyampaian hasil analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan dan sejenisnya. 1.8 Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I pendahuluan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
39 17 penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang daftar peribahasa yang berunsur nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Bab III berisi uraian dan analisis maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Bab IV berisi penutup, kesimpulan, dan saran.
40 BAB II NAMA BINATANG YANG DIGUNAKAN DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA 2.1 Pengantar Dalam bab ini dibahas tentang nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia. Binatang yang dipakai sebagai unsur pembentuk peribahasa bahasa Indonesia yang berupa satu nama binatang berjumlah 63 peribahasa dan yang berupa dua nama binatang berjumlah 70 peribahasa. Peribahasa bahasa Indonesia yang berunsur satu nama binatang berjumlah 63 yang secara alfabetis meliputi, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kura-kura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, dan (63) unta. Peribahasa bahasa Indonesia yang berunsur dua nama binatang berjumlah 70 yang secara alfabetis meliputi, (1) anjing dan babi, (2) anjing dan kucing, (3) 18
41 19 anjing dan kuda, (4) anjing dan musang, (5) anjing dan gajah, (6) ayam dan elang, (7) ayam dan itik, (8) ayam dan musang, (9) ayam dan penyu, (10) balam dan ketitiran, (11) bangau dan badak, (12) bangau dan kerbau, (13) beruk dan kera, (14) buaya dan harimau, (15) buaya dan ikan, (16) burung dan ketam, (17) burung dan punai, (18) cacing dan ular, (19) cecak dan kaper, (20) elang dan agas, (21) elang dan ayam, (22) elang dan belalang, (23) elang dan buaya, (24) elang dan burung pungguk, (25) elang dan murai, (26) elang dan musang, (27) elang dan punai, (28) enggang dan pipit, (29) gagak dan bangau, (30) gagak dan murai, (31) gajah dan babi, (32) gajah dan harimau, (33) gajah dan kancil, (34) gajah dan katak, (35) gajah dan kera, (36) gajah dan kuman, (37) gajah dan pelanduk, (38) gajah dan rusa, (39) gajah dan tuma, (40) gajah dan udang, (41) gajah dan ular, (42) harimau dan kambing, (43) harimau dan pelanduk, (44) harimau dan tikus, (45) ikan dan belalang, (46) ikan dan burung, (47) ikan dan kucing, (48) kambing dan kerbau, (49) katak dan lembu, (50) kera dan belacan, (51) kerbau dan ayam, (52) kerbau dan harimau, (53) kerbau dan kuda, (54) kerbau dan sapi, (55) kucing dan harimau, (56) kucing dan tikus, (57) kuda dan keledai, (58) kuda dan lembu, (59) lalat dan kerbau, (60) langau dan gajah, (61) musang dan ayam, (62) pipit dan enggang, (63) pipit dan gajah, (64) semut dan belalang, (65) sepat dan cacing, (66) serigala dan domba, (67) tikus dan kucing, (68) udang dan ikan, (69) ular dan belut, serta (70) ular dan ikan.
42 Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang Anjing Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71). Berdasarkan penelitian ada 33 peribahasa nama binatang anjing, berikut ini 33 peribahasa nama binatang anjing. (9) Anjing diberi makan nasi, bilakah kenyang? Tak ada gunanya menanamkan kebaikan pada orang yang jahat (10) Anjing ditepuk menjungkit ekor Orang yang tidak berbudi kalau dihormati malah menyombongkan diri (11) Anjing itu jika dipukul sekalipun, berulang juga dia ke tempat yang banyak tulang Orang jahat pasti akan mengulang kejahatannya meskipun kerap mendapat hukuman (12) Anjing mengulangi bangkai Laki-laki yang mengulangi perbuatan tak senonoh (13) Anjing tiada bercawat ekor Sesuatu yang hina tak indah dan tak berguna bagi mata sekalian orang (14) Anjing manyalak kafilaf berlalu Jalan terus, tak mengindahkan rintangan (15) Anjing menyalak tak akan menggigit Ancaman yang tidak berbahaya (16) Anjing bersepit ekor Lari (17) Arangnya tak termakan oleh anjing Bicaranya tajam dan sangat menyinggung perasaan (18) Anjing itu meskipun dirantai dengan rantai emas sekalipun, niscaya berulang-ulang juga ia ke tempat najis Orang yang dasarnya hina tidak akan dapat mengubah tingkah lakunya, meskipun ia diberi tempat yang baik dan layak (19) Bagai anjing beranak enam Perihal orang yang kurus sekali bagai tidak terurus (20) Bagai anjing kedahuluan Hal seseorang yang sangat kecewa dan gelisah, karena laba yang diharap-harap telah didapat orang lain (21) Bagai anjing melintang denai Seorang yang sombong menunjukkan kesombongannya (22) Bagai anjing tersepit di pagar
43 21 Seseorang yang dalam kesusahan; halnya serba salah (23) Bagai disalak anjing bertuah Tak dapat bertangguh, permintaan pasti dikabulkan (anak-anak yang tak dapat ditolak kehendaknya) (24) Bangsa anjing kalau biasa makan tahi, tak dimakan, dicium ada juga Orang yang biasa berbuat jahat walau bagaimana teringat berbuat jahat juga (25) Habis minyak sepasu, ekor anjing tak mau lurus Mengubah/memperbaiki orang yang pada dasarnya jahat itu sangat susah, karena apabila ada kesempatan ia akan berbuat jahat lagi (26) Intan itu jika keluar dari mulut anjing sekalipun, akan tetap intan juga Kebenaran nasihat yang baik itu harus diterima, dari siapapun datangnya (27) Licin bagai dijilat anjing kurus Makanan habis licin tandas (28) Masakan gunung akan runtuh, walaupun seribu anjing menyalak Keagungan (kemuliaan) yang telah nyata itu, sulit untuk menghindarinya (29) Meskipun sepuluh kapal masuk, anjing bercawat ekor juga Orang yang dungu, tidak mengindahkan perubahan yang terjadi di sekitarnya (30) Rakus seperti anjing kurus Sangat rakus (31) Seperti anjing beroleh bangkai Orang yang sangat rakus dengan mudah mendapatkan benda (32) Seperti anjing berebut tulang Orang yang suka memperebutkan harta benda orang lain (33) Seperti anjing kepala busuk Jika sudah diketahui kejahatannya kemanapun dia pergi pasti dihina orang (34) Seperti anjing makan muntahannya Perihal seseorang yang memuji atau menyenangi sesuatu yang dahulu dicela dan dianggap jijik (35) Seperti anjing makan tulang Perihal seseorang yang bersungut-sungut seolah-olah tidak senang atas sesuatu yang diperolehnya karena kurang memuaskan (36) Seperti anjing menggonggong tulang Orang yang berusaha merebut harta benda orang lain (37) Seperti anjing terpanggang ekor Orang yang kesusahan minta pertolongan kesana-kemari (38) Seperti anjing lapar mendapat tulang, daging segumpal dan sekeping apam Orang yang melakukan kebajikan hanya karena mengharap keuntungan
44 22 (39) Seperti anjing menggonggong bangkai Orang laki-laki membawa perempuan jahat (40) Sepuluh kapal datang, anjing masih bercawat ekor Meskipun banyak orang yang berilmu/pandai, tetapi kalau yang dididik tidak mau meniru dan tetap malas, tentu mereka akan tetap bodoh (41) Waktu seribu anjing menyalak, gunung bolehkah runtuh Perkataan orang kecil tidak akan mempengaruhi orang besar Ayam Ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105). Berdasarkan penelitian ada 46 peribahasa nama binatang ayam, berikut ini 46 peribahasa nama binatang ayam. (42) Ayam putih terbang siang Mudah ketahuan (tentang perkara dan sebagainya) (43) Ayam hitam terbang malam Sukar ketahuan (tentang perkara dan sebagainya) (44) Ayam baru belajar berkokok Baru cukup umur (untuk inginkan perempuan) (45) Ayam bertelur di atas padi mati kelaparan Orang menderita kesusahan di tempat yang mewah (46) Ayam hitam terbang malam,siapa tahu berdebus bunyinya Perkara gelap, dasar penentuan pun gelap pula Debus: bunyi burung terbang (47) Ayam menang kampuh tergadai Orang dapat uang lalu ditagih hutangnya, terpaksa menggadaikan selimut; menerima uang yang tak mencukupi Kampuh: selimut rangkap 3 helai (48) Ayam seekor bertambang dua Seorang bapak yang merundingkan hubungan menikahkan anak gadisnya dengan dua tiga bujang yang ingin menikahinya (49) Ayam patah kalau-kalau dapat menikam Orang yang sudah jatuh melarat, mungkin kelak dapat bangun kembali (50) Ayam berinduk, sirih berjunjung
45 23 Melindungi yang lemah supaya selamat (51) Ayam beroga itu kalau diberi makan di pinggan emas sekalipun, ke hutan juga perginya Orang yang merantau, biarpun senang di negeri orang, pada suatu masa akan pulang juga ke negerinya. (52) Ayam hitam terbang malam, hinggap ke rimba dalam, bertali ijuk bertambang tanduk Perkara kejahatan yang amat sukar dilacak (53) Ayam laga sekandang Pertengkaran dalam suatu rumah tangga atau dalam suatu keluarga (54) Ayam lepas, tangan bertahi Suatu usaha yang gagal, sedangkan orang yang mengerjakan mendapat malu juga (55) Ayam putih terbang siang, hinggap di kayu merarasi, bertali benang, bertambang tulang Sesuatu perkara kejahatan yang sudah benar-benar jelas, cukup dengan saksi keterangannya (56) Ayam tangkas di gelanggang Orang pandai berbicara dan berpidato di muka umum (57) Baik membawa resmi ayam betina Tak usah menyombongkan keberanian, karena itu akan membawa kemeralatan (58) Bagai ayam dibawa ke lampok Tercengang-cengang seperti orang desa masuk kota besar Lampok: onggokan padi yang telah disabit (59) Bagai ayam mabuk tahi Pucat lesi lemah karena sakit (60) Bagai ayam mengerang telur Paras elok kemerah-merahan (61) Bagai ayam lepas bertaji Seseorang tertimpa kesusahan dibiarkan; serba susah. Orang lain dalam bahaya diurus, tapi diri sendiri tertimpa bahaya (62) Bagai ayam kena kepala Tak dapat menjawab atau berbuat sesuatu lagi, karena tepat benar kenanya (63) Bagai ayam kurik panjang ekornya Seseorang yang cantik dan pandai berdandan (64) Celaka malang berayam, padi masak makan ke hutan Sudah berjirih-payah melakukan pekerjaan dan hampir berhasil tapi tiba-tiba harus ditinggalkan karena kemalangan (65) Cabik-cabik bulu ayam, cencang air tidak putus Persaudaraan berdasarkan pertalian darah tidak akan putus hubungan hanya karena perselisihan (66) Carik-carik bulu ayam, lama-lama tercantum pula Perselisihan antar keluarga, tidak lama pasti akan berbaik kembali (67) Ibarat ayam gadis bertelur
46 24 Berganti hari atau tidak tetap mengerjakan suatu pekerjaan (68) Ibarat ayam, tidak mengais tidak makan Untuk mencukupi segala kebutuhan kita harus bekerja keras (69) Kusut-kusut bulu ayam Perselisihan keluarga, lama-lama juga akan rukun kembali (70) Muncung seperti seekor ayam Selalu mau berkata-kata, tak mau diam Muncung: moncong (71) Menerka ayam di dalam telur Menentukan sesuatu yang mustahil dapat ditentukan/diketahui (72) Nasib seperti ayam, mengais dahulu baru makan Seseorang yang miskin, sehingga terpaksa bekerja keras dahulu untuk dapat makan (73) Panas-panas tahi ayam Bekerja giat hanya pada waktu permulaan saja (74) Seekor ayam tak berkokok hari tak siangkah Bukan seorang saja yang pandai dalam suatu negeri; bukan karena seorang saja pekerjaan selesai, orang lain masih banyak (75) Seperti ayam, kais pagi makan pagi, kais petang makan petang Orang miskin kalau tak bekerja keras tak dapat makan (76) Seperti ayam termakan rambut Napas orang bengek (77) Seperti ayam gadis bertelur Tak tetap melakukan pekerjaan, terhenti-henti (78) Seperti ayam mendapat ubi Girang mendapatkan barang yang disukainya (79) Sedap bagai ayam, sedencing bagai besi Orang yang senasib sepenanggungan/seia sekata (80) Seperti anak ayam kehilangan induknya Menderita kesusahan karena kehilangan panutan/pemimpinnya (81) Seperti ayam betina Orang laki-laki tetapi penakut (82) Seperti ayam makan rumput Orang yang kesusahan menanggung hidup (83) Seperti menggili induk ayam Menggalakkan orang penakut supaya timbul keberanian (84) Terbulang di ayam betina Menyuruh orang yang dikira pemberani, ternyata sangat penakut (85) Tuah ayam boleh dilihat, tuah manusia siapa tahu Tidak ada seorang pun yang dapat menentukan nasibnya (86) Yang buta peniup lesung, yang peka pelepas bedil, yang lumpuh menghalau ayam Tenaga atau keahlian tiap-tiap orang itu dapat dipergunakan menurut kemampuannya masing-masing (87) Yang pekak pelepas bedil, yang buta menghembus lesung, yang lumpuh penghalau ayam
PENGESAHAN.. i. PERNYATAAN. ii. PERSEMBAHAN...iv. ABSTRAK. v. KATA PENGANTAR.. vi. UCAPAN TERIMA KASIH... vii. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL.
PENGESAHAN.. i PERNYATAAN. ii PERSEMBAHAN...iv ABSTRAK. v KATA PENGANTAR.. vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL.ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 1.2 Masalah..5 1.2.1 Identifikasi
Lebih terperinciBagaimana acuan, begitulah kuihnya Perangai anak mirip perangai ibu bapanya
Anak dipangkuan diletakkan, beruk dirimba disusui Orang yang mengabaikan tugas menjaga kepentingan keluarga sendiri tetapi mengutamakan kepentingan orang lain Ada ubi ada batas, ada masa dapat balas Perbuatan
Lebih terperinciPenggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan.
Penggolongan Hewan Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang biak Cara bergerak Penutup tubuh Tumbuhan Darat Beranak Berjalan Rambut Daging Air Bertelur Terbang Bulu Segala Amfibi Melompat Sisik Berenang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
149 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Sebagaimana telah dijelaskan dalam perumusan masalah pada bagian pendahuluan, bab V ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 5.1 Kesimpulan Analisis komparatif
Lebih terperinciSimpulan bahasa Bandingan Perumpamaan Pepatah Bidalan Kata-kata hikmat
Peribahasa digunakan orang sebagai kiasan, teladan, dan pengajaran. Itulah sebabnya peribahasa sering digunakan sebagai hiasan untuk mengindahkan karangan atau ketika memberikan ucapan atau syarahan Peribahasa
Lebih terperinciPenggolongan Makhluk Hidup secara Sederhana
Bab 2 Penggolongan Makhluk Hidup secara Sederhana Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. menggolongkan hewan berdasarkan persamaan ciri-cirinya, misalnya berdasarkan jumlah kaki, cara bergerak, jenis makanan,
Lebih terperinciSUKATAN PELAJARAN SEKOLAH RENDAH SENARAI PERIBAHASA
SUKATAN PELAJARAN SEKOLAH RENDAH SENARAI PERIBAHASA Darjah 3 dan 4 1 ada akal memiliki idea 2 ada bakat berkebolehan, berkeupayaan 3 ada hati ada kemahuan atau keinginan atau cita-cita untuk melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6
SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Dosen Pengampu: Dra. Murtiningsih, M.Pd. Oleh: Tabah Asmarani 13108244026 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9
SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan
Lebih terperinciIPA SD Kelas IV 1
ANITA ROSIANA 111134036 IPA SD Kelas IV 1 Kata Pengantar Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan mengetahui alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa
Lebih terperinciDUNIA SAINS DAN TEKNOLOGI
KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA Kurikulum Standard Sekolah Rendah MODUL PEMBELAJARAN DUNIA SAINS DAN TEKNOLOGI (SAINS) TAHUN 2 Terbitan Bahagian Pembangunan Kurikulum 2011 Cetakan Pertama 2011 Kementerian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil. penggunaan nama-nama hewan dalam perumpamaan dan peribahasa bahasa Arab
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan beberapa hal mengenai pembahasan kajian semantik kognitif terhadap penggunaan nama-nama hewan dalam perumpamaan
Lebih terperinciNama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak
1 Nama Binatang Sebagai Komponen Pem Kompositum Oleh Shaila Yulisar Balafif Abstrak Penelitian ini berjudul Nama Binatang sebagai Komponen Pem Kompositum: Kajian Morfologi dan Semantik. Metode yang digunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku acuan yang relevan maupun dengan pemahamanpemahaman teoritis dan pemaparan
Lebih terperinciSeorang membuangkan isterinya dengan dihalau kemudian dipujuknya balik.
Rujuk semula(perkahwinan) (RS) 1. Seperti pinang pulang ke tampuk. 2. Seperti sirih pulang ke gagang. Seorang yang telah bercerai laki isteri kemudian berbalik pula. (bidal yang terdahulu itu sama ertinya).
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3
SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3 1. Sesampainya di ladang, Kancil segera mencari tempat yang tersembunyi. Saat itu Pak Tani sedang menanam timun. Kata kerja
Lebih terperinciBahasa Indonesia. dinolingo.com
Bahasa Indonesia Halo! Apa kabar? Halo! Saya baikbaik saja! 1 Bahasa indonesia kucing anjing dua ekor anjing Seekor kucing dan seekor anjing. burung ikan monyet monyet-monyet harimau badak gorila jerapah
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7
SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (4/6)
Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #42 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #42 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #42 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinci1. Siapa berjalan pada jalannya sampai.
1 2 3 4 1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 2. Siapa bersungguh-sungguh, mendapat. 3. Siapa yang sabar beruntung. 4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya. 5. Pergaulilah orang yang punya kejujuran
Lebih terperinci2. Garam di laut, asam di gunung, bertemu dalam belanga juga. 4. Bersunting bunga keduduk, berdiri tak sama tinggi, duduk tak sama rendah.
Pemilihan pasangan (PS) 1. Asam di darat ikan di laut, bertemu dalam belanga juga./ 2. Garam di laut, asam di gunung, bertemu dalam belanga juga. Perempuan dan lelaki, kalau sudah jodoh, bertemu juga akhirnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami
Lebih terperinciIndividu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer
Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang
Lebih terperinciILMU PENGETAHUAN ALAM SD KELAS IV SEMESTER I
ILMU PENGETAHUAN ALAM SD KELAS IV SEMESTER I Di susun oleh : Rosalia Henny Susanti 111134058/IVB/PGSD/USD Standar Kompetensi: 3. Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya. Kompetensi Dasar : 3.2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KURIKULUM TK. IKA BUDI MARYATUN, M.Pd
PENGEMBANGAN KURIKULUM TK IKA BUDI MARYATUN, M.Pd KURIKULUM PAUD KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) MENU GENERIK PERMENDIKNAS NO. 58 TAHUN 2009 PERMENDIKNAS NO.58 TAHUN 2009 5 ASPEK : NILAI-NILAI AGAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5
1. Perhatikan penggalan teks fabel di bawah ini! SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang
Lebih terperinciKura-kura dan Sepasang Itik
Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.
Lebih terperincihangat hangat hangat hanyut hanyut hanyut haus haus haus
hangat (a) panas Ayah membasuh cawan itu menggunakan air yang hangat meriah, sambutan hebat Pertandingan nyanyian itu mendapat sambutan hangat daripada orang ramai hanyut (a) dibawa mengalir oleh air Bangkai
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciLoyalitas Tak Terbatas
Loyalitas Tak Terbatas Agra Utari Saat orang bertanya pada saya, Hal favoritmu di dunia ini apa, Gra? Saya selalu dengan pasti menjawab, Anjing. Ya, saya sangat cinta dengan makhluk berkaki empat ini.
Lebih terperinciULANGAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015
MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH WONOSARI SD MUHAMMADIYAH WONOSARI Alamat : Tawarsari, Wonosari, Wonosari, Gunungkidul Telp. (0274)391884 ULANGAN TENGAH SEMESTER GENAP
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 1. Ada 81 buah idiom yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. 1. Ada 81 buah idiom yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, yaitu 1) gurat nasib, 2) kucing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan
Lebih terperinciLampiran 1. Surat ijin melakukan penelitian di SDN Bringin
Lampiran Lampiran 1 Surat ijin melakukan penelitian di SDN Bringin Lampiran 2 Surat ijin melakukan penelitian di SDN 02 Karanggeneng Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SDN Bringin
Lebih terperincihidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai
pelajaran 6 hidup damai suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai apakah kamu suka hidup damai hidup damai 77 menulis melengkapi
Lebih terperinciProsa Tradisional (Hikayat Indera Nata)
Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Sinopsis Kisah bermula bermula apabila Indera Jenaka tiba ke negeri Rom setelah sekian lama mengembara dan sampai ke rumah bondanya Si Batu Kembar. Bondanya bertanya
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.4
1. Perhatikan penggalan cerita moral di bawah ini! Elangpun menyambar seekor anak ayam. Ayam betina : Jangan ambil anakku. Ayam jantan : Sebaiknya kita mencari jarum emas itu. Ayam betina : Baiklah. SMP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagus Pragnya Paramarta, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur akan menggunakan bahasanya secara dinamis. Artinya, bahasa yang digunakan oleh penutur tidak selalu menggunakan bahasa yang digunakan pada saat itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. sebab bahasa merupakan kegiatan rutin manusia yang alami sebagai mana layaknya manusia bernafas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinciIMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI
IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung dan skripsi yang relevan dengan judul penelitian. Sesuai dengan judul penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciILMU PENGETAHUAN ALAM
ILMU PENGETAHUAN ALAM Untuk SD dan MI kelas IV semester 1 Penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya Hanifa Rahmi Norma Suha PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA DAFTAR ISI Daftar Isi...
Lebih terperinciKesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A.
Kesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kesalehan menjadi sesuatu yang langka di zaman kita. Barang langka cenderung menjadi mahal atau dianggap aneh. Seorang yang saleh itu dapat menjadi aneh
Lebih terperinciLIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun
LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6
SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 1. Bacaan untuk soal nomor 2-4 Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba
Lebih terperinciANALISIS WACANA KRITIS TRILOGI NOVEL GADIS PANTAI, LARASATI, PANGGIL AKU KARTINI SAJA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
ANALISIS WACANA KRITIS TRILOGI NOVEL GADIS PANTAI, LARASATI, PANGGIL AKU KARTINI SAJA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagaian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra
Lebih terperinciJMSC Tingkat SD/MI2017
I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...
Lebih terperinciTINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik)
TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana
Lebih terperinciBacalah bacaan berikut untuk menjawab soal nomor 1-3!
PERTEMUAN KE-6 SD Bahasa Indonesia Standar Kompetensi : Membaca berbagai teks nonsastra berupa makna kata Indikator : 1. Siswa mampu memahami makna paragraf, mengartikan makna sulit 2. Siswa mampu mencari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
53 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Di dalam penelitian ini, jenis pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Suryabrata (2003) jenis pendekatan ini banyak
Lebih terperinciGambar 1.1 Kuda dengan anak-anaknya
Bab I Makhluk Hidup Di dunia ini, banyak sekali makhluk hidup. Coba kalian sebutkan! Ya, betul. Makhluk hidup meliputi tumbuhan, hewan, dan manusia. Apakah kalian bernapas, makan, dan selalu bergerak?
Lebih terperinciANALISIS JENIS-JENIS REPETISI DALAM BUKU MAHMUD IS BACK KARYA HUSNIZAR HOOD ARTIKEL E-JURNAL
ANALISIS JENIS-JENIS REPETISI DALAM BUKU MAHMUD IS BACK KARYA HUSNIZAR HOOD ARTIKEL E-JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana pendidikan (S.Pd.) Oleh: BARIATI NIM 130388201067
Lebih terperinciMomoa. Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn. PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor. Cetakan Pertama: November 2012
Momoa Momoa Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn Copyright 2012 Hans Post, Kees Heij, Lies van der Mijn Naskah : Hans Post dan Kees Heij Penerjemah : Indah Groeneveld Penyunting : Yuki HE Frandy Gambar
Lebih terperinciPRAMUKA MELATIH JIWA MANDIRI
Bab 7 PRAMUKA MELATIH JIWA MANDIRI Gambar dua anak bekerja memasak dalam kegiatan Pramuka Sumber: w.w.w.mbeproject.net Kata Kunci kemah regu mencari jejak pembina pramuka bendera Materi dalam bab ini:
Lebih terperinciRangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu
Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,
Lebih terperinci3. Manusia butuh makan Tak satupun makhluk yang tidak membutuhkan makanan untuk hidup Semua makhluk hidup butuh makan untuk hidup
SILOGISME KATEGORIS Penilaian titik di akhir kalimat, huruf kapital di awal kalimat. Kebenaran form. Kebenaran makna. Mata Kuliah: Kapita Selekta Bahasa Indonesia Kelas Dual Modes, Tahun 2011/2012 1. Jika
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.2
SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.2 1. Dia sudah diperingatkan supaya jangan keluar dari lingkaran, tetapi dia tetap nekat. Saat kelinci sadar, dia melihat Singa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan orang lain. Masyarakat membutuhkan bahasa untuk berinteraksi di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN
Lebih terperinciAgar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia..
Wahai puteraku Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia.. Janganlah berbicara dalam berbagai urusan.. Kecuali setelah mengecek kebenaran sumbernya.. Dan jika seseorang datang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciANALISIS HADITH MENGENAI HAIWAN FASIQ DALAM AL-KUTUB
No. Siri : BORANG SOAL SELIDIK ANALISIS HADITH MENGENAI HAIWAN FASIQ DALAM AL-KUTUB AL-SITTAH: KAJIAN TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT MELAYU DI DAERAH PENGKALAN HULU, PERAK BORANG SOAL SELIDIK ini dikemukakan
Lebih terperinciJenis-jenis hewan yang ditugaskan memberi petanda, antara lain : Burung
Suku Dayak khususnya di daerah Kalimantan Tengah meyakini bahwa raja penjaga dahiang yang bertempat tinggal pada langit keenam, bertugas memberi perintah kepada jenis-jenis binatang tertentu yang berada
Lebih terperinciSetelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat
Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari penjualan
Lebih terperinciMempertimbangkan Pendekatan Saudara
Mempertimbangkan Pendekatan Saudara Di negara saya ada pepatah yang berbunyi, "Dengan satu tongkat orang dapat menggembalakan 100 ekor domba, tetapi untuk memimpin 100 orang dibutuhkan 100 tongkat." Semua
Lebih terperinciModul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi
Modul ke: 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata
Lebih terperinciKetika Tuhan mencipta segala benda
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Ketika Tuhan mencipta segala benda Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Byron Unger dan Lazarus Disadur oleh: Bob Davies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa
Lebih terperinci2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan
354 2 Petrus 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus kepadamu semua yang telah menerima iman yang sama harganya dengan yang kami telah terima. Kamu menerima iman itu karena Allah dan Juruselamat
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS... TRANSLITERASI...
xiii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS... TRANSLITERASI... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR
Lebih terperinciPerpustakaan Unika LAMPIRAN 172
LAMPIRAN 172 PEDOMAN WAWANCARA, OBSERVASI DAN TES MEMBACA 173 PEDOMAN WAWANCARA, OBSERVASI DAN TES MEMBACA Pedoman Wawancara Untuk Subyek Penelitian 1. Kamu bisa mengikuti pelajaran di sekolah atau tidak?
Lebih terperinciBAB. Hewan dan Jenis Makanannya
BAB 3 Hewan dan Jenis Makanannya Suatu hari, Dimas, Leo, Nina, dan Siti berekreasi ke kebun binatang. Ketika tiba di depan kandang gajah, Dimas melemparkan kacang ke arah gajah. Gajah tersebut, kemudian
Lebih terperinciInilah gerangan suatu madah Mengarangkan syair terlalu indah Membetuli jalan tempat berpindah Di sanalah iktikat diperbetuli sudah
KISI-KISI DAN URAIAN MATERI UKK GENAP BAHASA INDONESIA KELAS 7 KURIKULUM 2013 BAB V PUISI RAKYAT KOMPETENSI DASAR 3.9 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun,
Lebih terperinciPenokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol
Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol Nama : Janice Anastasia Lee-Layhadi No. Kandidat : 00076-06 Sesi : Mei 007 Mata Pelajaran : Indonesian A Sekolah : The
Lebih terperincia. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu
1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial
Lebih terperincibudi pekerti pelajaran 11
pelajaran 11 budi pekerti Standar Kompetensi 5. Memahami wacana lisan tentang deskripsi benda-benda di sekitar dan dongeng. Kompetensi Dasar 5.2 Menyebutkan isi dongeng. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALATIHAN SOAL BAB 7. Sikap berhati hati diperlukan saat kita bepergian ke luar kota.
1. Perhatikan pantun berikut!! Hati hatilah menyeberang Jangan sampai titian patah Hati hatilah di rantau orang Jangan sampai berbuat salah SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALATIHAN SOAL
Lebih terperinciNaskah Broadcasting. Racing
Naskah Broadcasting Racing Disusun Oleh: Nama : Endah Fatmawati Kelas : S1 TI-5G NIM : 08.11.2357 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM
Lebih terperinciKATALOG HARGA KOSTUM KOSTUM BINATANG
KATALOG HARGA KOSTUM KOSTUM BINATANG 1 Kostum Anak Ayam Rp 2 Kostum Anjiing Laut Rp 3 Kostum Ayam Rp 4 Kostum Ayam Merah Rp 5 Kostum Babi Rp 6 Kostum Baby Bop Rp 7 Kostum Banteng Rp 175,000 8 Kostum Bebek
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)
FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SKRIPSI Oleh Indah Sri Wulandari NIM 030110201028 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER
Lebih terperinciANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014
ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan Kota
Lebih terperinciFUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA
i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Lebih terperinciKESINONIMAN AJEKTIVA INSANI DALAM BAHASA INDONESIA: Sebuah Kajian Semantik
KESINONIMAN AJEKTIVA INSANI DALAM BAHASA INDONESIA: Sebuah Kajian Semantik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas
Lebih terperinciMENDONGENG Kholid A.Harras
MENDONGENG Kholid A.Harras Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran apresiasi sastra yang terintegrasi dengan keempat aspek keterampilan sesuai dengan tuntutan kurikulum
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM BERITA UTAMA HARIAN SOLOPOS BULAN DESEMBER 2010 (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)
DEIKSIS DALAM BERITA UTAMA HARIAN SOLOPOS BULAN DESEMBER 2010 (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciNOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: KAJIAN STILISTIKA SKRIPSI. oleh. Afrilia Sulistiowati NIM
NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: KAJIAN STILISTIKA SKRIPSI oleh Afrilia Sulistiowati NIM 090110201043 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2013 i NOVEL GADIS PANTAI
Lebih terperinciBAB IV E K O S I S T E M
BAB IV E K O S I S T E M Masalah apa yang akan dibahas? Apakah ekosistem itu? Komponen apakah yang menyusun ekosistem? Apakah sumber energi dalam ekosistem? Apakah rantai makanan dan jaringjaring makanan
Lebih terperinci`Lampiran 1. Ringkasan Cerita Mukashi Banashi. Urashima Tarou. dia melihat sekumpulan anak sedang menangkap seekor kura-kura.
`Lampiran 1 Ringkasan Cerita Mukashi Banashi Urashima Tarou Suatu hari, ketika Urashima Tarou akan pergi memancing ke pantai seperti biasanya, dia melihat sekumpulan anak sedang menangkap seekor kura-kura.
Lebih terperinciAlkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Manusia Api
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Manusia Api Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: E. Frischbutter Diterjemahkan oleh: Widi Astuti
Lebih terperinci