Studi Fenetik Katak Rana nicobariensis Stoliczka, 1870 (Ranidae) di Pulau Siberut dan Daerah Dataran Rendah Sumatera Barat
|
|
- Veronika Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Studi Fenetik Katak Rana nicobariensis Stoliczka, 1870 (Ranidae) di Pulau Siberut dan Daerah Dataran Rendah Sumatera Barat Meliya Wati 1, Djong Hon Tjong 2, dan Syaifullah 2 1 Prodi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumbar Padang, 2 Jurusan Biologi Universitas Andalas Padang Sumbar Meliyawatibio@gmail.com Abstrak. Kekayaan fauna Sumatera belum tergali sepenuhnya, khususnya Amphibia yang termasuk kelompok beragam. F. nicobariensis merupakan salah satu spesies dari Ranidae yang penyebarannya luas di daratan Asia terutama daratan Sunda yaitu pulau Sumatera termasuk Sumatera Barat. Penyebaran spesies ini di Sumatera Barat ditemukan di dataran rendah hingga dataran tinggi dan di kepulauan Mentawai khususnya Pulau Siberut. Sejarah geologi pulau Siberut menunjukkan terjadinya penyatuan dan pemisahan kembali sejak jutaan hingga ribuan tahun yang lalu. Isolasi geografis menyebabkan pulau ini memiliki tingkat endemik yang sangat tinggi (Dring, McCarthy dan Whitten, 1990) 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati hubungan kekerabatan secara fenetik spesies katak F. nicobariensis di Pulau Siberut dan daerah dataran rendah di mainland Sumatera Barat. Metode penelitian yang digunakan dengan pengukuran morfometrik menurut Heyer et al. (1994) 2 dan Djong et al. (2007) 3 dan sampel dikoleksi langsung dari lapangan. Analisis menunjukkan bahwa terdapat differensisasi karakter morfometrik antara populasi F. nicobariensis dari Siberut dengan populasi F. nicobariensis dari dataran rendah di Sumatera Barat. Berdasarkan analisis PCA pada semua individu sampel di tiga populasi tersebut didapatkan nilai eigen 0,009 dengan persentase nilai 19,97 persen dan 32,26 persen. Karakter-karakter yang ditemukan mengalami differensiasi terdapat 12 karakter morfometrik. Hubungan kekerabatan populasi katak F. nicobariensis antara populasi yang di pulau Siberut menunjukkan differensiasi yang cukup jauh dengan populasi yang berasal dari Dataran rendah Sumatera Barat. Kata Kunci: Hubungan Kekerabatan, Fenetik, Rana nicobariensis, Siberut, Sumatera Barat PENDAHULUAN Keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat di pulau Sumatera termasuk peringkat tertinggi dan salah satu pusat keanekaragaman dalam gugusan pulau Sunda. Salah satu keanekaragaman yang sering disorot adalah keanekaragaman Amphibia (Natus, 2005) 1. Saat ini jumlah Spesies Amphibia yang sudah diketahui di pulau Sumatera sebanyak 90 Spesies (Mistar, 2003) 2. Penyebaran spesies tersebut di Sumatera Barat ditemukan di dataran rendah hingga dataran tinggi dan di kepulauan Mentawai khususnya Pulau Siberut. Berdasarkan sejarah geologisnya, gugusan Pulau Mentawai merupakan hasil dari tumbukan dua lempeng, yaitu Lempeng Samudera India dengan Lempeng Paparan Sunda pada Periode Tertiari (Verstappen (1975) cit. Hadi, et al. (2009)) 3. Sejarah geologi pulau Siberut menunjukkan terjadinya penyatuan dan pemisahan kembali sejak jutaan hingga ribuan tahun yang lalu. Isolasi geografis menyebabkan pulau ini memiliki tingkat endemik yang sangat tinggi (Dring, McCarthy dan Whitten, 1990) 4. Penelitian mengenai Amphibia belum banyak dilakukan di kepulauan tersebut salah satunya F. nicobariensis, khususnya mengenai variasi dan kekerabatan, yang dibandingkan dengan daratan Sumatera, Semirata 2013 FMIPA Unila 119
2 Meliya Wati, dkk: Studi Fenetik Katak Rana nicobariensis Stoliczka, 1870 (Ranidae) di Pulau Siberut dan Daerah Dataran Rendah Sumatera Barat khususnya Sumatera Barat. Daratan Sumatera Barat juga memiliki keunikan geografis, karena terdiri dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Menurut Schuh (2000) 5 variasi ekologis dan barier geografis memunculkan karakter yang berbeda pada individu dalam satu spesies, dan akan meningkatkan diferensiasi genetik yang nantinya dapat mengarah kepada terbentuknya spesies baru. Kajian variasi dan diferensiasi spesies dapat diterapkan dengan menggunakan metode morfometrik (Wien, 2000) 6. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey dan koleksi langsung di lapangan. Pengukuran sampel mengacu pada metode Heyer et al. (1994) 6 dan Tjong et al. (2007) 7. Adapun karakter yang diukur sebanyak 31 karakter (Gambar 1.) diantaranya; Panjang Badan (PB), Panjang Kepala (PK), Lebar Kepala (LK), Jarak Dari Moncong Sampai Tympanum (JMT), Panjang Moncong (PM), Jarak Dari Hidung Sampai Moncong (JHM), Jarak Dari Mata Sampai Moncong (JMM), Jarak Dari Hidung Sampai Tympanum (JHT), Jarak Dari Mata Sampai Hidung (JMH), Jarak Dari Mata Sampai Tympanum (JMTi), Diameter Tymapanum (DT), Jarak Dari Mandibula Sampai Hidung (JMHi), Jarak Dari Mandibula Sampai Mata Bagian Depan (JMMD), Jarak Dari Mandibula Sampai Mata Bagian Belakang (JMMB), Jarak Inter Nares (JIN), Diameter Mata (DM), Jarak Inter Orbital (JIO), Panjang Kelopak Mata (PKM), Panjang Manus Sampai Digiti (PMD), Panjang Branchium (PBr), Panjang Antebranchium (PAb), Panjang Kaki Belakang (PKB), Panjang Femur (PF), Panjang Tibia (PT), Panjang dari Metatarsus Sampai Ujung Jari Keempat Kaki belakang (PMTJ4), Panjang Dari Tarsus Sampai Jari Keempat Kaki Belakang (PTJ4),Panjang Jari Ketiga Kaki Depan (PJ3KD), Panjang Jari Pertama Kaki Gambar 1. Pengukuran karakter morfologi katak Depan (PJ1KD), Panjang Jari Keempat Kaki Belakang (PJ4KB), Panjang Tubercula Metatarsal Bagian Dalam (PTM), Panjang Jari Pertama Kaki Belakang (PJIKB). Data hasil pengukuran yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan program NTSYSpc 2.02i, MVSP 3.1 dan SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Studi fenetik dilakukan untuk melihat variasi dan hubungan kekerabatan antar populasi-populasi di Sumatera dan Pulau Siberut. Populasi-populasi tersebut terpisah secara fisik yaitu lautan dan jarak. DIFERENSIASI ANTAR POPULASI Variasi karakter-karakter morfometrik dapat dijumpai pada karakter-karakter yang signifikan yaitu terdapat 12 karakter (Tabel 1) Karakter-karakter tersebut adalah panjang badan (PB), panjang kelapa (PK), lebar kepala (LK), jarak dari mata sampai moncong (JMM), diameter mata (DM), jarak inter orbital (JIO), panjang branchium (PBr), panjang kaki belakang (PKB), panjang dari tarsus sampai ujung jari keempat kaki belakang (PTJ4), panjang 120 Semirata 2013 FMIPA Unila
3 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 tubercula metatarsal bagian dalam (PTM), panjang jari pertama kaki depan (PJ1KD). Populasi pulau Siberut yang berada di seberang laut Barat Sumatera, juga terisolasi dari populasi lainnya. Hal ini menyebabkan kecilnya kemungkinan terjadinya breeding antar populasi (Voris, 2000) 8. Variasi morfometrik juga dapat disebabkan oleh kondisi habitat. Perbedaan ekologis tersebut dipengaruhi oleh kondisi geologis seperti ketinggian yang berpengaruh pada iklim termasuk suhu. Keadaan geografis dan kondisi habitat membentuk seleksi alam yang ditunjukkan pada diferensiasi karakter. Kutrup, Bulbul, dan Yilmaz, (2006) 9 meneliti hubungan kekerabatan pada jenis kodok hijau yang berasal dari populasi dataran rendah dan dataran tinggi serta kawasan mediterania dan menemukan perbedaan pada panjang badan dan lebar tympanum serta panjang jari kaki nomor satu. Tabel 1. Diferensiasi morfologi yang ditunjukkan dengan karakterkarakter signifikan pada populasi F. nicobariensis berdasarkan analisis Kruskall-Wallis Test Karakter X 2 Df P PB PK LK JMM DM JIO PBR PKB PTJ PJ4KB PTM PJ1KB Keterangan : p signifikan 0.05; N: jumlah populasi; ns : non signifikan pada uji Kruskall- Wallis; * : signifikan dari hasil uji DIFERENSIASI ANTAR DUA POPULASI Hasil analisis karakter morfometrik dengan menggunakan Mann-Whittney U test terhadap F. nicobariensis (Tabel 2.) menunjukan karakter yang signifikan pada F. nicobariensis antara Padang dan Siberut yaitu 11 karakter, antara populasi Padang dan Pariaman 4 karakter dan Padang dan Pariaman terdapat 6 karakter. Analisis ukuran tubuh Amphibia selain dapat menunjukkan variasi antar populasi juga dapat mengarah pada diferensiasi (Babik dan Rafinski, , Castellano, , Shauble, ). Menurut Shauble (2004) 12, bahwa ukuran tubuh merupakan karakter morfometrik yang fundamental dalam hal yang berkaitan dengan fisiologi, ekologi dan tingkahlaku spesies. Wien, Sukumaran, Pyron dan Brown (2009) 14 menyatakan bahwa variasi dan diferensiasi yang ditunjang faktor genetik dalam waktu yang lama akan menuju evolusi. Tingkatan variasi pada tiap-tiap populasi disebabkan oleh mutasi, migrasi, seleksi alam dan genetic drift. HUBUNGAN KEKERABATAN ANTAR POPULASI Hasil analisis klaster UPGMA (Unweighted Pair Group Method Aritmatic Average) berdasarkan 31 karakter dari tiga populasi menghasilkan hubungan kekerabatan yang terdiri dari dua klaster (dua kelompok populasi). Klaster yang pertama adalah kelompok Pariaman dan Padang yang merupakan populasi yang paling dekat kekerabatannya. Kelompok klaster yang kedua adalah populasi yang berasal dari Siberut yang berkerabat jauh dari populasi Pariaman dan Padang (Gambar 2. Dan 3.). Jarak kekerabatan antar populasi dapat diamati pada nilai Euclidian (Tabel 3.). Nilai Euclidian F. nicobariensis antara Siberut dan Padang pada jantan 8,03 dan antara Pariaman dan Siberut 3,34 serta antara Padang dan Pariaman 3,49 Semirata 2013 FMIPA Unila 121
4 Meliya Wati, dkk: Studi Fenetik Katak Rana nicobariensis Stoliczka, 1870 (Ranidae) di Pulau Siberut dan Daerah Dataran Rendah Sumatera Barat Berdasarkan nilai Euclidian tersebut, nilai Euclidian tertinggi adalah antara populasi Padang dan Siberut yaitu 8,03 sedangkan yang terendah Pariaman dan Siberut yaitu 3,34. Berdasarkan hasil PCA (Principal Component Analysis) populasi Padang dan Pariaman saling berdekatan, sedangkan pada populasi Padang dan pulau Siberut sedikit berjauhan. Berdasarkan nilai eigennya, nilai yang terbesar ditemui yaitu 32,26 dan peresentase terkecil adalah 19,97 persen. Hasil analisis ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai eigen pada spesies F. limnocharis kompleks yang berasal dari Indonesia yang telah mengalami diferensiasi dengan persentase nilai sebesar 46,35 persen (Tjong et al., 2007) 7. Akan tetapi nilai-nilai eigen yang dihasilkan dari penelitian telah menunjukkan adanya variasi yang cukup besar antar populasi tersebut. Tabel 2. Diferensiasi morfologi yang ditunjukkan dengan karakter-karakter signifikan antar populasi F. nicobariensis berdasarkan Mann-Whitney U Test BETINA PADANG VS SIBERUT SIBERUT VS PARIAMAN PADANG VS PARIAMAN KARAKTER U P U P U P PB ns * * PK * ns ns LK * * * JHM * ns ns JMM * * ns DM * ns ns JIO * ns ns PKM ns ns * PBR ns * * PKB * ns ns PT * ns ns PTJ * ns ns PJ4KB * ns ns PTM ns ns * PJ1KB * ns * Keterangan : p signifikan 0.05; N: jumlah populasi; ns : non signifikan pada Mann- Whitney U Test; * : signifikan dari hasil uji Gambar 2. Fenogram hubungan kekerabatan populasi F. nicobariensis 122 Semirata 2013 FMIPA Unila
5 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Tabel 3. Nilai Euclidian dari perbandingan populasi Siberut, Padang dan Pariaman Lokasi Siberut Padang Pariaman Siberut - 8,03 3,34 Padang 8,03-3,49 Pariaman 3,34 3,49 - Gambar 3. Diferensiasi morfologi F. nicobariensis berdasarkan PCA (Principal Component Analysis) KESIMPULAN Berdasarkan analisis terhadap variasi dan hubungan kekerabatan terhadap populasi-populasi F. nicobariensis dapat disimpulkan bahwa terdapat 12 karakter yang signifikan antara lokasi tersebut dan mengalami diferensiasi menjadi dua klaster. Klaster terjauh adalah klaster populasi pulau Siberut. Saran untuk penelitian lanjutan adalah perlunya mengamati variasi dan kenekaragaman secara genetik untuk melihat lebih jelas hubungan kekerabatan dan diferensiasi yang terjadi pada populasipopulasi F. nicobariensis di Sumatera. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih hanya ditujukan kepada Bapak Dr. Djong Hon Tjong dan Bapak Dr. Syaifullah. DAFTAR PUSTAKA Natus, I. R Biodiversity And Endemic Centres Of Indonesian Teresterial Vetebrates. genehmigte Dissertation. der Universität Trier. Mistar Panduan Lapangan Amfibi. Kawasan Ekosistem. UGM Press. Hadi S. H., T. Ziegler, M. Waltert Dan J. K. Hodges Tree Diversity and Forest Structure In Northern Siberut, Mentawai Islands, Indonesia. Tropical Ecology 50(2): International Society for Tropical Ecology. Dring, J. C. M., C. J. McCarthy and A. J. Whitten The terrestrial herpetofauna of the Mentawai Islands, Indonesia. Indo-Malayan Zoology 6: Schuh, R. T Biological Systematic: Principles and Aplications. Cornell University Press. London. Heyer, W.R Variation within the Leptodactylus podicipinus-wagneri complex of frogs (Amphibia: Leptodactylidae). Smithsonian Contributions to Zoology, 546: Tjong, H. T, M. Matsui, M. Kuramoto, D. M. Belabut, H. S. Yong, M. Nishioka, dan M. Sumida. (2007). Morphological divergence, reproductive isolating mechanism and molecular phylogenetic relationship among Indonesian, Malaysian and Japanese populations of the Fejervarya limnocharis complex (Anura, Ranidae). Zoological Science. 24: Voris, H. K Maps of Pleiostocene sea Levels in Shoutheast asia : Shorclines, River Systems and Time Durations. Journal of Biogeography. 27: Kutrup, B. Ufuk, B dan Nuthayat, Y Effect of the ecological conditions on Semirata 2013 FMIPA Unila 123
6 Meliya Wati, dkk: Studi Fenetik Katak Rana nicobariensis Stoliczka, 1870 (Ranidae) di Pulau Siberut dan Daerah Dataran Rendah Sumatera Barat morphological variations of the green toad, Bufo viridis in Turkey. Ecol Res. 21: Babik, W. dan Rafinski, J Morphometric Differentiation of The Moor Frog (Rana arvalis Nilss.) In Central Europe. J. Zool. Syst. Evol. Research Castellano, S. dan C. Giacoma Morfometric and Advertisement Call Geographic Variation in Polyploid Green Toad. Biol J Linn Soc. 70: Schauble, C Variation in the Body Size and Sexual Dimorphism Across Geographical and Environmental Space in the Frogs Limnodynastes tasmaniensis and L. peronii. Biol J Linn Soc 82: Wien, J. J., J. Sukumaran, R. A. Pyron, dan R. m., Brown Evolutionary and Biogeographic Origins of High Tropical Diversity in Old World Frogs (Ranidae). Original Article. The society for the study of Evolution : Semirata 2013 FMIPA Unila
Variasi Morfologi Katak Pohon Bergaris Polypedates leucomystax Gravenhorst, 1829 (Anura; Rhacophoridae) di Sumatera Barat
Variasi Morfologi Katak Pohon Bergaris Polypedates leucomystax Gravenhorst, 1829 Morfological Variation of Striped Tree Frog Polypedates leucomystax Gravenhorst, 1829 (Anura; Rhacophoridae) in West Sumatera
Lebih terperinciVARIASI MORFOMETRIK Fejervarya cancrivora Gravenhorst (1829) DI KAWASAN UNIVERSITAS RIAU
VARIASI MORFOMETRIK Fejervarya cancrivora Gravenhorst (1829) DI KAWASAN UNIVERSITAS RIAU Misna Zaira Ardila 1, Titrawani 2, Ennie Chahyadi 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Bidang
Lebih terperinciDIFERENSIASI MORFOMETRI Fejervarya limnocharis (Anura : Ranidae) Gravenhorst 1829 DI SUMATERA T E S I S. Oleh : FAUZAN B.P.
DIFERENSIASI MORFOMETRI Fejervarya limnocharis (Anura : Ranidae) Gravenhorst 1829 DI SUMATERA T E S I S Oleh : FAUZAN B.P. 0921208018 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2011 ii Diferensiasi Morfometri
Lebih terperinciVARIASI MORFOMETRIK Bufo asper Gravenhorst (1829) DI KAWASAN UNIVERSITAS RIAU DAN DESA BENCAH KELUBI TAPUNG KAMPAR
Available online at AL-KAUNIYAH: Journal of Biology Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah AL-KAUNIYAH; Journal of Biology, 9(2), 2016, 102-117 VARIASI MORFOMETRIK Bufo asper Gravenhorst
Lebih terperinciVariasi morfologi feeding Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer) di Danau Singkarak dan Sungai Batang Anai
ISSN 1858-426 BIOETI Variasi morfologi feeding Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer) di Danau Singkarak dan Sungai Batang Anai Nofrita 1 ; Dahelmi 1 ; Hafrijal Syandri 2 dan Djong Hon Tjong 1
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya tergantung pada suhu
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya tergantung pada suhu lingkungan. Keberadaan amfibi tersebut dipengaruhi oleh faktor iklim, topografi, dan vegetasi
Lebih terperinciANALISIS MORFOMETRIK KANTONG SEMAR (Nepenthes) DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT E-JURNAL
ANALISIS MORFOMETRIK KANTONG SEMAR (Nepenthes) DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT E-JURNAL DITA WARDANI NIM.10010300 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciVARIASI MORFOMETRI DAN KARIOTIPE Rana hosii (Boulenger, 1891) DI SUMATERA BARAT SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH : ANUGRAH VIONA AGESI B.P.
VARIASI MORFOMETRI DAN KARIOTIPE Rana hosii (Boulenger, 1891) DI SUMATERA BARAT SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH : ANUGRAH VIONA AGESI B.P. 07 133 026 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014. Pengambilan sampel ikan wader dilakukan di 5 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Lebih terperinciIdentifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati
Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2
KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi FMIPA-UR 2 Bidang Zoologi Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas
Lebih terperinciSPECIES DICROGLOSSIDAE (AMPHIBIA) PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS DI WILAYAH SOLOK SELATAN
SPECIES DICROGLOSSIDAE (AMPHIBIA) PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS DI WILAYAH SOLOK SELATAN SPECIES DICROGLOSSIDAE (Amphibian) ON TNKS UTILITATION ZONE IN THE SOUTH SOLOK Meliya Wati Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tersebar luas di Daratan Asia Tenggara, Lempeng Sunda, Kepulauan Filipina, dan daerah Wallacea Selatan. Monyet ekor panjang di Indonesia
Lebih terperinci2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang strategis karena terletak di daerah khatulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropis cukup unik dengan keanekaragaman jenis
Lebih terperinciVariasi Morfometri Papilio polytes L. (Lepidoptera: Papilionidae) di Beberapa Lokasi di Sumatera Barat
50 Variasi Morfometri Papilio polytes L. (Lepidoptera: Papilionidae) di Beberapa Lokasi di Sumatera Barat Morphometry variation of Papilio polytes L. (Lepidoptera: Papilionidae) in several places in West
Lebih terperinciDiversitas, Pemetaan, dan Persepsi Masyarakat terhadap Herpetofauna Diurnal di Wana Wisata Rowo Bayu, Kabupaten Banyuwangi
Diversitas, Pemetaan, dan Persepsi Masyarakat terhadap Herpetofauna Diurnal di Wana Wisata Rowo Bayu, Kabupaten Banyuwangi Anggun Sausan Firdaus 1), Alifah Nur Rahmawati 1), Erintha Eka Wardani 1), Mulyadiane
Lebih terperinciBiogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional
Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional Johny S. Tasirin dan Semuel P. Ratag Seminar Nasional Pertanian Pengembangan Sumber Daya Pertanian Untuk Menunjang Kemandirian Pangan Dies Natalis
Lebih terperinciVariasi Morfologi Arachnothera longirostra (Passeriformes, Nectariniidae) (Latham, 1790)
78 Variasi Morfologi Arachnothera longirostra (Passeriformes, Nectariniidae) (Latham, 1790) Morphological variation of Arachnothera longirostra (Passeriformes, Nectariniidae) (Latham, 1790) Aldino Fauzil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman hayati yang terkandung
Lebih terperinciANALISIS HISTOLOGI GINJAL Fejervarya limnocharis Bouie. (Anura: Ranidae) YANG HIDUP PADA AREAL PERTANIAN DI
ANALISIS HISTOLOGI GINJAL Fejervarya limnocharis Bouie. (Anura: Ranidae) YANG HIDUP PADA AREAL PERTANIAN DI DAERAH JORONG PINCURAN TUJUH, KANAGARIAN KOTO LAWEH KEC. X KOTO, KAB. TANAH DATAR. SKRIPSI SARJANA
Lebih terperinciKariotipe Rana chalconota Kompleks yang Terdapat di Sumatera Barat. Karyotype of Rana chalconota Complex in West Sumatera.
Kariotipe Rana chalconota Kompleks yang Terdapat di Sumatera Barat Karyotype of Rana chalconota Complex in West Sumatera Djong Hon TJONG 1*, SYAIFULLAH 1, Silvia INDRA 1, Arie AMELIA 1 1 ) Jurusan Biologi,
Lebih terperinciSPESIES AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN
SPESIES AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN THE SPECIES OF AMPHIBIA THAT WAS FOUND IN SOCIETY GAMBIR GARDEN OF
Lebih terperinciJENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.
JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.04 133 007 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciKarakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna ABSTRAK
Karakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Miftah Hadi Sopyan 1), Moerfiah 2), Rouland Ibnu Darda 3) 1,2,3) Program Studi Biologi Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Lawu merupakan salah satu gunung yang berada di propinsi Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak disekitar 111 o 15 BT dan 7
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk variabilitas
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN TUMBUHAN ANGGREK (ORCHIDACEAE) DI KAWASAN RIMBO PANTI KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL
ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN TUMBUHAN ANGGREK (ORCHIDACEAE) DI KAWASAN RIMBO PANTI KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL IKE OKTARIKA NIM. 09010013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciAnalisis Morfologi Ikan Puntius binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae) dari beberapa Lokasi di Sumatera Barat
139 Analisis Morfologi Ikan Puntius binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae) dari beberapa Lokasi di Sumatera Barat Morphological analysis of Puntius binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae)
Lebih terperinciJENIS- JENIS AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KELAPA SAWIT KANAGARIAN KUNANGAN PARIK RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG
1 JENIS- JENIS AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KELAPA SAWIT KANAGARIAN KUNANGAN PARIK RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG,, Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Biologi Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
9 3.1 Lokasi dan Waktu BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kawasan Lindung Sungai Lesan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 31 Juli sampai 19 Agustus 2010 di Kawasan Lindung Sungai
Lebih terperinciRega Alfi Rosalini ( ) M. Faris Indratmo ( ) Aditya Ahkami ( ) Aurora Hadiluhung (
Rega Alfi Rosalini (3425 111 405) M. Faris Indratmo (3425 111 409) Aditya Ahkami (3425 111 416) Aurora Hadiluhung (3425 111 Variasi morfologi Kongkang Sumatra, Huia sumatrana dan Huia modiglianii INTRODUCTION
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara lokal yang menyebabkan terbentuknya ruangan-ruangan dan lorong-lorong
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Sumatera Barat banyak ditemukan kawasan berkapur (karst) dengan sejumlah goa. Goa-goa yang telah teridentifikasi di Sumatera Barat terdapat 114 buah goa (UKSDA, 1999
Lebih terperinciBIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),
BIODIVERSITAS (Biodiversity) Biodiversity: "variasi kehidupan di semua tingkat organisasi biologis" Biodiversity (yang digunakan oleh ahli ekologi): "totalitas gen, spesies, dan ekosistem suatu daerah".
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis, amfibi berperan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk serta variabilitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Penelitian
Lebih terperinciTINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.
TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh: Fetro Dola Samsu 1, Ramadhan Sumarmin 2, Armein Lusi,
Lebih terperinciA. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup
A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup B. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi 2. Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis Fauna Amphibia di Taman Nasional Lore Lindu
Biocelebes, Desember 2009, hlm. 59-63 ISSN: 1978-6417 Vol. 3 No. 2 Keanekaragaman Jenis Fauna Amphibia di Taman Nasional Lore Lindu Annawaty 1) dan Asri Pirade Paserang 1) 1) Jurusan Biologi, Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi 2.1.1. Taksonomi Reptil Reptilia adalah salah satu hewan bertulang belakang. Dari ordo reptilia yang dulu jumlahnya begitu banyak, kini yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub
Lebih terperinciCover Page. The handle http://hdl.handle.net/1887/20260 holds various files of this Leiden University dissertation.
Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20260 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Becking, Leontine Elisabeth Title: Marine lakes of Indonesia Date: 2012-12-04
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,
Lebih terperinciKAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA
KEANEKARAGAMAN JENIS AMPIBI (Ordo Anura) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity of Amphibians Species (Ordo Anura) in Gunung Ambawang Protected Forest
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI KAWASAN TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC) TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) PESISIR BARAT LAMPUNG
JURNAL HUTAN LESTARI (217) KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI KAWASAN TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC) TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) PESISIR BARAT LAMPUNG (The Diversity Herpetofauna
Lebih terperinciPerbandingan Kariotipe Huia sumatrana (Anura: Raniadae) Dari Padang Dan Pasaman
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Perbandingan Kariotipe Huia sumatrana (Anura: Raniadae) Dari Padang Dan Pasaman Djong Hon Tjong 12, Syaifullah 1, Silvia Indra 1, Ari Amelia 1 1 ) Laboratorium
Lebih terperincisebagai Kawasan Ekosistem Esensial)
UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)
Lebih terperinciTAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.
TAMBAHAN PUSTAKA Distribution between terestrial and epiphyte orchid. Menurut Steeward (2000), distribusi antara anggrek terestrial dan epifit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya vegetasi lain dan juga
Lebih terperinciEksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah Fitmawati, Anggi Suwita, Nery Sofiyanti, Herman Jurusan
Lebih terperinciSPESIES ANURA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KARET MASYARAKAT KENAGARIAN SIMPANG TONANG KECAMATAN DUA KOTO KABUPATEN PASAMAN
SPESIES ANURA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KARET MASYARAKAT KENAGARIAN SIMPANG TONANG KECAMATAN DUA KOTO KABUPATEN PASAMAN Desria Yunelda 1, Meliya Wati 2, Ria Kasmeri 3 Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna (Syarifuddin, 2011). Menurut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Amfibi Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup. Secara harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam, yakni dunia darat
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan
I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki banyak potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan maupun tumbuhan dapat
Lebih terperinciGambar 3. Karakter morfometrik dan meristik Kryptopterus spp. yang diukur
6 memiliki jari-jari bercabang, jumlah jari-jari sirip ini ditentukan sebanyak jumlah jari-jari bercabang ditambah dua. Sedangkan pada sirip punggung ditentukan sebanyak jumlah jari-jari bercabang ditambah
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER
LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER Disusun oleh : Nama NIM : Mohammad Farhan Arfiansyah : 13/346668/GE/07490 Hari, tanggal : Rabu, 4 November 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia termasuk dalam golongan
Lebih terperinciSPESIES KATAK (ANURA) YANG DITEMUKAN PADA KEBUN KARET DESA TRIMULYA KENAGARIAN PANYUBRANGAN KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA
SPESIES KATAK (ANURA) YANG DITEMUKAN PADA KEBUN KARET DESA TRIMULYA KENAGARIAN PANYUBRANGAN KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA Desi Anita, Meliya Wati, Ria Kasmeri 3 Program Studi Pendidikan Biologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia
Lebih terperinciINVENTARISASI JENIS KATAK (RANIDAE) SEBAGAI KOMODITI EKSPOR DI SUMATERA BARAT
BioCONCETTA VOL. 1 NO 2 ISSN: 2460-8556 Desember 2015 Versi Online http://ejournal.stkip-pgrisumbar.ac.id/index.php/bioconcetta INVENTARISASI JENIS KATAK (RANIDAE) SEBAGAI KOMODITI EKSPOR DI SUMATERA BARAT
Lebih terperinciKomunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi
Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi Community of Anura (Amphibia) in three types of wetland habitat at the Harapan Rainforest Jambi Kharisma Putra
Lebih terperinciKARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR
KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR JERRY F. SALAMENA 1, HARIMURTI MARTOJO 2, RONNY R. NOOR 2, CECE SUMANTRI 2 dan ISMETH INOUNU 3 Jurusan Peternakan Fakulas Pertanian Universitas Pattimura 1 Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN M
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Profil RAPD Keragaman profil penanda DNA meliputi jumlah dan ukuran fragmen DNA. Hasil amplifikasi dengan menggunakan primer OPA-02, OPC-02, OPC-05 selengkapnya
Lebih terperinciKekayaan Spesies Amfibi di Pulau Lombok, Indonesia
Kode: SP-014-002 diisi panitia Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 730-735 Kekayaan Spesies Amfibi di Pulau Lombok, Indonesia Muhammad Syazali, Agil Al Idrus, Gito
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki tidak kurang dari 17.500 pulau dengan luasan 4.500 km2 yang terletak antara daratan Asia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai megadiversity country. Sebagai negara kepulauan yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai megadiversity country. Sebagai negara kepulauan yang mempunyai luas 1,3% dari luas permukaan bumi, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara tropika yang memiliki kawasan hutan yang luas. Berdasarkan luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Negara Brasil dan
Lebih terperinciDIVERGENSI MORFOLOGI ANTAR POPULASI SIMPATRIK IKAN BAUNG (Hemibagrus velox Tan et Ng) DI DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT
DIVERGENSI MORFOLOGI ANTAR POPULASI SIMPATRIK IKAN BAUNG (Hemibagrus velox Tan et Ng) DI DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT Putra Santoso, Syaifullah, Djong Hon Tjong, Dewi Imelda Roesma Jurusan Biologi FMIPA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai 17.504 pulau dengan jumlah penduduk mencapai 249 juta jiwa lebih dan memiliki luas wilayah 1.913.578,68 km 2. Banyaknya jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biodiversitas atau lebih sering dikenal sebagai keanekaragaman hayati merujuk kepada Convention on Biological Diversity (CBD) di Rio de Janeiro, Brazil (1993), merupakan
Lebih terperinciMACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.
MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan
Lebih terperinciKonservasi Biodiversitas Indonesia
Konservasi Biodiversitas Indonesia Dr. Luchman Hakim Bahan Kuliah PS S2 Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan Program Pasca Sarjana Univesitas Brawijaya Posisi Indonesia dalam dunia 1 2 3 4
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter morfologi telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga
Lebih terperinciSPECIES AMPHIBIA PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS JORONG PINCURAN TUJUH KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN. Mita Ria Azalia, Jasmi, Meliya Wati.
SPECIES AMPHIBIA PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS JORONG PINCURAN TUJUH KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN Mita Ria Azalia, Jasmi, Meliya Wati. Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan
Lebih terperinciANALISIS UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI KOTA PADANG PADA JENIS KELAMIN BERBEDA
SKRIPSI ANALISIS UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI KOTA PADANG PADA JENIS KELAMIN BERBEDA Oleh : Yuliana 10981008368 JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora
Lebih terperinciPengaruh Dinamika Faktor Lingkungan Terhadap Sebaran Horisontal dan Vertikal Katak
Jurnal Biologi Indonesia 7(2): 331-340 (2011) Pengaruh Dinamika Faktor Lingkungan Terhadap Sebaran Horisontal dan Vertikal Katak Hellen Kurniati Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Gedung Widyasatwaloka-LIPI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Kemiskinan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gajah Sumatera merupakan salah satu mamalia besar yang ada di Sumatera dan merupakan satwa yang dilindungi secara nasional maupun internasional. Berdasarkan Redlist yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia secara geografis memiliki sebagian besar wilayahnya berupa pesisir dan pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya interaksi/peralihan
Lebih terperinciCreation of an Island
ISLAND LIFE ANI MARDIASTUTI DEPARTMENT OF FOREST CONSERVATION FACULTY OF FORESTRY BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY Why We Study Island? Indonesia : + 17,000 islands Most of our endangered primates live in
Lebih terperinciEKOSISTEM. Yuni wibowo
EKOSISTEM Yuni wibowo EKOSISTEM Hubungan Trofik dalam Ekosistem Hubungan trofik menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia suatu ekosistem Produsen primer meliputi tumbuhan, alga, dan banyak spesies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan tropis, yang berkembang sejak ratusan juta tahun yang silam, terdapat berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan.
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar 17.000 pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau menjadikan Indonesia berpotensi memiliki keanekaragaman habitat
Lebih terperinciSTUDI MORFOMETRI DAN JUMLAH KROMOSOM IKAN NILA. (Oreochromis niloticus L.) STRAIN GIFT DAN JICA DI SENTRA
STUDI MORFOMETRI DAN JUMLAH KROMOSOM IKAN NILA (Oreochromis niloticus L.) STRAIN GIFT DAN JICA DI SENTRA PRODUKSI PERIKANAN PADANG BELIMBING KABUPATEN SOLOK SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH : REFNA TINOVA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berada dalam sebuah negara yang memiliki kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah sudah seharusnya menjadikan suatu hal yang membanggakan dan patut untuk disyukuri,
Lebih terperinciMETODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,
19 III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014, di areal pertambakan intensif PT. CPB Provinsi Lampung dan PT. WM Provinsi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah dari Katak Pohon Bergaris (P. Leucomystax Gravenhorst 1829 ) menurut Irawan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phyllum: Chordata,
Lebih terperinciKepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang
Kepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang Population Density and Lizard Distribution (Mabuya multifasciata. Kuhl) of small islands in Padang
Lebih terperinciJenis-Jenis Anura (Amphibia) Di Hutan Harapan, Jambi. The Anuran species (Amphibia) at Harapan Rainforest, Jambi
Jenis-Jenis Anura (Amphibia) Di Hutan Harapan, Jambi The Anuran species (Amphibia) at Harapan Rainforest, Jambi Irvan Fadli Wanda 1), Wilson Novarino 2) dan Djong Hon Tjong 3)*) 1) Laboratorium Riset Taksonomi
Lebih terperinciJurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (21 30)
KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI YOUTH CAMP DESA HURUN KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN (AMPHIBIANS DIVERSITY (ORDO ANURA) ON SEVERAL HABITAT TYPES YOUTH
Lebih terperinciJarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Entok Jantan dan Betina Melalui Pendekatan Analisis Morfometrik
Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2014 Vol. 16 (1) ISSN 1907-1760 Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Entok Jantan dan Betina Melalui Pendekatan Analisis Morfometrik (Genetic Distance and Discriminant
Lebih terperinci4. Sruktural 5. Fisiolois 6. Inang 7. Partenogenesis: perkembangan individu dari gamet yang tidak dibuahi, terutama banyak terjadi pada invertebrata.
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan lainnya dipisahkan
Lebih terperinciHUBUNGAN GENETIK, UKURAN POPULASI EFEKTIF DAN LAJU SILANG DALAM PER GENERASI POPULASI DOMBA DI PULAU KISAR
HUBUNGAN GENETIK, UKURAN POPULASI EFEKTIF DAN LAJU SILANG DALAM PER GENERASI POPULASI DOMBA DI PULAU KISAR [Genetic Relationships, Effective Population Size and Rate of Inbreeding per Generation of Sheep
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di
III.METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 3.2 Materi Materi penelitian adalah ternak domba
Lebih terperinciKey words : morphology, Apis dorsata Fabr., Aggregation.
STUDI MORFOLOGI LEBAH PEKERJA Apis dorsata Fabr. (Hymenoptera:Apidae) AGREGASI DI SIJUNJUNG Lidya Novita Sari, Jasmi, Putri Pratiwi Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan IlmuPendidikan
Lebih terperinci