Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D."

Transkripsi

1

2 Elektronika : Teori dan Penerapan Herman Dwi Surjono, Ph.D.

3 Elektronika : Teori dan Penerapan Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif Perancang Sampul : Dhega Febiharsa Tata Letak : Dhega Febiharsa Diterbitkan Oleh: Penerbit Cerdas Ulet Kreatif Jl. Manggis 72 RT 03 RW 04 Jember Lor Patrang Jember - Jawa Timur Telp Faks Katalog Dalam Terbitan (KDT) Herman Dwi Surjono, Elektronika : Teori dan Penerapan /Herman Dwi Surjono, Penyunting: Tim Cerdas Ulet Kreatif, 2007, 168 hlm; 14,8 x 21 cm. ISBN Hukum Administrasi I. Judul II. Tim Cerdas Ulet Kreatif 168 Distributor: Penerbit CERDAS ULET KREATIF Website : buku@cerdas.co.id Cetakan Kedua, 2011 Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Ketentuan Pidana Pasal 72 (ayat 2) 1. Barang Siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). ii

4 Kata Pengantar Buku ini diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin mengetahui elektronika baik secara teori, konsep dan penerapannya. Pembahasan dilakukan secara komprehensif dan mendalam mulai dari pemahaman konsep dasar hingga ke taraf kemampuan untuk menganalisis dan mendesain rangkaian elektronika. Penggunaan matematika tingkat tinggi diusahakan seminimal mungkin, sehingga buku ini bias digunakan oleh berbagai kalangan. Pembaca dapat beraktivitas dengan mudah karena didukung banyak contoh soal dalam hamper setiap pokok bahasan serta latihan soal pada setiap akhir bab. Beberapa rangkaian penguat sedapat mungkin diambilkan dari pengalaman praktikum. Sebagai pengetahuan awal, pemakai buku ini harus memahami teori dasar rangkaian DC dan matematika dasar. Teori Thevenin, Norton, dan Superposisi juga digunakan dalam beberapa pokok bahasan. Di samping itu penguasaan penerapan hukum Ohm dan Kirchhoff merupakan syarat mutlak terutama pada bagian analisis dan perancangan. Bab 1 membahas teori semikonduktor yang merupakan dasar dari pembahasan berbagai topic berikutnya, bahan tipe P dan N, karakterisik diode semikonduktor dan model dioda. Bab 2 membahas beberapa penerapan diode semikonduktor dalam rangkaian elektronika diantaranya yang paling penting adalah rangkaian penyearah. iii

5 Bab 3 membahas transistor bipolar. Prinsip kerja dan karakteristik input dan output transistor, tiga macam konfigurasi transistor serta pengaruhnya terhadap temperatur. Bab 4 membahas berbagai metode pemberian bias, garis beban AC dan DC, analisis serta perencanaan titik kerja. Selanjutnya pada bab 5 membahas analisis serta perancangan penguat transistor. Semoga buku ini bermanfaat bagi siapa saja. Saran-saran dari pembaca sangat diharapkan. Yogyakarta, Desember 2007 Penulis, Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika, FT- UNY iv

6 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 1. DIODA SEMIKONDUKTOR 1.1. Pendahuluan 1.2. Teori Semikonduktor 1.3. Semikonduktor Type N 1.4. Semikonduktor Type P 1.5. Dioda Semikonduktor 1.6. Bias Mundur (Reverse Bias) 1.7. Bias Maju (Forward Bias) 1.8. Kurva Karakteristik Dioda 1.9. Resistansi Dioda Rangkaian Ekivalen Dioda Ringkasan Soal Latihan 2. RANGKAIAN DIODA 2.1. Pendahuluan 2.2. Penyearah Setengah Gelombang 2.3. Penyearah Gelombang Penuh 2.4. Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan 2.5. Rangkaian Clipper (Pemotong) 2.6. Rangkaian Clamper (Penggeser) 2.7. Dioda Zener 2.8. Perencanaan Penyetabil Tegangan 2.9. Rangkaian Pelipat Tegangan Ringkasan Soal Latihan 3. TRANSISTOR BIPOLAR 3.1. Pendahuluan 3.2. Konstruksi Transistor Bipolar 3.3. Kerja Transistor 3.4. Konfigurasi Transistor 3.5. Kurva Karakteristik Transistor 3.6. Pengaruh Temperatur 3.7. Ringkasan 3.8. Soal Latihan 4. BIAS DC TRANSISTOR BIPOLAR 4.1. Pendahuluan 4.2. Pengertian Titik Kerja 4.3. Rangkaian Bias Tetap iii v v

7 4.4. Bias Umpan Balik Tegangan 4.5. Bias Pembagi Tegangan 4.6. Garis Beban DC dan AC 4.7. Analisa dan Desain 4.8. Ringkasan 4.9. Soal Latihan 5. PENGUAT TRANSISTOR BIPOLAR 5.1. Pendahuluan 5.2. Parameter Penguat 5.3. Model Hibrid 5.4. Parameter H 5.5. Analisa Penguat CE 5.6. Penguat CE dengan Resistor RE 5.7. Rangkaian Pengikut Emitor 5.8. Penguat Basis Bersama (CB) 5.9. Perencanaan Penguat Transistor Ringkasan Soal Latihan LAMPIRAN A LAMPIRAN B INDEKS vi

8 Bab 4 Bias DC Transistor Bipolar 4.1 Pendahuluan Pengetahuan tentang tanggapan ac dan dc suatu sistem sangat diperlukan baik dalam analisis maupun perencanaan rangkaian penguat transistor. Rangkaian penguat dapat melipat gandakan sinyal input ac yang kecil disebabkan karena rangkaian tersebut mendapatkan tegangan dc dari luar. Oleh karena itu setiap analisis maupun perencanaan rangkaian penguat terdapat dua komponen, yakni ac dan dc. Dengan teori superposisi, kondisi level dc dan ac dapat dipisahkan. Level dc dari suatu rangkaian menentukan titik kerja transistor yang dipakai. Bab ini akan membahas berbagai bentuk rangkaian bias dan menganalisa titik kerja rangkaian penguat transistor. Disamping analisis diberikan pula cara perencanaan suatu titik kerja, sehingga transistor dapat bekerja sesuai keinginan. 4.2 Pengertian Titik Kerja Istilah bias dc pada judul bab empat ini menyangkut pemberian tegangan dc kepada transistor untuk mendapatkan level tegangan dan arus yang tetap. Dalam penguat transistor level tegangan dan arus yang tetap tersebut akan menempatkan suatu titik kerja pada kurva karakteristik sehingga menentukan daerah kerja transistor. Oleh karena titik kerja tersebut merupakan titik yang tetap dalam kurva karakteristik, maka biasanya disebut dengan titik-q (atau Quiescent Point). Gambar 4.1 menunjukkan kurva karakteristik output dengan empat buah contoh titik kerja yang diberi nama A, B, dan C. Pada dasarnya titik kerja suatu rangkaian penguat bisa diletakkan dimana saja di kurva karakteristik tersebut. Namun agar rangkaian penguat dapat menguatkan sinyal dengan linier atau tanpa cacat, maka titik kerja diusahakan ditempatkan di

9 Herman Dwi Surjono, Ph.D. tengah daerah aktif. Disamping itu yang perlu diperhatikan adalah agar titik kerja tidak diletakkan diluar batas maksimum dari arus maupun tegangan yang sudah ditentukan oleh pabrik. Apabila hal ini dilanggar transistor akan panas dan cepat rusak. IC (ma) PCmaks ICmaks 40 IB= 80 µa daerah jenuh B IB= 60 µa IB= 40 µa 10 IB= 20 µa C A IB= 0 µa VCE (Volt) daerah mati VCEmaks Gambar 4.1 Daerah pada kurva karakteristik output Pada gambar 4.1 tersebut terlihat arus I C maksimum adalah 40 ma dan tegangan V CE maksimum sebesar 20 Volt. Disamping harga arus dan tegangan maksimum tersebut yang tidak boleh dilampaui adalah daya kolektor maksimum PCmaks. Dalam gambar PCmaks ini ditunjukkan oleh garis lengkung putus-putus. PCmaks atau disipasi daya kolektor maksimum ini merupakan perkalian I C dengan V CE. Dengan demikian titik kerja harus diletakkan di dalam batas-batas tersebut. Tampak pada gambar 4.1 bahwa ketiga titik kerja A, B dan C terletak pada daerah kerja transistor yang diijinkan. Transistor dengan titik kerja A kira-kira mempunyai V CE = 2 Volt dan I C = 7 ma. Titik kerja B mempunyai V CE = 10 Volt, I C = 21 ma dan titik kerja C adalah V CE = 19 Volt, I C = 11 ma. Transistor yang bekerja pada titik A kurang begitu memuaskan karena termasuk pada kurva non-linier, sehingga sinyal output akan cenderung untuk cacat. Demikian juga pada titik C, karena terletak hampir pada batas kemampuan V CE transistor. Disamping itu transistor juga akan cepat panas. Titik B merupakan pilihan terbaik sebagai titik kerja transistor sebagai 76

10 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar penguat, karena terletak di tengah-tengah, sehingga memungkinkan transistor dapat menguatkan sinyal input secara maksimum. Agar transistor bekerja pada suatu titik kerja tertentu diperlukan rangkaian bias. Rangkaian bias ini akan menjamin pemberian tegangan bias persambungan E-B dan B-C dari transistor dengan benar. Transistor akan bekerja pada daerah aktif bila persambungan E-B diberi bias maju dan B-C diberi bias mundur (lihat tabel 3.1). Dalam praktek dikenal berbagai bentuk rangkaian bias yang masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Kemantapan kerja transistor terhadap pengaruh temperatur merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan bentuk rangkaian bias. Karena perubahan temperatur akan mempengaruhi β (faktor penguatan arus pada CE) dan arus bocor ICBO. 4.3 Rangkaian Bias Tetap Gambar 4.2 menunjukkan rangkaian transistor dengan bias tetap. Rangkaian bias ini cukup sederhana karena hanya terdiri atas dua resistor R B dan R C. Kapasitor C1 dan C2 merupakan kapasitor kopling yang berfungsi mengisolasi tegangan dc dari transistor ke tingkat sebelum dan sesudahnya, namun tetap menyalurkan sinyal ac-nya. V CC input C 1 R B I B R C I C C 2 output V CE V BE Gambar 4.2 Rangkaian bias tetap Pada analisis dc, semua kapasitor dapat diganti dengan rangkaian terbuka. Hal ini karena sifat kapasitor yang tidak dapat melewatkan arus dc. Dengan demikian untuk keperluan analisis dc rangkaian dapat disederhanakan menjadi seperti pada gambar

11 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dengan menggunakan hukum Kirchhoff tegangan pada ikal input (basis-emitor), maka diperoleh persamaan: IB.RB + VBE = VCC VCC - VBE IB = RB...(4.1) Persamaan ini cukup mudah untuk diingat karena sesuai dengan hukum Ohm, yakni arus yang mengalir pada RB adalah turun tegangan pada RB dibagi dengan RB. Karena VCC dan VBE tetap, maka RB adalah penentu arus basis pada titik kerja. V CC V CC I C R B I B R C V CE V BE Gambar 4.3 Rangkaian ekivalen dc dari gambar 4.2 Setelah arus IB ditentukan, maka arus IC dengan mudah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: IC = βib...(4.2) 78

12 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Dengan menggunakan hukum Kirchhoff pada ikal output (kolektor-emitor), maka diperoleh persamaan: IC.RC + VCE = VCC VCE = VCC - IC.RC...(4.3) Ketiga harga yang baru saja diperoleh, yaitu IB, IB dan VCE inilah yang menentukan titik kerja transistor. Oleh karena itu dalam penulisan sering ditambah huruf Q di belakangnya, yakni berturut-turut IBQ, ICQ dan VCEQ. Harga ICQ dan VCEQ merupakan koordinat dari titik kerja Q pada kurva karakteristik output CE. Titik kerja Q dalam kurva karakteristik selalu terletak pada garis beban. Hal ini karena harga VCEQ diperoleh dari persamaan 4.3 yakni yang disebut dengan persamaan garis beban. Untuk menggambar garis beban pada kurva, ditentukan dua titik yang berpotongan dengan masing-masing sumbu x (VCE) dan sumbu y (IC). Persamaan garis beban: VCE = VCC - IC.RC Garis beban akan memotong sumbu x (VCE), apabila arus IC adalah nol. Dalam hal ini transistor dalam keadaan mati (IC = 0), sehingga tegangan VCE adalah maksimum, yaitu: VCEmaks = VCC...(4.4) Garis beban akan memotong sumbu y (IC), apabila tegangan VCE adalah nol. Dalam hal ini transistor dalam keadaan jenuh (VCE = 0), sehingga arus IC adalah maksimum, yaitu: VCE = VCC - IC.RC 0 = VCC - ICmaks. RC VCC ICmaks = RC...(4.5) 79

13 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Apabila kedua titik ekstrem (VCEmaks dan ICmaks) ini dihubungkan maka diperoleh garis beban dimana titik Q berada. Garis beban ini disebut dengan garis beban dc, karena hanya berkaitan dengan parameter dc dari rangkaian. Lihat gambar 4.4. Nanti pada pembahasan rangkaian bias yang lain akan dianalisa juga garis beban ac. IC ICmaks ICQ Q IBQ Garis beban dc VCEmaks VCE VCEQ Gambar 4.4 Kurva output dengan garis beban dc Contoh 4.1 Suatu rangkaian penguat menggunakan bias tetap seperti pada gambar 4.5. Tentukan titik kerja (IBQ, ICQ, VCEQ) dan gambarkan garis beban dc-nya. V CC = 12 V input C 1 10 µf R B 240 KΩ R C 2,2 KΩ β = 50 C 2 10 µf output Gambar 4.5 Rangkaian penguat untuk contoh

14 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Penyelesaian: a) Titik kerja: VCC - VBE IBQ = RB 12V - 0,7V IBQ = = 47,08 µa 240 K ICQ = βibq = (50)(47,08 µa) = 2,35 ma VCEQ = VCC - ICRC b) Garis beban: = 12V - (2,35mA)(2,2KΩ) = 6,83 Volt VCC ICmaks = RC 12V ICmaks = 2,2 KΩ = 5,45 ma VCEmaks = VCC = 12 Volt IC (ma) 5,45 2,35 Q 47,08 µa 12 Garis beban dc VCE (Volt) 6,83 Gambar 4.6 Garis beban dc untuk contoh

15 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Titik kerja dari rangkaian bias tetap sangat dipengaruhi oleh harga β. Oleh karena β sangat peka terhadap perubahan temperatur, maka stabilitas kerja dari rangkaian bias tetap kurang baik. Untuk memperbaiki stabilitas terhadap variasi β, maka diberikan resistor pada kaki emitor (RE). Lihat gambar 4.7. V CC input C 1 R B I B R C I C C 2 output V CE V BE R E I E Gambar 4.7 Rangkaian bias tetap dengan stabilisasi emitor Dengan menggunakan hukum Kirchhoff tegangan, dari ikal input (basis-emitor) dapat diturunkan persamaan sebagai berikut: IB.RB + VBE + IE.RE = VCC karena: IE = (β + 1)IB maka: IB.RB + VBE + (β + 1)IB.RE = VCC IB {RB + (β + 1)RE} + VBE = VCC IB {RB + (β + 1)RE} = VCC - VBE sehingga diperoleh: VCC - VBE IB = RB + (β + 1)RE...(4.6) Besarnya arus IC dapat dicari dengan persamaan 4.2, yaitu: IC = βib. 82

16 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Persamaan garis beban dapat diturunkan dengan menggunakan hukum Kirchhoff tegangan pada ikal output (kolektor-emitor) dari gambar 4.7, yaitu: IC.RC + VCE + IE.RE = VCC karena IE IC, maka: IC.RC + VCE + IC.RE = VCC IC(RC + RE) + VCE = VCC sehingga diperoleh: VCE = VCC - IC(RC + RE)...(4.7) Persamaan ini akan menentukan garis beban dc pada kurva output. Pada saat arus IC = 0 (transistor mati), maka tegangan VCE akan maksimum, yaitu (persmaan 4.4): VCEmaks = VCC Pada saat tegangan VCE = 0 (transistor jenuh), maka arus IC akan maksimum, yaitu: VCC ICmaks = RC + RE...(4.8) 83

17 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Contoh 4.2 Suatu rangkaian penguat menggunakan bias tetap dengan stabilisasi emitor seperti pada gambar 4.8. Tentukan titik kerja (IBQ, ICQ, VCEQ) dan gambarkan garis beban dc-nya. V CC = 20 V input C 1 10 µf R B 430 KΩ R C 2 KΩ β = 50 C 2 10 µf output R E 1 KΩ 10 µf Gambar 4.8 Rangkaian penguat untuk contoh 4.2 Penyelesaian: a) Titik kerja: VCC - VBE IBQ = RB + (β + 1)RE 20V - 0,7V IBQ = = 40,1 µa 430KΩ + (50+1)(1KΩ) ICQ = βibq = (50)(40,1 µa) = 2,01 ma VCEQ = VCC - IC(RC + RE) b) Garis beban: = 20V - (2,01mA)(2KΩ + 1KΩ) = 13,97 Volt VCC ICmaks = RC + RE 20V ICmaks = = 6,67 ma 2,2KΩ + 1KΩ 84

18 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar VCEmaks = VCC = 20 Volt IC (ma) 6,67 2,01 Q 40,01 µa 20 Garis beban dc VCE (Volt) 13,97 Gambar 4.9 Garis beban dc untuk contoh 4.2 Apabila contoh 4.1 di atas diulangi lagi untuk harga β (beta) dua kali lipat, yakni 100, maka diperoleh harga IB, IC, dan VCE sebagai berikut: β IB (µa) IC(mA) VCE(V) 50 47,08 2,35 6, ,08 4,70 1,64 Terlihat bahwa apabila β (beta) dinaikkan 100 %, maka arus kolektor IC naik 100 %. Jadi arus IC sangat tergantung pada besarnya β. Karena β sangat peka terhadap temperatur, maka rangkaian bias tetap (gambar 4.2) juga sangat peka terhadap perubahan temperatur. Sekarang apabila contoh 4.2 diulangi lagi untuk harga β (beta) dua kali lipat, yakni 100, maka diperoleh harga IB, IC, dan VCE sebagai berikut: 85

19 Herman Dwi Surjono, Ph.D. β IB (µa) IC(mA) VCE(V) 50 40,1 2,01 13, ,3 3,63 9,11 Terlihat bahwa apabila β (beta) dinaikkan 100 %, maka arus IC naik 81 %. Perubahan ini lebih kecil dari contoh sebelumnya. Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian bias tetap dengan stabilisasi emitor (gambar 4.7) ternyata lebih stabil terhadap perubahan β dari pada rangkaian bias tetap pada tanpa RE. 4.4 Bias Umpan Balik Tegangan Untuk memperbaiki stabilitas titik kerja terhadap perubahan β, digunakan rangkaian bias dc dengan menggunakan umpan balik tegangan. Gambar 4.10 merupakan penguat transistor dengan menggunakan bias umpan balik tegangan. V CC RB R C I C C 2 output input C 1 IB I C V BE R E Untuk mendapatkan arus IB, diterapkan hukum Kirchhoff tegangan pada ikal input (basis-emitor), yaitu: Gambar 4.10 Rangkaian bias umpan balik tegangan VCC = IC.RC + IB.RB + VBE + IE.RE 86

20 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Perlu diperhatikan bahwa arus yang mengalir pada RC bukanlah IC melainkan IC, dimana IC = IC + IB. Tetapi karena harga IC dan IC jauh lebih besar dibanding IB, maka secara pendekatan IC dapat dianggap sama dengan IC (IC IC = βib). Demikian juga bahwa IE IC. Sehingga diperoleh: VCC = βib.rc + IB.RB + VBE + βib.re VCC - VBE = βib(rc + RE) + IB.RB VCC - VBE = IB{RB + β(rc + RE)} VCC - VBE IB = RB + β(rc + RE)...(4.9) Arus IC dapat diperoleh dengan mengalikan IB dengan β, yaitu: IC = βib. Selanjutnya harga VCE dapat dihitung dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan pada ikal output (kolektor-emitor), yaitu: VCC = IC.RC + VCE + IE.RE kembali dengan asumsi bahwa: IC IC dan IE IC, maka: VCC = IC.RC + VCE + IC.RE VCC = IC(RC + RE) + VCE VCE = VCC - Ic(RC + RE)...(4.10) 87

21 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Contoh 4.3 Tentukan titik kerja (ICQ dan VCEQ) dari rangkaian seperti pada gambar V CC = 10V 250KΩ 4,7KΩ C 2 output input C 1 β = 90 1,2KΩ Gambar 4.11 Rangkaian untuk contoh 4.3 Penyelesaian: VCC - VBE IB = RB + β(rc + RE) 10V - 0,7V = = µa 250KΩ + (90)(4,7KΩ + 1,2KΩ) ICQ = βib = (90)(11.91 µa) = 1,07 ma VCEQ = VCC - IC(RC + RE) = 10V - 1,07mA)(4,7KΩ + 1,2KΩ) = 3,69 Volt 88

22 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Apabila contoh 4.3 tersebut diulangi lagi dengan harga β dinaikkan menjadi 135, maka hasilnya dapat dibandingkan sebagai berikut: β I CQ (ma) V CEQ (V) 90 1,07 3, ,2 2,92 Terlihat bahwa apabila β dinaikkan 50 %, arus ICQ naik 12,1% dan VCEQ turun sekitar 20,9%. Perubahan titik kerja karena pengaruh perubahan β pada rangkaian bias ini ternyata lebih kecil dibanding pada rangkaian bias tetap maupun bias tetap dengan stabilisasi emitor. Dengan kata lain rangkaian bias dengan umpan balik tegangan mempunyai stabilitas yang lebih baik dari pada rangkaian bias sebelumnya. 4.5 Bias Pembagi Tegangan Rangkaian bias pembagi tegangan sering juga disebut dengan bias sendiri (self-bias). Penguat transistor pada umumnya lebih banyak menggunakan rangkaian bias jenis ini, karena stabilitasnya sangat baik. Stabilitasnya lebih baik dari pada rangkaian bias yang sudah dibahas sebelumnya. Gambar 4.12 menunjukkan rangkaian penguat dengan bias pembagi tegangan. Rangkaian bias pembagi tegangan terdiri atas empat buah resistor, yaitu: R1, R2, RC, dan RE. Resistor R1 (yang berada di atas) akan menjamin bahwa persambungan kolektor - basis mendapatkan bias mundur, sedangkan resistor R2 (yang berada di bawah) akan menjamin bahwa persambungan basis - emitor mendapatkan bias maju. Oleh karena itu dengan adanya pembagi tegangan R1 dan R2 akan menjamin bahwa transistor dapat bekerja pada daerah aktif. RC sebagai resistansi beban kolektor, dan RE sebagai stabilisasi dc. 89

23 Herman Dwi Surjono, Ph.D. V CC input C 1 R1 R C C 2 output V CE R2 V BE R E Gambar 4.12 Rangkaian penguat dengan bias pembagi tegangan Analisis dc rangkaian bias pembagi tegangan ini dimulai dengan menggambar lagi bagian input dari rangkaian tersebut seperti pada gambar R1 V CC R2 B R E Thevenin Gambar 4.13 Penggambaran kembali bagian input dari gambar 4.12 Jaringan input dari rangkaian gambar 4.13 diselesaikan dengan metode Thevenin, yaitu menggantinya dengan sebuah sumber tegangan V TH dan sebuah resistansi R TH. Hubungan 90

24 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar antara V TH dan R TH adalah seri, sehingga diperoleh rangkaian ekivalen yang sederhana. Dalam analisa penguat transistor tegangan Thevenin (V TH ) sering disebut dengan VBB dan resistansi Thevenin (R TH ) sering disebut dengan RB. Lihat gambar RTH atau RB B V TH atau V BB IB E R E Gambar 4.14 Rangkaian ekivalen Thevenin pada input transistor Harga resistansi dan tegangan Thevenin dari rangkaian ekivalen adalah sebagai berikut. Resistansi Thevenin: RTH = RB = R1 R2 R1.R2 RB = R1 + R2...(4.11) Tegangan Thevenin: R2 V TH = VBB = VR2 = VCC R1 + R2 R2. VCC VBB = R1 + R2...(4.12) 91

25 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan pada ikal input rangkaian ekivalen Thevenin gambar 4.14, dapat ditentukan harga IB, yaitu: VBB = IB.RB + VBE + IE.RE karena, IE = (β + 1)IB maka: VBB = IB.RB + VBB + (β + 1)IB.RE VBB = IB {RB + (β + 1)RE} + VBB VBB - VBE = IB {RB + (β + 1)RE} sehingga diperoleh: VBB - VBE IB = RB + (β + 1)RE...(4.13) dimana harga VBE ini sama seperti pembahasan yang lalu yaitu dianggap VBE aktif = 0,7 Volt. Harga IB yang diperoleh ini merupakan titik kerja transistor yang biasanya disebut dengan IBQ. Apabila IB = IC/β dimasukkan pada persamaan 4.13 tersebut, maka harga IC dapat diperoleh, yaitu: VBB - VBE IC = RB/β + (1 + 1/β)RE...(4.14) Analisis pendekatan dapat dilakukan apabila IE IC, yaitu apabila arus IE dianggap sama dengan arus IC, maka dapat diperoleh: VBB - VBE IC = RB/β + RE...(4.15) Harga arus IC ini merupakan titik kerja transistor yang sering disebut dengan ICQ. 92

26 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Persamaan garis beban dapat diperoleh dengan menerapkan hukum Kirchhoff pada ikal output kolektor - emitor, yaitu: VCC = IC.RC + VCE + IE.RE karena: IE = IC + IB IE = IC + IC/β maka: IE = (1 + 1/β)IC VCC = IC.RC + VCE + (1 + 1/β)IC.RE sehingga diperoleh: VCE = VCC - IC.RC - (1 + 1/β)IC.RE..(4.16) Harga arus IC ini merupakan titik kerja transistor yang sering disebut dengan ICQ. Analisis pendekatan dapat dilakukan apabila IE IC, yaitu arus IE dianggap sama dengan arus IC, maka diperoleh: VCE = VCC - IC(RC + RE)...(4.17) 93

27 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Contoh 4.3 Suatu rangkaian penguat menggunakan bias pembagi tegangan seperti pada gambar Tentukan titik kerja (ICQ, VCEQ) rangkaian penguat tersebut. V CC = 22 V input 10 µf R1 39KΩ RC 10KΩ β = µf output R2 3,9KΩ RE 1,5KΩ 10 µf Gambar 4.15 Rangkaian penguat untuk contoh 4.3 Penyelesaian: R1.R2 RB = R1 + R2 (39KΩ)(3,9KΩ) = = 3,55 KΩ 39KΩ + 3,9KΩ R2. VCC VBB = R1 + R2 (3,9KΩ)(22V) = = 2 Volt 39KΩ + 3,9KΩ 94

28 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar ICQ VBB - VBE = RB/β + (1 + 1/β)RE 2V - 0,7V = = 0,85 ma 3,55KΩ/140 + (1 + 1/140)(1,5KΩ) V CEQ = VCC - IC.RC - (1 + 1/β)IC.RE = 22V-(0,85mA)(10KΩ)-(1+1/140)(0,85mA)(1,5KΩ) = 22V - (8,5V) - (1.28V) = 12,22 V Perhitungan pendekatan: ICQ VBB - VBE = RB/β + RE 2V - 0,7V = = 0,86 ma 2KΩ/ ,5KΩ VCE = VCC - IC(RC + RE) = 22V - (0,86mA)(10KΩ + 1,5KΩ) = 22V - 9,86V = 12,14 Volt Perbandingan hasil antara analisis tepat dan pendekatan untuk ICQ adalah 0,85 ma dan 0,86 ma, sedangkan untuk VCEQ adalah 12,22 V dan 12,14 V. Terlihat bahwa perbedaanya sangat kecil. Semakin besar harga beta (β) semakin kecil perbedannya. Sebagaimana telah dilakukan pada rangkaian bias tetap yakni membuktikan pengaruh perubahan beta (β) terhadap titik kerja transistor, maka apabila contoh 4.3 diulangi lagi tetapi untuk harga β sebesar 70, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 95

29 Herman Dwi Surjono, Ph.D. β I CQ (ma) V CEQ (V) , ,83 12,46 Hasil tersebut menunjukkan bahwa meskipun harga β turun setengahnya, ternyata titik kerja transistor hampir sama. Hal ini terbukti bahwa stabilitas rangkaian bias pembagi tegangan terhadap perubahan β sangat baik. 4.6 Garis Beban DC dan AC Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa titik kerja suatu transistor dalam rangkaian penguat selalu terletak pada garis beban. Garis beban dc dibuat berdasarkan tanggapan rangkaian terhadap tegangan dc (tegangan catu daya), dan garis beban ac diperoleh karena tanggapan rangkaian terhadap sinyal ac. Dengan adanya garis beban dc dan ac pada kurva karakteristik, maka kondisi kerja transistor dapat diketahui dan penerapan sinyal ac pada penguat dapat dianalisis dengan mudah. Perhatikan rangkaian penguat Emitor Bersama (Common Emitter = CE) dengan bias pembagi tegangan pada gambar Tanggapan rangkaian penguat tersebut terhadap tegangan dc lebih sederhana karena semua kapasitor diganti dengan rangkaian terbuka. Beban pada ikal kolektor-emitor adalah RC dan RE. Oleh karena itu beban ini disebut dengan beban dc (Rdc). Rdc = RC + RE Sedangkan tanggapan terhadap sinyal ac, semua kapasitor (C kopling dan C by-pass) dan catu daya dc (VCC) dianggap hubung singkat. Dengan demikian karena terminal untuk VCC terhubung ke tanah (ground) dan kapasitor C2 dianggap hubung singkat, maka resistor RC dan resistor RL terhubung paralel (RC RL). Beban pada ikal kolektor-emitor adalah resistor RC RL dan resistor RE. Beban ini disebut dengan beban ac (Rac). Rac = (RC RL) + RE 96

30 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar V CC input C 1 R1 R C C 2 output R2 R E R L Gambar 4.16 Rangkaian penguat CE dengan bias pembagi tegangan Untuk mendapatkan garis beban dc beban yang digunakan adalah beban dc (Rdc). Kemiringan garis beban dc adalah -1/Rdc. Demikian pula bila ingin mendapatkan garis beban ac, maka yang digunakan adalah beban ac (Rac). Kemiringan garis beban ac adalah -1/Rac. Persamaan garis beban dc untuk rangkaian CE dari gambar 4.16 adalah: VCE = VCC - IC(RC + RE)...(4.18) Untuk menggambarkan persamaan garis beban ini kedalam kurva karakteristik output, maka perlu dicari dua titik ekstrem dan menghubungkan keduanya. Dua titik ini adalah satu titik berada di sumbu X (tegangan VCE) yang berarti arus ICnya menjadi nol dan satu titik lainnya berada di sumbu Y (arus IC) yang berarti bahwa tegangan VCEnya menjadi nol. Titik pertama, pada saat arus IC = 0, maka diperoleh tegangan VCE maskimum (transistor dalam keadaan mati). Dengan memasukkan harga IC = 0 ini ke persamaan garis beban dc diperoleh: VCEmaks = VCC...(4.19) 97

31 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Titik kedua, pada saat tegangan VCE = 0, maka diperoleh arus IC maksimum (transistor dalam keadaan jenuh). Dengan memasukkan harga VCE = 0 ini ke persamaan garis beban dc diperoleh: VCC ICmaks = RC + RE VCC ICmaks = Rdc...(4.20) Selanjutnya adalah menentukan garis beban ac. Oleh karena titik nol (titik awal) dari sinyal ac yang diumpankan ke penguat selalu berada pada titik kerja (titik Q), maka garis beban ac selalu berpotongan dengan garis beban dc pada titik Q tersebut. Dengan demikian cara yang paling mudah untuk mendapatkan garis beban ac adalah dengan memasukkan harga ac dari arus IC dan tegangan VCE kedalam persamaan garis beban dc. Harga ac dari besaran arus dalam hal ini adalah IC dapat dilihat pada gambar Dengan cara yang sama dapat diperoleh harga besaran tegangan VCE. ic = harga sesaat i C = harga total sesaat I CQ = harga tetap (dc) Gambar 4.17 Notasi besaran arus pada sinyal ac t Besaran arus: ic = i C - I CQ Besaran tegangan: vce = v CE - V CEQ 98

32 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Oleh karena C2 dan VCC dianggap hubung singkat (VCC = 0), maka rangkaian ekivalen ac dari gambar 4.16 adalah seperti pada gambar 4.18 dan diperoleh persamaan umum garis beban ac, yaitu: vce = 0 - ic (Rac) vce = -ic (Rac) dimana: Rac = RE + RC RL vce RB RE RC RL Gambar Rangkaian ekivalen ac dari gambar 4.16 Apabila besaran arus dan tegangan ac dimasukkan pada persaaan tersebut, maka diperoleh persamaan garis beban ac: vce = -ic (Rac) (v CE - V CEQ ) = -(i C - I CQ )(Rac)...(4.21) Cara menggambar garis beban ac adalah seperti halnya menggambar garis beban dc, yakni dengan melalui dua titik ekstrem. Titik pertama, pada saat i C = 0, maka diperoleh harga v CE maksimum. Dengan memasukkan harga i C = 0 ini kedalam persamaan garis beban ac diperoleh: (v CE - V CEQ ) = -(i C - I CQ )(Rac) (v CE maks - V CEQ ) = -( 0 - I CQ )(Rac) (v CE maks - V CEQ ) = (I CQ )(Rac) v CE maks = V CEQ + (I CQ )(Rac)...(4.22) 99

33 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Titik kedua, pada saat v CE = 0, maka diperoleh harga i C maksimum. Dengan memasukkan harga v CE = 0 ini kedalam persamaan garis beban ac diperoleh: (v CE - V CEQ ) = -(i C - I CQ )(Rac) (0 - V CEQ ) = -(i C maks - I CQ )(Rac) -(V CEQ ) = -(i C maks - I CQ )(Rac) -(V CEQ ) = -(i C maks)(rac) + (I CQ )(Rac) (i C maks)(rac) = (I CQ )(Rac) + (V CEQ ) V CEQ i C maks = I CQ + Rac...(4.23) Garis beban dc dan ac dapat digambarkan pada kurva karakteristik output penguat CE seperti pada gambar V CEQ i C maks = I CQ + Rac VCC ICmaks = Rdc ICQ IC Garis beban ac Q IBQ Garis beban dc VCE VCEQ VCEmaks = VCC v CE maks = V CEQ + (I CQ )(Rac) Gambar garis beban dac dan ac pada penguat CE 100

34 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar 4.7 Analisis dan Desain Menganalisis titik kerja suatu rangkaian penguat berarti menentukan posisi titik Q dengan menghitung arus ICQ dan VCEQ dari suatu rangkaian yang sudah diketahui spesifikasi komponen-komponennya. Pada penguat CE dengan bias pembagi tegangan, harga-harga R1, R2, RE, RC, VCC, VBE, dan RL sudah diketahui, sehingga bisa dihitung IB dengan bantuan Thevenin. Selanjutnya bisa ditentukan ICQ dan VCEQnya. Garis beban dc dan ac dapat digambarkan pada kurva output. Dengan melihat posisi titik Q pada garis beban, maka sinyal output maksimum tanpa cacat bisa dihitung. Sedangkan dalam mendesain, urutan proses adalah kebalikan dari menganalisa, karena akhir dari perencanaan adalah menentukan komponen-komponen rangkaian penguat. Permasalahan dimulai dari kondisi penguat yang diinginkan, kemudian bekerja dari ikal emitorkolektor, sampai diperoleh harga R1 dan R2 yang sesuai. Namun biasanya harga VCC, VBe, β, dan RL bisa ditentukan lebih dahulu. Sedangkan RC dan RE berhubungan dengan penguatan tegangan (arus), dan impedansi input (output) yang akan dibahas pada bab berikutnya. Prosedur analisis titik kerja rangkaian penguat dengan bias pembagi tegangan (gambar 4.12). Langkah 1. Menggunakan R1 dan R2 untuk menentukan ekivalen Thevenin RB dan VBB. Persamaan 4.11 dan 4.12 R1.R2 RB = R1 + R2 R2. VCC VBB = R1 + R2 Langkah 2. Menggunakan persamaan bias untuk menghitung ICQ. Persamaan 4.14 (tepat) atau 4.15 (pendekatan). VBB - VBE ICQ = RB/β + (1 + 1/β)RE 101

35 Herman Dwi Surjono, Ph.D. atau VBB - VBE ICQ = RB/β + RE Langkah 3. Menghitung VCEQ dengan menggunakan persamaan garis beban dc. Persamaan 4.16 (tepat) atau 4.17 (pendekatan). atau Langkah 4. VCE = VCC - IC.RC - (1 + 1/β)IC.RE VCE = VCC - ICQ(Rdc) Menentukan garis beban dc dan ac pada kurva karakteristik output. Persamaan 4.19 dan 4.20 untuk garis beban dc VCEmaks = VCC VCC ICmaks = Rdc dan persamaan 4.22 dan 4.23 untuk garis beban ac. v CE maks = V CEQ + (I CQ )(Rac) V CEQ i C maks = I CQ + Rac Langkah 5. Menentukan sinyal output maksimum tanpa cacat dari posisi titik Q pada kurva output. Vomaks(p-p) = 2ic(p) x (RC RL)...(4.24) dimana: Vomaks(p-p) adalah tegangan output (sinyal ac) maksimum tanpa cacat yang merupakan harga dari puncak ke puncak. 102

36 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar ic(p) adalah arus output (sinyal ac) maksimum tanpa cacat yang merupakan harga puncak. Harga ic(p) sesuai dengan posisi titik Q pada garis beban ac, yaitu: ic(p) = ICQ, apabila titik Q terletak pada kurang dari setengah garis beban ac. ic(p) = i C maks - ICQ, apabila titik Q terletak pada lebih dari setengah garis beban ac. Apabila titik Q tepat ditengah garis beban ac, boleh pakai salah satu, karena i C maks = 2ICQ. Contoh 4.4 Diketahui rangkaian penguat CE seperti gambar Tentukan : a. Titik kerja rangkaian (ICQ dan VCEQ) b. Garis beban dc dan ac c. Tegangan output maksimum yang dimungkinkan dari penguat tersebut. V CC = 5 V input 10 µf R1 6KΩ RC 1KΩ β = µf output R2 1,5KΩ RE 100Ω 10 µf RL 1KΩ Gambar Rangkaian penguat CE untuk contoh

37 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Penyelesaian: a. Titik kerja R1.R2 RB = R1 + R2 (6KΩ)(1,5KΩ) = = 1,2 KΩ 6KΩ + 1,5KΩ R2. VCC VBB = R1 + R2 (1,5KΩ)(5V) = = 1 Volt 6KΩ + 1,5KΩ Perhitungan pendekatan untuk ICQ dan VCEQ: ICQ VBB - VBE = RB/β + RE 1V - 0,7V = = 2,76 ma 1,2KΩ/ ,1KΩ Rdc = RC + RE = 1KΩ + 100Ω = 1,1 KΩ Rac = RC RL = 1KΩ 1KΩ = 0,5 KΩ VCEQ = VCC - ICQ(Rdc) = 5V - (2,76mA)(1,1KΩ) = 1,96 Volt 104

38 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar b. Garis beban dc VCEmaks = VCC = 5 Volt VCC 5V ICmaks = = = 4.55 ma Rdc 1,1 KΩ Garis beban ac v CE maks = V CEQ + (I CQ )(Rac) = 1,96V + (2,76mA)(0,5KΩ) = 3.34 Volt V CEQ i C maks = I CQ + Rac 1,96V = 2,76mA + = 6,68 ma 0,5KΩ Gambar garis beban dc dan ac adalah seperti pada gambar IC (ma) i C maks = 6,68 ICmaks = 4,55 Garis beban ac ICQ =2,76 Q IBQ Garis beban dc VCE (Volt) VCEQ =1,96 VCEmaks = 5 v CE maks = 3,34 Gambar Gambar garis beban dc dan ac 105

39 Herman Dwi Surjono, Ph.D. c. Tegangan output maksimum Persamaan 4.24 Vomaks(p-p) = 2ic(p) x (RC RL) Karena ICQ = 2,76mA < (1/2)(i C maks) = 3.34mA maka: Vomaks(p-p) = 2(ICQ)(RC RL) = 2(2,76mA)(0,5KΩ) = 2,76 Vp-p Prosedur desain titik kerja rangkaian penguat dengan bias pembagi tegangan (gambar 4.16). Langkah 1. Menentukan atau memilih titik Q sesuai kebutuhan. Apabila diinginkan agar penguat dapat menghasilkan sinyal output (ac) semaksimum mungkin tanpa adanya cacat, maka titik Q harus diletakkan ditengah garis beban ac. Dengan demikian i C maks = 2ICQ, dan bila ini dimasukkan pada persamaan 4.23 maka: V CEQ i C maks = I CQ + Rac V CEQ 2ICQ = I CQ + Rac V CEQ I CQ = Rac VCEQ = (ICQ)(Rac)...(4.25) Apabila persamaan 4.25 ini dimasukkan ke persamaan garis beban dc, maka: VCC = VCEQ + (ICQ)(Rdc) VCC = (ICQ)(Rac) + (ICQ)(Rdc) VCC ICQ = (Rac + Rdc)...(4.26) 106

40 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Setelah harga ICQ diketahui, maka VCEQ dapat dihitung dengan persamaan Apabila penguat tidak diinginkan untuk menghasilkan sinyal output maksimum, maka persamaan 4.25 dan 4.26 pada langkah 1 ini tidak berlaku. Langkah 2. Menentukan harga RB Agar diperoleh stabilitas bias yang baik, maka harga RB paling tinggi harus sebesar 0.1βRE, yaitu: RB 0.1βRE...(4.27) Langkah 3. Menentukan harga VTH atau VBB dengan menggunakan persamaan bias (persamaan 4.15) VBB - VBE ICQ = RB/β + RE VBB = VBE + ICQ (RB/β + RE) Langkah 4 Menentukan R1 dan R2 dari VBB dan RB (persamaan 4.11 dan 4.12) R1.R2 RB = R1 + R2 R2. VCC VBB = R1 + R2 Dari kedua persamaan tersebut dapat diturunkan harga R1 (yang berada di atas) dan R2 (yang berada di bawah) dari gambar 4.16, yaitu: R2. VCC VBB = R1 + R2 107

41 Herman Dwi Surjono, Ph.D. (R1).R2 VCC VBB = R1 + R2 (R1) VCC VBB = RB R1 RB.VCC R1 = VBB...(4.28) Selanjutnya mencari R2: R2. VCC VBB = R1 + R2 R2.VCC = R1.VBB + R2.VBB R2.VCC = RB.VCC + R2.VBB R2.(VCC - VBB) = RB.VCC RB.VCC R2 = VCC - VBB...(4.29) Langkah 5. Menentukan sinyal output maksimum tanpa cacat dari posisi titik Q pada kurva output, sebagaimana langkah 5 pada prosedur analisa titik kerja. Contoh 4.5 Dari contoh 4.4 ternyata bahwa penguat pada gambar 4.20 belum menghasilkan sinyal output yang maksimum, terlihat dari letak titik Q-nya yang tidak ditengah garis beban ac. Oleh karena itu rencanakan agar penguat tersebut dapat menghasilkan sinyal output maksimum, tentunya hanya dengan mengganti harga R1 dan R2 yang sesuai. Penyelesaian: Persamaan 4.26 VCC 5V ICQ = = = 3.13 ma (Rac + Rdc) (0,5KΩ + 1,1KΩ) 108

42 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar Persamaan 4.25 VCEQ = (ICQ)(Rac) = (3.13mA)(0,5KΩ) = 1,56 Volt Persamaan 4.27 RB 0.1βRE Untuk mendapatkan stabilitas bias yang baik RB dibuat sama dengan 0.1βRE dan RB = (0,1)(140)(100Ω) = 1,4 KΩ VBB = VBE + ICQ (RB/β + RE) = 0,7V + (3.13mA){(1,4KΩ/140) + 0,1KΩ) = 1,044 Volt Dengan demikian bisa diperoleh R1 dan R2 dengan persamaan 4.28 dan RB.VCC (1,4KΩ)(5V) R1 = = = 6,7 KΩ VBB 1,044 RB.VCC (1,4KΩ)(5V) R2 = = = 1,77 Volt VCC - VBB 5V - 1,044V 4.8 Ringkasan Pemberian tegangan bias merupakan syarat mutlak agar rangkaian transistor dapat bekerja. Rangkaian bias tetap merupakan cara pemberian tegangan bias yang sangat sederhana. Kerugiannya adalah bahwa stabilitas biasnya sangat jelek, sehingga perlu diberi stabilisasi berupa resistor emitor. Rangkaian bias yang paling banyak digunakan dalam rangkain penguat transistor adalah bias pembagi tegangan atau sering juga disebut dengan self-bias. Stabilitas biasnya sangat baik, sehingga titik kerja transistor hampir tidak dipengaruhi oleh besarnya β. 109

43 Herman Dwi Surjono, Ph.D Soal Latihan 1. Perhatikan rangkaian penguat transistor di bawah. Bila diketahui R1 = 22 KΩ, R2 = 10 KΩ, RC = 1 KΩ, RE = 560 Ω, β = 100, VBEaktif = 0,7 V, VCC = 12 Volt, tentukan titik kerja transistor dan gambarkan garis beban dc-nya. Periksa juga apakah stabilitas biasnya mantap! V CC input C 1 R1 R C C 2 output R2 R E 2. Perhatikan soal no.1, apabila diinginkan agar rangkaian tersebut dapat menghasilkan sinyal output yang maksimum, hitung kembali harga R1 dan R2. Spesifikasi rangkaian kecuali R1 dan R2 adalah sama seperti soal no Perhatikan rangkaian penguat seperti gambar di bawah. Apabila diketahui: R1 = 82 KΩ, R2 = 27 KΩ, RC = 1,2 KΩ, RE = 560 Ω, RL = 2 KΩ, β = 150, VBEaktif = 0,7 V, VCC = 12 Volt, tentukan titik kerja transistor dan gambarkan garis beban dc dan ac-nya. Tentukan pula kemungkinan tegangan output maksimum yang bisa dihasilkan rangkaian tersebut. 110

44 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar V CC input C 1 R1 R C C 2 output R2 R E R L 4. Agar rangkaian dari soal no. 3 dapat menghasilkan sinyal maksimum, hitunglah kembali nilai R1 dan R2. Spesifikasi komponen lainnya adalah sama seperti soal no Ulangi soal no.3 tetapi dengan menambahkan sebuah kapasitor paralel dengan RE. Semua spesifikasi komponen adalah sama. Dari hasil ini, jelaskan perbedaanya bila RE diparalel dengan kapasitor. 6. Ulangi soal no.3 tetapi dengan mengganti harga β sebesar 300 dan komponen lainnya tetap. Bandingkan titik kerja kedua soal tersebut, yakni dengan mengubah harga β dua kali lipat. 7. Perhatikan rangkaian penguat dibawah. Bila diinginkan harga VCEQ = 1.14 Volt dan diketahui RC = 1,5 KΩ, RE = 480 Ω, RL = 5 KΩ, β = 250, VBEaktif = 0,7 V, VCC = 15 Volt, tentukan (a) harga R1 dan R2, (b) garis beban dc dan ac, (c) tegangan output maksimum (Vp-p). 111

45 Herman Dwi Surjono, Ph.D. V CC input C 1 R1 R C C 2 output R2 R E R L 8. Perhatikan soal no.7 kembali. Apabila diinginkan agar tegangan output bisa semaksimum mungkin (VCEQ tidak diketahui), dan spesifikasi rangkaian sama (kecuali harga VCEQ yang tidak diketahui), tentukan nilai R1 dan R2. 9. Perhatikan rangkaian penguat dibawah (halaman sebaliknya). Bila diinginkan harga VCEQ = 5 Volt dan diketahui RE = 680 Ω, RL = 5 KΩ, β = 150, VBEaktif = 0,7 V, VCC = 15 Volt, tentukan (a) harga R1 dan R2, (b) garis beban dc dan ac, (c) tegangan output maksimum (Vp-p). 10. Perhatikan soal no.9 kembali. Apabila diinginkan agar tegangan output bisa semaksimum mungkin (VCEQ tidak diketahui), dan spesifikasi rangkaian sama (kecuali harga VCEQ yang tidak diketahui), tentukan nilai R1 dan R2. 112

46 Bab 4. Bias DC Transistor Bipolar V CC input C 1 R1 C 2 output R2 R E R L 113

47 Herman Dwi Surjono, Ph.D. Sumber Pustaka Boylestad and Nashelsky. (1992). Electronic Devices and Circuit Theory, 5th ed. Engelwood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc. Floyd, T. (1991). Electric Circuits Fundamentals. New York: Merrill Publishing Co. Malvino, A.P. (1993). Electronic Principles 5th Edition. Singapore: McGraw-Hill, Inc. Milman & Halkias. (1972). Integrated Electronics: Analog and Digital Circuits and Systems. Tokyo: McGraw-Hill, Inc. Savant, Roden, and Carpenter. (1987). Electronic Circuit Design: An Engineering Approach. Menlo Park, CA: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. Stephen, F. (1990). Integrated devices: discrete and integrated. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc. 114

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2009 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

Elektronika Analog. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Analog. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Analog Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Analog Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2008 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

Elektronika Analog. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Analog. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Analog Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Analog Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2008 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2007 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting

Lebih terperinci

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2007 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undangundang Penyunting

Lebih terperinci

Elektronika Analog. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Analog. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Analog Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Analog Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2008 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2009 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

MODUL ELEKTRONIKA DASAR

MODUL ELEKTRONIKA DASAR MODUL ELEKTRONIKA DASAR 1. Resistor Resistor adalah hambatan yang mempunyai nilai hambat tertentu. Resistor biasanya dinyatakan dengan huruf R. Resistor berfungsi untuk membatasi arus. Nilai resistor berbanding

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2009 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2007 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting

Lebih terperinci

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT TUJUAN Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi Common Emitter Mengetahui

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

Bias dalam Transistor BJT

Bias dalam Transistor BJT ias dalam Transistor JT Analisis atau disain terhadap suatu penguat transistor memerlukan informasi mengenai respon sistem baik dalam mode AC maupun DC. Kedua mode tersebut bisa dianalisa secara terpisah.

Lebih terperinci

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor - 3 Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP bentuk fisik transistor NPN dan PNP injeksi mayoritas dari emiter, lebar daerah base, rekomendasi hole-elektron, efisiensi

Lebih terperinci

Penguat Kelas A dengan Transistor BC337

Penguat Kelas A dengan Transistor BC337 LAPORAN HASIL PRAKTIKUM Penguat Kelas A dengan Transistor BC337 ELEKTRONIKA II Dosen: Dr.M.Sukardjo Kelompok 7 Abdul Goffar Al Mubarok (5215134375) Egi Destriana (5215131350) Haironi Rachmawati (5215136243)

Lebih terperinci

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY )

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) PERCOBAAN PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) E-mail : sumarna@uny.ac.id PENGANTAR Konfigurasi penguat tegangan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT

MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT Durrotus Sarofina (H1E014002) Asisten: Rafi Bagaskara.A Tanggal Percobaan: 19/04/2016 PAF15211P-Elektroika Dasar II Laboratorium Elektronika, Instrumentasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELKA ANALOG

LAPORAN PRAKTIKUM ELKA ANALOG LAPORAN PRAKTIKUM ELKA ANALOG GARIS BEBAN DC TRANSISTOR KELAS / GROUP : Telkom 3-D / 2 NAMA PRAKTIKAN : 1. Gusti Prabowo Randu NAMA REKAN KERJA : 2. Dwi Mega Yulianingrum 3. Nadia Rifa R PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU 1. KAPASITOR PENGGANDENG DAN KAPASITOR PINTAS (Coupling And Bypass Capasitors) Sebuah kapasitor penggandeng melewatkan sinyal AC dari satu titik ke titik lain. Misalnya pada

Lebih terperinci

Karakteristik Transistor. Rudi Susanto

Karakteristik Transistor. Rudi Susanto Karakteristik Transistor Rudi Susanto PN-Junction (Diode) BIAS MAJU / FORWARD BIAS BIAS MUNDUR / REERSE BIAS Transistor Bipolar Arus pada Transistor Alpha dc (α dc ) adalah perbandingan antara arus Ic

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR Bab V, Analisa DC pada Transistor Hal: 147 BAB V ANALSA DC PADA TRANSSTOR Transistor BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah suatu devais nonlinear terbuat dari bahan semikonduktor dengan 3 terminal yaitu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PERTEMUAN KE I DAN II 1. Fakultas/Program Studi : MIPA/Pendidikan Fisika 2. Mata

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2 Berlaku mulai: Genap/2011 MATA KULIAH : ELEKTRONIKA KODE MATA KULIAH / SKS : 410202055 / 3 SKS MATA KULIAH PRASYARAT

Lebih terperinci

Materi 6: Transistor Fundamental

Materi 6: Transistor Fundamental Materi 6: Transistor Fundamental I Nyoman Kusuma Wardana Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Outline Load Line Q Point Bias Emiter Voltage-divider Bias Load Line Load line (garis beban) menggambarkan kinerja

Lebih terperinci

[LAPORAN PENGUAT DAYA KELAS A] BAB I PENDAHULUAN

[LAPORAN PENGUAT DAYA KELAS A] BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam matakuliah Elektronika II telah dipelajari beberapa teori tentang rangkaian common seperti common basis, common emitter, dan common collector. Salah satu penerapan

Lebih terperinci

I. Penguat Emittor Ditanahkan. II. Tujuan

I. Penguat Emittor Ditanahkan. II. Tujuan I. Penguat Emittor Ditanahkan II. Tujuan Menganalisa ciri masukan dan keluaran dari rangkaian penguat emittor ditanahkan dengan menggunakan simulasi Electronic Workbench. III. Alat dan Bahan Laptop Software

Lebih terperinci

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran 1. Tujuan : 1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami operasi dari rangkaian penguat kelas B komplementer. 2 Mahasiswa dapat menerapkan teknik pembiasan

Lebih terperinci

Modul 05: Transistor

Modul 05: Transistor Modul 05: Transistor Penguat Common-Emitter Reza Rendian Septiawan April 2, 2015 Transistor merupakan komponen elektronik yang tergolong kedalam komponen aktif. Transistor banyak digunakan sebagai komponen

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 213 Universitas Sriwijaya Fakultas Ilmu Komputer Laboratorium LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias Transistor Bipolar Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias yang memungkinkan elektron

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 ANALISI AC PADA TRANSISTOR

PERTEMUAN 1 ANALISI AC PADA TRANSISTOR PERTEMUAN 1 ANALISI AC PADA TRANSISTOR Analisis AC atau sering disebut dengan analisa sinyal kecil pada penguat adalah analisa penguat sinyal kecil, dengan memblok sinyal DC yaitu dengan memberikan kapasitor

Lebih terperinci

BAB II Transistor Bipolar

BAB II Transistor Bipolar BAB II Transistor Bipolar 2.1. Pendahuluan Pada tahun 1951, William Schockley menemukan transistor sambungan pertama, komponen semikonduktor yang dapat menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan Transistor Bipolar oleh aswan hamonangan Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias

Lebih terperinci

Materi 5: Bipolar Junction Transistor (BJT)

Materi 5: Bipolar Junction Transistor (BJT) Materi 5: Bipolar Junction Transistor (BJT) I Nyoman Kusuma Wardana Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Outline Struktur transistor Unbiased transistor Biased transistor Koneksi CE Kurva basis Kurva kolektor

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar. SRI SUPATMI,S.KOM I. Tujuan Praktikum Mengetahui cara menentukan kaki-kaki transistor menggunakan Ohmmeter Mengetahui karakteristik transistor bipolar. Mampu merancang rangkaian sederhana menggunakan transistor

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2009 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF. Pengertian Penguat RF

Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF. Pengertian Penguat RF Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF Pengertian Penguat RF Penguat RF merupakan perangkat yang berfungsi memperkuat sinyal frekuensi tinggi yang dihasilkan

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP KEGIATAN BELAJAR 2 Percobaan 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari BJT b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran

Lebih terperinci

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2007 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undangundang Penyunting

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014 Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika Sabtu, 15 Maret 2014 1. Pendahuluan: Model Penguat (nilai 15) Rangkaian penguat pada Gambar di bawah ini memiliki tegangan output v o sebesar 100 mv pada saat saklar dihubungkan.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI PENDAHULUAN A. UMUM Sesuai dengan tujuan pendidikan di UNISKA, yaitu : - Pembinaan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Elektronika Dasar : IT012346 / 3 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam BAB II LANDASAN TEORI Temperatur merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan mesin penetas telur,temperature yang diperlukan berkisar antara 38-39 0 C. Untuk hasil yang optimal dalam Pembuatan

Lebih terperinci

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013 Politeknik Telkom Bandung 2013 www.politekniktelkom.ac.id TRANSISTOR 1 Disusun oleh: Duddy Soegiarto, ST.,MT dds@politekniktelkom.ac.id Hanya dipergunakan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE : TSK-210 SKS/SEMESTER : 2/2 Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa mengenal Jenis-jenis

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

Daerah Operasi Transistor

Daerah Operasi Transistor Daerah Operasi Transistor Sebuah Transistor memiliki empat daerah Operasi Transistor : 1. Daerah Aktif 2. Daerah CutOff 3. Daerah Saturasi 4. Daerah Breakdown Daerah Aktif Daerah kerja transistor yang

Lebih terperinci

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter.

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. TRANSISTOR Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Untuk membedakan transistor PNP dan NPN

Lebih terperinci

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )? 1. a. Gambarkan rangkaian pengintegral RC (RC Integrator)! b. Mengapa rangkaian RC diatas disebut sebagai pengintegral RC dan bagaimana hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu

Lebih terperinci

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK Q No.Dokumen 061.423.4.70.00 Distribusi Tgl. Efektif 1 November 2011 Judul Mata Kuliah : Dasar Elektronika Semester : II Sks

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan Praktikum Dasar Elektronika dan Digital

Lebih terperinci

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis

Lebih terperinci

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 1 TUJUAN Memahami perbedaan konfigurasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR Nama Nim Semester Fakultas : Rizki : 20083124720650086 : III/pagi : Teknik Informatika Universitas Mpu Tantular Jakarta Timur MODUL I INSTRUMENTASI Teori: Pada praktikum

Lebih terperinci

Rangkaian Penguat Transistor

Rangkaian Penguat Transistor - 6 Rangkaian Penguat Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP Rangkaian penguat trasnsistor dalam bentuk ekuivalennya Perhitungan impedansi input, impedansi output, penguatan arus, penguatan tegangan dari rangkaian

Lebih terperinci

Modul Elektronika 2017

Modul Elektronika 2017 .. HSIL PEMELJRN MODUL I KONSEP DSR TRNSISTOR Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik serta fungsi dari rangkaian dasar transistor..2. TUJUN agian ini memberikan informasi mengenai penerapan

Lebih terperinci

Materi 3: Teori Dioda

Materi 3: Teori Dioda Materi 3: Teori Dioda I Nyoman Kusuma Wardana Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Outline Rangkaian dioda dasar Kurva umum dioda Tegangan kaki (knee) Hambatan bulk Current Limiting Diode Disipasi Daya Karakteristik

Lebih terperinci

Transistor Dwi Kutub. Laila Katriani. laila_katriani@uny.ac.id

Transistor Dwi Kutub. Laila Katriani. laila_katriani@uny.ac.id Transistor Dwi Kutub Laila Katriani laila_katriani@uny.ac.id Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (Dasar), Kolektor (Pengumpul) dan Emitor (Pemancar).

Lebih terperinci

TK 2092 ELEKTRONIKA DASAR

TK 2092 ELEKTRONIKA DASAR TK 2092 ELEKTRONIKA DASAR MATERI : DIODA Gita Indah Hapsari TK2092 Elektronika Dasar END Materi 6 : Dioda Memberikan pengetahuan dasar mengenai beberapa hal berikut : 1. Karakteristik Dioda 2. Jenis Dioda

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ELEKTRONIKA ANALOG* / 6 KODE / SKS / SIFAT : IT41351 / 3 SKS / UTAMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ELEKTRONIKA ANALOG* / 6 KODE / SKS / SIFAT : IT41351 / 3 SKS / UTAMA Pertemuan ke 1 2 Pokok Bahasan dan TIU Konsep dasar dan karakteristik arus-tegangan Dioda pn, BJT, MOSFET dan JFET. Penjelasan ulang konsep dasar dan karakteristik arus tegangan Analisis dan desain rangkaian

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

Materi 4: Rangkaian Dioda

Materi 4: Rangkaian Dioda Materi 4: Rangkaian Dioda I Nyoman Kusuma Wardana Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Outline Clippers Clampers Clippers Clippers Clipper adlh rangkaian yg menghilangkan bagian positif atau negatif dr suatu

Lebih terperinci

Penguat Emiter Sekutu

Penguat Emiter Sekutu Penguat Emiter Sekutu v out v in Konfigurasi Dasar Ciri Penguat Emiter Sekutu : 1. Emiter dibumikan 2. Sinyal masukan diberikan ke basis 3. Sinyal keluaran diambil dari kolektor Agar dapat memberikan tegangan

Lebih terperinci

B a b. Pembiasan BJT. = β..(4.3)

B a b. Pembiasan BJT. = β..(4.3) Pembiasan JT a b 4 Pembiasan JT A nalisa dari rangkaian elektronik mempunyai dua komponen, yaitu analisa dc dan analisa ac. Analisa ac meliputi penguatan tegangan dan arus, serta impedansi inlut dan output.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

Modul 3. Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : Derina Adriani ( )

Modul 3.   Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : Derina Adriani ( ) Modul 3 TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN PENGUAT COMMON EMITTER Nama : Muhammad Ilham NIM : 121178 E-mail : ilham_atlantis@hotmail.com Shift/Minggu : III/2 Asisten : Catra Novendia Utama (12874) : Derina

Lebih terperinci

BAB VF, Penguat Daya BAB VF PENGUAT DAYA

BAB VF, Penguat Daya BAB VF PENGUAT DAYA Hal:33 BAB F PENGUAT DAYA Dalam elektronika banyak sekali dijumpai jenis penguat, pengelompokkan dapat berdasarkan: 1. rentang frekuensi operasi, a. gelombang lebar (seperti: penguat audio, video, rf dll)

Lebih terperinci

MODUL 07 PENGUAT DAYA

MODUL 07 PENGUAT DAYA P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 07 PENGUAT DAYA 1 TUJUAN Memahami konfigurasi dan prinsip kerja penguat daya kelas B dan AB. Memahami

Lebih terperinci

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 03 RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER 1 TUJUAN Menentukan hubungan antara sinyal input dengan sinyal

Lebih terperinci

BAB III KONSEP RANCANGAN

BAB III KONSEP RANCANGAN 37 BAB III KONSEP RANCANGAN 3. Kondisi Saat Ini Saat ini program studi Teknik Elektro belum memiliki alat peraga Hand- Held Metal Detector, yang mana menurut penulis sangat penting untuk menambah wawasan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSISTOR

KARAKTERISTIK TRANSISTOR KARAKTERISTIK TRANSISTOR 1. KURVA KOLEKTOR dibawah ini. Kurva kolektor dapat kita peroleh dengan rangkaian transistor seperti pada Gambar 1 Gambar 1. Rangkaian common emitor Dengan mengubah-ubah nilai

Lebih terperinci

Bagian 4 Pemodelan Dioda

Bagian 4 Pemodelan Dioda Bagian 4 Pemodelan Dioda Sub Materi Pengertian pemodelan Model dioda Kurva karakteristik untuk masing-masing model diode Analisa up-down Rangkaian logika dioda resistor (RDL) Garis beban dan titik operasi

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2009 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda KEGIATAN BELAJAR 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari dioda b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i diode c. Mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

RISA FARRID CHRISTIANTI, S.T.,M.T.

RISA FARRID CHRISTIANTI, S.T.,M.T. RSA FARRD HRSTANT, S.T.,M.T. OUTLNE Penguat Bertingkat Dua Garis Beban Operasi Kelas A Operasi Kelas B Operasi Kelas Rumus Kelas Tingkat Daya Transistor PENGUAT BERTNGKAT Gagasan : menggunakan keluaran

Lebih terperinci

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MOUL 03 RANGKAIAN IOA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA AN INSTRUMENTASI PROGRAM STUI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA AN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANUNG Riwayat Revisi Rev.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN)

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN) PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN) KURVA TRANSISTOR Karakteristik yang paling penting dari transistor adalah grafik Dioda Kolektor-Emiter, yang biasa dikenal dengan Kurva Tegangan-Arus (V-I

Lebih terperinci

Herlambang Sigit Pramono Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Herlambang Sigit Pramono Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta SISTEM PEMICU OPTIS IC 555-MOC 3 SEBAGAI PENGENDALI DAYA LISTRIK Herlambang Sigit Pramono Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta herlambangpramono@yahoo.com Abstrak Pada rangkaian

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA. Oleh: Achmad Fiqhi Ibadillah

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA. Oleh: Achmad Fiqhi Ibadillah MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Oleh: Achmad Fiqhi Ibadillah PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014-2015 PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG (HALF-WAVE RECTIFIER)

Lebih terperinci

Catatan Tambahan: Analisis Penguat CE, CB, dan CC dengan resistansi Internal transistor yang tidak bisa diabaikan (nilai r o finite)

Catatan Tambahan: Analisis Penguat CE, CB, dan CC dengan resistansi Internal transistor yang tidak bisa diabaikan (nilai r o finite) Catatan Tambahan: Analisis Penguat CE, CB, dan CC dengan resistansi Internal transistor yang tidak bisa diabaikan (nilai r o finite) 1. Penguat CE (Common Emitter) dengan Resistansi Emitter RE. Analisis

Lebih terperinci

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015 Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen

Lebih terperinci

RANGKAIAN THEVENIN DAN NORTON

RANGKAIAN THEVENIN DAN NORTON RANGKAIAN THEVENIN DAN NORTON TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mahasiswa dapat membuat rangkaian pengganti dengan menggunakan teorema thevenin 2. Mahasiswa dapat membuat rangkaian pengganti dengan menggunakan teorema

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan dibahas teori yang menunjang perancangan sistem. Pada bab ini juga akan dibahas secara singkat komponen - komponen yang digunakan serta penjelasan mengenai metoda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan dibahas teori yang menunjang perancangan sistem. Pada bab ini juga akan dibahas secara singkat komponen - komponen yang digunakan serta penjelasan mengenai metoda

Lebih terperinci

Elektronika Analog. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Analog. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Analog Herman wi urjono, Ph.. Elektronika Analog isusun Oleh: Herman wi urjono, Ph.. 2008 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif Perancang

Lebih terperinci

TRANSISTOR. Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

TRANSISTOR. Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto TRANSISTOR Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto TIK Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa memahami

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE / SKS : AK042203 / 2 SKS Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU 1 Dasar Elektronika dan pengenalan komponen elektronika Mahasiswa mengetahui pengertian

Lebih terperinci

EL2005 Elektronika PR#03

EL2005 Elektronika PR#03 EL005 Elektronika P#03 Batas Akhir Pengumpulan : Jum at, 10 Februari 017, Jam 16:00 SOAL 1 Sebuah alat las listrik (DC welder) membutuhkan suatu penyearah yang dapat menangani arus besar dan tegangan tinggi.

Lebih terperinci

Analisis AC pada transistor BJT. Oleh: Sri Supatmi,S.Kom

Analisis AC pada transistor BJT. Oleh: Sri Supatmi,S.Kom Analisis AC pada transistor BJT Oleh: Sri Supatmi,S.Kom Model analisis AC pada transistor Terdapat beberapa model yang digunakan untuk melakukan analisis AC pada rangkaian transistor. Yang palg umum digunakan

Lebih terperinci

Review Hasil Percobaan 1-2

Review Hasil Percobaan 1-2 Review Hasil Percobaan 1-2 Percobaan 1 Spesifikasi Teknis Sensitivitas Analog Multimeter DC 20kΩ/V, AC 9kΩ/V Jangkauan ukur, full scale 300V, 100V, 30V, 10V, dst Mengukur Arus Searah Pengukuran dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

MODUL I RANGKAIAN SERI-PARALEL RESISTOR

MODUL I RANGKAIAN SERI-PARALEL RESISTOR MODUL I ANGKAIAN SEI-PAALEL ESISTO A. TUJUAN Mempelajari berbagai fungsi multimeter analog, khususnya sebagai ohm-meter. a. Mengitung rangkaian pengganti suatu rangkaian listrik dan mengukur rangkaian

Lebih terperinci

- 1 - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PRAKTIK ELEKTRONIKA ANALOG I

- 1 - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PRAKTIK ELEKTRONIKA ANALOG I - - FAKULTAS TEKNIK Semester PENGUAT TRANSISTOR 200 menit No. LST/EKA/EKA5204/09/04 Revisi : 02 Tgl : 28-8-205 Hal dari 9. A. Kompetensi : Menguasai kinerja penggunan transistor sebagai penguat B. Sub

Lebih terperinci

PERANCANGAN PREAMPLIFIER PITA LEBAR UNTUK PENERIMA OPTIK

PERANCANGAN PREAMPLIFIER PITA LEBAR UNTUK PENERIMA OPTIK PERANCANGAN PREAMPLIFIER PITA LEBAR UNTUK PENERIMA OPTIK Oleh: Lilik Eko Nuryanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang 50275 Abstrak

Lebih terperinci

TUGAS DASAR ELEKTRONIKA

TUGAS DASAR ELEKTRONIKA DIODE ZENER TUGAS DASAR ELEKTRONIKA Oleh : 0804405050 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2010 1.1. Pengertian Tentang Diode Diode merupakan alat yang hanya bisa mengalirkan arus DC dalam

Lebih terperinci

MODUL PRAKTEK RANGKAIAN ELEKTRONIKA

MODUL PRAKTEK RANGKAIAN ELEKTRONIKA MODUL PRAKTEK RANGKAIAN ELEKTRONIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRONIKA PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI Percobaan 1 Percobaan 1 Dioda : Karakteristik dan Aplikasi Tujuan Memahami

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci