MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA. Oleh: Achmad Fiqhi Ibadillah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA. Oleh: Achmad Fiqhi Ibadillah"

Transkripsi

1 MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Oleh: Achmad Fiqhi Ibadillah PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2 PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG (HALF-WAVE RECTIFIER) 1.1 Tujuan : 1) Observasi dan pengukuran bentuk gelombang output dari rangkaian penyearah setengah gelombang. 2) Pengukuran tegangan rata-rata, efektif dan faktor ripple dari penyearah setengah gelombang. 1.2 Peralatan yang digunakan : 1) Modul praktikum, breadboard dan komponennya 2) Mikro dan Mili-Ammeter ac dan dc 3) Voltmeter ac dan dc 4) Oscilloscope 1.3 Dasar Teori : Diode adalah suatu device yang melewatkan arus hanya untuk satu arah (one way). Hal ini dapat diilustrasikan seperti aliran air pada suatu valve pada gambar 1.1 berikut : Gambar 1.1: Aliran satu arah (one way) Bias adalah suatu cara untuk mengontrol arus, dengan cara memberikan supply tegangan ke suatu device semiconductor, seperti halnya diode. Apabila tegangan supply positip (+) dihubungkan ke kutub anode dan tegangan supply negatip (-) dihubungkan ke kutub katode, maka disebut dengan forward bias. Sebaliknya jika tegangan supply positip(+) dihubungkan ke kutub katode dan tegangan supply negatip (-) dihubungkan ke kutub anode, maka disebut dengan reverse bias. 1

3 Gambar 1.2: Simbol diode dengan kutub-kutubnya Gambar 1.3: Rangkaian bias diode Gambar 1.4 menggambarkan prosesterjadinya output setengah gelombang hasil dari penyearahan dioda yang diasumsikan ideal. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang positip, dioda dibias forward,sehingga arus mengalir ke beban resistor (RL). Arus ini akan menghasilkan tegangan pada beban RL yang mempunyai bentuk sama dengan tegangan input (Vin) setengah gelombang positip. Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang negatip, maka dioda dibias reverse, sehingga tidakada arus yang mengalir ke beban RLyang menyebabkan tidak ada tegangan pada RL(0 Volt). Demikian seterusnya, sehingga membentuk deretan setengah gelombang (half-wave). 2

4 Gambar 1.4: Proses penyearahan setengah gelombang (half-wave) Nilai rata-rata (average value) atau nilai dc dari HW Nilai rata-rata dari output penyearahan setengah gelombang tegangan adalah nilai yang didapat dari hasil pengukuran dengan menggunakan voltmeter dc. Gambar 1.5: Nilai rata-rata penyearahan setengah gelombang Nilai rata-rata dari penyearahan setengah gelombang sinus, adalah luasan dibawah kurva dibagi dengan perioda (T=2π). Persamaan untuk gelombang sinus adalah : 3

5 1.3.2 Nilai effektif (rms) dari tegangan ripple HW Bentuk gelombang yang didapat dari hasil penyearahan setengah gelombang sinus merupakan gelombang yang mempunyai komponen dc dan ac, yang dapat dituliskan sebagai berikut : Sehingga nilai effektif (rms) dari komponen ac adalah : Dimana V(rms) adalah nilai rms dari total tegangan. Untuk sinyal hasil penyearahan setengah gelombang sinus adalah : Faktor ripple (r) untuk HW Faktor ripple adalah suatu indikasi ke-efektifan suatu filter yang didefinisikan : Prosentase ripple untuk sinyal HWdapat dihitung sebagai berikut : 4

6 1.4 Pengetesan diode dengan ohmmeter Gambar 1.6: Pengetesan diode dengan ohmmeter Ohmmeter mengukur arus pada kaki-kaki probe-nya yang mengenai obyek yang disentuhnya. Kemudian ohmmeter mengestimasi besarnya resistansi obyek berdasarkan besarnya arus dan tegangan batteray internalnya. Tegangan diantara kaki-kaki probe-nya lebih besar dari 0.7 Volt. Sedangkan arus yang melalui kaki-kaki probe-nya hanya beberapa miliampere saja, sehingga tidak cukup besar untuk dapat merusakkan diode 1.5 Rangkaian Percobaan : Gambar 1.7: Rangkaian penyearah setengah gelombang (HW) 5

7 1.6 Prosedur Percobaan dan Tugas : 1) Rangkaikan seperti pada gambar 1.7 yang bersesuaian dengan modul praktikum atau dengan menggunakan breadboard. 2) Dengan menggunakan Oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan output CH2) pada kertas grafik/millimeter. 3) Dari gambar yang dihasilkan oleh oscilloscope pada step ke (2) hitunglah nilai tegangan puncak input (Vp in) dan output (Vp out), dan tuliskan pada tabel ) Hitunglah tegangan barier dioda, yaitu selisih dari tegangan puncak input dan output, dan tuliskan hasilnya pada tabel ) Dengan menggunakan voltmeter dc ukurlah tegangan output (Vodc), dan tuliskan pada tabel ) Hitunglah tegangan output dc dari penyearahan setengan gelombang, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel ) Dengan menggunakan voltmeter ac yang diseri dengan kapasitor, ukurlah tegangan output efektif atau tegangan ripple rms, [Vr (rms)], dan tuliskan pada tabel ) Hitunglah tegangan ripple efektif (rms) untuk penyearahan setengah gelombang, dan tuliskan hasilnya pada tabel ) Hitunglah faktor ripple untuk penyearahan setengah gelombang dari hasil pengukuran step (7) 6

8 dengan hasil pengukuran step (5), kemudian tuliskan hasilnya pada tabel ) Dari hasil pengukuran dan perhitungan pada tabel 1.1 dan 1.2, berikan kesimpulan yang didapat dari percobaan ini. Untuk R L = 470R Tabel 1.1: Data pengukuran tegangan input, output dan barier Tegangan puncak (peak) input, Vp in Tegangan puncak (peak) output, Vp out Tegangan barier dioda, VF.... V.... V.... Vrms Tabel 1.2: Data pengukuran dan perhitungan tegangan output & faktor ripple Pengukuran Perhitungan Tegangan output dc, Vo dc.... V.... V Tegangan ripple HW, Vr (rms).... Vrms.... Vrms Faktor ripple, r.... % 121 % Untuk R L = 10K Tabel 1.1: Data pengukuran tegangan input, output dan barier Tegangan puncak (peak) input, Vp in Tegangan puncak (peak) output, Vp out Tegangan barier dioda, VF.... V.... V.... Vrms Tabel 1.2: Data pengukuran dan perhitungan tegangan output & faktor ripple Pengukuran Perhitungan Tegangan output dc, Vo dc.... V.... V Tegangan ripple HW, Vr (rms).... Vrms.... Vrms Faktor ripple, r.... % 121 % 7

9 PERCOBAAN 2 FULL-WAVE RECTIFIER DENGAN FILTER KAPASITOR 2.1 Tujuan : 1) Observasi dan pengukuran bentuk gelombang output full wave dari rangkaian filter kapasitor. 2) Pengukuran tegangan rata-rata, efektif dan faktor ripple dari filter kapasitor. 2.2 Dasar Teori : Penyearah gelombang penuh dengan trafo CT Gambar 2.1: Proses penyearahan gelombang penuh dengan trafo CT Gambar 2.1 menggambarkan prosesterjadinya output gelombang penuh hasil dari penyearahan dioda yang diasumsikan ideal dengan menggunakan trafo center-tapped (CT). Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang positip, dioda D1 dibias forward, dan dioda D2 dibias reverse, sehingga arus mengalir dari CT trafo melalui D1 ke beban RL, sedangkan D2 open. Arus ini akan menghasilkan tegangan pada beban RL yang mempunyai bentuk sama dengan tegangan input (Vin) setengah gelombang positip. Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang negatip, maka dioda D2 dibias forward, dan dioda D1 dibias reverse, sehingga arus mengalir dari CT trafo melalui D2 ke beban RL, sedangkan D1 open. Arus ini akan menghasilkan tegangan pada beban RL yang mempunyai bentuk setengah gelombang positip. Demikian seterusnya, sehingga membentuk deretan gelombang penuh (full-wave). 1

10 2.2.2 Penyearah gelombang penuh metoda bridge Gambar 2.2: Proses penyearahan gelombang penuh metoda bridge Gambar 2.2 menggambarkan prosesterjadinya output gelombang penuh hasil dari penyearahan dioda yang diasumsikan ideal dengan metode bridge. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang positip, dioda D1dan D2 dibias forward, sedangkan dioda D3 dan D4 dibias reverse, sehingga arus mengalir ke beban RL melalui D1 dan D2. Arus ini akan menghasilkan tegangan pada beban RL yang mempunyai bentuk sama dengan tegangan input (Vin) setengah gelombang positip. Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang negatip, maka dioda D3 dan D4 dibias forward, sedangkan dioda D1dan D2 dibias reverse, sehingga arus mengalir ke beban RL melalui D3 dan D4. Arus ini akan menghasilkan tegangan pada beban RL yang mempunyai bentuk setengah gelombang positip. Demikian seterusnya, sehingga membentuk deretan gelombang penuh (full-wave) Nilai rata-rata (average value) atau nilai dc dari FW Nilai rata-rata dari output penyearahan tegangan gelombang penuh adalah nilai yang didapat dari hasil pengukuran dengan menggunakan voltmeter dc. Nilai rata-rata dari penyearahan gelombang penuh 2

11 (FW) sama dengan dua kali nilai rata-rata dari penyearahan setengah gelombang (HW) Nilai effektif (rms) dari tegangan ripple FW Bentuk gelombang yang didapat dari hasil penyearahan gelombang penuh sinusoida merupakan gelombang yang mempunyai komponen dc dan ac, yang dapat dituliskan sebagai berikut : Sehingga nilai effektif (rms) dari komponen ac adalah : Dimana V(rms) adalah nilai rms dari total tegangan. Untuk sinyal hasil penyearahan gelombang penuh sinusoida adalah : Faktor ripple (r) untuk FW Faktor ripple adalah suatu indikasi keefektifan suatu filter yang didefinisikan : Prosentase ripple untuk sinyal FW dapat dihitung sebagai berikut : Filter kapasitor untuk half wave (HW) 3

12 Gambar 2.3 : Proses penyearahan HW dengan filter kapasitor Gambar 2.3 menggambarkan proses terjadinya output HW dengan filter kapasitor. Dari gambar 2.3(a) terlihat bahwa ketika tegangan input sinusoida (Vin) seperempat gelombang positip, dioda dibias forward, sehingga kapasitor terisi muatan (charge) sebesar Vp(in) - 0,7 Volt. Ketika tegangan input mulai menurun, maka kapasitor membuang muatan (discharge) ke beban, seperti ditunjukkan padagambar 2.3(b). Pembuangan muatan kapasitorini terjadi selama diode terbias reverse. Sedangkan laju pembuangan muatan ini ditentukan oleh konstanta waktu Ketika besarnya tegangan input kembali lebih besar 0,7 Volt dari tegangan muatan kapasitor, maka dioda dibias forward dan terjadi proses pengisian kembali, seperti ditunjukkan pada gambar 2.3(c). Demikian seterusnya, sehingga membentuk tegangan ripple half wave. 4

13 2.2.4 Tegangan ripple Variasi tegangan output yang disebabkan oleh proses pengisian dan pembuangan muatan kapasitor (charge dan discharge) disebut dengan tegangan ripple. Secara umum, ripple adalah tidak diinginkan, sehingga, proses filtering adalah upaya untuk menghasilkan ripple yang lebih kecil. Gambar 2.4: Perbandingan tegangan ripple untuk HW dan FW Faktor ripple (r) untuk filter kapasitor Faktor ripple adalah suatu indikasi ke-efektifan suatu filter yang didefinisikan : Gambar 2.5: Tegangan ripple untuk FW (Vr(p-p) dan VDC) Untuk menyederhanakan perhitungan, tegangan ripple pada gambar 2.5 dapat didekati dengan bentuk gelombang segitiga (triangular ripple waveform). Sehingga nilai rms untuk gelombang tegangan segitiga adalah : Tegangan ripple dapat dievaluasi dengan menggunakan rumusan kapasitansi 5

14 Substitusi kedalam persamaan tegangan rms, didapat : Faktor ripple untuk filter kapasitor dapat dituliskan : 2.3 Peralatan yang digunakan : 1) Modul praktikum, breadboard dan komponennya 2) Mikro dan Mili-Ammeter ac dan dc 3) Voltmeter ac dan dc 4) Oscilloscope 2.4 Rangkaian Percobaan : Gambar 2.6: Rangkaian filter kapasitor 2.5 Prosedur Percobaan dan Tugas : 1) Rangkaikan seperti pada gambar 2.6 yang bersesuaian dengan modul praktikum atau dengan menggunakan breadboard. 2) Dengan menggunakan Oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan output CH2) pada kertas grafik/millimeter. 6

15 Gambar 2.7: Tegangan output pada oscilloscope 3) Dari gambar yang dihasilkan oleh oscilloscope pada step ke (2) hitunglah nilai tegangan puncak output (Vp out) dan tegangan ripple peak-to-peak (Vr p-p), dan tuliskan pada tabel ) Dengan menggunakan voltmeter dc ukurlah tegangan output (Vodc), dan tuliskan pada tabel ) Hitunglah tegangan output dc dari filter kapasitor, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel ) Ukurlah tegangan ripple effektif [Vr(rms)] dengan menggunakan voltmeter ac yang di seri dengan kapasitor, dan tuliskan pada tabel ) Hitunglah tegangan ripple efektif [Vr(rms)] untuk filter kapasitor, dan tuliskan hasilnya pada tabel ) Hitunglah factor ripple (dalam prosen) untuk filter kapasitor dari hasil pengukuran step (6) dan (4), dan tuliskan hasilnya pada tabel ) Hitunglah factor ripple (dalam prosen) untuk filter kapasitor dengan persamaan dibawah ini, dan tuliskan hasilnya pada tabel ) Dari hasil pengukuran dan perhitungan pada tabel 2.1 dan 2.2 berikan kesimpulan yang didapat dari percobaan ini. 7

16 Untuk C = 10uF, C = 100uF dan C = 1000uF Tabel 2.1: Data pengukuran tegangan dengan oscilloscope Tabel 2.2: Data pengukuran tegangan dan faktor ripple Tugas Modul 1. Buatlah rangkaian seperti gambar berikut ini di proteus, simulasikan dan print screen untuk capasitor 1 uf, 10 uf, 100 uf dan 1000 uf disertai analisa tiap gambarnya. 2. Berikan kesimpulan dari percobaan tersebut. 8

17 PERCOBAAN 3 DIODE ZENER DAN REGULASI TEGANGAN 3.1 Tujuan : 1) Observasi dan pengukuran karakteristik diode zener. 2) Mendemonstrasikan diode zener yang digunakan sebagai regulator tegangan sederhana. 3.2 Dasar Teori : Diode zener Sebagian besar penggunaan diode zener adalah untuk regulator tegangan pada dc power supplies. Diode zener adalah device pn junction silicon yang berbeda dengan diode rectifier,karena diode zener beroperasi pada daerah reverse. Pada gambar 3.1 ditunjukkan kurva karakteristik diode zener. Dari kurva tersebut terlihat bahwa, ketika diode mencapai tegangan breakdown, maka tegangannya hampir dapat dikatakan konstan, meskipun terjadi perubahan arus yang besar. Gambar 3.1: Karakteristik kurva V-I dari diode zener yang umum Diode zener di desain untuk ber-operasi pada reverse breakdown. Kemampuan untuk menjaga tegangan konstan pada terminalnya adalah kunci utama dari diode zener. Nilai minimum arus reverse (IZK), harus dijaga agar diode tetap pada breakdown untuk dapat menghasilkan regulasi tegangan. Begitu juga arus maksimumnya (IZM) harus dijaga agar tidak melebihi power dissipasinya, yang dapat merusakkan diode Rangkaian Equivalen Diode Zener Pada gambar 3.2(a) memperlihatkan model ideal dari dioda zener pada reverse breakdown. Pada keadaan ini tegangan konstan yang diberikan oleh dioda sama dengan tegangan nominalnya. Pada 1

18 gambar 3.2(b) ditunjukan practical model (model dalam praktek) dari dioda zener, dimana terdapat resistansi zener (RZ). Karena kurva tegangan tidak benarbenar vertikal, maka perubahan arus zener menghasilkan perubahan kecil pada tegangan zener, seperti diilustrasikan pada gambar 3.2(c). Perbandingan antara tegangan dan arus zener adalah resistansi zener. Gambar 3.2: Rangkaian equivalen dioda zener Diode zener beroperasi pada nilai daya tertentu. Besarnya daya maksimum yang diperbolehkan, dispesifikasikan dengan power dissipasi dc [PD(max)]. Sebagai contoh, dioda zener dengan seri 1N746 mempunyai nilai PD(max) = 500 mw dan seri 1N3305A mempunyai nilai PD(max) = 50 W. Power dissipasi dc ditentukan dengan persamaan : Masing-masing diode zener mempunyai tegangan nominal VZ. Sebagai contoh, dioda zener dengan seri 1N4738 mempunyai nilai tegangan nominal VZ = 8,2 Volt, dengan toleransi 10 %, sehingga nilai tegangannya 7,38 Volt sampai dengan 9,02 Volt. Sedangkan arus dc maksimum untuk diode zener (IZM) dapat didekati dengan persamaan : 2

19 3.2.3 Regulasi Zener Dengan Tegangan Input Bervariasi Gambar 3.3 menggambarkan bagaimana diode zener dapat digunakan untuk meregulasi tegangan dc yang bervariasi. Apabila tegangan input bervariasi (dengan batasan tertentu), maka diode zener menjaga tegangan output pada terminalnya mendekati konstan. Gambar 3.3: Regulasi zener dengan variasi tegangan input Sebagai contoh, diode zener dengan nomor seri 1N4740 mempunyai spesifikasi : VZ = 10 Volt, IZK = 0,25 ma, dan PD(max)= 1 W. Arus dc maksimumnya dapat dicari dari data tersebut adalah Untuk arus minimum (IZK), maka tegangan minimum pada R= 220 Ω adalah 3

20 Contoh tersebut memperlihatkan bahwa diode zener dapat meregulasi tegangan input yang bervariasi mulai dari 10,055 V sampai dengan 32 V menjadi tegangan output yang mendekati 10 V Regulasi Zener DenganBeban yang Bervariasi Gambar 3.4 memperlihatkan regulator tegangan zener dengan beban resistor yang bervariasi. Dari rangkaian tersebut diode zener akan menjaga tegangan output pada RL mendekati konstan, sepanjang arus zener lebih besar dari IZK dan lebih kecil dari IZM. Gambar 3.4: Regulasi zener dengan variasi beban Ketika terminal output pada regulator zener adalah open (RL= ), maka arus bebannya adalah nol, sehingga semua arus melalui zener. Keadaan seperti ini disebutdengan tanpa beban (no load). Apabila terminal output pada regulator zener dihubungkan dengan RL, maka sebagian arus akan melewati zener, dan sebagian lain akan melewati beban RL. Apabila nilai RL dikurangi, maka arus beban IL akan bertambah dan arus zener IZ akan berkurang. Apabila nilai IZ minimum, atau sama dengan IZK maka arus beban menjadi maksimum. Pada keadaan ini disebut dengan beban maksimum (full load) Prosentase Regulasi Prosentase regulasi merupakan figure of merityang digunakan untuk menspesifikasikan kinerja dari suatu regulator tegangan. Untuk regulasi zener dengan tegangan input bervariasi, maka prosentase regulasi didefinisikan : 4

21 Sedangkan untuk regulasi zener dengan beban bervariasi, maka prosentase regulasi didefinisikan : 3.3 Peralatan yang digunakan : 1) Modul praktikum, breadboard dan komponennya 2) Mikro dan Mili-Ammeter dc 3) Voltmeter dc 4) DC Power supply 3.4 Rangkaian Percobaan : Gambar 3.5: Rangkaian percobaan regulasi zener 3.5 Prosedur Percobaan dan Tugas : 1) Rangkaikan seperti pada gambar 3.5 yang bersesuaian dengan modul praktikum atau dengan menggunakan breadboard. 2) Pada percobaan kurva karakteristik zener, beban RL dilepas dan tegangan dari dc power supply di set pada 0 V. Ukurlah VZ dan IZ mulai dari 0 V, kemudian dinaikkan secara perlahan dengan step 1 V sampai mencapai kurang lebih 15 V, kemudian tuliskan datanya pada tabel 3.1. Usahakan arus zener IZ jangan sampai melebihi 50 ma. 3) Dari data pada tabel 3.1, gambarkan kurva karakteristik zener untuk kondisi bias reverse. 4) Dari gambar hasil langkah ke (3), carilah tegangan knee dan resistansi zener (RZ) dan catatlah hasilnya pada tabel ) Pada percobaan regulasi tegangan, pasangkan kembali beban RL(untuk beban penuh) kemudian ukurlah arus source IT, arus zener IZ, arus beban IL, dan tegangan output beban penuh VO(FL), kemudian tuliskan datanya pada tabel

22 6) Dengan memperhitungkan tegangan zener dan resistansi zener hasil dari langkah (4), hitunglah arus source IT, arus zener IZ, arus beban IL, dan tegangan output beban penuh VO(FL), kemudian tuliskan hasilnya pada tabel 3.3 dan bandingkan kedua hasil tersebut. 7) Untuk pengukuran tanpa beban (no load), resistansi beban RL dilepas, kemudian ukurlah arus source IT, arus zener IZ, dan tegangan output tanpa beban VO(NL), dan catatlah datanya pada tabel ) Dengan memperhitungkan tegangan zener dan resistansi zener hasil dari langkah (4), hitunglah arus source IT, arus zener IZ, dan tegangan output tanpa beban VO(NL), kemudian tuliskan hasilnya pada tabel 3.4 dan bandingkan kedua hasil tersebut. 9) Dari hasil langkah (5) sampai dengan (8), tentukan prosentase regulasi dari zener, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel 3.3 dan 3.4 kemudian bandingkan kedua hasil tersebut. Tabel 3.1: Data pengukuran karakteristik zener Tegangan input, Vin (Volt) Tegangan zener, VZ (Volt) Arus zener, IZ (μa dan ma) 6

23 15 Tabel 3.2 : Tegangan knee dan resistansi zener Tegangan knee zener Resistansi zener (RZ).... Volt.... Ω Untuk : Vin = 15 Volt Tabel 3.3: Data zener regulator beban penuh Parameter Pengukuran Perhitungan Eror (%) IT IZ IL Vo(FL) Untuk : Vin= 15 Volt Tabel 3.4: Data zener regulator tanpa beban Parameter Pengukuran Perhitungan Eror (%) IT IZ Vo (NL) VR (%) 7

24 PERCOBAAN 4 RANGKAIAN CLIPPER DAN CLAMPER DENGAN DIODE 4.1 Tujuan : 1. Mendemonstrasikan cara kerja rangkaian clipper menggunakan diode. Diode clipper adalah rangkaian pembentuk gelombang (wave shaping) yang digunakan untuk melindungi tegangan sinyal diatas atau dibawah nilai tertentu. 2. Mendemonstrasikan cara kerja rangkaian clamper menggunakan diode. Diode clamper adalah rangkaian pembentuk gelombang (waveshaping) tetapi dengan menambahkan level dc pada bentuk gelombang. 4.2 Dasar Teori Clipper : Rangkaian clipper adalah rangkaian pembentuk gelombang (waveshaping) yang berfungsi memotong bentuk gelombang pada level dc tertentu. Ada beberapa konfigurasi dari rangkaian clipper, yaitu rangkaian clipper positif, clipper negative, clipper dengan bias tegangan positif dan clipper dengan bias tegangan negative Rangkaian Clipper Positif Rangkaian clipper positif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc positif dari suatu bentuk gelombang, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1. Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang positif, maka diodadibias forward, sehingga arus mengalir pada diode, sehingga tegangan output adalah sebesar 0,7 Volt, yaitu merupakan tegangan barier dari diode. Gambar 4.1: Rangkaian Clipper Positif 1

25 4.2.2 Rangkaian Clipper Negatif Rangkaian clipper negatif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc negatif dari suatu bentuk gelombang, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.2. Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang negatif, maka dioda dibias reverse, sehingga arus mengalir ke beban, sehingga tegangan output adalah sebesar tegangan input. Gambar 4.2: Rangkaian Clipper Negatif Rangkaian Clipper dengan Bias Positif Rangkaian clipper bias positif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc positif pada level tertentu sesuai dengan tegangan bias positif yang diberikan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3. Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang positif, maka dioda akan dibias forward jika Vin= VBIAS + 0,7 Volt. Gambar 4.3: Rangkaian Clipper dengan Bias Positif Rangkaian Clipper dengan Bias Negatif Rangkaian clipper bias negatif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc negatif pada level tertentu sesuai dengan tegangan bias negatif yang diberikan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4. Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang negative, maka dioda akan dibias reverse jika Vin= -VBIAS - 0,7 Volt. 2

26 Gambar 4.4: Rangkaian Clipper dengan Bias Positif 4.3. Dasar Teori Clamper: Rangkaian clamper adalah rangkaian pembentuk gelombang (waveshaping) yang berfungsi menggeser bentuk gelombang keatas dan ke bawah. Ada beberapa konfigurasi dari rangkaian clamper, yaitu rangkaian clamper positif dan clamper negative Rangkaian Clamper Positif Rangkaian clipper positif adalah rangkaian clamper yang menaikkan level dc positif dari suatu bentuk gelombang, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.5. Gambar 4.5: Rangkaian Clamper Positif Rangkaian Clamper Negatif Rangkaian clipper positif adalah rangkaian clamper yang menurunkan level dc negatif dari suatu bentuk gelombang, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.6. Gambar 4.6 : Rangkaian Clamper Negatif 3

27 4.4 Rangkaian Percobaan : Gambar 4.7: Skematik Diagram dari Rangkaian Percobaan Clipper Keterangan gambar : R = 15 kω, 0,25 Watt Potensiometer 5 kω Diode rectifier silicon : 1N Peralatan yang digunakan : 1) Modul praktikum, breadboard dan komponennya 2) DC Power Supply 3) Signal generator 4) Oscilloscope 4.6 Prosedur Percobaan : 1) Dengan menggunakan breadboard, rangkaikan clipper positif seperti pada gambar 4.7A 2) Sebelum Signal generator dinyalakan, set-lah channel 1 dan 2 dari Oscilloscope pada skala 1 Volt / division, dc coupling dan time base = 1 ms / division. 3) Sebelum Signal generator dinyalakan, nyalakan terlebih dahulu oscilloscope set-lah posisi garis sinyal channel 1 dan 2 pada level yang sama yaitu zero volts. 4

28 4) Nyalakan signal generator dan aturlah amplitudo sinyal sebesar 6 V peak-to-peak, pada frekuensi 200 Hz. 5) Dari display oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan output CH2) pada kertasgrafik/millimeter.seperti yang ditunjukkan oleh gambar ) Matikan signal generator dan oscilloscope, kemudian balikkan polaritas dari diode sehingga menjadi rangkaian clipper negative seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.7B. 7) Nyalakan kembali oscilloscope dan signal generator kemudian aturlah amplitudo sinyal tetap sebesar 6 V peak-to-peak, pada frekuensi 200 Hz. Gambar 4.8: Tegangan input dan output rangkaian clipper positif 8) Dari display oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan output CH2) pada kertasgrafik/millimeter.seperti yang ditunjukkan oleh gambar

29 Gambar 4.9: Tegangan input dan output rangkaian clipper negatif 9) Matikan signal generator dan oscilloscope, kemudian rangkaikan rangkaian clipper dengan bias positif seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.7C. 10) Catukan supply tegangan sebesar 5 V pada potensiometer kemudian aturlah sehinga menghasilkan tegangan dc sebesar +1,5 V, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.7C. 11) Nyalakan kembali oscilloscope dan signal generator kemudian aturlah amplitudo sinyal tetap sebesar 6 V peak-to-peak, pada frekuensi 200 Hz. 12) Dari display oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan output CH2) pada kertas grafik/millimeter. 13) Atur-aturlah potensiometer sampai mencapai nilai-niai yang ekstrim, kemudian amatilah display oscilloscope, apa yang tejadi? 14) Matikan signal generator, power supply dan oscilloscope, kemudian balikkan polaritas diode dan power supply sehingga menjadi rangkaian clipper dengan bias negatif seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.7D. 15) Aturlah supply tegangan sebesar - 5 V pada potensiometer, kemudian aturlah sehinga menghasilkan tegangan dc sebesar -1,5 V, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.7D. 16) Nyalakan kembali oscilloscope dan signal generator kemudian aturlah amplitudo sinyal tetap sebesar 6 V peak-to-peak, pada frekuensi 200 Hz. 17) Dari display oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan output CH2) pada kertas grafik/millimeter. 18) Atur-aturlah potensiometer sampai mencapai nilai-niai yang ekstrim, kemudian amatilah display oscilloscope, apa yang tejadi? 4.7. Rangkaian Percobaan : Gambar 4.10: Skematik Diagram dari Rangkaian Percobaan Clamper 6

30 Keterangan gambar : R = 10 kω, 0,25 Watt C= 10 µf kapasitor elektrolit, 25 Volt Diode rectifier silicon : 1N Peralatan yang digunakan : 1) Modul praktikum, breadboard dan komponennya 2) DC Power Supply 3) Signal generator 4) Oscilloscope 4.9. Prosedur Percobaan : 1) Dengan menggunakan breadboard, rangkaikan rangkaian clamper positif seperti pada gambar ) Sebelum Signal generator dinyalakan, set-lah channel 1 dan 2 dari Oscilloscope pada skala 2 Volt division, dc coupling dan time base = 0,2 ms / division 3) Sebelum Signal generator dinyalakan, nyalakan terlebih dahulu oscilloscope set-lah posisi garis sinyal channel 1 dan 2 pada level yang sama yaitu zero volts. 4) Nyalakan signal generator dan aturlah amplitudo sinyal sebesar 5 V peak-to-peak, pada frekuensi 1 khz. 5) Dari display oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan output CH2) pada kertas grafik/millimeter. 6) Tambahkan tegangan input peak-to-peak. Amati apa yang terjadi? 7) Matikan signal generator dan oscilloscope, kemudian balikkan polaritas dari diode sehingga menjadi rangkaian clipper negative. 8) Sebelum Signal generator dinyalakan kembali, nyalakan terlebih dahulu oscilloscope dan setlah posisi garis sinyal channel 1 dan 2 pada level yang sama yaitu zero volts. 9) Kemudian nyalakan kembali signal generator dan aturlah amplitudo sinyal sebesar 5 V peak-topeak, pada frekuensi 1 khz. 10) Dari display oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan output CH2) pada kertas grafik/millimeter. 11) Tambahkan tegangan input peak-to-peak. Amati apa yang terjadi? 7

31 PERCOBAAN 5 TRANSISTOR BASE BIASING AND VOLTAGE DIVIDER BIASING (RANGKAIAN BIAS TETAP / FIXED BIAS DAN BIAS PEMBAGI TEGANGAN) 5.1. Tujuan : 1. Pembuktian tegangan dan arus pada rangkaian bias base sebagaimana perencanaannya dengan garis beban untuk menentukan titik kerja rangkaian (Q). Karena kesederhanaan rangkaian bias base ini sehingga kestabilan titik kerja transistornya menjadi tidak efektif. Kestabilan titik kerja rangkaian ini dipengaruhi oleh penguatan arus transistor (β). 2. Pembuktian tegangan dan arus pada rangkaian bias pembagi tegangan sebagaimana perencanaannya dengan garis beban untuk menentukan titik kerja rangkaian (Q). Rangkaian bias pembagi tegangan seringkali digunakan karena arus base dibuat kecil dibanding dengan arus yang melalui resistansi pada sisi base (voltage divider). Sebagai hasilnya, arus pada kolektor relatif stabil terhadap perubahan nilai β dari transistor Dasar Teori Bias Tetap : Suatu transistor harus diberi bias dc untuk dapat dioperasikan sebagai penguat. Titik kerja dc harus di set agar variasi sinyal pada terminal input dapat dikuatkan (amplify) dan secara akurat direproduksi pada terminal output Garis Beban DC Apabila arus base (IB) bertambah, maka arus collector (IC) juga bertambah, sedangkan tegangan collector-emitter (VCE) berkurang. Sebaliknya apabila arus base (IB) berkurang, maka arus collector (IC) juga berkurang, sedangkan tegangan collector-emitter (VCE) bertambah. Sehingga perubahan pada (VBB) akan mengakibatkan perubahan titik kerja transistor di sepanjang garis lurus, yang disebut dengan garis beban dc. Sebagai contoh, pergeseran titik Q yang disebabkan perubahan arus base (IB), arus collector (IC), dan tegangan collector-emitter (VCE), di-ilustrasikan oleh gambar 5.1. Titik perpotongan garis beban dengan sumbu mendatar adalah VCE = VCC = 10 V. Titik ini adalah titik cut-off, karena secara ideal IB dan IC sama dengan nol. Titik perpotongan garis beban dengan sumbu vertikal secara ideal adalah IC= 45,5 ma. Titik ini adalah titik saturasi, karena IC adalah maksimum 1

32 pada titik dimana nilai VCE= 0, dan IC = VCC/RC. Dengan menggunakan hukum Kirchhoff tegangan pada loop collector akan memberikan Hasilnya adalah persamaan garis lurus untuk garis beban dengan bentuk umum : y = mx + b sebagai berikut dimana -1/RC adalah gradien (slope), sedangkan VCC/RC adalah konstanta. Gambar 5.1: Ilustrasi pengaturan titik Q 2

33 Gambar 5.2: Garis beban dc Rangkaian Bias Base Metode yang lebih praktis adalah menggunakan VCC sebagai sumber bias tunggal, seperti terlihat pada gambar 5.3(a). Untuk menyederhanakan skema rangkaian, simbol battery dapat dihilangkan dan diganti dengan terminal garis yang ujungnya diberi lingkaran kecil, yang menyatakan tegangan, seperti terlihat pada gambar 5.3(b). Gambar 5.3 : Rangkaian bias base (bias tetap / fixed bias) Analisa dari rangkaian gambar 5.3, untuk daerah linier dapat diuraikan sebagai berikut. Tegangan drop yang melalui RB adalah VCC - VBE. Oleh karena itu, Dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan disisi rangkaian kolektor, dapat dituliskan dengan persamaan: Penyelesaian untuk VCE didapat: 3

34 Dengan mengabaikan kebocoran arus ICBO, telah kita ketahui bersama bahwa: Pada persamaan (7-3) diperlihatkan bahwa nilai IC bergantung pada β. Sehingga kerugian pada rangkaian bias ini adalah berubahnya nilai β akan menyebabkan perubahan pula pada IC dan VCE yang berakibat perubahan pada titik kerja transistor (Q) dan membuatnya menjadi rangkaian bias yang sangat bergantung pada β. Dan perlu diketahui bahwa nilai β bervariasi terhadap suhu. 5.3 Dasar Teori Bias Pembagi Tegangan: Bias tegangan pada base transistor dapat dikembangkan dengan pembagi tegangan resistor R1 dan R2, seperti terlihat pada gambar 5.4. Pada titik A, ada dua lintasan arus yang menuju ke ground, yang satu melalui R2, sedangkan yang satunya melalui junction base-emitter dari transistor. Gambar 5.4: Rangkaian bias pembagi tegangan Apabila arus base sangat kecil dibandingkan dengan arus yang melalui R2, maka rangkaian bias dapatdipandang sebagai pembagi tegangan sederhana yang terdiri dari R1 dan R2, seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.5(a). Apabila arus base tidak cukup kecil untuk diabaikan dibandingkan dengan I2, maka resistansi input dc, RIN(base), dari base transistor ke ground harus ikut diperhitungkan. Keberadaan RIN(base) paralel dengan R2, sebagaimana terlihat pada gambar 5.5(b). 4

35 Gambar 5.5: Penyederhanaan rangkaian pembagi tegangan Untuk mengembangkan formula resistansi input dc pada base transistor, digunakan diagram pada gambar 5.6. Seperti ditunjukkan pada gambar 5.6, VIN dicatukan diantara base dan ground, dan IIN adalah arus yang masuk ke base. Dengan menggunakan hukuk Ohm, Dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan disekitar rangkaian base emitter didapat Dengan asumsi bahwa VBE << IE RE, maka persamaan diatas menjadi Karena IC IE dan IC= β IB, maka Arus input adalah juga arus base: Dengan substitusi IB ke persamaan VIN didapat Sehingga, 5

36 Gambar 5.6 : Resistansi input dc adalah VIN/IIN Transistor npn yang di bias pembagi tegangan (voltage divider) ditunjukkan oleh gambar 5.7. Untuk menentukan tegangan pada base dengan menggunakan formula pembagian tegangan adalah sebagai berikut. Resistansi total dari base ke ground adalah Pembagian tegangan dibentuk oleh R1 dan R2 paralel dengan resistansi dari base ke ground, seperti terlihat pada gambar 5.7(b). Dengan menerapkan rumusan pembagian tegangan didapat Apabila β RE>> R2, maka penyederhanaan rumusan menjadi Tegangan base dapat ditentukan dengan tegangan emitter, yaitu Arus emitter dapat dicari dengan dengan menggunakan hukum Ohm, Karena IC IE maka dapat dituliskan : 6

37 Pernyataan VCE sebagai fungsi IC dapat dicari dengan menggunakan hukum Kirchhoff tegangan sebagai berikut Karena IC IE maka, Gambar 5.7: Transistor npn dengan bias pembagi tegangan Cara lain untuk menganalisa rangkaian bias transistor pembagi tegangan adalah dengan mengaplikasikan teorema Thevenin. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi stabilitas rangkaian. Pertama, dapatkan rangkaian ekivalen base-emitter untuk gambar 5.7 dengan menggunakan teorema Thevenin. Dengan sudut pandang dari terminal base, maka rangkaian bias dapat digambar kembali, seperti ditunjukkan pada gambar 5.7(a). Dengan mengaplikasikan teorema Thevenin kedalam rangkaian disebelah kiri titik A, didapat penyelesaian sebagai berikut Rangkaian pengganti Thevenin diperlihatkan pada gambar 5.7(b). Dengan mengaplikasikan hukum Kirchhoff tegangan disekitar loop pengganti base emitter memberikan 7

38 Substitusi IE/β untuk IB, didapat Apabila RE >> RTH/β, maka Persamaan terakhir memperlihatkan bahwa IE independen terhadap β. Hal ini dapat dicapai dalam praktek, dengan memilih nilai untuk RE minimal sepuluh kali lipat dari nilai RTH/β. Rangkaian bias pembagi tegangan sangat populer karena sangat stabil dan dapat dicapai dengan supply tegangan tunggal Peralatan yang digunakan Bias Tetap: 1) Modul praktikum, breadboard dan komponennya 2) Mikro dan Mili-Ammeter dc 3) Voltmeter dc 4) DC Power Supply 5.4. Rangkaian Percobaan Bias Tetap: Gambar 5.8: Rangkaian bias base (bias tetap / fixed bias) 8

39 5.5. Prosedur Percobaan dan Tugas Bias Tetap: 1) Rangkaikan seperti pada gambar 5.8 yang bersesuaian dengan modul praktikum atau dengan menggunakan breadboard. 2) Dengan menggunakan voltmeter dc ukurlah tegangan pada RB dan RC. Dari hasil pengukuran tersebut, dengan menggunakan hukum Ohm, hitunglah IBQ dan ICQ, kemudian catatlah hasilnya pada tabel ) Dari hasil langkah (2) tentukan penguatan arus dc transistor (β) dan catatlah hasilnya pada tabel ) Dengan menggunakan voltmeter dc ukurlah tegangan pada VB dan VC (VCEQ) secara individual, dan catatlah hasilnya pada tabel ) Bandingkan nilai yang didapat dari langkah (4) dengan nilai yang didapat secara teori dengan nilai β yang didapat dari langkah (3) dan untuk nilai VBE= 0,7 V, dan catatlah hasilnya pada tabel ) Hitunglah titik saturasi [IC(sat)] pada garis beban dari rangkaian percobaan ini dengan persamaan Dan catatlah hasilnya pada tabel ) Hitunglah titik cut-off [VCE(off)] pada garis beban dari rangkaian percobaan ini dengan persamaan 9

40 Dan catatlah hasilnya pada tabel ) Dari hasil pada langkah (6) dan (7), gambarkan garis beban dc pada kertas grafik (millimeter), kemudian letakkan titik kerja transistor (Q) yang didapat dengan pengukuran dan perhitungan. 9) Dengan menggunakan transistor nomor seri yang berbeda, ulangi langkah (2) sampai dengan (8). 10) Dari hasil pengukuran dan perhitungan pada tabel 5.1 dan 5.2, berikan kesimpulan yang didapat dari percobaan ini. Tabel 5.1: Data pengukuran dan perhitungan parameter transistor Tabel 5.2: Data untuk kondisi saturasi dan cut-off 5.6 Peralatan yang digunakan Bias Pembagi Tegangan: 1) Modul praktikum, breadboard dan komponennya 2) Mikro dan Mili-Ammeter dc 3) Voltmeter dc 4) DC Power Supply 10

41 5.7 Rangkaian Percobaan Bias Pembagi Tegangan: Gambar 5.9: Rangkaian bias pembagi tegangan 5.8 Prosedur Percobaan dan Tugas Bias Pembagi Tegangan: 1) Rangkaikan seperti pada gambar 5.9 yang bersesuaian dengan modul praktikum atau dengan menggunakan breadboard. 2) Dengan menggunakan nilai VBEyang umum untuk transistor silikon (0,7 V), hitunglah nilai tegangan dc base (VB), emitter (VBE), collector (VC), dan collector-emitter (VCE) untuk rangkaian percobaan voltage divider biasing, gambar 5.9, kemudian catatlah hasilnya pada tabel ) Dengan menggunakan voltmeter dc, secara bergantian ukurlah tegangan base (VB), emitter (V BE), collector (VC), dan collector-emitter (VCE) untuk rangkaian percobaan gambar 5.9, kemudian catatlah hasilnya pada tabel ) Bandingkan hasil yang didapat dari langkah (2) dan (3). Error yang terjadi tidak lebih dari 10%. 5) Dengan menggunakan voltmeter dc ukurlah tegangan pada RC, untuk mendapatkan nilai ICQ, kemudian catatlah hasilnya pada tabel ) Hitunglah arus collector IC, dengan rumusan pendekatan kemudian catatlah hasilnya pada tabel ) Hitunglah titik saturasi [IC(sat)] pada garis beban dari rangkaian percobaan ini dengan persamaan 11

42 Dan catatlah hasilnya pada tabel ) Hitunglah titik cut-off [VCE(off)] pada garis beban dari rangkaian percobaan ini dengan persamaan Dan catatlah hasilnya pada tabel ) Dari hasil pada langkah (7) dan (8), gambarkan garis beban dc pada kertas grafik (millimeter), kemudian letakkan titik kerja transistor (Q) yang didapat dengan pengukuran dan perhitungan. 10) Dengan menggunakan transistor nomor seri yang berbeda, ulangi langkah (2) sampai dengan (9). 11) Dari hasil pengukuran dan perhitungan pada tabel 5.3 dan 5.4, berikan kesimpulan yang didapat dari percobaan ini. Tabel 5.3: Data pengukuran dan perhitungan parameter transistor Tabel 5.4: Data untuk kondisi saturasi dan cut-off 12

43 RANGKAIAN KOMPARATOR 6.1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai aplikasi dari rangkaian OP AMP. 2. Mahasiswa dapat merangkai rangkaian komparator sebagai aplikasi dari rangkaian OP AMP. 3. Mahasiswa dapat menganalisis karakteristik rangkaian komparator sebagai aplikasi dari rangkaian OP AMP Dasar Teori Operational Amplifier atau disingkat op-amp merupakan salah satu komponen analog yang populer digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-am populer yang paling sering dibuat antara lain adalah rangkaianinverter, non-inverter, integrator dan differensiator. Pada pokok bahasan kali ini akan dijelaskan aplikasi op-amp yang paling dasar, yaitu sebagai pembanding tegangan (komparator). Komparator digunakan sebagai pembanding dua buah tegangan. Pada perancangan ini, tegangan yang dibandingkan adalah tegangan dari sensor dengan tegangan referensi. Tegangan referensinya dilakukan dengan mengatur variabel resistor sebagai pembanding. Rangkaian dasar komparator dengan catu tegangan tungggal ditunjukkan pada Gambar 6.1. Gambar 6.1 Rangkaian Dasar Komparator Prinsip kerja rangkaian adalah membandingkan amplitudo dua buah sinyal, jika +Vin dan Vin masing-masing menyatakan amplitudo sinyal input tak membalik dan input membalik, Vo dan Vsat masing-masing menyatakan tegangan output dan tegangan saturasi, maka prinsip dasar dari komparator adalah +Vin Vin maka Vo = Vsat+ +Vin < Vin maka Vo = Vsat

44 Keterangan: +Vin = Amplitudo sinyal input tak membalik (V) Vin = Amplitudo sinyal input membalik (V) Vsat+ = Tegangan saturasi + (V) Vsat = Tegangan saturasi - (V) Vo = Tegangan output (V) Bentuk fisik IC LM 324 sebagai komparator seperti Gambar 6.2. Gambar 6.2 Bentuk Fisik IC LM324 Sebagai Komparator Fungsi Pin IC: Pin 1 = output 1 Pin 2 = input 1 negatif Pin 3 = input 1 positif Pin 4 = VCC Pin 5 = input 2 positif Pin 6 = input 2 negatif Pin 7 = output 2 Pin 8 = output 3 Pin 9 = input 3 negatif Pin 10 = input 3 positif Pin 11 = GND Pin 12 = input 4 positif Pin 13 = input 4 negatif Pin 14 = output Peralatan yang digunakan: 1. IC LM Potensiometer 50Kohm 3. Power Supply 4. AVO meter

45 5. Pinset 6. Jumper 6.4. Rangkaian Percobaan Gambar 6.3 Rangkaian Dasar Komparator 5.5. Prosedur Percobaan dan Tugas 1) Hubungkan konektor VCC 12 Volt pada tegangan sumber 12 Volt 2) Hubungkan konektor GND pada ground. 3) Sambunglah masukan V in + pada tegangan 5 Volt 4) Atur tegangan potensio lalu ukur tegangan sebesar 1V pada V in - 5) Amati IND OUT dan ukur tegangan pada Vout 6) Catat hasil pada tabel hasil yang telah disediakan 7) Kemudian atur lagi tegangan pada potensio sesuai tabel percobaan lalu catat tegangan V out 8) Kemudian analisis lalu beri kesimpulan hasil praktikum yang telah dilakukan.

46 Tabel 6.1 Hasil Percobaan Tabel 6.2 Analisis Hasil Percobaan

47 5.6. Latihan 1) Bagaimanakah prinsip rangkaian komparator! 2) Sebutkan karakteristik dari IC LM324 sesuai dengan datasheet! 3) Buatlah aplikasi yang menggunakan rangkaian Op-Amp dengan komparator!

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 01 P-01 DIODA CLIPPER DAN CLAMPER SMT. GENAP 2015/2016 A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat menguji karakteristik dioda clipper

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator JOBSHEET PRAKTIKUM 2 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai aplikasi dari rangkaian OP AMP. 2. Mahasiswa dapat merangkai rangkaian komparator sebagai aplikasi dari

Lebih terperinci

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER 4.1 Tujuan dan Latar Belakang Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan cara kerja dari Power Amplifier kelas A common-emitter. Amplifier

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 01 P-05 KOMPARATOR SMT. GENAP 2015/2016 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 213 Universitas Sriwijaya Fakultas Ilmu Komputer Laboratorium LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP PERCOBAAN 0 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP 0. Tujuan : ) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari suatu rangkaian diffrensiator dan integrator, dengan menggunakan op-amp 74. 2) Rangkaian differensiator

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 RANGKAIAN PENGUAT KLAS B PUSH-PULL

PERCOBAAN 6 RANGKAIAN PENGUAT KLAS B PUSH-PULL PERCOBAAN 6 RANGKAIAN PENGUAT KLAS B PUSH-PULL 6.1 Tujuan dan Latar Belakang Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan operasi dan desain dari suatu power amplifier emitter-follower kelas

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI PENDAHULUAN A. UMUM Sesuai dengan tujuan pendidikan di UNISKA, yaitu : - Pembinaan

Lebih terperinci

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda KEGIATAN BELAJAR 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari dioda b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i diode c. Mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran 1. Tujuan : 1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami operasi dari rangkaian penguat kelas B komplementer. 2 Mahasiswa dapat menerapkan teknik pembiasan

Lebih terperinci

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT TUJUAN Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi Common Emitter Mengetahui

Lebih terperinci

Penguat Kelas A dengan Transistor BC337

Penguat Kelas A dengan Transistor BC337 LAPORAN HASIL PRAKTIKUM Penguat Kelas A dengan Transistor BC337 ELEKTRONIKA II Dosen: Dr.M.Sukardjo Kelompok 7 Abdul Goffar Al Mubarok (5215134375) Egi Destriana (5215131350) Haironi Rachmawati (5215136243)

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP 9.1 Tujuan : 1) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari rangkaian comparator inverting dan non inverting dengan menggunakan op-amp 741. 2) Rangkaian comparator menentukan

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (alternating

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

MODUL ELEKTRONIKA DASAR

MODUL ELEKTRONIKA DASAR MODUL ELEKTRONIKA DASAR 1. Resistor Resistor adalah hambatan yang mempunyai nilai hambat tertentu. Resistor biasanya dinyatakan dengan huruf R. Resistor berfungsi untuk membatasi arus. Nilai resistor berbanding

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

Bias dalam Transistor BJT

Bias dalam Transistor BJT ias dalam Transistor JT Analisis atau disain terhadap suatu penguat transistor memerlukan informasi mengenai respon sistem baik dalam mode AC maupun DC. Kedua mode tersebut bisa dianalisa secara terpisah.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER) PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER) Rangkaian Penyearah Dioda (Diode Rectifier) Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai sebagai sumber dayanya, namun sebagian besar

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 KURVA TRANSFER KARAKTERISTIK JFET

PERCOBAAN 1 KURVA TRANSFER KARAKTERISTIK JFET PERCOBAAN 1 KURVA TRANSFER KARAKTERISTIK JFET 11.1 Tujuan : Membuat kurva tranfer karakteristik JFET pada layar oscilloscope. Kurva ini memperlihatkan variasi arus drain (ID) sebagai fungsi tegangan gate-source

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator

Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator Ahmad Fauzi #1, Ahmad Khafid S *2, Prisma Megantoro #3 #Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP KEGIATAN BELAJAR 2 Percobaan 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari BJT b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

[LAPORAN PENGUAT DAYA KELAS A] BAB I PENDAHULUAN

[LAPORAN PENGUAT DAYA KELAS A] BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam matakuliah Elektronika II telah dipelajari beberapa teori tentang rangkaian common seperti common basis, common emitter, dan common collector. Salah satu penerapan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 7 RANGKAIAN PENGUAT RESPONSE FREKUENSI RENDAH

PERCOBAAN 7 RANGKAIAN PENGUAT RESPONSE FREKUENSI RENDAH PECOBAAN 7 ANGKAIAN PENGUAT ESPONSE FEKUENSI ENDAH 7. Tujuan : Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan faktor-faktor yang berkontribusi pada respon frekuensi rendah, dari suatu amplifier

Lebih terperinci

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 1 TUJUAN Memahami perbedaan konfigurasi

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Bandung

Politeknik Negeri Bandung LAPORAN PRAKTIKUM 6 CLIPPER Anggota Kelompok Kelas Jurusan Program Studi : 1. M. Ridwan Al Idrus 2. Zuhud Islam Shofari : 1A TEL : Teknik Elektro : D3 Teknik Elektronika Politeknik Negeri Bandung 2017

Lebih terperinci

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 03 RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER 1 TUJUAN Menentukan hubungan antara sinyal input dengan sinyal

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK MODUL I KARAKTERISTIK DIODA I. Tujuan Percobaan Memahami prinsip

Lebih terperinci

TUGAS DASAR ELEKTRONIKA

TUGAS DASAR ELEKTRONIKA DIODE ZENER TUGAS DASAR ELEKTRONIKA Oleh : 0804405050 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2010 1.1. Pengertian Tentang Diode Diode merupakan alat yang hanya bisa mengalirkan arus DC dalam

Lebih terperinci

Nama : Asisten : NPM : Kelompok :

Nama : Asisten : NPM : Kelompok : Nama : Asisten : NPM : Kelompok : Gambarkan grafik karakteristik I-V silicon diode pada kotak yang disediakan Jelaskan berdasarkan gambar yang kalian buat a. Zener Region b. Reverse bias c. Forward bias

Lebih terperinci

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom DIODA KHUSUS Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu: mengetahui, memahami dan menganalisis karakteristik dioda khusus Memahami

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK MODUL I KARAKTERISTIK DIODA I. Tujuan Percobaan Memahami prinsip

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2009 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

- 1 - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PRAKTIK ELEKTRONIKA ANALOG I

- 1 - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PRAKTIK ELEKTRONIKA ANALOG I - - FAKULTAS TEKNIK Semester PENGUAT TRANSISTOR 200 menit No. LST/EKA/EKA5204/09/04 Revisi : 02 Tgl : 28-8-205 Hal dari 9. A. Kompetensi : Menguasai kinerja penggunan transistor sebagai penguat B. Sub

Lebih terperinci

LAB SHEET ILMU BAHAN DAN PIRANTI

LAB SHEET ILMU BAHAN DAN PIRANTI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO NOMOR : O1 MATA KULIAH ILMU BAHAN DAN PIRANTI TOPIK :KARAKTERISTIK DIODA I. TUJUAN 1. Pengenalan komponen elektronika dioda semi konduktor 2. Mengetahui karakteristik dioda semi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Power Regulator Pada umumnya adalah sebagai alat atau perangkat keras yang mampu menyuplai tenaga atau tegangan listrik secara langsung dari sumber tegangan listrik ke tegangan

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear PENGUAT OPERASIONAL ⓿ Pendahuluan ❶ Karakteristik dan Pemodelan ❷ Operasi pada Daerah Linear Model Virtual Short Circuit Metoda Inspeksi Metoda Sistematik ❸ Operasi pada Daerah NonLinear Rangkaian Ekivalen

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar. SRI SUPATMI,S.KOM I. Tujuan Praktikum Mengetahui cara menentukan kaki-kaki transistor menggunakan Ohmmeter Mengetahui karakteristik transistor bipolar. Mampu merancang rangkaian sederhana menggunakan transistor

Lebih terperinci

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. II. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dioda Dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 JFET SELF BIAS

PERCOBAAN 2 JFET SELF BIAS PERCOBAAN 2 JFET ELF BIA 12.1 Tujuan : Tujuan dari percobaan ini adalah verifikasi tegangan dan arus pada rangkaian JFET dengan menggunakan self bias. Yaitu membuktikan kesesuaian tegangan dan arus pada

Lebih terperinci

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MOUL 03 RANGKAIAN IOA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA AN INSTRUMENTASI PROGRAM STUI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA AN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANUNG Riwayat Revisi Rev.

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR Bab V, Analisa DC pada Transistor Hal: 147 BAB V ANALSA DC PADA TRANSSTOR Transistor BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah suatu devais nonlinear terbuat dari bahan semikonduktor dengan 3 terminal yaitu

Lebih terperinci

TUJUAN ALAT DAN BAHAN

TUJUAN ALAT DAN BAHAN TUJUAN 1. Mengetahui prinsip penyearah setengah gelombang tanpa menggunakan kapasitor 2. Mengetahui prinsip penyearah setengah gelombang menggunakan kapasitor. ALAT DAN BAHAN 1. Dioda 1N4007 1 buah 2.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

Daerah Operasi Transistor

Daerah Operasi Transistor Daerah Operasi Transistor Sebuah Transistor memiliki empat daerah Operasi Transistor : 1. Daerah Aktif 2. Daerah CutOff 3. Daerah Saturasi 4. Daerah Breakdown Daerah Aktif Daerah kerja transistor yang

Lebih terperinci

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU 1. KAPASITOR PENGGANDENG DAN KAPASITOR PINTAS (Coupling And Bypass Capasitors) Sebuah kapasitor penggandeng melewatkan sinyal AC dari satu titik ke titik lain. Misalnya pada

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

EL2005 Elektronika PR#03

EL2005 Elektronika PR#03 EL005 Elektronika P#03 Batas Akhir Pengumpulan : Jum at, 10 Februari 017, Jam 16:00 SOAL 1 Sebuah alat las listrik (DC welder) membutuhkan suatu penyearah yang dapat menangani arus besar dan tegangan tinggi.

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )? 1. a. Gambarkan rangkaian pengintegral RC (RC Integrator)! b. Mengapa rangkaian RC diatas disebut sebagai pengintegral RC dan bagaimana hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Pengukuran Tegangan AC dan DC Via Arduino (Wattmeter)

Laporan Praktikum Pengukuran Tegangan AC dan DC Via Arduino (Wattmeter) Laporan Praktikum Pengukuran Tegangan AC dan DC Via Arduino (Wattmeter) Ahmad Fauzi#1, Ahmad Khafid S *2, Prisma Megantoro #3 #Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Jln.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR Nama Nim Semester Fakultas : Rizki : 20083124720650086 : III/pagi : Teknik Informatika Universitas Mpu Tantular Jakarta Timur MODUL I INSTRUMENTASI Teori: Pada praktikum

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

BAB III KONSEP RANCANGAN

BAB III KONSEP RANCANGAN 37 BAB III KONSEP RANCANGAN 3. Kondisi Saat Ini Saat ini program studi Teknik Elektro belum memiliki alat peraga Hand- Held Metal Detector, yang mana menurut penulis sangat penting untuk menambah wawasan

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYEARAH ARUS OLEH : DANNY KURNIANTO,ST ST3 TELKOM PURWOKERTO

RANGKAIAN PENYEARAH ARUS OLEH : DANNY KURNIANTO,ST ST3 TELKOM PURWOKERTO RANGKAIAN PENYEARAH ARUS OLEH : DANNY KURNIANTO,ST ST3 TELKOM PURWOKERTO 1. Gelombang Sinus Bentuk gelombang sinus ditunjukkan seperti pada Gambar dibawah ini. Gelombang sinus tersebut sesuai dengan persamaan

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE SEMIKONDUKTOR Komponen Semikonduktor Di dunia listrik dan elektronika dikenal bahan yang tidak bisa mengalirkan listrik (isolator) dan bahan yang bisa mengalirkan listrik (konduktor). Gbr. 1. Tingkatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan Praktikum Dasar Elektronika dan Digital

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam BAB II LANDASAN TEORI Temperatur merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan mesin penetas telur,temperature yang diperlukan berkisar antara 38-39 0 C. Untuk hasil yang optimal dalam Pembuatan

Lebih terperinci

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter.

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. TRANSISTOR Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Untuk membedakan transistor PNP dan NPN

Lebih terperinci

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 07-06-2017

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan Transistor Bipolar oleh aswan hamonangan Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum PERATURAN PRAKTIKUM 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum 2. Peserta dan asisten memakai sepatu tertutup (untuk perempuan diizinkan menggunakan flat shoes) 3. Peserta mengerjakan dan

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias Transistor Bipolar Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias yang memungkinkan elektron

Lebih terperinci

MODUL 5 RANGKAIAN AC 2. STUDI PUSTAKA

MODUL 5 RANGKAIAN AC 2. STUDI PUSTAKA MODUL 5 RANGKAIAN AC Ingmar Ramzan Shidqi (13214057) Asisten: Muhammad Arief Maru (13212024) Tanggal Percobaan: 9/2/2016 EL2205-Praktikum Elektronika Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015 Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELKA ANALOG

LAPORAN PRAKTIKUM ELKA ANALOG LAPORAN PRAKTIKUM ELKA ANALOG GARIS BEBAN DC TRANSISTOR KELAS / GROUP : Telkom 3-D / 2 NAMA PRAKTIKAN : 1. Gusti Prabowo Randu NAMA REKAN KERJA : 2. Dwi Mega Yulianingrum 3. Nadia Rifa R PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5 VERONICA ERNITA K. ST., MT Pertemuan ke - 5 DIODA SEMIKONDUKTOR Resistor merupakan sebuah piranti linear karena grafik arus terhadap tegangan merupakan garis lurus. Berbeda dengan dioda. Dioda merupakan

Lebih terperinci

Adaptor/catu daya/ Power Supply

Adaptor/catu daya/ Power Supply Adaptor/catu daya/ merupakan sumber tegangan DC. Sumber tegangan DC ini dibutuhkan oleh berbagai macam rangkaian elektronika untuk dapat dioperasikan. Rangkaian inti dari catu daya / Power Supply ini adalah

Lebih terperinci

MODUL PRAKTEK RANGKAIAN ELEKTRONIKA

MODUL PRAKTEK RANGKAIAN ELEKTRONIKA MODUL PRAKTEK RANGKAIAN ELEKTRONIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRONIKA PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI Percobaan 1 Percobaan 1 Dioda : Karakteristik dan Aplikasi Tujuan Memahami

Lebih terperinci

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY )

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) PERCOBAAN PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) E-mail : sumarna@uny.ac.id PENGANTAR Konfigurasi penguat tegangan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

Breadboard Breadboard digunakan untuk membuat dan menguji rangkaian-rangkaian elektronik secara cepat, sebelum finalisasi desain rangkaian dilakukan.

Breadboard Breadboard digunakan untuk membuat dan menguji rangkaian-rangkaian elektronik secara cepat, sebelum finalisasi desain rangkaian dilakukan. Modul 1 Peralatan Peralatan yang akan digunakan pada Praktikum Rangkaian Elektronika adalah: Breadboard Power Supply Multimeter LCR Meter Oscilloscope Function generator Breadboard Breadboard digunakan

Lebih terperinci

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika : Teori dan Penerapan Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2007 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB I HAMBATAN. Tujuan: 1. Menjelaskan komponen resistor 2. Menjelaskan komponen kapasitor 3. Menjelaskan komponen induktor

BAB I HAMBATAN. Tujuan: 1. Menjelaskan komponen resistor 2. Menjelaskan komponen kapasitor 3. Menjelaskan komponen induktor BAB I HAMBATAN Tujuan: 1. Menjelaskan komponen resistor 2. Menjelaskan komponen kapasitor 3. Menjelaskan komponen induktor PENDAHULUAN Elektronika terbagi menjadi 2 macam, yaitu: Elektronika analog Elektronika

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT 34 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT 4.1 Umum Untuk mengetahui apakah peralatan ini dapat bekerja sesuai ide dasar yang dituangkan, maka perlu dilakukan pengukuran yang akan digunakan sebagai bahan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB II Transistor Bipolar

BAB II Transistor Bipolar BAB II Transistor Bipolar 2.1. Pendahuluan Pada tahun 1951, William Schockley menemukan transistor sambungan pertama, komponen semikonduktor yang dapat menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

Modul 05: Transistor

Modul 05: Transistor Modul 05: Transistor Penguat Common-Emitter Reza Rendian Septiawan April 2, 2015 Transistor merupakan komponen elektronik yang tergolong kedalam komponen aktif. Transistor banyak digunakan sebagai komponen

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA

BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA 16 BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA Di dalam jaringan listrik ada 2 sistem jaringan, yaitu jaringan 1 fasa dan jaringan 3 fasa. Jaringan 1 fasa atau disebut juga

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.

Lebih terperinci

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor - 3 Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP bentuk fisik transistor NPN dan PNP injeksi mayoritas dari emiter, lebar daerah base, rekomendasi hole-elektron, efisiensi

Lebih terperinci