ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS IT PESANTREN DARUL ARAFAB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS IT PESANTREN DARUL ARAFAB"

Transkripsi

1 Kajian Linguistik, Agustus 2014, Tahun ke-j 2, No 2 Copyright 20J 4, Program Studi Linguistik FIB USu. ISSN J ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS IT PESANTREN DARUL ARAFAB Noraiooo Hasiboan inunhasibuan@gmail.com Khairina Nst, Rahmadsyah Rangkuti FIB Universitas Sumatera Utara Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan morfem injleksi dalam konjugasi bahasa Arab yang digunakan pada santriwati Ids If Pesantren Darul Arafah dalam bidang morfologi, dan mencoba menelusuri penyebab terjadinya kesalahan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah percakapan santriwati kls II Pesantren Darul Arafah. Data yang dianalisis dengan menggunakan analissis deskripsi dan metode analisis kesalahan serta Idasifikasi didasarkan pada teori Tarigan (1988) dan Versteegh (1997). Temuan penelitian menunjukkan bahwajenis kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik, yaitu bentuk kesalahan pada verba Perfect sebanyak 15,16%, bentuk kesalahan pada verba Imperfect sebanyak 53,54%, dan bentuk kesalahan pada verba Imperative sebanyak 31,40%. Dan Jenis kesalahan berdasarkan taksonomi siasat permukaan, yaitu bentuk kesalahan penambahan sebanyak 60% dan bentuk kesalahan penghilangan sebanyak 400Al. Kata Kunci: Analisis kesalahan, morfem injleksi, konjugasi bahasa Arab PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen utama linguistik. Penggunaan bahasa sehari-hari tentu tidak luput dari kesalahan, dan kesalahan tersebut bervariasi. MeJalui anajisis kesalahan berbahasa, dapat dije1askan bentuk kesalahankesalahan yang dilakukan oleh siswa baik secara morfologis, fonologis, dan sintaksis yang kemudian memberikan manfaat tertentu bagi proses pengajaran bahasa. Hal ini menjadi sangat menarik ketika dalam proses pengajaran bahasa dilakukan analisis kesalahan untuk menjadi umpan balik sebagai titik tolak perbaikan dalam pengajaran bahasa dalam mencegah dan mengurangi tetjadinya kesalahan berbahasa yang dilakukan para siswa. Hal ini ditegaskan oleh James, (1998:2) the study of human error-making in the domain of language error analysis is a major component of core linguistics. Kesalahan berbahasa teijadi karena adanya penyimpangan terhadap kaidah-kaidah kebahasaan yang dilakukan oleh pembelajar ketika ia menggunakan bahasa. Penyimpangan yang dimaksud dalam hal ini adalah penyimpangan yang bersifat sistematis, yakni penyimpangan yang berhubungan dengan kompetensi. Penelitian ini berkenaan dengan kesalahan berbahasa lisan, yaitu kesalahan berbahasa sehari-hari dalam

2 j Nurainun Hasibuan bahasa Arab. KesaIahan berbahasa dimaksudkan pada kesalahan menggunakan bentukbentuk bahasa dalam penampilannya secara lisan untuk mengungkapkan suatu bahasa. Kesalahan morfologi mencakup berbagai kesalahan, seperti kesalahan pembentukan kata, kesalahan memilih afiks atau penggunaan kosa kata yang tidak tepat dalam berbahasa. Namun dalam penelitian ini akan dibahas tentang perubahan bentuk kata yang tidak mengalami pemindahan kelas kata yang dikenal dikenal dengan istilah "intleksi". PemiJihan topik ini menjadi bidang kajian dajam tesis ini bertitik tolak dan (1) Dalam hal ini kesalahan berbahasa akan timbul ketika seseorang memperoleh bahasa kedua selain bahasa ibunya. (2) Dari basil penelitian awal ditemukan bahwa analisis dibidang bahasa kurang diperhatikan sehingga berjalan begitu saja, padahal dalam kajian bahasa Arab penggunaan bahasa Arab merupakan alat komunikasi yan sangat penting. Kalau bahasa sal~ maka pemahaman bahasa kita sal~ disinilah perlunya dilakukan analisis kesalahan di Pesantren Daml Arafah. Jika dilihat dari segi analisis kesalahan berdasarkan linguistik, Penyebab kesalahan tersebut adalah akibat bahasa pertama terbadap bahasa kedua yang biasa disebut kesalahan interlingual (Interlanguage errors), dan akibat pengaruh unsur-unsur di dalam bahasa target itu sendiri yang biasa disebut kesalahan intralinguai (intralingual erros). (3) Berdasarkan observasi awaj didapati babwa nilai morfologi yang diperoleh oleh santiwati kelas II Pesantren Daml Arafah sangat rendah, dan mereka sering melakukan kesalahan dalam percakapan sehari-hari. Berdasarkan konsep dan fenomena yang dijelaskan, penelitian ini akan difokuskan pada bentuk kesalahan morfologi pada penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab dan Faktor penyebabnya. Artinya, dalam tulisan ini akan digunakan dua kajian sekaligus; analisis kesalahan yang dibatasi pada 2 taksonomi yaitu pada taksol1omi linguistik dan siasat permukaan oleh Tarigan (1988), dan morfologi yang dibatasi pada morfem infleksi oleh Versteegh (1997). Penelitian tentang analisis kesalahan peni"bentukan kata pada morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab sudah pernah diteliti sebelumnya. namun k~ian tentang analisis kesalahan penggunaan morfem intleksi dalam konjugasi bahasa Arab di Pesantren Darul Arafah belum pernah diteliti. Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan morfem infleksi daiam konjugasi bahasa Arab santriwati di Pesantren Daml Arafah yang pada akhirnya dapat bermanfaat untuk perbaikan pembelajarannya. 2. Batasao Masalah Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan agar penelitian lebih fokus, perlu ada pembatasan masalah. Penelitian ini hanya dibatasi pada Analisis Kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab oleh santriwati kelas II di Pesantren Darul Arafah, dan penyebab kesaiahan tersebut. Verba yang diteliti dibatasi pada verba Perfect, verba Imperfect, dan verba Imperative. Dan jenis atau model kesalahan yang akan di analisis dibatasi pada 2 taksonomi yaitu taksonomi linguistik, dan siasat permukaan. 3. Rumusao Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian il1i adalah: 1. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan "Morfem Infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab" pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah? 2. Apa faktor penyebab kesalahan penggunaan "Morfem lnfleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab" pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah? 79

3 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan "Morfem Infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab" pada santrwati kelas II Pesantren Darnl Arafah. 2. Menjelaskan faktor penyebab kesalahan penggunaan "Morfem Infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab" pada santriwati kelas II Pesantren Darnl Arafah. 5. ManCaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. a. ManCaat Teoretis Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Memperkaya khazanah pengetahuan ilmu bahasa khususnya morfem infleksi yang termasuk dalam kajian morfologi dengan teori anal isis kesalahan berbahasa. 2. Sebagai penguatan teori analisis kesalahan berbahasa yang sering timbul dalam pengajaran bahasa kedua. 3. Menambah pemahaman tentang perubahan bentuk konjugasi bahasa Arab khususnya yang berkaitan dengan pola verba Perfect, Imperfect dan Imperative. b. ManCaat Praktis Pada tataran hasil penelitian ini dapat digunakan: 1. Sebagai bahan masukan bagi para pengurus lembaga bahasa dan guru di Pesantren Darnl Arafah guna untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesalahan berbahasa dan mengajarkan bahasa kedua yang selanjutnya dapat mengusulkan model pembelajarnn barn sehingga dapat meningkatkan pengajaran morfojogi di Pesantren Darul Arafah. 2. Sebagai bahan masukan bagi siswa Pesantren Darnl Arafah dalam proses pembelajaran bahasa Arab, khususnya pemahaman Penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab dan pengaplikasiannya dalam berkomunikasi sehari-hari. 3. Sebagai usaha pendokumentasian bahasa yang melibatkan bidang morfologi dan analisis kesalahan berbahasa bagi generasi mendatang. KAJIAN PUSTAKA 1. Teori yang Relevan a. Analisis kesalahan James (1998: 5-6) juga mengemukakan bahwa analisis kesalahan sebagai cabang dari linguistik terapan pembelajaran bahasa pertama dan bahasa kedualbahasa asing yang melibatkan bahasa ibu, bahasa sasaran, dan bahasa antara-bahasa sasaran yang digunakan pembelajar. Namun, ciri khas anal isis kesalahan terietak pada pendeskripsian bahasa sasaran dan bahasa antara termasuk analisis perbandingan diantaranya. Oleh karena ito, pendeskripsian dan perbandingan bahasa sasaran dengan bahasa antara termasuk dalam tahapan anal isis kesalahan berbahasa. Selanjutnya Tarigan (1988: 70-72) berpendapat bahwa analisis kesalahan adalah sutau prosedur keija. Sebagai prosedur kerja anal isis kesalahan mempunyai Jangkah- 80

4 j Nurainun Hasibuan Jangkah tertentu, yang dirnaksud dengan ''metodologi'' analisis kesalahan. Yang mencakup pada pengumpulan data kesalahan, pengidentifikasian kesalahan dan pengklasifikasian kesalahan, memperingkat kesalahan, menjelaskan kesalahan, dan mengoreksi kesalahan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dalam penelitian ini menggunakan teori (Tarigan 1988) karena teori ini dapat memandu Peneliti untuk mencari data di lapangan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa anal isis kesalahan adalah suatu proses yang betujuan untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang digunakan oleh pembelajar bahasa asing melalui prosedur kerja dengan menggunakan teknik penelitian meliputi pengumpulan data pada sampel, pengidentifikasi kesalahan tersebut berdasarkan faktor penyebabnya, dan menginterpretasikan kesalahan tersebut secara sistematis. b. Jenis analisis kesalahan Menurut Tarigan (1988: 87) kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalaan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan baoyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain: (1 )taksonomi kategori linguistik; (2)taksonomi siasat permukaan; (3)taksonomi komparatif; dan (4)taksonomi efek komunikatif. Dari jenis analisis kesalahan di atas penelitian ini hanya fokus pada jenis analisis kesalahan berdasarkan kategori 2 taksonomi. Yakni pada taksonomi lioguistik dan siasat permukaan. Kareoa bentuk kesalahan berdasarkan bentuk morfem infleksi ini lebih cenderung kepada taksonomi linguistik dan siasat permukaan. c. Faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa Kita telah mengetahui bahwa identifikasi dan analisis interferensi anatara bahasabahasa yang saling kontak, secara tradisional merupakan aspek pokok dalam menelaah kedwibahasaan. Dalam kontak antarbahasa itu sering terjadi saling mempengaruhi, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa. Secara garis besarnya, Richards (1974) mengatakan bahwa faktor penyebab kesalahan berbahasa yang terjadi oleh pembelajar bahasa itu dibedakan atas: kesalahan 'antarbahasa' (nterlanguage errors, dan kesalahan 'intrabahasa' intralingual errors. 1. Kesalahan 'antarbahasa' interlanguage errors, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh interferensi (B I) terhadap (B2) yang dipelajari. Richards (1985: 37) mengelompokkan faktor kesalahan antar bahasa Interlingual error di dalam proses antar bahasa terdapat 5 proses antar bahasa yaitu: transfer bahasa language transfer transfer latihan transfer of training,siasat pembelajaran bahasa kedua strategies of second language learnig" siasat komunikasi bahasa kedua strategies of second language communication, penyamarataan yang berlebihan mengenai bahan linguistik bahasa sasaran over-generalization of target language linguistic material. Namun selain 5 proses antarbahasa tersebut ada sejumlah proses 81

5 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014 lainnya yang dalam beberapa hal berkaitan dengan bentuk-bentuk pennukaan ucapanucapan antarbahasa. Di antaranya sebagai berikut 2. Kesalahan 'intrabahasa' intralingual e"ors, yaitu kesalahan yang merefleksikan cirieiri umum kaidah yang dipelajari seperti kesalahan generalisasi, aplikasi yang tidak sempuma terhadap kaidah-kaidah, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah. 2. Morfologi Secara etimologi morfologi berasal dari kata morf yang berarti 'bentuk' dan kata logi yang berarti 'ilmu'. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti 'Hmu mengenai bentuk'. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti 'ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata' (Chaer: 2008:3). Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang membahas mengenai perubahan kata. Dalam bahasa Arab, morfologi merupakan sharf, dimana di dalamnya banyak membahas tentang perubahan-perubahan kata dari satu kata menjadi sejumlah kata yang mempunyai arti tersendiri. a. Morfem Intleksi Istilah Fleksi (flexion dalam bahasa inggris) atau "lnfleksi" (inflexion) berarti semua perubahan paradigmatis yang dihasilkan dengan proses morfemis mana pun, boleh dengan aftksasi, boleh dengan modiftkasi intern (Verhaar: 1976: 69). Ciri infleksi iaiah bahwa bentukan infleksi itu tergolong dalam kategori kata yang sarna dengan morfem dasamya; kedua, bahwa kontruksi infleksi mempunyai distribusi yang sarna dengan morfem dasamya. Contoh dalam bahasa Indonesia:tulis, tulisi, tuliskan, ditulisi, dituliskan, menulisi, menuliskan, tertulis, tertuliskan, semuanya tergolong kategori verba. b. Proses intleksi daiam konjugasi bahasa Arab Proses morfologi infleksi dalam bahasa-bahasa dunia dikenal dalam konjugasi dan deklinasi (Verhaar, 1999: ). Konjugasi adalah alternasi infleksi pada verba dan deklinasi adalah altemasi pada nomina dan adjektiva. Konjugasi meneakup (1) kala, (2) aspek, (3) modus, (4) diathesis, (persona: jumlah dan jender). Kategori verba dalam bahasa Arab terbagi menjadi verba Perfect (ft'il madi), verba Imperfect (ft'il mudiirij, dan verba Imperative (ft'il? amr). Penggolongan kata menjadi verba, selain ditentukan oleh fungsi di dalam kalimat, juga ditentukan oleh pola yang ada dalam bahasa Arab. PoIa disini menunjukkan bahwa masing-masing verba mempunyai cirri-eiri tersendiri (Ad-dahdah, 1981: 115). Dalam morfem infleksi, proses morfologis atau perubahan bentuk yang teijadi lebih disebabkan oleh adanya hubungan sintaksis dan tidak berakibat pemindahan kelas kata, Aftks-aftks infleksi yang bersifat inflektif meliputi hubungan garamatikal berkenaan dengan kategori persona, jumlah, jender, dan kala. Persona, jumlah, jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba dalam bahasa Arab. Pemarkahan semacam ini merupakan bentukan penyesuian verba dengan subjeknya (Verhaar, 1999:132). Penyesuaian itu dalam hal persona, jumlah, dan jendemya sehingga verba dalam Arab berubah menjadi empat belas pola. Budaya bangsa Arab memilki konsep jender yang membedakan maskulin versus feminin secara ketat berimplikasi pada perwujudan bahasanya sehingga hampir semua kelas kata dalam bahasa Arab tennasuk verba. 82

6 Nurainun Hasibuan C. Mofem Infleksi Dalam Konjugasi Bahasa Arab yang berupa Kala dan Diathesis: Persona Jumlah, dan Jender Kategori gramatikal persona, jumlah, dan gender dalam bahasa Arab memarkahi verba dengan infleksi-infleksi. Infleksi dapat didefenisikan sebagai perubahan paradigmatik sebuah leksem yang tidak menimbulkan makna barn (Jensen, 1990: 150). Morfem infleksi berubah secara paradigmatis berdasarkan persona, jumlah dan jender dari pelaku perbuatan. Berdasarkan teori Dahdah sebelumnya, dijelaskan bahwa verba di dalam bahasa Arab terdiri dan 3 macam yaitu, verba Perfect, verba Imperfect dan verba Imperative. Verba Perfect berinfleksi secara paradigmatik melalui konjugasi sufiks pemarkah subjek atau disebut nama kojugasi sufiks (suffix conjugation), sedangkan verba 'Impeifect berinfleksi secara paradigmatik melalui koqjugasi prefiks pemarkah subjek atau disebut dengan nama konjugasi prefiks (prefix conjugation), selanjutnya verba Imperative' yang berinfleksi melalui konjugasi prefiks pemarkah subjek atau disebut dengan nama konjugasi prefiks (prefix conjugation).(versteegh, 1997: 84). 3. Penelitian yang Relevan Jurnal yang bejjudul "Fungsi Afiks Inflkesi Penanda Persona, Jumlah Dan Jender dalam Verba Bahasa Arab" (Nur, 2010). Penelitian ini mengkaji fungsi afiks infleksi sebagai penanda persona, jumlah, dan jender ditinjau dari perspektif morfologi infleksi dan derivasi. Kajian ini merupakan peneiitian kualitatif dengan metode linguistik struktural. Hasilnya menunjukkan ada dua sistem infleksi dalam verba bahasa Arab, yaitu infleksi sufiks dan afiks. Dalam suatu kalimat, infleksi berfimgsi menandai hubungan verba dalam subjeknya, baik penanda persona,jumlah, danjender. Adanya sistem infleksi membuktikan pola kalimat dalam bahasa Arab yang cukup lowes, yaitu kedudukan verba dapat ada sesudah atau sebelum subjek. Selain itu adanya sistem infleksi menunjukkan bahwa bahasa Arab itu bersifat infleksi secara morfologis. Artinya, kata-kata dalam bahasa Arab itu terbentuk dari morfem-morfem yang masing-masing mendukung konsep garamatikal yang berbeda. Infleksi digunakan agar hubungan diantaranya makin jelas. Hasil penelitian ini menjadi referensi utama untuk penggunaan teori afiks infleksi dalam bahasa Arab yang juga digunakan dalam kajian ini. Tesis yang bejjudul "Analisis Kesalahan Sintaksis Karangan Bahasa Inggris Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FKIP Uniiversitas HKBP Nommensen Pematang Siantor" Oleh Napitupulu (2008). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenisjenis kesalahan sintaksis yang terdapat dalam karangan mahasiswa, menemukan jenis kesalahan yang paling dominan, menemukan penyebab kesalahan-kesalahan tersebut dan menemukan implikasi kesalahan mengarang dalam pemerolehan bahasa. Data dikumpuikan melalui dua buah instrument yaitu karangan bebas dan karangan terikat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Data dianalisis dengan menggunakan taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan dan taksonomi efek komunikatif. Penelitian menjadi bahan masukan atau bahan banding untuk melihat penerapan analisis kesalahan. Berdasarkan kajian relevan yang tertera di atas tidak ditemukan pembahasan tentang kesalahan penggunaan morfem infleksi konjugasi bahasa Arab di pesantren Darul Arafah. Dengan demikian penelitian ini masih layak untuk dilaksanakan. 83

7 4. Kerangka Kerja Teoretis Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014 Secara teoretis, penelitian ini menggunakan pendekatan morfologi. Analisis dalam kajian ini menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan morfem infleksi konjugasi bahasa Arab. Selanjutnya, bentuk kesalahan tersebut dianalisis menggunakan kajian yang mendukung proses analisis kesalahan dengan model kesalahan (taksonomi kesalahan) yang selanjutnya akan ditelususri penyabab teijadinya kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Metode yang digonakan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini akan melihat bentuk kesalahan berupa data lisan yakni sebuah percakapan sehari-hari yang berisi morfem inflektif. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pendokumentaasian dan penganalisisan hal-hal yang teijadi secara natural dalam percakapan sehari-hari, Percakapan tersebut akan direkam dan kemudian di analisis. Dan dibantu dengan Penghitungan sederhana terhadap data yang digunakan pada waktu menghitung kesalahan serta persentasenya. 2. Lokasi dan waldo Penelitian a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah di Pesantren Darul Arafah desa Laubakeri Kabupaten Deli serdang Sumatera Utara. b. Waldu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan mulai bulan april sampai bulan juni Data dan Somber data Data yang diperoleh bersumber dari data primer dan sekunder. 1. Data primer berupa data lisan, yakni: data lisan berupa percakapan bahasa Arab yang berisi kesalahan-kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam berbahasa sehari-hari yang dilakukan oleh santriwati kelas II. 2. Data sekunder berupa data lisan wawancara, yang dikumpulkan dalam bentuk daftar pertanyaan, dan data tulis berupa dokumen yang terdiri dari Iiteraturliteratur yang berkaitan dengan penelitian. 4. Teknik Pengompulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini dipergunakan metode pengumpu]an data dengan metode simak dan metode cakap. Metode simak digunakan untuk memperoleh data lisan. Metode ini memiliki beberapa teknik, yakni teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar digunakan dengan menggunakan teknik sadap, yakni dengan menyadap pembicaraan informan dalam percakapan sehari-hari (Sudaryanto, 1993 : 133) metode ini sarna dengan metode observasi dimana peneliti 84

8 Nurainun Hasibuan meoyimak penggunaan bahasa siswa taopa sepengetahuan mereka. Dalam teknik lanjutan digunakan beberapa teknik, yakni (1) teknik rekam (2) teknik catat dalam mencatat semua situasi yang ditemukan di lapangan yang mungkin mempengaruhi data dan dapat dibahas dengan leogkap pada hasil temuan. Selanjutnya, metode cakap digunakan untuk memperoleh data sekunder. Metode ini dilakukan untuk memberikan keabsahan data agar data yang diperoleh lebih akurat. 5. Teknik Analisis Data Pada tahap ini data yang diperoleh akan dianalisis sesuai dengan teori (Tarigan, 1988) untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan, dan metode agih untuk menganalisis bentuk kesalahan yang dilakukan. yaitu dengan Mengumpulkan kalimat-kalimat yang salah dari percakapan yang dilakukan oleh santriwati kelas II. Kemudian bentuk kesalahan dapat diklasifikasi berdasarkan taksonominya, selanjutnya frekuensi kesalahan untuk mengetahui persentase jumlah seluruh kesalahan dengan mentabulasi kesalahankesalahan yang dilakukan siswa dengan rumus: Frekueosi = }!XlOO% keteraogao: Jk: JumJah kesalahan Jsk: Jumlah seluruh kesalahan Kemudian kesalahan yang telah diidentifikasi dengan padanan kalimat yang benar, dan pada data inilah ditelusuri peoyebab tetjadinya kesalahan dengan menggunakan teori (Richards: 1985). TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1. Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Linguistik Bentuk kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik dapat dilihat dari bentuk sebuah kata, kesalahan ini digolongkan pada kesalahan dalam memilih afiks. Adapun jenis kesalahan-kesalahan yang ditemukan dengan penggunaan aflks ini diiihat dari segi waktunya yaitu verba Perfect, Imperfect, dan Imperative. No buah. a. Kesalahau Penggunaan afiks pada verba Perfect Kesalahan penggunaan aftks infleksi pada verba Perfect ini tetjadi sebanyak 15 Kesalahan pada yang terdapat dalam kajimat di atas akan diklasifikasikan, data kesalahan pada bentuk verba Perfect dapat dilihat pada tabael dibawah ini: Tabell Bentuk KeSaiahan verba Perfect Kesalahan Makna Perbaikan Makna w~/sya 'urol 'dia (F) merasa' w~/sya'urti 'kamu (F) merasa' ( ~,~i/fahimatl 'dia (F) faham' ~/fahimtul 'dia (F) faham' 'mereka (F) telah 'kamu dua (F) telah ii//";lroainai melihat' W;/..;Iroaitumai melihat' 'kamu (F) telah berbicara' ' ~'h -; Itahddasal 'dia (M) telah berbicara' clhj Itahddastil 85

9 Kqjian Linguistil!, Tahun Ke-12, No 2, Agustus "p{;ltaakhoro ~/taghonnii/,~,l.1:ii lhama/tul '~!!" lhahahtul ~LJl.., Ima syiiatl,~!,.llla 'ihat! u-.."isami 'at! t::.wli I qiiamatl 'dia (M) telah terlambat' ij1 foltaakhortunna/ 'dia (M) telah terlambat' 'dia (M) telah 'kami telah bemyanyi' {1.' ic iltaghonnainol bemyanyi' 'kami 'aku telah membawa' lij...:,./ham/noi membawa' 'aku suka' L.a-lhahahnii/ 'kami suka' 'dia (F) serah' ~/mii syi'na! 'dia (F) serah' 'dia (F) telah bermain' 'dia (F) telah mendengar' 'dia (F) berdiri' ~Ila'ihatii/ ~/sami'a/,slilqiima/ telah 'mereka dua (F) telah bermain' 'dia (M) telah mendengar' 'dia (M) berdiri' 'ito benda (F) telah 'ito benda (M) telah ~l..aldhii 'atl hhang' tf...4ldhii'a! hilang' 'dia (M) telah 'dia (F), ;1; VnadzzoJa! membersihkan ' ~/nad:zzofat/ membersihkan' 'dia (F) ~/takallama/ 'dia (M) telah berbicara' ~/taka/lamat! berbicara' telah telah Dari tabel tersebut kesalahan penggunaan morfem infleksi pada verba Perfect berjumlah 15 buah, yang terdiri dari penggunaan sufiks {-t} sebanyak 7 buah terdapat pada nomor (1, 2, 9, 10, 11, 12, dan 13), Kemudian sufiks {-to} sebanyak 2 buah terdatap pada nomor 7, dan 8), dan selanjtunya suftks {-na} sebanyak 1 buah hanya terdapat pada nomor 3. Dan pada persona ketiga tunggal maskulin sebanyak 5 buah terdapat pada nomor 4,5,6, 14 dan 15. No b. Kesalahan Penggunaan afiks pada verba Imperfect Kesalahan penggunaan afiks infleksi pada verba Imperfect terjadi sebanyak 53 kesajahan. KesaJahan ini terjadi karena santriwati masih sulit membedakan antara penggunaan morfem infleksi untuk persona ketiga tonggal, dual, dan jamak maskulin. Kemudian penggunaan persona kedua tunggal, dual, danjamak feminin. Untok lebih jelasnya, data kesalahan pada bentuk verba Imperfect dapat dilihat ada tabel berikut: Verba Makna Perbaikan Makna ~jjltadzhahnal 'kamu (F) sedang pergi' u.z.a.y Iyadzhahna! 'mereka (F) sedang pergi' ~/tukhbirl 'kamu (M) sedang mengabari' ij0.w Itukhhiriinil 'kamu dua (F) sedang mengabari' c='" yltarji 'ul 'kamu (M) pulang' ij~ y Itarji' iini! 'kamu dua (F) pulang' Cy.J Itakhrujul 'kamu (M) sedang keluar' ij4>-fi Itakhrujiini/ 'kamu dua (F) sedang 86

10 J Nurainun Hasibuan 5. j?;; iltahjadzu! 'kamu (M) sedang menghafai' ij~ Itahjadziinil keluar' 'kamu dua (F) sedang menghafai' 6. ~/tahtaqirul 'kamu (M) sedang menghina' ijf..;i:i.:.jltahtaqiriinii 'kamu dua (F) sedang menghina' 7. e.,.,ijltaqiimu! 'kamu (M) sedang berdiri' ij..ja.,.,ij ItaqiimUnai 'kalian (M) sedang berdiri' 8. ~/tatakallamu! 'dia (F) sedang berbicara' ij..jals:i; Iyataldlamnal 'mereka (M sedang berbicara' I.;-JAJi Itadzhabu! ~JU.J1 Ituwaswisu! 'dia (F) sedang pergi' 'kamu (M) mengganggu' ijj:i4~ Iyadzhabiinal ijui JA'".J1ltuwaswisnal 'mereka (M) sedang pergi' 'kalian (F) mengganggu' 11. ~/taknusu! 'dia (F) sedang menyapu' ~lyaknusnal 'mereka (F) sedang menyapu' ~/tajtami 'u! #Itasyghulu! &Itatba'u! #Ituhmilu! f:!l.; ltuthillu! '.,..liltal'abu! ~/tastahi?l;;ltata-akhorl!h/yaqrou! ~lyufattisyul..pu;/yataakhorl.j:.i...!ltasquthu foltasytarl UWltakhaful ':J"pltuqorribul ~/tahmilul ~/tastahimmu! pltandzurul plturidu! ~/tamsyil ~/tabkil '.,Kiltaktubul '.!!i'iltujlbul '. I i<'iftukadzibu! 'dia (M) sedang berkumpul' 'kamu (M) sedang sibuk' 'kamu (M) ikut' 'dia (F) menyepelekan' 'dia (M) mengintip' 'dia (F) sedang bermain' 'kamu (M) maiu' 'kamu (M) terlambat' 'dia (M) sedang membaca' 'dia (M) sedang memeriksa' 'dia (M) terlambat' 'itu benda (F) jatuh 'kamu (M) sedang membeli' 'kamu (M) takut' 'kamu (M) mendekati' 'kamu (M) sedang membawa' 'kamu (M) sedang mandi' 'kamu (M) sedang melihat' 'kamu (M) ingin' 'kamu (M) bejjalan' 'kamu (M) sedang menangis' 'kamu (M) sedang menulis' 'kamu (M) menjawab' 'kamu (M) berbohong' ij~/yajtami'iinai ~/tasyghulnal ijaiultatba 'nal ulwlyuhmilnai ijalyuthilliinai ~/yal'abnal ~/tastahinal i;j...ftlti Itataakhorinal l.pltaqroui uzw ltufattisyul "pi;; Itataakhorul ~/yasquthu! IY...)iJ.1 Itasytarinal ij!iw Itakhiifinal ij:ii.p Ituqorribinal ij:jl-1ltahmilinai ~ Itastahimminal i;j~/tandzurina ():.Jjy Ituridinal ~/tamsyinal ij:au Itabkfnal UJfiSj Itaktubmal i;,!:"i'iltufibinal ~/tukadzibinal 'mereka (M) sedang berkumpul' 'kalian (F) sedang sibuk' 'kalian (F) ikut' 'mereka (F) menyepelekan' 'mereka (M) mengintip' 'mereka (F) sedang bermain' 'kamu (F) malu' 'kamu (F) terlambat' 'dia (F) sedang membaca' 'dia (F) sedang memeriksa' 'dia (F) terlambat' 'itu benda (M) jatuh 'kamu (F) sedang membeli' 'kamu (F) takut' 'kamu (F) mendekati' 'kamu (F) sedang membawa' 'kamu (F) sedang mandi' 'kamu (F) sedang melihat' 'kamu (F) ingin' 'kamu (F) bejjalan' 'kamu (F) sedang menangis' 'kamu (F) sedang menu lis' 'kamu (F) menjawab' 'kamu (F) berbohong' 87

11 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus '... ceil taghdobu! 'kamu (M) marah' ~I taghdob'ina! 'kamu (F) marah' 5:J-1 Ita 'malul 'kamu (M) mengerjakan' ij:i!-jlta'malina! 'kamu (F) mengerjakan' t.l" Y Itarm'il 'kamu (M) sedang membuang' ijja Y Itarm'inal 'kamu (F) sedang membuang' ~/tub'idul 'kamu (M) menjauhi' ~/tub 'idina! 'kamu (F) menjauhi'..fafjlta'muri 'kamu (M) menyuruh' ip...)afj Ita 'mur'inal 'kamu (F) menyuruh' ~/tan'asl 'kamu (M) mengantuk' ~/tan 'asi'nal 'kamu (F) mengantuk' ~Wltusa 'jdul 'kamu (M) menolong' ~Wltusa 'ki'ma! 'kamu (F) menolong' ~/taqto'u! 'kamu (M) memotong' ~/taqto "ina! 'kamu (F) memotong' '... '/tuhibbul 'kamu (M) menyukai' ~/tuhibb 'ina! 'kamu (F) menyukai'!:ffijltakwfl 'kamu (M) menyetrika' ipfiltakwinai 'kamu (F) menyetrika' dsz Itataknllamu! 'kamu (M) sedang berbicara' ~/tatakallam'inal 'kamu (F) sedang berbicara' J..1ltu '/inu! 'kamu (M) sedang mengabari' ij:iik1 Ilu '[in'ina! 'kamu (F) sedang mengabari' ~/tansa! 'kamu (M) lupa' ~/tansainal 'kamu (F) lupa' 49. u...,slta'riful 'kamu (M) mengetahui' ~...,slta'rifina! 'kamu (F) mengetahui' ~/tatbakhu! 'kamu (M) sedang masak' ~/tatba/r.h'inal 'kamu (F) sedang masak' ~/ta'tosyul 'kamu (M) haus' ~/ta 'tosyina! 'kamu (F) haus' J.Ji!ltanzilui 'itu.(f) turon - - -JY1/yanzilul 'itu (M) turon ~/tub'i'u! 'itu (F} dijual' 6&lyubi'u! 'itu (M) dijual' Berdasarkan tabel di atas ditemukan data dalam kesalahan penggunaan morfem infleksi pada verba Imperfect berjumlah 53 buah yang terdiri prefiks {ya-} pada persona ketiga tunggal maskulin sebanyak 3 buah terdapat pada nomor 20,21, dan 22. Dan sufiks {-u} pada persona kedua tunggal maskulin sebanyak 41 buah terdapat pada nomor 2,3, 4,5,6, 7, 10, 12, 16, 13, 14, 18, 19,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,dan 50, dan 51. Selanjutnya prefiks dan sufiks 7 buah terdapat pada nomor 1, 8, 9,11, 15, 17. Kemudian prefiks {ta-} pada nomor 23, 52, dan 53. Bentuk kesalahan yang didapati pada percakapan ini terdiri dari kesalahan penggunaan persona, jumlah dan jender. c. Bentuk kesalahan penggunaan afiks pada verba Imperative Kesalahan penggunaan afiks infleksi pada verba Imperative yang dilakukan oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah sebanyak 31 buah. kesalahan ini terjadi karena santriwati masih sulit membedakan antara penggunaan morfem infleksi untuk persona kedua pada jumlah tunggal, dual dan jamak pada jender maskulin dan feminin dalam bentuk verba Imperatif dalam menyatakan suatu perintah (menyuruh). 88

12 Nurainun Hasibuan Pengklasifikasian data dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel3 Bentuk Kesalaban Penggunaao afiks verba Imperative No. Verba Makna Perbaikao Makna 1..J:P lkabbirl 'besarkan' (TM) /...;.A lkabbiriil 'besarkan' (OF) 2. Uilqif/ 'berhentilah' (TM) LitiAifii, qla 'berhentilah' (OF) 3. ~ljundzurl 'lihatlah' (TF) ~I lundzurna/ 'lihatlah' (JF) 4. ~I lintaqill 'pindahlah' (TF) ()lizllintaqilnai 'pindahlah' (JF) 5. ~I lijtahidil 'rajinlah'(tf) ~I lijtahidnal 'rajinjah'(jf) 6. ~llimsyi/ 'berjalanlah' (TF) ~I limsylnal 'berjalanlah' (JF) 7. (:U J1ltawassa 'I 'merapatlah' (TM) ijlw J1 Itawassa 'nal 'merapatlah' (TF) 8.!:r!'*Jllidzhahl 'pergilah' (TM) &;AJllidzhabUl 'pergilah' (TF) 9. t.j'o"llasri'l 'cepat' (TM) ~.J'o"llasri'i/ 'cepat' (TF) 10. ~/qull 'katakanlah' (TM) ~~/qulll 'katakanlah' (TF) II. ~/khuzl 'ambillah' (TM) ~~/khuzil 'ambijiah' (TF) 12. J.;, Y Itawaddo 'I 'berwudhulah' (TM) ~yltawaddo' I I 'berwudhulah ' 13., ".. llibhasl 'carilah' (TM) ~llibhasil 'carilah' (TF) 14. p1ludzkurl 'ingatlah' (TM) ~.fiil ludzkur I I 'ingatlah' (TF) 15...J.I'-Ilishbirl 'bersabarlah' (TM) ~...JI--I lishbir i I 'bersabarjah' (TF) 16. dai/hati/ 'berilah' (TM) ~1A/hat;:1 'berikanlah' (TF) 17. JAlmurrai 'berjalanlah' (TM) ~J"lmur;:1 'berjalanlah' (TF) 18.!Z~I lidribl 'pukuuah' (TM) <.r.yallidrih I I 'pukujlah' (TF) 19. ~llijlisl 'duduklah' (TM) ~ljijlis II 'dudukjah' (TF) 20.!!--Ilimsiki 'peganglah' (TM) ~llimsikil 'peganglah' (TF) 21. iih/bayyini 'jelasknjah' (TM) ~/bayyinil 'jejasknlah' (TF) 22. t..millaffif/ 'Jipatlah' (TM) ~Ilaffifll 'lipatlah' (TF) 23.,.#lkabbirl 'besarkanlah' (TM) ~J:1Slkahhir i I 'besarkanlah' (TF) 24. Uilqif/ 'berhentilah' (TM) r,piilqifil 'berhentilah' (TF) 25. ~[;Itaakhorl 'terlambatiah' (TM) ~..p[;ltaakhor I I 'Iambatkanlah' (TF) 26. fliii1lintaqill 'pindahlah' (TM) ~I lintaqil I I 'pindahlah' (TF) 27. ~I lijtahidl 'bersungguh- t,!~llijtahid ;: I 'bersungguhsungguhlah' (TM) sungguhlah' (TF) 28. ~llimsyi/ 'berjalanlah' (TM) ~llimsyil 'berjalanlah' (TF) 29. C'" y jtawassa 'I 'rnerapatlah' (TM) ~yltawassa' i I 'rapatkanla' (TF) 30. i/lt'j1iidzhabna/ 'pergilah' (JF) Iyaj1lidzhabUl 'pergilah' (JM) 89

13 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014 Selanjutnya, dari hasil penelitian di atas data akan ditabulasi untuk menjelaskan persentase jumlah kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik berdasarkan yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Persentase Jumlah Kesalahan berdasarkan Taksonomi linguistik No. JENIS KESALAHAN JUMLAH PERSENTASI (%) 1. Kesalahan pada verba Perfect 15 15,16% 2. KesaIahan pada verba Imperfect 53 53,54% 3. Kesalahan pada verba Imperative 30 31,40% Jumlah % Berdasarkan tabel tersebut jelas terlihat bahwa jenis kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah adalah kesalahan penggunaan afiks pada verba Imperfect yakni sebanyak 53,54% dengan jumlah 53 kesalahan, kemudian kesalahan penggunaan afiks pada verba Imperatif sebanyak 31,40% dengan jumlah 30 kesalahan, dan kesaiahan paling sedikit dilakukan adalah kesalahan penggunaan afiks pada verba Perfect yakni sebanyak 15,16% dengan jumlah 15 kesalahan. Dan jumlah seluruh kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik penggunaan afiks pada 3 verba ini sebanyak 99 kesaiahan. 2. Kesalahan Berdasarkan Taksonomi siasat permukaan a. Kesalahan Penambahan (addition) Data kesaiahan penambahan yang dibuat oleh siswa adaiah sebanyak 6 data. kesalahan ini terjadi karena siswa menamb3hkan hurut' ctan afiks yang seharusnya tidak ada. PengkJasiftkasian kesalahan dapat dilihat pada tabei berikut: No. Verba Imperative Jenis penambahan Makna 1. ~llijlisinai Hurufi 'duduklah (JF) 2. ~I limsyiyani/ Huruf ni 'berjaianlah (OF) DaIam tabei tersebut hanya terdapat 2 buah kesaiahan penambahan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab pada verba Imperative. b. Kesalahan Penghilangan Kesalahan yang berbentuk penghilangan ditemukan dalam data beijumlah 4 buah. kesalahan ini terjadi karena siswa menghilangkan huruf dalam sebuah morfem infleksi konjugasi bahasa Arab. Selanjutnya kesalahan dapat diklasifikan pada tabel berikut: No. Verba Imperfect Jenis penghilangan Makna I..k lyusholliil Huruf na 'mereka(m) sedang soiat 2. ~~/ta 'rift! Hurufna 'kamu (F) mengetahui' 3. ~/taktuhji Hurufna 'kamu (F) sedang menulis' 4. ~/yajtami'ii Huruf na 'mereka (M) sedang berkumpul' 90

14 Nurainun Hasibuan Data yang terdapat pada kesalahan penghijangan hanya terdapat pada verba Imperfect sebanyak (4 buah). Dan tidak ditemukan pada verba Perfect dan Imperative. Kesala..'1an berdasarkan taksonomi siasat permukaan meliputi kesalahan penghilangan (omission), Penambahan (addition), salah urnt (misformation), dan salah bentuk (misordering). Namun kesalahan yang ditemukan dalam penelitian ini hanya terdapat pada kesalahan yang terbentuk pada penghilangan dan penambahan didalam afiks. Hasil pengelompokkan secara rinei dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Persentase jumlah Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Siasat Permukaan No. JENIS KESALAHAN 1. Penambahan (addition) 2. Penghilangan (omission) Jumlah JUMLAH PERSENTASI (%) % Kesalahan berdasarkan taksonomi siasat permukaan yang ditemukan mencakup kesalahan penambahan sebanyak 60% dengan jumlah 6 buah kesalahan, kesalahan penghijangan sebanayak 40% dengan jumjah 4 buah kesajaban, dengan demikian jumlah seluruh kesalahan yang dilakukan oleh santriwati kelas Pesantren Darnl Arafah dalam taksonomi siasat permukaan betjumlah 10 kesalahan. 3. Faktor penyabab terjadinya kesalahan penggunaan morfem inoeksi dalam konjugasi bahasa Arab Berdasarkan observasi dan hasil wawancara pada santriwati kelas II Pesantren Darnl Arafah, Ada beberapa hal yang merupakan penyebab kesalahan berbahasa pada santriwati Pesantren DaruJ Arafah. Adapun penyebab kesalaban tersebut adalah: 1. Kesalaban 'antarbabasa' interlanguage errors Berdasarkan kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa arab yang disebabkan oleh kesalahan antar bahasa hanya tetjadi karena adanya interferensi sebuab bahasa pertama (B 1) terhadap bahasa kedua (B2). 2. Kesalahan 'intra bahasa 'intralanguage errors' Lain halnya dengan kesalahan yang disebabkan oleh faktor intra bahasa, yakni kesalahan yang tetjadi karena adanya kesulitan siswa terhadap penguasaan bahasa kedua. Berdasarkan kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab yang termasuk dalam faktor intra bahasa yaitu, pemahaman yang berlebihan mengenai morfem infleksi dan bentuknya, kemudian salah menghipotesikan konsep tentang perbedaan verba Perfect, Imperfect, dan Imperative, dan kesalahan dalam memilih afiks untuk penggunaan persona jumlab danjender. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari hasil analisis data dapat diambii simpulan bahwa: Bentuk kesalahan berdasarkan taksonomi kategori linguistik, jenis kesalahan yang dilakukan oleh santriwati kelas II Pesantren Dam! Arafah adalah kesa!ahan penggunaan pada verba Imperfect yaitu sebanyak 53,54%, dengan jumlah 53 buah, kemudian 91

15 Kajian Linguistik, Tahun Ke-l2, No 2, Agustus 2014 kesalahan penggunaan afiks pada verba Imperative sebanyak 31,40% dengan jumlah dengan jumlah 30 buah, dan selanjutnya kesalahan penggunaan afiks pada verba Perfect yaitu sebanyak 15,16% denganjumlah 15 buah. Selanjutnya bentuk kesalahan berdasarkan taksonomi siasat permukaan, jenis kesalahan yang dilakukan oleh santriwati Pesantren Darnl Arfah meliputi kesalahan penambahan sebanyak 55,56% dengan jumlah 6 buah, dan penghilangan sebanyak 44,44% denganjumlah 4 buah. Penyebab kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab disebabkan oleh faktor 'intra bahasa' yaitu penyemarataan berlebihan dengan kesalahan penambahan, kemudian karena penerapan kaidah yang tidak sempurna dengan kesalahan penghilangan, dan kesalahan memilih afiks dengan kesalahan penggunaan pers~ kesalahan penggunaanjumlah, dan kesalahan penggunaanjender. Dan selanjutnya faktor 'antar bahasa' yang disebabkan oleh intenerensi, dalam faktor ini kesalahan yang dilakukan oleh santriwati pesantren Darnl Arafah yaitu karena adanya pengaruh bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia terhadap penggunaan bahasa kedna yakni bahasa Arab itu sendiri. 2. Saran 1. Disarankan agar guru bahasa Arab lebih banyak mengajarkan tentang kaedah penggunan morfem ini, dan penggunaanya dalam berbahasa lisan. 2. Perlu adanya perbaikan tentang penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab, hal ini dilakukan agar meminilaisir kesalahan yang dilakukan oleh santriwati khusunya santriwati kelas II Pesantren DaruI Arafah. 3. Penelitian ini terbatas pada deskripsi kesalahan dan penyebab kesalahan. Disarankan. penelitian sejenis dapat dikembangkan untuk. selanjutnya agar menjadi lebih sempurna. DAFTAR PUSTAKA Bauer, Laurie. (1988). Introducing Linguistic Morphology. Edinburgh. University Press. Corder, S. Pit. (1974). "The Significance of Learnears' E"or". Dalam J. Schumann and N. Stenson {eds}. (1974). New Frontiers in Second Language Learning. Rowley, Mass: Newbury House. England: Penguin Books. (1981). Error Analysis and Interlanguage. Oxford: University Press. Daulay, Heidi, Marina Burt, (1985). Language Two. Oxford: Oxford University Press. (1984). Classroom Second Language Development. Oxford: Pergamon Press. Dahdah, Antonie. (198 I). A Dictionary of Arabic Grammar in Charts and Tables. Beirut: Librairie du Liban. Katamba, Francis. (1993). Modern Linguistics Morphology. London: Longman. Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nur, Tajudin. (2010). lurnal: Fungsi Afiks Infleksi Penanda Persona, Jumlah, dan Jender pada Verba Bahasa Arab. Universitas Padjajaran Bandung. 92

16 Nurainun Hasibuan Richards, Jack. C. (editor) (1985). Error Analysis: Perspective on Second Language Acquisition. London: Longman. Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas. Sridhar; S.N. (1985). "Contrastive Analysis, Error Analysis and Interlanguage". Oxford: Pergamon Press. Shini, Muhammad Isma'iI, dkk. Al-Qawaa'idu Al-'Arabiyyatu Al-Maysarah: Silsilah fi Ta 'LIM! An-nahwi AI- 'Arabiy ligsiri AI-Arabi. Riyadh: Jaami'ah Almalik Su'ud. Tarigan, Henry Guntur. (1988). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. (1987). Pengajaran Ana/isis Kotrastif Bahasa. Bandung; Angkasa. Verhaar, J.W.M. (1988). Pengantar plinguistik Jilid 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. (1999). Asas-Asas Linguistik Umum. Y ogyakarta: Gadjah Mada University Press. Versteegh, Kees. (1997). The Arabic language. Edinburgh: Edinburgh University Press. 93

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen linguistik. Penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS II PESANTREN DARUL ARAFAH TESIS OLEH

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS II PESANTREN DARUL ARAFAH TESIS OLEH ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS II PESANTREN DARUL ARAFAH TESIS OLEH NURAINUN HASIBUAN 127009012/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan bahasa, juga akan terjadi hubungan timbal balik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori yang Relevan 2.1.1 Analisis kesalahan Ellis (1987:296) mengatakan analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA

KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA Kata Kunci : Azhar Umar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini mengkaji kemampuan guru bahasa

Lebih terperinci

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar JURNAL INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V MI YAA BUNAYYA DANDONG SRENGAT KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN 2015-2016 Javanese Language Interferance in Language Essay of

Lebih terperinci

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu

Lebih terperinci

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Untuk mengerti kemanusiaan orang harus mengerti nature (sifat) dari bahasa yang membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis karya ilmiah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Hampir semua mata kuliah memberikan tugas besar berupa karya ilmiah, seperti

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas NAMA-NAMA PENGGEMAR GRUP BAND DI INDONESIA TINJAUAN MORFOLOGI SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Andalas Oleh Muhammad Fadlan BP

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kesalahan 2.1.1 Pengertian Analisis Kesalahan Analisis adalah suatu kegiatan menjelaskan asal mula atau struktur dari permasalahan yang rumit dengan melakukan pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Di samping bahasa Indonesia, terdapat juga bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI SD Al-Kautsar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI SD Al-Kautsar 165 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI SD Al-Kautsar Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012-2013 telah teridentifikasi berdasarkan empat taksonomi kesalahan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program pengajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk penutur asing. Pembelajar asing yang belajar bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa

AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako Masyita.laodi@yahoo.co.id ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa Bugis, Sidrap. Fokus permasalahan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR Agung Rinady Malik 1 dan Syarifah Fatimah 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat

Lebih terperinci

KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B )

Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B ) Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B ) Faculty of Education Department of Islamic Education Darussalam Institute of Islamic Studies Gontor Ponorogo Email: tadib.isid@yahoo.com

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 24431109 KEGIATAN LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA MAHASISWA SEMESTER IVA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA Pendahuluan Media dan alat peraga dalam pembelajaran bahasa kedua merupakan salah satu fokus bahasan dalam BBM. Alasannya antara lain media dan alat

Lebih terperinci

KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR (Sebuah Kajian Berdasarkan Taksonomi Berbahasa) (Language Errors in Students Elementary School Essays, An Analysis Based on Three Language Errors

Lebih terperinci

+KESALAHAN MORFOLOGIS DALAM KEMAMPUAN WAWANCARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP IT CAHAYA ISLAM (Penelitian Analisis Isi) WILDA ISTIANA NASUTION

+KESALAHAN MORFOLOGIS DALAM KEMAMPUAN WAWANCARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP IT CAHAYA ISLAM (Penelitian Analisis Isi) WILDA ISTIANA NASUTION +KESALAHAN MORFOLOGIS DALAM KEMAMPUAN WAWANCARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP IT CAHAYA ISLAM (Penelitian Analisis Isi) WILDA ISTIANA NASUTION Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

Jurnal Sastra Indonesia

Jurnal Sastra Indonesia JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DI DALAM KARANGAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN FBS UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DI DALAM KARANGAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN FBS UNIVERSITAS NEGERI MEDAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DI DALAM KARANGAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN FBS UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Linda Aruan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL Leli Triana Masuad Edy Santoso Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan penelitian fungsi dan kegunaan metode adalah cara ilmiah bagi setiap peneliti untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu atau

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran

Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran Putri Lidiana Permata Sari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UNA, Kisaran Sumatera Utara permatasari474@yahoo.com

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa di dunia memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan lainnya. Di dalam setiap bahasa selalu terdapat pola pembentukan kata yang secara sistematis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, penulis menghimpun beberapa simpulan, antara lain (1) proses pembentukan mi, ji, dan pi serta penggunaannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi kesulitan dan kesalahan. Hal itu terjadi akibat siswa tersebut masih menggunakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang 49 BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Pengantar Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang digunakan. Pada bab ini akan dibahas langkah-langkah penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarnegara, sehingga wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa. Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. antarnegara, sehingga wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa. Bahasa Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini manusia dituntut untuk menguasai ketrampilan berbahasa terutama berbahasa asing. Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga

Lebih terperinci

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: maldemoi@yahoo.com Pembimbing:

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

Dimensi Pemerolehan Bahasa

Dimensi Pemerolehan Bahasa Dimensi Pemerolehan Bahasa Dalam penjelasan Tarigan (1988:164) terdapat enam dimensi pemerolehan bahasa, yaitu propensity (kecenderungan), language faculty (kemampuan berbahasa), acces (jalan masuk), sructure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari bahasa secara umum maupun khusus. Penyelidikan dan penyidikan dalam linguistik memiliki tujuan untuk menguak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA Ika Wahyu Prasetya 33, Parto 34, Rusdhianti Wuryaningrum 35 Abstract : his research is motivated by one of the speak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk interferensi

Lebih terperinci

J.C. Sutoto Pradjarto

J.C. Sutoto Pradjarto INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEMAMPUAN PRODUKTIF PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS TINGKAT PEMULA J.C. Sutoto Pradjarto Program Studi Bahasa Inggris,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Inggris merupakan bahasa asing utama yang dikenal, menarik, dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris umumnya diajarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbahasa yang baik dan benar seperti dianjurkan pemerintah bukanlah berarti harus selalu menggunakan bahasa baku atau resmi dalam setiap kesempatan, waktu dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena interferensi bahasa sangat lumrah terjadi pada masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau yang juga disebut dwibahasa. Fenomena tersebut dalam sosiolinguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA Oleh F.X. Sawardi sawardi_fransiskus@mailcity.com 1. Pengantar Paper ini mencoba mengungkap celah-celah untuk meneropong masalah ergativitas bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Dalam The New Oxford Dictionary

Lebih terperinci