BAB V HASIL PENELITIAN. Kabupaten Bangli. Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN. Kabupaten Bangli. Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Propinsi Bali dengan titik lokasi penelitian Kabupaten Bangli. Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, kabupaten Klungkung dan Karangasem di timur, dan kabupaten Klungkung, Gianyar di selatan serta Badung dan Gianyar di sebelah barat. Bangli mempunyai luas sebesar 520,81 km². Penduduknya berjumlah jiwa. Obyek wisata di daerah ini antara lain adalah danau Batur. Ibu kotanya berada di Bangli. Bangli mempunyai 4 kecamatan, diantaranya; Kintamani, Susut, Tembuku, dan Bangli, serta memiliki 4 kelurahan dan 56 desa. Bila dilihat dari penggunaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada sekita Ha merupakan lahan sawah, Ha merupakan lahan kering, 9,341 Ha merupakan hutan Negara, Ha merupakan tanah perkebunan dan sisanya seluas Ha merupakan lahan lain-lain (jalan, sungai dan lain-lain). Dalam penelitian ini, peneliti menitik lokasikan di Kecamatan Bangli, dan terfokus dalam pengolahan limbah perkotaan (MSW) dan sumber bahan baku limbah lain agar mampu dikelola dengan optimal dalam penghasil energi. Ditinjau dari subsistem sampah lingkungan perkotaan (MSW) Kecamatan Bangli dan tinjauan industri sumber energi PLTS dan PLTBm agar mampu terintegrasi secara optimal. Sehingga energi listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan guna terciptanya mandiri energi. 52

2 Limbah Perkotaan Bangli (MSW) Limbah perkotaan kecamatan bangli secara umum terdiri dari limbah rumah tangga yang berupan limbah organik dan nonorganik. Limbah organik rumah tangga yang dihasilkan dari produk pertanian dapat dimanfatkan sebagai bahan baku biogas, sedangkan limbah nonorganik basah dapat dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku briket atau produk lain. Luas lahan TPA regional bangli seluas 4,75 Ha dengan pembagian luas operasional yaitu; titik lokasi I, 0,99 Ha, lokasi II 1,02 Ha dan Area IPL 0,82 Ha termasuk infrasuktur dan BPPT. Jumlah volume sampah yang ditimbun selama 10 tahun sebesar ,69 m 3, dengan desain kapasitas total sebesar ,38 m 3. Jika kondisi ini dipertahankan maka penampungan dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan, TPA bangli tidak dapat menampung kembali limbah perkotaan (MSW). Gambar 5.1. menunjukan limbah perkotaan ditempat penampungan sampah Kabupaten Bangli. Gambar 5.1. Kondisi limbah perkotaan TPA Bangli

3 Kondisi TPA Sekarang Kondisi TPA Bangli saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam penggunaanya. Debit sampah perkotaan yang dihasilkan di bangli saat ini sebesar 180 m 3 perhari (Sumber: Upt Pengolahan Sampah) dan limbah bambu di bangli sebesar 36,1 ton per hari (IAED, 2012). Dalam kondisi seperti ini, jika limbah perkotaan tidak dimanfaatkan maka semakin menumpuk limbah perkotaan dan berkurangnya lahan produktif di Kabupaten Bangli. Selain itu dari jumlah sampah tersebut dapat diklasifikasikan dalam tabel berikut. Tabel 5.1. Klasifikasi Limbah Perkotaan Jenis Limbah Prosentase Volume Limbah (M 3 ) Plastik, gabus 30% 54 Kertas, kardus 20% 36 Pertanian,Sisa makanan 40% 72 Kaca, Keramik,beton 10% 18 Jumlah 100% 180 Fluktuasi sampah perharinya lebih jelas terlihat pada grafik dibawah ini. Gambar 5.2. Grafik Fluktuasi Sampah Perhari

4 Kondisi Industri Energi Industri energi di Bangli terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1 MW dengan daya yang dihasilkan sebesar 0,7 MW atau 700 KWh, namun dalam hal ini, pemanfaatan PLTS langsung mensuplai gardu induk, sehingga penggunaan PLTS hanya mampu memberikan daya disiang hari. Gambar 5.2. kondisi PLTS saat ini. Gambar 5.3. Kondisi PLTS Bangli Sedangkan kebutuhan listrik Bangli yang disuplai PLN sebesar 12 MW (Sumber: PLN Unit Distribusi Bali), dalam kondisi seperti ini diperlukan sebuah integrasi energi dengan melihat potensi yang ada disekitar dalam pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terpakai. Penggunaan sumber daya alam sisa dalam hal ini dapat diterapkan prinsip 3R (Reduse, Reuse, dan Recylce). Penggunaan sumber daya alam sisa antara lain penggunaan limbah perkotaan.

5 Potensi Sumber Energi Lain di Bangli Potensi lain pembangkit listrik juga bisa didapatkan dari limbah bambu yang dihasilkan dari industri kecil dan menengah. Luas lahan tanaman bambu 120,5 ha (IAED, 2012). Gambar 5.3. menunjukan potensi bambu sebagai pembangkit energi. Potensi energi yang dihasilkan dari limbah bambu secara ilustrasi digambarkan tabel 5.2 sampai 5.4. Gambar 5.4. Potensi bambu sebagai sumber energi (Sumber: PT IAED, 2012) Potensi Lahan tanaman Bambu Jumlah Bambu Produk Kerajinan Limbah Bambu Energi Dari limbah bambu Luas Lahan Persiapan Ton/th Pcs/th Ton/th Produksi Ton/th Gambar 5.5. Aliran produksi biomasa dari bambu (Sumber: PT IAED, 2012)

6 57 Bambu merupakan produk hasil pertanian yang dapat digunakan dalam berbagai kebutuhan, diantaranya; sebagai bahan baku industri kecil dan menegah dibidang kerajinan, sebagai bahan baku mebel, sebagai bahan baku bangunan ramah lingkungan dan berbagai produk lain yang memiliki nilai jual tinggi. Pemanfaatan bambu sebagai bahan utama produk primer dan sekunder juga memiliki limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai supply energi listrik dengan berbagai cara, diantaranya; gasifikasi limbah bambu, briket limbah bambu dan beberapa sistem pengolahan lain. Bangli selain memiliki beberapa limbah MSW yang belum termanfaatkan sebagai energi secara optimal, limbah bambu juga berpotensi sebagai bahan baku (raw material) energi listrik. Dari tinjauan pustaka hasil survei produksi bambu di Bangli terdapat 120,5 Ha lahan tanaman bambu kusus untuk industri kecil dan menengah (hasil survei PT IAED). Dalam hal ini limbah bambu berpotensi sebagai bahan baku energi, dari hasil survei luas lahan tanaman bambu 120,5 Ha mampu mengasilkan limbah sebanyak 36,1 ton/hari. Limbah bambu sejumlah 36,1 ton/hari tersebut dihasilkan dari sejumlah industri-industri pengrajin bambu seperti : household handicraft (HH), Micro- Small Scale Household Handycraft (MSHH) dan sejumlah industri gedeg yang ada dibangli, jumlah industri-industri pengrajin yang ada di Bangli tersebut cukup banyak, yaitu ada sekitar 200 industri-industri pengrajin bambu, industri-industri pengrajin bambu tersebut terdiri dari HH, MSHH dan gedeg. Untuk lebih jelasnya mengenai potensi jumlah bambu dari bebrapa industri-industri pengrajin bambu tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2, tabel 5.3 dan tabel 5.4 sebagai berikut

7 58 Tabel 5.2 Perkiraan perhitungan potensi bambu-limbah yang dihasilkan oleh responden HH household handicraft (Sumber: PT IAED, 2012) Tabel 5.3 Perkiraan perhitungan limbah bambu yang diproduksi oleh responden- MSSHH Micro-Small Scale Household Handycraft (Sumber: PT IAED, 2012)

8 59 Tabel 5.3 Perkiraan perhitungan dari produk sampingan dari responden-msshh (Gedeg) (Sumber: PT IAED, 2012) Terlihat pada ketiga tabel tersebut diatas bahwa limbah bambu yang paling banyak dihasilkan dari jenis industri HH yang berjumlah sekitar 178 HH, dari 178 HH tersebut dapat menghasilkan limbah bambu sebesar 31,1 limbah bambu. Sedangkan dari industri MSSHH dari industri gedeg hanya mampu menghasilkan limbah bambu sebesar 4,4 ton per hari dan 0,6 ton per hari saja. Sehingga total limbah bambu yang dihasilkan dari industri-industri pengrajin bambu yang ada dibangli tersebut adalah sekitar 36,1 ton/hari.

9 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Optimalisasi Energi Optimalisasi energi dalam penggunaan limbah perkotaan di Bangli dapat di integrasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan PLTS. Limbah perkotaan yang dihasilkan di Bangli sebagai berikut; 30% limbah perkotaan merupakan limbah jenis plastik, 20% merupakan limbah jenis kertas/kardus dan organik, pertanian, sisa makanan sebanyak 40%, dan 10% kaca/keramik merupakan limbah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk energi. Jika limbah perkotaan menghasilkan 180 m 3 limbah kota, maka 54 m 3 berupa plastik, 36 m 3 berupa kertas/kardus dapat digunakan sebagai bahan baku briket. 72 m 3 berupa limbah organik, pertanian & sisa makanan. Dalam hal ini, limbah organik, pertanian & sisa makanan sebesar 72 m 3 tetap dimanfaatkan dimanfaatkan sebagai bahan baku briket dan bambu yang langsung masuk ke tungku pembakaran untuk menghasilkan uap panas Tabel 6.1 memperlihatkan neraca massa limbah dan pemanfaatanya. Tabel 6.1 Neraca Massa limbah MSW Bahan Baku Masuk Ke TPA TPA Ke Industri Sisa Tidak (m 3 ) Inergi (m 3 ) Terpakai (m 3 ) Plastik,Gabus Kertas Pertanian Kaca Bambu 38,3 38,3 0 Jumlah 218,3 200,3 18

10 61 Gambar 6.1. Neraca Massa Limbah msw 6.2 Produksi Energi dari Limbah Perkotaan (MSW) Dalam produksi energi dari limbah perkotaan (msw) semuanya dirubah menjadi energi listrik melalui proses pembakaran dalam sebuah pembangkit listrik ketel uap atau boiler Produksi energi MSW kering Ditinjau dari limbah perkotaan (MSW) kering plastik kertas diolah menjadi uap panas dan uap panas tersebut dimanfaatkan untuk menjadi energi listrik. Perhitungan energi yang dihasilkan oleh limbah kering berupa: kertas dan plastik dengan jumlah limbah 90 m 3. Diketahui limbah kertas 20%, limbah plastik 30% dari limbah total yang dihasilkan maka : Kertas 20% = 36 m 3 Plastik 30% = 54 m 3 Hasil uji laboratorium limbah plastik dan kertas (lampiran) yaitu :

11 62 Nilai kalor (LHV) Massa jenis sampah ( ρ ) = 17,65 MJ/kg = kj/kg = 0,4 kg/liter Energi panas (Q) = m x LHV Diketahui m = ρ x volume = x 90 m 3 1 m 3 = liter = = kg Q = kg x kj/kg = kj 1 kj = kwh ( Sumber: Konversisatuan.com ) Maka kj = ,2 kwh = 176,6412 MWh Dari limbah kering kertas dan plastik sebanyak 90 m 3 mampu menghasilkan enegri listrik sebesar 176,6412 MWh Produksi energi MSW organik basah Ditinjau dari limbah organik basah dari limbah tanaman, pertanian, sisa makanan dan sejenisnya yang diolah didalam boiler dengan jumlah limbah basah dari organik tanaman, sisa makanan & pertanian sebanyak - 40 % limbah = 72 m 3 maka : Dari hasil uji laboratorium limbah basah organik yaitu: Nilai kalor (LHV) Massa jenis sampah (ρ) = 14,941 Mj/kg = kj/kg = 0,4 kg/liter Dalam 100% limbah organik mampu menghasilkan 20% limbah kering.

12 63 Limbah organik sebanyak 72 m 3 dengan hasil uji dimana limbah organik basah menghasilkan 20% limbah organik kering atau sama dengan 14,4 m 3 limbah, maka : Produksi limbah organik Energi panas (Q) = m x LHV Diketahui m = ρ x volume = x 14,4 m 3 1 m 3 = liter = = kg Q = m x LHV = kg x kj/kg = kj 1 kj = kwh (sumber: konversisatuan.com) Maka kj = 23924,72 kwh = 23,92 MWh Dari limbah kering organik, pertanian & Sisa makanan sebanyak 72 m 3 mampu menghasilkan enegri listrik sebesar 23,92 MWh Studi Kelayakan limbah bambu menjadi energi Seperti diketahui pada sub-bab 5.3, bahwa bambu memiliki potensi energi yang cukup melimpah yaitu 36,1 ton per hari maka hasil tinjauan kelayakan bambu sebagai bahan baku lain penghasil energi dapat diestimasikan sebagai berikut :

13 64 Limbah bambu sebanyak 36,1 ton/hari limbah bambu, maka : Produksi limbah bambu = kg Dari hasil uji laboratorium limbah bambu yaitu: Nilai kalor (LHV) = 15,150 Mj/kg = kj/kg Dari 100% limbah bambu basah mampu menghasilkan 50% limbah bambu kering atau sama dengan kg limbah bambu kering. Energi panas (Q) = m x LHV Diketahui m = Q = m x LHV = kg x kj/kg = kj 1 kj = kwh ( Sumber: Konversisatuan.com ) Maka kj = kwh = MWh Dari limbah bambu sebanyak 36,1 ton mampu menghasilkan enegri listrik sebesar MWh Potensi energi total msw Produk MSW kering menghasilkan energi : 176,64 MWh Produk MSW Organik basah menghasilkan energi : 23,92 MWh Produk limbah bambu : 76,02 MWh

14 65 Energi total = 176, , ,02 = 276,68 MWh Gambar 6.2. Grafik Fluktuasi Energi Total Gambar diatas menunjukkan fluktuasi jumlah energi total dari limbah organik, limbah bambu dan plastik kertas per hari, secara grafis fluktuasi dari energi tersebut tidak mengalami perubahan yang cukup jauh, nilai rata-rata dari energi total tersebut adalah sekitar 276,68 MWh Neraca energi Potensi energi total dari ketiga sampah yang bisa diolah menjadi enrgi didapat 276,68 MWh energi tersebut hanya sebagian saja yang dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik karena adanya (losses) rugi-rugi pada alat pembangkit.

15 66 Gambar 6.3. Neraca Energi msw Energi Final Sesuai dengan pertimbangan losses yang telah dilakukan dari neraca energi diatas, maka potensi energi output yang dapat dihasilkan dari limbah msw tersebut adalah 59,06 % dari total energi inputnya. Untuk itu jumlah potensi energi output yang dapat dihasilkan tersebut yaitu sebesar : Q ak = ƞ x Q bb = 0,5906 x 276,68 MWh = 163,35 MWh = 163,35 MWh : 24 Jam = 6,80 MW

16 67 Gambar 6.4. Grafik Fluktuasi Energi Final Gambar diatas menunjukkan fluktuasi jumlah energi final dari limbah organik, limbah bambu dan plastik kertas per hari, secara grafis fluktuasi dari energi tersebut tidak mengalami perubahan yang cukup jauh, nilai rata-rata dari energi total tersebut adalah sekitar 6,80 MW Spesifikasi alat Setelah energi final didapat, langkah selanjutnya adalah menentukan unit pembangkit listrik yang akan digunakan. Unit pembangkit tersebut terdiri dari unit boiler sebagai penghasil steam dan unit turbin dan generator set sebagai penghasil listriknya. Sesuai dengan tema kajian energi biomassa ini, maka unit boiler yang digunakan berbahan bakar sampah biomasa, dan unit yang sesuai tersebut adalah

17 68 boiler jenis VEESONS GRATE TYPE BOILERS (lampiran). Berikut merupakan spesifikasi dari unit tersebut. Nama Unit boiler Kapasitas : VEESONS GRATE TYPE BOILERS : 25 TPH Pressure : 125 kg/cm 2 Temperatur : up to 540 o C Untuk jenis unit turbin yang dipilih adalah jenis turbin yang satu set dengan generator agar mudah dalam pemeliharaannya dan efisiensinya masih relatif tinggi. Berdasarkan brosur yang ada, maka unit turbin dan generator yang dipilih adalah type SST-111 SIEMENS (lampiran). Adapun spesifikasi dari set turbin dan generator tersebut adalah sebagai berikut : Type Power output : SST-111 SIEMENS turbin + generator set : up to 12 MW Live steam conditions Pressure Temperature : up to 131 bar : up to 530 C 6.3 Upaya Integrasi PLTS dan PLTBm Sperti yang disebutkan pada bab 5.2 bahwa plts hanya mampu menghasilkan 0,7 MW dan dari bab 6.2 PLTBm mampu menghasilkan 6.80 MW maka langkah selanjutnya adalah mengupayakan integrasi antara kedua unit power plant tersebut.

18 69 PLTBm Listrik 0,02 MW Bambu 36,1 ton/ hari PLTS 1 MW Listrik MSW 0,04 MW 180 m 3 / hari Kering 76,02 MWh Kering 200,56 MWh Tungku Pembakaran Uap Panas 204,18 MWh Listrik 0,64 MW Turbin & Generator Set Listrik 163,35 MWh 6,80 MW Energi yang dihasilkan 7,44 MW Gambar 6.5. Integrasi PLTS dan PLTBm Terlihat pada gambar 6.5 diatas bahwa potensi energi listrik dari PLTS yang sebesar 1 MW tidak seluruhnya bisa dipakai, sekitar 30% dari 1 MW atau 0,3 MW terbuang akibat rugi-rugi pada masing-masing unit PLTS tersebut, dan sebagian lagi disuplai ke PLTBm untuk kebutuhan listrik starting awalnya, yaitu sebesar 0,06 MW sehingga suplai listrik yang dapat disalurkan untuk memenuhi permintaanya adalah hanya sebesar 0,64 MW, PLTBm sendiri dari sumber bahan bakar MSW dan limbah bambu yang ada memiliki potensi energi sebesar 276,68 MWh, namun seperti halnya pada PLTS potensi sebesar 276,68 MWh tidak seluruhnya dapat disuplai untuk memenuhi permintaan energinya, hal ini dikarenakan adanya rugi-rugi kalor pada mesin-mesin yang ada di unit PLTBm. Rugi-rugi kalor tersebut terdiri dari rugi-rugi kalor pada tungku pembakaran

19 70 sebesar 204,18 MWh (73,8 %), dan rugi-rugi kalor pada unit turbin dan generator set sebesar 163,35 MWh (20%). Dengan demikian supplai energi listrik yang dapat disalurkan untuk memenuhi permintaan energi tersebut hanya sebesar 163,35 MWh atau 6,80 MW. Sehingga energi listrik total yang dapat disalurkan untuk memenuhi permintaan tersebut adalah sebesar 7,44 MW ( penjumlahan antara PLTS dan PLTBm). 6.4 Analisis Ekonomi Dari perhitungan enegri yang dihasilkan diatas, maka pembangkit yang akan dibuat sebesar 6,80 MW dengan perhitungan analisis ekonomi menghitung Nilai bersih sekarang dengan investasi energi sebesar 6,80 MW, maka : Metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dari masing masing sumber potensi energi adalah : Tabel 6.2 Biaya investasi alat pembangkit dan pembuatan pembangkit Tabel 6.3 Biaya Tahunan (Annual cost). Tabel 6.4. Pendapatan Tahunan (Benefit cost). NPV = - I + Ab (P/A,i,n) + S (P/F,i,n) Ac (P/A,i,n) Oh (P/F,i,n) Keterangan: I = Investasi Ab = Annual Benefit Ac = Annual Cost S = Nilai Sisa

20 71 Oh = Overhoul n = Umur investasi i = Bunga tahunan Tabel 6.2. Biaya investasi alat pembangkit dan pembuatan pembangkit Keterangan Unit (MW) Harga/Unit (MW) Total ($) Nilai 59,81 Ton/Produksi 6, Unit Pembangkit Pekerja Pembuatan Pembangkit 20,00 % Pajak 7,50 % Koordinator lapang 6,00 % Trasportatin to Asia/Eropen port Land transportatin to custamer place Tanah Lokasi Pembangkit m Konstruksi Start Up Konstruksi Teknisi dan Mekanik Izin Otoritas Biaya Takterduga 5,00 % Total Investasi (Investment) $/MW: (Gielen, 2012)

21 72 Tabel 6.3.Biaya Tahunan (Annual cost) Biaya Tahunan Nilai Satuan Unit ($) Total ($) Operasional Biomass 1 $/Kg/d Pekerja 1 Paket Management Manager 1 Paket Material Lain 1 Paket Takterduga 1 Paket Kesalahan 9% PPN 10% PPH 2% Total Biaya Tahunan (Annual Cost) Tabel 6.4. Pendapatan Tahunan (Benefit cost) Pendapatan Tahunan Nilai Satuan Unit Total ($) Penjualan Listrik ,67 kwh/tahun 0, ,67 Dihasilkan : Suku bunga tahunan = 12% n (umur pakai) = 25 tahun (P/A,i,n) = 7,853 (P/F,i,n) = 0,0588 S = 40% dari unit pembangkit ; $ OH tahun = 15% dari unit pembangkit ; $ NPV = - I + Ab (P/A,i,n) + S (P/F,i,n) Ac (P/A,i,n) Oh (P/F,i,n) = - $ $ x (7,853) + $ x (0,0588) - $ x (7,853) - $ x (0,0588) = $ Berdasarkan nilai NPV, terdapat tiga kelayakan investasi, yaitu : a. NPV > 0, maka usaha layak untuk dilaksanakan

22 73 b. NPV = 0, manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. c. NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dijalankan Dalam hal ini investasi dalam pengembangan dan pendirian PLTBm dan PLTS sangat baik karena NPV > 0, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Rasio Manfaat Terhadap Biaya (B/C Ratio) : Dimana : Cb = Cash Flow Benefit Cc = Cash Flow Cost t = Periode Waktu n = Umur Investasi PWB = Ab (P/A,i,n)+S (P/F,i,n) = (($ ) x (7,853)) + (($ ) x (0,0588)) = $ PWC = I + Ac (P/A,i,n) + Oh (P/F,i,n) = ($ ) + (($ ) x (7,853)) + (($ ) x (0,0588)) = $ BCR = PWC / PWB = $ / $ = 1,25

23 74 Apabila (B/C) > 1 maka proyek atau kegiatan dinyatakan layak. Masa Pengembalian Investasi (Payback Periode) : = x periode waktu = = 6,6 tahun 6.5 Tinjauan Kajian Energi Pengkajian sumber energi MSW di Kabupaten Bangli Propinsi Bali, merupakan sebuah optimalisasi penggunaan energi dengan memanfaatkan potensi di sekitar sehingga mampu diaplikasikan sebagai sumber bahan baku energi. Tinjauan sebelumnya, lee dkk (2013) dalam studi empirik karakteristik kinerja BIPV (Building Integrated Photovoltic) sebuah sistem realisasi nol energi input, mampu meminimalkan penggunaan energi dari luar (input PLN) hingga lebih dari 50%. Tinjauan meminimlakan energi ini berdasarkan sumber potensi penghasil energi. Penggunaan bangunan sebagai potensi penghasil energi dalam tinjauan penelitiannya menggunakan luas total bangunan 2449 m 2. Dibandingkan dengan potensi MSW yang ada hal ini sangat memungkinkan bahwa sumber bahan baku energi dari MSW mampu menghasilkan energi optimal. Gambar 6.2. menunjukan pembandingan penggunaan sumber energi berdasakan tinjauan sebelumnya.

24 75 Luas total bangunan 2449 m 2, Kaca sebagai penghatar panas. (lee dkk) Limbah MSW 180 m 3 Gambar 6.6. Sumber enegri BIPV (kiri), sumber enegri MSW (kanan) Pemanfaatan energi dari bahan baku sekitar mampu menekan nilai cost dari luar (Byrne dkk, 1998) dalam hal ini energi yang dihasilkan dari MSW dengan nilai investasi pembangkit energi MSW (tabel 6.2) kondisi awal membutuhkan cost tinggi dan secara berkesinambungan akan menghasilkan benefit tetapi dalam kurun waktu cukup panjang, tetapi dilihat dari sudut yang lain, lebih menguntungkan misalnya dari segi kesehatan, kebersihan, lingkungan. Penelitian ini bertitik berat pada penggunaan MSW sebagai bahan baku pembangkit energi. Gambar 6.3. lay out pemanfaatan energi MSW

25 76 Pengguna Pengguna Pengguna Pengguna Solar Panel Industri Energi Biomassa Pembangkit Solar cell Pengguna Pengguna Pengguna Pengguna Pembangkit Biomasa Solar Panel Industri Kecil hasil MSW Gudang Park Pos Park Kantor Park Park Pos Pengguna Pengguna Pengguna Pengguna Tabel 6.5 Penelitian sebelumnya Gambar 6.7. Lay Out pemanfaatan energi MSW Peneliti Tahun Hasil Penelitian Penggunaan sampah organik di sarbagita mampu meningkatkan Pharta 2010 efisiensi pembangkit hingga 30%, efisiensi yang cukup tinggi mampu menurunkan nilai cost dalam penggunaan energi. Mengintegrasi energi panas matahari dan panas bumi memberikan manfaat Wang, dkk 2011 renewable energi dalam peranan kelayakan ekonomi, kelayakan teknik dan dampak lingkungan.

26 77 Sonia, dkk 2011 Sebuah integrasi dari tiga sektor antara lain : pertanian, peternakan dan industri. Dalam penelitian tersebut dijelaskan sebuah model integrasi tanaman jagung dengan ternak babi serta industri kopi dan memberikan dampak positif dengan efisiensi penggunaan energi industri serta penggunaan pupuk pertanian. 6.6 Permintaan dan Penawaran Energi Seperti yang telah disebutkan pada sub-bab 6.3 bahwa potensi energi final yang didapat dari sampah tersebut masih relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan permintaan energi yang ada di daerah bangli. Gambar berikut memberikan penjelasan lebih lengkap antara perbandingan potensi energi yang ada dengan permintaan energinya.

27 78 PLTBm Listrik 0,02 MW Bambu 36,1 ton/ hari PLTS 1 MW Listrik MSW 0,04 MW 180 m 3 / hari Kering 76,02 MWh Kering 200,56 MWh Tungku Pembakaran Uap Panas 204,18 MWh Listrik 0,64 MW Turbin & Generator Set Listrik 163,35 MWh 6,80 MW Demand Permintaan 12 MW Supply dari PLN 4,56 MW Gambar 6.8. Supply and demand energy Dari gambar 6.8 energi yang didapat dari integrasi PLTS dan PLTBm didapatkan energi listrik sebesar 7,44 MW energi tersebut adalah potensi energi yang ada di bangli, sedangkan permintaan sesungguhnya dari bangli adalah sebesar 12 MW, lebih besar dari potensi yang ada. Oleh sebab itu masih terdapat kekurangan sejumlah energi (sekitar 4,56 MW) jika memanfaatkan potensi limbah yang ada di daerah tersebut. Jadi masih diperlukan input energi dari luar sistem integrasi sekitar 4,56 MW, dan input dari luar tersebut dapat diperoleh dari listrik PLN.

28 Optimalisasi dari sumber MSW Perencanaan energi sumber bahan baku MSW dalam pengembanganya dilakukan beberapa pendekatan sebagai teknik analisa potensi dalam optimalisasi energi. a. Pendekatan Proses Pendekatan proses menguraikan aliran energi dari sumber energi primer sampai permintaan final. Prosesnya dimulai dari ekstraksi sumber daya energi, penyulingan, konversi, transportasi, penimbunan, transmisi dan distribusi. Dalam penelitian ini di tunjukkan dalam gambar 6.4 sebagai pendekatan proses.

29 80 Penampung Bambu 38,8 ton/hari Truk Unit Pemilahan Perkotaan Penampung MSW (180 m 3 ) Truk Unit Pemilahan Plastik 30% kertas 20% Pertanian 40% kaca 10% Bahan Baku Unit Pembangkit Plts 0,64MW & Energi Total MSW 7,80 MW Penggunaan Rumah tangga, Industri, Umum Distribusi Produk listrik 7,44 MWh Gambar 6.9. Sistimatika integrasi pembangkit b. Pendekatan Trend Pendekatan dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan erat antara kecenderungan masa lalu berdasarkan pemilihan kurva. Analisis ini dapat juga dilakukan dengan memproyeksikan nilai historis rata-rata kegiatan energi-ekonomi dan rasio energi perkapita. Dalam penelitian ini telah dikaji dari segi ekonomi dimana didapatkan payback periode atau kembalinya modal selama 6,6 tahun. c. Pendekatan Elastisitas Pendekatan elastisitas dilakukan dengan menghitung besarnya elastisitas permintaan energi listrik terhadap pendapatan dan elastisitas permintaan terhadap harga. Dalam hal ini kebutuhan energi listrik di Bangli adalah sebesar 12 MW yang dipakai mulai dari rumah tangga, pemerintahan, perkantoran industri menengah ke atas dan penerangan jalan. Dengan penggunaan MSW sebagai bahan baku energi mampu menekan kebutuhan energi dari luar

30 81 hingga 62%. Gambar 6.8 menunjukan energi proses dari MSW dan pembangkit listrik tenaga surya yang terdapat di Bangli dapat di integrasikan dengan limbah MSW dan diolah sebagai sumber penghasil energi. d. Pendekatan Ekonometri Pendekatan ekonometri menggunakan standar perhitungan kuantitatif untuk analisis dan proyeksi ekonomi. Dalam penelitian ini didapatkan nilai NPV > 0, sehingga usaha layak untuk di laksanakan, dengan payback periode 6,6 tahun. e. Pendekatan Input-Output Pendekatan input-output hampir sama dengan pendekatan ekonometri. 6.8 Integrasi Dalam Penyedia Energi Pemanfaatan limbah MSW sebagai penghasil energi merupakan integrasi energi antara MSW dan pembangkit listrik solar cell, integrasi ini dapat dijadikan percontohan di beberapa daerah dalam keberlanjutan energi non fosil. Dikaji dari Kabupaten Bangli dengan jumlah limbah total sebesar 200,3 m 3 dengan diintegrasikan dengan plts mampu menghasilkan energi listrik sebesar 7,44 MW, dalam hal ini menekan input energi diluar sistem integrasi sebesar 62 %.

31 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari penelitian yang didapat dalam system integrasi sumber energi dalam mendukung energi mandiri didapat kesimpulan dalam penelitian ini adalah : 1. Dari hasil analisa bentuk manajemen dalam integrasi sumber energi PLTS dan PLTBm dengan jumlah MSW 180 m 3 dan limbah bambu 36,1 ton didapatkan energi diantaranya : MSW kering 90 m 3 dihasilkan energi listrik sebesar 176,64 MWh MSW organik basah 72 m 3 dihasilkan energi listrik sebesar 23,92 MWh Biomassa limbah bambu menghasilkan energi listrik 76,02 MWh Potensi Energi final 163,35 MWh atau 6,80 MW efisiensi dari ketiga sumber energi PLTS Membantu 0,64 MW sehingga energi yang didapat dari integrasi adalah sebesar 7,44 MW 2. Dari beberapa subsitem integrasi dapat dilakukan dengan model Integrated Energy System Model (IESM) yakni dengan mengintegrasikan subsistem; PLTBm dan PLTS. 7.2 Saran 1. Diperlukan data kuantitatif yang lebih kompleks agar hasil potensi energi dapat lebih optimal 2. Kelengkapan teknologi dapat dijadikan penelitian lanjutan dengan perencanaan dan implementasi limbah dan memodelkan integrasi kompleks.

32 DAFTAR PUSTAKA Anonimus., 2002, Prakiraan Energi Indonesia 2010, Pusat Informasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi., Laporan Tahunan Byrne, J., Wang, Y-D., Lee, H., & Kim, J-D An equityand sustainabilitybased policy response to global climate change. Energy Policy, 26(4), Giatman, M., Ekonomi Teknik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. ISBN : Gielen, D., RENEWABLE ENERGY TECHNOLOGIES: COST ANALYSIS SERIES - Biomass for Power Generation Volume 1 Power Sector. Abu Dhabi: United Arab Emirates. Hasibi, Al. Rahmad., 2010, Peran Sumber Energi Terbarukan dalam Penyediaan Energi Listrik dan Penurunan Emisi CO 2 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Jurnal). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Herman, A., PLN Unit Distribusi Bali - Kebutuhan Listrik Bangli. Bali. Kementerian Negara Riset dan Teknologi., BUKU PUTIH Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi INDONESIA : Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Konversisatuan.com diakses tanggal 10 februari Lee, B. Jae., An empirical study of performance characteristics of BIPV (Building Integrated Photovoltaic) system for the realization of zero energy building (Journal). Korea: Daejeon University.

33 84 Michael, J. M., Howard, N. S., Termodinamika Teknik, 4 rd ed. Penerbit Erlangga, Jakarta. Partha, G Indra., PENGGUNAAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK DI TPA SUWUNG-DENPASAR Jurnal Teknologi Elektro, 9(2). Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli., Buku putih sanitasi kabupaten bangli profinsi bali. PT Indo Asia Energy Development., SURVEY & MAPPING The Potential of Bamboo & Bamboo-waste As Source of Supply Feedstock Community Based Biomass at Bangli Regency Bali Province. Rucio, A., Diaz, C., Land use for integrated system : a bioenergy prespective, Journal of Environmental Development Soelaeman, K., Pawito., 1983, Termodinamika dan Perpindahan Panas, Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. UNEP., 2006, United Nations Environment Programme, Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia. Wang, Q., & Huang, Q., Research on Integrated Solar and Geothermal Energy Engineering Design in Hot Summer and Cold Winter Area. Procedia Engineering, 21, Yusgiantoro, Purnomo, 2000, Ekonomi Energi: Teori dan Praktik, Pustaka LP3ES Indonesia. Yves Garnier, Gean., Manual Statistik Energi. Eurostat, Luxembourg Yokohama, S., Matsumura, Yukihiko., 2008, Panduan untuk Produksi dan Pemanfaatan Biomassa, Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang dan Asosiasi Biomassa Asia. Yokoyama, S., Asian Biomassa Handbook, The Japan Institute of Energy.

BAB VI PEMBAHASAN. di integrasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan

BAB VI PEMBAHASAN. di integrasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Optimalisasi Energi Optimalisasi energi dalam penggunaan limbah perkotaan di Bangli dapat di integrasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan PLTS. Limbah perkotaan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metodologi Penelitian Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di kawasan Kabupaten Bangli, belum terintegrasi dan tersinkroninasi antar subsistem.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat dibutuhkan oleh penduduk dunia begitu juga oleh rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang cukup untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir Terdapat susbsitem lingkungan dan subsistem industri energi, ditinjau dari subsistem lingkungan berupa limbah perkotaan (pertanian,

Lebih terperinci

TESIS MANAJEMEN INTEGRASI ENERGI SURYA DAN MUNICIPAL SOLID WASTE (MSW) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PEMBANGKIT LISTRIK DI BANGLI

TESIS MANAJEMEN INTEGRASI ENERGI SURYA DAN MUNICIPAL SOLID WASTE (MSW) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PEMBANGKIT LISTRIK DI BANGLI TESIS MANAJEMEN INTEGRASI ENERGI SURYA DAN MUNICIPAL SOLID WASTE (MSW) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PEMBANGKIT LISTRIK DI BANGLI ADI PRATAMA PUTRA NIM 1391961009 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi, kebijakan energi nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan melaksanakan konservasi, melaksanakan

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi - STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)

Lebih terperinci

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi

Lebih terperinci

Kajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Kajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1 Kajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Aris Budiman Program Studi Manajemen Energi, Magister Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura Pontianak

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

renewable energy and technology solutions

renewable energy and technology solutions renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun

Lebih terperinci

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG Delfianto dan Ellina S. Pandebesie Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

listrik di beberapa lokasi/wilayah. PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) Deviany Kartika, Miftahul Arifin, Rahman Darmawan Program Studi Teknik

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah

Lebih terperinci

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications PROPOSAL PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw Waste to Energy Commercial Aplications PT. ARTECH Jalan Raya Narogong KM 9.3 Bekasi HP.0811815750 FAX.8250028 www.artech.co.id Pendahuluan

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi Lay out TPST A A B ke TPA 1 2 3 B 14 10 11 12 13 4 Pipa Lindi 18 15 9 8 18 7 5 19 16 17 18 1) Area penerima 2) Area pemilahan 3) Area pemilahan plastik 4) Area pencacah s.basah 5) Area pengomposan 6) Area

Lebih terperinci

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi TURBO Vol. 5 No. 2. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES 1. Umum Subagyo Rencana dan Evaluasi Produksi, PT. Kertas Leces Leces-Probolinggo, Jawa Timur e-mail: ptkl@idola.net.id Abstrak Biaya energi di PT. Kertas Leces (PTKL)

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. OLEH : Dhika Fitradiansyah Riliandi 2205 100 003 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Data Pada penelitian ini penulis mengambil data di PT. Perkebunan Nusantara Pabrik Gula Pangka di Jalan Raya Pangka Slawi, Kecamatan Pangkah, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serat buah kelapa sawit (mesocarp), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya digunakan

Lebih terperinci

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi B2TE BPPT, Energy Partner Gathering Hotel Borobudur Jakarta, 4 Desember 2013 www.mctap-bppt.com INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA (dan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting di kehidupan sehari-hari. Bahan bakar dibutuhkan sebagai sumber energi penggerak berbagai keperluan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN BAB I 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sampah adalah masalah klasik yang tak pernah habis untuk dibahas. Sampai saat ini sebagian besar masyarakat masih menganggap sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.

Lebih terperinci

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Pertamina Geothermal Energi adalah salah

Lebih terperinci

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA

Lebih terperinci

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok 16424

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 24 BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 4.1. Metodologi Dalam penelitian ini, mencakup pemilihan sistem kogenerasi dan evaluasi nilai ekonomi. Pemilihan sistem kogenerasi yang diimplementasikan mempertimbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KODE KEAHLIAN DESKRIPSI KEAHLIAN 03 BIDANG ENERGI 03.01 PERENCANAAN ENERGI 03.01.01 PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Keahlian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG Konstruksi umum PLTSa pada dasarnya adalah merupakan PLTU dengan kekhususan pada pemrosesan bahan bakar sebelum masuk tungku pembakaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik untuk menambah penghasilan. Tentunya dengan pemeliharaan dan

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik untuk menambah penghasilan. Tentunya dengan pemeliharaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan kopi mempunyai arti ekonomi yang cukup penting, Sejak puluhan tahun lalu kopi telah menjadi sumber nafkah bagi banyak petani. Tanpa pemeliharaan yang berarti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Potensi biogas di kawasan peternakann Pantai Baru Bantul Yogyakarta. Dalam perhitungan suatu pembangkit listrik tenaga biogas dari kototran sapi diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan utama dalam setiap aspek kehidupan. Energi listrik merupakan alat utama untuk menggerakkan aktivitas produksi suatu pabrik. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan energi terus meningkat. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN...i KERANGAN PERBAIKAN/REVISI...ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, definisi dari penelitian kuantitatif itu sendiri adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Vian Vebrianto 2205 100 004 Bidang Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi Eddy Elfiano, N. Perangin-Angin Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

Tantangan Dalam Penyediaan Bahan Baku Industri Berbasis. Bambu di Indonesia

Tantangan Dalam Penyediaan Bahan Baku Industri Berbasis. Bambu di Indonesia Tantangan Dalam Penyediaan Bahan Baku Industri Berbasis Bambu di Indonesia Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF Kepala Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan Disampaikan dalam Rapat Workshop Tantangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini : Gambar 3.1 Tahapan Penelitian III-1 3.1 Penelitian Pendahuluan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) Telah disebutkan pada bab 5 diatas bahwa untuk analisa pada bagian energi kalor input (pada kompor gasifikasi), adalah meliputi karakteristik

Lebih terperinci

Generation Of Electricity

Generation Of Electricity Generation Of Electricity Kelompok 10 : Arif Budiman (0906 602 433) Junedi Ramdoner (0806 365 980) Muh. Luqman Adha (0806 366 144) Saut Parulian (0806 366 352) UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1

ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1 ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1 Ir Naryono 1, Lukman budiono 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University Muhammadiyah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya - 60111 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA Diajukan oleh: FERI SETIA PUTRA D 400 100 058 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN. TUGAS AKHIR RE1599 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN. Pamungkas R. NRP 2206100618 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,

Lebih terperinci

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1. STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan pertanian Indonesia adalah meningkatkan produktivitas berbagai jenis tanaman pertanian. Namun disisi lain, limbah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 Anwar Ilmar,ST,MT 1,.Ali Sandra 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam menjalankan suatu usaha tidak bisa lepas dari kegiatan investasi.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam menjalankan suatu usaha tidak bisa lepas dari kegiatan investasi. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Evaluasi Investasi 2.1.1 Pengertian Dalam menjalankan suatu usaha tidak bisa lepas dari kegiatan investasi. Kegiatan investasi seringkali memerlukan suatu biaya dan berdampak

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU) PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU) I Gusti Ayu Nyoman Sugianti dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA STUDI KELAYAKAN PROYEK STUDI KASUS : PEMBANGUNAN BOOSTER PDAM DI PONTIANAK SELATAN

ANALISA STUDI KELAYAKAN PROYEK STUDI KASUS : PEMBANGUNAN BOOSTER PDAM DI PONTIANAK SELATAN ANALISA STUDI KELAYAKAN PROYEK STUDI KASUS : PEMBANGUNAN BOOSTER PDAM DI PONTIANAK SELATAN Shendi Anugerah Prananda )., Syahruddin 2)., Safaruddin M. Nuh 2) Abstrak Pembangunan booster yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR SALINAN LAMPIRAN I B PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 37 TAHUN 2009 TANGGAL : 31 Desember 2009 PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR 1. Latar Belakang Salah satu upaya dalam rangka pengendalian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER 4.1 Spesifikasi boiler di PT. Kartika Eka Dharma Spesifikasi boiler yang digunakan oleh PT. Kartika Eka Dharma adalah boiler jenis pipa air dengan kapasitas 1 ton/ jam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat

Lebih terperinci

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR Grata Patisarana 1, Mulfi Hazwi 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri

Lebih terperinci

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY MINISTRY OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION DIRECTORAT OF VARIOUS NEW ENERGY AND RENEWABLE ENERGY Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR Oleh: Candra Santosa 1119151001 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PERNYATAAN Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PengembanganSistem Kelistrikan Dalam Menunjang Pembangunan Nasional Jangka Panjang Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di

Lebih terperinci

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No. 1, Januari 2014 ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA Sudiadi 1), Hermanto 2) Abstrak : Suatu Opsi untuk meningkatkan efisiensi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci