BAB VI PEMBAHASAN. di integrasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PEMBAHASAN. di integrasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan"

Transkripsi

1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Optimalisasi Energi Optimalisasi energi dalam penggunaan limbah perkotaan di Bangli dapat di integrasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan PLTS. Limbah perkotaan yang dihasilkan di Bangli sebagai berikut; 30% limbah perkotaan merupakan limbah jenis plastik, 20% merupakan limbah jenis kertas/kardus dan organik, pertanian, sisa makanan sebanyak 40%, dan 10% kaca/keramik merupakan limbah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk energi. Jika limbah perkotaan menghasilkan 180 m 3 limbah kota, maka 54 m 3 berupa plastik, 36 m 3 berupa kertas/kardus dapat digunakan sebagai bahan baku briket. 72 m 3 berupa limbah organik, pertanian & sisa makanan. Dalam hal ini, limbah organik, pertanian & sisa makanan sebesar 72 m 3 tetap dimanfaatkan dimanfaatkan sebagai bahan baku briket dan bambu yang langsung masuk ke tungku pembakaran untuk menghasilkan uap panas Tabel 6.1 memperlihatkan neraca massa limbah dan pemanfaatanya. Tabel 6.1 Neraca Massa limbah MSW Bahan Baku Masuk Ke TPA TPA Ke Industri Sisa Tidak (m 3 ) Inergi (m 3 ) Terpakai (m 3 ) Plastik,Gabus Kertas Pertanian Kaca Bambu 38,3 38,3 0 Jumlah 218,3 200,

2 61 Gambar 6.1. Neraca Massa Limbah msw 6.2 Produksi Energi dari Limbah Perkotaan (MSW) Dalam produksi energi dari limbah perkotaan (msw) semuanya dirubah menjadi energi listrik melalui proses pembakaran dalam sebuah pembangkit listrik ketel uap atau boiler Produksi energi MSW kering Ditinjau dari limbah perkotaan (MSW) kering plastik kertas diolah menjadi uap panas dan uap panas tersebut dimanfaatkan untuk menjadi energi listrik. Perhitungan energi yang dihasilkan oleh limbah kering berupa: kertas dan plastik dengan jumlah limbah 90 m 3. Diketahui limbah kertas 20%, limbah plastik 30% dari limbah total yang dihasilkan maka : Kertas 20% = 36 m 3 Plastik 30% = 54 m 3 Hasil uji laboratorium limbah plastik dan kertas (lampiran) yaitu :

3 62 Nilai kalor (LHV) Massa jenis sampah ( ρ ) = 17,65 MJ/kg = kj/kg = 0,4 kg/liter Energi panas (Q) = m x LHV Diketahui m = ρ x volume = x 90 m 3 1 m 3 = liter = = kg Q = kg x kj/kg = kj 1 kj = kwh ( Sumber: Konversisatuan.com ) Maka kj = ,2 kwh = 176,6412 MWh Dari limbah kering kertas dan plastik sebanyak 90 m 3 mampu menghasilkan enegri listrik sebesar 176,6412 MWh Produksi energi MSW organik basah Ditinjau dari limbah organik basah dari limbah tanaman, pertanian, sisa makanan dan sejenisnya yang diolah didalam boiler dengan jumlah limbah basah dari organik tanaman, sisa makanan & pertanian sebanyak - 40 % limbah = 72 m 3 maka : Dari hasil uji laboratorium limbah basah organik yaitu: Nilai kalor (LHV) Massa jenis sampah (ρ) = 14,941 Mj/kg = kj/kg = 0,4 kg/liter Dalam 100% limbah organik mampu menghasilkan 20% limbah kering.

4 63 Limbah organik sebanyak 72 m 3 dengan hasil uji dimana limbah organik basah menghasilkan 20% limbah organik kering atau sama dengan 14,4 m 3 limbah, maka : Produksi limbah organik Energi panas (Q) = m x LHV Diketahui m = ρ x volume = x 14,4 m 3 1 m 3 = liter = = kg Q = m x LHV = kg x kj/kg = kj 1 kj = kwh (sumber: konversisatuan.com) Maka kj = 23924,72 kwh = 23,92 MWh Dari limbah kering organik, pertanian & Sisa makanan sebanyak 72 m 3 mampu menghasilkan enegri listrik sebesar 23,92 MWh Studi Kelayakan limbah bambu menjadi energi Seperti diketahui pada sub-bab 5.3, bahwa bambu memiliki potensi energi yang cukup melimpah yaitu 36,1 ton per hari maka hasil tinjauan kelayakan bambu sebagai bahan baku lain penghasil energi dapat diestimasikan sebagai berikut :

5 64 Limbah bambu sebanyak 36,1 ton/hari limbah bambu, maka : Produksi limbah bambu = kg Dari hasil uji laboratorium limbah bambu yaitu: Nilai kalor (LHV) = 15,150 Mj/kg = kj/kg Dari 100% limbah bambu basah mampu menghasilkan 50% limbah bambu kering atau sama dengan kg limbah bambu kering. Energi panas (Q) = m x LHV Diketahui m = Q = m x LHV = kg x kj/kg = kj 1 kj = kwh ( Sumber: Konversisatuan.com ) Maka kj = kwh = MWh Dari limbah bambu sebanyak 36,1 ton mampu menghasilkan enegri listrik sebesar MWh Potensi energi total msw Produk MSW kering menghasilkan energi : 176,64 MWh Produk MSW Organik basah menghasilkan energi : 23,92 MWh Produk limbah bambu : 76,02 MWh

6 65 Energi total = 176, , ,02 = 276,68 MWh Gambar 6.2. Grafik Fluktuasi Energi Total Gambar diatas menunjukkan fluktuasi jumlah energi total dari limbah organik, limbah bambu dan plastik kertas per hari, secara grafis fluktuasi dari energi tersebut tidak mengalami perubahan yang cukup jauh, nilai rata-rata dari energi total tersebut adalah sekitar 276,68 MWh Neraca energi Potensi energi total dari ketiga sampah yang bisa diolah menjadi enrgi didapat 276,68 MWh energi tersebut hanya sebagian saja yang dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik karena adanya (losses) rugi-rugi pada alat pembangkit.

7 66 Gambar 6.3. Neraca Energi msw Energi Final Sesuai dengan pertimbangan losses yang telah dilakukan dari neraca energi diatas, maka potensi energi output yang dapat dihasilkan dari limbah msw tersebut adalah 59,06 % dari total energi inputnya. Untuk itu jumlah potensi energi output yang dapat dihasilkan tersebut yaitu sebesar : Q ak = ƞ x Q bb = 0,5906 x 276,68 MWh = 163,35 MWh = 163,35 MWh : 24 Jam = 6,80 MW

8 67 Gambar 6.4. Grafik Fluktuasi Energi Final Gambar diatas menunjukkan fluktuasi jumlah energi final dari limbah organik, limbah bambu dan plastik kertas per hari, secara grafis fluktuasi dari energi tersebut tidak mengalami perubahan yang cukup jauh, nilai rata-rata dari energi total tersebut adalah sekitar 6,80 MW Spesifikasi alat Setelah energi final didapat, langkah selanjutnya adalah menentukan unit pembangkit listrik yang akan digunakan. Unit pembangkit tersebut terdiri dari unit boiler sebagai penghasil steam dan unit turbin dan generator set sebagai penghasil listriknya. Sesuai dengan tema kajian energi biomassa ini, maka unit boiler yang digunakan berbahan bakar sampah biomasa, dan unit yang sesuai tersebut adalah

9 68 boiler jenis VEESONS GRATE TYPE BOILERS (lampiran). Berikut merupakan spesifikasi dari unit tersebut. Nama Unit boiler Kapasitas : VEESONS GRATE TYPE BOILERS : 25 TPH Pressure : 125 kg/cm 2 Temperatur : up to 540 o C Untuk jenis unit turbin yang dipilih adalah jenis turbin yang satu set dengan generator agar mudah dalam pemeliharaannya dan efisiensinya masih relatif tinggi. Berdasarkan brosur yang ada, maka unit turbin dan generator yang dipilih adalah type SST-111 SIEMENS (lampiran). Adapun spesifikasi dari set turbin dan generator tersebut adalah sebagai berikut : Type Power output : SST-111 SIEMENS turbin + generator set : up to 12 MW Live steam conditions Pressure Temperature : up to 131 bar : up to 530 C 6.3 Upaya Integrasi PLTS dan PLTBm Sperti yang disebutkan pada bab 5.2 bahwa plts hanya mampu menghasilkan 0,7 MW dan dari bab 6.2 PLTBm mampu menghasilkan 6.80 MW maka langkah selanjutnya adalah mengupayakan integrasi antara kedua unit power plant tersebut.

10 69 PLTBm Listrik 0,02 MW Bambu 36,1 ton/ hari PLTS 1 MW Listrik MSW 0,04 MW 180 m 3 / hari Kering 76,02 MWh Kering 200,56 MWh Tungku Pembakaran Uap Panas 204,18 MWh Listrik 0,64 MW Turbin & Generator Set Listrik 163,35 MWh 6,80 MW Energi yang dihasilkan 7,44 MW Gambar 6.5. Integrasi PLTS dan PLTBm Terlihat pada gambar 6.5 diatas bahwa potensi energi listrik dari PLTS yang sebesar 1 MW tidak seluruhnya bisa dipakai, sekitar 30% dari 1 MW atau 0,3 MW terbuang akibat rugi-rugi pada masing-masing unit PLTS tersebut, dan sebagian lagi disuplai ke PLTBm untuk kebutuhan listrik starting awalnya, yaitu sebesar 0,06 MW sehingga suplai listrik yang dapat disalurkan untuk memenuhi permintaanya adalah hanya sebesar 0,64 MW, PLTBm sendiri dari sumber bahan bakar MSW dan limbah bambu yang ada memiliki potensi energi sebesar 276,68 MWh, namun seperti halnya pada PLTS potensi sebesar 276,68 MWh tidak seluruhnya dapat disuplai untuk memenuhi permintaan energinya, hal ini dikarenakan adanya rugi-rugi kalor pada mesin-mesin yang ada di unit PLTBm. Rugi-rugi kalor tersebut terdiri dari rugi-rugi kalor pada tungku pembakaran

11 70 sebesar 204,18 MWh (73,8 %), dan rugi-rugi kalor pada unit turbin dan generator set sebesar 163,35 MWh (20%). Dengan demikian supplai energi listrik yang dapat disalurkan untuk memenuhi permintaan energi tersebut hanya sebesar 163,35 MWh atau 6,80 MW. Sehingga energi listrik total yang dapat disalurkan untuk memenuhi permintaan tersebut adalah sebesar 7,44 MW ( penjumlahan antara PLTS dan PLTBm). 6.4 Analisis Ekonomi Dari perhitungan enegri yang dihasilkan diatas, maka pembangkit yang akan dibuat sebesar 6,80 MW dengan perhitungan analisis ekonomi menghitung Nilai bersih sekarang dengan investasi energi sebesar 6,80 MW, maka : Metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dari masing masing sumber potensi energi adalah : Tabel 6.2 Biaya investasi alat pembangkit dan pembuatan pembangkit Tabel 6.3 Biaya Tahunan (Annual cost). Tabel 6.4. Pendapatan Tahunan (Benefit cost). NPV = - I + Ab (P/A,i,n) + S (P/F,i,n) Ac (P/A,i,n) Oh (P/F,i,n) Keterangan: I = Investasi Ab = Annual Benefit Ac = Annual Cost S = Nilai Sisa

12 71 Oh = Overhoul n = Umur investasi i = Bunga tahunan Tabel 6.2. Biaya investasi alat pembangkit dan pembuatan pembangkit Keterangan Unit (MW) Harga/Unit (MW) Total ($) Nilai 59,81 Ton/Produksi 6, Unit Pembangkit Pekerja Pembuatan Pembangkit 20,00 % Pajak 7,50 % Koordinator lapang 6,00 % Trasportatin to Asia/Eropen port Land transportatin to custamer place Tanah Lokasi Pembangkit m Konstruksi Start Up Konstruksi Teknisi dan Mekanik Izin Otoritas Biaya Takterduga 5,00 % Total Investasi (Investment) $/MW: (Gielen, 2012)

13 72 Tabel 6.3.Biaya Tahunan (Annual cost) Biaya Tahunan Nilai Satuan Unit ($) Total ($) Operasional Biomass 1 $/Kg/d Pekerja 1 Paket Management Manager 1 Paket Material Lain 1 Paket Takterduga 1 Paket Kesalahan 9% PPN 10% PPH 2% Total Biaya Tahunan (Annual Cost) Tabel 6.4. Pendapatan Tahunan (Benefit cost) Pendapatan Tahunan Nilai Satuan Unit Total ($) Penjualan Listrik ,67 kwh/tahun 0, ,67 Dihasilkan : Suku bunga tahunan = 12% n (umur pakai) = 25 tahun (P/A,i,n) = 7,853 (P/F,i,n) = 0,0588 S = 40% dari unit pembangkit ; $ OH tahun = 15% dari unit pembangkit ; $ NPV = - I + Ab (P/A,i,n) + S (P/F,i,n) Ac (P/A,i,n) Oh (P/F,i,n) = - $ $ x (7,853) + $ x (0,0588) - $ x (7,853) - $ x (0,0588) = $ Berdasarkan nilai NPV, terdapat tiga kelayakan investasi, yaitu : a. NPV > 0, maka usaha layak untuk dilaksanakan

14 73 b. NPV = 0, manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. c. NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dijalankan Dalam hal ini investasi dalam pengembangan dan pendirian PLTBm dan PLTS sangat baik karena NPV > 0, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Rasio Manfaat Terhadap Biaya (B/C Ratio) : Dimana : Cb = Cash Flow Benefit Cc = Cash Flow Cost t = Periode Waktu n = Umur Investasi PWB = Ab (P/A,i,n)+S (P/F,i,n) = (($ ) x (7,853)) + (($ ) x (0,0588)) = $ PWC = I + Ac (P/A,i,n) + Oh (P/F,i,n) = ($ ) + (($ ) x (7,853)) + (($ ) x (0,0588)) = $ BCR = PWC / PWB = $ / $ = 1,25

15 74 Apabila (B/C) > 1 maka proyek atau kegiatan dinyatakan layak. Masa Pengembalian Investasi (Payback Periode) : = x periode waktu = = 6,6 tahun 6.5 Tinjauan Kajian Energi Pengkajian sumber energi MSW di Kabupaten Bangli Propinsi Bali, merupakan sebuah optimalisasi penggunaan energi dengan memanfaatkan potensi di sekitar sehingga mampu diaplikasikan sebagai sumber bahan baku energi. Tinjauan sebelumnya, lee dkk (2013) dalam studi empirik karakteristik kinerja BIPV (Building Integrated Photovoltic) sebuah sistem realisasi nol energi input, mampu meminimalkan penggunaan energi dari luar (input PLN) hingga lebih dari 50%. Tinjauan meminimlakan energi ini berdasarkan sumber potensi penghasil energi. Penggunaan bangunan sebagai potensi penghasil energi dalam tinjauan penelitiannya menggunakan luas total bangunan 2449 m 2. Dibandingkan dengan potensi MSW yang ada hal ini sangat memungkinkan bahwa sumber bahan baku energi dari MSW mampu menghasilkan energi optimal. Gambar 6.2. menunjukan pembandingan penggunaan sumber energi berdasakan tinjauan sebelumnya.

16 75 Luas total bangunan 2449 m 2, Kaca sebagai penghatar panas. (lee dkk) Limbah MSW 180 m 3 Gambar 6.6. Sumber enegri BIPV (kiri), sumber enegri MSW (kanan) Pemanfaatan energi dari bahan baku sekitar mampu menekan nilai cost dari luar (Byrne dkk, 1998) dalam hal ini energi yang dihasilkan dari MSW dengan nilai investasi pembangkit energi MSW (tabel 6.2) kondisi awal membutuhkan cost tinggi dan secara berkesinambungan akan menghasilkan benefit tetapi dalam kurun waktu cukup panjang, tetapi dilihat dari sudut yang lain, lebih menguntungkan misalnya dari segi kesehatan, kebersihan, lingkungan. Penelitian ini bertitik berat pada penggunaan MSW sebagai bahan baku pembangkit energi. Gambar 6.3. lay out pemanfaatan energi MSW

17 76 Pengguna Pengguna Pengguna Pengguna Solar Panel Industri Energi Biomassa Pembangkit Solar cell Pengguna Pengguna Pengguna Pengguna Pembangkit Biomasa Solar Panel Industri Kecil hasil MSW Gudang Park Pos Park Kantor Park Park Pos Pengguna Pengguna Pengguna Pengguna Tabel 6.5 Penelitian sebelumnya Gambar 6.7. Lay Out pemanfaatan energi MSW Peneliti Tahun Hasil Penelitian Penggunaan sampah organik di sarbagita mampu meningkatkan Pharta 2010 efisiensi pembangkit hingga 30%, efisiensi yang cukup tinggi mampu menurunkan nilai cost dalam penggunaan energi. Mengintegrasi energi panas matahari dan panas bumi memberikan manfaat Wang, dkk 2011 renewable energi dalam peranan kelayakan ekonomi, kelayakan teknik dan dampak lingkungan.

18 77 Sonia, dkk 2011 Sebuah integrasi dari tiga sektor antara lain : pertanian, peternakan dan industri. Dalam penelitian tersebut dijelaskan sebuah model integrasi tanaman jagung dengan ternak babi serta industri kopi dan memberikan dampak positif dengan efisiensi penggunaan energi industri serta penggunaan pupuk pertanian. 6.6 Permintaan dan Penawaran Energi Seperti yang telah disebutkan pada sub-bab 6.3 bahwa potensi energi final yang didapat dari sampah tersebut masih relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan permintaan energi yang ada di daerah bangli. Gambar berikut memberikan penjelasan lebih lengkap antara perbandingan potensi energi yang ada dengan permintaan energinya.

19 78 PLTBm Listrik 0,02 MW Bambu 36,1 ton/ hari PLTS 1 MW Listrik MSW 0,04 MW 180 m 3 / hari Kering 76,02 MWh Kering 200,56 MWh Tungku Pembakaran Uap Panas 204,18 MWh Listrik 0,64 MW Turbin & Generator Set Listrik 163,35 MWh 6,80 MW Demand Permintaan 12 MW Supply dari PLN 4,56 MW Gambar 6.8. Supply and demand energy Dari gambar 6.8 energi yang didapat dari integrasi PLTS dan PLTBm didapatkan energi listrik sebesar 7,44 MW energi tersebut adalah potensi energi yang ada di bangli, sedangkan permintaan sesungguhnya dari bangli adalah sebesar 12 MW, lebih besar dari potensi yang ada. Oleh sebab itu masih terdapat kekurangan sejumlah energi (sekitar 4,56 MW) jika memanfaatkan potensi limbah yang ada di daerah tersebut. Jadi masih diperlukan input energi dari luar sistem integrasi sekitar 4,56 MW, dan input dari luar tersebut dapat diperoleh dari listrik PLN.

20 Optimalisasi dari sumber MSW Perencanaan energi sumber bahan baku MSW dalam pengembanganya dilakukan beberapa pendekatan sebagai teknik analisa potensi dalam optimalisasi energi. a. Pendekatan Proses Pendekatan proses menguraikan aliran energi dari sumber energi primer sampai permintaan final. Prosesnya dimulai dari ekstraksi sumber daya energi, penyulingan, konversi, transportasi, penimbunan, transmisi dan distribusi. Dalam penelitian ini di tunjukkan dalam gambar 6.4 sebagai pendekatan proses.

21 80 Penampung Bambu 38,8 ton/hari Truk Unit Pemilahan Perkotaan Penampung MSW (180 m 3 ) Truk Unit Pemilahan Plastik 30% kertas 20% Pertanian 40% kaca 10% Bahan Baku Unit Pembangkit Plts 0,64MW & Energi Total MSW 7,80 MW Penggunaan Rumah tangga, Industri, Umum Distribusi Produk listrik 7,44 MWh Gambar 6.9. Sistimatika integrasi pembangkit b. Pendekatan Trend Pendekatan dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan erat antara kecenderungan masa lalu berdasarkan pemilihan kurva. Analisis ini dapat juga dilakukan dengan memproyeksikan nilai historis rata-rata kegiatan energi-ekonomi dan rasio energi perkapita. Dalam penelitian ini telah dikaji dari segi ekonomi dimana didapatkan payback periode atau kembalinya modal selama 6,6 tahun. c. Pendekatan Elastisitas Pendekatan elastisitas dilakukan dengan menghitung besarnya elastisitas permintaan energi listrik terhadap pendapatan dan elastisitas permintaan terhadap harga. Dalam hal ini kebutuhan energi listrik di Bangli adalah sebesar 12 MW yang dipakai mulai dari rumah tangga, pemerintahan, perkantoran industri menengah ke atas dan penerangan jalan. Dengan penggunaan MSW sebagai bahan baku energi mampu menekan kebutuhan energi dari luar

22 81 hingga 62%. Gambar 6.8 menunjukan energi proses dari MSW dan pembangkit listrik tenaga surya yang terdapat di Bangli dapat di integrasikan dengan limbah MSW dan diolah sebagai sumber penghasil energi. d. Pendekatan Ekonometri Pendekatan ekonometri menggunakan standar perhitungan kuantitatif untuk analisis dan proyeksi ekonomi. Dalam penelitian ini didapatkan nilai NPV > 0, sehingga usaha layak untuk di laksanakan, dengan payback periode 6,6 tahun. e. Pendekatan Input-Output Pendekatan input-output hampir sama dengan pendekatan ekonometri. 6.8 Integrasi Dalam Penyedia Energi Pemanfaatan limbah MSW sebagai penghasil energi merupakan integrasi energi antara MSW dan pembangkit listrik solar cell, integrasi ini dapat dijadikan percontohan di beberapa daerah dalam keberlanjutan energi non fosil. Dikaji dari Kabupaten Bangli dengan jumlah limbah total sebesar 200,3 m 3 dengan diintegrasikan dengan plts mampu menghasilkan energi listrik sebesar 7,44 MW, dalam hal ini menekan input energi diluar sistem integrasi sebesar 62 %.

BAB V HASIL PENELITIAN. Kabupaten Bangli. Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah

BAB V HASIL PENELITIAN. Kabupaten Bangli. Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Propinsi Bali dengan titik lokasi penelitian Kabupaten Bangli. Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metodologi Penelitian Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di kawasan Kabupaten Bangli, belum terintegrasi dan tersinkroninasi antar subsistem.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir Terdapat susbsitem lingkungan dan subsistem industri energi, ditinjau dari subsistem lingkungan berupa limbah perkotaan (pertanian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi, kebijakan energi nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan melaksanakan konservasi, melaksanakan

Lebih terperinci

TESIS MANAJEMEN INTEGRASI ENERGI SURYA DAN MUNICIPAL SOLID WASTE (MSW) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PEMBANGKIT LISTRIK DI BANGLI

TESIS MANAJEMEN INTEGRASI ENERGI SURYA DAN MUNICIPAL SOLID WASTE (MSW) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PEMBANGKIT LISTRIK DI BANGLI TESIS MANAJEMEN INTEGRASI ENERGI SURYA DAN MUNICIPAL SOLID WASTE (MSW) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PEMBANGKIT LISTRIK DI BANGLI ADI PRATAMA PUTRA NIM 1391961009 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat dibutuhkan oleh penduduk dunia begitu juga oleh rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang cukup untuk memenuhi

Lebih terperinci

Kajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Kajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1 Kajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Aris Budiman Program Studi Manajemen Energi, Magister Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura Pontianak

Lebih terperinci

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi - STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi

Lebih terperinci

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

listrik di beberapa lokasi/wilayah. PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam menjalankan suatu usaha tidak bisa lepas dari kegiatan investasi.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam menjalankan suatu usaha tidak bisa lepas dari kegiatan investasi. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Evaluasi Investasi 2.1.1 Pengertian Dalam menjalankan suatu usaha tidak bisa lepas dari kegiatan investasi. Kegiatan investasi seringkali memerlukan suatu biaya dan berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi Lay out TPST A A B ke TPA 1 2 3 B 14 10 11 12 13 4 Pipa Lindi 18 15 9 8 18 7 5 19 16 17 18 1) Area penerima 2) Area pemilahan 3) Area pemilahan plastik 4) Area pencacah s.basah 5) Area pengomposan 6) Area

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 24 BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 4.1. Metodologi Dalam penelitian ini, mencakup pemilihan sistem kogenerasi dan evaluasi nilai ekonomi. Pemilihan sistem kogenerasi yang diimplementasikan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Data Pada penelitian ini penulis mengambil data di PT. Perkebunan Nusantara Pabrik Gula Pangka di Jalan Raya Pangka Slawi, Kecamatan Pangkah, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications PROPOSAL PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw Waste to Energy Commercial Aplications PT. ARTECH Jalan Raya Narogong KM 9.3 Bekasi HP.0811815750 FAX.8250028 www.artech.co.id Pendahuluan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN COGENERATION PLANT. oleh Gas turbin yang juga terhubung pada HRSG. Tabel 3.1. Sample Parameter Gas Turbine

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN COGENERATION PLANT. oleh Gas turbin yang juga terhubung pada HRSG. Tabel 3.1. Sample Parameter Gas Turbine 48 BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN COGENERATION PLANT 3.1. Sampel data Perhitungan Heat Balance Cogeneration plant di PT X saya ambil data selama 1 bulan pada bulan desember 2012 sebagai referensi, dengan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, definisi dari penelitian kuantitatif itu sendiri adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini : Gambar 3.1 Tahapan Penelitian III-1 3.1 Penelitian Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

renewable energy and technology solutions

renewable energy and technology solutions renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN. TUGAS AKHIR RE1599 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN. Pamungkas R. NRP 2206100618 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PengembanganSistem Kelistrikan Dalam Menunjang Pembangunan Nasional Jangka Panjang Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di

Lebih terperinci

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1. STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi TURBO Vol. 5 No. 2. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. OLEH : Dhika Fitradiansyah Riliandi 2205 100 003 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya - 60111 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES 1. Umum Subagyo Rencana dan Evaluasi Produksi, PT. Kertas Leces Leces-Probolinggo, Jawa Timur e-mail: ptkl@idola.net.id Abstrak Biaya energi di PT. Kertas Leces (PTKL)

Lebih terperinci

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) Deviany Kartika, Miftahul Arifin, Rahman Darmawan Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan utama dalam setiap aspek kehidupan. Energi listrik merupakan alat utama untuk menggerakkan aktivitas produksi suatu pabrik. Demikian

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Bangunan Sipil Adalah bangunan yang dibangun dengan rekayasa sipil, seperti : bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting di kehidupan sehari-hari. Bahan bakar dibutuhkan sebagai sumber energi penggerak berbagai keperluan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI MATERI KULIAH 4 PERTEMUAN 6 FTIP - UNPAD METODE MEMBANDINGKAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI Ekivalensi Nilai dari Suatu Alternatif Investasi Untuk menganalisis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER 4.1 Spesifikasi boiler di PT. Kartika Eka Dharma Spesifikasi boiler yang digunakan oleh PT. Kartika Eka Dharma adalah boiler jenis pipa air dengan kapasitas 1 ton/ jam,

Lebih terperinci

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi B2TE BPPT, Energy Partner Gathering Hotel Borobudur Jakarta, 4 Desember 2013 www.mctap-bppt.com INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA (dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS KELAYAKAN PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa) DI KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR. ANALISIS KELAYAKAN PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa) DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR ANALISIS KELAYAKAN PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa) DI KOTA MEDAN Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Ekstensi (PPSE) Teknik Elektro

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pemakaian bahan bakar terutama bahan bakar fosil di dunia semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya populasi manusia dan meningkatnya laju

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

PENGARUH MOISTURE CONTENT EFB TERHADAP KURVA INPUT OUTPUT PLTBS

PENGARUH MOISTURE CONTENT EFB TERHADAP KURVA INPUT OUTPUT PLTBS PENGARUH MOITURE CONTENT EFB TERHADAP KURVA INPUT OUTPUT PLTB Yusak Victory itorus, Ir. M. Natsir Amin, M.M., Ir. urya Tarmizi Kasim, M.i. Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar... v vi vii DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xii Intisari... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Pendirian

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DARI RENCANA JALAN TOL YOGYAKARTA - KLATEN DENGAN METODE RASIO MANFAAT BIAYA

ANALISIS EKONOMI DARI RENCANA JALAN TOL YOGYAKARTA - KLATEN DENGAN METODE RASIO MANFAAT BIAYA ANALISIS EKONOMI DARI RENCANA JALAN TOL YOGYAKARTA - KLATEN DENGAN METODE RASIO MANFAAT BIAYA HARRY LIMABRATA NRP : 9721028 NIRM : 41077011970263 Pembimbing : V. HARTANTO, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok 16424

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah langkah Dalam Studi Kelayakan. dilakukan dengan pendekatan metode Cost Benefit Analysis.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah langkah Dalam Studi Kelayakan. dilakukan dengan pendekatan metode Cost Benefit Analysis. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah langkah Dalam Studi Kelayakan Seperti telah dijelaskan bahwa topik penulisan laporan hasil penelitian studi kelayakan tentang investasi sistem informasi / teknologi

Lebih terperinci

ENERGI TERBARUKAN SISA KELUARAN LIMBAH PADAT PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTBS PKS BLANGKAHAN) Oleh

ENERGI TERBARUKAN SISA KELUARAN LIMBAH PADAT PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTBS PKS BLANGKAHAN) Oleh ENERGI TERBARUKAN SISA KELUARAN LIMBAH PADAT PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTBS PKS BLANGKAHAN) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi Bab IV Analisis Kelayakan Investasi 4.1 Analisis Biaya 4.1.1 Biaya Investasi Biaya investasi mencakup modal awal yang diperlukan untuk mengaplikasikan sistem tata udara dan penyediaan kebutuhan air panas

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampah merupakan material sisa dalam bentuk padat dari hasil akhir suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampah merupakan material sisa dalam bentuk padat dari hasil akhir suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa dalam bentuk padat dari hasil akhir suatu proses. Sampah selalu menjadi pusat perhatian untuk lingkungan yang lebih

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Oleh : Deni Kristanto (2209 105 099) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah,

Lebih terperinci

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik Awang Djohan Bachtiar 9105205402 Pendahuluan Profil PT Petrokimia Gresik. Penjelasan singkat Mengapa butuh power monitoring

Lebih terperinci

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG Delfianto dan Ellina S. Pandebesie Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator

Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator Dari data yang diketahui tekanan masuk turbin diambil nilai rata-rata adalah sebesar (P in ) = 18 kg/ cm² G ( tekanan dibaca lewat alat ukur ), ditambah dengan

Lebih terperinci

BAB V DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN. Seperti dijelaskan pada subbab 4.2 diatas, pengambilan data dilakukan dengan

BAB V DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN. Seperti dijelaskan pada subbab 4.2 diatas, pengambilan data dilakukan dengan BAB V DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN 5.1 Proses pengambilan data Seperti dijelaskan pada subbab 4.2 diatas, pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur temperatur pada tiga jenis bahan bakar yang berbeda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi terus meningkat untuk menopang kebutuhan hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat secara eksponensial. Minyak bumi merupakan salah satu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai catu daya tambahan dilaksanakan pada industri perhotelan di kawasan

Lebih terperinci

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia La Ode Muh. Abdul Wahid ABSTRAK Dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik akan diinstalasi berbagai jenis pembangkit listrik sesuai dengan

Lebih terperinci

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Disusun oleh : Iqbal Safirul Barqi 2308 100 151 Muhammad Fauzi 2308 100 176 Dosen

Lebih terperinci

Analisis Perhitungan Ekonomi dan Potensi Penghematan Energi Listrik pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Pabrik Kelapa Sawit PT.

Analisis Perhitungan Ekonomi dan Potensi Penghematan Energi Listrik pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Pabrik Kelapa Sawit PT. Jurnal Reka Elkomika 2337-439X April 2014 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.2 No.2 Analisis Perhitungan Ekonomi dan Potensi Penghematan Energi Listrik pada Pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN BAB I 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sampah adalah masalah klasik yang tak pernah habis untuk dibahas. Sampai saat ini sebagian besar masyarakat masih menganggap sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna,

Lebih terperinci

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KODE KEAHLIAN DESKRIPSI KEAHLIAN 03 BIDANG ENERGI 03.01 PERENCANAAN ENERGI 03.01.01 PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN l.1 LATAR BELAKANG Konsumsi per kapita sumber energi non terbarukan di bumi yang meliputi gas, minyak bumi, batu bara, merupakan salah satu kekayaan ekonomi yang dimiliki suatu Negara

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 Anwar Ilmar,ST,MT 1,.Ali Sandra 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci