BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn al-sa ib ibn Ubaid ibn Abd Yazid ibn

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn al-sa ib ibn Ubaid ibn Abd Yazid ibn"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Imam Syafi i a. Biografi Imam Syafi i Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Muhammad ibn Idris ibn al- Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn al-sa ib ibn Ubaid ibn Abd Yazid ibn Hasyim ibn Abd al-muthalib ibn Abd Manaf. 1 Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah Saw pada kakeknya tersebut, yakni Abdul Manaf. Lahir di Ghaza (suatu daerah dekat Palestina) pada tahun 150 H/767 M, kemudian dibawa oleh ibunya ke Makkah. Ia lahir pada zaman Dinasti Bani Abbas, tepatnya pada zaman kekuasaan Abu Ja far al Manshur ( H./ M.), dan meninggal di Mesir pada tahun 204 H/820 M. 2 Imam Syafi'i lahir dari keturunan bangsawan yang paling terhormat di masanya. Walaupun hidup dalam keadaan sangat sederhana, namun kedudukannya sebagai putra bangsawan, menyebabkan ia terpelihara dari perangai-perangai buruk, tidak mau merendahkan diri dan berjiwa besar. Ia bergaul rapat dalam masyarakat dan merasakan penderitaan-penderitaan mereka. Dari didikan ibundanya, Imam Syafi i telah dapat menghafal Al- 1 Syeikh Ahmad Farid, Min A'lam al-salaf, Terj. Masturi Ilham dan Asmu'i Taman, Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 2006), hlm Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qaul Qadim dan Qaul Jadid, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), hlm

2 44 Qur an dalam umur yang masih sangat muda. Kemudian ia memusatkan perhatian menghafalkan hadis-hadis dan menuliskannya kembali. Hal tersebut ia lakukan dengan perlatan yang sangat sederhana, dengan membaca dari atas tembikar dan terkadang ia baca dari hadis yang tertulis di atas kulit-kulit binatang. Bahkan, seringkali ia pergi ke tempat pembuangan kertas untuk memilih mana-mana yang masih dapat dipakai guna menuliskan hadis-hadis yang telah ia hafal. 3 Di samping itu ia mendalami bahasa Arab untuk menjauhkan diri dari pengaruh non-arab yang sedang melanda bahasa Arab pada masa itu.ia pergi ke Kabilah Hudzail yang tinggal di pedusunan untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih. Sepuluh tahun lamanya Imam Syafi i tinggal di pedusunan itu, mempelajari syair, sastra dan sejarah. Ia terkenal ahli dalam bidang syair yang amat indah susunan bahasanya, yang mana digubah dari kabilah Hudzail tersebut. Di sana pula ia belajar memanah dan mahir dalam bermain panah. Dalam masa itulah Imam Syafi i menghafal Al-Qur'an, menghafal hadis, mempelajari sastra Arab dan memahirkan diri dalam mengendarai kuda dan meneliti keadaan penduduk-penduduk Bādiyah (pelosok). Imam Syafi i belajar pada Ulama -Ulama Mekkah, baik pada Ulama fikih, maupun Ulama -Ulama hadis, sehingga ia terkenal dalam bidang fikih dan memperoleh pengakuan dan kedudukan yang tinggi dalam bidang itu. Gurunya, Muslim Ibn Khalid Al-Zanji, bahkan kemudian merekomendasikan Imam Syafi i agar 3 Mahmud Syalthut, Fiqih Tujuh Madzhab, terj. Abdullah Zakiy al-kaaf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm. 17.

3 45 bertindak sebagai mufti (pemberi fatwa) di Makkah. Namun, Imam Syafi i justru masih saja terus berkeinginan untuk mencari ilmu. 4 Sehingga ketika mendengar di Madinah ada seorang yang sangat alim (menguasai ilmu) dan merupakan salah satu Ulama besar kota Madinah yang sudah tersohor di mana-mana, yakni Imam Malik, Imam Syafi i pun tertarik untuk berguru padanya. Namun karena karya terbesar 5 Imam Malik pada saat itu penyebarannya sudah sampai di kota Makkah, Imam Syafi i pun menyempatkan diri untuk menghafalkannya terlebih dahulu sebelum meninggalkan kota Makkah. Kemudian ia berangkat ke Madinah untuk belajar kepada Imam Malik dengan membawa sebuah surat dari gubernur Mekkah. Mulai sejak itulah ia memusatkan perhatian mendalami fikih di samping sembari mempelajari hadis yang terdapat dalam kitab al-muwatha. Imam Syafi i sering berdialog dengan Imam Malik dalam masalah-masalah yang difatwakan oleh Imam Malik. Di saat Imam Malik meninggal tahun 179 H, Imam Syafi'i telah mencapai usia dewasa dan matang secara intelektual. 6 Secara intelektual, Imam Syafi i lebih tertarik terhadap metode pemahaman Al-Qur'an dan Sunnah, ia mulai menekuni bidang tersebut dengan menggarap kaidah-kaidah baku yang harus diperhatikan dalam melakukan Ijtihād. Meskipun para Ulama sebelumnya dalam berijtihād juga sudah berpegang pada kaidah-kaidah tertentu, namun secara umum 4 Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum..., hlm Karya tersebut adalah Kitab al-muwatha 6 TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm

4 46 kaidah-kaidah tersebut belum tersusun dalam sebuah buku sebagai satu disiplin ilmu yang dapat dijadikan standar baku oleh para Mujtahid dalam melakukan istinbath (penemuan hukum) atas permasalahan hukum baru yang muncul. Dalam kondisi demikianlah Imam Syafi'i tampil sebagai orang pertama yang menyusun karya dalam bidang tersebut, yang di kemudian hari gagasan Imam Syafi i tersebut lebih dikenal dengan sebutan Ushūl al-fiqh. Idenya membukukan kajian tersebut didukung pula dengan adanya permintaan dari seorangahli hadis bernama Abdurrahman bin Mahdi (w. 198 H) di Baghdad agar Imam Syafi i menyusun metodologi istinbath dalam sebuah buku yang dapat diakses oleh semua orang. 7 Imam Muhammad Abu Zahrah (w H/1974 M, ahli hukum Islam berkebangsaan Mesir) menyatakan buku itu disusun ketika Imam Syafi iberada di Baghdad, sedangkan Abdurrahman bin Mahdi ketika itu berada di Mekkah. Imam Syafi'i memberi judul bukunya dengan al- Kitāb (Kitab, atau Buku) atau "Kitābī" (Kitabku), kemudian lebih dikenal dengan sebutan al-risālah yang berarti "sepucuk surat". Dinamakan demikian, karena buku itu merupakan surat Imam Syafi i kepada Abdurrahman bin Mahdi. Kitab al-risālah yang pertama ia susun dikenal dengan al-risālah al-qadīmah (Risalah Lama). Hal ini mengingat karena di dalamnya memuat buah-buah pikiran Imam Syafi i sebelum pindah ke Mesir. Setelah sampai di Mesir, isinya disusun kembali dalam rangka 7 Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum..., hlm. 29.

5 47 penyempurnaan dan ada beberapa yang direvisinya, sehingga kemudian di kenal dengan sebutan al-risālah al-jadīdah (Risalah Baru). Mayoritas Ulama Ushūl al-fiqh sepakat menyatakan bahwa kitab ar-risālah karya Imam Syafi i ini merupakan kitab pertama yang memuat masalah-masalah Ushūl al-fiqh secara lebih sempurna dan sistematis. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai penyusun pertama dalam bidang Ushūl al-fiqh sebagai satu disiplin ilmu. 8 b. Pendidikan dan Karir Intelektual Imam Syafi i Imam Syafi i belajar fikih dan hadis dari banyak guru yang mempunyai manhāj (metode) sendiri-sendiri dan tinggal di tempat yang berjauhan satu sama lain. Imam Syafi i menerima ilmunya dari Ulama Mekkah, Ulama Madinah, Ulama Iraq dan Ulama Yaman. 9 Ulama Mekkah yang menjadi gurunya ialah: Sufyan Ibn Uyainah, Muslim ibn Khalid al-zanji, Said ibn Salim al-kadlah, Daud ibn abd- Rahman al-atthar, dan Abdul Hamid ibn Abdul Azizi Ibn Abi Zuwad. Sedangkan Ulama Madinah yang pernah menjadi gurunya ialah: Imam Malik ibn Annas, Ibrahim ibn Saad al-anshari Abdul Aziz ibn Muhammad ad- Dahrawardi, Ibrahim ibn Abi Yahya al-asami, Muhammad ibn Said Ibn Abi Fudaik, Abdullah ibn Nafi teman ibn Abi Zuwaib Syaikh Ahmad Farid, Min A'lam As-Salaf, Terj. Masturi Irham dan Asmu'i Taman, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2006), hlm Mahmud Syalthut, Fiqih Tujuh..., hlm Mahmud Syalthut, Fiqih Tujuh... hlm. 18.

6 48 Sementara di Yaman ia pernah belajar dari: Mutharraf ibn Mazim, Hisyam ibn Yusuf, Umar ibn abi Salamah, dan Yahya Ibn Hasan. Di Irak ia belajar dari: Waki ibn Jarrah, Abu Usamah, Hammad ibn Usamah, Ismail ibn Ulaiyah dan Abdul Wahab ibn Abdul Majid (dua Ulama ternama dari Basrah). Imam Syafi i juga menimba ilmu dari Muhammad ibn al-hasan yaitu dengan mempelajari kitab-kitabnya yang didengar langsung dari padanya, dari al-hasan tersebutlah kemudian Imam Syafi i dapat menguasai fikih yang bercorak Irāqi. 11 Setelah sekian lama haus akan ilmu dan melakukan pengembaraan yang panjang, pada tahun 186 H Imam Syafi i kembali ke Makkah. Di Masjid al-haram ia mulai mengajar dan mengembangkan ilmunya dan mulai ber-ijtihād secara mandiri melalui berbagai fatwa-fatwa fikih-nya. Tugas mengajar dalam rangka menyampaikan hasil-hasil Ijtihād-nya tersebut ia tekuni dengan berpindah-pindah tempat. Selain di Makkah, ia juga pernah mengajar di Baghdad ( H), dan akhirnya di Mesir ( H). Dari daerah-daerah itu pula Imam Syafi i memiliki murid yang banyak, yang mana di kemudian hari merekalah yang menyebarluaskan pemikirannya dalam bidang fikih dan Ushūl al-fiqh. Di antara murid-muridnya yang terkenal ialah Imam Ahmad bin Hanbal (pendiri madzhab Hanbali), Yusuf bin Yahya al-buwaiti (w. 231 H), Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-muzani (w. 264 H), dan Imam al-rabi bin Sulaiman al-marawi ( H). Tiga muridnya tersebut (al-buwaiti, al- 11 TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan..., hlm

7 49 Muzani, dan al-marawi), di kemudian hari mempunyai peranan penting dalam menghimpun dan menyebarluaskan fikih ala madzhab Imam Syafi i. 12 Imam Syafi i wafat di Mesir, tepatnya pada hari Jum at tanggal 30 Rajab 204 H, setelah sekian lama hidupnya hanya dihabiskan untuk begelut dengan ilmu.walhasil, sampai sekarang pun karya-karya Imam Syafi i masih banyak digandrungi oleh para peminat kajian hukum Islam. Di samping itu makamnya di Mesir sampai detik ini masih banyak dikunjungi para peziarah. 13 c. Karya-Karya Imam Syafi i Imam Syafi i merupakan salah satu Ulama yang terbilang produktif dalam berkarya, di sela-sela kesibukannya mengajar dan berdiskusi dengan Ulama lain, Imam Syafi i masih saja menyempatkan untuk menuliskan pemikiran-pemikirannya dalam sebuah buku. Selama hidupnya, ia sudah banyak menghasilkan banyak buku yang di kemudian hari buku-bukunya tersebut menjadi pegangan bagi Ulama -Ulama lain setelahnya. Di antara karya-karya Imam Syafi'i tersebut yakni: (1) Al-Umm. Kitab ini disusun langsung oleh Imam Syafi i secara sistematis sesuai dengan bab-bab fikih dan menjadi rujukan utama dalam Mazhab Syafi i. Kitab ini memuat pendapat Imam Syafi i dalam berbagai masalah fikih. Dalam kitab ini juga dimuat pendapat Imam Syafi'i yang dikenal dengan sebutan qaul al-qadim (pendapat lama) dan qaul al-jadid 12 Abdul Aziz Dahlan, et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), hlm Abdul Aziz Dahlan, et.al, Ensiklopedi Hukum Islam... hlm. 18.

8 50 (pendapat baru). Kitab ini dicetak berulang kali dalam delapan jilid bersamaan dengan kitab Ushūl al-fiqh Imam Syafi'i yang berjudul al- Risālah. Pada tahun 1321 H kitab ini dicetak oleh Dar al-sya b Mesir, kemudian dicetak ulang pada tahun 1388H/1968M. 14 (2) Kitab al-risālah. Ini merupakan kitab Ushūl al-fiqh yang pertama kali dikarang oleh para Ulama, oleh karena itu Imam Syafi'i kemudian dikenal sebagai peletak dasar ilmu Ushūl al-fiqh. Di dalamnya diterangkan pokok-pokok pemikiran Imam Syafi i dalam menetapkan hukum (Ijtihād). 15 Dua kitab tersebut merupakan karya Imam Syafi i yang paling fenomenal, sebab sampai detik ini pun dua karya Imam Syafi i tersebut masih saja dikaji oleh para peminat kajian hukum Islam. Selain dua karya tersebut, Imam Syafi i juga tercatat pernah menulis; 1) Musnad Li al-syafi i 2) Al-Hujjah 3) Al-Mabsuth 4) Imla al-shagir 5) Amali al-kubra 6) Mukhtasar al-buwaithi 7) Mukhtasar al-rabi 8) Mukhtasar al-muzani 9) Jizyah 14 TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan..., hlm Djazuli, Ilmu Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm

9 51 Selain kitab-kitab fikih tersebut, Imam Syafi i juga aktif menulis tentang kajian tafsir dan sastra. Siradjuddin Abbas dalam bukunya bahkan mencatat ada 97 (sembilan puluh tujuh) buah karya Imam Syafi i dalam bidang fikih,namun dalam bukunya itu tidak diulas satu persatu dari karyakarya Imam Syafi i tersebut. 16 d. Metodologi Istinbāth Hukum Imam Syafi i Imam Syafi i menyusun konsep pemikirannya dalam karya monumental yang berjudul al-risālah. Di samping karya tersebut, dalam kitabnya al-umm banyak pula ditemukan prinsip-prinsip Ushūl al-fiqh yang telah ia susun sebagai pedoman dalam melakukan istinbāth. Di atas landasan Ushūl al-fiqh yang dirumuskannya sendiri itulah ia membangun fatwa-fatwa fikihnya yang kemudian dikenal dengan madzhab Syafi i. Menurut Imam Syafi i ilmu itu bertingkat-tingkat. Sehingga dalam mendasarkan pemikirannya beliau membagi tingkatan sumber-sumber ilmu tersebut sebagai berikut: 17 a) Ilmu yang diambil dari kitab (Al-Qur an) dan Sunnah Rasulullah Saw yang dianggap Shahih. b) Ilmu yang didapatkan dari Ijmā dalam hal-hal yang tidak dibicarakan oleh Al-Qur an dan Sunnah Rasulullah Saw. c) Fatwa sebagian Sahabat yang tidak diingkari oleh Sahabat lain. d) Pendapat yang diperselisihkan di kalangan sahabat. 16 Siradjuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi i, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2004), hlm Muhammad bin Idris al-syafi i, al-umm,(riyadh: Bait Afkār al-daulah, t.t), hlm

10 52 e) Qiyas apabila dalam ke-empat sumber sebelumnya tidak ada keterangan yang jelas. Pemberlakuan sumber-sumber tersebut selama dalam Al-Qur an dan Sunnah masih ada yang dapat dijadikan dasar dalam pemecahan suatu masalah hukum, maka tidak boleh menggunakan sumber yang tingkatannya berada di bawah Al-Qur an dan Sunnah. Hal ini dilakukan agar hukum yang dihasilkan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dengan metodologi yang sistematis. Apa yang disampaikan Imam Syafi i tersebut secara tidak langsung telah menggambarkan metodologi yang ia terapkan dalam berfatwa. Seperti halnya pada madzhab lainnya, bagi Imam Syafi i Al-Qur an adalah sumber pertama yang harus didahulukan dalam mengonstruk sebuah hukum, kemudian jika dalam Al-Qur an tidak dibicarakan maka Sunnah akan dijadikan landasan selanjutnya bilamana predikat ke-shahih-annya benar-benar dapat teruji. Dalam urutan sumber hukum di atas, Imam Syafi i meletakkan Sunnah sejajar dengan Al-Qur an pada urutan pertama, hal ini mengingat Sunnah sendiri adalah sebagai mubayyin (penjelas) bagi keteranganketerangan yang ada dalam Al-Qur an. Walaupun demikian, Imam Syafi i tidak mau gegabah dalam menerima Sunnah sebagai landasan hukum yang sedang ia kaji, ia tetap berlaku secara selektif. Hal ini dibuktikan dengan syarat yang ia ajukan dalam menerima hadis Āhād sebagai dasar suatu

11 53 hukum. 18 Secara umum, sebelum Imam Syafi i menggunakan suatu hadis sebagai landasan hukum, maka terlebih dahulu Imam Syafi i menguji kelayakan hadis tersebut. Imam Syafi i meneliti apakah para perawi hadishadis itu layak dipercaya kejujurannya atau tidak, kemudian diteliti pula makna yang dimaksud. Ia menolak hadis-hadis yang para perawinya diragukan kejujuran dan ketakwaannya. Ia menolak hadis yang menyalahi nash Al-Qur an atau menyalahi Sunnah Nabi yang masyhur (populer). Selanjutnya Imam Syafi i juga menganggap apa yang disepakati oleh semua Mujtahid (Ijma ) dalam sebuah kurun waktu tertentu dapat dijadikan sebagai dasar hukum. Karena Ijmā tersebut adalah kesepakatan seluruh Mujtahid, maka jika benar-benar telah terjadi Ijmā secara otomatis dapat mengikat seluruh kaum Muslim untuk mematuhi keputusan tersebut. Oleh karena itu pula Imam Syafi i tidak mengakui Ijmā penduduk Madinah (Amal Ahl al-madinah), karena penduduk Madinah hanya sebagian kecil dari jumlah Mujtahid yang ada pada saat itu. 19 Imam Syafi i juga berpegang pada fatwa-fatwa Sahabat Rasulullah Saw dalam membentuk madzhab fikih-nya. Baik yang diperselisihkan di antara mereka, maupun yang telah mereka sepakati. Mengenai ini Imam Syafi i mengatakan: Imam Syafi'i dalam menerima hadis Āhād mensyaratkan lima hal. Pertama, perawinya harus Tsiqqah (terpercaya), maksudnya perawi tersebut tidak menerima hadis dari orang yang tidak dapat dipercaya. Kedua, perawinya berakal, memahami apa yang diriwayatkan. Ketiga, perawinya dhabit (kuat ingatannya). Keempat, perawinya benar-benar mendengar sendiri dari orang yang meriwayatkan kepadanya. Kelima, perawinya tersebut tidak menyalahi para ahli ilmu, yang juga meriwayatkan hadis. Lihat: T.M. hasbi ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan..., hlm Muhammad bin Idris al-syafi i, al-risalah, (Mesir: Dār al- Ilmiyah, t.t), hlm T.M. Hasbi ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan..., hlm. 271.

12 54 ر أ ي ه م ل ن ا خ ي ر م ن ر أ ي ن ا أل ن ف س ن ا Artinya: Pendapat mereka (para Sahabat) lebih baik dari pada pendapat kita sendiri untuk kita amalkan Bilamana hukum suatu masalah tidak ditemukan secara tersurat dalam sumber-sumber hukum tersebut di atas, dalam membentuk mazhabnya, Imam Syafi i melakukan Ijtihād. Dengan Ijtihād, menurutnya seorang Mujtahid akan mampu mengangkat kandungan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw secara lebih maksimal ke dalam bentuk yang siap untuk diamalkan. Oleh karena demikian penting fungsinya, maka melakukan Ijtihād dalam pandangan Imam Syafi'i adalah merupakan kewajiban bagi ahlinya, atau bagi orang yang benar-benar mampu melakukan Ijtihād. Dalam kitabnya al-risalah, Imam Syafi'i mengatakan, Allah mewajibkan kepada hamba-nya untuk ber-ijtihād dalam upaya menemukan hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Sunnah. 21 Metode utama yang digunakannya dalam ber-ijtihād adalah Qiyas. Imam Syafi i membuat kaidah-kaidah yang harus dipegangi dalam menentukan mana pendapat (al-ra yu) yang sahih dan mana yang tidak sahih. Ia kemudian membuat kriteria khusus bagi istinbath-istinbath yang tidak dapat dibenarkan. Ia juga menentukan batasan-batasan Qiyas, klasifikasi, kedudukan, dan kekuatan hukum yang ditetapkan dengan Qiyas. Imam Syafi i juga menjelaskan syarat-syarat yang harus ada pada proses Qiyas yang dilakukan. Ia juga menjelaskan perbedaan antara Qiyas dengan metodologi istinbath lain selain Qiyas. 21 Muhammad bin Idris al-syafi i, al-risalah... hlm. 482.

13 55 Dalam mendefinisikan Qiyas, Imam Syafi i menawarkan bahwa Qiyas adalah: menyamakan suatu urusan yang tidak ditetapkan hukumnya dengan suatu urusan yang sudah diketahui hukumnya karena ada persamaan dalam illat hukum. 22 Dengan demikian Imam Syafi i diklaim sebagai orang pertama yang menerangkan esensi dari Qiyas. Sedangkan terhadap Istihsān, Imam Syafi i secara tegas menolaknya. Khusus mengenai Istihsān ia mengarang kitab yang berjudul Ibthālu al-istihsān. Dalil-dalil yang dikemukakannya untuk menolak istihsan, juga disebutkan dalam kitab Jimā ul Ilmi, al- Risālah dan al-umm. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa setiap Ijtihād yang tidak bersumber dari Al-Qur an, Sunnah, Ātsar (pendapat para Sahabat), Ijma atau Qiyas dipandang sebagai Ijtihād yang dilakukan dengan metode Istihsān. Adapun Ijtihād dengan jalan Istihsān ini adalah Ijtihād yang batal dan tidak dapat dijadikan dasar hukum. 23 Jadi alasan Imam Syafi i menolak Istihsān adalah karena kurang bias dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalil hukum lainnya yang dipakai Imam Syafi'i adalah Maslahah al- Mursalah. Menurut Imam Syafi i, Maslahah al-mursalah adalah cara menemukan hukum atas suatu masalah yang tidak terdapat ketentuannya baik di dalam Al-Qur an maupun dalam hadis, yang mana didasarkan 22 Muhammad bin Idris al-syafi i, al-risalah... hlm Muhammad bin Idris al-syafi i, al-risalah... hlm. 146.

14 56 terhadap pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum. 24 Berkaitan dengan permasalahan penarikan kembali harta hibah oleh pemberinya, Imam Syafi i dalam karyanya al-umm tidak menjelaskan secara rinci bagaimana metodologi Istinbāth yang ia gunakan. Namun, riwayat dari Umar ra yang ia sampaikan paling tidak dapat kita jadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui bagaimana sebenarnya metodologi Imam Syafi i dalam menentukan hukum penarikan kembali harta hibah. Garis besar pendapat Imam Syafi i adalah pada dasarnya tidak memperbolehkan penarikan kembali harta hibah jika tujuannya adalah untuk shadaqah atau untuk mempererat tali silaturrahmi, akan tetapi jika tujuannya adalah untuk mengharapkan agar mendapatkan ganti dari hibah yang diberikan, maka hibah dengan tujuan semacam itu dapat ditarik kembali oleh pemberinya. Jadi, di sini Imam Syafi i terlihat menekankan pada aspek tujuan pemberinya, atau yang dijadikan barometer hibah dapat ditarik kembali atau tidak adalah mengacu pada tujuan hibah itu sendiri. Kesimpulan Imam Syafi i ini secara metodologis dapat kita anggap sebagai upayanya mendasarkan Ijtihād yang ia lakukan terhadap pendapat salah seorang Sahabat Nabi, yakni Umar ra. Praktek yang demikian dalam istilah Ushūl al-fiqh sering disebut dengan Ijtihād yang berdasar kepada Qaul al-shahābi. Sebagaimana yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa Imam Syafi i dalam ber-ijtihād memang sering mendasarkan 24 Muhammad bin Idris al-syafi i, al-risalah... hlm. 479

15 57 pendapatnya pada Qaul al-shahābi jika dalam ketiga sumber sebelumnya (Al-Qur an, Hadis, dan Ijmā ) tidak didapatkan penjelasan terkait masalah yang sedang ia kaji. Dalam memahami riwayat yang berasal dari Umar ra tersebut, sebagaimana telah penulis sampaikan sebelumnya, Imam Syafi i terlihat menerapkan prinsip tekstualitas yang sangat ketat. Artinya, Imam Syafi i tidak berani keluar dari makna lahiriyah teks yang ia jadikan dasar dalam menentukan hukum penarikan kembali harta hibah. Hal ini dapat kita lihat,أ و ع ل ى و ج ه ص د ق ة, ل ص ل ة ر ح م dalam kesimpulannya ketika memahami ungkapan dan kalimat إن م ا أ ر اد الث و اب, semuanya dipahami oleh Imam Syafi i sebagai tujuan dari si pemberi hibah. Jadi wajar jika kemudian Imam Syafi i menentukan barometer boleh tidaknya harta hibah diminta kembali oleh pemberinya adalah tergantung dari tujuan dari pemberinya. Ini kemudian mengasumsikan bahwa dalam memahami riwayat tersebut Imam Syafi i terlihat sangat tekstual dan memperlakukan teks dengan apa adanya seperti makna lahirnya. 2. Imam Hanafi a. Biografi Imam Hanafi Abu Hanafi dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah (bertepatan pada tahun 699 M) di kota Khufah. Nama aslinya adalah Nu man ibn Tsabit ibn Zautha ibn Mah. Ia berasal dari keturunan Persia, karena ayahnya Tsabit adalah keturunan Persia kelahiran Kabul, Afganistan. Pada mulanya ia tinggal di Kabul kemudian pindah ke Kufah. Dia dilahirkan pada waktu

16 58 pemerintahan Islam dipegang oleh Abdul Malik bin Marwan, keturunan Bani Umayyah ke-v. 25 Abu Hanīfah hidup dalam lingkungan sosio-politik yang sedang berkecamuk, yakni dalam masa transisi kekuasaan dinasti bani Umayyah menuju tampuk kepemimpinan dinasti Abbasiyyah. 26 Konon ia dipanggil dengan sebutan Abu Hanīfah karena beberapa alasan. Pertama, ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Hanīfah, maka ia diberi julukan Abu Hanīfah (bapak atau ayah) dari Hanīfah. Kedua, ia adalah seorang yang sejak kecil sangat tekun belajar dan menghayatinya, maka ia dianggap seorang yang hanīf (cenderung) kepada agama. Ketiga, menurut bahasa Persi, hanīfah berarti tinta, yang mana Imam Hanafi dalam kesehariannya sangat rajin menulis hadis-hadis, ke mana pun ia pergi selalu membawa tinta, karena itu ia diberi nama Abu Hanīfah yang berarti bapak tinta, sehingga ia masyhur dengan nama Abu Hanīfah. 27 Ayah Abu Hanīfah adalah seorang saudagar besar. Sejak kecil, Abu Hanīfah selalu bekerja membantu ayahnya. Ia selalu mengikuti ayahnya ke tempat-tempat perniagaan. Di sana, ia banyak bercakap-cakap dengan pedagang-pedagang besar sambil belajar tentang perdagangan dan rahasiarahasianya. 28 Di samping berniaga, ia tekun pula menghafal Al-Qur an dan 25 Tamar Djaja, Hajat dan Perjuangan Empat Imam Mazhab, (Solo: Ramadhani, 1984), hlm Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos, 1997), hlm Tamar Djaja, Hajat dan Perjuangan... hlm Abdurrahman al-syarqawi, A immah al-fiqh al-tis ah, terj. M. A. Haris al- Husaini, Riwayat Sembilan Imam Fiqih, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), hlm. 237.

17 59 amat gemar membacanya. 29 Demikianlah yang dilakukan sehari-hari, kecerdasan otaknya sampai menarik perhatian orang-orang yang mengenalnya. Hingga al-sya bi, seorang ulama fiqh melihatnya dan menganjurkan supaya Abu Hanīfah mencurahkan perhatiannya kepada Ulama. Saran itu dijawab oleh Abu Hanīfah: minat saya kepada para Ulama hanya sedikit. Ulama fiqih tersebut menasehatinya: engkau harus mencurahkan perhatianmu kepada ilmu pengetahuan dan mendekatkan diri kepada para Ulama. Saya melihat engkau mempunyai ingatan kuat dan kecerdasan. 30 Sejak itu, Abu Hanīfah mulai mencurahkan perhatiannya pada ilmu pengetahuan. Namun di sela-sela kesibukannya belajar Abu Hanīfah masih tetap konsisten menjalankan usaha milik ayahnya. 31 Kota kelahirannya, Kufah, merupakan salah satu kota yang besar dan sangat maju. Di kota tersebut, tradisi-tradisi lama masih dipegang oleh para penduduknya. Namun, hal tersebut tidak menjadikan mereka kolot, mereka justru mau menerima perubahan dan kemajuan. Hal ini terbukti di kota tersebut ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat. Sehingga hal tersebut memiliki nilai plus tersendiri bagi Abu Hanīfah, yang dalam perkembangan pemikirannya di kemudian hari ia lebih dikenal sebagai Ulama yang moderat dan lebih mengedepankan ra yu dalam Ijtihād. 29 T.M. Hasbi ash-shiddieqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Madzhab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm Abdurrahman al-syarqawi, A immah al-fiqh..., hlm T.M. Hasbi ash-shiddieqy, Pokok-pokok... hlm. 442.

18 60 Imam Abu Hanīfah adalah seorang yang mempunyai tubuh yang sedang saja, tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu besar, tingginya sedang dan gemuknya pun sedang. Kulitnya putih kuning, mukanya bercahaya, terbayang ketegasan hatinya, keberanian hatinya, keberanian dan ketangkasannya. Ia berbicara lemah lembut dan halus, sehingga menarik perhatian orang yang mendengarnya. Ia selalu bekerja dengan rajin. Ia berkawan dengan orang-orang baik, tidak suka berteman dengan orang-orang jahat, dari kecil hingga ia dewasa. 32 Berani mengatakan salah bagi yang salah, walaupun yang disalahkannya itu orang besar. Ia seorang yang teguh dalam pendirian, mempunyai jiwa merdeka (tidak mudah larut dalam pribadi orang lain), jiwanya suka meneliti segala sesuatu yang dihadapi, dan tidak berhenti pada kulit-kulitnya saja, tetapi harus mendalami isinya. Ia mempunyai daya tangkap yang sangat luar biasa untuk mematahkan hujjah lawan. 33 Karena sifat-sifat beliau itulah, maka ia berada pada puncak ilmu di antara para Ulama. b. Pendidikan dan Karir Intelektual Imam Hanafi Abu Hanīfah merupakan orang yang bijak dan gemar dengan ilmu pengetahuan. Pada mulanya ia belajar sastra Arab, namun sastra dirasanya kurang menantang, maka kemudian ia meninggalkan sastra dan beralih mempelajari fikih, hal ini dilakukannya karena ia lebih suka materi-materi 32 Tamar Djaja, Hajat dan Perjuangan... hlm T.M. Hasbi ash-shiddieqy, Pokok-pokok..., hlm. 448.

19 61 ilmu yang banyak menggunakan akal (pikiran). 34 Meskipun demikian, Abu Hanīfah juga mampu menguasai bidang-bidang lain, ia menguasai ilmu alqira at, bidang kesusastraan Arab (ilma al-adab) dan ilmu kalām (teologi). Selain itu Abu Hanīfah juga aktif berdiskusi dalam kelompok-kelompok keagamaan yang muncul pada saat itu. 35 Ilmu hadis dan fikih ia dalami dari Ulama -Ulama terkemuka di negeri itu. Menurut sebagian dari para ahli sejarah, bahwa ia berguru kepada sahabat-sahabat besar yang ahli dalam bidang fikih. 36 Di antara para guru yang paling mempengaruhi dirinya adalah Hammad bin Abi Sulaiman (W. 120 H), gurunya ini sangat kagum dengan kemampuan intelektual yang dimiliki Abu Hanīfah, dan sebaliknya imam Abu Hanīfah juga memandang gurunya yang satu ini sebagai tokoh yang patut diteladani, baik dalam perilaku maupun kepandaian ilmunya. Mannā al-qattan (ahli sejarah hukum Islam berkebangsaan Mesir) sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Aziz Dahlan, pernah menceritakan bahwa ketika Hammad bin Sulaiman mengadakan perjalanan, Imam Abu Hanīfah ditunjuk untuk menggantikannya sebagai guru pada halaqah (sistem belajar yang duduk melingkari guru) yang dipimpinnya. Enam puluh pertanyaan yang diajukan oleh peserta pengajian itu dapat dijawabnya dengan lancar, dan jawaban itu sempat dicatatnya. Setelah Hammad kembali dari perjalanan Imam Abu Hanīfah kembali 34 Ahmad al-syurbasi, al-a immāt al-arba ah, terj. Sabil Had dan Ahmadi, Sejarah dan Biografi Imam Empat Madzhab, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm T.M. Hasbi ash-shiddieqy, Pokok-pokok..., hlm Ahmad al-syurbasi, al-a immāt al-arba ah..., hlm. 443.

20 62 menceritakan seluruh jawabannya itu, lalu Hammad menyatakan setuju dengan 40 jawaban dan berbeda pendapat dengan 20 jawaban. Seraya memberi penjelasan tentang apa yang menjadi sebab perbedaan tersebut. Penjelasan Hammad tersebut paling tidak telah menambah kekaguman Abu Hanīfah terhadap gurunya tersebut, dan ia berjanji tidak akan berpisah dengannya sampai wafat. Sepeninggal gurunya, Imam Abu Hanīfah melakukan ijtihād secara mandiri dan menggantikan posisi gurunya sebagai pengajar di halaqah yang bertempat di masjid Khufah. Hal ini karena hanya dialah yang dipandang layak oleh murid-murid Hammad untuk memegang jabatan itu. 37 Kecerdasan Abu Hanīfah memang diakui oleh para ilmuwan, di antaranya adalah Imam Abu Yusuf.Ia berkata: Aku belum pernah bersahabat dengan seorang yang cerdas dan cerdik melebihi kecerdasan akal pikiran Abu Hanīfah, dan masih banyak lagi Ulama yang mengakuinya. Dalam bidang fikih, Imam Syafi i pernah berkata Manusia seluruhnya adalah menjadi keluarga dalam ilmu fikih, menjadi anak buah Abu Hanīfah. 38 Abu Hanīfah dijuluki al-imam al-a dlam (Imam Agung) oleh murid-muridnya karena kepandaiannya dalam berdiskusi dan kedalaman ilmunya di bidang fikih. 39 Abu Hanīfah adalah seorang hamba Allah yang takwa dan saleh beribadah. Setiap hari pekerjaannya tidak ada yang kosong, tetapi 37 Abdul Azis Dahlan (et.al.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm Abdul Azis Dahlan (et.al.), Ensiklopedi Hukum..., hlm

21 63 seluruhnya digunakan untuk beribadah kepada Allah Swt. Zuhud, wara dan sangat hati-hati dalam urusan hukum. Karakternya sangat kuat dan memiliki ahklak yang sangat mulia. 40 Dalam satu riwayat, bahwa Yazid Ibnu Hubairah, gubernur Irak dari khalifah Marwan Ibn Muhammad ingin mengangkatnya menjadi qādhi (hakim), tetapi Abu Hanīfah menolak tawaran tersebut. Ia menganggap bahwa ikut serta dalam kekuasaan yang dlalim sama artinya dengan berbuat dlalim. Penolakan tersebut kemudian menyebabkan Abu Hanīfah harus dimasukkan ke dalam penjara karena dipandang telah mengkhianati dan membangkang kepada pemerintahan. 41 Pada awalnya, Abu Hanīfah sebenarnya merupakan orang yang mendukung dinasti Bani Umayyah naik ke pentas kekuasaan, akan tetapi setelah terbukti mereka banyak berbuat dhalim, Abu Hanīfah dengan tegas menyatakan sikapnya yang tidak membenarkan tindakan-tindakan mereka. Ia mengumumkan sikapnya itu dalam halaqah pengajarannya. 42 Dari penolakannya tersebut akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara disertai keharusan menjalani hukuman cambuk dalam keadaan usia mencapai 70 tahun. Sambil disiksa, tawaran-tawaran berupa hadiah, pangkat, kedudukan selalu datang dari khalifah, akan tetapi Abu Hanīfah tetap menolaknya. 40 Tamar Djaja, Hajat dan Perjuangan..., hlm T. M. Hasbi ash-shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), hlm Abdurrahman al-syarqawi, A immah al-fiqh..., hlm. 250.

22 64 Dalam tahun-tahun terakhir hidupnya, ia diakui masyarakat sebagai imam besar. 43 Perjuangan Imam Abu Hanīfah tidak putus sampai di sini saja, namun masih dilanjutkan oleh murid-muridnya. Dari sekian banyak muridnya, ada 4 orang yang paling terkenal dan akhirnya menjadi ulama besar di dunia Islam, antara lain: a) Imam Abu Yusuf Ya kub ibn Ibrahim al-anshary. Ia dilahirkan tahun 113 H. Mula-mula ia belajar dengan Imam Abi Layla di kota Kufah, kemudian pindah belajar menjadi murid Imam Hanafi. Karena kepandaiannya, ia dijadikan kepala murid oleh Imam Hanafi. Ia banyak membantu Imam Hanafi dalam menyiarkan madzhabnya, serta banyak mencatat pelajaran dari Imam Hanafi dan menyebarkannya ke beberapa tempat. b) Imam Hasan bin Ziyad al-lu luy, salah seorang murid yang terkemuka pula. Ia dikenal sebagai seorang ahli fikih yang merencanakan menyusun kitab Imam Hanafi. Ia dikenal pula sebagai ahli Qiyas. c) Imam Muhammad bin Hasan bin Farqat al-syaibani. Sejak kecil, ia tinggal di kota Kufah, kemudian pindah ke Baghdad. Ia cenderung kepada ilmu hadis dan belajar kepada Imam Hanafi, akhirnya menjadi ulama terkemuka. Beliau dekat dengan Sultan Harun al- 43 Abdurrahman al-syarqawi, A immah al-fiqh..., hlm. 255.

23 65 Rasyid. Kepada Imam Muhammad inilah tulisan atau kitab al-kasani dinisbatkan kepada Abu Hanīfah. 44 d) Imam Za far bin Hudzail bin Qais al-kūfi. Beliau adalah salah seorang murid yang juga ahli di bidang hadis. Empat orang murid Imam Hanafi inilah di kemudian hari menjadi Ulama yang terkemuka, yang masing-masing mempunyai keahlian tersendiri dalam ilmu fikih, ilmu hadis, ilmu ra yu dan lain sebagainya. 45 Imam Abu Hanifah tidak menulis sendiri karya-karyanya, keempat muridnya tersebutlah yang kemudian menisbatkan tulisan-tulisan mereka kepada Abu Hanīfah. Salah satu muridnya yang bernama Abu Yusuf merupakan tokoh yang paling berperan dalam pengukuhan madzhab Hanafi, namun sayangnya hanya sedikit karyanya yang sampai di tangan kita. Hal ini kemudian menyebabkan para pengikut madzhab Hanafi lebih cenderung berpegang pada karya-karya murid Imam Hanafi yang lain, yakni Muhammad bin Hasan al-syaibani. Diantara karya-karya al- Syaibani tersebut adalah: al-jāmi al-kabīr, al-jāmi al-shaghīr, al- Mabshūth, al-siyar al-kabīr, al-siyar Ash Shaghīr, dan al-ziyādāt. c. Metodologi Istinbāth Hukum Imam Hanafi Dasar-dasar yang dipakai Imam Abu Hanīfah tidak dijelaskan secara rinci. Namun demikian, kaidah-kaidah umum (ushūl kulliyyah) yang menjadi dasar bangunan pemikiran fikihnya bercermin pada pernyatan beliau sebagaimana dikutip Romli SA.: 44 Abu Bakar bin Mas ud al-kasani al-hanafi, Badāi u al-shanāi, (Beirut: Dar al- Kutub al-ilmiah, 2003), Cet. II, Juz I, hlm Tamar Djaja, Hajat dan Perjuangan..., hlm

24 66 إ ي ن أ خ ذ ت ب ك ت اب اهلل إ ذ ا و ج د ت و ف م ا ل أ ج د ف ي و أ خ ذ ت ب س ن ة ر س و ل اهلل ص ل ى اهلل ع ل ي و و س ل م و األ ث ار ف إ ذ ا ل أ ج د ف ك ت اب اهلل و ال س ن ة ر س و ل اهلل ص ل ى اهلل ع ل ي و و س ل م أ خ ذ ت ب ق و ل أ ص ح اب و م ن ش ئ ت و ا د ع م ن ش ئ ت, ال أ خ ر ج م ن ق و ل م إ ل ق و ل غ ي ى م, ف إ ذ ا ان ت ه ي ا أل م ر إ ل إ ب ر اى ي م الش ع ب و ا ل س ن و اب ن س ي ي ن و س ع ي د اب ن ال م س ي ب ع لى أ ن أ ج ت ه د ك م ا إج ت ه د و ا... Artinya: Saya berpegang kepada kitab Allah (Al-Qur an) apabila menemukannya, jika saya tidak menemukannya saya berpegang kepada sunnah dan atsar, jika saya tidak ditemukan dalam kitab sunnah saya berpegang kepaada pendapat para sahabat dan mengambil mana yang saya sukai dan meninggalkan yang lainnya. Saya tidak keluar (pindah) dari pendapat mereka kepada pendapat lainnya. Maka jika persoalan sampai kepada Ibrahin al-sya bi, al-hasan, Ibn Sirin, Sa id Ibnu al-musayyab, maka saya harus berijtihad sebagaimana mereka telah berijtihad. 46 Kutipan di atas menunjukkan, bahwa Abu Hanīfah dalam melakukan istinbāth hukum berpegang kepada dalil yang sistematis atau tarkib susunannya seperti apa yang ia ucapkan tersebut. Abu Hanīfah dalam hal ini hanya berpegang kepada riwayat orang-orang yang dapat dipercaya, di samping itu Abu Hanīfah juga sering mendasarkan pendapatnya kepada qiyas. Akan tetapi jika qiyas tersebut menjadi kurang baik, maka kemudian ia menggunakan istihsān selama yang demikian itu dapat dia lakukan. Kalau tidak, maka beliau berpegang pada adat atau urf. 47 Dari sini dapat 46 Romli SA., Muqaranah Madzahib fil Ushul, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hlm T. M. Hasbi ash-shiddieqy, Pengantar Hukum..., hlm. 86.

25 67 disimpulkan bahwa dalil fikih Abu Hanīfah adalah al-kitab, al-sunnah, Aqwal al-sahabat, Ijma, Qiyas, al-istihsan dan al- Urf. 48 Abu Hanīfah lebih dikenal sebagai Ulama yang rasionalis, artinya dalam menetapkan hukum Abu Hanīfah lebih mengedepankan aspek penggunaan penalaran akal, baik dalam memahami Al-Qur an maupun Hadis. Bahkan ia lebih suka menggunakan akal dari pada harus berpegang kepada hadis āhād. Apabila terdapat hadis yang bertentangan, beliau menetapkan hukum dengan jalan qiyas dan istihsan. 49 Namun demikian, beliau tidak mengabaikan dasar Al-Qur an dan hadis dalam menetapkan suatu hukum. Hal itu sengaja dilakukan agar tidak ada kesan, bahwa beliau kurang perhatian dengan sunnah Rasul, karena julukan beliau sebagai ahl al-ra yu. Imam Abu Yusuf berkata: Saya belum pernah melihat orang yang lebih mengerti tentang hadis dan tafsirnya selain Abu Hanīfah. Ia tahu akan illat-illat hadis, mengerti tentang ta dil, tarjih dan tentang tingkatan hadis yang sah atau tidak. Bahkan Abu Hanīfah sendiri pernah berkata: Jauhilah olehmu perkataan mengenai urusan agama Allah menurut pendapat sendiri, tidak menurut hadis-hadis Nabi. Beliau memang sangat selektif terhadap hadis, sehingga hadis yang dipandang lemah ditinggalkan dan lebih mengutamakan rasio. 50 Dikarenakan begitu sempitnya wilayah penggunaan Abu Hanīfah terhadap Hadis, maka akibatnya dalam penerimaan Hadis Abu Hanīfah 48 T.M. Hasbi ash-shiddieqy, Pokok-pokok..., hlm Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan..., hlm M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab... hlm. 186.

26 68 menerapkan sistem yang sangat ketat, karena pada waktu itu di kota Kufah dan Baghdad banyak berkembang Hadis-Hadis Maudhu (palsu), sehingga beliau banyak memakai ra yu dan rasionalisasi nash. Penggunaan rasio tersebut di samping dilatarbelakangi alasan di atas, juga karena dalam masyarakat Irak pada waktu itu sangat dinamis dan heterogen, sehingga banyak timbul peristiwa-peristiwa hukum baru yang tidak dapat menggunakan penalaran dari nash saja, serta juga dikarenakan jauhnya wilayah Irak dari sumber hadis, yaitu Makkah dan Madinah. Oleh sebab itu, beliau dalam berijtihad banyak memakai dasar ra yu (rasio), bahkan beliau mendahulukan qiyas daripada hadis āhād. 51 Dalam permasalahan penarikan harta hibah Abu Hanīfah tidak menulis hasil pemikirannya sendiri, maka amatlah susah untuk merumuskan bagaimana sebenarnya metodologi yang ditempuh oleh Abu Hanīfah dalam menyoal hukum penarikan kembali harta hibah ini. Namun dalam tahap ini penting kiranya untuk mengemukakan apa yang ditulis oleh Muhammad bin Hasan al-syaibani ketika mengomentari riwayat yang berasal dari Umar ra sebagaimana telah penulis sebutkan dalam bab sebelumnya, 52 ia menyatakan; ق ال م م د : و ب ذ ا ن أ خ ذ م ن و ى ب ى ب ة ل ذ ي ر ح م م ر م أ و ع ل ى و ج و ص د ق ة ف ق ب ض ه ا ال م و ى وب ل و ف ل ي س ل ل و اى ب أ ن ي ر ج ع ف يه ا و م ن و ى ب ى ب ة ل غ ي ذ ي ر ح م م ر م و ق ب ض ه ا ف ل و أ ن ي ر ج ع ف يه ا إ ن 51 Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Surabya: Bina Utama, 1999), hlm Lihat: Bab II, hlm

27 69 ل ي ث ب م ن ه ا أ و ي ز د خ ي ر ا ف ي د ه أ و ي ر ج م ن م ل ك و إ ل م ل ك غ ي ه. و ى و ق و ل أ ب ح ن يف ة و ال ع ام ة م ن ف ق ه ائ ن ا Muhammad bin Hasan berkata: dan dengan riwayat 53 inilah kami berpendapat bahwa jika seseorang memberikan hibah kepada saudara yang memiliki ikatan mahram, atau karena alasan untuk shadaqah, kemudian mauhūb lah (penerima hibah) menerimanya, maka tidak diperbolehkan bagi pemberinya untuk menarik kembali hibah tersebut. Dan apabila seseorang memberikan hibah pada orang lain yang bukan se-mahram, kemudian orang tersebut menerimanya,maka pemberinya diperbolehkan menarik kembali hibah tersebut selama belum diberikan ganti oleh penerimanya, atau belum bertambah banyak di tangan penerima, dan belum keluar dari kepemilikan penerima hibahkepada orang lain. Pendapat tersebut adalah yang dipegangi oleh Abu Hanīfah dan Ahli Fiqh madzhab kita secara umum. 54 Dari komentar Muhammad bin Hasan ini dapat diketahui bahwa Abu Hanīfah dalam menghukumi penarikan kembali harta hibah tersebut agaknya menggunakan riwayat yang sama dengan yang digunakan Imam Syafi i, yakni berupa riwayat dari Umar ra. Ini artinya metodologi yang digunakan oleh Abu Hanīfah dalam ber-ijtihad terhadap hukum penarikan kembali harta hibah tersebut lebih cenderung mendasarkan pada Qaul al- Shahabi (pendapat Sahabat). Riwayat dari Umar ra tersebut dipahami agak berbeda oleh Imam Hanafi dari pada apa yang telah Imam Syafi i simpulkan. Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya, Imam Syafi i memahami riwayat tersebut dengan tekstual, artinya statemen yang disampaikan Umar ra tersebut dipahami sesuai makna lahirnya. Imam 53 Riwayat yang dimaksud adalah yang berasal dari Umar ra 54 Malik bin Anas, al-muwatha Riwayat Muhammad bin Hasan al-syaibani, (Mesir: Lajnah Ihyā al-turats, 1994), hlm. 259.

28 70 Syafi i menganggap barometer boleh tidaknya hibah ditarik kembali oleh pemberinya adalah dengan mengacu pada tujuan si pemberi hibahnya. Kesimpulan itu muncul karena dalam riwayat Umar ra tersebut terdapat beberapa redaksi kalimat yang mengindikasikan keharusan melihat tujuan pemberinya. Sementara Imam Hanafi dalam hal ini tidak serta merta hanya melihat pada tujuan pemberi hibahnya. Imam Hanafi dalam hal ini justru tidak hanya mengacu pada makna lahiriyah teksnya saja. Imam Hanafi lebih menekankan pada fakta pemberian ganti dari hibah tersebut. Jadi, walaupun dalam redaksi riwayat tersebut ada kalimat إن م ا أ ر اد الث و اب yang dapat diartikan sebagai tujuan pemberi hibah, namun Imam Hanafi memahaminya justru bukan pada aspek tujuannya, melainkan pada fakta penggantian hibahnya. Hal ini mengingat dalam beberapa catatan murid Imam Hanafi, banyak bermunculan beberapa argumentasi lain selain riwayat tersebut, sebagaimana yang disampaikan al-kāsāni dalam karyanya justru mengajukan argumentasi yang menarik. Pertama ia mengajukan Al-Qur an sebagai dasar diperbolehkannya menarik kembali hibah yang sudah diberikan, yakni dalam Surat al-nisā ayat 86;

29 71 Artinya: Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. Kata tahiyyah dalam ayat tersebut menurut al-kāsāni masih berlaku umum, kata tersebut dapat juga diartikan sebagai ucapan salam, pujian, dan pemberian hadiah berupa harta, dan agaknya al-kāsāni dalam hal ini mencoba mengartikannya sebagai pemberiah hadiah. 55 Oleh karena itu statemen tersebut dapat dipahami bahwa jika kita diberi penghormatan dari orang lain berupa harta, maka kita dianjurkan untuk membalasnya dengan harta yang lebih baik (banyak), atau kita dapat mengembalikannya. أ و ر د و ها dalam kalimat ا لر د Kesimpulan ini menurut al-kāsāni karena kata biasanya digunakan untuk menyebutkan A yan (benda-benda yang ada wujudnya), karena kata tersebut menunjukkan arti mengembalikan sesuatu. 56 Dari ayat inilah al-kāsāni menyatakan bahwa dalam madzhab yang ia anut (Hanafiyyah) hibah boleh ditarik kembali. Kedua, al-kāsāni mengajukan salah satu Hadis Nabi sebagai dasar ijtihad madzhab Hanafiyyah dalam menetapkan hukum penarikan kembali harta hibah.yakni; Abu Bakar bin Mas ud al-kasani al-hanafi, Badāi u al-shanāi... Juz VIII, hlm. 56 Abu Bakar bin Mas ud al-kasani al-hanafi, Badāi u al-shanāi... hlm. 119.

30 72 الر ج ل ع ن أ ب ى ر ي ر ة ق ال : ق ال ر س ول الل و ص ل ى اهلل ع ل ي و و س ل م : «57 ب ب ت و م ا ل ي ث ب م ن ه ا«أ ح ق Dari Abi Hurairah ra, ia berkata; Rasulullah Saw bersabda; seorang laki-laki lebih berhak atas hibah yang diberikannya kepada orang lain selama hibah tersebut belum diganti. Disamping itu, al-kāsāni juga mendasarkan pendapatnya tersebut kepada Ijma Sahabat. Hal ini sebagaimana dalam pendapatnya Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar, Abu Darda, Fadhalah bin Ubaid, dan sahabat-sahabat lain, faktanya memang mengatakan hal yang sama dengan madzhab yang dipegang oleh al-kāsāni, yakni Hanafiyyah. 58 Oleh karena itu mereka memperbolehkan penarikan kembali harta hibah selama belum diberikan ganti oleh penerimanya. B. PEMBAHASAN 1. Titik Temu Pendapat Imam Syafi i dan Imam Hanafi Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab-bab sebelumnya, bahwa Imam Hanafi hidup lebih awal dari pada Imam Syafi i. Perbedaan kultur, kondisi sosial dan politik telah membentuk pola berpikir yang berbeda pada kedua Ulama tersebut. Imam Hanafi lebih terkesan rasionalis, sementara Imam Syafi i lebih terlihat tekstualis. Hal ini dapat kita lihat dalam penerimaan keduanya terhadap kekuatan hadis āhād sebagai dasar hukum, yang mana Imam Syafi i menjadikan hadis āhād sebagai salah satu dasar 57 Ibnu Mājah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-quzwaini, Sunan Ibnu Mājah, (Beirut: Dār Ihya Kutub al- Arabiyyah, t.t), Juz II, hlm. 798 (Nomor Hadis: 2377). 58 Abu Bakar bin Mas ud al-kasani al-hanafi, Badāi u al-shanāi..., Juz VIII, hlm. 120.

31 73 yang dapat digunakan dalam menentukan hukum atas sesuatu permasalahan, sedangkan Imam Hanafi justru menolaknya dan lebih mendahulukan qiyas. Penolakan ini paling tidak telah menunjukan pola berpikirnya yang lebih mengedepankan rasio. Berbicara tentang titik temu keduanya dalam permasalahan penarikan kembali harta hibah, maka dapat penulis rumuskan dalam poin-poin berikut ini: Pertama, berdasarkan dari penelusuran yang penulis lakukan, baik Imam Syafi i maupun Imam Hanafi sebenarnya menggunakan riwayat yang sama mengenai pencabutan hibah tersebut. Yakni sama-sama menggunakan riwayat dari Umar ra, yang mana dalam al-umm, Imam Syafi i menulis: tertulis: أخ ب ر ن ا م ال ك ب ن أ ن س ع ن د او د ب ن ا ل ص ي ع ن أ ب غ ط ف ان ب ن ط ر ي ف ال م يري ع ن م ر و ان ب ن ا ل ك م أ ن ع م ر ب ن ا ل ط اب ق ال : م ن و ى ب ى ب ة ل ص ل ة ر ح م أ و ع ل ى و ج و ص د ق ة ف إ ن و ال ي ر ج ع ف يه ا و م ن و ى ب ى ب ة ي ر ى 59 أ ن و إ ن ا أ ر اد الث و اب ف ه و ع ل ى ى ب ت و ي ر ج ع ف يه ا إن ل ي ر ض م ن ه ا Artinya: Malik memberitakan kepadaku, dari Daud ibn al- Husayn dari Abu Ghatafan ibn Tarif al-murri dari Marwan bin Hakam; bahwa Umar ibn al-khattab berkata: (jika seseorang memberikan hibah untuk tujuan agar memperkuat ikatan keluarga (silaturahmi) ataupun sebagai shadaqah, maka ia tidak dapat mengambilnya kembali. Akan tetapi jika seseorang memberikan hibah karena menginginkan imbalan, maka ia diperbolehkan untuk meminta kembali hibah tersebut jika ia tidak rela). Sementara dalam riwayat Muhammad bin Hasan (murid Imam Hanafi) Muhammad bin Idris al-syafi i, al-umm, (Riyadh: Bait Afkār al-daulah, t.t), hlm.

32 74 أ خ ب ر ن ا م ال ك أ خ ب ر ن ا د او د ب ن ا ل ص ي ع ن أ ب غ ط ف ان ب ن ط ر يف ال م يري ع ن م ر و ان ب ن ا ل ك م أ ن و ق ال : ق ال ع م ر ب ن ا ل ط اب ر ض ي الل و ت ع ا ل ع ن و : " م ن و ى ب ى ب ة ل ص ل ة ر ح م أ و ع ل ى و ج و ص د ق ة ف إ ن و ال ي ر ج ع ف يه ا و م ن و ى ب ى ب ة ي ر ى أ ن و إ ن ا أ ر اد ب ا الث و اب ف ه و ع ل ى ى ب ت و ي ر ج ع ف يه ا إ ن ل ي ر ض م ن ه ا. ق ال م م د : و ب ذ ا ن أ خ ذ م ن و ى ب ف ل ي س ى ب ة ل ذ ي ر ح م م ر م أ و ع ل ى و ج و ص د ق ة ف ق ب ض ه ا ال م و ى وب ل و ل ل و اى ب أ ن ي ر ج ع ف يه ا و م ن و ى ب ى ب ة ل غ ي ذ ي ر ح م م ر م و ق ب ض ه ا ف ل و أ ن ي ر ج ع ف يه ا إ ن ل ي ث ب م ن ه ا أ و ي ز د خ ي ر ا ف ي د ه أ و ي ر ج م ن م ل ك و إ ل م ل ك غ ي ه.و ى و ق و ل أ ب ح ن يف ة و ال ع ام ة م ن ف ق ه ائ ن ا 60 Artinya: Malik meberitakan kepadaku, dari Daud ibn al-husayn dari Abu Ghatafan ibn Tarif al-murri dari Marwan bin Hakam; bahwa Umar ibn al-khattab berkata: (jika seseorang memberikan hibah untuk tujuan agar memperkuat ikatan keluarga (silaturahmi) ataupun sebagai shadaqah, maka ia tidak dapat mengambilnya kembali. Akan tetapi jika seseorang memberikan hibah karena menginginkan imbalan, maka ia diperbolehkan untuk meminta kembali hibah tersebut jika ia tidak rela). Muhammad bin Hasan berkata: dan dengan riwayat inilah kami berpendapat bahwa jika seseorang memberikan hibah kepada saudara yang memiliki ikatan mahram, atau karena alasan untuk shadaqah, kemudian mauhūb lah (penerima hibah) menerimanya, maka tidak diperbolehkan bagi pemberinya untuk menarik kembali hibah tersebut. Dan apabila seseorang memberikan hibah pada orang lain yang bukan se-mahram, kemudian orang tersebut menerimanya,maka pemberinya diperbolehkan menarik kembali hibah tersebut selama belum diberikan ganti oleh penerimanya, atau belum bertambah banyak di tangan penerima, dan belum keluar dari kepemilikan penerima hibah kepada orang lain. Pendapat tersebut adalah yang dipegangi oleh Abu Hanīfah dan Ahli Fiqh madzhab kita secara umum. Berdasarkan dari riwayat Umar ra tersebut baik Imam Syafi i maupun Imam Hanafi, keduanya terlihat sepakat bahwa hibah yang dilakukan untuk 60 Malik bin Anas, al-muwatha Riwayat Muhammad bin Hasan al-syaibani, (Mesir: Lajnah Ihyā al-turats, 1994), hlm. 259.

33 75 memperkuat tali silaturrahmi atau karena murni untuk tujuan shadaqah maka hukumnya tidak boleh ditarik kembali oleh pemberinya. Dari kesamaan sumber ijtihād tersebut penulis menilai walaupun pandangan Imam Hanafi tersebut tidak ia tulis sendiri, yakni hanya terdapat dalam catatan muridnya (Muhammad bin Hasan), namun paling tidak temuan tersebut mengasumsikan bahwa Imam Hanafi dalam hal ini menggunakan metodologi ijtihād yang sama dengan Imam Syafi i, yang mana keduanya sama-sama berdasarkan pada Qaul al-shahabi. Ini artinya dua-duanya sebanding secara metodologis. Kedua, dalam riwayat Umar ra tersebut secara eksplisit dijelaskan tentang hibah yang ada gantinya. Hibah semacam ini dalam istilah fikih sering disebut dengan Hibah al-tsawab.(هبة الثواب) 61 Dalam hal ini Imam Syafi i menyatakan bahwa jika tujuannya untuk mendapatkan ganti maka hibah boleh ditarik kembali jika pemberinya merasa tidak rela. Statemen Imam Syafi i tersebut sangat berbeda dengan yang disampaikan Imam Hanafi, yang mana ia menganggap selama belum ada ganti dari penerimanya, maka hibah tersebut masih dapat ditarik kembali oleh pemberinya. Imam Syafi i dalam kasus tersebut lebih menekankan pada aspek tujuan si pemberi hibah, walaupun belum ada gantinya jika tujuannya memang murni untuk mendapatkan ganti maka hibah yang semacam itu boleh ditarik kembali. Sedangkan dalam perspektif Imam Hanafi, selama belum ada 61 Wahbah al-zuhaili, al-fiqh al-islamiy Wa Adillatuhu, (Beirut: Dār al-fikr, 1985), Cet. II, Juz V, hlm. 29.

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Idris ibn Al - Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn Al - Sa ib ibn Ubaid ibn Abd

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Idris ibn Al - Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn Al - Sa ib ibn Ubaid ibn Abd BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I A. Latar Belakang Imam Syafi i Imam Syafi'i adalah imam ketiga dari empat imam madzhabi menurut urutan kelahirannya 1. Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Muhammad ibn Idris ibn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa 05-06-2017 10 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa Al-Bukhari 1811, 1812 Tirmidzi 648, 649 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 24-06-2017 29 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Syawal Muslim 1984, Abu Dawud 2071 Tirmidzi 676, 692 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar 14-06-2017 19 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar Al-Bukhari 1876-1880, 1884 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa 07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: AL-RA YU/IJTIHAD KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-ra yu atau Ijtihad dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-ra yu/ijtihad INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 13-06-2017 18 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Itikaf Al-Bukhari 1885-1890 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di www.warungustad.com

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 31-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Membatalkan Puasa Al-Bukhari 1797, 1800, 1815 Tirmidzi 652-653 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh: AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 03-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kesalahan Besar Di Bulan Ramadhan Al-Bukhari 1799-1801 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah

Lebih terperinci

MUZARA'AH dan MUSAQAH

MUZARA'AH dan MUSAQAH MUZARA'AH dan MUSAQAH Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Publication : 1438 H, 2017 M MUZARA'AH dan MUSAQAH Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Sumber:almanhaj.or.id dari Al-Wajiiz fii Fiqhis

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 20-06-2017 25 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Adab Bersilaturrahmi Al-Bukhari 5524-5526, 5528, 5532 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an 10-06-2017 15 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an Al-Bukhari 4632, 4633, 4637, 4638, 4639 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 29-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Iftor Al-Bukhari 1818-1822 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk membantu

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 04-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Buat Orang Yang Berpergian Al-Bukhari 1805, 1806, 1807, 1808, 1810 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]: BAB IV KONSEP SAKIT A. Ayat-ayat al-qur`an 1. QS. Al-Baqarah [2]: 155 156...و ب ش ر الص اب ر ين ال ذ ين إ ذ ا أ ص اب ت ه م م ص يب ة ق ال وا إ ن ا ل ل و و إ ن ا إ ل ي و ر اج عون. "...Dan sampaikanlah kabar

Lebih terperinci

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Mengabulkan DO A Hamba-Nya Janji ALLAH عز وجل untuk Mengabulkan DO A Hamba-Nya Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 186 رحمو هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M Janji Allah Untuk Mengabulkan Do'a Hamba-Nya Tafsir

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR A. Analisis Terhadap pendapat Imam Malik dan Imam al-auza i Tentang Penundaan Pembayaran Mahar Pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan

Lebih terperinci

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari Publication : 1437 H_2016 M Tetangga: Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan al-halabi Disalin

Lebih terperinci

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) 36 PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 5 Tahun 2005 Tentang PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) Majelis Ulama Indonesia,

Lebih terperinci

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam *Biografi Singkat Empat Imam Besar dalam Dunia Islam* *Imam Hanafi (80-150 H)* Beliau dilahirkan pada tahun 80 H dan meninggal dunia di Bagdad pada tahun

Lebih terperinci

Pendapat Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi iyah Tentang Penarikan Kembali Harta yang Sudah Dihibahkan (Studi Komparatif)

Pendapat Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi iyah Tentang Penarikan Kembali Harta yang Sudah Dihibahkan (Studi Komparatif) Prosiding Peradilan Agama ISSN: 2460-6391 Pendapat Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi iyah Tentang Penarikan Kembali Harta yang Sudah Dihibahkan (Studi Komparatif) 1 Humairoh Qurrotul Aini, 2 M. Roji Iskandar,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai sumber referensi atau pandangan hidup. 1 Oleh karena itu, problem pemahaman hadis Nabi merupakan

Lebih terperinci

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I MADZHAB SYAFI I Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I Disusun Oleh : Muhlisaturrohmah (1601016054) Etik Fitriayasari (1601016055) Annisa Kurniawati (1601016056)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan nilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH Pertanyaan Dari: H. Mufti Muhammadi, muftimuhammadi@yahoo.co.id, SMA Muhammadiyah 11 Rawamangun (Disidangkan pada hari

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 16-06-2017 21 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kewajiban Zakat Fitrah Al-Bukhari 1407-1413 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Lebih terperinci

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com Mengadu Domba Sesama Muslim Pengertian Namimah Secara etimologi, dalam bahasa Arab, namimah bermakna suara pelan atau gerakan. Secara istilah pada dasarnya namimah adalah menceritakan perkataan seseorang

Lebih terperinci

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat (الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya

Lebih terperinci

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR حفظه هللا Ustadz Abu Ismail Muslim al-atsari Publication 1436 H/ 2015 M MENZHALIMI RAKYAT TERMASUK DOSA BESAR Sumber: Majalah As-Sunnah, No.08 Thn.XVIII_1436H/2014M

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ت ب د ل س ب ب ال م ل ك ك ت ب د ل ال ع ي Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1437 H_2016 M Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU A. Analisis Terhadap Praktik Penukaran Uang Dengan Jumlah Yang Tidak

Lebih terperinci

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH) PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH) Zakat fitrah berfungsi untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor dan untuk memberi makan orang-orang miskin. Diriwayatkan dari Ibnu

Lebih terperinci

http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf - Bulan bercahaya dan Matahari bersinar -> QS. Nūḥ (71): 16 dan QS. al-furqān (25): 61; - Akan tiba suatu masa di mana Bulan tidak lagi bercahaya dan Matahari

Lebih terperinci

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KENAIKAN HARGA JUAL BENSIN MELEBIHI BATAS HARGA RESMI DARI PEMERINTAH DI DESA SAWAHMULYA KECAMATAN SANGKAPURA (PULAU BAWEAN) KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG URF

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG URF BAB II LANDASAN TEORI TENTANG URF A. Pengertian Urf Secara umum, adat dapat dipahami sebagai tradisi lokal (local custom) yang mengatur interaksi masyarakat. Dalam ensiklopedi disebutkan bahwa adat adalah

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang Fatwa Pedoman Asuransi Syariah 1 FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang PENGEMBALIAN KONTRIBUSI TABARRU BAGI PESERTA ASURANSI YANG BERHENTI SEBELUM MASA PERJANJIAN BERAKHIR ا ا رل

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 26-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Qodho Puasa Yang Ditinggalkan Bukhari 310, 1814, 1815 Muslim 508 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat Editor: Edi Candra, Lc. M.E.I. Sumber: Fiqh Islami wa Adillatuhu Tatawwu' adalah upaya pendekatan diri kepada Allah Ta'ala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah Sifat Wara' ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya sebagaimana mestinya,

Lebih terperinci

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat kriteria-kriteria yang baku. Mungkin salah satu faktornya, karena ulama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014 MeNCiNTai A H L U B A I T هللا ىلص NABI حفظو هللا Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Publication: 1436 H_2014 M هللا ىلص Mencintai AHLUL BAIT Rasulullah Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Disalin dari Majalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO Setelah memberikan gambaran tentang praktik pengupahan kulit

Lebih terperinci

Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun

Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun 2010-2011 Pengenalan Penelitian Ilmiah (Al-Bahts Al-Ilmy) adalah usaha ilmiah yang melibatkan proses pengumpulan semua informasi yang memenuhi unsur-unsur

Lebih terperinci

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA DOA dan DZIKIR SEPUTAR PUASA Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA Sumber: Sebagian Besar Dikutip dari Hisnul Muslim, Lengkapnya lihat ebook Versi CHM e-book ini didownload

Lebih terperinci

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

ISLAM dan DEMOKRASI (1) ISLAM dan DEMOKRASI (1) Islam hadir dengan membawa prinsip-prinsip yang umum. Oleh karena itu, adalah tugas umatnya untuk memformulasikan program tersebut melalui interaksi antara prinsip-prinsip Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya mempunyai aktivitas yang pada dasarnya kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa terhadap adat

Lebih terperinci

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM 15 MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 8 Rabi ul Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 2 Februari

Lebih terperinci

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M Qawaid Fiqhiyyah ن ي ة ال م ر ء أ ب ل غ م ن ع م ل ه Niat Lebih Utama Daripada Amalan Publication : 1436 H_2015 M Sumber: Majalah as-sunnah, Ed. 01 Thn.XVIII_1435H/2014M, Rubrik Qawaid Fiqhiyyah Download

Lebih terperinci

Satu kambing untuk satu orang, satu sapi/unta untuk tujuh orang dalam berkurban

Satu kambing untuk satu orang, satu sapi/unta untuk tujuh orang dalam berkurban Satu kambing untuk satu orang, satu sapi/unta untuk tujuh orang dalam berkurban Kempat madzhab sepakat bahwa satu ekor unta hanya untuk tujuh orang dalam berudh-hiyah. Keempat madzhab juga sepakat bahwa

Lebih terperinci

UNTUK KALANGAN SENDIRI

UNTUK KALANGAN SENDIRI SHALAT GERHANA A. Pengertian Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf (الخسوف) dan jugakusuf (الكسوف) sekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna yang

Lebih terperinci

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN Kaidah Fiqih MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN األ م ي ال ي ض م ن ت ل ف ال ع ي ب ال ت ع د و ال ت ف ر ي ط و الظ ا ل ي ض م ن م ط ل ق ا حفظه هللا Oleh: Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Publication: 1433

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah BAB IV ANALISIS MAKNA DUKHA>N ANTARA AL-RA>ZI> DAN T}ANT}A>WI> JAWHARI> A. Analisis Makna Dukha>n Perspektif al-ra>zi> Al-Ra>zi> adalah seorang ulama yang memiliki pengaruh besar, baik di kalangan penguasa

Lebih terperinci

Syarah Istighfar dan Taubat

Syarah Istighfar dan Taubat Syarah Istighfar dan Taubat Publication : 1438 H_2017 M SYARAH ISTIGHFAR DAN TAUBAT Disalin dari: Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad, dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id

Lebih terperinci

Hukum-Hukum Wasiat. Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa. Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Hukum-Hukum Wasiat. Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa. Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad Hukum-Hukum Wasiat من حاك لوصية [ Indonesia Indonesian ند نيn ] Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2010-1431 من حاك لوصية» باللغة

Lebih terperinci

Hadits-hadits Shohih Tentang

Hadits-hadits Shohih Tentang Hadits-hadits Shohih Tentang KEUTAMAAN PERNIAGAAN DAN PENGUSAHA MUSLIM حفظو هللا Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc Publication : 1436 H_2015 M Hadits-hadits Shohih Tentang Keutamaan Perniagaan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Penarikan Kembali Hibah Bersyarat di

Lebih terperinci

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

Oleh : Ahmad Abdillah NPM: PETUNJUK-PETUNJUK RASULULLAH SAW TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MASA KINI (Kajian terhadap Kitab al-hady an-nabawiy fi Tarbiyah al-aula d fi Ḍaui al-kita b wa as-sunnah)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 18-06-2017 23 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Anjuran Bersedekah Al-Bukhari 1341-1343, 1345, 1349, 1350, 1353 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan Publication: 1436 H_2015 M KAIDAH FIQH إ ع م ال الد ل ي ل ي أ و ل م ن إ ه ال أ ح د ه ا م ا أ م ك ن "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU A. Analisis Pendapat Tokoh NU Sidoarjo Tentang Memproduksi Rambut Palsu Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya maka

Lebih terperinci

Peringatan Terhadap Sebagian Hadits Tentang Tetangga yang Dinisbatkan Kepada Nabi حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

Peringatan Terhadap Sebagian Hadits Tentang Tetangga yang Dinisbatkan Kepada Nabi حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari Peringatan Terhadap Sebagian Hadits Tentang Tetangga yang Dinisbatkan Kepada Nabi حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari Publication : 1435 H_2014 M Peringatan Terhadap Sebagaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama fitrah bagi manusia dan agama yang mencakup semua urusan dan perkara di atas muka bumi ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren), (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19. hlm. 359.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren), (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19. hlm. 359. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan salah satu alat pendidikan yang digunakan oleh seorang pendidik dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Penerapan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diperoleh melalui jalur sekolah dan luar sekolah, salah satu jalur pendidikan luar sekolah adalah keluarga. Keluarga merupakan penanggung jawab pertama

Lebih terperinci

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad r. Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya. Begitu pula dalam hal jual beli.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya. Begitu pula dalam hal jual beli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan aktivitas yang dilakukan manusia umumnya dalam perekonomian baik itu sebagai produsen ataupun konsumen, dalam islam istilah tersebut sering kita

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M Kaidah Fiqh ان ح ظ س ان ع ب اد اث ف األ ص م ان إ ب اح ت انع اد اث ف ان أ ص م و PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: Pada Dasarnya Ibadah

Lebih terperinci

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M Qawa id Fiqhiyah ال ع د ل ف ال ع ب اد ات م ن أ ك ب م ق اص د الش ار ع Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat Publication: 1436 H_2014 M ال ع د ل ف ال ع ب اد ا ت م ن أ ك ب م ق اص

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia. Menuntut ilmu sebagai salah satu ajaran Islam yang mendasar dan sangat ditekankan untuk mengetahui

Lebih terperinci

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31). Aurat? Sapa hayo yang... Nah, sobat UKKImuslimah, kita Aurat bagi wanita di hadapan lelaki asing, yang bukan mahramnya, adalah seluruh badannya. Ini diambil dari nash al-quran yang menyatakan: و لا ی ب

Lebih terperinci

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah حفظو هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1439 H_2017 M Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah حفظو هللا Ustadz Kholid Syamhudi Disalin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Analisis Praktik Utang Piutang Hewan Ternak Di Desa Ragang Dari data mengenai proses dan

Lebih terperinci

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT 40 KRITERIA MASLAHAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Militer III-19 Jayapura Nomor: 143-K/PM. III-19/AD/IX/2013.

Lebih terperinci

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati Imam Mahdi Nasser Mohammad Al-Yamani Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil Tidakkah kalian tahu bahwa akal adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURAbah}ah,

Lebih terperinci

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis Pertemuan ke-2 U L U M U L H A D I S Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Outline Pengertian Istilah : Hadis, Sunnah,

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas KAIDAH FIQH ا إ ل قإر ار ح ج ة ق اص ر ة Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Publication 1437 H_2016 M Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

Lebih terperinci