ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI"

Transkripsi

1 ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, September 2009 Wanti Fitrianti NRP. H

3 ABSTRACT WANTI FITRIANTI. The Analysis of Market Integration of Natural Rubber between Indonesian Spot Market and World Future Market (DEDI BUDIMAN HAKIM as a Chairman and NUNUNG NURYARTONO as a Member of the Advisory Committee). The price fluctuation was a major problem of natural rubber in the world market.it s impact to Indonesian as a second producer and exporter of natural rubber. Future market is an effective risk management strategy available to minimize the effect of price fluctuation. But, until now the mechanism of natural rubber trade in Indonesia still on the spot market in determining prices with the tendency refers to the world future market price. Thus, relationship both market indicating the occurs market integration. The objectives of research are: (1) to analyze price integration and cointegration of natural rubber in Indonesian spot market and world future market, and (2) to analyze the sensitivity response and price variability of natural rubber in spot dan future market under particular shock. The analysis method use the Granger Causality, Impulse Response Function and Variance Decomposition based on the Vector Error Correction Model. The result of the research showed that the natural rubber market is intregrate and in the long run, cointegrate between Indonesian spot market and world future market was significant. The overall, respons magnitude is relatively small or less powerful in affecting the price form. In addition, SICOM and TOCOM can explain all the variability of natural rubber price in every market significantly. Keywords: natural rubber, spot market, future market

4 RINGKASAN WANTI FITRIANTI. Analisis Integrasi Pasar Karet Alam antara Pasar Fisik di Indonesia dengan Pasar Berjangka Dunia (DEDI BUDIMAN HAKIM sebagai Ketua dan NUNUNG NURYARTONO sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Indonesia merupakan negara produsen sekaligus pengekspor karet nomor dua terbesar di dunia. Karet alam sebagai komoditi strategis yang berorientasi pada pasar ekspor menjadikan harga karet alam Indonesia dipengaruhi dan ditentukan oleh perkembangan harga di luar negeri. Untuk itulah Indonesia memiliki kepentingan besar atas setiap perubahan harga karet. Pada kenyataannya, sampai sekarang mekanisme perdagangan karet alam Indonesia masih bertumpu pada perdagangan di pasar fisik dengan mekanisme penetapan harga karet alam kecenderungan mengacu pada harga karet yang terbentuk di bursa berjangka karet dunia untuk dijadikan bahan dasar pertimbangan dalam negosiasi harga karet, sehingga jika dilihat secara umum pergerakan harga karet alam domestik serarah dengan perkembangan harga karet di pasar berjangka dunia. Pergerakan harga tersebut mengindikasikan terjadinya integrasi namun tidak diketahui hubungan kointegrasi harga antara pasar fisik karet alam di Indonesia dengan pasar berjangka karet dunia. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis hubungan integrasi dan kointegrasi harga karet alam antara pasar fisik di Indonesia dengan pasar berjangka karet alam dunia, (2) menganalisis respon sensitivitas harga karet alam di pasar fisik dan pasar berjangka dunia jika terjadi guncangan (shock) harga dari masing-masing pasar, dan (3) menganalisis kontribusi guncangan (shock) masingmasing pasar dalam menjelaskan variabilitas pembentukan harga karet alam baik di pasar fisik Indonesia maupun pasar berjangka dunia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data harian dari tahun 2000 sampai Untuk variabel harga karet alam jenis dikumpulkan berdasarkan nilai mata uang masing-masing,dimana Belawan (Rp/kg), SICOM (SGD/kg), CJCE dan TOCOM (Yen/kg), AFET (Baht/kg) dan SHFE(Yuan/kg). Selain variabel harga, juga dimasukkan variabel harga minyak mentah (USD/barrel) serta variabel nilai tukar masing-masing yaitu Rupiah, Dollar Singapura, Yen, Baht dan Yuan. Data deret waktu umumnya bersifat tidak stasioner sehingga alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan dengan model Vector Error Correction Model (VECM) karena adanya hubungan kointegrasi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat hubungan integrasi spasial dan kointegrasi antara pasar karet alam di pasar fisik Indonesia (Belawan) dengan pasar berjangka dunia (SICOM,CJCE, TOCOM, AFET dan SHFE), (2) secara keseluruhan magnitude dari respon yang diberikan relatif kecil terhadap guncangan harga karet alam baik di pasar fisik maupun bursa-bursa berjangka sehingga kurang kuat dalam mempengaruhi harga yang terbentuk, dan (3) bursa SICOM dan TOCOM menjadi sumber guncangan terbesar dalam menjelaskan variabilitas harga di pasar fisik dan bursa berjangka lainnya. Implikasi hasil penelitian ini antara lain: perlu menyiapkan perangkat dan lembaga-lembaga yang dapat mendukung untuk didirikannya bursa berjangka

5 untuk karet di Indonesia sehingga dapat meningkatkan bargaining power pelaku usaha karet di Indonesia terutama petani dan value added bagi Indonesia. Saran penelitian lanjutan ini: (1) untuk memperkuat gambaran integrasi spasial pasar karet alam antara pasar fisik di Indonesia dengan pasar berjangka dunia sebaiknya dilakukan juga berdasarkan aliran barang, biaya transaksi perdagangan dan volume transaksi perdagangan, (2) untuk memberikan gambaran yang lebih representatif dalam menjelaskan hubungan integrasi spasial pasar karet alam perlu juga dilakukan kajian analisis integrasi pasar fisik negara produsen utama lainnya seperti Thailand dan Malaysia dalam hubungan integrasi dengan pasar berjangka, dan (3) kajian pasar fisik Indonesia dalam penelitian ini hanya berdasarkan harga FOB pasar Belawan, sebaiknya diperlukan juga hargaharga daerah penghasil karet lainnya seperti Palembang, Jambi dan Kalimantan Barat. Kata kunci: karet alam, pasar fisik, pasar berjangka

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

8 Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Mayor : Analisis Integrasi Pasar Karet Alam antara Pasar Fisik di Indonesia dengan Pasar Berjangka Dunia : Wanti Fitrianti : H : Ilmu Ekonomi Pertanian Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS Anggota Mengetahui, 2. Koordinator Mayor 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 19 Juli 2009 Tanggal Lulus: 4 September 2009

9 Penguji Luar Komisi: Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS (Dosen Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor) Penguji Wakil Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang: Prof. Dr. Ir. Kuntjoro (Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)

10 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Integrasi Pasar Karet Alam antara Pasar Fisik di Indonesia dengan Pasar Berjangka Dunia. Penulis banyak mendapatkan bantuan dan masukan selama penelitian, berupa petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung hingga tersusunnya laporan penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc dan Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat membantu selama penyusunan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Koordinator Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran selama penulis kuliah di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian. 2. Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong. MS selaku Penguji Luar Komisi dan Prof. Dr. Ir. Kuntjoro selaku Penguji mewakili Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini. 3. Teman-teman EPN angkatan 2007 (Mba Wiwiek, Mba Dian, Mas Roni, Mba Desi, Fitri, Mba Asri, Pak Zul, Mas Ferry, Pak Adi, Pak Narta dan Pak Suryadi) untuk kebersamaan dalam suka dan duka selama perkuliahan dan proses penulisan tesis ini.

11 4. Seluruh staf Mayor EPN (Mba Ruby, Mba Yani, Mba Aam, Ibu Kokom dan Pak Husen) yang selalu sabar dan menyediakan waktu untuk membantu penulis selama perkuliahan sampai akhir penulis menyelesaikan studi. 5. Teristimewa untuk kedua orang tuaku Ayahanda Drs. H. Supriadi, MAg dan Ibunda Dra. Hj. Hasanah, MAg, adik-adikku tercinta (Yeni Hurriyani, SPi, Muhammad Ikhwan, SH dan Muhammad Irfan), Mas Ambar Kurniawan, SP serta seluruh keluarga besar untuk semua dukungan dan doanya. 6. Pihak-pihak lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun telah banyak memberikan sumbang saran dan bantuan serta doa selama penulis kuliah di IPB. Tesis ini penulis yakini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan namun demikian penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, September 2009 Wanti Fitrianti

12 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 1 Juli 1985 dari Ayah Drs. H. Supriadi, MAg dan Ibu Dra. Hj. Hasanah, M.Ag. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 7 Pontianak dan pada tahun yang sama penulis diterima pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura. Pendidikan sarjana tersebut diselesaikan pada tahun Penulis kemudian melanjutkan Program Magister Sains di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xv xvii xix I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Keterbatasan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Integrasi Pasar Bursa Berjangka Hubungan Harga Fisik dengan Harga Berjangka Metode Analisis Integrasi Pasar Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi Mengenai Integrasi Pasar Komoditas Studi Mengenai Karet Alam Studi Mengenai Pasar Berjangka Komoditas Arah Pengembangan Studi Terdahulu dalam Penelitian III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Konsep Model Analisis Integrasi Pasar... 53

14 Stasioneritas Data Penentuan Lag Optimal Uji Kointegrasi Uji Granger Causality Impulse Response Function Variance Decomposition IV. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Model Analisis Uji Stasioneritas Data Penentuan Lag Optimal Stabilitas Model Uji Kointegrasi Estimasi Vector Error Correction Model Uji Granger Causality Impulse Response Function Variance Decomposition V. GAMBARAN EKONOMI KARET ALAM Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia Pasar Karet Alam dan Karet Sintesis Dunia Persetujuan Dalam Perdagangan Karet Alam Internasional Perkembangan Ekonomi Karet Alam Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Integrasi Spasial Karet TSR20 dan RSS Uji Stasioneritas Penentuan Lag Optimal Pengujian Stabilitas VAR Analisis Kointegrasi Estimasi Vector Error Correction Model xiii

15 Uji Granger Causality Impulse Response Function Variance Decomposition Implikasi Integrasi Spasial Karet TSR20 dan RSS VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Implikasi Kebijakan Saran Penelitian Lanjutan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

16 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Variabel Penelitian, Simbol Satuan, Waktu dan Sumber Data Perkembangan Produksi Karet Alam Berdasarkan Produsen Utama DuniaTahun Perkembangan Konsumsi Karet Alam Berdasarkan Negara Konsumen Tahun Luas Areal dan Produksi Karet di Indonesia Tahun Produksi dan Luasan Karet di Indonesia Berdasarkan Propinsi Tahun Konsumsi Karet Dalam Negeri Tahun Ekspor Karet Indonesia ke Negara Tujuan Tahun Komposisi Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Tipe Produk Impor Karet Indonesia dari Negara Tujuan Hasil Pengujian Akar Unit dengan Intersep Tanpa Tren untuk Jenis Karet TSR Hasil Pengujian Akar Unit dengan Intersep dan Tren untuk Jenis Karet TSR Hasil Pengujian Akar Unit dengan Intersep Tanpa Tren untuk Jenis Karet RSS Hasil Pengujian Akar Unit dengan Intersep dan Tren untuk Jenis Karet RSS Kriteria Lag Optimal Karet TSR Kriteria Lag Optimal Karet RSS Uji Kointegrasi Johansen Jenis Karet TSR

17 17. Uji Kointegrasi Johansen Jenis Karet RSS Kointegrasi Jangka Panjang Jenis Karet TSR Kointegrasi Jangka Pendek Jenis Karet TSR Kointegrasi Jangka Panjang Jenis Karet RSS Kointegrasi Jangka Pendek Jenis Karet RSS Variance Decomposition Harga Karet TSR20 SICOM Variance Decomposition Harga Karet TSR20 CJCE Variance Decomposition Harga Karet TSR20 Pasar Belawan Variance Decomposition Harga Karet RSS3 TOCOM Variance Decomposition Harga Karet RSS3 AFET Variance Decomposition Hargat Karet RSS3 SHFE Variance Decomposition Harga Karet RSS1 Belawan xvi

18 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Perkembangan Harga Karet Alam di Pasar Internasional Tahun Pergerakan Harga Karet TSR20 di INDONESIA, SICOM dan CJCE Pergerakan Harga Karet RSS3 di INDONESIA, TOCOM, AFET dan SHFE Model Keseimbangan Integrasi Spasial Dua Pasar Hubungan Pasar Konvensional dan Bursa Berjangka Kerangka Pemikiran Penelitian Pangsa Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintesis Harga Karet Sintesis Jenis SBR dan Harga Karet Alam Jenis TSR Jalur Tata Niaga Ekspor Karet Respon Harga Karet Alam Bursa SICOM, Bursa CJCE dan Pasar Belawan terhadap Guncangan Harga Karet Alam Bursa SICOM Respon Harga Karet Alam di Bursa SICOM, Bursa CJCE dan Pasar Belawan terhadap Guncangan Harga Karet Alam Bursa CJCE Respon Harga Karet Alam di Bursa SICOM, Bursa CJCE dan Pasar Belawan terhadap Guncangan Harga Karet Alam Pasar Belawan Respon Harga Karet Alam di Bursa TOCOM, Bursa AFET, Bursa SHFE dan Pasar Belawan terhadap Guncangan Harga Karet Alam Bursa TOCOM Respon Harga Karet Alam di Bursa TOCOM, Bursa AFET, Bursa SHFE dan Pasar Belawan terhadap Guncangan Harga Karet Alam Bursa AFET

19 15. Respon Harga Karet Alam di Bursa TOCOM, Bursa AFET, Bursa SHFE dan Pasar Belawan terhadap Guncangan Harga Karet Alam Bursa SHFE Respon Harga Karet Alam Bursa TOCOM, Bursa AFET, Bursa SHFE dan Pasar Belawan terhadap Guncangan Harga Karet Alam Pasar Belawan xviii

20 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Uji Stabilitas Lag Optimal Karet TSR Hasil Uji Stabilitas Lag Optimal Karet RSS Hasil Uji Kointegrasi Karet TSR Hasil Uji Kointegrasi Karet RSS Hasil Estimasi Vector Error Correction Model Karet TSR Hasil Estimasi Vector Error Correction Model Karet RSS Hasil Uji Granger Causality Hasil Analisis Impulse Respone Karet TSR Hasil Analisis Impulse Respon Karet RSS

21 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi industri hasil tanaman tropis yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan terutama sebagai bahan baku berbagai produk industri. Industri otomotif khususnya sektor industri pembuatan ban merupakan produk yang berbahan baku karet alam paling tinggi yakni berkisar 75 persen dan sisanya untuk produksi produk lainnya seperti benang karet, bahan jadi karet untuk industri otomotif, industri alas kaki, industri mobil, industri pesawat, kebutuhan kesehatan, properti/bangunan dan farmasi. Pada dasarnya, industri karet terbagi atas dua jenis yakni karet alam dan karet sintesis. Walaupun karet alam jumlah produksi dan konsumsinya di bawah karet sintetis, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis sehingga beberapa industri seperti ban radial tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam. Bahkan, prospek perkaretan dunia diperkirakan akan semakin cerah dengan semakin kuatnya kesadaran akan lingkungan yang lebih sehat dan beberapa pabrik ban terkemuka dunia mulai memperkenalkan jenis ban green tyres yang kandungan karet alamnya lebih banyak (semula persen menjadi persen). Selain itu pula jumlah perusahaan industri polimer yang menggunakan bahan baku karet alam diperkirakan juga akan meningkat (Ditjenbun, 2008).

22 2 Makin pentingnya peranan karet alam dalam kebutuhan hidup manusia sehari-hari memicu perkembangan ekonomi karet alam dunia baik dari sisi produksi maupun konsumsi yang cenderung terus mengalami peningkatan. Produksi karet alam dunia dalam kurun waktu tahun menunjukkan peningkatan sebesar 62 persen dari ribu ton menjadi ribu ton (IRSG, 2008). Peningkatan ini didorong oleh produksi karet Thailand, India dan Vietnam yang mengalami pertumbuhan produksi yang relatif tinggi, sedangkan Indonesia mengalami perkembangan yang fluktuatif. Di pihak lain, Malaysia mengalami penurunan produksi yang disebabkan beberapa faktor antara lain semakin mahalnya upah tenaga kerja dan semakin meningkatnya persaingan penggunaan lahan dengan komoditas lain terutama kelapa sawit. Konsumsi agregat karet alam dunia meningkat hampir 64 persen selama periode tahun Pada tahun 2007 tercatat konsumsi karet alam sekitar ribu ton yang berarti lebih besar dari tingkat produksi pada tahun yang sama sebesar ribu ton (IRSG, 2008). Konsumsi karet alam dunia yang meningkat terjadi karena didorong oleh perkembangan industri-industri barang jadi karet dunia. Peningkatan kebutuhan karet alam ini juga diperkuat oleh laju pertumbuhan konsumsi yang cukup signifikan seperti di RRC, India dan Malaysia yang disebabkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kawasan tersebut serta adanya relokasi industri barang jadi karet dari negara barat ke negara produsen karet alam. Bahkan menurut perkiraan International Rubber Study Group, proyeksi pada tahun 2020 permintaan dunia akan mencapai 10.9 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi per tahun sebesar 9 persen, sehingga akan terjadi

23 3 kekurangan pasokan karet bila produksi karet tidak mengalami pertumbuhan yang tinggi (diatas 9 persen). Walupun terjadi excess demand namun kenyataannya harga riil karet alam cenderung berfluktuasi pada kisaran harga yang menurun. Hal ini terkait dengan proses pembentukan harga karet alam yang merupakan hasil akumulasi dari faktor fundamendal dan faktor teknis antara lain lebih dipengaruhi oleh hasil interaksi kekuatan pasar (permintaan dan penawaran), cadangan (stock) karet alam, cuaca, pergerakan nilai tukar, rasio harga karet sintetis dan karet alam, aktivitas pasar berjangka, intervensi pasar serta perkembangan ekonomi negara konsumen (Khin et al. 2008). Melihat perkembangan harga karet alam dari tahun memang menunjukkan tingkat fluktuasi harga yang cukup tinggi (Gambar 1). Puncak kenaikan harga karet alam terjadi pada awal tahun 1995 dan pertengahan tahun 2008 sedangkan penurunan harga karet alam mulai terjadi pada pertengahan tahun 1995 sampai awal tahun Penurunan harga yang terjadi pada awal tahun 1998 disebabkan krisis moneter yang dialami sebagian negara di kawasan Asia Tenggara, dimana pada saat itu nilai mata uang negara-negara produsen utama karet alam (seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia) terdepresiasi dengan nilai mata uang US Dollar (USD). Hal ini berimplikasi meningkatnya permintaan karet alam dari negara konsumen karena harga karet dinilai lebih murah oleh negara konsumen, sedangkan dari sisi produsen secara tidak langsung kondisi ini membuat harga nominal karet alam yang diterima juga mengalami peningkatan. Faktor inilah yang memacu peningkatan produksi karet negara produsen.

24 Sumber: Gapkindo, Gambar 1. Perkembangan Harga Karet Alam di Pasar Internasional Periode Tahun

25 4 Namun demikian, karena peningkatan produksi pada negara produsen menyebabkan ekspor dari negara-negara produsen melebihi penyerapan konsumsi karet alam dunia hingga pada akhirnya mengakibatkan harga kembali turun. Harga terendah terjadi pada akhir tahun 2001 yakni mencapai USC/kg dan perkembangan positif harga karet alam mulai terjadi kembali pada pertengahan tahun Bahkan, pertengahan tahun 2008 harga mencapai puncak tertinggi sepanjang sejarah harga karet alam yakni USC/kg. Peningkatan harga yang terjadi pada karet alam ini lebih dikarenakan kenaikan harga minyak mentah dunia yang juga merupakan bahan baku pembuatan karet sintesis. Karet sintesis merupakan komoditas komplementer dan juga sebagai subsitusi karet alam sehingga ketika harga karet sintesis naik secara tidak langsung ikut mendorong peningkatan harga karet alam di pasar internasional. Kemudian pada akhir tahun 2008 harga karet kembali turun yang diakibatkan terjadinya krisis ekonomi global yang menyebabkan melemahnya industri otomotif sebagai basis utama industri karet alam. Hingga dampaknya secara nyata mengakibatkan permintaan karet alam dunia melemah dan menimbulkan trend harga yang cenderung menurun di pasar internasional pada kisaran harga USC/kg pada bulan Oktober bahkan pada Desember 2008 harga karet alam hanya 112 USC/kg. Indonesia merupakan negara produsen sekaligus pengekspor karet nomor dua terbesar di dunia dengan luas areal tanaman perkebunan mencapai 3.4 juta ha pada tahun Hampir persen produksi karet tersebut diperuntukkan untuk ekspor hingga menjadikan Indonesia menguasai 35 persen dari total pangsa

26 4 ekspor karet alam dunia. Akan tetapi pengembangan karet di Indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat yang mencapai 85 persen dan menjadi tumpuan mata pencaharian lebih dari 15 juta jiwa, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik negara maupun perkebunan besar milik swasta. Hal inilah yang menjadikan pasokan karet alam Indonesia riskan terhadap jaminan mutu produk dan kontinuitas produksi. Karet alam sebagai komoditi strategis yang berorientasi pada pasar ekspor menjadikan harga karet alam Indonesia dipengaruhi dan ditentukan oleh perkembangan harga di luar negeri. Untuk itulah Indonesia memiliki kepentingan besar atas setiap perubahan harga karet alam. Ancaman pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia akibat krisis keuangan juga memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditas karet alam, padahal dalam persaingan komoditi yang sama di pasar internasional, Indonesia harus berkompetisi dengan sesama negara produsen karet alam yang memiliki keunggulan komparatif sama. Rendahnya harga karet saat ini dan cenderung berfluktuasi merupakan tantangan industri karet Indonesia. Apalagi kekuatan Indonesia dalam penetapan harga karet masih sangat lemah karena harga tidak hanya ditentukan oleh harga di tingkat industri berbahan dasar karet alam tetapi juga oleh konsumen akhir produk berbahan dasar karet alam. Hal ini dikarenakan ragam produk karet yang dihasilkan dan diekspor Indonesia masih terbatas dan umumnya masih didominasi produk primer (raw material) dan produk setengah jadi yakni sebagian besar produk karet Indonesia diolah menjadi karet remah (crumb rubber) dengan kodifikasi Standard Indonesian Rubber (SIR), sedangkan lainnya diolah dalam bentuk Ribbed Smoked Sheets (RSS).

27 4 Oleh karena itu salah satu untuk upaya untuk mengurangi risiko harga yakni melalui pasar berjangka komoditi. Namun, sampai saat ini perdagangan karet alam Indonesia masih bertumpu pada kegiatan di pasar fisik dengan keharusan untuk menyerahkan atau menerima secara fisik pada saat jatuh tempo dan belum menyentuh perdagangan dengan penyerahan berjangka secara resmi. Tidak berkembangnya pasar berjangka karet di Indonesia disinyalir terkait dengan keragaan sektor hulu industri karet yang didominasi oleh perkebunan rakyat dimana sangat riskan dalam jaminan mutu dan kontinuitas jumlah pasokan. Sedangkan untuk parameter perkembangan harga karet di dalam negeri mengacu pada bursa komoditas karet di luar negeri, seperti Singapore Commodity Exchange (SICOM), Tokyo Commodity Exchange (TOCOM), Agricultural Future Trading of Thailand (AFET) dan Shanghai Future Exchange (SHFE). Maka dari itu seiring berkembangnya pasar komoditas berjangka karet yang secara tidak langsung sangat mempengaruhi pasar fisik karet di Indonesia karena harga di pasar berjangka dapat digunakan sebagai dasar pergerakan dan sinyal harga karet di pasar fisik dimasa depan. Dengan demikian sangatlah penting untuk mengkaji lebih jauh mengenai pasar karet alam antara pasar fisik di Indonesia dengan pasar berjangka karet di dunia Perumusan Masalah Kondisi pasar karet alam dunia menunjukkan adanya fluktuasi dalam jumlah produksi (penawaran) dan konsumsi (permintaan) yang mengakibatkan harga karet alam cenderung berfluktuasi. Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia setelah Thailand. Namun ketidakmampuan industri

28 4 dalam negeri menyerap produk karet yakni baru sekitar persen dari total produksi karet nasional menyebabkan hampir persen produksi karet tersebut diperuntukkan untuk ekspor (Departemen Pertanian, 2007). Peran strategis karet alam dalam perekonomian menjadikan Indonesia memiliki kepentingan besar atas setiap perubahan harga karet alam. Apalagi kondisi umum sebagian besar usaha perkebunan karet yang masih berada pada industri hulu dirasakan kurang menguntungkan bagi pelaku usaha karet khususnya petani, karena harga komoditas primer cenderung fluktuatif dan rendah bila dibandingkan dengan produk industri hilir. Peningkatan fluktuasi harga komoditi karet tentunya akan dapat menyebabkan peningkatan resiko harga baik saat penurunan maupun peningkatan harga yang dapat berdampak pada menurunnya daya saing dan akhirnya menimbulkan pesimisme ekspor karena sebagai andalan ekspor dalam bentuk komoditi primer dalam realitasnya selalu menghadapi tren sirkuler harga yang cenderung menurun. Penerapan perdagangan berjangka komoditas memberikan manfaat untuk meminimumkan resiko fluktuasi harga serta pembentukkan harga juga dapat dilakukan secara efisien karena adanya transparansi harga sehingga membuat produsen dan konsumen diuntungkan dan dilindungi dari tindakan yang merugikan. Pada kenyataannya sampai sekarang mekanisme perdagangan karet alam Indonesia masih bertumpu pada perdagangan di pasar fisik dengan mekanisme penetapan harga karet alam Indonesia dengan kecenderungan mengacu pada harga karet yang terbentuk di Singapore Commodity Exchange (SICOM) dan Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) untuk dijadikan bahan dasar pertimbangan dalam negosiasi harga karet.

29 4 Pada dasarnya harga di pasar fisik memiliki keterkaitan dengan harga di pasar berjangka. Penetapan harga di pasar berjangka menggunakan harga fisik untuk memprediksikan harga kontrak setelah kemudian terbentuk maka harga kontrak berjangka akan menjadi acuan bagi harga di pasar berjangka, sementara harga di pasar berjangka (harga future) merupakan harga fisik di masa mendatang. Harga yang terjadi di pasar berjangka mencerminkan konsensus antara sejumlah besar pembeli dan penjual yang memiliki kesempatan sama untuk melakukan penjualan/pembelian di pasar. Harga itu tidak hanya mencerminkan keadaan pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang bersangkutan, tetapi juga mencerminkan perkiraan pasokan/permintaan untuk masa yang akan datang. Harga di pasar berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang terjadi. Hal itu penting bagi perencanaan produksi, processing, dan pemasaran komoditi sehingga mengurangi biaya operasional dan akhirnya memberi manfaat bagi ekonomi. Dengan demikian adanya pasar berjangka dapat membantu terintegrasinya pasar-pasar lokal ke dalam pasar nasional bahkan internasional. Implikasi lebih lanjut dari proses integrasi harga adalah pergerakan harga di satu pasar akan dikuti oleh pasar lainnya. Sebagaimana terlihat pada gambaran perkembangan harga karet alam di pasar berjangka karet dunia yang tampaknya diikuti oleh pola perkembangan harga karet di pasar fisik Indonesia. Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa pergerakan harga karet alam baik untuk jenis karet TSR20 dan RSS3 di pasar domestik (dalam negeri) dan pada pasar berjangka relatif memiliki pergerakan harga yanga sama. Harga karet

30 4 alam yang berfluktuasi di pasar berjangka karet dunia membuat ikut berfluktuasinya harga karet alam di dalam negeri. Pola pergerakan harga tersebut dapat mengindikasikan kondisi pasar karet alam Indonesia terintegrasi secara spasial dengan pasar acuan (dalam hal ini adalah pasar berjangka dunia). Oleh karena itu untuk mengetahui kondisi pasar karet alam Indonesia dan pasar berjangka dunia dilakukan analisis integrasi pasar. Jika dilihat secara umum pergerakan harga karet alam domestik serarah dengan perkembangan harga karet di pasar berjangka dunia. Pergerakan harga karet di pasar berjangka dunia ditransmisikan ke pasar domestik (border price dan wholesale price) melalui mekanisme pasar. Pergerakan harga tersebut mengindikasikan terjadinya integrasi namun tidak diketahui hubungan kointegrasi harga antara pasar fisik karet alam di Indonesia dengan pasar berjangka karet dunia. Oleh karena itu, perlu dianalisis hubungan kointegrasi harga pasar karet alam di Indonesia dan pasar berjangka dunia. Pola hubungan spasial antara dua pasar dapat bersifat hierarkis dan dapat pula bersifat simetris. Pola hubungan hierarkis ditunjukkan oleh adanya pasar sentral (pemimpin) dan pasar cabang (pengikut). Tingkat harga pasar cabang (pengikut) ditentukan searah oleh harga di pasar sentral (pemimpin), sedangkan harga di pasar sentral (pemimpin) tidak dapat dipengaruhi oleh harga di pasar cabang (pengikut). Pola hubungan simetris dicirikan oleh kesetaraan kekuatan, tidak ada pasar sentral (pemimpin) dan pasar cabang (pengikut). Harga di kedua pasar saling pengaruh mempengaruhi (Ravallion, 1986). Oleh karena itu, kekuatan atau ukuran relatif hubungan antarpasar spasial sangat menentukan terhadap proses pembentukan harga di masing-masing pasar.

31 Jan 05 Apr 05 Jul 05 Okt 05 Jan 06 USD/TON Apr 06 Jul 06 Okt 06 Jan 07 Apr 07 Jul 07 Okt 07 Jan 08 Apr 08 Jul 08 Okt 08 SICOM CJCE INDONESIA Sumber: IRSG, Gambar 2. Pergerakan Harga Karet Alam TSR20 di INDONESIA, SICOM dan CJCE 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 Jan 05 Mar 05 Mei 05 Jul 05 Sep 05 USD/TON Nop 05 Jan 06 Mar 06 Mei 06 Jul 06 Sep 06 Nop 06 Jan 07 Mar 07 Mei 07 Jul 07 Sep 07 Nop 07 Jan 08 Mar 08 Mei 08 Jul 08 Sep 08 Nop 08 Jan 09 INDONESIA TOCOM AFET SHFE Sumber: IRSG, Gambar 3. Pergerakan Harga Karet Alam RSS3 di INDONESIA, TOCOM, AFET dan SHFE

32 4 Pasar karet juga banyak mengalami guncangan terutama oleh adanya krisis energi. Krisis energi yang menyebabkan resesi ekonomi terutama di negaranegara industri antara lain menyebabkan semakin menurunnya permintaan mobil. Sedangkan lebih dari 70 persen dari seluruh produksi karet dunia digunakan oleh industri otomotif. Apalagi industri karet sintesis yang merupakan produk subsitusi dan juga sebagai komplementer karet alam sebagian besar menggunakan minyak bumi, sehingga mudah mengalami guncangan sebagai akibat kenaikan harga minyak bumi. Hal inilah yang menjadikan pemicu harga karet di pasaran dunia secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh keadaan pasar minyak dan gas bumi karena menyebabkan permintaan pasaran karet alam mengalami penurunan. Perubahan nilai tukar akan sangat mempengaruhi harga karet alam baik di pasar Indonesia dan pasar berjangka dunia. Setiap perubahan nilai tukar akan mempengaruhi harga di negara pembeli jika tanpa perubahan harga di negara produsen serta berdampak pada permintaan spekulatif pada pasar berjangka karet. Untuk itu sangat penting mengetahui pengaruh perubahan nilai tukar dan harga minyak bumi terhadap keseimbangan harga karet alam di pasar fisik Indonesia dengan pasar berjangka karet dunia. Dengan demikian, pengukuran integrasi pasar karet alam di Indonesia dan pasar berjangka Internasional penting dilakukan karena hubungan spasial diantara keduanya sangat menentukan terhadap proses pembentukan harga di masingmasing pasar dan dapat memberikan gambaran mengenai dampak perkembangan harga yang diterima di pasar fisik Indonesia. Karena apabila pasar karet alam Indonesia tidak terintegrasi dengan pasar berjangka dunia, maka perkembangan

33 4 harga di pasar berjangka (kenaikan/penurunan) belum tentu berdampak nyata terhadap harga karet alam di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini secara spesifik sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hubungan integrasi dan kointegrasi harga karet alam antara pasar fisik di Indonesia dengan pasar berjangka karet alam dunia. 2. Bagaimanakah respon sensitivitas harga karet alam di pasar fisik Indonesia dan pasar berjangka dunia jika terjadi guncangan (shock) harga dari masingmasing pasar. 3. Bagaimanakah kontribusi guncangan (shock) masing-masing pasar dalam menjelaskan variabilitas pembentukan harga karet alam di pasar fisik Indonesia maupun pasar berjangka dunia Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis hubungan integrasi dan kointegrasi harga karet alam antara pasar fisik di Indonesia dengan pasar berjangka karet alam dunia. 2. Menganalisis respon sensitivitas harga karet alam di pasar fisik Indonesia dan pasar berjangka dunia jika terjadi guncangan (shock) harga dari masingmasing pasar. 3. Menganalisis kontribusi guncangan (shock) masing-masing pasar dalam menjelaskan variabilitas pembentukan harga karet alam di pasar fisik Indonesia maupun pasar berjangka dunia.

34 4 1.4.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini secara umum mengkaji keberadaan integrasi pasar karet alam antara pasar fisik di Indonesia dengan pasar berjangka karet alam dunia. Adapun secara khusus ruang lingkup penelitian ini meliputi: (1) pasar fisik karet alam di Indonesia adalah Belawan (Medan) untuk jenis karet TSR20 dan RSS, dan (2) pasar berjangka dunia meliputi Singapore Commodity Exchange (SICOM), Central Japan Commodity Exchange (CJCE) untuk karet TSR20 dan Tokyo Commodity Exchange (TOCOM), Agricultural Future Trading of Thailand (AFET) dan Shanghai Future Exchange (SHFE) untuk karet RSS Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan studi ini diantaranya adalah: (1) integrasi pasar karet alam di pasar fisik dan pasar berjangka hanya ditinjau melalui hubungan harga dengan menganggap biaya transportasi konstan antar waktu, (2) harga pasar fisik di Indonesia hanya mencakup harga FOB pelabuhan Belawan (Medan) hal ini dilakukan karena wilayah tersebut merupakan sentra produksi sekaligus pelabuhan terbesar karet untuk jenis TSR20 dan RSS, (3) karena keterbatasan data harga yang digunakan dalam penelitian ini untuk jenis karet alam TSR20 dari November 2000-Maret 2009 sedangkan untuk jenis karet alam RSS3 menggunakan data dari Juni 2004-Maret 2009, dan (4) harga karet alam jenis RSS untuk Belawan dalam penelitian ini menggunakan jenis RSS1 dikarenakan keterbatasan data jenis karet RSS3 untuk pasar Indonesia, namun dengan sifat jenis karet RSS1 yang memiliki spesifikasi hampir sama dengan jenis karet RSS3 sehingga dianggap relevan digunakan dalam penelitian ini.

35 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Integrasi Pasar Integrasi pasar merupakan keterpaduan diantara beberapa pasar yang memiliki korelasi harga tinggi. Muwanga dan Snyder (1997) dalam Adiyoga (2006) mengemukakan bahwa pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas perdagangan antara dua atau lebih pasar-pasar yang terpisah secara spasial, kemudian harga di suatu pasar berhubungan atau berkorelasi dengan harga di pasar-pasar lainnya. Dalam hal ini, perubahan harga di suatu pasar secara parsial atau total ditransmisikan ke pasar-pasar lain, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Analisis integrasi pasar merupakan salah satu indikator untuk mengetahui efisiensi pasar. Pasar akan berjalan secara efisien jika memanfaatkan semua informasi yang tersedia. Informasi harga dan kemungkinan substitusi produk antar pasar selalu berpengaruh terhadap perilaku penjual dan pembeli. Transmisi dan pemanfaatan informasi diantara berbagai pasar mengakibatkan harga dari komoditas tertentu bergerak secara bersamaan di berbagai pasar tersebut. Kondisi ini menunjukkan keberadaan integrasi pasar yang merupakan indikator efisiensi sistem pemasaran (Heytens 1986 dalam Adiyoga 2006). Menurut Baffes dan Bruce (2003) pasar dapat dikatakan terintegrasi apabila perubahan harga yang terjadi di pasar dunia tersebut langsung diteruskan dan direfleksikan ke pasar dalam negeri. Dengan kata lain pola harga yang

36 16 ditunjukkan harus sama. Sebuah sistem pasar yang terintegrasi secara efisien akan memiliki hubungan yang positif antara harganya di wilayah pasar yang berbeda. Selanjutnya jika perdagangan terjadi pada dua wilayah yang berbeda dan harga di daerah yang mengimpor sebanding dengan harga di daerah yang mengekspor ditambah dengan biaya yang diperlukan, maka kedua pasar tersebut dapat dikatakan telah terintegrasi (Ravallion, 1986). Berbeda dengan Barrett (1996) yang menyatakan bahwa pasar yang tidak terintegrasi spasial maupun intertemporal ini dapat mengindikasikan bahwa terjadi ketidakefisienan pasar seperti terjadi kolusi dan adanya konsentrasi pasar sehingga mengakibatkan adanya permainan harga dan terjadinya distorsi harga di pasar. Rifin dan Nurdiyani (2007) mengatakan bahwa terintegrasi atau tidaknya suatu pasar dapat dianalisis dengan memperhatikan faktor: 1. Segmentansi pasar Pasar dikatakan tidak terintegrasi jika pasar tersegmentasi dimana apabila perubahan harga yang terjadi di pasar acuan tidak mempunyai pengaruh, baik cepat atau lambat terhadap harga di pasar domestik. Dengan demikian diharapkan dengan terintegrasinya pasar domestik, maka harga yang terjadi di pasar domestik dipengaruhi oleh perubahan harga yang ada di pasar acuan. 2. Integrasi jangka Pendek Pasar dikatakan terintegrasi dalam jangka pendek apabila perubahan harga yang terjadi di pasar acuan secara langsung dan utuh diteruskan ke dalam harga di pasar domestik. Analisis ini juga mensyaratkan bahwa tidak ada efek lag pada harga dimasa yang akan datang.

37 17 Dalam makroekonomi dan ekonomi internasional konsep yang umum dari integrasi pasar terfokus pada kemampuan dalam melakukan perdagangan (trability/tradabilitas). Transfer sinyal tradabilitas terhadap kelebihan permintaan dari suatu pasar ke pasar lainnya ditrasmisikan sebagai arus fisik aktual maupun potensial. Arus perdagangan yang positif dapat mendemontrasikan integrasi pasar spasial berdasarkan konsep tradabilitas (Barret, 2005). Riset integrasi spasial pasar tradisional mengasumsikan bahwa dua daerah dengan pasar ekonomi yang sama untuk produk yang homogen terjadi jika perbedaan harga antara dua daerah sama persis dengan biaya transaksi yang berhubungan dengan perdagangan (Sexton, Kling dan Carman dalam Bernal 2003). Pada suatu keseimbangan yang kompetitif, arus perdagangan terjadi sampai laba potensi menjadi jenuh. Jika perbedaan harga kurang dari biaya biayabiaya transaksi, maka pasar mungkin tersegmentasi atau jika perdagangan masih terjadi juga maka perbedaan ini mengindikasikan adanya strategi maksimisasi keuntungan jangka panjang atau kegagalan atas informasi jangka pendek. Pasar autarki menyediakan penjelasan alternatif untuk pasar tersegmentasi dengan kondisi keseimbangan (Spiller dan Huang dalam Bernal, 2003). Kemudian Anwar (2005) menyatakan bahwa dua pasar terpadu apabila perubahan harga suatu pasar dirambatkan ke pasar lain, semakin cepat perambatannya maka semakin terpadu pasarnya. Kajian tentang integrasi pasar penting dilakukan untuk melihat sejauh mana kelancaran informasi dan efisiensi pemasaran pada pasar. Tingkat keterpaduan pasar yang tinggi menunjukkan telah lancarnya arus informasi diantara lembaga pemasaran sehingga harga yang terjadi pada pasar yang dihadapi

38 18 oleh lembaga pemasaran yang lebih rendah dipengaruhi oleh lembaga pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan apabila arus informasi berjalan dengan lancar dan seimbang, tingkat lembaga pemasaran yang lebih rendah mengetahui informasi yang dihadapi oleh lembaga pemasaran diatasnya, sehingga dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga. Pada dasarnya analisis integrasi pasar dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan hubungan pasar yang dianalisis, yaitu: 1. Integrasi Pasar Spasial Integrasi pasar spasial merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya. Integrasi pasar spasial menunjukkan pergerakan harga, dan secara umum merupakan signal dari transmisi harga dan informasi diantara pasar yang terpisah secara spasial. Prilaku harga spasial dalam pasar regional merupakan indikator penting dalam melihat market performance. Pasar yang tidak terintegrasi bisa membawa informasi harga yang tidak akurat yang dapat mendistorsi keputusan pasar produsen dan kontribusi pergerakan produk menjadi tidak efisien. Tingkat keefisienan antar pasar di berbagai lokasi yang berjauhan mempunyai implikasi penting dalam liberalisasi pasar dan perumusan kebijakan. Mengingat akan pentingnya masalah ini, maka sejumlah uji empiris terhadap Dalil Harga Tunggal (The Law of One Price/LOP) dan ukuran kesatuan dan keefisienan pasar telah banyak dilakukan (Fackler dan Goodwin, 2001 dalam Hutabarat 2006). Dalil ini menyatakan bahwa pada keadaan pasar bersaing, semua hargaharga dalam suatu pasar akan seragam setelah adanya biaya tambahan terhadap kegunaan tempat, waktu dan bentuk dari suatu barang di pasar yang bersangkutan.

39 19 Apabila pasar terintegrasi maka peningkatan harga di suatu daerah atau negara akan ditransmisikan ke pasar-pasar lainnya. Namun ada beberapa prinsip-prinsip yang menentukan perbedaan harga pasar spasial antar negara berlaku sama pada harga internasional, dimana tidak tersedia rintangan dari pergerakan produk antara negara-negara tersebut. Untuk berbagai komoditi pertanian, tentu saja kondisi rintangan tersebut sangat dibutuhkan dalam perdagangan bebas. Prinsip-prinsip yang mendasari perbedaan harga diantara daerah menurut Tomek dan Robinson (1972) (dengan asumsi sebuah struktur pasar kompetitif termasuk komoditi yang homogen, informasi sempurna dan tidak ada rintangan yang mengganggu perdagangan) dapat diringkas sebagai berikut: a) Perbedaan harga antara tiap dua daerah yang melakukan perdagangan satu sama lain akan sama dengan biaya transfer yang dikeluarkan. Perbedaan harga antara tiap dua daerah yang tidak melakukan perdagangan satu sama lain akan menjadi kurang dari atau sama dengan biaya transfer. b) Perbedaan harga antara daerah tidak dapat melebihi dari biaya transfer. Alasan untuk hal ini sudah jelas karena jika pada saat perbedaan harga lebih besar daripada biaya transfer, para pembeli akan membeli komoditi dari pasar dengan harga yang rendah dan mengirimkannya ke pasar yang harganya lebih tinggi, pada akhirnya pergerakan harga barang dari pasar dengan harga yang lebih rendah ke yang lebih tinggi akan membawa pada kondisi keseimbangan baru. Dengan kata lain pola pembelian ini akan terus menerus berlangsung sampai tidak menguntungkan lagi untuk melakukan pengiriman komoditi antar pasar, karena itu perbedaan harga antar daerah tidak lagi melebihi biaya transfer (Tomek dan Robinson, 1972).

40 20 Untuk perdagangan internasional, dua pasar dengan terintegrasi spasial dapat terjadi jika harga untuk suatu komoditas yang secara terus-menerus diperdagangakan antar dua negara (ketika penyesuaian kelayakan untuk nilai tukar dan biaya-biaya transaksi) adalah sama seperti Dalil Harga Tunggal. Analisa empiris hubungan harga di pasar internasional telah banyak dikembangkan, tapi hasilnya beragam sehingga tidak mendapatkan dukungan yang kuat tentang Dalil Harga Tunggal (Officer et al. dalam Bernal, 2003). Hubungan harga secara geografis dapat dianalisa dengan menggunakan model keseimbangan spasial (Spatial Equilibrium Model). Model ini memungkinkan untuk mengestimasi net harga yang berlaku di tiap daerah dan kuantitas pertukaran komoditi di tiap daerah yang akan menjual atau membeli dari daerah lain. Model keseimbangan spasial sangat berguna dalam menganalisis hubungan harga antar daerah dan bentuk perdagangan di mana terdapat sejumlah daerah yang mengkonsumsi sekaligus berproduksi. Jika semua daerah menerima satu produsen surplus dan mengirimkannya secara tunggal ke daerah defisit, maka mengurangi biaya transfer dari harga pasar pusat produksi. Akan tetapi, jika masing-masing daerah memproduksi sekaligus mengkonsumsi komoditi yang diperdagangkan maka hal yang tidak selalu dapat ditentukan yakni daerah mana yang akan menyediakan kelebihan penawaran untuk dijual kepada daerah defisit dan yang akan meminta impor. Analisis integrasi pasar spasial membagi pasar dalam dua kategori yakni: pasar yang berpotensi defisit atau kekurangan dan pasar yang berpotensi surplus atau berlebih. Seperti halnya Indonesia memiliki potensi surplus dalam hal memproduksi karet alam sedangkan pasar di negara lain dalam penelitian ini

41 21 yakni dimisalkan Singapura berpotensi defisit atau dengan kata lain tidak memproduksi karet. Gambar 4 menunjukkan apabila tidak terjadi perdagangan maka harga yang terjadi adalah P A yakni di pasar Indonesia (A) dan P B di pasar Singapura (B) dimana P A < P B. Pada harga diatas P A, pasar Indonesia akan mengalami excess supply, sehingga beberapa produk akan tersedia untuk dijual ke pasar lain. Sedangkan impor akan dilakukan untuk memenuhi kelebihan permintaan (excess demand) di pasar Singapura apabila harga dibawah P B. Selanjutnya informasi dari kurva ini dapat digunakan untuk mengembangkan model keseimbangan spasial akibat perdagangan antara dua pasar dengan menggunakan kurva excess supply dan excess demand seperti yang ditunjukkan oleh kurva pada Gambar 4 bagian c. Kurva excess supply dan excess demand dapat berubah dengan perubahan faktor kekuatan supply dan demand pada masing-masing pasar. Excess supply adalah selisih jumlah yang ditawarkan dengan jumlah yang diminta pada suatu tingkat harga dan waktu tertentu, yang semakin tinggi dengan semakin meningkatnya harga dan bernilai nol pada harga keseimbangan pasar A (P A ). Kurva excess supply di dasarkan pada garis datar (selisih) antara kurva supply dan demand di pasar A (Indonesia) pada harga diatas titik keseimbangan (titik b dikurang titik a, yang ditunjukkan oleh grafik bagian a pada (Gambar 4). Grafik juga digunakan untuk menggambarkan kurva excess supply yang ditunjukkan grafik bagian c. Seperti kurva supply biasa, kurva excess supply mempunyai kemiringan (slope) positif dikarenakan selisih antara supply dan demand yang makin melebar akibat peningkatan harga.

42 22 a. Pasar A (Surplus) b. Pasar B (Defisit) c. Keseimbangan excess supply dan excess demand S B Harga (P) Transfer Cost (t) P A ES A a b S A P B c d PB PE B1 PE E Excess Supply di pasar A (ES A ) P A ED B PE A1 PA Excess Demand di pasar B (ED B ) D B P t t x Q A D A Q B 0 QE 1 QE 2 y Komoditi (Q) Sumber: Tomek dan Robinson, Gambar 4. Model Keseimbangan Integrasi Spasial Dua Pasar

43 23 Excess demand adalah selisih jumlah yang diminta dengan jumlah yang ditawarkan pada suatu tingkat harga dan waktu tertentu, yang semakin meningkat dengan semakin rendahnya harga dan bernilai nol pada harga keseimbangan pasar B (P B ). Kurva excess demand didasarkan pada garis datar (selisih) antara kurva supply dan demand dibawah titik keseimbangan pada pasar B (titik d dikurang titik c, yang ditunjukkan oleh grafik bagian b pada Gambar 4). Grafik ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan kurva excess demand yang ditunjukkan grafik bagian panel c pada Gambar 4. Kurva excess demand mempunyai kemiringan (slope) negatif dikarenakan selisih antara supply dan demand yang makin melebar akibat penurunan harga. Kurva excess supply dan excess demand berpotongan pada harga P B jika tidak ada biaya transfer antara dua pasar, total komoditi sebannyak QE 2 (sebesar ab=cd) dapat dijual dari pasar A ke pasar B harga diantara kedua pasar akan sama yaitu sebesar P E. Sedangkan bila biaya transfer dari pasar A ke Pasar B melebihi atau lebih besar dari P t maka perdagangan tidak akan terjadi. Dalam kasus ini demand dan supply sama di setiap pasar dan perbedaan harga akan lebih kecil dari biaya transfer. Perubahan biaya transfer dapat diilustrasikan dengan garis volume perdagangan yang digambarkan oleh garis xy. Garis vertikal antara 0 sampai P t menunjukkan besaran biaya transfer, semakin tinggi biaya transfer semakin kecil volume perdagangan dan perdagangan tidak akan terjadi jika biaya transfer sama atau melebihi P t. Sedangkan garis horizontal antara 0 sampai QE 2 menunjukkan besaran perdagangan. Perdagangan akan maksimum pada QE 2 ketika biaya transfer sama dengan nol. Sebagai contoh apabila biaya transfer sebesar t, maka

ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI

ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi industri hasil tanaman tropis yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan terutama sebagai bahan baku

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH 1 INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA DESI ARYANI

INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA DESI ARYANI INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA DESI ARYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luas areal kebun karet Indonesia terluas di dunia (+ 3,4 juta hektar pada tahun 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE 1999-2006 MUHAMMAD ILHAM RIYADH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK MUHAMMAD ILHAM RIYADH. Analisis Fluktuasi

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010] II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Karet Alam Olahan Getah karet atau lateks diperoleh secara teknis melalui penyadapan pada kulit batang karet. 5 Penyadapan ini memerlukan teknik yang khusus untuk mendapat

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA OLEH VAGHA JULIVANTO H

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA OLEH VAGHA JULIVANTO H DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA OLEH VAGHA JULIVANTO H14050086 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN VAGHA JULIVANTO. Dinamika Ekspor Karet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

DAMPAK GUNCANGAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA TERHADAP HARGA BERAS DOMESTIK (Suatu Analisis Kointegrasi) SANTI CHINTIA

DAMPAK GUNCANGAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA TERHADAP HARGA BERAS DOMESTIK (Suatu Analisis Kointegrasi) SANTI CHINTIA DAMPAK GUNCANGAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA TERHADAP HARGA BERAS DOMESTIK (Suatu Analisis Kointegrasi) SANTI CHINTIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK Sumber: Studi Kelayakan (FS) Kawasan Agro Industri Jambi (JAIP) JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK (JAIP) telah menjadi komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten terkait pengembangan Kawasan

Lebih terperinci

KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Venny Syahmer

KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Venny Syahmer KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : Venny Syahmer PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG TITIEN KRISTININGSIH

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG TITIEN KRISTININGSIH PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG TITIEN KRISTININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH 1 INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H14102098 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk tanaman perkebunan pada umumnya berorientasi ekspor dan diperdagangkan pada pasar internasional, sebagai sumber devisa. Disamping sebagai sumber devisa, beberapa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Fluktuasi dan Volatilitas Harga Fluktuasi merupakan istilah yang mengacu pada ketidakstabilan, ketidaktetapan, guncangan, kelabilan, dan perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS Oleh H A M D I 087018025/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA. Iwan Hermawan

ANALISIS EKONOMI PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA. Iwan Hermawan ANALISIS EKONOMI PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA Iwan Hermawan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 i ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ii RINGKASAN RUSNIAR.

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN VOLATILITAS NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR DI ASEAN 5 PERIODE 1998.Q Q2 SKRIPSI

POLA HUBUNGAN VOLATILITAS NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR DI ASEAN 5 PERIODE 1998.Q Q2 SKRIPSI POLA HUBUNGAN VOLATILITAS NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR DI ASEAN 5 PERIODE 1998.Q1 2011.Q2 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp , ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta)

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta) ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta) OLEH HENGKY GAMES JS H14053064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT BANK NAGARI ZEDNITA AZRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA KERTAS KERJA

GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA KERTAS KERJA GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA Oleh: Christopher Daniel NIM: 212011050 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012, sesuai data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara sedang berkembang yang menganut perekonomian terbuka, Indonesia berperan serta dalam perdaganagan internasional. Indonesia kian giat

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA. Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA. Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A 14104073 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci