BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Djaja Yohanes Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Snowball Throwing Pengertian Snowball Throwing Menurut Ras Eko 2011 model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti bola salju dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang di gulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama kelompok. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juaga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas. Dalam model Snowball Throwing, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi atau kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan 1
2 lingkungan pergaulan. Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelomok untuk menapatkan tugas dari guru kemudian masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh Langkah-langkah Snowball Throwing Menurut Suprijono 2009 langkah-langkah model Snowball Throwing adalah: 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan kompotensi dasar yang ingin dicapai. 2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok 5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa kesiswa yang lain selama 5 menit 6. Setelah siswa dapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbetuk bola tersebut secara bergantian 7. Guru memberikan kesimpulan 2
3 8. Evaluasi 9. Penutup Untuk melaksanakan model pembelajaran dengan menggunakan Snowball Throwing, pendidik perlu melakukan beberapa persiapan/langkah yang harus dilakukan adalah: 1) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan minimal 25 pertanyaan singkat, lebih banyak lebih baik. 2) Guru menyiapkan bola kecil ( bisa bola karet atau bola kain ), yang akan digunakan sebagai alat lempar 3) Guru menerankan cara bermain Snowball Throwing kepada siswa Aturan atau cara bermain Snowball Throwing adalah sebagai berikut: a. Guru melemparkan bola secara acak kepada salah satu siswa b. Siswa yang mendapatkan bola melemparkannya kesiswa yang lain, boleh secara acak atau secara sengaja c. Siswa mendapatkan bola dari temannya kembali ke siswa lainnya d. Siswa ketiiga/ siswa terakhir, berkewajiban untuk mengerjakan soal yang telah disiapkan oleh guru e. Guru memulai dengan melemparkan bola kepada siswa secara acak f. Siswa melemparkannya kembali kearah siswa yang lain, sesuai dengan peraturan yang telah dijelaskan sebelumnya g. Siswa terakhir yang menerima bola harus menjawab pertanyaan nomor satu. 3
4 h. Guru membenarkan jika jawaban salah, menegaskan apabila kurang pas i. dan menerankan/ membahas soal yang baru saja dijawab Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing 1. Kelebihan Model Snowball Throwing Model Snowball Throwing mempunyai beberapa kelebihan yang semuanya melibatkan dan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran. Kelebihan dari model Snowball Throwing adalah: 1) Suasana pembelajaran menjadi menyenagkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain. 2) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain. 3) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu yang dibuat temannya seperti apa. 4) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. 5) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek. 6) Pembelajaran menjadi lebih efektif. 7) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. 2. Kelemahan /Kekurangan Model Snowball Throwing 4
5 Disamping terdapat kelebihan tentu saja model Snowball Throwing juga mempunyai kekurangan. Kelemahan dari model ini adalah : 1) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan. 2) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pembelajaran. 3) Tidak ada kuis individu maupun pengahargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok 4) Memerlukan waktu yang panjang 5) Siswa yang nakal cenderung untuk berbuat onar 6) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh siswa. Kelemahan dalam penggunaan model ini dapat ditutupi dengan cara : a. Guru menerankan terlebih b. dahulu materi yang akan didemonstrasikan secara singkat dan jelas disertai dengan aplikasinya. c. Mengoptimalisasi waktu dengan cara member batasan dalam pembuatan kelompok dan pembuatan pertanyaan. 5
6 d. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa diatasi. e. Memisahkan group siswa yang dianggap sering dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang berbeda. f. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok. 2.2 Hakikat Membaca Teks Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Karena dengan membaca seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan orang tersebut mampu memperluas daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Membaca merupakan salah satu kunci utama untuk memasuki istana ilmu, berperan sebagai landasan yang mantap serta kegiatan yang menyajikan sumber-sumber bahan yang tak pernah kering bagi berbagai aktifitas ekpresif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari Pengertian Membaca Teks Beberapa pakar memberikan batasan pengertian membaca antara lain : (1) Anderson ; membaca adalah melafalkan lambing-lambang bahasa tulis, (2) A.S. Broto; membaca adalah mengucapkan lambing bunyi, (3) Henry Guntur Tarigan; membaca adalah proses pemerolehan pesan yang 6
7 disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan, (4) Poerwodarminto; membaca adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Lebih lanjut Klein ( dalam Rahim, 2008 : 3 ) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses yang dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/ atau memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya secara strategis dan interaktif Tujuan Membaca Teks Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. Menurut Blanton dan Irwin (dalam Rahim 2008:11) bahwa tujuan membaca mencakup (1) kesenangan (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya 7
8 tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan sesuatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, (9) menjawab pertanyaan-petanyaan spesifik Manfaat Membaca Teks Rahim ( 2008 : 1 ) Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan siswa yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan siswa yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Menurut Ismail 2010 kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat, antara lain: 1. Memperoleh banyak pengalaman hidup. 2. Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan. 3. Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. 8
9 4. Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia. 5. Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. 6. Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai. 7. Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. 8. Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi Jenis-jenis Membaca Teks Menurut Kusmana (2010 :75 86) jenis-jenis membaca dapat dilakukan berdasarkan aktivitas yang harus dilakukan oleh pembaca. Oleh karena itu, jenis-jenis membaca sering dilakukan pembaca adalah membaca nyaring, membaca pemahaman yang terdiri atas membaca intensif dan membaca ektensif, membaca cepat (skimming) dan membaca sekilas (scanning). Dalam Standar Isi Permendiknas no 22/2006 ( Kusmana ) sebagai dasar bagi pembuat pembuatan kurikulum sekolah, kompetensikompetensi dasar membaca yang harus dimilki peserta didik adalah membaca pemahaman membaca intensif, membaca ektensif, membaca memindai, dan membaca cepat. A. Membaca Pemahaman 9
10 Menurut Rubin (dalam Somadayo 2011:7) membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Pendapat ini memandang bahwa dalam membaca pemahaman, secara simultan terjadi konsentrasi dua arah dalam melakukan aktivitas membaca, pembaca secara aktif merespon dengan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh penulis. Untuk itu, pembaca dituntut untuk mengungkapkan makna yang terkandung didalam teks, yakni makna yang ingin disampaikan oleh penulis. B. Membaca Intensif Menurut Kusmana ( dalam dictionary of Reading 2010 : 79 ) disebut bahwa membaca intensif merupakan kegiaatan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam membaca seseorang hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bacaan yang ada. Membaca intensif merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengasa kemampuan membaca secara kritis. Selanjutnya menurut Suyatno ( dalam Kusmana 2010:79) tujuan membaca intensif yaitu agar siswa dapat memahami bacaan secara intensif, tanpa bersuara, dan tuntas. Oleh karena itu, latihan membaca intensif dapat menumbuhkan dan mengasah kemampuan siswa membaca kritis, pemahaman pembaca pun akan semakin berhasil. Pemahaman erat hubungannya dengan kecepatan membaca. Dalam membaca intensif pembaca memahami bacaan tanpa bersuara, berkomat-komit, dan sebagainya. 10
11 Membaca intensif sering disebut juga membaca mendalam. Pembaca harus membaca dengan sungguh-sungguh untuk mengunduh informasi dari bacaan. Dalam membaca intensif seseorang akan mengkritisi atau mengkaji bacaan menggunakan pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi yang dibaca. Membaca intensif terdiri atas membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading). Membaca telaah isi terbagi lagi ke dalam: (a) membaca teliti (close reading), (b) pembaca pehaman (understanding reading), membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading for ideas). Membaca bahasa terbagi dalam lagi ke dalam (a) membaca bahasa dan (b) membaca sastra. Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang sering di lakukan pelajar dalam mendapatkan informasi. Oleh karena itu, kegiatan membaca intensif perlu dibelajarkan kepada siswa. C. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif adalah kegiatan memahami beberapa bacaan dengan cepat. Membaca ekstensif sering juga di namakan membaca secara luas. Objektifnya meliputi sebanyak mungkin teks bacaan dalam waktu sesingkat mungkin. Tujuannya memahami isi penting dari bacaan yang berhubungan dengan cepat dan efisien. Menurut Kusmana (dalam dictionary of reading 2010:81) dinyatakan bahwa smembaca ekstensif merupakan kegiatan membca yang dilakukan secara lebih luas. Pembaca memiliki kebebasan dan keleluasaan dalam memilih, baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang di bacanya. 11
12 Membaca ekstensif sangat besar manfaatnya dalam mendapatkan berbagai pengalaman dan informasi yang sangat luas. Membaca ekstensif adalah membaca yang dilakukan secara luas, implikasinya antara lain: Pertama, bahan-bahan bacaan, baik jenis atau teks maupun ragamnya luas dan beraneka. Dengan demikian, dalam pembelajaran membaca ekstensif menuntut siswa banyak memiliki keleluasaan dalam melakukan pilihan terhadap bahan bacaan. Meskipun demikian yang harus diperhatikan guru adalah faktor kesulitan dari bahan bacaan tersebut. Kedua, waktu yang dipergunakan untuk membaca ekstensif pada umumnya singkat. Pada membaca ekstenif pemahaman sepintas saja sudah dianggap memadai, karena dalam membaca ekstensif tuntutan dan tujuannya pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang penting dari beberapa bahan bacaan dengan menggunakan waktu relatif sebentar. Membaca ektensif terdiri atas membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading). Membaca ektensif lebih ditujukan untuk membaca secara komprehensif dengan cakupan bahan bacaan yang lebih luas. Jenis membaca itu dipergunakan untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya dari beragam bacaan dengan cepat. Membaca ektensif bukan untuk kepentingan pendalaman informasi, melainkan untuk perluasaan informasi. Membaca ekstensif tersebut merupakan kegiatan membaca pemahaman, sehingga pada saat membaca memerlukan kesungguhan, kecermatan, dan 12
13 kemampuan menggambungkan beberapa gagasan yang berhubungan. Kemampuan membaca ekstensif sangat berguna bagi peserta didik yang sedang menggali dan mencari informasi. Oleh karena itu, kemampuan membaca ekstensif itu dapat dilatihkan kepada peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dapat ditempuh sebagaimana yang diungkapkan Suyatno (dalam Kusmana 2010: 82), yaitu sebagai berikut: a) Guru memberikan penjelasan tentang tehnik pembelajaran membaca ekstensif b) bacaan yang bertopik sama, namun antara siswa yang satu dengan Guru memberikan artikel kepada siswa masing-masing dua buah yang lain berbeda sumber data (ada yang dari Koran, majalah, buku teks, dan lain-lain). c) Dalam waktu tertentu bacaan secara bergilir saling dipertukarkan. d) siswa menyampaikan uraian inti dari masing-masing bacaan yang mereka baca. e) Siswa lain member tanggapan mengenai penjelasan temannya. f) Guru memberi refleksi kegiatan hari itu. Membaca ekstensif dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi dari sumber beragam. Setiap sumber yang menyajikan bacaan, biasanya memiliki keunikan sendiri-sendiri dalam menyajikan informasi, ada yang memberi penekanan pada keberadaan fakta, namun ada juga yang mengutamakan sifat fakta. 13
14 D. Membaca Memindai (Scanning) dan sekilas (Skimming) Kompetensi dasar membaca yang tergolong ke dalam jenis membaca cepat adalah scanning atau membaca memindai. Kegiatam membaca memindai dilakukan seseorang terhadap bacaan secara sepintas, sehingga jenis membaca tersebut sering pula dinamakan membaca sepintas. Jenis membaca yang hampir sasma dengan membaca memindai adalah Skimming atau membaca sekilas. Membaca sekilas merupakan strategi membaca yang dilakukan hanya untuk mendapatkan informasi penting dari bacaan. Dari tujuannya, membaca sekilas juga dapat di golongkan ke dalam membaca ekstensif. Membaca memindai merupakan jenis membaca cepat yang dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi yang diperlukan saja dengan tidak membaca bagian lainnya. Kegiatan membaca memindai biasanya dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi yang diperlukan atau sedang di cari, misalnya di lakukan terhadap buku telepon, ensiklopedia, atau kamus. Membaca memindai biasanya dilakukan seorang pembaca untuk (1) mencari makna kata dalam sebuah kamus atau ensiklopedia; (2) mecari nomor telpon seseorang; (3) mencari entri pada indeks buku; (4) mencari angkaangka statistik yang diperlukan; (5) mencari acara dan siaran televisi; (6) mencari informasi tentang daftar perjalanan; (7) mencari makna kata kontekstual. Membaca sekilas merupakan kegiatan membaca yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi-informasi penting dalam sebuah 14
15 bacaan secara cepat. Biasanya kegiatan membaca dilakukan sesorang yang memilki sedikit waktu namun perlu mendapatkan informasi yang penting. Kegiatan membaca sekilas yang dilakukan seseoarang untuk mendapat bagian-bagian penting dari suatu bacaan, misalnya ingin mengetahui isi buku secara menyeluruh dengan cepat ingin mengetahui berita yang tersaji dari sebuah koran. Membaca sekilas sering dilakukan seseorang dengan kegiatan seharihari. Membaca sekilas merupakan teknik membaca cepat yang tidak sekedar menyapu isi halaman, malainkan suatu keterampilan membaca dengan dilakukan secara sistematis dan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang efesien. Membaca sekilas dilakukan dengan tujuan (1) memdapatkan makna topik bacaan; (2) memperoleh informasi dari bagian penting yang diperlukan dengan tidak membacanya secara utuh; (3) mengetahui pendapat seseorang; (4) mengetahui ide pokok dan organisasi tulisan; (5) mengulas kembali bacaan yang pernah di baca sebelumnya. Membaca memindai dan membaca sekilas biasanya selalu berlangsung secara beriringan. Seseorang yang membaca surat kabar, maka ia melakukan membaca memindai dan sekilas secara bersamaan, sehingga beberapa surat kabar dalam beberapa menit dapat dibacanya. Seseorang yang memerlukan informasi sebagai pengambilan keputusan, ia melakukan membaca memindai daftar isi buku kemudian membaca sekilas bagian isi buku yang dipilih. Pembaca mencari informasi dengan cepat untuk mendapatkan bahan-bahan 15
16 yang menjadi bahan pertimbangan untuk membuat keputusan yang tepat, seperti surat-surat usulan dan laporan proyek. Kegiatan membaca memindai dan sekilas dilakukan seseorang untuk tujuan efisiensi dan efektivitas baca. Membaca memindai dilakukan untuk memilah bagian yang tidak diperlukan atau untuk mengarahkan pada informasi yang diperlukan. Membaca memindai dapat menghindari kegiatan membaca bacaan-bacaan yang sedang tidak diperlukan saat itu. Membaca memindai merupakan bentuk pemercepatan membaca dengan cara mengerucutkan tujuan baca pada bagian-bagian yang diperlukan. Membaca memindai merupakan petunjuk arah bagi para pembaca agar tidak salah sasaran bacaan. Sementara itu, kegiatan membaca sekilas dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi dalam waktu singkat. Misalnya, kegiatan membaca sekilas sebuah buku dalam rangka mendapatkan jawaban atau mendapatkan informasi yang diperlukan secara singkat dan cepat. Dalam waktu singkat, pembaca dapat menjelajahi halaman-halaman buku dalam waktu singkat. Membaca sekilas dapat menghindari membaca bagian-bagian yang tidak diperlukan. Untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam membaca buku, maka kita dapat memadukan membaca memindai dan membaca sekilas. Dengan memadukan kekiatan membaca itu maka kiat akan dapat memaksimalkan penguasaan informasi dari bacaan secara singkat. Langkahlangkah yang ditempuh adalah (1) membaca memindai daftar isi buku; (2) 16
17 membaca sekilas bagian awal buku; (3) membaca sekilas bagian buku hasil memindai dari bacaan yang diperlukan; (4) membaca sekilas untuk menangkap isi bacaan. Dengan langkah seperti itu, kegiatan membaca memindai digambungkan dengan membaca sekilas akan mendapatkan informasi secara efektif dan efesien. E. Membaca Cepat Membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi secara cepat. Membaca cepat merupakan keterampilan membaca yang mengutamakan kemampuan pikiran dalam menafsirkan lambang-lambang tertulis. Pembaca mengandalkan pikiran untuk menangkap makna sebuah bacaan. Membaca cepat merupakan kemampuan yang memerlukan latihan. Orang yang ingin menjadi pembaca cepat harus berlatih secara terus menerus, sehingga membaca cepat akan menjadi miliknya. 2.3 Kajian Yang Relevan 1) Satini, NIM (2013) dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Nyaring Melalui Model Snowball Throwing di kelas II SDN I Telaga Biru kecamatan Popayato. Kabupaten Pohuwato. Dalam penelitian ini mengambil model yang sama. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah tercapai peningkatan kemampuan membaca siswa melalui model Snowball Throwing sebesar 88 % dengan indikator variabel kesiapan siswa, kemampuan membaca dan ketepatan dalam model. Pada siklus pertama dari dua kali pertemuan teknik model Snowball 17
18 Throwing dengan membaca nyaring dengan membahas materi suku kata terjadi peningkatan 55%, pada siklus kedua menggunakan model Snowball Throwing dengan materi suku kata dengan membaca kartu dengan bergambar dan terjadi peningkatan 67% serta pada siklus ketiga mencapi 88% dengan membahas menyusun kalimat dan melengkapi kalimat sederhana. Dengan demikian indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 96% dari 25 orang siswa kelas II SDN I Telaga Biru dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca nyring melalui model Snowball Throwing dapat teratasi. Di samping itu hipotesis tidakan yang telah dirumuskan yakni, jika dalam pembelajran bahasa Indonesia menggunakan model Snowball Throwing, maka kemampuan membaca siswa dapat meningkat. 2) Rusni S. Aliwu Penerapan Metode Struktur Analitik Sintesis Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I SDN II Hepuhulawa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan Penerapan Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) dapat meninkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I SDN 2 Hepuhulawa? Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan melalui metode Struktur Analitik Sintetis penelitian ini menggunakan ini menggunakan metode penelitian Tindakan kelas ( PTK ). Dan teknik yang digunakan unutuk menganalisis data ini penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. 18
19 Untuk observasi awal hasil yang diperoleh melalui penelitian tindakan kelas yakni pada siswa memperoleh nilain 65 keatas sebanyak 9 orang (43%) dengan rata-rata kelas 57 dan daya serap 57%, atau tujuan pembelajaran belum terlaksana. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 65 keatas sebanyak 14 orang (67%) dengan rata-rata kelas 68 dan daya serap 68% atau tujuan pembelajaran belum terlaksana telah mencapai indicator yang telah ditetapkan. Siklus II siswa yang memperoleh nilai 65 keatas sebanyak 19 orang (90%) dengan rata-rata kelas 88 dan daya serap 88% atau telah mencapai indicator yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil diatas dapatlah disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode struktur analiti sintetik kemampuan siswa membaca permulaan dapat meningkat sesuai indikator kinerja yang ditetapkan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dikatakan berhasil. 19
II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING A. Pengertian dari model pembelajaran Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pembelajaran Snowball Throwing 1. Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Arahman (2010:3) mengemukakan bahwa model pembelajaran Snowball
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, aktivitas membaca tidak hanya kegiatan yang dilakukan para siswa di kelas tetapi juga dilakukan oleh hampir setiap orang. Membaca telah menjadi
Lebih terperinci2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar yaitu proses interaksi antara guru dan siswa dimana saat siswa tidak tahu menjadi tahu atau proses belajar dimana adanya perubahan
Lebih terperinciPeningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.
Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com
Lebih terperinciMATA KULIAH BAHASA INDONESIA
Modul ke: 05 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id MATA KULIAH BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail:
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Peningkatan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Muslimin, Muh. Tahir, dan Idris Patekkai Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciMENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA Sumarni Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas muhammadiyah Makassar Sumarnisape9@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran kosa kata atau vocabulary memegang peranan sangat penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pengajaran kosa kata diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran media saat ini sangat penting. Media menyajikan beragam informasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran media saat ini sangat penting. Media menyajikan beragam informasi yang dibutuhkan masyarakat. Melalui media cetak kita dapat menyerap berbagai informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamaludin Gumilar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi bagi manusia, melalui bahasa orang dapat menyampaikan dan menerima informasi. Berbahasa merupakan suatu proses interaktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak adalah satu di antara empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah suatu proses yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar (SD) ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan latihan pada siswa agar mereka mampu
Lebih terperinciberbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kemampuan membaca pemahaman dan berpikir analitis diperlukan dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi terhadap permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki satuan pendidikan berupa kurikulum. Armstrong, dkk (2009, hlm. 172) menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI MEMBACA INTENSIF DI KELAS IV SD INPRES 1 PADENGO KABUPATEN POHUWATO MIKYA NAKI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI MEMBACA INTENSIF DI KELAS IV SD INPRES 1 PADENGO KABUPATEN POHUWATO MIKYA NAKI Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Lebih terperinci2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH
1 2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH Hasnia Lundeto Fatma
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
8 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pemahaman BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kata pemahaman berasal dari kata "paham" yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I (PENDAHULUAN) A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG BAB I (PENDAHULUAN) Menurut Vygotsky pembelajaran IPA itu melibatkan siswa dan guru, dari segi keterampilan alamiah dan keterampilan sosial perlu ada dalam pembelajaran tersebut. Saat
Lebih terperinciOleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
144 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 PEMANFAATAN SURAT KABAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SDN 1 TASIKMADU KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan semakin mendapat sorotan yang tajam dari berbagai pihak seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dikarenakan pendidikan
Lebih terperinciMEMBACA INTENSIF. Menentukan
MEMBACA INTENSIF Menentukan STANDAR KOMPETENSI 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring KOMPETENSI DASAR 11.2 Menemukan informasi untuk bahan diskusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar. Komunikasi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan membaca memegang peranan yang sangat penting untuk pemerolehan pengetahuan. Nurgiyantoro mengungkapkan (2001:247), dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai fungsi yang sangat penting bagi manusia. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Tanpa bahasa manusia tidak akan dapat berkomunikasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL
17 BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Dialog Sederhana Dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas
Lebih terperinci2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi pengantar atau bab untuk mengawali pembahasan penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun hal-hal yang akan dibahas pada bab pendahuluan ini, yaitu: A. Latar Belakang
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti Tahun Pelajaran 2011 2012 ) NAMA : NENENG WULANSARI ALAMAT Email : wulansari@land.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan 1. Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan
Lebih terperinciPrakata. iii. Bandung, September Penulis
Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Dengan belajar tentunya seseorang berharap akan ada perubahan. yang didapatkan sebagai efek dari kegiatan tersebut.
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah sebuah proses yang ditempuh oleh seseorang dalam usaha mengembangkan potensi dan kemampuan individu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran
12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan
Lebih terperinciJurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan
Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan Sebelum melaksanakan penelitian ini, langkah yang ditempuh peneliti yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa
Lebih terperinciPENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan gagasan, perasaan, dan pikiran ke dalam bentuk tulisan. keterampilan menulis memang harus dikuasai siswa agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah berdasarkan kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Hal ini disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman, sekolah merupakan alternatif terbaik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman, sekolah merupakan alternatif terbaik untuk bisa bersaing di era yang sangat maju ini. Hal ini sangat penting karena dengan sekolah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kemampuan Menulis a. Pengertian Kemampuan Menulis Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Koentjaraningrat
Lebih terperinciPENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF
Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Pengaruh keefektifan membaca cepat terhadap kemampuan menemukan ide pokok paragraf yang diteliti di SMA Informatika
Lebih terperinciMEMBACA UNTUK MENULIS
Modul ke: Fakultas. MEMBACA UNTUK MENULIS Pengertian Membaca, Jenis-jenis Membaca, Tahapantahapan Dalam Membaca, Berbagai Teknik Membaca Cepat, Kecepatan Efektif Membaca (KEM), Hambatanhambatan dalam Membaca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa merupakan anugerah dari Allah Swt, yang tidak diberikan kepada mahluknya yang lain. Bahasa memegang peranan yang cukup besar dalam kehidupan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD Pertiwi Laboro Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Bahasa merupakan saran yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus terus dibina untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelak di kehidupan yang akan datang. Harapan dan cita-cita para orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas yang mulia yang tidak dapat lepas dari berbagai macam halangan dan tantangan. Telah banyak usaha yang
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Penelitian Tindakan (PTK) ini berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT (Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Proses pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diarahkan untuk untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman dari pengalamanberbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi
Lebih terperincimemperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
Lebih terperinciBUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW
inamika Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR ERITA PENEK MELALUI METOE JIGSAW S Negeri Kasimpar Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan sebab pendidikan dapat membuat manusia menjadi cerdas,
Lebih terperinciModul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN
Modul ke: BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS MEMBACA UNTUK MENULIS Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Membaca 1.Menurut Kamus Bahasa Indonesia, definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Membaca Memindai Kecepatan membaca dapat ditingkatkan dengan cara mengetahui dan terlatih dengan teknik membaca yang tepat yaitu membaca sekilas (skimming) dan membaca
Lebih terperinci2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN JURNAL. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Pada Fakultas Ilmu Pendidikan
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DANMENYIMAK MELALUI PERMAINAN KARTU KALIMAT PADA SISWA KELAS III SDN 3 MOOTILANGO KECAMATAN MOOTILANGOKABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan Sebagai Persyaratan
Lebih terperinciNurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK
Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Penerapan Strategi Survey Questions Reading Recite Review (SQ3R) Nurdia Artu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DI KELAS V SD NEGERI 2 KALITINGGAR PURBALINGGA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DI KELAS V SD NEGERI 2 KALITINGGAR PURBALINGGA Arifin Muslim Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Dasar Negeri Dukuh 02 Salatiga. Penelitian ini rancang dengan menggunakan tahap-tahap penelitian seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa tersebut kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional di negara kita. Dengan bahasa tersebut kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia di berbagai daerah. Seseorang
Lebih terperinciHUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG
HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG Oleh: Mira Elfiza, Andria Catri Tamsin, Zulfikarni Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah
Lebih terperinciMata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia diperoleh melalui lembaga formal yakni lembaga pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia bagi sebagian besar masyarakat Indonesia diperoleh dengan dua cara, yaitu pemerolehan secara formal dan nonformal. Secara formal Bahasa Indonesia diperoleh
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SEMANTIK MENULIS POSTER DAN SLOGAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING): Suatu Alternatif Peningkatan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN
PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDN BATUKARUT 2 KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG Cucu Cunayasari cucucunayasari@yahoo.co.id PROGRAM
Lebih terperinci34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)
34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik
Lebih terperinci