PENGARUH KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP PENGOPERASIAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN BENGKALIS. Oleh : Ibnu Zarkasyi C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP PENGOPERASIAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN BENGKALIS. Oleh : Ibnu Zarkasyi C"

Transkripsi

1 PENGARUH KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP PENGOPERASIAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN BENGKALIS Oleh : Ibnu Zarkasyi C PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PENGARUH KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP PENGOPERASIAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN BENGKALIS adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2006 Ibnu Zarkasyi C

3 ABSTRAK IBNU ZARKASYI. C Pengaruh Keberadaan Tangkahan terhadap Pengoperasian Pangkalan Pendaratan Ikan Bengkalis. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS Kabupaten Bengkalis memiliki potensi sumber daya perikanan yang besar. Diperkirakan perairan Kabupaten Bengkalis memiliki potensi perikanan sebesar ton. Pada tahun 2004, kegiatan penangkapan ikan di laut mencapai ton, berarti sumberdaya perikanan yang telah dimanfaatkan sebesar 73,3 %. Kabupaten Bengkalis belum memiliki sarana penunjang yang memadai untuk meningkatkan produksi dan pemasaran hasil tangkapan dari daerah tersebut. Kabupaten Bengkalis hanya mempunyai 2 buah Pangkalan Pendaratan Ikan dengan kondisi fasilitas yang kurang memadai. Kendala lain yang dihadapi adalah banyaknya tempat-tempat pendaratan ikan ilegal yang disebut tangkahan. Nelayan yang ada di Kabupaten Bengkalis lebih suka mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan dari pada di PPI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yang menjadi kasus dalam penelitian ini adalah keberadaan tangkahan di Kabupaten Bengkalis yang selama ini mempengaruhi secara negatif pengoperasian PPI Bengkalis. Pengambilan sample dilakukan secara purposive yang dapat mewakili tujuan studi. Hasil penelitian ini menunjukkan walaupun keberadaan tangkahan banyak menguntungkan nelayan, namun pengoperasian PPI Bengkalis menjadi tidak optimal. Dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis berpotensi mengalami kerugian sebesar Rp ,- per tahun dari tangkahan-tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis.

4 PENGARUH KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP PENGOPERASIAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN BENGKALIS Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Oleh : IBNU ZARKASYI C PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

5 Judul Nama NRP : Pengaruh Keberadaan Tangkahan terhadap Pengoperasian Pangkalan Pendaratan Ikan Bengkalis : Ibnu Zarkasyi : C Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Hj. Ernani Lubis, DEA NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP Tanggal lulus : 30 Januari 2006

6 PRAKATA Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Pengaruh Keberadaan Tangkahan terhadap Pengoperasian Pangkalan Pendaratan Ikan Bengkalis Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Hj. Ernani Lubis, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingannya selama penulisan skripsi ini; 2. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc. selaku Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan; 3. Ir. Tri Wiji Nurani, M. Si. selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan; 4. Ir. H. Abdur Rouf Syam, M. Si. dan Ir. Dinarwan, MS. selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya; 5. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau beserta staf; 6. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis beserta staf; 7. Bapak Muhlizar selaku petugas PPI Bengkalis; 8. Orang tua dan keluarga tercinta atas semua dorongan dan do anya; dan 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Februari 2006 Penulis

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 10 Januari 1984 dari pasangan Drs. H. Hasyim, Hs. dan Hj. Zainab BA. (almh). Penulis adalah anak ke lima dari tujuh bersaudara. Pendidikan formal penulis diawali dari TK Aisiyah II pada periode tahun , SDN 031 Kecamatan Bukit Raya pada periode tahun , MTsN Pekanbaru pada periode tahun , dan pada periode tahun di SMU Terpadu Hayatan Thayyibah Sukabumi. Setelah lulus, penulis diterima dan melanjutkan pendidikan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Ketua Panitia Dies Natalis HIMAFARIN Ke-13, anggota Departemen Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) HIMAFARIN periode , anggota Kelompok Pelaut (KOPEL) pada periode tahun dan menjadi Ketua Divisi Fishing Reaserch Development pada periode tahun Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Pengaruh Keberadaan Tangkahan terhadap Pengoperasian Pangkalan Pendaratan Ikan Bengkalis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis dinyatakan lulus pada tanggal 30 Januari 2006.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pangkalan Pendaratan Ikan Pengertian Pangkalan Pendaratan Ikan Fungsi Pangkalan Pendaratan Ikan Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan Aktivitas di Pangkalan Pendaratan Ikan Tangkahan Pengertian dan Sejarah Tangkahan Fasilitas Tangkahan Aktivitas di Tangkahan Pendayagunaan Pangkalan Pendaratan Ikan METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Analisis Data Jenis Fasilitas dan Pelayanan di PPI Bengkalis maupun di Tangkahan Kemampuan Tampung Fasilitas PPI Bengkalis apabila Terdapat Pengalihan Aktivitas Tangkahan Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan Akibat Terbatasnya Fasilitas dan Pelayanan di PPI Bengkalis Potensi Kerugian Pemerintah Akibat Pengoperasian Tangkahan x

9 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografi dan Iklim Keadaan Penduduk Potensi Perikanan Tangkap di Kabupaten Bengkalis Unit Penangkapan Ikan di Kabupaten Bengkalis Kapal / perahu Alat Tangkap Nelayan Volume Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap KEADAAN UMUM DAN KONDISI PERIKANAN PPI BENGKALIS DAN TANGKAHAN 5.1 Keadaan Umum PPI Bengkalis dan Tangkahan Keadaan Umum PPI Bengkalis Keadaan Umum Tangkahan Kondisi Perikanan Tangkap di PPI Bengkalis dan Tangkahan Kondisi Perikanan Tangkap di PPI Bengkalis Kondisi Perikanan Tangkap di Tangkahan PENGARUH KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP PENGOPERASIAN PPI BENGKALIS 6.1 Jenis Fasilitas dan Pelayanan di PPI Bengkalis maupun di Tangkahan Jenis Fasilitas di PPI Bengkalis dan Tangkahan Pelayanan yang Diberikan PPI Bengkalis dan Tangkahan Kemampuan Tampung Fasilitas PPI Bengkalis apabila Terdapat Pengalihan Aktivitas Tangkahan Produksi Perikanan Tangkap Didaratkan Akibat Terbatasnya Fasilitas dan Pelayanan di PPI Bengkalis Potensi Kerugian Pemerintah Akibat Pengoperasian Tangkahan KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di Kabupaten Bengkalis periode tahun Jumlah dan jenis alat tangkap di Kabupaten Bengkalis periode tahun Jumlah nelayan tangkap di Kabupaten Bengkalis periode tahun Volume dan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bengkalis periode tahun Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di PPI Bengkalis periode tahun Jumlah dan jenis alat tangkap di PPI Bengkalis pada tahun Jumlah nelayan tangkap di PPI Bengkalis periode tahun Volume dan nilai produksi perikanan tangkap di PPI Bengkalis periode tahun Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis periode tahun Jumlah dan jenis alat tangkap di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis pada tahun Jumlah nelayan tangkap di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis periode tahun Volume dan nilai produksi perikanan tangkap di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis periode tahun Jenis fasilitas di PPI Bengkalis dan ukurannya Perbandingan pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan Volume produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPI Bengkalis dan tangkahan periode tahun Sisi positif dan negatif tangkahan...56

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kapal barang yang sedang bersandar di dermaga PPI Bengkalis Bangunan ruko, TPI, Kantor Pelabuhan dan Kantor Syahbandar yang berada di lahan PPI Bengkalis Kondisi fasilitas tempat pelelangan ikan di PPI Bengkalis yang berubah fungsi menjadi pasar ikan Kantor PPI Bengkalis Kantor syahbandar di PPI Bengkalis Kondisi tangkahan milik nelayan pribumi di Pulau Bengkalis Kapal yang sedang bertambat di dermaga PPI Bengkalis Nelayan yang sedang mengisi es di dermaga PPI Bengkalis...48

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Perhitungan kerugian yang diderita pemerintah Perhitungan daya tampung TPI Peta lokasi tangkahan di Pulau Bengkalis...63

13 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bengkalis memiliki wilayah perairan yang paling luas diantara Kabupaten lainnya yang ada di Propinsi Riau. Kabupaten Bengkalis terletak di Pantai Timur Pulau Sumatra dengan posisi Ð LU Ð LU dan BT BT dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, dengan luas wilayah ,77 km 2 meliputi daratan dan lautan (Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2003). Kabupaten Bengkalis memiliki potensi sumber daya perikanan yang besar. Perairan lautnya diperkirakan memiliki potensi perikanan sebesar ton. Kegiatan penangkapan ikan di laut pada tahun 2004 mencapai ton (Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis 2005), berarti sumberdaya perikanan yang telah dimanfaatkan sebesar 73,3 %. Seharusnya daerah ini menjadi pemasok pendapatan yang besar dari sektor perikanan, namun kenyataannya hal itu tidak terjadi, karena Kabupaten Bengkalis belum memiliki sarana penunjang yang memadai untuk meningkatkan produksi dan pemasaran hasil tangkapan dari daerah tersebut. Kabupaten Bengkalis hanya mempunyai 2 buah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan kondisi fasilitas yang kurang memadai, yaitu PPI Bengkalis dan PPI Tebing Tinggi. PPI Bengkalis dipilih sebagai lokasi penelitian karena hanya PPI ini yang masih beroperasi sampai sekarang. Namun sejauh ini, PPI Bengkalis hanya sebagai tempat bertambat dan berlabuhnya perahu atau kapal perikanan dan tempat pendaratan hasil tangkapan saja. Pemenuhan kebutuhan perbekalan melaut dan pemberian pelayanan umum dan jasa untuk memperlancar kegiatan perahu atau kapal perikanan dan usaha perikanan belum dapat dilakukan. Kendala lainnya yang dihadapi adalah banyaknya tempat-tempat pendaratan ikan swasta yang disebut tangkahan. Nelayan yang ada di Kabupaten Bengkalis lebih suka mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan daripada di PPI Bengkalis, walaupun dalam pengoperasiannya Pemerintah Daerah tidak mendapatkan retribusi dari hasil tangkapan yang didaratkan.

14 Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan fasilitas apa saja yang ada di tangkahan di Pulau Bengkalis, sejauh mana pengaruh keberadaan tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis terhadap pengoperasian PPI Bengkalis dan seberapa besar potensi kerugian yang diderita pemerintah. 1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Mengetahui aktivitas dan fasilitas di PPI Bengkalis dan tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis; 2) Mengetahui sejauh mana pengaruh keberadaan tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis terhadap pengoperasian PPI Bengkalis; dan 3) Menentukan seberapa besar potensi kerugian yang diderita pemerintah akibat dari pengoperasian tangkahan tersebut. 1.3 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi nelayan untuk meningkatkan kesadaran dalam mendaratkan hasil tangkapannya di PPI dan sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi pihak PEMDA dan Dinas Perikanan setempat dalam menentukan langkah dan kebijakan selanjutnya. 2

15 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pangkalan Pendaratan Ikan Pengertian Pangkalan Pendaratan Ikan. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.10 tahun 2004, menggolongkan Pangkalan Pendaratan Ikan sebagai Pelabuhan Perikanan tipe D, dengan kriteria teknis sebagai berikut: - Melayani kapal perikanan yang mencakup kegiatan perikanan di wilayah perairan pedalaman dan perairan kepulauan; - Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 3 Gross Tonnage (GT); - Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m dengan kedalaman kolam minus 2 m; - Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus; dan - Memiliki lahan sekurang-kurangnya 2 Ha. PPI Bengkalis sebagai pelabuhan perikanan tipe D sudah memenuhi kriteria teknis yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.10 tahun 2004 tersebut. Panjang dermaga di PPI Bengkalis adalah 100 m dan memiliki lahan seluas 2,4 Ha. Kapal yang ada di PPI Bengkalis berkapasitas antara 7-15 GT dengan jumlah kapal yang merapat antara unit per hari pada musim puncak dan unit per hari pada musim panceklik. Pangkalan Pendaratan Ikan ini bila dilihat dari segi konstruksi bangunannya termasuk dalam pelabuhan alam, artinya tipe pelabuhan ini umumnya terdapat di muara atau di tepi sungai, di daerah yang menjorok ke dalam atau terletak di suatu teluk bukan bentukan manusia atau sebagian hasil bentukan manusia (Lubis, 2002). PPI Bengkalis berada di Selat Bengkalis dan sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Dasar perairannya yang berlumpur dan lahan yang terbatas menyebabkan sebagian bangunan fasilitas PPI Bengkalis dibangun di atas air. Di bawah bangunanbangunan tersebut diberi penyangga yang terbuat dari kayu. 3

16 Menurut definisinya, Pangkalan Pendaratan Ikan adalah tempat bertambat dan berlabuhnya perahu atau kapal perikanan, tempat pendaratan hasil tangkapan dan merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan, dalam rangka memberikan pelayanan umum dan jasa untuk memperlancar kegiatan perahu/kapal perikanan dan usaha perikanan (Direktorat Jenderal Perikanan, 1997) Fungsi Pangkalan Pendaratan Ikan. Menurut Lubis (2002), fungsi pelabuhan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: - Fungsi untuk memenuhi kebutuhan kapal-kapal - Fungsi untuk menangani barang-barang - Fungsi perbaikan dan pemeliharaan Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat dua jenis pengelompokan fungsi pelabuhan perikanan, yaitu ditinjau dari pendekatan kepentingan dan dari segi aktivitasnya. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah: - Fungsi Maritim. Fungsi ini karena pelabuhan perikanan mempunyai aktivitasaktivitas kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan untuk semua aktivitasnya; - Fungsi Komersial. Fungsi ini timbul karena pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat awal untuk mempersiapkan pendistribusian produksi perikanan dengan melakukan transaksi pelelangan ikan; dan - Fungsi Jasa. Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya adalah merupakan pusat kegiatan ekonomi perikanan baik ditinjau dari aspek pendaratan dan pembongkaran ikan, pengolahan, pemasaran dan pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Ditinjau dari pendekatan kepentingannya, PPI Bengkalis hanya baru bisa menjalankan fungsi maritim yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan misalnya untuk aktivitas pendaratan dan 4

17 pembongkaran ikan, sementara fungsi pemasaran yang layak dan fungsi jasa belum dijalankan. Ditinjau dari segi aktivitasnya sebagai pusat kegiatan ekonomi perikanan, PPI Bengkalis hanya bisa melaksanakan pemasaran tanpa melalui proses pelelangan sedangkan pembinaan terhadap masyarakat nelayan belum bisa dilaksanakan. Hal ini terjadi karena keterbatasan fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh PPI Bengkalis. Berdasarkan penjelasan pasal 41 Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, bahwa pelabuhan perikanan sebagai suatu lingkungan kerja berfungsi sebagai: 1) Pusat pengembangan masyarakat nelayan; 2) Tempat berlabuh kapal perikanan; 3) Tempat pendaratan hasil tangkapan; 4) Tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan; 5) Pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan; 6) Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; dan 7) Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data. Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26. i tahun 2004, disebutkan bahwa pelabuhan perikanan menyelenggarakan fungsi: 1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, serta pemanfaatan sarana pelabuhan perikanan; 2) Pelayanan teknis kapal perikanan; 3) Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan; 4) Pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan; 5) Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi, pemasaran dan mutu hasil perikanan; 6) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik perikanan; 7) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya; 8) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahari; dan 5

18 9) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga. Dari penjelasan kedua pasal di atas, terlihat bahwa penjelasan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26. i tahun 2004 lebih umum dan lebih luas daripada penjelasan pasal 41 Undang-Undang No. 31 tahun 2004, namun keduanya telah mewakili dari fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh suatu pelabuhan perikanan. PPI Bengkalis dengan segala keterbatasan fasilitas dan minimnya pelayanan yang diberikan belum dapat menjalankan semua fungsi yang disebutkan dengan sebagaimana mestinya. PPI Bengkalis sebagai suatu pelabuhan perikanan baru dapat melaksanakan fungsi berlabuh dan tempat pendaratan hasil tangkapan Fasilitas pangkalan pendaratan ikan. Menurut Damoredjo (1981) diacu dalam Supriatna (1993) Pelabuhan perikanan maupun Pangkalan Pendaratan Ikan harus memiliki fasilitas yang dapat: - Memperlancar kegiatan produksi dan pemasaran hasil tangkapan; - Menimbulkan rasa aman bagi nelayan terhadap gangguan alam dan manusia; dan - Mempermudah pembinaan serta menunjang pengorganisasian usaha ekonomi nelayan. Fasilitas yang dimiliki oleh PPI Bengkalis untuk memperlancar kegiatan produksi dan pemasaran hasil tangkapan hanyalah gedung TPI, itupun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Gedung TPI di PPI Bengkalis sekarang digunakan sebagai pasar ikan oleh masyarakat setempat. Fasilitas yang diperlukan untuk memberikan rasa aman bagi nelayan terhadap gangguan alam adalah kolam pelabuhan, alat bantu navigasi dan pemecah gelombang, sementara PPI Bengkalis tidak memiliki fasilitas-fasilitas tersebut. PPI Bengkalis juga tidak memiliki fasilitas yang dapat mempermudah pembinaan serta menunjang pengorganisasian usaha ekonomi nelayan seperti balai pertemuan nelayan atau KUD. Menurut Lubis (2002) fasilitas-fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Perikanan atau di Pangkalan Pendaratan Ikan umumnya terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan/penunjang. 6

19 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal, baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari: - Dermaga; - Kolam Pelabuhan; - Alat Bantu Navigasi; dan - Breakwater atau pemecah gelombang. 2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meningkatkan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitasfasilitas fungsional ini dikelompokkan antara lain untuk: (a) Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu: - Tempat Pelelangan Ikan (TPI); - Pabrik Es; - Gudang Es; - Fasilitas pendinginan, seperti cool room dan cold storage; dan - Gedung-gedung pemasaran. (b) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat tangkap ikan, yaitu: - Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan; - Ruang mesin; - Tempat penjemuran alat penangkapan ikan; - Bengkel; - Slipway; dan - Gudang jaring. (c) Fasilitas perbekalan : tangki dan instalasi air bersih, tangki bahan bakar (d) Fasilitas komunikasi : stasiun jaringan telepon, radio SSB 7

20 3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan. a. Fasilitas kesejahteraan : WC Umum, poliklinik, mess, kantin/warung, muholla. b. Fasilitas administrasi : kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, kantor beacukai. Keberhasilan dan kelancaran operasionalisasi suatu pelabuhan perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan dapat tercapai apabila terdapat fasilitas-fasilitas seperti yang telah disebutkan di atas dan semua fasilitas tersebut dapat menjalankan fungsi dan memberikan manfaat sebagaimana mestinya Aktivitas di Pangkalan Pendaratan Ikan. 1) Pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan ikan di pelabuhan perikanan meliputi proses antara lain pembongkaran, penyortiran dan pengangkutan hasil tangkapan ke TPI. Pada umumnya ikan yang didaratkan di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia sebagian besar berasal dari kapal penangkap ikan, hanya sebagian kecil berasal dari tempat pendaratan lain yang dibawa ke pelabuhan itu menggunakan alat transportasi darat (Misran, 1985). Ikan yang didaratkan dan dipasarkan di PPI Bengkalis sebagian besar berasal dari daerah lain, yaitu dari Tanjung Balai. Nelayan yang tidak mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Bengkalis biasanya mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan. Hasil tangkapan yang telah dikumpulkan di tangkahan-tangkahan tersebut dipilih yang layak dan yang tidak layak ekspor. Negara yang menjadi tujuan ekspor adalah Malaysia dan Singapura. Sebagian besar tangkahan belum memiliki pembeli atau penghubungan langsung dengan negara tujuan ekspor tersebut. Tangkahan yang belum memiliki pembeli atau penghubungan langsung di negara tujuan ekspor, biasanya 8

21 mengumpulkan hasil tangkapannya di Tanjung Balai. Ikan yang tidak laku terjual atau tidak layak ekspor, biasanya dikirim ke PPI Bengkalis. 2) Pengolahan ikan Menurut Lubis (2002), jenis olahan yang umum di pelabuhan perikanan Indonesia kecuali Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta, masih bersifat tradisional dan belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi dan cara pengepakan yang baik seperti halnya pengasinan dan pemindangan. Jenis olahan lainnya sering dijumpai di lingkungan di luar pelabuhan seperti kerupuk dan terasi. Tidak ada nelayan yang melakukan pengolahan hasil tangkapan di PPI Bengkalis karena di PPI Bengkalis tidak terdapat tempat atau fasilitas pengolahan ikan. Nelayan biasanya mengolah hasil tangkapannya di rumah masing-masing dan dilakukan secara sederhana dalam skala kecil. Hasil olahan tersebut biasanya untuk dikonsumsi sendiri, hanya sedikit nelayan yang melakukan pengolahan hasil tangkapan untuk dijual. Hasil olahannya berupa terasi dengan bahan baku udang dan ikan asin dengan bahan baku ikan teri atau ikan kecil lainnya. 3) Pemasaran ikan Pemasaran merupakan salah satu tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen sampai konsumen (Hanafiah dan Saefudin, 1983). Menurut Direktur Jenderal Perikanan (1994) diacu dalam Aziza (2000), aspek pemasaran hasil perikanan tangkap diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: - Populasi penduduk sebagai konsumen; - Jumlah pedagang dan pengolah; - Daerah tujuan pemasaran; - Pendapatan regional bruto per kapita; dan - Konsumsi Ikan per kapita. Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Bengkalis biasanya langsung menjual hasilnya, baik pada tauke atau langsung ke pasar. Nelayan PPI Bengkalis yang melaut dengan modal dari tauke harus menjual hasil tangkapannya kepada tauke yang memberikannya modal. Nelayan tidak boleh menjual hasil 9

22 tangkapannya kepada pihak lain, baik dijual sendiri ke pasar apalagi dijual kepada tauke lain. Menurut Misran (1985), sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan/ PPI di Indonesia, yaitu : 1) TPI pedagang besar pedagang lokal pengecer konsumen. 2) TPI pedagang lokal pengecer konsumen. 3) TPI pengecer konsumen. 2.2 Tangkahan Pengertian dan SejarahTangkahan Tangkahan adalah dermaga yang dimiliki swasta dengan kegiatan melayani semua kebutuhan kapal perikanan, mulai dari persiapan melaut, pengisian bahan perbekalan sampai penjualan hasil tangkapan dengan fasilitas pokok dermaga dan daratan pelabuhan dengan ukuran yang kecil (Sinaga, 1995 diacu dalam Syamsurizal, 1999), sedangkan menurut Sinaga (1997) diacu dalam Syamsurizal (1999) tangkahan adalah bentuk usaha swasta yang mempunyai aktivitas-aktivitas perikanan seperti pengelolaan kapal-kapal penangkapan ikan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, pemasaran dan pengolahan ikan serta pelayanan kebutuhan melaut. Sebagian besar nelayan di Pulau Bengkalis sangat bergantung kepada tangkahan karena nelayan mendapatkan segala kemudahan dan pelayanan yang tidak mereka dapatkan dari pemerintah maupun dari PPI Bengkalis. Kemudahan yang mereka dapatkan berupa pinjaman modal untuk membeli kebutuhan perbekalan melaut, pinjaman untuk kehidupan sehari-hari dan penjualan hasil tangkapan, bahkan ada tangkahan yang sudah menyediakan langsung kebutuhan perbekalan melaut untuk nelayan yang melakukan operasi penangkapan dari tangkahan tersebut. Awal berdirinya tangkahan tidak diketahui secara pasti karena sistem pemasaran langsung kepada tauke sudah ada sejak lama sebelum dibangunnya PPI Bengkalis. Hal tersebut seperti yang telah ditulis Syamsurizal (1999) bahwa sistem pemasaran ikan di Kabupaten Bengkalis sudah didominasi tauke sejak lama. Pada umumnya tauke adalah pengusaha non pribumi keturunan Cina yang bertindak 10

23 sebagai eksportir legal maupun ilegal yang juga sering memberikan kredit pada nelayan. Umumnya mereka memiliki usaha penangkapan dan fasilitas pendaratan sendiri karena tauke memiliki modal yang cukup kuat dan aksesnya terhadap informasi tinggi serta tempat tinggalnya dekat dengan pemukiman nelayan. Namun demikian, secara legalitas tangkahan ini tidak memiliki izin dari Dinas Perikanan setempat. Menurut Effendi, 2000 bahwa tangkahan tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas, diantaranya fasilitas pendaratan, pengolahan dan sarana untuk perbaikan kapal. Tidak seperti kebanyakan tangkahan di daerah lain yang hanya berfungsi sebagai tempat pendaratan ikan, tangkahan yang ada di Kabupaten Bengkalis juga berfungsi sebagai tempat pengolahan hasil tangkapan dan tempat tinggal Fasilitas Tangkahan Fasilitas dasar yang dimiliki oleh tangkahan paling minimal adalah dermaga dan daratan pelabuhan (Sinaga, 1995). Tangkahan yang berskala besar memiliki fasilitas yang lebih lengkap, mulai dari fasilitas pengisian kebutuhan melaut (BBM, air bersih, es, dan garam), fasilitas pendaratan hasil tangkapan, pemasaran bahkan ada yang memiliki fasilitas pengolahan sendiri. Tangkahan di Pulau Bengkalis dapat dibagi menjadi dua, yaitu tangkahan milik nelayan pribumi dan tangkahan milik tauke yang pada umumnya adalah etnis Tionghoa yang sudah lama menetap di Pulau Bengkalis. Tangkahan milik nelayan pribumi biasanya dibangun seadanya dengan modal yang terbatas dan hasil tangkapannya untuk dimakan sendiri atau dijual ke daerah-daerah sekitar tempat tinggal mereka, sedangkan tangkahan milik tauke dibangun dengan modal yang memadai dan fasilitas yang lebih lengkap dengan rantai pemasaran sampai keluar negeri. Tauke pemilik tangkahan biasanya sudah memiliki pembeli/penghubung di Malaysia atau Singapura yang merupakan negara tujuan eksoprnya. Fasilitas yang umumnya terdapat di tangkahan di Pulau Bengkalis berupa dermaga, daratan/tanah pelabuhan, fasilitas pengisian perbekalan dan ada beberapa yang memiliki tempat pengolahan. Tangkahan milik tauke biasanya memiliki kapal 11

24 pengangkut sendiri untuk mendistribusikan hasil tangkapannya ke daerah lain atau untuk dijual ke luar negeri. Ukuran dan kapasitas fasilitas yang dimiliki masingmasing tangkahan berbeda, tergantung modal dan besarnya usaha yang dimiliki oleh tauke/pemilik tangkahan Aktivitas di Tangkahan Menurut Sinaga (1995) diacu dalam Syamsurizal (1999), aktivitas yang ada di tangkahan antara lain sebagai berikut: - Melayani pemenuhan kebutuhan melaut, yakni pengisian bahan bakar kapal (solar), suplai air bersih (air tawar) dan suplai es; - Melayani pendaratan hasil tangkapan, yakni pembongkaran hasil tangkapan, pengangkutan ikan dari palkah kapal ke tempat penimbangan, penyortiran, penimbangan dan pengepakan; - Memasarkan ikan hasil tangkapan, yakni dimulai dari transaksi penjualan ikan dari nelayan sampai pemasaran ikan secara lokal, antar daerah maupun ekpor. Beberapa tangkahan melaksanakan pengolahan ikan;dan - Memperbaiki dan merawat mesin dan kapal (bengkel/slipway). Hal ini hanya dilakukan oleh beberapa tangkahan. Aktivitas-aktivitas yang disebutkan di atas telah dipenuhi oleh sebagian tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis, kecuali fasilitas perbaikan dan perawatan kapal, masih jarang ditemukan. Aktivitas-aktivitas tersebut seharusnya dapat dilakukan oleh PPI Bengkalis yang secara legal berfungsi sebagai suatu lingkunga kerja pelabuhan perikanan seperti yang disebutkan dalam penjelasan penjelasan pasal 41 Undang-Undang No. 9 tahun 1985 tentang perikanan. 2.3 Pendayagunaan Pangkalan Pendaratan Ikan. PPI Bengkalis sebagai salah satu sarana yang dibangun oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi nelayan mulai dari persiapan keberangkatan melaut sampai pemasaran hasil tangkapan serta meningkatkan kesejahteraan nelayan, seharusnya dapat melaksanakan fungsinya dan memberikan manfaat secara optimal. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa PPI 12

25 Bengkalis belum melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik, sehingga belum bisa digunakan dan dioperasikan sebagaimana mestinya. Menurut Anonimous (1985) diacu dalam Syamsurizal (1999), hal yang harus diperhatikan dalam optimalisasi pemanfaatan pelabuhan perikanan/ppi, yaitu : - Penciptaan lingkungan kerja yang dapat memberi jaminan sebagai basis usaha serta tempat bekerja yang menguntungkan dari tempat lain; - Penyediaan dan pelayanan fasilitas barang/jasa mengikuti pola kegiatan produksi pengolahan dan pemasaran yang sedang terjadi. Pengelola pelabuhan harus tanggap akan perubahan dan perkembangan usaha nelayan; - Adanya keterpaduan dengan unsur pembangunan perikanan yang lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan. Perbaikan sarana produksi, bantuan permodalan usaha, latihan alih teknologi dan pembinaan organisasi nelayan supaya diarahkan pada masyarakat nelayan di sekitar lokasi pelabuhan; - Pelabuhan perikanan hendaknya lebih menonjolkan pelayanan kepada mayarakat nelayan. Pungutan pada masyarakat nelayan betul-betul harus didasarkan pada balas jasa pelayanan dan penyediaan fasilitas; dan - Lingkungan kerja pelabuhan perikanan adalah lingkungan dengan berbagai aspek, sehingga diperlukan koordinator unsur-unsur instansi untuk menyerasikan kegiatan pengelolaan dengan landasan hukum yang mantap. 13

26 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, pada bulan Juli Agustus Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kamera, alat tulis, meteran dan kuisioner. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Kasus dalam penelitian ini adalah pengelolaan PPI Bengkalis yang kurang optimal karena banyaknya kapal nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, pengukuran langsung di lapangan dan wawancara dengan nelayan, penjual atau pembeli, petugas PPI dan petugas tangkahan. Pengambilan contoh jumlah nelayan, pembeli, pedagang dan tangkahan dilakukan secara purposive yang dapat mewakili tujuan studi. Data sekunder diperoleh melalui intansi terkait seperti Dinas Perikanan Propinsi Riau, Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis dan PPI Bengkalis. Data yang dikumpulkan tersebut meliputi: a. Data Primer - Jenis dan kapasitas fasilitas PPI Bengkalis dan tangkahan; - Ukuran fasilitas PPI Bengkalis dan tangkahan; - Aktivitas dan pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan; - Musim dan daerah penangkapan; - Perbekalan yang dibutuhkan dan dibawa untuk melaut; - Jumlah kapal maksimum yang berlabuh dalam 1 hari; 14

27 - Lama fishing trip; - Jarak antara kapal yang bertambat; - Lama kapal bertambat; dan - Harga ikan. b. Data Sekunder - Jumlah nelayan dan jumlah kapal ikan di PPI Bengkalis dan tangkahan, periode tahun ; - Jumlah alat tangkap di PPI Bengkalis dan tangkahan tahun 2004; - Produksi dan nilai produksi ikan di Kabupaten Bengkalis, periode tahun ; - Produksi dan nilai produksi ikan yang di daratkan di PPI Bengkalis dan tangkahan, periode tahun ; - Ukuran dan daya tampung fasilitas PPI Bengkalis; - Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP)/Nelayan di Kabupaten Bengkalis, periode tahun ; dan - Banyaknya armada penangkapan ikan di Kabupaten Bengkalis, periode tahun Analisis Data Pengaruh keberadaan tangkahan terhadap PPI Bengkalis dapat dianalisis melalui empat komponen yaitu : Jenis Fasilitas dan Pelayanan di PPI Bengkalis maupun di Tangkahan. Analisis terhadap jenis fasilitas dan pelayanan di PPI Bengkalis dan tangkahan dilakukan secara deskriptif setelah menginventarisasi fasilitas, aktivitas dan pelayanan yang ada di PPI Bengkalis dan tangkahan. Inventarisasi dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak yang berwenang. 15

28 3.5.2 Kemampuan Tampung Fasilitas PPI Bengkalis apabila Terdapat Pengalihan Aktivitas Tangkahan Setelah dilakukan inventarisasi terhadap fasilitas, aktivitas dan pelayanan di PPI Bengkalis, kemudian dicari ukuran dan daya tampung fasilitas PPI Bengkalis. Inventarisasi terhadap fasilitas, aktivitas dan pelayanan di tangkahan juga perlu dilakukan. Hal tersebut untuk mengetahui kemampuan tampung fasilitas apabila aktivitas tangkahan dialihkan ke PPI Bengkalis. Caranya adalah dengan membandingkan antara kapasitas yang ada dengan kebutuhan tampung fasilitas di PPI Bengkalis. Sisa dari daya tampung yang ada digunakan untuk menampung aktivitas yang ada di tangkahan. Dengan demikian dapat diketahui kemampuan tampung fasilitas PPI Bengkalis apabila terdapat pengalihan aktivitas tangkahan. Perhitungan daya tampung fasilitas PPI Bengkalis dibatasi untuk dermaga dan gedung TPI. Daya tampung dermaga PPI Bengkalis dihitung dengan membandingkan antara kapasitas dan kebutuhan dermaga yang sudah ada terhadap kebutuhan dermaga apabila semua kapal yang ada di tangkahan dialihkan ke PPI Bengkalis. Daya tampung TPI dihitung dengan menggunakan rumus (Direktorat Jenderal Perikanan, 1981): P = S x R x á N Keterangan: P S R : Daya tampung produksi : Luas gedung lelang : Intensitas lelang per hari Á : Perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang (0,271-0,394) N : Jumlah Produksi per hari Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan Akibat Terbatasnya Fasilitas dan Pelayanan di PPI Bengkalis Analisis terhadap produksi hasil tangkapan yang didaratkan akibat terbatasnya fasilitas dan pelayanan di PPI Bengkalis dapat dilihat dengan membandingkan 16

29 aktivitas yang ada, kondisi, ukuran dan kapasitas fasilitas yang tersedia di PPI Bengkalis, pelayanan yang diberikan serta volume produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPI Bengkalis dan tangkahan. Volume produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPI Bengkalis dan tangkahan dibandingkan selama 5 tahun terakhir untuk melihat apakah ada pengaruh pendaratan hasil tangkapan di tangkahan terhadap jumlah ikan yang didaratkan di PPI Bengkalis Potensi Kerugian Pemerintah Akibat Pengoperasian Tangkahan Salah satu potensi kerugian pemerintah akibat pengoperasian tangkahan dapat diketahui dengan mengestimasi produksi rata-rata yang didaratkan di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis berdasarkan data yang ada di Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, lalu dikalikan dengan harga rata-rata ikan per kilogram menurut jenisnya. Potensi kerugian pemerintah juga dapat diketahui dengan mengakumulasikan nilai dari jasa yang diberikan oleh tangkahan. Penulis melalui konsultasi dengan pembimbing mencoba menurunkan rumus untuk menghitung potensi kerugian pemerintah. Rumus tersebut adalah: a) Potensi kerugian dari jasa penjualan hasil tangkapan K1= P x N Keterangan: K1 : Potensi kerugian dari jasa penjualan hasil tangkapan; P : Retribusi yang dikenakan dari total nilai jual hasil tangkapan ikan di tangkahan; dan N : Nilai produksi ikan yang didaratkan di tangkahan. b) Potensi kerugian dari jasa tambat labuh K2 = Kt x Pk x Lk x Z Keterangan : K2 : Potensi kerugian dari jasa tambat labuh; Kt : Jumlah rata-rata kapal di seluruh tangkahan; Pk : Panjang rata-rata kapal di tangkahan; 17

30 Lk Z : Lama kapal berlabuh dan bertambat di dermaga dalam 1 tahun; dan : Tarif tambat-labuh kapal ikan yang berlaku. c) Potensi kerugian dari pengisian perbekalan K3 = Kt x Jt x Bm Keterangan : K3 : Potensi kerugian dari pengisian perbekalan; Kt : Jumlah rata-rata kapal di seluruh tangkahan; Jt : Jumlah trip selama satu tahun; dan Bm : Keuntungan yang diperoleh dari biaya yang diperlukan dalam 1 kali trip penangkapan. Setelah nilai dari masing-masing kerugian tersebut didapatkan, kemudian dijumlahkan. Dengan demikian dapat diestimasi potensi kerugian yang diderita pemerintah dalam satu tahun akibat pengoperasian tangkahan yang ada tersebut. 18

31 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografi dan Iklim Kabupaten Bengkalis terletak di Pantai Timur Pulau Sumatra dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, dengan luas wilayah ,77 km 2. Batas-batas Kabupaten Bengkalis adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka; Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Siak; Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Karimun dan Kabupaten Pelelawan; dan Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu. Kabupaten Bengkalis terletak pada posisi Ð Lintang Utara Ð Lintang Utara dan Bujur Timur Bujur Timur (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis, 2003). Tercatat penduduk Kabupaten Bengkalis berjumlah jiwa. Letak Kabupaten Bengkalis sangat strategis, karena disamping berada di tepi alur pelayaran internasional yang paling sibuk di dunia, yakni Selat Malaka, juga berada pada kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia-Malaysia- Singapura (IMS-GT) dan kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia- Malaysia-Thailand (IMT-GT) ( Secara Administrasi Pemerintah, Kabupaten Bengkalis terdiri dari 11 (sebelas) wilayah Kecamatan, yaitu : Kecamatan Bengkalis (luas 514,00 km 2 ), Kecamatan Bantan (luas 424,40 km 2 ), Kecamatan Bukit Batu (luas 1.870,21 km 2 ), Kecamatan Mandau (luas 3.440,47 km 2 ), Kecamatan Merbau (luas 1.348,91 km 2 ), Kecamatan Rupat (luas 1.524,85 km 2 ), Kecamatan Tebing Tinggi (luas 1.436,83 km 2 ), Kecamatan Rangsang (luas 922,10 km 2 ), Kecamatan Rangsang Barat (luas 241,60 km 2 ), Kecamatan Rupat Utara (628,50 km 2 ), Kecamatan Tebing Tinggi Barat (586,83 km 2 ). Kecamatan Bengkalis merupakan salah satu dari 11 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bengkalis dan terdiri dari 3 kelurahan dan 17 desa dengan

32 luas wilayah 514 km 2 dan berpenduduk jiwa. Kecamatan Bengkalis terletak pada posisi Lintang Utara '29'' Lintang Utara dan 1 15'' Bujur Timur '6'' Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kecamatan Bengkalis adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bantan, Selatan berbatasan dengan Selat Bengkalis, Barat berbatasan dengan Selat Bengkalis dan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka ( PPI Bengkalis terletak di kecamatan Bengkalis, tepatnya di Kelurahan Bengkalis kota. Secara umum wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan dataran rendah, ratarata ketinggian antara 2-6,1 meter di atas permukaan laut, sebagian besar merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik. Terdapat sungai, tasik (danau) serta terdiri dari pulau-pulau yang berjumlah 26 buah. Pulau-pulau utama yang umumnya banyak dihuni adalah: Pulau Rupat (1.524,85 km2), Pulau Tebing Tinggi (1.436,83 km2), Pulau Bengkalis (938,40 km2), Pulau Rangsang (922,10 km2) serta Pulau Padang dan Pulau Merbau (1.348,91 km2). Kabupaten Bengkalis beriklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh sifat iklim laut, dengan temperatur berkisar 26 C - 32 C. Musim hujan biasa terjadi antara bulan September hingga Januari, dengan curah hujan rata-rata berkisar antara antara mm/tahun. Periode kering (musim kemarau) biasanya terjadi antara bulan Pebruari hingga Agustus ( 4.2 Keadaan Penduduk Kabupaten Bengkalis terbagi dalam 11 Kecamatan 24 Kelurahan dan 131 Desa. Tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis jiwa dengan sifatnya yang heterogen, mayoritas penganut agama Islam, disamping Suku Melayu yang merupakan mayoritas juga terdapat suku-suku lainnya seperti : Suku Minang, Suku Jawa, Suku Bugis, Suku Batak, Tionghoa dan sebagainya. Di Kabupaten Bengkalis 58,78% penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian dan 10,2 % diantaranya bekerja dalam sektor perikanan, pertambangan 20

33 (4,17%), perdagangan (9,01%), industri (7,55%), bangunan (4,03%), angkutan (4,56%), jasa (10,30%), listrik, gas dan air minum (0,16%), keuangan dan asuransi (0,59%) dan lain-lain (1,53%). Masyarakat Kabupaten Bengkalis yang terlibat dalam usaha perikanan,yaitu para nelayan dan pembudidaya ikan sebanyak Rumah Tangga Perikanan (RTP), dalam tiap RTP terdapat 4-6 jiwa nelayan atau pembudidaya, maka diperkirakan secara keseluruhan jumlah masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada usaha perikanan di Kabupaten Bengkalis sekitar jiwa atau 4-6% dari total penduduknya. Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Bengkalis orang laki-laki dan orang perempuan ( 4.3 Potensi Perikanan Tangkap di Kabupaten Bengkalis Kabupaten Bengkalis terdiri dari 26 buah pulau kecil, berarti perairannya cukup luas dengan garis pantai yang panjang, yaitu km, Kabupaten Bengkalis memiliki potensi perikanan laut sebesar ton (Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005). Kondisi ini merupakan suatu keuntungan bagi masyarakat Bengkalis. Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Propinsi Riau dengan jumlah produksi penangkapan tahun 2004 sebesar ton. Besarnya jumlah produksi dari hasil penangkapan ini dipengaruhi oleh letak geografis wilayahnya di tepi Selat Malaka dan beberapa selat lainnya dengan kondisi perairan yang relatif subur. Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Bengkalis berhadapan atau memiliki laut, kecuali Kecamatan Mandau. Perbedaan usaha penangkapan yang berkaitan dengan armada, jenis dan jumlah alat tangkap terjadi karena adanya perbedaaan kualitas lingkungan perairan dan sumberdaya ikan yang ada hingga produksi hasil tangkapan yang didaratkan di masing-masing kecamatan berbeda. Pada tahun 2004, di Kabupaten Bengkalis terdapat sekitar armada penangkapan ikan yang terdiri dari perahu tanpa motor, motor tempel maupun kapal motor. Pada tahun tersebut jumlah ikan yang didaratkan di Kabupaten Bengkalis 21

34 diperkirakan sebanyak ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis, 2005). Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan Kabupaten Bengkalis adalah ikan tongkol (Euthynnus spp), tenggiri (Scomberomorus sp), kakap (Lates sp), kembung (Restrelliger sp), selar (Carangidae sp), bawal putih (Stromateus sp), pari (Dasyatis sp), kurau (Eleutheronema spp), senangin (Polynemus sp), sembilang (Plotosus canius), mayung (Arius spp), parang-parang (Chirocentrus sp), layur (Trichiurus spp), gulama (Scianidae sp), belanak (Mugil sp), sebelah (Cynoglossus spp), dan beberapa jenis udang, seperti udang merah (Meta panaeus sp), udang putih (Panaeus sp), serta jenis-jenis ikan kecil lainnya. 4.4 Unit Penangkapan Ikan di Kabupaten Bengkalis Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan yang terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap dan nelayan Kapal atau Perahu Kapal atau perahu penangkap ikan di Kabupaten Bengkalis dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Perahu tanpa motor adalah perahu yang pengoperasiannya tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan dayung/layar. Perahu tanpa motor di Kabupaten Bengkalis pada umumnya menggunakan dayung sebagai alat penggeraknya dan digunakan oleh nelayan tradisional yang biasanya bermukim di sekitar aliran sungai atau di daerah pesisir untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Daerah penangkapannya hanya di sekitar wilayah perairan tempat tinggal mereka dan alat tangkap yang dioperasikan adalah jaring, pancing dan bubu/pengerih. Perahu motor tempel adalah perahu atau kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboard motor), sedangkan kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal (inboard motor). Kapal-kapal ini umumnya menggunakan bahan bakar solar. 22

35 Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di Kabupaten Bengkalis periode tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di Kabupaten Bengkalis periode tahun Jumlah (unit) No Jenis Armada Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor Total Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005 Armada penangkapan ikan yang dominan di Kabupaten Bengkalis adalah kapal motor yang pada umumnya mengoperasikan alat tangkap rawai dan gillnet, tetapi ada juga beberapa yang mengoperasikan bubu. Nelayan yang menggunakan kapal motor kebanyakan mendapatkan modal melaut dari tauke dan biasanya kapal tersebut adalah milik tauke, walaupun ada beberapa diataranya yang merupakan milik nelayan itu sendiri. Perahu tanpa motor biasanya digunakan oleh nelayan tradisional, alat tangkap yang dioperasikannya adalah, pukat pantai, trammel net, dan alat tangkap lainnya. Motor tempel sangat jarang sekali ditemukan, karena masyarakat Kabupaten Bengkalis sudah terbiasa membuat kapal dengan menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal, walaupun ukurannya kecil. Masyarakat Bengkalis menyebutnya kapal pompong. Motor tempel biasanya dimiliki oleh nelayan pribumi yang melakukan operasi penangkapan dengan modal sendiri menggunakan alat tangkap gillnet dan trammel net dalam skala kecil. Daerah operasi penangkapan ikan biasanya tidak jauh dari tempat tinggalnya Alat Tangkap Alat tangkap yang umumnya digunakan oleh nelayan di Kabupaten Bengkalis terdiri dari gillnet, trammel net, rawai, bubu, pukat pantai dan alat tangkap lainnya. Sebelum tahun 2004, di Kabupaten Bengkalis terdapat sebuah alat tangkap yang 23

36 dikenal dengan nama jaring kurau atau jaring batu. Alat tangkap ini biasanya dioperasikan oleh nelayan yang mendapatkan modal dari tauke, karena pengoperasiannya memerlukan biaya yang besar. Hasil tangkapan utamanya adalah ikan kurau (Eleutheronema spp) yang merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari oleh etnis Tionghoa serta pemasarannya langsung ke Malaysia atau Singapura. Alat tangkap ini tergolong kedalam jenis trammel net dengan mesh size 7,5 inchi atau 18,75 cm, tetapi karena dalam pengoperasiannya sering menimbulkan konflik, maka alat tangkap ini dilarang untuk dioperasikan di Kabupaten Bengkalis sejak tahun Konflik yang terjadi adalah perebutan wilayah daerah penangkapan dengan nelayan tradisional sehingga tidak jarang terjadi kontak fisik antara keduanya. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Bengkalis periode 2000 sampai 2004 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan jenis alat tangkap di Kabupaten Bengkalis periode tahun No. Alat Tangkap Jumlah (unit) Gillnet Trammel Net Rawai Bubu Pukat Pantai Alat tangkap lain Total Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama periode tahun , alat tangkap yang paling banyak dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Bengkalis adalah gillnet dan yang paling sedikit dioperasikan adalah pukat pantai untuk periode dan trammel net pada tahun Alat tangkap bubu tidak ditemukan pada periode tahun dan baru ada pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap bubu termasuk alat tangkap baru yang dioperasikan di daerah ini. Tahun 2004 terjadi penurunan jumlah alat tangkap 24

37 sebanyak 270 unit dari tahun Penurunan jumlah yang paling signifikan adalah pada alat tangkap trammel net, tetapi diiringi dengan meningkatnya jumlah alat tangkap gillnet dan rawai pada tahun 2004 tersebut. Penurunan alat tangkap trammel net ini terjadi antara lain karena banyaknya nelayan yang semula mengoperasikan alat tangkap trammel net pindah ke alat tangkap gillnet dan rawai dan juga karena sebagian nelayan beralih profesi dengan mencari pekerjaan dibidang lain. Penurunan jumlah alat tangkap ini juga seiring dengan terjadinya penurunan jumlah armada penangkapan ikan yang ada dan pelarangan pengoperasian alat tangkap jaring kurau atau jaring batu di Kabupaten Bengkalis Nelayan Seperti pada umumnya, nelayan di Kabupaten Bengkalis hanya memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah, yaitu rata-rata Sekolah Dasar (SD). Pada tahun 2004 tercatat sekitar orang nelayan. Keseluruhan jumlah nelayan di Kabupaten Bengkalis pada periode tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Nelayan Tangkap di Kabupaten Bengkalis periode tahun No. Tahun Jumlah (orang) Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005 Jumlah nelayan tangkap pada tahun terus mengalami peningkatan, tetapi pada pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 30,73% atau sebanyak orang dari tahun Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2004 terjadi pemekaran wilayah dari 11 kecamatan menjadi 13 kecamatan sehingga ada nelayan yang beralih profesi ke pekerjaan lain untuk meningkatkan taraf hidupnya, seperti halnya bekerja di perkebunan kelapa sawit dan karet. 25

38 4.5 Volume Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap Volume produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bengkalis dari tahun ketahun mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena sejak tahun 2000 terjadi beberapa kali pemekaran, sehingga jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkalis berubah-ubah. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam mengumpulkan data per kecamatan. Penyebab lainnya adalah kurangnya kualitas sumberdaya tenaga pengumpul data sehingga data yang didapatkan kurang akurat. Volume dan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bengkalis tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Volume dan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bengkalis periode tahun No. Tahun Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp.) Sumber : Dinas Perikanan Propinsi Riau, 2005 Tahun 2004, volume produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bengkalis mengalami penurunan yaitu sebesar 11,5 % dari tahun Penurunan volume produksi juga mengakibatkan menurunnya nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bengkalis yaitu dari sekitar Rp 517 milyar menjadi sekitar Rp 199 milyar. Penurunan volume produksi dan nilai produksi ini merupakan dampak dari menurunnya jumlah nelayan dan armada penangkapan di Kabupaten Bengkalis pada tahun Ikan yang paling banyak didaratkan di Kabupaten Bengkalis adalah ikan parang-parang (wolf herrins) sebanyak 4.052,3 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis, 2005) dengan harga rata-rata Rp ,- per kilogramnya. Ikan lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Kabupaten Bengkalis adalah 26

39 ikan kurau (Eleutheronema spp), harganya antara Rp Rp ,- per kilogram dan ikan tenggiri (Scomberomorus sp) dengan harga rata-rata Rp ,- per kilogramnya pada tahun

40 5 KEADAAN UMUM DAN KONDISI PERIKANAN PPI BENGKALIS DAN TANGKAHAN 5.1 Keadaan Umum PPI Bengkalis dan Tangkahan Keadaan umum PPI Bengkalis dan tangkahan perlu diketahui untuk melihat keadaan dan kondisi yang ada dikedua tempat tersebut Keadaan Umum PPI Bengkalis PPI Bengkalis terletak di Kelurahan Bengkalis kota, Kecamatan Bengkalis. Lokasi PPI Bengkalis sangat strategis, yaitu di Selat Bengkalis yang merupakan pintu penghubung Riau daratan dan Riau kepulauan. Letaknya yang terdapat di dekat pasar utama mengakibatkan PPI Bengkalis sangat ramai dikunjungi, tidak hanya oleh kapal perikanan tetapi juga merupakan tempat berlabuhnya kapal barang dan kapal penumpang. PPI Bengkalis memiliki total luas lahan 2,4 Ha termasuk perairan pelabuhan dan sudah bercampur dengan lahan milik tauke yang mendirikan bangunan di pinggir dermaga. Letak PPI Bengkalis tidak jauh dari pusat kota dan dekat dengan pasar sehingga mudah dijangkau. Sarana transportasi untuk mencapai PPI Bengkalis cukup baik berupa angkutan kota, becak dan ojeg Keadaan Umum Tangkahan Menurut wawancara dengan pegawai Dinas Perikanan Kecamatan Bantan, diketahui bahwa di Pulau Bengkalis terdapat sekitar 15 buah tangkahan. Pulau Bengkalis terdiri dari 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Bengkalis dan Kecamatan Bantan. Tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis tersebar di sekitar Kecamatan Bantan tepatnya di Jangkang, Selat Baru, Pambang, Bantan Tua, Bantan Tengah dan beberapa daerah lainnya. Daerah yang paling banyak terdapat tangkahan yaitu di sepanjang Sungai Liong dan Sungai Bantan Tengah. Tangkahan yang terdapat di Bengkalis pada umumnya berada di tepi-tepi sungai yang bermuara ke laut dan biasanya dalam satu aliran sungai terdapat 3-5 unit tangkahan dengan jarak antar tangkahan berkisar antara 7-15 km. Alasan tauke

41 mendirikan tangkahan di tepi-tepi sungai adalah untuk memudahkan armadanya ketika akan berangkat dan pulang melaut dan karena nelayan yang membawa kapal milik tauke biasanya bermukim di sekitar aliran sungai. Nelayan di Pulau Bengkalis sebagian besar melakukan operasi penangkapan di Selat Malaka. Lokasi PPI Bengkalis yang berada di Selat Bengkalis dan membelakangi Selat Malaka menyebabkan nelayan yang akan kembali setelah melakukan operasi penangkapan harus memutar lebih jauh untuk mencapai PPI Bengkalis. Hal ini dapat mengurangi kualitas ikan karena terlalu lama berada di palka dan menghabiskan BBM lebih banyak. Sebaliknya tauke mendirikan tangkahan di sekitar Kecamatan Bantan yang letaknya langsung berhadapan dengan Selat Malaka, sehingga perbekalan melaut yang diperlukan oleh nelayan terutama BBM yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Ukuran tangkahan tergantung dari modal dan lahan yang dimiliki oleh pemiliknya. Tangkahan milik nelayan pribumi dengan luas rata-rata 50 m 2 biasanya hanya berupa halaman yang terbuat dari kayu di depan rumahnya yang menghadap ke sungai dan sekaligus berfungsi sebagai tempat menyandarkan kapalnya. Tangkahan milik tauke ukurannya lebih luas daripada tangkahan milik nelayan pribumi atau ratarata memiliki luas 1 ha dan sudah mempunyai daratan sendiri untuk proses bongkar muat dan penanganan hasil tangkapan. Pada umumnya tangkahan milik tauke dapat menampung antara kapal sekaligus. Sarana transportasi menuju tangkahan sangat sulit didapatkan. Tangkahan dapat dicapai hanya dengan menggunakan sepeda motor, walaupun ada beberapa tangkahan yang bisa dijangkau dengan menggunakan mobil. Oleh karena itu untuk mendistribusikan hasil tangkapannya, para tauke biasanya memiliki kapal pengangkut sendiri, baik untuk diekspor maupun untuk dijual ke PPI Bengkalis. 5.2 Kondisi Perikanan Tangkap di PPI Bengkalis dan Tangkahan Kondisi Perikanan Tangkap di PPI Bengkalis Kondisi perikanan tangkap di PPI Bengkalis dapat diketahui dengan melihat unit penangkapan, produksi perikanan tangkap serta musim dan daerah penangkapannya. 29

42 1) Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan yang ada di PPI Bengkalis terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap dan nelayan yang merupakan satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan ikan. a) Kapal atau Perahu Kapal penangkapan ikan yang umumnya digunakan oleh nelayan di PPI Bengkalis adalah kapal-kapal kayu dengan mesin motor dalam (inboard motor) dan perahu tanpa motor. Kapal penangkapan yang menggunakan motor tempel jarang sekali ditemukan, bahkan pada tahun 2004 tidak ada data kapal motor tempel yang berlabuh atau bertambat di PPI Bengkalis. Kapal motor dalam (inboard motor) yang ada di PPI Bengkalis pada umumnya berukuran antara 7-15 GT dengan panjang antara 9-14 m. Kapal-kapal yang menggunakan mesin motor ini umumnya menggunakan solar sebagai bahan bakarnya dan alat tangkap yang dioperasikannya adalah rawai dan gillnet. Satu kali trip penangkapan biasanya memerlukan waktu 3-4 hari. Perahu tanpa motor adalah kapal-kapal milik nelayan tradisional yang mengoperasikan alat tangkap trammel net, pengerih, bubu dan alat tangkap lainnya berupa pancing ulur dan kecrik. Nelayan yang menggunakan perahu tanpa motor biasanya melakukan operasi penangkapan di sekitar perairan PPI Bengkalis atau di wilayah perairan di dekat tempat tinggalnya. Alat bantu penggerak yang digunakan pada umumnya berupa dayung. Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di PPI Bengkalis periode tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di PPI Bengkalis periode tahun Jumlah (unit) No Jenis Armada Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor Total Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis,

43 Dari Tabel 5. di atas, terlihat bahwa pendataan yang dilakukan petugas PPI terhadap kapal-kapal yang merapat di dermaga PPI belum intensif, terlihat dengan tidak adanya data kapal pada tahun tertentu. Jumlah kapal motor yang ada di PPI Bengkalis tahun 2004 tercatat 207 unit dan mengalami penurunan sebanyak 137 unit dari tahun Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penurunan ini terjadi dikarenakan pelarangan pengoperasian alat tangkap jaring kurau atau jaring batu (jaring yang banyak menangkap ikan kurau dan digolongkan kedalam kelompok alat tangkap trammel net) sejak tahun 2004, sehingga armada penangkapannya yang sebelumnya ada di PPI Bengkalis tidak beroperasi lagi. b) Alat Tangkap Alat tangkap yang umumnya digunakan oleh nelayan di PPI Bengkalis terdiri dari gillnet, trammel net, rawai, pengerih, bubu dan alat tangkap lainnya. Pelarangan pengoperasian jaring kurau atau jaring batu sejak tahun 2004 karena dapat menyebabkan rusak dan hilangnya alat tangkap nelayan rawai dan gillnet karena tersangkut dan terbawa jaring. Selain itu dalam pengoperasiannya mengakibatkan terjadinya perebutan daerah penangkapan ikan antar nelayan-nelayan yang menggunakan alat tangkap-alat tangkap tersebut. Jumlah dan jenis alat tangkap yang digunakan di PPI Bengkalis pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah dan jenis alat tangkap di PPI Bengkalis pada tahun 2004 No Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) 1. Gillnet Trammel net Rawai Bubu Alat tangkap lain 112 Jumlah 469 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa alat tangkap yang dominan dioperasikan oleh nelayan di PPI Bengkalis adalah gillnet sebanyak 183 unit, sedangkan alat 31

44 tangkap yang paling sedikit terdapat di PPI Bengkalis adalah trammel net sebanyak 18 unit. Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap rawai di PPI Bengkalis biasanya membawa 2 alat tangkap sekaligus. Alat tangkap lain yang dibawa biasanya adalah gillnet, sehingga terlihat bahwa alat tangkap gillnet banyak terdapat di PPI Bengkalis. Alat tangkap ini tidak dioperasikan sekaligus, tetapi bergantian. Rawai dioperasikan dari jam 7.00 pagi sampai jam 3.00 sore, setting sampai hauling memerlukan waktu 1 jam. Gillnet dioperasikan dari jam 5.00 sore sampai jam 12 malam, waktu yang diperlukan dari setting sampai hauling adalah 2 jam. c) Nelayan Nelayan yang ada di PPI Bengkalis terdiri dari nelayan asli dan nelayan pendatang. Nelayan pendatang biasanya berasal dari daerah Selat Panjang, Kampar, Bangkinang dan beberapa daerah lainnya. Kebanyakan nelayan yang ada di PPI Bengkalis adalah nelayan yang dimodali oleh tauke dan berdomisili di Kecamatan Bengkalis dan daerah sekitarnya. Jumlah nelayan tangkap di PPI Bengkalis periode tahun dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah nelayan tangkap di PPI Bengkalis peride tahun No. Tahun Jumlah (orang) Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005 Jumlah nelayan pada periode tahun tidak mengalami perubahan, tetapi pada tahun 2004 jumlah nelayan menurun sebanyak 364 orang atau sebesar 33,64% dari tahun Penurunan ini terjadi karena sejak tahun 2004 alat tangkap jaring kurau atau jaring batu dilarang beroperasi di perairan Kabupaten Bengkalis sehingga armada penangkapan yang ada juga menurun, satu armada penangkapan jaring kurau atau jaring batu terdiri dari 5-7 orang nelayan. Disamping itu juga adanya nelayan yang beralih profesi dan mencari pekerjaan lain atau pindah ke tangkahan. 32

45 2) Produksi Perikanan Tangkap Produksi rata-rata yang dihasilkan PPI Bengkalis per hari adalah 3,99 ton. Hal ini belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Perikanan 1994 yaitu > 10 ton per hari, walaupun demikian volume produksi perikanan tangkap yang ada di PPI Bengkalis dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Nilai produksi perikanan tangkap juga ikut meningkat seiring dengan meningkatnya volume produksi perikanan tangkap di PPI Bengkalis, Volume produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di PPI Bengkalis periode tahun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8.Volume dan nilai produksi perikanan tangkap di PPI Bengkalis periode tahun No. Tahun Jumlah (ton) Nilai Produksi (Rp) Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005 Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2004 sebesar ton atau 3,25 kali lipat dari tahun Demikian halnya nilai produksi perikanan tangkap pada tahun 2004 juga naik 325 % dari tahun Hal ini terjadi karena sejak tahun 2004 mulai diadakan pendataan yang lebih intensif terhadap hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Bengkalis dan sejak tahun 2004 pengelolaan PPI Bengkalis sudah diserahkan dari pihak propinsi kepada pihak kabupaten, sebelumnya tidak ada petugas khusus yang melakukan pendataan terhadap hasil tangkapan yang didaratkan. Pada periode tahun volume produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPI Bengkalis tidak mengalami perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa pendataan yang dilakukan belum intensif dan terkesan seadanya. Jenis ikan yang didaratkan di PPI Bengkalis adalah ikan kurau (Eleutheronema spp) yang merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tingggi dan menjadi komoditi ekspor, harga per kilogramnya bisa mencapai Rp ,- pada tahun 2005, 33

46 ikan tenggiri (Scomberomorus sp), parang-parang (Chirocentrus sp), pari (Dasyatis sp), tongkol (Euthynnus spp), selar (Carangidae sp), kakap (Lates sp), senangin (Polynemus sp) dan layur (Trichiurus spp). 3) Musim dan daerah penangkapan Nelayan PPI Bengkalis melakukan kegiatan penangkapan ikan sepanjang tahun. Musim puncak terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September. Pada bulanbulan tersebut hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Musim panceklik terjadi pada bulan Oktober sampai Desember, yaitu suatu periode dimana hanya sedikit hasil tangkapan yang didapatkan. Bulan Januari sampai bulan Mei adalah musim sedang dimana jumlah ikan yang didaratkan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Biasanya nelayan tetap melakukan kegiatan penangkapan pada musim sedang dan panceklik, hal ini dilakukan untuk tetap dapat memperoleh pinjaman dari tauke. Karena tauke tidak akan memberikan pinjaman apabila nelayan tidak melakukan operasi penangkapan, walaupun ada beberapa tauke yang tetap memberikan pinjaman kepada nelayan untuk kehidupan sehari-hari walaupun nelayan tidak melakukan operasi penangkapan. Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis membagi daerah penangkapan di perairan Bengkalis kedalam dua jalur, yaitu Jalur I (0-4 mil) dan jalur II (4 mil- ZEEI). Jalur I diperuntukkan bagi nelayan tradisional dan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap rawai, pancing, bubu atau pengerih dan gillnet. Jalur II diperuntukkan bagi nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring batu atau jaring kurau (trammel net 7,5 inchi), namun alat tangkap ini sudah dilarang beroperasi di perairan Kabupaten Bengkalis. Nelayan yang diizinkan beroperasi pada jalur I boleh masuk kejalur II, sedangkan nelayan yang hanya boleh beroperasi pada jalur II tidak boleh masuk ke jalur I. Hal ini untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan untuk mencegah konflik antara nelayan. Daerah penangkapan ikan nelayan PPI Bengkalis tersebar di sekitar selat Bengkalis, selat Dumai dan perairan Selat Malaka. 34

47 5.2.2 Kondisi Perikanan Tangkap di Tangkahan Kondisi perikanan tangkap di tangkahan dapat diketahui dengan melihat unit penangkapan, produksi perikanan tangkap serta musim dan daerah penangkapannya. 1) Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan yang ada di tangkahan terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap dan nelayan yang merupakan satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan ikan. a) Kapal atau Perahu Kapal penangkapan ikan yang umumnya digunakan oleh nelayan di tangkahan tidak jauh berbeda dengan yang digunakan nelayan di PPI Bengkalis yaitu kapalkapal kayu dengan mesin motor tempel (outboard motor) dan mesin motor dalam (inboard motor). Kapal-kapal yang menggunakan mesin motor dalam (inboard motor) umumnya adalah kapal dengan alat tangkap rawai dan gillnet. Ukuran dan kapasitasnya juga tidak jauh beda dengan kapal yang ada di PPI Bengkalis yaitu memiliki ukuran antara 7-15 GT dengan panjang antara 9-14 m. Kapal-kapal yang menggunakan mesin motor ini umumnya menggunakan solar sebagai bahan bakarnya. Ada juga nelayan yang menggunakan kapal dengan jenis motor tempel (outboard) dan perahu tanpa motor yaitu di tangkahan yang merupakan milik nelayan dengan modal kecil. Alat tangkap yang digunakannya berupa jaring, pancing dan bubu dengan daerah penangkapan di wilayah perairan sekitar tempat tinggalnya. Jumlah armada penangkapan ikan di tangkahan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2004, tidak ada data perahu yang menggunakan motor tempel sedangkan perahu tanpa motor yang ditemukan hanya 4 unit saja. Jumlah kapal motor yang ada bertambah sebanyak 170 unit pada tahun 2004 dari yang semula 562 unit pada tahun Peningkatan ini terjadi antara lain karena nelayan yang semula berfishing base di PPI Bengkalis pindah ke tangkahan atau karena tauke pemilik tangkahan menambah armada penangkapannya. 35

48 Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di tangkahan yang terdapat di Pulau Bengkalis periode tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis periode tahun Jumlah (unit) No Jenis Armada Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor Total Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005 b) Alat tangkap Alat tangkap yang umumnya digunakan oleh nelayan di tangkahan yang merupakan milik tauke adalah gillnet dan rawai, sedangkan alat tangkap yang biasa digunakan di tangkahan milik nelayan kecil selain gillnet dan rawai adalah pukat pantai dan alat tangkap lainnya seperti pancing dan bubu atau pengerih. Rawai merupakan alat tangkap yang dominan terdapat di tangkahan yaitu sebesar 507 unit, sedangkan alat tangkap yang paling sedikit terdapat di tangkahan adalah pukat pantai dengan jumlah sebesar 14 unit. Jumlah dan jenis alat tangkap di tangkahan yang terdapat di Pulau Bengkalis pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah dan jenis alat tangkap di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis pada tahun 2004 No Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) 1. Gillnet Pukat Pantai Rawai Alat tangkap lain 34 Jumlah 731 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis,

49 Pendataan terhadap jumlah dan jenis alat tangkap di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis sulit untuk dilakukan, mengingat letak tangkahan yang sulit dijangkau dan kurangnya kerjasama dari pihak tangkahan untuk memberikan data yang dibutuhkan. c) Nelayan Nelayan yang ada di tangkahan sebagian besar adalah nelayan pribumi walaupun ada juga yang merupakan nelayan pendatang. Nelayan pendatang biasanya berasal dari daerah Selat Panjang, Kampar dan daerah sekitar Kabupaten Bengkalis. Jumlah nelayan di tangkahan periode tahun dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah nelayan tangkap di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis periode tahun No. Tahun Jumlah (orang) Sumber : Data primer Pada periode tahun jumlah nelayan yang terdapat di tangkahan terus meningkat. Peningkatan ini seiring dengan penurunan jumlah nelayan di PPI Bengkalis. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa nelayan lebih suka berhubungan dengan tangkahan dari pada dengan PPI. Hal ini dikarenakan kemudahan mendapatkan modal dan pelayanan yang didapatkan nelayan di tangkahan lebih baik dari pada di PPI Bengkalis. 2) Produksi perikanan tangkap Volume produksi perikanan tangkap yang ada tangkahan dari tahun ketahun mengalami peningkatan, hal ini juga menyebabkan naiknya nilai produksi yang ada. Volume dan nilai produksi perikanan yang ada di tangkahan pada tahun 2004 mengalami peningkatan dari tahun Volume produksi yang semula hanya ton dengan nilai produksi sekitar Rp 20 milyar pada tahun 2003 meningkat menjadi ton dengan nilai produksi sekitar Rp 37 milyar pada tahun 2004 (Tabel 12). Peningkatan ini terjadi karena pendataan hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan mulai intensif dilakukan semenjak didirikannya UPT atau kantor cabang 37

50 Dinas Perikanan di Kecamatan Bantan, karena tangkahan di Pulau Bengkalis sebagian besar berada di Kecamatan Bantan. Volume dan nilai produksi perikanan tangkap di tangkahan pada periode tahun dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Volume dan nilai produksi perikanan tangkap di tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis periode tahun No. Tahun Jumlah (ton) Nilai Produksi (Rp) Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005 Jenis ikan yang didaratkan di tangkahan adalah ikan tenggiri (Scomberomorus sp), parang-parang (Chirocentrus sp), pari (Dasyatis sp), tongkol (Euthynnus spp), selar (Carangidae sp), kakap (Lates sp), senangin (Polynemus sp) dan layur (Trichiurus spp) yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan menjadi komoditi ekspor. Sebenarnya masih banyak produksi hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan yang tidak tercatat atau sengaja tidak diberikan oleh pengelola tangkahan. 3) Musim dan daerah penangkapan Tidak jauh berbeda dengan nelayan PPI Bengkalis, nelayan di tangkahan juga melakukan kegiatan penangkapan ikan sepanjang tahun. Musim penangkapan pun sama, karena nelayan di tangkahan juga mengoperasikan alat tangkap yang sama dengan nelayan di PPI Bengkalis. Musim puncak terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September. Pada bulan-bulan tersebut hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan bulan-bulan lainnya. Musim panceklik terjadi pada bulan Oktober sampai Desember dimana hanya sedikit hasil tangkapan yang didapatkan sedangkan bulan Januari sampai bulan Mei adalah musim sedang. Nelayan di tangkahan jarang melakukan penangkapan pada musim panceklik, berbeda halnya dengan nelayan di PPI Bengkalis. Tauke pemilik tangkahan tidak mau mengambil resiko kerugian apabila melakukan operasi penangkapan pada saat tidak banyak ikan. Di beberapa tangkahan ada juga nelayan yang tetap melakukan kegiatan penangkapan pada musim sedang dan paceklik, hal ini dilakukan untuk tetap 38

51 dapat memperoleh pinjaman untuk kebutuhan sehari-hari dari tauke, karena ada tauke yang tidak mau memberikan pinjaman kalau nelayan tersebut tidak melaut. Bila nelayan meminjam untuk modal melaut maka hutang nelayan pada tauke akan semakin besar. Alasan lainnya adalah tauke tidak suka bila ada orang yang meminjam uang tapi tanpa usaha untuk mengembalikannya. Nelayan di tangkahan pada umumnya mengoperasikan alat tangkap gillnet dan rawai. Oleh karena itu, mereka termasuk dalam katagori nelayan yang diizinkan beroperasi pada jalur I, namun tidak jarang nelayan tangkahan melakukan operasi penangkapan sampai ke jalur II karena mereka didukung oleh sarana dan perbekalan yang memadai. Daerah penangkapan ikan nelayan tangkahan tidak jauh berbeda dengan nelayan PPI Bengkalis, yaitu tersebar di sekitar Selat Bengkalis, Selat Dumai dan perairan Selat Malaka. 39

52 6 PENGARUH KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP PENGOPERASIAN PPI BENGKALIS 6.1 Jenis Fasilitas dan Pelayanan di PPI Bengkalis maupun di Tangkahan Jenis fasilitas dan pelayanan yang ada di PPI Bengkalis maupun di tangkahan perlu diketahui untuk membandingkan dan melihat kenyataan di lapangan apakah ada pengaruh keberadaan tangkahan di Pulau Bengkalis yang beroperasi secara ilegal terhadap pengoperasian PPI Bengkalis sebagai pelabuhan resmi dimana keduanya memiliki fungsi dan peranan yang sama sebagai pelabuhan perikanan Jenis fasilitas di PPI Bengkalis dan Tangkahan a) Jenis fasilitas di PPI Bengkalis Fasilitas yang dimiliki PPI Bengkalis adalah: 1. Fasilitas pokok - Dermaga. Dermaga yang ada di PPI Bengkalis berbentuk jetty. Jetty adalah konstruksi dermaga yang berbentuk huruf T dan menjorok ke laut. Umumnya digunakan pada pelabuhan yang memiliki perairan yang sangat dipengaruhi pasang surut dan memiliki dasar perairan berlumpur seperti di Pulau Bengkalis. Dermaga PPI Bengkalis terbuat dari kayu dengan panjang 100 m dan ujungnya yang berbentuk T sepanjang 20 m. Saat ini fasilitas dermaga di PPI Bengkalis tersebut dalam kondisi tidak baik dan rusak, terdapat lubang di berbagai tempat sehingga dapat membahayakan bagi orang yang melakukan aktivitas disana. Kapal-kapal yang bersandar dan berlabuh di dermaga PPI Bengkalis tidak hanya kapal penangkap ikan saja, tetapi banyak juga kapal barang dan penumpang yang bersandar/berlabuh di sana, padahal di dekat dermaga PPI Bengkalis ada dermaga khusus untuk penumpang dan barang. Alasan kapal barang dan penumpang ini bersandar/berlabuh di dermaga PPI Bengkalis adalah biaya tambat labuh yang dikenakan tidak terlalu besar dan letaknya yang tidak jauh dari pasar atau pusat kota Bengkalis sehingga dapat memudahkan mereka mendapatkan akses transportasi ke tempat yang akan dituju. Pihak PPI Bengkalis tidak bisa melarang dan mencegahnya,

53 karena hal ini sudah berlangsung sejak lama, selain itu hal ini juga bisa mendatangkan pemasukan bagi PPI Bengkalis. Kondisi fasilitas dermaga tambat labuh di PPI Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kapal barang yang sedang bersandar di dermaga PPI Bengkalis. - Daratan atau tanah pelabuhan Luas lahan untuk daratan yang tersedia di PPI Bengkalis adalah 210 m 2, sedangkan yang telah dimanfaatkan seluas 130 m. Lahan tersebut digunakan untuk gedung TPI, kantor PPI dan kantor syahbandar. Saat ini lahan PPI Bengkalis telah bercampur dengan lahan milik orang lain. Pedagang dan pemilik modal (tauke) mendirikan bangunan ruko dan sarang burung walet di atas lahan PPI. Bangunan ruko dan sarang burung walet tersebut didirikan secara legal, karena pemilik bangunan tersebut sudah memiliki surat tanah yang resmi sehingga membingungkan pihak PPI Bengkalis dalam pengelolaannya. Perluasan bangunan dan pengembangan PPI untuk saat ini tidak mungkin untuk dilakukan karena tidak tersedia lahan yang cukup dan karena lokasi PPI yang berada di belakang pasar utama di Kota Bengkalis sehingga tidak mungkin menggeser posisi pasar atau memindahkan pasar ke tempat lain. Kondisi fasilitas daratan/tanah pelabuhan PPI Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 2. 41

54 Gambar 2. Bangunan ruko, TPI, kantor pelabuhan dan kantor syahbandar yang berada di lahan PPI Bengkalis. 2. Fasilitas Fungsional - Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Luas bangunan TPI yang ada di PPI Bengkalis adalah 120 m 2. Kegiatan pelelangan belum pernah dilakukan sejak didirikannya PPI Bengkalis, padahal penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI yang berada di wilayah Propinsi Riau pelaksanaannya sudah diatur dalam Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1979 yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah No. 5 Tahun Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pelelangan ikan, ditunjuklah Asosiasi Perusahaan Pengangkutan dan Pengumpul Ikan sebagai pelaksananya melalui Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau No. 08/I/1992 m(effendi, 2000). Penyebab tidak dilakukannya pelelangan di PPI Bengkalis adalah karena kapal yang ada di PPI Bengkalis pada umumnya mendapatkan modal melaut dari tauke dan ketika mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Bengkalis sudah ada yang menampungnya, yaitu tauke yang memberikan modal melaut kepada nelayan dan nelayan tidak boleh menjual hasil tangkapannya kepada pihak selain tauke yang bersangkutan. 42

55 Sekarang ini gedung TPI tersebut digunakan sebagai pasar ikan oleh masyarakat setempat. Kondisi fasilitas tempat pelelangan ikan di PPI Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 3. Sumber: Effendi (2000) Gambar 3. Kondisi fasilitas tempat pelelangan ikan di PPI Bengkalis yang berubah fungsi menjadi pasar ikan. 3. Fasilitas Penunjang - Kantor PPI Bengkalis Kantor PPI Bengkalis memiliki luas 56 m 2 yang terletak di pinggir jalan yang terbuat dari kayu dan di bawahnya diberi penyangga yang menghubungkan daratan ke dermaga. Kantor PPI Bengkalis sekarang mulai terlihat melakukan aktivitasnya yaitu melakukan pengumpulan data, penarikan retribusi dan mengeluarkan izin untuk kapal perikanan. Sebelumnya kantor PPI Bengkalis hanya digunakan sebagai pos bantu bagi pegawai pelabuhan yang melakukan penarikan retribusi. Bangunan kantor PPI Bengkalis saat ini berada dalam kondisi yang kurang terawat. Teras di depan kantor PPI digunakan sebagai tempat parkir kendaraan karena PPI Bengkalis tidak memiliki lahan parkir sendiri. Kondisi kantor PPI Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 4. 43

56 Gambar 4. Kantor PPI Bengkalis. - Kantor Syahbandar Kantor syahbandar terletak di sebelah kantor PPI Bengkalis dengan ukuran 7,5 m 2. Fungsinya adalah memberikan izin bagi kapal-kapal yang akan berlayar atau melakukan operasi penangkapan. Di PPI Bengkalis, kantor syahbandar juga merupakan tempat penarikan retribusi bagi orang yang keluar masuk dermaga, khususnya kapal penumpang dan kapal barang. Kondisi kantor syahbandar di PPI Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kantor syahbandar di PPI Bengkalis. Untuk lebih jelasnya, jenis fasilitas di PPI Bengkalis beserta ukurannya dapat dilihat pada tabel 13. berikut ini. 44

57 Tabel 13. Jenis fasilitas di PPI Bengkalis dan ukurannya No Jenis Fasilitas Ukuran 1 Fasilitas Pokok - Dermaga Panjang : 120 m - Daratan atau tanah pelabuhan Luas : 210 m 2 2 Fasilitas Fungsional - Tempat Pelelangan Ikan Luas : 120 m 2 3 Fasilitas Penunjang - Kantor PPI Bengkalis Luas : 56 m 2 - Kantor Syahbandar Luas : 7,5 m 2 b) Jenis fasilitas di tangkahan Kondisi tangkahan yang ada di Bengkalis dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Kondisi tangkahan milik nelayan pribumi di Pulau Bengkalis. Fasilitas yang umumnya terdapat di tangkahan di Pulau Bengkalis berupa dermaga, daratan/tanah pelabuhan, fasilitas pengisian perbekalan dan ada beberapa yang memiliki tempat pengolahan. Dermaga yang ada di tangkahan umumnya berbentuk warf/quay, karena tangkahan biasanya terletak di pinggir-pinggir sungai. Ukurannyapun bermacam-macam sesuai lokasi dan kepemilikan modal nelayan. Tangkahan milik tauke biasanya lebih tertata daripada tangkahan milik nelayan biasa. 45

58 Dermaga di tangkahan milik nelayan pribumi umumnya hanya berupa teras yang terbuat dari kayu dan berada diatas air di depan rumahnya yang menghadap ke sungai, sedangkan tangkahan milik tauke umumnya lebih besar dan bisa untuk menampung kapal sekaligus Pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan a) Pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis Pelayanan yang diberikan oleh PPI Bengkalis sejauh ini hanyalah pembongkaran hasil tangkapan dan tambat labuh kapal. Pengisian perbekalan dan pendistribusian diserahkan secara langsung kepada pemilik atau yang mengelola kapal masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa PPI Bengkalis belum bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan sebagaimana mestinya. (1) Pembongkaran hasil tangkapan Kapal-kapal yang melakukan pembongkaran hasil tangkapan di dermaga PPI Bengkalis dikenakan retribusi sebesar 5 % berdasarkan PERDA no. 10 tahun Pembongkaran hasil tangkapan di PPI Bengkalis umumnya dilakukan pada pukul pagi. Alat bantu yang digunakan masih sederhana yaitu papan yang digunakan untuk menaikkan kotak fiber yang berisi hasil tangkapan dari kapal ke dermaga. Alat bantu modern seperti crane belum dimiliki PPI Bengkalis. Papan digunakan sebagai landasan. Papan dimiringkan kemudian kotak fiber diikat dengan tali. ABK yang berjumlah 2 orang dibantu oleh 6-8 orang buruh dibagi menjadi dua kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Kelompok pertama berada di dermaga dan kelompok kedua di atas kapal. Kelompok pertama bertugas menarik tali dan kelompok kedua mendorong kotak fiber. Setelah diturunkan ke dermaga, hasil tangkapan diangkut ke pasar dengan menggunakan gerobak dorong. Nelayan tidak akan membongkar hasil tangkapannya sebelum tauke pemilik modal mengizinkannya. Walaupun kapal sudah tiba di PPI Bengkalis sore atau malam hari, pembongkaran tetap dilakukan pagi hari. Nelayan tidak menurunkan hasil tangkapannya ke dermaga karena PPI Bengkalis belum memiliki fasilitas pendingin seperti cool room dan cold storage. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga 46

59 mutu ikan karena pasar ikan baru mulai dibuka dan ramai dikunjungi pada pagi hari. Sementara menunggu didaratkan, ikan hanya dibiarkan berada di palka dan diberi es sisa dari operasi penangkapan dan ditambah dengan es baru bila es yang lama sudah mulai habis. Pemasaran hasil tangkapan di PPI Bengkalis berpusat pada tauke karena nelayan menjual hasil tangkapannya langsung ke tauke, selanjutnya dari tauke dijual ke pengecer atau untuk diekspor. Namun nelayan yang tidak terikat pada tauke bebas memasarkan hasil tangkapannya pada pihak yang dikehendakinya, baik kepada tauke maupun dijual langsung ke PPI Bengkalis. (2) Jasa tambat labuh Setelah pembongkaran dilakukan pagi harinya (sekitar pukul 5.00) dan pembagian hasil tangkapan telah dilakukan, maka pada musim puncak biasanya nelayan langsung mengisi perbekalan untuk kemudian berangkat lagi pada pukul 9.00 pagi. Ada juga nelayan yang telah mengisi perbekalan berangkat pada pukul atau sebelum magrib. Pada musim sedang dan musim panceklik, setelah melakukan operasi penangkapan biasanya nelayan tidak langsung berangkat melaut lagi tetapi menyandarkan kapalnya untuk beristirahat beberapa hari atau memperbaiki kapalnya yang rusak. PERDA No. 17 Tahun 1999 menetapkan bahwa kapal-kapal yang bersandar di dermaga PPI Bengkalis dikenakan biaya sebesar Rp 300,- per meter panjang kapal per hari. PERDA tersebut sebenarnya sudah diperbaharui dengan PERDA No. 10 Tahun 2002 yang menetapkan kapal-kapal yang bersandar di dermaga PPI Bengkalis dikenakan biaya sebesar Rp 800,- per meter panjang kapal per hari dan untuk kapal yang bersandar tidak sampai satu hari dikenakan biaya sebesar Rp 1.000,- per meter panjang kapal. Namun nelayan belum bisa menerima perubahan PERDA tersebut karena nelayan menganggap terlalu mahal sehingga pihak PPI Bengkalis masih melakukan pemungutan pajak berdasarkan PERDA no. 17 tahun Saat ini PERDA no. 17 tahun 1999 sudah dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah 47

60 No. 62 Tahun 1997 yang menetapkan bahwa kapal-kapal yang bersandar di dermaga PPI Bengkalis dikenakan biaya sebesar Rp 300,- per meter panjang kapal per hari. Gambar 7. Kapal yang sedang bertambat di dermaga PPI Bengkalis. PPI Bengkalis tidak menyediakan jasa pengisian perbekalan, tetapi nelayan tetap mengisi perbekalan di dermaga PPI. Kebanyakan nelayan mendapatkan perbekalan kebutuhan melaut dari tauke masing-masing, sedangkan nelayan yang melaut dengan modal sendiri mengisi perbekalan dengan membeli sendiri di sekitar pasar Bengkalis. Bahan perbekalan yang diberikan adalah es, BBM, dan bahan makanan. Gambar 8. Nelayan yang sedang mengisi es di dermaga PPI Bengkalis. 48

61 b) Pelayanan yang diberikan tangkahan Dibandingkan dengan PPI Bengkalis, tangkahan sudah bisa menjalankan fungsinya seperti pelabuhan perikanan pada umumnya. Tangkahan menyediakan pelayanan pendaratan hasil tangkapan, pengisian bahan perbekalan kebutuhan melaut seperti es, air bersih, dan BBM serta pendistribusian hasil tangkapan, bahkan ada beberapa yang menyediakan pelayanan perbaikan dan perawatan kapal. (1) Pembongkaran hasil tangkapan Nelayan di tangkahan biasanya berangkat melakukan operasi penangkapan pada sore hari. Hal ini dilakukan selain agar dapat mencapai daerah penangkapan pada malam hari juga untuk menghindari surutnya air sungai karena umumnya tangkahan terletak di aliran-aliran sungai. Apabila air surut, kapal tidak bisa keluar dari sungai menuju ke laut. Pembongkaran hasil tangkapan biasanya dilakukan pada pukul 4.30 sampai pukul 5.00 pagi. Pendaratan hasil tangkapan berbeda-beda untuk masing-masing tangkahan. Tidak jauh berbeda dengan di PPI Bengkalis, pembongkaran hasil tangkapan di tangkahan juga masih menggunakan alat bantu yang sederhana seperti papan dan tali atau tidak menggunakan alat bantu sama sekali. Kegiatan pembongkaran dilakukan oleh ABK dan dibantu oleh beberapa buruh di tangkahan tersebut. (2) Pengisian perbekalan Nelayan memerlukan bahan perbekalan untuk melakukan operasi penangkapan. Perbekalan yang biasa dibawa nelayan adalah solar, es, air bersih dan bahan makanan. Di tangkahan semua perbekalan yang dibutuhkan nelayan untuk melaut disediakan oleh tauke. Pembayarannya dilakukan dengan memotong hasil penjualan ikan yang dijual kepada tauke. Tauke jarang atau tidak pernah menyebutkan harga yang ditetapkan untuk hasil tangkapan dari nelayan. Nelayan melalui tekong atau nakhoda hanya mendapatkan uang hasil kegiatan penangkapannya setelah dipotong untuk perbekalan melaut yang dibawanya dan untuk pinjamannya selama ini. Nelayan juga tidak tahu berapa yang dipotong oleh tauke karena hanya tauke yang memiliki 49

62 catatannya dan mereka tidak berani menanyakannya. Nakhoda biasanya membayar Rp ,- per malam untuk ABK yang ikut dengannya. Dalam 1 kali operasi penangkapan nelayan membawa solar sebanyak 3-4 buah jerigen yang berkapasitas 35 liter, berarti solar yang digunakan dalam 1 kali operasi penangkapan sebanyak liter. Harga satu liter solar berkisar antara Rp 3.000,- sampai Rp 3.500,- dan dapat berubah-ubah sesuai kondisi dan ketersediaan minyak pada saat itu. Tauke pada umumnya sudah memiliki persediaan solar sendiri yang disimpan dalam drum-drum. Nelayan yang akan melakukan operasi penangkapan mengambil solar sesuai kebutuhan setelah melapor terlebih dahulu kepada tauke. Es yang dibawa pada umumnya sebanyak 8 balok, satu balok es memiliki berat sebesar 50 kilogram. Harga satu balok es adalah Rp ,-. Nelayan biasanya membagi 1 balok es menjadi 2 bagian agar lebih mudah dibawa. ABK menggunakan gerobak dorong untuk membawa es dari tempat penyimpanan ke kapal. Air bersih yang dibawa sebanyak 4 jerigen yang berkapasitas 35 liter. Nelayan yang tinggal di sekitar tangkahan biasanya membawa air bersih sendiri sehingga nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli air bersih. Nelayan yang tidak bisa membawa air bersih sendiri, dapat membelinya kepada tauke dengan harga Rp 5.000,- untuk 1 jerigen air. (3) Pendistribusian hasil tangkapan Hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di tangkahan secara otomatis langsung dibeli oleh tauke dengan harga yang telah ditetapkan oleh tauke. Biasanya nelayan tidak mengetahui harga yang ditetapkan oleh tauke karena pendapatan bersih yang diterima nelayan dalam satu kali operasi penangkapan adalah harga hasil tangkapan dikurangi biaya perbekalan kebutuhan melaut dan hutang-hutang nelayan lainnya ketika tidak melaut. Hasil tangkapan nelayan dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu yang layak ekspor dan yang tidak layak ekspor. Ikan yang layak ekspor dipisahkan dan kemudian diberikan penanganan khusus yaitu dengan meletakkannya kedalam peti-peti atau kotak fiber ukuran besar yang di dalamnya diberi es untuk menjaga kesegarannya dan 50

63 kemudian diangkut ke negara tujuan ekspor dengan menggunakan kapal pengangkut milik tauke atau dibawa ke Tanjung Balai untuk kemudian dikumpulkan lagi. Setelah cukup banyak baru kemudian di ekspor. Ada juga kapal pengangkut milik tauke yang melakukan transaksi langsung di tengah laut. Hal ini biasanya dilakukan oleh tauke yang tidak memiliki penghubung langsung di negara tujuan ekspor tersebut dan untuk mengurangi resiko tertangkap dari pihak berwajib. Negara yang menjadi tujuan ekspor adalah Singapura dan Malaysia. Sedangkan ikan yang tidak layak ekspor dikumpulkan untuk selanjutnya dijual lagi. Biasanya ikan yang tidak layak ekspor dijual ke PPI Bengkalis atau daerah sekitar Pulau Bengkalis. Perbandingan pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan dapat dilihat pada tabel 14. berikut ini Tabel 14. Perbandingan pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan PPI Bengkalis - Pembongkaran hasil tangkapan - Jasa tambat labuh Pelayanan yang diberikan Tangkahan - Pengisian perbekalan - Pembongkaran hasil tangkapan - Pendistribusian hasil tangkapan Dari tabel di atas terlihat bahwa pelayanan yang diberikan tangkahan lebih banyak dan lengkap, mulai dari pengisian perbekalan sampai pendistribusian hasil tangkapan. Hal ini merupakan salah satu daya tarik tangkahan dan mengakibatkan nelayan lebih suka mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan. Sedangkan di PPI Bengkalis, pelayanannya hanya pembongkaran hasil tangkapan dan jasa tambat labuh saja. 6.2 Kemampuan Tampung Fasilitas PPI Bengkalis apabila Terdapat Pengalihan Aktivitas Tangkahan Dermaga yang ada di PPI Bengkalis berbentuk jetty dengan ukuran panjang 100 m dan ujungnya yang berbentuk T sepanjang 20 m. Pada umumnya, kapal yang ada di PPI Bengkalis adalah kapal yang mengoperasikan alat tangkap gillnet dan rawai 51

64 yang berukuran 7-15 GT dengan panjang antara 9-14 m. Kapal yang biasa merapat di PPI Bengkalis berjumlah unit per hari. Jumlah tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis kurang lebih 15 unit. Jumlah kapal yang bisa ditampung tangkahan berkisar antara unit. Diperkirakan terdapat rata-rata 484 unit kapal motor per tahun yang ada di seluruh tangkahan tersebut dengan ukuran dan kapasitas yang tidak jauh berbeda dengan kapal yang ada di PPI Bengkalis. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas PPI Bengkalis, diketahui bahwa dermaga yang ada di PPI Bengkalis mampu menampung 240 unit kapal, ini menunjukkan bahwa dermaga di PPI bisa menampung unit kapal lagi karena saat ini PPI Bengkalis hanya menampung unit kapal per hari sehingga apabila kapal-kapal yang merapat di tangkahan dipindahkan maka dermaga PPI Bengkalis masih bisa menampung sebagian dari kapal-kapal tersebut. Dari perhitungan daya tampung TPI, diketahui bahwa TPI yang ada di PPI Bengkalis dapat menampung 9,02 ton hasil tangkapan. Bila seluruh hasil tangkapan yang ada di tangkahan di daratkan di PPI Bengkalis, maka PPI Bengkalis tidak bisa menampung seluruhnya karena jumlah ikan yang didaratkan di PPI Bengkalis per hari rata-ratanya adalah 3,99 ton. 6.3 Produksi Hasil Tangkapan yang Didaratkan Akibat Terbatasnya Fasilitas dan Pelayanan di PPI Bengkalis Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa aktivitas dan pelayanan di PPI Bengkalis hanya pembongkaran hasil tangkapan dan tambat labuh saja. Sementara aktivitas dan pelayanan di tangkahan meliputi kegiatan pembongkaran hasil tangkapan, pengisian perbekalan kebutuhan melaut, pendistribusian hasil tangkapan, perawatan kapal dan pengolahan hasil perikanan. Aktivitas dan kemudahan pelayanan yang ada di tangkahan mengakibatkan nelayan lebih tertarik untuk mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan daripada di PPI Bengkalis. Keberadaan tangkahan yang melakukan aktivitas dan memberikan pelayanan yang seharusnya diberikan oleh PPI sangat mempengaruhi pengoperasian PPI Bengkalis, karena seharusnya nelayan melakukan semua aktivitas tersebut di PPI Bengkalis. 52

65 Kurangnya fasilitas dan pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis merupakan salah satu alasan mengapa nelayan mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan. Beberapa alasan lain yang menyebabkan nelayan mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan adalah: - Biaya yang dikenakan kepada nelayan bila mendaratkan hasil tangkapannya dan menyandarkan kapalnya di dermaga, sementara di tangkahan tidak dikenakan biaya sama sekali; - Lokasi pemukiman nelayan lebih dekat jaraknya dengan tangkahan (0,5-5 km) daripada dengan PPI Bengkalis (5-30 km) ; - Letak tangkahan lebih dekat dengan daerah penangkapan yaitu sekitar 4 mil; - PPI Bengkalis tidak menyediakan kebutuhan melaut; dan - Sistem pemasaran yang ada. Nelayan yang terikat pada tauke tidak bisa menjual hasil tangkapannya kepada pihak lain, baik ke PPI atau ke tauke yang lain. Dari alasan-alasan di atas, alasan utama nelayan mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan adalah sistem pemasaran yang ada. Nelayan sangat bergantung pada tauke yang menyediakan kebutuhan melaut, memasarkan hasil tangkapan dan memberikan pinjaman kepada nelayan untuk kehidupan sehari-hari. Pengaruh keberadaan tangkahan terhadap pengoperasian PPI Bengkalis dapat dilihat dengan membandingkan volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan. Perbandingan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Bengkalis dan tangkahan dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 15. Volume produksi dari perikanan tangkap yang didaratkan di PPI Bengkalis dan tangkahan periode tahun No. Tahun Produksi perikanan tangkap yang didaratkan (ton) PPI Bengkalis Tangkahan Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis,

66 Dari Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa total jumlah produksi perikanan tangkap yang didaratkan di tangkahan lebih besar dari pada yang didaratkan di PPI Bengkalis. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan lebih banyak mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan. Data yang ada pada tabel di atas terlihat aneh karena pada periode tahun produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPI Bengkalis tidak mengalami perubahan sedikitpun atau dengan angka yang sama yaitu sebanyak 900 ton. Begitu juga dengan produksi perikanan tangkap yang didaratkan di tangkahan pada periode tidak mengalami perubahan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hal ini menunjukkan bahwa pendataan yang dilakukan oleh petugas yang berwenang tidak akurat dan terkesan seadanya. Produksi ikan yang didaratkan di PPI Bengkalis memang meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 2003 ke tahun 2004 peningkatan yang terjadi cukup signifikan. Produksi yang semula hanya 900 ton meningkat menjadi ton. Hal ini terjadi karena pendataan hasil tangkapan di PPI Bengkalis mulai intensif dilakukan semenjak diserahkannya pengelolaan PPI Bengkalis dari pihak Propinsi ke Pihak Kabupaten. Sebelumnya, kantor PPI Bengkalis hanya digunakan sebagai pos bantu dan tempat bagi karyawan yang menarik retribusi hasil tangkapan. Sekarang, kantor PPI Bengkalis sudah beroperasi sebagaimana mestinya dan sudah ada karyawan dari Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis yang bertugas mendata hasil tangkapan yang didaratkan di dermaga. Produksi ikan di tangkahan juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 ikan yang didaratkan di tangkahan sebanyak ton dan pada tahun 2004 meningkat menjadi ton. Sebenarnya masih banyak produksi perikanan tangkap yang didaratkan di tangkahan tidak terdata karena lokasi tangkahan yang sulit dijangkau. 6.4 Potensi Kerugian Pemerintah Akibat Pengoperasian Tangkahan Pengoperasian tangkahan dapat merugikan pemerintah karena data produksi yang ada tidak akurat berhubung pihak tangkahan tidak mau terbuka mengenai masalah produksi. Kerugian lainnya adalah ketergantungan nelayan terhadap 54

67 tangkahan sangat tinggi, sehingga nelayan tidak bisa memperbaiki kesejahteraan hidupnya karena nelayan sangat terikat pada tauke. Salah satu potensi kerugian pemerintah akibat pengoperasian tangkahan secara kuantitatif dapat diketahui dengan menghitung pemasukan yang diterima tangkahan atas pelayanan dan jasa yang diberikan tangkahan yang seharusnya dilakukan oleh PPI Bengkalis. Seperti diketahui sebelumnya, tangkahan memberikan pelayanan pembongkaran hasil tangkapan, pengisian perbekalan dan pendistribusian hasil tangkapan. a) Potensi kerugian dari jasa penjualan hasil tangkapan Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa rata-rata produksi perikanan yang didaratkan di seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis adalah ton pertahun dengan nilai produksi sebesar Rp ,-. PERDA No. 10 tahun 2002 menetapkan hasil tangkapan ikan dikenakan retribusi sebesar 5 % dari nilai jual hasil tangkapan. Berdasarkan rata-rata hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan (nilai produksinya), diketahui bahwa pemerintah berpotensi menderita kerugian sebesar Rp ,- per tahun dari seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis. b) Potensi kerugian dari jasa tambat labuh Jumlah rata-rata kapal motor di seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis adalah 484 unit dengan panjang kapal rata-rata 12 m. Kegiatan penangkapan ikan yang efektif hanya berkisar 9 bulan saja. Berarti selama 3 bulan selebihnya atau 90 hari kapal merapat di dermaga. Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 1997 menetapkan biaya tambat labuh bagi kapal ikan adalah sebesar Rp 300,- per meter panjang kapal, sehingga dapat dihitung potensi kerugian yang diderita pemerintah sebesar Rp ,- per tahun dari seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis. c) Potensi kerugian dari pengisian perbekalan Perbekalan yang dibawa nelayan dalam satu kali operasi penangkapan adalah sebagai berikut : solar sebanyak 140 liter seharga Rp ,-, es sebanyak 400 kg dengan harga Rp ,- dan air bersih sebanyak 4 jerigen yang berkapasitas 35 kg, satu jerigen air seharga Rp 5.000,-, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk air bersih 55

68 adalah Rp ,-. Jadi dalam satu kali operasi penangkapan nelayan minimal membawa perbekalan seharga Rp ,-. Tauke mengambil keuntungan 15 % dari total perbekalan yang dibawa oleh nelayan sehingga keuntungan yang diperoleh tauke Rp ,-. Satu kali operasi penangkapan memerlukan waktu 3 hari dengan jumlah rata-rata 484 unit kapal yang ada di tangkahan. Kegiatan penangkapan efektif dalam satu tahun hanya 9 bulan atau 270 hari, jadi dalam satu tahun ada 90 kali trip penangkapan. Bila dikalkulasikan dalam satu tahun, pemerintah berpotensi mengalami kerugian sebesar Rp ,- per tahun dari seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis. Potensi kerugian pemerintah dalam satu tahun akibat pengoperasian seluruh tangkahan tersebut diperkirakan sebesar Rp ,-. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa tangkahan memiliki sisi positif dan negatif. Untuk lebih jelasnya, sisi positif dan negatif tangkahan dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Sisi positif dan sisi negatif tangkahan Tangkahan Sisi Positif Sisi Negatif 1. Memudahkan nelayan memperoleh 1. Nelayan lebih banyak mendaratkan modal dan kebutuhan perbekalan untuk hasil tangkapannya di tangkahan; melaut; 2. Fasilitas PPI Bengkalis tidak 2. Memudahkan nelayan memasarkan dimanfaatkan sebagaimana mestinya hasil tangkapan; sehingga mengakibatkan pengelolaan 3. Dekat dengan tempat tinggal nelayan; PPI Bengkalis tidak optimal; dan 4. Bebas dari retribusi; dan 3. Pemerintah tidak mendapatkan pemasukan dari retribusi yang seharusnya dibayarkan apabila nelayan melalukan pendaratan ikan di PPI Bengkalis. 56

69 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan (1) Fasilitas yang terdapat di PPI Bengkalis yaitu dermaga, daratan pelabuhan, gedung tempat pelelangan ikan, kantor PPI Bengkalis dan kantor syahbandar. Sebagian besar kondisinya dalam keadaan rusak karena tidak dirawat. Fasilitasfasilitas tersebut tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, sehingga pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis tidak optimal. Pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis hanya pembongkaran hasil tangkapan dan tambat labuh saja. Melihat kondisi di lapangan, fasilitas yang ada di tangkahan kurang memadai dibandingkan dengan fasilitas PPI Bengkalis tetapi pelayanan yang diberikan oleh tangkahan lebih baik daripada PPI Bengkalis. Pelayanan yang diberikan oleh tangkahan yaitu pembongkaran hasil tangkapan, pengisian bahan perbekalan melaut, dan pendistribusian hasil tangkapan. (2) Pengaruh positif yang diberikan sehingga nelayan lebih tertarik untuk mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan daripada di PPI Bengkalis adalah adanya kemudahan memperoleh pinjaman untuk kehidupan sehari-hari, kemudahan dalam meminjam modal melaut dan memasarkan hasil tangkapan, dekat dengan tempat tinggal nelayan serta bebas dari biaya sandar labuh dan pungutan lainnya. Adapun pengaruh negatifnya adalah pemerintah tidak memperoleh pendapatan dari retribusi karena di tangkahan retribusi tidak diambil, disamping itu juga pendapatan dari jasa tambat labuh dan pengisian perbekalan tidak didapatkan. Akibat dari pengaruh positif tangkahan yang banyak menguntungkan nelayan, maka nelayan banyak yang mendaratkan ikan di tangkahan sehingga pengoperasian PPI Bengkalis tidak optimal. (3) Rata-rata produksi perikanan yang didaratkan di tangkahan adalah ton per tahun dengan nilai produksi sebesar Rp ,-. PERDA No. 10 tahun 2002 menetapkan retribusi sebesar 5 % dari nilai jual hasil tangkapan. Potensi kerugian yang diderita pemerintah dari retribusi hasil tangkapan ikan tersebut sebesar Rp ,- per tahun. Jumlah rata-rata kapal yang ada di 57

70 tangkahan adalah 484 unit, bila dikenakan biaya sesuai ketentuan yang berlaku maka pemerintah berpotensi mendapatkan pemasukan sebesar Rp ,- per tahun. Sementara dari pengisian perbekalan pemerintah berpotensi mengalami kerugian sebesar Rp ,- per tahun. Setelah dikalkulasikan, Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis berpotensi mengalami kerugian sebesar Rp ,- per tahun dari seluruhan tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis 7.2 Saran 1) Pemerintah Kabupaten Bengkalis harus segera melakukan penertiban terhadap tangkahan-tangkahan yang ada; 2) Pelayanan PPI Bengkalis harus lebih ditingkatkan dan fasilitas yang ada harus diperbaiki dan ditingkatkan serta lebih diperhatikan pemeliharaannya; dan 3) Pemerintah Kabupaten Bengkalis harus lebih memperhatikan nasib nelayan dengan memberi pinjaman modal agar sistem pemasaran yang berpusat pada tauke tidak terjadi. 58

71 DAFTAR PUSTAKA Aziza, L Studi Perbandingan Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan Pelabuhan Maringgai dan Lempasing berkaitan dengan kualitas produksi ikan yang dihasilkan. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis, Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis., Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis. Direktorat Jenderal Perikanan, Standarisasi dan Pokok-pokok Desain Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan. PT Inconeb. Jakarta. 197 hal., Pengembangan Sarana Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta., Buku Petunjuk Pelaksanaan Struktur Organisasi dan Manajemen Pangkalan Pendaratan Ikan. Direktorat Bina Prasarana. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta. 158 hal. Effendi, G Kondisi Umum Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Hanafiah, A.M. dan A.M. Saefudin, Tata Niaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta. 288 hal. Lubis, E Pengantar Pelabuhan Perikanan. [Diktat Kuliah m.a. Pelabuhan Perikanan]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Laboratorium Pelabuhan Perikanan. Misran, Studi Orientasi terhadap Pangkalan Pendaratan Ikan di Sibolga dan Kemungkinan Pengembangannya. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Peta Kemiskinan Propinsi Riau November 2006.

72 Selayang pandang Kabupaten Bengkalis September Supriatna, Y Fungsi dan Peranan PPI Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat terhadap Usaha Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Nelayan. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Syamsurizal Peran Aspek Kelembagaan dalam Kaitannya dengan Aksesibilitas Ekonomi dan Tingkat Pendapatan Nelayan di Kabupaten Bengkalis, Riau. [Thesis]. Bogor : Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Zain, J Studi Aktivitas Tangkahan dan Pengaruhnya Terhadap Operasional PPN Sibolga, Sumatera Utara. [Thesis]. Bogor : Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 60

73 Lampiran 1. Perhitungan potensi kerugian yang diderita pemerintah a) Dari jasa pembongkaran dan penjualan hasil tangkapan Rata-rata produksi yang didaratkan di tangkahan : ton Harga ikan rata-rata : Rp ,-/Kg Nilai produksi : Kg x Rp ,- = Rp ,- Pajak yang dikenakan 5% dari nilai jual hasil tangkapan yang didaratkan. Potensi kerugian yang diderita dari jasa pembongkaran : 5% x Rp ,- = Rp ,- b) Dari jasa tambat labuh Jumlah rata-rata kapal di seluruh tangkahan : 484 unit Panjang rata-rata kapal di tangkahan : 12 m Lama kapal di dermaga dalam 1 tahun : 90 hari Pajak yang berlaku Rp 300,- per meter panjang kapal Potensi kerugian yang diderita dari jasa tambat labuh : 484 unit x 12 m x 90 hari x Rp 300,- = Rp ,- c) Dari pengisian perbekalan Solar yang dibutuhkan dalam 1 kali trip 140 liter seharga Rp ,- Es yang dibawa dalam 1 kali trip 400 Kg seharga Rp ,- Air yang dibawa dalam 1 kali trip 140 liter seharga Rp ,- Waktu penangkapan efektif 270 hari, 1 kali trip memakan waktu 3 hari. Dalam 1 tahun ada 90 kali trip Perbekalan dalam 1 kali trip minimal Rp ,- Keuntungan yang diambil 15 %, yaitu sebesar Rp ,- Potensi kerugian yang diderita pemerintah dari pengisian perbekalan : 484 unit kapal x 90 kali trip x Rp ,- = Rp ,- Potensi kerugian yang diderita pemerintah dalam satu tahun akibat pengoperasian seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis sebesar : Rp ,- + Rp ,- + Rp ,- = Rp ,-. 61

74 Lampiran 2. Perhitungan daya tampung TPI Daya tampung TPI dihitung dengan menggunakan rumus: P = S x R x á N Diketahui: S : 120 m 2 R : 1 á : 0,3 N : 3,99 ton Jadi: P = 120 x 1 x 0,3 3,99 = 36 / 3,99 = 9,02 ton 62

75 63 Keterangan: SELAT MALAKA PPI Bengkalis Lokasi Tangkahan Lampiran 3. Peta Lokasi Tangkahan di Pulau Bengkalis PPI Bengkalis Sumber : www. Riau.go.id diolah kembali oleh Ibnu Zarkasyi, 2005 Batas Kecamatan Ibukota Kabupaten U T B S Skala 1:

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Tempat Pendaratan Ikan (TPI)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 1-11 EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA Jonny Zain 1), Syaifuddin 1), Yudi Aditya 2) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sangat panjang

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis Kabupaten Bengkalis adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau dengan ibukota Bengkalis yang berada di Pulau Bengkalis, terpisah

Lebih terperinci

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

6. FUNGSI PPI MUARA BATU 6. FUNGSI PPI MUARA BATU Fungsi pelabuhan perikanan yang optimal merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari pembangunan perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat secara nyata jika pembangunan perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14 PRODUKSI PERIKANAN Produksi Perikanan Kabupaten Aceh Selatan berasal dari hasil penangkapan di laut dan perairan umum serta dari kegiatan budidaya. Pada tahun 2011 produksi perikanan secara keseluruhan

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA Enjah Rahmat Teknisi pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Muara Baru

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN (TPI) DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN (TPI) DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU JURNAL PERIKANANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN (TPI) DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU Oleh Jonny Zain dan Syaifuddin 2) Dosen Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN 0126-4265 Vol. 37. No.1 1 Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 103 111 ISSN 0126-4265 Vol. 37. No.1 MENINGKATKAN DAYAGUNA FASILITAS PANGKALAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I 1.1 Tinjauan Umum Indonesia adalah negara kepulauan yang mana luas wilayah perairan lebih luas dibanding luas daratan. Oleh karena itu pemerintah saat ini sedang mencoba untuk menggali potensi

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port Contributions of Tiku Fishing Port (PPI Tiku) for fisheries sector at Agam regency, West Sumatera province, Indonesia Erly Novida Dongoran 1), Jonny Zain 2), Syaifuddin 2) 1) Student of Fisheries and Marine

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Lokasi PPS Belawan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan terletak pada koordinat geografis 03º 47 00 LU dan 98 42 BT, posisi yang cukup strategis bila ditinjau dari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir BAB 4 ANALISIS Dalam bab ini akan membahas analisis komoditas ikan mulai dari hulu ke hilir berdasarkan klasifikasi inventarisasi yang sudah di tentukan pada bab selanjutnya dengan menggunakan skema pendekatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018 LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018 Rapat Penyelerasan, Penyerasian dan Penyeimbangan antara RZWP3K Provinsi Riau dengan RTRW Provinsi Riau dan Penyepakatan Peta Rencana Alokasi Ruang RZWP3K

Lebih terperinci

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA 5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA 5.1 Keadaan Umum 5.1.1 Letak dan sejarah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh secara geografis terletak pada 4 0 07 30 LU dan 96 0 30 BT dan terletak di wilayah

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.14/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TELUK BATANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu 60 Lampiran 2. Fasilitas di PPP Karangantu No Fasilitas Volume Satuan (baik/rusak) I. FASILITAS POKOK Breakwater 550 M Rusak Turap 700 M Baik Faslitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Belitung 4.1.1 Keadaan geografi dan topografi Kabupaten Belitung adalah bagian dari wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2) EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2) ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 212

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci