Disusun Oleh: NOVITA RIZKY NUGRAHANI J

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun Oleh: NOVITA RIZKY NUGRAHANI J"

Transkripsi

1 PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA Disusun Oleh: NOVITA RIZKY NUGRAHANI J PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i

2

3

4 HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA NOVITA RIZKY NUGRAHANI Program studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammmadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta novitariskynugrahani@yahoo.com ABSTRACT Introduction: Quality of physical fitness and breakfast habit is one of the factors which affect learning achievement. Breakfast who are thing boring or thing that troublesome. Breakfast for school children aims to suffice energy needs during the move. Objective: The aims of study is to determine the relationship between the quality in of physical fitness and breakfast habits with learning achievement children grade Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elemantary school. Methods Research: That was used as methode in this study in addition observation with cross sectional. The population of this research is students grade V Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elementary school. The number of samples were 52 children who aged year. Data quality physical fitness was obtained with run 1000 meters and the data the of breakfast habits abtained with food recall 24-hours during 7 days. The data using is analysed with statistical Pearson Product Moment test. Results: Result of research showed by that there one no relationship the quality of of physical fitness and learning achievement with significant value amounting to (p = 0.797> 0,05). However there is a relationship breakfast habits and learning achievement, recording value amounting to (p = <0,05). Conclusion and Suggestions: There is no relationship quality of physical fitness with learning achievement and there is relationship breakfast habits with learning achievement children grade Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elemantary school.increased the physical fitness and breakfast habits in order that the achievement of health good and the increasing learning achievement. Keywords: Quality of physical fitness. breakfast habits. learning achievement. PENDAHULUAN Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dalam peningkatan kesehatan termasuk gizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan yaitu dengan perbaikan gizi terutama pada usia sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah berada pada golongan rawan yang dalam masa pertumbuhannya sangat cepat dan sangat aktif sehingga pada kondisi ini. Anak iv

5 harus mendapatkan makanan yang bergizi berdasarkan kuantitas dan kualitas yang tepat untuk menunjang kesehatannya, salah satunya dengan membiasakan sarapan pagi. Anakanak belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam memilih makanan yang baik, sehingga belum menjadi konsumen yang kritis dalam memilih makanan, mereka akan mudah menerima dan menyukai makanan yang juga disukai teman-temannya (Sumarwan, 2007). Permasalahan saat ini adalah kebiasaan sarapan pagi masih dianggap hal yang membosankan atau hal yang merepotkan. Menurut Depkes RI (2002) sarapan pagi yang baik terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan untuk anak-anak 20-25% dari kebutuhan energi total sehari, protein 15-25%, lemak 12-15% dan karbohidrat 60-68%. Sarapan pagi bagi anak bertujuan untuk mencukupi kebutuhan energi selama beraktivitas dan meningkatkan konsentrasi, daya ingat anak (Yusnalaini, 2004). Sarapan pagi yang mengandung zat-zat gizi dibutuhkan untuk mendukung aktivitas anak sekolah agar kebugaran jasmaninya baik. Kualitas kebugaran jasmani yang baik dapat diperoleh dari olahraga yang cukup. Kebugaran tubuh merupakan bagian penting dari pertumbuhan dan perkembangan pada anak (Atmodjo, 2008). Fungsi dari kebugaran jasmani adalah mencegah kelebihan berat badan, menjaga daya tahan paru-paru dan jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan, komposisi tubuh yang ideal dan sehat, meningkatkan produktivitas kerja dan memiliki rasa percaya diri saat beraktivitas. Sarapan pagi yang cukup akan menjadi penunjang kebugaran tubuh sebelum melakukan aktivitas (Irianto, 2007). Kebugaran jasmani dapat diperoleh dengan cara melakukan aktivitas jasmani secara teratur, terukur dan terprogram. Hasil penelitian yang dilakukan di SDN 1 Kartasura menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (13,2%) mempunyai kesegaran jasmani kurang baik dan 33 responden (86,8%) mempunyai kesegaran jasmani baik (Nuraini, H, 2010). Menurut hasil penelitian lainnya, menunjukkan bahwa 47,2% anak SD mempunyai tingkat kebugaran jasmani sedang dan 25,6% mempunyai tingkat kebugaran jasmani kurang dan kurang sekali. Sarapan pagi dianggap dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar. Sarapan pagi yang mengandung karbohidrat atau glukosa yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah sebagai penghasil energi ke otak untuk meningkatkan konsentrasi (Khomsan, 2004). Menurut hasil survei pendahuluan tahun 2011 pada anak kelas V SD Negeri di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo dari 4 Sekolah Dasar Negeri diperoleh data yaitu dari 128 anak sebanyak 35 siswa (27,00%) yang tidak sarapan. Penelitian lain yang dilakukan di SD Citarum Semarang kelas 1, 2, 3, dan 4 menunjukkan masih terdapat 34,83% anak SD jarang sarapan dan terdapat hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar. Penelitian yang ada telah memberikan fakta bahwa sarapan mempunyai dampak positif terhadap kemampuan kognitif, dan prestasi belajar. Menurut Purwanto (2002) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang atau siswa berupa penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang diberikan oleh Guru dalam jangka waktu 5

6 tertentu. Penelitian yang dilakukan di MTS Al Asror Semarang pada 65 siswa menunjukkan bahwa dari 19 siswa (79,2%) mempunyai prestasi belajar yang kurang dan 5 siswa (20,8%) mempunyai prestasi belajar yang baik. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Kecamatan Serengan Kotamadya Surakarta diketahui 26,7% siswa yang tidak terbiasa sarapan pagi dan 73,3% siswa yang terbiasa sarapan pagi. Masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian terhadap siswa di sekolah dasar guna mengetahui hubungan kualitas kebugaran jasmani dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitiannya menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September 2014, sedangkan tempat penelitian dilaksanakan di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta sebanyak 52 anak. Kriteria inklusi yaitu Siswa siswi kelas V SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta, berumur tahun, dalam keadaan sehat atau tidak sakit, bersedia menjadi responden, mampu berkomunikasi dengan baik. Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner meliputi identitas responden, kualitas kebugaran jasmani dan kebiasaan sarapan pagi. Data sekunder meliputi data gambaran umum sekolah, nilai ulangan harian dari pelajaran pengetahuan tahun ajaran 2014 yang terdiri dari mata pelajaran PPKN, Bhs. Indonesia, Matematika, IPA, IPS. Serta data jumlah siswi di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta. Cara pengumpulan data yaitu dengan wawancara dan pencatatan. Wawancara adalah komunikasi langsung dengan responden untuk memeberikan informasi tentang data yang diperlukan. Pencatatan adalah kegiatan mencatat hasil yang diperoleh dari wawancara. Instrumen yang digunakan antara lain form identitas diri responden, form recall asupan makan, form kebugaran jasmani, program SPSS dan program nutrisurvey. Alat yang digunakan antara lain form recall 7 hari, alat tulis, stopwatch, kapur atau tali, bendera start. Pengambilan data meliputi penyebaran kuesioner yang kemudian memberikannya untuk diisi yang berisi tentang identitas responden, kebiasaan sarapan pagi dengan melakukan wawancara food recall 24 jam selama 7 hari dan mengukur kualitas kebugaran jasmani. Kualitas kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan tes lari 1000 meter. Pengukurannya yaitu responden berdiri di belakang garis start. Aba-aba siap, responden siap dengan start berdiri. Aba-aba ya, responden segera berlari dengan menempuh jarak yang ditentukan yaitu 1000 meter dan dihitung waktu lari dengan stopwatch. Alat pengukur dimatikan pada saat tubuh responden telah melewati garis finish. Catat waktu yang ditempuh. Pengolahan data dengan editing, coding, entry dan tabulating. Data yang didapatkan kemudian dianalisis. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer software 6

7 SPSS 17 dengan menggunakan uji Korelasi Product Moment. Interpretasi data yaitu Bila p < 0,05 berarti Ho ditolak maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent. Bila p > 0,05 berarti Ho diterima maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta. SD Muhammadiyah 10 terletak di desa Dipotrunan RT 02 RW XII kelurahan Tipes Kecamatan Serengan Solo. SD Muhammadiyah 10 Tipes surakarta mempunyai letak yang cukup kondusif untuk belajar. Karena jauh dari keramaian kota dan diampit oleh kampung yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Kegiatan belajar mengajar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta dimulai pada pukul Sekolah tidak mempunyai halaman yang luas untuk melakukan kegiatan olahraga, sehingga kegiatan olahraga dilaksanakan di lapangan yang berdekatan dengan SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta. Kegiatan belajar mengajar dengan interaksi antara guru dan siswa.dalam proses belajar mengajar akan terjadi timbal balik artinya, tidak siswa yang belajar namun guru juga banyak memperoleh pelajaran dari interaksi ini. Siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta berasal dari keluarga berpendidikan sedang dan berekonomi menengah ke bawah, sehingga pada umumnya orang tua siswa mempunyai respon yang cukup terhadap proses belajar anak-anaknya. a. Karakteristik Sampel Penelitian 1. Distribusi Umur Responden Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Responden Jenis Jumlah (%) Kelamin (n) Laki-laki 24 46,15 Perempuan 28 53,85 Jumlah Responden dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas V SD Muhmmadiyah 10 Tipes Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat jenis kelamin responden. Berdasarkan tabel jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 anak (46,15%) dan yang perempuan sebanyak 28 anak (53,85%). 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden Tabel 2. Distribusi Umur Responden Umur Jumlah (%) (n) , , ,77 Jumlah Responden dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas V SD Muhmmadiyah 10 Tipes Surakarta. Umur subjek dalam penelitian ini adalah yang berusia tahun dan memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat tanggal lahir responden. Dari 52 subjek penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur sebagian besar berumur 10 tahun sebanyak 35 anak (67,31%) dan sebagian kecil berumur 12 tahun 3 anak(5,77%). 7

8 b. Hasil Penelitian 1. Kualitas Kebugaran Jasmani Tabel 3. Distribusi Kualitas Kebugaran Jasmani Kualitas Kebugaran Jasmani Jumlah (n) (%) Baik Sedang 24 46,2 Kurang 10 19,2 Kurang sekali 5 9,6 Jumlah Berdasarkan tabel 3 diperoleh kualitas kebugaran jasmani responden diperoleh yaitu kualitas kebugaran jasmani baik sebanyak 13 anak (25%) dan kualitas kebugaran jasmani kurang sekali sebanyak 5 anak (9,6%). Kualitas kebugaran jasmani pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta berada pada kategori sedang dari keseluruhan subjek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kualitas kebugaran jasmani kategori kurang dan kurang sekali yang disebabkan karena rendahnya asupan kalori sarapan pagi belum memenuhi standar yang diperoleh dari recall. Irianto (2007) mengungkapkan bahwa kebugaran jasmani yang belum optimal disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik, kurang motivasi diri untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang optimal dan rendahnya asupan sarapan pagi yang belum mencukupi standar. 2. Kebiasaan Sarapan Pagi Tabel 4. Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi Kebiasaan Jumlah (%) Sarapan Pagi (n) Biasa 36 69,2 Tidak Biasa 16 30,8 Jumlah Berdasarkan tabel 4 diperoleh kebiasaan sarapan pagi diperoleh sebanyak 36 anak (69,2%) mempunyai kebiasaan sarapan pagi dan sebanyak 16 anak (30,8%) mempunyai tidak biasa sarapan pagi. Menurut Khomsan (2004) mengungkapkan, kebiasaan sarapan pagi dikategorikan biasa jika dalam seminggu melakukan sarapan lebih dari 4 kali dan mengandung energi 20-25% dari kebutuhan total sehari. Kebiasaan sarapan pagi dikategorikan tidak biasa jika dalam seminggu melakukan sarapan kurang dari 4 kali dan mengandung energi kurang dari 20-25% dari kebutuhan total sehari dan makan pagi yang dikonsumsi mengandung zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur. Berdasarkan hasil recall 24 jam selama 7 hari dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta melakukan sarapan pagi dengan frekuensi paling sering 4-6 kali dalam seminggu dan 3 kali dalam seminggu hanya kadang-kadang. Hasil recall 24 jam di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta sebagian besar anak sekolah mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat tenaga (karbohidrat) dalam bentuk nasi, roti dan mie. Bahan makanan yang mengandung zat pembangun (protein) yang dikonsumsi anak sekolah menurut hasil recall, seperti ikan bandeng, telur, tahu dan tempe. Menu sarapan pagi anak yang kurang bervariasi seperti anak konsumsi sarapan pagi dengan nasi putih dan telur dadar. Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh agar anak melakukan sarapan pagi. Usia 6-12 tahun (anak usia sekolah) banyak pengaruh kebiasaan makan mereka. Pengalamanpengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut kalau terlambat, menyebabkan anak sering menyimpang dari kebiasaan makan pagi (Moehji, 2003). Kebiasaan 8

9 sarapan pagi pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta memiliki kebiasaan sarapan pagi yaitu sebanyak 69,2% dari keseluruhan subjek penelitian. 3. Prestasi Belajar Tabel 5. Distribusi Prestasi Belajar Prestasi Jumlah (%) Belajar (n) Baik 49 94,2 Tidak Baik 3 5,8 Jumlah Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai ujian yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar diambil dari rata-rata nilai ulangan pengetahuan Tahun ajaran 2014 yang terdiri dari mata pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika. Nilai prestasi belajar dikatakan baik jika nilai 70 dan nilai prestasi dikatakan tidak baik jika nilai < 70. SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta menggunakan kurikulum Berdasarkan tabel 11 prestasi belajar diperoleh bahwa dari 52 siswa di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta sebanyak 49 anak (94,2%) dengan prestasi belajar baik dan sebanyak 3 anak (5,8%) dengan prestasi belajar tidak baik. Prestasi belajar pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta memiliki prestasi belajar yang baik yaitu 94,2%. Adanya pretasi belajar yang tidak baik dikarenakan kurangnya memanfaatkan waktu untuk belajar dirumah. Dalam kenyataanya masih banyak anak sekolah yang tidak belajar secara efektif. Kebanyakan anak sekolah menganggap belajar itu membosankan, sehingga banyak siswa belajar tetapi tidak memperoleh manfaat belajar itu sendiri (Slameto, 2003). 4. Korelasi Kualitas Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Belajar Tabel 6. Uji Korelasi Kualitas Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Belajar Variabel Jumlah Mean SD. Devia tion Kualitas Kebugaran Jasmani Prestasi Belajar Maxi mum Mini mum 52 6,77 1,04 8,55 5, ,19 4,63 90,7 69,5 P r 0,797 0,037 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa kualitas kebugaran jasmani dibagi menjadi lima kategori yaitu baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali. Kualitas kebugaran jasmani pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta pada kategori sedang dengan mean 6,77 dan standar devisiasi 1,04. Nilai maksimum kualitas kebugaran jasmani yaitu 8,55 dan nilai minimum yaitu 5,03. Prestasi belajar pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta pada kategori baik dengan mean 76,19 dan standar deviasiasi 4,63. Nilai maksimum prestasi belajar yaitu 90,7 dan nilai minimum yaitu 69,5. 9

10 Hasil bivariat dengan uji statistik Pearson Product Moment antara variabel kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar diperoleh nilai signifikan p 0,797. Berdasarkan hasil tersebut Ho diterima dikarenakan nilai p lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak ada hubungan kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar. Besarnya nilai koefisien korelasi antara kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar diperoleh nilai 0,037. Besarnya koefisen korelasi sebesar 0,037 berada pada rentang 0,01-0,20 yang menyatakan tingkat hubungan yang sangat lemah. Hasil ini tidak sejalan dengan Agus Mukholid (2004) dan Djamara (2002) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar. Kebugaran jasmani akan mendorong siswa untuk melaksanakan tugas dalam belajar, dan mampu melakukan aktifitas lainnya tanpa ada kelelahan. Tidak ada hubungan kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar karena kualitas kebugaran jasmani tidak satu-satunya faktor yang menentukan kenaikan ataupun penurunan prestasi belajar. Asupan makan dalam sehari yang tidak sesuai dengan angka kecukupan gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi fisik anak seperti factor menstruasi pada kelompok perempuan, denyut nadi. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang ada dari luar individu dan faktor internal adalah faktor yang ada dari dalam individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor fisiologis ini memiliki peran sangat penting bagi keberhasilan belajar. Proses belajar seseorang akan terganggu jika berada pada kondisi kurang sehat, cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk ataupun gangguan fungsi pada alat indera dan organ tubuh yang lain. Motivasi dan semangat dari orang tua atau lingkungan sekitar akan berpengaruh juga terhadap prestasi anak sekolah (Slameto, 2003). Menurut Djoko, P (2004), kualitas kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu makan, olah raga dan istirahat. Pada dasarnya setiap orang dianjurkan untuk makan dari makan pagi sampai makan malam dengan komposisi makanan yang mengandung sumber tenaga atau energi. Energi yang didapat dapat digunakan untuk beraktivitas, belajar, berolahraga dan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Setelah melakukan berbagai aktivitas tubuh mengalami kelelahan. Istirahat yang cukup akan memulihkan tubuh agar dapat beraktivitas kembali. Menurut Gilang (2007), kebugaran jasmani bermanfaat untuk membangun kekuatan dan daya tahan otot, meningkatkan daya tahan aerobik, meningkatkan fleksibilitas serta pembakaran kalori. Kualitas kebugaran jasmani yang diukur dengan lari jarak 1000 meter yaitu lari dengan jarak 1000 meter pada lintasan. Responden akan berlari dengan start berdiri. Alat pengukur dimatikan pada saat tubuh responden telah melewati garis finish 10

11 dan dicatat waktu tempuhnya. Keseriusan dalam melakukan lari 1000 meter akan mempengaruhi kualitas kebugaran jasmaninya. Daya tahan kardiorespirasi lebih banyak ditentukan oleh aktivitas fisiknya. Tetapi ada faktor lain yang juga mempengaruhinya yaitu frekuensi dan durasi latihan, umur model, intensitas dan istirahat (Irianto, 2007). Kebugaran jasmani dalam Islam penting karena jasmani adalah potensi manusia yang harus diperhatikan dengan cara memberikan hak-hak dan kebutuhannya dikembangkan sesuai dengan potensinya. Jasmani didalam Al Qur an disebut kata jims. Diterangkan dalam surat A- Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4 yang menunjukkan bahwa dalam Islam potensi jasmani dapat dikembangkan. Nabi berkata: Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. Tubuh yang bugar akan meningkatkan kemampuan anak untuk berfikir secara jernih, penuh kreativitas dan memiliki semangat yang tinggi sehingga mendukung pencapaian prestasi belajar yang baik (Lutan, 2001). Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis akan memperoleh hasil yang kurang optimal. Faktor orang tua juga berpengaruh terhadap keberhasilan anak. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup kurangnya perhatian orang tua dan bimbingan orang tua akan mempengaruhi prestasi belajar anak sekolah. Keadaan sekolah tempat untuk anak belajar turut menjadi pengaruh keberhasilan belajar, contohnya metode belajar, kualitas guru pengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas ruangan (Slameto, 2003). 5. Korelasi Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Tabel 7. Uji Korelasi Kebiasaan sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Variabel Jumlah Mean SD. Devia tion Kebiasaan Sarapan pagi Prestasi Belajar Maxi mu m Mini mu m 52 4,62 1, ,19 4,63 90,7 69,5 P r 0,022 0,316 Berdasarkkan tabel 7 diketahui bahwa kebiasaan sarapan pagi dibagi menjadi dua kategori yaitu biasa dan tidak biasa sarapan pagi. Kebiasaan sarapan pagi pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta pada kategori biasa sarapan pagi dengan mean 4,62 dan standar devisiasi 1,47. Nilai 11

12 maksimum kebiasaan sarapan pagi yaitu 7 dan nilai minimum yaitu 2. Hasil bivariat dengan uji statistik Pearson Product Moment antara variabel kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar diperoleh nilai signifikan p 0,022. Berdasarkan hasil tersebut Ho ditolak dikarenakan nilai p lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar. Besarnya nilai koefisien korelasi antara kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar diperoleh nilai 0,316. Besarnya koefisen korelasi sebesar 0,316 berada pada rentang 0,21-0,40 yang menyatakan tingkat hubungan yang rendah. Sarapan pagi yang mengandung sumber karbohidrat (glukosa) merupakan sumber energi otak untuk melakukan kinerjanya yaitu meningkatkan konsentrasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Khomsan (2004) bahwa aktivitas makan pagi secara tidak langsung akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan sarapan pagi yang menyediakan karbohidrat siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Adanya kadar gula darah yang optimal maka konsentrasi belajar akan lebih baik. Asupan sarapan pagi yang menyediakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh akan bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Kalangan ahli Kedokteran dan agama Islam menyebutkan, makan makanan yang halalan thayyiban. Diketahui dari hasil recall 24 jam rata-rata kebutuhan kalori sarapan pagi sebesar 455,98 kalori, kebutuhan protein sebesar 19,52 gram, kebutuhan lemak sebesar 47,82 gram dan kebutuhan karbohidrat sebesar 155,14 gram. Sarapan pagi akan menyumbangkan zat gizi 20-25%. Jumlah tersebut akan memenuhi kebutuhan tubuh pagi hari. Energi sekitar 2000 kalori dan protein 50 gr sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi akan menyumbangkan kalori dan 12,5 gram protein. Sisa kebutuhan energi, protein dan gizi lainnya akan dipengaruhi makan siang, makan malam dan makanan selingan (Khomsan, 2004). Usia tahun membutuhkan zat-zat gizi yang dibutuhkan cukup tinggi. Energi didalam tubuh berfungsi untuk pertumbuhan, yaitu untuk sintesis senyawa-senyawa yang baru. Protein memiliki fungsi untuk proses pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Protein juga berguna dalam memelihara protein yang ada dan menggunakan kembali asam amino yang diperoleh dari pemecahan jaringan untuk membangun kembali jaringan yang sama atau jaringan lain. fungsi dari karbohidrat adalah sebagai sumber energi yang fungsi utamanya adalah menyediakan energi bagi tubuh (Almatsier, 2001). Anak yang tidak sarapan pagi sebesar 30,8% rentan terhadap Hipoglikemia. Sarapan yang tidak memadai masih memungkinkan terjadinya Hipoglikemia pada anak. Untuk mencapai kondisi tubuh yang optimal di pagi hari, sarapan saja tidak cukup, diperlukan sarapan dengan menu lengkap, dalam arti harus mengandung karbohidrat, sayuran dan daging (Wiharyanti, 2006). Kurangnya tingkat konsumsi makan pagi menurut Ratnawati (2001) dapat disebabkan karena faktor ekonomi yang menengah kebawah, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan, keadaan orang tua yang bekerja, sehingga pola makan terabaikan, pemahaman bahwa jika 12

13 makan pagi terlalu banyak akan menyebabkan mengantuk, kegemukan dan takut terlambat sekolah. Mencapai kebiasaan sarapan pagi yang baik seyogyanya para orang tua menyiapkan makanan yang tepat dalam penyajian. Apabila waktu di pagi hari terbatas bisa disiapkan 1-2 hari sebelumnya, bergantung pada jenis makanannya. Sehingga pada waktu akan dimakan, tinggal disiapkan. Apabila anak tidak sempat sarapan pagi, sebaiknya orang tua memberikan bekal pada anaknya sehingga dapat memakannya di sekolah (Ratnawati, 2001). Sarapan merupakan makanan khusus bagi otak dan berhubungan dengan kecerdasan mental, sehingga memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak mejadi lebih cerdas, peka dan mudah berkonsentrasi. Hasil penelitian dari Yuliartha (2009), membuktikan bahwa kebiasaan sarapan pagi berpengaruh terhadap konsentrasi anak sekolah dasar. KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan : Tidak ada hubungan kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar. Ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar. 2.Saran : Bagi orang tua diharapkan memperhatikan dan meningkatkan kebutuhan gizi yang dibutuhkan anak sekolah dasar khususnya pada sarapan pagi guna membantu aktivitas anak sekolah. Bagi guru diharapkan tidak mengesampingkan kebugaran jasmani yaitu dengan olahraga. Bagi siswa diharapkan siswa lebih meningkatkan sarapan pagi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan kebugaran jasmani. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Atmodjo, Kebutuhan Gizi Anak. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Depkes RI Pedoman Umum Gizi Seimbang. Dirjen. Bina Kesehatan Masyarakat : Jakarta Djamara, S Psikologi Belajar. Rineka Cipta : Banjarmasin Djoko, P Upaya Peningkatan Derajat Kebugaran Jasmani Dan Kesehatan. Andi Offset : Yogyakarta Gilang, M Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kelas VIII. Jakarta: Ganeca Exact. Irianto, D.P Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahragawan. Andi Offset : Yogyakarta Khomsan, A Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Rajagrafindo: Jakarta Lutan, R Asas-asas Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta Muaris, H Sarapan Sehat Untuk Balita dan Anak. Gramedia Pustaka : Jakarta Mukholid,A Pendidikan Jasmani,Jakarta:Yudhistira Moehji, S Ilmu Gizi 2. Papan Sinar Sinanti : Jakarta Nuraini, R; Herawati I Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Besi dan Vitamin C Dengan Kesegaran Jasmani Anak Sekolah Dasar.Jurnal.UMS : Surakarta 13

14 Purwanto, N Prestasi Belajar Anak Sekolah. Rineka Cipta : Jakarta Ratnawati Sehat Pangkal Cerdas. Kompas : Jakarta Slameto Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta : Jakarta Sumarwan Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara : Jakarta Wiharyanti, R Anak Yang Sarapan Daya Ingat Lebih Baik. Rineka Cipta : Jakarta Yuliartha, Dian Hubungan Antara Makan Pagi Dengan Kemampuan Konsentrasi Belajar Anak Sekolah.Jurnal, Universitas Muhammadiyah Malang : Malang Yusnalaini Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta 14

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dalam peningkatan kesehatan termasuk gizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan yaitu dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA

HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan memelihara kesehatan. Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua orang, tetapi tergantung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Diajukan Oleh: SITI NOOR FAIZAH J 3100800021

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kesegaran Jasmani 2.1.1. Definisi Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani sering juga disebut kebugaran jasmani atau physical fitness. Kesegaran jasmani merupakan hal yang rumit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) 54 PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) Sri Sayekti* Wahyu Yugo Utomo** STIKES Insan Cendekia Medika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty

Lebih terperinci

ISSN Vol 2, Oktober 2012

ISSN Vol 2, Oktober 2012 ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa kanak-kanak khususnya antara 6-12 tahun atau sering disebut juga sebagai usia sekolah. Pada masa perkembangan ini anak mulaidiarahkan menjauh dari kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

Kondisi Fisik dan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di Mts Al Asror Gunungpati Semarang)

Kondisi Fisik dan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di Mts Al Asror Gunungpati Semarang) Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 1. Edisi 1. Juli 2011. ISSN: 2088-6802 http://journal.unnes.ac.id Artikel Penelitian Kondisi Fisik dan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di Mts Al Asror

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat indeks kesegaran jasmani merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur secara berkala. Manusia yang sehat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG 12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan

Lebih terperinci

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) Apriani Sukmawati 1) Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ENERGI SARAPAN PAGI DAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR (Studi di Kelas IV dan V SD Negeri 4 Cikoneng Kabupaten Ciamis)

HUBUNGAN ANTARA ENERGI SARAPAN PAGI DAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR (Studi di Kelas IV dan V SD Negeri 4 Cikoneng Kabupaten Ciamis) HUBUNGAN ANTARA ENERGI SARAPAN PAGI DAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR (Studi di Kelas IV dan V SD Negeri 4 Cikoneng Kabupaten Ciamis) PIPIT KURNIASIH Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI ANAK -5 TAHUN DI POSYANDU LESTARI IV DESA KALIPUCANGWETAN KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 24 Hana Listya Pratiwi, Vilda Ana Veria Setyawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi masyarakat. Dalam usaha untuk memenuhi peningkatan gizi, maka pertamatama anak sekolah perlu diberi pengetahuan

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak usia sekolah dasar merupakan masa pertumbuhan yang baik sebagai awal perkembangan prestasi dan aset bangsa yang sangat berharga untuk pembangunan bangsa di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : ANISTIA LARAS PRATIWI J 120 110 086 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR Reisya Nuraini a dan Isnaeni Herawati b a Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan UMS a Prodi Fisioterapi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas 4 dan 5 SD Pertiwi Kota Bandung Tahun 2016 Relation Of Breakfast Habits with Learning Achievement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI. Oleh:

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI. Oleh: HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: RANI GARTIKA HOLIVIA SILALAHI NIM : 071000094 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 SLEMAN Oleh: Yundhi Arfianto Email: yundiarfi7@gmail.com ABSTRAK Seiring masuknya globalisasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD INPRES TALIKURAN KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD INPRES TALIKURAN KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD INPRES TALIKURAN KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA Eklesia Sisko Tumiwa Sisfiani Sarimin Amatus Y. Ismanto Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: MUHAMMAD YUSUF J 310 090 013 PROGRAM STUDI S1 GIZI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN...

LEMBAR PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv SURAT PERNYATAAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO Retno Dewi Noviyanti, S.Gz,. M.Si Dosen S1 Ilmu Gizi Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Status gizi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, dimana dinamika korelasi antara faktor faktor resiko dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN Hubungan Asupan Makanan...(Muhammad Abdul) 1 HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN Oleh: Muhammad Abdul Karim, Prodi Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT 1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN MAKRONUTRIEN (KARBOHIDRAT, LEMAK, PROTEIN) DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 POLOKARTO KAB

HUBUNGAN ASUPAN MAKRONUTRIEN (KARBOHIDRAT, LEMAK, PROTEIN) DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 POLOKARTO KAB HUBUNGAN ASUPAN MAKRONUTRIEN (KARBOHIDRAT, LEMAK, PROTEIN) DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 POLOKARTO KAB. SUKOHARJO PUBLIKASI ILMIAH Disusun Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah makan. Makanan sangat penting sebagai penghasil energi, untuk digunakan dalam beraktifitas. Biasanya orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah sepak bola UNI Ciwastra Bandung pada bulan Januari 2015. B. Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG. Identitas Responden

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG. Identitas Responden LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG No. Responden: Nama Jenis Kelamin Usia Kelas Tanggal: Identitas Responden

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh : NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON PANGAN KELUARGA PADA ANAK SD YANG STUNTED DAN NON STUNTED DI WILAYAH KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN Dr. Erli Mutiara, M.Si, Dra. Adikahriani, M.Si dan Elvi Novi Yanti erlimutiara@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati

Lebih terperinci

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING SNACKING HABIT ON NUTRITIONAL STATUS OF CATERING AND NON-CATERING STUDENTS FOOD CONSUMER Iken Rahma

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN DENGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR DALAM MEMILIH MAKANAN JAJANAN DI SD N KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J.300

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab dan pada usia ini sudah termasuk remaja. Keadaan kesehatan gizi anak sekolah tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

Oleh SHOFI IKRAMINA

Oleh SHOFI IKRAMINA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, AKTIVITAS FISIK, Z-SKOR, DAN FREKUENSI LATIHAN TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BASKET REMAJA LAKI-LAKI DI KLUB BASKET SCORPIO, JAKARTA TIMUR Skripsi Ini Diajukan

Lebih terperinci

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK DI SD ST.THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2013 Rindika Christiani Siregar 1, Eddy Syahrial 2, Alam Bakti Keloko 2 1 Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR HUBUNGAN JENIS KELAMIN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR THE CORRELATION BETWEEN GENDER, PHYSICAL ACTIVITY, NUTRITION STATUS WITH PHYSICAL FRESHNESS OF ELEMENTARY

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PROTEIN DAN KESEGARAN JASMANI DENGAN ANGKA KESAKITAN PADA SISWA SD NEGERI KARTASURA 1 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PROTEIN DAN KESEGARAN JASMANI DENGAN ANGKA KESAKITAN PADA SISWA SD NEGERI KARTASURA 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PROTEIN DAN KESEGARAN JASMANI DENGAN ANGKA KESAKITAN PADA SISWA SD NEGERI KARTASURA 1 NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SD NEGERI 02 BALEDONO DI KECAMATAN PURWOREJO

TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SD NEGERI 02 BALEDONO DI KECAMATAN PURWOREJO Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penjaskes 2017 TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SD NEGERI 02 BALEDONO DI KECAMATAN PURWOREJO TINGKATKESEGARAN JASMANI SISWA KELAS V TAHUN AJARAN 20I6/2017 SD NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci