BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tipe Kepribadian (The Big Five Personality) Definisi kepribadian Salah satu tokoh Psikologi yang menjelaskan apa yang dimaksud dengan kepribadian ke dalam suatu definisi adalah Gordon Allport. Menurut Allport (dalam Suryabrata, 2002), kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih spesifik. Seperti penjelasan dari Organisasi dinamis yang memiliki arti bahwa kepribadian tersebut selalu berkembang dan berubah-ubah meskipun didalamnya terdapat organisasi yang mengikat dan saling berhubungan satu sama lain yang mempengaruhikognisi, motivasi, dan perilaku dalam berbagai situasi. Selanjutnya, terdapat istilah psikofisis.istilah psikofisis disini ingin menjelaskan bahwa pada dasarnya kepribadian itu bukan hanya sekedar bagian dari mental dan neural saja.namun, kepribadian juga merupakan bagian dari kerja tubuh dan jiwa dalam satu kesatuan. Istilah menentukan menunjukkan bahwa kepribadian mengandung tendenstendens determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu (Suryabrata, 2002). Personality is something and does something (Allport, 1951 dalam Suryabrata, 2002). Unsur penting yang lain dari definisi kepribadian menurut Allport adalah unik atau unique, dimana melalui istilah ini Allport menekankan pada konsep individualitas. Maksudnya adalah, tidak ada orang yang memiliki kepribadian yang benar-benar sama persis dengan orang yang lain.

2 Terakhir, unsur menyesuaikan diri terhadap lingkungan.unsur ini menjelaskan bahwa kepribadian memiliki fungsi beradaptasi dengan lingkungan psikologis dan lingkungan fisis dari individu Asal usul The Big Five Personality Terdapat banyak tokoh atau ilmuan psikologi dengan pemikiran dan alirannya masing-masing dalam melihat suatu dinamika dan struktur kepribadian dari manusia.misalnya Sigmud Freud dengan aliran psikoanalisa nya, ataupun Skinner dengan aliran behavioristic nya.selain aliran psychoanalytic atau psikoanalisa, behavioristic, humanistic yang dianut oleh masing-masing tokoh atau ilmuan psikologi, terdapat juga tokoh yang memfokuskan pemikiran mereka dalam ruang lingkup dispositional. Dalam ruang lingkup dispositional, terdapat beberapa tokoh seperti James Mckeen Cattel, Eysenck, McCrae, dan Costa yang mencoba menjawab pertanyaan mengenai, Bagaimana suatu kepribadian seseorang dapat diukur? dan Berapa banyak jumlah traits yang dimiliki oleh seorang individu? (Feist & Feist, 2009).Keempat tokoh diatas mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menggunakan metode factor analysis dan melakukan penelitian. Pada awalnya, penelitian mengenai traits dimulai oleh Gordon Alport dan Odbert pada tahun 1930, setelah itu dilanjutkan oleh Cattel pada tahun 1940, dan selanjutnya dilakukan oleh Tupes, Christal, dan Norman pada tahun 1960 (Feist & Feist, 2009, hal. 420).Namun, perkembangan penelitian mengenai traits tidak berhenti sampai di tahun Kira-kira pada akhir tahun 1970 dan permulaan tahun 1980, Costa dan McCrae mulai mengikuti jejak peneliti-peneliti sebelum mereka untuk mengelaborasikan taksonomi dari personality traits. Namun, Costa dan McCrae berbeda dengan peneliti-peneliti yang lainnya, mereka menggunakan metode yang sederhana dalam melakukan factor analysis dalam menguji stabilitas dan struktur dari kepribdian (Feist &Feist, 2009, hal. 420).Selain itu, dalam proses penelitian yang mereka lakukan, Costa dan McCrae memfokuskan pada dua dimensi utama, yaitu Neuroticism dan Extraversion.

3 Tidak berapa lama setelah Costa dan McCrae menemukan N dan E, mereka menemukan faktor ketiga yang mereka sebut dengan opennes to experience. Selanjutnya, penelitian Costa dan McCrae difokuskan dengan ketiga factor tersebut. Meskipun sebelumnya telah ada seorang tokoh yang bernama Lewis Goldberg yang mengemukakan penemuannya mengenai factor analysis dari personality traits, yang diberi nama Big Five, namun Costa dan McCrae tetap hanya berfokus pada tiga faktor. Sekitar akhir tahun 1984, Costa dan McCrae mulai berfokus pada hal lain, yakni mereka memulai untuk membuat five-factor personality inventory yang baru, yang disebut dengan NEO PI. NEO merupakan singkatan dari Neuroticism, Extraversion, dan Openness.Sedangkan PI adalah singkatan dari Personality Inventory. Pada tahun 1985, ditemukan dua dimensi lainnya, yakni Agreeableness dan Conscientiousness. Sehingga, teori kepribadian Costa dan McCrae dikenal dengan istilah OCEAN yang merupakan singkatan dari kelima dimensi tersebut. Setelah masa itu, sekitar akhir tahun 1980 dan awal tahun 1990, banyak sekali psikolog yang berfokus pada kepribadian lebih memilihfive Factor Model dari Costa dan McCrae (Digman dalam Feist &Feist, 2009). Salah satu alasannya adalah karena Five Factor Model dianggap dapat ditemukan diseluruh variasi budaya yang ada Dimensi The Big Five Personality McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003), mengemukakan terdapat lima dimensi big five personality yaitu: 1) Neuroticism (N) McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003) mengatakan bahwa dimensi neuroticism menggambarkan individu yang bermasalah dengan emosi negative seperti cemas dan perasaan insecure. Individu dengan skor tinggi pada Neuroticism termasuk individu yang kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, tingkat self-esteem yang rendah, mudah cemas, tempramen, rentan frustasi/depresi. Menurut Costa & Widiger (dalam Moberg, 1999),

4 terdapat 6 skala yang terdapat dalam neuroticism menurut Costa & Widiger yang pertama, Anxiety (gelisah, penuh ketakutan, merasa khawatir, gugup dan tegang), lalu Hostility (mudah marah, frustasi dan penuh kebencian), Depression, Self-Consciousness (tidak nyaman bila berada diantara orang lain, sensitif, rendah diri), Impulsiveness (tidak memiliki kontrol diri yang baik atau dorongan untuk melakukan sesuatu), Vulnerability (tidak mampudealing terhadap stres, bergantung pada orang lain, pesimis dan mudah panik) 2) Extraversion (E) Individu extraversion dalam berinteraksi akan lebih banyak memegang kontrol dan lebih intim. Extraversion dicirikan dengan antusiasme yang tinggi, pandai dan senang bergaul, memiliki emosi yang positif, enerjik, dan ramah terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, sedangkan seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah lebih menarik diri dari lingkungannya. Extraversion mudah mudah bosan, sehingga individu ini sangat termotivasi dengan tantangan dan hal baru. Terdapat 6 skala yang menggambarkan dimensi Extraversion Menurut Costa & Widiger, yaitu, Warmth (Individu yang hangat terhadap sesama, mudah bergaul), Gregariousness (senang berinteraksi dengan orang banyak, membangun relasi), Assertiveness, Activity (Senang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, memiliki energi dan semangat yang tinggi), Excitementseeking (mencari sensasi dan berani mengambil resiko), Positive Emotion (memiliki emosi positif seperti cinta, dan kebahagiaan) 3) Openness(O) Openness mengacu pada bagaimana seseorang dapat menerima suatu ide atau situasi yang baru. Individu yang memiliki skor tinggi pada openness memiliki imajinasi yang tidak terbatas, broad-mindedness, kreatif dan mampu melihat keindahan dunia secara berbeda. Individu yang kreatif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu

5 masalah. Individu dengan skor openness yang rendah memiliki pemikiran yang sempit dan tidak menyukai adanya perubahan, dan rasa ingin tahu yang rendah pula. Menurut Costa & Widiger (dalam Moberg, 1999), didalam dimensi opennes terdapat skala Fantasy (imajinasi yang tinggi dan aktif), Aesthetic (Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan keindahan), Feelings (sadar akan emosi dan perasaannya), Action (Curiousity yang tinggi, keinginan untuk mencoba hal baru), Ideas (berpikiran terbuka terhadap berbagai hal dan ide-ide baru), Values (peduli terhadap nilai-nilai yang terkandung di masyarakat) 4) Agreeableness (A) McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003) mengindikasikan individu dengan dimensi agreeableness sebagai seseorang yang ramah, lembut, tidak menuntut, menghindari konflik, penyabar, dan cenderung untuk mengikuti orang lain. Dalam hubungan interpersonal individu dengan skor agreeableness tinggi, ketika dihadapkan dengansuatu konflik, self-esteem mereka akan cenderung menurun. Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Terdapat 6 skala yang ada dalam dimensi agreeableness, Trust(memiliki tingkat kepercayaan terhadap orang lain), Straightforwardness (perilaku apa adanya), Altruism (memiliki keinginan untuk membantu orang lain), Compliance (reaksi yang muncul terhadap konflik interpersonal), Modesty (sederhana dan rendah hati), Tender-mindedness (peduli terhadap orang lain). 5) Conscientiousness (C) Conscientiousness yang ditunjukkan dengan ciri seperti individu yang pekerja keras, taat pada aturan dan norma/disiplin, ambisius, teratur, berorientasi pada prestasi, tertib, efisien, terorganisir, dan bertanggung jawab. Perencanaan yang matang, pengorganisasian yang efektif, dan manajemen waktu yang efisien memungkinkan seorang individu untuk memiliki lebih banyak dalam

6 waktu yang tersedia, mampu mengurangi tekanan waktu, sehingga dapat mengurangi stres, ketegangan dan mampu meminimalisir konflik (Goldberg, 1992). Individu dengan Conscientiousness tinggi cenderung untuk selalu memberikan yang terbaik dalam melakukan tugas, sehingga keberhasilannya menghasilkan suasana hati yang positif, meningkatkan self-esteem (Goldberg, 1992). Costa & Widiger menyebutkan terdapat 6 skala dari dimensi Conscientiousness yaitu, Competence (memiliki kesanggupan dalam melakukan sesuatu), Order (memiliki kemampuan mengorganisasi), Dutifulness (memegang erat prinsip yang ada dalam hidup), Achievement-striving (kemampuan individu dalam berprestasi), Self-discipline (kemampuan mengatur diri sendiri), Deliberation (berpikir sebelum bertindak). Sedangkan didalam Five Factor Model (Feist & Feist, 2009, hal. 422) Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai ciri-ciri yang terdapat dalam setiap dimensi yang terdapat dalambig Five : Tabel 2.1Costa dan McCrae s Five-Factor Model of Personality Dimensi Skor Tinggi Skor Rendah Neuroticism - Anxious (Cemas) - Temperamental (Pemarah) - Self-pitying (Mengasihani diri sendiri) - Self-conscious (Canggung) - Emotional (Mudah emosi) - Vulnerable (Rentan) - Calm (Tenang) - Even-tempered (Dapat Menguasai diri) - Self-satisfied (Senang terhadap dirinya) - Comfortable (Nyaman) - Unemotional (Tidak mudah terbawa emosi) - Hardy (Kuat) Extraversion - Affectionate (Penuh kasih sayang) - Reserved (Pendiam) - Loner (Penyendiri)

7 Openness Agreeableness Conscientiousness - Talkative (Senang berbicara) - Fun loving (Menyenangkan) - Active (Aktif) - Passionate (Bersemangat) - Imaginative (Imajinatif) - Creative (Kreatif) - Original (Orisinil) - Prefers variety (Lebih senang dengan berbagai kemungkinan) - Curious (Ingin tahu) - Liberal (Bebas) - Softhearted (Lembut) - Trusting (Penuh kepercayaan) - Generous (Murah hati) - Acquiescent (Siap menerima apapun tanpa komplain) - Lenient (Penyabar) - Good-natured (Baik hati) - Conscientious (Sungguh- Sungguh) - Hardworking (Pekerja keras) - Well-organized (Terorganisir) - Punctual (Tepat waktu) - Ambitious (Ambisius) - Quiet (Tenang) - Sober (Seadanya) - Passive (Pasif) - Unfeeling (Tidak bersemangat) - Down-to-earth (Biasa saja) - Uncreative (Kurang kreatif) - Conventional (Standard) - Prefers routine (Lebih senang dengan rutinitas) - Uncurious (Tidak memiliki rasa ingin tahu) - Conservative (Kolot) - Ruthless (Kejam) - Suspicious (Berprasangka) - Stingy (Bakhil) - Antagonistic (Antagonis) - Critical (Kritis) - Irritable (Pemarah) - Negligent (Lalai) - Lazy (Pemalas) - Disorganized (Berantakan) - Late (Terlambat) - Aimless (Tidak memiliki arah dan tujuan) - Quitting (Mudah menyerah)

8 Berdasarkan teori Big Five, seseorang yang memiliki nilai yang tinggi dalam karakteristik Extraversion cenderung penuh semangat, antusias, dominan, ramah, dan juga komunikatif. Sedangkan sebaliknya, jika seseorang memiliki karakteristik Extraversion yang rendah, akan cenderung pemalu, tidak percaya diri, submisif, dan pendiam (Friedman, 2006). Dimensi kedua yaitu Neuroticism.Seseorang yang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi Neuroticism cenderung gugup, sensitive, tegang, dan mudah cemas. Sedangkan jika memiliki nilai yang rendah, individu umumnya akan lebih santai dan tenang (Friedman, 2006). Selanjutnya, individu yang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi Openness umumnya terlihat imajinatif, menyenangkan, kreatif, dan artistik. Sebaliknya jika nilai pada dimensinya rendah, individu tersebut umunya dangkal, membosankan, atau sederhana (Friedman, 2006). Berbeda lagi dengan dimensi Big Fiveyang keempat, yaitu Agreeableness. Jika individu memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi ini, ia akan cenderung ramah, koorperatif, mudah percaya, dan juga hangat. Disisi lain, seseorang yang memiliki nilai yang rendah dalam dimensi ini, mereka akan cenderung terlihat dingin, konfrontatif, dan kejam (Friedman, 2006). Pada dimensi yang terakhir, yakni Conscientiousness. Individu yang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi ini, umumnya berhati-hati, dapat diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Namun bertolak belakang dengan individu yang memiliki nilai yang rendah, mereka akan cenderung ceroboh, berantakan, dan tidak dapat diandalkan (Friedman, 2006). Jika diamati lebih lanjut, karakteristik yang muncul dalam nilai yang tinggi dan nilai yang rendah dalam setiap dimensisaling berlawanan.

9 2.2 Work-Life Balance Definisi work-life balance Work-Life Balance adalah sebuah situasi dimana karyawan dapat mengaturwaktu dan energi mereka antara pekerjaan dan aspek penting lain dari kehidupan pribadi mereka, seperti waktu untuk keluarga, teman, partisipasi masyarakat, spiritualitas, pengembangan diri/pribadi, perawatan diri, dan kegiatan pribadi lainnya, di samping tuntutan tempat kerja. Keseimbangan kehidupan kerja ini tidak dapat diperoleh tanpa adanya bantuan dari pihak otoritas/tempat karyawan bekerja yang memiliki kebijakan. Sehingga memungkinkan untuk karyawan dapat mencapai kehidupan yang lebih seimbang. Dan dengan harapan adanya keseimbangan dari kedua sisi tersebut, maka produktivitas kerja akan semakin meningkat dan tingkat turnover karyawan dapat ditekan. Keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan (Work-Life Balance) didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi pekerjaan mereka, memenuhi komitmen keluarga, serta tanggung jawab kerja dan kegiatan lainnya diluar pekerjaan mereka. (Sturges and Guest, 2004) Fisher-McAuley, Stanton, Jolton dan Gavin dalam Parker& Citera (2010) menggambarkan keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan sebagai kompetisi waktu dan energi antara beberapa peran berbeda yang dimainkan oleh seorang individu. Clark (2000) mendefinisikan Work-Family Balance"satisfaction and good functioning at work and at home, with a minimum of role conflict" (hal. 751). Greenblatt (2002), keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan telah tercapai apabila keadaan dimana konflik antara tuntutan pekerjaan dan non pekerjaan sudah tidak ada. the absence of unacceptable levels of conflict between work and non-work demands. Hache, Redekopp, & Jarvis dalam Jaspreet Kaur (2013) menggambarkan interrelationship yang kompleks dari peran kehidupan. Bermacam-macam "balance wheel" yang ia jelaskan termasuk dalam beberapa aspek, seperti kehidupan sosial (misalnya, keluarga, teman, dan hubungan romantis), fisik (kebugaran, kondisi lingkungan, dan kesehatan secara umum), intelektual (pendidikan, mental challenge), emosional, spiritual, dan pekerjaan (termasuk karir, uang, rumah tangga, dan pelayanan masyarakat).

10 Menurut McDonald dan Bradley (2005) keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan dapat diukur diukur dengan 3 faktor yaitu : 1. Keseimbangan Waktu Menurut Schermerhorn (2005) hal ini merupakan jumlah waktu yang diberikan oleh individu untuk pekerjaannya dan hal di luar pekerjaan. Waktu yang digunakan oleh karyawan dalam melakukan pekerjaan terhitung mulai dari karyawan memulai perjalanan dari rumah menuju tempat bekerjanya hingga kembali lagi ke rumah.keseimbangan waktu ini merupakan jumlah waktu yang diberikan oleh karyawan pada pekerjaannya dan diseimbangkan dengan kehidupan pribadi keluargamereka dan lingkungan sosial.pada aspek kehidupan pribadi, keseimbangan yang dimiliki karyawan menunjukkan bahwa tuntutan dari lingkungan keluarga, serta sosial terhadap karyawan tidak mengurangi waktu professional dalam menyelesaikan pekerjaan. 2. Keseimbangan Keterlibatan Schermerhorn dalam Malika (2005) memberikan penjelasan bahwa keseimbangan keterlibatan adalah tingkat keterlibatan psikologis dan komitmen yang diberikan oleh individu dalam bekerja dan dalam melakukan hal di luar pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila karyawan hanya mengalokasikan waktu demi tercapainya keseimbangan tidaklah cukup, melainkan perlu adanya keterlibatan yang berkualitas disetiap kegiatan. Apabila karyawan menghabiskan waktu selama ± 8 jam untuk bekerja setiap harinya, dan tersisa 5 jam untuk keperluan pribadi, keluarga, dan sosialnya, kondisi tersebut dikategorikan sebagai ketidakseimbangan waktu. Namun apabila dalam waktu tersisa 5jam tersebut karyawan dapat memberikan yang terbaik, terlibat secara physical dan emotional dalam kegiatannya, maka keseimbangan keterlibatan bisa tercapai.

11 3. Keseimbangan Kepuasan Schermerhorn menjelaskan keseimbangan ini berkaitan dengan kepuasanyang dicapai individu dalam bekerjadan berbagai hal diluar pekerjaan. Kepuasan dari diri sendiri akan muncul apabila individu menganggap apa yang diperbuatnya selama ini cukup baik dalam memenuhi kebutuhan pekerjaan maupun keluarga. Halini dapat dilihat dari kondisi didalam keluarga, hubungan dengan teman-teman maupun rekan kerja, serta kualitas dan kuantitas pekerjaan yang diselesaikan.kondisi yang buruk dapat menurunkan tingkat kepuasan dan mengakibatkan stres. Keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan pribadi dapat terwujud bila individu memiliki kondisi emosi, fisik, dan mental yang baik untuk beraktivitas (Buck dalam Ramadhani M, 2003) Dari ketiga faktor diatas ada beberapa indikator yang mendukung variabel tersebut, yaitu: - Pengelolaan waktu - Keterlibatan di berbagai aktivitas di dalam dan diluar pekerjaan - Pemenuhan harapan keluarga dan rekan kerja - Kepuasan terhadap diri sendiri 2.3 Kerangka Berpikir The Big Five Personality Traits Openness Conscientiousness Extraversion Work-Life Balance Agreeableness Neuroticism

12 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian yang dilakukan tentang Work-life balances sebagian besar berfokus pada faktor organisasi (kebijakan keluarga, tunjangan hidup) dan karakteristik keluarga (status perkawinan, struktur keluarga, status orangtua, dukungan keluarga) dan dampaknya terhadap keseimbangan kehidupan kerja.penulis melihat ada hal yang penting untuk dikaji yang berkaitan dengan work-life balance, yaitu dalam hal individual differences.dan bagaimana pentingnya individual differences dalam menjaga keseimbangan antara kerja dan kehidupan diluar pekerjaan, terutama yang disebabkan oleh faktor-faktor kepribadian.untuk mendukung penelitian ini, teori kepribadian yang peneliti gunakan adalah big five personality traits. Kata "kepribadian" berasal dari kata Latin persona, yang berarti topeng yang dikenakan oleh seniman teater untuk melambangkan karakter. Dengan pemahaman bahwa kepribadian mempengaruhi perilaku, penulis memberikan pemikiran bahwa kepribadian seorang individu mempengaruhi kemampuannya untuk menyeimbangkan kehidupan pribadinya dengan kehidupan pekerjaan.penulis menggunakan model teori kepribadian Costa dan McCrae yang dikenal dengan istilah OCEAN yang merupakan singkatan dari kelima dimensi Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism. Peneliti memilih menggunakan Five Factor Model dari Costa dan McCrae adalah karena Five Factor Model dianggap dapat ditemukan diseluruh variasi budaya yang ada. Lalu melihat dari kelima dimensi Big Five, dimensi apa yang paling signifikan berperan terhadap tingkat Work-Life Balance.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana BAB II LANDASAN TEORI A. PEMBELIAN IMPULSIF Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh dan unik. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, karena individu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five 35 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT. Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment

BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT. Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT 1. Definisi Psychological Adjustment Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment merupakan proses psikologis yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Secondary Traumatic Stress Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan trauma sekunder yang sering diartikan dengan salah. Walau terlihat mirip akan tetapi memiliki definisinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Prawirosentono (2008) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Agresi 1. Definisi Perilaku Agresi Perilaku agresi adalah merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia. Seperti yang dikemukakan Freud, Mc Dougall,

Lebih terperinci

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Yoanita Fakultas PSIKOLOGI TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG Eliseba, M.Psi Program Studi Psikologi HANS EYSENCK Dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami menjadi tua sesuai dengan tahapan perkembangannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami menjadi tua sesuai dengan tahapan perkembangannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebanyakan orang memang mengakui bahwa menjadi tua itu adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari, akan tetapi pada dasarnya setiap manusia akan mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian (personality) adalah

Lebih terperinci

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Locus Of Control 2.1.1 Definisi Locus Of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Big Five 2.1.1 Definisi Kepribadian Feist & Feist (2009)mengatakan bahwa kepribadian suatupola yang relatif menetap didalam diri individu yang menghasilkan beberapa

Lebih terperinci

Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia

Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Email:zamralita@fpsi.untar.ac.id ABSTRAK Dosen adalah salah satu komponen utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Pendekatan Trait & Type Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Pendekatan Tipe dan Trait Tipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan besar saat ini tidak sedikit yang membutuhkan tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk melayani pelanggan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepribadian 2.1.1.1 Definisi Kepribadian Kepribadian berasal dari kata Latin yaitu persona yang berarti sebuah topeng yang biasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Robert dan Kinicki (dalam Robert Kreitner, 2011) bahwa komitmen

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Robert dan Kinicki (dalam Robert Kreitner, 2011) bahwa komitmen BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Menurut Robert dan Kinicki (dalam Robert Kreitner, 2011) bahwa komitmen organisasi adalah cerminan dimana seorang karyawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam keluarga, pria dan wanita sebagai individu dewasa yang telah menikah memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi (Attribution Theory) Teori atribusi digunakan untuk menjelaskan berbagai penyebab atau motif mengapa seseorang melakukan suatu tindakan tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA H H 31 2a ( ) (+) 2b 2c 2d 2e ( ) ( ) (+) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi (Attribution Theory) Teori atribusi digunakan untuk menjelaskan berbagai penyebab atau motif mengapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kinerja 2.1.1. Pengertian Kinerja Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) sumber daya manusia, untuk itu setiap perusahaan akan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukan arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukan arah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Variabel Konsep Satu 2.1.1. Definisi Motivasi Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukan

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU Oleh : Kelompok 2 : 1. Sarjono Eka Putra (125030400111015) 2. Gilar Cahyo Pambudi (125030401111017) 3. Ryan Astri Kurniawan (125030405111001) 4. Daniel Avianto Kurniawan (125030405111005)

Lebih terperinci

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat. BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Rahim (2001) manajemen konflik tidak hanya berkaitan dengan menghindari, mengurangi serta menghilangkan konflik, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecurangan Kecurangan sebagaimana yang umumnya dimengerti, berarti ketidak jujuran dalam bentuk suatu penipuan yang disengaja atau suatu kesalahan penyajian yang dikehendaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota Bandung. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik accidental

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gambaran khas remaja yaitu pencarian identitas, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pernikahan Pada Masa Awal Pernikahan. dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pernikahan Pada Masa Awal Pernikahan. dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan Pada Masa Awal Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Menurut UU Pernikahan No 1 tahun 1974 pasal 1 pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak berubah dan selalu dibutuhkan. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepribadian Menurut Robbins dan Judge (2015) kepribadian (personality) merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Akademik 1. Pengertian Prestasi Akademik Menurut pendapat Djamarah (dalam Rini, 2012) tentang pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Seluruh faktor faktor kepribadian berpengaruh signifikan terhadap stres

BAB V PENUTUP. 1. Seluruh faktor faktor kepribadian berpengaruh signifikan terhadap stres BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan dan Implikasi Manajerial Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Seluruh faktor faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Adanya interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Profesi perawat diharapkan dapat membantu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum anak-anak tinggal dengan orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga sebagian anak yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian Zainul Anwar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang zainulanwarumm@yahoo.com Abstrak. Karakteristik individu atau sering dikenal dengan kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2011, hal. 13), penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL

SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL PERBEDAAN INDIVIDUAL kuis 1. Sumber perbedaan individu dapat dijelaskan dari factor bawaan dan lingkungan 2. Sifat dan kecerdasan anak dipengaruhi oleh gen yang diturunkan orang tua pada anak 3. Pola asuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak adalah salah satu suku di Indonesia di mana sebagian besar masyarakatnya bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari proses mental dan perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia, para

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Konflik Interpersonal dalam Organisasi. 1. Pengertian Konflik Interpersonal dalam Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Konflik Interpersonal dalam Organisasi. 1. Pengertian Konflik Interpersonal dalam Organisasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik Interpersonal dalam Organisasi 1. Pengertian Konflik Interpersonal dalam Organisasi Menurut Donohue dan Kolt (1992) konflik interpersonal dapat diartikan sebagai situasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau

Lebih terperinci

EVA IMANIA ELIASA, M.Pd

EVA IMANIA ELIASA, M.Pd PERBEDAAN INDIVIDUAL EVA IMANIA ELIASA, M.Pd SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL 1. Faktor Bawaan Merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan genetik Dimulai pada saat terjadinya pembuahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Praktek SDM. Struktur dan Desain organisasi. Kepemimpinan. Struktur kelompok. Kekuasaan dan politik. Persepsi.

Kebijakan dan Praktek SDM. Struktur dan Desain organisasi. Kepemimpinan. Struktur kelompok. Kekuasaan dan politik. Persepsi. PERTEMUAN KE TIGA Dimensi Individu a. Kakteristik individu b. Dasar-dasar perilaku individu c.kepribadian dan pembelajaran d. Persepsi dan pengambilan keputusan individual e.nilai, sikap dan kepuasan kerja

Lebih terperinci

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan LAMPIRAN 70 Lampiran 1 Kuesioner tes DISC Data Diri Nama : Tempat, tanggal lahir : Usia : Jenis Kelamin : No. Telfon : TES DISC Instruksi : Silahkan pilih salah satu dari empat kelompok kata di bawah ini

Lebih terperinci

PERSONALITY AND EMOTIONAL. By Syafrizal Chan

PERSONALITY AND EMOTIONAL. By Syafrizal Chan PERSONALITY AND EMOTIONAL By Syafrizal Chan Personality (Kepribadian) Bagaimana cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan yang lainnya Personality determinat (Penentu kepribadian) : 1. Heredity (Keturunan)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT 1. Pengertian Burnout Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. a. Pengertian Perilaku Konsumen

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. a. Pengertian Perilaku Konsumen BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perilaku Konsumen a. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Mangkunegara perilaku konsumen merupakan suatu tindakan-tindakan

Lebih terperinci

Keyword: mindfulness, NEO- PI BAB I. PENDAHULUAN

Keyword: mindfulness, NEO- PI BAB I. PENDAHULUAN HUBUGA KEPRIBADIA BIG FIVE (EO- PI) DEGA MIDFULESS PADA MAHASISWA Sandi Kartasasmita, M.Psi., Psikolog., Psikoterapis., CMHA., CBA Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Seinama2003@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresif. untuk melukai objek yang menjadi sasaran agresi (Myers, 2010: 69). Agresif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresif. untuk melukai objek yang menjadi sasaran agresi (Myers, 2010: 69). Agresif BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresif 1. Definisi agresif Perilaku agresif adalah perilaku fisik maupun perilaku verbal yang diniatkan untuk melukai objek yang menjadi sasaran agresi (Myers, 2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel

Lebih terperinci

Profil Kepribadian Mahasiswa yang Melakukan Kecurangan Akademik di Fakultas Psikologi Unisba Angkatan X Ditinjau dari Big Five Theory

Profil Kepribadian Mahasiswa yang Melakukan Kecurangan Akademik di Fakultas Psikologi Unisba Angkatan X Ditinjau dari Big Five Theory Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Profil Kepribadian Mahasiswa yang Melakukan Kecurangan Akademik di Fakultas Psikologi Unisba Angkatan X Ditinjau dari Big Five Theory 1 Desti Yuniarti, 2 Temi Damayanti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA PESERTA DIDIK PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL

MACAM-MACAM PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA PESERTA DIDIK PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL MACAM-MACAM SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA PESERTA DIDIK IMPLIKASI PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL Faktor Bawaan Sel Jantan Gen + Sel Betina Faktor Lingkungan Chromosom Chromosom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk koping, regulasi mood, dan pertahanan psikologis ( Gross, 1998). Regulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk koping, regulasi mood, dan pertahanan psikologis ( Gross, 1998). Regulasi 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Regulasi Emosi 1. Pengertian Regulasi Emosi Regulasi emosi sebagai salah satu bentuk regulasi afek merupakan usaha mengubah valensi baik atau buruk yang terjadi antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa karena pendidikan dapat mendorong serta menentukan maju mundurnya suatu proses

Lebih terperinci

Hubungan Trait dan Psychological Well-Being pada Masyarakat Kota Jakarta

Hubungan Trait dan Psychological Well-Being pada Masyarakat Kota Jakarta Hubungan Trait dan Psychological Well-Being pada Masyarakat Kota Jakarta Rahmaya Sholiha, Dini Rahma Bintari, dan Fivi Nurwianti Alamat Email: rahmayasholiha@yahoo.co.id; dini.bintari@gmail.com; fnurwianti@yahoo.com;

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Alat Ukur

LAMPIRAN A. Alat Ukur LAMPIRAN A Alat Ukur A1. Kuesioner PWB Petunjuk pengisian : Di balik halaman ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan apa yang Saudara rasakan terhadap diri sendiri dan kehidupan Saudara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor LSM di Indonesia kini tengah menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini termasuk perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hidayat (2013) pendidikan adalah suatu upaya sadar yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dianugrahkan tuhan kepada manusia dan diarahkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Perilaku Makan. Perilaku Makan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Perilaku Makan. Perilaku Makan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang 11 BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Makan 1. Pengertian Perilaku Makan Perilaku Makan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pemimpin menjadi penentu keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai suatu organisasi di bidang jasa keuangan memiliki

Lebih terperinci

BAB II. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Peran perilaku yang dituntut dari seorang karyawan meliputi in role dan

BAB II. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Peran perilaku yang dituntut dari seorang karyawan meliputi in role dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organizational Citizenship Behavior 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Peran perilaku yang dituntut dari seorang karyawan meliputi in role dan ekstra role (Sloat

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab terakhir ini, peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta diskusi mengenai hasil-hasil penelitian yang diperoleh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat pendidikan seringkali dikatakan mempersempit akses untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek PT. Pusat Bisnis Ponorogo merupakan sebuah perusahaan muda yang berdiri pada tahun 2013. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk membangun relasi sosial

Lebih terperinci

RESUME PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI UNTUK UTS

RESUME PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI UNTUK UTS RESUME PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI UNTUK UTS 1. Seputar Dasar-Dasar Perilaku dan Pengembangan Organisasi a. Pengertian PPO Perilaku Organisasi yaitu suatu bidang ilmu yang mengkaji dampak perorangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pertikaian sangat sering terjadi di Indonesia, ada yang mengatasnamakan kelompok bahkan personal. Tiga hal utama yang dapat menimbulkan pertikaian adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tipe Kepribadian Kepribadian (personality) adalah suatu pola watak yang relatif permanen dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan atau stresor yang dianggap mengancam atau menantang, dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci