BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Karakteristik Petrografi Agregat Mielenz menjelaskan pada tahun 1945 bahwa pemeriksaan petrografi agregat beton yang diusulkan untuk proyek-proyek dari Biro Reklamasi Amerika dianggap sangat penting sebagai suplemen standar, empiris, dan pengujian penerimaan yang hampir secara universal diterapkan oleh organisasi rekayasa besar dan progresif. Pemeriksaan petrografi memerlukan inspeksi visual dan pemisahan litologi (karakteristik batuan) berbagai ukuran agregat dan fraksi agregat (Mielenz, 1945). Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh El-Desoky pada tahun 2014 menerangkan bahwa batu basal dari Gabal Wassif, Atalla vulkanik, dan Gabal Esh Mellaha diuji untuk digunakan sebagai agregat dalam campuran beton. Perwakilan 12 sampel dikumpulkan dari daerah-daerah tersebut. Sampel ini diperiksa dengan menggunakan mikroskop petrografi untuk mengevaluasi tekstur sampel, tingkat perubahan, dan adanya kaca vulkanik dalam matriks. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa basal dapat digunakan untuk mempersiapkan beton yang berkualitas, tetapi untuk pilihan jenis basal yang cocok harus lebih diperhatikan. Sebuah perbaikan umum dalam sifat campuran beton telah ditemukan dengan menggunakan basalt agregat dalam campuran (El-Desoky, dkk., 2014) Fistric dan peneliti lainnya pada tahun 2002 menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara karakteristik petrografi batuan vulkanik Kroasia dengan ketahanan batuan tersebut terhadap proses pemecahan. Beberapa karakteristik petrografi yang mempengaruhi ketahanan agregat terhadap pemecahan adalah ukuran kristal, bentuk kristal, susunan kristal dan adanya retak mikro pada batuan induk. Kanduangan mineral juga mempengaruhi ketahanan batuan yang bersangkutan terhadap proses pemecahan. 4

2 Kajian yang mereka lakukan mengenai ukuran kristal, menyimpulkan bahwa agregat yang mengandung ukuran kristal yang besar memiliki ketahanan rendah terhadap pemecahan, walauapun memiliki karakter petrografi yang lebih baik (retak mikro yang sedikit, kandungan mineral yang sedikit kurang menguntungkan). Adanya retak mikro (retak dengan lebar kurang dari 0,1 mm) pada batuan induk ternyata sangat mempengaruhi kekuatan agregat, sebab retak mikro ini biasanya juga masih terdapat pada agregat (setelah batu dipecah). Retak mikro akan membentuk microblock yang memperlemah struktur material batuan dan ketahanan terhadap pecah. Hal ini juga berlaku pada batuan dengan nilai abrasi yang baik. (Fistric, dkk., 2002) Pernyataan Fistric didukung oleh Kondelchuk dan peneliti lainnya pada tahun Mereka mengemukakan bahwa perbedaan parameter petrografi dari batuanbatuan granit sangat mempengaruhi sifat mekanis dari batuan yang bersangkutan, sehingga sifat-sifat fisik dan mekanis dari batuan merupakan fungsi dari parameter petrografi dari batuan tersebut. ketahanan batuan terhadap abrasi akan bertambah seiring dengan bertambahnya kandungan quartz dan feldspar. Sementara kandungan mika dalam batuan justru akan memberi efek yang sebaliknya, yaitu ketahanan terhadap abrasi makin melemah. Ketahanan batuan terhadap impact atau beban kejut akan bertambah jika kandungan mika bertambah dan kandungan feldspar berkurang (Kondelchuk, dkk., 2005) Kinerja Agregat dalam Perkerasan Kaku Penelitian yang dilakukan oleh Prasetya Adi pada tahun 2013 menyimpulkan bahwa semakin baik jenis agregat (nilai keausan rendah) maka akan menghasilkan kuat tekan beton porous yang lebih besar. Ikatan semen yang baik mampu mengikat agregat sehingga tidak terlepas saat dilakukan uji kuat tekan. Faktor air semen yang kecil (0,4) menghasilkan kuat tekan beton porous yang lebih besar pula (Adi, 2013). Kekuatan beton tidak lebih tinggi daripada kekuatan agregatnya. Oleh karena itu, sepanjang kuat tekan agregat lebih tinggi daripada beton yang dibuat dari agregat tersebut maka agregat tersebut masih dianggap cukup kuat. Namun dalam kasus- 5

3 kasus beton kuat tekan tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan lokal cenderung memiliki tegangan lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton, dalam hal ini maka kekuatan agregat menjadi kritis (Tjokrodimuljo, 1996). Misdapron pada tahun 2007 menegaskan bahwa agregat batu Ape (batu alam) tidak dapat digunakan sebagai bahan beton non pasir untuk aplikasi perkerasan jalan, conblock dan bagian struktur yang menerima beban kejut. Sebab, pada rasio volume semen agregat 1:6 adalah 1,962 ton. Termasuk jenis beton ringan. Semakin besar perbandingan volume semen dan agregat, berat jenis, kuat tekan dan modulus elastisitas yang didapat semakin rendah (Misdarpon, 2007). Pernyataan Misdarpon tersebut didukung oleh penelitian Wicaksana pada tahun 2011 yang menerangkan bahwa beton yang menggunakan agregat batu pecah mempunyai nilai kuat tekan yang lebih tinggi dibanding beton beragregat batu alam, karena batu pecah dengan bentuk permukaan yang lebih kasar mempunyai bidang gesek yang lebih besar daripada batu alam. Disamping itu, nilai faktor air semen juga berpengaruh terhadap nilai kuat tekan beton yang dihasilkan (Wicaksana, 2011). Selain tekstur agregat, perlakuan gradasi agregat kasar dalam beton ternyata akan mempengaruhi besar dan kecilnya bidang kontak antar agregat. Pada variasi agregat yang baik, bidang kontak antar agregat akan semakin kecil sehingga angka pori (porositas) beton yang dihasilkan akan semakin kecil. Dengan kecilnya porositas dan bidang kontak maka jumlah semen yang diperlukan dalam suatu perlakuan yang sama akan semakin sedikit. Semakin kecilnya porositas dalam penggunaan variasi gradasi agregat akan memyebabkan nilai berat jenis beton semakin besar. Nilai porositas yang kecil akan membuat beton semakin padat sehingga kuat tekan yang dihasilkan akan menjadi besar. Pada peningkatan kuat tekan beton, akan diikuti oleh naiknya nilai kuat tarik belah dan modulus elastisitas beton (Prasetyo, 2010). 6

4 2.2 Landasan Teori Karakteristik petrografi Batuan Beku Karakteristik petrografi merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk diketahuinya tekstur/struktur batuan, mineralisasi, komposisi mineral penyusun batuan, jenis dan nama batuan. Gambar 2.1 Mikroskop Polarasisi (kiri) dan Benda Uji Sayatan Batuan (kanan) Pengamatan secara seksama pada sayatan tipis batuan dilakukan dibawah mikroskop polarisasi seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 2.1 di atas. Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun batuan, selanjutnya dilihat tekstur dalam batuan. Tekstur batuan sangat membantu mengelompokkan batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama pembentukan batuan. Untuk menentukan prosentase dalam sayatan tipis agregat yang diletakkan di atas preparat, seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1 sebelumnya, mengacu pada gambaran yang telah dibuat oleh Philpots pada tahun 1989 yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Dengan menggunakan bantuan gambaran tersebut dapat diketahui prosentase mineral dapat sayatan batuan. 7

5 Gambar 2.2 Prosentase mineral pada sayatan tipis berdasarkan Philpots (1989) Dalam penelitian ini dipilih batuan beku sebagai objek penelitian, sebab batuan beku sering digunakan sebagai batu pecah guna diimplementasikan lebih lanjut dengan berbagai fungsi. Jenis batuan beku berasal dari material cair dari dalam perut bumi yang keluar dan membeku di permukaan bumi. Batuan jenis ini masih dibedakan atas batuan beku luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock). Batuan beku dibentuk dari material yang keluar dari permukaan bumi disaat gunung berapi meletus dan akibat pengaruh cuaca sehingga mengalami pendinginan dan membeku. Umumnya batuan beku berbutir halus, seperti misalnya batu apung, andesit, basalt, obsidian, dan sebagainya. Batuan beku 8

6 dalam dibentuk dari magma yang tidak dapat keluar ke permukaan bumi. Magma mengalami pendinginan dan membeku secara perlahan-lahan. Batuan yang memiliki tekstur kasar ini dapat ditemui di permukaan bumi karena erosi dan gerakan bumi. Seperti misalnya batu granit, granodiorit, gabbro dan diorit. 1. Mineral Penyusun Batuan Beku Tabel 2.1 Mineral penyusun batuan beku A. Mineral Utama Mineral Mafik Mineral Felsik Kelompok Olivin Kel. Piroksen Kelompok Feldspar Kelompok Mika 1. Forsterite 1. Ortopiroksen 1. Plagioklas 1. Muskovit 2. Fayalite a. Enstatite 2. Kalsium Feldspar 2. Kuarsa 3. Monticellite b. Hyperstene a. Sanidin 3. Tridmit Kel. Ambiphol 2. Klinopiroksen b. Ortoklas 4. Kristobalit 1. Horblende a. Augit c. Mikroklin 2. Riebeckkite b. Diopsid 3. Feldspatoid Kelompok Mika c. Pigeonite a. Leusit 1. Biotit d. Aegirine b. Nefelin c. Sodalit d. Cancrinit B. Mineral Sekunder C. Mineral Asesori 1. Serpentin 1. Apatit 2. Idingsit 2. Beryl 3. Limonit 3. Fluorit 4. Antofilit 4. Peroskit 5. Tremolit-aktonolit 5. Spinel 6. Hornblende 6. Turmalin 7. Klorit 7. Zircon 8. Kalsit 8. Magnetit 9. Kaolin 9. Ilmenit 10. Epidot 11. Serisit 12. Anelcite 13. Natrolite Sumber: Panduan Pengujian Petrografi UPN Veteran Yogyakarta 9

7 2. Tekstur dan Struktur Batuan Beku a. Tekstur Tabel 2.2 Tekstur Batuan Beku Tekstur Umum Tekstur Khusus Derajat Kristalinitas Tekstur Intergrowth 1. Holokristalin 1. Grafik a. Granular 2. Granoferik b. Mukrolit 3. Mirmekitik c. Kristalin 4. Intergranular 2. Hipokristalin 5. Diabasik a. Kristal 6. Ofitik b. Massa gelas 7. Subofitik 3. Hologhialin 8. Intersertal a. Massa gelas 9. Poiklitik Kemas 10. Porfiritik Corona 1. Ewuigranular 11. Pertit a. Panidiomorfik granular 12. Antipertit b. Hipidiomorfik granular Tekstur Aliran c. Allotriomorfik 1. Pilotaksitik 2. Inequigranular 2. Trakitik a. Porfitik 3. Hialopolitik b. Vitroverik c. Pofiroafanitik d. Felsoferik Sumber: Panduan Pengujian Petrografi UPN Veteran Yogyakarta b. Struktur Struktur batuan beku terdiri atas tiga jenis, yaitu amigdaloidal, vesikuler dan skoria Sifat Mineral Penyusun Batuan Kajian tehadap sifat mineral merupakan hal yang harus dilakukan untuk mengetahui sifat batuan. Karakteristik petrografi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat fisik-mekanik agregat (Sucipta, dkk., 2000). Sifat-sifat mineral utama yang menentukan sifat fisik batuan antara lain. 10

8 1. Kekerasan (hardness) Penilaian kekerasan mineral berdasarkan skala yang direka oleh Friedrich Mohs (1812) yang dikenal dengan Mohs Scale. Secara berurutan Mohs menyusun 10 mineral dari yang paling lunak ke material yang paling keras, seperti yang telah disajikan pada Tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Skala Kekerasan Mohs Jenis mineral Skala Kekerasan Talc 1 Gypsum 2 Calcite 3 Fluorite 4 Apatite 5 Feldspar 6 Quartz 7 Topaz 8 Corundum 9 Diamond 10 Sumber: Alden (2009) 2. Berat Jenis Kerapatan batuan dapat dinyatakan sebagai berat jenis, dimana kerapatan batuan relatif terhadap kerapan air. Meski demikian, batuan dengan jenis sama bisa memiliki berat jens yang berlainan, tergantung dari perbedaan kandungan mineral dan pori/ruang. Pada Tabel 2.4 berikut ini tersaji berat jenis beberapa mineral utama penyusun batuan. Tabel 2.4 Berat Jenis Mineral Jenis Mineral Berat jenis Albite 2,6-2,63 Andesine 2,6-2,63 Bytowine 2,72-2,74 Hornblende 2,9-3,4 Pyroxene 3,18 Sumber: Alden,

9 2.2.3 Agregat Agregat didefinisikan sebagai pecahan dari batuan. Pasir, dan kerikil merupakan agregat yang menjadi komponen utama dalam pembuatan sebuah struktur beton. Pada tahun 1974, American Standard Testing and Material (ASTM) mendefinisikan agregat/batuan pecah sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa massa berukuran besar atau berupa fragmen-fragmen. Agregat/batuan pecah merupakan komponen utama dari perkerasan jalan yang mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75-85% berdasarkan persentase volume. Dengan demikian sifat-sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain menentukan daya dukung, mutu dan keawetan perkerasan jalan. Sebagai bahan utama penyusun beton, agregat harus memiliki kualitas yang baik agar dapat mempunyai kinerja yang maksimal dalam penggunaannya. Berikut kriteria agregat sebagai bahan utama penyusun beton Sifat-Sifat Agregat Sifat agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas. Agregat dengan sifat yang baik dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Sifat agregat sebagai bahan konstruksi beton untuk perkerasan kaku dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu 1. Persyaratan Agregat Kasar Persyaratan minimum agregat kasar yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun perkerasan kaku disajikan pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Sifat Dan Ketentuan Minimum Agregat Kasar 1 Sifat Ketentuan Kehilangan akibat abrasi Los Angeles Tidak melampaui 40% untuk 500 putaran Berat isi lepas Minimum 1200 kg/m 3 Berat jenis Minimum 2,1 12

10 Sifat Penyerapan oleh air Bentuk partikel pipih dan lonjong dengan rasio 3:1 Ketentuan Ampas besi : maksimum 6% Lainnya : maksimum 2,5% Bidang pecah (2 atau lebih) Minimum 80% Sumber: Spesifikasi umum Bina Marga revisi 3 (2010) Masing-masing maksimum 25% Selain parameter pengujian dan persyaratan di atas, terdapat juga parameter dan persyaratan lain untuk mengukur kualitas serta kekuatan agregat, yaitu pengujian Aggregate Impact Value (AIV) dan Soundness Test. Pengujian AIV mengacu pada British Standart 812 part 3:1975 sedangkan soundness test mengacu pada ASTM C Pada Tabel 2.6 telah disajikan persyaratan nilai AIV dan Soundness Test. Tabel 2.6 Sifat Dan Ketentuan Minimum Agregat Kasar 2 Sifat Ketentuan Aggregate Impact Value Maks. 30% Soundness Test Maks. 11% Sumber: BS 812 & ASTM C Persyaratan Agregat Halus Persyaratan minimum agregat halus yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun perkerasan kaku disajikan pada Tabel 2.7 berikut ini. Tabel 2.7 Tabel Persyaratan Minimum Agregat Halus Sifat Ketentuan Berat isi lepas Minumum 1200 kg/m 3 Penyerapan oleh air Maksimum 5% Sumber: Spesifikasi umum Bina Marga revisi 3 (2010) Pengujian Sifat Fisik Agregat Seiring dengan kebutuhan akan data yang akurat mengenai sifat fisik agregat yang berbeda-beda, maka berbagai pengujian telah dirumuskan untuk mengetahui sifat fisik agregat dan untuk memprediksi performa dari agregat pada saat usia layannya. Disamping itu juga diperlukan data yang akurat, agar agregat dari berbagai tempat tersebut bisa dibandingkan untuk mengetahui agregat mana yang terbaik. 13

11 Pengujian fisik dilakukan untuk mengukur bentuk, tekstur, kandungan mineral serta kekuatan agregat dalam. a. Petrografi, untuk mengetahui kandungan mineral agregat melalui irisan tipis batuan yang diamati menggunakan mikroskop polaris. b. Aggregate Impact Value, untuk mengetahui ketahanan agregat terhadap pemecahan selama masa layan; ( ) ( ) Keterangan: A i = Berat agregat (gram); B i = Berat agregat tertahan saringan no. 8 (gram). c. Los Angeles Abrasion test, untuk mengetahui kekerasan dan ketahanan agregat terhadap abrasi; d. Berat Jenis, guna mengetahui perbandingan antara berat volume agregat dan berat volume air. Berat jenis dibedakan menjadi 3 jenis, antara lain. 1. Berat Jenis Bulk (bulk specfic grafity) Berat jenis bulk adalah berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat. Perhitungan berat jenis dan penyerapan air adalah sebagai berikut. ( ) ( ) Keterangan: A b = Berat benda uji kering oven (gram); B b = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram); C c = Berat benda uji di ari (gram) 2. Berat Jenis Kering Permukaan (surface saturated dry) Berat jenis kering permukaan merupakan berat jenis dengan memperhitungkan berat agrega tdalam keadaan kering permukaan. Jadi 14

12 berat jenis kering adalah berat agregat kering ditambah berat air yang meresap ke dalam pori agregat dan seluruh volume agregat. Perhitungan berat jenis kering permukaan dihitung berdasarkan rumus berikut. ( ) ( ) Keterangan: B b = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram); C b = berat benda uji di air (gram). 3. Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity) Berat jenis semu ialah berat jenis dengan memperhitungkan berat agrega dalam keadaan kering dan volume agregat yang tidak dapa diresapi oleh air. ( ) ( ) Keterangan: A b = Berat benda uji kering oven (gram); C b = Berat benda uji di air (gram). e. Uji penyerapan air, guna mengetahui ketahanan agregat terhadap pelapukan dan cuaca; ( ) Keterangan: A b = Berat benda uji kering oven (gram); B b = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram). f. Pengujian Soundness, bertujuan untuk mengukur durabilitas agregat terhadap proses pelapukan akibat pengaruh alam dan juga proses pengausan secara kimia. 15

13 Gradasi Agregat Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai dengan ukurannya. Ukuran butir agregat dapat diperoleh melalui analisis saringan. Gradasi ditentukan oleh material yang lolos dari berbagai macam ukuran saringan yang disusun bertahap dengan ukuran saringan dengan lubang terkecil diletakkan paling bawah. Gradasi juga ditentukan oleh material yang tertahan pada setiap saringan. Tabel 2.8 Tabel Gradasi Agregat Saringan Nomor Ukuran (mm) Prosentase lolos Agregat Kasar (%) Prosentase lolos Agregat Halus (%) ½ inci / 8 inci /16 inci No No No μm No μm No μm Sumber: Spesifikasi umum Bina Marga revisi 3 (2010) Semen Portland Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan kliker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan. Semen berfungsi merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang kompak/padat. Selain itu, semen juga bermanfaat mengisi rongga-rongga di antara butiran agregat. Walaupun semen hanya mengisi ±10% saja dari volume beton, namun karena merupakan bahan yang aktif, maka perlu dipelajari maupun dikontrol secara ilmiah. Bahan penyusun semen terdiri atas berbagai macam senyawa kimia, seperti yang telah disajikan pada Tabel 2.9 di bawah ini. Tabel 2.9 Kandungan Senyawa pada Semen Chemical Properties Percentage (%) Magnisum Oxida (MgO) 0,77 Sulfur Trioxide (SO 3 ) 1.51 Loss Ignition

14 Chemical Properties Percentage (%) Insoluble Residue 2.13 Silikon Dioxide (SiO 2 ) Alumunium Oxide (Al 2 O 3 ) 5.18 Ferric Oxide (Fe 2 O 3 ) 3.48 Calcium Oxide (CaO) Total Free Lime 1.74 Sumber: PT. Semen Tonasa (2015) Air Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat dengan mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya ±25% berat semen Beton Beton merupakan material komposit yang rumit. Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur masing-masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan semen, yaitu pasta semen, mortar dan beton. Pada beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan ruang antar agregat, halus terisi oleh mortar. Jadi, kualitas pasta atau mortar menetukan kualitas beton. Sebagai materi komposit, keberhasilan penggunaan beton tergantung pada perencanaan yang baik, pemilihan dan pengadaan masing-masing material yang baik, proses penanganan dan proses produksinya. Untuk memperoleh kualitas beton yang baik, diperlukan beberapa pengujian beton segar dan beton keras Beton Perkerasan Kaku Secara umum konstruksi pekerjaan jalan terbagi atas dua jenis, yaitu perkerasan lentur berbahan pengikat aspal dan perkerasan kaku berbahan pengikat pasta semen. Perkerasan kaku biasanya digunakan untuk ruas jalan dengan hierarki 17

15 fungsional arteri yang berada di kawasan luar maupun dalam kota untuk melayani beban lalu-lintas yang berat dan padat. Fungsi utama perkerasan adalah untuk memikul beban lalu lintas dengan aman dan nyaman, dimana selama umur rencananya tidak terjadi kerusakan yang berarti. Sumber: Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku Bina Marga Gambar 2.3 Struktur perkerasan kaku tanpa lapis aspal (atas) dan struktur perkerasan kaku dengan lapis aspal di permukaan (bawah) Berdasarkan Gambar 2.2 struktur perkerasan kaku terdiri dari plat beton semen yang bersambung (tidak menerus) atau menerus, tanpa atau dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan lapis peraspalan sebagai lapis permukaan. Pada perkerasan kaku daya dukung perkerasan diperoleh dari plat beton. Hal tersebut disebabkan oleh sifat plat beton yang ukup kaku sehingga dapat menyebabkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya. Tabel 2.10 Syarat kuat lentur beton untuk perkerasan kaku Umur Uraian (hari) Syarat kuat lentur (MPa) Beton Percobaan Campuran Perkerasan Beton Semen (pengendalian produksi) Sumber: Speisifikasi Umum Bina Marga revisi 3 (2010) 18

16 Pada tahun 2010, dengan memperbaharui peraturan sebelumnya, Bina Marga menentukan syarat minimum kekuatan perkerasan kaku, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.9 diatas. Di sisi lain, pada SNI Pd T tentang mutu beton untuk perkerasan kaku menyatakan bahwa nilai kuat lentur beton berkisar antara 3 MPa - 5 MPa. Atau apabila dikonversi untuk mengetahui besaran miinimal kuat tekannya adalah antara 16 MPa 45 MPa. Secara umum, perkerasan kaku sama dengan pelat lantai, akan tetapi berdasarkan fungsinya yang menerima beban lentur maka kekuatan dari slab beton ditentukan oleh kekuatan beton itu sendiri, tidak bergantung pada tulangan seperti pelat lantai yang menerima beban tekan Pengujian Beton Keras Pengujian beton keras bertujuan untuk mengetahui kekuatan beton dalam menahan beban. Berikut beberapa pengujian beton keras. 1. Pengujian Kuat Tekan (Compressive Strenght) Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Benda uji berupa kubus (15 cm x 15 cm x 15 cm). Ilustrasi pengujian benda uji beton pada mesin kuat tekan beton dengan pembebanan yang konstan. Gambar 2.4 Ilustrasi Pengujian Kuat Tekan Beton 19

17 Nilai kuat tekan beton dihitung menggunakan rumus berikut ( ) Keterangan: P = Beban Maksimum (kg) A = Luas penampang (cm 2 ) Berdasarkan SNI terdapat ketentuan konversi konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus ke bentuk silinder, maka digunakan angka perbandingan kuat tekan seperti yang telah disajikan pada Tabel 2.11 berikut. Tabel 2.11 Angka Konversi Benda Uji Kuat Tekan Beton Bentuk Benda Uji Perbandingan Kubus: 15 x 15 x 15 cm 1,00 Silinder: 15 x 30 cm 0,83 2. Pengujian Kuat Lentur (Flexural Strenght) Kuat tarik lentur merupakan nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur dibagi dengan momen penahan penampang benda uji. Benda uji yang digunakan berupa balok beton berpenampang bujur sangkar dengan tinggi balok lebih besar dari lebar penampangnya dan panjang total balok empat kali lebar penampangnya. Gambar 2.5 Ilustrasi Pengujian Kuat Lentur Beton Menggunakan Pembebanan Tiga Titik 20

18 Nilai kuat tarik lentur dihitung menggunakan rumus berikut ( ) ( ) Keterangan: f lt = Kuat Tarik Lentur (MPa) P = beban maksimum yang mengakibatkan keruntuhan balok uji (N) L = Panjang batang di antara kedua tumpuan (mm) b = Lebar balok rata-rata pada penampang runtuh (mm) d = Tinggi balok rata-rata penampang runtuh (mm) 21

ANALISIS PETROGRAFI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON PERKERASAN KAKU

ANALISIS PETROGRAFI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON PERKERASAN KAKU ANALISIS PETROGRAFI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON PERKERASAN KAKU Bima Wirawan 1), Ary Setyawan 2), Agus Sumarsono 3) 1) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan Lampiran TA19. Contoh penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Kontruksi perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan jenis perkerasan dengan aspal sebagai bahan pengikat yang telah banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat penelitian Pengujian sifat agregat, pembuatan benda uji beton serta pengujian benda uji beton dilakukan di laboratorium teknik sipil jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

Pengertian Agregat Dalam Kontruksi Perkerasan Jalan

Pengertian Agregat Dalam Kontruksi Perkerasan Jalan Agregat By Leo Sentosa Pengertian Agregat Dalam Kontruksi Perkerasan Jalan Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENELITIAN

BAB IV ANALISA PENELITIAN BAB IV ANALISA PENELITIAN 4.1 ANALISA AGREGAT 4.1.1 Agregat Halus 4.1.1.1 Pengujian Berat Jenis dan Absorpsi Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar ASTM C 128-93. Tujuan pengujian berat jenis dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON Hendra Purnomo Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Dalam penelitian ini tipe stone crusher yang digunakan adalah tipe stone crusher jaw to jaw yang banyak dan sering digunakan di lapangan dimana jaw pertama sebagai crusher primer

Lebih terperinci

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5. BAB V HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Dan Pembahasan Pengujian Bahan 5.1.1. Pengujian Agregat Halus 1. Pemeriksaan Gradasi Pemeriksaan Gradasi agregat dilakukan guna mendapatkan nilai modulus

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON PERTEMUAN KE-3 AGREGAT. Ferdinand Fassa

TEKNOLOGI BETON PERTEMUAN KE-3 AGREGAT. Ferdinand Fassa TEKNOLOGI BETON PERTEMUAN KE-3 AGREGAT Ferdinand Fassa Outline Pertemuan 3 Pendahuluan Agregat Klasifikasi agregat Ukuran agregat Bentuk Agregat Tektur permukaan agregat Mekanisme lekatan antara agregat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) 1. Gradasi agregat halus (pasir) Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat halus pada gambar 5.1, pasir Merapi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Pengujian Material Dalam mendesain suatu campuran beton, perlu terlebih dahulu diadakan suatu pengujian material atau bahan-bahan pencampur beton. Di antaranya

Lebih terperinci

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa campuran tambahan yang membentuk massa

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR Oleh : Garnasih Tunjung Arum 09510134004 ABSTRAK Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus

Lebih terperinci

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus. Seorang Pelaksana Pekerjaan Gedung memiliki : keahlian dan ketrampilan sebagaimana diterapkan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari Cisauk, Malingping, Banten, dan untuk Agregat kasar (kerikil) diambil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Umum. Beton non pasir atau sering disebut juga dengan no fines concrete merupakan merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun BAB VI AGREGAT Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun komposisi lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil pengolahan (manufactured aggregate) maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama BAB II TINJAUAN PUSTAKA Siregar (2014) menyebutkan pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri dari atas kristal-kristal silika (SiO 2 ) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.

Lebih terperinci

ANALISIS PETROGRAFI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON PERKERASAN KAKU

ANALISIS PETROGRAFI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON PERKERASAN KAKU ANALISIS PETROGRAFI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON PERKERASAN KAKU (Pethrographic Aggregate Analisys on Compressive and Flexural Strenght of Rigid Pavement Concrete) SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil serta analisa dari pengujianpengujian yang telah dilakukan. 4.1. HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN TERHADAP AGREGAT 4.1.1. Hasil dan Analisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Menurut Irma Aswani Ahmad, dkk, (2009), dalam penelitiannya tentang Analisis Pengaruh Temperatur Terhadap Kuat Tekan Beton, Pemanasan yang dialami beton

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN Arie Putra Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Tel. 076166596, Pekanbaru 28293 Riau, E-mail: Arie_200789@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 213 (479-485) ISSN: 2337-6732 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Maria M. M. Pade E. J. Kumaat,

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif Lampiran I Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Berat Berat Berat Berat Lolos Ukuran Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif (gram) (%) Komulatif (%) (%) No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100 No.8 (2,4 mm) 0 0 0

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Lampiran Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Uraian Sampel Sampel Pasir jenuh kering muka ( ) 500 gr 500 gr Pasir setelah keluar oven ( ) 489,3

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA M. Aminsyah 1 ABSTRAK Penyediaan material konstruksi jalan yang sesuai dengan persyaratan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5..Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Agregat Kertas 5..2.Berat Jenis Agregat Kertas Data berat jenis agregat yang berasal dari kertas didapatkan dari pengujian sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran V. HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil analisa material Material-material yang akan digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian sifat propertiesnya untuk mengetahui apakah material tersebut memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Opak Sungai Opak atau kali opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton sebagai salah satu bahan utama yang digunakan dalam bidang konstruksi mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Beton adalah campuran antara semen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 7 BAB III LANDASAN TEORI A. Pengetian Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus dan air. Jika diperlukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan FakultasTeknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) Vonne Carla Pangemanan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR Michael Kevindie Setyawan 1, Paravita Sri Wulandari 2, Harry Patmadjaja

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Untuk hasil pengujian gradasi agregat halus dan syarat batas dari ASTM C-33 dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Beton 1. Definisi Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara.

Lebih terperinci

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Gambar L.1 Uji Kuat Tekan Silinder Gambar L.2 Benda Uji Normal 7 hari Gambar L.3 Benda Uji Normal 14 hari Gambar L.4 Benda Uji Normal 28 hari Gambar L.5 Benda Uji Sukrosa

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspal Aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, mempunyai sifat lekat baik dan berlemak,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persen lolos saringan (%) 89 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Dasar Material Pengujian bahan dan benda uji dilaksanakan sesuai dengan tata cara dan standar pengujian yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL Irenius O.R Kadimas 1 (ireniuskadimas@gmail.com) Jusuf J.S. Pah 2 (yuserpbdaniel@yahoo.co.id) Rosmiyati A. Bella 3 (qazebo@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Agregat kasar ringan dari limbah

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm) HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) ( menit ) 42 15 32 28 45 24 6 21 Hasil Uji Vicat untuk Pasta Semen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON Oleh : Soeparno dan Didiek Purwadi *) Abstrak : Dalam pembangunan fisik infrastruktur

Lebih terperinci

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. 1. Tanah Tulakan Dari hasil anilisis kimia yang dilakukan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), didapatkan hasil : Tabel IV.1. Kandungan

Lebih terperinci

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah komposit yang terbentuk dari beberapa bahan batuan dan direkalkan oleh bahanjkat. Beton dibentuk dari pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar), dan ditambah

Lebih terperinci

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL ENGLISH... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR ISTILAH... xi DAFTAR NOTASI...

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFISIENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACI DAN METODE SNI UNTUK MUTU BETON K-250 (STUDI KASUS MATERIAL LOKAL)

PERBANDINGAN EFISIENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACI DAN METODE SNI UNTUK MUTU BETON K-250 (STUDI KASUS MATERIAL LOKAL) PERBANDINGAN EFISIENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACI DAN METODE SNI UNTUK MUTU BETON K-250 (STUDI KASUS MATERIAL LOKAL) Jumiati Alamsyah, ST, M. Eng Dedi Enda, ST Mahasiswa Program Studi D Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Lampiran 1 PENGUJIAN PENELITIAN TUGAS AKHIR A. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Halus ( Pasir ) Bahan : Pasir Merapi Asal : Merapi, Yogyakarta Jenis Pengujian : Gradasi Butiran Agregat Halus (Pasir)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan bangunan yang sering digunakan dalam membuat suatu komponen struktur seperti plat, balok dan kolom. Hal ini dikarenakan beton lebih mudah dalam

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847- 2002). Penggunaan beton

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan

Lebih terperinci