BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar Hasil Pengujian Agregat Halus Untuk hasil pengujian gradasi agregat halus dan syarat batas dari ASTM C-33 dapat dilihat pada Tabel 4.1; 4.2 dan Gambar 4.1. Tabel 4.1.Hasil Pengujian Pasir Jenispengujian Hasil pengujian Standar Kesimpulan Kandungan zat organik Kuning muda Kuning Memenuhi syarat Kandungan lumpur 2 % Maks 5 % Memenuhi syarat Bulk specific gravity 2,66 gr/cm Bulk specific SSD 2,67 gr/cm Apparent specific gravity 2,70 gr/cm Absorbtion 0,60 % - - Modulus halus 2,67 2,3 3,1 Memenuhi syarat Tabel 4.2. Analisis Data Gradasi Pasir Tertahan Berat Lolos Syarat DiameterAyakan Berat Presentase Kumulatif Kumulatif ASTM (mm) (gr) (%) (%) (%) C-33 9, , ,18 1,18 98, , ,64 14,81 85, , ,52 33,33 66, , ,79 46,13 53,

2 41 0, ,65 77,78 22, , ,16 93,94 6, , Jumlah ,17 - Dari Tabel 4.2 didapat grafik gradasi beserta batas gradasi yang disyaratkan ASTM C-33 yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1 Gambar 4.1 Gradasi Pasir Hasil Pengujian Agregat Kasar Pengujian terhadap agregat kasar seragam ukuran 1-2 cm (batu pecah) yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi pengujian berat jenis (specific gravity), keausan (abrasi) dan gradasi agregat kasar. Hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam Tabel 4.3, sedangkan Tabel 4.4 menyajikan hasil analisis ayakan terhadap sampel agregat kasar sehingga dapat diketahui gradasinya. Perhitungan serta datadata pengujian secara lengkap terdapat pada Lampiran A.

3 42 Tabel 4.3.Hasil Pengujian Agregat Kasar Jenispengujian Hasilpengujian Standar Kesimpulan Bulk specific gravity 2,67 gr/cm Bulk specific SSD 2,69gr/cm Apparent specific gravity 2,72 gr/cm Absorbtion 0,83 % - - Abrasi 21,90 % Maksimum 50 % Memenuhi syarat Modulus halus butir 7, Memenuhi syarat Untuk hasil pengujian gradasi agregat kasar seragam ukuran 1-2 dan syarat batas dari ASTM C-33 dapat dilihat pada Tabel 4.4. dan Gambar 4.2. Tabel 4.4. Analisis Data Gradasi Agregat Kasar Ukuran Berat Tertahan Berat Lolos No Ayakan Kumulatif ASTM C- (mm) Gram % Kumulatif (%) (%) ,00 0,00 100, ,00 0,00 100, ,27 2,27 97, , ,34 92,61 7, , ,08 99,69 0, ,75 6 0,21 99,90 0, ,36 3 0,10 100,00 0,00-8 1,18 0 0,00 100,00 0,00-9 0,85 0 0,00 100,00 0, ,3 0 0,00 100,00 0, ,15 0 0,00 100,00 0, ,00 100,00 0,00 - Jumlah ,00 894, Dari Tabel 4.4 didapat grafik gradasi seragam yang dapat dilihat pada gambar 4.2.

4 43 Gambar 4.2. Grafik Gradasi Seragam Agregat Kasar Ukuran 1-2 cm Pembuatan beton berpori digunakan agregat kasar 1-2 dengan gradasi seragam yang diharapkan dapat memberi rongga yang cukup untuk membuat pori yang saling terhubung. Sehingga beton berpori mempunyai karakteristik beton berpori yaitu porositas dan permeabilitas yang baik Rencana Campuran Beton dengan Metode SK SNI T Perhitungan rencana campuran adukan beton normal menggunakan standar Dinas Pekerjaan Umum ( SK SNI T ), dari perhitungan tersebut didapat kebutuhan bahan per 1 m 3 mutu f c 17,892 (K225) yaitu : a. Air = 225 liter b. Semen = 448,83 kg c. Pasir = 575,00 kg d. Kerikil = 1116,17 kg Jumlah Seluruh Bahan = 2365 kg

5 44 Total material yang dibutuhkan untuk membuat 3 benda uji Kuat Tekan (Silinder t=30 cm,d=15 cm) untuk pengujian 28 hari adalah sebagai berikut : a. Air = 3,58 liter b. Semen = 7,13 kg c. Pasir = 9,14 kg d. Kerikil = 17,74 kg Rencana adukan beton normal pada penelitian ini adalah sebagai referensi dalam membuat beton berpori. Gambar 4.3. Gambar Benda uji K-225 Gambar 4.4. Gambar Proses Pengujian Benda uji K-225

6 45 Tabel 4.5. Tabel hasil Uji kuat Tekan Beton benda uji silinder K225 Kode Sampel Umur (Hari) Beban (N) Kuat desak/fc (MPa) , , ,117 Rata-rata 15, Uji Pendahuluan Untuk membuat beton berpori diperlukan komposisi yang tepat pada setiap material pembentuknya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian pendahuluan agar komposisi beton berpori dapat direncanakan secara tepat. a. Pada Pengujian Pertama dibuat beton berpori dengan benda uji kubus 5x5x5 cm,untuk mengetahui manakah porositas yang dapat digunakan sebagai beton berpori. Komposisi yang digunakan yaitu melakukan pengurangan agregat halus pada hasil perhitungan beton normal sampai didapat porositas yang di inginkan berdasarkan pengujian porositas beton. Komposisi Beton Berpori; 1) Mix design beton normal k225 digunakan untuk menentukan porositas beton dengan benda uji 5 cm x 5 cm x 5 cm jumlah 3 buah benda uji : Kebutuhan bahan untuk 1 m 3 - semen = 448,83 kg - air = 225,00 kg - agregat halus SSD = 575,00 kg - agregat kasar SSD = 1.116,17 kg Jumlah seluruh bahan = 2.365,00 kg

7 46 Kebutuhan 3 benda uji Porositas 5x5x5 cm beton normal : Semen (Y) = 0,168 kg Pasir (X) = 0,216 kg Batu pecah(z) Total = 0,419 kg = 0,803 kg 2) Komposisi dengan 5 %,10%, dan 30% pasir dari hasil mix design beton f c 17,892 (K225) dan penggunaan semen 300 kg/m 3. Total material yang dibutuhkan untuk membuat 3 benda uji Porositas beton berpori (5x5x5 cm) adalah sebagai berikut : Contoh perhitungan komposisi campuran beton berpori 30% pasir untuk 3 benda uji ukuran 5x5x5 cm beton berpori : - Pasir = 30%. X (Berat pasir) = 30% x 0,216 = 0,065 kg - Semen = 300 kg/ m 3, untuk 5x5x5 cm = Berat benda uji ukuran 5x5x5cm Jumlah seluruh bahan beton normal tiap m 3 x300kg 0,887 = x300kg 2365 =0,113 kg - Batu pecah = Z + (70%.X (Berat pasir).) + (Y(Berat semen)-0,113) = 0,419 + ( 70% x 0,216) + (0,168-0,113) = 0,625 kg Total Agregat = Pasir + Semen + Batu pecah =0,065 kg + 0,113 kg + 0,625 kg = kg

8 47 Kebutuhan tiap 1 m3 beton berpori 30% pasir - Pasir = 173,33 kg - Semen = 300 kg - Batu pecah =1666,67 kg - Total =2140,00 kg Selanjutnya hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6. Komposisi Beton Berpori benda uji kubus 5x5x5 % PASIR Berat (kg) pasir batu pecah semen Total (Kg) Tabel 4.7. Hasil Pengujian Porositas Berdasarkan Metode Beton Normal % Pasir 5% 10% 30% Nomor Benda Uji Berat Benda Uji Kering Oven (C) gram Berat Benda Uji dalam Air (A) gram Berat Benda Uji kondisi SSD (B) gram Porosita s (%) Porositas Rata-rata (%) 20,170 20,738 20,557 Dari Hasil pengujian porositas diatas dapat diketahui bahwa tidak terjadi perbedaan secara signifikan porositas dari masing-masing komposisi. Sehingga perlu dilakukan metode pengujian lain untuk mengetahui komposisi yang tepat untuk beton berpori

9 48 b. Pengujian Kedua dibuat beton berpori dengan benda uji Silinder D =4 dan t= 6,5 cm,benda uji ini nantinya akan dihitung porositasnya berdasarkan perhitungan seperti perhitungan pada porositas campuran aspal. Tabel 4.8. Komposisi Beton Berpori 3 benda uji Silinder diameter=4 dan t= 6,5 cm Berat (kg) W. Agg % W.semen Total kasar W. Agg Pasir Pasir Batu Pecah Semen (%) (%) halus (%) 30 0,273 2,635 0,474 3,381 77,921 8,061 14, ,091 2,817 0,474 3,381 83,294 2,687 14, ,045 2,862 0,474 3,381 84,638 1,343 14,019 Contoh Perhitungan untuk 5% pasir benda uji no.1 silinder d=4 dan t= 6,5: SG agregat kasar (SGag.k) = 2,67 SG agregat halus (SGag.h) =2,66 SG semen (SGs) =3,06 Berat kering specimen di udara ( Ma ) = 1057 gram Diameter specimen ( d ) = 10,16 cm Tebal specimen ( L ) = 6,5 cm Densitas = Ma 1 2 pd L 4 = 1057 = 2, p x10,16 x 6,5 4 gr cm 3 SG = = = 2, mix % Wag. k % Wag. h % Ws 84,638 1,343 14, SGag. k SGag. h SGs 2,67 2,66 3,06 gr cc VIM é D ù = ê1 - ú. x 100 % ë SGmixû é 2,007ù VIM = ê % = 26,178% 2,718 ú x ë û Selanjutnya hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.9.

10 49 Tabel 4.9. Hasil Pengujian Porositas berdasarkan metode perhitungan porositas VIM % Pasir Nomor Benda Uji Berat Volume Densitas Porositas (%) SGmix (gram) (cm3) (gr/cm3) 5% ,709 2,007 2,718 26, ,709 1,982 2,718 27,086 10% 30% ,709 1,986 2,718 26, ,709 2,009 2,718 26, ,709 1,982 2,718 27, ,709 2,003 2,718 26, ,709 2,022 2,718 25, ,709 2,077 2,718 23, ,709 2,009 2,718 26,089 Porositas Rata-rata (%) 26,737 26,500 25,088 Dari hasil pengujian porositas dengan dua metode diatas dapat diketahui bahwa porositas yang terjadi sudah memenuhi sebagai syarat beton berpori. Sehingga dipakai komposisi campuran beton berpori dipilih campuran dengan 30% pasir yang kemudian di lakuan pengujian lagi dengan variasi FAS 0,3; 0,35 dan 0, Hasil Pengujian Benda Uji Hasil Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat benda uji berumur 3, 14, dan 28 hari dengan menggunakan Compression Testing Machine untuk mendapatkan beban maksimum yaitu beban pada saat beton hancur ketika menerima beban tersebut (P max ).

11 50 Gambar 4.5. Gambar Benda Uji Beton Berpori Gambar 4.6. Proses Pengujian Kuat Tekan Beton Berpori Dari data pengujian kuat desak dapat diperoleh kuat desak maksimum beton berpori. Sebagai contoh perhitungan kuat tekan diambil data dari benda uji FAS 0,35 ( 1) pada umur 3 hari. Dari hasil pengujian didapat :

12 51 - P max = 60 kn = N - A = 0.25 x π x D 2 = 0.25 x π x mm 2 = mm 2 - fc = 60000N 3,397 MPa ,5 mm = Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji silinder pada umur 3, 14, dan 28 hari selengkapnya disajikan pada Tabel Tabel Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Berpori Umur 3, 14, dan 28 hari 3 Hari 14 Hari 28 Hari No FAS P max f c P max P max f c Mpa (KN) (MPa) (KN) (KN) (MPa) 1 Beton 45 2, , ,246 2 Berpori 47 2, , ,529 3 ( 0,30 ) 50 2, , ,812 Rata-rata 2,680 3,774 4,529 1 Beton 60 3, , ,096 2 Berpori 50 2, , ,812 3 ( 0,35 ) 55 3, , ,662 Rata-rata 3,114 4,718 5,190 1 Beton 50 2, , ,246 2 Berpori 55 3, , ,963 3 ( 0,40 ) 57 3, , ,812 Rata-rata 3,057 4,246 4,341

13 52 Gambar 4.7. Pengaruh FAS Pada Beton Berpori Terhadap Kuat Tekan Hasil Pengujian Kuat Lentur Pengujian kuat lentur dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari dengan menggunakan Alat Uji Kuat Lentur untuk mendapatkan kuat lentur maksimum yaitu beban pada saat beton patah ketika menerima beban tersebut. Proses pengujian kuat lentur beton dapat dilihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8. Proses pengujian kuat lentur beton

14 53 Dari data pengujian kuat lentur beton pada benda uji balok dengan ukuran 100x100x500 mm dapat diperoleh kuat lentur maksimum beton. Sebagai contoh perhitungan kuat lentur diambil data dari benda uji beton normal no.1 pada umur 7 hari. Dari hasil pengujian didapat : fr = P max b d = 0,8 kn = 800 N = 100 mm = 100 mm Maka fr = = 0, 4 2 MPa ( ) Hasil pengujian kuat lentur beton pada benda uji balok dengan ukuran 100x100x500 mm pada umur 28 hari selengkapnya disajikan pada table 4.11 berikut Tabel Hasil pengujian kuat lentur FAS 0,30 0,35 0,40 Kode 28 Hari Kuat Lentur/fr Rata-rata KN MPa MPa I 0,200 0,100 II 0,500 0,250 0,167 III 0,300 0,150 I 0,700 0,350 II 0,800 0,400 0,383 III 0,800 0,400 I 0,300 0,150 II 0,400 0,200 0,217 III 0,600 0,300

15 54 Gambar 4.9. Hubungan FAS Pada Beton Berpori Terhadap Kuat Lentur Hasil Pengujian Porositas Pengujian porositas beton berpori ini dilakukan terhadap benda uji berupa kubus berdimensi 50x50x50 mm untuk pengujian porositas beton normal dan silinder dengan dimensi diameter 10,16 cm tinggi 6,5 cm untuk pengujian metode uji porositas campuran aspal (VIM). Pengujian ini untuk mengetahui besarnya porositas beton berpori. a. Metode uji porositas beton berpori berdasarkan uji porositas Beton normal dengan benda uji ukuran 5cm x 5 cm x 5 cm. Benda uji ditimbang beratnya kondisi kering oven (C), dalam air (A), dan kondisi SSD (B) kemudian dicatat hasilnya sesuai dengan hasil penimbangan. Besarnya porositas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Porositas = x100%

16 55 Dari pengujian pada tiap-tiap variasi beton diperoleh nilai porositas yang disajikan dalam Tabel Tabel Hasil Pengujian beton berpori dengan metode uji porositas beton normal 30% Pasir FAS 0,3 FAS 0,35 FAS 0,4 Nomor Benda Uji Berat Benda Uji Kering Oven (C) gram Berat Benda Uji dalam Air (A) gram Berat Benda Uji kondisi SSD (B) gram Porositas (%) , , , , , , , , , , , ,219 Porositas Rata-rata (%) 20,237 20,613 20,807 Dari data pada Tabel diperoleh grafik hubungan porositas dengan variasi penggantian FAS campuran beton yang digambarkan pada Gambar Gambar Grafik Hubungan Porositas Metode Beton Dengan Variasi FAS

17 56 b. Metode uji beton berpori dengan metode uji seperti uji pada porositas aspal (VIM) Porositas (Void In Mix) adalah kandungan udara yang terdapat pada campuran perkerasan, baik yang dapat mengalirkan air maupun yang tidak dapat mengalirkan air. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut. Tabel Hasil Pengujian beton berpori dengan metode uji porositas VIM 30% Pasir FAS 0,30 FAS 0,35 FAS 0,40 Nomor Berat Volume Densitas Porositas Benda SGmix (%) Uji (gram) (cm3) (gr/cm3) ,709 2,073 2,718 23, ,709 2,106 2,718 22, ,709 2,062 2,718 24, ,709 2,016 2,718 25, ,709 1,980 2,718 27, ,709 2,039 2,718 24, ,709 1,944 2,718 28, ,709 1,978 2,718 27, ,709 1,973 2,718 27,416 Porositas Rata-rata (%) 23,458 25,973 27,696 Dari data pada Tabel diperoleh grafik hubungan porositas dengan variasi penggantian FAS campuran beton yang digambarkan pada Gambar Gambar Grafik Hubungan Porositas Metode VIM Dengan Variasi FAS

18 Hasil Pengujian Permeabilitas Pengujian permeabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu permeabilitas vertikal dan permeabilitas horisantal, semuanya menggunakan prinsip falling head permeability. Benda uji yang dipakai untuk pengujian permeabilitas adalah beton ukuran diameter 4 inch (10,16 cm) dan tinggi 6,5 cm. Variasi benda uji yaitu berdasarkan FAS 0,3; 0,35; dan 0,4 dengan jumlah 3 sampel tiap variasi. Berikut disajikan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai permeabilitas pada beton berpori dengan FAS 0,3 - I. Kode benda uji = FAS 0,3- I Luas penampang tabung (a) = ¼ * π * 10,16 2 = 81,032 cm 2 Tebal benda uji (L) Diameter benda uji (d) Keliling benda uji Tinggi benda uji yang terlihat = 6,50 cm = 10,16 cm = π * 10,16 = 31,902 cm = 5,95 cm Luas Penampang benda uji (A) = - Horisantal : 5,95 x 31,902 = 189,817 cm 2 - Vertikal : ¼ * π * 10,16 2 = 81,032 cm 2 Tinggi batas air paling atas (h 1 ) = - Horisantal : 40 cm - Vertikal : 40 cm Tinggi batas air paling bawah (h 2 ) = - Horisantal : 20 cm - Vertikal : 20 cm Waktu antara h 1 dan h 2 (t) = - Horisantal : 1,65 dt - Vertikal : 1,28 dt

19 58 Koefisien permeabilitas horizontal (kh) = al é æ h1 öù 81,032 x 6,5 é æ 40öù kh= 2,3 xêlog 2,3 x log = 1, 164 At ç h ú= 2 189,817 x1,65 ê ç 20 ú ë è øû ë è øû cm dt Koefisien permeabilitas vertikal (kv) = al é æ h1 öù 81,032 x 6,5 é æ 40öù kv= 2,3 xêlog 2,3 x log = 3, 516 At ç h ú= 2 81,032 x1,28 ê ç 20 ú ë è øû ë è øû cm dt Hasil pengujian permeabilitas horisontal disajikan dalam Tabel 4.14 dan hasil pengujian permeabilitas vertikal disajikan dalam Tabel Tabel Hasil Pengujian Permeabilitas Horisontal Kode benda uji Tinggi Tebal Luas Luas Batas Batas Koefisien Koefisien Waktu Penampang Penampang Atas Bawah Permeabilitas Permeabilitas Terlihat L Sampel Tabung h1 h2 t Horisontal Horisontal (cm) (cm) A (cm²) a (cm²) (cm) (cm) (dt) kh (cm/dt) kh (cm/dt) FAS 0,30- I 5,95 6,50 189,819 81, ,65 1,164 FAS 0,30- II 5,68 6,50 181,206 81, ,36 1,480 FAS 0,30- III 5,81 6,50 185,353 81, ,47 1,338 FAS 0,35- I 5,92 6,50 188,862 81, ,48 1,305 FAS 0,35- II 6,02 6,50 192,052 81, ,37 1,386 FAS 0,35- III 5,74 6,50 183,120 81, ,45 1,373 FAS 0,40- I 5,80 6,50 185,034 81, ,38 1,428 FAS 0,40- II 5,75 6,50 183,439 81, ,48 1,343 FAS 0,40- III 5,71 6,50 182,163 81, ,52 1,317 1,328 1,355 1,363

20 59 Tabel Hasil pengujian permeabilitas vertikal Luas Luas Batas Batas Koefisien Koefisien Tebal Waktu Penampang Penampang Atas Bawah Permeabilitas Permeabilitas Kode Tabung L Sampel h1 h2 t Vertikal Vertikal a (cm²) (cm) A (cm²) (cm) (cm) (dt) kh (cm/dt) kh (cm/dt) FAS 0,30- I 81,032 6,50 81, ,28 3,516 FAS 0,30- II 81,032 6,50 81, ,66 2,711 FAS 0,30- III 81,032 6,50 81, ,42 3,169 FAS 0,35- I 81,032 6,50 81, ,77 2,543 FAS 0,35- II 81,032 6,50 81, ,53 2,941 FAS 0,35- III 81,032 6,50 81, ,88 2,394 FAS 0,40- I 81,032 6,50 81, ,14 2,103 FAS 0,40- II 81,032 6,50 81, ,44 1,844 FAS 0,40- III 81,032 6,50 81, ,12 2,123 3,132 2,626 2,023 Dari hasil perhitungan diatas dapat dibandingkan nilai permeabilitas yang menggunakan variasi FAS 0,3; 0,35; dan 0,4. Perbandingan nilai permeabilitas tersebut disajikan dalam bentuk grafik batang, seperti pada Gambar dan Gambar 4.13 Gambar Grafik Hubungan Permeabilitas horisontal dengan Variasi FAS

21 60 Gambar Grafik Hubungan Permeabilitas Vertikal dengan Variasi FAS 4.5 Analisa Data Hasil Perhitungan Pengujian Agregat Halus a. Pemeriksaan Kandungan Zat Organik Agregat yang mengandung bahan organik dapat dipakai, asal kekuatan tekan pada umur 7 hari dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan yang sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3% sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI NI-2, 1971). Kemudian dicuci hingga bersih dengan air pada umur yang sama. Penurunan yang diperbolehkan maksimum 5% sesuai standar Peraturan Beton Bertulang Indonesia Warna larutan hasil pengamatan adalah kuning muda. Hal ini menunjukkan bahwa pasir mengandung zat organik yang dapat menurunkan kekuatan beton, akan tetapi karena masih dalam batas warna yang diperbolehkan sehingga pasir tidak perlu dicuci bila digunakan.

22 61 b. Pemeriksaan Kandungan Lumpur Kandungan lumpur dalam agregat halus tidak boleh lebih dari 5% sesuai dengan PBI NI-2, Dari hasil pengujian dan perhitungan diperoleh kandungan lumpur dalam pasir 2 % sehingga pasir tidak perlu dicuci bila akan digunakan sebagai agregat halus dalam campuran adukan beton. c.pengujian Gradasi Agregat Halus Modulus agregat halus berkisar antara 2,3-3,1 (Tjokrodimuljo, 1996). Dari hasil perhitungan modulus halus agregat halus sebesar 2,67 sehingga masih memenuhi syarat sebagai agregat halus. Dari Tabel 4.2. dan Gambar 4.1. tentang hasil pengujian gradasi agregat halus bisa diketahui pula bahwa pasir yang digunakan masih memenuhi syarat sebagai agregat halus untuk beton kedap air menurut SK-SNI S Pengujian Agregat Kasar a. Pengujian Abrasi Agregat Kasar Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 50% (PBI 1971 Pasal 3.4 ayat 5). Dari hasil perhitungan didapat keausan kerikil sebesar 21,90% (kurang dari 50%) sehingga kerikil tersebut memenuhi syarat sebagai agregat kasar. b. Pengujian Gradasi Agregat Kasar Modulus halus agregat kasar berkisar antara 5-8 (Tjokrodimuljo, 1996). Dari hasil perhitungan didapat nilai modulus halus agregat kasar sebesar 7,94. Karena masih berada dalam batasan yang seharusnya sehingga memenuhi syarat sebagai agregat kasar.

23 62 Dari Tabel 4.4. tentang hasil pengujian gradasi agregat kasar dapat diketahui pula bahwa agregat kasar yang digunakan tidak memnuhi syarat sebagai agregat kasar untuk beton kedap air menurut SK SNI S Karena gradasi yang digunakan untuk beton berpori digunakan gradasi seragam atau terbuka diharapkan agar terbentuk pori-pori yang saling terhubung sehingga mempunyai permeabilitas yang baik Kandungan Pasir Tiap 1 m 3 Beton Berdasarkan SK SNI S tentang ketentuan minimum beton kedap air ditetapkan bahwa minimum kandungan butir halus dalam 1 m 3 beton sebesar 450 kg/m 3 untuk ukuran nominal maksimum butir agregat sebesar 20 mm. dari hasil rancang campur diketahui bahwa pasir yang digunakan untuk beton sebesar 575 kg/m 3, sehingga masih memenuhi syarat sebagai agregat halus untuk beton kedap air. Untuk Beton berpori di ambil 30% dari hasil beton normal K Kandungan Semen Tiap 1 m 3 Beton Berdasarkan SK SNI S tentang ketentuan minimum beton bertulang kedap air telah ditetapkan bahwa kandungan semen minimum dalam 1 m 3 beton untuk ukuran nominal maksimum agregat sebesar 20 mm dan kondisi lingkungan yang berhubungan dengan air tawar adalah sebesar 300 kg. Dari hasil rancang campur diketahui bahwa semen yang digunakan untuk beton rigid pavement dalam penelitian ini adalah 448,83 kg, sehingga masih memenuhi syarat untuk beton kedap air. Untuk beton berpori dipakai semen yaitu 300kg.

24 Pengujian Kuat Tekan Hasil pengujian kuat tekan beton berpori pada benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada umur 3, 14, dan 28 hari dapat dilihat pada Tabel Dari Tabel diperoleh grafik yang menggambarkan perbandingan pengaruh FAS terhadap kuat tekan yang dapat dilihat pada Gambar 4.14 Gambar Pengaruh FAS terhadap kuat tekan Dari tabel dan gambar 4.14 diatas dapat dilihat bahwa pengaruh FAS terhadap kuat tekan beton berpori. Kuat tekan beton berpori yang memakai FAS 0,35 didapat kuat tekan yang lebih tinggi dari pada FAS 0,30 dan 0,40. Disini terlihat terjadi penambahan kekuatan pada beton berpori dengan FAS 0,35 pada saat umur 3, 14 dan 28 hari. Kemudian perbandingan beton berpori dengan beton normal k225 pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel Hasil Pengujian Kuat Tekan 28 Hari Beton Normal dan Beton Berpori dan Gambar 4.15.Perbandingan beton berpori dan beton normal K225.

25 64 Tabel Hasil Pengujian Kuat Tekan 28 Hari Beton Normal dan Beton Berpori Benda uji Kuat Tekan / f c (MPa) K ,947 BB FAS 0,30 4,529 BB FAS 0,35 5,190 BB FAS 0,40 4,341 Selanjutnya akan disajikan dalam Gambar Perbandingan beton berpori dan beton normal K225. Gambar 4.15.Perbandingan beton berpori dan beton normal K225. Hasil kuat tekan pada Gambar menunjukkan bahwa kuat tekan beton berpori selalu lebih rendah dari kuat tekan beton normal. Kuat tekan berpori dengan FAS 0,30 hanya 28,40%, FAS 0,35 hanya 32,55% dan FAS 0,40 sebesar 27,22% dari beton normal k225. Hal tersebut dikarenakan pada beton berpori menggunakan sedikit agregat halus sehingga banyak terbentuk rongga-ronga yang saling terhubung pada beton berpori sehingga kekuatan berpori berkurang.

26 Pengujian Kuat Lentur Hasil pengujian pengujian kuat lentur beton pada benda uji balok dengan ukuran 100x100x500 mm pada umur 28 hari selengkapnya disajikan pada tabel berikut. Tabel Pengaruh FAS pada kuat lentur FAS 0,30 0,35 0,40 28 Hari Rata-rata Kode fr (MPa) fr (MPa) I 0,100 II 0,250 0,167 III 0,150 I 0,350 II 0,400 0,383 III 0,400 I 0,150 II 0,200 0,217 III 0,300 Gambar 4.16.Grafik Pengaruh FAS Terhadap Kuat Lentur

27 66 Dari tabel dan gambar 4.16 diatas dapat dilihat bahwa pengaruh variasi FAS terhadap kuat lentur betonnya. Kuat lentur beton berpori dengan FAS 0,35 lebih besar dari pada FAS 0,30 dan 0,40 pada umur 28 hari. Menurut pendapat Suryawan (2005) kuat lentur (flextural strength) tidak boleh kurang dari 45 kg/cm 2 (menurut SNI 1991 sebesar 3,78 Mpa) pada umur 28 hari, dan kuat lentur beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur (flextural strength) minimum. Kuat lentur pada umur 28 hari, tidak memenuhi persyaratan kuat lentur minimum beton normal untuk perkerasan kaku sebesar 3,78 MPa, bahkan beton berpori hanya memiliki kuat lentur 0,383 Mpa pada benda uji FAS 0,35. Maka beton berpori tidak bisa digunakan untuk bahan kontruksi jalan normal.pada penelitian ini didapat kuat lentur tertinggi dengan FAS 0,35 hal ini bisa terjadi karena pada FAS 0,35 didapat campuran yang tidak kekurangan ataupun kelebihan air Pengujian Porositas Dari data pada hasil pengujian porositas dengan 2 metode diperoleh hubungan antara faktor air semen dan porositas yang terjadi pada beton berpori seperti Gambar Gambar Hubungan Antara FAS dan Porositas

28 67 Gambar 4.15 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara FAS dan porositas yang terjadi adalah semakin besar FAS maka semakin besar porositas yang terjadi dari FAS yang telah ditentukan yaitu 0,3; 0,35; dan 0,4. Beton mempunyai kecenderungan berisi rongga akibat adanya gelembung-gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah pencetakan. Pada penelitian ini didapat porositas yang terjadi dengan pergantian FAS 0,30; 0,35; dan 0,40. Pada pengujian porositas dengan metode VIM didapat porositas yang selalu lebih besar dari hasil pengujian porositas dengan metode pengujian beton normal. Porositas terbesar menurut pengujian beton normal adalah sebesar 20,807 % pada FAS 0,40 dan pada pegujian dengan metode VIM di dapat porositas tertinggi sebesar 27,696% juga terjadi pada FAS 0, Pengujian Permeabilitas Horisontal dan Vertikal Pengujian permeabilitas pada penelitian ini dimaksudkan apakah mix design beton berpori benar-benar berfungsi mengalirkan air secara baik. Sehingga nanti beton berpori dapat dimanfaatkan sebagai komponen bagian jalan yang ramah lingkungan. Hubungan antara FAS, permeabilitas horisontal, dan permeabilitas vertikal pada Gambar Gambar Hubungan Antara FAS dan Permeabilitas

29 68 Hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa permeabilitas horisontal beton berpori semakin besar dengan bertambahnya FAS dari beton berpori yang di uji yaitu Fas 0,30; 0,35; dan 0,40. Pada pengujian permeabilitas vertikal didapat hasil bahwa semakin besar FAS maka akan didapat permeabilitas yang rendah hal ini dapat terjadi karena belum tentu pori-pori yang terjadi pada beton berpori bisa saling terhubung,dan semakin besar FAS maka akan terjadi pengendapan agregat halus dan semen pada bagian bawah beton berpori,sehingga membuat tertutupnya jalur keluar air. Hal tersebut dapat dilihat pada ilustrasi pada Gambar FAS 0,30 FAS 0,40 Pengendapan mortar (campuran semen dan pasir) Gambar Gambar Sketsa hubungan FAS dan saling terhungungnya pori Pada benda uji FAS 0,3 menunjukkan bahwa pada bagian sisi samping kanan dan kiri memiliki sedikit rongga yang saling terhubung daripada benda uji dengan FAS 0,40 Sehingga apa bila di uji dengan falling head permeability maka FAS 0,3 akan lebih kecil dari FAS 0,40. Sedangkan untuk uji permeabilitas secara vertikal FAS 0,3 akan lebih besar dari FAS 0,40 hal ini dikarenakan pada beton berpori dengan semakin besarnya FAS maka akan terjadi pengendapan di bawah sehingga akan menutup hubungan interconnecting antar pori-pori.

30 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Di Indonesia yang menjadi ketentuan adalah flextural strength (modulus of rupture) yaitu sebesar : fr = 45 kg/cm 2, maka perlu dicari nilai kuat tekan beton karena kuat tekan tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan modulus elastisitas beton yang diperlukan dalam penentuan tebal pelat beton perkerasan kaku (rigid pavement). Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mencari hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur beton. Salah satunya adalah pendekatan menurur SNI T Tata cara perhitungan struktur beton. Pendekatan tersebut dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : fr = 0,70 dimana : fr = Flextural strength (modulus of rupture), dalam Mpa f c = Kuat tekan beton (benda uji silinder 15 x 30 cm), dalam Mpa Pada penelitian ini akan dicari persamaan hubungan antara FAS, kuat tekan, kuat lentur yang terjadi dan pendekatan kuat lentur berdasarkan pendekatan menurur SNI T Tata cara perhitungan struktur beton. Persamaan pendekatan hubungan dari kuat tekan, dan kuat lentur menurut SNI T akan diplot juga sebagai pembanding. Tabel Hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur Benda uji Kuat Tekan/f c Uji (MPa) Kuat Lentur/ fr Uji (MPa) fr (0,70 ) BB FAS 0,40 4,341 0,217 1,458 BB FAS 0,30 4,529 0,167 1,490 BB FAS 0,35 5,190 0,383 1,594

31 70 Gambar Hubungan Antara Kuat tekan, dan Kuat lentur Dari Gambar 4.20 dapat diketahui bahwa kuat lentur beton berpori lebih kecil dari kuat lenturnya menurut pendekatan SNI T Tata cara perhitungan struktur beton dengan rumus fr = 0, Analisis Hubungan Antara Porositas dengan Permeabilitas Permeabilitas beton memiliki hubungan yang tidak sederhana dengan porositas, tapi tergantung dari ukuran, distribusi, dan kontinuitas antar pori. (Neville, 1995). Tabel Hubungan Antara Porositas dan Permeabilitas Benda uji Porositas (%) Permeabilitas Horisontal (cm/detik) Permeabilitas Vertikal (cm/detik) BB FAS 0,30 20,237 1,328 3,132 BB FAS 0,35 20,613 1,355 2,626 BB FAS 0,40 20,807 1,363 2,023

32 71 Gambar Hubungan Antara Porositas dan Permeabilitas Dari Tabel 4.19 dan Gambar menunjukan bahwa semakin besar porositas beton berpori maka akan didapat permeabilitas secara horisontal yang semakin besar. Namun,pada permeabilitas vertikal akan didapat semakin kecil nilainya dengan bertambah besarnya porositas beton berpori. Ha ini karena terjadinya pengendapan agregat halus dan semen (mortar) pada campuran beton berpori sehingga pada uji dengan metode falling head water permeability test secara vertikal akan didapat nilai yang semakin kecil Aplikasi pada Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Faktor yang paling diperhatikan dalam perancangan perkerasan kaku (rigid pavement) adalah kekuatan beton itu sendiri, karena kekuatan tanah dasar atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya ((tebal pelat betonnya). Oleh karena itu Kuat tekan dan kuat lentur (flextural strength)

33 72 merupakan parameter fisik yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dalam perencanaan perkerasan kaku (rigid pavement ). Di Indonesia parameter yang sering dipakai dalam mengidentifikasi mutu atau kualitas beton untuk perkerasan kaku (rigid pavement ) adalah flextural strength (modulus of rupture) yaitu sebesar : fr = 45 kg/cm 2 (menurut SNI 1991 sebesar 3,78 Mpa), sedangkan kuat tekan beton dibutuhkan untuk mendapatkan modulus elastisitas beton yang diperlukan dalam penentuan tebal pelat beton perkerasan kaku (rigid pavement). Pada penelitian ini, penggunaan beton berpori tidak dapat memberikan kuat tekan yang disyaratkan pada Tabel 2.4. Persyaratan mutu Setiap jenis bata beton. Kuat tekan beton berpori pada penelitian ini bahkan hanya mencapai 5,190 MPa MPa yaitu pada benda uji dengan FAS 0,35 pada umur 28 hari. Hal ini disebabkan karena pada beton berpori terdapat banyak rongga yang saling terhubung dan sedikitnya material pasir yang dipakai. Sedangkan Kuat lentur beton berpori juga tidak memenuhi kuat lentur yang disyaratkan dalam SNI 1991 sebesar 3,78 Mpa. Kuat lentur beton berpori pada penelitian ini hanya mencapai 0,383 MPa yaitu pada benda uji dengan FAS 0,35. Namun, pemanfaatan dapat diambil dari nilai permeabilitas berdasarkan uji falling head water permeability test yaitu sebesar 3,133 cm/dt. Sehingga dengan adanya permeabilitas tersebut diharapkan beton berpori dapat dimanfaatkan sebagai perkerasan yang dapat meresapkan air ketanah atau pemanfaatan sebagai trotoar untuk pedestrian maupun median jalan. Berikut adalah tabel rekapitulasi karakteristik pengujian beton berpori pada Tabel 4.20 dan perbandingan dengan referensi pada Tabel 4.21.

34 73 Tabel Rekapitulasi Karakteristik Pengujian Beton Berpori Benda Kuat Kuat Porositas VIM (%) Permeabilitas Permeabilitas uji Tekan fc Lentur fr beton Horisontal Vertikal (FAS) (MPa) (MPa) normal (%) (cm/dt) (cm/dt) 0,30 4,529 0,167 20,237 23,458 1,328 3,132 0,35 5,190 0,383 20,613 25,973 1,355 2,626 0,40 4,341 0,217 20,807 27,696 1,363 2,023 Berat Jenis 1792,88 Kg/m 3 sampai 1981,60 Kg/m 3 Tabel Referensi Dari Penelitian Terdahulu dari Indonesia dan Internasional Porositas Berat permeabilitas Kuat Tekan Flexural strength (%) kg/m3 (mm/detik) MPa MPa Reference Indonesia - - 3,78 3,243 0,57 setiadi, ,72 Putra, 2011 Internasional ,03-5,33 5,52-20,68 1,03-3,79 Tennis et all, ,4 Beeldens et all, 2003 Hubungan kuat tekan dan faktor air semen (FAS) pada Tabel 4.20 terjadi hubungan yang tidak seperti pada beton normal. Pada beton normal dengan semakin kecilnya faktor air semen maka akan didapat kuat tekan yang semakin besar. Pada beton berpori di penelitian ini dengan FAS 0,30; 0,35; dan 0,40 terjadi kuat tekan terbesar pada FAS 0,40 sebesar 5,190 MPa, sedangkan FAS 0,30 sebesar 4,529 MPa. Hal ini terjadi karena pada campuran FAS 0,30 tidak terjadi kelecakan campuran beton berpori secara baik dan ada sebagian agregat yang tak tertutup campuran semen secara penuh sehingga ikatan antara agregat tidak maksimal.

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dalam penelitian ini meliputi pengujian

Lebih terperinci

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar

Lebih terperinci

DESAIN BETON BERPORI UNTUK PERKERASAN JALAN YANG RAMAH LINGKUNGAN

DESAIN BETON BERPORI UNTUK PERKERASAN JALAN YANG RAMAH LINGKUNGAN DESAIN BETON BERPORI UNTUK PERKERASAN JALAN YANG RAMAH LINGKUNGAN Daryanto Ari Prabowo (1), Ary Setyawan (2), Kusno Adi Sambowo (3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan teknik Sipil, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Lampiran Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Uraian Sampel Sampel Pasir jenuh kering muka ( ) 500 gr 500 gr Pasir setelah keluar oven ( ) 489,3

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton BAB IV ANALISA DATA 4.1. Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian beton di Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton segar, pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, maka dilaksanakan suatu metode. Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, issue atau lainnya dengan jalan

Lebih terperinci

PENGARUH GRADASI TERHADAP POROSITAS DAN KUAT TEKAN BETON BERPORI

PENGARUH GRADASI TERHADAP POROSITAS DAN KUAT TEKAN BETON BERPORI PENGARUH GRADASI TERHADAP POROSITAS DAN KUAT TEKAN BETON BERPORI Eko Putro Pratomo (1), Ary Setyawan (2), Djumari (3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret 2), 3)

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus atau pasir yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui karateristik material yang akan digunakan pada saat penelitian.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN Suhu Awal : 25 C Semen : 64 gram Piknometer I A. Berat semen : 64 gram B. Volume I zat cair : 1 ml C. Volume II zat cair : 18,5 ml D. Berat isi air : 1 gr/cm 3 A Berat jenis

Lebih terperinci

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5. BAB V HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Dan Pembahasan Pengujian Bahan 5.1.1. Pengujian Agregat Halus 1. Pemeriksaan Gradasi Pemeriksaan Gradasi agregat dilakukan guna mendapatkan nilai modulus

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange L. 1 PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR Hasil penelitian : No Jenis Bahan Volume (cc) Volume Total (cc) Warna Larutan yang terjadi 1 Pasir 130 200 Nomor 2 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif Lampiran I Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Berat Berat Berat Berat Lolos Ukuran Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif (gram) (%) Komulatif (%) (%) No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100 No.8 (2,4 mm) 0 0 0

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm) HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) ( menit ) 42 15 32 28 45 24 6 21 Hasil Uji Vicat untuk Pasta Semen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam perancangan beton bertulang dengan variasi panjang sambungan lewatan. Penelitian ini

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Penambahan persentase limbah keramik dalam pembuatan beton mempengaruhi nilai slump, semakin banyak persentase limbah keramik semakin kecil nilai slump

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama : M. Hafiz Nim : 08 0404 081 Material : Pasir Tanggal : 11 Januari 2014 Diameter Ayakan. () (No.) Berat Fraksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

Keywords: porous concrete, compressive strength, density, porosity. Kata Kunci : beton berpori, kuat tekan, densitas/kepadatan, porositas.

Keywords: porous concrete, compressive strength, density, porosity. Kata Kunci : beton berpori, kuat tekan, densitas/kepadatan, porositas. STUDI BANDING KARAKTERISTIK BETON BERPORI ANTARA BENDA UJI DI LABORATORIUM DENGAN BENDA UJI DI LAPANGAN (STUDI KASUS PADA BAHU JALAN DI DESA KADOKAN, KECAMATAN GROGOL, KABUPATEN SUKOHARJO) Rhobertus Mahadi

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5..Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Agregat Kertas 5..2.Berat Jenis Agregat Kertas Data berat jenis agregat yang berasal dari kertas didapatkan dari pengujian sebelum

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) 1. Gradasi agregat halus (pasir) Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat halus pada gambar 5.1, pasir Merapi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Adapun diagram alir metodologi penelitian adalah sebagai berikut : MULAI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS MIX DESIGN BETON NORMAL BETON CAMPURAN KACA 8%

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama Nim Material Tanggal : Rumanto : 8 44 153 : Pasir : 12 Maret 214 9.5 (3/8 - in) 4.75 (No.4) 2.36 (No.8) 1.18

Lebih terperinci

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. 1. Tanah Tulakan Dari hasil anilisis kimia yang dilakukan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), didapatkan hasil : Tabel IV.1. Kandungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Universitas Sumatera Utara Lampiran Analisa Ayakan Pasir Berat Fraksi (gr) Diameter Rata-rata % Sampel Sampel % Rata-rata Ayakan (mm) (gr) Kumulatif I II 9,52 30 15 22,5 2,25 2,25 4,76 21 18 19,5 1,95 4,2 2,38 45 50 47,5 4,75

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 29 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Beton Pemeriksaan bahan susun beton yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Hasil Pemeriksaan Agregat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Lampiran 1 PENGUJIAN PENELITIAN TUGAS AKHIR A. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Halus ( Pasir ) Bahan : Pasir Merapi Asal : Merapi, Yogyakarta Jenis Pengujian : Gradasi Butiran Agregat Halus (Pasir)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Penyusun Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

Lebih terperinci

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL SAFRIN ZURAIDAH 1, HANDO 2, K BUDIHASTONO Jurusan Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya Email : safrini@yahoo.com Abstrak Dunia usaha properti

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari Cisauk, Malingping, Banten, dan untuk Agregat kasar (kerikil) diambil dari

Lebih terperinci

MIX DESIGN Agregat Halus

MIX DESIGN Agregat Halus MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi, Teknik Sipil UMY meliputi: pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan FakultasTeknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pengujian Agregat Hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil yang telah diperoleh sesuai dengan tinjauan peneliti akan disajikan pada bab ini. Sedangkan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST

HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST LAMPIRAN 1 HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST ) LAMPIRAN 1 Hasil Penelitian Awal (Vicat Test) Semen Normal (tanpa bahan tambah) Waktu ( menit ) Penurunan (mm) 15 40 30 32 45 26 60 19 Sukrosa 0,03% dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC 59 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_ PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MUATAN LOKAL PASIR SIRING AGUNG DAN BATU PECAH MALUS Ely Mulyati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Musi Rawas (Jl. Pembangunan Komplek Perkantoran Pemkab

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Pengujian Material Dalam mendesain suatu campuran beton, perlu terlebih dahulu diadakan suatu pengujian material atau bahan-bahan pencampur beton. Di antaranya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1). Semen Portland jenis I merk Semen Gersik 2). Agregat kasar berupa krikil, berasal dari Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan kolom dengan variasi 40% sebelumnya menerima beban sebesar 56,4953 kn, setelah diperbaiki

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai 77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Metodologi Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini terdiri dari peneletian laboratorium dan analisa data laboratorium 3.1.1 Penelitian laboratorium Dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI 211.2-98) Mix Design Beton Ringan dengan Metode ACI Mix design beton ringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ACI 211.2-98. Sesuai prosedur pada metode ACI 211.2-98,

Lebih terperinci

Viscocrete Kadar 0 %

Viscocrete Kadar 0 % 68 Viscocrete Kadar 0 % T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak Benda Uji Silinder Umur Perawatan 3 hari 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI xvi DAFTAR NOTASI As : Luas penampang benda uji ASTM : American Society for Testing and Materials B : Berat piknometer berisi air (gram) Ba : Berat kerikil dalam air (gram) Bj : Berat Jenis Bk : Berat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha 82 LAMPIRAN 83 Tabel 1 Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm) Beton Dengan Faktor Air Semen.5 Dan Jenis Semen Dan Agregat Kasar Yang Biasa Dipakai Di Indonesia Jenis Semen Semen portland tipe 1 atau semen tahan

Lebih terperinci

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram Lampiran A Berat Jenis Pasir Berat Piknometer = A = 186 gram Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram Berat piknometer + Air = D = 665 gram Berat contoh kering

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Untuk pengujian kuat tekan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Pendahuluan Peneletian beton ringan dengan tambahan EPS dimulai dengan pengujian pendahuluan terhadap agregat halus dan kasar yang akan digunakan dalam campuran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN Arie Putra Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Tel. 076166596, Pekanbaru 28293 Riau, E-mail: Arie_200789@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Beton merupakan hal yang paling utama dalam suatu konstruksi. Hampir pada setiap aspek pembangunan tidak dapat terlepas daripada suatu beton. Sebagai contoh pada suatu

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran I Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta 55183

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Umum Menurut SNI-03-2834-993, pengertian beton adalah campuran antara semen Portland atau bahan pengikat hidrolis lain yang sejenis, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan suatu percobaan secara langsung untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Pemeriksaan bahan susun beton dengan agregat kasar batu apung yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar lumpur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil serta analisa dari pengujianpengujian yang telah dilakukan. 4.1. HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN TERHADAP AGREGAT 4.1.1. Hasil dan Analisa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN Rofikatul Karimah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMM Jln. Raya Tlogomas 246 Malang 65144 Email : rofikatulkarimah@gmail.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON Oleh : Soeparno dan Didiek Purwadi *) Abstrak : Dalam pembangunan fisik infrastruktur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTER ASPAL PORUS MENGGUNAKAN AGGREGATE GRAVEL DAN KERIKIL MERAPI DENGAN AGGREGATE KONVENSIONAL (268M)

PERBANDINGAN KARAKTER ASPAL PORUS MENGGUNAKAN AGGREGATE GRAVEL DAN KERIKIL MERAPI DENGAN AGGREGATE KONVENSIONAL (268M) PERBANDINGAN KARAKTER ASPAL PORUS MENGGUNAKAN AGGREGATE GRAVEL DAN KERIKIL MERAPI DENGAN AGGREGATE KONVENSIONAL (268M) Agus Sumarsono 1, Sri Widyastuti 2 dan Ary Setyawan 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon dan Expanded Metal

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon dan Expanded Metal HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN Suhu Awal : 25 C Semen : 64 gram Piknometer I A. Berat semen : 64 gram B. Volume I zat cair : 0,2 ml C. Volume II zat cair : 18,5 ml D. Berat isi air : 1 gr/cm

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium. Pengujian dilakukan untuk menguji perbandingan kuat lekat bambu petung bertakikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENGUJIAN KADAR AIR PASIR WWT. A Berat wadah 0,114 kg. B Berat wadah + benda uji 0,314 kg. C Berat benda uji (B A) 0,2 kg

LAMPIRAN 1 PENGUJIAN KADAR AIR PASIR WWT. A Berat wadah 0,114 kg. B Berat wadah + benda uji 0,314 kg. C Berat benda uji (B A) 0,2 kg Lampiran L-1 LAMIRAN 1 ENGUJIAN KADAR AIR ASIR WWT Benda uji : asir WWT A Berat wadah 0,114 kg B Berat wadah + benda uji 0,314 kg C Berat benda uji (B A) 0,2 kg D Berat benda uji kering 0,199 kg Kadar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENELITIAN

BAB IV ANALISA PENELITIAN BAB IV ANALISA PENELITIAN 4.1 ANALISA AGREGAT 4.1.1 Agregat Halus 4.1.1.1 Pengujian Berat Jenis dan Absorpsi Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar ASTM C 128-93. Tujuan pengujian berat jenis dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran A.1 : Pasir : Kali Progo A. AGREGAT HALUS (PASIR) Jenis Pengujian : Pemeriksaan gradasi besar butiran agregat halus (pasir) Diperiksa : 25 Februari 2016 a. Berat cawan kosong = 213,02 gram b.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada pengujian kekuatan Balok baja profil L yang dibebani arah aksial dengan pemberian cor beton pengisi adalah

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 213 (479-485) ISSN: 2337-6732 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Maria M. M. Pade E. J. Kumaat,

Lebih terperinci