5. PEMBAHASAN 5.1 Pelaksaan Program PUAP di Desa Tengaran
|
|
- Harjanti Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5. PEMBAHASAN 5.1 Pelaksaan Program PUAP di Desa Tengaran Sejak dilaksanakannya program PUAP pada akhir tahun 2008 oleh GAPOKTAN Berkah Makmur di desa Tengaran, ternyata hanya terdapat perangsang produksi yang diberikan kepada para petani anggota kelompok tani melalui bantuan lansung masyarakat (BLM-PUAP) yang merupakan bantuan modal tunai untuk kegiatan usaha. Kegiatan PUAP di desa Tengaran belum sesuai dengan teori pembangunan pertanian. Dalam melaksanakan pembangunan pertanian ada lima syarat yang harus dipenuhi. Kelima syarat tersebut itu adalah : (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3) tersedianya barang-barang dan alat-alat produksi, (4) adanya perangsang produksi bagi petani dan, (5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Dari lima syarat mutlak, program PUAP ini terkait langsung dengan syarat mutlak adanya perangsang produksi bagi petani dan syarat pelancar berupa kredit produksi. Menurut analisis dari PUAP kendala utama yang sedang di alami petani anggota kelompok tani dalam melakukan kegiatan produksi usaha taninya pada saat ini, adalah tidak adanya dan minimnya modal usaha untuk kegiatan produksi. PUAP merupakan program bantuan modal usaha bagi para petani. Dalam pelaksanaan PUAP di Desa Tengaran petani hanya diberikan bantuan kredit produksi yaitu berupa bantuan modal usaha guna melancarkan kegiatan produksi para petani di Desa Tengaran. Para petani mendapat pendampingan dalam bagaimana cara mengelola dana bantuan tersebut. Pengembangan PUAP merupakan salah satu program yang berada dibawah payung program PNPM Mandiri yang mempunyai tujuan : 1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis pedesaan sesuai dengan potensi wilayah. 2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan termasuk penyuluh dan penyelia Mitra Tani 3. Kelambagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
2 4. Meningkatkan fungsi kelambagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses kepada pemodalan Strategi Operasional PUAP adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP, dilaksanakan melalui : (a) pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP, (b) rekuitmen dan pelatihan bagi Penyelia Mitra Tani, (c) pelatihan bagi pengurus Gapoktan, (d) pelatihan bagi petani sebagai pelaku PUAP oleh penyuluh pendamping. 2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal. Dilaksanakan melalui : (a) identifikasi potensi desa, (b) penentuan usaha agribisnis (budidaya dan hilir), (c) penyusunan dan pelaksanaan Rencana Usaha Bersama (RUB) 3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga miskin kepada sumber pemodalan, dilaksankan melalui : (a) penyaluran BLM-PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan, (b) fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber pemodalan lainnya. Sejak menjalankan PUAP dari tahun 2008 di Desa Tengaran, gapoktan berkah makmur menjalankan beberapa kegiatan sebagai berikut : (1) pembentukan pengurus Gapoktan, (2) penyusunan RUB, (3) penyaluran dana BLM-PUAP Menurut standart operasional program PUAP sebelum Gapoktan menyusun RUB, kelompok tani harus terlebih dahulu menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Rencana Usaha Anggota (RUA). Baru setelah itu dana BLM PUAP dapat dicairkan oleh Gapoktan kepada Kelompok Tani. Tetapi yang terjadi di Desa Tengaran, salah satu Kelompok Tani yaitu kelompok tani Handayani hingga saat ini belum selesai menyusun RUA dan RUK, tetapi sudah menerima dana PUAP. Menurut bapak sardono selaku sekertaris Gapoktan Berkah Makmur mengatakan bahwa : Kelompok tani Handayani sebenarnya belum layak untuk mendapat dana bantuan modal PUAP karena belum selesai menyusun RUK dan RUA. tetapi karena adanya toleransi dari pengurus makanya kelompok tani Handayani tetap mendapat bantuan dan mereka juga berjanji setelah mendapat bantuan akan menyelesaikan RUK dan RUA. Tapi kenyataannya sampai saat ini mereka belum juga menyelesaikannya. Dana sudah cair tetapi mereka terlambat terlambat dalam mengembalikannya
3 Pernyataan yang hampir serupa juga di ungkapkan oleh bapak Muh Nafiz selaku bendahara Gapoktan Berkah Makmur. Beliau mengatakan bahwa: Sebenarnya kelompok tani Handayani belum layak mendapat dana bantuan modal PUAP, tetapi karena kami perasaan denga para anggota kelompok tani Handayani dan adanya protes dari beberapa anggota kelompok, makanya kami tetap mencairkan dana bantuan modal PUAP untuk kelompok tani Handayani. Kelompok Tani Handayani dalam Gapoktan Berkah Makmur masuk dalam kategori kelompok dewasa tani. Umur para anggotanya rata-rata diatas 45 tahun. Atas dasar perasaan pengurus Gapoktan Berkah Makmur kepada para anggota Kelompok Tani Handayani yang didominasi oleh orang-orang tua dan adanya protes dari para anggota kelompok tani Handayani, sehingga pengurus Gapoktan tetap mencairkan dana bantuan walaupun sebenarnya kelompok tani tersebut sedang bermasalah. Bentuk pernyataan protes para anggota kelompok tani Handayani adalah dana bantuan tersebut diperuntukkan untuk kelompak tani, seharusnya harus segera disalurkan kepada kelompok tani. Namun setelah dana bantuan tersebut dicairkan, para anggota kelompok tani sering sekali terlambat dalam mengembalikan modal usaha tersebut. 5.2 Kepemimpinan Yang Berpengaruh di Pedesaan Suatu survai dengan sampling 16 desa mengungkapkan kenyataan bahwa 60% dari desa-desa itu masih dipimpin oleh kepala desa yang masuk kategori tradisional (kekuasaannya didasarkan atas otoritas tradisioanal pula). Ini berarti bahwa kekuasaan serta perintahnya masih sangat efektif dikalangan rayat yang patuh, karena kepala desa dipandang sebagai pewaris dan pemangku yang wajar dari kekuasaan yang turun- temurun diteruskan kepadanya. Pada umumnya fungsi kepemimpinannya masih bersifat polymorphic mencakup pelbagai kegiatan dan tidak dikhususkan pada bidang atau sektor tertentu. Survai lain membuktikan bahwa tipe pemimpin tradisional seperti ini, baik di jawa maupun di sumatra, sangat efektif dalam melaksanakan program di desanya, sedang kurang atau sama sekali tidak efektif dalam menyampaikan pesan-pesan yang lebih bersifat teknis kepada rakyat. Agar pelaksanaan program pembangunan pedesaan dapat mencapai targetnya yang ada di lapisan bawah di pedesaan perlu dicari pekerja lapangan yang mampu meneruskan pesan-pesan dari para teknisi kepada rakyat di lingkunagnnya, dan cukup ada
4 pengaruh disekitarnya untuk dapat diterima dan dipercayai oleh pihak lain. Meskipun tampaknya sederhana peranannya itu, namun dalam usaha pembangunan pedesaan di pelbagai bidang tugas yang sangat crucial (pokok). Berhasil atau tidaknya pekerjaan kader itu sering tergantung pada cara pemilihannya, sarana-sarana yang mendukungnya, tindak lanjut dari penyelenggaraan latihan, hubungan antara kader dengan elit desa dan sebagainya. (Mubyarto dan Kartodirdjo, sartono. 1988) Jika melihat perbandingan status soasial dari Bapak Joko Triyono (Ketua Kelompok Tani Berkah Makmur) dan Bapak Toyimin (Ketua Kelompok Tani Handayani) terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Bapak Joko Triyono memiliki jabatan sebagai sekertaris desa sedangkan Bapak Toyimin tidak memegang jabatan struktural ditingkat desa. Beliau hanya seorang petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan. Gambar 5. 1 Rumah Kediaman Bapak Toyimin
5 Gambar 5. 2 Rumah Kediaman Bapak Joko Triyono Dari gambar 5. 1 dan gambar 5. 2, dapat terlihat jelas perbedaan kondisi ekonomi dari kedua ketua kelompok petani. Dengan jabatan dan kondisi ekonomi yang sangat memadai, menjadikan Bapak Joko Triyono sebagai figur yang cukup disegani dikalangan masyarakat desa Tengaran. Keunggulan tersebut membuat Bapak Joko Triyono mudah dalam mengarahkan anggotanya dalam menjalankan program kelompok tani. Latar belakang bapak Joko Triyono sebagai pengusaha, membuat beliau paham bagaimana mengembangkan usaha pertanian secara modern. Kelompok tani Handayani masih menjalankan usaha secara tradisional. Langkah strategis yang harus diambil oleh GAPOKTAN Berkah Makmur dan Penyuluh Pertanian ditingkat kecamatan Tengaran untuk mengatasi permasalahan kepemimpinan yang sedang dialami kelompok tani Handayani, yaitu segera melakukan pemilihan ketua baru. Caranya dengan mendekati salah satu figur tokoh masyarakat yang cukup berpengaruh dikalangan masyarakat desa tengaran. Figur tersebut tidak harus sama dengan figur bapak Joko Triyono, tetapi paling tidak figur tersebut memiliki jabatan atau pekerjaan yang dapat membuat figur tersebut dapat disegani oleh para anggota kelompok tani. Didalam struktur keanggotaan kelompok tani Handayani, terdapat anggota kelompok yang bernama Bapak Bejo Slamet yang berprofesi sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Latar belakang Bapak Bejo Slamet sebagai anggota TNI diharapkankan mampu, mengkoordinasi para anggota kelompok dengan lebih baik.
6 5.3 Menuangkan Motivasi Kelompok Tani ke dalam Visi Kelompok Tani Menurut Ahmad Ruki (2006), pemimpin organisasi yang waspada selalu melihat jauh kedepan dan sadar bahwa lingkungan sedang (bukan akan) berubah. Mereka harus memiliki visi tentang gambaran masa depan dan yang akan terjadi dan dilakukan oleh organisasi yang dipimpinnya. Visi akan menunjukkan arah: kemana organisasi dan mereka yang menjadi anggaota harus menuju. Mereka juga harus menetapkan misi yaitu yang hahus dilakukan untuk merealisasikan visi tersebut. Aknhirnya juga mereka harus membuat strategi yaitu menetapkan tujuan dan sasaran jangka panjang dan menengah yang harus dicapai, serta hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapainya. Visi adalah sebuah gambaran tentang masa depan dimana sebuah organisasi akan berada. Visi juga menjelaskan yang akan terjadi atau dicapai oleh sebuah organisasi pada masa depan itu dan ahaus menjelaskan mengapa terjadi seperti itu. Sebagai suatu contoh, visi yang ditetapkan oleh para pemimpin malaysia disebut vision Visi itu menetapakan antara lain gambaran mereka tentang lingkungan pada tahun 2020 dan citacita mereka dalam berbagai sektor. Kelompok tani berkah makmur telah mampu menuangkan motivasi kelompok kedalam sebuah visi, yang oleh para anggota kelompok tani gapoktan dikenal dengan nama prinsip dasar kelompok tani Berkah Makmur. Pripsip dasar kelompok tani berkah makmur adalah keberkahan dan kemakmuran bagi anggota pada khususnya dan bagi para petani pada umumnya. Prinsip dasar inilah yang telah mampu mendorong motivasi para anggota kelompok tani berkah makmur pada tingkatan aktualisasi diri. Prinsip dasar inilah yang dijadikan para anggota kelompok tani berkah makmur sebagai gambaran masa depan kelompok atau organisasi. Hal seperti inilah yang tidak dimiliki oleh kelompok tani handayani. Kelompok tani Handayani tidak menuangkan motivasi mereka kedalam sebuah visi atau prinsip dasar kelompok. Kelompok tani handayani tidak memiliki gambaran masa depan. 5.4 Manajemen Usaha Tani Menurut Karta saputra (1985) yang dimaksud dengan manajemen pertanian yaitu pengelolaan atau ketatalaksanaan pertanian yang sebaik-baiknya secara berencana,
7 terorganisasi, tersusun rapi, terarah, dan terkendali atau terkontrol dalam batasan fungsi produksi yaitu mengatur faktor-faktor produksi pertanian yang dititik beratkan pada faktor-faktor alam (tanah dan pengaruh-pengaruh iklim), faktor tenaga kerja dan faktor modal, dengan tujuan mencapai keberhasilan usaha pertanian yang akan digarap. Bagi para petani yang harus dilakukan usaha agribisnis selain harus memikirkan bagaimana memproduksi hasil-hasil yang diusahakannya juga harus memikirkan usahausaha lain yang berhubungan dengan bidang perekonomian lainnya, seperti penyimpanan hasil, pengawetan hasil, pencarian pasar, pengangkutan, penentuan harga yang dikaitkan dengan ketentuan-ketentuan pemerintah, cara-cara penjualan dan lain sebagainya. Dengan kata lain para petani yang bergerak dibidang agribisnis tidak hanya cukup atau dapat merasa puas dengan telah memiliki nodal yang kuat, prasarana dan sarana yang serba cukup, pengalaman yang luas serta kepandaian yang tinggi, melainkan juga masih harus memikirkan faktor-faktor lain yang akan atau dapat mempengaruhi usaha-usahanya tersebut Perencanaan Didalam usaha agribisnis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran usahanya itu ialah : 1) Faktor alam atau pengaruh alam 2) Faktor ekonomi atau pengaruh ekonomi Keadaan alam meminta perhatian untuk dipikirkan secara matang oleh para petani yang bergerak dalam bidang agribisnis, seperti halnya iklim dengan unsur-unsurnya sinar matahari, temperatur, curah hujan, pergerakan angin, kemudian bencana alam (banjir, erosi, kelongsoran) serta wabah tanaman yang berjangkit, kesemuanya itu dapat mempengaruhi usaha bertani yang sedang dilakukan, apakah usaha tersebut akan mencapai keberhasilan atau sebaliknya yaitu mengalami kegagalan. Pemikiran para petani sangat diminta untuk mencoba menanggulangi pengaruh-pengaruh alam, yaitu dengan cara melakukan pendekatan dengan memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah dimilikinya serta teknik bercocok tanam (pertanian) yang mantap yang sesuai dengan iklim, tekstur dan struktur tanah.
8 Berhasil atau tidaknya usaha agribisnis tidak hanya dipengaruhi oleh pengaruh alam saja melainkan juga oleh pengaruh ekonomi yang berlangsung pada waktu usaha itu dilakukan. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa berhasil atau tidaknya usaha agribisnis ini akan sangat ditentukan juga oleh : a) Tingkatan harga yang berlaku dipasar (para konsumen atau pembeli) b) Tingkatan harga dari sarana pertanian yang diperlukan untuk keperluan produksi (usaha bertanam hingga pemanenan) dalam sarana ini termasuk harga benih, harga pupuk, harga pertisida serta harga jasa atau upah tenaga kerja. Pengaruh ekonomi sangat kuat dan hanya dapat ditanggulangi kalau aktivitas marketing dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya yang berarti bahwa : a) Sebelum usaha agribisnis ini dilakukan harus diselidiki terlebih dahulu produk pertanian apa yang banyak diminta oleh pasar dan berapa kenmampuan daya belinya serta tingginya harga produk tersebut. b) Apakah biaya produksi atau pengelolaan tanaman tersebut jauh lebih rendah dari pada harga jual atau harga yang berlaku di pasar. c) Apakah produk tanaman tersebut tanamannya mampu dikembangkan pada lahan pertanian yang dimiliki yang berarti mampu dipertahankan sejak mulai ditanam sehingga tibanya masa panen. d) Cara penjualan dan atau penyampaiannya kepada konsumen atau pembeli dapat mudah dilaksanakan denga biaya transpor yang murah atau wajar. e) Cara pengawetan produk agar pada waktu penyampaian produk kepada pembeli tidak terjadi kerusakan-kerusakan. Didalam merencakan program usaha kelompok tani harus menyesuaikan potensi yang dimiliki kelompok tani tersebut. Dimulai dari luas kepemilikan lahan dan ketrampilan petani. Desa Tengaran tergolong desa yang memiliki luas lahan pertanian yang sedikit, hanya 75 ha sementara jumlah buruh tani di desa Tengaran 1754 jiwa. Melihat potensi lahan pertanian di desa Tengaran, usaha yang paling cocok untuk dikembangkan oleh para petani didesa Tengaran adalah usaha yang tidak membutuhkan banyak lahan. Contohnya usaha Koperasi Tani.
9 Kondisi ekonomi dan alam selalu berubah-ubah. Oleh karena itu dalam merencanakan program usaha perlu disesuaikan dengan kondisi kekinian faktor ekonomi dan faktor alam. Untuk itu program usaha yang sudah pernah dirumuskan bersama oleh kelompok tani perlu ditinjau kembali kelayakannya Pengorganisasian Dalam kehidupan nyata orang-orang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan bersama, yang dilakukan adalah kegiatan menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional atau biasa disebut dengan istilah Organisasi. Organisasi dalam hal ini bisa terdapat pada badan usaha, instansi pemerintah, lembaga pendidikan, militer, kelompok masyarakat atau suatu perkumpulan olahraga. Kata Organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien. Aspek-aspek penting dari pengorganisasian adalah : 1) Adanya kelompok orang yang bekerja sama. 2) Adanya tujuan tertentu yang akan dicapai 3) Adanya pekerjaan yang akan dikerjakan 4) Adanya penetapan dan pengelompokkan pekerjaan 5) Adanya wewenang dan tanggung jawab 6) Adanya pendelegasian wewenang 7) Adanya hubungan (relationship) satu sama lain 8) Adanya penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan 9) Adanya tata tertib yang harus ditaati. Pengorganisasian kelompok tani perlu dibenahi, pengorganisaian kelompok tani harus disesuaikan dengan program usaha yang akan dijalankan. Apabila kelompok tani ingin menjalankan program usaha pengolahan hasil pertanian, kelompok tani harus membentuk unit-unit atau seksi-seksi yang dapat mendukung program usaha tersebut, misalnya membentuk unit produksi bahan baku, unit pengolahan, unit pemasaran.
10 Seluruh anggota kelompok tani harus ditempatkankan kedalam seksi-seksi atau unit-unit dalam organisasi kelompok tani. Kelompok tani harus membuat tata tertib menyangkut pembagian tugas dalam organisasi kelompok tani. Tata tertib tersebut kemudian dituangkan keldalam AD/ART kelompok tani Pengawasan Menurut George R. Tery (2006) pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan kembali (feed back control). Di dalam proses pengawasan juga diperlukan Tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi. Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi diantaranya. Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber
11 daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan. Mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam organisasi kelompok tani perlu dibentuk suatu badan pengawas, yang koordinasinya terpisah dari struktur organisasi kelompok tani. Tugasnya yaitu mengontrol seluruh kegiatan kelompok tani, agar kegiatan kelompok tani dalam menjalankan PUAP dapat berjalan dengan baik. Kegiatan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah peminjanan dan pengembaliaan dana sesuai dengan standar peraturan PUAP atau kesepakatan dalam rapat anggota kelompok. Pengawasan pada kelompok tani yang saat ini sedang menikuti program PUAP, dapat dikontrol melalui Laporan perkembangan usaha kelompok tani. 5.5 Pendampingan yang intensif kepada petani Menurut mubyarto (1972) tugas penyuluhan pertanian terutama menyangkut usaha membantu petani agar senantiasa meningkatkan efisiensi usahatani. Sedangkan bagi petani, penyuluhan itu adalah suatu kesempatan pendidikan diluar sekolah, dimana mereka dapat belajar sambil berbuat (learning by doing). Untuk mengukur berhasil tidaknya penelitian, Megneth dan kawan-kawan, dari hasil penelitian atas hubungan antara mahasiswa sebagai penyuluh dengan petani, telah menyimpulkan delapan dasar penilaian. Penyuluhan dapat dianggap berhasil kalau : 1) Pengetahuan petani mengenai sesuatu yang berguna bertambah. 2) Ada penerimaan (adopsi) petani terhadap hal-hal yang dianjurkan penyuluh 3) Petani bersedia memberi sesuatu balas jasa kepada penyuluh. 4) petani bersedia bekerja sama dengan penyuluh. 5) Penyuluh dapat mengubah sikap petani yang merugikan.
12 6) Pengetahuan praktis yang ada pada penyuluh bertambah. 7) Penyuluh dapat memberitahukan sesuatu yang berguna diluar tujuan proyek tertentu. 8) Ada perkembangan keinginan pada kedua pihak untuk mempertahan hubungan. Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil. Hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit yaitu hanya sampai pada tingkat kecamatan. Hal seperti ini juga yang sedang terjadi di kecamatan tengaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sri partini selaku koordinator penyuluh ditingkat kecamatan tengaran, mengatakan bahwa : penyuluh pada tingkat kecamatan tengaran berjumlah 17 orang. 17 penyuluh tersebut sudah termasuk penyuluh pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Kecamatan Tengaran memiliki 18 desa, ini berarti ada 18 ada gapoktan dalam kecamatan tengaran dan kurang lebih ada 72 kelompok tani yang harus mendapat pendampingan dari penyuluh kecamatan Tengaran. Jumlah penyuluh pertanian yang hanya berjumlah 17 orang, dinilai tidak mampu melakukan pendampingan secara optimal terhadap seluruh kelompok tani yang ada di kecamatan Tengaran. Berdasarkan uu no. 16 tahun 2006, menegaskan bahwa kelembagaan penyuluh pertanian harus menyentuh hingga pada tingkat desa. Yaitu dengan membentuk Pos Penyuluhan Desa (Pos luh des), tetapi dalam kenyataannya desa-desa di kecamatan tengaran tidak ada yang memiliki Pos Penyuluhan Desa. Menurut ibu Endarmiaty, selaku mantan ketua kelompok tani sri rejeki, mengatakan bahwa : Selama ini pihak penyuluh pertanian hanya melalukan pendampingan terhadap kelompok tani yang baru atau yang belum berprestasi. Setelah kelompok tani tersebut mendapat prestasi, penyuluh mencari kelompok tani lain lagi untuk diorbitkan. Kelompok tani Sri Rejeki adalah kelompok tani yang berprestasi di desa tengaran yang pernah mendapat penghargaan dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2005, sebagai kelompok wanita tani yang inovatif dalam mengolah tanaman hasil pertanian menjadi obat-obatan alternatif. Namun setelah memperoleh prestasi tersebut, kelompok
13 ini tidak mendapat pendampingan lagi dari penyuluh pertanian kecamatan Tengaran. Karena kelompok ini sudah mendapat prestasi oleh para penyuluh pertanian kelompok tani dianggap sudah mandiri Imbasnya saat usaha kelompok wanita tani Sri Rejeki tidak mampu berkembang. Dari kasus ini dapat diketahui, bahwa selama ini target dari penyuluh pertanian kecamatan Tengaran adalah prestasi bukan kemandirian. Sementara yang dituntut dalam tujuan utama program PUAP ini adalah kemandirian petani. Oleh karena itu perlua adanya pendampingan yang lebih intensif untuk setiap program pengembangan yang diterapkan kepada para petani. Dinas pertanian Kabupaten Semarang harus menambah anggota penyuluh pertanian di Desa Tengaran. Satu Gapoktan harus didampingi oleh satu penyuluh. Dengan begitu proses pendamingan terhadap petani dapat berjalan dengan baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis dimasa yang akan datang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan
Lebih terperinci4. HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Letak Geografis Kabupaten Semarang
4. HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Semarang Secara administratis letak geografis Kabupaten Semarang di batasi oleh 6 wilayah Tingkat II pada sisi-sisinya.
Lebih terperinci.000 WALIKOTA BANJARBARU
SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 166 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Lebih terperinciBAB III LAPORAN PENELITIAN
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kesejahteraan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinciPRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi
PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dasar pijakan pembangunan kedepan akan mengakibatkan pertumbuhan akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, perdebatan masalah konsep ekonomi kerakyatan terus berlangsung. Banyak pihak yang mengatakan bahwa ekonomi kerakyatan sebagai dasar pijakan pembangunan
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun
Lebih terperinci5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya
5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat
Lebih terperinciMANAJEMEN DALAM KOPERASI
MANAJEMEN DALAM KOPERASI APA ITU MANAJEMEN? Pemahaman konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konsep organisasi. Organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PENYULUHAN PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani
Lebih terperinciPasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan
Lebih terperinciWALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas pertanian tertentu, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya untuk
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciRenstra BKP5K Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN
Lebih terperinciSemakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd
BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JOMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas Efektifitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan konsep-konsep
Lebih terperinciPERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN
PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi secara keseluruhan yang dilaksanakan secara terencana rencana
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang
Lebih terperinciKEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I
PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian sebagai sumber kehidupan yang strategis. Istilah kehidupan diartikan sebagai keinginan untuk bertahan disertai usaha untuk memperolehnya. Ketika kehidupan
Lebih terperinci-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id
-1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI
Lebih terperinciKOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc
KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)
WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : 2089-8592 EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) Khairunnisyah Nasution Dosen Fakultas Pertanian UISU, Medan ABSTRAK
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN
Lebih terperinciBAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar
BAB III DISKRIPSI LEMBAGA A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar Dinas Perindustrian, Perdagangan, koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah
Lebih terperinci2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da
No.124, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyuluhan Pertanian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/SM.200/1/2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK
PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai
Lebih terperinciPembangunan Bambu di Kabupaten Bangli
BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,
KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari konteks pembangunan dan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Selama ini sektor pertanian
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga
Lebih terperinciDalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban untuk mewujudkan visi dan misi organisasinya sehingga visi dan misi Pemerintah dapat terwujud dengan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 09/PERMENTAN/OT.140/2/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Monitoring Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin memperingatkan, dipandang sebagai teknik manajemen
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciII. PENGUKURAN KINERJA
Kota Prabumulih 2 II. PENGUKURAN KINERJA Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan merumuskan 3 misi utama dalam mencapai visi organisasi, setiap misi mempunyai 3 sasaran yang mengacu
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA,
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 16 TAHUN 2005 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT KECAMATAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG
1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN KAPUAS
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, Menimbang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango terdiri dari Tiga (3) Lingkungan yaitu
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN
BHINNEKA TU NGGA L IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. S T R A T E G I Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi juga diberi makna sebagai usaha-usaha untuk
Lebih terperinci