ANALISIS KEGIATAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BERAS SEHAT SAE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEGIATAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BERAS SEHAT SAE"

Transkripsi

1 ANALISIS KEGIATAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BERAS SEHAT SAE SKRIPSI MUHAMMAD PINTOR NASUTION H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN MUHAMMAD PINTOR NASUTION. Analisis Kegiatan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Supply Chain Management Beras Sehat SAE (Dibawah Bimbingan HENY. K. DARYANTO). Trend kehidupan masyarakat dewasa ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi beras bukan hanya sekedar dikonsumsi, tetapi juga manfaat yang dihasilkan dari mengkonsumsi beras tersebut. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya tingkat kesadaran pendidikan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya kesehatan. Gaya hidup sehat memang menjadi pedoman baru kehidupan modern saat ini. Kekhawatiran timbulnya penyakit, pencemaran, ditambah kesadaran terhadap lingkungan menjadi salah satu penyebabnya. Oleh karena itu masyarakat mencari pangan yang lebih aman dan sehat untuk hidup yang lebih baik. Lembaga Pertanian Sehat merupakan salah satu lembaga yang fokus dalam pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Lembaga ini juga adalah salah satu lembaga yang mengembangkan bisnis usaha beras organik dari hulu sampai hilir. Beras organik yang dihasilkan Lembaga Pertanian Sehat diberi nama Beras SAE yang artinya beras yang Sehat, Aman dan Enak. Beras SAE adalah produk beras yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya (dibawah ambang batas kandungan pestisida yang boleh dikonsumsi oleh manusia). Sehat karena diolah dengan teknologi pertanian ramah lingkungan, Aman karena bebas residu pestisida berbahaya, Enak karena rasa nasinya yang pulen dan mempunyai aroma pandan. Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti sekarang ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan dalam iklim persaingan. Usahausaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen. Salah satu upaya untuk mereduksi biaya adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply Chain Management. Supply Chain Management sesungguhnya bukan merupakan suatu konsep yang baru. Supply Chain Management merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. Supply Chain Management merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik

3 Faktor kunci untuk mengoptimalkan Supply Chain Management adalah menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara mata rantai, pergerakan barang efektif dan efesien yang menghasilkan kepuasan maksimal para pelanggan. Hal ini menunjukkan harus ada kerja sama yang erat antara pelaku dalam rantai pasokan, yang penting adalah adanya kesadaran dan kesediaan dari masing-masing pelaku untuk melakukannya agar rantai pasokan dapat berjalan lancar Penelitian ini bertujuan 1) Mengidentifikasi faktor-faktor penyusun Supply Chain Management yang dilakukan oleh Lembaga Pertanian Sehat pada produk beras SAE. 2)Menganalisis prioritas kegiatan Supply Chain Management beras SAE di Lembaga Pertanian Sehat. Penelitian ini merupakan studi kasus di Lembaga Pertanian Sehat yang terletak di Jl. Rancamaya No 22 Harjasari, Bogor Selatan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat yang mengetahui permasalahan kegiatan Supply Chain Management secara langsung. Pengolahan data dilakukan dengan metode PHA dan berdasarkan kerangka kerja PHA. Data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan program komputer Expert Choice Berdasarkan hasil penelitian, Lembaga Pertanian Sehat dalam menjalankan kegiatan supply chain management memiliki dua tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang pertama adalah mempertahankan kualitas beras. Tujuan ini merupakan tujuan jangka pendek yang ingin dicapai oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat, karena dengan selalu mempertahankan kualitas Beras SAE yang sesuai dengan standar maka kepercayaan konsumen akan produk Beras SAE ini akan selalu ada dan Lembaga Pertanian Sehat tidak kehilangan konsumenkonsumennya, sedangkan tujuan yang kedua adalah mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien. Tujuan ini merupakan tujuan jangka panjang dari Lembaga Pertanian Sehat yang dilakukan dengan mempersiapkan sebuah stratetegi yang terencana dan sinergis antara pihak Lembaga Pertanian Sehat dengan petani dan konsumen. Tidak lupa juga selalu melakukan evaluasi dari setiap jalur distribusi yang telah dilakukan dan melakukan pengawasan yang ketat. Berdasarkan hasil analisis prioritas kegiatan supply chain management dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik, maka didapatkan prioritas elemen-elemen dalam kegiatan supply chain management produk Beras SAE, yaitu:1) Lembaga Pertanian Sehat lebih mempertahankan kualitas beras dibandingkan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien. 2) Pada faktor yang mempengaruhi kegiatan supply chain management menjadikan sumber sebagai prioritas pertama dengan sub faktor yang utama adalah proses. 3) Prioritas kedua dari faktor yang mempengaruhi kegiatan supply chain management adalah pembuatan dengan sub faktor utamanya adalah organisasi atau sumber daya manusia. 4) Prioritas ketiga dari kegiatan supply chain management adalah perencanaan dengan sub faktor utamanya adalah Pengukuran atau pengontrolan. 5) Prioritas keempat dari kegiatan supply chain management adalah penjualan dengan sub faktor utamanya adalah strategi. 6) Prioritas kelima dari kegiatan supply chain management adalah agen dengan sub faktor utamanya adalah strategi. 7) Prioritas keenam dari kegiatan supply chain management adalah transportasi dengan sub faktor utamanya adalah evaluasi keberhasilan pengangkutan.

4 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kegiatan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Supply Chain Management Beras Sehat SAE adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini Bogor, Maret 2010 Muhammad Pintor Nasution H

5 ANALISIS KEGIATAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BERAS SEHAT SAE MUHAMMAD PINTOR NASUTION H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi : Analisis Kegiatan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Supply Chain Management Beras Sehat SAE Nama : Muhammad Pintor Nasution NRP : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Heny K.S Daryanto, MEc NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Kegiatan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Supply Chain Management Beras Sehat SAE. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya. Bogor, Maret 2010 Muhammad Pintor Nasution H

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Juni Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H.Parlindungan Nasution dan Ibu Dra. Hj. Mimmy Farida Pohan, MAP. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Medan pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 13 Medan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 8 Medan pada tahun 2002 diselesaikan di SMUN 2 Panyabungan pada tahun Penulis diterima pada Program Studi Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003 dan menyelesaikannya pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sebagai bentuk rasa syukur kpada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada kepada: 1. Dr. Ir. Heny K.S Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian penulis yang telah meluangkan waktu untuk menyampaikan masukan dan saran. 3. Tintin Sarianti. SP, MM dan Rahmat Yanuar SP, MM selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Kedua orangtua, kakak dan adik (Kak Minda, Kak Ade, Weny) untuk setiap dukungan, inspirasi, cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Lembaga Pertanian Sehat yang memberikan saya kesempatan untuk melakukan penelitian. 6. Keluarga Bapak Togap dan Bunda Diah beserta anak (Bani dan Abi) atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Galih, Risman, Tyaz, Anggie, Moch Fajar, Andina, Balqis, Erni, Tami, Fitri, Yuli dan Teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. 8. Teman-teman seperantauan The LonchenG s (Aidil Azhari, Ryan Hidayat, Recta Maulana, Rahmat Rizki Nst, Dani Bayu Angkat, Rahmat Hamdani) yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Semua pihak yang terlibat dan tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Komoditas Beras Varietas Unggul Beras Aromatika (Frangrant Rice) Beras SAE (Sehat, Aman, Enak) Tinjauan Studi Terdahulu Studi Empiris Mengenai Supply Chain Management Studi Empiris Mengenai Beras III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Supply Chain Struktur Jaringan Supply Chain Proses Bisnis Supply Chain Komponen-Komponen Supply Chain Management Persyaratan Penerapan Supply Chain Management Tantangan Penerapan Supply Chain Management Rekayasa Ulang Perbaikan Pada Supply Chain Identifikasi Anggota Rantai Pasokan Analisis Pengambilan Keputusan Kerangka Pemikiran Operasinal. 44 IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data V GAMBARAN UMUM LPS Sejarah LPS Dompet Dhuafa Republika Aktivitas Lembaga Struktur Organisasi Produk LPS iii iv v

11 VI 5.5. Kegiatan SCM Beras SAE di LPS LPS sebagai Supplier LPS sebagai Manufacturer LPS sebagai Supplier IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYUSUNAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LPS Identifikasi Tujuan LPS dalam Melakukan Kegiatan SCM Identifikasi Faktor-faktor Penyusun Kegiatan Supply Chain Managemen LPS VII ANALISIS PRIORITAS KEGIATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LPS Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Tujaun Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen Faktor Kegiatan SCM Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen SubFaktor Kegiatan SCM Analisis Pengolahan Hasil Vertikal VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia Tahun Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nilai Skala Banding Secara Berbandingan Nilai Indeks Acak (RI) Matriks Berorde Dua sampai Delapan Enam Bidang Kegiatan Pokok LPS Produk Unggulan LPS Spesifikasi Persyaratan Mutu Beras SAE Daftar Harga Beras SAE Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horozontal antar Elemen Tingkat Dua Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Kegiatan SCM Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen Sub Faktor untuk Tujuan Mendapatkan Jalur Distribusi yang Efisien Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen Sub Faktor untuk Tujuan Mempertahankan Kualitas Beras... 96

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Flowchart Proses Rekayasa Ulang Supply Chain Management Implementasi Supply Chain Management Bagan Kerangka Pemikiran Oprasional Model Struktur Hierarki Proses Hierarki Analitik Matriks Pendapat Individu Matriks Pendapat Gabungan Hubungan Komunikasi Kepada Agen-Agen Model Hierarki Keputusan Kegiatan Supply Chain Management di Lembaga Pertanian Sehat Hasil Pengolahan Vertikal

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi LPS Alur Proses Produksi Beras SAE

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar ( orang 1 ) harus mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Pangan, khususnya beras merupakan komoditas yang penting dan strategis, karena merupakan kebutuhan pokok manusia yang hakiki yang setiap saat harus dapat dipenuhi. Kebutuhan pangan perlu diupayakan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, dan aman dikonsumsi. Tahun 2008 Indonesia mengalami swasembada beras dan mengurangi sama sekali impor berasnya 2. Terjadinya swasembada beras di tahun 2008 merupakan usaha bersama yang dilakukan semua pihak, baik dari pemerintah yang mendukung dan dari petani yang siap menerima dukungan pemerintah. Pemerintah yang siap membantu untuk menaikkan produktivitas petani dan petani yang siap menaikkan produksi padi Indonesia dan memperluas lahan yang dimilikinya. Pemerintah menggalakkan kembali penyuluh-penyuluh pertanian di lapangan dan memberikan subsidi pupuk dengan cara yang langsung ke petani, sedangkan petani memanfaatkan sebaik-baiknya program yang telah dilakukan oleh pemerintah. Perkembangan areal panen, produksi dan produktivitas padi Indonesia tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Indonesia Tahun Tahun Areal Panen Produktivitas Produksi (Ha) (Ton/Ha) (Ton) , , , , , Sumber : [18 Februari 2009] 1 [27 Januari 2009] 2 [15 Februari 2009]

16 Tabel 1 menunjukkan pada tahun rata-rata tingkat produktivitas padi di Indonesia adalah sebesar 4,665 Ton/Ha. Begitu juga dengan produksi padi secara nasional di Indonesia dari tahun mengalami peningkatan produksi dengan nilai rata-rata sebesar Ton. Meskipun produksi padi Indonesia beberapa tahun ini mengalami peningkatan, namun jumlah produksi tersebut belum dapat mengimbangi jumlah konsumsi beras penduduk Indonesia. Tingginya konsumsi beras mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaan beras. Mayoritas masyarakat Indonesia masih kuat mengidentikkan pangan dengan beras, sehingga mementingkan tersedianya beras dalam jumlah yang cukup. Menurut data Badan Pusat Statistik, tahun 2007 rata-rata konsumsi beras yang mencakup konsumsi langsung rumah tangga, konsumsi industri makanan, kebutuhan benih dan kegunaan lain mencapai 115,5 kilogram per kapita per tahun. Pada tahun 2006 konsumsi beras nasional lebih rendah dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 116,95 menjadi 115,33. Konsumsi beras nasional dinilai sangat tinggi dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kilogram per kapita per tahun dan Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun 3. Gaya hidup masyarakat dewasa ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi beras bukan hanya sekedar dikonsumsi, tetapi juga manfaat yang dihasilkan dari mengkonsumsi beras tersebut. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya tingkat kesadaran pendidikan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya kesehatan. Gaya hidup sehat memang menjadi pedoman baru kehidupan modern saat ini. Kekhawatiran timbulnya penyakit, pencemaran, ditambah kesadaran terhadap lingkungan menjadi salah satu penyebabnya. Oleh karena itu masyarakat mencari pangan yang lebih aman dan sehat untuk hidup yang lebih baik. Pangan organik menjadi salah satu cara tepat yang sesuai kriteria. Bahkan, gaya hidup organik belakangan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga masyarakat global. Mulai dari masyarakat di Amerika Serikat, hingga Eropa. Dari Indonesia sampai ke negeri sakura, berkembang hampir ke seluruh Asia, Australia dan Selandia Baru. 3 Endonesia. Beras Nasional 139 Kg/Kapita. 14 Juni [15 Februari 2009] 2

17 Pangan organik yang dikonsumsi saat ini adalah hasil dari pertanian organik. Dari sinilah muncul terobosan baru untuk membudidayakan beras organik. Beras organik, seperti halnya pangan sejenis lainnya, senantiasa dibutuhkan oleh tubuh untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Untuk menjadi sehat, minimal kita dapat mulai dengan apa yang kita makan sehari-hari. Apalagi, komposisi nasi (beras) menjadi makanan yang dikonsumsi setiap hari secara dominan, oleh karenanya nasi atau beras begitu berpengaruh bagi kesehatan. Beras organik merupakan beras yang ditanam di tanah yang ramah lingkungan. Proses pertumbuhannya tidak menggunakan pestisida kimia. Beras ini tumbuh di lahan yang sudah terbebas dari kontaminasi pestisida dengan ekosistem yang terjaga, dengan rentang waktu antara 5 tahun sampai 15 tahun. Selain harus mengembalikan ekosistem tanah, beras sehat ini juga mensyaratkan adanya lahan yang jauh dari polusi, seperti asap knalpot motor, limbah pabrik, dan pencemaran lainnya. Sistem pengairan harus baik dan tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian yang belum organik. Disamping itu lahan-lahan pertanian yang berada di sekitarnya pun tidak boleh menggunakan pestisida. Beberapa ciri maupun karakteristik beras organik dapat dideteksi melalui aromanya yang wangi, tampilan fisiknya yang bersih, licin dan putih. Rasanya pun gurih, tahan lama waktu matang serta kualitasnya lebih baik dari beras impor lainnya. Bahkan, bila dikonsumsi beras ini akan cepat mengenyangkan (LPS 2005) Berkembangnya pertanian organik mendukung program pemerintah dalam hal keamanan pangan yaitu suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia. Ini sesuai dengan UU No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun yang menegaskan bahwa pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang serta terjamin keamanannya. Lembaga Pertanian Sehat merupakan salah satu lembaga yang fokus dalam pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Lembaga ini juga adalah salah 3

18 satu lembaga yang mengembangkan bisnis usaha beras organik dari hulu sampai hilir. Beras organik yang dihasilkan Lembaga Pertanian Sehat diberi nama Beras SAE yang artinya beras yang Sehat, Aman dan Enak. Beras SAE adalah produk beras yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya (dibawah ambang batas kandungan pestisida yang boleh dikonsumsi oleh manusia). Sehat karena diolah dengan teknologi pertanian ramah lingkungan, Aman karena bebas residu pestisida berbahaya, Enak karena rasa nasinya yang pulen dan mempunyai aroma pandan. Beras SAE memiliki karakteristik yang khas; warna beras tidak terlalu putih tetapi jika dimasak memiliki warna nasi yang putih, pulen dan wangi. Beras SAE diproduksi dengan menggunakan teknologi pertanian ramah lingkungan. Hasil analisa dan uji laboratorium di Laboratorium BB Biogen Bogor menyatakan bahwa Beras SAE bebas residu pestisida golongan Organoklorin, Organophospate, Karbamat, dan Piretroid. 1.2 Perumusan Masalah Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti sekarang ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan dalam iklim persaingan. Usahausaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen. Pada dasarnya konsumen mengharapkan dapat memperoleh produk yang memiliki manfaat pada tingkat harga yang dapat diterima. Untuk mewujudkan keinginan konsumen tersebut maka setiap perusahaan berusaha secara optimal untuk menggunakan seluruh asset dan kemampuan yang dimiliki untuk memberikan value terhadap harapan konsumen. Implementasi upaya ini tentunya menimbulkan konsekuensi biaya yang berbeda di setiap perusahaan termasuk para pesaingnya. Untuk dapat menawarkan produk yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun standar yang sudah ditetapkan. 4

19 Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply Chain Management. Supply Chain Management sesungguhnya bukan merupakan suatu konsep yang baru. Supply Chain Management merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. Supply Chain Management merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik Faktor kunci untuk mengoptimalkan Supply Chain Management adalah menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara mata rantai, pergerakan barang efektif dan efesien yang menghasilkan kepuasan maksimal para pelanggan. Hal ini menunjukkan harus ada kerja sama yang erat antara pelaku dalam rantai pasokan, yang penting adalah adanya kesadaran dan kesediaan dari masing-masing pelaku untuk melakukannya agar rantai pasokan dapat berjalan lancar. Sebagai suatu lembaga yang bergerak secara mandiri dan profesional, Lembaga Pertanian Sehat memiliki beberapa permasalahan dalam kegiatannya sehingga berdampak terhadap kemampuan lembaga dalam menghasilkan laba dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Diantara permasalahan yang ada yaitu belum terintegrasinya antar mata rantai maupun fungsi di Lembaga Pertanian Sehat dengan petani di lapangan maupun konsumen akhir yang menyebabkan ketidakefesienan dalam kegiatan dan hasil produksi sehingga berimplikasi pada peningkatan biaya. Adapun rantai kegiatan Supply Chain Management Beras SAE yaitu Petani-Penggilingan-Lembaga Pertanian Sehat- 5

20 Agen-Konsumen. Di rantai kegiatan Supply Chain Management Lembaga Pertanian Sehat berperan sebagai supplier, manufakturer dan distributor. Sebagai supplier Lembaga Pertanian Sehat menyediakan bibit unggul, obat-obatan yang ramah lingkungan dan memberikan penyuluhan-penyuluhan ke petani-petani binaan. Sebagai manufacturer beras yang sudah dihasilkan oleh petani diolah kembali oleh Lembaga Pertanian Sehat dengan mencampur beras di tempat penggilingan yang telah bekerja sama dengan Lembaga Pertanian Sehat dan mengemasnya kembali ke tempat yang sudah ditentukan dengan ukuranukuran tertentu, sedangkan sebagai distributor menyalurkan beras yang sudah dihasilkan dan dikemas, ke agen-agen yang telah menjalin kerjasama ataupun ke konsumen yang memesan langsung ke kantor Lembaga Pertanian Sehat dalam jumlah tertentu. Banyaknya fungsi yang dilakukan Lembaga Pertanian Sehat dalam mata rantai kegiatan Supply Chain Management seharusnya mengakibatkan pergerakan barang menjadi lebih efektif dan alur informasi yang diterima menjadi lebih tepat dan akurat, akan tetapi yang terjadi di lapangan menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Berdasarkan wawancara di Lembaga Pertanian Sehat alur informasi mengenai jumlah Beras SAE yang terjual di setiap agen kurang cepat diterima oleh pihak lembaga dan adanya pengeluaran biaya yang cukup besar mengenai pengiriman Beras SAE dari kantor yang berada di Bogor ke agen-agen yang ada berada di sekitar Jakarta, Tangerang dan Depok. Dengan demikian diperlukan perbaikan manajemen yang memandang keseluruhan kegiatan baik dari pemerolehan bahan baku, proses pengirimannya sampai ke konsumen (pelanggan) maupun proses pengembalian produk (return), dengan lebih terintegrasi, sehingga perusahaan dapat bertahan dan meningkatkan produktivitasnya di tengah pasar yang kompetitif. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegiatan Supply Chain Management Lembaga Pertanian Sehat, sehingga Lembaga Pertanian Sehat dapat lebih mengetahui kondisi atau posisinya dalam menentukan ukuran-ukuran pelaksanaan (performance metric) yang tepat agar dapat memperoleh keuntungan dalam jangka pendek dan jangka panjang. 6

21 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyusun Supply Chain Management yang dilakukan oleh Lembaga Pertanian Sehat pada produk beras SAE. 2. Menganalisis prioritas kegiatan Supply Chain Management beras SAE di Lembaga Pertanian Sehat. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Bagi Lembaga Pertanian Sehat, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional perusahaan dan dalam membuat rencana kerja selanjutnya. 2. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna sebagai bahan referensi atau sumber informasi. 3. Bagi penulis, sebagai syarat kelulusan sarjana, untuk menerapkan ilmuilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai Supply Chain Management. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada Lembaga Pertanian Sehat yang terletak di JL. Rancamaya No 22 Harjasari, Bogor Selatan. Pengamatan mengenai kegiatan Supply Chain Management dilakukan pada mata rantai supplier, manufacturer dan distributor, hal ini dikarenakan Lembaga Pertanian Sehat memfokuskan perannya di rantai tersebut. 7

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Komoditas Beras Tumbuhan padi (Oriza Sativa L.) termasuk golongan tumbuhan Gramineae yaitu tumbuhan yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi apa yang disebutkan lugulae (lidah) daun, dan bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi kelopak (Siregar 1981). Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman-tanamannya anakberanak. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu sangat singkat telah dapat membentuk satu dapuran, dimana terdapat atau lebih anakan/tunas-tunas baru. Kecepatan anak-beranak yang begitu pesat bisa menimbulkan kesulitan untuk mengetahui manakah di antara sejumlah batangbatangnya dalam satu rumpun itu yang merupakan batang utamanya, dan mana yang merupakan batang-batang dari anak/tunas baru. Kata "beras" mengacu pada bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi) dan lemma (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras. Berikut ini penjelasan mengenai anatomi, kandungan, macam dan warna beras menurut siregar (1981), yaitu : Anatomi beras Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari : 1. Aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit. 2. Endospermia, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan

23 3. Embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras. Kandungan beras Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air. Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat: 1. Amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang. 2. Amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket. Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-pencar (tidak berlekatan) dan keras. Macam dan Warna Beras Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia. 1. Beras Putih yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras. 2. Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. 3. Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam. 4. Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin. 5. Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam. Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak (misalnya 'Cianjur Pandanwangi' atau 'Rajalele'). Bau ini disebabkan beras melepaskan 9

24 senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur secara genetik dan menjadi objek rekayasa genetika beras. Aspek pangan Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Selain itu, beras merupakan komponen penting beras kencur dan param. Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan Air tajin. Dalam bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapisan aleuron), yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung rice bran. Bagian embrio juga diolah menjadi suplemen dengan sebutan tepung mata beras. Untuk kepentingan diet, beras dijadikan sebagai salah satu sumber pangan bebas gluten dalam bentuk berondong. Di antara berbagai jenis beras yang ada di Indonesia, beras yang bewarna merah atau beras merah diyakini memiliki khasiat sebagai obat. Beras merah yang telah dikenal sejak tahun 2800 SM ini, oleh para tabib saat itu dipercaya memiliki nilai nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Meski, dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi hasil analisis Murdani (2008) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr : 8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandungan tiaminnya yang lebih tinggi (0,12 mg : 0,31 mg) 4. Kekurangan tiamin bisa mengganggu sistem saraf dan jantung, dalam keadaan berat dinamakan beri-beri, dengan gejala awal nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, sernutan, jantung berdebar, dan refleks berkurang. Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah fosfor (243 mg per 100 gr bahan) dan selenium. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan, peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik-peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel hingga merusak membran tersebut, menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif 4 [16 Maret 2009] 10

25 lainnya. Karena kemampuannya itulah banyak pakar mengatakan bahan ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain. Dalam pengertian sehari hari yang dimaksud beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya (sekam), disebut beras pecah kulit (brown rice). Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling (milled rice). Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah dalam bentuk beras giling. Beras merupakan bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras memiliki rasa yang enak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia dan memiliki kandungan gizi lebih tinggi daripada jagung, kentang dan ketela. Beras termasuk komoditas strategis karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras dengan jumlah yang aman, harga terjangkau dan bergizi. Pemenuhan kebutuhan pangan tergantung pada produksi beras dalam negeri namun apabila belum terpenuhi maka dilakukan impor beras Varietas Unggul Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Hal ini dikarenakan varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus, seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan dan mutu produk tinggi. Pengembangan varietas padi unggulan harus tetap dilakukan agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang tidak hanya ditujukan pada pemenuhan keinginan petani tetapi juga keinginan konsumen beras. 11

26 Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2008) 5 varietas unggul terdiri dari beberapa macam diantaranya: 1) Varietas Unggul Nasional (UNGNAS) atau Varietas Unggul Biasa (improved national variety) atau Varietas Unggul Bogor seperti Bengawan, Si Gadis, Remaja dan Jelita. Varietas ini dihasilkan oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor sebelum tahun 1965 dan mempunyai daya produksi sedang. 2) Varietas Unggul Baru (VUB) Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik umur kisaran hari setelah sebar (HSS), anakan banyak (> 20 tunas/rumpun) dan bermalai agak lebat (± 150 butir gabah/malai). Varietas ini diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967, diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Filipina. Varietas ini mempunyai daya produksi yang tinggi dan responsif terhadap pemupukan tinggi (high yielding variety). 3) Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik postur tanaman tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (< 15 tunas/rumpun), berumur HSS, bermalai lebat (± 250 butir gabah/malai) dan berpotensi hasil lebih dari 8 ton gabah kering giling/ha. 4) Varietas Unggul Hibrida (VUH) Kelompok tanaman padi yang terbentuk dari individu-individu generasi pertama (F1) asal suatu kombinasi persilangan dan memiliki karakteristik potensi hasil lebih tinggi dari varietas unggul inhibrida yang mendominasi areal pertanaman produksi padi. 5) Varietas Unggul Lokal Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun-temurun oleh petani serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai negara. Varietas ini tidak termasuk Varietas Unggul Nasional (UNGNAS), tetapi di daerah tertentu mampu menghasilkan padi lebih tinggi atau menyamai padi UNGNAS. 5 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Varietas Unggul Padi Sawah : Pengertian dan Aspek Terkait. Bank Pengetahuan Padi Indonesia. 12

27 Dari berbagai varietas yang diatas ada yang dibudidayakan secara konvensional dan ada juga yang membudidayakannya secara organik. Secara konvensional berarti tanaman padi tersebut dibudidayakan dengan menggunakan obat-obatan, pupuk kimia, pestisida dengan sesuai dosis yang dianjurkan malah sebagian besar memberikan dosis yang berlebihan, sedangkan membudidayakan secara organik adalah keseluruhan sistem manajemen produksi pertanian yang menghindari penggunaan pupuk, pestisida sintetis dan organisme rekayasa genetik (GMO atau transgenik), meminimalkan polusi udara, tanah, dan air serta mengutamakan kesehatan dan produktivitas tanaman, binatang dan manusia. Dalam pelaksanaannya, pertanian organik mengurangi pemakaian masukan dari luar (external input) dengan jalan meniadakan penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetis. Sebagai gantinya, sistem pertanian organik, memanfaatkan sumber daya alami berupa pupuk organik, pestisida botani dan penggunaan bibit lokal atau yang bukan hasil rekayasa genetik. Dengan demikian pertanian organik dapat didefinisikan sebagai sistem pengelolaan produksi pertanian yang holistik yang mendorong dan meningkatkan kesehatan agroekosistem, termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologis tanah; dengan menekankan pada penggunaan input dari dalam dan menggunakan caracara mekanis, biologis dan kultural Beras Aromatika (Fragrant Rice) Padi atau beras aromatika adalah padi atau beras yang mengandung unsur aroma, pulen, wangi dan enak. Varietas padi yang bersifat aromatik misalnya padi Varietas Unggul Lokal Rojolele, Pandan Wangi, Mentikwangi dan Gandamana 6. Penanaman padi aromatik dapat memberikan nilai tambah bagi petani karena harganya lebih mahal dari harga padi biasa (tidak beraroma). Namun penanaman padi tersebut kurang berkembang karena umurnya relatif lebih panjang dan hasilnya tidak setinggi Varietas Unggul Nasional sehingga tidak cukup memenuhi permintaan pasar. Sementara tuntutan masyarakat produsen dan konsumen terhadap bahan pangan khususnya beras semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Keberhasilan pemenuhan tuntutan pangan harus 6 Balai Penelitian Tanaman Padi Jawa Tengah Padi Aromatik Varietas Sintanur. Bank Pengetahuan Padi Indonesia. 13

28 didukung dengan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, tahan hama/penyakit dan berkualitas baik. Pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian berupaya mengembangkan Varietas Unggul Baru yang bersifat aromatik diantaranya Bengawan Solo dan Sintanur Beras SAE (Sehat, Aman, Enak) Beras SAE diproduksi dengan menggunakan teknologi pertanian ramah lingkungan. Hasil analisa dan uji laboratorium di Laboratorium BB Biogen Bogor menyatakan bahwa beras SAE bebas residu pestisida golongan Organoklorin, Organophospate, Karbamat, dan Piretroid. Beras SAE memiliki karakteristik yang khas; warna beras tidak terlalu putih tetapi jika dimasak memiliki warna nasi yang putih, pulen dan wangi, sehingga Beras SAE termasuk beras aromatika. Beras SAE adalah beras yang dihasilkan oleh petani-petani binaan Lembaga Pertanian Sehat di 3 Kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu : Kecamatan Cigombong, Kecamatan Caringin dan Kecamatan Cijeruk. Teknis budidaya padi SAE sendiri kurang lebih sama dengan budidaya padi yang bukan organik. Hanya mulai dari pemilihan benih sampai proses pemanenan dilakukan secara ramah lingkungan. Lembaga Pertanian Sehat memberikan pengetahuan teknologiteknologi yang ramah lingkungan kepada petani binaan seperti : cara bercocok tanam terpadu dengan teknik legowo dan penggunaan bibit muda, pelatihan teknik dan praktik membuat kompos dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk serta teknik pembuatan pestisida nabati sebagai pengendali hama tanaman. Diharapkan dengan pelatihan-pelatihan tersebut para petani lebih memperhatikan kualitas beras yang dihasilkannya. Kualitas yang diharapakan yaitu yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan oleh Lembaga Pertanian Sehat yang secara garis besar merupakan beras yang tidak mengandung residu pestisida kimia yang kecil. Beras yang dikonsumsi setiap hari sangat berpotensi mengandung residu pestisida berbahaya. Menurut hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar beras yang dihasilkan dari jalur Pantura-Jawa Barat telah tercemar 5 jenis residu insektisida berbahaya, yaitu Klorporifos, Lindan, Endosulfan, BPMC, dan Karbofuran dengan residu yang telah melebihi batas aman. Residu pestisida kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang dikonsumsi akan 14

29 terakumulasi dalam tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan aktif yang bersifat racun dari pestisida kimia tidak terbuang ke luar tubuh, tetapi akan terakumulasi di dalam jaringan dan dapat memicu timbulnya kangker, penurunan kesuburan, gangguan fungsi syaraf, kerusakan hati, ginjal, dan paru-paru 7. Oleh karena itulah Lembaga Pertanian Sehat selalu melakukan penyuluhan-penyuluhan agar petani binaan menghasilkan beras yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan terutama dalam hal yang terkait dengan kesehatan. Selama dalam proses budidaya padi untuk menghasilkan Beras SAE, Lembaga Pertanian Sehat juga melakukan proses pendampingan, baik yang bersifat rutin pertemuan kelompok ataupun yang tidak rutin berupa kunjungan ke lokasi penanaman maupun kunjungan ke rumah-rumah petani. Pendampingan rutin dilakukan melalui pertemuan kelompok setiap satu minggu sekali secara bergiliran Tinjauan Studi Terdahulu Studi Empiris Mengenai Supply Chain Management Dari penelitian Noviyanti (2005) dengan judul Analisis Efesiensi Supply Chain Produk Benih Padi Pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) didapat beberapa permasalahan dalam kegiatan yang berdampak terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa permasalahan tersebut antara lain : pemanfaatan aset yang belum optimal dan kurang terintegrasinya antar mata rantai maupun fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Berpijak dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Supply Chain Management dengan menggunakan AHP dan SCOR sehingga proses kegiatan yang ada dilakukan secara optimal guna mengefesiensi kegiatan. Berdasarkan tujuh faktor supply chain, PT. Sang Hyang Seri (Persero) berada dalam kondisi perencanaan, pemerolehan sumber, pelaksanaan produksi, keberadaan toko, transportasi dan penjualan yang sedang, sedangkan spesifikasi 7 sae&catid=34:dummy [12 Januari 2010] 15

30 teknologi masih rendah. Keberadaan atau situasi ini disebabkan kurang terintegrasinya antara setiap mata rantai dalam sistem sehingga diperlukannya manajemen supply chain. Penelitian Arisandi (2006) dengan judul Analisis Sistem Pasokan Buah- Buahan Ke Ritel Modern Supply Chain Management (Kasus PT. Moena Putra Nusantara, Pondok Melati, Bekasi) bertujuan untuk (1) Mengetahui dan mengidentifikasi mekanisme sistem pengadaan dan pemasokan buah dalam memenuhi permintaan ritel modern. (2) Mengetahui struktur biaya pengadaan dan pemasokan yang dikeluarkan oleh perusahaan. (3) Mengetahui biaya imbangan. (4) Mengetahui marjin pemasaran beberapa komoditas buah, dan (5) Mengetahui hubungan Kelembagaan anggota rantai pasokan. Pada penelitian ini jenis buah yang dipilih sebagai contoh kasus penelitian dalam perhitungan marjin pemasaran adalah jambu biji merah dan semangka merah. Berdasarkan hasil perhitungan marjin pemasaran dapat diketahui bahwa tingkat marjiin pemasaran jambu biji merah pada sistem saluran pemasaran 1 dan 2 sebesar 73,45 %. Dengan kata lain, konsumen akhir harus mengeluarkan 73,45 % biaya tambahan dengan harga jual petani untuk mengkonsumsi produk tersebut yang didapatkan dari ritel, sedangkan untuk semangka merah tingkat marjin pemasarannya pada sistem saluran pemasaran 1 dan 2 berbeda yaitu sebesar 62,75 % dan 54,15 %dari harga konsumen akhir. Hal ini karena biaya produksi ditingkat produsen pada sistem saluran pemasaran tersebut berbeda. Penelitian Usman (2007) yang berjudul Analisis Kinerja Supply Chain Management Susu Cair Ultra High Temparature Full Cream (Studi Kasus di PT. Ultra Jaya Milk Industry and Trading, Kabupaten Bandung) secara keseluruhan tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja perusahaan dalam proses aplikasi SCM dalam meningkatkan daya saing perusahaan. Metode yang digunakan dalam proses analisis data adalah bersifat deskriptif analitik yang dipadukan dengan analisis kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Berdasarkan hasil brainstroming untuk pengendalian mutu dan bahan baku dari supplier, PT Ultrajaya Milk Industry and Trading menetapkan tiga standar utama mutu susu segar yaitu total plate count, total solid, dan berat jenis. Standar mutu susu segar yang tidak lolos standar PT Ultrajaya Milk Industry and Trading 16

31 unutk jumlah total plate count adalah lebih 15x10 6 unit/ml, untuk kadar total solid kurang dari 10.0 dan untuk berat jenis kurang dari g/ml. Berdasarkan hasil analisis diagram p Chart untuk total solid, pada periode tahun 2006 untuk pasokan susu segar yang berasal dari KPBS menunjukkan kondisi terkendali dengan ratarata proses pengamatan untuk mutu TS susu segar yang berasal dari KUD Sarwa Mukti terdapat kondisi di luar kendali mutu dengan rata-rata proses hal ini berada di atas batas kendali maksimal sebesar dengan frekuensi 3 kali sehingga kondisi ini dinyatakan tidak terkendali. Kesimpulan dari hasil penelitian ini pertama adalah mekanisme pengadaan bahan telah berjalan dengan baik dengan memperhatikan aspek mutu, harga, jumlah, dan waktu. Status kendali mutu total plate count dan berat jenis berada di luar kendali dan status kendali mutu total solid dalam kondisi terkendali. Tak ada kuota pasokan susu segar sehingga pemasok dapat mengirim susu segar dalam jumlah dan waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Mekanisme penetapan harga susu segar diterapkan oleh perusahaan berdasarkan mutu susu segar. Tingkat perputaran persediaan pada periode 2006 berkisar antara 1-2 kali dalam satu bulan. Implikasi penerapan pola procurement supply chain cost perusahaan dapat melakukan cost saving sebesar Rp ,00/tahun dan apabila menggunakan waktu rata-rata dalam proses perpendekan waktu proyek, perusahaan akan memperoleh tambahan pendapatan penjualan sebesar Rp ,00/tahun. Penelitian Juita (2007) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Petani untuk Berpartisipasi dalam Supply Chain Management (SCM) Manggis (Kasus Kampung Cengal, Karacak, Leuwiliang, Kabupaten Bogor) bertujuan untuk mengidentifikasi kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM berdasarkan karakteristiknya serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM. Berdasarkan karakteristik petani responden yang diteliti, diperoleh bahwa petani responden yang bersedia berpartisipasi dalam SCM berjumlah 25 orang dan yang tidak bersedia berjumlah 12 orang. Petani memiliki tingkat kesediaan tinggi adalah petani dengan jumlah tanggungan antara tujuh sampai sembilan orang, petani yang bergabung dalam koperasi, petani yang tamat sarjana, petani dengan harga 17

32 terima kurang dari 300 rupiah, dan petani dengan jumlah TM lebih dari 150 pohon. Berdasarkan analisis regresi logistik diketahui bahwa ada variabel bebas yang mempengaruhi tingkat kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM yaitu jumlah TM yang diusahakan (X 1 ), harga yang diterima (X 2 ), keanggotaan koperasi (X 3 ), pendidikan terakhir (X 4 ), dan jumlah tanggungan dalam keluarga (X 5 ). Pada taraf nyata (α) sebesar lima persen, diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM adalah variabel keanggotaan koperasi dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap kesediaan petani dalam menerapkan SCM adalah variabel harga tertinggi yang diterima, dan pendididkan terakhir. Dari peneltian didapatkan nilai p (p-value) lebih besar dari nilai taraf nyata (α). Nilai log likelihood sebesar -14,096 artinya model yang diperoleh sudah baik. Nilai p pada Hosmer-Lemeshow adalah 0,285 artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diduga dengan klasifikasi yang diamati. Nilai uji G sebesar 18,435 dengan nilai p = 0,002 menunjukkan bahwa ada sekurangkurangnya satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM. Persentase kebenaran model sebesar 89 persen, artinya sebesar 89 persen kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM dapat dijelaskan oleh variabel harga yang diterima petani, keanggotaan koperasi, jumlah TM yang diusahakan, jumlah tanggungan dalam keluarga dan pendidikan terakhir. Sisanya sebesar sebelas persen dijelaskan oleh komponen error. Dari keempat skripsi didapat persamaan bahwa topik yang diangkat sama, yakni sama-sama membahas tentang Supply Chain Management. Sedangkan perbedaan dari ketiga tersebut adalah dari alat analisis yang digunakan dan produk yang akan di teliti. Pada penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama dengan Noviyanty yaitu AHP, karena permasalahan yang dihadapi hampir sama dengan yang di Lembaga Pertanian Sehat Studi Empiris Mengenai Beras Penelitian Dudigunoviani (2009) dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) 18

33 bertujuan : 1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja; serta 2) Menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan usaha beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja. Penelitian di Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja ini dilakukan secara sengaja (purposive). Data analisis melalui perumusan strategi yang terdiri tahap masukan, tahap pemaduan dan tahap pemilihan strategi. Alat analisis yang digunakan adalah matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation), matriks IFE (Internal Factor Evaluation), matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats), matriks I-E (Internal-Eksternal) dan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning). Pada faktor eksternal peluang yang paling utama dapat dimanfaatkan adalah adanya program pemerintah Go Organic dengan nilai skor sebesar 0,396 dan nilai rating sebesar 4,000, sedangkan untuk ancaman terbesar yang harus diwaspadai Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah dengan nilai skor sebesar 0,337 dan nilai rating sebesar 3,333. Dari faktor EFE dan IFE dihasilkan nilai rata-rata EFE sebesar 3,300 dan IFE sebesar 2,506 sehingga menempatkan Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja pada sel 2. Posisi ini menggambarkan bahwa Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja berada dalam kondisi tumbuh dan harus lebih dibina lagi. Penelitian Astuti (2008) yang berjudul Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen Terhadap Beras di Kecamatan MulyoRejo, Surabaya, Jawa Timur mempunyai tujuan diantaranya : 1) Mengkaji karakteristik konsumen beras, 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian beras, 3) Menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras, 4) Menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, dan 5) Menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku konsumen. Hasil dari analisis karakteristik responden adalah sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, telah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, bersuku Jawa dan berada dalam usia matang sebagai pengambil keputusan 19

34 terkait dengan konsumsi beras. Beberapa perbedaan karakteristik responden berdasarkan kelas sosial terkait tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga per bulan. Semakin tinggi kelas sosial, tingkat pendidikan dan rata-rata pendapatan per bulan keluarganya akan semakin tinggi hal ini mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras. Motivasi utama mengkonsumsi beras adalah kebiasaan, responden mendapatkan informasi sebagian besar dari penjual, namun informasi yang paling dipercaya adalah informasi dari diri sendiri (ingatan). Pertimbangan awal yang utama bagi kelas bawah dalam membeli beras adalah harga beras, sedangkan bagi kelas menengah dan kelas atas adalah penampakan fisik. Beras yang dikonsumsi adalah beras domestik dan pembelian direncanakan. Kelas bawah melakukan pembelian hampir setiap hari dan tempat pembelian terbanyak adalah warung. Kelas menengah melakukan pembelian sebulan sekali dan tempat pembelian terbanyak adalah supermarket/mall. Sebagian besar responden berniat pembelian berulang. Semakin tinggi kelas sosial, rata-rata harga beras yang dikonsumsi semakin tinggi. Penelitian Murdani (2008) dengan judul Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) bertujuan untuk mengkaji keragaan usahatani dan menganalisis pendapatan usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang usahatani dan pemasaran beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Hasil analisis usahatani per musim diketahui pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total per hektar usahatani Pandan Wangi pada setiap musim lebih besar daripada Varietas Unggul Baru. Hasil analisis usahatani per 20

35 tahun diketahui pendapatan atas biaya tunai per hektar usahatani Pandan Wangi lebih kecil daripada Varietas Unggul Baru. Hal ini dikarenakan selisih antara penerimaan usahatani padi Varietas Unggul Baru dengan padi Pandan Wangi lebih besar daripada selisih antara total biaya tunai padi Varietas Unggul Baru dengan padi Pandan Wangi. Pendapatan atas biaya total per hektar per tahun padi Pandan Wangi lebih besar daripada padi Varietas Unggul Baru. Hal ini dikarenakan selisih antara penerimaan usahatani padi Varietas Unggul Baru dengan padi Pandan Wangi lebih kecil daripada selisih antara biaya total padi Varietas Unggul Baru dengan padi Pandan Wangi. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru di daerah penelitian berbeda. Pemasaran beras Pandan Wangi terdiri dari dua saluran yaitu (1) petani - pedagang di Pasar Tani Deptan - konsumen dan (2) petani - Gapoktan Citra Sawargi - CV. Quasindo - retail - konsumen. Pemasaran beras Varietas Unggul Baru terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani - pedagang pengumpul - konsumen ; (2) petani - pedagang pengumpul - pedagang besar (grosir) - konsumen dan (3) petani - pedagang pengumpul - pedagang pengecer - konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Dari ketiga skripsi yang diatas, produk yang diteliti adalah beras. Ketiga skripsi diatas memiliki tujuan yang berbeda mengenai produk yang mereka teliti. Penulis mengambil kedua skripsi ini sebagai contoh dikarenakan dari kedua skripsi ini berkaitan dengan rantai Supply Chain Management dalam hal rantai pemasaran produk beras yang dihasilkan dari tiap-tiap penelitian yang dilakukan, mulai dari petani sampai ke konsumen akhir yaitu konsumen rumah tangga. Secara ringkas studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. 21

36 Tabel 2. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Mona Noviyanti 2005 Analisis Efisiensi Supply Chain Produk Benih Padi Pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) SCOR, AHP Harris Arisandi Sofyan 2006 Analisis Sistem Pasokan Buah- Buahan Ke Ritel Modern Supply Chain Management (Kasus PT. Moena Putra Nusantara, Pondok Melati, Bekasi) Margin Tataniaga. Nova Juita 2007 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesediaan Petani Untuk Berpartisipasi dalam Supply Chain Management (SCM) Manggis (Kasus Kampung Cengal, Karacak, Leuwiliang, Kabupaten Bogor) Agus Usman 2007 Analisis Kinerja Supply Chain Management Susu Cair Ultra High Temparature Full Cream (Studi Kasus di PT. Ultra Jaya Milk Industry and Trading, Kabupaten Bandung) Dian Murdani 2008 Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) Endang Astuti Puji 2008 Analisis Preferensi dan Kepuasaan Konsumen Terhadap Beras di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur. Regresi (logit) Deskriptif Analitik, Tabulasi. Logistik Analisis Pendapatan, R/C ratio, Analisis Marjin, Farmer s share dan Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran) IPA, CSI Yenni Dudiagunoviani 2009 Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) Matriks EFE, IFE, SWOT, I-E, QSP. 22

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Supply Chain (SC) Supply Chain (rantai pasokan) adalah suatu kelembagaan yang menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Kata penyaluran mungkin kurang tepat karena istilah supply meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari bahan mentah menjadi barang jadi (Indrajit dan Djokopranoto, 2002). Dalam Tunggal (2008), Supply Chain terdiri atas 3 elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu : 1. Struktur jaringan Supply Chain Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota Supply Chain lainnya. 2. Proses bisnis Supply Chain Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan. 3. Komponen manajemen Supply Chain Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang Supply Chain. Pelaksanaan Supply Chain meliputi pengenalan anggota Supply Chain dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan dengan tiap anggota inti dan jenis penggabungan apa yang diterapkan pada tiap proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan persaingan dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh anggotanya, termasuk pelanggan akhir. Dalam manajemen rantai pasokan terdapat enam faktor kunci manajemen rantai pasokan dalam pengusahaan rantai pasokan yang optimal. Enam faktor kunci tersebut antara lain : 1. Memfokuskan pada pelanggan dan konsumen. 2. Menciptakan dan membagi nilai. 3. Memperoleh produk yang tepat.

38 4. Memastikan proses logistik dan distribusi yang efektif. 5. Memiliki strategi informasi dan komunikasi. 6. Membangun hubungan yang efektif. Enam prinsip kunci di atas digunakan untuk mengetahui cara pandang anggota rantai pasokan terhadap rantai pasokan yang telah berjalan sehingga dapat diidentifikasi bagian dalam rantai pasokan yang memerlukan perbaikan. Perbaikan pada salah satu anggota rantai pasokan untuk memberikan perhatian secara langsung meningkatkan penampilan keseluruhan rantai pasokan Struktur Jaringan Supply Chain Menurut Tunggal (2008) anggota Supply Chain meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan utama baik secara langsung maupun tidak langsung melalui supplier atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption. Primary members (anggota primer) adalah semua perusahaan/unit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar. Secondary member (anggota sekunder) adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer di Supply Chain, misalnya: agen-agen ekspedisi yang menyewakan truk, bank-bank yang memberi pinjaman uang bagi retail, perusahaan-perusahaan yang menyediakan peralatan produksi, pencetak brosur dan semua anggota yang tidak secara langsung berpartisipasi atau memberi nilai tambah proses dari perubahan-perubahan masukan menjadi keluaran untuk pelanggan akhir. Perusahaan yang sama bertindak sebagai anggota primer maupun sekunder, contohnya perusahaan OEM (Original Equipment Manufacturer) yang membeli peralatan produksi pada seorang supplier. Sepanjang OEM membuat produk baru dan berhubungan erat dengan supplier ini maka supplier termasuk anggota primer, tapi bila ditinjau dari proses manajemen aliran produksinya, karena penyediaan alat tidak secara langsung dengan sendirinya menambah nilai pada keluaran proses, walaupun ada nilai tambah maka supplier termasuk anggota sekunder. Melalui defenisi anggota primer dan sekunder diperoleh pengertian the point of origin dari supply chain adalah titik dimana tidak ada supplier primernya. 24

39 Semua supplier adalah anggota sekunder, sedangkan point of consumption adalah titik dimana tidak ada pelanggan utama Proses Bisnis Supply Chain Bila dua perusahaan membina hubungan, aktivitas-aktivitas internal mereka akan terhubung dan tersusun bersama di antara keduanya, sebagai contoh aktivitas internal perusahaan dihubungkan dan mempengaruhi akitivitas internal distributor dan sebaliknya juga dapat berhubungan dengan aktivitas retail. Akhirnya, aktivitas retail berhubungan dan mempengaruhi pelanggan akhir. Dengan demikian, keberhasilan Supply Chain Management memerlukan perusahaan dalam fungsi individual untuk menyatukan aktivitas-aktivitas pada proses bisnis inti supply chain dan mengkoordinasikannya. Sebelum menguraikan proses bisnis inti supply chain yang terdiri dari delapan proses, perlu ditambahkan keberhasilan supply chain management juga memerlukan : Dukungan sumber daya manusia, kepemimpinan dan komitmen untuk berubah Memahami sejauh mana perubahan yang diperlukan. Menyetujui visi dan proses inti proses supply chain management. Komitmen pada perlunya sumberdaya dan kekuasaan atau wewenang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikuti ini akan diuraikan proses-proses bisnis inti supply chain management menurut Tunggal (2008) : 1. Customer Relationship Management (CRM) Langkah pertama SCM adalah mengidentifikasi pelanggan utama atau pelanggan yang kritis dengan misi dagang perusahaan. Rencana bisnis adalah titik awal identifikasi. Tim pelayanan pelanggan (customer service) membuat dan melaksanakan program-program bersama, persetujuan produk dan jasa ditetapkan pada tingkat kinerja tertentu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Untuk pelanggan baru, kembangkan komunikasi dan prediksi yang lebih baik atas demand pelanggan. Lalu tim customer service bekerja sama dengan pelanggan mengidentifikasi dan menghilangkan sumber-sumber variabilitas demand. Terakhir para manager mempelajari evaluasi-evaluasi 25

40 untuk menganalisa pelayanan seperti apa yang akan diberikan pada pelanggan tersebut juga keuntungan yang diperoleh. 2. Customer Service Managament (CSM) Customer Service Managament merupakan sumber tunggal informasi pelanggan yang mengurus persetujuan produk dan jasa. Customer service memberitahukan pelanggan informasi mengenai tanggal pengiriman dan ketersediaan produk melalui hubungannya dengan bagian produksi dan distribusi. Pelayanan setelah penjualan juga diperlukan, intinya harus secara efesien membantu pelanggan mengenai aplikasi dan rekomendasi produk. 3. Demand Management Proses ini harus menyeimbangkan kebutuhan pelanggan dengan kemampuan supply perusahaan, menentukan apa yang akan dibeli pelanggan dan kapan. Sistem managament demand yang baik menggunakan data point-of-sale dan data pelanggan inti untuk mengurangi ketidakpastian dan aliran yang efisien melalui supply chain. 4. Customer Pesanan Fulfillment Proses penyelesaian ini secara efektif memerlukan integrasi rencana kerja antara produksi, distribusi dan transportasi. Hubungan dengan rekan kerja yakni anggota primer supply chain dan anggota sekunder diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi total biaya kirim pelanggan. 5. Manufacturing Flow Management Biasanya perusahaan memproduksi barang lalu dibawa kebagian distribusi berdasarkan ramalan historik. Produk dihasilkan untuk memenuhi jadwal produsksi. Seringkali produk yang salah mengakibatkan persedian yang tidak perlu, meningkatkan biaya penanganan atau penyimpanan dan pengiriman produk terhambat. Dengan Supply Chain Management, produk dihasilkan berdasarkan kebutuhan pelanggan. Jadi barang produksi harus fleksibel dengan perubahan di pasar. Untuk itu diperlukan kemampuan berubah secara cepat untuk menyesuaikannya dengan variasi kebutuhan massal. Untuk mencapai proses produksi tepat waktu dengan ukuran lot minimum, manager harus berfokus apada biaya-biaya setup/perubahan yang rendah termasuk 26

41 merekayasa ulang proses, perubahan dalam desain produk dan perhatian pada rangkaian produk. 6. Procurement Membina hubungan jangka panjang dengan sekelompok supplier dalam arti hubungan win-win relationship akan mengubah sistem beli tradisional. Melibatkan supplier sejak tahap desain produk akan mengurangi siklus pemgembangan produk dan juga koordinasi antara engineering, purchasing, dan supplier pada tahap akhir desain. Untuk mempercepat transfer data dan komunikasi, purchasing dapat menggunakan fasilitas EDC (Electronic Data Change). 7. Pengembangan produk dan komersialisasi Untuk mengurangi waktu masuknya produk ke pangsa pasar, pelanggan dan supplier seharusnya dimasukkan kedalam proses pengembangan produk. Bila siklus produk termasuk singkat maka produk yang tepat harus dikembangkan dan diproduksi pada waktu singkat dan tepat agar perusahaan kuat bersaing. Manager pengembangan produk dan komersialisasi sebaiknya : - Mengkoordinasikan dengan CRM untuk mengidentifikasi kebutuhankebutuhan pelanggan yang telah tertampung maupun yang belum ditampung. - Memilih material dan supplier yang berhubungan dengan bagian procurement. - Mengembangkan teknologi produksi dan aliran produksi untuk mengakses kemampuan produksi dan integrasi ke dalam aliran supply chain yang terbaik untuk penggabungan produk/pasar. 8. Retur Proses manajemen retur yang efektif memungkinkan kita mengidentifikasi produktivitas kesempatan memperbaiki dan menerobos proyek-proyek agar dapat bersaing. Ketersediaan retur (return to availabe) adalah pengukuran waktu siklus yang diperlukan untuk mencapai pengembalian aset (return on asset) pada status yang digunakan. Pengukuran ini penting bagi pelanggan yang memerlukan produk pengganti dalam waktu singkat bila terjadi produk 27

42 gagal. Selain itu, perlengkapan yang digunakan untuk scarp dan waste dari bagian produksi diukur pada waktu organisasi menerima uang cash. Ringkasnya, tujuan atau hasil dari proses SCM ini adalah : - Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat memberikan persetujuan produk dan jasa yang menguntungkan kedua belah pihak pada pelanggan penting secara strategik. - Membuat kontak hubungan yang secara efesien menangani pertanyaanpertanyaan dari semua pelanggan. - Secara terus menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply. - Mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara tepat pada perubahan kondisi pasar. - Mengatur hubungan supplier sehinga quick response dan perbaikan berkesinambungan dapat berjalan lancar. - Pengiriman pesanan tepat waktu dan waktu 100% - Minimasi waktu siklus ketersediaan retur (return to avalaible) Komponen-Komponen Supply Chain Management Komponen-komponen manajemen bersifat kritis dan fundamental bagi keberhasilan Supply Chain Management karena dibutuhkan untuk menunjukkan dan menentukan bagaimana setiap jaringan proses disatukan dan disusun. Tingkat integrasi dan manajemen sebuah jaringan proses bisnis merupakan fungsi dari angka dan tingkat yang disusun dari rendah sampai yang tinggi dari komponenkomponen manajemen yang ditambahkan ke jaringan. Penambahan komponenkomponen atau peningkatan tingkat tiap komponen dapat meningkatkan tingkat integrasi dari jaringan proses bisnis. Rekayasa ulang proses bisnis dan hubungan buyer-supplier menganjurkan diperbanyak kemungkinan komponen yang harus menerima perhatian manajerial ketika mengatur hubungan Supply Chain. Tiap komponen dapat memiliki beberapa subkomponen dimana kepentingannya dapat berubah-ubah sesuai dengan proses yang sedang disusun, tetapi komponen-komponen utamanya menurut Tunggal (2008) adalah: 28

43 1) Metode perencanaan dan pengendalian 2) Struktur aliran kerja/aktivitas kerja 3) Struktur organisasi 4) Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi 5) Struktur aliran produk 6) Metode manajemen 7) Struktur wewenang (power) dan kepemimpinan (leadership) 8) Struktur risiko dan reward 9) Budaya dan sikap Metode Perencanaan dan Pengendalian Perencanaan dan pengendalian operasi merupakan kunci untuk menuntun organisasi atau Supply Chain ke arah yang diinginkan. Perencanaan yang meliputi banyak aspek akan berpengaruh penting pada keberhasilan Supply Chain. Walaupun komponen-komponen yang berbeda dapat ditekankan pada waktu yang berbeda selama siklus pelaksanaan Supply Chain, tetapi dengan adanya perencanaan, pelaksanaannya akan melebihi tahap-tahap tersebut. Aspek pengendalian sendiri berfungsi sebagai kinerja pengukuran terbaik untuk mengukur keberhasilan Supply Chain. Struktur Aliran kerja/aktivitas Kerja Struktur aliran kerja/aktivitas kerja menunjukkan bagaimana perusahaan menyampaikan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitasnya. Tingkat integrasi prosesproses yang melalui Supply Chain merupakan pengukuran struktur organisasi. Struktur Organisasi Struktur organisasi dapat berdasarkan perusahaan individu dan Supply Chain. Kegunaan dari tim cross-functional menyarankan suatu pendekatan proses. Bila tim ini melewati perbatasan organisasi, misalnya personil supplier dalam pabrik, Supply Chain tersebut seharusnya menjadi lebih bersatu. Struktur Fasilitas Aliran Komunikasi dan Informasi Struktur fasilitas aliran informasi memiliki pengaruh yang kuat pada keefesienan Supply Chain dan merupakan komponen utama yang menyatukan sebagian atau seluruh bagian Supply Chain. 29

44 Struktur Fasilitas Aliran Produk Struktur fasilitas aliran produk berhubungan dengan jaringan struktur sourcing, produksi dan distribusi Supply Chain. Dengan pengurangan persediaan, lebih sedikit gudang yang dibutuhkan. Persediaan memang diperlukan dalam sistem, tetapi penyimpanan sejumlah persediaan pada bagian tertentu kadangkadang bisa tidak proporsional. Bila persediaan barang belum jadi atau barang setengah jadi lebih murah daripada persediaan barang jadi, anggota-anggota upstream akan lebih banyak terbebani. Rasionalnya jaringan Supply Chain telah melibatkan seluruh anggota. Pokok persoalan struktur produk termasuk bagaimana mengkoordinasi perkembangan produk baru, yaitu melalui Supply Chain dan portfolio produk. Kekurangan koordinasi dalam perkembangan produk baru dapat mengakibatkan ketidakefesienan dalam produksi, tetapi juga berisiko atas pemberian informasi yang tidak tepat. Kerumitan produk akan mempengaruhi jumlah supplier atas komponen-komponen yang berbeda dan tantangan dari penyatuan Supply Chain. Metode Manajemen Metode manajemen meliputi filosogi perusahaan dan teknik manajemen. Sulit untuk menyatukan struktur organisasi top-down dengan struktur bottom-up. Tingkat keterlibatan manajemen dalam operasi sehari-hari dapat berbeda antar anggota Supply Chain. Struktur Wewenang dan Kepemimpinan Struktur wewenang dan kepemimpinan melalui Supply Chain akan mempengaruhi formatnya. Satu pemimpin yang kuat akan mengendalikan arah Supply Chain. Selama ini oleh ada satu atau dua pemimpin yang kuat di antara perusahaan-perusahaan karena latihan atau kekurangan tenaga akan mempengaruhi tingkat komitmen dari anggota-anggota Supply Chain lainnya. Sharing Risiko dan Reward Antisipasi dari sharing risiko dan reward melalui Supply Chain mempengaruhi komitmen jangka panjang anggota-anggotanya. Pemecatan pada suatu supplier menunjukkan komitmen perusahaan/lembaga kepada supplier lainnya dan keberadaan dari anggota Supply Chain lainnya. 30

45 Budaya dan Sikap Menghubungkan budaya dan sikap-sikap individu memerlukan waktu, tetapi diperlukan beberapa tingkat Supply Chain sebagai jaringan yang terkoordinasi. Aspek-aspek budaya meliputi bagaimana pegawai dihargai dan digabungkan ke dalam manajemen dari perusahaan tersebut. Rancangan Supply Chain (Supply Chain Design) Manajemen suatu perusahaan seharusnya terlibat dalam proses rancangan Supply Chain saat sedang memperkenalkan produk baru atau ketika keberadaan Supply Chain mengecewakan. Proses rancangan Supply Chain menurut Tunggal (2008) : 1. Membuat tujuan Supply Chain 2. Merumuskan strategi Supply Chain 3. Menentukan alternatif struktur Supply Chain 4. Mengevaluasi alternatif struktur Supply Chain 5. Memilih struktur Supply Chain 6. Menentukan alternatif untuk anggota-anggota individu Supply Chain 7. Mengevaluasi dan memilih anggota-anggota individu Supply Chain 8. Mengukur dan mengevaluasi hasil Supply Chain 9. Mengevaluasi alternatif Supply Chain bila kinerja tujuan tidak tercapai atau terdapat pilihan-pilihan baru yang lebih menarik. Perspektif Pengusaha Pengusaha memiliki kekuatan pasar bila pelanggan membeli produknya. Pada kasus ini, retail dan pedagang grosir akan merasa khawatir terhadap pasar, bisa jadi karena keberadaan pengusaha baru dan produk-produk baru yang akan turut bersaing menarik pelanggan juga. Dengan meningkatnya penggabungan pengusaha, pedagang grosir, dan retail baik nasional maupun global akan menghasilkan kekuatan pada retail bila mereka telah mengakses sejumlah besar konsumen. Penggabungan pengusaha menghasilkan pengurangan sekumpulan supplier global yang memproduksi barang-barang ke para konsumen. Pengusaha kecil kurang dikenal akan menemukan kesulitan menarik anggota Supply Chain baik untuk keberadaannya di pasaran maupun penawaran produk baru. Misalnya terlihat dari seorang pengusaha yang memiliki kekurangan 31

46 kekuatan pasar ketika memasuki negosiasi Supply Chain. Selain itu, finansial juga menentukan kemampuan seorang pengusaha untuk menampilkan fungsi-fungsi marketing secara internal, sedangkan pengusaha-pengusaha kecil umumnya tidak mampu menyalurkan secara langsung kepada retail atau secara geografis mengedarkan pada pelanggan pelanggan industri, oleh karena itu harus bergantung pada pedagang-pedagang grosir. Tambahan lagi, pada beberapa lokasi yang menerima perantara tidak tersedia di beberapa jalur perdagangan. Bahkan pengusaha dari full line produk yang secara geografis telah menghimpun para pelanggan juga menemukan saluran langsung yang kurang menguntungkan dibandingkan saluran tidak langsung untuk beberapa produk dan pelanggan. Perspektif Pedagang Grosir (The Wholesaler s Perspective) Kekuatan pedagang grosir lebih besar bila retailer memesan sejumlah kecil dari tiap produk pengusaha atau beberapa pengusaha yang terlibat telah membatasi sumber-sumber finansial. Untuk beberapa produk seperti peralatan Whirlpool, perhiasan dan pakaian, harga per unit dan batas marjin akan cukup besar bila pengusaha menjual langsung kepada para retail, walapun item terjual untuk retailer sedikit, tetapi para pengusaha dari item-item low-value atau lowmargin seperti rokok dan beberapa jenis item makanan akan memperoleh keuntungan walaupun hanya menjual melalui pedagang grosir, meskipun setiap retail dapat memesan dalam kuantitas yang relatif besar. Kekuatan finansial pedagang grosir dan distributor menentukan jumlah pelayanan yang dapat mereka berikan. Setiap pelayanan menunjukkan kesempatan yang menguntungkan selain risiko dan biaya yang berhubungan. Kehadiran dan ketidakhadiran perusahaan-perusahaan lain yang menawarkan pelayanan yang sama mempengaruhi kekuatan pasar dari pedagang grosir secara individu. Secara tradisional para pedagang grosir telah bersifat kedaerahan dalam lapangan. Persperktif Retail Retail muncul ketika mereka menyediakan bermacam-macam produk penting, ketersediaan produk, harga dan image pada pasar geografik yang telah ditentukan. Tingkat preferensi pelanggan (kesetiaan dikarenakan jasa pelanggan dan kinerja harga/nilai) yang dinikmati retail secara langsung mempengaruhi kemampuannya untuk bernegosiasi dengan anggota Supply Chain lainnya. 32

47 Kecakapan finansial dan ukuran retail juga menentukan tingkat pengaruhnya pada anggota-anggota lainnya Persyaratan Penerapan Supply Chain Management Sebagai suatu konsep yang melibatkan banyak pihak sebagai mata rantai, supply chain management menuntut beberapa persyaratan yang tidak hanya terkait dengan material, tetapi juga informasi. Syarat utama dari penerapan supply chain management tentunya dukungan manajemen. Manajemen semua level dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian. Selain dukungan manajemen, syarat lain merupakan syarat yang melibatkan faktor eksternal yaitu pemasok dan distributor. Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan kontrak kerja dengan para pemasok, maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan evaluasi pemasok. Sebagi catatan, melaksanakan evaluasi pemasok untuk pemasok yang bermain dalam pasar yang monopoli tentunya sulit dan tidak bisa dilaksanakan, sehingga yang perlu dilakukan untuk kondisi ini adalah membangun kemitraan dalam suatu kesepakatan. Evaluasi pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih dari satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi pemasok, yaitu: keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan material. Beberapa contoh indikator dari setiap kriteria evaluasi pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002): 1. Keadaan umum pemasok a. Ukuran atau kapasitas produksi b. Kondisi finansial c. Kondisi operasional d. Fasilitas riset dan desain e. Lokasi geografis f. Hubungan dagang antar industri 2. Keadaan pelayanan a. Waktu penyerahan material b. Kondisi kedatangan material 33

48 c. Kuantitas pemesanan yang ditolak d. Penanganan keluhan dari pembeli e. Bantuan teknik yang diberikan f. Informasi harga yang diberikan 3. Keadaan material a. Kualitas material b. Keseragaman material c. Jaminan dari pemasok d. Keadaan pengepakan (pembungkusan) Dari ketiga kriteria tersebut, bobot (berdasarkan tingkat kepentingan) yang terbesar diberikan pada kriteria keadaan material, karena keadaan material akan mempengaruhi kinerja fungsi produksi dan operasi khususnya kualitas produk, selanjutnya dilakukan penilaian untuk setiap indikator dan dihitung total skor-nya. Syarat berikutnya adalah pemilihan distributor sebagai perantara produk perusahaan sampai ke tangan konsumen akhir. Intensitas saluran distribusi yang ideal bagi suatu perusahaan adalah bagaimana menyajikan jenis produk secara luas dalam pemuasan kebutuhan konsumen. Penggunaan distributor yang terlalu sedkit dapat membatasi penyebaran jenis produk dalam aktivitas pemasaran. Sebaliknya, penggunaan distributor yang terlalu banyak dapat mengganggu brand image dalam posisinya berkompetisi. Satu kunci yang penting dalam mengelola saluran distribusi adalah menentukan berapa banyak saluran distribusi yang dikembangkan serta membentuk suatu pola kemitraan yang menunjang pemasaran suatu produk dalam area pemasaran tertentu. Satu lagi persyaratan yang penting dalam penerapan supply chain management adalah transparansi arus informasi. Untuk dapt mendukung arus informasi yang transparan dari seluruh mata rantai yang terlibat dalam supply chain management diperlukan komitmen (dapat dicapai melalui kemitraan dan kesepakatan) disertai dengan ketersediaan database. Konsep database yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya kumpulan data yang dikelola dan dikendalikan secara terpusat, melainkan data tersebut harus memenuhi lima kriteria sebagai berikut : 34

49 1. Ketersediaan, kapanpun diperlukan harus tersedia disertai dengan kemudahan akses. 2. Kemampuan dipergunakan untuk berbagi kebutuhan terkait 3. Kemampuan data untuk selalu berkembang dalam konteks yang efektif 4. Jumlah data tidak tergantung kondisi fisik penyimpan data (penyimpan data yang harus menyesuaikan jumlah data) 5. Konsistensi dan validitas data Tantangan Penerapan Supply Chain Management Meskipun supply chain management memiliki banyak manfaat dalam menjalankan sistem produksi dan operasi di perusahaan, tetapi ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dan disikapi oleh perusahaan apabila akan menerapkannya. Tantangan yang pertama berasal dari lingkungan makro dan juga lingkungan eksternal. Misalnya saja trend perekonomian global yang menunjukkan adanya kecenderungan inflasi, khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena persaingan di tingkat global memang sangat meningkat. Selain itu juga kecenderungan perilaku konsumen yang menunjukkan sikap terlalu rumit dan banyak menuntut. Faktor eksternal lain adalah perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang terkait dengan teknologi informasi sedapat mungkin diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkan supply chain management sehingga dapat mengelola informasi yang bergerak sangat cepat untuk menanggapi perpindahan produk, sehingga sangat perlu bagi perusahaan yang menerapkan supply chain management untuk memiliki peralatan fungsional seperti (Watanabe, 2001): 1. Demand management / forecasting 2. Advanced planning and scheduling 3. Transportation management 4. Distribution and deployment 5. Production planning 6. Available to promise 7. Supply Chain Modeler 8. Optimizer (Linier programming, non linier programming, heuristic, dan genetic algorithm) 35

50 Demand management/forecasting Perangkat peralatan dengan menggunakan teknik-teknik peramalan secara statistik. Perangkat ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil peramalan yang lebih akurat. Advanced planning and schedulling Suatu peralatan dalam rangka menciptakan taktik perencanaan, jangka menengah dan panjang berikut keputusan-keputusan menyangkut sumber yang harus diambil dalam rangka melengkapi jaringan supply. Transportation management Suatu fungsi yang berkaitan dengan proses pendistribusian produk dalam supply chain. Distribution and deployment Suatu alat perencanaan yang menyeimbangkan dan mengoptimalkan jaringan distribusi pada waktu yang diperlukan. Dalam hal ini, Vendor Managed Inventory dijadikan pertimbangan dalam rangka optimalisasi. Production planning Perencanaan produksi dan jadwal penjualan menggunakan taraf yang dinamis dan teknik yang optimal. Available to-promise Tanggapan yang cepat dengan mempertimbangkan alokasi, produksi dan kapasitas transportasi serta biaya dalam keseluruhan rantai supply. Supply chain modeler Perangkat dalam bentuk model yang dapat digunakan secara mudah guna mengarahkan serta mengontrol rantai supply. Melalui model ini, mekanisme kerja dari konsep supply chain dapat diamati. Optimizer The optimizer ibarat jantung dari sistem supply chain management. Dalamnya terkandung: linear & integer programming, non-linear programming, heuristics and genetic algorithm. Genetic algorithm adalah suatu computing technology yang mampu mencari serta menghasilkan solusi terbaik atas jutaan kemungkinan kombinasi atas setiap parameter yang digunakan. 36

51 Selain tantangan-tantangan tersebut, tantangan yang juga sering dihadapi khususnya negara berkembang adalah masalah infrastruktur termasuk birokrasi yang rumit. Masalah ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap tantangan supply chain management yang lain, yaitu teknologi informasi. Di sisi lain, ada juga tantangan yang dapat digolongkan dalam lingkungan mikro atau di lingkungan perusahaan itu termasuk stakeholdernya. Mengingat sebuah rantai supply chain terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh beberapa perusahaan, maka pengelolaannya tidak mudah. Kompleksitas permasalahan meningkat dengan cepat begitu pertimbangan-pertimbangan aliran produk dan informasi dilihat dalam lingkungan keseluruhan supply chain dari ujung hulu ke ujung hilir. Karena kompleksnya permasalahan pengelolaan tersebut, banyak sekali tantangan yang bisa mengakibatkan kegagalan pengelolaan sebuah supply chain. Lee & Bilington (1992) mendeskripsikan 14 tantangan yang harus diperhatikan dalam supply chain management, yaitu: 1. Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan dengan baik, setiap channel menentukan ukuran sendiri-sendiri, dan tidak ada perhatian untuk membuat joint matrics yang mengukur kinerja rantai secara keseluruhan. 2. Customer service tidak didefinisikan dengan jelas, tidak ada pengukuran terhadap kelambatan respon dalam pelayanan, dan sebagainya. 3. Status data pengiriman yang tidak akurat dan sering terlambat. 4. Sistem informasi tidak efisien. 5. Dampak ketidakpastian diabaikan. 6. Kebijakan inventori terlalu sederhana, faktor-faktor ketidakpastian tidak diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan tersebut, kadangkadang terlalu statis dan generik. 7. Diskriminasi terhadap internal customer. Prioritasnya rendah, service levelnya tidak terukur, sistem insentifnya tidak tepat. 8. Koordinasi antar aktivitas supply, produksi, dan pengiriman tidak bagus. 9. Analisis metode-metode pengiriman tidak lengkap, tidak ada pertimbangan efek persediaan dan waktu respon. 10. Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak tepat. 37

52 11. Ada kendala komunikasi antar organisasi. 12. Perancangan produk maupun proses tidak memperhitungkan konsep supply chain. 13. Perancangan dan operasional supply chain dibuat secara terpisah. 14. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal saja, tidak bisa membedakan antara immediate customers dengan end customers. Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus melakukan perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal perusahaan tersebut, baru kemudian membangun kemitraan dan komitmen dengan mata rantai lain di lingkungan eksternal. Satu hal yang juga penting dalam mengatasi tantangan untuk penerapan supply chain management adalah mengelola informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses pengambilan keputusan di wilayah penerapan supply chain management Rekayasa Ulang Perbaikan Pada Supply Chain Teknik rekayasa ulang (reengeneering) merupakan sebuah proses yang ditujukan pada perubahan produksi yang berubah secara cepat. Michael Hammer dan James Champy dalam Tunggal (2008) mendefenisikan sebagai pemikiran kembali yang fundamental dan rancangan ulang yang radikal dari proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang dramatis dalam ukuran jaman sekarang yang kritis dari kinerja seperti biaya, kualitas pelayanan, dan kecepatan. Tiga tahap dalam proses rekayasa ulang: 1. Penemuan fakta 2. Pengidentifikasian area-area untuk perbaikan menuju proses desain ulang bisnis 3. Perbaikan-perbaikan yang kreatif Tahap-tahap fakta merupakan pengujian terhadap sistem-sistem mutakhir, prosedur-prosedur dan aliran-aliran pekerjaan. Kuncinya adalah menempatkan fakta-fakta yang terkumpul pada tahap pertama, tim rekayasa ulang mengidentifikasi bagian-bagian yang akan diperbaiki. Tim tersebut menganalisa dimana nilai ditambahkan untuk pelangan akhir dengan perhatian khusus dalam batas kontak pelanggan dan transfer informasi produk yang selama ini belum 38

53 efektif atau belum efisien. Setelah identifikasi, tim rekayasa ulang memasuki tahap kreatif proses perancangan ulang bisnis dan aliran informasi. Hasilnya secara fundamental mengubah sifat dasar kerja dan kinerjanya. Mission Statement Business Requirements Asses : 1. Culture 2. Strategies 3. Practices 4. Processes Business Requirements Not acceptable Partnership Organization Structure Human Resource Capabilities Information System New enterprise design for integrated process New enterprise design for integrated process Sumber : Douglas M.Lambert Larry C. Guinipero, and Gary J. Ridenhower, Supply Chain Management : A Key to Achieving Business Exllence in the 21st century, unpublished manuscript (1998) dalam Tunggal (2008) Gambar 1. Flowchart Proses Rekayasa Ulang Supply Chain Management 39

54 Bagan arus (flow chart) pada Gambar 1 memberikan gambaran umum proses rekayasa ulang. Organisasi harus fokus pada pernyataan misi perusahaan. Pernyataan misi tersebut menjalankan kebutuhan bisnis dalam organisasi. Selanjutnya penilaian yang lengkap berdasarkan budaya, strategi, praktik-praktik bisnis dan proses-proses perusahaan. Bila proses ini diterima, manajemen melaksanakan solusi bisnisnya melalui Supply Chain. Biasanya perbaikan-perbaikan dibutuhkan pada salah satu bagian untuk meningkatkan kinerja Supply Chain, sebagai contoh rekayasa ulang microcar Mercedez Benz, yang berdasarkan prinsip-prinsip sistem supply. Rekayasa ulang dari proses tersebut menghasilkan perwakilan lebih aktivitasaktivitas rancangan kepada supplier, mengurangi jumlah keahlian teknik dan tenaga kerja pada pengusaha utama. Hasilnya adalah menyalurkan keuntungan dari keefesienan ini pada pelanggan dalam bentuk nilai yang meningkat. Implementasi Supply Chain Management Terintegrasi Tantangan yang paling besar Supply Chain Management adalah integrasi. Yang dimaksud dengan integrasi disini bukan dalam satu perusahaan saja, tetapi melebihi antara perusahaan sendiri dengan perusahaan di hulu dan di hilir. Integrasi ini tidak menyangkut kepemilikan ataupun dominisasi tertentu, tetapi merupakan penggabungan perusahaan dan kegiatan melalui informasi. Kegiatan Supply Chain Management telah sangat berubah berkat pengembangan dan penggunaan teknologi informasi. Integrasi Supply Chain Management mengimplikasikan integrasi proses, yang berarti kerja sama yang erat antara pembeli dan pemasok, pengembangan produk secara bersama, pengembangan sistem yang sama, dan saling berbagi informasi. Pelaksanaan Supply Chain Management membutuhkan perubahan fokus organisasi dari fungsi ke proses. Gambar 2 mengilustrasikan bagaimana masingmasing enam fungsi inti ini dipetakan dengan tujuh proses inti, sebagai contoh dalam proses manajemen hubungan pelanggan, penjualan dan pemasaran menyediakan keahlian perhitungan manajemen, engineering memberikan spesifikasi yang mendefenisikan kebutuhannya, logistik menyediakan informasi kebutuhan pelayanan pelanggan, produksi menyediakan stratgei produksi, purchasing menyediakan strategi sourcing, dan keuangan serta akuntasi 40

55 memberikan laporan profitabilitas pelanggan. Kebutuhan-kebutuhan customer service harus digunakan sebagai masukan-masukan produksi, sourcing dan strategi-strategi logistik. Jika mekanisme koordinasi yang pantas tidak ditempatkan melalui berbagai fungsi, proses tersebut akan menjadi tidak efektif atau tidak efesien. Dengan berfokus pada proses, semua fungsi yang menyentuh produk atau menyediakan informasi harus bekerja bersama, sebagai contoh data penjualan/pemasaran hidup melalui jadwal produksi yang digunakan untuk menilai tingkat pesanan spesifik dan pengaturan waktu dari kebutuhan. Pesananpesanan ini menjalankan kebutuhan produksi yang pada gilirannya adalah meneruskan upstream ke supplier. Peningkatan kegunaan outsourcing telah mempercepat kebutuhan untuk mengkoordinasi proses-proses Supply Chain. Oleh karena organisasi menjadi lebih tergantung pada supplier luar, mekanisme koordinasi harus dikembangkan dalam organisasi. Typical funtional Business Process Sales and marketing Technical Logistics Manufacturing Purchasing Finance and accounting CRM Account management Requierments defenitions Requierments defenitions Manufacturin g stratgey Sourcing strategy Customer Profitability CSM Account administration Technical service Performance specification Coordination execution Priority assessment Cost to serve Suppliers Demand management Order fulfillment Manufacturing flow management Procurement Demand planning Special order Packaging Specifications Order booking Process requierments Enviromental requirements Process stability Material specification Network planning Distribution management Prioritization criteria Inbound flow Capability planning Plant direct Production planning Integrated planning Sourcing Selected Supplier (s) Integrated supply Supplier management Trade off analysis Distribution cost Manufacturing cost Material cos Customers Product development and commercialization Business plan Product Design Movement requirement Process specifications Material Specifications R&D cost Information architecture, database strategy, information visibility Sumber : Douglas M.Lambert. Larry C.Guinipero, and Gary Riderhower, Supply Chain Management : A key to achieving Business Excellence in the 21st Century, unpublished manuscript (1998) dalam Tunggal (2008). Gambar 2. Implementasi Supply Chain Management Identifikasi Anggota Rantai Pasokan Pelaksanaan supply chain management meliputi pengenalan anggota rantai pasokan dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan 41

56 dengan tiap anggota inti dan jenis penggabungan apa yang diterapkan pada tiap proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan persaingan dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh anggotanya, termasuk pelanggan akhir. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), rantai pasokan terdiri dari lima kelembagaan utama yaitu suppliers, manufacture, distributor, retail outlets, dan customers. Rantai 1 : Suppliers Jaringan bermula dari suppliers, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini dapat juga dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub suku cadang, suku cadang, dan sebagainya. Rantai 1 2 : Suppliers Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan rantai pertama tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Rantai : Suppliers Manufacturer Distributor Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh pabrik sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umumnya adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar, dan pada waktunya pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer. Rantai : Suppliers Manufacturer Distributor Retail Outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau juga dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang pabrik maupun ke toko pengecer (retail outlets). 42

57 Rantai : Suppliers Manufacturer Distributor Retail Outlets Custumers Retailers menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya Analisis Pengambilan Keputusan Pada dasarnya proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Dalam memilih suatu alternatif diharapkan seoptimal mungkin didasarkan pada fakta-fakta dan kemudian menyusunnya dalam sebuah kerangka yang logis sehingga mampu menghasilkan keputusan yang rasional dan efektif. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengambilan ketupusan, salah satunya dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Thomas L. Saaty (1993) pertama kali mengembangkan suatu model pengambilan keputusan pada tahun 1970-an yang dikenal dengan Proses Hirarki Analitik (PHA). Proses Hirarki Analitik (PHA) adalah suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangaun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masin dan memperoleh pemecahan yang diinginkan. Proses Hirarki Analitik memberikan suatu kerangka. Kerangka ini memungkinkan dalam pengambilan keputusan yang efektif atas persoalan kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Pada dasarnya, metode PHA ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya; menata bagian atau variabel ke dalam suatu susunan hirarki; memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel; dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Proses Hirarki Analitik memiliki kekuatan yang terletak pada rancangannya yang bersifat bolistik yang menggunakan logika, pertimbangan 43

58 berdasarkan intuisi, data kuantitatif dan preferensi kualitatif. PHA merupakan suatu model yang fleksibel dan memberikan gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Model ini dirancang untuk lebih menampung sifat alamiah manusia dibanding memaksa manusia ke cara berpikir yang mungkin justru berlawanan dengan hati nurani (Saaty, 1993). Terdapat tiga prinsip dasar yang digunakan untuk memecahkan persoalan dalam metode Proses Hirarki Analitik, yaitu: 1. Prinsip menyusun secara hirarki, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi elemen-elemen yang terpisah-pisah 2. Prinsip menetapkan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya. 3. Prinsip konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteris yang logis. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Setiap perusahaan atau lembaga sebenarnya tanpa sadar telah menjalankan aktifitas kegiatan supply chain di perusahaannya begitu juga yang ada di Lembaga Pertanian Sehat, tetapi terkadang kegiatan tersebut tidak dikelola dengan baik sehingga kegiatan tersebut mengakibatkan borosnya biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang termasuk dengan kegiatan supply chain. Agar perusahaan selalu dapat memimpin dalam berkompetisi di pasaran, cara-cara baru yang lebih inovatif perlu ditemukan atau dikembangkan. Seiring dengan menyebarnya konsep-konsep Supply Chain Management di dunia industri baik industri manufaktur atau jasa. Untuk itu perlu dilakukan proses flowchart supply chain management di perusahaan agar mendapatkan pola baru dalam proses integrasi bisnisnya yang sesuai di perusahaannya. Diharapkan dari pola yang baru tersebut Lembaga Pertanian Sehat dapat sukses bersaing di bisnis beras, terutama beras sehat atau beras organik. Proses flowchart supply chain management yang terdapat pada Gambar 1 pada awalnya adalah menentukan misi atau tujuan seperti apa yang diharapkan. Di Lembaga Pertanian Sehat Tujuan yang ingin diharapkan ada dua, yaitu : 44

59 1. Mendapatkan Jalur distribusi yang Efisien 2. Mempertahankan Kualitas Beras. Setelah tujuan seperti apa yang diharapkan dibuat langkah selanjutnya adalah melakukan penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi dari tujuan-tujuan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan terapan peralatan fungsional seperti : 1. Demand management / forecasting 2. Advanced planning and scheduling 3. Transportation management 4. Distribution and deployment 5. Production planning 6. Available to promise 7. Supply Chain Modeler Dari terapan peralatan fungsional di atas ada faktor yang tidak digunakan karena disesuaikan dengan keadaan yang ada pada Lembaga Pertanian Sehat dengan melihat kegiatan pengadaan produk dan jasa sebagai permasalahan yang lebih luas yang terbentang sejak pembelian bahan baku sampai dengan barang jadi diproduksi yang pada akhirnya digunakan oleh konsumen. Terapan-terapan peralatan fungsional tersebut dibagi dalam enam garis besar yang dijadikan faktor-faktor yang mempengaruhi dari tujuan Lembaga Pertanian Sehat dalam melakukan kegiatan Supply Chain Management di lembaganya. Beberapa faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu : 1. Perencanaan (Plan) Analisa pada bagian ini menyangkut segala hal yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan, termasuk mengenai tingkat keberhasilan perencanaan sejalan dengan realisasinya baik dalam kegiatan perencanaan keuangan, perencanaan dalam penyusunan srategi, perencanan dalam struktur organisasi atau perencanaan yang mengenai sumber daya manusia, maupun perencanaan dalam melakukan pengukuran dan pengontrolan. Perencanaan (plan) dibuat sebagai kerangka kerja setiap aktifitas perusahaan. Dengan adanya perencanaan, perusahaan dapat mengukur keberhasilan dari aktifitas yang dilakukannya. Perencanaan (plan) biasanya dibuat berdasarkan hasil analisis ataupun data-data 45

60 yang dimiliki atau diperoleh perusahaan, baik mengenai kondisi internalnya maupun ektsternalnya. 2. Sumber (Source) Sumber (Source) berkaitan dengan perolehan bahan baku untuk proses produksi perusahaan. Dalam konsep supply chain, sumber (source) ini lebih dispesifikasikan mengenai penyusunan strateginya, kegiatan organisasi atau sumber daya manusia (SDM) yang berkaitan dengan hal perolehan bahan baku, tata cara atau proses dalam perolehannya, teknologi yang digunakan, maupun tentang penilaian resiko yang menyangkut kegiatan dalam perolehan bahan baku. 3. Pembuatan (Make) Pada faktor pembuatan (make) terdapat kegiatan produksi. Menurut Buffa (1996) kegiatan produksi merupakan alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang atau jasa sebagai keluarannya. Untuk dapat melakukan kegiatan produksi maka harus dibuat suatu strategi untuk mengatur ketepatan dan kesesuaian proses kegiatan sehingga dapat berjalan dengan lancar. Adapun strategi yang baik harus di dukung dengan sumber daya manusia maupun struktur organisasi yang tepat. Pada kegiatan proses produksi, ketepatan, kesesuaian dan keefesienan penggunaan alat harus diperhatikan, oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk mengukur dan mengontrol sistem produksi, dan pada akhirnya dilakukanlah suatu penilaian terhadap aktivitas produksi tersebut. 4. Agen (Agent) Agen (Agent) merupakan bagian dari konsep supply chain. Adapun peranannya sebagai retail outlets, yang juga merupakan pemain utama dalam hubungan supply chain. Untuk dapat mengetahui keberadaan agen, maka pada penelitian ini dilakukan analisa mengenai segala hal yang berkaitan dengan proses penjualan beras SAE di tingkat agent. Adapun yang dianalisa tentang strategi agen, organisasi atau sumber daya manusia yang ada di dalamnya, manajemen persedian barang yang dilakukan oleh agen, dan yang terakhir melakukan penilaian resiko. 46

61 5. Transportasi (Transportation) Sistem transportasi merupakan sistem yang mengatur dan melakukan pengiriman. Kegiatan transportasi agar berjalan dapat efisien dan efektif maka diperlukan penyusunan strategi, pengaturan konsolidasi pesanan, perencanaan, pengarahan pengiriman, pemilihan jalan dan menentukan tarif pengiriman, pemilihan sarana pengangkutan, tindakan menerima dan melakukan verifikasi produk di tempat pelanggan, dan mengevaluasi keberhasilan pengangkut. Jika sistem transportasi dapat efektif dan efesien maka dapat terciptanya penghematan biaya. Oleh karena itu sistem transportasi harus juga diperhatikan, sehingga terciptanya kesesuaian dan ketepatan penggunaan dan adanya penghematan waktu. 6. Penjualan (Sell) Penjualan merupakan aktifitas yang memasarkan dan menjual produk yang dihasilkan ke pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu diperlukan strategi agar dapat mencapai sasaran penjualan yang diinginkan, keadaan organisasi dan sumber daya manusia yang mendukung sehingga dalam proses kegiatannya dapat berjalan dengan lancar. Untuk dapat mengetahui keberhasilan aktifitas penjualan, maka diperlukan pengukuran dan pengontrolan serta penilaian terhadap aktifitas tersebut. Pada penelitian ini dibuat suatu model AHP yang dapat membantu untuk menentukan prioritas kegiatan supply chain lembaga agar tercapainya keefisienan di Lembaga Pertanian Sehat, sehingga setiap anggota jaringan supply chain (mata rantai) mendapatkan revenue yang lebih tinggi dari kegiatan yang dilakukannya, setelah semua tahapan dibuat diharapkan Lembaga Pertanian Sehat memiliki pola baru dalam proses integrasi bisnis baru yang lebih efisien. Secara ringkas, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut : 47

62 Petani Penggilingan LPS Agen Konsumen Ketidakefisienan dalam Kegiatan dan Hasil Produksi yang Berimplikasi Pada Peningkatan Biaya Produksi di Lembaga Pertanian Sehat Menetapkan Tujuan 1. Mendapatkan Jalur Distribusi yang Efisien 2. Mempertahankan Kualitas Beras Faktor-Faktor : 1. Perencanaan 2. Sumber 3. Pembuatan 4. Toko 5. Transportasi 6. Penjualan AHP Kondisi Supply Chain yang Optimal Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional 48

63 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Lembaga Pertanian Sehat yang terletak di Jl. Rancamaya No 22 Harjasari, Bogor Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Lembaga Pertanian Sehat merupakan salah satu lembaga yang mandiri dan profesional dalam bidang penelitian, pemberdayaan dan usaha pertanian sehat yang memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi petani dan masyarakat umum. Pengumpulan data dilaksanakan bulan Maret hingga Juli Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, berupa informasi tentang Lembaga Pertanian Sehat yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada pihak Lembaga Pertanian Sehat maupun hasil pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku, majalah Padi, internet, Badan Pusat Statistika, Bank Pengetahuan Padi Indonesia, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat yang mengetahui permasalahan kegiatan Supply Chain Management secara langsung. Penggumpulan data tersebut untuk mengetahui kegiatan Supply Chain Management, faktor-faktor yang berperan dalam kegiatan Supply Chain Management. Pengisian kuisioner dilakukan oleh tiga orang terpilih yang mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan Supply Chain Management Beras SAE di Lembaga Pertanian Sehat. Ketiga koresponden sengaja dipilih dikarenakan job description mereka yang berkaitan langsung dengan kegiatan

64 Supply Chain Management, mereka adalah manager program, manager probis (produksi dan bisnis) dan manager adminkeu (administrasi dan keuangan). Pengolahan data dilakukan dengan metode PHA dan berdasarkan kerangka kerja PHA, maka penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi dari pihak Lembaga Pertanian Sehat untuk membuat struktur hierarki. Struktur hierarki yang telah disusun kemudian menjadi dasar dalam pembuatan kuesioner bagi responden. Kuesioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat struktur hierarki. Sebuah hierarki yang telah disusun dengan elemen-elemennya menjadi tidak akan berarti apabila tanpa nilai atau bobot yang menyertainya. Dalam penggunaan metode PHA ini sangat mengutamakan kualitas dari responden dan bukan kuantitas responden. Data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan program komputer Expert Choice 2000, hasil pengolahan data ini diperlukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan Supply Chain Management sesuai dengan tujuan kegiatan Supply Chain Management yang tepat dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel. Kerangka kerja PHA terdiri dari delapan langkah utama (Saaty, 1993) yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Mendefinisikan persoalan dan mencirikan pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki. Tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti tujuan, kriteria, dan aktifitas-aktifitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem. 2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Struktur hierarki ini memiliki bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang 50

65 mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategi, pilihan atau skenario. Penyusunan hierarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan fokus yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat dibawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya. Abstraksi dari sebuah struktur hierarki dapat dilihat pada Gambar 4. Tingkat 1: Fokus G Tingkat 2: Faktor F 1 F 2 F 3 Fn Tingkat 3: Pelaku A 1 A 2 A3 An Tingkat 4: Tujuan O 1 O 2 O 3 On Tingkat 5: Skenario S 1 S 2 S 3 Sn Gambar 4. Model Struktur Hierarki Proses Hierarki Analitik Sumber: Saaty, Menyusun matriks banding berpasangan. Dimulai dari puncak hierarki yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada dibawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hierarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang berada di sebelah 51

66 kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah kiri suatu elemen di puncak matriks. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah 3. Setelah matriks perbandingan berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i, dengan perbandingan berpasangan antar setiap elemen pada baris ke-j. Perbandingan berpasanhan antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan: Seberapa kuat elemen baris ke-j didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hierarki, dibandingkan dengan kolom ke-i. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah: Seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-j dibandingkan dengan elemen kolom ke-i sehubungan dengan elemen di puncak hierarki. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 8. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya diperlukan untuk diatas baris diagonal dari kiri ke kanan bawah. 5. Memasukan nilai-nilai kebaikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hierarki (X) dibandingkan dengan Fj, sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. 52

67 Tabel 3. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas Pentingnya Sumber: Saaty, hal: 85 Definisi 1 Kedua elemen sama pentingnya , 4, 6, 8 Kebalikan Penjelasan Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan Elemen yang satu edikit lebih sedikit menyokong suatu elemen penting dari pada yang lainnya atas elemen lainnya Elemen yang satu sangat Pengalaman dan pertimbangan penting dari pada elemen dengan kuat menyokong satu lainnya elemen atas elemen lainnya Satu elemen dengan kuat Satu elemen jelas lebih penting disokong dan dominannya telah dari pada elemen lainnya terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen Satu elemen mutlak lebih yang satu atas yang lainnya penting daripada elemen memiliki tingkat penegasan yang lainnya tertinggal yang mungkin menguatkan Nilai-nilai diantara dua Kompromi diperlukan diantara pertimbangan yang berdekatan dua pertimbangan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. 6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkatan dan gugusan dalam hierarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada semua tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atas. Matriks pembandingan dengan metode PHA dibedakan menjadi: (1) Matriks Pendapat Individu (MPI) dan (2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG). Matriks Pendapat Individu adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks Pendapat Individu dapat dilihat pada Gambar 5. 53

68 X A 1 A 2 A 3 A n A 1 A 11 A 12 A 13 A 1n A 2 A 21 A 22 A 23 A 2n A 3 A 31 A 32 A 33 A 3n A n A n1 A n2 A n3 A nn Gambar 5. Matriks Pendapat Individu Sumber: Saaty, 1993, hal: 84 Matriks pendapat gabungan adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkosistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Matriks pendapat gabungan dapat dilihat pada Gambar 6. Persyaratan MPG yang bebas konflik adalah: a) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara lain pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang rendah. b) Tidak terdapat angka kebalikan pada baris dan kolom yang sama. X G 1 G 2 G 3 G n G 1 G 11 G 12 G 13 G 1n G 2 G 21 G 22 G 23 G 2n G 3 G 31 G 32 G 33 G 3n G n G n1 G n2 G n3 G nn Gambar 6. Matriks Pendapat Gabungan Sumber: Saaty, 1993, hal: Mensintetis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan 54

69 menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan MPI terdiri dari dua tahap, yaitu (1) Pengolahan horisontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi. a) Pengolahan horisontal, terdiri dari tiga bagian yaitu penentuan vektor prioritas (vektor eigen), uji konsistensi dan versi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horisontal ini adalah: Perkalian baris (Z) dengan rumus: n Zi n aij k 1 (i,j = 1, 2, 3,, n) Perhitungan vektor prioritas (VP) atau Eigen Vektor dengan rumus: VPi n Zi n i 1 k 1 VP = (VPi), untuk i = 1, 2, 3,,n Perhitungan nilai Eigen Maks (Maks λ), dengan rumus: VA = (aij) x VP VA VA VP n 1 maks n aij n i k VBi dengan VA = (VAi) dengan VB = (VBi) dengan i = 1, 2, 3,,n Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI) dengan rumus: CI maks n n 1 Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CR) dengan rumus: CI CR RI 55

70 RI = Indeks Acak (Random Index) yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dari matriks berorde 1 sampai dengan 15 yang menggunakan sampel berukuran 100. Nilai Rasio Inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 0.1 merupakan nilai yang mempunya tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993). Tabel 4. Nilai Indeks Acak (RI) Matriks Berorde 2 sampai 8 Orde Indeks Acak (RI) Sumber: Saaty, 1993 b) Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila CVij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka: CVij CHij ( t; i 1) xvwt ( i 1) dengan i, j, t = 1, 2, 3,, n Dimana: Chij (t;i-1) = nilai prioritas elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal. VWt (i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-t) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal. P = Jumlah tingkat hierarki r = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-t) 8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Pada pengisian judgment pada tahap MPB (Matriks Pembanding Berpasangan) terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam membandingkan elemen 56

71 satu dengan elemen lain, sehingga diperlukan suatu uji inkonsistensi dibawah 10 persen. Langkah ini dilakukan dengan mengkalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dikali dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hierarki harus bernilai kurang dari satu atau sama dengan 10 persen. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horizontal dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version Jika rasio inkonsistensi yang mempunyai nilai yang lebih dari 10 persen, maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden yang mengisi kuesioner. 57

72 V. GAMBARAN UMUM LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 5.1. Sejarah Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika Pada awalnya Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika (LPS- DDR) berbentuk Laboratorium Pengendalian Biologi DD-Republika yang beroperasi mulai bulan Juni 1999 di Desa Cibanteng, Darmaga Kab.Bogor. Laboratorium ini bertugas untuk mengembangkan dan memproduksi biopestisida NPV (nuclear polyhedrosis virus) yang ramah lingkungan. Produk biopestisida yang berbahan aktif virus patogen serangga hama tersebut, merupakan yang pertama kali diproduksi di Indonesia dengan nama : VIR-L, VIR-X dan VIR-H. Selain itu dari perluasan program tahun 2000, juga telah dikembangkan dan dibuat pupuk organik OFER dan pestisida nabati PASTI berbahan aktif akar tuba. Pada tahun 2002 Laboratorium Pengendalian Biologi berubah nama menjadi Usaha Pertanian Sehat (UPS), hal ini berkaitan erat dengan upaya pengembangan pemasaran produk-produk yang dihasilkan laboratorium sebelumnya. Pusat kegiatan UPS berada di Desa Pasir Buncir, Caringin Bogor, satu komplek dengan Ternak Domba Sehat (TDS) Dompet Dhuafa Republika. Pemisahan laboratorium dan usaha dilakukan pada awal tahun 2003 menjadi LPS yang berada di Jejaring Aset Sehat (JAS), dan UPS yang berada di jejaring aset reform, kemudian awal tahun 2004 Laboratorium Pertanian Sehat dan Usaha Pertanian Sehat disatukan kembali menjadi Lembaga Pertanian Sehat di bawah koordinasi Jejaring Aset Reform (JAR) Dompet Dhuafa Aktivitas Lembaga Latar belakang aktivitas LPS adalah pertama, untuk mencapai pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan yaitu merubah pola tanam dan perilaku petani dari konvensional ke sistem bertani sehat dengan melakukan pembinaan secara bertahap dan berkesinambungan ke arah pertanian yang minimal berbasis bertani bebas pestisida. Perubahan-perubahan secara bertahap dapat dilakukan dengan membimbing dan mengenalkan kepada petani untuk menggunakan sarana produksi yang aman, bijak, berbahan lokal dan harga terjangkau dengan proses bio-teknologi maupun rendah bahan kimia melalui pola pertanian yang terpadu yang berwawasan ramah lingkungan.

73 Kedua, petani kecil sebagai kaum dhuafa/mustahik mayoritas di Indonesia memiliki masalah yang multikomplek di lapangan antara lain: lahan yang terbatas, kesuburan lahan menurun, harga saprotan yang tinggi, permodalan terbatas, SDM dan skill yang rendah, serta harga panen yang fluktuatif, disamping itu indeks nilai tukar petani (return of trade) terhadap barang industri dan jasa semakin menurun yang mengindikasikan kehidupan petani semakin tidak sejahtera. Hal itu memerlukan penanganan yang lebih lanjut melalui program-program yang bersifat pemberdayaan dan berkelanjutan. LPS-DDR menetapkan beberapa misinya untuk mewujudkan program dan fungsi-fungsinya, yaitu pertama, meneliti, mengembangkan dan merakit teknologi-teknologi sarana produksi pertanian yang menggunakan bahan baku lokal, murah, sehat dan ramah lingkungan. Kedua, merakit teknologi sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan yang berbasis pada potensi sumberdaya alam lokal dan kompetensi petani mustahik/penerima manfaat secara langsung. Ketiga, menjadi pusat pelatihan, pengkaderan dan percontohan sistem pertanian sehat terpadu, yang digunakan sebagai sarana pelatihan, pengkaderan dan studi wisata pertanian alami bagi petani dan masyarakat secara luas. Keeempat, melatih dan membina kader pertanian sehat melalui: program pelatihan petani/kelompok tani (KT) terpadu, penelitian mahasiswa magang dan konsultasi pelaku agribisnis. Kelima, membina kemandirian dan menjalin kemitraan usaha dengan para petani dalam bidang kegiatan produksi dan pemasaran sarana produksi pertanian sehat berskala home industri dan produkproduk pangan/sayuran organik yang menguntungkan dan memberikan dampak ekonomi dan kesehatan secara langsung bagi petani maupun masyarakat secara umum. Keenam, mensosialisasikan dan melakukan kegiatan agribisnis bidang saprotan dan produk-produk pertanian sehat dan turunannya yang memiliki nilai tambah, kompetitif, halal dan thoyib. Berdasarkan misi yang telah ditetapkan, maka LPS memiliki enam bidang pokok kegiatan yang secara garis besar dibagi menjadi beberapa sub-kegiatan sebagai mana Tabel 5. 59

74 Tabel 5. Enam Bidang Kegiatan Pokok Lembaga Pertanian Sehat No Bidang Pokok Garis Besar Kegiatan 1. Penelitian dan Pengembangan Sarana Produksi Pertanian Sehat 2 Pelayanan Informasi Teknologi Sistem Pertanian Sehat Terpadu Penelitian dan perakitan sarana produksi pertanian sehat yang tepat guna. Pelaksanaan uji coba efektifitas produk melalui demonstrasi plot (demplot). Uji laboratorium dan standarisasi saprotan sehat/organik. Membantu proses standarisasi dan sertifikasi produk pertanian sehat bagi petani binaan dan umum. Pelayanan studi pustaka tentang pertanian organik secara terpadu dan berkelanjutan. Kerjasama kegiatan pertanian sehat dengan dinasdinas/pihak swasta terkait baik tingkat daerah maupun nasional (pelatihan, seminar, workshop). Penyusunan buku panduan, modul pelatihan dan brosurbrosur tentang pertanian organik dan pertanian terpadu. 3. Pembangunan Pusat Pelatihan Pertanian Sehat Terpadu 4. Pelatihan dan Bina Kader Pertanian Sehat 5. Produksi dan Pemasaran Sarana dan Hasil Pertanian Sehat 6. Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) Sumber : Profil LPS, 2005 Membangun sarana fisik dan wisata pertanian terpadu (kantor, laboratorium, ruang dan mess pelatihan, ruang produksi, workshop). Budidaya tanaman secara organik : padi, sayuran, buahbuahan, tanaman obat dan tanaman pengendali hama. Peternakan terpadu skala usaha, meliputi : sapi pedaging, domba garut, ayam kampung dengan pengolahan kompos dan biogas serta perikanan darat. Budidaya jamur shimeji/tiram organik skala usaha. Kegiatan magang bagi petani dhuafa dan masyarakat secara umum Bimbingan penelitian dan konsultasi teknologi pertanian segat bagi mahasiswa (S1, S2, S3) dan pelaku agribisnis Pembentukan dan pembinaan kelompok tani sehat (KTS) Pelatihan manajemen dan budidaya pertanian sehat Pengkaderan petani inovator untuk pertanian sehat Kerjasama dengan berbagai lembaga pemerintah atau swasta dalam upaya sosialisasi saprotan dan teknologi. Produksi sarana pertanian dan sayuran organik/padi bebas pestisida bekerjasama dengan KT/petani. Melakukan kegiatan bisnis saprotan sehat dan membentuk jaringan pemasaran hasil pertanian sehat yan gkuat dan tangguh. Penyediaan lahan garapan beserta subsidi sarana produksi dalam jangka waktu tertentu. Pendampingan kegiatan usaha pertanian sehat. Transfer teknologi produk-produk pertanian sehat kepada KT untuk diproduksi secara mandiri 60

75 5.3. Struktur Organisasi Organisasi merupakan wadah kerja sama antara manusia dalam mencapai tujuan. Adanya organisasi dalam perusahaan merupakan suatu keharusan agar semua pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif. Tujuan pokok dari organisasi adalah mengkoordinir segala aktivitas yang ada dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan struktur organisasi yang baik sehingga dapat menunjang tujuan organisasi itu sendiri. Struktur organisasi yang ada dalam perusahaan belum tentu sama dengan perusahaan lain. Sebab dalam menentukan struktur organisasi dapat dipengaruhi antara lain besarnya perusahaan, jumlah tenaga kerja, jenis produk, daerah pemasaran dan lain-lain. Adapun struktur organisasi di Lembaga Pertanian Sehat dapat dilihat pada Lampiran 1. Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) sebagai salah satu komponen Lembaga Pertanian Sehat yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan penelitian dan pengembangan sarana produksi dan produk pertanian sehat atau ramah lingkungan yang terarah dan sistematis. Litbang Lembaga Pertanian Sehat diharapkandapat berperan dalam mendukung produk pertanian ramah lingkungan yang mudah diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh petani. Untuk itu, Lembaga Pertanian Sehat dituntut untuk menghasilkan teknologi sarana produksi tani yang dibutuhkan untuk mengatasi kendala yang dihadapi petani serta dapat meningkatkan kualitas dan mutu produk pertanian agar tetap kompetitif. Divisi Litbang Lembaga Pertanian Sehat menerapkan tiga manajemen komponen manajemen penelitian dan pengembangan yakni manajemen kualitas produk, manajemen laboratorium dan manajemen pelatihan. Divisi Pemberdayaan Masyarakat Lembaga Pertanian Sehat merupakan bidang yang memiliki peranan penting dalam kegiatan membangun komunitas petani dengan tetap melibatkan masyarakat umum. Divisi ini jembatan dari misi lembaga untuk mengakses sumberdaya masyrakat petani. Divisi ini diharapkan mampu berperan dalam mendukung program-program lembaga. Proses pemberdayaan petani selama ini dilakukan oleh Lembaga Pertanian Sehat telah memantapkan target yang lebih jelas. Salah satunya program yang dibangun oleh Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S). Program tersebut tidak hanya karena 61

76 visi pendistribusian dana sosial umat semata, lebih dari itu P3S merupakan refleksi kepedulian atas nasib petani yang selama ini masih hidup dalam lingkaran kemiskinan. Divisi Produksi Lembaga Pertanian Sehat bertanggung jawab untuk membuat atau memproduksi seluruh temuan teknologi pertanian di lembaga yang sudah melalui uji produk dan prototipe. Produk-produk yang dirakit dan dikembangkan adalah sarana produksi pertanian yang berbasis sumber bahan baku lokal, murah, mudah, dan ramah lingkungan. Tujuan dari kegiatan ini diantaranya untuk memutus rantai kapitalistik di bisnis sarana produksi tani sintetik dan memutus ketergantungan petani terhadap bahan-bahan kimia yang selain harganya semakin mahal sekaligus memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia, ekosistem pertanian dan lingkungan. Bisnis atau usaha yang dilakukan oleh Lembaga Pertanian Sehat merupakan upaya pembentukan lini pemasaran dan distribusi yang bertugas mengelola produk-produk yang telah dihasilkan oleh lembaga, baik yang berisfat barang maupun jasa hingga bisa dipergunakan konsumen dan masyarakat. Pelaksanaan misi lembaga bagi kegiatan pemasaran dan distribusi adalah : Menjalin kemitraan usaha dengan para petani ataupun pelaku agribisnis lain yang saling menguntungkan. Mengembangkan jaringan pemasaran produk-produk pertanian sehat dalam skala nasional. Mendapatkan keuntungan yang layak, halal, dan berkah. 5.4 Produk Lembaga Pertanian Sehat Lembaga Pertanian Sehat dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga penelitian dan pengembangan teknologi saprotan sehat yang tepat guna telah menghasilkan beberapa produk unggulan yang menggunakan bahan baku lokal, mudah diperoleh dan berdaya saing serta dapat diproduksi secara mandiri oleh petani. Jenis-jenis produk dan program yang telah dihasilkan oleh LPS sampai dengan tahun 2004 adalah sebagai berikut : 62

77 Tabel 6. Produk Unggulan Lembaga Pertanian Sehat No Jenis Produk/Program Biopestisida generasi ke-2 yaitu VIREXI (generasi VIR-X) dan 1. VITURA (generasi VIR-L). Pupuk Organik Cair BIO MENTARI berbahan baku slury dari 2. fermentasi biogas (BIO-MENTARI = produk biologi hasil fermentasi dan mampu lestari. Pestisida Nabati PASTI yang berbahan aktif ekstrak biji mimba 3. (Azadirachta indica). Pupuk kompos OFER (Organic Fertilizer) yang terbuat dari limbah kotoran sapi, jerami/hijauan dan arang sekam dan diolah dengan proses 4. fermentasi dan Media TUMBUH dan TOP SOIL sebagai media semai dan tanam organik. Program P3S, yaitu Program Pemberdayaan Petani Sehat bagi petani 5. mustahik melalui penyediaan lahan garapan, subsidi saprotan sehat dan pembinaan serta pelatihan. BERAS SAE yaitu beras bebas pestisida yang diproduksi dengan 6. teknologi ramah lingkungan oleh kader petani sehat yang ikut serta dalam program P3S. Program Pelatihan Budidaya Pertanian Sehat dengan materi teknis 7. produksi tanaman padi, sayuran dan pengendalian hama/penyakitnya secara alami serta pembuatan kompos. BENIH CAP PETANI, yaitu benih padi berlabel biru hasil penangkaran 8. KT. Tani Silih Asih bekerjasama dengan LPS dalam pengadaan benih induk (breder seed) Teknologi Pengendalian Penyakit Tungro Pada Padi yaitu berupa 9. petunjuk teknis cara mengendalikan penyakit tungro yang tumbuh. Bio-Insektisida yaitu nematoda untuk mengendalikan ulat penggerek 10. pada padi dan Miko-Insektisida, jamur patogen Bauveria Bassiana untuk hama wereng dan serangga secara umum. Sumber : Profil LPS, Kegiatan Supply Chain Management Beras SAE di Lembaga Pertanian Sehat Supply Chain Management pada hakikatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke hilir (downstream), dalam proses dan kegiatan yang berbeda yang menghasilkan nilai terwujud dalam barang dan jasa di tangan pelanggan terakhir (ultimate customers). Lembaga Pertanian Sehat di kegiatan Supply Chain Management Beras SAE memiliki beberapa rantai yang dikelola sendiri. Beberapa rantai Supply Chain Management 63

78 diantaranya adalah supplier, manufacturer dan distributor. Di setiap rantainya Lembaga Pertanian Sehat memiliki proses dan kegiatan yang berbeda Lembaga Pertanian Sehat Sebagai Supplier Rantai supplier merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah dan bahan penolong. Lembaga Pertanian Sehat memberikan bahan mentah Beras SAE berupa bibit yang merupakan hasil penelitian dari lembaga, memberikan bantuan bahan baku berupa alat-alat pertanian seperti cangkul, arit dan lain sebagainya kepada petani binaan yang dianggap petani mustahik atau kurang mampu. Lembaga Pertanian Sehat juga memberikan bahan penolong berupa pestisida ramah lingkungan dan penyuluhanpenyuluhan agar produksi beras yang dihasilkan dapat maksimal, selain itu juga Lembaga Pertanian Sehat di rantai supplier menetapkan standar mutu Beras SAE berdasarkan pedoman Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar Mutu Beras SAE Standar mutu merupakan suatu dasar penilaian baik bagi produsen maupun konsumen. Standar mutu Beras SAE sangat diperlukan karena dengan adanya standar mutu tersebut baik LPS, produsen maupun konsumen mendapatkan kejelasan mengenai mutu beras yang diharapkan. Bagi LPS, standar mutu Beras SAE ini memberikan kejelasan kualitas yang bagaimana yang diinginkan, begitu juga bagi produsen mendapatkan kejelasan beras yang bagaimana yang harus mereka hasilkan, sedangkan bagi konsumen mereka akan mendapatkan beras sesuai mutu yang diinginkan. Dengan demikian, dengan standar mutu ini diharapkan akan tercipta nilai kepuasan transaksi maupun konsumsi. Selain itu, standar mutu Beras SAE ini bisa digunakan untuk pembinaan petani-petani calon penghasil Beras SAE. Penyusunan konsep standar mutu Beras SAE ini dilakukan dengan mengacu kepada Standar Nasional Indonesia tentang beras giling dan hasil pengukuran kemurnian rata-rata beras yang dihasilkan oleh penggilingan yang menjadi mitra LPS. Istilah-istilah yang digunakan dalam penentuan standar mutu Beras SAE ini diantaranya : 64

79 1) Bekatul adalah lapisan terluar dari beras pecah kulit yang terdiri dari pericarp, testa, aleuron. 2) Derajat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan bekatul dan lembaga dari butir beras. 3) Derajat sosoh 100 % adalah tingkat terlepasnya seluruh lapisan bekatul dari lembaga. 4) Derajat sosoh 90 % adalah tingkat terlepasnya sebagian besar lapisan bekatul dan lembaga dari butir beras sehingga sisa yang belum terlepas sebesar 10 %. 5) Kadar air adalah jumlah kandungan air di dalam butir beras yang dinyatakan dalam satuan persen dari berat basah (wet basis). 6) Butir kepala adalah butir beras baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar atau sama dengan 0,50 bagian dari panjang rata-rata butir beras utuh. 7) Butir utuh adalah beras baik sehat maupun cacat yang utuh, tidak ada yang patah sama sama sekali. 8) Butir patah adalah butir beras baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,60 bagian tetapi lebih besar dari 0,25 bagian panjang rata-rata butir beras utuh. 9) Menir adalah butir beras patah, baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil atau sama dengan 0,25 bagian butir beras utuh. 10) Butir merah adalah butir beras utuh, kepala, patah, maupun menir yang berwarna merah akibat faktor genetis. 11) Butir kuning adalah butir beras utuh, kepala, patah, maupun menir yang berwarna merah akibat proses fisis atau aktifitas mikroorganisme. 12) Butir mengapur adalah butir beras yang separuh bagian atau lebih berwarna putih seperti kapur dan bertekstur lunak disebabkan oleh faktor fisiologis. 13) Butir rusak adalah butir beras utuh, kepala, patah, maupun menir yang berwarna putih/bening, putih mengapur, kuning dan berwarna merah yang mempunyai lebih dari satu bintik yang merupakan noktah. Beras yang 65

80 berbintik kecil tunggal yang tidak potensial (kemungkinan tidak menjadi rusak), tidak termasuk butir rusak. 14) Benda asing adalah benda-benda yang tidak tergolong beras, misalnya butir tanah, pasir, kerikil, jerami, malai, biji-bijian lain dan bangkai serangga 15) Butir gabah adalah butir beras yang sekamnya belum terkelupas atau hanya terkelupas sebagian. 16) Komposisi campuran adalah perbandingan takaran antara beras bernasi pulen denan beras beraroma. Syarat umum yang digunakan dalam pengukuran standar mutu Beras SAE diantaranya : a) Bebas dari bahan dan penyakit b) Bebas dari bau apek, asam, atau bau-bau tidak sedap lainnya. c) Beraroma wangi pandan wangi d) Bebas dari campuran bekatul e) Bebas dari residu bahan kimia yang membahayakan Syarat khusus yang digunakan dalam pengukuran standar mutu Beras SAE dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah berikut : Tabel 7. Spesifikasi Persyaratan Mutu Beras SAE No Komponen Mutu Satuan Spesifikasi 1 Derajat Sosoh (%) 90 2 Kadar air (maks) (%) 14 3 Beras kepala (min) (%) 90 4 Butir utuh (min) (%) 60 5 Butir patah (maks) (%) 8 6 Butir menir (maks) (%) 2 7 Butir merah (maks) (%) 0 8 Butir kuning (maks) (%) 0 9 Butir mengapur (maks) (%) 1 10 Benda asing (maks) (%) 0 11 Butir gabah (maks) (butir/100 gr) 0 12 Komposisi campuran (% : % ) 60 : 40 (pulen:wangi) 66

81 5.5.2 Lembaga Pertanian Sehat Sebagai Manufacturer Beras yang sudah dihasilkan oleh Petani binaan Lembaga Pertanian akan dicampur di penggilingan yang menjalin kerjasama dengan lembaga. Di penggilingan tersebut semua beras yang dihasilkan oleh petani-petani binaan akan dicampur menjadi satu. Dalam tahapan penggilingan tersebut Lembaga Pertanian Sehat sebagai manufacturer menerapkan standar operasional produksi Beras SAE yang memiliki quality control (QC) yang ketat. Diharapkan dengan adanya standar operasional yang ketat beras yang dihasilkan merupakan beras yang sesuai dengan keinginan konsumen yaitu beras yang sehat, aman dan enak. Standar Operasional Prosedur Produksi Beras SAE Konsumsi pangan bebas residu pestisida sudah saatnya dikenal oleh masyarakat. Bahaya yang timbul terhadap kesehatan manusia akibat mengkonsumsi produk pangan yang mengandung residu perlu diwaspadai. Untuk mendukung ke arah kebiasaan konsumsi tersebut perlu diciptakan produk makanan bebas residu pestisida, sehingga masyarakat bisa menentukan pilihan. Standar Operasional Prosedur (SOP) Beras SAE meliputi prosedur pengadaan Gabah Kering Panen (GKP) bebas pestisida. Beras bebas residu yang dibuat dengan menggunakan teknologi pertanian ramah lingkungan, bukan beras biasa dan bukan beras organik. Beras SAE diproduksi oleh Gapoktan Silih Asih dan berada dibawah pengawasan (QC) bidang produksi lembaga pertanian sehat. Prosedur-prosedur yang dilakukan antara lain : 1. Pengadaan Gabah Kering Panen (GKP) Bebas Pestisida Gabah yang digunakan adalah gabah berkualitas baik (warna coklat kekuningan, tidak banyak kotoran, baru) dari hasil panen sawah yang menerapkan sistem budidaya yang berteknologi ramah lingkungan, tidak menggunakan pestisida kimia berbahaya. Gabah yang diproses dari varietas yang diperlukan (jenis aromatik dan IR). 2. Penjemuran Gabah Penjemuran dilakukan di tempat khusus penjemuran. Ketebalan gundukan gabah saat dijemur harus sama (± 2 cm). Dilakukan pembalikan secara berkala saat di penjemuran (minimal 2 jam sekali) 67

82 Penjemuran dilakukan ± 2 hari dengan interval sekitar 3-4 ja (tergantung cuaca) Kadar air mencapai 14-15%. 3. Penyimpanan Gabah di Lumbung/Gudang Gabah harus disimpan dulu di gudang penyimpanan karena tidak bisa langsung digiling untuk menhindari beras pecah. Dalam penyimpanan, gabah dimasukkan kedalam karung, dan mencantumkan tanggal panen dan tanggal masuk gudang. Sistem penyimpanan di gudang menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Lamanya penyimpanan gabah di gudang tidak lebih dari 3 bulan. Tempat penyimpanan/gudang harus bersih, beraerasi baik, kering/tidak lembab, streril dari hama pengganggu (tikus, kecoa, kutu beras, dan sebagainya). 4. Giling 1 : pecah kulit gabah dan penyaringan gabah pecah kulit. Merupakan proses pertama dalam kegiatan melepas kulit gabah sehingga terbentuk beras. Penggunaan penggilingan yang sesuai dengan bentuk dan jumlah gabah yang digiling. Dalam proses ini akan mengeluarkan waste (sekam, dedak, bekatul, dan debu/dust). 5. Giling 2 : Penyosohan beras Proses kedua dalam kegiatan penggilingan merupakan proses pemberihan fisik beras dari kotoran sekaligus meningkatkan kualitas warna pada beras dengan menggunakan mesin sosoh (polisher). Untuk Beras SAE tidak dilakukan pemolesan berkali-kali untuk menghindari terkelupasnya kulit ari beras. Walau warna Beras SAE kelihatan kusam, tetapi pada saat beras dimasak akan menjadi putih dan wangi. 6. Proses pengayakan beras Memisahkan beras dengan menir dan beras pecah (broken) dengan menggunakan alat (pengayak). 68

83 Dalam proses ini akan mengeluarkan hasil samping berupa menir. 7. Penyortiran beras kepala Memisahkan beras kepala kualitas 1 dengan menggunakan kualitas 2 dengan menggunakan alat (pengayak). Dalam proses ini akan mengeluarkan hasil samping berupa beras kualitas 2 8. Pencampuran/mixing, timbang dan pengemasan Setelah beras kualitas 1 sudah terpisah akan dilakukan pencampuran dengan beras kualitas 1 (dengan jenis berbeda) untuk menghasilkan Beras SAE, komposisi disesuaikan. Dilakukan penimbangan sesuai jumlah (netto kemasan) dan pengemasan. Proses ini akan menghasilkan Beras SAE dengan berbagai kemasan (2,5 kg, 5 kg, 20 kg, 25 kg). 9. Gudang produk jadi dan pengangkutan Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum Beras SAE didistribusikan. Gudang harus bersih, beraerasi baik, higienis, kering/tidak lembab. Steril dari hama gudang (tikus, kecoa, kepinding, kutu beras dan sejenisnya) dan aman. Sistem penyimpanan di gudang menggunakan sistem FIFO. Pengangkutan atau distribusi merupakan kegiatan penyaluran Beras SAE ke wilayah lain (diluar gudang penyimpanan). Bagian pengangkutan atau distribusi harus mengisi kartu stock Beras SAE di gudang penyimpanan. Standar operasional prosedur ini dibuat oleh bagian produksi diperiksa oleh manajer, disetujui oleh direktur Lembaga Pertanian Sehat. SOP ini juga disetujui oleh produsen Beras SAE (Gapoktan Silih Asih). Standar operasional prosedur ini bisa ditinjau kembali dan direvisi apabila diperlukan. SOP ini dibuat dan disusun dalam upaya memberikan panduan baku bagi proses agar bisa berjalan dengan optimal. Alur proses produksi Beras SAE dapat dilihat pada Lampiran 2. Beras yang telah diangkut dari tempat penggilan ke gudang Lembaga Pertanian Sehat langkah selanjutnya adalah pengemasan Beras SAE tersebut. 69

84 Dalam tahapan pengemasan Lembaga Pertanian Sehat juga menerapkan beberapa standar yang berpedoman standar nasional. Beberapa standar yang ditetapkan Lembaga Pertanian dalam kegiatan pengemasan adalah syarat berat timbangan dan syarat kemasan yang digunakan termasuk juga harga yang ditetapkan Lembaga Pertanian Sehat. Syarat berat timbangan yang digunakan dalam pengukuran standar mutu Beras SAE diantaranya : a. Alat yang dipakai untuk menimbang produk Beras SAE telah dikalibrasi oleh yang berwenang secara berkala. b. Berat hasil timbang Beras SAE harus sesuai dengan berat yang tercantum pada kemasan yang digunakan, yaitu : Kemasan 2,5 kg, hasil timbang 2,5 kg Kemasan 5 kg, hasil timbang 5 kg Kemasan 20 kg, hasil timbang 20 kg Kemasan 25 kg, hasil timbang 25 kg Kemasan 50 kg, hasil timbang 50 kg Syarat kemasan yang digunakan dalam pengukuran standar mutu Beras SAE diantaranya : a. Kemasan yang digunakan untuk mengemas Beras SAE adalah : Kemasan 2,5 kg, kantung plastik PE ukuran (24 x 40) cm 2 Kemasan 5 kg, kantung plastik PE ukuran (27 x 50) cm 2 Kemasan 20 kg, karung plastik transparan ukuran (40 x 70) cm 2 Kemasan 25 kg, karung plastik transparan ukuran (45 x 90) cm 2 Kemasan 50 kg, karung plastik transparan ukuran (50 x 90) cm 2 70

85 b. Desain label pada setiap kemasan adalah : c. Kualitas tinta cetak harus bersih (tidak buram) dan tidak luntur. d. Bahan kemasan tidak mudah rusak atau robek. Untuk lebih detail mengenai harga Beras SAE mulai dari tingkat agen sampai ke tingak eceran terakhir dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini : Tabel 8. Daftar Harga Beras SAE No Ukuran Harga Agen HR1* HET** 1 2,5 Kg Rp Rp Rp Kg Rp Rp Rp Kg Rp Rp Rp Kg Rp Rp Rp Ket : Harga berlaku untuk wilayah JABODETABEKPUNCUR, wilayah lain akan dikenakan beban angkut pengiriman. *HR1 : Harga Reseller Pertama *HET : Harga Eceran Tertinggi Lembaga Pertanian Sehat Sebagai Distributor Barang yang sudah jadi yang dihasilkan di rantai manufacturer sudah mulai harus disalurkan ke pelanggan. Barang yang sudah di kemas dengan baik di gudang disalurkan ke agen-agen yang menjalin kerjas sama dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat. Agen-agen ini tersebar di beberapa tempat yang ada di 71

86 wilayah Jawa Barat, diantaranya adalah : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur. Di rantai distributor ini Lembaga Pertanian Sehat dalam merencanakan kegiatan distribusi Beras SAE memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah : 1. Persediaan 2. Transportasi 3. Komunikasi Persediaan Pendistribusian secara fisik akan lebih berkaitan dengan manajemen persediaan. Dengan adanya distribusi fisik, Lembaga Pertanian Sehat dan agen dapat mengatur persediaan yang memungkinkan dalam membantu meningkatkan volume penjualan. Beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk membuat biaya persediaan menjadi lebih kecil : 1. Jumlah persediaan yang harus disimpan di masing-masing agen 2. Dimana barang akan disimpan agen 3. Berapa jumlah persediaan untuk setiap kali pemesanan Transportasi Distribusi produk Beras SAE secara fisik dikenal dengan adanya kegiatan pengangkutan dan penggudangan produk yang akan memberikan manfaat dalam menstabilkan harga. Menstabilkan harga ini juga dapat dipengaruhi oleh pola distribusi fisik yang dilakukan oleh Lembaga Pertanian Sehat kepada agen-agen Beras SAE. Lembaga Pertanian Sehat melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan pengiriman. Perencanaan pengiriman dilakukan untuk : 1. Mencapai sasaran pengiriman produk Beras SAE yang didistribusikan, 2. Mengurangi kendala tidak terfokusnya pada masalah pengiriman yang merugikan pendistribusian produk Beras SAE. 3. Mempersiapkan bagian pengiriman agar benar-benar siap untuk mengirim produk Beras SAE. Dengan demikian, Lembaga Pertanian Sehat mempertimbangkan keputusan yang tekait dengan model transportasi dan hal hal terkait yang diperlukan sebagai berikut : 72

87 1. Membeli atau menyewa (leasing) kenderaan 2. Bagaimana proses pembuatan rencana pengiriman 3. Berapa sering melakukan pengiriman Komunikasi Distribusi tidak hanya merupakan aliran material namun juga merupakan aliran informasi. Komunikasi yang terkait dengan produk beras SAE : sistem pemprosesan pesanan, sistem penagihan, dan sistem perkiraan kebutuhan. Tanpa dukungan komunikasi yang efektif, sistem distribusi tidak akan pernah mampu menyediakan layanan konsumen yang memuaskan dengan baiaya yang sesuai. Di Lembaga Pertanian Sehat contoh komunikasi hubungan kerja dengan agen adalah sebagai berikut : Agen Sales Koordinator Pemasaran Manajer Produksi dan Bisnis Gambar 7. Hubungan Komunikasi Kepada Agen-Agen Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa komunikasi di setiap bagian adalah komunikasi dua arah diantara setiap bagiannya. Agen melakukan pemesanan kepada sales, sales kemudian melaporkan ke koordinator pemasaran, setelah koordinator pemasaran melihat jumlah Beras SAE yang ada di gudang masih cukup, koordiantor pemasaran akan membuat laporan penjualan kepada manajer produksi dan bisnis (Probis). Manajer Probis menyetujui pemesanan, barang pesanan akan dikirimkan segera. 73

88 VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 6.1 Identifikasi Tujuan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Melakukan Kegiatan Supply Chain Management Perusahaan maupun kegiatan usaha dalam menjalankan aktivitasnya memiliki tujuan untuk mencapai target yang diinginkan. Dalam kegiatan supply chain management, perusahaan juga memiliki tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan kegiatan supply chain management perusahaan yang telah dirancang sebelumnya. Dengan berbagai keunggulan produk dengan segmen dan target pasar tertentu, kegiatan supply chain management yang dilakukan secara optimal akan berjalan berkesinambungan dengan fungsi pemasaran yang juga diharapkan mencapai hasil yang optimal. Dalam menyusun supply chain management yang tepat untuk Beras SAE, maka harus diketahui dan dianalisis terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan supply chain management serta faktor-faktor yang menjadi penyusun supply chain management. Berdasarkan hasil wawancara dengan Lembaga Pertanian Sehat maka dapat diketahui beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Lembaga Pertanian Sehat dari kegiatan supply chain management, yaitu: 1. Mendapatkan jalur distribusi yang efisien Kegiatan supply chain management yang dilakukan Lembaga Pertanian Sehat sebagai suatu lembaga yang menghasilkan produk Beras SAE diharapkan mampu mendapatkan jalur distribusi yang lebih efisien dari sebelumnya. Artinya pelayanan yang baik adalah kecepatan dalam penyediaan produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dalam jumlah yang dibutuhkan dan tanpa ada kesalahan. Selama ini, jalur distribusi yang dilakukan oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat adalah hanya sebatas pengetahuan jalur umum saja tanpa melihat berapa biaya yang dikeluarkan dan lamanya proses distribusi tersebut. Proses distribusi yang diakukan belum begitu mementingkan kecepatan yang didistribusikan. Kecepatan dalam penyediaan produk ini diharapkan menjadi keunggulan yang bersaing di Lembaga Pertanian Sehat. Bagi konsumen tujuan supply chain management disini bagaimana konsumen bisa memperoleh produk dengan mudah dan sesuai dengan yang diharapkan konsumen.

89 2. Mempertahankan kualitas beras Pengertian standar kualitas atau mutu tidak lagi hanya sesuai dengan spesifikasi, tetapi lebih luas dari itu, yaitu segala sesuatu di luar harga yang dikehandaki oleh konsumen seperti waktu penyerahan, keandalan memenuhi janji, bentuk atau estetika dan ketahanan produk, keamanan produk, layanan purna jual dan sebagainya. Selama ini beras SAE yang dihasilkan Lembaga Pertanian Sehat telah memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI). Bagi Lembaga Pertanian Sehat, standar kualitas (mutu) Beras SAE ini memberikan kejelasan kualitas yang diinginkan, begitu juga bagi produsen mendapat kejelasan beras yang harus mereka hasilkan, sedangkan bagi konsumen mereka mendapatkan beras sesuai mutu yang diinginkan. Dengan demikian, standar kualitas ini diharapkan akan tercipta nilai kepuasan transaksi maupun konsumsi. 6.2 Identifikasi Faktor-faktor Penyusun Kegiatan Supply Chain Management Lembaga Pertanian Sehat Setelah mengetahui tujuan supply chain management yang ingin dicapai oleh Lembaga Pertanian Sehat, maka langkah selanjutnya yaitu mengetahui faktor-faktor penyusun kegiatan supply chain management yang dilakukan oleh Lembaga Pertanian Sehat. Analisa faktor Supply Chain Management dilakukan dengan melihat kegiatan pengadaan produk dan jasa sebagai permasalahan yang lebih luas terbentang sejak pembelian sampai dengan barang jadi diproduksi yang pada akhirnya digunakan oleh konsumen, maka diketahui faktor-faktor dan subfaktor yang mempengaruhi Lembaga Pertanian Sehat dalam penyusunan kegiatan supply chain management yaitu: 1. Perencanaan (plan) Analisa pada bagian ini menyangkut segala hal yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan, termasuk mengenai tingkat keberhasilan perencanaan sejalan dengan realisasinya. Perencanaan (plan) dibuat guna sebagai kerangka kerja setiap aktifitas Lembaga Pertanian Sehat. Dengan adanya perencanaan, Lembaga Pertanian Sehat dapat mengukur keberhasilan dari aktifitas yang dilakukannya. Perencanaan (plan) biasanya dibuat berdasarkan hasil analisis atupun data-data yang dimiliki oleh Lembaga Pertanian Sehat, baik mengenai kondisi internalnya maupun eksternalnya. 75

90 Sub faktor perencanaan yang mempengaruhi kegiatan supply chain management adalah : a) Keuangan Lembaga Pertanian Sehat dalam melakukan perencanaan di kegiatan supply chain management harus memperhatikan faktor keuangan secara cermat. b) Strategi Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Lembaga Pertanian Sehat membuat strategi apa yang harus dilakukan dalam perencanaan kegiatan supply chain management. c) Pengukuran pengontrolan Setelah semua perencanaan dibuat dan dijalan Lembaga Pertanian Sehat selalu mengukur apakah semua sudah sesuai dengan yang diharapkan dan memeriksa kembali apa yang tidak sesuai. 2. Sumber (source) Sumber (source) berkaitan dengan perolehan bahan baku untuk proses produksi perusahaan. Dalam konsep supply chain management, sumber (source) ini lebih dispesifikasikan kepada hal-hal mengenai penyusunan strateginya, kegiatan organisasi atau sumber daya manusia (SDM) yang berkaitan dengan hal perolehan bahan baku, tata cara atau proses dalam perolehannya teknologi yang digunakan, maupun tentang penilaian resiko yang menyangkut dalam perolehan bahan baku. Sub faktor sumber yang mempengaruhi kegiatan supply chain management adalah : a) Strategi Lembaga Pertanian Sehat menyusun strategi apa yang dilakukan dalam memperoleh bahan baku produk Beras SAE nya. b) Organisasi atau SDM Setelah strategi untuk memperoleh bahan baku dibuat langkah selanjutnya nya adalah Lembaga Pertanian Sehat menyusun organisasi 76

91 sederhana, siapa-siapa yang terlibat dalam perolehan bahan baku tersebut. c) Proses Disini Lembaga Pertanian Sehat melakukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan dalam memperoleh bahan baku tersebut. d) Teknologi Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan lingkungan, murah, dan mudah didapat disekeliling sesuai dengan misi di Lembaga Pertanian Sehat dalam memperoleh bahan baku yang dibutuhkan. e) Penilaian risiko Memperkirakan risiko seperti apa yang akan dihadapi dalam memperoleh bahan baku. 3. Pembuatan (make) Pada faktor pembuatan (make) terdapat kegiatan produksi. Kegiatan produksi merupakan alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang atau jasa sebagai keluarannya. Sub faktor pembuatan yang mempengaruhi kegiatan supply chain management adalah : a) Strategi Untuk dapat melakukan kegiatan produksi maka harus dibuat suatu strategi untuk mengatur ketepatan dan kesesuaian proses kegiatan sehingga dapat berjalan dengan lancar. b) Organisasi atau SDM Adapun strategi yang baik harus didukung dengan sumber daya manusia maupun struktur organisasi yang tepat. c) Proses Pada kegiatan proses produksi, ketepatan, kesesuaian dan kefesienan penggunaan alat harus diperhatikan. d) Ukuran dan kontrol Pengukuran dan pengontrolan dilakukan agar dapat menilai aktivitasaktivitas sistem produksi. 77

92 e) Penilaian risiko Memperkirakan risiko seperti apa yang akan dihadapi dalam kegiatan produksi ini. 4. Agen (agent) Agen (agent) merupakan bagian dari konsep supply chain. Untuk dapat mengetahui keberadaan agen, maka pada penelitian ini dilakukan analisa mengenai segala hal tentang toko yang menjual Beras SAE. Sub faktor agen yang mempengaruhi kegiatan supply chain management adalah : a) Strategi Strategi berkaitan dengan ada atau tidaknya kerjasama antara agen dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat, penggunaan gudang umum, ataupun melihat tingkat keberhasilan agen. b) Organisasi atau SDM Berguna untuk melihat keadaan organisasi dan sumber daya manusia yang terdapat dalam toko, melihat apakah terdapat pertemuanpertemuan dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat, menilai karyawan yang diperkerjakan sudah sesuai dengan kriteria atau tidak. c) Manajemen persediaan barang Disini melihat lebih jauh bagaimana agen menerapkan manajemen pada persediaan barangnya, pemeriksaan stok, pengontrolan persediaan barang dan melihat apakah terdapat umpan balik kepada pembeli. d) Penilaian risiko Melihat seberapa banyak sumber daya yang keluar, dan melakukan penilaian untuk melihat apakah agen melakukan pengintegrasian antara sistem penyimpanan dengan sistem pesanan yang masuk. 5. Transportasi (transport) Sistem transportasi merupakan sistem yang mengatur dan melakukan pengiriman atau pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Jika sistem transportasi dapat efektif dan efesien maka dapat terciptanya penghematan biaya. Oleh karena itu sistem transportasi harus juga 78

93 diperhatikan, sehingga terciptanya kesesuaian dan ketepatan penggunaan dan adanya penghematan waktu. Sub faktor transportasi yang mempengaruhi kegiatan supply chain management adalah : a) Strategi Melihat pernyataan misi dan perencanaan strategis oleh sistem transportasi, melihat adanya ketersediaan data informasi kegiatan perusahaan dan melihat tingkat keberhasilan sistem trasportasi sejalan dengan kegiatan perusahaan. b) Perencanaan Melihat apakah terdapat perencanaan untuk mengelompokkan pesanan dan melihat apakah terdapat rencana pemuatan untuk dapat menentukan waktu pengiriman. c) Pengarahan pengiriman Pada sub faktor ini melihat pembentukan rute dengan pengangkut dan melihat ada atau tidaknya prosedur yang digunakan dalam menggunakan rute tersebut. d) Pemilihan jalan dan tarif pengiriman Pada sub faktor ini dilihat apakah terdapat proses negosiasi tarif pengangkutan, melihat apakah terdapat analisa pergerakan transportasi, melihat cara pemberian daftar biaya ke bagian keuangan dan melihat bagaimana konfirmasi penerimaan atau penolakan pengiriman diterima dari pengangkut. e) Saran pengangkutan, dokumen pengiriman dan pengiriman produk Melihat bagaimana prosedur pendaftaran, cara penurunan barang, pemeriksaan sarana sebelum mengangkut. f) Evaluasi keberhasilan pengangkut Sub faktor terkahir ini berguna untuk dapat mengetahui keberhasilan pengangkut dalam proses pengiriman. Untuk dapat mengetahui keberhasilan pengangkut dilakukan antara perencanaan sistem transportasi dengan realisasi pengangkut dalam proses pengiriman. 79

94 6. Penjualan (sell) Penjualan merupakan aktivitas yang memasarkan dan menjual produk yang dihasilkan ke pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sub faktor penjualan yang mempengaruhi kegiatan supply chain management adalah : a) Strategi Strategi dilakukan untuk mencapai sasaran penjualan yang diinginkan. Strategi ini berfungsi untuk memperoleh keberhasilan penjualan dalam hal melayani pelanggan agar dapat sejalan dengan kegiatan lembaga lainnya, mengetahui tipe peramalan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. b) Organisasi atau SDM Sub faktor ini melihat apakah terdapat informasi klaim dengan departemen lain, dilakukannya pengotomatisannya tenaga penjualan dan apakah organisasi memiliki informasi yang cukup mengenai pesanan atau kebutuhan pelanggannya. c) Proses Pada sub faktor ini melihat bagaimana cara memeriksa kredit, bagaimana peramalan permintaan dibuat, bagaimana cara memeberi pengertian pelanggan terhadap produk yang dapat dikembalikan. d) Ukuran dan kontrol Dalam sub faktor ini dilihat bagaimana cara melakukan pengukuran dan pengontrolan, seperti apakah terdapat kebijakan-kebijakan khusus terhadap pelanggan, bagaimana Lembaga Pertanian Sehat merespon produk yang dikembalikan tersebut e) Penilaian risiko Melihat apakah proses penjualan sejalan dengan sumber, bagaimana keberhasilan pemenuhan pesanan yang ada, apakah Lembaga Pertanian Sehat khususnya sistem penjualan dapat memenuhi kebutuhan pasar, bagaimana hasil dari adanya pengintegrasian antara kegiatan penjualan dengan pemberian layanan terhadap pelanggan. 80

95 Proses identifikasi yang telah dilakukan bertujuan untuk mempengaruhi urutan prioritas dari tujuan kegiatan supply chain management, dan faktor mana yang paling mempengaruhi dalam penyusunan kegiatan supply chain management di Lembaga Pertanian Sehat. Analisis tujuan dari faktor-faktor penyusun kegiatan supply chain management dilakukan dengan menyusun hierarki keputusan dengan empat tingkat. Model struktur hierarki tujuan kegiatan supply chain management dan faktor-faktor penyusun kegiatan supply chain management di Lembaga Pertanian Sehat dapat digambarkan pada Gambar 8 sebagai berikut. 81

96 Identifikasi Faktor-Faktor Kegiatan Supply Chain Management Beras SAE Mendapatkan Jalur Distribusi yg Efesien Mempertahankan kualitas Beras Perencanaan Sumber Pembuatan Agen Transportasi Penjualan Keuangan Strategi Strategi Strategi Strategi Strategi Strategi Organisasi/ SDM Pengukuran/ pengontrolan Organisasi/ SDM Proses Teknologi Penilaian risiko Organisasi /SDM Proses Ukuran dan kontrol Penilaian risiko Organisasi/ SDM Manajemen persediaan barang Penilaian risiko Perencanaan Pengarahan pengiriman Pemilihan jalan dan tarif pengiriman Organisasi /SDM Proses Ukuran dan kontrol Penilaian risiko Sarana pengangkutan, dokumen pengiriman dan pengiriman produk Evaluasi keberhasilan pengangkutan Gambar 8. Model Hierarki Keputusan Kegiatan Supply Chain Management di Lembaga Pertanian Sehat 82

97 Keterangan: Tingkat 1 = Fokus Tingkat 2 = Tujuan kegiatan supply chain management Mendapatkan jalur distribusi yang efesien Mempertahankan kualitas beras Tingkat 3 Perencanaan Sumber Pembuatan Agen Transportasi Penjualan Tingkat 4 Keuangan Strategi Organisasi Proses Teknologi Ukuran dan Kontrol Penilaian Risiko Manajemen Persedian Barang Perencanaan Pengarahan Pengiriman = Faktor = Segala hal yang berkaitan perencanaan kegiatan supply chain management = Berkaitan dengan perolehan bahan baku untuk proses produksi = Segala aktivitas dalam kegiatan produksi = Berkaitan dengan kerjasama dengan agen penjual = Berkaitan dengan pengiriman dan pemindahan barang = Segala aktivitas yang memasarkan dan menjual Produk = Subfaktor = Segala hal yang berkaitan dengan keuangan di kegiatan supply chain management = Segala aktivitas yang berkaitan dalam menyusun strategi yang akan direncanakan = Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dalam pengorganisasian karyawan dan tenaga kerja = Aktivitas dimana proses pembuatan (produksi) produk = Kegiatan yang terkait dengan penggunaan teknologi = Aktivitas dimana mengontrol semua kegiatan, mengukur apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai standar = Kegiatan yang memperkirakan risiko apa yang akan dihadapi = Pengaturan barang dan pemeriksaan stok = Merencanakan kegiatan transportasi yang hemat biaya = Pembentukan rute yang lebih efesien 83

98 Pemilihan Jalan = Proses negosiasi tarif pengangkutan dan tarif pengiriman Sarana Pengangkutan, = Melihat bagaimana prosedur pendaftaran,cara Dokumen Pengiriman, penurunan barang, pemeriksaan sarana sebelum dan Pengiriman Produk mengangkut. Evaluasi Keberhasilan = Mengetahui keberhasilan pengangkut dalam proses Pengangkutan pengiriman 84

99 VII. ANALISIS PRIORITAS KEGIATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 7.1 Analisis Hasil Pengolahan Horisontal Analisis pengolahan horisontal terbagi menjadi tiga bagian yaitu pada tingkat 2, 3, dan 4. Pada tingkat 2 dilakukan pengolahan horisontal terhadap elemen tujuan yang ingin dicapai Lembaga Pertanian Sehat dalam pegambilan keputusan supply chain management, pada tingkat 3 merupakan elemen faktor yang mempengaruhi pengambilan kegiatan supply chain management, pada tingkat 4 merupakan elemen sub faktor yang mempengaruhi kegiatan supply chain management. Pengolahan horisontal ini untuk melihat prioritas suatu pada elemen pada suatu tingkat terhadap satu tingkat yang berada di atasnya. Data hasil pengisian kuisioner kemudian diolah secara horizontal dengan menggunakan software expert choice Version Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Tujuan Pengolahan pada tingkat 2 pada struktur model hirarki dilakukan untuk mengetahui prioritas tujuan prioritas yang ingin dicapai oleh Lembaga Pertanian Sehat. Berdasarkan hasil pengolahan dapat dilihat bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh Lembaga Pertanian Sehat dalam pengambilan keputusan supply chain management adalah mempertahankan kualitas beras dengan bobot terbesar yaitu sebesar (0,591). Tujuan selanjutnya yang ingin dicapai Lembaga Pertanian Sehat adalah mendapatkan jalur distribusi yang lebih efisien dengan bobot sebesar (0,409). Tabel 9. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horisontal Antar Elemen Pada Tingkat 2 Elemen Tujuan Bobot Prioritas Mempertahankan Kualitas Beras 0,591 1 Mendapatkan Jalur Distribusi yang Lebih Efesien 0,409 2 Rasio Inkonsistensi 0,00 Hal tersebut menjadi prioritas utama dikarenakan Lembaga Pertanian Sehat konsisten dengan produk-produk yang mereka hasilkan yang merupakan produk-produk sehat dan ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan salah satu misi 85

100 di Lembaga Pertanian Sehat yaitu meneliti, mengembangkan dan merakit teknologi-teknologi sarana produksi pertanian (saprotan) yang menggunakan bahan baku lokal, murah, sehat dan ramah lingkungan. Oleh karena itu Lembaga Pertanian Sehat selalu mempertahankan kualitas produk-produknya terutama Beras SAE dikarenakan Beras SAE merupakan salah satu produk unggulan Lembaga Pertanian Sehat. Lembaga Pertanian Sehat juga selalu mengevaluasi standar mutu Beras SAE setiap bulannya untuk dapat mengukur kualitas Beras SAE apakah sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, jadi fokus Lembaga Pertanian Sehat adalah pada rantai supplier dan manufacturer, karena semua kegiatan yang berkaitan dengan kualitas beras berada di rantai supplier dan manufacturer. Dengan kualitas bibit yang berkualitas dan proses budidaya yang terkontrol diharapkan dapat menghasilkan beras yang berkualitas baik, begitu juga dengan proses pencampuran beras dan pengemasan di rantai manufacturer memberikan kontribusi yang besar dalam menentukan kualitas beras yang dihasilkan. Prioritas yang kedua yang ingin dicapai Lembaga Pertanian Sehat adalah mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien. Hal ini berkaitan dengan biayabiaya yang dikeluarkan dalam proses pengiriman. Lembaga Pertanian Sehat sendiri masih menggunakan saluran distribusi lama (old distribution). Saluran distribusi lama adalah armada penjualan dan perantara mencakup pengecer hingga distributor (Sukardi 2009). Permasalahan yang dihadapi dalam saluran distribusi lama adalah distribusi produk yang lambat, belum ada media promosi untuk program yang terkoordinir. Dari prioritas yang kedua ini yaitu mendapatkan jalur distribusi yang lebih efisien menjadi fokus tujuan jangka panjang bagi Lembaga Pertanian Sehat, sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah mempertahankan kualitas beras Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen Faktor Kegiatan Supply Chain Management Hasil pengolahan ini merupakan pengolahan hirarki pada tingkat tiga untuk mengetahui faktor-faktor yang diprioritaskan dalam kegiatan supply Chain Management terhadap masing-masing tujuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari setiap tujuan merupakan faktor-faktor gabungan yang terkait, baik itu di 86

101 rantai supplier, manufacturer maupun di rantai distributor. Hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil pengolahan Horizontal Elemen Kegiatan Supply Chain Management Tujuan Mendapatkan Jalur Distribusi yang Efesien Mempertahankan Kualitas Beras Faktor yang Rasio Bobot Prioritas Mempengaruhi Inkonsistensi Perencanaan 0, ,08 Sumber 0,069 5 Pembuatan 0,037 6 Agen 0,173 3 Transportasi 0,122 4 Penjualan 0,347 1 Perencanaan 0, ,02 Sumber 0,252 1 Pembuatan 0,221 2 Agen 0,125 5 Transportasi 0,071 6 Penjualan 0,139 4 Hasil pengolahan menunjukkan bahwa pada tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efesien, faktor penjualan menempati urutan pertama dengan bobot sebesar 0,347. Dengan jalur distribusi yang lebih efisen, Lembaga Pertanian Sehat mengharapkan penjualan beras SAE dapat meningkat karena selama ini penjualan Beras SAE hanya dilakukan kepada agen yang bekerja sama dan tidak melakukan penjualan dengan pihak supermarket-supermarket besar dikarenakan kebutuhan perputaran modal yang cukup cepat dengan agen dibandingkan dengan pihak supermarket-supermarket besar yang ada di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi. Faktor perencanaan menempati urutan kedua setelah penjualan dengan bobot sebesar 0,252. Sebagai sebuah lembaga yang mandiri dan profesional dalam bidang penelitian dan pemberdayaan pihak Lembaga Pertanian Sehat sangat memperhitungkan segala sesuatunya dengan matang sehingga faktor perencanaan sangat diperhitungkan di Lembaga Pertanian Sehat dalam memproduksi Beras SAE. Perencanaan dibuat oleh orang yang bertanggung jawab dibidangnya kemudian di rapatkan. Setelah hasil rapat tersebut ditanda-tangani oleh Direktur barulah perencanaan dapat dijalankan sesuai dengan rencananya masing-masing. 87

102 Faktor agen menempati urutan ketiga dari prioritas kegiatan supply chain management dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot sebesar 0,173. Pihak Lembaga Pertanian Sehat menilai bahwa dengan adanya agen maka saluran distribusi sedikit lebih efisien dibandingkan tanpa menggunakan agen. Agen inilah yang nantinya akan mendistribusikan Beras SAE ke konsumen akhir. Faktor transportasi menempati urutan keempat dari prioritas kegiatan supply chain management dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot sebesar 0,122. Faktor transportasi dinilai dapat mempengaruhi langsung jalur distribusi yang lebih efisien, karena di transportasi ada beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya pemilihan jalan, sarana pengangkutan dan pengarahan pengiriman sehingga diharapkan saluran-saluran yang ada menjadi lebih efisien. Sarana Pengangkutan yang layak juga menjadi timbangan bagi pihak Lembaga Pertanian Sehat, karena dengan sarana pengangkutan yang layak dan tidak sering bermasalah pengiriman Beras SAE dapat terdistribusikan dengan tepat waktu. Prioritas kelima dari kegiatan supply chain management dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efisien adalah sumber dengan bobot sebesar 0,069. Sumber disini yang dimaksudkan adalah para petani binaan Lembaga Pertanian Sehat yang menghasilkan beras. Beras yang dihasilkan petani binaan biasanya dikumpulkan dalam satu tempat untuk setiap gabungan kelompok taninya (gapoktan), hal ini dikarenakan belum tersedianya tempat yang cukup besar untuk menampung beras yang dihasilkan petani binaan. Walaupun demikian menurut pihak Lembaga Pertanian Sehat cara tersebut sudah efisien. Prioritas terakhir dari kegiatan supply chain management dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efisien adalah pembuatan dengan bobot sebesar 0,037. Kegiatan pembuatan (produksi) merupakan faktor yanng harus diperhatikan dalam kegiatan supply chain management. Pembuatan Beras SAE yang tidak menggunakan bahan-bahan campuran kimia yang berbahaya bagi kesehatan memberikan kegiatan pembuatan jadi lebih efisien. Hal ini juga sesuai dengan misi Lembaga Pertanian Sehat yang memproduksi produk-produk yang 88

103 sehat dan ramah lingkungan. Hal ini juga terkait efisiensi waktu dan biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi Beras SAE. Berdasarkan hasil pengolahan horizontal kegiatan supply chain management untuk tujuan yang kedua yaitu mempertahankan kualitas beras didapat prioritas yang utama adalah sumber dengan bobot sebesar 0,252. Pihak manajemen menilai dengan sumber yang berkualiatas dan bermutu baik maka produk yang dihasilkan juga akan bermutu baik, oleh karena itu pihak Lembaga Pertanian Sehat mempunyai standar mutu yang mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang beras giling dan hasil pengukuran kemurnian rata-rata beras yang dihasilkan oleh penggilingan yang menjadi mitra Lembaga Pertanian Sehat. Bagi Lembaga Pertanian Sehat, standar mutu Beras SAE ini memberikan kejelasan kualitas yang bagaimana yang diinginkan, dan mendapat kejelasan beras yang bagaimana yang harus mereka hasilkan dengan petani binaan mereka, sedangkan bagi konsumen mereka akan mendapatkan beras sesuai mutu yang diinginkan. Sumber yang dimaksud disini adalah penggunaan benih padi yang bersertifikat yang telah diuji oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat dan beberapa pestisida yang ramah lingkungan yang juga telah diuji oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat. Faktor pembuatan menempati urutan kedua setelah sumber yang memiliki bobot sebesar 0,221. Keterkaitan antara sumber dan pembuatan merupakan hal tidak bisa dilepaskan, karena setelah sumber yang dihasilkan bermutu baik sedangkan cara pembuatan yang dilakukan tidak benar maka produk yang dihasilkan akan bermutu jelek dan tidak sesuai dengan harapan atau tidak sesuai dengan standar mutu yang telah telah yang telah ditetapkan oleh Lembaga Pertanian Sehat. Proses pembuatan disini sangat terkait dengan proses penggilingan, dimana di proses penggilinganlah terjadi pencampuran beras dari berbagai petani binaan yang menghasilkan Beras SAE. Berhubung pihak Lembaga Pertanian Sehat tidak memiliki penggilingan sendiri sehingga bekerja sama dengan pihak mitra penggilingan maka pihak Lembaga Pertanian Sehat selalu melakukan kontrol dikegiatan pembuatan ini. Faktor perencanaan menempati urutan ketiga yang memiliki bobot sebesar 0,192. Semua kegiatan untuk mempertahankan kualitas beras sebelumnya 89

104 merupakan melalui proses perencanaan. Proses perencanaan dibuat oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat untuk menghemat biaya-biaya yang dikeluarkan, karena dengan perencanaan yang matang pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat mengedepankan kegiatan yang penting terlebih dahulu. Proses perencanaan disini dibuat oleh manager-manager yang terkait dengan produksi Beras SAE. Manager yang dimaksud disini adalah manager produksi dan bisnis (probis). Dari departemen produksi dan bisnis membawahi lagi tiga divisi yaitu : divisi produksi, divisi pemasaran dan divisi pengadaan, dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah semua perencanaan dibuat oleh tiap-tiap divisi maka dilakukan rapat untuk melihat apakah ada kegiatan yang tidak dibutuhkan atau kegiatan yang kurang dari perencanaan yang dibuat. Prioritas keempat dari kegiatan supply chain management dengan tujuan mempertahankan kualiatas beras adalah penjualan dengan bobot sebesar 0,139. Kegiatan penjualan yang dimaksud disini adalah memberikan harga yang bersaing sesuai dengan kualiatas yang diberikan oleh pihak Lembaga Pertanian. Harga yang diberikan oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat juga mempertimbangkan harga yang beredar di pasaran yang berlaku. Pihak Lembaga Pertanian Sehat memberikan harga yang tidak begitu tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menjual beras organik juga dikarenakan pihak Lembaga Pertanian Sehat membutuhkan perputaran modal yang cepat untuk menutupi semua kegiatan produksi. Faktor agen menempati urutan yang kelima dengan tujuan mempertahankan kualitas beras yang memiliki bobot sebesar 0,125. Faktor agen yang dimaksud disini untuk tujuan mempertahankan kualitas beras adalah dengan memperhatikan segala sesuatunya agar Beras SAE yang dia jual tidak mengalami penurunan mutu setelah Beras SAE yang dia terima dari pihak Lembaga Pertanian Sehat. Memperhatikan segala sesuatunya diantaranya adalah tidak menerima Beras SAE dari pihak Lembaga Pertanian Sehat dalam keadaan yang mengalami kebocoran di karung, memperhatikan kebersihan tempat penyimpan Beras SAE yang akan dia jual, dan juga memperhatikan sirkulasi udara di tempat penjualan. Kebersihan dan sirkulasi dimaksudkan agar Beras SAE yang akan di jual tidak 90

105 kotor dan berkutu. Dengan sirkulasi yang baik, Beras SAE yang akan dijual akan tetap terjaga kualitasnya. Prioritas terakhir dari kegiatan supply chain management dengan tujuan mempertahankan kualitas beras adalah transportasi yang memiliki bobot sebesar 0,071. Transportasi disini yang dimaksud adalah kebersihan armada pengangkutan Beras SAE dari gudang pihak Lembaga Pertanian Sehat sampai ke agen-agen yang menjual Beras SAE, jangan sampai Beras SAE yang sudah dikarungin (packing) di Lembaga Pertanian Sehat benar-benar dalam keadaan baik dan bersih menjadi jorok dan bocor di dalam perjalanan menuju tempat agen-agen penjual Beras SAE. Oleh karena itu pihak Lembaga Pertanian juga memperhatikan kebersihan armada pengangkutan Beras SAE sebelum berangkat ke agen-agen penjual Beras SAE agar kualitas Beras SAE dapat dipertahankan Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen SubFaktor Kegiatan Supply Chain Management. Hasil pengolahan ini merupakan pengolahan hierarki pada tingkat empat untuk menentukan prioritas masing-masing subfaktor dari hirarki tingkat tiga yaitu faktor yang sesuai dengan tujuan kegiatan supply chain management yang ingin dicapai oleh Lembaga Pertanian Sehat, sama halnya dengan hasil pengolahan horizontal antar elemen faktor kegiatan supply chain management hasil pengolahan horizontal antar elemen subfaktor ini juga merupakan subfaktor gabungan yg terkait di rantai supplier, manufacturer, dan distributor. Hasil pengolahan horizontal dengan tujuan untuk mendapatkan jalur distribusi yang efesien dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen Subfaktor Untuk Tujuan Mendapatkan Jalur Distribusi yang Efesien. Faktor Subfaktor Bobot Prioritas Perencanaan Keuangan 0,453 1 Strategi 0,150 3 Organisasi 0,110 4 Pengukuran/Pengontrolan 0,287 2 Sumber Strategi 0,267 2 Organisasi/SDM 0,102 4 Proses 0,370 1 Rasio Inkonsistensi 0,00 0,08 91

106 Teknologi 0,196 3 Penilaian Resiko 0,064 5 Pembuatan Strategi 0,106 4 Organisasi/SDM 0,060 5 Proses 0,379 1 Ukuran dan Kontrol 0,289 2 Penilaian Resiko 0, ,07 Agen Strategi 0, ,08 Organisasi/SDM 0,414 1 Manajemen Persediaan Barang 0,297 2 Penilaian Resiko 0,125 4 Transportasi Strategi 0,194 2 Perencanaan 0,327 1 Pengarahan Pengiriman 0,183 3 Pemilihan Jalan dan Tarif 0,078 5 Sarana Pengangkutan 0,052 6 Evaluasi Keberhasilan 0,167 4 Penjualan Strategi 0,277 2 Organisasi/SDM 0,095 5 Proses 0,294 1 Ukuran dan Kontrol 0,222 3 Penilaian Resiko 0, ,01 0,01 Berdasarkan hasil tabel pengolahan diatas dapat dilihat bahwa keuangan merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0,453 dari faktor perencanaan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efesien. Hal ini dikarenakan keuangan menjadi tolak ukur yang utama dalam semua kegiatan, termasuk kegiatan perencanaan ini. Merencanakan keuangan menjadi prioritas, karena Lembaga Pertanian Sehat ingin mengetahuai alokasi biaya yang dibutuhkan. Merencanakan keuangan dalam hal pemberian tugas pendistribusian beras SAE ke agen-agen yang menjalin kerja sama dengan Lembaga Pertanian Sehat. Pengukuran/pengontrolan menjadi prioritas kedua dengan bobot sebesar 0,287. Hal ini berkaitan dengan semua faktor yang telah direncanakan harus dilakukan pengukuran dan pengontrolan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui mana yang sudah berjalan dengan benar dan mana yang harus ditambahkan. Pengontrolan jalur distribusi yang telah dilakukan dan yang akan dilaksanakan. Strategi menempati urutan ketiga dari faktor perencanaan dengan bobot sebesar 0,150. Dengan strategi perencanaan yang matang diharapkan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dapat dilakukan. Disini strategi yang dimaksud diantaranya perencanaan kegiatan, perencanaan bisnis, persedian 92

107 barang dan distribusi. Organisasi atau sumberdaya manusia menjadi prioritas terakhir dari faktor perencanaan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot sebesar 0,110. Pihak Lembaga Pertanian Sehat menilai organisasi yang ada sekarang sudah tergolong baik sehingga itu belum menjadi prioritas yang lebih penting, karena setiap orang memiliki job description masingmasing yang sudah berjalan sebelumnya. Proses menjadi prioritas yang utama dari faktor sumber dengan bobot sebesar 0,370. Proses yang dilakukan dari sumber utama menjadi langkah kedepannya agar tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dapat tercapai. Proses sumber jalur transportasi yang dilakukan Lembaga Pertanian Sehat menjadi tolak ukur dari berhasilnya tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efisien. Di prioritas kedua dari faktor sumber ada strategi dengan bobot sebesar 0,267. Strategi seperti apa yang dijalankan di sumber ini agar jalur distribusi yang lebih efesien tercapai adalah keinginan pihak Lembaga Pertanian Sehat, karena dengan strategi yang matang diharapkan tujuan diatas tercapai. Teknologi yang digunakan menjadi prioritas ketiga dari faktor sumber dengan bobot sebesar 0,196. Dengan penggunaan teknologi diharapkan aktivitas yang memakai tenaga manusia jadi berkurang dan lebih efesien biaya,waktu dan jalur distribusi yang sebelumnya ada menjadi lebih efesien lagi. Di prioritas keempat dari faktor sumber adalah organisasi dengan bobot sebesar 0,102. Organisasi yang sederhana dibuat oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat juga beralasan karena pihak Lembaga Pertanian Sehat tidak menginginkan adanya kegiatan yang tidak bermanfaat dan semua kegiatan sesuai dengan prosedur sehingga tujuan untuk mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien pun dapat tercapai juga. Prioritas yang terakhir dari faktor sumber adalah penilaian risiko dengan bobot sebesar 0,064. Penilaian risiko terhadap sumber dilakukan untuk memberikan gambaran seperti apa risiko yang akan muncul dari faktor sumber ini agar tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien tercapai. Proses merupakan prioritas yang utama dari faktor pembuatan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien yang memiliki bobot sebesar 0,379. Proses pembuatan jalur yang sederhana diharapkan memberikan 93

108 jalur distribusi yang sederhana juga, karena Beras SAE tidak menggunakan bahan-bahan kimia jadi jalur distribusi untuk penggunaan bahan kimia pun menjadi tidak ada. Sehingga Lembaga Pertanian Sehat bisa lebih memfokuskan jalur distribusi produk akhirnya. Di prioritas yang kedua adalah ukuran dan kontrol dengan bobot sebesar 0,298. Mengukur dan mengawasi merupakan kegiatan yang penting agar apa yang telah dijalankan dapat dinilai. Terkait dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien mengukur dan mengawasi tidak hanya di faktor pembuatan ini saja, tetapi di semua faktor. Penilaian risiko di prioritas yang ketiga dengan bobot sebesar 0,167. Setelah dilakukan pengawasan tahap selanjutnya adalah menilai risiko yang akan muncul seperti apa dari faktor pembuatan ini. Diharapkan dengan mengetahui risiko yang muncul dari faktor pembuatan, tujuan untuk mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien tercapai. Prioritas yang keempat dari faktor pembuatan adalah strategi dengan bobot sebesar 0,106. Pada aspek ini dilakukan evaluasi ketepatan strategi yang digunakan, seperti melakukan ketepatan penyelesaian produksi sesuai dengan penjadwalan dan ketepatan penyerahan bahan baku dari petani. Prioritas yang terakhir dari faktor pembuatan adalah organisasi/sumber daya manusia dengan bobot sebesar 0,060. Pada aspek ini dilihat beberapa hal antara lain tingkat kehandalan alat penghubung, pengintegrasian sistem produksi dengan sistem pesanan masuk, dan pengintegrasian sistem produksi dengan sisitem layanan pelanggan. Subfaktor organisasi atau sumber daya manusia merupakan prioritas yang utama dari faktor agen dengan bobot sebesar 0,414. Sub faktor ini berguna untuk melihat keadaan organisasi dan sumber daya manusia yang terdapat dalam agen. Didalamnya terkait apakah terdapat pertemuan-pertemuan antar agen ataupun dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat, dengan pengorganisasian jalur distribusi yang terencana Lembaga Pertanian Sehat mengharapkan distribusi menjadi lebih efisien.di prioritas yang kedua adalah manajemen persedian barang dengan bobot sebesar 0,297. Sub faktor ini melihat lebih jauh bagaimana agen menerapkan manajemen persedian barangnya. Prioritas yang ketiga dari faktor agen adalah strategi dengan bobot sebesar 0,164. Adapun strategi tersebut berkaitan dengan ada atau tidaknya kerjasama 94

109 antar agen, penggunaan gudang bersama. Penilaian risiko menjadi prioritas yang terakhir dari faktor agen dengan bobot sebesar 0,125. Sub faktor ini melihat seberapa banyak sumber daya yang dikeluarkan dalam kegiatan penjualan, kecukupan informasi dalam menilai sumber daya yang keluar, dan melakukan penilaian untuk melihat apakah agen melakukan pengintegrasian antara sistem penyimpanan dengan sistem pesanan yang masuk atau dengan sistem layanan pelanggan. Perencanaan menjadi prioritas yang utama dari faktor transportasi dengan tujuan mencapai jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot sebesar 0,327. Pada sub faktor perencanaan ini dilihat apakah terdapat perencanaan untuk mengelompokkan pesanan dan melihat apakah terdapat rencana pemuatan untuk dapat menentukan waktu pengiriman. Di prioritas yang kedua adalah strategi dengan bobot sebesar 0,122. Pada sub faktor ini melihat adanya ketersediaan data informasi kegiatan perusahaan dan melihat tingkat keberhasilan sistem transportasi sejalan dengan kegiatan perusahaan. Pengarahan pengiriman menjadi prioritas yang ketiga dari faktor transportasi dengan bobot sebesar 0,183. Pada subfaktor pengarahan pengiriman dilihat mengenai pembentukan rute dengan pengangkut dan melihat ada atau tidaknya prosedur yang digunakan dalam menggunakan rute tersebut. Prioritas yang keempat dari faktor transportasi adalah evaluasi keberhasilan pengangkutan dengan bobot sebesar 0,052. Subfaktor ini berguna untuk dapat mengetahui keberhasilan pengangkut dalam proses pengiriman. Prioritas kelima adalah pemilihan jalan dan tarif pengiriman dengan bobot sebesar 0,078. Pada subfaktor ini melihat apakah terdapat proses negosiasi tarif pengangkutan, ada atau tidaknya pembuatan daftar biaya pengangkutan, melihat apakah terdapat pergerakan transportasi, melihat cara pemberian daftar biaya ke bagian akuntansi atau keuangan. Sarana pengangkutan, dokumen pengiriman produk menjadi prioritas yang terakhir dengan bobot sebesar 0,052. Pada subfaktor ini melihat bagaimana prosedur pendaftaran ulang pelanggan, cara penurunan barang, pemeriksaan sarana sebelum mengangkut. Subfaktor proses merupakan prioritas yang utama dari faktor penjualan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot 95

110 sebesar 0,294. Pada subfaktor ini dilihat bagaimana cara memeriksa kredit, bagaimana peramalan dibuat, bagaimana cara memberi pengertian pelanggan terhadap barang yang dapat di kembalikan. Prioritas yang kedua adalah adalah strategi dengan bobot sebesar 0,277. Subfaktor ini berfungsi untuk memperoleh keberhasilan penjualan dalam hal melayani pelanggan agar dapat sejalan dengan kegiatan perusahaan lainnya, mengetahui peramalan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran dan pengontrolan menjadi prioritas yang ketiga dari faktor penjualan dengan bobot sebesar 0,22. Dalam subfaktor ini melihat bagaimana cara melakukan pengukuran dan pengontrolan, seperti apakah terdapat kebijakankebijakan khusus terhadap pelanggan, bagaimana perusahaan merespon barang yang dikembalikan. Sub faktor penilaian risiko menjadi prioritas keempat dari faktor penjualan dengan bobot sebesar 0,111. Pada subfaktor ini dilihat apakah proses penjualan sejalan dengan sumber, bagaimana keberhasilan pemenuhan pesanan yang ada, apakah Lembaga Pertanian Sehat khususnya sistem penjualan dapat memahami kebutuhan pasar, bagaimana hasil dari adanya pengintegrasian antara kegiatan penjualan dengan pemberian layanan terhadap pelanggan. Prioritas terakhir dari faktor penjualan adalah organisasi/sumber daya manusia dengan bobot sebesar 0,095. Subfaktor ini melihat apakah terdapat informasi klaim dengan departemen lain, dan apakah organisasi memiliki informasi yang cukup mengenai pesanan atau kebutuhan pelanggannya. Hasil pengolahan horizontal dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas beras dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen Subfaktor Untuk Tujuan Mempertahankan Kualitas Beras. Faktor Subfaktor Bobot Prioritas Perencanaan Keuangan 0,173 3 Strategi 0,300 2 Organisasi 0,132 4 Pengukuran/Pengontrolan 0,395 1 Sumber Strategi 0,087 5 Organisasi/SDM 0,145 3 Proses 0,341 1 Teknologi 0,317 2 Rasio Inkonsistensi 0,03 0,02 96

111 Penilaian Resiko 0,109 4 Pembuatan Strategi 0,108 5 Organisasi/SDM 0,308 1 Proses 0,191 3 Ukuran dan Kontrol 0,267 2 Penilaian Resiko 0,126 4 Agen Strategi 0,313 1 Organisasi/SDM 0,239 3 Manajemen Persediaan Barang 0,306 2 Penilaian Resiko 0,142 4 Transportasi Strategi 0,107 6 Perencanaan 0,233 2 Pengarahan Pengiriman 0,154 3 Pemilihan Jalan dan Tarif 0,110 5 Sarana Pengangkutan 0,148 4 Evaluasi Keberhasilan 0,248 1 Penjualan Strategi 0,298 1 Organisasi/SDM 0,184 3 Proses 0,276 2 Ukuran dan Kontrol 0,124 4 Penilaian Resiko 0, ,01 0,09 0,02 0,05 Berdasarkan tabel pengolahan diatas dapat dilihat bahwa pengukuran atau pengontrolan menjadi prioritas utama dari faktor perencanaan dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,395. Hal ini dikarenakan dengan pengukuran dan pengontrolan di tahap perencanaan yang mana tahap perencanaan merupakan tahap awal dari semua tahap, dapat mengukur dari semua kegiatan dari bulan-bulan atau tahun-tahun sebelumnya. Apabila belum sesuai maka pengontrolan dilakukan secara ketat, begitu juga apabila sudah sesuai pengontrolan masih dilakukan secara ketat, sehingga diharapkan pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat mempertahankan kualitas beras sesuai dengan standar yang ada. Prioritas kedua dari fakor perencanaan dengan tujuan mempertahankan kualitas beras adalah strategi dengan bobot sebesar 0,300. Dengan strategi yang terencana dan fokus untuk mempertahankan kualitas Beras SAE pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat menjalankan semua kegiatannya dengan lancar dan sesuai dengan strategi yang telah direncanakan. Keuangan menjadi prioritas yang ketiga dari faktor perencanaan dengan bobot sebesar 0,173. Hal ini disebabkan karena semua kegiatan yang telah direncanakan akan dilakukan apabila keuangannya juga lancar, karena dengan terhambatnya subfaktor keuangan ini semua strategi 97

112 yang telah dibuat akan sia-sia. Organisasi atau sumber daya manusia merupakan prioritas yang terakhir dari faktor perencanaan dari tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,132. Dengan pengorganisasian yang tepat dan sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya, pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat menjalankan semua kegaiatan-kegiatannya tanpa ada kendala yang tidak bisa dipecahkan. Dengan demikian tujuan mempertahankan kuliatas beras pun tercapai dengan baik sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Subfaktor proses merupakan prioritas yang utama dari faktor sumber dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,341. Lembaga Pertanian Sehat sangat memperhatikan sumber yang bermutu agar kualitas beras dapat terjamin. Penggunaan teknologi menjadi prioritas yang kedua dengan bobot sebesar 0,317. Penggunaan teknolgi yang sederhana, ramah lingkungan dan tersedia banyak di lingkungan merupakan salah satu misi pihak Lembaga Pertanian Sehat agar produk yang mereka hasilkan berkualitas baik. Penggorganisasian atau sumber daya manusia menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,145. Dengan sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya pihak Lembaga Pertanian Sehat berusaha menjaga kualitas Beras SAE tetap terjamin dan bermutu. Prioritas keempat dari faktor sumber adalah penilaian risiko dengan bobot 0,109. Menilai semua risiko yang akan terjadi kedepannya agar produk yang dihasilkan pihak Lembaga Petanian Sehat dapat bersaing di pasaran, termasuk risiko kesehatan yang akan terjadi apabila produk yang dihasilkan Lembaga Pertanian Sehat tidak Sehat dan tidak aman. Strategi menjadi prioritas terakhir dari faktor sumber dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot 0,087. Merencanakan strategi yang tepat dalam bidang kualitas produk diharapkan pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat fokus dengan produk yang dihasilkan. Organisasi atau sumber daya manusia menjadi prioritas yang utama dari faktor pembuatan dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,308. Pihak Lembaga Pertanian Sehat berusaha membagi-bagi setiap karyawannya dengan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya sehingga diharapkan para karyawan dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya di 98

113 Lembaga Pertanian Sehat sehingga produk yang dihasilkan lebih terjamin dan bermutu. Ukuran dan dan kontrol menjadi prioritas yang kedua dari faktor faktor pembuatan dengan bobot sebesar 0,267. Dengan selalu melakukan pengukuran dan pengontrolan dari tahapan pembuatan, pihak Lembaga Pertanian Sehat berusaha selalu menjaga dan mempertahankan kualitas Beras SAE. Proses pembuatan yang benar dan sesuai dengan standar yang telah diterapkan diharapkan dapat mempertahankan kualitas beras. Sub faktor proses dalam faktor pembuatan ini menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,191. Penilaian risiko menjadi prioritas yang keempat dengan bobot sebesar 0,126. Setiap kegiatan selalu memperhatikan segala risiko yang akan muncul sehingga fokus pada tujuan utama dari setiap faktor dapat terwujud. Sub faktor strategi dalam faktor pembuatan menjadi prioritas yang terakhir dengan bobot sebesar 0,108. Strategi pembuatan seperti apa yang dijalankan dan direncanakan selalu mengacu pada tujuan yang utama yaitu mempertahankan kualiatas beras yang dihasilkan, karena memberikan kualitas yang baik menjadi nilai tambah produk dipasaran. Sub faktor strategi menjadi prioritas yang utama dari fakor agen dengan bobot sebesar 0,313. Strategi agen ikut andil dalam mempertahankan kualitas beras, karena konsumen akhir lebih banyak berada di rantai agen ke bawah. Dengan pengarahan dari pihak Lembaga Pertanian Sehat mengenai mempertahankan kualitas beras, diharapkan agen dapat membuat strategi sendiri yang sesuai dengan keadaan lingkungan mereka. Manajemen persediaan barang menjadi prioritas kedua dengan bobot sebesar 0, 306. Manajemen persediaan yang baik dari agen yang sesuai dengan keadaan lingkungannya diharapkan dapat mencapai tujuan mempertahan kualitas beras. Manajemen disini terkait dengan manajemen waktu dan manajemen penyimpanan. Pengorganisasian dan sumber daya manusia menjadi prioritas yang ketiga dengan bobot sebesar 0,239. Walaupun agen memiliki organisasi yang berbeda dengan Lembaga Pertanian Sehat, tetapi pihak Lembaga Pertanian Sehat tidak lepas tangan begitu saja. Lembaga Pertanian Sehat memberikan pengarahan tentang sumber daya manusia para agen-agennya. Penilaian risiko menjadi prioritas yang terakhir dari faktor agen dengan bobot sebesar 0,142. Para agen juga diharapkan mampu melihat 99

114 risiko yang akan muncul di usaha yang dijalankannya. Pihak Lembaga Pertanian Sehat memberikan solusi yang tepat dari setiap risiko yang akan muncul di rantai agen-agennya. Mengevaluasi terlebih dahulu kemungkinan keberhasilan pengangkutan menjadi prioritas yang utama dari faktor transportasi dengan bobot sebesar 0,248. Menilai kembali pengangkutan yang telah dijalankan apakah sudah sesuai dengan target atau belum, kalaupun belum masih melakukan evaluasi yang lebih intensif. Perencanaan menjadi prioritas yang kedua dengan bobot sebesar 0,233. Merencanakan transportasi yang bersih dan higienis di dalam kabin diharapkan dapat mempertahankan kualitas beras. Pengarahan pengiriman di prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,154. Pengarahan pengiriman di sampaikan kepada supir dan staff yang mendampinginya agar selalu melakukan kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditentukan termasuk kebersihan dalam kabin mobil pengangkut. Sarana pengangkut, dokumen pengiriman produk menjadi prioritas keempat dengan bobot sebesar 0,148. Dengan sarana pengangkut yang layak pakai dan terjaga kebersihannya, pihak Lembaga Pertanian Sehat berusaha mempertahankan kualitas berasnya. Begitu juga dengan dokumen produk yang jelas, agar tidak ada perjalanan yang salah dan boros biaya. Pemilihan jalan dan tarif pengiriman menjadi prioritas yang kelima dengan bobot sebesar 0,110. Pemilihan jalan yang benar dan tidak banyak jalan yang rusak agar beras yang ada di dalam kabin mobil pengangkut tidak hancur sehingga kualitas pun tetap terjaga, sedangkan tarif pengiriman dibuat sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara agen atau pembeli dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat. Strategi menjadi prioritas yang terakhir dari faktor transportasi dengan bobot sebesar 0,107. Pada dasarnya secara keseluruhan strategi di faktor transportasi ini adalah kebersihan mobil pengangkut dan kemahiran si supir dalam menjalankan tugasnya agar produk yang diterima agen atau pembeli masih sama kualitasnya pada saat beras berada di pihak Lembaga Pertanian Sehat. Strategi menjadi prioritas yang utama dari faktor penjualan dalam mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,298. Strategi yang dilakukan dalam bidang penjualan adalah memberikan arahan kepada bagian penjualan agar memberitahukan kepada konsumen bahwa pihak Lembaga 100

115 Pertanian Sehat memberikan jaminan kualiatas beras yang bermutu. Proses menjadi prioritas yang kedua dengan bobot sebesar 0,276. Proses yang dimaksud adalah membuat brosur atau iklan di website Lembaga Pertanian Sehat dengan mencantumkan kata-kata yang mempertahankan kualitas, karena dengan melakukan seperti itu diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan pihak Lembaga Pertanian Sehat tetap fokus terhadap kualitas yang diberikan. Pengorganisasian atau sumber daya menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,184. Dengan sumber daya manusia yang berkompeten dan pengorganisasian yang baik di bidang penjualan dengan tetap memfokuskan pada mempertahankan kualitas beras diharapkan angka penjualan juga semakin meningkat. Ukuran dan kontrol menjadi prioritas yang keempat dengan bobot sebesar 0,124. Selalu mengukur dan mengontrol di kegiatan penjualan terutama dalam memberikan pengarahan kepada bagian penjualan atau promosi untuk selalu memberikan yang terbaik juga bukan hanya di iklan atau brosur saja. Penilaian risiko menjadi prioritas yang terakhir dari faktor penjualan dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,117. Mengantisipasi semua risiko yang akan terjadi dari kegiatan penjualan terutama yang berkaitan kualitas beras. Salah satunya adalah memberikan jaminan apabila kualitas yang diterima agen atau konsumen pada saat penerimaan barang tidak sesuai dengan yang ada di brosur penjualan atau web pihak Lembaga Pertanian Sehat. 7.2 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Analisa pengolahan secara vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus perusahaan. Hasil pengolahan vertikal pada dasarnya hampir sama untuk pengolahan horizontal. Perbedaannya hanya pada tingkat 3 dan tingkat 4. Untuk tingkat 2, hasil pengolahan horizontal dan vertikal memberikan hasil prioritas yang sama, sedangkan hasil pengolahan vertikal untuk tingkat 3 yaitu faktor yang mempengaruhi kegiatan supply chain management diutamakan pada faktor sumber dengan bobot Dengan sumber yang baik diharapkan produk yang dihasilkan pun baik juga. Sumber yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Baik itu sumber benih padi yang berkualitas, sumber pengolahan dan 101

116 sumber pengemasan. Proses memberikan kontribusi yang besar dalam faktor sumber, dengan proses pembuatan yang sesuai dengan standar kerja diharapkan Lembaga Pertanian Sehat dapat menghasilkan beras SAE yang berkualitas baik. Penggunaan teknologi di sumber pembuatan seperti pembudidayaan yang ramah lingkungan dan penggunaan teknologi pencampuran beras yang ramah lingkungan juga diharapkan dapat mempertahankan kualitas beras. Pembuatan menjadi faktor yang kedua yang mempengaruhi kegiatan untuk mempertahankan kualitas beras. Peran sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing dalam proses pembuatan diharapkan dapat mempertahankan kualitas beras SAE, seperti sarjana agronomi yang paham akan masalah budidaya beras dan sarjana teknologi pertanian dalam kegiatan pengemasan beras yang ramah akan lingkungan. Penggunaan teknologi menjadi subfaktor yang kedua dalam faktor pembuatan. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam bidang budidaya dan pengemasan diharapkan beras SAE yang yang dihasilkan dapat berkualitas dengan itu Lembaga Pertanian Sehat dapat mempertahankan kualitas berasnya. Faktor ketiga yang mempengaruhi dalam mempertahankan kualitas beras adalah perencanaan dengan pengontrolan yang menjadi sub faktornya. Perlakuan pengawasan dan pengontrolan di kegiatan perencanaan dilakukan agar perencanaan yang telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan harapan dan tujuan, yaitu mempertahankan kualitas beras. Sub faktor kedua yang mempengaruhi dari faktor perencanaan adalah strategi. Strategi perencanaan yang dibuat sebaik dan sesederhana untuk mempertahankan kualitas beras. 102

117 Identifikasi Faktor-Faktor Kegiatan Supply Chain Management Beras SAE Mendapatkan Jalur Distribusi yang Lebih Efesien Mempertahankan Kualitas Beras PLAN SOURCE MAKE AGENT TRSPT SELL Keuangan Strategi Strategi Strategi Strategi Strategi Strategi SDM SDM SDM Plan SDM SDM Proses Proses MPB PP Proses Control Tekno Kontrol Risk PJTP Kontrol Risk Risk SPDPP Risk Rasio Inkonsistensi : 0.00 Keterangan : Plan = Perencanaan SDM = Sumber Daya Manusia Source = Sumber Tekno = Teknologi Make = Pembuatan Risk = Risiko Agent = Agen MPB = Manajemen Persedian Barang TRSPT = Transportation PP = Pengarahan Pengiriman PJTP = Pemilihan Jalan dan Tarif Pengiriman SPDPP = Sarana Pengangkutan, Dokumen Pengiriman Produk EKP = Evaluasi Keberhasilan Pengangkutan Gambar 9. Hasil Pengolahan Vertikal EKP

118 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada Lembaga Pertanian Sehat dalam menjalankan kegiatan supply chain management, Lembaga Pertanian Sehat berada pada rantai supplier, manufacturer, distributor, dan memiliki dua tujuan yang ingin dicapai yaitu mempertahankan kualitas beras dan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efisien. Mempertahankan kualitas beras menjadi prioritas utama dan menjadi tujuan jangka pendek yang ingin dicapai oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat, karena dengan selalu mempertahankan kualitas Beras SAE yang sesuai dengan standar maka kepercayaan konsumen akan produk Beras SAE ini akan selalu ada dan Lembaga Pertanian Sehat tidak kehilangan konsumenkonsumennya dan memberikan pemasukan bagi Lembaga Pertanian Sehat itu sendiri. Tujuan yang kedua adalah mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien. Tujuan ini merupakan tujuan jangka panjang dari Lembaga Pertanian Sehat yang dilakukan dengan mempersiapkan sebuah strategi yang terencana dan sinergis antara pihak Lembaga Pertanian Sehat dengan petani dan konsumen. Tidak lupa juga selalu melakukan evaluasi dari setiap jalur distribusi yang telah dilakukan dan melakukan pengawasan yang ketat. Berdasarkan hasil analisis prioritas kegiatan supply chain management dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik, maka didapatkan prioritas elemen-elemen dalam kegiatan supply chain management produk Beras SAE, yaitu: 1. Faktor penjualan menjadi prioritas yang utama dari tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efisien. Hal ini terkait penjualan beras SAE yang hanya dilakukan kepada agen-agen yang bekerja sama dan tidak melakukan penjualan dengan pihak supermarket-supermarket besar. 2. Faktor sumber menjadi prioritas yang utama dari tujuan mempertahankan kualitas beras. Lembaga Pertanian Sehat menilai dengan sumber yang berkualitas dan bermutu baik maka produk yang dihasilkan juga akan bermutu baik.

119 3. Pada pengolahan vertikal yang merupakan fokus perusahaan adalah mempertahankan kualitas beras dengan faktor sumber. Sumber yang dimaksud adalah sumber yang berkaitan dalam menghasilkan beras SAE yang bermutu baik dan sesuai standar yang telah ditentukan, contoh sumber diantaranya adalah sumber benih yang berkulitas, sumber pengolahan dan sumber pengamasan yang baik. Saran Adapun saran yang dapat dipertimbangkan oleh Lembaga Pertanian Sehat adalah : 1. Melakukan pengukuran, pengawasan dan pengontrolan di setiap kegiatan produksi terutama diluar pekerjaan yang dilakukan oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat seperti budidaya dan penggilingan. 2. Mengelola proses penggilingan sendirinya, agar kualitas dari beras yang digiling dapat lebih terkontrol sehingga pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat lebih efesien dalam biaya dan waktu. 3. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas karyawan. Kualitas karyawan dapat ditingkatkan dengan mengadakan berbagai pelatihan mengenai standar operasional kerja, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dalam menghasilkan produk Beras SAE. 4. Lembaga Pertanian Sehat dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan masukan untuk menyusun kegiatan supply chain management yang tepat dan lebih terstruktur sehingga dapat lebih mempermudah dalam menetapkan kegiatan supply chain management di lembaganya. 105

120 Lampiran 1. Struktur Organisasi Lembaga Pertanian Sehat 109

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat) Oleh : Amir Mutaqin A08400033 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satu peranan sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan. Pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di wilayah tropis. Sehingga berbagai jenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produk pertanian Indonesia adalah produk holtikultura. Salah satu produk holtikultura adalah sayur-sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi hasil pertanian

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia, karena sayuran banyak dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat yang salah satunya untuk membantu

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair) Nurul Ildrakasih 1), Diana Chalil 2), dan Sri

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris. Baik dari sisi ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian memiliki peranan yang relatif

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT, PROTEIN, ZAT BESI DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA BERAS ORGANIK DAN BERAS NON ORGANIK SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT, PROTEIN, ZAT BESI DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA BERAS ORGANIK DAN BERAS NON ORGANIK SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT, PROTEIN, ZAT BESI DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA BERAS ORGANIK DAN BERAS NON ORGANIK SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh : AHMAD JAM AN A 14105506 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi hitam (Oryza sativa L ) merupakan varietas lokal Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Padi hitam (Oryza sativa L ) merupakan varietas lokal Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi hitam (Oryza sativa L ) merupakan varietas lokal Indonesia yang tumbuh tersebar di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH

V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH 5.1 Gapoktan Silih Asih Gapoktan Silih Asih terletak di Kampung Ciburuy rt 02 rw 02, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 16470. Gapoktan ini terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK)

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) PADA GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI IPO MELANI SINAGA H34076081 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peranan sektor pertanian tanaman pangan di Indonesia sangat penting karena keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris sangat kaya tanaman pangan yang tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan khas bagi daerah masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk pertanian yang dibutuhkan masyarakat untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk pertanian yang dibutuhkan masyarakat untuk mencukupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumber daya alam melimpah dan wilayahnya yang luas berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi bagi penduduknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari manfaat yang dirasakan masyarakat dari penggunaan pestisida tersebut. Bahkan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia. petani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi jutaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Beras Secara garis besar jenis beras yang ada dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu beras pera dan beras pulen. Beras pulen umumnya dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007). BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L yang meliputi kurang lebih 25 spesies tersebar di daerah tropis dan daerah

Lebih terperinci

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian Ade Santika dan Rozakurniati: Evaluasi mutu beras ketan dan beras merah pada beberapa galur padi gogo 1 Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 1-5 TEKNIK EVALUASI MUTU BERAS KETAN DAN BERAS MERAH

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012)

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas beras memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian dan menjadi makanan pokok oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1. Lembaga Pertanian Sehat Lembaga Pertanian Sehat atau LPS merupakan suatu lembaga yang memiliki dasar pemikiran bahwa bagi Bangsa Indonesia, pertanian adalah bagian

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Okwan Himpuni H 34066099 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) Oleh DIAN MURDANI H34066035 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mendapat perhatian besar masyarakat di negara maju maupun negara berkembang seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci