BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan. bukanlah tingakah laku yang acak, tetapi tingkah laku yang selektif,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan. bukanlah tingakah laku yang acak, tetapi tingkah laku yang selektif,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuan 1. Pencarian Pelayanan Kesehatan Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan bukanlah tingakah laku yang acak, tetapi tingkah laku yang selektif, terencana dan berpola dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian integral dari budaya yang bersangkutan (Foster & Anderson,1998). Freidson menyatakan bahwa seluruh proses dalam mencari penentuan mencakup perangkap konsultan potensial, mulai dari batasbatas keluarga yang informal dan dekat melalui orang awam yang terseleksi, lebih jauh dan mempunyai otoritas, sampai pada tingkat profesionalisme. Hal ini disebut dengan struktur rujukan awam (Smet,1995). Kleinman menggambarkan tiga sektor yang saling melengkapi perawatan kesehatan diungkapkan oleh Helman (1990) dalam Smet (1994) : a. Sektor awam atau sektor populer adalah domain masyarakat yang tidak profesional. Pada sektor inilah pertama kali kesakitan dikenali dan ditentukan. Hal ini melibatkan keluarga, teman, dan tetangga. b. Sektor tradisional menempati posisi tengah antara sektor awam dan sektor profesional. sektor tradisional ini terdiri dari orang-orang yang

2 mempunyai spesialisasi dibidang penyembuhan, baik suci atau sekuler maupun campuran dari keduanya. c. Sektor para profesional kesehatan, terdiri dari organisasi-organisasi profesi di bidang penyembuhan, yang resmi dan ada sangsinya seperti perawat, dokter, bidan dan psikolog. Hubungan antara ketiga sumber ini sangat kompleks. Jenis bantuan yang diperlukan oleh seseorang sangat tergantung oleh adanya pelayanan kesehatan, faktor finansial, keyakinan, parahnya gejala (Smet,1994). 2. Tahapan Pemanfaatan Medis Dengan menggunakan model Foster dan Anderson, Salan (1988) dalam Smet (1994) menyebutkan lima tahap dalam menuju pemanfaatan medis : a. Keputusan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. b. Keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan profesional. c. Keputusan untuk mencari perawatan medis profesional. d. Keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada tenaga kesehatan profesional dan menerima serta mengikuti apa yang dianjurkan. e. Keputusan untuk mengakhiri peran pasien. 3. Tahapan Penyakit Dan Perawatan Medis Suchman, Doherty dan Camphell (1965) menggambarkan enam tahap penyakit dan perawatan medis melalui siklus sakit (Friedman, 1998):

3 a. Tahap pencegahan penyakit dan pengurangan resiko. Pada tahapan ini keluarga dapat memainkan peranan vital dalam upaya peningkatan kesehatan dan pengurangan resiko. Ada banyak bentuk peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengurangan resiko yang kesemuanya melibatkan keputusan dan partisipasi dari keluarga. Agar strategi sehat dapat berhasil bisa dilakukan dengan perbaikan dalam pola hidup seluruh anggota keluarga, antara lain dengan mempelajari status sehat dan sakit pada masing-masing anggota keluarga. b. Tahap gejala penyakit yang dialami. Tahap ini dimulai bila gejala-gejalanya diketahui, diinterpretasikan sejauh mana menyangkut keseriusannya atau kemungkinan penyebab dan pentingnya atau artinya, dan gejalanya ditemukan dengan berbagai masalah. c. Tahap mencari perawatan. Tahap ini dimulai keluarga ketika menyatakan bahwa anggota keluarga yang sakit benar-benar sakit dan membutuhkan pertolongan. Orang yang sakit dan keluarga mulai mencari informasi, penyembuhan, nasehat dan validitas profesional dari keluarga luas, teman-teman, tetangga dan non profesional (sistem rujukan awam), mencari siapa yang akan menangani.

4 d. Kontak keluarga dengan sistem kesehatan. Tahap ini dimulai ketika kontak mulai dilakukan dengan lembaga kesehatan atau profesional di bidang kesehatan atau dengan praktisi lokal (dukun). e. Respon akut tahap keluarga dan pasien. Karena pasien menerima perawatan kesehatan dari para praktisi kesehatan, sudah tentu ia menyerahkan beberapa hak prerogratifnya dan keputusannya serta diharapkan dapat menerima peran pasien. f. Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan. Adanya suatu penyakit serius dan kronis pada diri seseorang atau anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga. Sebaliknya, efek menghancurkan secara negatif bisa mempengaruhi hasil dari upaya pemulihan ( rehabilitasi). 4. Kecepatan Dan Penundaan Bantuan Kecepatan pencarian bantuan akan semakin cepat jika jarak waktu yang diperlukan untuk memutuskan bahwa dirinya dalam kondisi tidak sehat itu cepat, maka proses pencarian bantuanpun semakin cepat dan segera. Hal ini perlu ditunjang juga dengan pengetahuan tentang konsep sehat-sakit. Pengetahuan kapan dikatakan sakit dan kapan dikatakan sehat (Smet, 1994). Penundaan pengobatan adalah jarak waktu pada waktu orang mengetahui adanya gejala sampai dia mencari bantuan (profesional).

5 Berdasarkan interview, Safer dkk., membedakan tiga tahap atau waktu terjadinya penundaan (Sarafino, 1990; Taylor, 1991) dalam Smet (1994) : a. Appraisal delay : waktu yang dibutuhkan seseorang untuk memutuskan bahwa gejala tersebut serius. b. Illness delay : jarak waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui bahwa gejala tersebut merupakan gejala penyakit dan keputusan untuk mencari pengobatan atau perawatan. c. Utilization delay : waktu antara keputusan untuk mencari pengobatan dan pelaksanaannya. Ada beberapa alasan untuk berbagai tahap penundaan pada umumnya tidak adanya rasa sakit merupakan faktor utama dalam penundaan. Faktor yang lain adalah biaya pengobatan mereka atau menganggap bahwa gejala tersebut tidak serius sebagai alasan mahalnya biaya pengobatan (Smet,1994). 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencarian Bantuan Kesehatan. Menurut Smet (1994), Foster & Anderson (1998), Notoatmodjo (2003) faktor-fakor yang mempengaruhi pencarian bantuan kesehatan, yaitu : a. Keparahan dari gejala Gejala yang muncul pada tiap individu akan direspon berbeda-beda sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Bila gejala yang muncul atau rasa tidak sehat yang ada pada tubuh tidak terlalu dirasakan oleh orang

6 mencari pengobatan bahkan sampai penyakitnya bertambah parah. Sebaliknya orang yang lebih peka terhadap munculnya gejala akan lebih cepat dalam mencari bantuan petolongan dan maendapatkan pengobatan dengan cepat pula. b. Status ekonomi Status ekonomi disini berkaitan dengan pendapatan keluarga, dengan pendapat yang cukup baik maka dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan kesehatan akan lebih terjamin. Dan dana untuk biaya kesehatan telah mereka persiapkan. Sedangkan masyarakat yang mempunyai pendapatan rendah mereka sangat takut pada biaya berobat karena alasan tidak mempunyai uang yang cukup dan mahalnya obat yang harus dibeli. c. Sikap, kepercayaan dan nilai Sikap masyarakat terhadap respon sakit yang dirasakan ditanggapi atau dibiarkan saja, akan mempengaruhi dalam pola pencarian bantuan kesehatan. Kepercayaan ini adalah keyakinan tentang kebenaran terhadap sesuatu yang di dasarkan pada budaya yang ada di masyarakat tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat mempunyai kepercayaan yang salah tentang penyakit maka dapat menghambat dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat kepada orang yang tidak profesional. Sedangkan nilai di masyarakat adalah sebuah konsep yang diwujudkan dalam sistem moral atau agama yang dianut dan di dasarkan juga pada budaya yang ada di

7 masyarakat tersebut. Jika sikap, kepercayaan dan nilai yang ada di masyarakat sangat bagus dan benar dalam penempatannya maka akan memudahkan mereka berada pada sistem pelayanan kesehatan. d. Kesadaran masyarakat Masyarakat yang mempunyai kesadaran tinggi akan lebih mau menerima masukan dan informasi-informasi tentang hal baru terutama dalam masalah kesehatan, sehingga mereka mampu berperilaku baru atau cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Begitu juga dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan mereka akan membawa berobat diri/anggota keluarga yang sakit tanpa menunda-nunda. Sedangkan masyarakat yang mempunyai kesadaran rendah akan melakukan hal sebaliknya, yaitu mereka lebih memilih berdiam diri di rumah dan membiarkan gejala yang di rasakannya sampai hilang. e. Sikap petugas kesehatan Sikap petugas kesehatan disini adalah bagaimana para petugas kesehatan (Perawat, Bidan, Dokter dan tenaga kesehatan lainnya) berlaku tidak ramah atau tidak simpatik kepada pasien, bahkan judes dan tidak responsif saat menerima pasien serta dalam memberikan tindakan medis dan keperawatan. Inilah yang membuat masyarakat menjadi enggan untuk berobat ke sarana kesehatan, karena mereka tahu informasi tersebut dari anggota keluarga, teman, ataupun tetangganya.

8 f. Jarak ke sarana pelayanan kesehatan Jauhnya jarak sarana kesehatan menjadi pengaruh masyarakat dalam mencari bantuan kesehatan. Semakin jauh jarak pusat kesehatan dari rumah maka mereka tidak pergi ke tempat pelayanan kesehatan tersebut, masyarakat lebih memilih mengobati sendiri ataupun pergi ke dukun dan orang pintar lainnya. 6. Perilaku a. Pengertian Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Pengertian lain menyebutkan perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto,2002). b. Jenis Respon Skinner mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Untuk respon dibedakan menjadi dua : 1) Respondent response atau reflexive, adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap.

9 2) Operan response atau instrumental reflexive, adalah respon yang timbul dan berkembang oleh perangsang tertentu. Perangsang ini bersifat memperkuat respon yang telah dilakukan (Notoatmodjo,2003). c. Respon Perilaku Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek. Respon ini berbentuk dua macam yaitu : 1) Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Dalam hal ini perilaku masih terselubung atau covert behavior. 2) Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata atau overt behavior (Notoatmodjo, 2003). d. Terbentuknya Perilaku Selanjutnya Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor: 1) Faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan juga dipengaruhi oleh faktor

10 demografi yang mencakup juga tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi. 2) Faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas kesehatan, ketercapaian fasilitas kesehatan, jarak yang mudah ditempuh, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan. 3) Faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Keterjangkauan fasilitas sangat berpengaruh dalam proses pencarian bantuan. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. Keterjangkauan fasilitas dapat juga dilihat dari segi biaya. Biaya harus disesuaikan dengan pendapatan dari masyarakat di wilayah kerjanya (Effendy, 1998 ). Sikap dan pelayanan dari petugas kesehatan perlu diperhatikan. Karena akan menarik masyarakat untuk pergi dan berkunjung ke fasilitas kesehatan tersebut dalam hal ini adalah puskesmas (Effendy,1998). e. Cakupan Perilaku Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

11 pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup : 1) Perilaku seseoarang terhadap sakit dan penyakit. Perilaku ini sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yaitu: a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. b) Perilaku pencegahan penyakit adalah respon untuk melakukan pencegah penyakit. c) Perilaku sehubungan dengan pencarian bantuan pengobatan dan perawatan yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan dan perawatan. d) Perilaku sehubungsan dengan pemulihan kesehatan yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. 2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern ataupun tradisional. 3) Perilaku terhadap makanan, yaitu respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. 4) Perilaku terhadap lingkungan adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

12 f. Proses Adopsi Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu (Notoatmodjo,2003) : 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. 2) Interest (merasa tertarik ) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek mulai timbul. 3) Evaluation ( menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial (mencoba), subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption (menerapkan), subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Dari kelima tahapan itu yang paling berperan dan rawan terhadap penolakan adalah tahapan trial (mencoba). Apabila pada tahapan ini masyarakat mengalami gangguan atau mendapat kesulitan serta tidak merasakan manfaatnya maka masyarakat tersebut tidak akan mengadopsi atau mengambil tindakan tersebut dikemudian hari. Untuk itu peran health provider atau pemberi pelayanan kesehatan harus benar-benar memberi bimbingan yang benar pada tahapan ini

13 agar masyarakat berhasil dan kelak akan mengadopsi perilaku yang dikehendaki oleh pemberi pelayanan kesehatan. Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2003). 7. Konsep Sehat-Sakit Pada masyarakat terdapat ragam konsep sehat-sakit yang kadang tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan. Timbulnya perpedaan sehat-sakit yang dianut oleh masyarakat dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan disebabkan adanya persepsi sakit yang berbeda antara provider dan masyarakat. Perbedaan itu berkisar antara penyakit dengan rasa sakit (Notoatmodjo,2003). Penyakit dan kesakitan meskipun sangat berkaitan satu dengan yang lainnya, namun mencerminkan suatu perbedaan yang fundamental dan konseptual tentang periode sakit. Menurut Cassel, kesakitan adalah apa yang dirasakan pasien saat pergi ke dokter, sedang penyakit adalah apa yang didapatnya sepulang dari dokter (Smet,1994).

14 Klienman (1983) menggambarkan penyakit sebagai gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologis dan psikofisiologi pada seseorang, sedangkan kesakitan reaksi personal, interpersonal serta kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman (Smet,1994). Sedangkan menurut Perkins sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari, baik aktitas jasmani, rohani maupun sosial (Effendy,1998). Jadi kesakitan menurut Helman adalah respon subyektif dari pasien, serta respon disekitarnya terhadap keadaan tidak sehat. Tidak hanya memasukkan pengalaman tidak sehat tapi juga arti pengalaman tersebut buat dia (Smet,1994). Dari sinilah sesuatu yang sangat menentukan bahwa penyakit atau gejala yang sama, bisa ditafsirkan secara sangat berbeda. Hal ini akan mempengaruhi perilaku mereka selanjutnya serta jenis perawatan yang dicari (Smet,1994). Sudut pandang masyarakat yang berbeda-beda mengenai respon subyektif si pasien dan lingkungan, bukan hanya pengalaman tentang kesehatan dan kesakitan, tetapi juga arti yang dia berikan untuk pengalaman tersebut. Arti ini disebut keyakinan awam. Contohnya keyakinan pada penyakit timbul akibat roh halus atau gunaguna, ketidak seimbangan antara panas dan dingin (Smet,1994;Foster & Anderson,1998).

15 Pengertian sehat juga mempunyai banyak perbedaan. Ada yang menganggap bahwa sehat adalah keadaan yang memungkinkan kita dapat bekerja, ada juga yang mengatakan bahwa keadaan yang mengalami peningkatan nafsu makan (Foster & Anderson,1998). Menurut WHO sehat adalah keseimbangan yang sempurna baik antara fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya semata-mata hanya terbabas dari penyakit atau cacat (Effendy,1998). Sedang menurut undang-undang Kesehatan Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 yang dimaksud sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Effendy,1998). B. Tingkat Pendidikan 1. Pengertian Pengertian pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Mengutip pendapat Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1991). Definisi lain menurut M.J Langevelt, bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang tertuju kepada kedewasaan (jasmani dan rohani) atau pendewasaan anak (Notoatmodjo,2003).

16 2. Ruang Lingkup Pendidikan Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, formal dan non formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah dalam lingkungan keluarga. Pendidikan ini berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagai pendidik, tanpa suatu progam yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti terdapat di sekolah atau universitas. Sedang pendidikan non formal adalah meliputi berbagai usaha khusus yang diselenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktik dan ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang produktif. (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1991; Notoatmodjo, 2003). 3. Jenjang Pendidikan Formal Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang pendidikan No 20 Tahun 2003, jenjang pendidikan formal terdiri atas : a. Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Contohnya : SD, MI, SMP dan MTs atau bentuk lain yang sederajat.

17 b. Pendidikan menengah yaitu lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan menengah kejuruan. Contohnya : SMA, MA, SMK dan MAK atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup progam pendidikan diploma, sarjana, magister, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, istitut atau universitas. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan a. Umur Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur pendidikan yang di dapat akan lebih banyak. Baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah terjadi perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap, atau ketrampilannya (Notoatmodjo, 2003). b. Tingkat sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu (Effendy,1998;Notoatmodjo, 2003).

18 c. Lingkungan Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan seseorang. Seperti contoh orang yang berada dalam lingkungan keluarga yang mendukung serta mengutamakan pendidikan mereka akan lebih termotivasi untuk belajar. Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya tidak mendukung untuk merasakan bangku sekolahan (Effendy,1998; Notoatmodjo, 2003). C. Tingkat Pengetahuan ( Knowledge ) 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengideraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni melalui indra penglihatan, penciuman, rasa, raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan mencakup ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk mengingat atau mengenal kembali. 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), yang mengutip dari Bloom tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :

19 a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall). Sesuatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang telah dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

20 a. Sintesis (Syntesis) Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. b. Evaluasi (Evaluation) Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang sudah ada. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), yaitu : a. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut. b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai dengan tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

21 d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin banyak(bertambah tua). e. Sosial Ekonomi Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut pengetahuan yang di miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin.begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga. 4. Cara pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden Kedalam pengetahuannya yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Arikunto,2002 ; Notoatmodjo, 2003). 4. Cara Mencari Pengetahuan Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu: a. Cara tradisional Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

22 metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis (Notoatmodjo, 2003). b. Cara coba-salah (Trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003). c. Kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). d. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

23 pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tiak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003). e. Melalui jalan pikir Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2003). f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakat kemudian hasil pengmatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil keimpulan umum (Notoatmodjo, 2003). D. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Dengan Kecepatan Pencarian Bantuan ke Sarana Pelayanan Kesehatan. Tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan mempunyai pengaruh yang tidak sedikit pada masyarakat, terutama dalam menentukan serta mengambil suatu keputusan yang terbaik untuk membatu seseorang atau

24 anggota keluarga yang sakit. Yaitu dengan membawanya ke sarana pelayanan kesehatan yang ada. Individu yang mempunyai pendidikan tinggi secara otomatis dia mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan individu yang mempunyai pendidikan formal rendah. Dengan demikian penyerapan dan pemahamannya terhadap hal baru lebih cepat, mereka akan lebih tanggap terhadap masalah yang sedang terjadi sehingga segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut atau dengan segera membawa diri atau anggota keluarganya untuk mencari pertolongan pada orang yang lebih profesional. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Sriyatun (2002) tentang hubungan tingkat pendidikan terhadap lamanya pemberian ASI kepada bayi, didapat bahwa tingkat pendidikan formal yang di miliki seorang ibu ternyata menunjukkan hasil yang bermakna yaitu 67,3% ibu dengan pendidikan SLTAmempunyai kesungguhan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, di banding ibu yang mempunyai pendidikan rendah. Begitupun dengan tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2002) tentang hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku pencegahan penyakit diare pada balita, dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang di miliki seseorang maka dia akan lebih cepat tahu dan mau menerapkan hal-hal baru yang di informasikan oleh petugas kesehatan untuk kesehatan dirinya dan mampu melakukan pencegahan penyakit diare pada anaknya terbukti 53,5 % ibu yang mempunyai pengetahuan dalam kategori tinggi mampu melakukan perawatan

25 dan pencegahan penyakit diare pada anak balitanya. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan akan mempengaruhi masyarakat dalam mencari bantuan khususnya kesehatan ke sarana pelayanan kesehatan yang ada.

26 E. Kerangka Teori Tingkat pendidikan Faktor-faktor yang mempengaruhi: Umur Tingkat sosial ekonomi Lingkungan Tingkat pengetahua n Faktor-faktor yang mempengaruhi: Tingkat pendidikan Informasi Budaya Pengalaman Sosial ekonomi Pelaksanaan terhadap keputusan dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan Kecepatan masyarakat dalam mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan Faktor-faktor yang mempengaruhi: Keparahan dari gejala Status ekonomi Sikap, kepercayaan dan nilai Kesadaran masyarakat Sikap petugas kasehatan Jarak ke sarana kesehatan Bagan 1: Kerangka Teori Modifikasi dari: Bloom 1974; Green1988; Smet 1994; Foster & Anderson 1998; dan Notoatmodjo 2003.

27 f. Kerangka Konsep Variabel Independen Tingkat Pengetahuan Tingkat Pendidikan Variabel Dependen Kecepatan M asyarakat Dalam M encari Bantuan ke SanaPelayanan Kesehatan Bagan 2 : Kerangka Konsep G. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel ini sering disebut dengan variabel bebas, variabel stimulus, input, prediktor, dan antecendent adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat), jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi( Sugiyono, 2005). Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan. 2. Variabel Dependen Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan( Alimul, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecepatan masyarakat dalam mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan.

28 H. Hipotesis Hipotesis alternatif (Ha) yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecepatan masyarakat dalam mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Cepiring Kabupaten Kendal. 2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecepatan masyarakat dalam mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Cepiring Kabupaten Kendal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perawatan Pada Penderita Hipertensi 1. Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

PERILAKU MENCARI BANTUAN

PERILAKU MENCARI BANTUAN PERILAKU MENCARI BANTUAN Kasl dan Cobb (1966) membuat 3 tipe berbeda dari Perilaku Kesehatan Perilaku Kesehatan Perilaku Sakit Perilaku peran-sakit Perilaku Kesehatan Suatu aktivitas dilakukan oleh individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indra yaitu indra

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1 Interprofessional Education (IPE) a. Pengertian IPE Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar

Lebih terperinci

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Menurut Lewit (1993), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) 2.1.1 Definisi Lanjut usia merupakan proses dari tumbuh kembang yang akan dijalami setiap individu, yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Posyandu) adalah Suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat, oleh dan untuk masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006). Pencanangan Indonesia Sehat 2010

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 37 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran umum Laboratorium Klinik di Cilegon Pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa postpartum yaitu waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen maupun varibel dependen.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. MINAT a. Pengertian minat Menurut Purwanto (2001) minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak

Lebih terperinci

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. A. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN 1) BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan) Jaminan Ksehatan menurut Undang-Undang SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini melelui panca indera

Lebih terperinci

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003): 2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi : inspeksi dan palpasi pada payudara. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi : inspeksi dan palpasi pada payudara. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) adalah suatu tindakan wanita dalam mengenali keadaan payudaranya guna mengetahui ada atau tidaknya benjolan yang tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Persepsi Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh: Jalaludin

Lebih terperinci

Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik

Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik PRILAKU SEHAT & SAKIT DI MASYARAKAT IRMA NURIYANTI, SKM, M.Kes Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia. Berbagai program pembangunan yang diselengarakan oleh pemerintah selama ini, pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM RUJUKAN 1. Definisi Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Keperawatan Standard praktik keperawatan professional merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan Nursalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

Lebih terperinci

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan Drg. Novitasari RA,MPH Pendahuluan Aspek Biologis Batasan Perilaku (Behavior) S-O-R Situmulus-Organisme-Respons Dua Jenis Respons (Skiner, 1938) 1. Respondent Respons

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah : 9 masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan yang baik merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan merupakan kebutuhan setiap orang. Pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak menyadari bahwa tubuhnya terus berinteraksi dengan sesama lingkungan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN 46 BAB 6 HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian. Hasil penelitian diperoleh dari isian kuesioner yang sudah disebarkan ke responden (n = 44). Selanjutnya, isian kuesioner diolah

Lebih terperinci

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sendangmulyo merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Tembalang, Semarang. Secara Geografis,, wilayah kelurahan Sendangmulyo sangat luas yaitu mencapai 4.61

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paparan Asap Rokok Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia (NH4OH), acrolein, acetilen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan Diabetes Mellitus 2.1.1 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan biasanya berhubungan erat dengan pekerjaan dan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori i. Praktek Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Perilaku : - Pengetahuan

Lebih terperinci

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah,

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah, Gambaran Pengetahuan dan Sikap Petugas Serta Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Rawat Jalan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kabupaten Kendal Tahun 2015 Muhammad Nur Fathoni *), Agus Perry Kusuma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara-negara maju seperti diabetes melitus, jantung koroner, penyakit

I. PENDAHULUAN. negara-negara maju seperti diabetes melitus, jantung koroner, penyakit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat pangan sempat cukup lama diabaikan sebagai faktor penting dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak menghasilkan energi. Selain itu, kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 Relaps Relaps atau kambuh merupakan sesuatu yang terjadi secara berulang. istilah ini biasanya digunakan pada kasus sakit atau pada narkotika. Berdasarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Umur berhubungan dengan usia kerja, kekuatan fisik dan kecerdasan intelektual maupaun emosional. Kemampuan seorang perawat dalam berpikir kritis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tingkat Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang setelah menggunakan panca indera baik itu indra penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Ginjal Kronik Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan struktur dan penurunan fungsi ginjal yang bisa berdampak pada ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara 58 BAB 6 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara teoritis dan ilmiah. 6.1. Konsep Diri Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden ( 97,06 % ) mempunyai

Lebih terperinci