Analisis Strategi Coopetition Kelompok Usaha Bersama Zocha Garut Menggunakan Value Net

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Strategi Coopetition Kelompok Usaha Bersama Zocha Garut Menggunakan Value Net"

Transkripsi

1 Analisis Strategi Coopetition Kelompok Usaha Bersama Zocha Garut Menggunakan Value Net Ayu Ardhillah Yuliartha 1 Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom ABSTRAK Dinamika perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat secara signifikan. Ekonomi kreatif erat kaitanya dengan industri kreatif dimana industri kreatif merupakan subsistem dari ekonomi kreatif. Industri kreatif merupakan penggerak penciptaan nilai ekonomi pada era ekonomi kreatif yang terdiri dari 15 subsektor. Saat ini, produk kerajinan merupakan salah satu produk unggulan dalam industri kreatif bagi UKM-UKM di daerah-daerah. Salah satu UKM penghasil berbagai kerajinan berbahan dasar akar wangi yang terletak di kota Garut adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Zocha. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan value net Zocha dan memberikan rancangan strategi coopetition menggunakan Player, Added Value, Rules, Tactics, Scope (PARTS) sehingga dapat menciptakan new value co-creation. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang melibatkan UKM di kota Garut dalam periode waktu September hingga Desember Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara kepada player yang memiliki kriteria sebagai informan mengenai proses bisnis Zocha. Dari hasil analisis didapatkan bahwa untuk mengimplementasikan new value co-creation, elemen yang mengalami perubahan dalam PARTS yaitu Player, Added Value, Tactics dan Scope sedangkan Rules tetap sama dengan kondisi existing value co-creation. Penelitian ini memberikan implikasi dalam meningkatkan peran Zocha sebagai value co-creator di kota Garut sekaligus menjadi acuan dalam menggabungkan UKM-UKM potensial agar dapat menciptakan nilai bisnis yang lebih besar dalam wujud kolaborasi, baik bagi kota Garut maupun kota lain. Kata kunci : Coopetition, KUB Zocha, PARTS, UKM, Value Co-creation, Value Net ABSTRACT The dynamics of the creative economy in Indonesia have an impact on national economic growth which increased significantly. Creative economy close relation to creative industries which is a subsystem of the creative economy. Creative industries is driving the creation of economic value in the era of creative economy consists of 15 subsectors. At present, handicraft products is one of the products featured in the creative industries for SMEs in the regions. One SMEs producing various handicrafts made of vetiver which is located in the town of Garut is the Joint Business Group (KUB) Zocha.This study aims to map the value net Zocha and provide design strategies using PARTS coopetition so as to create new value co-creation. This type of research is qualitative method involving SMEs in the city of Garut in the time period September to

2 December Data collection techniques were used interviews to the player who has the criteria as informants about Zocha business processes. From the analysis it was found that to implement new value co-creation, the elements that undergo a change in PARTS is Player, Added Value, Tactics and Scope. Rules remain the same while the existing condition of value co-creation. This research has implications in improving Zocha s role as value co-creator in Garut city as well as a reference for combining potential SMEs in order to create greater business value in the form of collaboration, both for the city of Garut and other cities. Keywords : Coopetition, KUB Zocha, SMEs, PARTS, Value Co-creation, Value Net 1. Pendahuluan Industri kreatif di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat signifikan sehingga menjadi salah satu pemasok devisa terbesar bagi perekonomian nasional. Di Indonesia, industri ini cukup menarik minat banyak pelaku ekonomi untuk mulai menjajaki prospeknya, tentunya dengan pasar yang cukup menjanjikan baik di dalam maupun diluar negeri. Industri kreatif terdiri dari 14 subsektor diantaranya periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fesyen, video,film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi & radio, serta riset dan pengembangan. Saat ini, produk kerajinan merupakan salah satu produk unggulan yang juga dapat disebut sebagai produk primadona dalam industri kreatif bagi UKM-UKM di daerahdaerah.[1] Salah satu UKM penghasil berbagai kerajinan berbahan dasar akar wangi yang terletak di kota Garut adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Zocha Graha Kriya [2]. Franz Limiart sebagai pendiri KUB Zocha memiliki cita-cita untuk memperkenalkan kota Garut mulai dari kancah nasional hingga internasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan komitmen Franz untuk tidak membuka cabang di kota lain dengan harapan dapat mendatangkan pelanggan ke kota Garut sehingga turut mengangkat potensi kerajinan, kuliner dan wisata khas Garut. Cita-cita tersebut dapat terwujud dengan melakukan upaya sistematis salah satunya dengan mengoptimalkan value co-creation yaitu menciptakan nilai pada produk bisnis secara bersama antara dua atau lebih perusahaan. Menurut penelitian Alamanda (2011) dalam publikasi ilmiah Valuable Craft: A Co-creation as a factor of success in Zocha Vetiver Root Industry, saat ini KUB Zocha telah mengimplementasikan value cocreation tetapi hanya melibatkan plasmaplasmanya [3]. Sementara itu, value cocreation memiliki peluang bisnis yang lebih besar dengan turut menggaet UKM-UKM seperti Batik Garutan, Chocodot, Jaket Kulit dan UKM potensial setempat dimana KUB Zocha sebagai inisiator. UKM-UKM yang tadinya bergerak sendiri-sendiri dapat bekerja sama dengan Zocha sebagai Value Co-Creator/ wadah terciptanya kerja sama yang menghasilkan produk yang menciptakan nilai kolaborasi bisnis yang mengedepankan keterlibatan antar pihak termasuk konsumen [4]. Dengan adanya value co-creation, keterlibatan KUB Zocha dengan plasma-plasmanya dan UKM-UKM akan semakin besar sehingga dibutuhkan sebuah strategi untuk menganalisis lingkungan bisnis yang ada. Terdapat strategi yang dapat digunakan untuk melakukan analisis seperti Business Model Canvas, model THE DART dan sebagainya. Namun, untuk mengoptimalkan value cocreation, pemetaan lingkungan bisnis yang dibutuhkan tidak hanya menekankan pada persaingan, tetapi juga kerja sama. Salah

3 satu strategi dinamis yang memadukan keduanya adalah strategi koopetisi. Strategi koopetisi merupakan salah satu bagian dari teori permainan dimana teori ini merupakan suatu pendekatan yang mengilustrasikan permainan lingkungan bisnis yang melibatkan dua atau lebih perusahaan. Teori permainan membantu memodelkan, menganalisis, dan memahami perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis [5]. Aplikasi teori permainan mampu mengubah bidang strategi bisnis salah satunya melalui strategi koopetisi, dimana perusahaan dituntut untuk bisa berkompetisi sekaligus bekerja sama untuk menciptakan dan mendapatkan nilai. [6] Pada dunia bisnis internasional, konsep koopetisi telah banyak diaplikasikan di berbagai kasus perusahaan. Sebagai contoh pada studi kasus aspartam untuk Coke dan pepsi oleh perusahaan NutraSweet dan Holland Sweetener pada tahun 1980-an, studi kasus Harnschfeger Industries dan Kranco untuk produksi mesin derek portal pada tahun 1987, studi kasus McCaw dan LIN Broadcasting Corporation untuk lisensi bisnis telepon selular pada tahun 1988, dan studi kasus distribusi batu bara di Florida antara CSX dan Norfolk Southern pada tahun 1990-an. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep koopetisi mampu diaplikasikan untuk menganalisis persaingan dan permainan bisnis industri. Di Indonesia, salah satu contoh penerapan konsep koopetisi yaitu pada industri perbankan. Sebagai ilustrasi, para nasabah Bank Mandiri tentunya sangat memahami, bahwa mereka dapat melakukan transaksi melalui anjungan tunai mandiri (ATM) milik Bank Mandiri, maupun ATM-ATM milik BRI, BNI, dan bank-bank lainnya. Begitu pula yang terjadi dengan para nasabah bank lain, yang juga dapat memanfaatkan fasilitas ATM Bank Mandiri, BNI, BRI, dan bank lainnya yang terikat dalam suatu kerjasama kemitraan [7]. Aplikasi strategi koopetisi di Indonesia masih minim, padahal masih banyak sektor industri yang berpotensi untuk dikembangkan. Melihat cita-cita pemilik Zocha yang ingin memperkenalkan kota Garut melalui upaya value co creation, keterlibatan KUB Zocha dengan berbagai pihak yang nantinya akan semakin besar dan aplikasi konsep koopetisi di Indonesia yang masih minim. KUB Zocha menginginkan analisa mengenai koopetisi di antara industri sejenis yang bergerak dibidang kerajinan kreatif. Koopetisi yang merupakan bagian dari permainan bisnis digambarkan melalui sebuah alat yang dinamakan jaring nilai (Value Net) yang dikembangkan oleh Adam M. Brandenburger dan Barru J Nalebuff. Value Net merupakan alat yang digunakan untuk memetakan kelompok utama yang berpengaruh dalam lingkungan bisnis sehingga perusahaan dapat mengetahui siapa saja pelanggan, pemasok, komplementor dan pesaingnya. Untuk mengevaluasi hasil pemetaan melalui value net, penulis menggunakan analisis PARTS sebagai alat evaluasi untuk mendeteksi pemain (player) yang terlibat dalam lingkungan koopetisi, nilai tambah (Added Value) yang dimiliki pemain, aturan (Rules) yang berlaku dalam permainan, taktik (Tactics) yang digunakan untuk menjalankan permainan dan cakupan (Scope) permainan bisnis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang dilakukan secara intensif dan mendetail terhadap suatu kasus, yang bisa berupa peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan untuk mengungkapkan atau memahami suatu. [8] Penelitian ini menggunakan value net untuk memetakan lingkungan bisnis Zocha saat ini yang dievaluasi menggunakan PARTS sehingga dapat menghasilkan rekomendasi strategi coopetition untuk menciptakan new value co-creation. Dalam proses validasi data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data.

4 2. Tinjauan Pustaka Teori Permainan (Game Theory) Teori permainan merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk memahami dunia bisnis modern. Teori permainan pertama kali diluncurkan oleh John Von Neumann dan ahli ekonomi Oskar Morgenstern melalui bukunya yang berjudul Theory of Games and Economic Behavior pada tahun 1944 (Brandenburger dan Nalebuff, 1997:20). Teori permainan adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis situasi di mana dua atau lebih individu (atau lembaga) hasil dari suatu tindakan dengan salah satu dari mereka tidak hanya bergantung pada tindakan tertentu yang diambil oleh mereka sendiri tetapi juga pada tindakan yang diambil oleh yang lain (atau orang lain). Dalam keadaan ini rencana atau strategi individu yang bersangkutan akan tergantung pada harapan tentang apa yang orang lain lakukan. [9] Teori permainan meningkatkan pengambilan keputusan strategis dengan memberikan pemahaman yang berharga tentang interaksi beberapa agen kepentingan pribadi. Oleh karena itu, teori permainan semakin banyak digunakan dalam bisnis dan ekonomi (Erhun dan Keskinocak, 2003:5). Teori permainan memiliki keunggulankeunggulan berdasarkan karakteristiknya (Brandenburger dan Nalebuff,1997:21) yaitu sebagai berikut : 1. Teori permainan terfokus langsung pada masalah yang paling mendesak: menemukan strategi yang tepat dan mengambil keputusan yang tepat. 2. Teori permainan sangat efektif bila ada banyak faktor yang bergantung dan tidak ada keputusan yang dapat diambil secara terpisah dari banyak keputusan. 3. Teori permainan adalah alat yang sangat penting untuk diperkenalkan kepada orang-orang lain dalam organisasi. 4. Teori permainan adalah ancangan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan. Muggy dan Stamm (2013) mendefinisikan teori permainan sebagai alat yang ampuh untuk pemodelan interaksi independen pengambil keputusan, termasuk para pemangku kepentingan dalam sistem rantai pasokan kemanusiaan. Sebuah cabang matematika lama digunakan di bidang ekonomi dan ilmu politik untuk model interaksi manusia, teori permainan juga telah diterapkan pada rantai pasokan komersial untuk memaksimalkan nilai (Ketchen dan Hult, 2007), mengoptimalkan usaha kooperasi (kerjasama) (Cachon dan Zipkin, 1999), dan bentuk strategi pemasaran (Huang dan Li, 2001). Teori permainan model desentralisasi pengambil keputusan sebagai pemain dalam permainan, masingmasing membuat keputusan sesuai dengan struktur permainan dan tujuan. Hasil dari game merupakan hasil interaksi antara pengambil keputusan. [10] Perkembangan teori permainan, dijelaskan oleh Fang, Hipel dan Kilgour (1993). Selanjutnya Bradenburger dan Nalebuff (1997) memperkenalkan teori permainan yang mengarah pada model teori permainan kooperatif dengan mempopulerkan istilah koopetisi (coopetition) dan mengembangkan pola pikir baru dalam bentuk teori permainan sebagai alat untuk memadukan persaingan dan kerjasama yang merupakan makna dari koopetisi. Koopetisi telah dikembangkan dalam beberapa studi kasus Siregar (2006), Rusko (2008), Alamanda et al. (2011,2012), Lacoste (2013) Koopetisi (Coopetition) Koopetisi berarti kerjasama dan kompetisi. Koopetisi merupakan strategi

5 perusahaan modern yang menggabungkan kompetisi dan kerjasama dimana dua atau lebih organisasi bersaing dan bekerjasama untuk menciptakan nilai sekaligus bersaing untuk mendapatkan nilai yang lebih besar (Brandeburger dan Nalebuff, 1997:18). Padula dan Dagnino (2007) dalam Rusko (2008) memperkenalkan gagasan koopetisi sebagai sintesis dua paradigma : "Gangguan persaingan dalam Struktur permainan kooperasi " yang mengklaim bahwa koopetisi memberikan pandangan yang lebih realistis dari terungkapnya hubungan kerjasama (kooperasi). [11] Koopetisi adalah strategi bisnis berbasis pada kombinasi kerja sama dan kompetisi, berasal dari pemahaman bahwa pesaing bisnis bisa mendapatkan keuntungan dan menciptakan nilai-nilai ketika mereka bekerja bersama-sama. Model bisnis koopetisi didasarkan pada teori permainan, yang merupakan pendekatan ilmiah (dikembangkan selama Perang Dunia Kedua) untuk memahami berbagai strategi dan hasil melalui permainan yang dirancang secara khusus. [12] Lado, Boyd dan Hanlon (1997) dalam Yami et al (2010:44) menjelaskan koopetisi sebagai hubungan antara dua perusahaan berdasarkan kerjasama untuk mengembangkan produk baru dan menciptakan nilai dan kemudian kompetisi untuk mendapatkan bagian dari memasarkan dan mendistribusikan kembali nilai yang telah dibuat. [13] Bradenburger dan Nalebuff (1997) menggambarkan koopetisi sebagai bagian permainan bisnis yang berkaitan dengan penciptaan dan pemberdayaan nilai. Secara skematis keseluruhan skenario permainan bisnis digambarkan dalam sebuah alat yang dinamakan jaring nilai (value net) Jala Nilai (Value Net) Jala Nilai (Value Net) merupakan perkembangan dari model rantai nilai (value chain model) Porter (1985). Fakta bahwa rantai nilai (value chain) sebagai model penciptaan nilai terlalu kaku dan berurutan, dan tidak dapat merespon perubahan, mendorong terciptanya jala nilai yang lebih fleksibel. Jala nilai adalah jaringan yang dinamis fleksibel di mana para aktor (pemain) menciptakan nilai melalui kolaborasi. Jala nilai dikembangkan untuk memfasilitasi analisis, deskripsi dan studi tentang sistem penciptaan nilai, dan mengambil kegiatan daripada perusahaan sebagai elemen kunci dari analisis strategis (Parolini, 1999). Perusahaan dianggap sebagai node kompleks dalam kompleks jaring nilai yang saling bergantung,di mana kesuksesan datang melalui kolaborasi dan menciptakan lingkungan bisnis dimana masing-masing aktor (pemain) bisa sukses.[14] Jala nilai (Value Net) adalah peta skematis yang dirancang untuk mewakili semua pemain dalam suatu permainan dan saling keterkaitan diantara para. Interaksi atau hubungan terjadi baik secara vertikal maupun horizontal. Sepanjang dimensi vertikal terjadi hubungan antara pelanggan perusahaan pemasok. Sedangkan dimensi horizontal melibatkan kompetitor perusahaan komplementer (Brandenburger dan Nalebuff, 1997:34). Dalam bisnis, fokus pada salah satu sisi bisnis dan melupakan yang lain sering terjadi. Untuk itu value net dirancang untuk mengatasi kecenderungan tersebut. Adapun kerangka dasar value net (Brandenburger dan Nalebuff, 1997) diilustrasikan dalam diagram di bawah:

6 PESAING PELANGGAN PERUSAHAAN PEMASOK Gambar 2.1 Value Net (Jala Nilai) Sumber: Brandenburger & Nalebuff (1997:35) KOMPLEMENTOR Pada kerangka jaring nilai, terdapat beberapa sudut pandang yang perlu diperhatikan. Tetapi, pada prosesnya menebarkan jaring nilai seringkali hanya melihat dari satu sudut pandang yaitu menempatkan diri di tengah dan kemudian melihat ke sekeliling ke pelanggan, pemasok, pesaing dan komplementor. Padahal pada kenyataannya masih ada pelanggan dari pelanggan, pemasok dari pemasok, pesaing dari pesaing, dan komplementor dari komplementor. Secara tidak langsung, pemain dalam hal ini memainkan banyak peran yang menjadikan permainan jauh lebih rumit. Adakalanya melihat seseorang hanya memainkan satu peran dan tidak menyadari peran lain yang mungkin juga dimainkan. Jaring nilai dapat digunakan untuk mengatasi kompleksitas tersebut (Brandenburger & Nalebuff, 1997). Adapun langkah-langkah dalam menggunakan value net sebagai berikut : 1. Value net (jala nilai) menggambarkan berbagai peran dari para pemain. Terdapat kemungkinan dimana pemain yang sama menduduki lebih dari PARTS satu peran secara bersamaan. Pemetaan value net adalah langkah pertama menuju perubahan permainan. 2. Mengidentifikasi semua elemen dari permainan. Ada lima elemen permainan (model PARTS) yaitu Player (pemain), Added Value (nilai tambah), Rules (aturan), Tactics (taktik), Scope (cakupan). [15] Menurut Brandenburger dan Nalebuff (1997:100) PARTS merupakan elemen-elemen yang dapat digunakan untuk mengubah permainan bisnis. Adapun elemen-elemen permainan tersebut yaitu : 1. Player (Pemain) Pemain atau pihak-pihak yang terlibat dalam permainan bisnis yang terdiri dari pelanggan, pemasok, pesaing, dan komplementor. 2. Added Value (Nilai Tambah) Nilai tambah yang dimiliki oleh pemain dalam permainan nilai tambah menentukan siapa yang diantara pemain yang mempunyai kekuatan dalam suatu permainan dan siapa yang akan mendapatkan perolehan nilai yang lebih besar. 3. Rules (Aturan) Aturan yang berlaku di dalam permainan yang menentukan struktur cara permainan dijalankan. Dalam bisnis, tidak ada perangkat aturan yang universal. Aturan dapat bersumber dari kebiasaan, kontrak atau undang-undang. 4. Tactics (Taktik) Alat yang digunakan untuk mempengaruhi atau mengubah persepsi pemain dalam pemainan dimana suatu permainan sangat dipengaruhi oleh berbagai cara orang-orang yang berbeda mempersepsikan sesuatu.

7 5. Scope (Cakupan) Ruang lingkup permainan bisnis yaitu batas-batas yang secara implisit dibuat pemain atas permainan ketika mendefenisikan permainan tersebut. Berdasarkan batas-batas pihak lain tersebut, perusahaan dapat mengambil keuntungan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dan mengubah permainan. 3.1 Existing Value Net Zocha Instansi : TNI, POLRI, Kejaksaan Swasta : Hotel, Resto dan Salon Masyarakat (wisatawan) kelas ekonomi menengah ke atas Untuk mengubah suatu permainan, perlu untuk mengubah satu atau beberapa elemen dimana kelima elemen tersebut dapat memberikan cara baru untuk mengubah suatu permainan menarik menjadi permainan yang baru secara keseluruhan. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini berupa pemetaan value net lingkungan bisnis Zocha yang dituangkan dalam existing value net dan new value net. Kemudian pada bagian terakhir dari penelitian ini akan memberikan rekomendasi strategi coopetition berupa perubahan new value net yang dievaluasi dan dianalisis menggunakan PARTS yang bertujuan untuk menciptakan new value cocreation. Chocodot Batik Garutan Jaket Kulit UKM Pulus Wangi Pabrikasi Benang Stainless Imitasi Kelompok Tenun Kelompok Petani Kelompok Bordir Kelompok Pengrajin Batok Kelompok Pengrajin Bambu Kelompok Pengrajin Bulu itik Kelompok Pengrajin Box Kelompok Jahit Berdasarkan potret strategi Zocha saat ini, yang digambarkan pada Existing Value Net di atas, dapat diketahui bahwa pelanggan Zocha adalah kalangan menengah atas yang terdiri dari instansi pemerintah dan swasta. Instansi pemerintah terdiri dari TNI,POLRI dan kejaksaan yang memanfaatkan produk Zocha sebagai cinderamata (kenang-kenangan) pada saat mengadakan sebuah acara kantor atau untuk rekan bisnis, swasta terdiri dari hotel, resto dan salon yang memanfaatkan produk Zocha sebagai perlengkapan untuk desain interior

8 ruangan spa seperti tempat sabun dan penghias ruangan dari akar wangi, buku daftar harga dan service dengan hiasan akar wangi, serta wisatawan (masyarakat) yang memanfaatkan produk Zocha sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke kota Garut. Produk yang dihasilkan Zocha dihasilkan dari kelompok usaha yang terdiri dari delapan kelompok yaitu kelompok petani akar wangi, kelompok tenun, kelompok jahit, kelompok bordir, kelompok pengrajin batok, kelompok pengrajin bambu, kelompok pengrajin hiasan kupu-kupu dari bulu itik, dan kelompok pengrajin box. Kelompok usaha tersebut di dalam value net bertindak sebagai pemasok yang menghasilkan barang setengah jadi kemudian diserahkan kepada pihak Zocha. Selanjutnya barang setengah jadi yang dihasilkan dari pemasok disempurnakan oleh pihak Zocha dengan menggunakan barang pelengkap dari pabrikasi benang dan stainless imitasi sebagai komplementor dengan berbagai kreatifitas untuk menambah nilai produk sebelum ditawarkan kepada konsumen. Sedangkan untuk pesaing, Zocha sendiri pada awalnya mengakui bahwa sejauh ini belum terdapat pesaing usaha yang berfokus pada pengembangan kerajinan akar wangi di kota Garut, namun berdasarkan analisa penulis, Zocha memiliki beberapa pesaing yaitu Chocodot, batik garutan, jaket kulit dan UKM pulus wangi. Hal tersebut dikarenakan Chocodot, batik garutan, jaket kulit dan UKM pulus wangi juga merupakan icon kota Garut yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh atau cinderamata oleh para pelanggan terutama untuk para wisatawan yang mengunjungi kota Garut. 3.2 Rancangan Strategi Coopetition KUB Zocha menggunakan New Value Net dan PARTS untuk memunculkan New Value Co-creation Zocha UKM-UKM Kerajinan akar di luar kota Garut baik di dalam maupun di luar negeri Instansi : TNI, POLRI, Kejaksaan Swasta : Hotel, Resto dan Salon Masyarakat (wisatawan) kelas ekonomi menengah ke atas Batik Garutan Toko Oleh-oleh Plasma Binaan Zocha Batik Garutan Jaket Kulit Chocodot UKM Pulus Wangi Dan lainya Batik Garutan Jaket Kulit Chocodot Dan Lainya PARTS New Value Co-creation Player Untuk mengimplementasikan new value co-creation. Perubahan player yang terjadi dapat dilihat pada gambar 4.3 yaitu new value net. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa implementasi value cocreation ke depanya menuntut adanya kolaborasi dan sinergi diantara pemain, dimana pemain dalam value net memiliki tersebut memiliki satu, dua atau lebih peran yang berbeda.

9 Added Value Rules Untuk mengimplementasikan new value co-creation, melalui kolaborasi dan sinergi ukm, nilai tambah Zocha dapat menjadi lebih besar dan lebih tinggi di mata pelanggan. Hal tersebut dikarenakan Zocha dapat menciptakan produk dengan kolaborasi bahan baku atau bahan pelengkap yang beragam seperti sentuhan bahan batik garutan dan kulit sehingga pilihan inovasi yang ditawarkan kepada pelanggan pun dapat bervariasi, hanya bagaimana Zocha mampu memanfaatkan kreatifitas sebagai nilai tambah mendasar yang dimiliki untuk menciptakan produk yang bernilai tinggi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Aturan merupakan salah satu elemen yang juga berperan penting dalam mengendalikan proses bisnis. Namun, untuk mengimplementasikan new value co-creation oleh Zocha, tidak ada aturan baru yang seharusnya dibuat ataupun dipermasalahkan. Hanya saja Zocha perlu mempertahankan aturan yang telah dibuat bersama pemasok agar dapat menjalankan bisnis dengan baik seperti saat ini. Hal tersebut penting untuk diperhatikan karena pada prinsipnya jika dilihat pada value net, pelanggan dan pemasok memiliki hubungan yang simetrik yang berarti keduanya memiliki peran yang sama. Bekerja sama dengan pemasok sama pentingnya dengan mendengarkan Tactics Scope keinginan pelanggan. Oleh karena itu, penting untuk menjalin hubungan yang baik dengan pemasok melalui penciptaan aturan yang memberikan keuntungan bersama seperti halnya kepada pelanggan. Untuk mengimplementasikan new value co-creation, Zocha harus tetap menjalankan taktik yang digunakan pada existing value co-creation dan menambah media untuk memperluas akses, seperti memaksimalkan internet untuk memperluas jangkauan pasar sekaligus dapat menjadi media interaktif yang menghubungkan antara Zocha dan pelanggan agar lebih fleksibel dalam menjalin komunikasi satu sama lain. Untuk mengimplementasikan new value co-creation, cakupan bisnis Zocha nantinya akan menjadi lebih besar. Hal tersebut dikarenakan, kolaborasi antara Zocha, batik garutan, jaket kulit dan chocodot tidak lagi mengandalkan bahan dasar akar wangi yang dikreasikan sedemikian rupa. Tetapi, memungkinkan terciptanya suatu produk baru yang bisa saja bahan dasarnya adalah batik garutan, jaket kulit, dan chocodot dan akar wangi hanya sebagai pelengkap, begitupun sebaliknya.

10 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan 1. Value net KUB Zocha saat ini yang disebut sebagai existing value net dipetakan menjadi empat bagian utama yaitu 1) Pelanggan Zocha yaitu kalangan menengah ke atas yang terdiri dari instansi pemerintah, swasta dan wisatawan, 2) komplementor Zocha yang terdiri dari pabrikasi benang dan toko stainless imitasi, 3) pemasok Zocha yang terdiri dari delapan kelompok usaha binaan, 4) pesaing Zocha yang terdiri dari batik garutan, jaket kulit, chocodot dan UKM Pulus wangi. 2. New value net dipetakan menjadi empat bagian utama, 1) Pelanggan Zocha yaitu kalangan menengah ke atas yang terdiri dari instansi pemerintah, swasta, wisatawan, batik garutan dan toko oleholeh, 2) komplementor Zocha yang terdiri dari batik garutan, jaket kulit, chocodot dan lainya, 3) pemasok Zocha yang terdiri dari plasma binaan Zocha, batik garutan, jaket kulit, chocodot, UKM pulus wangi dan lainya, 4) pesaing Zocha yang terdiri dari UKM- UKM kerajinan akar di luar kota Garut baik di dalam maupun di luar negeri. Elemen PARTS yang mengalami perubahan yaitu Player, Added Value, Tactics, dan Scope. Player dalam hal ini mengalami perubahan dengan adanya kolaborasi yang tadinya hanya memiliki satu peran saja di dalam value net, kini dapat memainkan dua atau lebih peran yang berbeda. Added Value dalam hal ini menjadi lebih besar dikarenakan Zocha dapat menciptakan produk dengan kolaborasi sumber daya dan inovasi yang lebih beragam dengan UKM potensial khas Garut, Tactics dalam hal ini mengalami perubahan dengan menambah media untuk memperluas akses, dan Scope dalam hal ini mengalami perubahan menjadi lebih besar karena produk yang dihasilkan tidak hanya berasal dari akar wangi saja melainkan dari berbagai sumber bahan baku yang dikreasikan sedemikian rupa untuk menciptakan produk yang inovatif. 4.2 Saran Menjadikan masyarakat kota Garut sebagai brand endoser produk, menghasilkan produk-produk baru yang kolaboratif diantara UKM potensial, melakukan penjajakan ke UKM-UKM untuk menambah cakupan bisnis, menyiapkan SDM yang minim dengan membuat pelatihan ke pesantren atau masyarakat yang memiliki keinginan yang kuat, memanfaatkan teknologi informasi seperti internet khususnya media sosial website dan instagram untuk memperluas akses kepada pelanggan dan juga mitra lainya, mempertahankan dan meningkatkan elemen rules dengan pemasok agar tidak menghambat proses produksi. Daftar Pustaka [1] Majalah Global Review. (2012). Menilik Kontribusi Industri Kreatif Bagi Ekonomi Negara. [online]. konomi/perdagangan/9-perdagangan- /127-menilik-kontribusi-industri-kreatifbagi-ekonomi-negara.html [26 November 2014]. [2] Liputan 6 SCTV. [2009]. Kreasi Akar Wangi Andalan Garut.[online]. ead/232701/kreasi-akar-wangi-andalangarut.[27 November 2014] [3] Alamanda, DT dan Abdullah R Valuable Craft: A Co-creation as a factor of success in Zocha Vetiver Root Industry, Proceeding of The 3rd

11 Indonesia International Conference on Innovation, Entrepreneurship, & Small Business (IICIES 2011) July 26-28, 2011 Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia. [4] Prihastuti, M.I Atika. (2015). Analisis Value Co-creation Kelompok Usaha Bersama Zocha Garut Menggunakan Business Model Canvas. Skripsi pada S1 Manajemen Bisnis Universitas Telkom Bandung : Tidak Diterbitkan. [5] Erhun, Feryal dan Ponar Keskinocak. (2003). Game Theory in Business Application. [6] Brandenburger, A. and B. Nalebuff (1997). Co-Opetition. Jakarta: Proffesional Books. [7] Siregar, S. L. (2006). Ko-opetisi Perbankan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IV, Institut Teknologi Surabaya, Indonesia. [8] Prastowo, Andi. (2011). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jogyakarta: AR-RUZZ Media. [9] Charmichael, Fiona. (2005). A Guide to Game Theory. [E-book]. Tersedia: DC6C38C4E0643C6EBAE86EFFD [18 November 2014] [10] Muggy, Luke dan Jessica L. Heier Stamm. (2013). Game Theory Application in Humanitarian Operation: a review. Journal of Humanitarian Logistics and Supply Chain Management, Vol.4 Iss 1 pp [11] Rusko, Rauno. (2008). Exploring the concept of coopetition: A typology for the strategic moves of the Finnish forest industry. Industrial Marketing Management 40, [12] Mongkhonvanit, Jomphong. (2014). Coopetition for Regional Competitiveness. [E-book]. Tersedia: 77c25acb9cc62fb c23b07 [2 Desember 2014] [13] Yami, said et al. (2010). Coopetition. [E-book]. Tersedia: EBB37A1841F568699C83EFC8D252E 0F4 [3 November 2014]. [14] Kähkönen, Anni-Kaisa. (2010). Value Net- a New Business Model for The Food Industry?.British Food Journal,Vol.114 Iss 5 pp [15] Lendel, Villiam. (2007). The Value Net. Journal of Information, Control and Management System, Vol.5,No.2.

Tabel 1.1 Profil Zocha Graha Kriya I. DATA PERUSAHAAN. 1. Nama Perusahaan Zocha Graha Kriya. 2. Nama Pemilik Franz Limiarto PJ

Tabel 1.1 Profil Zocha Graha Kriya I. DATA PERUSAHAAN. 1. Nama Perusahaan Zocha Graha Kriya. 2. Nama Pemilik Franz Limiarto PJ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Kelompok Usaha Bersama (KUB) Zocha Garut KUB Zocha Graha Kriya merupakan perusahaan yang berbentuk Commanditaire Vennootschap (CV) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Perusahaan Zocha Graha Kriya di Garut merupakan sebuah Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang bergerak di bidang kerajinan, seni, dan pariwisata

Lebih terperinci

GAMBAR 1.1 LOGO KUB ZOCHA GARUT

GAMBAR 1.1 LOGO KUB ZOCHA GARUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Kelompok Usaha Bersama Zocha Garut Kelompok Usaha Bersama (KUB) Zocha Graha Kriya yang dalam bahasa sunda berarti mata, merupakan perusahaan

Lebih terperinci

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI-5

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI-5 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI-5 COOPETITION Adam M Bradenburger dan Barry J Nalebuff Harvard Business School & Yale School of Management BISNIS ADALAH PERANG Tidaklah Cukup Hanya Sukses Orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi ekonomi inovatif mulai bermunculan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di Indonesia. Potensi ini memberikan dampak pada perkembangan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

KAJIAN VALUE CO-CREATION SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KELOMPOK USAHA BERSAMA ZOCHA GARUT MENGGUNAKAN MODEL THE DART

KAJIAN VALUE CO-CREATION SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KELOMPOK USAHA BERSAMA ZOCHA GARUT MENGGUNAKAN MODEL THE DART KAJIAN VALUE CO-CREATION SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KELOMPOK USAHA BERSAMA ZOCHA GARUT MENGGUNAKAN MODEL THE DART Ahmad Khoirudin Anwar Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE CO-CREATION KELOMPOK USAHA BERSAMA ZOCHA GARUT MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

ANALISIS VALUE CO-CREATION KELOMPOK USAHA BERSAMA ZOCHA GARUT MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS ANALISIS VALUE CO-CREATION KELOMPOK USAHA BERSAMA ZOCHA GARUT MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS M.I.Atika Prihastuti 1, Dini Turipanam Alamanda 2 Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu untuk menggunakan kekreatifitasannya untuk menjadi lebih unggul dibandingkan para pesaing. John Howkins

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif dapat dibilang merupakan salah satu industri paling menjanjikan dan diminati para pebisnis di era global saat ini terutama di negeri kita tercinta

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT.Bonli Cipta Sejahtera

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT.Bonli Cipta Sejahtera BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil PT.Bonli Cipta Sejahtera PT. Bonli Cipta Sejahtera berdiri pada bulan Februari Tahun 2012, yaitu penggabungan tiga perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian semakin cepat seiring dengan munculnya potensi ekonomi baru yang mampu menopang kehidupan perekonomian masyarakat dunia. Pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya adalah win-lose, dimana suatu perusahaan berusaha mengalahkan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya adalah win-lose, dimana suatu perusahaan berusaha mengalahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompetisi dalam bisnis terjadi karena satu atau lebih pelaku bisnis merasa terhimpit atau melihat peluang untuk mengubah posisi bisnis menjadi lebih baik. Kompetisi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menyalurkan dana masyarakat dan menginvestasikan kembali dana tersebut untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

KOOPETISI INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA

KOOPETISI INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA KOOPETISI INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA Suzanna L. Siregar Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100, Depok 16424 E-mail : ssiregar@staff.gunadarma.ac.id ABSTRAK Koopetisi sebagai perspektif alternatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di negara-negara maju sendiri mereka

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA Sumarno Dwi Saputra Fakultas Ekonomi UNISRI Surakarta ABSTRAK Modal utama dalam menghadapi era globalisasi adalah keatifitas. Untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era komunikasi serta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari pola pikir dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman saat ini yang ada di Indonesia telah banyak sekali pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi pengembangan industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi kendaraan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data dari badan pusat statistik dari tahun 2000 hingga 2012 menunjukkan kenaikan jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha menyadari suatu kebutuhan untuk mengeksploitasi sepenuhnya aset-aset mereka demi memaksimalkan kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif merupakan salah satu faktor yang menjadi penggerak perekonomian nasional. Industri kreatif Indonesia semakin berkembang dan diminati pasar global. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Hal ini semakin terlihat persaingan baik dari segi kualitas dan promosi jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (21/8/2012). Hal ini tidak terkecuali pada perusahaan jasa, perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. (21/8/2012). Hal ini tidak terkecuali pada perusahaan jasa, perusahaan dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti sekarang ini semakin marak dunia persaingan disegala bidang kehidupan. Terutama dalam dunia bisnis, perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK Industri kreatif telah membuktikan proporsi kontribusinya yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan global dalam transformasi ekonomi, baik secara regional maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu dari era pertanian

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi adalah sektor perindustrian. Dalam era globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan inovasi-inovasi baru hampir diseluruh sektor perekonomian. Perkembangan sistem pembayaran merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Jasa 2.1.1 Definisi Perkembangan industri jasa semakin hari semakin pesat, hal ini untuk mendukung pertumbuhan industri lainnya yang membutuhkan jasa dalam operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia kuliner di beberapa tahun belakangan ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia kuliner di beberapa tahun belakangan ini seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia kuliner di beberapa tahun belakangan ini seperti restaurant dan café kini semakin pesat. Banyak sekali cafe dan restaurant asing berjamuran di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas persaingan di kalangan industri atau dunia bisnis. Setiap perusahaan dituntut untuk semakin

Lebih terperinci

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Daftar UKM dari Disperindag... 96 LAMPIRAN 2 : Data produksi 5 UKM meubel... 97 LAMPIRAN 3 : Kuesioner Industri dan Dinas... 99 LAMPIRAN 4: Output hasil simulasi 4 skenario...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban ekonomi dunia terbagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah

Lebih terperinci

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut dunia perdagangan mampu menyediakan layanan jasa dan barang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Jurnal JARKOM Vol. 2 No. 1 Desember 2014

Jurnal JARKOM Vol. 2 No. 1 Desember 2014 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN LOKASI USAHA KERAJINAN TANGAN MENGGUNAKAN CAKEPHP Meireza Pratama 1, Mohammad sholeh 2, Naniek widyastuti 3 1,2,3 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, hlm. 185

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, hlm. 185 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Bank adalah sebuah lembaga bagi masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini memang berlangsung sangat cepat. Semua negara di dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini memang berlangsung sangat cepat. Semua negara di dunia ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha beberapa tahun belakangan ini memang berlangsung sangat cepat. Semua negara di dunia ini terus berlomba mengerahkan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia perekonomian yang terus berubah seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri adanya persaingan bisnis antar perusahaan untuk dapat terus bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat

Lebih terperinci

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015 PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015 LEMBAGA LAYANAN PEMASARAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH www.smescoindonesia.com www.smescotrade.com RAPAT KOORDINASI NASIONAL PEMBERDAYAAN KOPERASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nama RODEX Tours & Travel merupakan perusahaan jasa yag memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. nama RODEX Tours & Travel merupakan perusahaan jasa yag memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia usaha Tour & Travel saat ini yang tidak lepas dari persaingan dengan para pelaku usaha sejenis, menuntut perusahaan untuk

Lebih terperinci

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus

Lebih terperinci

Jordyanto Hermanus Laemonta & Metta Padmalia, Pengaruh Inovasi dan Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Konsumen Terang Bulan Martabak 93

Jordyanto Hermanus Laemonta & Metta Padmalia, Pengaruh Inovasi dan Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Konsumen Terang Bulan Martabak 93 Jordyanto Hermanus Laemonta & Metta Padmalia, Pengaruh Inovasi dan Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Konsumen Terang Bulan Martabak 93 Pengaruh Inovasi dan Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 350 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Kesimpulan Dalam bab ini digambarkan kesimpulan tentang temuan penelitian, hasil analisis penelitian, dan fenomena yang relevan untuk diungkap sebagai bagian penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasarkan potensi daerah yang dimilikinya baik secara regional, nasional

BAB I PENDAHULUAN. memasarkan potensi daerah yang dimilikinya baik secara regional, nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Berbagai kota atau kabupaten di Indonesia saat ini sedang berlomba dalam memasarkan potensi daerah yang dimilikinya baik secara regional, nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting, salah satunya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting, salah satunya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan isu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pelanggan pada kondisi pasar yang kompetitif merupakan faktor penting, salah satunya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan isu utama dari bisnis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Pada zaman modern saat ini, perkembangan dunia teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Pada zaman modern saat ini, perkembangan dunia teknologi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pada zaman modern saat ini, perkembangan dunia teknologi dan komunikasi sudah sangat pesat dan sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Teknologi dan

Lebih terperinci

PENGENALAN E-COMMERCE

PENGENALAN E-COMMERCE BAB PENGENALAN E-COMMERCE TUJUAN: 1. Praktikan mengetahui peran E-commerce dalam bisnis modern 2. Praktikan bisa mendefinisikan arti E-Commerce 3. Praktikan dapat memahami manfaat E-Commerce 1.1. Mengapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korporat dengan membangun bisnis-bisnis baru, sinergi menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. korporat dengan membangun bisnis-bisnis baru, sinergi menjadi topik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan yang menjadi korporat dengan membangun bisnis-bisnis baru, sinergi menjadi topik yang penting. Hampir semua perusahaan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kegiatan pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan perusahaan dalam usaha untuk menjual serta meningkatkan nilai perusahaan di mata konsumen terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Lazada Berikut ini adalah logo dari lazada :

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Lazada Berikut ini adalah logo dari lazada : BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian dalam karya tulis ini merupakan perusahaan online shop yang menawarkan berbagai jenis produk. Sebagian besar website online shop yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I ini akan dijelaskan secara umum mengenai bagaimana latar belakang pemilihan judul proyek, rumusan masalah yang mempengaruhi bagaimana desain proyek nantinya, tujuan proyek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kepariwisataan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang semakin tampak serta

Lebih terperinci

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung pembangunan ekonomi masyarakat. PT. Pos Indonesia. merupakan suatu BUMN yang bergerak dalam kegiatan pelayanan lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung pembangunan ekonomi masyarakat. PT. Pos Indonesia. merupakan suatu BUMN yang bergerak dalam kegiatan pelayanan lalu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jasa pengiriman punya peranan penting dan strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi masyarakat. PT. Pos Indonesia merupakan suatu BUMN yang bergerak dalam kegiatan

Lebih terperinci

Industri Kreatif Jawa Barat

Industri Kreatif Jawa Barat Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai strategi mencapai keunggulan bersaing. Tipe aliansi pada APIP S Kerajinan Batik adalah Nonequity

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis yang telah termasuk dalam era modern sudah dikenal dengan wirausaha. Wirausaha yang tergolong dalam suatu cara untuk berbisnis, dikenal sebagai salah satu cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang pesat. Seiring dengan berjalannya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang pesat. Seiring dengan berjalannya perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi yang semakin berkembang pesat memberikan dampak hampir pada semua bidang usaha, hal ini mendorong perusahaan untuk harus mampu beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). BAB I 1.1 Latar belakang PENDAHULUAN Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun 17 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini banyak muncul industri-industri yang menawarkan serta memasarkan sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an, dimulailah era baru ekonomi dunia yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, era tersebut populer dengan sebutan ekonomi kreatif atau industri

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber: BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Era Ekonomi Kreatif Kondisi ekonomi di Dunia saat ini telah memasuki era ekonomi gelombang ke- 4 yang dikenal dengan nama Era Ekonomi Kreatif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah ekonomi di dunia tergambar sejak revolusi industri di Inggris antara tahun 1750-1850 masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin industri yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci