ANALISISS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISISS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA"

Transkripsi

1 ANALISISS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA SEPTIANA ULY A. S. SITORUS DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 201

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Septiana Uly A.S. Sitorus H

3 RINGKASAN SEPTIANA ULY A. S. SITORUS. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Dibimbing oleh ADI HADIANTO. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, terutama sebagai penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja, mendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri. Laju permintaaan kakao terus meningkat setiap tahun seiring dengan meningkatnya konsumsi produk berbahan dasar kakao. Menurut BPS (2010), konsumsi kakao Indonesia dibedakan atas konsumsi cokelat instan dan cokelat bubuk. Perkembangan konsumsi kedua jenis cokelat tersebut dari tahun relatif berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar persen untuk konsumsi cokelat instan dan persen untuk konsumsi coklat bubuk. Tingginya permintaan tersebut menciptakan persaingan di sektor industri produk berbahan dasar kakao. Hal ini berdampak pada penetapan harga dan kinerja pada industri kakao di Indonesia yang selanjutnya akan mempengaruhi struktur, perilaku, dan kinerja industri itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) stuktur industri, 2) perilaku industri, 3) kinerja industri kakao di Indonesia, dan 4) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur, perilaku, dan kinerja industri kakao di Indonesia. Industri kakao yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri kakao dengan kode KBLI yaitu industri pengupasan, pembersihan, dan pengeringan kakao menjadi konsumsi cokelat, dan waktu analisis yang dilakukan pada periode Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis tujuan 1,2,3 adalah metode Structure, Conduct, Performance (SCP), sedangkan metode yang digunakan untuk menjawab tujuan ke-4 adalah Ordinary Least Square (OLS). Struktur industri menggambarkan bagaimana keadaan industri kakao ini, yang dinilai dari beberapa elemen seperti konsentrasi ratio (CR 4 ), hambatan masuk pasar (MES), pangsa pasar, derajat perbedaan produk, dan informasi yang diperoleh untuk masuk dalam suatu industri. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata nilai CR 4 adalah sebesar persen, besarnya nilai rata-rata MES adalah sebesar persen, produknya terdiferensiasi, dan akan sulit untuk memperoleh informasi untuk memasuki industri, sehingga dapat disimpulkan bahwa industri kakao ini bersifat oligopoli. Perilaku industri kakao di Indonesia dilihat dari strategi harga, strategi produk dan strategi promosi. Strategi harga dilihat dengan pertimbangan biaya produksi, strategi produk dilihat dengan pengklasifikasian dari harga produk, dan strategi promosi dilakukan secara visual melalui iklan. Sedangkan untuk kinerja industri kakao dilihat dari besarnya PCM yaitu persen, X-eff sebesar persen. Dilihat dari besarnya PCM, nilai ini tergolong rendah untuk kinerja suatu industri. Rendahnya kinerja industri kakao ini diduga karena besarnya nilai tambah belum bisa menutupi nilai input secara maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri digambarkan oleh variabel dependen yang dijelaskan dengan variabel Price Cost Margin (PCM),

4 sedangkan yang menjadi variabel independen adalah CR 4, MES, produktivitas (PROD), efisiensi internal (X-eff), dan jumlah perusahaan (JLP). Dari lima variabel independen ini hanya ada satu variabel saja yang berpengaruh signifikan, yaitu efisiensi internal (x-eff). Hal ini sesuai dengan hipotesa karena efisiensi internal menggambarkan upaya untuk meminimumkan biaya produksi, hal ini dimana semakin tinggi efisiensi internal akan meningkatkan PCM. Berdasarkan hasil analisis, saran yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: industri diharapkan mampu menekan biaya produksi dan mampu meningkatkan nilai output menjadi lebih tinggi, sehingga nilai tambah ikut meningkat dan dapat menutupi biaya input sehingga kinerja dari masing-masing industri ikut meningkat dan semakin meningkatkan persaingan sehingga hanya industri yang mampu bertahanlah yang akan tetap ada dalam suatu persaingan. Kata kunci : Struktur, Perilaku, Kinerja Industri Kakao

5 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA SEPTIANA ULY A. S. SITORUS H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

6 Judul Nama NIM : Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia : Septiana Uly A. S. Sitorus : H Disetujui Pembimbing Adi Hadianto, SP, M.Si NIP Diketahui Ketua Departemen Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 7 September 1990 di Medan, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Bapak TM. Sitorus dan Ibu R. Panjaitan. Penulis memulai pendidikan dari tingkat kanakkanak di TK Methodist 5 Medan dan menyelesaikannya pada tahun 1996, menyelesaikan pendidikan dasar di SD Santa Maria Pekanbaru pada tahun 2002, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SMP Santa Maria Pekanbaru pada tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan sekolah tingkat atas di SMAN12 Medan pada tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke Pergururan Tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB dalam Komisi Pelayanan Anak (KPA). Penulis juga pernah mengikuti kepanitian seperti IPB Art Contest (IAC) dan beberapa pelatihan mengenai entrepreneur.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga selesai dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia ini ditulis sebagai syarat melakukan penelitian dan tugas akhir dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penulisan pada skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur, perilaku, dan kinerja industri kakao yang ada di Indonesia sehingga dapat memberi manfaat bagi para pembaca pada umumnya, selain itu dapat juga memberikan masukan pada pihak stakeholder. Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan. Bogor, Juli 2012 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus. Selain itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen pembimbing atas arahan, bimbingan, waktu, dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas pelajaran dan pengalaman berharga yang telah diberikan. 2. Novindra, SP, M.Si dan Hastuti SP, MP, M.Si sebagai dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Orang tua tersayang (Drs.TM Sitorus dan Dra. R. Panjaitan) yang selalu mendoakan dan menyemangati, serta kasih sayang yang telah diberikan. 4. Saudara-saudaraku tercinta Kak Emmy, Kak Teres, Kak Cima, Bang muel, Daniel, Bang Gonmy, Bang Martin, dan Abbey yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat, serta kasih sayang. 5. Dinas terkait (BPS, Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Perkebunan) yang telah memberikan data dalam penelitian ini sehingga penulisan skripsi ini dapat dilakukan dengan baik. 6. Teman-teman satu bimbingan (Mafia Sartika Dewi, Adelina Anjani, Novianti, Anissa Saras waty, Rani Sumarni, Latifah Hanum, dan Vicky Amelia) atas kerjasama dan semangatnya dalam memotivasi penyelesaian skripsi ini

10 7. Teman-teman ESL 45 yang saling mendukung, terutama sahabat ESL 45 Riakantri Siregar, Tantri Sianturi, Dyah Puspitaloka, dan Pebri Antoni Sagala yang saling memotivasi. 8. Teman-teman Pondok Putri yang juga turut mendukung dan saling memotivasi. (Erti Sinaga, Fennyka Pratami Putri, Evi Sinaga, Satriani Situmorang, Gusti, Dian Silalahi, Nikita, Febby Silalahi). 9. Staf dan dosen pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii ix x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Keseimbangan Pasar Konsep Ekonomi Industri Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Struktur Pasar Perilaku Pasar Kinerja Pasar Tinjauan Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Struktur Pasar Analisis Perilaku Pasar Analisis Kinerja Pasar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Kakao di Indonesia Uji Statistik Uji R-Squared (R2) Uji F Uji t Uji Ekonometrika Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi... 44

12 Uji Heteroskedastisitas V. GAMBARAN UMUM Prospek Kakao di Indonesia Produksi Kakao di Indonesia Konsumsi Kakao di Indonesia Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Industri Kakao di Indonesia Konsentrasi Pasar Hambatan Masuk Pasar Derajat Perbedaan Produk Informasi Analisis Perilaku Pasar Strategi Harga Strategi Produk dan Promosi Analisis Kinerja Pasar Analisis Price Cost Margin (PCM) Analisis Efisiensi Internal (X-eff) Hasil Uji Analisis Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Uji R-Squared (R 2 ) Uji F Uji t Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Normalitas Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 7

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Perkembangan Luas Areal Kakao Indonesia Menurut Status Penguasaannya Tahun Produksi Kakao di Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun Perkembangan Konsumsi Cokelat Instan dan Cokelat Bubuk di Indonesia Tahun Proyeksi Permintaan Kakao Indonesia, Jumlah Perusahaan Yang Masuk Dalam Industri Kakao, Perbedaan Pasar Berdasar Struktur Pasar... 26

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Perkembangan Harga Domestik Kakao Indonesia Tahun Klasifikasi Struktur Pasar Penetapan Harga Pasar Persaingan Sempurna Keuntungan Pasar Persaingan Sempurna Penentuan Harga Pasar Monopoli Keuntungan Pasar Monopoli Penetapan Harga Pasar Monopolistik Keuntungan Pasar Monopolistik Harga Keseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Alur Kerangka Pemikiran Penelitian Kurva CR 4 Industri Kakao Tahun Kurva MES Industri Kakao Indonesia Tahun Kurva Price Cost Margin Industri Kakao Tahun Kurva Efisiensi Internal Industri Kakao Tahun

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Nilai Input, Nilai Output, Nilai Tambah, Input TK, dan Barang yang dihasilkan Industri Kakao Tahun (ribu Rp) Rasio Konsentrasi Industri Kakao di Indonesia Tahun Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Kakao di Indonesia Tahun Price Cost Margin Industri Kakao di Indonesia Tahun Efisiensi Internal Industri Kakao di Indonesia Tahun Produktivitas Industri Kakao di Indonesia Tahun Hasil Regresi Industri Kakao di Indonesia tahun dengan menggunakan software Minitab

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting sebagai penyedia input bagi sektor lain, sehingga sektor pertanian dikatakan berpengaruh dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka Indonesia mulai mencanangkan masa depan menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian akan semakin kuat. Sektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang dianggap pertumbuhannya paling konsisten jika dilihat dari hasil produksi, luas areal lahan, dan produktivitasnya. Sektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Berdasarkan harga yang berlaku, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang dimana penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Menurut BPS (2011), tanaman perkebunan Indonesia mampu menghasilkan miliar rupiah terhadap PDB Indonesia, sedangkan untuk tenaga kerja sektor ini mampu menyerap tenaga kerja. Beberapa komoditas perkebunan yang dianggap penting di Indonesia, seperti: karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu merupakan komoditas unggulan yang menyumbang devisa bagi negara secara rutin. Kelapa sawit, karet dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman

17 perkebunan lainnya dengan laju pertumbuhan lebih dari lima persen per tahun. Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusahaan komoditas tersebut relatif lebih baik dan juga kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut guna meningkatkan jumlah produksi. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja, mendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri, karena kakao dianggap sebagai salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan dari 15 komoditas unggulan nasional yang dicanangkan untuk dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia karena ekspor kakao Indonesia mampu membantu untuk meningkatkan devisa Indonesia, hal ini dibuktikan dengan mampunya kakao sebagai penyumbang devisa Indonesia peringkat keempat setelah kelapa sawit, karet, dan kelapa. Indonesia yang juga dikenal sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia turut berperan aktif dalam ekspor komoditas kakao dunia karena Indonesia menyumbang sebesar 15 persen kakao untuk dunia. (Direktorat Jendral Perkebunan, 2010). Indonesia sebagai negara pengekspor dituntut untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar internasional sehingga sering mengesampingkan permintaan dalam negeri sendiri. Konsumsi kakao dalam negeri hanya berkisar sepertiga dari total produksi kakao Indonesia. (Direktorat Jendral Perkebunan, 2010). Kakao merupakan komoditas yang paling banyak dikelola oleh rakyat, pada periode , luas areal kakao PR bertambah dengan laju rata-rata sebesar 2

18 39.46 persen per tahun sedangkan pada tahun rata-rata pertumbuhan luas areal kakao PR hanya sebesar persen per tahun. Sebaliknya luas areal kakao PBN dan PBS tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama periode , namun cukup besar peningkatannya pada periode sebelumnya yakni pada tahun yang mana besarnya masing-masing adalah persen dan persen. Tabel 1 akan menunjukkan bahwa periode empat tahun terakhir yakni , luas areal kakao PR dan PBN mengalami peningkatan masing-masing sebesar 7.14 persen dan persen, sementara luas areal kakao PBS relatif tidak mengalami peningkatan luas areal yaitu sebesar 0.36 persen Tabel 1. Perkembangan Luas Areal Kakao Indonesia Menurut Status Penguasaannya Tahun Tahun PR PBN PBS Total Luas (Ha) Growth (%) Luas (Ha) Growth (%) Luas (Ha) Growth (%) Luas (Ha) Growth (%) (5.94) (11.79) (2.66) * (0.78) Ratarata Keterangan: * = angka sementara Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2010 Seiring dengan perkembangan luas areal maka produksi kakao Indonesia juga terus mengalami peningkatan dari tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar persen. Peningkatan produksi yang cukup signifikan terjadi pada PR periode hingga mencapai persen. Sementara itu, produksi kakao untuk PBN dan PBS juga terus mengalami peningkatan walaupun dalam kuantitas yang relatif kecil. Berikut ini produksi kakao periode akan disajikan dalam tabel 2. 3

19 Tabel 2. Produksi kakao di Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun Tahun PR PBN PBS * Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2010 Tingginya permintaan kakao turut meningkatkan konsumsi kakao di Indonesia. Menurut BPS (2010), konsumsi kakao Indonesia dibedakan atas konsumsi cokelat instan dan cokelat bubuk. Perkembangan konsumsi kedua jenis cokelat tersebut dari tahun relatif berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar persen untuk konsumsi cokelat instan dan persen untuk konsumsi cokelat bubuk. Konsumsi cokelat bubuk sangat berfluktuasi dan tertinggi terjadi pada tahun 1996 yang mencapai 20.8 gr/kapita. Perkembangan konsumsi cokelat instan juga berfluktuasi dan cenderung meningkat sejak tahun 2004, hingga pada akhirnya tahun 2005 mencapai 31.2 gr/kapita, kemudian sejak tahun 2006 konsumsi cokelat instan berfluktuasi cenderung menurun hingga pada tahun 2008 hanya mencapai 23.4 gr/kapita. Pada tabel 3akan ditunjukkan besarnya konsumsi cokelat instan dan cokelat bubuk masyarakat Indonesia dari tahun 1981 hingga tahun

20 Cokelat Instan Cokelat Bubuk Tahun Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi Pertumbuhan (gr/ kapita) (%) (gr/ kapita) (%) Rata-rata Harga domestik (Rp)

21 Disisi lain, pada kenyataannya harga kakao ini masih dianggap rendah dibanding komoditas sawit dan karet, sehingga banyak perkebunana kakao yang dikonversi menjadi sawit maupun karet. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa butuh adanya perbaikan kinerja industri pada kakao. Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditas (Bappebti, 2011), harga kakao pada tahun 2011 menurun dari tahun 2010 yaitu dari dolar AS per ton menjadi dolar AS per ton. Hal ini juga diakibatkan dari nilai ekspor yang menurun dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 40 persen, yakni dari ton menjadi ton, sedangkan produksi kakao terus meningkat. Hal ini dipengaruhi karena terjadinya krisis eropa pada tahun 2011, sedangkan tujuan utama ekspor kakao Indonesia adalah Eropa. Selain itu pada penutupan perdagangan di Bursa ICE, harga kakao terus melemah karena prediksi bahwa permintaan terhadap komoditas pangan akan mengalami penurunan. Harga kakao berjangkan untuk kontrak pengiriman bulan September mengalami penurunan sebesar 12 dolar AS (0.52 persen) dan ditutup pada posisi dolar AS per ton. Penurunan harga yang terjadi pada kakao ini diprediksi karena permintaan akan komoditas pangan, termasuk kakao ikut menurun sehingga berimbas pada pukulan harga yang melemah. (Kompas, 2012) Namun, bagi industri pengolahan kakao masalah harga yang dipaparkan diatas tidak menjadi satu hambatan yang menakutkan dalam pengolahan kakao. Hal ini jelas terlihat kontras karena menurut BPS (2011), industri masih menjadi konsumen terbesar kakao. Hal ini didukung karena industri lebih menghasilkan nilai tambah yang lebih. Menurut Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI, 2009) dalam Rahmanu (2009) menyatakan bahwa perusahaan pengolahan kakao yang ada di Indonesia berjumlah 28 perusahaan, namun hingga sampai tahun 2006 hanya ada 6

22 15 perusahaan yang tersedia dan dari 15 perusahaan pengolahan kakao hanya 10 perusahaan saja yang melakukan aktivitas produksi dan sisanya lima perusahaan lagi tidak melakukan aktivitas produksi. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi pengolahan kakao di Indonesia belum berkembang dengan baik, namun pada kenyataannya permintaan akan kakao terus mengalami peningkatan baik di pasar domestik maupun pasar intenasional. Menurut data BPS (2011), terdapat beberapa perusahaan baru yang masuk dalam industri kakao. Masuknya perusahaan baru dalam pengolahan kakao menggambarkan bahwa produksi kakao Indonesia mengalami peningkatan dan menjadi perhatian yang terus dikembangkan. Daerahdaerah yang menjadi sentra pemasok kakao juga terus mengalami peningkatan produksi sebagai penyumbang kakao Indonesia. Industri dinilai mampu memperbaiki kondisi yang tidak stabil dalam perkebunan kakao. Melalui peran industri maka dapat dilihat bagaimana persaingan kakao secara industrialisasi. Selain itu dari struktur industri yang tercipta dapat ditentukan bagaimana kinerja industri yang tepat dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja dari masing-masing industri. Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan adanya pendekatan Structure, Conduct, Performance (SCP). Pendekatan SCP ini mampu menjelaskan bagaimana langkah yang semestinya diambil, karena dengan mengetahui struktur, perilaku, dan kinerja pasar maka dapat diketahui kebijakan mana yang paling tepat untuk dilakukan. Antara struktur, perilaku, dan kinerja industri yang saling berhubungan satu sama lain dan ketiga hal ini akan saling mempengaruhi. Oleh karena itu penelitian dengan pendekatan SCP ini penting untuk dilakukan. 7

23 1.2. Rumusan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas sektor perkebunan yang memiliki peran penting dalam sektor perekonomian Indonesia. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan (2010), kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan yang dicanangkan untuk dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia karena kakao Indonesia mampu meningkatkan devisa negara. Potensi kakao sebagai salah satu komoditas unggulan menyebabkan tingginya permintaan akan kakao, tingginya permintaan yang meningkat setiap tahun diiringi dengan meningkatnya konsumsi kakao di Indonesia. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan (2010), permintaan kakao untuk tahun diprediksi akan mengalami peningkatan. Selama periode , ekspor total Indonesia mencapai lebih dari 70 persen dari total produksinya, dan sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri dengan industri sebagai konsumen terbesar dalam konsumsi kakao. Hal ini disebabkan karena sangat elastisnya harga ekspor rill kakao dalam mempengaruhi kakao nasional. Sedangkan yang dikonsumsi oleh masyarakat dari konsumsi industri hanya sebesar 23.4 gr/kapita cokelat instan dan 10.4 gr/kapita cokelat bubuk pada tahun Sementara itu, menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) pada tahun 2006, dari total kapasitas terpasang industri pengolahan nasional yang mencapai 300 ribu ton, pemanfaatan kapasitas produksinya baru 50 persen saja atau sekitar 150 ribu ton. Berikut proyeksi permintaan kakao Indonesia tahun akan dipaparkan pada tabel 4. 8

24 Tabel 4. Proyeksi Permintaan Kakao Indonesia, No Tahun Ekspor (Ton) Industri (Ton) Total permintaan (Ton) Rata-rata pertumbuhan (%) Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2010 Selama periode tahun , permintaan kakao diproyeksikan akan naik sebesar 0.73 persen. Kenaikan ini disebabkan karena volume ekspor 0.43 persen. Pada tahun 2010 total permintaan biji kakao kering diproyeksikan mencapai ribu ton, kemudian naik menjadi ribu ton pada tahun 2011 dan diproyeksikan naik kembali pada tahun 2012 menjadi sebesar ribu ton. Disamping karena faktor tingginya permintaan yang disebutkan diatas, industri pengolahan kakao di Indonesia juga turut mengambil peran dalam mengolah kakao dalam negeri. Adanya industri yang mengelola kakao karena kakao memiliki potensi untuk bersaing sebagai komoditas perkebunan, selain itu kakao juga mampu menghasilkan keuntungan dan sangat besar peluangnya untuk dijadikan sebagai produk berbahan dasar kakao yang lebih baik. Tingginya permintaan produk berbahan dasar kakao ini dinilai mampu menghasilkan keuntungan yang lebih, sehingga tidak sedikit perusahaan yang masuk kedalam industri pengolahan kakao ini. BPS (2011) mempublikasi bahwa jumlah perusahaan yang masuk dari tahun cenderung berfluktuatif. Jumlah perusahaan yang masuk dalam industri pengolahan kakao tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebanyak 34 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan terendah terdapat pada tahun Pada tabel 5 akan dicantumkan banyaknya jumlah perusahaan yang masuk dalam industri pengolahan kakao. 9

25 Tabel 5. Jumlah Perusahaan yang Masuk Dalam Industri Kakao, Tahun Jumlah Perusahaan Tahun Jumlah Perusahaan Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Masuk dan keluarnya jumlah perusahaan ini membuktikan bahwa persaingan akan kakao Indonesia cukup kompetitif, semakin sedikit jumlah perusahaan dalam suatu industri menunjukkan bahwa tingginya hambatan untuk masuk dalam industri, selain itu tingginya hambatan juga menggambarkan kinerja yang baik dalam suatu industri. Sedangkan mudahnya suatu perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri kakao terjadi karena mudahnya memperoleh informasi, rendahnya hambatan masuk indusri, banyaknya penjual, dan produk yang homogen. Hal ini menjadi satu perhatian karena akan meninmbulkan suatu struktur pada industri kakao Indonesia yang berdampak pada penetapan harga (perilaku industri) dan kinerja industri kakao dalam negeri. Namun untuk memasuki suatu industri kakao tidaklah mudah, industri kakao baru harus dapat memahami kondisi pasar yang ada. Struktur industri yang tercipta tidak dapat dihindari, namun untuk menciptakan suatu persaingan yang diinginkan dalam industri dapat melakukan perbaikan perilaku dan kinerja industri dengan meninjau struktur industri yang telah tercipta, karena ketiga hal ini memang sangat erat hubungannya. Pada akhirnya penelitian ini akan melihat bagaimana persaingan kakao dari segi industri dengan melakukan analisis struktur, perilaku, dan kinerja dari masing-masing industri. Dari 10

26 rumusan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi perumusan masala dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana struktur industri kakao di Indonesia? 2. Bagaimana perilaku industri kakao di Indonesia? 3. Bagaimana kinerja industri kakao yang ada di Indonesia? 4. Bagaimana hubungan struktur, perilaku, dan kinerja industri kakao, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja industri kakao di Indonesia? Dari keempat rumusan masalah ini penulis berharap dapat mengetahui hasil yang menjadi penelitian penulis sehingga dapat memperoleh dan menyajikan hasil yang tepat Tujuan Penelitian Melihat dari rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan penelitian dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, yang akan dipaparkan dalam empat poin yaitu: 1. Mengetahui struktur industri kakao yang ada di Indonesia 2. Mengetahui perilaku industri kakao yang ada di Indonesia 3. Mengetahui kinerja industri kakao yang ada di Indonesia 4. Mengetahui hubungan struktur, perilaku, dan kinerja industri kakao, serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja industri kakao di Indonesia Secara singkat penelitian ini akan membahas tentang struktur, perilaku, dan kinerja industri kakao yang ada di Indonesia sehingga pada akhirnya dapat memberi kebijakan yang paling tepat. 11

27 1.4.Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca, pelaku usaha/industri kakao, maupun stakeholder yang berpartisipasi di dalamnya sehingga dapat mengambil kebijakan yang sesuai, maka diharapkan dari penelitian ini dapat : 1. Memberikan informasi mengenai persaingan kakao dari segi industri melalui pendekatan struktur, perilaku, dan kinerja industri (SCP). 2. Membantu industri kakao dalam mengambil keputusan yang tepat dengan melihat aspek SCP Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai struktur, perilaku, dan kinerja industri kakao di Indonesia dengan data yang digunakan bersifat time series pada tahun melalui pendekatan SCP. Dalam penelitian ini akan dibatasi dengan hasil olahan kakao menjadi cokelat, dalam arti penelitian ini lebih mengkerucutkan pada cokelat. Data yang diperoleh untuk melanjutkan penelitian ini berasal dari kode industri KBLI yaitu industri pengupasan, pembersihan, dan pengeringan kakao menjadi konsumsi cokelat. Adapun penelitian ini dilakukan untuk melihat bahwa kakao Indonesia juga bersaing didalam negeri. Disamping itu penelitian mengenai SCP ini mampu melihat persaingan yang terjadi didalam industri dengan melihat bagaimana struktur dan perilakunya. Dan melalui kinerja mampu melihat keuntungan yang diperoleh sehingga dapat memprediksi produksi cokelat kedepannya. 12

28 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian. Menurut Mubyarto (1989), ekonomi pertanian pertama kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of Nations. Ilmu ekonomi pertanian didefinisikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro. Cramer and Jensen (1994), mengemukakan bahwa ekonomi pertanian adalah pengaplikasian ilmu sosial yang menghadapkan bagaimana manusia memilih untuk menggunakan teknik ekonomi dengan kondisi sumberdaya yang semakin terbatas dan langka seperti lahan, tenaga kerja, kapital, dan manajemen untuk memproduksi makanan dan serat hingga untuk memproduksinya kepada masyarakat. Terjadinya permintaan kakao merupakan jumlah dari seluruh permintaan individual, karena masing-masing individu dihadapkan pada pilihan, seperti permintaan yang tidak terbatas dan adanya keterbatasan sumberdaya. Cramer and Jansen (1994), mengungkapkan bahwa dalam pasar terdapat pelaku pasar yang mengendalikan keadaan pasar, hal ini dinyatakan sebagai perilaku pasar. Perilaku pasar adalah pola tingkah laku para pelaku pasar dalam melakukan penyesuaian dengan struktur pasar yang dihadapi dapat berupa praktekpraktek penentu harga komoditi, seragamnya biaya pemasaran, praktek persaingan bukan harga seperti kolusi, pasar gelap, praktek-praktek tidak jujur dan

29 kebijaksanaan harga yang kurang mendorong perbaikan mutu. Keragaan pasar sangat ditentukan oleh struktur pasar dan perilaku pasar. Keragaan pasar dapat dilihat dari tingkat harga dan marjin pemasaran. Cramer and Jensen (1994) juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa jenis struktur pasar berdasarkan persaingan yang terjadi, yaitu: (a) Persaingan Sempurna/Persaingan Murni (Pure Competition). Pasar ini ditandai dengan banyaknya perusahaan dalam industri, produknya bersifat homogen, dan terdapat kebebasan perusahaan secara individu dalam masuk atau keluar industri. (b) Monopoli Murni (Pure Monopoly). Pasar ini ditandai dengan hanya ada satu perusahaan dalam industri serta produk perusahaan yang bersifat diferensiasi. (c) Monopsoni (Monopsony), yaitu pasar dengan satu pembeli yang menghadapi banyak penjual. (d) Pasar persaingan tidak sempurna (Imperfect Competition). Beberapa struktur pasar yang termasuk di dalamnya, yaitu pasar yang terdiri atas dua penjual disebut duopoli dan pasar yang terdiri dari sejumlah kecil penjual (lebih dari dua) disebut oligopoli. Sebaliknya, situasi pasar dengan dua pembeli disebut duopsoni dan pasar dengan sejumlah kecil pembeli disebut oligopsoni. (e) Persaingan Monopolistis (Monopolistic Competition). Pasar jenis ini merupakan suatu organisasi pasar yang terdiri dari banyak perusahaan yang menjual komoditi sangat serupa tetapi tidak identik. Tomek (1990) mengemukakan bahwa struktur pasar adalah berbagai aspek yang ada di pasar yang dapat mempengaruhi pelaku pasar, dimana pelaku pasar 14

30 terdiri dari produsen dan konsumen. Struktur pasar dibedakan menjadi empat kelompok. Adapun faktor-faktor dalam struktur pasar yaitu: 1. Banyaknya Penjual dan Pembeli Penjual dan pembeli yang bertindak sebagai pelaku pasar akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang terjadi dalam sebuah pasar. Banyaknya penjual dan pembeli tentu akan mempengaruhi penentuan harga dan besarnya penguasaan pasar. Semakin sedikit jumlah penjual dalam suatu pasar maka penguasaan terhadap pasar semakin kuat dan cenderung monopoli. 2. Derajat Perbedaan Produk (Homogen atau Terdiferensiasi) Kondisi produk dibagi menjadi dua jenis, yaitu: produk yang homogen dan heterogen. Perbedaan jenis produk dapat mempengaruhi perilaku produsen yang berada didalam pasar untuk bersaing. Perbedaan corak produk (produk differentiation) memberikan keluasan yang lebih besar bagi produsen guna mengatur strategi pasar. Produk yang memiliki ciri khusus atau unik biasanya cenderung digemari oleh konsumen tertentu. Melalui keunggulan produk tersebut pihak produsen memiliki kekuatan tambahan guna mengendalikan keadaan pasar sehingga mampu menjadi monopolis di wilayah-wilayah pasarnya sendiri. Konsumen dihadapkan pada pilihan produk yang terbatas. Dengan demikian, keadaan ini menciptakan kekuatan pasar bagi produsen yang bersangkutan sehingga produsen tersebut pada gilirannya akan mampu mengendalikan keadaan pasar. Sebaliknya bila produk yang ditawarkan produsen bersifat homogen maka hal ini menyebabkan konsumen memiliki banyak alternatif pilihan untuk berbelanja. Konsumen dapat memilih pada konsumen mana saja sehingga hal tersebut memberikan alternatif yang terbatas bagi produsen dalam 15

31 membuat keputusan pasar. Dengan demikian pasar cenderung kompetitif dan produsen tidak dapat mengendalikan keadaan pasar guna menentukan harga dan output di dalam pasar yang secara semena-mena. Selanjutnya, harga dan output pasar akan tercipta melalui mekanisme pasar. 3. Hambatan Untuk Memasuki Pasar Hambatan untuk memasuki sebuah pasar dapat dilihat dari mudah tidaknya suatu pesaing untuk masuk ke dalam suatu pasar. Hambatan untuk memasuki sebuah pasar dapat disebabkan oleh munculnya persaingan yang semakin ketat. Hambatan ini dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing-pesaing potensial untuk masuk ke pasar. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk dalam penelitian ini adalah dengan mengukur skala ekonomi yang dillihat melalui output perusahaan yang menguasai pasar. 4. Mudah atau Tidaknya Informasi yang Diperoleh Adanya informasi yang tidak sempurna akan mempengaruhi kemampuan pasar untuk menetapkan harga keseimbangan/ekuilibrium. Pembuktian efisiensi dari harga persaingan mengasumsikan bahwa harga ekuilibrium ini diketahui oleh semua pelaku ekonomi. Jika beberapa pelaku ekonomi tidak memiliki informasi penuh tentang harga yang berlaku dan mutu produk tidak tersedia secara bebas, tangan tak terlihat Adam Smith tidak akan sangat efektif. Keputusan-keputusan yang tidak tepat yang didasari oleh informasi yang salah tentang harga atau mutu dapat menghasilkan alokasi yang tidak efisien. Pasar persaingan sempurna dicirikan dengan banyaknya jumlah penjual dan pembeli yang berada dalam pasar, jenis produk yang dipasarkan bersifat homogen, tidak ada hambatan untuk memasuki sebuah pasar bagi pesaing, dan informasi 16

32 mengenai pasar mudah untuk diperoleh. Sebaliknya, pada pasar monopoli hanya ada satu penjual dan berperan sebagai penentu harga, produk yang dipasarkan terdiferensiasi, hambatan yang sulit untuk memasuki sebuah pasar karena sudah ditentukan, seperti: modal teknologi, skala ekonomi, dan informasi mengenai pasar sangat sulit untuk diperoleh. Tidak jauh berbeda dengan pasar monopoli, pasar oligopoli juga hanya terdiri dari beberapa penjual, produk yang dipasarkan homogen maupun terdiferensiasi, ada hambatan yang cukup besar untuk memasuki sebuah pasar, dan sulit untuk memperoleh informasi mengenai pasar oligopoli. Sedangkan, pada pasar monopolistik hampir sama dengan pasar persaingan dimana banyak penjual dan pembeli dalam pasar, produk yang dipasarkan terdiferensiasi, tidak ada hambatan untuk masuk dan keluar pasar, dan mudah untuk memperoleh informasi. (Gambar 2) Cenderung Perfect Competition Cenderung Monopoly Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopolistik Pasar Oligopoli Pasar Monopoli Banyak penjual pembeli Banyak penjual pembeli Terdapat beberapa penjual satu penjual dan banyak pembeli Produk homogen Produk terdiferensiasi Produk homogen & terdiferensiasi Produk terdiferensiasi Tidak ada hambatan masuk pasar Tidak ada hambatan masuk pasar Terdapat hambatan masuk pasar Besar hambatan masuk pasar Informasi mudah diperoleh Informasi mudah diperoleh Informasi sulit untuk diperoleh Informasi sangat sulit diperoleh Sumber: Agricultural Product Prices (Tomek, 1990) Gambar 2. Klasifikasi Struktur Pasar 17

33 Tomek (1990) mengungkapkan bahwa penetapan harga dan keuntungan yang terjadi pada pasar persaingan sempurna berasal dari jumlah permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sehingga terjadi harga keseimbangan pada titik equilibrium. (Gambar 3 dan 4) P P S P P MR= MC= P D Q Q i.) PPS pada pasar ii.) PPS pada perusahaan Gambar 3. Penetapan Harga Pasar Persaingan Sempurna P MC AC P* AVC AC* Q* Q Gambar 4. Keuntungan Pasar Persaingan Sempurna Menurut Nicholson (1999), penentuan harga pada pasar monopoli akan memaksimalkan laba dengan berproduksi di tingkat dimana pendapatan marginal sama dengan biaya marginal dan akan dijelaskan dalam gambar 5. P MC P* AC Q* MR D Q 18

34 Gambar 5. Penentuan Harga Pasar Monopoli Gambar selanjutnya menunjukkan bahwa Q* akan menghasilkan harga sebesar P* di pasar sehingga laba yang diperoleh pada perusahaan monopli adalah sebesar P*EAC. (Gambar 6) Harga, biaya MC P* E AC C A MR D Keluaran per periode Q* Gambar 6. Keuntungan Pasar Monopoli Penetapan harga pada pasar oligopoli terdiri dari empat model, yaitu: 1. Quasi-competitive model: mengasumsikan bahwa perilaku pengambilan keputusan harga oleh semua perusahaan (harga diberlakukan tetap), dengan kata lain tindakan perusahaan dalam oligopoli tidak mempengaruhi harga pasar dan perusahaan lain. Perusahaan bertindak sebagai price taker. 2. Cartel model: mengasumsikan bahwa perusahaan-perusahaan yang ada dipasar bergabung membentuk kartel, dimana kartel bertindak sebagai monopoli. 3. Cournot model: mengasumsikan bahwa perusahaan menganggap tindakannya dapat mempengaruhi harga pasar, tetapi tidak berpengaruh pada tindakan perusahaan lain. 4. Conjectural variations model: mengasumsikan bahwa perusahaan dalam oligopoli menganggap bahwa tindakannya dapat mempengaruhi harga pasar dan tindakan perusahaan lain. Perusahaan sebagai price leader. 19

35 Penetapan harga pada pasar monopolistik yang dijelaskan oleh gambar dibawah ini terjadi ketika kurva permintaan berpotongan dengan biaya rata-rata sehingga tidak mungkin memperoleh laba yang lebih. Perusahaan hanya dapat bertahan pada tingkat output dimana MR=MC. (Gambar 7) P P* MC AC MR D Q* Q Gambar 7. Penetapan Harga Pasar Monopolistik Keuntungan maksimum pada pasar monopolistik dapat dilihat dari kurva permintaan yang terletak diatas kurva biaya rata-rata yang dijelaskan pada gambar 8. P MC P* a AC c b MR D Q Q* Gambar 8. Keuntungan Pasar Monopolistik Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa dalam ekonomi pertanian terdapat tiga hal yang saling berkaitan yaitu: harga, permintaan, dan penawaran. Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Harga merupakan ukuran nilai dari barang-barang dan jasa-jasa. Suatu barang memiliki harga karena 20

36 disebabkan oleh dua hal yaitu: barang itu berguna dan barang itu jumlahnya terbatas. Barang-barang yang berguna bagi manusia dan jumlahnya terbatas ini disebut barang-barang ekonomi Keseimbangan Pasar Keseimbagan pasar terjadi karena adanya permintaan dan penawaran dalam suatu pasar. Permintaan adalah Jumlah barang atau komoditas yang mampu dibeli oleh seorang konsumen karena peningkatan pendapatan riil akan tergantung dari efek substitusi dan efek pendapatannya. Penawaran dapat dilihat dari kurva penawaran agregat yang merupakan merupakan penjumlahan secara horizontal kurva penawaran individual di pasar. Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai kurva tempat kedudukan hubungan antara jumlah barang atau komoditas yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga. Mubyarto (1989) menyatakan bahwa inti dari teori permintaan dan penawaran adalah terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat permainan bersama gaya-gaya permintaan dan penawaran. Teori keseimbangan ini akan dijelaskan dalam gambar 9 berikut. P S P* D Q q* Gambar 9. Harga Keseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran 21

37 Kondisi keseimbangan yang terjadi di pasar tentunya menjadi relatif tidak stabil apabila ada kekuatan-kekuatan yang mendorong harga dan jumlah barang atau komoditas yang pada akhirnya akan mencapai keseimbangan baru Konsep Ekonomi Industri Jaya (2001) menyatakan bahwa konsep-konsep industri sangat penting untuk diketahui dan dipahami. Konsep ekonomi industri berkaitan erat dengan aspek ekonomi. Ekonomi industri merupakan seperangkat konsep dan analisis mengenai persaingan dan monopoli dengan berbagai macam pasar yang berada diantara keduanya. Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang membantu menjelaskan mengapa suatu pasar perlu diorganisir dan bagaimana pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku, dan kinerja pasar. Hasibuan (1993) dalam Sari (2011) mengemukakan bahwa pengertian industri dapat dibedakan secara makro dan mikro. Secara mikro, pengertian industri adalah kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang- barang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. Pengertian industri secara makro adalah kegiatan yang menciptakan nilai tambah, yakni semua produk barang maupun jasa. jadi dapat disimpulkan pengertian industri secara luas yaitu suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang terletak pada satu bangunan atau lokasi tertentu serta memiliki catatan administrasi 22

38 tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas resiko usaha tersebut Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Ekonomi industri menyebutkan bahwa para ahli ekonomi melakukan pendekatan-pendekatan untuk melihat hubungan keterkaitan antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar yang masing-masing pendekatan memiliki pola tersendiri di dalam mempelajari hubungan keterkaitan perilaku industri sehingga mewarnai perbedaan dalam struktur analisis yang dilakukan, akan tetapi antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar memiliki hubungan ketergantungan satu dengan yang lainnya. Teori Structure, Conduct, Performance (SCP) ini menjelaskan bahwa kinerja suatu industri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar (structure) dianggap akan mempengaruhi perilaku dan strategi perusahaan dalam suatu industri dan perilaku (conduct) akan mempengaruhi kinerja (performance), Paradigma SCP menyatakan bahwa konsentrasi pasar yang tinggi akan membuat perusahaan lebih mudah untuk menguasai pasar dan menghasilkan keuntungan atau marjin yang tinggi, dimana srtuktur pasar mempengaruhi profitabilitas secara positif Struktur Pasar Struktur pasar menunjukkan karakteristik pasar, seperti elemen sejumlah pembeli dan pejual, keadaan produk, keadaan pengetahuan penjual dan pembeli, serta keadaan rintangan/hambatan pasar. Perbedaan pada elemen-elemen itu akan membedakan cara masing-masing pelaku pasar dalam industri berperilaku, yang pada gilirannya akan menentukan perbedaan kinerja pasar yang terjadi. Keadaan 23

39 jumlah dan distribusi penjual dalam pasar mempengaruhi harga jual yang berlaku dan output yang terdapat di dalam pasar. Pada struktur pasar persaingan sempurna ditandai oleh adanya sejumlah besar penjual di dalam pasar dan masing-masing diantara mereka memiliki kekuatan pasar yang relatif sama. Sebagai akibatnya para pesaing pasar tidak memiliki kekuatan pasar yang berguna untuk mengendalikan keadaan pasar, selanjutnya keadaan harga dan output pasar berjalan menurut mekanisme pasar. Berbeda dengan kondisi pada pasar monopoli dimana jumlah penjual bersifat tunggal sehingga keadaan pasar dapat dikendalikan sepenuhnya oleh monopolis, baik dari segi penentuan harga maupun jumlah output. Menurut Jaya (2001), elemen dalam struktur pasar terdiri dari: pangsa pasar, konsentrasi, dan hambatan. 1) Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar menunjukkan besarnya persentase pendapatan perusahaan dari total pendapatan industri yang dapat diukur dari persen. Semakin tinggi pangsa pasar maka semakin tinggi pula kekuatan pasar yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang sangat dominan akan menciptakan monopoli yang bersandar pada profit yang maksimal, hal sebaliknya juga jika pangsa pasar suatu perusahaan rendah maka persaingan yang tercipta yaitu persaingan sempurna/persaingan efektif. 2) Konsentrasi (Concentration) Konsentrasi atau pemusatan merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolis dimana perusahaan tersebut menyadari adanya saling ketergantungan. Kelompok perusahaan ini terdiri dari 2, 4, dan 8 perusahaan. Jaya (2001) mengungkapkan bahwa suatu hubungan yang positif antara keuntungan 24

40 dan tingkat konsentrasi ini adalah merupakan halangan masuk yang besar bagi perusahaan baru karena dengan keuntungan yang diperoleh maka perusahaanperusahaan yang ada dalam industri akan berusaha untuk meningkatkan konsentrasinya. 3) Hambatan Masuk Pasar (Barrier to Entry) Hambatan untuk memasuki sebuah pasar dapat dilihat dari mudah tidaknya suatu pesaing untuk masuk ke dalam suatu pasar. Hambatan untuk memasuki sebuah pasar dapat disebabkan oleh munculnya persaingan yang semakin ketat. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk dalam penelitian ini adalah dengan mengukur skala ekonomi yang dillihat melalui output perusahaan yang menguasai pasar. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total industri. Data ini disebut dengan Minimum Efficiency Scale (MES). Produsen yang efisien dalam berproduksi pada dasarnya memiliki kekuatan alamiah untuk menghambat para pesaing potensial untuk memasuki pasar. Harga jual produk yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dapat diatur pihak produsen yang mapan menurut selera yang diinginkan. Produsen yang mapan dapat menentukan tingkat harga dan output yang diinginkan untuk menentukan keuntungan. Sebaliknya pada produsen yang memiliki keputusan yang lemah dalam memasuki pasar akan sulit menentukan tingkat harga dan output, hal ini pula yang menyebabkan produsen lemah akan sering gagal melakukan penetrasi pasar dan menguasai keadaan pasar. Jaya (2001) mengemukakan bahwa masuknya hambatan dalam mencakup segala sesuatu akan memungkinkan terjadinya kecepatan pesaing baru. Shepherd (1990) dalam Sari (2001), menyatakan bahwa hambatan terdiri dari dua jenis, yaitu 25

41 hambatan eksogen dan hambatn endogen. Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk masuk ke dalam suatu pasar yang berasal dari luar perusahaan, seperti: modal, skala ekonomi, diferensiasi produk, diferensiasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan integritas vertikal. Sedangkan hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga dari establish firm, strategi penguasaan produksi, strategi penggunaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek produk itu sendiri. Pada tabel 4 akan dipaparkan perbedaan mendasar dari masing-masing struktur pasar. Tabel 4. Perbedaan Pasar Berdasar Struktur Pasar Tipe pasar Pangsa pasar Produk Hambatan Informasi Persaingan sempurna Pesaing >50 persen dan tidak satupun produsen yang dapat menguasai pangsa pasar dan didalamnya banyak penjual dan pembeli Homogen Tidak ada Mudah memperoleh informasi Monopoli Menguasai 100 persen pangsa pasar dan hanya ada satu penjual Tidak memiliki pengganti Sangat sulit memasuki pasar Sangat sulit memperoleh informasi Monopolistik Tidak satupun produsen yang menguasi pangsa pasar >10 persen dan didalamnya banyak penjual Heterogen Mudah untuk memasuki pasar Mudah untuk memperoleh informasi Oligopoli Menguasai pangsa pasar sekitar 60 persen dan terdapat beberapa penjual Sumber: Ekonomi Industri (Jaya, 2001) Homogen dan heterogen Sulit memasuki pasar Sulit memperoleh informasi Perilaku Pasar Tindakan produsen dalam menjalankan suatu pasar memiliki ciri tersendiri untuk menjalankan usahanya dalam suatu pasar sehingga hal ini akan berpengaruh pada perbedaan strategi yang dijalankan dalam melaksanakan penetrasi pasar. Menurut Teguh (2010), pasar yang berstruktrur oligopoli cenderung memiliki perilaku kolusi, meskipun perilaku ini juga dapat terjadi pada pasar monopoli. 26

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia Struktur pasar dapat dianalisis dengan tiga pokok elemen, yaitu nilai pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H01400104 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

Struktur Pasar dan Conduct

Struktur Pasar dan Conduct Struktur Pasar dan Conduct sayifullah Pasar? Konteks di mana para penjual dan pembeli melakukan pertukaran secara sukarela. Pasar = penawaran + permintaan. Dalam ekonomi industri, pasar = industri. 1 Permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan berbagai dampak yang serius. Dampak yang timbul akibat krisis ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA P E R T E M U A N 6 N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M MONOPOLI Bahasa Yunani monos polein artinya menjual sendiri Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 ASUMSI YANG MELANDASI BENTUK-BENTUK PASAR No Asumsi-asumsi Persaingan Sempurna Monopolistik Oligopoli Monopoli 1 Banyaknya Penjual

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

RINGKASAN WAHYU PUTRI PAMUNGKAS

RINGKASAN WAHYU PUTRI PAMUNGKAS RINGKASAN WAHYU PUTRI PAMUNGKAS. Analisis Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Alas kaki di Indonesia (dibimbing oleh Ir. DEWI ULFAH WARDANI, M.Si). Sektor industri merupakan sektor yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DAGING DI INDONESIA OLEH STEFHANY DHARMA PANNAADHY H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DAGING DI INDONESIA OLEH STEFHANY DHARMA PANNAADHY H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DAGING DI INDONESIA OLEH STEFHANY DHARMA PANNAADHY H14051912 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) Dosen Pengasuh: Khairul Amri, SE. M.Si Bacaan Dianjurkan: Wihana Kirana Jaya, 2008. Ekonomi Industri, BPFE-UGM Yogyakarta. Mudrajat Kuncoro, 2012. Ekonomika Aglomerasi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta

TEORI PASAR. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta TEORI PASAR Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta PASAR Secara Sederhana : Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama menjadi sarana bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Persaingan Sempurna Persaingan Tidak Sempurna Struktur

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri adalah hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance (SCP). Hubungan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP

STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP Materi : Pengertian Struktur Pasar Bentuk Pasar Maksimisasi Keuntungan Metode

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi.

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi. http://www.plengdut.com/2013/01/bentuk-bentuk-pasar.html Bentuk-Bentuk Pasar Diposkan oleh irmawan hadi saputra di 7:29 PM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Categories : Bentuk-Bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H

ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H14050518 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Oligopoli: Arti & Sumbernya Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DI INDONESIA OLEH: IKA MUSTIKA SARI (H )

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DI INDONESIA OLEH: IKA MUSTIKA SARI (H ) ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DI INDONESIA OLEH: IKA MUSTIKA SARI (H14070056) DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

Materi 11 Ekonomi Mikro

Materi 11 Ekonomi Mikro Materi 11 Ekonomi Mikro Pasar Oligopoli Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami : - Ruang Lingkup Pasar Oligopoli - Karakteristik Pasar Olipogoli - Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan IX. IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA 9.1. Industri Sawit Indonesia Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan memberlakukan pajak ekspor dengan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Disusun Oleh : Asep Prianto (113020061) Elis Sri Maryanti (113020064) Farhatul Aini (113020062) Zahra Adzkia (113020063) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Struktur Pasar Faktor-faktor yang membedakan bentuk pasar 1. Ciri-ciri barang yang dihasilkan 2. Banyaknya perusahaan dalam industri 3. Tingkat kesulitan perusahaan baru dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Materi Presentasi. Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli. Sayifullah, SE., M.

TEORI PASAR. Materi Presentasi. Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli. Sayifullah, SE., M. TEORI PASAR Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli 1 Teori Pasar Pasar Persaingan Sempurna Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri merupakan proses yang sangat baik untuk membawa suatu bangsa menuju kemakmuran. Perkembangan industri dapat memperluas lapangan kerja, menambah devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga akhir tahun 2000 yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH ETIKA LAYUNG PRASTIWI H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH ETIKA LAYUNG PRASTIWI H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH ETIKA LAYUNG PRASTIWI H14080034 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA i ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA OLEH DESI PUSPO RINI H14102080 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ii

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT Oleh : ROLAS TE SILALAHI A14304008 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci