ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo)"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo) OLEH INDRIANI IKAPERTIWI KUSUMAWARDANI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN INDRIANI IKAPERTIWI KUSUMAWARDANI. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo) (dibimbing oleh ALLA ASMARA). Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan subsektor peternakan perlu dilakukan karena subsektor ini bisa memberikan nilai tambah (added value) bagi pertanian Indonesia. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat). Pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan kinerja perunggasan dengan cara memperbaiki iklim investasi, peningkatan pembangunan infrastruktur dan ketersediaan sumberdaya yang terlatih. Peternakan X merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler mandiri yang tidak terlepas dari beberapa kendala yang cukup kompleks dalam menjalankan usahanya. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat resiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler seperti resiko fluktuasi harga, baik harga-harga input seperti Day Old Chicken (DOC), pakan dan obat-obatan maupun fluktuasi harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Resiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah resiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit dan resiko sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi kelayakan usaha peternakan X dilihat dari aspek finansial dan untuk menganalisis kondisi sensitivitas terhadap berbagai kemungkinan terjadinya perubahan harga input dan output yang terjadi di peternakan ayam broiler X tersebut. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan finansial (Net Present Value), Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return dan Pay Back Periode serta analisis sensitivitas terhadap perubahan tingkat harga, baik tingkat harga input maupun tingkat harga output. Lokasi penelitian yang dipilih adalah peternakan X yang merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler mandiri yang beroperasi di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo dan waktu penelitian dari bulan Januari 2009 sampai dengan Juni Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lokasi peternakan X. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan peternakan X, studi literatur yang relevan dan BPS Jakarta.

3 Hasil perhitungan kelayakan finansial pada peternakan X didapatkan usaha peternakan X selama 10 tahun ke depan yaitu menunjukkan bahwa dengan menggunakan tingkat suku bunga deposito 7,00 persen maka didapatkan nilai NPV yang positif, yaitu sebesar Rp ,86. Nilai BCR sebesar 1,04. Nilai IRR yang didapat dari hasil perhitungan adalah 27,58 persen dengan Pay Back Period 3 tahun 8 bulan. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka secara finansial usaha peternakan X layak untuk dijalankan. Hasil sensitivitas menunjukkan bahwa usaha peternakan X rentan terhadap perubahan harga. Hasil analisis switching value peningkatan harga DOC sampai dengan 28,71 persen masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika kenaikan harga DOC lebih dari 28,71 persen, analisis switching value peningkatan harga pakan akan menjadikan usaha peternakan X tidak layak pada peningkatan harga pakan lebih dari 10,31 persen dan analisis switching value penurunan harga jual ayam broiler lebih dari 4,40 persen akan menyebabkan usaha peternakan X menjadi tidak layak dan mengalami kerugian. Oleh karena itu peternakan X harus lebih memaksimalkan peluang pasar yang masih terbuka luas dengan cara menaikkan jumlah produksi per periode dan menekan angka kematian dengan cara meningkatkan fungsi kepala kandang dalam mengawasi kinerja anak kandang secara lebih ketat. Peternakan X harus memperhatikan proses manajerial yang ada, karena berhasil atau tidaknya suatu usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat ditentukan oleh tenaga kerja sebagai sumberdaya yang tidak bisa dipisahkan dalam organisasi perusahaan maka karyawan perlu dijaga dan diperhatikan sehingga karyawan akan bekerja dengan semua kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan kemajuan perusahaan itu sendiri.

4 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo) Oleh INDRIANI IKAPERTIWI KUSUMAWARDANI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama Mahasiswa : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo) : Indriani Ikapertiwi Kusumawardani Nomor Registrasi Pokok : H Menyetujui, Dosen Pembimbing, Alla Asmara, S.Pt., M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Maret 2010 Indriani Ikapertiwi Kusumawardani H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1986 di Bogor,Jawa Barat dari pasangan Ir. H. Ibrahim(Alm) dan Hj. Jeanny Gobel. Penulis adalah anak terakhir dari enam bersaudara Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Pegadilan 3 Bogor pada tahun tahun 1998, Kemudian pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis menyelesaikan studi menengah pertama di SLTP Negeri 1 Bogor. Tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo). Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini karena dianggap sangat menarik dan diharapkan berdampak positif terhadap pembangunan dan kesejahteraan di daerah. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Alla Asmara, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Tanti Novianti, M.Si sebagai dosen penguji dari skripsi ini dan kepada Bapak Dr. Muhammad Findi, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yaitu Bapak Ir. H. Ibrahim (Alm), Ibu Hj. Jeanny Gobel, kakakkakak tercinta serta keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis juga berterimakasih kepada Primayudi Nugroho, teman-teman sepermainan Agita, Dewi, Fitsol, Ratih, Ririn, Fajri, Pansus, Ucup atas bantuan dan dukungannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Maret 2010 Indriani Ikapertiwi Kusumawardani H

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Teori Usaha Peternakan Ayam Broiler Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Broiler Biaya Penerimaan Analisis Kelayakan Usaha Analisis Switching Value Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis IV. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN X V. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis dan Produksi Lokasi Usaha Fasilitas Produksi dan Peralatan Aspek Manajemen dan Organisasi Aspek Pemasaran... 38

10 5.4. Aspek Finansial Biaya Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel Penerimaan Penerimaan Tunai Penerimaan Tidak Tunai Analisis Kelayakan Finansial Analisis Switching Value VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 53

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Pertumbuhan PDB antara tahun Statistik Perusahaan Peternakan Ayam Broiler pada Propinsi di Indonesia Tahun Populasi Ayam Broiler di Indonesia Tahun Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun Produksi Daging Sapi dan Ayam Broiler di Jawa Tengah Tahun Biaya Investasi Lahan, Bangunan dan Peralatan Peternakan X Rincian Biaya DOC setiap Periode Produksi Biaya Pakan yang Dikeluarkan selama Biaya Obat obatan dan vaksin yang dikeluarkan selama Biaya Minyak Tanah yang dikeluarkan selama Biaya Sekam yang dikeluarkan selama Analisis Switching Value... 47

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Alur Pemikiran Penelitian Struktur Organisasi Peternakan Denah Peternakan... 33

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Komponen Biaya Investasi Peralatan Biaya Investasi Perlengkapan Kantor Biaya Investasi Bangunan dan Instalasi Listrik Koefisien Teknis Ternak Ayam Broiler periode Biaya Tetap periode Biaya Variabel periode Penerimaan Tunai Total Pendapatan periode Perincian Keuangan periode Analisis Switching Value peningkatan harga DOC 28,71 persen Analisis Switching Value peningkatan harga DOC 28,72 persen Analisis Switching Value peningkatan harga Pakan 10,31persen Analisis Switching Value peningkatan harga Pakan 10,32 persen Analisis Switching Value penurunan harga Jual Ayam 4,40 persen Analisis Switching Value penurunan harga Jual Ayam 4,41 persen... 64

14 `I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) subsektor peternakan dengan rata rata pertumbuhan PDB antara sebesar 3,63 persen per tahun, angka tersebut di atas laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,66 persen per tahun, subsektor perkebunan 3,24 persen per tahun, subsektor tanaman pangan sebesar 2,05 persen per tahun, dan subsektor kehutanan 0,07 persen per tahun. Tabel 1.1. Pertumbuhan PDB antara tahun Sektor Pertumbuhan (%) Peternakan 3,63% Perkebunan 3,24% Pertanian 2,66% Tanaman Pangan 2,05% Kehutanan -0,07% Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (diolah). Pengembangan sub sektor peternakan perlu dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah (added value) bagi pertanian Indonesia. Kemampuan subsektor peternakan tumbuh dengan cepat disebabkan sudah berkembangnya industri peternakan, terutama ayam ras dan sapi potong. Menurut Priyarsono et al (2005), subsektor peternakan mempunyai koefisien pengganda sebesar 7,23 untuk output bruto, 4,94 untuk tingkat keterkaitan, 2,14 untuk nilai tambah dan 1,79 untuk pendapatan rumah tangga. Maknanya, tiap 1 milyarrupiah

15 diinvestasikan ke subsektor ini akan meningkatkan output bruto bagi perekonomian Indonesia sebesar 7,23 milyar rupiah, meningkatkan pendapatan di sektor lainnya sebesar 4,94 milyar rupiah, memberikan nilai tambah sebesar 2,14 milyar rupiah dan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar 1,79 milyar rupiah. Fakta itu mengindikasikan subsektor peternakan berpotensi dijadikan sumber pertumbuhan baru pada sektor pertanian. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal itu, maka subsektor peternakan yang ingin dibangun di masa depan adalah yang mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasar dan mampu berkembang secara berkelanjutan. Usaha peternakan ayam broiler adalah salah satu andalan dalam subsektor peternakan di Indonesia. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat). Pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan kinerja perunggasan dengan cara memperbaiki iklim investasi, peningkatan pembangunan infrastruktur dan ketersediaan sumberdaya yang terlatih. Hal inilah yang dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat dan investor untuk berkecimpung di usaha ternak ayam broiler. Seperti terlihat pada tabel 1.2. yang menunjukkan bahwa dari total perusahaan ayam broiler, sebagian besar beralokasi di Jawa Barat (44,44%) kemudian diikuti dengan Jawa Tengah (18,10%). Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, perusahaan ayam broiler di Jawa Tengah (30,39%) dan rasio tenaga kerjanya lebih besar dibandingkan dengan Jawa Barat (21,13%).

16 Tabel 1.2. Statistik Perusahaan Peternakan Ayam Broiler pada Propinsi di Indonesia Tahun 2005 Nilai Jumlah Jumlah Pekerja Jumlah Ayam Provinsi Produksi Perusahaan (orang) (ekor) (Juta Rp) Sumut , ,5 DKI , ,4 Jabar , ,7 Jateng , ,8 Jatim , ,3 Propinsi Lain , ,6 Total , ,3 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (diolah). Pembangunan peternakan ayam broiler di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan jumlah populasinya. Jumlah populasi ayam broiler di Indonesia disajikan dalam tabel 1.3. yang menunjukkan jumlah populasi ayam broiler terus berkembang. Jumlah ayam broiler pada tahun 2007 merupakan jumlah populasi tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar ekor. Tabel 1.3. Populasi Ayam Broiler di Indonesia Tahun No Tahun Jumlah (Ekor) Pertumbuhan (%) , , , ,46 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008 Permintaan terhadap produk-produk peternakan seperti daging, susu dan telur mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan populasi penduduk. Kondisi ini juga didukung oleh pendapatan dan daya beli masyarakat akan

17 mempengaruhi tingkat konsumsi, khususnya konsumsi pangan asal hewani. Daging adalah salah satu komoditi peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan daging ayam dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging ayam yang disajikan dalam tabel 1.4. Tabel 1.4. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun No Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%) , , , ,25 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008 Berdasarkan tabel 1.4. jumlah konsumsi daging ayam broiler terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,36% dari tahun sebelumnya. Besarnya jumlah konsumsi tersebut merupakan apresiasi yang baik dari masyarakat terhadap produk peternakan ayam broiler. Potensi inilah yang harus dikembangkan dengan baik agar usaha peternakan ayam broiler dapat terus berkembang secara berkelanjutan. Peternakan ayam broiler memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan peternakan penghasil daging lainnya. Keunggulan itu diantaranya adalah siklus produksi yang singkat yaitu dalam waktu 4-6 minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot badan 1,5-1,56 kg/ekor dan tidak memerlukan lahan yang luas, sehingga lahan yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik bagi peternak karena perputaran modalnya relatif lebih cepat. Modal yang telah dikeluarkan akan cepat

18 kembali, sehingga keuntungan akan cepat didapatkan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap minat para peternak untuk terus memproduksi ayam broiler. Jumlah produksi ayam broiler terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi terhadap daging ayam broiler. Jumlah produksi ayam broiler di Indonesia disajikan dalam tabel 1.5. Tabel 1.5. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun No Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%) , , , ,64 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008 Berdasarkan tabel 1.5. jumlah produksi ayam broiler terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,64 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah produksi di tahun 2007 meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi daging ayam di tahun 2007 yaitu sebesar (Tabel 1.4). Jumlah produksi ayam broiler dari tahun ke tahun ternyata tidak mampu memenuhi jumlah permintaan ayam broiler. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya jumlah produksi ayam broiler dibandingkan dengan jumlah konsumsi ayam broiler. Peningkatan jumlah produksi ayam broiler harus terus dilakukan untuk memenuhi jumlah konsumsi daging ayam broiler. Kondisi produksi daging di propinsi Jawa Tengah pun didominasi oleh produksi ayam broiler, sedangkan daging yang berasal dari sapi potong

19 memberikan kontribusi terhadap kebutuhan total daging hanya sekitar 17,69%. Realisasi produksi daging sapi dan ayam broiler disajikan dalam Tabel 1.6. Tabel 1.6. Produksi Daging Sapi dan Ayam Broiler di Jawa Tengah Tahun 2006 KOMODITAS JUMLAH (TON) KONTRIBUSI (%) Kebutuhan Total Daging Sapi ,69 Ayam Broiler ,31 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008 Berdasarkan Tabel 1.6. dapat dilihat bahwa pada tahun 2006, kurang lebih setengah dari kebutuhan daging masyarakat dipenuhi oleh daging yang berasal dari ayam broiler yaitu sebesar ton. Dari Tabel 1.6. juga dapat dilihat bahwa propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi dan prospek sebagai wilayah konsumsi dan wilayah produksi untuk produk-produk peternakan. Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak mampu mengelola usaha ternaknya dengan baik. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, sampai kepada manajemen pemasaran. Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik dalam mengelola seluruh fungsi perusahaan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen yang baik harus ditunjang oleh infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukkan dengan kemudahan akses terhadap jalan, jaringan listrik dan telepon, sumber mata air, tersedianya kandang dan peralatan kandang yang layak pakai, dan sebagainya. Penggunaan teknologi yang tepat guna juga merupakan faktor yang penting dalam

20 mendukung infrastruktur peternakan yang memadai, infrastruktur yang baik merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan usaha ternak ayam broiler yang dijalankan. Usaha peternakan ayam broiler tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam mengusahakan peternakan ayam broiler. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat resiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler seperti resiko fluktuasi harga, baik harga-harga input seperti Day Old Chicken (DOC), pakan dan obat-obatan maupun fluktuasi harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Resiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah resiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit dan resiko sosial. Hal itulah yang sering menjadi kendala utama dalam bisnis ayam broiler. Dalam dunia ekonomi fluktuasai harga input dan output sangat di pengaruhi oleh permintaan dan penawaran, beberapa hal yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler antara lain budaya masyarakat Indonesia yang menganggap daging masih merupakan menu spesial. Adanya momen lebaran, natal, tahun baru biasanya akan terjadi kenaikan permintaan daging, tetapi setelah momen itu selesai atau memasuki tahun ajaran pendidikan yang baru biasanya akan terjadi pemurunanan permintaan daging broiler. Kebiasaan masyarakat yang suka mengkonsumsi daging segar juga sangat mempengaruhi permintaan, beda dengan di negara-negara maju yang sudah terbiasa mengkonsumsi daging beku. Adanya isu penyakit flu burung juga berpengaruh pada penurunan permintaan. Beberapa hal di atas itulah yang biasa digunakan para peternak untuk menentukan jumlah ayam yang akan di pelihara untuk dipanen 40 hari ke depan,

21 apakah sesuai dengan kapasitas kandang atau kurang. Karena belum adanya komunikasi secara baik antara perusahaan penyedia bibit ayam umur sehari (breeding) dengan peternak ayam broiler yang dapat menyebabakan over produksi yang berimbas pada turunnya harga jual daging ayam hidup di tingkat peternak. Akibatnya kerugianlah yang akan ditanggung oleh peternak Perumusan Masalah Permasalahan utama yang dihadapi oleh peternak ayam broiler mandiri adalah ketidakpastian harga jual dan musim yang kadang-kadang tidak mendukung usaha peternakan. Selain itu dengan merebaknya penyakit Avian Influenza (AI) atau flu burung sejak tahun 2003, menambah faktor ketidakpastian bagi peternak ayam broiler. Akibat penyakit yang mematikan ini, industri pembibitan mengalami kendala dalam mengimpor induk ayam dari negara-negara Eropa karena sebaran penyakit ini semakin meluas. Harapan produksi tidak dapat terpenuhi sebagaimana mestimya. Kurangnya pasokan membuat harga DOC tinggi, sehingga berimbas kepada peternak. Masalah fluktuasi harga yang terjadi pada saat penjualan output juga merupakan suatu faktor ketidakpastian yang harus diterima oleh peternak. Hal ini terjadi karena faktor harga bergantung kepada fluktuasi penawaran dan permintaan akan hasil produk. Faktor ketidakpastian ini sangat berpengaruh besar dalam kelayakan usaha peternakan ayam broiler. Peternakan X merupakan salah satu usaha peternakan rakyat mandiri dan tidak tergabung dalam suatu kemitraan usaha. Dalam kondisi usahanya, peternakan X tidak luput dari permasalahan-permasalahan tersebut. Akan tetapi

22 peternakan X masih tetap bertahan. Dari gambaran kondisi di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler X ditinjau dari aspek finansial? 2. Bagaimana sensitivitas usaha peternakan ayam broiler X terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input dan harga output? 1.3. Tujuan penelitian Dari perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis kondisi kelayakan usaha peternakan ayam broiler X yang dilihat dari aspek finansial. 2. Menganalisis kondisi sensitivitas terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input dan harga output yang terjadi di peternakan ayam broiler X Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Sebagai bahan pertimbangan usaha peternakan ayam broiler X dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang agar dapat menjadi lebih baik. 2. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi pelaku usaha ternak ayam broiler lainnya.

23 3. Memberikan bahan informasi bagi penelitian selanjutnya agar dapat lebih baik dan bisa menganalisis lebih dalam lagi. 4. Sebagai proses belajar yang akan memberikan banyak tambahan ilmu dan pengetahuan bagi penulis. Juga dapat dijadikan sebagai suatu bentuk pemahaman dan pengaplikasian dari materi-materi yang telah didapat dari perkuliahan atas peristiwa ekonomi yang terjadi.

24 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Usaha Peternakan Ayam Broiler Usaha peternakan ayam broiler menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 472/Kpts/TN.330/6/1996, peternakan ayam ras pedaging atau ayam broiler dengan jumlah ternak yang dipelihara tidak melebihi ekor per periode adalah usaha budidaya ayam ras yang dilakukan oleh perorangan secara individual atau kelompok usaha bersama (koperasi), sedangkan jumlah minimum yang harus dimiliki perusahaan peternakan adalah ekor per periode produksi (Suharno, 2004). Usaha peternakan ayam pedaging atau ayam broiler pada awalnya merupakan usaha sampingan dari usaha peternakan ayam petelur dan masih jauh dari jangkauan usaha ekonomi yang berorientasi produksi dan pasar. Hal ini terjadi pada tahun 1960 sampai tahun 1969 dimana struktur usaha belum terpisah berdasarkan spesialisasi karena semua kegiatan agribisnis ayam broiler bersatu dalam peternakan itu sendiri, mulai dari pembuatan pakan dan pengadaan bibit. Menjelang tahun 1970, usaha hobi ini tumbuh dan berkembang pada skala yang lebih besar dengan struktur yang tetap terintegrasi dan mempunyai orientasi produksi untuk pasar. Seiring dengan perkembangan zaman, usaha ternak ayam broiler semakin berkembang dengan pesat baik dari sisi produksi, populasi maupun teknologi (Yusdja et al, 2004).

25 Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Broiler Menurut Murtidjo (1990) dalam Gustriyeni (2007), faktor-fakor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari: 1. Lahan Lokasi lahan untuk peternakan ayam ras pedaging atau ayam broiler sebaiknya harus jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Lokasi hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran agar terhindar dari resiko kematian yang tinggi, biaya transportasi yang dikelurkan rendah, serta kondisi ayam dapat lebih segar. Selain itu lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari penggusuran (Rasyaf, 2004). 2. Kandang dan Peralatan Kandang Kandang sebaiknya didirikan jauh dari tempat tinggal manusia, demi kesehatan ternak maupun manusianya. Sebaiknya antara daerah tempat kandang didirikan dengan tempat tinggal atau kegiatan lain ditanami pepohonan yang tinggi sebagai pagar hidup. Pohon-pohon tersebut bukan sebagai peneduh, tetapi juga sebagai penyaring udara maupun bibit-bibit penyakit (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Peralatan kandang yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, dan peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan gerobak pengangkut pakan. 3. Day Old Chick (DOC) Day Old Chick (DOC) adalah komoditas unggulan perunggasan hasil persilangan dari jenis-jenis ayam berproduktifitas tinggi yang memiliki nilai

26 13 ekonomis tinggi. Salah satu ciri khas yang dimilikikomoditas ini adalah memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), pemerintah telah mengeluarkan surat Keputusan tentang persyaratan mutu bibit ayam broiler sebagai berikut : berat kuri untuk umur sehari atau DOC adalah gram. Kondisi bibit sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak terdehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering, serta pusar tertutup. Warna bulu seragam, sesuai warna galur (strain) serta kondisi bulu kering dan berkembang. Jaminan kematian kuri / DOC pada saat penerimaan minimal 2%. 4. Pakan Pakan merupakan kumpulan bahan makanan pokok yang layak untuk dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan tersebut mengikuti nilai kebutuhan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa pakan starter diberikan pada ayam berumur 0-3 minggu, sedangkan pakan finisher diberikan pada waktu ayam berumur 4 minggu sampai panen. Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibedakan berdasarkan tingkat umur. 5. Obat-obatan, vaksin dan vitamin Obat-obatan, vaksin dan vitamin merupakan bahan yang dibuat dari mikro organisme seperti virus, bakteri atau komponen antigen dari virus atau bakteri tersebut. Obat merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menghambat atau menghentikan perkembangbiakan mikroorganisme (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Vaksin digunakan untuk menimbulkan

27 14 kekebalan di dalam tubuh. Pemberian vobat dan vaksin perlu bagi suatu peternakan ayam broiler. Hal ini bertujuan mencegah agar ternak ayam broiler terhindar dari penyakit, sehingga hasil output yang diharapkan bisa menjadi optimal. 6. Tenagakerja Tenagakerja sangat diperlukan untuk kegiatan operasional kandang, seperti pemberian pakan, pemberian minum, pelaksanaan vaksinasi, pengaturan pemanas, pembersihan kandang dan sebagainya. Tenagakerja yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler adalah tenagakerja yang memiliki keterampilan dan pengalaman di dunia peternakan. Jumlah tenagakerja disesuaikan dengan jumlah populasi ayam broiler yang dipelihara. Umumnya jumlah populasi ayam sebanyak ekor mampu dipelihara oleh satu orang tenagakerja, jika pengelolaan usaha ternak secara manual atau tanpa alat-alat otomatis. Akan tetapi jika pengelolaannya menggunakan alat-alat otomatis seperti tempat minum otomatis, maka satu orang tenagakerja mampu memelihara sebanyak ekor ayam broiler. Tenagakerja dalam usaha ternak ayam broiler sebagian besar dilakukan dengan sistem kontrak per periode. Biasanya tenagakerja dibayar berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara Biaya Lipsey et al. (1995) mendefinisikan biaya atau pengeluaran adalah nilai input yang dikeluarkan untuk memproduksi output. Biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas

28 15 - aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Boediono, 1998). Biaya tetap dalam usaha broiler adalah seperti Pajak Bumi dan Bangunan, sewa tanah (jika status tanah adalah sewa), sewa kandang (jika status kandang adalah sewa), gaji pegawai, penyusutan kandang dan peralatan peternakan, sedangkan biaya variabel seperti pakan, bibit, buruh harian dan pemeliharaan (Rasyaf, 2002) Penerimaan Samuelsen dan Nordhaus (1996) menyatakan, bahwa penerimaan adalah harga dikalikan dengan kuantitas atau total hasil penjualan. Soekartawi et al. (1986) mendefinisikan penerimaan adalah : 1. Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk ; 2. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa jika hasil peternakan berupa ayam broiler dan tidak dijual maka hasil penjualan ini disebut penerimaan, sehingga penerimaan merupakan hasil perkalian antara total hasil dan harga Analisis Kelayakan Usaha Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Studi kelayakan diadakan sebelum ada keputusan

29 16 (making decision) tentang pelaksanaan usaha (Kadariah, 2001). Sutojo (2000) menyatakan fokus utama studi kelayakan proyek terpusat pada empat macam aspek, yaitu: (1) pasar dan pemasaran barang atau jasa yang dihasilkan proyek, (2) produksi, teknis dan teknologi, (3) manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM), (4) keuangan dan ekonomi. Aspek manajemen dan organisasi dari studi kelayakan sangat diperlukan untuk mengidentifikasi SDM yang diperlukan baik kuantitas maupun kualitasnya (Soeharto, 2002).lebih lanjut Soeharto (2002) menyatakan bahwa tujuan mengkaji kelayakan adalah untuk menjawab pertanyaan layak atau tidaknya suatu gagasan atau usulan diwujudkan menjadi kenyataan. Hal ini dikaitkan dengan tingkat keberhasilan yang hendak diraih. Melihat kegunaanya yang strategis yaitu sebagai bahan pengambilan keputusan. Suatu studi kelayakan harus terkait serta memperhatikan mutu dan jangkauan pengkajian. Untuk mengukur atau menilai suatu proyek berdasarkan pada kriteria penilaian investasi yaitu dengan menghitung Nilai sekarang Bersih atau Net Present Value (NPV) dan tingkat pengembalian Internal atau Internal Rate of Return (IRR) (Gittinger, 1986). Pay Back Periode atau periode pengembalian modal (PPM). 1. Net Present Value (NPV) Nilai sekarang bersih atau Net Present Value (NPV), merupakan selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaankas bersih di masa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono, 1999). Menurut Soeharto (2002), kriteria nilai sekarang bersih (NPV) didasarkan atas konsep pendiskontoan selaruh arus kas ke nilai sekarang. Dengan

30 17 mendiskontokan semua arus kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka bersihnya, akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama yaitu harga (Pasar) saat ini. Jadi telah diketahui faktor nilai waktu dari uang dan (selisih) besar arus kas masuk dan keluar. Hal ibi sangat membantu pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan. NPV menunjukkan nilai Lump-sum yang dengan arus diskonto tertentu memberikan angka seberapa besar nilai usaha (Rp) tersebut pada saat ini. Gittinger (1986) menyatakan suatu proyek dikatakan Go jika nilai NPV>0 dan jika nilai NPV<0 maka proyek tersebut lebih baik tidak dilaksanakan karena akan merugikan. Jika NPV=0 maka usaha tersebut tidak untung dan juga tidak rugi, sehingga keputusan dilaksanakan atau tidaknya usaha tersebut diserahkan kepada pengambil keputusan. 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha untuk sumberdaya yang digunakan. IRR ini kemudian dibandingkan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. Apabila IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang berlaku, maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986). 3. Benefit Cost Ratio (BC Ratio) Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara present value manfaat dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio

31 18 menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai BCR > 1. Apabila BCR = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR < 1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986). 4. Pay Back Periode (PBP) Pay Back Period atau periode pengembalian modal (PPM) diartikan sebagai jangka waktu yang diperlukan oleh sebuah usaha untuk mengembalikan seluruh dana yang diinvestasikan, yaitu merupakan ukuran lamanya waktu yang diperlukan agar seluruh modal yang ditanamkan dapat dikembalikan / dibayar oleh manfaat yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi akan berkaitan dengan tingkat resiko periode pengembalian modal dapat pula dijadikan alat untuk mengukur resiko. Semakin cepat modal yang ditanamkan dapat dikembalikan oleh manfaat semakin rendah resiko dari investasi tersebut (Nugroho, 2003) Analisis Switching Value Perkiraan jumlah permintaan produk pada masa yang akan datang, disusun berdasarkan berbagai macam asumsi, misalnya permintaan tersebut tidak elastis terhadap perubahan jumlah pendapatan penduduk atau perubahan harga. Untuk itu guna memperoleh jumlah perkiraan permintaan yang lebih dapat dipercaya diperlukan analisis switching value permintaan, terhadap perubahan faktor tertentu

32 19 yang dapat mempengaruhi jumlah atau pola permintaan produk. Dalam tiap perkiraan tambahan dimasukkan pengaruh perubahan faktor determinan tertentu terhadap permintaan produk. Hasil penggunaan metode analisa kepekaan adalah perkiraan jumlah permintaan yang sifatnya optimis, pesimistis dan realistis (Sutojo,2000). Analisis switching value ditujukan untuk menilai kembali dan melihat pengaruh komponen manfaat dan biaya terhadap kelayakan usaha yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Hal tersebut merupakan suatu cara untuk menghadapi keidaktentuan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Analisis kalayakan finansial biasanya didasarkan pada proyeksiproyeksi yang banyak mengandung ketidak pastian tentang apa yang terjadi pada masa yang akan datang (Gittinger,1986). Salah satu penyebab ketidakpastian tersebut adalah adanya perubahan harga baik harga input maupun output. 2.2 Penelitian Terdahulu Gittinger (1986), mengatakan bahwa langkah pertama yang biasa digunakan dalam persiapan dan analisis suatu usaha adalah melakukan suatu studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan lebih lanjut. Pada mulanya dari suatu studi kelayakan dapat diharapkan paling tidak bahwa usaha itu layak ditinjau dari tiga aspek, yaitu secara aspek teknis usaha tersebut dapat dilakanakan dengan baik, secara aspek sosial dapat diterima masyarakat dan secara aspek lingkungan bahwa usaha tersebut tidak akan berdampak negatif serta penting bagi kelestarian lingkungan.

33 20 Pengertian studi kelayakan adalah suatu kegiatan studi analisis yang cermat, sistematis dan menyeluruh mengenai semua faktor atau aspek yang dapat mempengaruhi kemungkinan berhasilnya (kelayakan) pelaksanaan gagasan suatu usaha. Pada penelitian studi kelayakan Bank Indonesia berjudul Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan (2005), juga menganalisis pola pembiayaan usaha kecil. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng berada di wilayah Kecamatan Sawan dan Kabutambahan yang dijadikan obyek penelitian telah mendapatkan kredit sejak tahun 1985 yaitu dari Bank Perniagaan Umum Singaraja dengan plafond kredit Rp dan tahun 1986 dari BPD Bali dengan plafond kredit sebesar Rp dan tingkat suku bunga kredit sebesar 1 persen per bulan. Selanjutnya pembiayaan dilakukan oleh BNI. Jenis kredit yang disalurkan kepada tiga debitur perorangan di dua kecamatan adalah Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar masing-masing Rp (seratus juta rupiah), Rp (lima puluh juta rupiah), dan Rp (dua puluh juta rupiah) dengan bunga pinjaman yang menurun sebesar 15,75 persen dan jangka waktu pinjaman 1 tahun dengan review setiap tahun serta tidak diberlakukan grace period untuk usaha ini. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan sebesar Rp sedangkan investasi bersumber dari dana sendiri. Terdapat beberapa penelitian ekonomi tentang kelayakan usaha ayam broiler. Hasil penelitian Herawati (2001) diketahui bahwa pendapatan yang diterima CV. Pekerja Keras pada tahun jumlahnya berbeda-beda pada setiap periode produksi. Pendapatan terbesar selama delapan periode terjadi pada

34 21 periode kelima (April-Mei) yaitu sebesar Rp ,10 disebabkan karena pada saat itu harga jual ayam naik sebesar Rp. 332,30 per kg dari Rp ,37 menjadi Rp ,67 dan terendah terjadi pada periode kedua (Oktober- November) sebesar Rp ,50. Setriani (2005) dalam penelitiannya menyatakan baha pendapatan tertinggi yang diterima Peternak Plasma Naratas Poultry Shop selama periode produksi tahun 2003 diperoleh pada bulan produksi Desember-Januari 2003 yaitu sebesar Rp. 714,87 per ekor atau sebesar Rp. 626,65 per kg bobot hidup. Hal ini dikarenakan harga DOC pada bulan Desember berada pada angka yang rendah yaitu sebesar Rp ,00 per ekor sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah, selain itu harga jual ayam hasil panen yang tinggi yaitu mencapai Rp ,00 per ekor disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat akan daging ayam karena bertepatan dengan Hari raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Kerugian terbesar dialami oleh peternak yang berproduksi pada bulan Februari-Maret yaitu sebesar Rp. -984,06 per ekor. Hal ini terjadi karena harga jual ayam hasil panen berada pada harga terendah yaitu mencapai Rp ,00 per ekor. Hasil penelitian Isramadhani (2007) menunjukkan bahwa analisis sensitivitas di Sunan Kudus Farm dengan menggunakan modal sendiri dan opportunity cost suku bunga deposito 7,25 persen per tahun diperoleh NPV sebesar Rp ,08 dan IRR sebesar 34,50 persen. Jika Sunan Kudus Farm menggunakan modal pinjaman yang diasumsikan didapat dari Kredit Ketahanan Pangan Bank Mandiri untuk budidaya peternakan ayam ras dengan tingkat suku bunga sebesar 16 persen per tahun diperoleh NPV sebesar Rp ,51. Berdasarkan hasil penelitian Harjanti (2005) pada PT. Prima

35 22 Broiler Depok, perhitungan NPV selama lima tahun pada tingkat bunga 21 persen menunjukkan hasil manfaat bersih sekarang sebesar Rp ,23. IRR yang diperoleh di atas tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 29 persen Kerangka Pemikiran Ayam broiler adalah komoditas unggulan perunggasan dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi karena cenderung terjadinya fluktuasi harga penjualan output sehingga peternak. Fluktuasi harga tersebut disebabkan oleh banyak hal, diantaranya perayaan hari-hari besar, wabah penyakit unggas serta adanya kondisi musim yang sulit diprediksikan, sehingga akan berpengaruh terhadap fluktuasi penawaran dan permintaan. Keberhasilan usaha ditentukan oleh faktor-faktor seperti pengadaan input, operasional usaha maupun pemasaran output. Berdasarkan fakto-faktor tersebut juga dapat ditentukan keberhasilan suatu usaha ayam broiler. Pengembangan usaha ternak ayam broiler membutuhkan biaya investasi yang tidak sedikit. Adanya biaya yang tinggi menuntut suatu usaha peternakan mengejar hasil usaha yang memiliki keuntungan atau manfaat secara finansial. Manfaat finansial tersebut dapat diketahui dengan melakukan analisis kelayakan finansial yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kelayakan usaha tersebut dapat dijalankan agar memperoleh keuntungan. Kajian kelayakan finansial usaha ternak ayam broiler pada penelitian ini menggunakan analisis kelayakan dengan kriteria investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) Benefit Cost Ratio (BCR) dan Pay Back Periode (PBP). Selain itu digunakan Analisis Sensitivitas untuk melihat

36 23 kelayakan usaha ternak ayam broiler dalam menghadapi beberapa perubahan input dan output. Apabila hasil analisis menunjukkan hasil sesuai dengan kriteria kelayakan, maka usaha tersebut layak untuk dijalankan, jika hasil tidak sesuai maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Bagian kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Alur Pemikirin Penelitian.

37 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di peternakan X yang merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler mandiri yang beroperasi di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo. Proses pelaksanaan penelitian yang dimulai dari penelusuran sumber-sumber yang relevan, pengumpulan data, pengolahan data hingga penulisan skripsi berlangsung sejak Januari 2009 sampai dengan Juni Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lokasi peternakan X. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan peternakan X, studi literatur yang relevan dan BPS Jakarta Metode Analisis 1. Analisis Deskriptif Metode ini merupakan metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan. Data yang dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabulasi agar mempermudah penganalisisan data.

38 25 2. Analisis Kelayakan Usaha Untuk mengetahui kelayakan usaha di peternakan X digunakan kriteria investasi, yaitu : a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah nilai bersih sekarang dengan faktor diskonto tertentu yang diharapkan dari arus kas proyek. NPV dapat bernilai positif maupun negatif. Kelayakan sebuah proyek dilakukan dengan menggunakan data sekunder maupun proimer yang ditemukan di lapangan. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut : NPV = t 1 B (1 t + C i ) t t Keterangan : Bt Ct (1+i) t t i = Penerimaan pada tahun ke-t = Nilai biaya pada tahun ke-t = Faktor diskonto = Umur proyek = Tingkat suku bunga Dari NVP dapat diperkirakan aliran kas proyek atau kemampuan keuangan proyek dari waktu ke waktu. Apabila NPV positif maka proyek dapat dilaksanakan karena manfaat masih lebih besar daripada biaya yang ditanggung proyek. Sebaliknya apabila NPV negatif maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan.

39 26 b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return digunakan untuk mengetahui pada tingkat suku bunga berapa nilai NPV sama dengan nol. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah : IRR = i 1 + (i 2 -i 1 ) x NPV1 ( NPV NPV ) 1 2 Keterangan : IRR = nilai internal rate of return dalam presentase NPV 1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil NPV 2 = Net Present Value pertama pada DF terbesar i 1 i 2 = Tingkat suku bunga pertama = Tingkat suku bunga kedua Jika nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunga maka suatu proyek dinyatakan layak. Sebaliknya, jika nila IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunga maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. c. Benefit Cost Ratio (BC Ratio) BCR adalah perbanntu antara arus pendapatan dengan arus pembiayaan proyek. Rasio manfaat biaya ini memberikan sinyal sampai seberapa besar setiap satu rupiah yang diinvestasikan mampu memberikan manfaat. Rasio manfaat-biaya dihitung sebagai berikut : BCR = n t = 1 n t = 1 B t ( 1+ i) C t ( 1+ i) t t

40 27 Keterangan : n B t C t I = Periode usaha (tahun) = Penerimaan pada tahun ke-t (Rp.) = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp.) = Tingat suku bunga T = Tahun (1, 2, 3... n) Jika nilai BC Ratio lebih besar dari 1 maka proyek layak untuk dijalankan. Sebaliknya, jika nilai BC Ratio kurang dari 1 maka proyek tidak layak untuk dijalankan. d. Pay Back Periode (PBP) Pay Back Periode adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis Pay Back Periode dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Menurut (Ibrahim, 2003). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : n n 1 cp 1 I B t = 1 t = 1 PBP = T p 1 + B Keterangan : p PBP T p-1 = Pay Back Periode = Tahun sebelum terdapat Pay Back Peiode

41 28 I 1 B cp-1 B p = Jumlah Investasi yang sudah di-discount = Jumlah benefit yang di-discount sebelum Pay Back Periode = Jumlah benefit pada Pay Back Periode 3. Analisis Switching Value Analisis ini bertujuan untuk melihat kondisi peternakan X jika terjadi perubahan-perubahan pada harga input produksi dan harga output produksi. Asumsi yang digunakan adalah jika: 1. Biaya input (harga DOC dan harga pakan) mengalami kenaikan dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris pabirus). 2. Harga output (harga jual ayam) turun, dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus). 4. Definisi Istilah 1. Usaha ternak ayam broiler adalah usaha membudidayakan ayam broiler untuk menghasilkan daging. 2. Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya (biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel) di peternakan X. 3. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternakan X untuk membeli lahan dan bangunan serta peralatan operasional yang penggunaannya lebih dari satu tahun. 4. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh peternakan X untuk membayar gaji tenaga kerja yang dikeluarkan di setiap periode produksi yang tidak dipengaruhi oleh kapasitas produksi.

42 29 5. Biaya variabel (varibel cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan peternkan X disetiap periode produksi yang besarnya dipengaruhi oleh kapasitas produksi. 6. Satu masa produksi adalah waktu pemeliharaan ayam sejak DOC mulai dipelihara sampai ayam siap untuk dijual. 7. Analisis kelayakan finansial adalah biaya penerimaan yang ada di peternakan X berdasarkan perhitungan kritera investasi. 8. Nilai sisa peralatan adalah nilai (rupiah) yang dihitung berdasarkan umur ekonomis yang belum habis pakai dalam jangka waktu Rata- rata hari panen adalah rata- rata penjualan ayam dengan umur yang berbeda dalam satuan hari. Perhitungan diperoleh dengan cara mengalikan umur ayam yang dipanen dengan jumlah ayam yang dijual, kemudian dibagi dengan total ayam yang dijual. 10. Konversi pakan adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu kilogram berat ayam hidup.

43 30 IV. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN X Peternakan X merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler mandiri yang sudah berdiri sejak tahun Pada perjalanan usaha tersebut mengalami beberapa kendala seperti terjadinya krisis ekonomi, merebaknya kasus flu burung dan biaya operasional yang tinggi sempat menyebabkan vakumnya usaha ini. Usaha mulai beroperasi kembali pada tahun 2007 dan berganti kepemilikan. Lokasi peternakan X ini terletak di desa Polokarto, kecamatan Bekonang, Solo. Lokasi peternakan berada jauh dari pemukiman penduduk. Pemukiman penduduk yang terdekat sekitar 1,5 km dari peternakan, hal tersebut sangat mendukung untuk perkembangan ayam karena jauh dari kebisingan yang dapat menimbulkan ayam stress dan juga tidak menimbulkan pencemaran udara bagi masyarakat sekitar yang dikeluarkan oleh kotoran ayam. Peternakan X yang beroperasi di lahan seluas m² memiliki 12 kandang dengan ukuran 54 x 7 meter, masing masing kandang menampung kurang lebih 3500 ekor ayam broiler, 2 gudang pakan dengan ukuran 5 x 6 meter, kantor dengan luas 116 m² dan mess karyawan 72 m². Tenaga kerja kandang yang bekerja di peternakan X berjumlah 18 orang, 6 orang selaku kepala kandang yang bertanggungjawab mengontrol 12 orang anak kandang yang bertugas dan mengawasi dan menjaga keadaan ayam selama masa produksi. Masing masing kepala kandang bertanggungjawab atas kelangsungan 2 kandang dan masing masing anak kandang bertanggungjawab atas 3000 sampai 4000 ekor ayam per peiode produksi.

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini bersifat studi kasus dimana objek yang diteliti adalah peluang usaha produksi alat pemerah susu sapi SOTE di Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Pada Peternak Ayam Broiler Rosna Ente di Desa Bulonthala Timur Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango) JURNAL

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci