SISTIM BAGI HASIL PENGELOLAAN LUBUK LARANGAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
|
|
- Irwan Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN SISTIM BAGI HASIL PENGELOLAAN LUBUK LARANGAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1 Uning Pratimaratri, 2 Miko Kamal, 3 Suparman Khan 1,2,3 Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera Ulak Karang Padang 1 pratimaratri2003@yahoo.com, 2 miko.kamal@mkamal.co.id, 3 suparman.khan@yahoo.co.id Abstract. This study discusses the system for the management of the forbidden river in Padang Pariaman regency. Based on the data base of the Department of Marine and Fisheries Padang Pariaman, there are 191 forbidden river in Padang Pariaman. Each region has its own rules in managing the forbidden river. This study is intended to: (1) to analyze patterns of system for the management of the forbidden river in Padang Pariaman regency; (2) to analyze the pattern of utilization of the forbidden river in Padang Pariaman regency. This research is a socio legal study. The approach used is the legal anthropological approach. The population of this study was forbidden river in the district of Padang Pariaman. Samples were taken using stratified random sampling design. Data were collected through survey, the documentary study and interviews. Data were analyzed descriptively qualitative. Based on the research concluded that: (1) Yields forbidden river in Padang Pariaman regency are generally divided between managers and Nagari, respectively 50% of net revenues; (2) the forbidden river income used for the construction of villages and fund youth activities. Keywords: forbidden river, manage, fish Abstrak. Penelitian ini membahas tentang sistim bagi hasil pengelolaan lubuk larangan di Kabupaten Padang Pariaman. Berdasarkan data base Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman, ada 191 lubuk larangan ada di Padang Pariaman. Setiap daerah memiliki aturan tersendiri dalam mengelola lubuk larangan. Penelitian ini tujuan untuk: (1) Menganalisis pola sistem bagi hasil pengelolaan lubuk larangan di Kabupaten Padang Pariaman; (2) Menganalisis pola pemanfaatan hasil lubuk larangan di Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi hukum. Populasi penelitian ini adalah lubuk larangan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling design. Data dikumpulkan melalui studi dokumen dan wawancara. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa: (1) Hasil panen lubuk larangan di Kabupaten Padang Pariaman secara umum dibagi antara pengelola dan Nagari, masing-masing 50% dari pendapatan bersih; (2) Hasil pendapatan lubuk larangan digunakan untuk kepentingan pembangunan nagari dan membiayai kegiatan kepemudaan. Kata kunci: lubuk larangan, bagi hasil, ikan 1. Latar Belakang Permasalahan Lubuk larangan merupakan suatu bentuk pengelolaan sumberdaya perikanan yang berbasis masyarakat. Area penangkapan ikan ditutup pada kurun waktu tertentu. Pada masa itu warga masyarakat dilarang melakukan kegiatan penangkapan ikan di area yang ditentukan. Area penangkapan yang dijadikan lubuk larangan bisa berupa sungai, telaga, 253
2 254 Uning Pratimaratri, et al. ataupun danau. Kawasan yang dijadikan lubuk larangan dibagi ke dalam beberapa zonasi, yaitu suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang di kawasan perairan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem. Ada empat zona yaitu: zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, dan zona lainnya. Batas lubuk larangan ditandai dengan papan peringatan, tulisan pada batu, atau tali pembatas, adakalanya lubuk larangan tidak ada tanda khusus. Meskipun tidak ada tanda khusus, masyarakat sudah mengetahui jika terdapat kawasan lubuk larangan.barangsiapa melanggar ketentuan lubuk larangan diancam sanksi adat. Tipologi lubuk larangan dapat dibedakan berdasarkan pengelola dan sistem pengelolaannya. Lubuk larangan di Sumatera Barat pada umumnya, dan di Kabupaten Padang Pariaman pada khususnya, dikelola oleh masjid, pemuda, atau kelompok masyarakat pengawas (POKWASMAS). Dilihat dari sistim pengelolaannya, lubuk larangan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1) lubuk larangan tradisional, (2) lubuk larangan semi tradisional, (3) lubuk larangan modern. Masing-masing pengelola lubuk larangan memiliki sistim bagi hasil sendiri. Sistem bagi hasil ini ditentukan berdasarkan kesepakatan anggota masing-masing. Pemanfaatan hasil lubuk larangan ditentukan berdasarkan kesepakatan warga masyarakat. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini dilakukan selama satu tahun, dengan tujuan untuk: 1. Menganalisis pola sistem bagi hasil pengelolaan lubuk larangan di Kabupaten Padang Pariaman. 2. Menganalisis pola pemanfaatan hasil lubuk larangan di Kabupaten Padang Pariaman. 3. Urgensi Penelitian Lubuk larangan merupakan salah satu kearifan local yang digunakan untuk menjaga kelestarian ekosistem dan sumberdaya perikanan. Hampir seluruh kabupaten/kota terdapat lubuk larangan. Upaya menjaga kelestarian ekosistem dan sumberdaya perikanan dilakukan melalui beberapa usaha, antara lain: upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan genetika ikan. Konservasi sumberdaya perikanan di lubuk larangan mempunyai dampak positif pada kawasan yang dilindungi, stok ikan akan terjaga dan diharapkan akan terjadi limpahan ke luar kawasan sehingga sediaan sumberdaya perikanan untuk masyarakat tercukupi. Di samping memberi dampak positif pada sediaan ikan di luar kawasan lubuk larangan, lubuk larangan mempunyai dampak positif yang lain. Hasil dari lubuk larangan digunakan untuk kepentingan masyarakat, umumnya digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana nagari. Pembukaan lubuk larangan di beberapa daerah berbeda-beda, hal ini tergantung dari kesepakatan warga masyarakat atau pengelola. Ada yang dibuka setiap tahun sekali, ada pula yang dibuka setahun dua kali. Dari penelitian ini diharapkan akan diketahui pola atau sistim bagi hasil lubuk larangan dan pola pemanfaatan hasil lubuk larangan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora
3 Sistim Bagi Hasil Pengelolaan Lubuk Larangan di Kabupaten Padang Pariaman Metode Penelitian 4.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi hukum. Pendekatan antropologi hukum untuk menggali aspek empiris bekerjanya hukum. Pada pendekatan ini hukum dikonsepkan sebagai manifestasi makna-makna sibolis para pelaku social sebagaimana tampak dalam interaksi di antara mereka. 4.2 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah lubuk larangan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling design. Populasi dibagi menjadi tiga strata, yaitu: 1. lubuk larangan yang dikelola secara tradisional; 2. lubuk larangan yang dikelola secara semi tradisional; dan 3. lubuk larangan yang dikelola secara modern. 4.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Studi dokumen, digunakan untuk mengumpulkan data sekunder berupa data lubuk larangan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman. Data kelompok pengawas masyarakat yang ada di Kabupaten Padang Pariaman. 2. Wawancara, digunakan untuk mengumpulkan data primer, terutama untuk menggali informasi tentang sistim bagi hasil pengelolaan lubuk larangan, dan pemanfaatan hasil lubuk larangan. Informan penelitian adalah petugas penyuluh lapangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Padang Pariaman, pengelola lubuk larangan, dan aparat nagari. 4.4 Teknik Analisis Data Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian, data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi dan dikelompokan berdasarkan jenisnya untuk kemudian dianalisis dan sintesis baik secara kualitatif, dengan fokus kepada dan terkait dengan tujuan studi.beberapa alat analisis yang digunakan dalam studi ini yaitu: 1. Analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis sistem bagi hasil pengelolaan lubuk langan di Kabupaten Padang Pariaman. 2. Analisis dokumen laporan DKP Kabupaten Padang Pariaman. 5. Pola Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Lubuk Larangan di Kabupaten Padang Pariaman Berdasarkan data base pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman tahun 2015, lubuk larangan di Kabupaten Padang Pariaman ada 191. ISSN , EISSN Vol 6, No. 1, Th, 2016
4 256 Uning Pratimaratri, et al. Tabel 1 Lubuk Larangan di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2015 No Kecamatan Lubuk Larangan Pokmaswas 1 Nan Sabaris Sintoga Sungai Geringging IV Koto Aur Malintang Lubuk Alung Padang Sago VII Koto V Koto Kampung Dalam V Koto Timur Batang Gasan SungaiLimau Ulakan Tapakis Batang Anai Patamuan x 11 Kayu Tanam x 11 Enam Lingkung Enam Lingkung 7 1 Jumlah >>> Sumber: DKP Kab. Padang Pariaman, Berdasarkan penelitian, ada dua tiga jenis lubuk larangan di Padang Pariaman, yaitu: lubuk larangan tradisional dan lubuk larangan semi tradisional. Di kabupaten ini tidak ada lubuk larangan yang dikelola secara modern. Lubuk larangan tradisional sudah ada sejak tahun 1950-an. Ada dua jenis lubuk larangan tradisional. Lubuk larangan tradisional yang sama sekali tidak boleh dipanen sepanjang waktu, dan lubuk larangan tradisional yang boleh dipanen untuk waktu tertentu. Lubuk larangan tradisional yang sama sekali tidak boleh dipanen mempunyai fungsi sebagai zona inti untuk pembenihan. Masyarakat dilarang mengambil ikan di area ini. Ikan yang keluar dari area atau zona inti dapat diambil oleh masyarakat. Aturan yang melarang masyarakat mengambil ikan di lubuk larangan tidak pernah Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora
5 Sistim Bagi Hasil Pengelolaan Lubuk Larangan di Kabupaten Padang Pariaman 257 dilanggar.masyarakat umum patuh terhadap larangan tersebut karena percaya bahwa ikan yang hidup di area tersebut merupakan ikan keramat.siapapun yang mengambil ikan di wilayah tersebut akan menimbulkan akibat buruk baginya. Berdasarkan kepercayaan, lubuk larangan dipasang mantera dan tokoh masyarakat yang memasang mantera sudah meninggal, sehingga tidak dapat dibatalkan. Lubuk larangan tradisional yang boleh dipanen pada saat tertentu. Panen dilakukan satu tahun atau dua tahun sekali. Umumnya, lubuk larangan dipanen seminggu sebelum peringatan hari Maulid Nabi Muhammad. Lubuk larangan tradisional dikelola oleh pemuda setempat. Hasil panen lubuk larangan dibagi antara pengelola dan pemerintah nagari. Pembagian hasil panen adalah 50% untuk pengelola, dan 50% untuk kas nagari atau masjid. Pendapatan dari lubuk larangan yang dikelola oleh pemuda setempat ini sekitar Rp ,00-Rp ,00. Lubuk larangan semi tradisional ditentukan berdasarkan kesepakatan warga masyarakat, yang diwakili oleh ninik mamak, cerdik pandai, alim ulama, dan pemuda. Larangan mengambil ikan dibatasi oleh waktu tertentu, sanksi yang dikenakan bagi pelanggar lubuk larangan ada berbagai macam, tergantung kesepakatan. Jenis ikan yang hidup pada lubuk larangan ini adalah ikan asli yang hidup di perairan tersebut. Ada 46 lubuk larangan semi modern yang dikelola oleh kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS), selebihnya dikelola oleh pemuda. Lubuk larangan yang dikelola oleh kelompok masyarakat pengawas (Pokwasmas) telah menerapkan sistim pembagian area.area atau sungai yang digunakan sebagai lubuk larangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: zona inti, zona penyangga, dan zona pemanfaatan. Pokmaswas sebagian besar telah ditetapkan secara resmi oleh pemerintah daerah. Kelompok ini mendapatkan pembinaan manajemen organisasi dan teknis budidaya perikanan. Zona inti adalah wilayah dimana ikan sama sekali tidak boleh diambil sepanjang tahun. Wilayah ini digunakan untuk memijah, mengasuh, dan membesarkan anak ikan, serta tempat berlindung ikan. Di wilayah ini masyarakat sama sekali dilarang melakukan aktivitas. Tujuannya adalah untuk melindungi habitat ikan dari polusi. Zona penyangga adalah area dimana ikan dapat dipanen saat lubuk larangan dibuka. Waktu untuk memanen ditentukan berdasarkan kesepakatan tokoh adat dan warga masyarakat. Biasanya dalam waktu seminggu lubuk larangan dibuka untuk memanen. Zona pemanfaatan adalah area dimana masyarakat dibolehkan atau bebas mengambil ikan sepanjang waktu. Lubuk larangan yang dikelola oleh Pokwasmas ini dibuka minimal dua tahun sekali. Hasil dari pembukaan lubuk larangan ini antara Rp ,00 sampai Rp ,00. Pembagian hasil panen lubuk larangan semi modern yang dikelola oleh Pokmaswas adalah 50% untuk pengelola, dan 50% untuk kas nagari. 6. Pola Pemanfaatan Hasil Lubuk Larangan di Kabupaten Padang Pariaman Keberadaan lubuk larangan ditujukan untuk ketahanan pangan dan keamanan sediaan pangan masyarakat. Saat ini, lubuk larangan memiliki beberapa tujuan. 1. Aspek lingkungan Lubuk larangan ditujukan untuk membersihkan sungai dari sampah rumah tangga, konservasi sumberdaya perikanan dan ekosistim. ISSN , EISSN Vol 6, No. 1, Th, 2016
6 258 Uning Pratimaratri, et al. 2. Aspek ekonomi Lubuk larangan ditujukan untuk ketahanan pangan masyarakat. Hasil dari lubuk larangan digunakan untuk pembangunan nagari. Saat panen lubuk larangan banyak pedangan ikan datang ke lokasi lubuk larangan, Acara ini memberi kesempatan jual beli ikan dengan para pedagang ikan dari luar nagari. Kegiatan panen (biasanya sekitar seminggu) memberi kesempatan kepada penduduk setempat untuk berdagang. Mereka biasanya berjualan makanan untuk para pendatang. Sebagian lubuk larangan juga dijadikan kawasan wisata alam. Wisata alam memberikan kesempatan warga masyarakat untuk membuka lapangan pekerjaan, seperti berjualan makanan untuk para pengunjung, makanan ikan, berjualan souvenir dan sebagainya. 3. Aspek Sosial Lubuk larangan ditujukan untuk menghidupkan kembali tradisi ikan larangan. Lubuk larangan juga menguatkan ikatan social antara warga masyarakat. Acara pembukaan larangan merupakan momen yang ditunggu oleh masyarakat, baik masyarakat setempat atau pun masyarakat yang merantau. Para perantau akan pulang kampong saat pembukaan lubuk larangan. 4. Aspek Politik Lubuk Larangan ditujukan untuk meningkatkan stabilitas politik. Pengelolaan lubuk larangan membutuhkan pemahaman timbal balik, berbagi masalah, dan berbagi keuntungan di antara mereka. Pemanfaatan hasil panen lubuk larangan digunakan untuk kegiatan pemuda dan kepentingan pembangunan nagari. Kegiatan yang kepemudaan yang dibiayai dengan hasil pendapatan lubuk larangan antara lain: pembangunan sarana kegiatan kepemudaan, pembangunan lapangan olah raga, kegiatan pelatihan pemuda. Dana yang diserahkan ke masjid digunakan untuk menunjang kegiatan yang diadakan oleh masjid bersangkutan. Kegiatan yang dikelola oleh masjid antara lain: 1. Kegiatan Rutin, menyelenggarakan ibadah sholat wajib berjamaah. Kegiatan ini membutuhkan dana operasional, seperti: honor untuk garin masjid, pembayar tagihan listrik dan air. 2. Taman baca Al Qur an. Hasil lubuk larangan sebagian digunakan untuk membayar honor guru mengaji. 3. Melengkapi sarana dan prasarana masjid. 4. Kegiatan peringatan hari besar agama Islam. (Maulid, Isra Mijrad) Lubuk larangan yang dikelola oleh kelompok remaja, ditentukan berdasarkan persetujuan dari ninik mamak dan tokoh masyarakat setempat.sistem pengelolaan lubuk larangan sama dengan pengelolaan yang dilakukan oleh kelompok masjid. Ikan dikelola secara alami, jenis yang ada adalah ikan asli pada sungai tersebut.ikan yang diambil hanya ikan yang berukuran besar saja, ikan kecil akan dikembalikan lagi ke sungai.hasil dari lubuk larangan digunakan unatuk kegiatan kepemudaan, seperti: membangun lapangan olah raga, pos ronda, mengadakan acara peringatan hari kemerdekaan. 7. Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. pola sistim bagi hasil pengelolaan lubuk larangan di Kabupaten Padang Pariaman, baik yang dikelola oleh kelompok pemuda atau kelompok masyarakat Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora
7 Sistim Bagi Hasil Pengelolaan Lubuk Larangan di Kabupaten Padang Pariaman 259 pengawas (Pokmaswas) hampir sama. Hasil pendapatan dibagi masing-masing 50% untuk pengelola dan nagari atau masjid. 2. Hasil pendapatan lubuk larangan dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan fasilitas umum di nagari, masjid, maupun untuk menunjang kegiatan kepemudaan. Daftar pustaka Hadikusuma, Hilman. (1992).Pengantar Antropologi Hukum, Citra Aditya Bakti. Bandung. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau. (1987).Pelajaran Adat Minangkabau (Sejarah dan Budaya). Padang. Lovianda, Besty. (2010)Studi Keberadaan Ikan Lubuk Larangan terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat dan Pelestarian Ikan, Universitas Bung Hatta, Padang. Muhammad, Bushar. (2006).Pokok-pokok Hukum Adat.Pradnya Paramita. Jakarta. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor Per.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Soepomo. (1989)Bab-bab tentang Hukum Adat. Pradnya Paramita. Jakarta. Soekanto, Soerjono. (1983).Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo Persada. Jakarta. Wiranata, I Gede A.B..(2009).Hukum Adat di Persimpangan. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. ISSN , EISSN Vol 6, No. 1, Th, 2016
Prosiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN
Prosiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 PENYUSUNAN PERATURAN NAGARI DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAMPUNG WISATA DI JORONG NAGARI, NAGARI SUMPU, KECAMATAN
Lebih terperinciKabupaten Padang Pariaman
Kabupaten Padang Pariaman Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk
Lebih terperinciBUPATI PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BUPATI PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan. Saat kaum wanita menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita adalah Agent of Development yang perannya sangat dibutuhkan dalam perkembangan perekonomian. Keberdayaan wanita dibidang ekonomi adalah salah satu indikator
Lebih terperinci[Type the document subtitle]
PENGAKUAN KEBERADAAN KEARIFAN LOKAL LUBUK LARANGAN INDARUNG, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU DALAM PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP [Type the document subtitle] Suhana 7/24/2008 PENGAKUAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari kaum penjajah adalah cita-cita untuk dapat mewujudkan kehidupan rakyat Indonesia yang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU
BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 0 BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciBUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN MINAPOLITAN
BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN MINAPOLITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 A. Pendekatan dan Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan Strategi grounded theory (teori dari bawah). Penelitian
Lebih terperinciBAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 5.1 Dasar Perumusan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten 5.1.1 Fungsi, Dasar dan Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan
Lebih terperinciRenja ( Rencana kerja ) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasaman Barat Tahun Indikator Kegiatan
Renja ( Rencana kerja ) Dinas Kebudayaan dan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2014 No. Program dan Kegiatan Out Put Indikator Kegiatan Out Come 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran - Penyediaan Pelayanan
Lebih terperinciSKRIPSI. Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari
SKRIPSI Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari Di Nagari III Koto Aur Malintang Timur,Kecamatan IV Koto Aur Malintang Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penetapan status sebuah kawasan menjadi
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014
2.1.5 Analisis Efiensi Penggunaan Sumber Daya. Pencapaian indikator kinerja kasus illegal fishing yang mendukung sasaran Berkurangnya kegiatan yang merusak Sumberdaya Kelautan dan Perikanan serta Illegal
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Pemanfaatan Sumberdaya alam oleh masyarakat lokal berdasarkan pengetahuan tradisional telah dikenal masyarakat Raja Ampat sejak dahulu. Budaya sasi yang berawal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciProsiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN
Prosiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 KEPATUHAN HUKUM MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP LARANGAN PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA/PAYANG (TRAWLS) DAN PUKAT
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS
IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN DARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Kabupaten Bantul dalam rangka pengamanan pasir di wilayah pesisir di
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan mengenai pengamanan pasir, kerikil, dan batu di lingkungan sungai dan pesisir di Kabupaten Bantul diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2003.
Lebih terperinciKABUPATEN PADANG PARIAMAN
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2013 sebanyak 55.418 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2013 sebanyak 5 perusahaan
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN PULAU GILI AYER, GILI MENO DAN GILI TRAWANGAN DI PROVINSI
Lebih terperinciOPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH DI NAGARI KOTO BARU KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL
OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH DI NAGARI KOTO BARU KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL SOFTI NUR RAHMAH NIM. 08030137 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Helfia Edial, MT
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2008 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PERAIRAN DI SEKITARNYA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2008 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PERAIRAN DI SEKITARNYA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DIBIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN UMUM DARATAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciKRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman
Lebih terperinciREUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010
REUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM (ADAT MERAGREH UTEN) BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciHubungan Partisipasi Nelayan dan Peran Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Tuan, Aceh Besar
Hubungan Partisipasi Nelayan dan Peran Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Tuan, Aceh Besar Fisherman and Stakeholder Relation in Management of Pulau Tuan Conservation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciEkologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?
Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? Ekologi Hidupan Liar http://staff.unila.ac.id/janter/ 1 2 Hidupan liar? Mencakup satwa dan tumbuhan Pengelolaan hidupan liar PENGERTIAN perlindungan populasi satwa untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU
1 PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGAWASAN KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DI PERAIRAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU DENGAN
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH
BUPATI BANGKA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa ekosistem
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Barat yang terdiri dari 17 Kecamatan dengan 46 Nagari. Luas wilayah Kabupaten ini adalah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kabupaten Padang Pariaman merupakan satu dari 9 kabupaten yang ada di Sumatera Barat yang terdiri dari 17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Ekosistem gambut. Perlindungan. Pengelolaan.(Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciKetika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari
Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Kuwati, M. Martosupono dan J.C. Mangimbulude Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: kuwatifolley@yahoo.co.id Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciKAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT
KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II
ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.
Lebih terperinciLAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL :
STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PENDIDIKAN TK DAN SD PENDIDIKAN SMP DAN SM TENAGA PENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENGAJARAN TK DAN SD PENGAJARAN SMP DAN SM TENAGA
Lebih terperinciBerkala Perikanan Terubuk, Juli 2016, hlm ISSN
Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2016, hlm 89 99 ISSN 0126-4265 Vol. 44. No.2 KEARIFAN LOKAL LUBUK LARANGAN SEBAGAI UPAYA PELASTARIAN SUMBERDAYA PERAIRAN DI NAGARI SIKUCUR KECAMATAN V KOTO KAMPUNG DALAM
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)
PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa
Lebih terperinciLAMPIRAN KERTAS POSISI WWF INDONESIA TENTANG PEMANFAATAN TRADISIONAL SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KONSERVASI
g LAMPIRAN KERTAS POSISI WWF INDONESIA TENTANG PEMANFAATAN TRADISIONAL SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KONSERVASI A. Pendahuluan Sebagai lembaga konservasi,wwf Indonesia memiliki visi melestarikan
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciTEMPAT UJI KOMPETENSI (TUK) FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BUNG HATTA
TEMPAT UJI KOMPETENSI (TUK) FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BUNG HATTA SEKRETARIAT : GEDUNG LABORATORIUM TERPADU FPIK KAMPUS 1 UNIVERSITAS BUNG HATTA, JLN. SUMATERA ULAK KARANG PADANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR
BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG JENIS IKAN DAN WILAYAH PENEBARAN KEMBALI SERTA PENANGKAPAN IKAN BERBASIS BUDIDAYA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinciAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
AN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.862, 2013 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Wilayah Pesisir. Pulau-Pulau Kecil. Pengelolan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang sentralistik, dimana segala bentuk keputusan dan kebijakan yang ada
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara, Indonesia telah mengalami berbagai macam bentuk sistem pemeritahan. Sebelum reformasi bergulir, Indonesia adalah sebuah negara yang sentralistik,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN LAUT BANDA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciProsiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Siti Sujatini, 2 Harry Susilo
Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 PENINGKATAN PARTISIPASI WARGA UNTUK MEWUJUDKAN RUMAH DAN LINGKUNGAN SEHAT DI KELURAHAN PASEBAN JAKARTA PUSAT 1 Siti Sujatini, 2 Harry Susilo
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT
Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan
Lebih terperinciOleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana
EFEKTIFITAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN TABANAN Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SATWA DAN TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciPENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA
PENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA Eddy Hamka 1, Fajriah 2, Laode Mansyur 3 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Kendari,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, bahwa
Lebih terperinciVOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN
VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PESANGGARAN DESA SUMBERAGUNG JALAN SUKAMADE NOMOR 51 TELPON KP BANYUWANGI
SALINAN PERDES PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PESANGGARAN DESA SUMBERAGUNG JALAN SUKAMADE NOMOR 51 TELPON 710446 KP. 68488 BANYUWANGI PERATURAN DESA SUMBERAGUNG NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya alam yang banyak dimiliki di Indonesia adalah hutan. Pembukaan hutan di Indonesia merupakan isu lingkungan yang populer selama dasawarsa terakhir
Lebih terperinci1 DIKOMUNIKASIKAN KAMPANYE PRIDE? UBAH?
TEMPLATE RANCANGAN TEORI PERUBAHAN: No Take Zone Area di Wilayah Utara Pesisir IC+A+K BR BC TR CR 5 APA YANG PERLU 4 3 PERILAKU APA 2 APA ANCAMAN 1 DIKOMUNIKASIKAN YANG INGIN KITA UTAMA TARGET KAMPANYE
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:
WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 199 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI
PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI KESATUAN NAGARI SITUJUAH GADANG NOMOR : 01/NSG/2002 Tentang PERUBAHAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA
Lebih terperinciPublic Perception In Maintenance Attractions Bung Hatta Forest Park in the Village Indarung Lubuk Kilangan District of the city of Padang
0 Public Perception In Maintenance Attractions Bung Hatta Forest Park in the Village Indarung Lubuk Kilangan District of the city of Padang By: Miko Rayendra*Drs. Bakaruddin. M.S**Yuherman, S.P, M.Pd *Student
Lebih terperinciPENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR KEHUTANAN PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN MUNA
Jurnal Perennial, 2012 Vol. 8 No. 1: 13-18 ISSN: 1412-7784 Tersedia Online: http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR KEHUTANAN PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN MUNA
Lebih terperinciGUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU
1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2017 T E N T A N G PENGGUNAAN ALAT DAN BAHAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN DANAU SINGKARAK
1 PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2017 T E N T A N G PENGGUNAAN ALAT DAN BAHAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN DANAU SINGKARAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.330, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pelestarian. Suaka. Kawasan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5798) PERATURAN
Lebih terperinciPROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE
SALINAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN LAUT TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,
Lebih terperinciBAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang
62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati
Lebih terperinciPotensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON
Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat
Lebih terperinciII. TinjauanPustaka A. Definisi Sasi
II. TinjauanPustaka A. Definisi Sasi Sasi merupakan bentuk aturan pengelolan sumberdaya alam berbasis masyarakat yang telah dilakukan oleh masyarakat pedesaan di Maluku. Sasi merupakan kearifan tradisional
Lebih terperinciDampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL
Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciLAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA
LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA Lamun adalah tumbuhan berbunga (Spermato phyta) yang telah menyesuaikan diri untuk hidup sepenuhnya terbenam di dalam laut. Seperti tumbuhan darat umumnya,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha
PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok ekonomi kaya dan miskin. Terdapat pada penjelasan Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat memiliki fungsi sosial untuk mengurangi kesenjangan antara kelompok ekonomi kaya dan miskin. Terdapat pada penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan pertanian pada dasarnya ialah rangkaian upaya perwujudan pembangunan pertanian dan pembangunan peternakan sebagai subsektor yang mampu meningkatkan
Lebih terperinci