BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN MINAPOLITAN

Transkripsi

1 BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN MINAPOLITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembangunan ekonomi Kabupaten Pasaman di sektor perikanan dengan konsepsi minapolitan perlu diupayakan Kawasan Minapolitan yang terintegrasi dan efisien dengan memperhatikan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, sosial ekonomi masyarakat, dan kearifan lokal, yang menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif bagi Kabupaten Pasaman perlu diupayakan Kawasan Minapolitan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a huruf perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman tentang Kawasan Minapolitan; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25) jo Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4348); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4519); 4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 1

2 5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Le mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); 9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5059); 13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5234); 14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 2

3 16. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564); 19. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan; 20. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan; 21. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.18/MEN/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 23. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 15/PERMEN-KP/2014 tentang Pedoman Umum Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Minapolitan; 24. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia; 25. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 38/PERMEN-KP/2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kawasan Minapolitan; 26. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.35/MEN/2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 19 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Pasaman; 28. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Pasaman Tahun ; 29. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Pasaman Tahun ; 30. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman Tahun ; 31. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 8 Tahun 2013; 32. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Nagari; 33. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nagari Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat; 3

4 34. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 14 Tahun 2011 tentang Irigasi; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN dan BUPATI PASAMAN MEMUTUSKAN: MENETAPKAN : PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN MINAPOLITAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Pasaman. 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Pasaman. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD adalah unsur pembantu kepala daerah untuk menjalankan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut Bappeda adalah SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah. 6. Program Minapolitan adalah suatu program kegiatan yang berupaya untuk mensinergiskan kegiatan produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran dalam satu rangkaian kegiatan. 7. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya; 8. Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. 9. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. 10. Kawasan Utama adalah bagian wilayah Kawasan Minapolitan yang menjadi pusat kegiatan dan/atau usaha produksi, pengolahan, pemasaran, dan pelayanan jasa dalam sektor perikanan. 11. Kawasan Penyangga adalah bagian wilayah Kawasan Minapolitan sebagai wilayah sub pengembangan yang berfungsi untuk menunjang kegiatan dan/usaha dalam wilayah Kawasan Utama. 12. Kelompok Kerja Kawasan Minapolitan, yang selanjutnya disebut POKJA Kawasan Minapolitan adalah organisasi pengelola Kawasan Minapolitan yang tugas pokok dan fungsinya untuk mengkoordinasikan SKPD yang tugas pokok dan fungsinya terkait dengan operasional Kawasan Minapolitan. 13. Pemangku kepentingan adalah orang yang mempunyai kepentingan, langsung atau tidak langsung dengan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam Kawasan Minapolitan. 4

5 14. Pelaku Utama adalah unsur pemangku kepentingan yang melakukan kegiatan dan/atau usaha dalam wilayah Kawasan Minapolitan sebagai pekerjaan. 15. Rencana Strategis adalah rencana yang memuat kebijakan dan strategi pengelolaan potensi sumberdaya perikanan yang disusun dalam konsep arah kebijakan pengembangan kawasan jangka menengah dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan yang diimplementasikan melalui rencana zonasi, rencana pengelolaan, dan rencana aksi. 16. Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumberdaya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. 17. Rencana Pengelolaan adalah rencana pengembangan bidang usaha dan produk unggulan sebagai penggerak perekonomian di Kawasan Minapolitan dalam kurun waktu lima tahunan sesuai dengan rencana strategis. 18. Rencana Aksi adalah rencana implementasi yang disusun secara tahunan dengan mengacu pada tahapan pembangunan lima tahunan sebagaimana yang tercantum dalam rencana strategis. 19. Infrastruktur pendukung adalah infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung operasional Kawasan Minapolitan. 20. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundangundangan yang mengatur tentang Pendidikan Tinggi. 21. Lembaga Swadaya Masyarakat, yang selanjutnya disebut LSM adalah organisasi non-pemerintah yang dibentuk secara resmi oleh masyarakat yang tugas pokok dan fungsinya mempunyai kompetensi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. 22. Kelompok Masyarakat Pengawas, yang selanjutnya disebut Pokmaswas adalah kelompok masyarakat yang dibentuk dari dan oleh masyarakat yang tugas pokok dan fungsinya mengawasi operasional Kawasan Minapolitan. 23. Masyarakat Lokal adalah kelompok masyarakat yang berasal dan tinggal menetap dalam wilayah Kawasan Minapolitan, yang dalam tata kehidupan internal masyarakatnya berpedoman kepada kearifan lokal. 24. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur mayarakat lokal yang berlaku sebagai pedoman hidup dalam tata kehidupan di internal masyarakatnya. 25. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batasbatas dan wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan / atau berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah Kabupaten Pasaman. 26. Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disebut KAN adalah Lembaga Kerapatan dari Ninik Mamak yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat dan berfungsi memelihara kelestarian adat serta menyelesaikan perselisihan sako dan pusako. 27. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa guna memperoleh kesepakatan para pihak dengan bantuan mediator tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. 28. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan melalui mediasi. 29. Gugatan Perwakilan Kelompok adalah suatu tata cara pengajuan gugatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih mewakili kelompoknya dalam mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri dan sekaligus mewakili kelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok dimaksud. 5

6 30. Wakil kelompok adalah satu orang atau lebih yang menderita kerugian yang mengajukan gugatan dan sekaligus mewakili kelompok orang yang lebih banyak jumlahnya. 31. Anggota kelompok adalah sekelompok orang dalam jumlah banyak yang menderita kerugian. BAB II PRINSIP, TUJUAN, DAN SASARAN Pasal 2 Kawasan Minapolitan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip : a. Terintegrasi. b. Efisiensi. c. Berkualitas. d. Percepatan. Pasal 3 Kawasan Minapolitan mempunyai tujuan untuk : a. Menciptakan sistem dan mekanisme untuk menjamin pemanfaatan Kawasan Minapolitan secara rasional, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan; b. Menciptakan pemerataan dalam pemanfaatan ekonomi sumberdaya perikanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat; c. Memelihara kelestarian fungsi-fungsi alamiah ekosistem perairan agar tetap dapat menunjang pembangunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; dan d. Melindungi wilayah Kawasan Minapolitan dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan sektor lain. Pasal 4 Kawasan Minapolitan dilaksanakan dengan sasaran, meliputi: a. Terkoordinasikannya kebijakan Kawasan Minapolitan secara terintegrasi dan efisien; b. Tercapainya keseimbangan antara pemanfaatan sumberdaya perikanan dan pelestarian fungsi-fungsi ekologis wilayah Kawasan Minapolitan; c. Terakomodasikannya aspirasi dan kepentingan-kepentingan masyarakat lokal melalui upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan; dan d. Terpenuhinya persyaratan normatif dalam sistem dan mekanisme perizinan untuk usaha atau kegiatan pembangunan di wilayah Kawasan Minapolitan. BAB III L O K A S I Pasal 5 (1) Kawasan Minapolitan terdiri atas kawasan utama dan kawasan penyangga. (2) Kawasan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu di wilayah Kecamatan Rao Selatan. (3) Kawasan penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi wilayah Kecamatan Rao, Kecamatan Padang Gelugur dan Kecamatan Panti. BAB IV RUANG LINGKUP Pasal 6 Ruang lingkup pengembangan Kawasan Minapolitan terdiri atas : 6

7 a. perencanaan; b. perizinan; c. pelaksanaan dan pemanfaatan; d. pengendalian dan pengawasan; dan e. pemantauan dan evaluasi. Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 7 (1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, terdiri atas : a. Rencana Strategis; b. Rencana Zonasi; c. Rencana Pengelolaan; dan d. Rencana Aksi. (2) Rincian Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam Dokumen Perencanaan Kawasan Minapolitan (3) Dokumen Perencanaan Kawasan Minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun oleh Pemerintah Daerah Pasal 8 (1) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi yang telah disepakati bersama antar pemangku kepentingan. (2) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi landasan yang konsisten untuk penyusunan Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan, dan Rencana Aksi. (3) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan indikator kinerja, sehingga dapat mengukur tingkat keberhasilan Kawasan Minapolitan. (4) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat standar perencanaan yang konsisten, sinergis dan terpadu serta merupakan alat pengendali Kawasan Minapolitan bagi Pemerintah Daerah, masyarakat, dan pelaku usaha. (5) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud ayat (1), berisi dokumen : a. profil daerah; b. visi dan misi; c. tujuan dan sasaran; d. strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran; e. proses implementasi; f. program dan kegiatan yang akan dilaksanakan; g. prosedur pengkajian ulang, pemantauan, dan evaluasi; dan h. informasi lanjutan. Pasal 9 (1) Rencana Zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b mengindikasikan : a. kebijakan pengalokasian penggunaan sumberdaya/ruang lahan pada Kawasan Minapolitan berdasarkan daya dukungnya; b. arahan kerangka kerja untuk pengelolaan, pengaturan berupa kisi-kisi tentang kegiatan yang dibolehkan, dilarang, dan yang memerlukan izin guna mencegah timbulnya benturan kepentingan. (2) Rencana Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk : a. memandu pengelolaan sumberdaya di dalam wilayah Kawasan Minapolitan; b. mencegah sengketa pemanfaatan sumberdaya Kawasan Minapolitan. 7

8 Pasal 10 Rencana Zonasi memuat pembagian wilayah perencanaan ke dalam : a. Zona Konservasi; b. Zona Pemanfaatan Umum. Pasal 11 Rencana Zonasi disusun berdasarkan pada : a. data fisik, ekologi, dan sosial ekonomi; b. kebijakan-kebijakan dalam Rencana Strategis; c. kepentingan para pemangku kepentingan; dan d. potensi penggunaan. Pasal 12 Rencana Zonasi harus mengakomodasikan berbagai jenis keperluan Kawasan Minapolitan yang dilakukan oleh pelaku kegiatan dan/atau usaha. Pasal 13 (1) Rencana Zonasi dapat diperbaiki apabila terdapat perubahan pada kondisi wilayah Kawasan Minapolitan yang berpengaruh pada keputusan penzonasian. (2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. intensitas dan macam-macam penggunaan sumberdaya; b. perkembangan keilmuan mengenai penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan; dan c. perubahan-perubahan teknologi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Pasal 14 (1) Rencana Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, memuat prosedur, tanggungjawab, dan koordinasi. (2) Rencana Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di laksanakan secara transparan, sehingga dapat diperkirakan dampaknya serta dapat menjamin pemerataan kesempatan dalam menyampaikan pendapat. Pasal 15 Rencana Pengelolaan ditujukan untuk : a. membangun kerjasama kemitraan antara Pemerintah Daerah, pengusaha, dan masyarakat; b. menyediakan dasar yang disepakati bersama untuk melakukan peninjauan secara sistematik terhadap usulan; c. merumuskan tatacara pengawasan, evaluasi dan perbaikan rencanarencana Kawasan Minapolitan secara terpadu; dan d. mengkoordinasikan rencana-rencana selanjutnya. Pasal 16 Rencana Pengelolaan disusun berdasarkan pada : a. kebijakan-kebijakan dan orientasi dalam Rencana Strategis; b. Rencana Zonasi; dan c. kepentingan para pemangku kepentingan. Pasal 17 (1) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d, disusun dalam rangka melaksanakan Rencana Pengelolaan. (2) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud ayat (1), memuat : a. masalah-masalah yang harus ditanggulangi; b. tujuan, sasaran, strategi dan kegiatan yang akan dilaksanakan; dan c. rencana pendanaan dan sumber dana. 8

9 Bagian Kedua Perizinan Pasal 18 (1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan sarana pengendali terhadap kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam di Kawasan Minapolitan. (2) Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikaitkan dengan rencana pemanfaatan sumberdaya alam sebagaimana telah dirumuskan dalam Rencana Zonasi. (3) Implementasi sistem dan mekanisme perizinan wajib mengacu kepada sistem perencanaan secara keseluruhan. (4) Kewenangan pemberian izin dalam Kawasan Minapolitan menjadi tanggung jawab SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang dalam pemberian izin. Pasal 19 Sistem dan mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3), perlu memperhatikan pertimbangan : a. Pemerintah Daerah melalui SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang memberikan izin harus memperhatikan Rencana Zonasi dan Rencana Pengelolaan; b. setiap pemanfaatan wilayah Kawasan Minapolitan harus menjamin akses publik; c. daftar kegiatan yang memerlukan izin; dan d. syarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Bagian Ketiga Pelaksanaan dan Pemanfaatan Pasal 20 (1) Pelaksanaan dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, mengatur keberadaan Pelaku Utama dalam wilayah Kawasan Minapolitan. (2) Pelaku utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan pemangku kepentingan terdepan dalam kegiatan Kawasan Minapolitan. Pasal 21 (1) Pelaku utama wajib melakukan kegiatan dan/atau usaha yang berorientasi pada peningkatan produktivitas perikanan. (2) Untuk mewujudkan peningkatan produktivitas perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku utama wajib mengelola kegiatan dan/atau usaha secara maksimal. Pasal 22 (1) Keberadaan Pelaku Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) wajib diberdayakan secara optimal agar tujuan Kawasan Minapolitan bisa tercapai. (2) Pemerintah Daerah wajib mengupayakan pemberdayaan Pelaku Utama. (3) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seperti : a. pendidikan; b. pelatihan; c. studi banding; d. temu usaha; dan e. pembiayaan. 9

10 Pasal 23 (1) Pelaku Utama dalam wilayah Kawasan Minapolitan wajib mematuhi Peraturan Kawasan Minapolitan. (2) Peraturan Kawasan Minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Bagian Keempat Pengendalian dan Pengawasan Pasal 24 Pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, merupakan upaya sistematis untuk memberikan keyakinan bahwa pelaksanaan Kawasan Minapolitan telah sesuai dengan sistem perencanaan. Pasal 25 Pengendalian dimaksudkan sebagai upaya untuk menindaklanjuti hasil pengawasan, khususnya apabila terdapat indikasi penyimpangan terhadap perencanaan Kawasan Minapolitan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan oleh : a. Pemerintah Daerah; dan b. Masyarakat. Pasal 26 Pasal 27 (1) Pengawasan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a dilaksanakan oleh SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang dalam bidang pengawasan; (2) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melakukan pengawasan melalui pemantauan, pengamatan lapangan, dan evaluasi terhadap proses perencanaan dan pelaksanaan Kawasan Minapolitan berdasarkan pada suatu sistem pengawasan. Pasal 28 (1) Pengawasan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b merupakan perwujudan terhadap penerapan kearifan lokal dan asas tranparansi; (2) Pengawasan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b dilaksanakan oleh Pokmaswas; (3) Pokmaswas sebagaimana dimaksud pada ayat (2 ) bertujuan untuk untuk melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam Kawasan Minapolitan. (4) Pokmaswas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas : a. mengawasi pelaku utama dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan; b. mengingatkan pelaku utama yang melakukan penyimpangan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan; c. melaporkan pelaku utama kepada Pokja Kawasan Minapolitan, apabila melakukan penyimpangan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan; (5) Pokmaswas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur : a. Ninik Mamak; b. Alim Ulama; c. Cerdik Pandai; d. Bundo Kanduang; dan e. Pemuda. 10

11 (6) Struktur, Personalia, tugas dan kewenangan Pokmaswas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kelima Pemantauan dan Evaluasi Pasal 29 (1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, dilakukan terhadap : a. penggunaan lahan sesuai dengan peruntukannya; b. penyediaan infrastruktur sesuai dengan kebutuhan; dan c. dampak Kawasan Minapolitan terhadap pembangunan daerah. (2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang dalam bidang pemantauan dan evaluasi. (3) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melakukan pemantauan dan evaluasi mulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan. BAB V POKJA KAWASAN MINAPOLITAN Pasal 30 (1) Untuk mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dan/atau usaha dalam wilayah Kawasan Minapolitan dibentuk Pokja Kawasan Minapolitan. (2) Pokja Kawasan Minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung-jawab langsung kepada Bupati. (3) Pokja Kawasan Minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur : a. Pemerintah Daerah; dan b. Masyarakat. (4) Pokja Kawasan Minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Ketua, yang secara ex-officio dijabat oleh Kepala Bappeda. (5) Struktur, personalia, tugas, dan kewenangan Pokja Kawasan Minapolitan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 31 (1) Pokja Kawasan Minapolitan yang berasal dari unsur Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) huruf a, terdiri atas SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang dalam bidang yang terkait dengan Kawasan Minapolitan. (2) Pokja Kawasan Minapolitan yang berasal dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) huruf b, terdiri atas perwakilan : a. Masyarakat Lokal; dan b. Pelaku Utama dalam wilayah Kawasan Minapolitan. (3) Perwakilan Pokja Kawasan Minapolitan yang berasal dari unsur masyarakat lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2 ) masing-masing berjumlah 1 (satu) orang. (4) Pemilihan perwakilan Pokja Kawasan Minapolitan yang berasal dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3 ) dipimpin oleh Ketua Pokja Kawasan Minapolitan. Pasal 32 Pokja Kawasan Minapolitan mengemban tiga fungsi, yaitu : a. fungsi perencanaan; b. fungsi pelaksanaan; dan c. fungsi lingkungan hidup. 11

12 Pasal 33 Fungsi perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a, meliputi : a. mengkoordinasikan perencanaan pemanfaatan ruang dan sumberdaya; b. menfasilitasi peranserta masyarakat dalam perumusan kebijakan; dan c. mengupayakan transparansi melalui penyelenggaraan konsultasi publik sebelum dokumen perencanaan ditetapkan secara resmi. Pasal 34 Fungsi pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b, meliputi : a. mengkoordinasikan pelaksanaan pemanfaatan ruang dan sumberdaya; b. menfasilitasi pelaksanaan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan yang diterbitkan izinnya; c. mengkoordinasikan bantuan teknis dan pendanaan dalam rangka Kawasan Minapolitan; d. menfasilitasi penyelesaian sengketa dalam pemanfaatan ruang dan/atau sumberdaya; dan e. mendirikan dan mengelola pusat data dan informasi. Pasal 35 Fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c, meliputi : a. melakukan pemantauan dan pengkajian terhadap kondisi lingkungan; b. menyampaikan rekomendasi kepada Bupati untuk menetapkan keputusan dalam perizinan; c. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap dampak pemanfaatan ruang dan sumberdaya; dan d. melaksanakan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Bupati sepanjang yang berkaitan dengan Kawasan Minapolitan. BAB VI INFRASTRUKTUR PENDUKUNG Pasal 36 (1) Infrastruktur pendukung merupakan prasarana penting untuk menunjang keberhasilan operasional Kawasan Minapolitan; (2) Infrastruktur pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) yang merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah, wajib dilaksanakan oleh SKPD terkait. (3) Infrastruktur pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bukan merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah, Bupati wajib mengadakan kerjasama dengan pimpinan lembaga/ instansi terkait. (4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dituliskan ke dalam Perjanjian Kerjasama. (5) Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (5 ) dapat dibuat dalam bentuk Akta Otentik atau Akta Di Bawah Tangan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 12

13 BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 37 Sumber pembiayaan operasional Kawasan Minapolitan terdiri atas : a. Sumber utama; dan b. Sumber tambahan. Pasal 38 (1) Sumber utama pembiayaan Kawasan Minapolitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Sumber utama pembiayaan Kawasan Minapolitan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dianggarkan oleh Pemerintah Daerah pada setiap tahun anggaran. (3) Pengajuan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikoordinasikan oleh Pokja Kawasan Minapolitan. Pasal 39 (1) Sumber tambahan pembiayaan Kawasan Minapolitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b, dapat berasal dari kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak lain. (2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituliskan ke dalam Perjanjian Kerjasama. (3) Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat dalam bentuk Akta Otentik atau Akta Di Bawah Tangan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 40 (1) Selain Pejabat Penyidik Umum, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik: (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) meliputi: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana pelanggaran; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; 13

14 j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Kawasan Minapolitan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib membuat berita acara setiap tindakan tentang: a. pemeriksaan tersangka; b. pemasukan rumah; c. penyitaan benda; d. pemeriksaan surat; e. pemeriksaan saksi; f. pemeriksaan ditempat kejadian; (4) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikirimkan tembusannya kepada Kejaksaaan Negeri Lubuk Sikaping. BAB IX KETENTUAN SANKSI Pasal 41 (1) Pelaku Utama dalam wilayah Kawasan Minapolitan yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dapat dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan usaha; c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas Kawasan Minapolitan; atau d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas Kawasan Minapolitan. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Bupati atas rekomendasi Pokja Kawasan Minapolitan. (3) Selain dikenai sanksi administratif, dapat juga dikenai sanksi lainnya berupa denda yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 42 (1) Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan denda paling banyak Rp ,00 (lima juta rupiah) kepada setiap orang yang dengan sengaja melalaikan kewajibannya untuk melakukan kegiatan dan/atau usaha untuk meningkatkan produktivitas perikanan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelanggaran. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 43 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, semua kegiatan dan/atau usaha yang berada dalam Kawasan Minapolitan dapat dilanjutkan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. 14

15 BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 44 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pasaman. Disahkan di Lubuk Sikaping pada tanggal 14 April 2015 BUPATI PASAMAN, Diundangkan di Lubuk Sikaping pada tanggal 14 April 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PASAMAN, BENNY UTAMA A. SYAFEI, SH Pembina Utama Madya NIP LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2015 NOMOR 3 NOREG. PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT: (9/2015) 15

16 I. PENJELASAN UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN MINAPOLITAN Sebagai Kurnia Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, Kabupaten Pasaman mempunyai kekayaan sumberdaya alam yang sangat besar dan masih dapat dikembangkan untuk pembangunan sektor perikanan. Potensi itu sangat didukung oleh keasrian hutan yang masih terpelihara, sehingga tetap menjaga ketersediaan air yang dibutuhkan untuk proses perikanan. Sesuai dengan amanah yang tercantum di dalam Konstitusi, Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, potensi besar itu wajib dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pemanfaatan diarahkan pada pendayagunaan sumberdaya ikan secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup pembudidaya ikan dan kesejahteraan rakyat, produktivitas, nilai tambah dan daya saing hasil perikanan. Di samping itu juga untuk meningkatkan pendapatan daerah, menyediakan perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan serta menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan serta tata ruang. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan harus seimbang dengan daya dukungnya, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara terus menerus sampai kepada generasi yang akan datang. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasaman dan kesejahteraan pelaku ekonomi sektor perikanan dilakukan dengan percepatan pembangunan ekonomi sektor perikanan berbasis kawasan yang terintegrasi dan efisien melalui konsepsi minapolitan. Untuk mewujudkan pembangunan ekonomi sektor perikanan dengan konsepsi minapolitan perlu diupayakan pengembangan kawasan minapolitan yang terintegrasi dan efisien dengan memperhatikan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, sosial ekonomi masyarakat, dan kearifan lokal, yang menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif bagi Kabupaten Pasaman. Di dalam Peraturan Daerah ditentukan wilayah Kawasan Minapolitan yang terdiri atas Kawasan Utama dan Kawasan Penyangga. Kawasan Utama terletak di Kecamatan Rao Selatan, sedangkan Kawasan Penyangga terletak di Kecamatan Rao, Kecamatan Padang Gelugur dan Kecamatan Panti. Untuk mengelola Kawasan Minapolitan dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Kawasan Minapolitan sebagai organisasi pelaksana, yang terdiri atas unsur Pemerintah Daerah yang diwakili oleh SKPD yang tugas pokok dan fungsinya terkait dengan pengembangan Kawasan Minapolitan dan unsur masyarakat. Pokja Kawasan Minapolitan, secara ex-officio, diketuai oleh Kepala Bappeda Kabupaten Pasaman. Dalam operasional Kawasan Minapolitan, peranserta masyarakat dengan kearifan lokalnya diberikan apresiasi tinggi dengan menuangkannya ke dalam Peraturan Daerah. Peranserta itu diwujudkan dengan melibatkan masyarakat lokal dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Di dalam proses perencanaan, masyarakat lokal dilibatkan dalam penyusunan dokumen perencanaan. Di dalam proses pelaksanaan, masyarakat lokal dilibatkan dalam Pokja Kawasan Minapolitan. Selanjutnya di dalam proses pengawasan, masyarakat lokal dilibatkan dalam pengawasan dengan membentuk wadah Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas). Di samping itu, di dalam proses penyelesaian sengketa di antara pemangku kepentingan lebih diutamakan 16

17 dengan cara musyawarah untuk mufakat sebagai nilai-nilai kearifan lokal, yang dimiliki masyarakat sebagai warisan leluhur Bangsa Indonesia. Peranserta Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat dimaksudkan sebagai mitra Pemerintah Daerah dalam melakukan pengkajian secara ilmiah terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam. Berbeda dengan peranserta masyarakat lokal yang merupakan suatu keharusan, peranserta Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat bukan merupakan keharusan, tetapi bersifat tentatif. Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat akan terlibat dalam operasional Kawasan Minapolitan sepanjang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah dan harus diikat dengan perjanjian kerjasama. Operasional Kawasan Minapolitan memerlukan biaya yang relatif besar. Sehubungan dengan itu Pemerintah Daerah wajib menganggarkan setiap tahun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), di samping biaya yang diperoleh dari Pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah Daerah juga dapat bekerja sama dengan pihak swasta dalam pembiayaan operasional Kawasan Minapolitan, seperti dalam mendirikan pabrik pakan ikan. Pemberian sanksi kepada pelaku utama lebih didominasi oleh sanksi administratif dengan pendekatan musyawarah. Pemberian sanksi pidana tetap diakomodasi di dalam Peraturan Daerah, sesuai dengan kewenangan yang ada. Namun jika terdapat kejahatan dalam operasional Kawasan Minapolitan, pelakunya tetap harus diproses sesuai dengan ketentuan pidana yang berlaku, baik melalui tindak pidana umum, sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), atau pun melalui tindak pidana khusus, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Perikanan. II. PENJELASAN PASAL-PASAL Pasal 1 Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan " Terintegrasi " adalah pengembangan kawasan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan sektorsektor ekonomi potensial melalui sistem terintegrasi, menyeluruh, mampu mengelola bahan baku lebih efisien dan ramah lingkungan dalam satu kawasan secara komprehensif dan melibatkan seluruh stakeholder. Huruf b Yang dimaksud dengan " Efisiensi " adalah pemanfaatan sumber daya alam di Kawasan Minapolitan dengan seminimal mungkin untuk optimalisasi pelaksanaan program. Huruf c Yang dimaksud dengan " Berkualitas" adalah pelaksanaan dan pengelolaan pengembangan Kawasan Minapolitan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan pembiayaan semaksimal mungkin untuk menghasilkan produk yang baik dan mempunyai daya saing. Huruf d Yang dimaksud dengan " Percepatan " adalah memacu pelaksanaan program pengembangan Kawasan Minapolitan yang bertujuan mempercepat pembangunan dan peningkatan ekonomi masyarakat. 17

18 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Huruf a Yang dimaksud dengan Zona Konservasi adalah kawasan lindung yang aktivitas manusia dibatasi untuk menjaga agar kondisi ekosistem secara keseluruhan tidak mengalami degradasi, karena aktivitas ekonomi pada kawasan Minapolitan adalah perikanan yang sangat bergantung pada daya dukung lingkungan maka keberadaan kawasan lindung untuk menjaga daya dukung lingkungan perlu benar-benar diperhatikan, yang meliputi zona resapan air, zona sempadan sungai dan zona cagar alam. Huruf b Yang dimaksud dengan Zona Pemanfaatan Umum adalah kawasan budidaya perikanan ikan air tawar yang diperbolehkan untuk dikembangkan sesuai dengan kapasitas dan tingkat kesesuaian lahan, yang terdiri dari zona sentra produksi perikanan ikan air tawar yang meliputi kegiatan pembenihan dan pembesaran, zona industri perikanan yang meliputi kegiatan pengolahan hasil perikanan dan pengolahan pakan ikan, zona pemasaran yang meliputi pengumpulan dan distribusi ikan air tawar dan zona pemukiman. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Ayat (1) Ayat (2) 18

19 Ayat (3) Ayat (4) Yang dimaksud dengan SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang dalam pemberian izin adalah Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2TPM) atau dengan nama lainnya. Pasal 19 Pasal 20 Ayat (1) Ayat (2) Yang termasuk ke dalam Pelaku Utama adalah orang, kelompok orang atau badan usaha pada KM, seperti : pembudidaya ikan, pembenih ikan, pemasok pakan ikan, pabrik pakan ikan, industri pengolahan ikan, industri ekonomi kreatif, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), Balai Benih Ikan (BBI), dan pasar. Pasal 21 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kegiatan dan/atau usaha yang berorientasi pada peningkatan produksi perikanan yaitu upaya dari pelaku utama untuk selalu fokus melaksanakan kegiatan dan/atau usaha yang telah diizinkan guna meningkatkan produktivitas perikanan. Ayat (2) Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Ayat (1) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang dalam bidang pengawasan, yaitu Inspektorat Daerah atau dengan nama lainnya. Ayat (2) Pasal 28 Pasal 29 Ayat (1) Ayat (2) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya berwenang dalam bidang pemantauan dan evaluasi, yaitu SKPD teknis yang terkait dengan Program Pengembangan Kawasan Minapolitan. Ayat (3) Pasal 30 19

20 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Ayat (1) Infrastruktur pendukung terdiri atas, jalan, jembatan, air, pabrik pakan ikan, listrik, komunikasi, transportasi, pasar, dan lain-lain. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR. 20