BENARKAH GURU MATEMATIKA SEBAIKNYA MENGAJAR SECARA INDUKTIF DAN BUKAN SECARA DEDUKTIF? Fadjar Shadiq, M.App.Sc

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BENARKAH GURU MATEMATIKA SEBAIKNYA MENGAJAR SECARA INDUKTIF DAN BUKAN SECARA DEDUKTIF? Fadjar Shadiq, M.App.Sc"

Transkripsi

1 BENARKAH GURU MATEMATIKA SEBAIKNYA MENGAJAR SECARA INDUKTIF DAN BUKAN SECARA DEDUKTIF? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika & Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah bahwa teori IPA banyak disimpulkan menggunakan penalaran induktif (induksi). Sebagai contoh, dari beberapa kasus khusus seperti besi, aluminium, seng dan tembaga yang jika dipanasi akan selalu memuai maka dapat ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum (general) yang dikenal dengan suatu teorema, yaitu semua logam jika dipanasi akan memuai. Di samping itu, berbeda dengan IPA, matematika sudah dikenal sejak zaman Euclides bersifat deduktif aksiomatis. Bangunan matematika disusun oleh suatu dasar atau pondasi yang kokoh berupa kumpulan sifat pangkal (aksioma). Jadi, aksioma adalah semacam dalil atau teorema yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan namun akan dijadikan dasar untuk membuktikan dalil atau teorema matematika selanjutnya secara deduktif. Hal seperti ini tidak dikenal di IPA. Berkait dengan induksi dan deduksi ini, pada suatu pertemuan, penulis pernah menyatakan tentang adanya suatu kecenderungan baru (the newest trend) bahwa proses pembelajaran matematika di kelas sudah dan akan lebih mengarah ke induktif dari hanya murni deduktif. Beberapa teman sepertinya ada yang tidak menyetujui peryataan tersebut meskipun tidak dilontarkan secara jelas, namun hanya berupa gumanan saja. Mungkin saja penulis dianggap salah ngomong. Karenanya artikel ini disusun dengan maksud untuk menjelaskan secara umum bahwa pernyataan penulis tadi tidak salah. Meskipun demikian, penulis akan tetap menghargai setiap pendapat yang berbeda dengannya. Harapannya, pendapat yang berbeda tersebut dapat dipublikasikan juga di Limas sehingga akan terjadi saling pengertian dan saling melengkapi di antara kedua pendapat tersebut. Itupun jika memang benar ada perbedaan. Namun, mudah-mudahan saja tidak ada perbedaan di antara kita. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih terinci beberapa alasan yang mendasari pernyataan tersebut, dimulai dari alasan tentang pengertian matematika, diikuti pendapat Polya dan Lakatos yang sama-sama akan menunjukkan pentingnya para siswa belajar secara induktif dan tidak hanya belajar secara deduktif. Pengertian Matematika Courant & Courant pada 1981 menulis buku teks matematika yang sangat terkenal untuk mahasiswanya dengan judul: What is Mathematics. Buku tersebut tidak membahas secara khusus tentang apa itu matematika. Ternyata, jawaban untuk pertanyaan Apa sih Matematika itu? tidaklah semudah yang 1

2 dibayangkan. Jika Anda yang mendapat pertanyaan seperti itu, lalu apa jawaban Anda? De Lange (2005:8) seorang pakar pendidikan matematika dari Freudenthal Institute (FI), suatu lembaga di Universitas Utrecht yang sangat terkenal dengan Realistic Mathematics Education (RME) menyatakan: What is mathematics? is not a simple question to answer. Faktanya, materi (content) yang dibahas matematika pada tahun 1900 jelas-jelas akan berbeda dengan materi matematika pada tahun De Lange (2005:8) mencatat ada sekitar 60 sampai 70 cabang matematika yang berbeda. Tidak hanya itu, kebutuhan (needs) para siswa terhadap matematika pada tahun 1900 akan sangat berbeda dengan kebutuhan para siswa terhadap matematika pada saat sekarang. Pada tahun 1900-an komputer dan kalkulator belum ada. Yang ada waktu itu hanyalah mistar hitung. Hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya perubahan definisi matematika, pembelajarannya, dan tujuan pembelajaran matematika di kelas. Jadi, tujuan dan proses pembelajaran matematika di kelas akan selalu berubah karena harus menyesuaikan dengan perubahan waktu dan tuntutan perubahan kebutuhan siswa terhadap matematika. Belasan tahun lalu, NRC (National Research Council, 1989:1) dari Amerika Serikat telah menyatakan pentingnya Matematika dengan pernyataan berikut: Mathematics is the key to opportunity. Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Masih menurut NRC, bagi seorang siswa keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warganegara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang tepat. Bagi suatu negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi. Meskipun demikian, ada pengakuan tulus juga dari para pakar pendidikan matematika (NRC, 1989:3) bahwa sesungguhnya kemampuan membaca akan jauh lebih penting dan lebih mendasar dari matematika. Kecenderungan pada saat ini menunjukkan bahwa definisi matematika lebih dikaitkan dengan kemampuan berpikir yang digunakan para matematikawan. Karena itulah, NRC (1989:31) menyatakan dengan singkat bahwa: Mathematics is a science of patterns and order. Artinya, matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan tingkatan (order). De Lange (2005:8) menyatakan hal yang sama: Mathematics could be seen as the language that describes patterns both patterns in nature and patterns invented by the human mind. Jelaslah sekarang bahwa matematika dapat dilihat sebagai bahasa yang menjelaskan tentang pola; baik pola di alam dan maupun pola yang ditemukan melalu pikiran. Masih menurut De Lange (2005:8); pola-pola pada matematika tersebut bisa berbentuk real (nyata) maupun berbentuk imajinasi, dapat dilihat atau hanya dalam bentuk mental, statis atau dinamis, kualitatif atau kuantitatif, asli dan nyata yang berkait dengan kehidupan nyata sehari-hari atau tidak lebih dari hanya sekedar untuk keperluan rekreasi. Hal-hal tersebut dapat muncul dari lingkungan sekitar, dari kedalaman ruang dan waktu, atau dari hasil pekerjaan pikiran insani. Formulasi definisi seperti yang dinyatakan NRC maupun De Lange menunjukkan bahwa langkah paling tepat mempelajari pola atau keteraturan adalah dengan menggunakan penalaran induktif; di mana pembelajarannya dimulai dengan contoh-contoh khusus, diikuti dengan 2

3 keteraturan- keteraturan yang ada. Agar lebih jelas, berikut ini akan dipaparkan pendapat Polya maupun Lakatos yang akan menunjukkan pentingnya memfasilitasi siswa untuk belajar secara induktif. Pendapat Polya George Polya (1973: VII) di dalam bukunya yang sangat terkenal dan menjadi buku acuan tentang pemecahan masalah, yaitu How to Solve It menyatakan: Yes, mathematics has two faces; it is the rigorous science of Euclid but it is also something else. Mathematics presented in the Euclidean way appears as a systematic, deductive science; but mathematics in the making appears as an experimental, inductive science. Pendapat Polya ini telah menunjukkan bahwa matematika memiliki dua sisi. Pada satu sisinya matematika sebagai hasil karya Euclides merupakan ilmu yang eksak, namun pada sisi yang lain, sesungguhnya matematika memiliki hal lain. Matematika yang disajikan dalam bentuk seperti hasil kerja Euclides muncul sebagai ilmu yang sistematis dan deduktif. Akan tetapi, pada waktu proses ditemukan atau dikembangkan; matematika muncul sebagai ilmu yang mengunakan sifat eksperimen dan induktif. Hal ini menunjukkan pengakuan Polya tentang pentingnya penalaran induktif (induksi) dalam pengembangan matematika dan secara tersirat pada proses pembelajarannya. Berikut ini adalah penjelasannya secara lebih rinci, berdasarkan pengalaman penulis. Ketika penulis sedang mengikuti kuliah dan untuk pertama kalinya mempelajari turunan (differensial), maka yang dilakukan sang dosen adalah langsung secara deduktif menyatakan definisi turunan adalah: f '(x) f(x + x) f(x) lim x 0 x = Hal yang sama terjadi ketika proses pembelajaran teorema limit yang langsung dimulai dengan definisi. Meskipun Anda seorang guru, jika Anda mempelajari limit langsung dengan definisi, apakah Anda langsung memahaminya? Hal yang sama akan terjadi ketika proses pembelajaran Aljabar, di mana prosesnya langsung dimulai dari beberapa sifat penjumlahan dan perkalian seperti sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya unsur identitas, invers dan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan diikuti dengan membuktikan beberapa rumus atau teorema seperti a.( b) = (ab). Pada proses pembelajaran seperti itu teorema matematika telah dibahas sebagai ilmu yang eksak, sistematis dan deduktif. Mahasiswa tidak mengetahui darimana dan bagaimana rumus itu didapat. Padahalnya, pada waktu proses ditemukan atau dikembangkannya teorema turunan adalah tidak seperti itu, telah terjadi perjuangan yang sangat menarik untuk mendapatkannya. Teorema peluang misalnya ditemukan secara tidak sengaja dari arena judi. Menurut buku yang penulis pernah baca namun lupa judulnya, penemuan teorema awal differensial ditemukan ketika seseorang mencatat jarak yang ditempuh suatu benda (partikel) yang dilepaskan dari puncak menara miring Pisa. Ternyata, hubungan yang didapat antara waktu t (dalam detik) dengan jarak yang ditempuh s (dalam meter) adalah mendekati: s(t) = 5t 2 3

4 Dengan demikian, dalam waktu 6 detik, jarak yang ditempuh benda tersebut adalah = 5 36 = 180m. Sedangkan dalam waktu 4 detik, jarak yang ditempuh benda adalah = 5 16 = 80m. Jika ditanyakan kecepatan benda untuk selang t = 4 sampai t = 6, maka kecepatan rata-rata benda pada selang tersebut adalah (180 80)/(6 4) = 100/2 = 50m/detik. Secara matematis perhitungan itu dapat dinyatakan dengan: Selang Jarak Selang Waktu s(6) s(4) = = Sekarang, pertanyaan yang dapat diajukan adalah bagaimana caranya menentukan kecepatan rata-rata benda pada: 1. selang antara t = 4 sampai t = 4,2? 2. selang waktu antara t = 4 sampai t = 4, ? 3. tepat pada waktu t = 4? Jawaban pertanyaan 1 dan 2 adalah seperti di atas. Namun pertanyaan terakhir dapat juga dinyatakan dengan cara di atas, yaitu untuk selang antara t = 4 sampai t = 4, Sehingga kecepatannya menjadi: s(4 + 0, ) s(4) v(4) = lim atau 0, Perhatikan bahwa 0, merupakan bilangan yang sangat kecil sedemikian sehingga mendekati 0 namun tidak sama dengan 0 dan diberi notasi 0, atau dapat juga dilambangkan dengan h 0 atau x 0, sehingga didapat: s(4 + h) s(h) v(4) = lim atau h 0 h f(x + x) f(x) f '(x) = lim x 0 x Jelaslah bahwa pada proses penemuan yang berkait dengan definisi differensial ini telah terjadi penalaran induktif dan bukan penalaran deduktif, sebagaimana dinyatakan Polya. Dimulai dari kasus-kasus khusus, akan didapat pola atau keteraturan yang selanjutnya mengarah ke definisinya. Pertanyaan selanjutnya adalah: Manakah yang lebih penting, kemampuan penalaran secara induktif atau deduktif? Kedua penalaran tersebut sama penting. Namun, sebagaimana dinyatakan Polya, pada satu sisinya matematika merupakan ilmu yang eksak, sistematis dan deduktif. Akan tetapi, pada waktu proses ditemukan atau dikembangkan matematika muncul sebagai ilmu yang mengunakan sifat eksperimen dan induktif. Namun, jika kemampuan menemukan juga dibutuhkan siswa dan bangsa ini, maka jelas bahwa siswa harus difasilitasi untuk belajar secara induktif dan tidak hanya melulu deduktif. Artinya, dari induktif baru ke deduktif. Pendapat Lakatos Di samping Polya yang dikenal sebagai pakar pemecahan masalah, Lakatos yang dikenal sebagai filusuf, sebagaimana dikutip Burton (1992:2) membuat pernyataan yang lebih keras: Deductivist style hides the struggle, hides the 4

5 adventure. The whole story vanishes, the successive tentative formulations of the theorem in the course of the proof-procedure are doomed to oblivion while the end result is exalted into sacred infallibility Artinya, cara deduktif telah menyembunyikan perjuangan dan petualangan (penemunya). Semua ceritera sudah usai, urut-urutan yang bersifat tentatif atau nisbi dari formulasi teoremateorema, dalam pelajaran yang mengutamakan prosedur pembuktian telah dimatikan ke arah yang tidak berarti, sedangkan hasilnya telah diagungagungkan sebagai suatu kebenaran yang tidak terbantahkan dan dikeramatkan. Kembali ke waktu di mana penulis sedang mengikuti kuliah tentang turunan (differensial), maka yang dilakukan sang dosen adalah sesuatu yang sudah jadi, yaitu suatu definisi turunan adalah: f '(x) f(x + x) f(x) lim x 0 x = Namun proses pembelajarannya sama sekali tidak membahas atau tidak menceriterakan bahkan telah menyembunyikan perjuangan dan petualangan yang dilakukan si penemu teorema tersebut. Semua ceritera mengenai kehebatan si penemu sama sekali tidak nampak. Padahalnya, dari ceritera tadi, nampak jelas kehebatan si penemu ketika ia mulai berpikir dari kasus-kasus khusus tersebut, lalu muncul pertanyaan berikut: Bagaimana caranya menentukan kecepatan benda pada waktu t = 4? Pertanyaan inilah yang memunculkan teori tentang turunan. Kadang-kadang muncul di benak penulis, bagaimana dan mengapa tiba-tiba muncul pertanyaan yang sangat hebat seperti itu pada diri si penemu? Lalu, mengapa bukan salah seorang warga bangsa kita yang memunculkan pertanyaan seperti itu untuk pertama kalinya? Dari contoh tentang pembelajaran differensial di saat kuliah tadi, di mana pembelajarannya lebih mengacu pada pembelajaran deduktif, hal-hal yang harus dilakukan dan diketahui siswa sudah tertentu, sudah jelas dan sudah terarah. Namun proses pembelajaran yang diinginkan para pakar pendidikan matematika sekarang adalah dengan memulai pembelajarannya dengan menayangkan masalah kontektual atau masalah realistik sehingga para siswa difasilitasi untuk melakukan eksplorasi, investigasi, inkuari dan berkomunikasi dengan teman-temannya. Selanjutnya, berkait dengan investigasi, Bastow, dkk (1986) menyatakan, Investigating is not just getting the right answers but asking the right questions. Artinya, pada proses investigasi (atau proses eksplorasi maupun proses penemuan) intinya adalah bukan hanya pada jawaban yang benar saja, namun juga untuk belajar mengajukan pertanyaan yang benar. Fasilitasi bagi para siswa untuk belajar mengajukan pertanyaan akan lebih banyak pada pembelajaran yang lebih mengacu pada pembelajaran induktif daripada hanya murni deduktif. Investigasi, eksplorasi, ataupun penemuan merupakan aktivitas yang dapat memfasilitasi siswa untuk mempelajari induksi dan deduksi. Selanjutnya, pendekatan terbaru seperti pembelajaran matematika realistik, kontekstual, kooperatif, PAKEM, ataupun pemecahan masalah adalah sangat cocok dengan pembelajaran yang lebih mengacu pada pembelajaran induktif. Penutup Istilah pola dan generalisasi jelas menunjukkan bahwa pelajaran matematika ini mengacu pada pembelajaran yang berkait dengan penalaran induktif. 5

6 Selanjutnya, perhatikan pendapat Giere (1984: 45) berikut: The general characteristic of inductive arguments is that they are kowledge expanding; that is, their conclusions contain more information than all they are premises combined. Pada penalaran induktif, dari beberapa kasus khusus, dapat disusun suatu kesimpulan yang bersifat umum (general). Proses penalaran induktif ini menjadi sangat penting, karena ilmu pengetahuan, termasuk matematika, tidak akan pernah berkembang tanpa adanya penarikan kesimpulan ataupun pembuatan pernyataan baru yang bersifat umum yang melebihi kasus-kasus khususnya. Contohnya, differensial tidak akan ada tanpa eksperimen dan induksi. Hal inilah yang telah menjadi suatu kelebihan dari penalaran induktif dibandingkan dengan penalaran deduktif. Mengingat begitu hebat dan besarnya kelebihan dari penalaran induktif ini, maka pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika sudah seharusnya dimulai secara induktif dan dilanjutkan dengan deduktif. Tidak hanya di bangku SD dan SMP saja langkah pembelajaran seperti itu dilaksanakan, namun juga di SMA dan SMK harus dilakukan seperti ditunjukkan dengan contoh tentang differensial yang sangat jelas dan gamblang pada penemuan dan implikasinya pada pembelajarannya. Terakhir, terhadap pertanyaan pada judul artikel ini, yaitu: Benarkah guru matematika sebaiknya mengajar secara induktif dan bukan secara deduktif? Lalu bagaimana jawaban Anda? Yakinkah Anda dengan jawaban Anda tersebut? Jawaban penulis sebagaimana disampaikan di depan adalah keduanya sangat dibutuhkan. Kedua penalaran itu memiliki kelebihan dan kekurangan sendirisendiri. Pada intinya, untuk lebih memahamkan siswa dapat digunakan penalaran induktif lalu pembuktiannya menggunakan penalaran deduktif. Jadi tidak benar juga hanya menggunakan penalaran induktif saja. Daftar Pustaka Bastow, B.; Hughes, J.; Kissane, B.; & Randall, R.; (1986). Another 20 Investigational Work. Perth: Mawa. Burton, L. (1992). Implications of constructivism for achievement in mathematics. Pada buku: 7 th International Congress on Mathematical Education (ICME-7). Topic Group 10; Constructivist Interpretations of Teaching and Learning Mathematics. Perth: Curtin University of Technology. De Lange, J. (2005). Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA Perspective. Paris: OECD-PISA. Depdiknas (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas Giere, R. N. (1984). Understanding Scientific Reasoning (2 nd Edition). New York: Holt, Rinehart and Winston. NRC (1989). Everybody Counts. A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. Washington DC: National Academy Press. Polya, G. (1973). How To Solve It (2 nd Ed). Princeton: Princeton University Press. 6

Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting? Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika Yogyakarta

Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting? Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika Yogyakarta Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting? Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika Yogyakarta DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA

Lebih terperinci

Untuk Apa Belajar Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika &

Untuk Apa Belajar Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika & Untuk Apa Belajar Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Diakui atau tidak, matematika telah dan akan tetap merambah segala

Lebih terperinci

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika?

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika? Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Pakar Pendidikan

Lebih terperinci

BAGAIMANA CARA MATEMATIKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PARA SISWA? Fadjar Shadiq

BAGAIMANA CARA MATEMATIKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PARA SISWA? Fadjar Shadiq BAGAIMANA CARA MATEMATIKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PARA SISWA? Fadjar Shadiq Iklan yang ditampilkan Program Magister Manajemen (MM) salah satu universitas swasta di Indonesia cukup

Lebih terperinci

DEDUKSI ATAU PENALARAN DEDUKTIF: KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA. Fadjar Shadiq

DEDUKSI ATAU PENALARAN DEDUKTIF: KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA. Fadjar Shadiq DEDUKSI ATAU PENALARAN DEDUKTIF: KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA Fadjar Shadiq Salah satu hal yang membedakan manusia dari binatang adalah manusia dikaruniai Allah S.W.T. dengan akal yang paling sempurna (QS

Lebih terperinci

Bagaimana Mengintegrasikan Kegiatan Eksplorasi di Kelas? Belajar dari Olimpiade Matematika SD

Bagaimana Mengintegrasikan Kegiatan Eksplorasi di Kelas? Belajar dari Olimpiade Matematika SD Bagaimana Mengintegrasikan Kegiatan Eksplorasi di Kelas? Belajar dari Olimpiade Matematika SD Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) S alah satu langkah atau upaya

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN?

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN? BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN? Fadjar Shadiq Dimulai sejak kecil, setiap manusia, sedikit demi sedikit akan melengkapi perbendaharaan kata-katanya. Di saat berkomunikasi, seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebar ke setiap aspek kehidupan. Hampir seluruh dimensi

Lebih terperinci

Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap dalam Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq &

Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap dalam Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq & Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap dalam Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 (Depdiknas, 2006)

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA Heizlan Muhammad, Tina Yunarti, Rini Asnawati Anheizlan@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka?

Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka? Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka? Fadjar Shadiq, M.App.Sc WI PPPPTK Matematika (fadjar_pg@yahoo.com & www.fadjarpg.wordpress.com) Latar

Lebih terperinci

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan Pengantar Fadjar Shadiq (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Perhatikan tujuh perintah berikut.

Lebih terperinci

Tiga Hal yang Sering Ditanyakan Guru. Fadjar Shadiq, M.App.Sc & fadjarp3g.wordpress.com) Widyaiswara PPPPTK Matematika

Tiga Hal yang Sering Ditanyakan Guru. Fadjar Shadiq, M.App.Sc & fadjarp3g.wordpress.com) Widyaiswara PPPPTK Matematika Tiga Hal yang Sering Ditanyakan Guru Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & fadjarp3g.wordpress.com) Widyaiswara PPPPTK Matematika Ketika memfasilitasi kegiatan diklat di PPPPTK Matematika ada

Lebih terperinci

Eksplorasi Matematika di SD/MI: Contohnya, Pengertiannya, dan Keunggulannya

Eksplorasi Matematika di SD/MI: Contohnya, Pengertiannya, dan Keunggulannya Eksplorasi Matematika di SD/MI: Contohnya, Pengertiannya, dan Keunggulannya Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Istilah eksplorasi sudah muncul secara eksplisit

Lebih terperinci

MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK PADA PENBELAJARAN PENJUMLAHAN DUA BILANGAN BULAT?

MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK PADA PENBELAJARAN PENJUMLAHAN DUA BILANGAN BULAT? MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK PADA PENBELAJARAN PENJUMLAHAN DUA BILANGAN BULAT? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www. fadjarp3g.wordpress..com) Widyaiswara Madya PPPPTK

Lebih terperinci

PENALARAN ATAU REASONING. MENGAPA PERLU DIPELAJARI PARA SISWA DI SEKOLAH? Oleh: Fadjar Shadiq

PENALARAN ATAU REASONING. MENGAPA PERLU DIPELAJARI PARA SISWA DI SEKOLAH? Oleh: Fadjar Shadiq PENALARAN ATAU REASONING. MENGAPA PERLU DIPELAJARI PARA SISWA DI SEKOLAH? Oleh: Fadjar Shadiq Penyempurnaan kurikulum harus selalu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Di antara hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai tujuan, dapat dinamakan kurikulum,

Lebih terperinci

INVESTIGASI ATAU PENYELIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Fadjar Shadiq (Widyaiswara Madya PPPPTK Matematika)

INVESTIGASI ATAU PENYELIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Fadjar Shadiq (Widyaiswara Madya PPPPTK Matematika) INVESTIGASI ATAU PENYELIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Fadjar Shadiq (Widyaiswara Madya PPPPTK Matematika) Paradigma Pembelajaran Abad 21 Pada paparan Mendikbud (Kendikbud, 2012:16) tentang Kurikulum

Lebih terperinci

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan Pengantar Fadjar Shadiq (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Perhatikan tujuh perintah berikut.

Lebih terperinci

Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya

Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Peran guru matematika sangat penting. Guru matematika akan sangat

Lebih terperinci

Bab I A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Cara Penggunaan Paket

Bab I A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Cara Penggunaan Paket Daftar Isi Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------------ i Daftar Isi ---------------------------------------------------------------------------------------ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, dan sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan

Lebih terperinci

Kebenaran suatu teori yang dikemukakan setiap ilmuwan, matematikawan, maupun

Kebenaran suatu teori yang dikemukakan setiap ilmuwan, matematikawan, maupun LOGIKA DAN PERNYATAAN DALAM ILMU MATEMATIKA (Pendalaman Materi Untuk Peserta Diklat Guru Matematika MA) By : Drs. Swengli Umar, M.Si Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Manado A. Pendahuluan Kebenaran

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika)

PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika) PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika) A. Pengertian Masalah Berikut ini adalah contoh masalah yang cocok untuk pengayaan bagi siswa SMP dengan kemampuan di

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR?

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR? BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika Yogyakarta Munculnya Olimpiade Matematika

Lebih terperinci

1 + 2 + 3 + 4 + + 97 + 98 + 99 + 100

1 + 2 + 3 + 4 + + 97 + 98 + 99 + 100 Tipe Soal atau Masalah pada OSN Bidang Matematika SD Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara Madya PPPPTK Matematika Olimpiade Sains Nasional (OSN) pertama dilaksanakan di PPPPTK Matematika (waktu itu masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MATEMATIKA

KEMAHIRAN MATEMATIKA DIKLAT INSTRUKTUR PENGEMBANG MATEMATIKA SMA JENJANG LANJUT KEMAHIRAN MATEMATIKA Fadjar Shadiq, M.App.Sc. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya?

Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya? Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com dan www.fadjarp3g.wordpress.com) WI PPPPTK Matematika Bertanya merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENYELESAIKAN SOAL SUSUL-MENYUSUL?

MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENYELESAIKAN SOAL SUSUL-MENYUSUL? MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENYELESAIKAN SOAL SUSUL-MENYUSUL? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com) Widyaiswara PPPG Matematika Yogyakarta Soal Susul-Menyusul Tulisan

Lebih terperinci

IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR Fadjar Shadiq

IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR Fadjar Shadiq IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR Fadjar Shadiq Praktek Pembelajaran Saat Ini Tulisan ini akan dimulai dengan kegiatan mengilas-balik, merefleksi, atau merenungkan kembali

Lebih terperinci

Memupuk Kemandirian Sebagai Strategi Pengembangan Kepribadian

Memupuk Kemandirian Sebagai Strategi Pengembangan Kepribadian Memupuk Kemandirian Sebagai Strategi Pengembangan Kepribadian Fadjar Shadiq (fadjar_p3g@yahoo.com) Widyaiswara PPPG Matematika Seorang bayi, secara bertahap diharapkan akan mengenyam pendidikan di Taman

Lebih terperinci

PENTINGYA STRATEGI PEMODELAN PADA PROSES PEMECAHAN MASALAH

PENTINGYA STRATEGI PEMODELAN PADA PROSES PEMECAHAN MASALAH PENTINGYA STRATEGI PEMODELAN PADA PROSES PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc WI PPPPTK Matematika (fadjar_pg@yahoo.com & www.fadjarpg.wordpress.com) Tujuan nomor mata pelajaran Matematika adalah

Lebih terperinci

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika Sri Subarinah Fakultas

Lebih terperinci

Pengembangan Modul untuk Guru SMK dalam Rangka Peningkatan Pemahaman dan Penerapan Lima Tujuan Pelajaran Matematika

Pengembangan Modul untuk Guru SMK dalam Rangka Peningkatan Pemahaman dan Penerapan Lima Tujuan Pelajaran Matematika Pengembangan Modul untuk Guru SMK dalam Rangka Peningkatan Pemahaman dan Penerapan Lima Tujuan Pelajaran Matematika Fadjar Shadiq, M.App.Sc WI Madya PPPPTK Matematika (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp.wordpresscom)

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah tentunya diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Menurut Sumarmo (2005)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi

Lebih terperinci

Bagaimana Mengajar Pembuktian?

Bagaimana Mengajar Pembuktian? Bagaimana Mengajar Pembuktian? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com atau www.fadjarp3g.wordpress.com) WI Madya PPPPTK Matematika Hal yang perlu dibuktikan sangat banyak. Contohnya rumus luas persegipanjang

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME

KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME 1. Teori Belajar dari Bruner Menurut Bruner (dalam Ruseffendi, 1988), terdapat empat dalil yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENGACU PADA PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENGACU PADA PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006 IDENTIFIKASI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENGACU PADA PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006 Fadjar Shadiq, M.App.Sc WI Madya PPPPTK Matematika (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp.wordpresscom)

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMK

TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMK I TU URI HANDAY AN TW DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG LANJUT TAHUN 2009 TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMK GY A Y O M AT E M A T AK A R DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi

Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika Oleh: Fajar Shadiq, M.App.Sc. Widyaiswara

Lebih terperinci

Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika?

Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika? Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Sebagian dari ahli teori belajar atau ahli psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi pembangunan pendidikan nasional kini telah tertuang dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

PENYEBAB KESULITAN MAHASISWA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA

PENYEBAB KESULITAN MAHASISWA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA PENYEBAB KESULITAN MAHASISWA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA Ilham Minggi, Darwing Paduppai, dan Said Fachry Assagaf Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar Jalan Daeng Tata

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR II (TEORI GELANGGANG)

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR II (TEORI GELANGGANG) ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR II (TEORI GELANGGANG) Guntur Maulana Muhammad Universitas Suryakancana guntur@unsur.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai individu pembelajar perlu memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah, prinsip serta teorinya banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini menyebabkan kita harus selalu tanggap menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak yang memiliki peranan penting dalam kehidupan, baik dalam bidang pendidikan formal maupun non formal. Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA BAB IV PENALARAN MATEMATIKA A. Pendahuluan Materi penalaran matematika merupakan dasar untuk mempelajari materimateri logika matematika lebih lanjut. Logika tidak dapat dilepaskan dengan penalaran, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan kemampuan kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wordpress.com). Widyaiswara PPPPTK Matematika, 3. 4 Dindin Abdul Muiz Lidinillah, Journal, Heuristic Dalam Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wordpress.com). Widyaiswara PPPPTK Matematika, 3. 4 Dindin Abdul Muiz Lidinillah, Journal, Heuristic Dalam Pemecahan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mathematics is the Key to Opportunity. 1 Istilah ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak ilmuan membuat ungkapan yang sama dengan istilah tersebut meskipun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Berpikir Matematis Berpikir merupakan suatu aktivitas memanipulasi atau mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori (Santrock : 2010). Hal ini

Lebih terperinci

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MATEMATIKA.

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MATEMATIKA. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MATEMATIKA Karsoni Berta Dinata 1 1 Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Kotabumi email: karsoni.bertadinata@yahoo.com Abstract The main purpose of studying

Lebih terperinci

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMAN 9 MAKASSAR EFFECTIVENESS THE USE OF COOPERATIVE

Lebih terperinci

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA Siti Imroatun, Sutriyono, Erlina Prihatnani Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dapat diajarkan kepada peserta didik melalui pembelajaran matematika disebut komunikasi matematis. Komunikasi dalam matematika memang memiliki

Lebih terperinci

Penulis : Fadjar Shadiq M.App.Sc. Penilai : Drs. Puji Iryanti, M.Sc.Ed. Editor : Choirul Listyani, M.Si. Ilustrator : Cahyo Sasongko, S.Sn.

Penulis : Fadjar Shadiq M.App.Sc. Penilai : Drs. Puji Iryanti, M.Sc.Ed. Editor : Choirul Listyani, M.Si. Ilustrator : Cahyo Sasongko, S.Sn. PP aakkeett FFaassi ilittaassi i PP eembb eerr ddaayyaaaann KKKKGG//MGGMPP Maatt eemaatt ikkaa i Bagaiimana Cara Mencapaii Tujuan Pembellajaran Matematiika dii SMK? Penulis : Fadjar Shadiq M.App.Sc. Penilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013 InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol, No., Februari 0 PENDEKATAN ICEBERG DALAM PEMBELAJARAN PEMBAGIAN PECAHAN DI SEKOLAH DASAR Oleh: Saleh Haji Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematikadalamduniapendidikanmerupakansalahsatuilmudasar yangdapatdigunakanuntukmenunjangilmu-ilmulainsepertiilmu fisika,kimia,komputer,danlain-lain.pada

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMAN 9 MAKASSAR Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar

Lebih terperinci

Belajar Memecahkan Masalah Matematika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

Belajar Memecahkan Masalah Matematika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis Belajar Memecahkan Masalah Matematika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA UNTUK MEMECAHKAN MASALAH MATERI BANGUN DATAR PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS SLAMET RIYADI ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amin (dalam Supriyadi, 2000) menyatakan bahwa kegiatan discovery atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amin (dalam Supriyadi, 2000) menyatakan bahwa kegiatan discovery atau 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penemuan Terbimbing A.1. Pengertian Amin (dalam Supriyadi, 2000) menyatakan bahwa kegiatan discovery atau penemuan ialah suatu kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

EMPAT OBJEK LANGSUNG MATEMATIKA MENURUT GAGNE Fadjar Shadiq

EMPAT OBJEK LANGSUNG MATEMATIKA MENURUT GAGNE Fadjar Shadiq EMPAT OBJEK LANGSUNG MATEMATIKA MENURUT GAGNE Fadjar Shadiq Penganut psikologi tingkah laku (behaviourist) seperti Thorndike, Skinner, atau Gagne memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

Lebih terperinci

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL Muhammad Ikram 1, Taufiq 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilaksanakan oleh pendidik untuk mengembangkan potensi yang ada pada siswa. Djumali,dkk (2013:47) mengatakan

Lebih terperinci

STRATEGI GENERALISASI POLA GEOMETRIS CALON MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN TAHUN AJARAN 2017/2018

STRATEGI GENERALISASI POLA GEOMETRIS CALON MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN TAHUN AJARAN 2017/2018 134 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 8, Nomor 2, September 2017, hlm. 134 138 STRATEGI GENERALISASI POLA GEOMETRIS CALON MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN TAHUN

Lebih terperinci

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENALARAN MATEMATIS PADA MATERI PERBANDINGAN SMP

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENALARAN MATEMATIS PADA MATERI PERBANDINGAN SMP PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENALARAN MATEMATIS PADA MATERI PERBANDINGAN SMP Hendy Febrian, Agung Hartoyo, Dede Suratman Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak

Lebih terperinci

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK Nurmaningsih Program Studi Pendidikan Matematika, IKIP-PGRI Pontianak, Jalan Ampera No. 88 Pontianak e-mail:

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 2, Nomor 1, Februari 2016, Halaman 16 22 ISSN: 2442 4668 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekolah, yang turut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. sekolah, yang turut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagaimana BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah, yang turut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH (1 UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH Anim* 1, Elfira Rahmadani 2, Yogo Dwi Prasetyo 3 123 Pendidikan Matematika, Universitas Asahan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar PENDAHULUAN Pembelajaran matematika di sekolah akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan akan pendekatan pembelajaran yang bernuansa konstruktifisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Perkembangan pesat di bidang teknologi dewasa ini juga dilandasi oleh perkembangan

Lebih terperinci

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA Soal-soal matematika yang muncul dalam IMO dan OMN umumnya merupakan soal yang memberikan tantangan untuk dikerjakan, tetapi tidak atau belum jelas benar

Lebih terperinci

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR)

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Oleh Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Abstrak

Lebih terperinci

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA K POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Deni Suhendra, Sugiatno, dan Dede Suratman Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam bidang pendidikan matematika beserta tuntutannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam bidang pendidikan matematika beserta tuntutannya tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam bidang pendidikan matematika beserta tuntutannya tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun perkembanganperkembangan

Lebih terperinci

Geometri di Bidang Euclid

Geometri di Bidang Euclid Modul 1 Geometri di Bidang Euclid Dr. Wono Setya Budhi G PENDAHULUAN eometri merupakan ilmu pengetahuan yang sudah lama, mulai dari ribuan tahun yang lalu. Berpikir secara geometris dari satu bentuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan

Lebih terperinci

HIRARKI BELAJAR: SUATU TEORI DARI GAGNE

HIRARKI BELAJAR: SUATU TEORI DARI GAGNE HIRARKI BELAJAR: SUATU TEORI DARI GAGNE Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPG Matematika A da tulisan menarik yang dikemukakan Bell (1978:97) berikut ini: Understanding of theories about how people

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika juga diduga erat hubungannya

Lebih terperinci

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Diresume dari presentasi Rahmanita Syahdan, Misnasanti, dan Rospala Hanisah Yukti Sari pada mata kuliah Metode Penelitian Penelitian pada Rabu 26 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan suatu bangsa. Oleh sebab itu, semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC Lais Handayani 1), Riyadi 2), Djaelani 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN

PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN Sebti Mardiana 1, Susiswo 2, Erry Hidayanto 2 1 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2 Dosen Pascasarjana

Lebih terperinci