BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Sukarno Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan bilateral antara Jepang dengan Korea Selatan memiliki sejarah yang kurang baik. Hal ini dikarenakan Jepang pernah menjajah Korea Selatan selama kurun waktu 35 tahun, yakni dari tahun 1910 sampai tahun Hubungan antara kedua negara ini semakin merenggang dengan adanya sengketa daerah teritorial pulau Dokdo yang diklaim sebagai milik Korea, sedangkan Jepang mengklaim pulau tersebut sebagai pulau Takeshima (Senn, 2013:17). Sampai sekarang masalah tersebut masih belum terselesaikan, sehingga hubungan keduanya terlihat kurang baik. Kemudian ditambah lagi dengan masalah kekayaan intelektual orang Jepang yang dimanfaatkan Korea, yakni pengembangan elektronik rumah tangga (LCD). Dari sisi interaksi budaya populer, kedua negara ini menunjukkan hubungan yang semakin membaik. Pada tahun 1945, Korea Selatan secara resmi melarang impor produk budaya Jepang, hingga di tahun 1998, yakni dengan diadakannya penandatanganan kerjasama yang bernama Joint Declaration of the New 21st Century Korea-Japan Partnership, maka hal tersebut menjadi awal dari masuknya budaya Korea ke Jepang dan juga sebaliknya (Chua & Iwabuchi, 2008:3-4). Jepang dan Korea Selatan mengadakan berbagai kerjasama persahabatan dalam bentuk pertukaran budaya, yang meliputi kerjasama dalam memproduksi film dan musik, serta diadakan festival budaya tahunan yang diselenggarakan di kedua negara. Dengan adanya berbagai kerjasama budaya, baik negara Jepang dan Korea menjadi saling terbuka untuk menerima kebudayaan antar satu sama lain. Kerjasama budaya ini menghasilkan budaya populer, yang meliputi serial drama TV, musik, film, animasi, fashion, game dan lain sebagainya. Menurut Barnouw dan Kirkland dalam Creighton (2009:19), budaya populer memberikan penonton suatu gambaran yang berhubungan dengan sandiwara sosial mengenai karakter, hubungan emosi dan ketertarikan, sehingga di dalam penyebaran budaya populer terdapat persaingan untuk mendapatkan perhatian serta memenangkan hati konsumen. 1
2 2 Beberapa budaya populer yang diakui dalam tingkat internasional adalah budaya populer Amerika yang disebut juga dengan Hollywood (1948), kemudian budaya populer India yang disebut juga dengan Bollywood (1970) dan akhir-akhir ini yang berhasil mencuri perhatian dunia adalah budaya populer Korea Selatan yang dikenal sebagai Korean Wave (Oh, 2009:427). Sekitar tahun 2000-an, banyak negara yang terkena dampak dari berkembangnya fenomena Korean Wave. Fenomena ini dikenal dengan sebutan Hallyu dalam bahasa Korea, Kanryu ( 韓流 ) dalam bahasa Jepang, dan Korean Wave dalam bahasa Inggris. Korean Wave adalah sebuah istilah yang digunakan untuk tersebarnya budaya populer Korea secara global (Park, 2011:23). Makna kata dari Korean Wave mengacu pada gelombang budaya pop Korea. Istilah Hallyu pertama kali muncul pada tahun 1999, yang dikeluarkan oleh media China untuk menggambarkan besarnya kepopuleran drama TV Korea di China. Kepopuleran tersebut diawali dengan ditayangkannya drama TV Korea yang berjudul What is Love di stasiun TV CCTV. Dengan tema yang berorientasi pada perkembangan budaya, drama ini berhasil menarik perhatian masyarakat China dan dianggap memiliki daya tarik dengan keunikannya tersendiri (Park, 2014:86). Menurut Osaka (2008:29), Kanryu ( 韓流 ) dikenal sebagai istilah dari tren budaya populer Korea seperti drama, film, game, dan animasi yang tersebar di berbagai negara di kawasan Asia pada tahun Dengan adanya budaya populer tersebut, negara Korea berhasil mempengaruhi pandangan dunia internasional terhadap citra nasional yang dimiliki Korea. Faktor penyebab meningkatnya citra nasional negara Korea di mata dunia adalah dengan diselenggarakannya Piala Dunia 2002, kemudian kepopuleran serial drama TV, film dan musik populer korea (K-pop) yang terus meningkat, terutama di kawasan Asia Tenggara. Ditambah lagi, kepopuleran para bintang pop Korea yang juga semakin meningkat di luar negeri. Selain Korean Wave, fenomena ini dikenal juga dengan sebutan Korean Boom ( 韓流ブーム ). Penyebaran dari Korean Boom ( 韓流ブーム ) dimulai melalui media televisi, sehingga kepopulerannya mudah untuk dilanjutkan (Osaka, 2008:30). Fenomena Korean Boom tersebar di berbagai negara, salah satu negara yang terkena dampak dari penyebaran Korean Boom adalah Jepang. Penyebaran Korean
3 3 Boom di Jepang mampu mengubah perspektif masyarakat Jepang terhadap budaya Korea. Sebelumnya, masyarakat Jepang memiliki persepsi yang negatif terhadap masyarakat dan budaya Korea, hal ini disebabkan dengan adanya berbagai masalah diplomatik diantara kedua negara pada masa yang lampau. Bersamaan dengan masuknya Korean Boom di Jepang, masyarakat Jepang menyadari berbagai aspek yang terdapat dalam masyarakat dan budaya Korea, sehingga mereka mulai tertarik dalam mempelajari bahasa Korea dan terbuka terhadap budaya Korea. Mereka menghargai budaya Korea menjadi sesuatu yang dianggap memiliki nilai yang berharga (Oh, 2009:439). Menurut Osaka (2008:32), Kepopuleran Korean Boom di Jepang diawali dengan ditayangkannya drama televisi Korea yang berjudul Winter Sonata / Fuyu no Sonata ( 冬のソナタ ) di stasiun TV NHK. Drama ini meraih kesuksesan yang sangat besar di Jepang, sehingga untuk menggambarkan kepopuleran dari drama ini digunakan istilah Fuyu Sona Boom ( 冬ソナブーム ). Penyebab drama ini berhasil meraih kesuksesan di Jepang adalah cerita yang bertemakan pure love. Sedangkan di Korea sendiri, drama dengan tema pure love sudah cukup umum. Sehingga di negara asalnya drama Fuyu no Sonata tidak mendapat kesuksesan seperti di Jepang. Selama dua tahun berturut-turut, drama ini ditayangkan sebanyak 4 kali di Jepang, yakni pada tahun 2013 dan Bae Yong Joon sebagai pemeran utama pria dalam drama tersebut, juga berhasil meraih kepopuleran yang sangat luar biasa di Jepang, sehingga diberi julukan Yon-sama ( ヨン様 ) oleh para penggemarnya di Jepang. Selama penyiarannya di Jepang, drama ini mendapat rating yang tinggi, sehingga berhasil memperoleh pendapatan sekitar Hasil penjualan DVD dari drama ini juga mencapai angka yang fantastik, yakni sebesar keping DVD. Kemudian ditambah lagi dengan penjualan buku novel yang mencapai angka kopi. Kesuksesan Fuyu no Sonata di Jepang mendapatkan perhatian yang besar pula dari berbagai media Jepang, sehingga banyak acara televisi, koran dan majalah Jepang yang mulai membicarakan pengaruh Korean Wave di Jepang (Lee, 2010:13). Menurut kedutaan besar Korea di Jepang dalam Lee (2010:14), pada tahun 2004 enam koran harian terkemuka di Jepang, setiap harinya paling sedikit mengeluarkan satu berita terkait dengan Korean Wave, sehingga dalam kurun waktu
4 4 satu tahun terdapat sebanyak 386 artikel yang membahas mengenai Korean Wave. Kebanyakan dari artikel-artikel tersebut membahas mengenai Fuyu Sona Boom ( 冬ソナブーム ), termasuk kepopuleran Yon-sama di Jepang. Mayoritas penonton drama Fuyu no Sonata di Jepang adalah wanita berusia sekitar tahun. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor salah satunya adalah cerita drama Fuyu no Sonata yang bertema pure love. Cerita pure love yang dimaksud adalah cerita yang menggambarkan hubungan cinta yang sewajarnya dialami oleh pasangan kekasih. Sehingga membuat para ibu rumah tangga yang berusia diatas empat puluh tahun merasakan nostalgia terhadap cinta pertama mereka (Lee, 2010:19). Mereka menikah pada saat perekonomian Jepang sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. Sehingga setelah menikah, mereka memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Bersama dengan suaminya, mereka berjuang untuk membesarkan anak mereka dan menjadi realistik dalam menjalani kehidupannya. Namun setelah anak mereka besar, mereka menjadi banyak memiliki waktu kosong yang membuat mereka merasa kesepian dan kehilangan. Situasi tersebut membuat mereka merasa terabaikan dalam masyarakat sosial (Lee, 2010:20). Sebelum film Fuyu no Sonata disiarkan di Jepang, perusahaan penyiaran Jepang tidak memproduksi drama televisi untuk para ibu rumah tangga. Target konsumen dari sponsor pada masa itu adalah kaum remaja, sehingga mereka hanya memproduksi drama yang berorientasi dengan kaum remaja. Namun, kaum remaja biasanya tidak memiliki waktu untuk menonton drama televisi. Pada kenyataannya, penonton dari drama televisi Jepang adalah para ibu rumah tangga, tetapi mereka tidak mendapatkan program yang sesuai dengan selera mereka (Lee, 2010:21). Dengan adanya berbagai situasi tersebut, para ibu rumah tangga merasa kosong dan terabaikan dari lingkungannya. Namun, setelah menonton film Fuyu no Sonata, mereka merasakan nostalgia yang membuat mereka berhasil menemukan kembali identitas diri mereka yang telah hilang dan kembali merasa terpenuhi. Karakter Yon-sama dalam film tersebut, mampu membuat mereka merasa jatuh hati dan terhubung kembali dengan perasaan emosional yang dahulu pernah mereka rasakan (Ho, 2012:172).
5 5 Istilah nostalgia berasal dari bahasa Yunani, yang terbentuk dari kata notos dan algia. Menurut Hofer dalam Horiuchi (2007:197), kata notos memiliki arti pulang ke rumah, dan algia yang berarti sakit atau kerinduan. Sehingga gabungan kata nostalgia mengacu pada kerinduan akan rumah atau sering juga disebut sebagai homesick. Namun, pengertian ini diluruskan oleh para ahli, sehingga nostalgia tidak berhubungan dengan penyakit melainkan dengan emosi seseorang. Nostalgia merupakan sebuah emosi yang merindukan masa lalu dan merupakan kunci yang menghubungkan antara pembelajaran di masa lalu dan kebutuhan di masa sekarang (Wilson, 2005:36). Selain itu, drama Fuyu no Sonata juga mengingatkan mereka pada beberapa drama televisi Jepang yang dahulu pernah ada. Salah satu contohnya adalah drama televisi Jepang yang berjudul Akai Unmei ( 赤い運命 ). Drama ini dibuat pada tahun 1970 dan memiliki alur cerita yang cukup mirip dengan drama Fuyu no Sonata, yakni hilangnya ingatan, tokoh utama yang tidak mengetahui identitas orang tuanya dan hubungan cinta segitiga (Lee, 2010:20). Perasaan nostalgia yang dirasakan oleh ibu rumah tangga Jepang setelah menonton drama Fuyu no Sonata dilatarbelakangi oleh disharmonisasi yang dialami dalam keluarga. Dari berbagai latar belakang tersebut, penulis tertarik meneliti tema ini sebagai bahan penelitian. 1.2 Masalah Pokok Dalam skripsi ini, penulis akan menganalisa masalah disharmonisasi keluarga dalam hubungan suami-istri di Jepang melalui beberapa studi kasus yang menggambarkan keadaan ibu rumah tangga Jepang menjadi penggemar drama Fuyu no Sonata. 1.3 Formulasi Masalah Formulasi masalah dalam penulisan skripsi ini adalah penulis akan menganalisa pengaruh disharmonisasi keluarga Jepang terhadap munculnya perasaan natsukashisa atau nostalgia yang dialami oleh para ibu rumah tangga setelah menonton drama Fuyu no Sonata.
6 6 1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada kasuskasus disharmonisasi keluarga yang mengakibatkan muculnya perasaan natsukashisa pada ibu rumah tangga Jepang yang bernama Toyonaga Ayaka (56 tahun), Kawabata Keiko (59 tahun) dan Toyota Mayumi (49 tahun) setelah mereka menonton drama Fuyu no Sonata ( 冬のソナタ ). 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh disharmonisasi keluarga sebagai faktor penyebab perasaan natsukashisa yang dirasakan oleh para ibu rumah tangga Jepang setelah menonton drama Fuyu no Sonata. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengetahuan tambahan untuk para pembelajar budaya Jepang. 1.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku yang berjudul Idol and Celebrity in Japanese Media Culture karya Patrick W. Galbraith dan Jason G. Karlin (2012), buku ini berisi kumpulan artikel-artikel. Salah satu judul subbab dalam buku tersebut adalah Emotions, Desires, and Fantasies: What Idolizing Means for Yon-sama Fans in Japan karya Ho Swee Lin, yang menjelaskan bahwa penyebab dari penggemar merasakan nostalgia adalah hilangnya semangat sosial yang ada, sebelum terjadinya bubble economy Jepang pada awal tahun Ho melakukan wawancara terhadap penggemar Yon-sama di Jepang yang merasa menyesal terhadap lemahnya ikatan dalam keluarga, serta mereka juga melihat karakter Yon-sama dalam film Fuyu no Sonata sebagai kerinduan (natsukashii). Mereka adalah para ibu rumah tangga yang merasa telah kehilangan kemampuan untuk merasakan dan mengekspresikan emosi mereka. Namun, untuk dapat mengekspresikan kembali emosi mereka, banyak penggemar berusaha menghidupkan perasaan mereka dengan cara berfantasi, sehingga mereka memperoleh kembali jati diri mereka sebagai seorang wanita. Penulis juga menggunakan junal penelitian yang berjudul Hallyu: The Rise of Transnational Cultural Consumers in China and Japan, yang dibuat oleh Oh In Gyu (2009). Dalam jurnalnya, Oh menjelaskan bahwa middle-aged Japanese women (wanita Jepang setengah baya) memiliki peran penting dalam penyebaran budaya
7 7 Korea, serta mengarahkan budaya konsumen terhadap produk-produk budaya Korea. Middle-aged Japanese women ini meliputi wanita Jepang baik yang berada di perkotaan maupun pedesaan yang berusia tahun. Mereka tertarik dalam pembelajaran retrospektif (berhubungan dengan hal yang lampau) sebagai simbol kebebasan yang terlepas dari arus budaya dan dominasi pria. Pembelajaran retrospektif ini, mereka dapatkan melalui budaya Korea yang masuk ke Jepang. Budaya Korea mengingatkan mereka dengan pengalaman yang pernah mereka alami terhadap dunia hiburan Jepang pada tahun , yang tidak dapat diulang kembali, jika melihat media massa Jepang pada saat ini. Jurnal ini juga membahas wawancara yang dilakukan oleh Hirata terhadap Middle-aged Japanese women. Dalam wawancara tersebut, mereka mengatakan bahwa sekarang ini, film seperti Fuyu no Sonata sudah tidak ada lagi di Jepang, dengan menonton film tersebut mereka dapat menemukan kembali nilai tradisi dari budaya populer Jepang yang telah lama hilang. Selanjutnya pada tahun 2010, Lee Jong Hoon melakukan penelitian mengenai penyebab drama Fuyu no Sonata berhasil mempengaruhi wanita middle-aged dan elderly di Jepang. Dalam jurnal ini, seorang jurnalis yang bernama Hayashi mengungkapkan bahwa, rentan usia penonton drama Fuyu no Sonata di Jepang berkisar dari 30 sampai 70 tahun dan responden yang mengisi kuisioner sebagai penggemar dari film Fuyu no Sonata; 97 persen dari responden merupakan wanita. Lee menjelaskan penyebab drama Fuyu no Sonata berhasil mempengaruhi wanita middle-aged dan elderly di Jepang adalah cerita yang bertemakan pure love dan penggambaran nilai-nilai tradisi yang masih dipegang kuat. Mayoritas penggemar film ini berada pada kondisi sebagai wanita yang berusia lebih dari 30 tahun dan telah menikah serta memiliki anak, kemudian merasakan nostalgia terhadap perasaan asmara yang pernah dialaminya. Tema pure love ini membuat mereka berfantasi sebagai pemeran utama dalam drama dan membayangkan diri mereka untuk kembali merasakan pengalaman cinta pertamanya. Kemudian, ikatan yang kuat dalam keluarga dan rasa hormat terhadap orang tua yang digambarkan dalam drama Fuyu no Sonata, perlahan sudah mulai menghilang dalam masyarakat Jepang, sehingga mereka merasa nostalgia terhadap nilai-nilai tradisional tersebut.
8 8
BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini televisi telah berkembang secara pesat dan menjadi media yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berbagai acara televisi dapat disaksikan baik dari stasiun televisi
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG
RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG Pada tahun 1990an istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di kawasan Asia Timur yang disebabkan oleh meledaknya musik pop
Lebih terperinciPENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1
PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas
BAB IV KESIMPULAN Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas dari keputusan presiden Park Chung Hee untuk mengubah perekonomian yang pada awalnya beorientasi kearah impor menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan berita atau pesan kepada masyarakat. Dengan kata lain media massa adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana dan saluran resmi untuk mengkomunikasikan dan menyebarluaskan berita atau pesan kepada masyarakat. Dengan kata lain media massa adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan budaya yang didorong dengan kemajuan pesat pada perkembangan zaman, seringkali menghadirkan perubahan-perubahan baru yang membuat dunia takjub.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya Korea, terutama musik, telah menjadi sebuah fenomena yang sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), disebutkan bahwa debut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Besarnya jumlah stasiun televisi di Indonesia, baik secara nasional maupun lokal menunjukkan bahwa perkembangan media massa khususnya media televisi kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Fenomena Budaya Populer Korea saat ini telah merambah ke segala penjuru baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih aktif.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, dapat dilihat bahwa perkembangan entertaiment di Negara Korea Selatan, berkembang dengan sangat pesat. Seperti munculnya dramadrama yang membanjiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluri untuk berinteraksi dan hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan peradaban dan semenjak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk dapat berlangsung hidup.
Lebih terperinciBAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11
24 BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11 3.1 Mahasiswa dan Media Televisi Mahasiswa merupakan salah satu unsur penting dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah berkembang menjadi sebuah fenomena global. Dalam enam dekade terakhir, negara-negara berkembang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap hari khalayak mengakses televisi. Menurut data BPS tahun 2006 yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini semakin pesat. Terjadi juga dengan sebagian orang, yang selalu membuat tren-tren terbarunya. Salah satu
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren
BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis salon perawatan rambut dan tata rias wajah Korean Beauty. Salon ini merupakan salon perawatan rambut dan tata rias wajah yang mengusung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Media massa saat ini tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi sebagai bagian dari media massa elektronik telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini diawali oleh rasa penasaran peneliti ketika menghadiri sebuah konser boyband asal Korea Selatan yakni MBLAQ di MEIS, Ancol Jakarta pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945. Kemudian dalam waktu empat dekade sejak merdeka, negara tersebut berubah menjadi salah satu negara yang
Lebih terperinci2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia cukup pesat dari tahun ke tahun, hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh The Japan Foundation yang berpusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media sosial telah membuat remaja semakin memiliki banyak informasi terhadap merek-merek yang ditujukan untuk mereka. Kalau di masa lalu, sebagian besar adalah rekomendasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari masyarakat karena memiliki daya tarik berupa program audio visualnya yang mampu menjangkau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan internasional. Hal ini tercermin dari pembentukan kelompok kerjasama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena interdependensi antar negara telah terlihat dalam interaksi hubungan internasional. Hal ini tercermin dari pembentukan kelompok kerjasama regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak negara maju dan berkembang yang mulai mencari cara untuk mengenalkan budaya mereka kepada negara lain. Hal ini dilakukan selain untuk mengakrabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Pop Culture atau budaya populer mulai mendapatkan tempat tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18), budaya populer diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya tinggi yang merupakan nilai dasar dalam sebuah masyarakat semakin lama tergerus akan adanya budaya populer yang tidak lepas dari peran televisi sebagai media
Lebih terperinci, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan teknologi informasi di Indonesia berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah dengan masuknya budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan Teknologi diiringi dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan Teknologi diiringi dengan semakin berkembangnya media massa cetak dan elektronik. Di era digital saat ini, telah banyak gadget yang menawarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudahan kepada para remaja yang ingin mempelajari bahasa Korea/Hangeul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah memberikan kemudahan kepada para remaja yang ingin mempelajari bahasa Korea/Hangeul yang dikemas menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan media massa yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Televisi sebagai salah satu media eletronik dalam komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mempengaruhi kompleksitas sistem sosial budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi mempengaruhi kompleksitas sistem sosial budaya masyarakat. Perkembangan media massa semakin pesat ketika terjadi perubahan dalam teknologi komunikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang paling diminati oleh masyarakat karena keunggulannya dalam memanjakan masyarakat melalui kemampuan audio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media massa karena sifatnya yang lebih efisien dan cepat. Media massa kini tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup hanya bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain. Umumnya manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan dari film animasi dapat mengalahkan pendapatan dari film live action
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin lama animasi semakin populer di mata masyarakat. Animasi sudah tidak dapat dikatakan sebagai kartun yang hanya diminati atau dilihat oleh anak-anak, melainkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap usaha dan tindakan manusia selalu berlandaskan motif. Motif menjadi alasan untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu, seperti kegiatan belajar, bekerja,
Lebih terperinciBAB III Analisa Masalah
BAB III Analisa Masalah 3.1. Analisa SWOT 3.1.1. Strength Kekuatan pada film pendek ini adalah yang membedakannya dengan kampanye biasa. Bila pada kampanye biasa, informan menyampaikan pesan secara langsung,
Lebih terperincidapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia musik dan entertainment di Indonesia meningkat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia musik dan entertainment di Indonesia meningkat pesat. Banyak sekali artis pendatang baru yang muncul dan meraih popularitas dengan cepat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) dalam Aloliliweri
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) dalam Aloliliweri (2003: 8) yang menyebutkan bahwa budaya adalah alat kehidupan bagi manusia. Budaya juga dikatakannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga permainan bola basket merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk ke dalam kelompok olahraga permainan yang menggunakan bola besar. Olahraga ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Indikator Sosial Budaya 2003, 2006, 2009, dan 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Besarnya jumlah stasiun televisi di Indonesia, baik secara nasional maupun lokal menunjukkan bahwa perkembangan media massa khususnya media televisi kini
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia hiburan (entertainment) terjadi secara pesat di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat media massa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Film merupakan gambar bergerak yang di dalamnya memiliki alur dan cerita yang menarik untuk menghibur para penonton. Alur dan cerita pada film diproduksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan kemajuan dari suatu negara adalah melalui perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi menjadi salah satu syarat untuk suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman sekarang ini budaya asing sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan di Indonesia. Salah satunya adalah budaya Barat. Tetapi seiring berubahnya waktu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan media informasi seperti media elektronik dan cetak kian mendekatkan kita dengan arus informasi serta globalisasi yang kian deras. Media menyuguhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat di setiap negara. Dengan adanya keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan pada saat ini dihadapkan pada berbagai macam peran. Perempuan juga diharapkan dapat memilih dan bertanggung jawab atas peranan yang telah dipilihnya
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.
Lebih terperinciBAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA
BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA Unika Atma Jaya, Jakarta Memasarkan sebuah produk di media massa bertujuan untuk mencapai target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang, komunikasi sudah banyak cara penyaluran pesannya kepada masyarakat, salah satunya adalah film, disamping menggunakan media lain, seperti koran, televisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara berbeda.usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa adalah sarana yang membawa pesan. Media massa utama adalah buku, majalah, koran, televisi, radio, rekaman, film, dan web. Kebanyakan ahli teori menganggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui internet, yaitu dengan melalui perangkat komputer maupun ponsel yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi mengubah dunia dari berbagai hal. Kini, hiburan dengan konten audio visual tidak lagi hanya dapat diperoleh dari media televisi, tetapi juga bisa
Lebih terperinciBAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan
BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Masyarakat Jepang di kenal sebagai suatu masyarakat yang memegang kuat nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan pada
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bagi masyarakat Indonesia, Pusat Kebudayaan dirasa sangat monoton dan kurang menarik perhatian, khususnya bagi kaum muda. Hal tersebut dikarenakankan pusat budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dalam upaya mengejar kepentingan nasionalnya, negaranegara tidak hanya menekankan pada kekuatan militer atau ekonomi melainkan juga budaya. Joseph S. Nye,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi dan komunikasi merupakan hal penting bagi masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2000 istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2000 istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di kawasan Asia Timur yang disebabkan oleh meledaknya musik pop dan serial drama Korea. Istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PERANCANGAN Masalah yang akan dikomunikasikan
BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi komunikasi 4.1.1.1 Masalah yang akan dikomunikasikan Masalah yang akan dikomunikasikan yaitu mengenai media televisi. Pada masa sekarang media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Balakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012 : Hal 189),
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di zaman sekarang ini rasanya sudah tidak asing lagi bagi kita dengan kata drama. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Tentang Kebudayaan ayat 1 bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan media dan budaya populer saat ini. Korean wave atau yang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi pada saat ini telah mengacu pada perkembangan budaya dan pola perilaku masyarakat dalam memilih gaya hidup yang sesuai dengan perkembangan media dan budaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui tayangan cerita yang ditampilkan dalam film tersebut. Cerita yang ada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang unik. Film mampu memberikan pengalaman dan perasaan yang berbeda kepada para penontonnya melalui tayangan cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya, Nina W. Syam (2012 : 234) berpendapat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini budaya Korea Selatan sedang menjadi topik pembicaraan tidak hanya di Indonesia tetapi di berbagai negara. Khususnya karena booming musik K-POP nya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif seseorang baik yang berdasarkan atas apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka penyebarluasan informasi, pendidikan dan hiburan. Hampir setiap rumah tangga saat ini memiliki sarana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada era informasi ini seakan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Media massa memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang terkenal karena banyak hal, salah satunya adalah bidang hiburan. Baik budaya tradisional maupun modern yang dihasilkannya sering kali berhasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sosial, peran ideal komunikasi sebagai media penyiaran publik
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Televisi sebagai media massa bukan hanya sekedar media penyampai pesan dari sumber pada komunikannya, tetapi lebih dari itu, televisi juga mempunyai aspek politis didalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah satu tayangan yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi sikap penontonnya, karena media televisi
Lebih terperinci