BELAJAR SECARA MANDIRI. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
|
|
- Sudirman Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BELAJAR SECARA MANDIRI Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Pengantar Proses belajar sering melibatkan ketrampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Apabila belajar bukan sekedar suatu proses pengumpulan informasi baru maka peserta didik harus melibatkan diri secara total dalam pengalaman belajar. Belajar bukanlah sekedar menerima informasi dari orang lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Belajar yang sesungguhnya memerlukan motivasi yang tinggi dan suasana yang mendukung proses belajar. Untuk itu peserta didik memerlukan classroom of life di mana di dalamnya terdapat semangat self-directed learning atau belajar secara mandiri (BSM). 1 BSM adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centred approach) di mana proses dan pengalaman belajar diatur dan dikontrol oleh peserta didik sendiri. Para peserta didik memutuskan sendiri tentang bagaimana, di mana, dan kapan belajar tentang suatu hal yang mereka anggap merupakan hal yang penting. 2 Di dalam konteks problem-based learning (PBL), BSM merupakan bagian yang melekat pada proses pembelajaran. Dalam hal ini BSM menuntut peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang perlu dipelajari lebih jauh (investigation), tahu di mana harus mencari sumber-sumber belajar yang berkaitan dengan masalah tadi, mampu menentukan prioritas dan merancang penelusuran sumber belajar, mampu mempelajari materi yang ada di dalam sumber belajar tadi, dan kemudian menghubungkan informasi yang telah terkumpul dengan topik bahasan yang sedang dipelajarinya. 3 Ditinjau dari perspektif inovasi pendidikan, BSM merupakan inovasi dalam pembelajaran guna memperoleh efisiensi yang tinggi dan keefektivan yang lebih bermakna sehingga peserta didik bukan hanya mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan di dalam kurikulum melainkan juga mendapatkan tujuan belajar yang lebih maju, lebih banyak, dan lebih bermanfaat baginya. Di dalam konteks BSM, batas ruang dan waktu menjadi tidak jelas karena batas tadi telah diterobos oleh peserta didik. Hakekat BSM BSM tidak bergantung pada subyek ataupun metoda instruksional. BSM bergantung pada siapa yang belajar (peserta didik): siapa yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang harus mempelajari sesuatu hal, metoda dan sumber apa saja yang akan dipegunakan, dan bagaimana cara mengukur keberhasilan upaya belajar yang telah dilaksanakan. 4 Situasi belajar Belajar merupakan aktivitas yang bersifat plastis dan secara biologis mudah dimodifikasi. Hal ini bertolak belakang dengan mengajar yang secara sosial telah terstruktur sehingga bersifat lebih kaku dan lebih sulit diubah. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, yang secara spesifik dikenal sebagai era elektronik, baik belajar maupun mengajar mengalami perubahan yang cepat dan berarti. 5 1
2 Sebagai pembanding terhadap BSM, uraian di bawah ini dapat memperjelas perbedaan antara hakekat BSM dengan belajar yang dikontrol oleh institusi: 4 Belajar secara formal (formal learning): institusi, bukan peserta didik, mengontrol tujuan belajar dan tatacara belajar peserta didik Belajar secara nonformal (nonformal learning): peserta didik mengontrol tujuan belajar, sementara itu institusi mengontrol tatacara belajar peserta didik Belajar secara informal (informal learning): institusi mengontrol tujuan belajar tetapi peserta didik mengontrol tatacara belajar mereka sendiri Dengan adanya era elektronik maka setiap peserta didik harus mampu menyesuaikan dirinya dengan kemajuan dan perkembangan yang ada. Adaptasi ini sangat diperlukan agar peserta didik dapat belajar dalam suasana yang nyaman dan mempunyai gairah belajar yang tinggi. Dengan demikian proses belajar didorong oleh dirinya sendiri dan bukan semata-mata dituntut dari pihak luar. Suasana belajar demikian ini akan meningkatkan academic atmosphere di Perguruan Tinggi yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku para pengajar untuk dapat mengakomodasi BSM yang tengah berkembang. Belajar secara mandiri BSM merupakan suatu proses di mana peserta didik mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, membuat formulasi tujuan belajar, identifikasi sumber belajar (narasumber dan materi belajar), memilih dan menjalani strategi belajar yang sesuai, serta mengevaluasi hasil belajar (outcomes). 6 BSM merupakan proses dan sekaligus hasil (outcome). Peserta didik memperoleh manfaat ketrampilan belajar selama aktif menjalani BSM sekaligus akan mengalami perubahan yang menguntungkan dalam sikap dan perilaku belajar. 7 Ada banyak jenis program dan tata cara pelaksanaan BSM; dengan demikian ada beberapa pengertian yang sedikit berbeda tentang BSM. Sebagai contoh, BSM adalah setiap upaya atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, atau kinerja yang dilakukan oleh setiap peserta didik untuk mencapai cita-cita atau keinginannya dengan menggunakan berbagai cara, di manapun, kapanpun, dan umur berapapun. 8 Konsep kemandirian Kemandirian (self-direction) merupakan konsep organisasi untuk pendidikan tinggi; dengan demikian kemandirian berkaitan erat dengan politik pendidikan. BSM memiliki komitmen demokratis terhadap perubahan posisi dan peran peserta didik di mana peserta didik memegang kontrol yang lebih besar terhadap dirinya sendiri dalam hal konseptualisasi, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar serta penetapan caracara pemanfaatan sumber belajar guna proses belajar lebih lanjut. 9 Independent learning Konsep ini mempunyai konotasi belajar dalam keadaan terisolasi, atau menggambarkan peserta didik belajar sendiri yang seluruh kegiatannya (menentukan tujuan belajar, isi, usaha, waktu, evaluasi, dan sebagainya) ditentukan sendiri olehnya. Bantuan dari pihak lain dapat diterima atau ditolak oleh peserta didik sesuai dengan standar atau kemauan peserta didik tersebut..5 2
3 Distance learning Konsep ini mempunyai konotasi jarak secara fisik antara peserta dan seorang guru atau instruktur di mana peserta didik mengalami hambatan dalam berbagai tingkat sehubungan dengan kurikulum..5 Psychological control Konsep ini mengandung konotasi pentingnya arti psychological independence dalam definisi BSM daripada elemen sosial atau kurikulum. Konsep ini ada dalam definisi berikut ini: BSM adalah suatu proses mental yang bertujuan, biasanya disertai dan disokong oleh aktivitas perilaku yang terlibat di dalam identifikasi dan pencarian informasi. Individu secara sadar menerima tanggung jawab untuk menentukan keputusan tentang tujuan dan usaha, dan dengan demikian menjadi agen perubahan pembelajaran bagi diri sendiri. 5 Spektrum BSM Spektrum ini merupakan rentang antara teacher-directed learning (TDL) sampai BSM. Pada TDL guru atau instruktur memilih dan menentukan apa saja yang akan diajarkan (dipelajari oleh peserta didik), mengapa hal itu perlu dipelajari, bagaimana peserta didik mempelajari hal tersebut, kapan, di mana, dan untuk golongan umur berapa. 8 Incidental self-directed learning BSM model ini dikenalkan pada kursus atau program yang bercirikan TDL, misalnya pada proyek individual atau kursus singkat. 8 Teaching students to think independently Kursus atau program yang menekankan kemampuan personal dalam kegiatan eksplorasi, penelusuran, pemecahan masalah (problem solving) dan aktivitas kreatif (debat, studi kasus, penelitian, percobaan, dramatisasi, kerja lapangan). 8 Self-managed learning Kursus atau program yang disajikan melalui panduan bejalar di mana peserta didik belajar secara independen sepenuhnya. 8 Self-planned learning Kursus atau program yang memberi kesempatan sepenuhnya kepada individu untuk merancang aktivitas belajar dengan tujuan belajar yang telah ditentukan. 8 Self-directed learning Kursus atau program yang memberi kesempatan kepada individu untuk memilih outcome, merancang aktivitas mereka sendiri dan melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan pilihan mereka. 8 Manfaat BSM Dari tahun ke tahun BSM makin berkembang dan kemudian bergerak dari situasi perifer menuju ke arus utama pengembangan manajemen dan bisnis. Sebagian besar 3
4 program pengembangan saat ini menggunakan elemen BSM dalam rancangan dan pelaksanaan secara keseluruhan. Secara individual, BSM memiliki daya tarik yang spesifik misalnya kebebasan yang lebih besar untuk memilih, fleksibel, dan mengakomodasi individu tentang apa yang dikehendaki olehnya. 10 Dukungan staf pengajar dalam BSM Peran guru atau instruktur dalam BSM sungguh berbeda dengan pengajar dalam proses belajar secara konvensional. Di antara dua hal tadi terdapat transisi, ialah situasi trainer-led menuju ke learner-led development. Tanggung jawab pendidik dalam konteks BSM 10 Pendidik mendorong individu untuk membuat pilihan tentang tujuan yang diinginkan Pendidik siap memberi bantuan dalam level perorangan, sesuai dengan permintaan bantuan yang bersifat spesifik Pendidik menyediakan materi dan sumber belajar yang diperlukan individu Pendidik memberi bimbingan, penyuluhan, dan bantuan individu dalam hal penggunaan sumber belajar agar diperoleh hasil yang paling baik Untuk individu yang baru mengenal disiplin BSM maka kepada mereka perlu diberikan latihan awal yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 10 Ketrampilan belajar dalam hal perencanaan: apa, kapan, dan bagaimana cara belajar Tanggung jawab individu dalam manajemen pengembangan diri Mengenal dan memanfaatkan kesempatan untuk belajar dan pengembannya dari hari ke hari Menghubungan BSM dengan pekerjaan yang akan ditekuni serta pengembangannya dalam jangka panjang. Memilih dan menggunakan materi dan sumber lainnya secara tepat dan efektif Peran institusi pendidikan Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan oleh setiap institusi pendidikan yang menerapkan BSM bagi ara peserta didiknya: 11,12 Institusi menyediakan waktu untuk pertemuan secara teratur dengan panel ahli yang dapat memberi saran tentang kurikulum dan criteria evaluasi Institusi melaksanakan penelitian tentang kecenderungan dan keinginan peserta didik Institusi menyiapkan alat yang tepat untuk mengevaluasi kinerja peserta didik dan mengevaluasi kinerja mereka pada akhir pendidikan Institusi menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk membuat refleksi bagi mereka tentang hal-hal yang telah mereka pelajari Institusi memberi penghargaan kepada peserta didik apabila mereka mencapai tujuan belajar Institusi mempromosikan jejaring belajar, lingkaran studi, dan pertukaran belajar 4
5 Institusi menyelenggarakan pelatihan bagi para staf tentang BSM dan memberi kesempatan yang lebih luas agar para staf mampu mengimplementasikan pengetahuan baru yang telah diperolehnya selama pelatihan. Resistensi pendidik terhadap BSM Resistensi pendidik terhadap BSM bukanlah barang baru. Berbagai macam alasan dilontarkan oleh para pendidik yang menolak diberlakukannya BSM. Namun demikian, dari berbagai macam alasan tadi dapat diringkas menjadi dua hal pokok, ialah miskonsepsi terhadap terminologi BSM dan kesenjangan antara kepercayaan yang dianut dengan kenyataan di dalam praktik mengajar. 13 Miskonsepsi tentang istilah BSM Istilah BSM ternyata memiliki berbagai macam arti bagi individu-individu yang berbeda. Miskonsepsi ini merupakan sumber kebingungan bagi para pendidik yang ingin memahami dan melaksanakan BSM di institusinya. Ada sekelompok pemerhati BSM yang menganggap bahwa BSM lebih bersifat karakteristik kepribadian dan di pihak lain ada yang menganggap bahwa BSM lebih merupakan metoda instruksional. 13 Kesenjangan antara kepercayaan dengan pengalaman praktik Para instruktur mempunyai kesan akan adanya kesenjangan antara theories-in-use dan espoused theories. Instruktur beranggapan bahwa evaluasi persepsi peserta didik merupakan hal yang penting tetapi instruktur tadi tidak pernah menanyakan persepsi mahasiswa tentang system yang tengah dijalaninya. Hal ini merupakan contoh bahwa ada kesenjangan di lapangan. Contoh lain: pengajar setuju dengan konsep dalam suatu teori, tetapi dia diam seribu bahasa apabila diminta untuk menmgaplikasikan teori tadi. 13 Beberapa tips berkenaan dengan BSM 6 Pendidik beralih fungsi, menjadi fasilitator proses belajar dan siap membantu peserta didik, bukan lagi sebagai director of learning. Pada awalnya pendidik memberi sedikit pengarahan di dalam kelas, memberi tugas untuk dikerjakan oleh peserta didik, merancang presentasi untuk suatu seminar, dan bersama-sama peserta didik menyusun tujuan belajar di mana peserta didik dapat menambah, merevisi, atau bahkan menolaknya. Sebagian besar pendidik mengalami proses yang berulang. Dari pengalaman ini dapat ditarik kesan bahwa pada awalnya para peserta didik mengalami rasa cemas atau ketidakpastian, atau kadang-kadang merasa tertipu. Peserta didik memerlukan penjelasan secara bertahap tentang BSM, khususnya tentang bagaimana caranya belajar untuk dapat menjadi mandiri dalam belajar. Kepada para peserta didik perlud diberikan catatan tentang filosofi BSM. Pada awalnya peserta didik akan merasa canggung, tidak nyaman, dan bahkan bingung; pada saat itu peserta didik mengharapkan para pengajar bertindak sebagai expert. Adalah hal biasa apabila pada awal proses pembelajaran ada peserta didik yang mudah marah (uring-uringan) karena mereka belum tahu akan apa yang harus mereka kerjakan. Hal ini dapat diatasi dengan menyediakan instruksi, handout, agenda, atau arahan yang diberikan mingguan. 5
6 Pada awal pembelajaran sangat diperlukan adanya pertemuan dan diskusi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pengajar tentang situasi belajar yang terasa aneh bagi mereka. Peserta didik tertentu dapat merasa sangat canggung dengan situasi pembelajaran yang berlaku sehingga mereka ingin mengundurkan diri dari institusi, Hal ini dapat diatasi dengan penyuluhan secara lisan maupun melalui media cetak. Secara bertahap para peserta didik diberi kebebasan (otonomi) yang lebih besar dan diberi hak untuk menentukan keputusan oleh mereka sendiri; semuanya dalam koridor deadlines for assignments. BSM melibatkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu. Dengan perkataan lain, BSM memerlukan prior knowledge dan prior experience. Self-evaluation merupakan bagian penting dalam pelaksanaan BSM karena selfevaluation merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan professional dan sangat diperulakn untuk life long learning. Ringkasan BSM merupakan proses pembelajaran yang menuntut peserta didik menjadi subyek yang harus merancang, mengatur dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggung jawab. Hal ini bertolak belakang dengan prinsip pembelajaran yang disebut sebagai teacher-directed learning. Namun demikian, institusi pendidikan tetap bertanggung jawab sepenuhnya, baik secara teknis, fisik, dan moral, terhadap seluruh program pendidikan yang ditawarkan kepada para peserta didik. BSM menuntut peserta didik untuk menentukan tujuan belajar mereka sendiri, merancang strategi untuk mencapai tujuan belajar, dan kemudian merancang metoda evaluasi terhadap hasil belajar yang telah mereka capai. Tujuan belajar merupakan hal yang sulit untuk dirancang sehingga pengajar atau instruktur harus membantu peserta didik dalam perancangan tujuan belajar. BSM memerlukan negosiasi dalam perancangan pembelajaran secara keseluruhan. Perancangan pembelajaran ini merupakan alat yang fleksibel tetapi efektif untuk membantu peserta didik dalam penentuan tujuan belajar secara individual. Tanggung jawab peserta didik dan pengajar harus dibuat secara eksplisit dalam perancangan pembelajaran. Partisipasi para peserta didik dalam penentuan tujuan belajar akan membuat mereka menjadi committed terhadap proses pembelajaran. Kepustakaan 1. McNamara C. Basic requirements of learners in training and development. Available from: URL Cited 12/2/ Hammond M, Collins R. Self-directed learning: critical practice. New Jersey: Nichols-GP Printing; Barrows HS, Tamblyn RM. Problem-based learning. An approach to medical education. New York: Springer; Lowry CM. Supporting and facilitating self-directed learning. Available from: URL 6
7 4. Long HB. Skills for self-directed learning. Available from: URL Cited 12/2/ Knowles M. Self-directed learning: a guide for learners and teachers. New York: Association Press; Cranten P. Working toward self-directed learning. Ontario: Wall & Emerson Inc; Gibbons M. The Self-directed Learning Handbook. Vancouver: Wiley; Brookfield S, Self-directed learning, political clarity and the critical practice of adult education. Adult Educ Quart;43(4): Anonymous. Self-directed learning as a development method. Available from: URL Brockett RG, Hiemstra R. Bridging the theory-practice gap in self-directed learning. In Brookfield S (ed);self-directed Learning: from Theory to Practice. New Directions for Continuing education No.25. San Fransisco: Jossey-Bass Inc. Publishers; Hiemstra R. Self-directed adult learning: some implications for practice. ERIC document Reproduction Service No.ED ; March Hiemstra R, Brockett RG. Overcoming Resistance to self-direction in Adult Learning. San Fransisco: Jossey-Bass Inc. Publishers;
P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1)
P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Belajar: Melibatkan ketrampilan dan perilaku Bukan sekedar menerima informasi dari
Lebih terperinciSCL. Dr. Darhim, M.Si.
? SCL?? Dr. Darhim, M.Si.? 1 PENGANTAR Belajar: Melibatkan keterampilan dan perilaku Bukan sekedar menerima informasi dari luar. Memerlukan motivasi tinggi dan suasna yang pendukungnya. Memerlukan classroom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah diterapkan pada perguruan tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Berbagai model telah banyak
Lebih terperinciPenyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Lima Pilar Utama RPKPS: 1. Materi lebih didekatkan pada persoalan nyata 2. Integrasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI FILOSOFI PEMBELAJARAN I. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 12/19/2013
FILOSOFI PEMBELAJARAN DAFTAR ISI 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran/ Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 2 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1.1.Belajar
Lebih terperinciContoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi
Majelis Pendidikan Tinggi Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah V Yogyakarta, 4 April 2017 Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universitas dimana mahasiswa sebagai komponen didalamnya sebagai peserta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang perlu dan harus berinteraksi dengan sesama, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan intelektual. Salah
Lebih terperinciAdult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6
Adult Learning dan Berpikir Kritis By : Kelompok 6 Anggota kelompok Wahyu Prasetyo A. (09020037) Cut Ainunin Nova (09020038) Riza Nur Azizi (09020039) Fadhiel Yudistiro (09020040) Fatimah (09020041) Erwin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan yang diinginkan (Slameto, 2010).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : LAKSMI PUSPITASARI K4308019
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran
Lebih terperinci`S I L A B U S. 1. Identitas Mata Kuliah. : Kajian Mandiri Pendidikan Orang Dewasa/ Pendidikan berkelanjutan Nomor Kode : LS 919
1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah `S I L A B U S : Kajian Mandiri Pendidikan Orang Dewasa/ Pendidikan berkelanjutan Nomor Kode : LS 919 Jumlah SKS : 3 SKS Semester : III Kelompok Mata Kuliah :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSATAKA. sebagai satu kesatuan pada jenjang pendidikan tinggi yang diselenggarakan
BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Pendidikan Kedokteran Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan kedokteran adalah pendidikan formal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self Directed Learning. Menurut Gibbons (2002; ) self-directed learning adalah usaha yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self Directed Learning 1. Pengertian Self Directed Learning Menurut Gibbons (2002;134-138) self-directed learning adalah usaha yang dilakukan seorang siswa untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar mengenai banyak hal, mulai dari hal yang tidak
Lebih terperinciDwi Susi Haryati, Yeni Tutu Rohimah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan
METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BESED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III PADA MAHASISWA SEMESTER IV JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING Testiana Deni Wijayatiningsih, Akhmad Fathurrahman, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya
Lebih terperinciVALIDASI MODEL KOMPETENSI DOSEN STUDENT CENTERED LEARNING. Wahyu Widhiarso. Disampaikan pada seminar hasil penelitian
VALIDASI MODEL KOMPETENSI DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STUDENT CENTERED LEARNING Wahyu Widhiarso Disampaikan pada seminar hasil penelitian LPPM UGM Latar Belakang Permasalahan Pembelajaran di UGM
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Akademik a. Definisi Motivasi berasal dari kata Latin movere diartikan sebagai dorongan atau menggerakkan (Hasibuan, 2006). Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan globalisasi, lulusan pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem Kesehatan Nasional dan mengikuti
Lebih terperinciBAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)
BAGIAN SATU Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL) 1 2 Elsa Krisanti, Ph.D. & Kamarza Mulia, Ph.D. Aniek dan Tara adalah dua mahasiswa jurusan Teknik Kimia semester tiga yang
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada J.A. Comenius (1592-1670): Permulaan pembelajaran harus dimulai dengan memperhatikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Problem-Based Learning a. Pengertian Problem-Based Learning Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia pada umumnya. Pendidikan sendiri merupakan suatu agenda wajib yang mesti dilaksanakan oleh
Lebih terperinciHUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL
HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL Imelda Martina GS STIK Immanuel Abstrak Keefektifan kelompok
Lebih terperinciKonsep Pembelajaran Mandiri. Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Konsep Pembelajaran Mandiri Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2012 BAB I Pendahuluan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tinggi lainnya karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus perjuangan bangsa yang merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student
130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student engagement, dibuktikan dengan nilai rata-rata student engagement di tiap minggu pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dunia pendidikan, dan memicu dunia pendidikan untuk selalu berinovasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat di era globalisasi berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa
Lebih terperinciMANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Astrini Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No 45, Kemanggisan, Palmerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Self Directed Learning 1. Pengertian Self Directed Learning Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap universitas berusaha bersaing untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta
Lebih terperinciMODEL & PENDEKATAN PEMBELARAN. (A. Suherman)
MODEL & PENDEKATAN PEMBELARAN (A. Suherman) Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dan murid dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Joyce dan Weil (1980: 1) mendefinisikan
Lebih terperinciACTIVE LEARNING & SOFT SKILLS Neila Ramdhani
ACTIVE LEARNING & SOFT SKILLS Neila Ramdhani Tell me and I will forget Show me and I may remember Involve me and I will understand. Confucius, 450 BC A. Apakah Soft Skills itu? Sering juga disebut keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang menyelenggarakan proses pendidikan. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.
Lebih terperinciPenerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pelajaran Ekonomi
Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pelajaran Ekonomi Istiatutik (1) 1 SMA Negeri 1 Blitar, Email: 1 annuristi1112@gmail.com ABSTRAK Pada pembelajaran Ekonomi umumnya
Lebih terperinciLEARNING DIMENSIONS BASED TEACHING
LEARNING DIMENSIONS BASED TEACHING Bahasan Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Penelitian Pendidikan Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Depdiknas Hotel Bumikarsa Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS
STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS Pengertian : Strategi Pembelajaran Orang Dewasa Andragogi adalah ilmu untuk membantu bagaimana agar orang dewasa mau belajar. Paedagogi adalah ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Hudojo (2003) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman/ pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN Mata pelajaran : Gambar Teknik Kelas/Semester : XI / 2 Materi Pokok/Topik : Pengenalan Tanda Dan Letak Hasil Gambar
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING) BERBASIS WEB
1 PENGEMBANGAN SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING) BERBASIS WEB Oleh Eka Fitrajaya R. 1, Heri Sutarno 2 & Enjang A. Nurdin 3 Abstrak Penelitian ini akan mengembangkan tentang penilaian
Lebih terperinciPeran Problem Based Learning dalam Proses Belajar Mengajar
Tinjauan Pustaka Peran Problem Based Learning dalam Proses Belajar Mengajar Mirza Indrajanti S Dosen Bagian Fisioologi Fakultas Kedokteran Ukrida Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk
Lebih terperinciProblem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)
Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT) RANGKUMAN I Wayan Warmada Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi FT-UGM 1 Apa dan bagaimana? PBL adalah metode belajar yang menggunakan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MELALUI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN SISWA SMP. Abstract
21 Pembelajaran Melalui Pemecahan Masalah Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar PEMBELAJARAN MELALUI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN SISWA SMP Sri Rahayuningsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan formal atau sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk dapat membentuk karakter manusia. Pendidikan
Lebih terperinciUSAID DBE3 Life Skills for Youth 29
Sesi 1 Apakah Kita Mengenal Peserta Pelatihan Sebagai Pelajar Dewasa? Pendahuluan Seorang fasilitator pelatihan yang efektif harus tahu peserta pelatihan yang ia hadapi. Peserta pelatihan bukan hanya sekedar
Lebih terperinciRANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH
1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini penulis akan menjabarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi Skripsi mengenenai pendapat peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa untuk mendapatkan ilmu dari berbagai macam bidang serta membentuk karakter dan kepribadian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran PBL Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.dalam konteks pembelajaran biologi masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
Lebih terperinciBerbagai Strategi Independent Learning yang Ideal Mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Berbagai Strategi Independent Learning yang Ideal Mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) TIM PENELITI Gayathridayawasi (1402005047) dr. I Gde Haryo Ganesha, S.Ked Program Studi Pendidikan Dokter
Lebih terperinciACTION RESEARCH DALAM PEMBELAJARAN
ACTION RESEARCH DALAM PEMBELAJARAN Oleh : Budi Murtiyasa Pendahuluan Setiap pengajar dituntut untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mengajarnya. Action Research memberikan cara berfikir
Lebih terperinciPOLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH. Abstrak
POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH Abstrak Kontrol belajar pada implementasi pendidikan praktis di rumah, terutama untuk anak usia dini dan usia sekolah seyogiyanya ada di bawah kendali
Lebih terperinciSoftskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma
Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa Bertalya Universitas Gunadarma TIM PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS INSTITUSI (PHKI) BATCH 3 Universitas Gunadarma (2010 2012) Ketua Pelaksana : Dr. Asep Djuarna..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi guru dengan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Dalam
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga arah yaitu. pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga arah yaitu pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal. Pendidikan informal secara umum bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN Endang Tri Wahyuni SMA Negeri Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, 57791
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015
KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta
Lebih terperinciEFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING
EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING Disajikan dalam Seminar Nasional dengan Tema Strategi Belajar Mengajar Yang Efektif Untuk Mewujudkan Generasi Emas Moh Salimi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.
BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mei Indah Sari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan abad XXI yang ditandai oleh peningkatan kompleksitas peralatan teknologi, dan munculnya gerakan restrukturisasi korporatif yang menekankan kombinasi
Lebih terperinciS K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A
1 APLIKASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK KECAKAPAN GENERIK DI SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 S K R I P S I Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciStudi kasus (Case study)
Studi kasus (Case study) Teaching case Research case Teaching case vs Research case Aspek Penerapan Pengajaran (teaching case) Instrumen untuk memfasilitasi pembelajaran dan menambah pengetahuan praktis
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan
LAMPIRAN LAMPIRAN I. KUISIONER HUBUNGAN LIGHTS-ON DAN PROYEK DENGAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan dan staf senior dari departemen
Lebih terperinciOleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses
Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1
Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 PENINGKATAN MOTIVASI, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING KELAS VIIF SMP NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Lebih terperinciPRAKTIK BELAJAR LAPANGAN TERINTEGRASI
www.iakmi.or.id PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN TERINTEGRASI Aplikasi Student Centered Active Learning untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Agustin Kusumayati, dr., MSc., PhD. Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KOMPETENSI REFLEKSI PENDIDIK ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENULIS
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 2., 2016. Hal. 25-35 PENGEMBANGAN KOMPETENSI REFLEKSI PENDIDIK ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENULIS JIPP Subhan El Hafiz
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan
Lebih terperinci