PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh"

Transkripsi

1 PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca!!! Wassalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

2 HUBUNGAN SELF-REGULATED LEARNING DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA ALFA CENTAURI BANDUNG SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Oleh SYARIFAH HIDAYAH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS PSIKOLOGI BANDUNG 2014

3

4

5 Motto Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri. (QS Al-Ankabut [29]: 6) Apa pun yang terjadi hari ini, bersabarlah. Memang tidak mudah, tapi bersabar akan menjadikanmu damai dalam kesulitan, dan upayamu lebih lancar untuk tetap sukses walau pun ada masalah. Mario Teguh

6 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt atas nikmat dan rahmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini : 1. Ibu Dewi Rosiana, M.Psi sebagai pembimbing selama skripsi, terimakasih banyak atas bimbingan dan banyaknya waktu yang diluangkan untuk berdiskusi serta ucapan-ucapan yang memotivasi penulis, sehingga tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini 2. Ibu Susandari, M.Psi. sebagai dosen wali, terimakasih banyak atas bimbingan dan dukungan selama masa kuliah. 3. Bapak Kepala Sekolah SMA Alfa Centauri Bandung, Teh Putri, Teh Karima selaku guru BK SMA Alfa Centauri Bandung, terimakasih atas bantuan dan kesediaannya serta memberikan kemudahan dalam pengambilan data. 4. Para siswa-siswi kelas XI IPA SMA Alfa Centauri, terimakasih atas waktunya dalam pengisian data untuk keperluan skripsi ini. 5. Mama dan Abah tersayang, terimakasih banyak yang tidak bisa terbalaskan atas perhatian, pengorbanan dan kasih sayang tulus yang tiada hentinya dan selalu mendoakan juga mendukung selama ini. Tak lupa kepada kak Ida dan kak Ovel yang sudah membantu dan ikut mendoakan penulis. Kak Agung yang membantu dan menyarankan penulis tentang penelitian ini dan adik penulis yang membantu dalam pencarian data peneitian ini. 6. Desi Apriyanti yang sudah membantu, menghibur, membuat tertawa, support, dan mengerjakan skripsi bersama. serta Desty Utama selaku teman seperjuangan, terimakasih untuk bantuan dan motivasi yang diberikan selama ini. Selalu memberi semangat dan menghibur selama proses penyelesaian skripsi ini. 7. Mamih Elly dan Adi Candra yang sudah ikut memberi Support kepada penulis.

7 8. Diah dan Mamah Diah, terimakasih atas fasilitas tempat untuk pengerjaan skripsi penulis selama ini. Maaf selalu ngerepotin dan makasih banyak dukungannya. 9. Teman seperjuangan skripsi, Felix (Ihsan), Dianah, Mirza, Babeh. Semangat buat kita semua. Terimakasih buat dukungannya. 10. Kang Hendra selaku Asisten Laboratorium Statistik Unisba, terimakasih sudah membantu penulis dalam mengerjakan statistik skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuan doa yang sangat berarti bagi penulis. Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Aamiin Allahumma Aamiin.. Wassalamu alaikum Wr. Wb Bandung, 2 Juli 2014 Penulis

8 ABSTRAK SYARIFAH HIDAYAH ( ). Hubungan Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Matematika (dengan Metode Belajar S2DLS). Sekolah Menengah Atas (SMA) Alfa Centauri Bandung merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta yang cukup diminati oleh para lulusan SMP. Sekolah ini menggunakan metode belajar yang berbeda dengan metode belajar di sekolah pada umumnya yaitu menggunakan metode Digital Learning System. Metoda ini adalah metoda yang berbasis teknologi dengan menggunakan Tablet PC atau Laptop sebagai media belajarnya. Penggunaan metoda ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mempermudah proses belajar mereka. Siswa belajar dikelas dengan proses belajar 35% diskusi dan 65% latihan soal serta pemberian latihan soal untuk dikerjakan dirumah. Dengan proses belajar yang diterapkan oleh sekolah ini, siswa diharuskan untuk mengatur dirinya untuk memenuhi tunutan belajar yang diberikan oleh pihak sekolah. Disekolah ini, banyak siswa yang mendapat nilai matematika rendah sedangkan matematika adalah mata pelajaran dasar untuk program kelas IPA. Maksud penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai keeratan hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar, dalam upaya meningkatkan proses monitoring dan pengaturan diri didalam proses belajar mengajar di SMA Alfa Centauri Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai keeratan hubungan antara self-regulated Learning dengan prestasi belajar siswa kelas XI yang menggunakan Sony Sugema Digital Learning System di SMA Alfa Centauri Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 77 siswa. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang diturunkan dari konsep teori Self-Regulated Learning dari Zimmerman. Data yang diperoleh berupa data ordinal dengan perhitungan median dan uji korelasi spearman. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka korelasi sebesar 0,641 dengan taraf korelasi Tinggi. Artinya semakin tinggi Self-Regulated Learning, maka semakin tinggi pula Prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Alfa Centauri Bandung yang menggunakan Sony Sugema Digital Learning System. Kata Kunci : Self-Regulated Learning, Prestasi Belajar, S2DLS.

9 KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmaanirrohiim Assalamu alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirabbil aalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas berkah dan rahmat-nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Hubungan Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Matematika (dengan Metode Belajar S2DLS). Dalam penelitian ini peneliti menjabarkan mengenai latar belakang masalah berdasarkan fenomena yang terjadi. Pada Bab II peneliti menjabarkan alasan pengambilan variabel yang disertakan dengan teori-teori yang akan membahas mengenai fenomena yang telah dijabarkan pada latar belakang penelitian dan dirumuskan dalam bentuk kerangka pikir dan skema berpikir. Pada Bab III peneliti merumuskan metode penelitian yang akan digunakan agar mendapatkan data berdasarkan fenomena yang terjadi. Sedangkan pada Bab IV dan Bab V peneliti menjabarkan bagaimana hasil dan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta mengemukakan berbagai masukan dan saran bagi subjek penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada banyak pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya dan pembaca. Aamiin. Bandung, 2 Juli 2014 Syarifah Hidayah

10 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR OTENTITAS SKRIPSI MOTTO UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii iii iv v vii viii x DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis Kegunaan Praktis 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Self-Regulated Learning 22

11 2.2.1 Pengertian Self Regulated Learning Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulated Learning Karakteristik individu yang mempunyai elf-regulated Learning Fase-fase dalam siklus Self Regulated Learning Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Kerangka Berpikir Skema Berpikir Hipotesis 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Alat Ukur Self-Regulated Learning Prestasi Belajar Populasi dan Sampel Teknik Analisis dan Pengolahan Data Uji Alat ukur 55

12 3.5.2 Uji Validitas Uji Reliabilitas Perhitungan Median Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman (r s ) Hipotesis Statistik Prosedur Penelitian 62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Uji Korelasi Rank Spearman Antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Uji Korelasi Rank Spearman Antara Fase Forethought Dalam Self Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Uji Korelasi Rank Spearman Antara Fase Performance/Volitional Control Dalam Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Uji Korelasi Rank Spearman Antara Fase Self-Reflection Dalam Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Pembahasan 79 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 91 DAFTAR PUSTAKA

13 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Indikator Alat Ukur 47 Tabel 3.2 Skor Jawaban Responden 49 Tabel 3.3 Koefisien Korelasi Guilford 54 Tabel 4.1 Uji Korelasi Rank Spearman Antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar 62 Tabel 4.2 Uji Median Self-Regulated Learning 63 Tabel 4.3 Uji Korelasi Rank Spearman Antara Fase Forethought Dalam Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar 64 Tabel 4.4 Uji Median Fase Forethought Dalam Self-Regulated Learning 65 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Uji Korelasi Rank Spearman Antara Fase Performance/Volitional Control Dalam Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Uji Median Fase Performance/Volitional Control Dalam Self- Regulated Learning Uji Korelasi Rank Spearman Antara Fase Self-Reflection Dalam Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Tabel 4.8 Uji Median Fase Self-Reflection Dalam Self-Regulated Learning 69 Tabel 4.9 Tabel Jumlah Persentase Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Alfa Centauri Bandung 75 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Self-Regulated Learning dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Alfa Centauri Bandung Tabel 4.11 Tabel Keseluruhan Hasil Perhitungan Fase dalam Self- Regulated Learning Tabel 4.12 Tabel Keseluruhan Fase Dalam Self-Regulated Learning Dengan Prestasi Belajar

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembuakaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat dasar yang meliputi Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah, Sekolah Kejuruan sampai pada tingkat Universitas atau Perguruan Tinggi berusaha mencetak generasi-generasi yang cerdas dan dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa indonesia. Saat ini di Indonesia banyak sekolah sekolah baru, semuanya menawarkan program yang serba baru dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat Indonesia bahwa kita tidak boleh tertinggal dari negara lain dalam hal teknologi di dunia pendidikan. Pendidikan

15 memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Sama halnya dengan Sekolah Menengah Atas swasta di Bandung yaitu SMA Alfa Centauri. Sekolah ini menggunakan kemajuan teknologi yang canggih dalam kegiatan belajar mengajar. SMA Alfa Centauri didirikan pada tahun 2003 dibawah naungan yayasan taqwa, cerdas, kreatif dimana ketua dari yayasan tersebut adalah pendiri lembaga bimbingan belajar Sony Sugema College atau biasa disebut SSC yaitu H. Sony Sugema, MBA. Beliau mendirikan Alfa Centauri untuk memfasilitasi pelajar-pelajar yang tidak mampu menempuh jenjang pendidikan yang layak bagi mereka. Pada tiga tahun pertama, Alfa Centauri menggratiskan pendidikan bagi siswa-siswa Alfa Centauri. Ditahun keempat, banyak sekali pelajar yang ingin masuk kesekolah ini sehingga dibuatlah peraturan baru dengan adanya subsidi silang dan biaya sekolah dengan cara negosiasi berdasarkan kemampuan orang tua membayar biaya sekolah. Dalam waktu singkat yaitu enam tahun, Alfa Centauri mampu mendapatkan akreditasi B dan kemudian ditahun selanjutnya mendapat akreditasi A oleh dinas pendidikan. Sekolah ini menerapkan sistem pendidikan yang berbeda dengan sekolahsekolah menengah atas yang lainnya. Sekolah ini menggabungkan sistem pendidikan standar nasional Indonesia atau sistem pendidikan terpadu dengan sistem yang diterapkan di lembaga bimbingan belajar sebagai sistem kegiatan belajar mengajarnya. Sistem sekolah biasa hanya menerapkan sistem belajar dengan metode kuliah atau ceramah saja, namun sekolah ini menggabungkan dengan sistem

16 bimbingan belajar yaitu dengan memberikan contoh latihan soal-soal kepada siswanya serta penyelesaian soal yang sederhana dan praktis sebagai latihan untuk menghadapi Ujian Nasional. Metode belajar yang diterapkan pada bimbingan belajar biasanya menerapkan metode pembelajaran praktis untuk menyelesaikan soal, lain halnya disekolah biasa yang mengutamakan proses untuk memahami materi yang dipelajari. Karena sekolah ini menggabungkan sistem belajar terpadu dengan sistem bimbingan belajar, sekolah ini memberikan materi kepada siswanya dengan menggunakan metode praktis untuk menyelesaikan persoalan yang diberi kepada siswa. Sekolah ini memberikan siswa fasilitas salah satunya adalah suatu aplikasi atau digital system yaitu Sony Sugema Digital Learning System atau disebut juga S2DLS. Tujuan dari pemberian S2DLS ini adalah untuk memudahkan siswa untuk belajar dan menyerap materi yang akan dipelajari baik untuk Ujian Nasional baik untuk program IPA maupun IPS. Selain itu S2DLS ini diberikan agar siswa terdorong untuk belajar untuk mencapai target masuk ke Perguruan Tinggi negeri karena sekarang teknologi yang sudah canggih dan semua siswa mempunyai alat canggih yang mampu menyediakan fasilitas apapun untuk kebutuhan apapun termasuk kebutuhan belajar mereka. Siswa bisa belajar mandiri atau belajar sendiri dirumah apabila siswa belum memahami materi yang diajarkan di sekolah. Pada saat siswa kurang berkonsentrasi saat belajar dikelas, siswa mampu menyempurnakan materi yang diterima siswa di sistem tersebut. S2DLS merupakan sistem digital yang diterapkan di sekolah ini yang berisi rekaman-rekaman guru yang mengajar mata

17 pelajaran tertentu, KAMTASIA yaitu materi dan suara dimana ada cursor yang bergerak untuk menerangkan materi serta bahan-bahan mata pelajaran yang berbentuk file digital serta electronic book atau biasa disebut E-Book mulai dari kelas X semester 1 hingga kelas XII semester 2 juga ada contoh soal Ujian Nasional dan UMPTN mulai dari tahun 2006 hingga tahun 2012 dan soal USM ITB dan UNPAD. Sistem tersebut diterapkan mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Dalam proses belajar mengajar tentunya pihak sekolah mempunyai metode belajar yang berbeda-beda. Di sekolah ini menerapkan metode belajar yang menggunakan S2DLS dengan media alat elektronik berupa laptop atau tablet PC sebagai sarana belajarnya baik di sekolah maupun di rumah. Pada saat prosesnya, sekolah ini menerapkan kurang lebih 35% diskusi dan ceramah dan 65% adalah latihan soal. Siswa juga selalu diberikan berbagai tugas dari mata pelajaran yang dipelajari sebagai latihan siswa di rumah. Siswa mengatakan bahwa sekolah di sekolah ini layaknya mahasiswa yang mempunyai tugas yang banyak serta deadline yang begitu singkat. Menurut Zimmerman (1999), metode belajar yang tepat dalam proses belajar dapat meningkatkan kualitas belajarnya. Dengan metode belajar yang tepat tersebut perilaku siswa diharapkan menjadi lebih terencana dan terotomatisasi. Terencana karena perilaku siswa yang melaksanakan Self-Regulated Learning memiliki tujuan dan kesadaran diri yang jelas. Terotomatisasi dikarenakan penggunaan metode belajar yang tepat dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan bagi siswa.

18 Siswa SMA merupakan individu yang telah menginjak masa remaja. Bila dikaitkan dengan ciri-ciri perkembangannya, salah satunya adalah dapat mengatasi masalah tanpa bantuan dari orang tua dan orang dewasa lainnya serta tugas perkembangan remaja, salah satunya mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab dan mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja diharapkan menjadi individu yang mandiri dan juga bertanggung jawab. Dalam pendidikan pun diharapkan siswa mampu mandiri dan bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. Menurut para siswa SMA Alfa Centauri, sistem belajar yang diterapkan sekolah ini terasa terlalu diforsir sehingga kurang sekali waktu libur untuk beristirahat karena banyak sekali waktu belajar disekolah. Mereka merasa bahwa sekolah di sekolah ini seperti mahasiswa yang sedang kuliah. Selain disekolah ada lagi bimbingan belajar online setiap hari senin sampai kamis pukul hingga pukul yang diwajibkan kepada seluruh siswanya. Hal tersebut mengakibatkan mereka kelelahan dan mengakibatkan terjadinya penurunan prestasi belajar baik ulangan harian, ujian tengah semester maupun ujian akhir semester. Bimbingan belajar online yang diadakan pihak sekolah menurut siswa memang bagus, namun pada saat mengaksesnya ada kesulitan seperti signal dari modem yang mereka gunakan sehingga ketika modem mereka lambat, maka mereka akan tersendat-sendat video yang saat itu sedang berjalan. Sebaliknya, kalau modem mereka lancar, maka proses buffer video akan lancar pula.

19 Pemberian gadget sebagai sarana belajar mengajar memang mempermudah siswa bagi siswa yang memandang hal tersebut sebagai fasilitas yang menunjang belajar mereka sehingga jika mereka belajar menjadi terbantu karena kemudahannya mengakses materi pelajaran tanpa harus membuka buku yang terkadang tebal menurut mereka. Namun, tidak dapat dipungkiri hal tersebut juga mempunyai sisi negatif. Ada siswa yang beranggapan pemberian sarana tersebut selain jadi media belajar tetapi media bermain atau media yang mampu membuat sosial mereka berkembang. Tidak jarang siswa yang bermain game dan membuka jejaring sosial mereka ketika belajar secara diam-diam meskipun mereka mengetahui akan mendapat sangsi apabila mereka ketahuan oleh guru. Menurut guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah ini, sekolah ini mengharapkan seluruh siswanya mampu untuk masuk ke Perguruan Tinggi negeri, sehingga tujuan dari sekolah ini adalah mengantarkan siswa ke gerbang Perguruan Tinggi Negeri yang terkemuka di Indonesia. Pihak sekolah berupaya untuk memberi latihan kepada siswa sama seperti soal-soal ujian masuk Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, pihak sekolah dan para siswa mempunyai target untuk lulus ujian SNMPTN. Dengan adanya cita-cita atau target tersebut, para siswa diharapkan dapat mengatur dirinya agar cita-cita yang mereka miliki dapat tercapai. Di sekolah ini, hanya memiliki dua kategori pengelompokan kelas yaitu kelas program IPA dan kelas program IPS. Dalam pengelompokkan kelas program IPA dan IPS dilihat dari urutan nilai tertinggi dari hasil yang didapat. Menurut guru BK SMA

20 Alfa Centauri, sekolah mengadakan psikotes pada kelas X, namun hasil tersebut tidak digunakan sebagai rekomendasi pengelompokkan kelas para siswa. Dengan sistem belajar yang diterapkan oleh sekolah, siswa dituntut untuk mampu mengatur waktunya dalam proses belajar karena tugas dan latihan soal yang banyak dan waktu sekolah yang begitu padat juga bimbingan belajar yang harus diikuti oleh siswa. Pengaturan waktu juga harus diikuti oleh pengaturan diri siswa untuk mencapai tujuan belajarnya yaitu untuk mencapai cita-cita masuk kedalam Perguruan Tinggi negeri yang ada di Indonesia. Pengaturan diri harus dimiliki oleh siswa agar siswa mampu membagi waktunya dan memprioritaskan kepentingan belajar sehingga dalam proses belajarnya lebih terarah dan mencapai prestasi yang optimal. Penggunaan metode S2DLS pada proses belajar siswa diharapkan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pengaturan dirinya dalam proses belajar mereka. Dengan adanya kemudahan dalam metode S2DLS ini, siswa seharusnya mampu merencanakan proses belajarnya dengan baik untuk mencapai apa yang ingin dicapainya serta melaksanakan apa yang telah direncanakan dan mengevaluasi hasil belajarnya dengan baik. Hal tersebut dikarenakan metode S2DLS membantu siswa latihan belajar untuk mencapai target masuk ke Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, dengan demikian siswa dapat mengatur dirinya dan berusaha untuk mencapai hasil terbaik disetiap latihan yang dihadapinya. Dengan metode belajar ini juga, siswa dapat dengan perlahan-lahan menetapkan target yang semakin tinggi karena untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri dibutuhkan pencapaian nilai yang

21 cukup tinggi sesuai dengan ketentuan masing-masing program studi atau fakultas tersebut. Selain mengatur diri dalam proses belajar, siswa juga dituntut untuk memahami keseluruhan materi dan mengikuti rangkaian latihan soal sehingga siswa menguasai materi yang sedang dipelajari. Dengan memahami dan menguasai materi tersebut diharapkan siswa mampu menyelesaikan persoalan dalam latihan dan ujian serta mampu menyelesaikan soal pada ujian masuk ke Perguruan Tinggi ketika siswa sudah lulus dari SMA. Untuk masuk ke Perguruan Tinggi yang siswa inginkan, tentu saja siswa harus memiliki prestasi yang tinggi, menguasai seluruh materi pelajaran juga motivasi yang kuat dengan dibantu oleh perencanaan siswa yang matang untuk menghadapi ujian yang akan menentukan siswa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri atau tidak. Self-Regulated Learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan (Boekaerts dkk, 2000:453). Dalam proses belajar mengajar tentu saja mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh para siswa. Salah satu tujuan yang diinginkan siswa adalah kenaikan kelas serta menyelesaikan masa studinya dengan baik dan mendapat kelulusan yang memuaskan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan usaha dari diri siswa untuk belajar serta mengontrol kegiatan belajarnya agar terarah kepada tujuan yang mereka inginkan.

22 Di lapangan, menurut guru BK di sekolah ini, beberapa siswa seperti di kelas unggulan, para siswa rata-rata mempunyai target tinggi dalam menentukan nilai yang harus didapatkan dan diikuti oleh usaha mereka untuk mencapai target tersebut. Para siswa mempunyai target nilai matematika yang tinggi dari standar KKM yang ditentukan sekolah. Para siswa juga mempunyai cara-cara belajar yang berbeda mulai dari belajar dengan cara meringkas materi pelajaran, untuk pelajaran matematika membuat catatan ringkasan rumus matematika serta cara penyelesaian soal-soal yang telah diajarkan oleh guru. Adapula yang mengikuti bimbingan belajar yang diselenggarakan sekolah yang merupakan fasilitas bagi siswa SMA Alfa Centauri serta berlatih mengerjakan soal bersama teman-temannya. Mereka yakin dengan usahanya tersebut, mereka emdapat nilai yang baik dan terbukti dengan hasil Ujian Tengah Semester (UTS) yang sangat memuaskan bahkan ada yang mendapat nilai sempurna. Para siswa yang diluar kelas unggulan, menurut penuturan guru BK, para siswa cenderung pasrah dan lebih beranggapan mendapat nilai KKM saja sudah cukup yang penting lulus dari materi tersebut dan tidak harus mengulangnya. Cara belajar mereka pun berbeda dengan kelas unggulan, mereka kurang senang berlatih soal serta lebih sering belajar ketika mendekati ujian baik ulangan harian maupun ujian tengah dan akhir semester. Sebagian siswa juga tidak mempunyai jadwal belajar mereka di rumah serta tidak memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh sekolah dengan baik seperti S2DLS. Ketika mereka menemukan kesulitan atau meyakini

23 bahwa pelajaran tersebut sulit, mereka kurang yakin akan mendapat nilai diatas KKM atau bahkan sesuai KKM. Menurut guru BK, kebanyakan siswa yang mengikuti remedial untuk memperbaiki hasil ujian baik ujian tengah atau akhir semester mendapatkan nilai yang masih belum sesuai dengan KKM atau bahkan dibawah dari nilai ujian utamanya. Menurut penuturannya juga, kemungkinan banyak siswa yang tidak akan naik kelas karena nilai remedial yang tidak sesuai dengan KKM yang ditentukan. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak ada usaha yang gigih dalam mencapai tujuannya dan cenderung lebih santai meskipun mereka mendapat nilai rendah. Seluruh siswa di sekolah ini berharap untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang mereka inginkan. Oleh karena itu, mereka berusaha dan belajar agar mampu mendapatkan nilai yang tinggi disetiap mata pelajaran termasuk pelajaran matematika. Mereka dengan giat belajar dan berlatih agar harapan mereka dapat terwujud. Mereka berusaha mempelajari setiap mata pelajaran dengan baik dan fokus terhadap bagaimana penyelesaian persoalan disetiap mata pelajaran yang mereka pelajari. Pihak sekolah memberikan latihan soal seperti halnya dengan bimbingan belajar agar mereka terlatih menghadapi soal yang akan mereka temui pada saat seleksi masuk ke Perguruan Tinggi Negeri nanti. Guru-guru yang mengajar sering mengeluhkan mengenai konsentrasi belajar para siswa pada saat proses belajar dikelas. Ketika proses belajar dikelas, tidak jarang siswa yang masih teralihkan dengan hal yang bisa memecahkan konsentrasi mereka

24 saat belajar. Menurut guru BK, ada banyak siswa yang ketahuan membuka handphone untuk berkirim pesan atau membuka jejaring sosial ketika guru sedang mengajar dikelas. Selain itu, ada pula siswa yang bermain game ketika pelajaran berlangsung. Siswa yang melakukan hal tersebut seringkali ditegur atau diambil handphone-nya agar kembali memperhatikan guru yang sedang mengajar. Pada saat proses belajar berlangsung, terkadang kurang kondusif karena adanya siswa-siswa yang mengobrol dikelas. Pada saat siswa diperintahkan mencari suatu materi di internet, siswa terkadang terlihat mencuri kesempatan membuka jejaring sosial dan lain-lain. Hal tersebut membuat siswa tidak fokus juga pada tugas mereka. Pada saat siswa mendapat tugas, ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugasnya atau mencontek hasil kerja siswa lain. Dan apabila mereka melakukan kesalahan atau adanya kekurangan didalam hasil kerja tugas tersebut, siswa tidak memperhatikannya dan membiarkannya saja. Mereka mengatakan bahwa yang terpenting tugas sudah dikumpulkan dan mereka tidak ada nilai yang kosong di laporan semester nanti karena nilai tugas yang kosong dapat mempengaruhi kenaikan kelas disemester genap. Mereka beranggapan bahwa tugas adalah nilai tambahan saja dan mereka mengerjakannya agar tidak ditegur oleh guru yang bersangkutan. Hal tersebut membuat beberapa siswa yang melihat hasil kerja siswa lain agar mereka memenuhi nilai tugas yang diberikan oleh guru. Pada saat siswa mulai menghadapi ujian baik ulangan harian atau ujian tengah dan akhir semester, siswa mulai mempersiapkan menghadapi ujian tersebut. Ada beberapa siswa yang mempersiapkannya dari jauh hari sebelum menghadapi ujian,

25 adapula beberapa siswa yang mempersiapkan H-1 ujian atau bahkan pada hari dilaksanakannya ujian. Mereka mengatakan, mereka terlalu banyak tugas dan ada yang mengatakan malas karena pelajaran matematika sulit dipahami dan banyak rumus yang digunakan. Meskipun begitu, mereka mencoba mempersiapkan meskipun mereka kurang yakin mampu mengerjakan soal ujiannya. Ketika ujian sudah dilaksanakan dan hasil sudah diberikan, sebagian siswa ada yang tidak mempedulikannya dan tidak memperhatikan kesalahan yang mereka lakukan. Mereka mengatakan bahwa mereka berusaha untuk tidak memikirkannya terlebih dahulu dan konsentrasi ke materi selanjutnya. Apabila mereka mendapat nilai dibawah KKM yang ditentukan sekolah, mereka akan mengikuti remedial dan tidak jarang mereka mendapat nilai remedial yang belum sesuai dengan standar KKM yang ditentukan. Mereka mengatakan mereka sudah terbiasa diremedial dan mendapat nilai sesuai dengan KKM atau dibawah KKM. Apabila mereka mendapat nilai seperti itu, mereka mengatakan bahwa mereka tidak memahami dan pelajaran matematika khususnya materi yang sedang mereka pelajari itu sangat sulit. Selain itu juga ada siswa yang memperhatikan kesalahannya dengan menyimpan dan menulis kembali yang kemudian mereka tanyakan kepada guru matematika yang mengajarkan mereka untuk dijadikan masukan buat mereka. Kegagalan dan kekurangan yang mereka dapat dijadikan pemicu untuk lebih baik lagi dimateri selanjutnya. Apabila mereka mendapat kegagalan pada hasil yang mereka dapat, mereka mengatakan bahwa memang mereka tidak memahami namun hal itu diikuti dengan usaha mereka yang dirasa kurang optimal dalam belajar.

26 Menurut para siswa, apabila mereka mendapat kegagalan dalam mencapai nilai yang mereka inginkan, sebagian siswa merasa bahwa mereka harus merubah cara belajarnya. Mereka mengatakan mereka mencoba untuk merubah waktu belajarnya menjadi lebih banyak meluangkan waktu untuk latihan agar mereka bisa memahami materi pelajaran matematika. Selain itu, ada pula yang hanya menerima saja tanpa ada inisiatif untuk merubah dan mengevaluasi cara belajar mereka. Mereka mengatakan bahwa seperti itulah cara mereka belajarnya dan tidak bisa mereka ubah lagi. Beberapa siswa mengatakan, mereka butuh penyesuaian dengan sistem belajar yang baru saja mereka alami tersebut sehingga mampu mengatur waktu dan mendapatkan hasil prestasi yang baik. Pada awal masuk sekolah ini, siswa-siswa merasa kesulitan dan kaget dengan sistem yang diterapkan. Hal ini mengakibatkan nilai-nilai prestasi belajar siswa banyak menurun. Nilai-nilai yang seringkali mendapat nilai rendah salah satunya adalah pada mata pelajaran matematika. Menurut siswa, pelajaran matematika sulit dipahami karena terlalu banyak rumus yang digunakan serta perhitungan yang cukup sulit dikerjakan. Latihan soal matematika tidak hanya disekolah, siswa juga sering mendapat tugas-tugas latihan soal matematika untuk dikerjakan dirumah. Selain itu, menurut guru BK, pelajaran matematika adalah dasar dari program IPA karena matematika digunakan dipelajaran IPA seperti Fisika dan Kimia untuk proses perhitungannya. Apabila siswa tidak menguasai matematika dengan baik, maka akan berpengaruh kepada pelajaran lain karena matematika adalah pelajaran yang mendasari pelajaran lainnya.

27 Berdasarkan data yang ada disekolah, tidak sedikit siswa yang mendapat nilai matematika baik ulangan harian maupun ujian tengah semester yang tidak bagus atau dibawah KKM. Siswa yang mendapat nilai matematika dibawah KKM sebesar 65% dan 35% mendapat nilai diatas KKM atau sesuai dengan KKM yang ditentukan oleh sekolah. Dari data di sekolah, terdapat nilai matematika terendah yaitu sebesar 7 dari skala 0 sampai dengan 100. Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM diwajibkan untuk mengikuti remedial dan tidak jarang juga mereka mendapat nilai yang sama dengan nilai sebelumnya, nilai diatas KKM, atau dibawah KKM setelah mereka mengikuti remedial. Menurut penuturan guru BK, disekolah ini tidak ada sistem katrol nilai dalam penilaian di raport. Nilai yang ada diraport siswa adalah nilai asli hasil usaha siswa termasuk nilai yang sudah diremedial. Meskipun nilai siswa tersebut dibawah KKM, guru akan memasukannya sesuai dengan hasil yang mereka dapat walaupun dikatakan belum lulus. Melihat dari fenomena yang telah diuraikan diatas, SMA Alfa Centauri Bandung mempunyai sistem belajar yang begitu tertata dalam membiasakan peserta didiknya menghadapi soal-soal ujian dengan cara banyaknya (frekuensi) pemberian latihan soal kepada siswa. Sebagian siswa kelas XI SMA Alfa Centauri Bandung khususnya pada kelas unggulan, mampu mengatur dirinya dalam kegiatan belajarnya dan menentukan target belajarnya serta berlatih semua mata pelajaran agar mendapat prestasi yang memuaskan. Sebagian lagi hanya pasrah dengan apa yang akan didapatkannya karena menganggap bahwa pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit dipelajari. Mereka juga mendapat nilai dibawah standar KKM

28 sehingga mereka harus mengikuti remedial. Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian siswa memiliki kemampuan belajar yang cukup baik dan kontrol diri dalam belajar yang menuntut siswa untuk berlatih mengerjakan soal. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas XI IPA SMA Alfa Centauri Bandung yang Menggunakan Sony Sugema Digital Learning System (S2DLS). 1.2 Identifikasi Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan dimana siswa menuntut ilmu untuk masa depannya. Sekolah menerapkan sistem pembelajaran terhadap siswanya agar mampu mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan yang sudah diberlakukan. Demikian pula dengan sekolah SMA Alfa Centauri Bandung, dimana sekolah ini menerapkan sistem belajar yang sudah ditentukan oleh pemerintah meskipun ada perbedaan dengan sekolah lainnya. Sistem belajar yang berbeda dengan sekolah lain yaitu sistem belajar yang digabungkan dengan sistem bimbingan belajar membuat siswa-siswa kelas XI yang baru masuk harus menyesuaikan diri dengan sistem belajar yang diterapkan agar mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Selain itu, siswa harus dapat mengatur dirinya dalam belajar dan memanfaatkan fasilitas belajar yang diberikan oleh sekolah. Setelah berbagai proses pembelajaran dilakukan siswa maka siswa akan mendapat prestasi belajar sesuai dengan kemampuan dan usaha yang mereka lakukan. Dalam

29 pencapaian prestasi belajar tersebut, tentunya para siswa harus mengatur dirinya dan mengarahkan dirinya dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan dari belajarnya. Di sekolah ini, siswa diberikan banyak latihan soal untuk membiasakannya dalam menghadapi soal. Pihak sekolah bermaksud agar pada saat ujian seleksi masuk Perguruan Tinggi siswa dapat menghadapinya dengan baik. Para guru, memberikan tugas baik disekolah maupun untuk dikerjakan di rumah kepada siswa berupa latihanlatihan soal termasuk pada mata pelajaran matematika. Siswa juga harus mengikuti bimbingan belajar yang bertujuan untuk menambah materi yang kurang dari apa yg dipelajari di kelas. Dengan pemberian banyak tugas disetiap mata pelajaran juga bimbingan belajar yang diikuti oleh siswa, membuat siswa harus bisa mengatur dirinya untuk memenuhi tuntutan-tuntutna tugas yang diberikan oleh para guru serta mendapatkan nilai yang memuaskan. Hal tersebut dapat tercapai apabila siswa bisa mengarahkan kemampuannya untuk mengembangkan cara belajar mereka dalam menghadapi tuntutan belajarnya khususnya pada mata pelajaran matematika. Untuk mendapat prestasi belajar yang baik mereka harus mengatur dan memonitor dirinya kedalam proses belajarnya. Dengan mengatur dirinya dalam proses belajar tersebut, siswa mampu mendapat nilai yang mereka harapkan dan memungkinkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kemampuan mengatur diri yang telah disebutkan adalah Self-Regulated Learning. Menurut Boekaerts (2000) Self-Regulated Learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan

30 disesuaikan dengan konteks lingkungan. Dalam Self-Regulated Learning terdapat tiga fase yang terus menerus berputar. Fase-fase tersebut adalah Forethrought, Performance/Volitional Control, dan Self-Reflection. Pada masing-masing fase terdapat komponen-komponen sebagai prosesnya. Pada fase Forethrought, komponen-komponennya adalah Goal setting, Strategic Planning, Self Efficacy Beliefs, Goal Orientation, dan Intrinsic Interest. Di SMA Alfa Centauri, banyak siswa yang mempunyai tujuan dari belajarnya berupa kelulusan Ujian Nasional (UN), dan lulus ujian masuk ke Perguruan Tinggi negeri yang terkemuka di Indonesia. Namun, tidak banyak siswa yang mempunyai tujuan nilai yang ingin didapat oleh para siswa, sedangkan untuk lulus ujian masuk Perguruan Tinggi siswa harus mempunyai nilai yang tinggi yang sudah ditentukan oleh pihak Universitas yang dimaksud. Selain itu, sebagian siswa ada yang mempunyai jadwal belajarnya untuk mencapai harapan atau tujuan yang mereka inginkan. Strategic Planning mereka selain menentukan jadwal belajarnya siswa juga berupaya untuk mencari referensi lain selain S2DLS yang disediakan dan didesain sedemikian rupa oleh pihak sekolah. Namun, adapula siswa yang tidak mempunyai jadwal belajar dan tidak memanfaatkan S2DLS yang disediakan oleh pihak sekolah. keyakinan dalam mencapai tujuan pun tidak semua siswa merasa yakin akan kemampuan mereka dapat mengantarkan mereka kearah tujuan mereka. Hal tersebut dikarenakan merasa latihan soal yang banyak dan sering dirasa sulit. Tujuan para siswa pun bukan pemahaman secara mendalam disetiap mata pelajaran yang dipelajari termasuk mata pelajaran matematika. Mereka cenderung mementingkan

31 nilai atau output karena tuntutan sekolah dan mereka sadari bahwa masuk ke Perguruan Tinggi negeri memerlukan nilai yang tinggi. Pada fase performance/volitional Control, komponen-komponennya adalah Attention Focusing, Self Instruction/Imagery, dan Self Monitoring. Di SMA Alfa Centauri, tidak sedikit siswa yang kurang memfokuskan dirinya pada proses belajar mengajar di kelas. Ada siswa yang berbicara dengan temannya, memainkan game, dan membuka handphone di kelas pada saat guru sedang mengajar. Siswa juga kurang memperhatikan kemajuan belajarnya. Hal tersebut terlihat dari siswa yang tidak melihat apa kekurangan yang mereka kerjakan dan tidak memperbaiki kekurangan tersebut. Pada fase Self-Reflection, komponen-komponennya adalah Self Evaluation, Attributions, Self Reactions, dan Adaptivity. Di SMA Alfa Centauri, siswa ada yang suka membandingkan hasil ujian atau nilai tugasnya dengan nilai yang sebelumnya. Namun, tidak sedikit juga siswa yang tidak membandingkannya sebagai evaluasi belajarnya. Mereka cendeung menganggap hal tersebut dibiarkan berlalu saja. Selain itu, ketika siswa mengalami kegagalan dalam mendapat nilai yang memuaskan baik pada saat ujian maupun tugas, siswa menganggap mereka kurang optimal dalam mengerjakan soal dan dalam belajar untuk mempersiapkannya. Sebagian siswa ketika mengalami kegagalan juga, sebagian siswa menganggap hal tersebut sebagai pelajaran untuk ujian dan pelajaran dalam mengerjakan tugas agar lebih baik. Ketika siswa mengalami keberhasilan dalam belajarnya, para siswa mencoba menerapkan kembali cara belajar mereka. Namun, tidak sedikit juga yang tidak mengubah cara belajarnya meskipun tidak mendapatkan nilai yang tinggi.

32 Dalam proses belajar, setiap siswa akan dievaluasi proses belajarnya melalui ujian baik tengah semester maupun akhir semester. Hasil dari evaluasi tersebut akan menghasilkan angka atau nilai sebagai hasil dari proses belajarnya. Menurut Suryadi Suryabrata (2002: 23) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari hasil latihan, pengalaman yang didukung oleh kesadaran. Prestasi belajar merupakan hasil dari perubahan dalam proses belajar. Di SMA Alfa Centauri, kebanyakan siswa mendapat nilai yang rendah pada mata pelajaran Matematika yang mereka anggap sulit untuk memahaminya. Dari data prestasi matematika yang ada disekolah, banyak yang mendapatkan nilai matematika rendah atau dibawah KKM yang telah ditentukan, nilai yang terendah adalah 7 dari skala 0 sampai dengan 100. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mencoba melihat Bagaimana keeratan hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar mata pelajaran Matematika pada siswa kelas XI IPA SMA Alfa Centauri Bandung yang menggunakan Sony Sugema Digital Learning System (S2DLS)?. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Mendapatkan gambaran mengenai keeratan hubungan antara Self- Regulated Learning dengan Prestasi Belajar, dalam upaya meningkatkan proses monitoring dan pengaturan diri didalam proses belajar mengajar di SMA Alfa Centauri Bandung.

33 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai keeratan hubungan antara self-regulated Learning dengan prestasi belajar siswa kelas XI yang menggunakan Sony Sugema Digital Learning System di SMA Alfa Centauri Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi lembaga pendidikan dalam melaksanakan proses yang berkepentingan baik dipandang dari segi kegunaan ilmiah atau pun kegunaan praktis Kegunaan Teoritis Untuk menambah wawasan dan memperdalam pemahaman dalam ilmu psikologi yaitu psikologi pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan Self- Regulated Learning dan prestasi belajar Kegunaan Praktis Diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk SMA Alfa Centauri mengenai profil kemampuan Self-Regulated Learning siswa dan hubungannya dengan Prestasi Belajar sebagai masukan untuk meningkatkan Prestasi Belajar yang optimal dengan cara meningkatkan aspek-aspek kemampuan Self-Regulated Learning Siswa.

34 BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Alasan Pemilihan Teori Alasan pemilihan teori dikarenakan dalam fenomena mengenai Self-Regulated Learning, menunjukkan adanya gambaran pengaturan diri siswa dalam proses belajar dan bagaimana prestasi belajar yang mereka capai dalam mata pelajaran Matematika sebagai akibat dari pengaturan diri siswa tersebut. Adanya perencanaan tujuan yang ingin dicapai mereka dan cita-cita masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang mereka inginkan membuat siswa harus mampu mengatur dirinya dalam proses belajarnya untuk mencapai target yang mereka inginkan. Selain itu, sistem belajar yang banyak latihan belajar seperti halnya bimbingan belajar dan banyaknya tugas latihan untuk dibawa ke rumah membuat siswa harus mengatur waktu belajarnya untuk mencapai hasil yang optimal. Dari beberapa alasan yang dikemukakan oleh siswa mengenai proses belajar dan target nilai yang dimilikinya, maka peneliti melihat bagaimana gambaran pengaturan diri siswa kelas XII dalam proses belajarnya yang merupakan Self-Regulated Learning oleh (Zimmerman, 1989) oleh karena itu peneliti ingin mengangkat variabel Self-Regulated Learning sebagai variabel, dengan tujuan variabel ini dapat mengambarkan pengaturan diri dalam belajar siswa kelas XI IPA SMA Alfa Centauri Bandung yang menggunakan Sony Sugema Digital Learning System.

35 2.2 Self-Regulated Learning Pengertian Self-Regulated Learning Self-Regulated Learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan (Boekaerts dkk, 2000:453). Pintrich (dalam Yukselturk, Erman & Safure Bulut, 2009) mendefinisikan Self-Regulated Learning (SRL) sebagai (a) Berusaha keras untuk mengontrol perilaku, motivasi dan affect dan kognisi mereka, (b) Berusaha keras untuk mencapai tujuan tertentu, (c) Individu harus mengendalikan tindakannya. Zimmerman mengemukakan bahwa Self-Regulated Learning adalah kemampuan untuk menjadi partisipan yang aktif secara metakognisi, motivasi, dan perilaku (behavior) di dalam proses belajar. Pemaparan definisi diatas sejalan dengan definisi Zimmerman (1989) yang memaparkan secara umum bahwa Self-Regulated Learning pada individu dapat digambarkan melalui tingkatan atau derajat yang meliputi keaktifan berpartisipasi baik itu secara metakognisi, motivasional, maupun perilaku dalam proses belajar.

36 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Regulated Learning Zimmerman & Schunk (2001) dan Pintrich & Schunk (2002) (dalam Santrock, 2009) menyebutkan bahwa perkembangan Self-Regulated Learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya modeling dan self efficacy. Modeling merupakan sumber penting untuk menyampaikan keterampilan-keterampilan penganturan diri. Diantara keterampilan pengaturan diri dimana model dapat terlibat adalah perencanaan dan pengelolaan waktu secara efektif, perhatian dan konsentrasi, pengorganisasian dan pengodean informasi secara strategis, pembentukan lingkungan kerja yang produktif, dan penggunaan sumber-sumber sosial. Sedangkan menurut Thoresen dan Mahoney (dalam Zimmerman, 1989) memaparkan dari perspektif sosial-kognitif, bahwa keberadaan Self-Regulated Learning ditentukan oleh tiga wilayah yakni wilayah person, wilayah perilaku dan wilayah lingkungan. 1. Faktor individu (personal influences) Personal siswa merupakan salah satu faktor penting dalam Self- Regulated Learning. Salah satu bagian dalam personal siswa ini adalah self efficacy. Self efficacy ini sangat berkaitan dengan bagian-bagian lainnya dalam personal siswa, yaitu pengetahuan siswa, proses metakognitif, tujuan dan afeksi. a. Self efficacy Para ahli teori sosial kognitif mengasumsikan bahwa self efficacy merupakan variabel kunci dalam Self-Regulated Learning (Bandura dalam Zimmerman, 1989). Zimmerman (1989) mendefinisikan self efficacy

37 sebagai persepsi kemampuan diri dalam mengelola dan melakukan tindakan-tindakan yang penting untuk mencapai tingkat performa keterampilan dalam suatu tugas. b. Pengetahuan siswa Pengetahuan Self-Regulated Learning harus memiliki kualitas pengetahuan prosedural dan pengetahuan bersyarat (conditional knowledge). Pengetahuan prosedural mengarah pada pengetahuan bagaimana menggunakan strategi, sedangkan pengetahuan bersyarat merujuk pada pengetahuan kapan dan mengapa strategi itu berjalan efektif. Sebagai contoh yang menunjukkan kedua pengetahuan ini saling berhubungan adalah pengetahuan umum siswa mengenai matematika akan memberikan kontribusi terhadap kemampuan mereka untuk membagi tugas mingguan ke dalam tugas yang dikerjakan setiap hari. c. Tujuan (goal) Menetapkan sebuah tujuan, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang dalam sebuah proses belajar merupakan hal yang sangat penting. Penetapan tujuan jangka panjang merupakan langkah awal dalam mengambil keputusan metakognitif. Hal ini sesuai denga Zimmerman (1989) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan metakognitif ini tergantung pada tujuan jangka panjang siswa. d. Proses metakognitif Proses metakognitif adalah proses pengambilan keputusan yang mengatur penyeleksian dan penggunaan berbagai bentuk pengetahuan. Pengambilan

38 keputusan metakognitif ini tergantung pada tujuan jangka panjang dari siswa (Zimmerman, 1989). Dalam proses metakognitif, seseorang yang melakukan pengaturan diri dalam belajar (Self-Regulated Learning) itu merencanakan, menetapkan tujuan, mengelola, memonitor diri sendiri dan melakukan evaluasi diri selama proses kemahiran itu berlangsung (Corno, 1986, 1989; Ghatala, 1986; Pressley, Borkowski, & Schneider, 1987 dalam Zimmerman, 1990) e. Afeksi Zimmerman (1989) mengungkapkan bahwa afeki dapat juga mempengaruhi fungsi Self-Regulated Learning. Misalnya, terdapat sebuah bukti bahwa kecemasan menghambat proses metakognitif, terutama proses mengontrol tindakan. 2. Faktor perilaku (behavior) Tiga cara dalam merespon hubungan dengan analisi Self-Regulated Learning: observasi diri (self observation), penilaian diri (self judgment), dan reaksi diri (self reaction). Meskipun diasumsikan bahwa setiap komponen tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam proses pribadi yang tersembunyi (self), namun proses dari luar diri individu juga ikut berperan. Setiap komponen terdiri dari perilaku yang dapat diamati, dilatih dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, self observation, self jugment, dan self reaction dikategorikan sebagai faktor perilaku yang mempengaruhi Self- Regulated Learning. Selanjutnya, Bandura mengatakan bahwa dinamika proses beroperasinya Self-Regulated Learning antara lain terjadi dalam

39 subproses yang berisi self observation, self jugment, dan self reaction. Ketiganya memiliki hubungan yang sifatnya timbal balik seiring dengan konteks persoalan yang dihadapi. Hubungan timbal balik tidak selalu bersifat simetris melainkan lebih dominan dari aspek lainnya, demikian pula pada aspek tertentu menjadi kurang dominan. 3. Faktor lingkungan (environment) Setiap gambaran faktor lingkungan diasumsikan berinteraksi secara timbal balik dengan faktor pribadi dan perilaku. Ketika seseorang dapat memimpin dirinya, faktor pribadi digerakkan untuk mengatur perilaku secara terencana dan lingkungan belajar dengan segera. Individu diperkirakan memahami dampak lingkungan selama proses penerimaan dan mengetahui cara mengembangkan lingkungan melalui penggunaan strategi yang bervariasi. Individu yang menerapkan self regulation biasanya menggunakan strategi untuk menyusun lingkungan, mencari bantuan sosial dari guru, dan mencari informasi. Pemaparan diatas, menunjukkan bahwa selama proses Self-Regulated Learning berlangsung, ada tiga faktor yang dapat berpengaruh. Faktor-faktor tersebut adalah faktor person, perilaku dan lingkungan. Selain itu, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa Self- Regulated Learning berkaitan dengan jenis kelamin (gender) dan tingkatan (grades). Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman & Martinez-Pons (1990) menunjukkan hasil analisis mengenai perbaedaan jenis kelamin dalam penggunaan strategi Self-Regulated Learning bahwa secara signifikan

40 perempuan lebih mengingat dan memonitor diri, mengatur dan merencanakan tujuannya dibandingkan laki-laki. Selajutnya, di dalam penelitian ini juga ditemukan hasil bahwa strategi Self-Regulated Learning berkaitan secara signifikan dengan tingkatan (grades) dalam sekolah Karakteristik individu yang mempunyai Self-Regulated Learning Menurut Winne (dalam Santrock, 2009), karakteristik dari pelajar yang menggunakan Self-Regulated Learning yaitu : a. Bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi b. Menyadari keadaan emosi mereka dan memiliki strategi untuk mengelola emosinya c. Secara periodik memonitori kemajuan kearah tujuannya d. Menyesuaikan atau mempebaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat e. Mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan Dari beberapa karakteristik mengenai siswa yang menggunakan Self- Regulated Learning yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka harus memiliki motivasi yang kuat,tujuan yang akan dicapai, mampu mengelola perasaan, dan memiliki berbagai macam strategi untuk belajar.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara, yang memerlukan perhatian agar dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang yang memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu selalu belajar untuk memperoleh berbagai keterampilan dan kemampuan agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Seiring dengan berjalannya waktu, setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini lebih spesifik dibanding tingkat SMA. Disiplin ilmu yang disediakan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah usia transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanakkanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://abstrak.digilib.upi.edu/direktori/tesis/administrasi_pendidikan/ ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. (http://abstrak.digilib.upi.edu/direktori/tesis/administrasi_pendidikan/ ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan suatu bangsa. Isjoni (2006) menyatakan bahwa pendidikan adalah ujung tombak suatu negara. Tertinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. (Santrock,

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi di era globalisasi yang menuntut mahasiswa untuk terus belajar. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara demi kelangsungan kesejahteraan rakyatnya, dan untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi.

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi. LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Pernyataan Dengan ini saya bersedia secara sukarela untuk mengisi kuesioner dengan ketentuanketentuan yang ada dibawah ini. Nama : 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Academic Self-Regulation dengan Prestasi Akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2004 di Universitas X, Bandung. Sampel adalah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai melalui jenjang pendidikan dasar (SMA, MTs, dan sederajatnya). Hal ini dicantumkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Lebih terperinci

Lampiran 1 KATA PENGANTAR

Lampiran 1 KATA PENGANTAR Lampiran 1 KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian mengenai self regulation dari siswa SMA. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas ini mengelola 12 fakultas dan program studi, dan cukup dikenal di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas ini mengelola 12 fakultas dan program studi, dan cukup dikenal di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern, persaingan untuk mendapatkan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang handal semakin ketat. Setiap perusahaan, membutuhkan tenaga-tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap individu

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bejudul Studi deskriptif mengenai kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada siswa-siswi pelaku pelanggaran tata tertib sekolah (School Misdemeanor) di SMA X Bandung. Subyek

Lebih terperinci

Studi Deskriptif mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa

Studi Deskriptif mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa Riasnugrahani, Missiliana, dan Lidwina, Studi Deskriptif Mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2003 yang Memiliki IPK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan memiliki peranan stategis dalam menyiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk memberikan perawatan kepada pasien yang berada di ruang rawat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Studi Deskriptif Mengenai Kemampuan Self- Regulated Learning Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, di Universitas X Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu memberikan pengetahuan dasar dan sejumlah keterampilan khusus serta pelatihan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini didukung pula dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap individu akan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan selfregulation akademik dari siswa-siswi underachiever kelas 3 SMU IPEKA TOMANG Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR LAMPIRAN... xiii. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Pengertian dan Batasan Usia Remaja...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR LAMPIRAN... xiii. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Pengertian dan Batasan Usia Remaja... DAFTAR ISI UCAPAN TERIMAKASIH... i ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SKEMA... xi DAFTAR DIAGRAM...xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan primer. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa di Indonesia semakin meningkat. Menurut Amril Muhammad, Sekretaris

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI SELF REGULATION PADA SISWA KELAS XI DI KELAS IQ SMA PASUNDAN 1 BANDUNG. Eni Nuraeni Nugrahawati, 2 Yuaninta Sari, 3 Delis Irmawati

STUDI MENGENAI SELF REGULATION PADA SISWA KELAS XI DI KELAS IQ SMA PASUNDAN 1 BANDUNG. Eni Nuraeni Nugrahawati, 2 Yuaninta Sari, 3 Delis Irmawati Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 STUDI MENGENAI SELF REGULATION PADA SISWA KELAS XI DI KELAS IQ SMA PASUNDAN 1 BANDUNG 1 Eni Nuraeni Nugrahawati, 2 Yuaninta Sari, 3 Delis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan selfregulation pada siswa seminari di Sekolah Seminari Menengah X Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada penelitian-penelitian psikologi yang terdahulu ditemukan bahwa inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para peneliti tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Contoh peran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii ix x xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan yang telah diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan yang telah diperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan yang telah diperoleh seseorang menjadi bekal untuk masa depannya. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perhatian masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perhatian masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perhatian masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut keagamaan sangat besar. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya masalah yang timbul di

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN SELF-REGULATION DENGAN PRESTASI BALAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNISBA 1 Yuli Aslamawati, 2 Eneng Nurlailiwangi, 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung. Orientasi masa depan bidang

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengenai derajat prokrastinasi akademik pada siswa kelas 8 SMP X Bandung. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik survei. Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi yang didapatkan siswa di sekolah tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor IQ saja, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor yang berkaitan dengan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE RESITASI UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEMANDIRIAN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA BELAJAR MATEMATIKA (PTK Kelas VIII Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era yang serba maju seperti saat ini, kita dituntut untuk dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merukapan salah satu tahapan perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja terjadi pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan dibutuhkan dalam masa pembangunan yang sedang berlangsung. Melalui pendidikan sekolah berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah pelajar yang berada dalam jenjang pendidikan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah pelajar yang berada dalam jenjang pendidikan perguruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah pelajar yang berada dalam jenjang pendidikan perguruan tinggi. Pendidikan yang diperoleh di masa perguruan tinggi ini biasanya lebih spesifik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan remaja seperti tidak akan pernah ada habisnya, hal ini disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang baik maka tidak tersedia modal untuk melangkah ke depan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang baik maka tidak tersedia modal untuk melangkah ke depan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah komponen dalam hidup yang sangat penting, tanpa kesehatan yang baik maka tidak tersedia modal untuk melangkah ke depan ataupun untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya Manusia tetunya menjadi focus perhatian semua kalangan masyarakat untuk bisa semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :.

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :. Data Pribadi Nama (inisial) Kelas/No. Absen Usia Alamat/Telp :.(L/P)* :. :. :. :..... Pekerjaan Ayah/Ibu Pendidikan Ayah/Ibu Nilai raport saat ini* : / : / : a. di atas rata-rata kelas b. rata-rata kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) berperan besar dalam membentuk dan mengembangkan manusia yang berkualitas yang

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyatakan pendidikan memiliki fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting oleh setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu akan memperoleh ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang adalah masa yang penuh dengan persaingan diberbagai aspek dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) bahwa

BAB II KAJIAN TEORITIK. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) bahwa 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Koneksi Matematis Dalam pembelajaran matematika, materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi materi lainnya, atau konsep yang satu diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. performance or volitional control self regulation pada mahasiswa angkatan 2014

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. performance or volitional control self regulation pada mahasiswa angkatan 2014 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai fase performance or volitional control self regulation pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGAKSES INTERNET DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TATA BOGA DI SMK NEGERI 3 WONOSARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGAKSES INTERNET DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TATA BOGA DI SMK NEGERI 3 WONOSARI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGAKSES INTERNET DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TATA BOGA DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca merupakan kegiatan yang akrab dengan manusia. Kegiatan membaca berlangsung terus menerus selama manusia hidup. Mulai dari membaca merk makanan, judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NILAI YANG DIPERSEPSIKAN (PERASAAN,

ANALISIS PENGARUH NILAI YANG DIPERSEPSIKAN (PERASAAN, ANALISIS PENGARUH NILAI YANG DIPERSEPSIKAN (PERASAAN, KONSEP SOSIAL, KUALITAS DAN BIAYA) TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA DEALER SEPEDA MOTOR HONDA PRATAMA KURNIA KASIH DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci