BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artificial Intelligence Selama abad ke-20, sejumlah definisi Artificial Intelligence (AI) diajukan. Salah satu definisi awal AI yang masih populer adalah: "membuat komputer berpikir seperti manusia", terbukti dari banyaknya jumlah film fiksi ilmiah yang mempromosikan pandangan ini (Giarratano & Riley, 2005: 1). Selain itu, menurut Rich & Knight (2009: 3) Artificial Intelligence (AI) adalah suatu studi tentang bagaimana membuat komputer dapat melakukan hal-hal yang mana, pada saat ini, manusia lebih baik. Sedangkan menurut Russell & Norvig (2010: 1), bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau AI, bukan hanya untuk memahami sesuatu tetapi juga untuk membangun entitas kecerdasan. Pada tabel 2.1 (Russell & Norvig, 2010: 2) terdapat delapan definisi AI, yang dikelompokkan menjadi empat bagian. Definisi bagian atas terfokus pada proses pemikiran dan penalaran, sedangkan pada bagian bawah berhubungan dengan perilaku. Definisi yang terdapat pada bagian kiri menentukan keberhasilan dalam keteraturan kinerja manusia, sedangkan pada bagian kanan menentukan ukuran kinerja yang ideal, yang disebut dengan rasional. Suatu sistem disebut rasional jika sistem tersebut melakukan hal yang benar, sesuai dengan yang diketahuinya. Pendekatan yang berpusat pada manusia atau pendekatan manusiawi merupakan bagian dari ilmu empiris, yang melibatkan pengamatan dan hipotesis tentang perilaku manusia. Pendekatan rasionalis melibatkan kombinasi metematika dan teknik. (Russell & Norvig, 2010: 2). 8

2 9 Tabel 2.1 Kategori Definisi Artificial Intelligence (Russell & Norvig, 2010: 2) Berpikir manusiawi Upaya baru yang menarik untuk membuat komputer berpikir... mesin dengan pikiran, secara penuh dan harfiah." (Haugeland, 1985) "[Otomatisasi] kegiatan yang dikaitkan dengan pemikiran manusia, kegiatan seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah, pembelajaran..." (Bellman, 1978) Bertindak manusiawi "Seni menciptakan mesin yang dapat melakukan fungsi yang membutuhkan kecerdasan ketika digunakan oleh manusia." (Kurzweil, 1990) "Studi tentang bagaimana membuat komputer dapat melakukan hal-hal yang mana, pada saat ini, manusia lebih baik." (Rich dan Knight, 1991) Berpikir rasional "Studi tentang kemampuan mental melalui penggunaan model komputasi." (Charniak dan McDermott, 1985) "Studi tentang perhitungan yang memungkinkan untuk persepsi, penalaran dan pengambilan tindakan." (Winston, 1992) Bertindak rasional "Computational Intelligence mempelajari desain intelligent agents." (Poole et al., 1998) "AI... terfokus pada perilaku kecerdasan pada artefak. "(Nilsson, 1998) Menurut Giarratano dan Riley (2005: 5) sementara AI pada awalnya didefinisikan sebagai cabang dari Computer Science di abad ke-20, sekarang ini menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri yang terdiri dari berbagai bidang seperti ilmu komputer, psikologi, biologi, neuroscience, dan banyak lainnya. Gambar 2.1 menunjukkan beberapa bidang yang diminati dalam AI. Bidang sistem pakar merupakan solusi pendekatan yang sangat baik untuk metode klasik.

3 10 Gambar 2.1 Beberapa Area dalam Artificial Intelligence (Giarratano dan Riley, 2005: 5) 2.2 Sistem Pakar Menurut Giarratano & Riley (2005: 5) Professor Edward Feigenbaunn dari Universitas Stanford, seorang ahli terdahulu teknologi sistem pakar mendefinisikan sebagai program komputer cerdas yang menggunakan pengetahuan dan prosedur pendugaan untuk memecahkan masalah yang cukup sulit dimana membutuhkan seorang pakar untuk mendapatkan solusi yang signifikan. Giarratano & Riley (2005: 5) juga mengatakan bahwa yang dapat disebut sebagai pakar adalah seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yang tidak diketahui atau dimiliki oleh kebanyakan orang. Seorang pakar dapat memecahkan masalah yang kebanyakan orang tidak dapat memecahkan atau menyelesaikannya lebih efisien (tetapi tidak dengan mudahnya). Gambar 2.2 menggambarkan konsep dasar dari sebuah knowledgebased sistem pakar (Giarratano dan Riley, 2005: 6). Pengguna memberikan fakta atau informasi lain untuk sistem pakar dan menerima anjuran pakar atau kepakaran dalam merespon. Secara internal, sistem pakar terdiri dari dua

4 11 komponen utama. Basis pengetahuan (knowledge-base) yang mengandung pengetahuan yang digunakan mesin inferensi (infence engine) untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan ini merupakan respon dari sistem pakar terhadap masukan dari pengguna untuk jawaban pakar. Gambar 2.2 Konsep Dasar dari Fungsi Sistem Pakar (Giarratano dan Riley, 2005: 6) Giarratano & Riley (2005: 6) menyatakan bahwa pengetahuan seorang pakar spesifik terhadap satu domain masalah (problem domain) yang bertentangan dengan teknik pemecahan masalah umum. Sebuah domain masalah (problem domain) merupakan bidang masalah khusus seperti kedokteran, keuangan, ilmu pengetahuan, atau teknik yang dapat diselesaikan oleh pakar dengan sangat baik. Sistem pakar, seperti pakar manusia, umumnya dirancang untuk menjadi pakar dalam satu domain masalah. Pengetahuan pakar untuk memecahkan masalah tertentu disebut domain pengetahuan (knowledge domain) pakar. Gambar 2.3 menggambarkan hubungan antara masalah dan domain pengetahuan. Bagian luar domain pengetahuan (knowledge domain) melambangkan area dimana tidak ada pengetahuan tentang semua masalah di dalam domain masalah (problem domain) (Giarratano & Riley, 2005: 6-7). Giarratano & Riley (2005: 7) melanjutkan bahwa di dalam domain pengetahuan yang diketahui, sistem pakar melakukan penalaran atau membuat inferensi dengan cara yang sama seperti pakar manusia melakukan

5 12 penalaran atau menyimpulkan solusi dari suatu masalah. Dalam hal ini, diberikan beberapa fakta, yang logis, yang menghasilkan sebuah simpulan dugaan berikut dengan alasannya. Gambar 2.3 Hubungan Kemungkinan Masalah dengan Domain Pengetahuan (Giarratano dan Riley, 2005: 7) 2.3 Backward Chaining Menurut Giarratano & Riley (2005: 167) kumpulan dari serangkaian dugaan yang menghubungkan suatu masalah dengan solusinya disebut rantai. Rantai yang dilalui dari hipotesis kembali ke fakta (facts) yang mendukung hipotesis tersebut disebut backward chaining. Cara lainnya untuk mendeskripsikan backward chaining adalah dalam hal sebuah tujuan yang dapat dicapai dengan subgoal yang memuaskan. Giarratano & Riley (2005: ) mengatakan bahwa masalah utama dari backward chaining adalah menemukan rantai yang menghubungkan bukti ke hipotesis. Dalam backward chaining, penjelasan difasilitasi karena sistem dapat dengan mudah menjelaskan secara tepat tujuan apa yang ingin dicapai. Berikut adalah beberapa karakteristik umum backward chaining. Sebagai catatan, karakter ini hanya berfungsi sebagai pedoman :

6 13 Diagnosa Present to past Consequent to antecedent Goal driven, top down reasoning Work backward to find facts that support the hypothesis Depth first search facilitated Consequents determine search Explanation facilitated Giarratano & Riley (2005: ) mengatakan pada dasarnya, konsep yang lebih tinggi yang terdiri atas konsep yang lebih rendah diletakkan di atas. Jadi pemikiran dari konsep yang lebih tinggi seperti hipotesis turun ke fakta yang lebih rendah yang mendukung hipotesis disebut sebagai top down reasoning atau backward chaining. Gambar 2.4 Backward Chaining (Giarratano dan Riley, 2005:171)

7 14 Giarratano & Riley (2005: 170) menjelaskan konsep di atas bahwa untuk membuktikan atau menyangkal hipotesis H, setidaknya salah satu hipotesis di tengah, H 1, H 2, atau H 3 harus terbukti. Dapat dilihat bahwa diagram di atas digambarkan sebagai AND OR tree untuk menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, seperti H 2, semua hipotesis di bawahnya harus terpenuhi untuk mendukung hipotesis H 2. Pada kasus lainnya, seperti hipotesis paling atas, H, hanya membutuhkan satu hipotesis dibawahnya. Dalam backward chaining, sistem pada umumnya akan mendapatkan bukti dari pengguna untuk membantu dalam membuktikan atau menyangkal hipotesis. Giarratano & Riley (2005: ) mengatakan satu aspek penting dalam mendapatkan bukti adalah dengan menanyakan pertanyaan yang tepat. Pertanyaan yang tepat adalah pertanyaan yang meningkatkan efisensi dalam menentukan jawaban yang benar. Satu kebutuhan yang pasti adalah sistem pakar hanya dapat menanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan hipotesis yang hendak dibuktikan. Walaupun mungkin terdapat ratusan atau ribuan pertanyaan yang dapat ditanyakan sistem, terdapat kerugian waktu dan uang untuk memperoleh bukti untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, mengakumulasikan bukti jenis tertentu seperti hasil tes kesehatan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mungkin berbahaya bagi pasien. Menurut Giarratano & Riley (2005: ), berikut ini adalah struktur yang baik dari backward chaining. Backward chaining memfasilitasi depth first search. Pohon (tree) yang baik untuk depth first search adalah sempit dan dalam.

8 15 Gambar 2.5 Penerapan Struktur yang Baik dari Backward Chaining (Giarratano dan Riley, 2005: 172) Giarratano & Riley (2005: ) mengatakan struktur dari rules menentukan pencarian untuk solusi. Aktifasi suatu rule bergantung pada pola rule yang dirancang agar sesuai. Pola pada LHS (Left Hand Side) menentukan apakah rule dapat diaktivasi oleh fakta (facts). Aksi pada RHS (Right Hand Side) menentukan fakta yang ditegaskan dan dihapus sehingga mempengaruhi rules lainnya. Sebuah situasi sejalan terdapat pada backward chaining kecuali dalam hal hipotesis lebih digunakan dibandingkan rules. Tentu saja, hipotesis pada tingkat tengah bisa jadi merupakan rule yang disesuaikan dengan tujuannya dan bukan pendahulunya. Contoh sederhana dari IF THEN rules pada backward chaining (Giarratano & Riley, 2005: 173) : IF D THEN C IF C THEN B IF B THEN A C dan B merupakan subgoal atau hipotesis tingkat tengah yang harus dipenuhi untuk dapat membuktikan hipotesis D. Bukti A merupakan fakta yang mengindikasikan akhir generasi subgoal. Jika ada fakta A, maka D terpenuhi dan dianggap benar di dalam rantai dugaan terbalik (backward

9 inference) ini. Jika tidak terdapat A, maka hipotesis D tidak terpenuhi dan dianggap salah Java Menurut Haines (2003: 1) Java adalah bahasa pemrograman yang kaya akan fitur dengan seperangkat fungsi inheren yang kokoh untuk memberdayakan pemula melalui pakar untuk membangun aplikasi dengan kualitas tinggi. Hasilnya, sebagian besar perguruan tinggi telah memindahkan kurikulum pemrograman mereka pada Java. Tahun 1995, Sun Microsystem membuat versi Java yang dapat digunakan untuk pertama kalinya. Java memiliki artibut sebagai berikut : Java itu sederhana. Kesederhanaan tersebut berasal dari syntax yang mirip dengan C/C++ dan penghilangan fitur kompleks C/C++. Java berbasis Object-oriented. Sifat dari java object-oriented membuat pengembang untuk berpikir dalam bahasa class dan objek dibandingkan kode dan data terpisah. Class/objek berpusat pada hasil kode yang lebih mudah ditulis, dirawat dan digunakan kembali. Java diinterpretasikan. Compiler Java menterjemahkan source code ke dalam file class instruksi bytecode. Sebuah mesin virtual menguji setiap instruksi dan menggunakan arti dari intruksi tersebut untuk mengeksekusi urutan setara dengan instruksi platform itu sendiri. Java itu tangguh (robust). Program yang bermasalah tidak menghancurkan mesin virtual atau merusak platform dasarnya. Ketangguhan dicapai, sebagian, dengan tidak mendukung pointer C/C++, dengan menyediakan garbage collector untuk secara otomatis membebaskan memori yang dialokasikan secara dinamis, dengan melakukan jenis compile-time/runtime secara ketat, dan dengan menyediakan array yang sebenarnya dengan batas pengecekan. Java itu portable. Pemindahan dilakukan melalui arsitektur netral dan melalui pendefinisian bahasa yang ketat (yang memungkinkan tidak adanya ketergantungan fitur implementasi). Java itu berperforma tinggi. Banyak mesin virtual menggunakan compiler just-in-time (JIT) untuk meng-compile sebuah program

10 17 instruksi bytecode secara dinamis ke dalam instruksi platform yang spesifik (yang mengeksekusi lebih cepat dari bytecode) saat program berjalan. Java itu dinamis. Java menggunakan tipe interface untuk membedakan antara program apa yang harus dilakukan dan bagaimana tugas yang akan dicapai dapat membantu Java untuk beradaptasi pada lingkunngan yang terus berkembang, dan membuatnya lebih mudah bagi vendor untuk memodifikasi library Java tanpa merusak kode program yang menggunakan library tersebut. Definisi di atas mengimplikasikan bahwa Java bukanlah bahasa komputer biasa. Tidak seperti bahasa komputer lainnya, compiler Java tidak mengartikan source code ke dalam kode ekuivalen yang dijalankan yang berjalan secara langsung pada Microsoft Windows/Intel, Sun Solaris/SPARC, atau platform lainnya. Sebaliknya, compiler Java mengartikan source code menjadi kode eksekusi yang berjalan secara tidak langsung pada platform asli melalui mesin virtual. Mesin virtual menghasilkan interface yang ditetapkan secara baik ke dalam sebuah program instruksi bytecode Java dan mensituasikan antara program Java bytecode dan platform asli. Syntax Java mudah untuk dipelajari karena menyerupai C++, landasan object-oriented yang membuatnya intuitif, dan yang pada awalnya mengarahkan komunikasi antar perangkat jaringan yang membuat pemrograman menjadi mudah. 2.5 Jess Anda dapat menggunakan Jess sebagai rule engine. Sebuah program rule based dapat memiliki ratusan bahkan ribuan rules, dan Jess akan menerapkan pada data selanjutnya. Seringkali rules mewakili heuristic knowledge pada pakar manusia dalam sebuah domain, dan knowledge base mewakili kondisi dari sebuah situasi yang berkembang (Hill, 2003: 37). Menurut Hill (2003: 5) deftemplate sedikit mirip dengan class declaration di dalam Java. Sementara class objects memiliki anggota variabel, deftemplates memiliki slots. Setiap slots adalah penampung untuk

11 18 informasi spesifik. Sedangkan Java class adalah definisi dari tipe objek, sebuah template adalah definisi untuk sebuah tipe facts (fact pada dasarnya: sebuah informasi yang mungkin berguna). Anda akan menggunakan template untuk membuat facts mewakili setiap kombinasi. Pemrograman deklaratif biasanya cara alami untuk mengerjakan masalah yang melibatkan kontrol, diagnosa, prediksi, klasifikasi, pengenalan pola, atau banyak masalah tanpa solusi algoritma yang jelas. Dalam program rule-based, Anda hanya menulis rules individu. Program lainnya, rule engine, menetapkan rules mana yang berlaku pada waktu tertentu dan mengeksekusi yang sesuai. Hasilnya, versi rule based dari sebuah program kompleks bisa lebih pendek dan lebih mudah untuk dimengerti daripada versi prosedural. Menulis programnya lebih mudah, karena Anda bisa fokus pada rules untuk satu keadaan sekaligus (Hill, 2003: 16-17). Rule engine umumnya merupakan bagian dari pengembangan dan penempatan rule. Fitur yang ditawarkan oleh penempatan tersebut sangat luas, tergantung pada aplikasi yang dimaksudkan untuk rule engine dan pada tipe dari pemrogram yang dimaksudkan untuk mengembangkan sistem tersebut (Hill, 2003: 18). Bisnis utama dari rule engine adalah untuk menerapkan rules pada data. Yang membuat inference engine bagian pusat adalah bagian dari rule engine. Inference engine mengatur semua proses dari penerapan rules ke dalam memori yang bekerja untuk memperoleh output dari sistem (Hill, 2003 : 20). Rule base berisi semua rule yang diketahui sistem. Rule-rule tersebut mungkin hanya akan disimpan sebagai teks strings, tapi lebih sering compiler rule memprosesnya menjadi beberapa bentuk dimana inference engine dapat bekerja lebih efisien. Compiler Jess rule membangun sebuah data struktur kompleks yang di indeks, yang disebut rete network. Rete network adalah struktur data yang membuat proses rule cepat. Dalam rule engine, working memory terkadang memanggil fact base, yang berisi semua informasi dari sistem rule base yang bekerja bersamaan (Hill, 2003: 21).

12 Hasil Penelitian Sebelumnya The Analysis of Comparison of Expert System of Diagnosing Dog Disease by Certainty Factor Method and Dempster Shafer Method Permasalahan: Menurut Setyarini, Putra dan Purnama (2013) ada beberapa penyakit anjing yang paling umum dan serius belum memiliki vaksin. Penyakitpenyakit ini mengancam anjing yang tidak memiliki imunisasi yang tepat. Selain itu, ada juga para pemilik anjing yang kurang bahkan tidak memperhatikan kesehatan hewan peliharaannya karena diperlukan biaya yang cukup besar untuk membawa anjing ke dokter hewan. Oleh karena itu, penelitian ini membahas pentingnya informasi tentang penyakit pada anjing berdasarkan pada gejala penyakit dan cara-cara untuk mengatasinya. Aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada anjing dengan metode Dempster-Shafer dan Certainty Factor yang nantinya dapat digunakan untuk mengurangi dan meminimalkan risiko kematian pada anjing. Dengan harapan sistem pakar dapat seolah menjadi dokter hewan untuk mengidentifikasi penyakit anjing. Metode penelitian: Ada dua metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Metode Certainty Factor (CF) dan Metode Dempster-Shafer. Dalam metode Certainty Factor (CF), untuk mengungkapkan tingkat kepercayaan, nilai yang disebut faktor kepastian (CF) digunakan untuk mengasumsikan tingkat kepercayaan seorang ahli pada data yang digunakan. Certainty Factor (CF) memperkenalkan konsep keyakinan dan ketidakyakinan. Oleh karena itu, untuk alasan tentang tingkat kepastian, digunakan CF. Metode kedua yang digunakan adalah Metode Dempster-Shafer, metode ini didasarkan pada dua ide. Ide pertama adalah untuk mendapatkan tingkat kepercayaan untuk satu pertanyaan dari probabilitas subjektif untuk pertanyaan yang terkait, dan yang kedua adalah aturan untuk menggabungkan keyakinan yang didasarkan pada tingkat kepastian.

13 20 Kedua pendekatan inilah yang digunakan dan kemudian dibandingkan dengan hasil diagnosa, yang memiliki tingkat akurasi tertinggi yang mendekati diagnosa dari seorang ahli. Hasil: Pada penelitian ini ada perbandingan yang relevan antara metode Certainty Factor dan metode Dempster-Shafer. Metode Certainty Factor memiliki perhitungan yang lebih sederhana dibandingkan dengan metode Dempster-Shafer. Metode Dempster-Shafer lebih baik daripada Certainty Factor karena dalam menentukan hasil persentase kepercayaan mempertimbangkan nilai dari semua variabel yang digunakan dalam kombinasi tersebut dengan persamaan kombinasi Dempster s Rule yang menghasilkan nilai perhitungan yang lebih bervariasi dan lebih akurat. Jadi berdasarkan jurnal ini, Dempster-Shafer adalah salah satu nilai ketidakpastian yang memiliki cara penyelesaian yang baik dalam menentukan persentase dari nilai keyakinan. Keakuratan dari analisis setiap metode diuji dengan menilai hasil dari setiap metode analisis yang didasarkan pada apa yang diberikan oleh pengguna. Hasil analisis sudah benar apabila dinilai dari sudut pandang ahli A Rule Based Expert System for Rose Plant Permasalahan : Menurut Sarma (2012) dibutuhkannya sistem pakar untuk transfer informasi teknis pada bidang pertanian, diidentifikasikan dengan mengenali masalah dalam menggunakan sistem tradisional untuk transfer informasi teknis. Dan membuktikan bahwa sistem pakar dapat membantu mengatasi masalah yang dibahas dan layak untuk dikembangkan. Pada penelitian ini disajikan mesin inferensi yang beroperasi dengan metode forward chaining. Dalam rule-based sistem pakar tanaman mawar ini gejala diambil sebagai input dan menghasilkan penyakit yang tepat dengan semua fakta dan aturan yang sesuai dengan basis pengetahuan (knowledge base). Sistem rule-based ini terdiri dari; basis pengetahuan (knowledge base),

14 21 inference engine, user interface, pakar dan pengguna. Sistem rule-based ini dikembangkan berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari berbagai ahli dari sisi pertanian dan dikembangkan menjadi 150 rule. Metode penelitian : Dalam menjalankan sistem pakar rule-based digunakan metode forward chaining untuk mengeksekusi tidakan setiap kali muncul pada daftar aksi rule yang kondisinya benar. Dengan melibatkan penempatan nilai ke atribut, mengevaluasi kondisi, dan memeriksa untuk melihat apakah semua kondisi dalam rule terpenuhi. Pada sistem forward chaining : 1. Fakta-fakta terdapat dalam memori kerja. 2. Kondisi-kondisi rule merupakan tindakan yang harus diambil ketika fakta-fakta tertentu terjadi dalam memori kerja. 3. Biasanya tindakan melibatkan menambahkan atau menghapus fakta dari memori kerja. Pertama beberapa resolusi strategi konflik harus digunakan untuk menentukan rule pertama yang ditembakkan. Metodenya adalah menembakkan aturan yang didefinisikan oleh perancang sistem terlebih dahulu. Proses forward chaining untuk basis pengetahuan adalah : Basis pengetahuan berisi lima rules. Forward chaining mengumpulkan semua nilai atribut terlebih dahulu. Setelah input, terinfeksi ke nilai atribut disimpan dalam facts dan pertanyaan berikutnya ditampilkan dalam user interface. Hasil : Sistem pakar merupakan suatu set penting dari aplikasi Artificial Intelligence dalam masalah komersial, seperti halnya ilmu pengetahuan. Sistem rule-based saat ini yang paling maju dalam pembangunan sistem lingkungan mereka dan kemampuan penjelasan, dan telah digunakan untuk membangun banyak program demonstrasi. Sebagian besar program bekerja

15 22 pada analisis tugas-tugas seperti diagnosa medis, troubleshooting elektronik, atau intepretasi data. Penekanan utama pada rule-based sistem pakar tanaman mawar ini adalah memiliki interface yang dirancang dengan baik untuk memberikan penyakit dibidang hortikultura (mawar) dengan menyediakan fasilitas seperti interaksi dinamis antara sistem pakar dan pengguna tanpa perlu ahli setiap saat Dog Disease Expert System Permasalahan : Nestorovic (2010) mengembangkan sistem pakar untuk mendeteksi penyakit pada anjing dengan membandingkan dua metode algoritma yaitu backward chaining dan forward chaining. Kedua algoritma menyampaikan facts tentang masalah: FACTS (name, value, certainty, completeness). Setiap fact mempunyai simbolik name dan memiliki value. Nilai certainty membawa informasi tentang bagaimana sistem yakin dengan fact. Completeness mengekspresikan level dari keseluruhan kesimpulan. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk menangkap gagasan ringan sementara dari gejala penyakit anjing beberapa untuk penyakit spesifik tertentu (contohnya quinsy), sedangkan lainnya dilihat dengan banyak penyakit lainnya (contohnya suhu tinggi atau demam). Metode penelitian: Setiap kesimpulan fact diatur dengan tiga parameter completeness, certainty, dan relevance. Proses perhitungan untuk bingkai kerja matematika yang menggunakan bentuk fungsi menurun (contoh : f(x) = 1/ xn, dimana a>1 dan x <A; B> dimana A, B R). Certainty dan completeness dari fact dihitung berdasarkan pada persamaan berikut (cert = certainty, rel = relevance, comp = completeness). Pertimbangkan operator disjungsi logis. Implementasi kerangka mengikuti langkah-langkah berikut.

16 23 1. Urutkan operand sesuai dengan kepastian secara menurun, yaitu facts tertentu berada diurutan pertama, sementara facts dengan kepercayaan rendah atau tidak ada diurutan terakhir. 2. Bagi domain <A;B> dari fungsi f(x) secara proporsional menjadi operand relevansi. Biarkan operand O didefinisikan dalam interval <AO; BO>, dimana AO, BO R. 3. Hitung bobot operand sebagai integral tertentu dari f(x). Sistem pakar diterapkan dalam domain penyakit anjing eksperimental dengan pengetahuan tentang enam penyakit hasil dari (Prochazka, 1989), dan diuji oleh dokter hewan profesional untuk membuktikan kebenaran sistem. Hasil: Penelitian ini memperlihatkan pendekatan peneliti dengan mekanisme optimasi penalaran. Target peneliti adalah untuk menunjukkan gagasan pokok dan menyajikan algoritma dalam cara yang komprehensif.

17 Tabel 2.2 Simpulan Hasil Penelitian Sebelumnya No. Nama Jurnal Permasalahan Metode Penelitian Hasil 1. The Analysis of Comparison of Beberapa penyakit anjing yang 1. Metode Certainty Factor (CF), untuk Metode Certainty Factor memiliki Expert System of Diagnosing paling umum dan serius mengancam mengungkapkan tingkat kepercayaan. perhitungan yang lebih sederhana Dog Disease by Certainty anjing yang belum melakukan Nilai yang disebut faktor kepastian dibandingkan dengan metode Dempster- Factor Method and Dempster vaksin yang tepat. Banyak pemilik (CF) digunakan untuk Shafer. Namun, metode Dempster- Shafer Method anjing yang kurang bahkan tidak mengasumsikan tingkat kepercayaan Shafer lebih baik daripada Certainty memperhatikan kesehatan hewan seorang ahli untuk data yang Factor karena menghasilkan nilai peliharaannya karena diperlukan digunakan. perhitungan yang lebih bervariasi dan biaya yang cukup besar untuk membawa anjing ke dokter hewan. 2. Metode Dempster-Shafer, dimana metode ini menggunakan dua tahapan lebih akurat. yaitu mendapatkan tingkat kepercayaan satu pertanyaan dari probabilitas subjektif untuk pertanyaan terkait dan aturan (rule) untuk mengkombinasi-kan kepercayaan berdasarkan tingkatnya. Metode ini mempertim-bangkan nilai dari semua variabel yang digunakan 24

18 25 dalam kombinasi tersebut dengan persamaan kombinasi Dempster s Rule. 2. A Rule Based Expert System for Dibutuhkannya sistem pakar untuk Metode forward chaining untuk Penekanan utama pada sistem pakar Rose Plant transfer informasi teknis pada mengeksekusi tidakan setiap kali tindakan rule-based tanaman mawar ini adalah bidang pertanian yang tersebut muncul pada daftar aksi rule memiliki interface yang dirancang diidentifikasikan dengan yang kondisinya benar. Metode ini dengan baik untuk memberikan penyakit menggunakan sistem tradisional melibatkan penempatan nilai ke atribut, di bidang hortikultura (mawar) dengan untuk transfer informasi teknis dan mengevaluasi kondisi, dan memeriksa menyediakan fasilitas seperti interaksi membuktikan sistem pakar dapat untuk melihat apakah semua kondisi dinamis antara sistem pakar dan mengatasi masalah yang diajukan dalam rule terpenuhi. pengguna tanpa perlunya kehadiran ahli dan dapat dikembangkan. setiap saat. 3. Dog Disease Expert System Menyederhanakan sistem pakar untuk mendeteksi penyakit pada anjing. Setiap permasalahan dijalankan suatu siklus yang terdiri atas dua fase : pengajuan pertanyaan atau menentukan hipotesis akhir (backward chaining) dan inferensi pengetahuan (forward chaining). Kemudian, dilakukan optimalisasi terkait pertanyaan mana yang paling cepat menuju hipotesis terbaik berdasarkan algoritma alpha-beta pruning. Sistem pakar ini dapat memperlihatkan pendekatan peneliti dengan mekanisme optimasi penalaran. Penelitian juga digunakan untuk menunjukkan gagasan pokok dan menyajikan algoritma dalam cara yang komprehensif.

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MENULAR PADA ANJING DENGAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MENULAR PADA ANJING DENGAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MENULAR PADA ANJING DENGAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING Maria Frederika Fresia*, Fajriah Isnaini*, Meidy Hemawatie W.A* School of Computer Science, Bina Nusantara University,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, sedangkan

Lebih terperinci

Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya

Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya Sistem Pakar Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya Referensi Giarrantano, J. and G.Riley bab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing ialah hewan yang dapat beradaptasi dengan mudah dan menjadi teman baik manusia sehingga banyak yang disayangi (Setyarini, Putra, & Purnawan, 2013). Wells (2007)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Yogyakarta, 22 Juli 2009 PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Ana Kurniawati, Marliza Ganefi, dan Dyah Cita

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Pakar (James Martin & Steve Osman, 1988, halaman 30)

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Pakar (James Martin & Steve Osman, 1988, halaman 30) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Konsep Dasar Sistem Pakar Sistem pakar adalah program komputer cerdas yang menggunakan pengetahuan dan prosedur-prosedur inferensi untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 3.1 Sistem Pakar Sistem pakar adalah suatu program komputer cerdas yang menggunakan knowledge (pengetahuan) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. Di dalam bidang kecerdasan buatan, termasuk

Lebih terperinci

Sistem Pakar Dasar. Ari Fadli

Sistem Pakar Dasar. Ari Fadli Sistem Pakar Dasar Ari Fadli fadli.te.unsoed@gmail http://fadli84.wordpress.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG Jurnal Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 65 SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG Tati Harihayati 1, Luthfi Kurnia 2 1,2 Program

Lebih terperinci

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Mardiah Fadhli Politeknik Caltex Riau Jl. Umbansari No.1, telp/fax: 0761 53939/0761 554224 e-mail: rika@pcr.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR DEFINISI System yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan para ahli. ES dikembangkan

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi 1 MODEL HEURISTIK N. Tri Suswanto Saptadi 2 Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan model Heuristik untuk menyelesaikan masalah dengan pencarian solusi terbaik. 1 3 Model

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Sistem Pakar. Sistem Pakar 1/17

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Sistem Pakar. Sistem Pakar 1/17 Sistem Pakar Sistem Pakar 1/17 Outline Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-Ciri Aplikasi dan Pengembangan Referensi Giarrantano,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecerdasan buatan atau artificial intelligence merupakan bagian dari ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Sry Yunarti Program Studi Sistem Informasi STMIK Profesional Makassar yeye_rumbu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN APLIKASI KECERDASAN BUATAN PENGANTAR SISTEM PAKAR Shinta P. Sari Prodi. Informatika Fasilkom UIGM, 2017 Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi Siapakah pakar/ahli Expert System Seorang pakar atau ahli adalah: seorang individu yang memiliki kemampuan pemahaman superior dari suatu masalah By: Uro Abdulrohim, S.Kom, MT Definisi Program komputer

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom SISTEM PAKAR Entin Martiana, S.Kom, M.Kom EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR) Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media konsultasi merupakan sebuah media atau sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara seorang pakar dengan pengguna. Dalam bidang medis kegiatan konsultasi

Lebih terperinci

Visualisasi Konsep Umum Sistem Pakar Berbasis Multimedia

Visualisasi Konsep Umum Sistem Pakar Berbasis Multimedia Riau Journal Of Computer Science Vol.3 No.1 Januari 2016 : 17-22 17 Visualisasi Konsep Umum Sistem Pakar Berbasis Multimedia B. HERAWAN HAYADI 1 1 Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Pasir Pengaraian

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS SISTEM PAKAR Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS Defenisi Sistem Pakar 1. Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU 060823019 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING 1 Diah Malis Oktaviani (0089), 2 Tita Puspitasari (0365) Program Studi Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING Agus Sasmito Aribowo 1), Siti Khomsah 2) 1) Teknik Informatika. UPN Veteran Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakar Definisi Pakar (Human Expert) adalah seseorang yang telah mempelajari fakta- fakta, buku teks, dan pengetahuan bidangnya, serta mengembangkan pengetahuan yang telah terdokumentasi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Visualisasi Sistem Pakar Dalam Menganalisis Tes Kepribadian Manusia (Empat Aspek Tes Kepribadian Peter Lauster) Sri Winiarti

Lebih terperinci

DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR Disusun oleh : Nama : Niko Arieswara NIM : A11.2003.01520 Program Studi : Teknik Informatika FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. internet. Kemampuan komputer dalam mengolah angka menjadi sebuah data

BAB 1 PENDAHULUAN. internet. Kemampuan komputer dalam mengolah angka menjadi sebuah data BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Ilmu dan Teknologi yang semakin pesat khususnya dalam bidang komputer dan Teknologi Informasi membuat komputer merupakan perangkat yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat sekarang ini terutama dalam bidang teknik informasi telah menjadikan informasi merupakan kebutuhan yang sangat penting.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE

PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE Luky Agus Hermanto, ST., MT. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arif Rahman Hakim

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 16 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Pakar Sistem pakar adalah suatu program komputer yang mengandung pengetahuan dari satu atau lebih pakar manusia mengenai suatu bidang spesifik. Jenis program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun sistem informasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PAKAR

MENGENAL SISTEM PAKAR MENGENAL SISTEM PAKAR Bidang teknik kecerdasan buatan yang paling popular saat ini adalah system pakar. Ini disebabkan penerapannya diberbagai bidang, baik dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan terutama

Lebih terperinci

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining Maria Shusanti F Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkonsultasi dengan seorang pakar atau ahli. Seorang pakar adalah seseorang yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkonsultasi dengan seorang pakar atau ahli. Seorang pakar adalah seseorang yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pakar Ketika dihadapkan pada sebuah kasus dan diharuskan membuat suatu keputusan yang komplek untuk memecahkan suatu masalah, tidak jarang kita meminta nasehat atau berkonsultasi

Lebih terperinci

Feresi Daeli ( )

Feresi Daeli ( ) SISTEM PAKAR DALAM MENENTUKAN TINGKAT IQ ANAK YANG MENGALAMI RETERDASI MENTAL DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR (STUDI KASUS: PENDIDIKAN SLB/B KARYA MURNI) Feresi Daeli (0911526) Mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH Putri Kurnia Handayani Jurusan Sistem Informasi Universitas Muria Kudus PO BOX 53 Gondangmanis Kudus e-mail : pu3_kurnia@yahoo.com

Lebih terperinci

PERANCANGA SISTEM PAKAR PENDETEKSI GANGGUAN KEHAMILAN ABSTRAK

PERANCANGA SISTEM PAKAR PENDETEKSI GANGGUAN KEHAMILAN ABSTRAK PERANCANGA SISTEM PAKAR PENDETEKSI GANGGUAN KEHAMILAN Budiya Surya Putra, S.Kom. ABSTRAK Sistem pakar pendeteksian gangguan kehamilam ini merupakan sistem untuk mengetahui jenis-jenis gangguan kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Jantung adalah sebuah otot yang memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot jantung mati sewaktu

Lebih terperinci

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS Agus Sasmito Aribowo Teknik Informatika. UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari no 2 Tambakbayan 55281

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gejala penyakit merupakan awal timbulnya sebuah penyakit yang dapat membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali diabaikan sehingga membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah internet dimulai pada 1969 ketika Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Dan Manfaat

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Dan Manfaat PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan ditemukannya penyakit-penyakit tropis baru yang belum teridentifikasi sebelumnya. Para dokter ahli

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG BERBASIS WEB (STUDI KASUS : DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KAB INHIL)

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG BERBASIS WEB (STUDI KASUS : DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KAB INHIL) SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG BERBASIS WEB (STUDI KASUS : DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KAB INHIL) Armansyah, Dwi Yuli Prasetyo Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan

Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Ginjal dengan Metode Backward Chaining Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan Abstrak Sistem pakar adalah sistem berbasis

Lebih terperinci

By: Sulindawaty, M.Kom

By: Sulindawaty, M.Kom By: Sulindawaty, M.Kom 1 Kata Pengantar Sistem Pakar adalah mata kuliah yang mendukung untuk membuat aplikasi yang dapat memecahkan masalah dengan pengetahuan seorang pakar yang di dimasukkan dalam komputer.

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER 1 Yasidah Nur Istiqomah (07018047), 2 Abdul Fadlil (0510076701) 1 Program Studi Teknik Informatika 2 Program

Lebih terperinci

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG Nurmahaludin (1), Gunawan Rudi Cahyono (1) mahaludin@poliban.ac.id (1),

Lebih terperinci

Pertemuan 4 LINGKUP DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DAN EXPERT SYSTEM (ES)

Pertemuan 4 LINGKUP DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DAN EXPERT SYSTEM (ES) Pertemuan 4 LINGKUP DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DAN EXPERT SYSTEM (ES) Pengembangan Pendekatan SPK Pengembangan Pendekatan SPK Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle/SDLC), mrpkn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan substansi yang dapat mengurangi gejala hingga menyembuhkan penyakit. Obat-obatan banyak yang beredar dan dijual bebas di pasaran. Ada yang bebas dibeli,

Lebih terperinci

Soal UAS Pengantar Kecerdasan Buatan. Kelas 3IA01, 03, 05, 07, 11, 13, 14, 17, 18, 19, 21, 22 dan 23

Soal UAS Pengantar Kecerdasan Buatan. Kelas 3IA01, 03, 05, 07, 11, 13, 14, 17, 18, 19, 21, 22 dan 23 Soal UAS Pengantar Kecerdasan Buatan Kelas 3IA01, 03, 05, 07, 11, 13, 14, 17, 18, 19, 21, 22 dan 23 1. Pengertian kecerdasan menurut Winston dan Pendergast, 1994. Kecuali : a. Kemampuan belajar atau mengerti

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING Wisha Alvaliani Wirata (1) Rosa Delima (2) Katon Wijana (3) wisha_alvaliani@yahoo.co.id rosa@ukdw.ac.id katony@ukdw.ac.id Abstraksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PADA MESIN FOTOCOPY CANON MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PADA MESIN FOTOCOPY CANON MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PADA MESIN FOTOCOPY CANON MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING Yanuar Arifin 1), Tubagus Purwo Rusmiadi 2), Cahyo Darujati 3). Program Studi Sistem Informasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas mengenai uraian singkat hasil-hasil penelitian atau analisis terdahulu yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan ditinjau dalam Tugas Akhir.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING HARIYADI Program Studi Teknik Elektro UMSB ABSTRAK Nilai IP (Indeks

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DALAM MEMBANGUN SUATU APLIKASI

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DALAM MEMBANGUN SUATU APLIKASI PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DALAM MEMBANGUN SUATU APLIKASI Muhammad Dahria Program Studi Sistem Informasi, STMIK Triguna Dharma m.dahria@gmail.com ABSTRACT: Expert system is one branch of AI (Artificial

Lebih terperinci

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAK Hampir tidak ada penyakit anak yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Nama Mata Kuliah : Kecerdasan Buatan Kode Mata Kuliah : TI 037 Bobot Kredit : 3 SKS Semester Penempatan : VI Kedudukan Mata Kuliah : Mata Kuliah Keahlian Berkarya Mata Kuliah

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL

SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL Achmad Solichin Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan,

Lebih terperinci

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian Helen Sastypratiwi 1, Fatma Agus Setyaningsih 2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Jl. Ahmad Yani,

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164 EXPERT SYSTEM APPLICATION FOR FIRST AID DIAGNOSE FEVER Shela Shelina Undergraduate Program, Information Systems Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Expert System, General Disease

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGANTAR KECERDASAN BUATAN (AK ) (**) FAKULTAS / JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA / S-1 SKS/SEMESTER : 2/8

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGANTAR KECERDASAN BUATAN (AK ) (**) FAKULTAS / JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA / S-1 SKS/SEMESTER : 2/8 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGANTAR KECERDASAN BUATAN (AK-045218) (**) FAKULTAS / JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA / S-1 SKS/SEMESTER : 2/8 Minggu Pokok Bahasan Ke Dan TIU 1 Pengenalan (KB) 2

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR Aswita Andini Dea Fani Aneke Putri Jurusan Sistem Informasi STMIK PALCOMTECH Palembang Abstrak Sistem pakar untuk diagnosa penyakit

Lebih terperinci

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR Yeni Agus Nurhuda 1, Sri Hartati 2 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Teknokrat Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam 9-11 Labuhan Ratu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komputer adalah internet atau International Networking merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. komputer adalah internet atau International Networking merupakan sarana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan teknologi komputer mengalami kemajuan yang sangat pesat. Salah satu sarana pendukung dalam kemajuan teknologi komputer adalah internet

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. (Expert System) L/O/G/O

SISTEM PAKAR. (Expert System) L/O/G/O SISTEM PAKAR (Expert System) L/O/G/O Latar Belakang E/S Sistem Pakar memberikan banyak keuntungan bagi operasi perusahaan dan manajer, tetapi memiliki keterbatasan significan. Artificial Intelligence merupakan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 2, (2017) 57 SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID Aditiawarman 1, Helfi Nasution 2, Tursina 3 Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji 1 SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Agam Krisna Setiaji Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro,

Lebih terperinci

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini komputer dapat dipakai untuk membantu orang dalam memecahkan masalah. Semakin cerdas sistem itu dan semakin ditingkatkan level penanganan informasinya,

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autis merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial, komunikasi verbal (bahasa) dan non-verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup minat, kognisi

Lebih terperinci

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Pakar Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti

Lebih terperinci

Troubleshooting PC dengan Sistem Pakar

Troubleshooting PC dengan Sistem Pakar Endang Supriyati * Diterima : 13 Maret 2012 disetujui : 9 Mei 2012 diterbitkan : 20 Juni 2012 ABSTRACT Troubleshoting Personal Computer with expert systems allow anyone who is having problems with the

Lebih terperinci

INTELEGENSI BUATAN. Sistem Pakar. M. Miftakul Amin, M. Eng. website :

INTELEGENSI BUATAN. Sistem Pakar. M. Miftakul Amin, M. Eng.   website : INTELEGENSI BUATAN Sistem Pakar M. Miftakul Amin, M. Eng. e-mail: mmiftakulamin@gmail.com website : http://mafisamin.web.ugm.ac.id Jurusan Teknik Komputer Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang 2015 1 Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) (Nasopharyngeal carcinoma = NPC) merupakan penyakit tumor ganas yang mempunyai distribusi endemic diseluruh dunia dengan variasi kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan penduduk salah satunya adalah menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), mulai dari tindakan

Lebih terperinci

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR (Sistem Pakar) Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR Kecerdasan Buatan adalah salah satu bidang ilmu komputer yang mendayagunakan komputer sehingga dapat berperilaku cerdas seperti manusia. Cabang-cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta terkadang sulit untuk menemui seorang ahli/pakar dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. serta terkadang sulit untuk menemui seorang ahli/pakar dalam keadaan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit pada kucing, seringkali membuat pemiliknya merasa bingung karena kurangnya pengetahuan pemilik tentang penyakit binatang tersebut. Permasalahan yang sering

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENYAKIT LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR PENYAKIT LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING F.1 SISTEM PAKAR PENYAKIT LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Andi Nurkholis *, Dina Sri Lestari Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan,

Lebih terperinci

Diagnosis Desease of Down Syndrome In Children with Forward Chaining Methods

Diagnosis Desease of Down Syndrome In Children with Forward Chaining Methods Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017 ISBN: 978-602-70570-5-0 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017 Diagnosis

Lebih terperinci

BAB I Pengenalan Kecerdasan Buatan (Artificial Inteligent / AI ) Created A.Tohir from Dosen Mr.Zulkifli

BAB I Pengenalan Kecerdasan Buatan (Artificial Inteligent / AI ) Created A.Tohir from Dosen Mr.Zulkifli BAB I Pengenalan Kecerdasan Buatan (Artificial Inteligent / AI ) Created A.Tohir from Dosen Mr.Zulkifli Definisi Kecerdasan Buatan Merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer Yang membuat agar mesin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thyroid adalah kelenjar endokrin manusia berbentuk menyerupai kupu-kupu yang terletak di bagian leher. Namun, kelenjar kecil yang memiliki fungsi yang signifikan bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ada beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan mengenai Penerapan Metode Probabilitas Bayesian dan Nearest Neighbour dalam Sistem Pakar Berbasis Case

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar

Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar Definisi Kecerdasan Buatan Sistem Pakar Database Pengetahuan (Knowledge Base) Penalar (Inference Engine) Bahasa Pemrograman Sistem Pakar (Development Engine) SISTEM PAKAR

Lebih terperinci

FORWARD & BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR

FORWARD & BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR FORWARD & BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR Inferensi Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau implikasi berdasarkan informasi yang tersedia Merupakan proses untuk menghasilkan informasi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN(SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN(SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN(SAP) Nama Mata Kuliah : Kecerdasan Buatan Kode Mata Kuliah : SI 044 Bobot Kredit : 3 SKS Semester Penempatan : 3 Kedudukan Mata Kuliah : Mata Kuliah Prasyarat : - Penanggung Jawab

Lebih terperinci

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning Nur Nafi iyah dkk: Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit 20 Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning Nur Nafi iyah dan Endang Setyati Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu proses dan cara berpikir manusia yang disebut sebagai artificial

BAB I PENDAHULUAN. membantu proses dan cara berpikir manusia yang disebut sebagai artificial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya pengetahuan, teknologi komputer juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan berkembangnya

Lebih terperinci

TAKARIR. : pelacakan yang dimulai dari tujuan, selanjutnya. dicari aturan yang memiliki tujuan tersebut untuk. kesimpulannya

TAKARIR. : pelacakan yang dimulai dari tujuan, selanjutnya. dicari aturan yang memiliki tujuan tersebut untuk. kesimpulannya TAKARIR Analysis Artificial Intelligence Backward chaining : analisis : kecerdasan buatan : pelacakan yang dimulai dari tujuan, selanjutnya dicari aturan yang memiliki tujuan tersebut untuk kesimpulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini. Internet atau yang sering disebut sebagai dunia maya bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini. Internet atau yang sering disebut sebagai dunia maya bukanlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan teknologi dan informasi sangat diperlukan bagi setiap perusahaan atau instansi. Untuk mengelola informasi dibutuhkan teknologi yang baik,

Lebih terperinci

SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN PENDAHULUAN HENKI FDS R

SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN PENDAHULUAN HENKI FDS R SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN PENDAHULUAN HENKI FDS R DESKRIPSI PERKULIAHAN Mata Kuliah Sistem Berbasis Pengetahuan (2 SKS) Tujuan : Mhs mampu memahami SBP : karakteristik, penggunaan, manfaat dan arsitektur

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : SISTEM CERDAS (AK014226) FAKULTAS / JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER / D3 SKS/SEMESTER : 2/5

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : SISTEM CERDAS (AK014226) FAKULTAS / JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER / D3 SKS/SEMESTER : 2/5 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : SISTEM CERDAS (AK014226) FAKULTAS / JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER / D3 SKS/SEMESTER : 2/5 Minggu Ke Pokok Bahasan Dan TIU 1 Pengenalan Intelegensi Buatan (KB) konsep

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA BURUNG MURAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA BURUNG MURAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA BURUNG MURAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom.)

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Sistem Kecerdasan Buatan : AK012229 / 2 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengenalan Intelegensi Buatan (KB) konsep Intelegensi

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR ASPHYXPERT UNTUK DIFERENSIAL DIAGNOSA DAN TATALAKSANA PENANGANAN DINI UNTUK PENYAKIT SESAK NAPAS. KHAIRUNNISA, S.Pd., M.

SISTEM PAKAR ASPHYXPERT UNTUK DIFERENSIAL DIAGNOSA DAN TATALAKSANA PENANGANAN DINI UNTUK PENYAKIT SESAK NAPAS. KHAIRUNNISA, S.Pd., M. SISTEM PAKAR ASPHYXPERT UNTUK DIFERENSIAL DIAGNOSA DAN TATALAKSANA PENANGANAN DINI UNTUK PENYAKIT SESAK NAPAS KHAIRUNNISA, S.Pd., M.Cs Abstrak. Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT

PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT Sri Winiarti Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email : daffal02@yahoo.com ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID Imas Siti Munawaroh¹, Dini Destiani Siti Fatimah² Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi Informasi

Pengantar Teknologi Informasi Pengantar Teknologi Informasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Defri Kurniawan, M.Kom Fasilkom 1/7/2016 What s Artificial Intelligence What is Artificial Intelligence (AI) Cabang Science yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan sistematika tahapan yang dilaksanakan selama penelitian tugas akhir. Secara garis besar metodologi penelitian tugas akhir ini dapat dilihat

Lebih terperinci