TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Rumput kebar
|
|
- Farida Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Umum Rumput Kebar Rumput kebar bukan tumbuhan rumput-rumputan (Graminae) tetapi merupakan tanaman perdu yang termasuk kelas Dycotiledoneae, family Oxalidaceae, genus Biophytum, species Biophytum petersianum Klotzsch (Veldkamp 1976). Ciri-ciri tumbuhan ini yaitu penducle berukuran pendek, daun berbentuk obovate/umumnya bulat, mengumpul dan berpasangan, pucuk daun 3 9 pasang. Di bagian tengah, daun berbentuk rosette, berwarna kuning, jingga atau merah. Bakal buah menumpang dan berlekuk/bersegi lima. Buah kotak atau buni mengandung biji berukuran kecil. Tumbuhan ini berumah satu yaitu bunga jantan dan betina berada pada satu tumbuhan. Rumput kebar (Gambar 1) tumbuh pada ketinggian m diatas permukaan laut. Tumbuhan ini biasanya tumbuh bersama dengan Paspalum konyugatum dan Imperata cylindrica. Rumput kebar tumbuh pada permeabilitas tanah sedang (4,01 cm/jam 5,17 cm/jam), ph tanah agak masam sampai masam (5,6 4,6), kandungan sulfur tanah 0,04% - 0,2%. Tumbuhan ini banyak ditemukan di daerah iklim basah dengan curah hujan rata-rata 2383 mm/tahun, suhu 26,68 0 C, kelembaban 82,97% dan intensitas cahaya matahari 64,87 lux (Imbiri 1997). Gambar 1 Rumput kebar
2 Komposisi Kimia Rumput Kebar Hasil analisis komposisi kimia rumput kebar menunjukkan kandungan protein kasar, serat kasar, lemak kasar, Beta-N, mineral-mineral dan vitaminvitamin yang cukup baik (Tabel 1). Walaupun kandungan protein kasar dan lemak tidak begitu tinggi namun kandungan kalsium, fosfor, vitamin A dan vitamin E nya cukup tinggi. Tabel 1 Komposisi kimia rumput kebar (Sadsoeitoeboen 2005). No Bahan Penyusun Jumlah (%) 1. Bahan kering 89,06 2. Abu 12,76 3. Protein kasar 7,35 4. Serat kasar 35,85 5. Lemak kasar 0,72 6. Beta-N 32,38 7. Calsium (Ca) 1,52 8. Posfor (P) 0,60 9. NaCl 0, Vitamin A (IU) 199, Vitamin E (IU) 13,27 Hasil analisis komposisi kimia yang terdapat pada rumput kebar terlihat bahwa rumput kebar mengandung hampir semua kebutuhan nutrisi untuk aktivitas reproduksi. Menurut hasil penelitian Sadsoeitoboen (2005) ekstrak rumput kebar memiliki empat jenis protein dengan Berat Molekul (BM) masing-masing ,731, ,583, ,176 dan ,136 dalton. Berdasarkan hasil analisis elektroforesis, rumput kebar memiliki dua jenis protein yang BM-nya hampir sama dengan BM hormon Pregnant Mare Serum Gonadothropin (PMSG), yaitu pada BM ,583 dan ,136 dalton. Telah diketahui bahwa PMSG mengandung Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Partodiharjo (1992) menyatakan bahwa FSH dan LH memiliki BM yang berkisar antara sampai dalton. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis secara rinci pada protein dengan BM tersebut diatas mengikuti komposisi asam aminonya dan jenis protein secara khusus. Selain itu, rumput kebar juga mengandung asam-asam amino yang dibutuhkan untuk aktivitas reproduksi (Tabel 2).
3 Tabel 2 Komposisi asam amino rumput kebar (Sadsoeitoeboen 2005). No Jenis Asam Amino Jumlah (%) 1. Asam Aspartat 0, Asam Glutamat 0, Serin 0, Glisin 0, Histidin 0, Arginin 0, Treonin 0, Alanin 0, Prolin 0, Tirosin 0, Valin 0, Metionin 0, Sistin 0, Isoleusin 0, Leusin Fenilalanin Lysin Fungsi Biologis Ekstrak Rumput Kebar Pemberian ekstrak rumpur kebar melalui air minum dapat meningkatkan berat ovarium, menstimulir perkembangan folikel, daya tetas telur serta meningkatkan motilitas spermatozoa pada ayam buras (Wajo 2005). Pasaribu & Indyastuti (2004) melaporkan bahwa pemberian ekstrak rumput kebar dapat meningkatkan kandungan 17 β-estradiol pada serum darah mencit, sehingga meningkatkan penampilan reproduksi mencit putih betina. Secara umum, estrogen dalam tubuh terdapat dalam beberapa bentuk yaitu 17 β-estradiol, estron dan estriol (Hafez et al. 2000). Kolesterol adalah prekursor hormon estrogen. Jalur biosintesis estrogen melibatkan pembentukan dari androgen, juga dibentuk melalui aromatisasi androstenedion didalam sirkulasi darah. Aromatase adalah enzim yang mengkatalis perubahan androstenedion menjadi estron dan perubahan testosteron menjadi estradiol (Gambar 2). Sel-sel Leydig interna memiliki banyak reseptor LH, dan LH bekerja melalui Adenosin Mono Phospat (camp) untuk meningkatkan perubahan kolesterol menjadi androstenedion. Sebagian
4 androstenedion diubah menjadi estradiol, yang masuk kedalam sirkulasi darah. Sel Leydig interna juga memberikan androstenedion pada sel Sertoli. Sel Sertoli memberikan estradiol bila mendapat androgen. Sel Sertoli memiliki banyak reseptor FSH, dan FSH meningkatkan sekresi estradiol dari sel Sertoli dan bekerja melalui AMP siklik untuk meningkatkan aktivitas aromatase. Sel Sertoli juga memiliki reseptor LH, dan LH juga merangsang pembentukan estradiol (Ganong 2003). Estrogen adalah hormon steroid yang dihasilkan oleh sel teka interna dari folikel ovarium, corpus luteum, plasenta dan dalam jumlah sedikit oleh korteks adrenal dan testis (Gadjahnata 1989). Menurut Guyton (1996) fungsi utama estrogen adalah menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organorgan kelamin serta jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi. Pada hewan jantan Interstisial Cell Stimulating Hormon (ICSH) dari hipofisis merupakan bahan yang sama dengan hormon LH yang berfungsi mensekresikan testosteron dan pengembangan sifat kelamin sekunder (Pearce 1991). Borax Borax (Na 2 B 4 O 7.10H 2 O) adalah bahan pengawet berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, ph: 9,5. Penggunaan borax dipakai sebagai pengawet kayu, anti septik kayu dan pengontrol kecoa. Bahaya borax terhadap kesehatan karena dapat meracuni sel. Bahan ini diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput lendir ( ). Borax merupakan bahan kimia beracun. Bahan kimia dinyatakan toksik apabila memiliki efek berbahaya bagi mahluk hidup. Menurut Loomis (1995) sifat toksik zat kimia (obat) dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan fungsional, biokimiawi atau perubahan struktural. Perubahan tersebut biasanya dimulai dengan gejala atau simptom yang dapat dilihat pada fungsi badan (Koeman 1987).
5 Gambar 2 Biosintesis steroid pada reproduksi jantan (Johnson dan Everitt 1984)
6 Menurut Loomis (1995) faktor penting yang mempengarui potensi aman atau tidaknya suatu zat kimia adalah hubungan antara kadar zat (dosis) dengan efek yang ditimbulkannya. Koeman (1987) menyatakan disamping dosis, faktor waktu juga penting dalam penentuan potensi tersebut karena kerja toksik selalu merupakan fungsi dosis dan lamanya pendedahan. Darmansjah (1987) menyebutkan cara pemberian merupakan faktor yang cukup penting. Toksisitas zat kimia yang diberikan secara oral dapat berubah-ubah tergantung frekuensi pemberian dan berbagai kondisi yang ada pada saat pemberian, seperti kondisi lambung dalam keadaan kosong atau terisi sehingga zat kimia tersebut tercampur dengan isi lambung Menurut Subiyakto (1991) dalam kadar tertentu borax akan mengakibatkan rasa pening, mual, muntah-muntah dan demam. Gejala yang cepat dan hebat baru akan terjadi apabila borax dikonsumsi dalam jumlah yang besar. Pemasukan borax secara terus menerus dalam tubuh akan disimpan dalam ginjal. Borax diekskresikan secara lambat di dalam ginjal (Thienes 1972). Penggunaan yang secara terus menerus dapat menyebabkan timbunan racun borax (Anonim 2009). Adiwisastra (1987) menyebutkan bahwa keracunan borax dapat menyebabkan degenerasi pada hati dan ginjal. Pada hewan jantan, borax dapat menyebabkan lesio pada testis yang ditandai dengan penghambatan spermiosis yang diikuti oleh atropi testis, jika diperlakukan pada dosis tinggi (Chapin & Ku 1994; Ku et al.1993). Atropi testis adalah pengecilan testis dari ukuran normal, diduga sebagai akibat dari gangguan hormonal yang disebabkan oleh toksikan yang masuk melalui kelenjar-kelenjar endokrin di testis. Borax juga berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa, hal ini karena spermatozoa mudah terpengaruh oleh zat yang bersifat toksis seperti borax (Kaspul 2004). Biologi Umum Tikus Tikus merupakan salah satu hewan percobaan yang banyak digunakan sebagai model dalam penelitian. Tikus putih (Rattus norvegicus) atau tikus albino merupakan tikus hasil breeding secara selektif sehingga memiliki karakter yang stabil. Ada beberapa galur atau varietas tikus antara lain: galur Sprague-dawley
7 memiliki kepala kecil dan ekor lebih panjang dari badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor lebih pendek, serta galur Long evans memiliki ukuran tubuh lebih kecil dengan kepala dan tubuh bagian depan berwarna hitam (Baker 1980). Hewan ini memiliki keistimewaan yaitu umur relatif pendek, sifat produksi dan reproduksi menyerupai mamalia besar, lama produksi ekonomis 2,5 3 tahun, lama kebuntingan berkisar hari, umur sapih 21 hari, umur puberitas hari, angka kelahiran 6 12 ekor per kelahiran, memiliki siklus estrus yang pendek 4 5 hari dengan karakteristik setiap fase siklus yang jelas, lama estrus 9 12 jam, interval antar generasi relatif pendek dan berukuran kecil sehingga memudahkan dalam pemeliharaan serta efisien dalam mengkonsumsi pakan (10 gr/100 gr bb) (Smith & Mangkoewidjojo 1988). Berat badan tikus betina dewasa sekitar g dan berat badan tikus jantan dewasa g, mulai dikawinkan umur hari karena jika dikawinkan terlalu muda atau terlalu tua (lebih dari 10 minggu) akan mengurangi fertilitas. Tikus yang baru lahir memiliki berat lahir antara 5 6 g (Malole & Pranomo 1989). Spermatozoa Spermatozoa adalah sel kelamin jantan yang memegang peranan penting dalam proses pembuahan. Cikal bakal spermatozoa sudah ada sejak embrio berupa sel-sel gonosit yang sudah aktif mengadakan pembelahan pada bagian tengah dari bagian gonad primitif, sehingga menghasilkan spermatogenia. Pada masa pubertas, spermatogenia akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi spermatosit I yang kemudian memasuki meiosis, dan membentuk spermatid yang mempunyai jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sebelumnya (haploid). Spermatid kemudian akan mengalami perubahan bentuk melalui tahapan-tahapan panjang yang disebut spermatogenesis dan akan dihasilkan spermatozoa (Soeharso 1985). Spermatogenesis atau produksi sel-sel sperma dewasa adalah proses yang terus-menerus pada individu jantan yang sudah dewasa. Struktur sel sperma (Gambar 3) pada bagian kepala mengandung nukleus haploid ditudungi oleh bahan khusus, yaitu akrosom, yang mengandung enzim yang membantu sperma
8 menembus sel telur. Bagian tengah sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria (atau sebuah mitokondria yang besar pada beberapa spesies) yang menyediakan Adenisin Tri Posphat (ATP) untuk pergerakan ekor yang berupa sebuah flagel (Campbell 2004). Gambar 3 Morfologi Spermatozoa (Campbell 2004). Testis Anatomi Testis Testis adalah organ kelamin laki-laki untuk perkembangbiakan, tempat pembentukan spermatozoa dan penghasil hormon testosteron. Testis berkembang di dalam rongga abdomen sewaktu janin dan turun melalui saluran inguinal kanan dan kiri masuk kedalam scrotum menjelang akhir kehamilan. Testis ini terletak oblik (lonjong kesamping) menggantung pada urat-urat spermatik di dalam scrotum (Pearce 1991). Scrotum bereaksi terhadap rangsangan seksual dengan cara vasokongesti dan kontraksi serabut-serabut otot polos dari tunika dartos, sehingga menyebabkan scrotum menjadi tebal dan mengencang (Effendi 1981). Bidang luar testis berbentuk convex dan licin. Testis terbungkus oleh tunica vaginalis propina yang didalamnya terdapat ductus epididymis dan ductus deferens (Gambar 4). Di bagian propundal tunika ini terdapat tunika albuginea yaitu suatu jaringan ikat padat berwarna putih yang mengandung serabut fibreus
9 dan serabut-serabut otot licin. Tunica albugenia berhubungan dengan suatu jaringan ikat yang membagi testis menjadi lobuli testis yang disebut septula testis. Septula testis akan menuju ke mediastinum testis yang terletak disentral. Lobuli testis mengandung tubuli seminiferi contorti yaitu suatu saluran yang dibentuk oleh sel-sel spermatogonia dan sel-sel sertoli. Sel-sel spermatogenia merupakan sel-sel yang akan menjadi spermatozoa dan sel-sel sertoli adalah sel-sel yang berfungsi memberi nutrisi pada spermatogenia. Diantara tubuli ini terdapat sel-sel Leydig yang menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu testosteron. Tubuli seminiferi contorti dari satu lobus akan berjalan menuju ke tubulus seminiferus rectus yang akan membentuk rete testis. Rete testis terletak di dalam mediastinum testis, berfungsi menyalurkan spermatozoa ke ductus epididymis (Sigit 1980) (Gambar 5). Bagian testis yang terletak diujung proksimal disebut ekstremitas capitata yang berhadapan dengan caput epididymis. Ekstremitas caudata berhadapan dengan cauda epididymis disebut margo epididymis. Bagian yang bebas dari testis disebut margo liber (Sigit 1980). Fungsi Testis Testis mempunyai dua fungsi utama yaitu menghasilkan sel mani oleh tubuli seminiferi dan sekresi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig (Effendi 1981). Secara fungsional testis merupakan kelenjar ganda karena bersifat eksokrin dan endokrin. Bersifat eksokrin karena menghasilkan sel kelamin (sel benih) dan bersifat endokrin karena menghasilkan sekresi internal berupa hormon yang dilepaskan oleh sel-sel khusus (Tambayong & Sugito 1996). Testis sebagai organ kelamin primer mempunyai fungsi menghasilkan spermatozoa dan mensekresikan hormon testosteron. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH. Hormon testosteron dihasilkan oleh sel interstial. Produksi testosteron tergantung pada rangsangan Luteinizing Hormon (LH) dari lobus anterior hipofisis. Organ sasarannya adalah sel-sel interstisial maka LH sering disebut sebagai Interstisial Cell Stimulating Hormon (ICSH).
10 Gambar 4 Organ genital tikus dewasa (Turner dan Bagnara 1980). Gambar 5 Tubulus seminiferus testis (Hafez et al.2000). Testosteron selain berpengaruh terhadap spermatogenesis juga mengatur sifat-sifat seks sekunder, merangsang seks dan perkembangan serta pemeliharaan saluran kelamin dan kelenjar kelamin tambahan (Tambayong & Sugito 1996).
11 Pengeluaran testosteron bertambah dengan nyata pada masa pubertas untuk perkembangan sifat kelamin sekunder (Pearce 1991). Beberapa fungsi hormon endokrin adalah penggiat folikel FSH dari lobus anterior hipofisis merangsang spermatogenesis. FSH mempengaruhi sel sertoli untuk merangsang sintesis reseptor yaitu protein pengikat androgen (Androgen Binding Protein), yang berikatan dengan testosteron dan disekresikan ke dalam lumen tubulus seminiferus. Keberadaan testosteron di dalam ruang abdominal dibutuhkan untuk memelihara spermatogenesis. Sel Sertoli juga mensintesis hormon testis yang lain yaitu inhibin yang masuk ke dalam aliran darah serta akan menghambat sekresi FSH oleh hipofisis lobus anterior (Tambayong & Sugito 1996) (Gambar 6). Sel Sertoli terletak di sepanjang membran basal dan dapat dibedakan dengan sel kelamin, karena berbentuk torak, inti oval, nukleoplasmanya homogen dan anak intinya jelas. Sel ini sangat resisten terhadap zat-zat yang merusak sel kelamin (Austin & Short 1982). Sel sertoli mempunyai fungsi yang erat kaitannya dengan kelangsungan hidup sel kelamin, antara lain: 1. Menghasilkan protein pengikat (Androgen Binding Protein/ABP) yang berperan sebagai alat transit androgen ke sel-sel kelamin dan ke caput epididymis serta sebagai sumber sekresi cairan untuk transfer spermatozoa meninggalkan testis (Hafez et al. 2000). 2. Menghasilkan nutrisi untuk menjamin berlangsungnya fungsi spermatogenik (Gamer & Hafez 1987). 3. Bersifat sebagai fagositositas terhadap sel-sel kelamin yang mengalami degenerasi atau rusak dan sisa protoplasma sperma dewasa (residual bodies) yang banyak terdapat dalam tubuli seminiferi (Gamer & Hafez 1987). 4. Berfungsi sebagai penghalang darah masuk dalam testis (blood- testis barier) karena cabang sitoplasma sel sertoli yang berdekatan akan saling bertaut erat sehingga akan menghambat keluar masuknya zat asing pada tubuli seminiferi, terutama ditujukan bagi darah di luar tubuli agar tidak masuk. Pertautan cabang sel-sel Sertoli yang berdekatan disebut sertoli cell Junction (Gamer & Hafez 1987).
12 Gambar 6 Endokrin testis (Hafez et al.2000) Selain testis, terdapat pula kelenjar kelamin tambahan yang mempunyai tugas untuk membuat plasma semen, yang merupakan medium yang memungkinkan spermatozoa yang diproduksi oleh testis, bergerak dengan aktif dan hidup untuk waktu tertentu. Kelenjar kelamin tambahan ini terdiri dari kelenjar bulbourethralis (kelenjar cowper), kelenjar prostat, epididimis, vas defferens dan vesika seminalis. Cairan plasma semen disusun oleh hasil sekresi kelenjar kelamin tambahan yang dimulai dari sekresi kelenjar cowper, kelenjar prostat, sekret epididimis dan vas defferens yang kaya dengan spermatozoa dan terakhir sekret dari vesika seminalis. Poerwodihardjo (1985) menjelaskan saluran epididimis menghubungkan kelenjar testis dengan vas defferens. Epididimis berfungsi untuk pematangan spermatozoa disamping itu epididimis berfungsi pula untuk menyimpan spermatozoa yang sudah matang. Epididimis dan vas defferens juga berfungsi sebagai saluran spermatozoa.
13 Spermatogenesis Spermatogenesis adalah proses perkembangan sel induk spermatogenia dari epitel tubuli seminiferus yang mengadakan proliferasi dan diferensiasi, sehingga terbentuk spermatozoa yang normal dan bebas. Proses spermatogenesis dapat dibedakan menjadi tiga tahap. 1. Tahap pertama, terjadi proses pembelahan mitosis dari sel spermatogonia sehingga menghasilkan spermatosit dan sel spermatogonia yang baru. Pembaharuan sel induk spermatogonia yang baru dimaksudkan untuk mempertahankan kehadirannya dalam tubuli seminiferi. 2. Tahap kedua, terjadi pembelahan miosis sel spermatosit primer dan sekunder yang menghasilkan spermatid berkromosom haploid. Kedua tahap diatas tersebut disebut dengan Spermatogenesis. 3. Tahap ketiga, terjadi proses perkembangan spermatid menjadi spermatozoa melalui proses metamorfosa yang panjang dan komplek, hal ini disebut spermiogenesis (Garmen dan Hafez 1987). Ada dua model teori proses proliferasi dan pembaharuan sel induk spermatogenia mamalia (Austin dan Short 1982). Adapun kedua teori tersebut adalah: 1. Menurut teori yang diajukan oleh Clermont dan Bustos-Obregon pada tahun 1968, bahwa proses proliferasi sel induk spermatogenia Ao secara mitosis yang pada awalnya menjadi satu spermatogenia Ao cadangan dan satu lagi menjadi spermatogenia A1 yang kemudian membelah lagi menjadi spermatogenia A2, A3 dan A4. Sehingga satu spermatogenia A1 menjadi 4 spermatogenia A4 dan satu diantara spermatogenia A4 akan menjadi bakal spermatogenia A1, untuk spermatogenesis berikutnya. Sedangkan spermatogenia Ao sebagai cadangan dan akan memacu pembelahan bila terjadi situasi yang tidak menguntungkan bagi spermatogenia A1, A2, A3 dan A4 untuk bertahan hidup lagi misalnya terkena radiasi sinar X dan bahan kimia lainnya. 2. Menurut teori Huckins dan Oacberg pada tahun 1978, yaitu sel induk spermatogenia As (sama dengan Ao) selalu melakukan pembelahan secara bertahap dan tidak terkoordinasi sehingga membelah menjadi spermatogenia
14 A1, A2, A3 dan A4. Spermatogenia A4 tidak ada yang menjadi bakal sel induk spermatogenia A1 dalam spermatogenesis berikutnya. Menurut Clermont dan Bustos-Obregon, jumlah spermatozoa yang terbentuk dari satu spermatogenia A1 adalah 12 spermatogenia, karena satu diantara spermatogenia A4 akan menjadi spermatogenia A1 kembali. Sedangkan menurut Huckins dan Oacberg, jumlah spermatogenia A4 yang akan terbentuk dari satu spermatogenia A1 akan menjadi 16 spermatogenia. Sel spermatogenia mempunyai inti yang oval dan mengandung granula kromatin. Berdasarkan sebaran bentuk kromatin dalam inti, spermatogenia dapat dibedakan menjadi spermatogenia A dan spermatogenia B. Sebaran kromatin spermatogenia A umumnya halus dan homogen sedangkan spermatogenia B kromatinnya agak kasar, lebih gelap dan sebagian kromatinnya melekat pada inti. Perkembangan spermatogenia B akan mengalami beberapa fase pembelahan mitosis dan miosis, sehingga mengalami transformasi bentuk dan akhirnya menjadi spermatozoa (Gambar 7).
15 Gambar 7 Perkembangan sel kelamin tikus jantan selama spermatogenesis (Clermont 1962)
PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik
PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik Bobot Badan Tikus Ekstrak rumput kebar yang diberikan pada tikus dapat meningkatkan bobot badan. Pertambahan bobot badan tikus normal yang diberi
Lebih terperinciSistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan
Lebih terperinciPROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN
Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan
Lebih terperinciHUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH
HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0;
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga aktivitas maupun pola hidup menjadi sangat beraneka ragam. Salah satu
Lebih terperinciHORMON REPRODUKSI JANTAN
HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam
Lebih terperinciAnatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang
Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas merupakan salah satu masalah penting bagi setiap orang. Infertilitas pada pria berkaitan erat dengan spermatogenesis. Proses ini dipengaruhi oleh dua faktor
Lebih terperinciOOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti
OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam
Lebih terperinciHUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.
HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 adalah sebesar 210.241. 999 dengan pertambahan penduduk sekitar 1,9 % (BPS, 2001) dan menurut infomasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit
40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Oosit Pada Stadia Folikel Primer Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit pada stadia folikel primer dapat dilihat pada gambar 10.
Lebih terperinciOLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed
OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung (Panjaitan, 2003). Penelitian yang dilakukan (Foa et al., 2006)
Lebih terperinciPENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI
Lebih terperinciGambar 1. Mencit Putih (M. musculus)
TINJAUAN PUSTAKA Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium, yaitu sekitar
Lebih terperinciTahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan
Lebih terperinci5 KINERJA REPRODUKSI
5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki
Lebih terperinciFunction of the reproductive system is to produce off-springs.
Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng terhadap tikus putih betina pada usia kebuntingan 1-13 hari terhadap rata-rata bobot ovarium dan bobot uterus tikus putih dapat dilihat
Lebih terperinciAnatomi/organ reproduksi wanita
Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan
PENGANTAR Latar Belakang Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan peternak. Produktivitas itik lokal sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Keterbatasan sumber daya alam dan pertambahan penduduk yang pesat merupakan masalah negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pertambahan penduduk
Lebih terperinciFISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO
FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO 1 ISI I. Fungsi Komponen Sistem Reproduksi Pria II. Spermatogenesis III. Aktivitas Seksual Pria IV. Pengaturan Fungsi Seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang meliputi motilitas, dan morfologinya. Salah satu penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas sperma
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
34 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIL Dalam penelitian ini sampel diambil dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM untuk mendapatkan perawatan hewan percobaan yang sesuai dengan
Lebih terperinciD. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IX A. 1. Pokok Bahasan : Sistem Regulasi Hormonal A.2. Pertemuan minggu ke : 12 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1. Tempat produksi hormone 2. Kelenjar indokrin dan produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan
Lebih terperinciInfertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas adalah menurunnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan, istilah ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan menghasilkan keturunan sepertinya
Lebih terperinciPeristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)
Modul ke: Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Hormon Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan
I. PENDAHULUAN Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri (pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa modern ini, alkohol merupakan minuman yang sangat tidak asing lagi dikalangan masyarakat umum. Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi alkohol dianggap dapat memberikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spermatogenesis Spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan spermatozoa (sel gamet jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
18 HSI DN MBHSN Hasil 1. Histologi testis Gambaran histologi testis musang luak tersusun atas tubuli seminiferi yang dipisahkan oleh jaringan interstitial. Terdapat tiga komponen penyusun tubuli seminiferi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Berdasarkan tingkat keberhasilan ikan lele Sangkuriang memijah, maka dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok perlakuan yang tidak menyebabkan
Lebih terperinciHORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi
FUNGSI REPRODUKSI PRIA DAN HORMONAL PRIA dr. Yandri Naldi Fisiologi Kedokteran Unswagati cirebon Sistem reproduksi pria Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B sebagai racun 2.1.1 Definisi Racun Racun ialah zat yang bekerja dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein. Salah satu komoditas yang menjadi primadona saat ini adalah ikan lele (Clarias sp.). Ikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa
Lebih terperinciSohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008
MAKALAH TENTANG THERMOREGULASI (PENGATURAN SUHU) PADA TESTIS Oleh Sohibul Himam (0710510087) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Pendahuluan Testis merupakan organ kelamin primer bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Roy Morgan Research di Australia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.) Luffa aegyptica merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Cucurbitaceae (Gambar 1). Hemburg (1994) menyatakan bahwa biji
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama jutaan tahun. Minuman beralkohol dihasilkan dari fermentasi ragi, gula dan pati. Etanol merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik ikan nila merah Oreochromis sp. Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil (Mesir) dan danaudanau yang berhubungan dengan aliran sungai itu. Ikan nila
Lebih terperinciBAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN
BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN Pokok bahasan kuliah sinkronisasi alami ini meliputi pengertian hormon reproduksi mulai dari definisi, jenis, macam, sumber, cara kerja, fungsi dan pengaruhnya
Lebih terperinciProses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh
Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh kelenjar endokrin dan disekresikan ke dalam aliran darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon yang biasanya memiliki tinggi mencapai 10 m sampai 20 m. Tanaman ini merupakan tanaman dikotil
Lebih terperinciSeksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY
Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla
8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi
Lebih terperinciF I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.
F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. Sasaran Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan sistem reproduksi dan laktasi Materi Kontrol gonad dan perkembangan
Lebih terperinciTujuan Penelitian. Manfaat Penelitian
2 spermatozoa yang diambil dari cauda epididimis domba lokal yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera.sp. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengamati kualitas dan kemampuan/daya simpan
Lebih terperinciRijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN
Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME Hasil pengamatan pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning
Lebih terperinciORGANISASI KEHIDUPAN. Sel
ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu usaha yang mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan budi daya ikan adalah penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat. Selama ini
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda
3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele. Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan ukuran panjang tubuh sekitar 45cm dan ukuran berat tubuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik Kucing domestik (Felis catus, Linneaus 1758) (Gambar 1) menempati sebagian besar penjuru dunia. Bukti arkeologi menunjukkan domestikasi kucing terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas wanita dalam penatalaksanaan
Lebih terperinciPOTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)
Seminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017 POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus) Susie
Lebih terperinciProtein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan
Lebih terperinciPROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.
HAND OUT PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. Spermatogenesis Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus testis. Hormon yang
Lebih terperinciSiklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12
Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Seksualitas Lobster Air Tawar Pada umumnya lobster air tawar matang gonad pada umur 6 sampai 7 bulan. Setelah mencapai umur tersebut, induk jantan dan betina akan melakukan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br. Maikel Tio
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Namun, selain menghasilkan dampak positif, kemajuan teknologi juga membawa dampak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan
Lebih terperinciFungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama: Sistem hormonal/sistem endokrin Sistem saraf
H O R M O N Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama: Sistem hormonal/sistem endokrin Sistem saraf Pada umumnya, sistem hormonal terutama berhubungan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP. merupakan alkohol yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OH.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1Metanol 2.1.1.1 Pengertian Metanol atau metyl alkohol diperoleh dari distalasi destruktif kayu, merupakan alkohol yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk di Negara berkembang khususnya Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat secara tajam. Beberapa usaha telah di lakukan untuk menekan
Lebih terperinci