EVALUASI PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI DI PT. NAGA TARRA SAKTI TANGERANG BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI DI PT. NAGA TARRA SAKTI TANGERANG BANTEN"

Transkripsi

1 EVALUASI PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI DI PT. NAGA TARRA SAKTI TANGERANG BANTEN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro, konsentrasi Teknik Tenaga Listrik U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun Oleh : Budiman NIM : Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009

2 LEMBAR PERSETUJUAN Tugas akhir bejudul : EVALUASI PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI DI PT. NAGA TARRA SAKTI TANGERANG BANTEN Dibuat oleh : Nama : BUDIMAN NIM : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik konsentrasi Teknik Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri Universitas Mercu Buana Tugas Akhir ini : DISETUJUI UNTUK DIAJUKAN DALAM SIDANG / UJIAN TUGAS AKHIR JAKARTA, Agustus 2009 Menyetujui, Pembimbing Koordinator Tugas Akhir Ir. Mustari Lamma, MSc Ir. Yudhi Gunardi, MT

3 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Bersama ini Nama : BUDIMAN NIM : Mahasiswa jurusan Teknik Elektro, Konsentrasi Teknik Tenaga Listrik, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana Menyatakan Bahwa tugas akhir ini yang saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan duplikasi dari karya orang lain, kecuali yang telah di sebutkan sumbernya. Jakarta, Agustus 2009 B u d i m a n

4 ABSTRAK Tingginya harga BBM sangat mempengaruhi terhadap tingginya biaya produksi listrik. Pada saat ini produksi listrik pemerintah (PLN) sedang mengalami kekurangan, walaupun beberapa proyek pembangkit sudah mulai berjalan. PT Naga Tarra Sakti di Tangerang Banten adalah salah satu perusahaan yang menggunakan pasokan energi listrik dari PT. PLN, dengan daya terpasang 865 KVA, dengan rata-rata pembayaran Rp / bulan, termasuk biaya disinsentif sebesar rata-rata Rp Dengan melihat kondisi diatas maka perlu dilakukan analisa pemakaian energi listrik PT Naga Tarra Sakti untuk mendapatkan penghematan pemakaian energi listrik. Dari hasil analisa didapatkan peluang penghematan yang bisa dilakukan. dengan penjadwalan kembali operasional kerja, dan pengaturan penggunaan peralatan listrik. Dari analisa ini penghematan yang didapat sekitar Rp setiap bulannya atau sekitar 21.7 % dari biaya rata-rata pembayaran rekening listrik.

5 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang maha Pengasih dan penyayang. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia serta kemudahan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tuga akhir ini dengan baik. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu secara langsung kepada : 1. Ir. Mustari Lamma, MSc selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, saran dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini. 2. Ir. Yudhi Gunardi, MT selaku koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini 3. Bapak Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi, nasehat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini 4. Dosen-dosen FTI Jurusan Teknik Elektro khususnya Ir. Badarudin, dan juga rekan-rekan sejawat di Universitas Mercu Buana yang telah banyak membantu selama menyelesaikan studi di Universitas Mercu Buana. 5. Rekan rekan sejawat di PT Naga Tarra Sakti, Ir. Mutiha, Ir. Agung Hermanto. Ir Gatot PW, Kus Adri dan seluruh karyawan serta staff PT Naga Tarra Sakti yang telah banyak Membantu sehingga terselaikannya Tugas Akhir ini. Akhir kata hanya doa yang dapat kami berikan semoga Allah memberikan balasan. Amin. Tangerang, Agustus 2009 Penulis

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah sedang menggalakkan program penghematan energi listrik secara nasional, hal ini di pacu karena krisis energi listrik di Indonesia, dan semakin berkurangnya persedian bahan bakar di dunia. Berbagai cara di lakukan oleh pemerintah seperti SKB 4 menteri tahun 2008 yang menghimbau kepada industri agar pengalihan hari libur kerja, dialihkan ke hari lain, selain hari minggu. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari atau mengurangi beban puncak, dengan harapan dapat mengurangi konsumsi energi listrik secara nasional. PT. Naga Tarra Sakti salah satu industri yang menggunakan energi listrik untuk proses produksinya, energi listrik yang digunakan adalah langsung di pasok dari PLN, energi listrik ini digunakan oleh perusahaan untuk produksi CD dan peralatan - peralatan pendukung lainnya (Utility) dan Gudang CD yang siap untuk di distribusikan, sejak tahun 1992 kapasitas listrik terpasang adalah 2x 800 KVA, yang digunakan untuk menyuplai seluruh gedung yang ada pada area tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Penghematan pemakaian energi listrik adalah salah satu usaha untuk menurunkan biaya produksi dengan melihat berapa banyak energi listrik yang

7 dipergunakan dalam memproduksi suatu produk. Dan sejauh mana biaya energi listrik ini dapat mempengaruhi biaya produksi, sehingga dapat diambil suatu langkah untuk melakukan penghematan dalam pemakaian energi listrik. Adapun ruang lingkup yang akan dievaluasi dalam penghematan energi listrik adalah mesin injection, AC, Penerangan, dan kompressor, dengan cara menghitung kebutuhan energi listrik dan operasional peralatan tersebut, Dari usaha penghematan energi listrik ini diharapkan dapat menurunkan biaya listrik yang menjadi salah satu komponen dalam menentukan harga suatu produksi, yang diharapkan dengan usaha ini biaya produksi dapat diturunkan sehingga tercapai efisiensi dan akhirnya harga produk dapat bersaing di pasaran tanpa menurunkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Hasil yang diharapkan dari penulis adalah dapat memanfaatkan energi listrik yang lebih optimal dan efisien namun tidak mempengaruhi produktifitas. 1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah Untuk melakukan evaluasi tehadap peralatan terpakai oleh PT Naga Tarra Sakti dalam proses produksi, agar dapat dicapai suatu penghematan energi listrik, dan pada akhirnya akan menghemat pembayaran rekening listrik yang artinya biaya produksi akan efisien. 1.4 Metode penelitian Secara garis besar langkah-langkah yang yang dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah : a Penelitian literature

8 Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari data data yang diperoleh dari sumber informasi yang telah ada, yang dapat dipakai sebagai acuan seperti buku buku, modul kuliah, dan lain sebagainya. b Penelitian di tempat kerja/lapangan Mengumpulkan data yang diperlukan untuk menganalisa, seperti ; data peralatan, gambar jaringan distribusi, data pemakaian daya, dan rekening bulanan yang terdokumentasi oleh perusahaan. c Tanya Jawab Melakukan Tanya jawab dengan Operator produksi, Engineer ditempat kerja, atau dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pengambilan data penulisan tugas akhir ini. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri dari lima bab, bab satu merupakan pendahulan yang berisikan latar belakang masalah, tujuan, perumusan masalah, metode penellitian dan sistematika penulisan Pada bab dua dibahas mengenai landasan teori tentang usaha yang perlu di ketahui dan dilakukan untuk mencapai langkah-langkah penghematan pemakaian energi listrik Pada bab tiga berisi tentang analisa data - data yang didapat dari lapangan (tempat kerja) untuk dievaluasi, apakah pemakaian energi listrik sudah optimum atau masih ada yang bisa dilakukan agar pemakaian energi listrik optimal dan efisien. Pada bab empat akan dibahas langkah-langkah penghematan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pada bab lima akan dibahas kesimpulan penulisan dan saran saran untuk perusahaan.

9

10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sifat Kelistrikan Daya Kompleks Jika persamaan fasor untuk tegangan dan arus diketahui, perhitungan untuk daya nyata dan reaktif dapat dilakukan dengan mudah dalam bentuk kompleks. Jika tegangan pada suatu beban atau pada bagian dari suatu rangkaian dan arus ke beban atau bagian tersebut dinyatakan dengan V = ے V α dan I = I ے β, maka hasil perkalian tegangan dan conjugate dari arus adalah VI*= V ے α x I ے - β = v. I ے α β (2.1) Kuantitas ini, yang juga disebut daya kompleks, biasanya ditulis sebagai S. dalam bentuk kompleks menjadi S = V. I cos ( α - β) + j V. I sin ( α - β ) (2.2) Karena α β merupakan sudut fasa antara tegangan dan arus, jadi sama dengan θ dalam persamaan terdahulu, maka S = P + jq (2.3) Daya reaktif Q akan menjadi positif jika sudut fasa α β di antara tegangan dan arus adalah positif, yaitu jika α > β, yang berarti bahwa arusnya tertinggal (lagging) terhadap tegangan. Sebaliknya, Q akan menjadi negative untuk β > α, yang berarti juga bahwa arus mendahului terhadap tegangan. Ini sesuai dengan pemilihan tanda positif untuk daya reaktif dari suatu rangkaian induktif dan tanda negative untuk daya reaktif dari suatu rangkaian kapsitif. Untuk mendapatkan tanda yang benar bagi Q di perlukan perhitungan S dan VI*

11 2.1.2 Segitiga Daya Pada beban yang kompleks, maka daya yang disupply dari suatu daya terbagi menjadi daya aktif (P) dalam watt dan daya reaktif (Q) dalam VAR. daya aktif adalah daya yang terpakai yang dapat di konversikan ke bentuk lain seperti : panas, mekanik, cahaya dan lain-lain. Daya aktif ini sefasa dengan tegangan yaitu : V.I cos φ (Watt), sedangkan daya reaktif adalah daya yang terbuang sehingga daya ini tegak lurus dengan tegangan yaitu : V.I sin φ ( VAR) Persamaan (2.3) menggunakan suatu metoda grafis untuk mendapatkan P keseluruhan. Q, dan sudut fasa untuk beberapa beban yang dihubungkan paralel, karena cos θ adalah P/S. Segitiga daya dapat digambar untuk suatu beban induktif, seperti dapat di lihat pada gambar 2.1. untuk beberapa beban yang di paralel, P total adalah jumlah rata-rata dari semua beban, yang harus digambar pada sumbu mendatar untuk analisa grafis. Untuk beban induktif. Q vertikal ke bawah. S Q θ P Gambar 2.1 Segitiga daya untuk suatu beban induktif

12 a.1.3 Faktor Daya (Power Factor) Faktor daya pada dasarnya didefinisikan sebagai perbandingan daya aktif dengan daya semu, dan dinyatakan oleh persamaan 2.4 berikut Faktor daya = Daya aktif Daya semu = P S Atau Factor daya = cos φ = P S (2.4) a.1.4 Perbaikan Faktor Daya Beban listrik umumnya berupa beban induktif, dengan distribusi arusnya mengikuti (lag) terhadap tegangan, seperti yang terlihat pada gambar 2.2. Cosinus dari sudut yang di bentuk antara arus dan tegangan di kenal dengan faktor daya (Power factor) In = I COS φ Daya Aktif (W) φ φ Ix = I SIN Ө Daya Reaktif (VAR) I Daya semu (VA) (W) Diagram Fasor (b) Segitiga daya Gambar 2.2 Perbaikan factor daya dengan daya aktif konstan

13 Bila komponen dari arus I yang sefasa dan tidak sefasa dikalikan dengan tegangan, maka didapat hubungan antar daya aktif (P) daya Reaktif (Q) dan daya kompleks (S) atau apparent Power (gambar 2.5 b). bila di pasang kapasitor pada sisi beban, maka komponen daya reaktif (Q) daya kompleks (S) akan berkurang. Pada gambar 2.3 diperoleh cara mengoreksi faktor daya dari sistem, dan akan menekan daya reaktif dari beban. beban (a) Gambar 2.3 Perbaikan faktor daya dengan daya aktif tetap

14 Misalkan bahwa suatu beban yang mempunyai daya aktif sebesar P (KW). Daya reaktif Q (kvar) dan daya kompleks S1, maka faktor daya = cos Ө1 = P/S1 (2.5) Bila kapasitor shunt dengan kapasitor Qc dipasang pada sisi beban maka faktor daya di perbaiki menjadi (2.6) Bila faktor daya semula disebut cos φ 1 dan di perbaiki menjadi cos φ 2 maka besarnya kapasitor = Qc dapat di tentukan sebagai berikut : Qc = P (tan φ 1 - tan φ 2) (2.7) Dimana : Qc = dalam kvar P = daya aktif dalam KW φ 1 = sudut fasa awal

15 a.1.5 Faktor Beban Faktor beban atau load factor merupakan rasio atau perbandingan dari beban rata-rata terhadap maksimum kebutuhan selama periode tertentu. Faktor beban mengindikasikan persentase pemakaian daya terhadap maksimum daya yang seharusnya dikonsumsi oleh seluruh peralatan Faktor Beban (LF) = Beban rata-rata Maksimum kebutuhan (2.8) Beban rata-rata adalah daya rata-rata yang dikonsumsi selama waktu tertentu (biasanya dalam satu hari atau satu bulan). Untuk pemakaian selama 1 bulan, beban rata-rata = energi terpakai (kwh) / (jam perbulan).. Sedangkan maksimum kebutuhan adalah daya maksimum yang dikonsumsi selama kurun waktu pemakaian energi listrik Hubungan antara beban rata-rata dan beban maksimum dapat dilihat dalam grafik gambar 2.8 di bawah. Beban maks Beban rata-rata Waktu, jam Gambar 2.4 Hubungan antara beban rata-rata dan daya maksimum

16 a.1.6 Faktor Kebutuhan Dalam sistem kelistrikan, faktor kebutuhan atau demamnd factor didefinisikan sebagai rasio dari kebutuhan daya maksimum terhadap total daya yang tersambung. Faktor kebutuhan mengindikasikan prosentasi pemakaian total daya tersambung yang dioperasikan pada kurun waktu tertentu. Nilai dari faktor kebutuhan biasanya kurang dari satu disebabkan maksimum kebutuhan daya umumnya kurang dari daya tersambung Faktor Kebutuhan = Maks Kebutuhan (2.9) Beban Tersambung Faktor kebutuhan di perlukan untuk menghitung kapasitas konduktor. Transformator, peralatan proteksi dan semua peralatan yang berkaitan dengan distribusi daya listrik ke pemakai (Beban). a.2 Motor Listrik Ada tiga komponen energi listrik yang di butuhkan oleh sebuah motor yaitu : 1. Beban mekanik pada motor 2. Rugi mekanik dalam motor 3. Rugi listrik dalam motor dan rugi pada sistem tenaga listrik Rugi - rugi listrik merupakan fungsi dari kondisi lingkungan listrik, sifat beban, dan desain motor. Cara yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja motor adalah efisiensi yang berhubungan dengan rugi-rugi dan produktif yang dilakuakn motor.

17 Bila motor tidak beroperasi pada beban yang konstan, maka efisiensi harus didefinisikan kembali. Missal motor dibebani selama waktu 80 % dan dibebani 150 % dari name plate selama waktu 20 %. Efisiensi motor harus didefinisikan kembali. Efisiensi = (Total Output dalam hp hour) x (0.746/ cycle) Total input dalam kwh/cycle Umur motor merupakan fungsi dari temperature operasi. kenaikan temperature akan mengurangi usia isolasinya. Salah sat faktor yang di pengaruhi temperature adalah kumparan motor listrik dimana dapat dirumuskan. Dimana : Rt1 dan Rt2 = tahanan DC (Ohm) T1 dan T2 = temperatur (0 o ) M = konstanta; 241 untuk tembaga dan 228 untuk alumunium Pengurangan temperatur motor sebesar 10 o C akan mengurangi rugi resistansi dc konduktor sebesar 3 4 % Efisiensi seluruh peralatan listrik mempunyai beberapa sensitivitas terhadap magnitude tegangan catu, keseimbangan fasa, dan frekuensi. Motor dan trafo didesain untuk kenaikan temperatur yang spesifik dalam batasan + 10% dari name plate.

18 Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk memutar impeller pompa, fan, atau blower, menggerakan komperssor, mengangkat beban dan lain-lain. Motor listrik juga di gunakan dirumah (mixer, bor listrik, fan) dan di industri, motor listrik kadang kala disebut dengan kuda kerja, sebab di perkirakan bahwa motor-motor listrik banyak digunakan di Industri. Dikarenakan banyaknya motor listrik yang digunakan maka efisiensi motor listrik sangat penting, Faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah : a. Usia, motor baru lebih efisien. b. Suhu motor c. Penggulungan ulang motor mengakibatkan penurunan efisiensi d. Beban, seperti dijelaskan dibawah ini Terdapat hubungan yang jelas antara efisiensi motor dan beban. Pabrik motor membuat rancangan motor untuk beroperasi pada beban % dan akan paling efisien pada beban75%. Tetapi, jika beban turun dibawah 50% efisiensi turun dengan cepat seperti ditunjukkan pada gambar 2.5. mengoperasikan motor dibawah 50% maka akan tidak efisien. Efisiensi motor yang tinggi diinginkan untuk operasi yang efisien dan untuk menjaga biaya produksi,

19 Gambar 2.5 Grafik efisiensi motor 2.3 Sistem Pendingin (HVAC) Sistem tata udara suatu ruangan atau sering kita sebut heating ventilating air conditioning (HVAC) merupakan salah satu peralatan listrik yang harus diatur dengan baik pemakaiannya dan penggunaanya, sehingga jangan sampai menjadi sumber pemborosan energi tanpa keguanaan yang optimal. Pengaturan peralatan listrik untuk mengatur tata udara adalah hal yang sagat penting dalam merancang suatu gedung baik itu perkantoran atau pun gardu listrik, berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan. 1. Penciutan perolehan panas matahari melalui jendela-jendela kaca dan pintu-pintu kaca dengan peneduhan luar, misalkan menggunakan kanopi, pemasangan tirai pada jendela dan lain-lain.

20 Peneduhan ini akan mengurangi beban pendinginan sehingga kerja sistim pendingin akan lebih ringan. 2. Pelapisan jendela dan pintu yang menghadap langsung dengan sinar matahari dengan lapisan film yang bias memantulkan panas. 3. Isolasi dan warna-warna yang lebih terang untuk atap dan dinding. Peralihan panas melalui bagian luar kontruksi sebuah gedung (dinding dan atap) disebabkan oleh penyerapan panas matahari oleh permukaan luar, dan benda temperature udara diluar dan udara di dalam. 4. Isolasi panas yang baik dari saluran (ducting) akan berpengaruh pada kehandalan kerja AC, sehingga akan mengurangi konsumsi listrik 5. memperbaiki kebocoran saluran udara (Ducting) 6. memeriksa secara berkala tekanan gas/freon. 2.4 Sistem Penerangan Sistem penerangan dalam sebuah industri adalah salah satu bagian yang sangat penting selain peralatan listrik yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Kurangnya pencahayaan sangat berpengaruh terhadap kelancaran suatu pekerjaan, tetapi sistem pencahayaan yang berlebihan juga tidak baik karena selain pemborosan energi juga biaya listrik yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.

21 Beberapa istilah memngenai pencahayaan yang harus diketahui. a. sistem penerangan adalah bagian-bagian rangkaian listrik yang memasok peralatan listrik. b. Lumen yaitu ukuran banyaknya cahaya yang keluar dari lampu,misalkan lampu pijar 100 watt akan menghasilkan 1800 lumen. c. Iluminasi yaitu distribusi cahaya pada permukaan mendatar. d. Replectans adalah perbandingan cahaya yang terpantul dengan cahaya yang datang pada warna permukaan Macam macam lampu 1. Fluorescent filament 2. LPA (Low Pressure Sodium) 3. MV (Metal Vapour) 4. MH ( Metal Halide) 5. HPS ( High Pressure Sodium) 6. Mercury.

22 2.5 Dasar Perhitungan Rekening Listrik Berdasarkan Tarif Dasar Listrik (TDL) tahun 2004 penggolongan tarif dibedakan menjadi beberapa kriteria : a. Dari segi kebutuhannya yaitu pelanggan rumah tangga, badan sosial, usaha perhotelan, industri, kantor pemerintahan, dan penerangan jalan umum. b. Dari segi sistem tegangan penyambungan listriknya yaitu pelanggan tegangan rendah, pelanggan tegangan menengah, dan tegangan pelanggan tegangan tinggi. c. Dari segi batas daya yaitu pelanggan rumah tangga dengan batas daya 250 VA, 450 VA, 900 VA, 1300 VA, 2200 V, batas daya sampai dengan 99 kva seperti yang dipergunakan oleh perhotelan, dan sampai puluhan MVA sebagaimana yang dipergunakan oleh industri besar. Tabel 2.1 berikut memperlihatkan.golongan tarif dan batasan untuk keperluan industri berdasarkan tarif dasar listrik (TDL) tahun pembagian golongan tarif industri ditentukan oleh besar kecilnya industri tersebut. Golongan tarif industri kecil (I-1) dibagi menjadi empat karena tergantung batas dayanya yang berefek pada harga per kva biaya bebannya. Secara lengkap Tarif Dasar Listrik (TDL) 2004 yang berlaku saat ini bias dilihat dilampirkan -2

23 Tabel 2.1 Golongan Tarif untuk keperluan industri berdasarkan TDL.2004 GOLONGAN BATAS NO KETERANGAN TARIF DAYA 1 I 1/TR s/d 450 VA Golongan tarif untuk keperluan industry kecil atau rumah tangga 2 I 1/TR 900 VA Golongan tarif untuk keperluan industry kecil atau rumah tangga 3 I 1/TR VA Golongan tarif untuk keperluan industry kecil atau rumah tangga 4 I 1/TR 2.200VA Golongan tarif untuk keperluan industry kecil atau rumah tangga 5 I 1/TR VA Golongan tarif untuk keperluan industry kecil atau rumah tangga 6 I 2/TR kva Golongan tarif untuk nke perluan industry sedang 7 I 3/TR 200 kva Golongan tarif untuk keperluan industry menengah 8 I 4/TR kva Golongan tarif untuk keperluan industri besar

24 Besarnya biaya rekening listrik yang harus dibayar oleh konsumen setiap bulan terdiri dari beberapa komponen : Biaya Beban Tarif daya terpasang atau kapasitas terpasang yang biasa disebut biaya beban adalah Rp/kVA/bulan yang mana harga setiap kvanya berbeda untuk setiap tarif. biaya beban perbulan yang harus dibayar adalah: Biaya beban = kapasitas terpasang x harga per kva (2.10) Biaya pemakaian konsumsi energi listrik Biaya listrik bulanan dipengaruhi juga oleh konsumsi energi listrik yang dipakai selama sebulan. Dari tabel tarif dasar listrik (TDL) tahun 2003 dilampiran 1, biaya pemakaian masing-masing golongan tarif mempunyai aturan yang berbeda sebagai barikut : a. I-1/TR, harga tarif per kwh pada golongan ini dibedakan menjadi dua blok yaitu tarif blok 1 dan blok 2. b. I-2/TR, besarnya tarif dibedakan berdasakan pemakaian pada saat waktu beban puncak (WBP) dan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP). c. I-3/TM, besarnya tarif sama menggunakan sistim WBP dan LWBP, hanya disini ada tambahan faktor k yaitu faktor pengali apabila pemakaian WBP melebihi harga yang sudah ditentukan dan perhitungan jam nyala kurang dari 350 jam.

25 d. I-4/TT, besarnya tarif baik saat WBP ataupun LWBP adalah sama. Sehingga perhitungan bulanan untuk pemakaian energi listrik adalah : Biaya Pemakaian = (Konsumsi kwh WBP x tarif WBP) + (Konsumsi kwh LWBP x tarif LWBP) (2.11) Tarif Disinsetif Berdasarkan peraturan yang baru dari PLN bahwa mulai oktober 2005 sistem pembayaran rekening listrik untuk konsumen industri diberlakukan sistem kva maks dan KWH maks. Dengan sistem ini biaya tambahan yang diberlakukan oleh PLN adalah sistim disinsetif. a. bea kelebihan kva max, yaitu biaya yang harus dikeluarkan apabila pemakaian daya maksimum melebihi setengan dari batas daya terpasang. Besarnya tariff kva max dibedakan menjadi 2 yaitu : apabila jam nyala kurang dari 350 jam/bulan maka tarifnya adalah 2 kali tarif biaya beban. Bea kva max = (daya maksimum ½ batas daya) x 2 x biaya beban (2.12) Apabila jam nyala lebih dari 350 jam / bulan maka tarifnya adalah seperti tarif biaya beban normal. Bea kva max = ( daya Maksimum ½ batas daya ) x biaya beban (2.13) b. Bea kelebihan batas energi saat waktu beban puncak (WBP), yaitu biaya yang harus dikeluarkan apabila pemakaian energi WBP melebihi batas

26 energi yang telah tentukan. Penentuan batas energi ini berdasarkan kesepakatan antara PLN dengan konsumen, dimana harga tersebut diambil dari setengah harga rata-rata pemakaian energi listrik WBP. Besarnya tarif batas energi ini adalah 2 kali harga tarif per kwh. Bea batas energi = (energi WBP terpakai batas energi) x 2 x bea perkwh (2.14) Denda Selain sistem disinsentif yang berlaku diberlakukan saat ini seperti dijelaskan dalam sub bab 2.4.2, ada satu biaya tambahan yaitu biaya denda karena faktor daya kurang dari harga yang ditentukan PLN, yaitu 0,62 % harga tersebut biasanya hasil perhitungan dari perbandingan pemakaian energi reaktif kvarh terhadap energi aktif KW. Apabila harga faktor daya kurang dari 62% dalam sebulan maka akan dikenakan denda tarif biaya per kvarh. Bea kvarh = Energi kvarh (Energi kwh x 0,65) x biaya per kvarh (2.15) Tarif Pajak Penerangan Jalan Pajak penerangan jalan yang ditentukan oleh PLN adalah 2,4% dari total biaya pada poin s/d Bea PPJ = 2,4% x ( Biaya Beban + Biaya Pemakaian + Disinsentif + biaya denda)

27 2.5.6 Total Biaya Rekening Listrik Rekening listrik bulanan yang harus dibayar oleh konsumen kepada PLN merupakan penjumlahan dari biaya pada poin s/d Total Rekening = Biaya Beban + Biaya Pemakaian + Biaya Disinsentif + Biaya Denda + Biaya Pajak (2.16)

28 BAB III BEBAN LISTRIK PT NAGA TARRA SAKTI 3.1 Sistem kelistrikan Sejak tahun 1992 PT Naga Tarra Sakti melakukan kontrak pasokan tenaga listrik dari PLN sebesar 2x 865 KVA dengan tegangan kerja 20KV, 3 phasa. Dengan berjalannya waktu dan pengaruh dari krisis global, aktifitas produksi pun menurun maka pada tahun 2008 kapasitas diturunkan menjadi 1x 865 KVA. seluruh sumber listrik dipasok dari PT PLN dengan menggunakan saluran bawah tanah. Pasokan 20 KV diturunkan oleh trafo menjadi 380 V selanjutnya digunakan untuk mencatu keseluruhan beban peralatan-peralatan listrik. Di bawah ini adalah blok diagram distribusi daya listrik PT Naga Tarra Sakti. Gambar 3.1 distribusi Daya Listrik PT Naga Tarra Sakti

29 Untuk menjaga agar pasokan energi listrik tetap ada, apabila terjadi gangguan pasokan dari PLN (black out), maka pasokan listrik akan di backup oleh Generator, dengan kapasitas 500KVA, 3 phasa. Genset ini digunakan hanya untuk beberapa mesin, ruang panel, server, komputer dan penerangan, sehingga proses produksi tidak terganggu walaupun ada beberapa mesin yang harus mati. Untuk memperbaiki faktor daya maka dipasang kapasitor bank secara paralel. Alat yang digunakan untuk keperluan menghitung biaya pemakaian listrik di pabrik menggunakan beberapa peralatan yang disediakan PLN, sbb: a. KWH meter b. Ampere Meter c. Volt Meter d. Cos phi meter Berdasarkan desain distribusi, total daya tersambung ke jala-jala PLN dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah. Total daya tersambung ini sudah termasuk beberapa peralatan listrik yang sifatnya sebagai cadangan ( stand by) misalkan beban chiller 1 dan 2, dimana chiller 1 saat proses produksi hidup terus, sementara chiller 2 akan dihidupkan apabila chiller 1 sedang dalam perbaikan atau pemeliharaan. Lebih jelasnya mengenai beban tersambung ini bisa dilihat pada tabel 3.1, dimana peralatan tersebut meliputi :

30 a. Peralatan yang digerakan oleh, motor listrik seperti : compressor, pompa, blower, mesin injection, dll b. Alat pendingin baik itu untuk proses produksi maupun ruang produksi, seperti : HVAC, Chiller pada proses produksi c. Lampu penerangan baik untuk kantor, gudang serta ruang penyimpanan bahan Baku (Polycarbonate, polypropylin, polysterin) d. Peralatan listrik di perkantoran seperti komputer, mesin fotocopy Tabel 3.1 Daya Tersambung NO AREA DAYA T ERSAMBUNG (KW ) 1 G P RODUKSI G P RINT ING G P ACKING G DIST RIBUSI T OT AL Identifikasi Beban Menurut Jenis Operasinya Untuk keperluan operasi pabrik, peralatan listrik dioperasikan dengan kebutuhan proses area yang bersangkutan. Pada area tertentu, peralatan listrik hanya dioperasikan selama kurun waktu tertentu atau disebut dengan batch proses. Sedangkan area proses yang lainnya diopersikan secara terus menerus atau 24 jam Untuk mengetahui akurasi pemakain peralatan listrik di pabrik maka kita harus mengetahui proses produksi secara keseluruhan di PT Naga Tarra Sakti. Gambar di bawah ini menggambarkan alur proses produksi dari tahap awal sampai tahap akhir.

31 Bahan baku Case CD Unit pembuatan Case CD Bahan baku CD Unit pembuatan CD Unit Utility - Chiller - HVAC - Compressor - Dll Unit Cover Printing Unit packing Distribusi Gambar 3.2 Alur Proses Produksi pembuatan Compact Disc (CD) Untuk menghitung berapa kebutuhan daya listrik yang seharusnya untuk suatu proses di area tertentu, maka dilakukan identifikasi peralatan listrik yang digunakan dalam proses tersebut dan berapa lama ia beroperasi. Identifikasi peralatan dilakukan dengan cara menginventarisasi peralatan di tiap area proses, mencatat konsumsi daya peralatan dan dan berapa lama ia beroperasi. Data data tersebut diperoleh dari pengukuran di lapangan dan dari data sheet peralatan yang bersangkutan

32 Tabel 3.2 Identifikasi Daya Peralatan NO AREA DAYA (KW ) 1 G P RODUKSI G P RINT ING G P ACKING G DIST RIBUSI T OT AL Karakteristik Kelistrikan Yang dimaksud dengan karakteristik kelistrikan adalah parameter kelistrikan yang dihasilkan akibat pemakaian listrik, seperti faktor daya, faktor beban, faktor kebutuhan. Dalam Tugas akhir ini karakteristik kelistrikan yang akan dibahas berdasarkan pada data-data pemakaian listrik selama periode Januari 2008 sampai dengan desember Faktor Daya Faktor daya dalam sistem kelistrikan di PT Naga Tarra Sakti. selain diukur dengan cos φ meter dapat pula dihitung berdasarkan hasil pencatatan bulanan daya reaktif (dalam kvar) dan daya nyata (kwh) sebagaimana disebutkan dalam persamaan berikut. ) Atau dapat ditulis Faktor daya (

33 MAR MAY NOV AUG OCT APR DEC JUN JAN FEB SEP JUL MAR MAY AUG NOV OCT APR DEC JUN JAN FEB SEP JUL Dari perhitungan data yang ada antara periode januari sampai desember 2008 Seperti Tabel 3.3. Untuk lebih detilnya dapat dilihat pada lampiran, ternyata cos φ berkisar 0.91 dan 0.98, dengan angka rata-rata 0.96 seperti terlihat pada gambar di bawah ini. FAKTOR DAYA FAKTOR DAYA Gambar 3.3 grafik faktor daya tahun MVARh (Q) MVA (S) MWh (P) Gambar 3.4 grafik pemakaian energi listrik tahun 2008

34 3.3.2 Daya Rata-rata dan daya maksimum Daya rata - rata adalah perbandingan antara daya Pemakaian energi listrik dengan waktu pemakaian Daya listrik. Daya rata-rata tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 3.5. Hasilnya daya rata rata antara januari desember 2008 (Gambar 3.5) adalah KW dengan angka tertinggi KW (desember 2008), minimum 144 KW (januari 2008). Sedangkan daya maksimum berdasarkan hasil pencatatan meter, dalam satuan kva, berkisar antara sehingga kva ( Desember 2008), minimum 454 kva (Januari 2008) sehingga rata ratanya kva. Gambar grafik 3.5 memperlihatkan grafik daya yang meliputi daya rata-rata, maksimum kva, beban tersambung dan daya terpasang kw Terpasang Max kva beban tersambung jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec Gambar 3.5 Grafik Daya Tahun 2008

35 MW rata-rata jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec MW rata-rata Gambar 3.6 Grafik daya rata-rata tiap bulan tahun Faktor Beban (Load Factor) Berdasarkan pencatatan KWH, MVAR dan max kva tiap bulannya seperti tabel 3.5, maka dengan menggunakan dasar persamaan 2.12 faktor beban dapat di hitung tiap bulannya sebagai berikut : Faktor Beban (LF) = Beban Rata-rata Maksimum Kebutuhan Hasilnya rata-rata antara januari desember 2008 adalah 0.51 (51 %) dengan angka tertinggi 0.67 (Juni 2008) dan angka terendah 0.21 (januari2008). Faktor beban bulan januari sangat rendah hal ini dikarenakan proses produksi yang pendek sehingga konsumsi listrik bulanannya rendah

36 faktor beban faktor Kebutuhan jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec Gambar 3.7 Grafik faktor beban dan faktor kebutuhan Faktor kebutuhan (Demand Factor) Faktor kebutuhan (Demand Factor) yang merupakan rasio dari kebutuhan maksimum terhadap beban tersambung dihitung dengan persamaan 2.13, yaitu Faktor Kebutuhan = Maks kebutuhan (KVA x Cos φ) Beban Tersambung (MW) Dengan beban tersambung KW (lihat tabel 3.1) dan pencatatan maksimum KVA tiap bulannya serta perhitungan cos φ pada bulan januari desember 2008, seperti pada gambar grafik 3.5 dan 3.4, maka faktor kebutuhan berkisar antara 0.28 Sampai 0.45 dengan rata rata 0.38 (38 %) seperti terlihat pada gambar 3.6 diatas.

37 3.4 Pemakaian Peralatan listrik di PT Naga Tarra Sakti Dalam menjalankan produksi PT Naga Tarra Sakti banyak menggunakan peralatan listrik yaitu sebagai penggerak seperti motor, penerangan, pendingin. Dengan banyaknya peralatan listrik yang digunakan akan biaya yang dialokasikan setiap bulan sangat besar yaitu bisa mencapai 30 % dari biaya produksi. Manajemen audit energi akan melihat kemungkinan-kemungkinan hilangnnya energi atau losses pada motor listrik, sistem lampu penerangan, sistem tata udara (HVAC). Dari data data ini nantinya bisa dianalisa dan dilakukan evaluasi, apakah pemakaian sudah optimum penggunaanya Motor Listrik Motor listrik merupakan salah satu alat listrik yang banyak digunakan pada proses produksi, kebanyakan motor yang digunakan adalah jenis motor induksi, motor-motor tersebut digunakan sebagai a. Penggerak kompressor untuk menghasilkan udara dengan tekanan yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Besarnya kapasitas kompressor yang tertinggi adalah KW dengan tegangan kerja 380 Volt. b Penggerak pompa baik pompa sirkulasi pendinginan proses produksi, salah satu pompa besar yang digunakan adalah pompa sirkulasi pendingin mold. Dengan kapasitas KW dengan tegangan kerja 380 volt.

38 c Motor hidrolik mesin injection. Yang digunakan oleh mesin injection CD dan Case CD yang mencapai 208 KW. d Motor listrik untuk penggerak mesin potong kertas dengan daya 3,8 KW. Pada tabel 3.6 terlihat hasil pengukuran dilapangan beberapa motor listrik yang digunakan, dari data ini nantinya akan dievaluasi apakah motor motor tersebut sudah beroperasi secara efisien. Tabel 3.3 Tabel pemakaian energi listrik motor listrik no EQUIP DESC Output (KW ) Output (KVARh) cos θ ratio (%) Rating Running Rating Running Rating Running KW KVARh 1m injection m injection m injection m. injection cd m. injection cd kompresor s Exaust Pada tabel 3.3 diatas ada beberapa beban mesin bekerja dengan sistem hidrolik. Dengan tenaga penggerak hidroliknya yaitu motor induksi. Mesin tersebut adalah mesin injection, mesin injection ini mempunyai beberapa step dalam satu periode (menghasilkan 1 produk) yaitu ; mold close, inject, hold, suckback, cooling, charge, eject. Dari setiap step tersebut membutuhkan daya dan waktu yang bervariatif, data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. M esin Tabel. 3.4 Tabel pemakaian energi listrik mesin injection M OLD CLOSE INJECT HOLD SUCKBACK COLLING CHARGE EJECT jum lah t (s) P t P t P t P t P t P t P p t INJECT ION INJECT ION INJECT ION INJECT ION CD INJECT ION CD

39 Pemakaian energi dari tabel 3.4 masih dalam satuan wattjam (Watt hour), mesin injection ini efektif beroperasi selama 14 jam dalam sehari, start pada jam 7.30 sampai dengan jam wib. Mesin injection 3 menghasilkan standar box cd/vcd, mesin injection 5 menghasilkan digitray cd/vcd, mesin injection 5 menghasilkan box DVD, mesin injection 5.1 menghasilkan kepingan CD/VCD, mesin injection 5.2 menghasilkan kepingan DVD Sistem Penerangan Sistem penerangan di area produksi menggunakan lampu jenis mercury dan fluorescent dimana lampu tersebut mempunyai kualitas lumen yang sangat bagus. Tabel 3.5 berikut memperlihatkan data intensitas cahaya di beberapa titik ruang produksi. Tabel 3.5 Table data Lampu Penerangan No Area Jenis Lampu INT ENSIT AS CAHAYA DESAIN (LUX) AKT UAL (LUX) 1 P RODUKSI CASE & CD FLOURESCENT P RINT ING FLOURESCENT P ACKING FLOURESCENT DIST RIBUSI MERCURY INVENT ORY MAT ERIAL MERCURY INVENT ORY BOX P AP ER MERCURY Dari data dilapangan terdapat beberapa lampu yang pengoperasiannya sering terlupakan dan tidak terkontrol, khususnya di area Inventory, karena memang pengoperasiannya secara manual, lampu ini tetap menyala apabila siang hari karena posisinya jauh dari aktifitas produksi, adapun lampu- lampu tersebut dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.

40 Tabel 3.6 Data lampu penerangan inventory NO AREA JENIS LAMPU JUMLAH T OT AL DAYA (KW ) 1 INVENT ORY MAT ERIAL MERCURY 8 2,168 2 INVET ORY BOX P APER MERCURY 8 2,168 3 INVENT ORY DISC & COVER flourescent 32 1,344 4 INVENT ORY SPAREPART flourescent 30 1,26 T OT AL Sistem Tata Udara (HVAC) Sistem tata udara ikut berperan terhadap proses produksi karena ada beberapa peralatan yang sensitive dengan temperatur ruang, seperti server room dengan temperatur 18 0 C, gedung produksi CD dengan temperatur ruangan 18 0 C, menggunakan 2 x 15 hp atau 2 x 10 KW. Pada hari libur atau ketika tidak produksi AC produksi CD ini tetap menyala. Ada pun data pemakaian daya AC yang digunakan dapat dilihat pada lampiran. 3.5 Perhitungan Rekening Listrik Perhitungan rekening listrik ditentukan oleh tiga variabel, yaitu : 3. Biaya tetap atau biaya beban adalah biaya yang harus dibayar setiap bulannya yang ditentukan oleh besarnya kapasitas yang terpasang, jadi tidak di pengaruhi oleh jumlahnya pemakaian energi listrik. 4. Biaya variabel, yaitu biaya yang harus dibayarkan sesuai dengan pemakaian energi listrik setiap bulannya. 5. Finalty atau disinsetif, yaitu biaya tambahan yang harus dibayarkan pada rekening sesuai denan peraturan yang di berlakuikan oleh PLN, misalkan

41 factor daya yang kurang dari 0.65, daya maksimal melebihi yang di tentukan, dan pemakaian batas energi waktu beban puncak (WBP) melebihi harga yang sudah di sepakati Biaya beban Biaya beban (Tetap) yang harus di bayar oleh PT Naga Tarra Sakti sesuai dengan kontrak PLN adalah 865 kva, dengan menggunakan persamaan pada bab 2.12 pada sub dan berdasarkan tarif dasar listrik (TDL) tahun 2003 seperti terlihat pada tabel 2.1 sub bab 2.5 maka biaya tetap yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah 865 kva x Rp = Rp Biaya Pemakaian Energi listrik Biaya pemakaian energi listrik yang di berlakukan di PT Naga Tarra sakti adalah golongan tarif I3/TR seperti terlihat pada tabel 2.1 di sub 2.5. dimana harga per kwh adalah Rp. 439 ketika LWBP. Dan untuk WBP adalah Rp.878 bila pemakian jam nyala kurang dari 350 jam, dan Rp. 439 bila pemakai jam nyala lebih dari 350 jam. Apabila persamaan persamaan 2.13 pada sub bab diaplikasikan pada bulan desember 2008 maka jumlah biaya yang harus di bayar adalah Biaya pemakaian energi = biaya LWBP + biaya WBP Biaya LWBP = x Rp. 439 = Rp Biaya WBP = x Rp. 878 = Rp Total biaya pemakaian Rp = Rp

42 3.5.3 Biaya Kelebihan Daya Maksimum WBP (KVA Max) Seperti yang diuraikan pada sub bab biaya kelebihan daya maksimum atau disebut juga kva max melebihi harga yang sudah ditentukan, dan jam nyala dalam sebulan kurang dari 350 jam. Bila diambil data pada periode Desember 2008 kva max WBP sebesar KVA, maka pada periode desember ini tidak dikenakan biaya kelebihan daya maksimum, karena tidak melebihi batas daya (KVA) yaitu kva. Apabila terjadi kelebihan daya maks WBP maka persamaannya dapat dilihat pada persamaan 2.14 sub Biaya Kelebihan Batas Energi WBP Seperti sudah di uraikan pada sub bab 2.3 biaya kelebihan pemakaian batas energi adalah biaya yang dibebankan apabila pemakaian energi listrik WBP melebihi batas energi yang telah ditentukan. Harga batas energi yang berlaku sekarang di PT Naga Tarra Sakti adalah 9.333,34 kva, artinya apabila pemakaian energi listrik saat beban puncak atau WBP melebihi harga yang sudah ditentukan maka kelebihannya harus dibayar 2 kali harga normal. Apabila persamaan 2.15 sub bab diaplikasikan pada bulan desember 2008 dimana konsumsi energi listrik WBP sebesar ,66 kwh, maka biaya kelebihan energi yang harus dibayarkan adalah Bea batas energi = ( energi WBP terpakai batas energi) x 2 x bea per kwh = ( ,34) x 2 x 439 = ,66 x 2 x 439 = Rp ,285

43 3.5.5 biaya invoice Biaya invoice adalah biaya pengiriman atas jasa informasi rekening listrik yang harus dibayarkan. Biaya ini setiap bulan tidak berubah yaitu Rp Biaya Pajak penerangan Jalan Besar pajak penerangan jalan adalah sebesar 2.4 % dari total biaya listrik, jika diaplikasikan pada pembayaran bulan Desember sebagai berikut Pajak penerangan = 2.4 % x sub total pembayaran listrik = 2.4 % x =Rp Total Rekening Listrik Total seluruh komponen rekening listrik yang harus di bayar pada bulan desember adalah sesuai dengan persamaan 2.17 pada sub bab di tambah dengan biaya materai adalah: Total Pembayaran Rekening = Biaya Beban + Biaya Pemakaian + Biaya Disinsentif + Biaya Materai + Biaya Pajak Penerangan Jalan Total Pembayaran Rekening = Rp Rp Rp Rp Rp Rp = Rp Pembayaran rekening listrik yang dilakukan PT Naga Tarra Sakti selama periode yahun 2008 bisa dilihat pada gambar 3.6 berikut ini.

44 biaya pemakaian biaya beban biaya dis insentif Total jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec Gambar 3.8 Pembayaran rekening listrikpt Naga Tarra Sakti jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec injection 3 injection 5 injection6 injection cd injection dvd Gambar 3.9 Hasil Produksi PT Naga Tarra Sakti tahun 2008

45 BAB IV PELUANG PENGHEMATAN BIAYA ENERGI LISTRIK Penghematan dilakukan dalam rangka memangkas kebutuhan energi listrik yang pemakainnya tidak produktif atau bersifat pemborosan energi, yang secara ekonomis merupakan pemborosan biaya produksi. Program penghematan tidak boleh menurunkan laju produksi perusahaan, akan tetapi justru dapat mengurangi biaya produksi. Sehingga diharapkan dengan adanya langkah-langkah penghematan ini proses produksi tidak akan terganggu, tetapi biaya produksi dapat diturunkan dari sisi biaya energi listrik yang terpakai. Tahap-tahap untuk melakukan evaluasi dimulai dengan mengumpulkan data-data sebagai berikut : a. Melakukan pengukuran peralatan peralatan dengan tang meter (merk circutor C38) b. Mempelajari single line Diagram dari jaringan distribusi kelistrikan PT Naga Tarra Sakti dan peralatan listrik yang terpasang. c. Mencatat data bulanan pemakaian listrik dalam kurun waktu 1 (satu) tahun yaitu tahun dimana dalamnya terdapat data catatan jumlah kwh, kvar. d Mencatat data rekening bulanan dan tarif dasar listrik yang berlaku

46 e f Melihat kapasitas daya yang terpasang yang dinyatakan dalam kontrak Mengamati proses kerja suatu unit atau melakukan tanya jawab dengan teknisi lapangan untuk mendapatkan informasi mengenai prinsip kerja dari suatu unit kerja dan mengevaluasi jumlah peralatan yang terpakai dalam unit tersebut. Berdasarkan data yang terkumpul dapat dilakukan perhitungan evaluasi untuk menentukan kemungkinan dilakukannya usaha penghematan pemakaian energi listrik, seperti : a. Mengoptimalkan pemakaian peralatan listrik dalam suatu proses produksi b. Pengaturan atau menjadwal pemakaian peralatan listrik c. Menghitung kembali kebutuhan energi peralatan, agar energi yang digunakan lebih optimal. Ada beberapa faktor kelistrikan yang mempengaruhi biaya pemakaian energi listrik yang akan ditinjau, yaitu : a. Faktor daya b. Faktor beban c. Daya terpasang d. Pengoperasian peralatan 4.1 Peningkatan Faktor Daya Seperti diuraikan pada sub bab aliran daya reaktif sudah mencukupi untuk mengurangi daya induktif yang timbul akibat beban beban induktif. dengan menggunakan kapasitor bank berkapasitas 25 kvar x 10, selama tahun 2008 mempunyai angka minimum 0.91 dan maksimum angka tersebut jauh

47 lebih baik di bandingkan dengan angka yang disarankan PLN yaitu 0.85, hal ini berarti bahwa pencatatan energi reaktif kvarh tidak diperhitungkan sebagai biaya tambahan (denda), karena biaya denda akibat faktor daya yang rendah akan terjadi bila faktor daya di bawah sehingga perbaikan faktor daya dengan penambahan kapasitor bank menjadi tidak ekonomis karena akan menambah biaya pemasangan peralatan. Gambar 4.1 memperlihatkan grafik perbandingan faktor daya aktual, faktor daya minimum dan faktor daya yang mengakibatkan denda selama periode tahun denda cos phi < 062 cos phi minimum cos phi actual JAN FEB MARAPRMAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC Gambar 4.1 grafik cos phi tahun Faktor Beban Dari hasil perhitungan faktor beban rata-rata 0.51 (51 %) terlihat pada pada gambar 3.6 grafik faktor beban tahun 2008, berarti pemakaian listrik masih belum konstan, masih terjadi lonjakan pemakaian pada saat saat tertentu. Hal ini

48 disebabkan karena kondisi proses produksi yang tidak selalu beroperasi penuh karena tergantungan permintaan produksi. Pada saat produksi konsumsi listrik melonjak tinggi dan pada saat produksi berhenti konsumsi listriknya rendah faktor beban jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec faktor beban Gambar 4.2 grafik Faktor Beban tahun Optimasi Daya Terpasang Melihat pada tabel 3.5, maka hasil pencatatan maksimum KVA setiap bulannya selama periode januari desember 2008 adalah kva, sedangkan daya terpasang PT Naga Tarra Sakti 865 kva. maka selisih daya terpasang adalah = 171 kva, 80 % dari daya terpasang. Dengan melihat pemakaian beban 80 %, dari kapasitas daya terpasang, dinilai cukup. Tidak perlu penurunan daya terpasang. Karena PT Naga Tarra Sakti adalah perusahaan yang sedang mulai berkembang, ada kemungkinan beban bertambah seiring meningkatnya produksi.

49 4.4 Penghematan Pembayaran Rekening Listrik Pembayaran listrik selama tahun 2008 yang dilakukan oleh PT Naga Tarra Sakti mencapai rata-rata perbulan sekitar Rp , Dari keseluruhan komponen rekening listrik yang ada, masih ada peluang untuk dilakukan penghematan sehingga bisa lebih ekonomis. 4.5 Penghematan Pemakaian Peralatan Listrik Berdasarkan pengamatan dari keseluruhan pemakaian peralatan listrik di area gedung Naga Tarra Sakti, ada peluang dilakukannya penjadwalan kerja peralatan listrik yang cukup signifikan untuk dipertimbangkan tanpa mengurangi hasil produsi, yaitu dengan mempertimbangkan : Pengoperasian mesin Injection Pengoperasian mesin cutting Pengoperasian komperessor Pemakaian penerangan inventory Pengoperasian AC pada gedung Produksi CD Penghematan Motor Listrik Motor listrik yang digunakan untuk proses produksi adalah jenis motor induksi. Bila dilihat pada tabel 3.6 Pada sub bab pemakaian motor listrik saat beban bervariasi sudah bisa dikatakan efisien, hal ini bisa dilihat dari hasil pengukuran pada tabel 3.6 sub bab salah satu contoh motor injection 5.2 Dengan rasio beban 80 %, hal ini di tunjang oleh bagusnya faktor daya yaitu 0.93 lag. Ratio kvar sebesar 80 %, hal ini membuktikan bahwa tidak perlu

50 penambahan kapasitor bank untuk memperbaiki cos 0. Walaupun motor ini sudah effisien, Tetapi masih bisa dilakukan penghematan, yaitu dengan penjadwalan operatioanalnya. Mesin injection 3, 5, 7, 5.1 adalah mesin dengan sistem hidrolik, yang menggunakan motor untuk opersionalnya, untuk daya operasionalnya dapat dilihat pada tabel 3.3. Ada peluang penghematan energi yang dipakai oleh beberapa peralatan yang menggunakan motor listrik. 2 Penghematan mesin injection. Mesin injection bekerja dengan sistem hidrolik, kecuali pada mesin injection 5.2 yang menggunakan full elektrik. Sistem hidrolik bekerja menggunakan motor listrik induksi, sedangkan mesin injection 5.2 menggunakan sistem full elektrik motor. Mesin tersebut efektif beroperasi selama 14 jam/hari, 22 hari/bulan. Dari tabel 3.4 dapat kita lihat pemakaian energi listrik setiap mesin injection, dan waktu yang di butuhkan untuk 1 cycle (1 cycle adalah waktu atau daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk), tabel 4.1 adalah perhitungan daya mesin injecton.

51 Tabel 4.1 Tabel pemakaian energi listrik mesin injection Mesin t (s) P/cycle (Wh) P/cycle (kwh) P (kwh) P 14 jam/hari (KWh) P 22 hari/bulan(kwh) INJECTION INJECTION INJECTION INJECTION CD INJECTION CD Jumlah Dari tabel 4.1 diatas dapat di hitung biaya pemakaian energi listrik mesin Injection untuk tiap cyclenya. Perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Biaya produsi per Produk yang dihasilkan pada LWBP dapat dihitung Biaya produksi = daya/periode x TDL LWBP Mesin Injection 3 = x Rp 439 = Rp 36,437 /produk Mesin Injection 5 = x Rp. 439 = Rp. 46,534/produk Mesin Injection 7 = x Rp. 439 = Rp. 42,583/produk Mesin Injection 5.1 = x Rp. 439 = Rp. 12,731/keping Mesin Injection 5.2 = x Rp 439= Rp. 1,9316/keping 2. Biaya produsi per Produk yang dihasilkan pada WBP Biaya produksi = daya/cycle x TDL WBP Mesin Injection 3 = x Rp 878= Rp 72,874 /produk Mesin Injection 5 = x Rp. 878= Rp. 93,068/produk Mesin Injection 7 = x Rp. 878 = Rp /produk Mesin Injection 5.1 = x Rp. 878 = Rp /keping Mesin Injection 5.2 = x Rp 878= Rp /keeping

52 Pemakaian energi listrik sebelum penghematan terdapat Pada tabel 4.2 dengan total LWBP sebesar KWH dan total WBP KWH. Dengan jam operasional pada waktu LWBP selama 9 jam dan 5 jam pada WBP dalam satu harinya, dan 22 hari dalam sebulan. Pemakaian energi dalam 1 bulan = daya/ jam x lama operasional (jam) x 22 (hari) Dari tabel 4.1 dapat kita hitung berapa Energi yang digunakan dalam 1 bulan Tabel 4.2 Pemakaian Energi mesin injection pada saat WBP dan LWBP perbulannya Mesin LWBP (kwh) WBP (kwh) JUMLAH (kwh) INJECTION INJECTION INJECTION INJECTION INJECTION JUMLAH Penghematan bisa kita dapat apabila sistem jam kerja yang tadinya s/d dialihkan menjadi jam s/d dapat menurunkan harga per keping/produk. Karena tidak adanya energi listrik yang dipakai selama WBP oleh Mesin Injection. Pemakaian energi = jumlah daya(lihat tabel 4.1) x lama operasi (jam) x 22 hari penghematan yang dihasilkan adalah a. Tidak adanya beban WBP b kWh/ bulan menjadi LWBP c. Total LWBP adalah KWH KWH = KWH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA 3.1 Sistem Kelistrikan Sejak tahun 1989 PT Maju Jaya melakukan kontrak pasokan listrik dari PLN sebesar 865 KVA dengan tegangan kerja 20 KV, 3 phasa. Seluruh sumber listrik

Lebih terperinci

BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK

BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK 2.1. KONSUMSI ENERGI PADA BANGUNAN BERTINGKAT Peningkatan jumlah konsumsi energi oleh bangunan bertingkat seperti gedung perbelanjaan, perkantoran, rumah sakit,

Lebih terperinci

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

Tarif dan Koreksi Faktor Daya Tarif dan Koreksi Faktor Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @uny.ac.id Tujuan: Mahasiswa dapat: 1.

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk 6 BAB II DASAR TEORI 2.1. AUDIT ENERGI Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk penghematan. Tujuan suatu audit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMAKAIAN LISTRIK GEDUNG PGC Konsumsi energi listrik harian di gedung Pusat Grosir Cililitan dicatat oleh PT. PLN (Persero) dalam 2 jenis waktu pemakaian yaitu Luar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMAKAIAN BEBAN LISTRIK DI PT. TITAN PETROKIMIA NUSANTARA CILEGON BANTEN DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI TUGAS AKHIR

EVALUASI PEMAKAIAN BEBAN LISTRIK DI PT. TITAN PETROKIMIA NUSANTARA CILEGON BANTEN DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI TUGAS AKHIR EVALUASI PEMAKAIAN BEBAN LISTRIK DI PT. TITAN PETROKIMIA NUSANTARA CILEGON BANTEN DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI TUGAS AKHIR Disusun Oleh : SONJAYA NIM : 0140211-071 Konsentrasi : TEKNIK TENAGA

Lebih terperinci

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono@uny.ac.id Analisis Pemasangan Kapasitor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA RS. DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA RS. DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA RS. DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Program Pendidikan Strata Satu

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN Sylvia Handriyani, Adi Soeprijanto, Sjamsjul Anam Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak Besarnya pemakaian energi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA USAHA PENGHEMATAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI AREA PRODUKSI PT. MAJU JAYA

TUGAS AKHIR ANALISA USAHA PENGHEMATAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI AREA PRODUKSI PT. MAJU JAYA TUGAS AKHIR ANALISA USAHA PENGHEMATAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI AREA PRODUKSI PT. MAJU JAYA Diajukan untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar stara (S1) Disusun oleh : Nama : Kemas Mohamad Affan NIM

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA BAB III METODE PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Salah satu kegiatan studi kelayakan penggunaan dan penghematan energi listrik yang paling besar dan paling penting adalah pengumpulan data dan data yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT 4.1. Perancangan Instalasi dan Jenis Koneksi (IEEE std 18-1992 Standard of shunt power capacitors & IEEE 1036-1992 Guide for Application

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN Sylvia Handriyani 2200109034 LATAR BELAKANG Rendahnya faktor daya listrik pada KUD Tani Mulyo Lamongan Besarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

Optimasi dan Manajemen Energi Kelistrikan Di Gedung City of Tomorrow

Optimasi dan Manajemen Energi Kelistrikan Di Gedung City of Tomorrow Sidang Tugas Akhir (Genap 2011-2012) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Optimasi dan Manajemen Energi Kelistrikan Di Gedung City of Tomorrow Nama : Dendy Yumnun Wafi NRP : 2209 105 094 Pembimbing

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI LISTRIK PADA PT. X. Oleh : ABSTRAK

AUDIT ENERGI LISTRIK PADA PT. X. Oleh : ABSTRAK AUDIT ENERGI LISTRIK PADA PT. X Oleh : Nirita Noviyati Rahayu 1), Dede Suhendi 2), Evyta Wismiana 3) ABSTRAK Dengan adanya kebijakan pencabutan subsidi listrik dari pemerintah, dapat membuat semua sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA BEBAN 18,956 kw/ 6,600 V, MENGGUNAKAN CAPACITOR BANK DI PT INDORAMA VENTURES INDONESIA

TUGAS AKHIR. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA BEBAN 18,956 kw/ 6,600 V, MENGGUNAKAN CAPACITOR BANK DI PT INDORAMA VENTURES INDONESIA TUGAS AKHIR PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA BEBAN 18,956 kw/ 6,600 V, MENGGUNAKAN CAPACITOR BANK DI PT INDORAMA VENTURES INDONESIA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK. MEMENUHI PENAMBAHAN BEBAN 300 kva TANPA PENAMBAHAN DAYA PLN

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK. MEMENUHI PENAMBAHAN BEBAN 300 kva TANPA PENAMBAHAN DAYA PLN ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK MEMENUHI PENAMBAHAN BEBAN 300 kva TANPA PENAMBAHAN DAYA PLN 1. Ir. H. Mohammad Amir., M.Eng 2. Aji Muharam Somantri Konsentrasi Teknik Tenaga Listrik, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Optimasi dan Manajemen Energi Kelistrikan Di Gedung City of Tomorrow

Optimasi dan Manajemen Energi Kelistrikan Di Gedung City of Tomorrow 1 Optimasi dan Manajemen Energi Kelistrikan Di Gedung City of Tomorrow Dendy Yumnun Wafi, Ir. Sjamsjul Anam, MT, Heri Suryoatmojo, ST. MT. Ph.D. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG M. Fahmi Hakim, Analisis Kebutuhan Capacitor Bank, Hal 105-118 ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG Muhammad Fahmi Hakim

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Sebelum dilakukan perhitungan dalam analisa data, terlebih dahulu harus mengetahui data data apa saja yang dibutuhkan dalam perhitungan. Data data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK No. GOLONGAN BATAS DAYA KETERANGAN 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah) 2. S-2/TR 250 VA s.d 200 kva Tarif S-2

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG Mahadi Prasetyawan (L2F008059) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Elektrikal Listrik sangat membahayakan dan dapat membuat kebakaran serta membahayakan jiwa orang apabila jaringan listrik tersebut tidak baik. Sekitar 60% kasus kebakaran gedung

Lebih terperinci

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd laksmi.sedec@gmail.com A. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi kegunaan energi listrik, konversi energi listrik, transmisi energi listrik,

Lebih terperinci

ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS Johny Custer Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bengkalis E-mail: johnycaster@polbeng.ac.id Abstrak Penggunaan alat-alat las di Bengkel

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal MIZZA FAHRIZA RAHMAN 4107100082 DOSEN PEMBIMBING Ir. TRIWILASWANDIO WP., M.Sc. 19610914 198701

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. No.314, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA

DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Teknik Tenaga Listrik Disusun oleh : Alto Belly Asep Dadan H Candra Agusman Budi Lukman 0806365343 0806365381 0806365583

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGUMPULAN DATA Agar tujuan penelitian ini tercapai, perlu diketahui penggunaan konsumsi daya yang ada di hotel Permai ini, data-data yang akan dicari adalah data-data

Lebih terperinci

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL LAMPIRAN I DASAR LISTRI UNTU EPERLUAN PELAYANAN SOSIAL PRA BAYAR BATAS DAYA BIAYA PEMAAIAN DAN BIAYA kvarh (Rp/kVArh) 1. S-1/TR 220 VA - Abonemen per bulan (Rp) :14.800-2. S-2/TR 450 VA 10.000 Blok I :

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

Metode Penghematan Energi Listrik dengan Pola Pengaturan Pembebanan.

Metode Penghematan Energi Listrik dengan Pola Pengaturan Pembebanan. Metode Penghematan Energi Listrik dengan Pola Pengaturan Pembebanan. Muhammad Nasir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang, nasirsonni@ft.unand.ac.id Abstrak Tingkat konsumsi

Lebih terperinci

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TANGGAL 4 MEI 1998 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK No. Golongan Batas Daya Keterangan Tarif 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pengertian Energi Energi adalah suatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan tapi dapat dirasakan keberadannya. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik semakin meningkat dan penggunaan daya listrik pada sebuah bangunan bergantung pada pemakaiannya. Seperti halnya penggunaan daya listrik

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN SSN: 1693-6930 39 ANALSS UPAYA PENUUNAN BAYA PEMAKAAN ENEG LSTK PADA LAMPU PENEANGAN Slamet Suripto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Abstrak Keterbatasan sumber

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang sebelumnya tentang kajian managemen konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung perkantoran PT. PHE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik demikian pesatnya seiring dengan begitu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik demikian pesatnya seiring dengan begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan tenaga listrik demikian pesatnya seiring dengan begitu cepatnya perkembangan di industri. Pada industri PT Kusumaputra Santosa Karanganyar membutuhkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.557,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGOPERASIAN AUTOMATIC METER READING (AMR)

LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGOPERASIAN AUTOMATIC METER READING (AMR) LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGOPERASIAN AUTOMATIC METER READING (AMR) Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian Kerja Praktek (S1) Oleh : YUSUF ALI AKBAR 41412110059 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Untuk dapat menjalankan perangkat elektronika tersebut dibutuhkan pasokan listrik. Aliran arus listrik yang ditarik perangkat elektronika dari sumber digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN LAPORAN TUGAS AKHIR Ditulis sebagai syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik sangat

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi Bab IV Analisis Kelayakan Investasi 4.1 Analisis Biaya 4.1.1 Biaya Investasi Biaya investasi mencakup modal awal yang diperlukan untuk mengaplikasikan sistem tata udara dan penyediaan kebutuhan air panas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL Arwadi Sinuraya*) Abstrak Pembangunan pembangkit listrik dengan daya antara 1kW 10 kw banyak dilaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR Oleh : Nisa Ridhayati NIM: 121331017 3A 2 Teknik Telekomunikasi Tanggal Percobaan : 14- Oktober- 2014 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

DAYA PADA RANGKAIAN BOLAK-BALIK.

DAYA PADA RANGKAIAN BOLAK-BALIK. DAYA PADA RANGKAAN BOLAK-BALK http://evan.weblog.ung.ac.id KONSEP DASAR DAYA PADA RANGKAAN AC FASA TUNGGAL Daya dalam watt yang diserap oleh suatu beban pada setiap saat sama dengan jatuh tegangan (voltage

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Alat Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada sebuah gedung di salah satu kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Audit Energi Untuk Pencapaian Efisiensi Penghematan Listrik Di Gedung Tower Universitas Mercu Buana

TUGAS AKHIR. Audit Energi Untuk Pencapaian Efisiensi Penghematan Listrik Di Gedung Tower Universitas Mercu Buana TUGAS AKHIR Audit Energi Untuk Pencapaian Efisiensi Penghematan Listrik Di Gedung Tower Universitas Mercu Buana Diajukan guna melengkapi sebagai syarat Dalam mencapai gelar Sarjanah Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR HASIL KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK

MAKALAH SEMINAR HASIL KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK ANALISIS AUDIT ENERGI PADA BEBAN HVAC (HEAT, VENTILATION, AND AIR CONDITIONING) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG MAKALAH SEMINAR HASIL KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK Disusun oleh:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PEMASANGAN KAPASITOR PADA JARINGAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP DROP TEGANGAN (APLIKASI PADA FEEDER 7 PINANG GI MUARO BUNGO)

STUDI ANALISA PEMASANGAN KAPASITOR PADA JARINGAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP DROP TEGANGAN (APLIKASI PADA FEEDER 7 PINANG GI MUARO BUNGO) STUDI ANALISA PEMASANGAN KAPASITOR PADA JARINGAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP DROP TEGANGAN (APLIKASI PADA FEEDER 7 PINANG GI MUARO BUNGO) Oleh : Sepanur Bandri 1 dan Topan Danial 2 1) Dosen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak 4.1. Analisis Data di Industri BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Salah satu fungsi dari praktik industri adalah

Lebih terperinci

COS PHI (COS φ) METER

COS PHI (COS φ) METER COS PHI (COS φ) METER Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik Dosen Pengampu Achmad Hardito, B.Eng., M.Kom. Disusun Oleh kelompok 3 kelas LT 1D : 1. 2. 3.

Lebih terperinci

BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI

BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI Pada bab ini akan dibahas peran sistem AMR dalam upaya penurunan susut / losses distribusi. Perlu kita ketahui manfaat yang dapat diperoleh

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik

Abstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik OPTIMALISASI PENGGUNAAN KAPASITOR BANK PADA JARINGAN 20 KV DENGAN SIMULASI ETAP (Studi Kasus Pada Feeder Srikandi di PLN Rayon Pangkalan Balai, Wilayah Sumatera Selatan) David Tampubolon, Masykur Sjani

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN KAPASITOR. Ratih Novalina Putri, Hari Putranto

ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN KAPASITOR. Ratih Novalina Putri, Hari Putranto Novalina Putri, Putranto; Analisis Perhitungan Losses Pada Jaringan Tegangan Rendah Dengan Perbaikan Pemasangan Kapasitor ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

2 b. bahwa penyesuaian tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

2 b. bahwa penyesuaian tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala BERITA NEGARA No.885, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Perubahan. MINERAL NOMOR 09 TAHUN 2014 TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008 Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) Zulhajji Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2 STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, ! ^- _ ^s.tcr ti. ^;. ^ ^n... ''j "", 'wi.. r^c % ^. ^ : ^,. ^^..::_.Jr:.: ^Jli'.^,._..^_1\_ r. -.^ :^, y zy `^ n ^ - - ^3 ^..^=:^`` ^_^.JLJ ^^- ^:r_ PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA Bayu Pradana Putra Purba, Eddy Warman Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data yang Didapat Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk menunjang sebagai analisis perbandingan lampu yaitu menggunakan data jenis lampu yang digunakan pada area

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau usaha. Daya listrikbiasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau usaha. Daya listrikbiasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Segitiga Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik,daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha.

Lebih terperinci

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci