BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK"

Transkripsi

1 BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK 2.1. KONSUMSI ENERGI PADA BANGUNAN BERTINGKAT Peningkatan jumlah konsumsi energi oleh bangunan bertingkat seperti gedung perbelanjaan, perkantoran, rumah sakit, hotel dan lain sebagainya diakibatkan oleh bertambahnya jumlah bangunan tersebut yang akhirnya dapat mempengaruhi pola penyediaan energi secara nasional. Hal ini tentu akan berkaitan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam hal intensifikasi/ektensifikasi serta diversifikasi dan konservasi energi. Dalam hal konservasi energi pada bangunan, pemerintah mengambil langkahlangkah kebijaksanaan yang dituangkan dalam SNI tentang Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. Sumber energi listrik menempati porsi paling besar pada bangunan pusat perbelanjaan dan perkantoran, energi listrik tersebut digunakan terutama untuk sistem pencahayaan, sistem tata udara, motor-motor pompa, peralatan kantor dan toko serta lain-lainnya AUDIT ENERGI Kunci utama dari manajemen energi adalah audit pada sistem atau bagian sistem yang engkonsumsi energi yang dilakukan secara periodik dengan selang waktu tertentu. Lingkup kegiatan dari audit energi ini adalah pemeriksaan konsumsi energi serta sejenisnya kemudian dianalisis dan dilakukan tindakan dari hasil analisis yang telah dilakukan. Dengan audit energi tersebut akan dapat diketahui alur energi pada sistem yaitu kemana energi disalurkan, bagaimana efisiensinya, dimana terjadi kehilangankehilangan / kebocoran energi selama perjalanannya dan usaha-usaha apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebocoran-kebocoran sampai pada level minimum dan juga untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam sistem atau bagian sistem. 5

2 Tahapan Audit Energi Secara umum audit energi meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Tahap 1: pengumpulan data, dimana tahapan ini merupakan pengumpulan data energy histories, dimulai dengan pengumpulan data konsumsi dan biaya seluruh energi minimal selama dua tahun terakhir atau lebih. Seluruh masukan energi ke dalam bangunan dikonversikan dengan satuan yang sama, demikian juga dengan biaya atau harga energi tersebut. Data historis tentang biaya dan konsumsi energi setiap tahun digambarkan untuk melihat fluktuasi (perubahan) konsumsi dan biaya energi. Fluktuasi konsumsi energi listrik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: Perubahan area bangunan, volume bangunan yang dikondisikan dan modifikasi bangunan. Perubahan jam operasional dari peralatan-peralatan yang mengkonsumsi energi. Perubahan jumlah penghuni dan perubahan jumlah alat-alat pengkonsumsi energi. Perubahan micro-climate lingkungan: seperti tanaman-tanaman atau pepohonan di sekitar bangunan. Perubahan harga satuan energi yang digunakan. b. Tahap 2: pengamatan lapangan dan analisis, dimana pada tahap ini dilakukan pengukuran-pengukuran pada setiap peralatan-peralatan / sistem yang mengkonsumsi energi. Awal dari tahapan ini dimulai dengan mengidentifikasi seluruh peralatan-peralatan / sistem yang mengkonsumsi energi di dalam bangunan. Dengan semua data yang ada kemudian menggambarkan alur aliran listrik energi di dalam bangunan dan peralatan-peralatan / sistem-sistem yang mengkonsumsinya. Data pengukuran atau data konsumsi energi dari setiap komponen, peralatanperalatan, atau grup-grup yang melengkapi bangunan selanjutnya dilakukan analisis secara teknis dari masing-masing komponen tersebut guna menentukan konsumsi energi spesifik yaitu jumlah energi yang dikonsumsi selama selang waktu tertentu (1 tahun atau satu bulan) per satuan luas bangunan atau sering juga dinyatakan dalam daya rata-rata per satuan luas. Konsumsi energi spesifik di atas dapat dijadikan indikator untuk mengetahui apakah penggunaan energi dalam suatu 6

3 bangunan sudah efisien pada setiap peralatan /sistem, dengan mengacu pada standar-standar yang ada. Pada tahap ini juga dilakukan pengamatan pada setiap peralatan-peralatan yang menyangkut jenis, jumlah, daya, jam operasional (Watt age), kapasitas, sistem control, suhu, isolasi, dan lain sebagainya. Di dalam bangunan bertingkat, beberapa peralatan-peralatan yang perlu diamati adalah: Sistem penerangan Sistem tata udara Sistem transportasi (lift atau escalator) Pompa-pompa (plumbing) Peralatan-peralatan lainnya Pengamatan terhadap objek di atas dapat dilakukan dengan mengisi check list dari hasil pengukuran-pengukuran langsung. Hasil analisa dan pengamatan dalam tahap ini akan memberikan kesimpulan pada bagian-bagian atau sistem-sistem mana yang terjadi kebocoran-kebocoran, pemborosan-pemborosan, dan pemakaian energi yang tidak sesuai sehingga efisiensi penggunaan energi pada sistem-sistem tersebut dapat diketahui apakah sudah optimal atau berlebihan. c. Tahap 3: identifikasi potensi konservasi energi, dimana pada tahap terakhir ini ditentukan tindakan-tindakan/usaha-usaha apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi di dalam bangunan. Analisa dan kesimpulan yang diambil dalam mengidentifikasi potensi konservasi energi pada tahap ini perlu juga didasari pada analisa tekno-ekonomi yang menyangkut investasi, perkiraan penghematan biaya, pay-back period yang akan menentukan prioritas usaha / tindakan yang perlu dilakukan untuk konservasi energi di dalam bangunan. Dalam menentukan prioritas tindakan di atas dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu: a. Usaha/tindakan jangka pendek, dimana pada kategori ini merupakan tindakan yang dapat dilakukan dengan tanpa modal awal, atau dengan modal awal yang relatif jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pemborosan yang terjadi. Contohnya, menaikan set thermostat sistem A/C, mematikan lampu pada tempat-tempat yang tidak fungsional, mengganti lampu yang mempunyai efisiensi tinggi, melakukan maintenance pada peralatan-peralatan, mengurangi jam operasional alat-alat, dan 7

4 lain sebagainya. Bisanya pay-back period untuk kategori ini kurang dari satu tahun dan dapat menghemat energi (atau biaya energi) lebih 50% dari potensi penghematan total. b. Usaha/tindakan jangka panjang, dimana pada kategori ini tindakan yang dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar dalam pelaksanaannya dan mempunyai payback period yang lebih panjang. Beberapa contoh tindakan dalam kategori ini, antaranya penggunaan sistem control automatic peralatan-peralatan/sistem-sistem pemakai energi, penggantian peralatan-peralatan/sistem-sistem dengan yang lebih efisien, perubahan struktur bangunan, dan lain sebagainya. Saran-saran di atas baru merupakan saran yang memerlukan investasi relatif kecil dibandingkan dengan pemborosan biaya tiap tahun akibat kehilangan-kehilangan/pemborosan energi SIFAT KELISTRIKAN Daya Daya merupakan banyaknya perubahan tenaga terhadap waktu dalam besaran tegangan dan arus. Satuan daya adalah Watt (W) atau Horse Power (HP). Daya dalam Watt yang diserap oleh suatu beban pada setiap saat adalah hasil kali jatuh tegangan sesaat diantara beban dalam Volt dengan arus sesaat yang mengalir dalam beban tersebut dalam Amper. Guna keperluaan analisa, daya dalam sirkuit arus bolak balik, dirinci lagi sesuai tipe dari daya tersebut, dimana tipe daya tersebut adalah [6]: a. Daya sesaat b. Daya kompleks c. Daya aktif d. Daya reaktif e. Daya vector Hubungan antara daya dan arus tergantung pada tegangan, dan bisanya tegangan dalam suatu rangkaian adalah konstan, maka hubungan vektorisasi untuk daya dapat digambarkan sama dengan hubungan vektoris pada arus seperti dapat dilihat pada gambar 2.1 dan gambar

5 Arus kerja φ Arus total Arus reaktif Gambar 2.1. Vektor Arus P = daya aktif (kw) φ Q = daya reaktif (kvar) S = daya total (kva) Gambar 2.2 Hubungan segitiga daya Dari gambar 2.1 dan gambar 2.2 jelaslah terlihat bahwa: 2 S = P + Q 2 atau Q = S 2 P 2 dimana : P Q S : daya aktif (Watt) : daya reaktif (VAr) : daya total (VA) Faktor Daya Beban listrik umumnya berupa beban induktif dengan faktor daya 80% mengikut. Oleh sebab itu, beban seperti ini yang distribusi arusnya mengikut (lagging) terhadap tegangan, seperti yang terlihat pada gambar cosinus dari sudut yang dibentuk antara 9

6 arus dan tegangan dikenal sebagai faktor-daya (power factor) yang dirumuskan sebagai berikut. atau: Daya aktif Faktor daya = = Daya semu Faktor daya = cos ϕ = dimana sudut φ adalah sudut fasanya, dan arus mengikut tegangan dari beban yang bersangkutan. P S P S Perbaikan Faktor Daya Banyak peralatan listrik mempunyai faktor daya yang rendah, dimana peralatan tersebut memerlukan arus listrik yang lebih besar dibanding dengan peralatan listrik yang faktor dayanya lebih besar untuk kapasitas dan tegangan yang sama. Hal ini disebabkan karena alat tersebut memerlukan arus efektif sebagai tambahan. Makin rendah faktor daya suatu peralatanm, maka semakin besar kebutuhan arusnya. Beban listrik umumya berupa beban induktif dengan faktor daya 80 % mengikut, oleh sebab itu untuk beban seperti ini yang distribusi arusnya mengikut terhadap tegangan seperti yang terlihat pada gambar 2.3 cosinus dari sudut yang dibentuk antar arus dan tegangan terima (V t ) dikenal sebagai faktor daya (power factor). Gambar 2.3 Perbaikan faktor daya dengan daya aktif konstan 10

7 Bila komponen dari arus I yang sefasa dan tidak sefasa dikalikan dengan tegangan terima V t maka didapat hubungan antar daya aktif (P) daya reaktif (Q) dan daya kompleks (S) atau apparent power (gambar 2.3 b). bila kapasitor dipasang pada sisi beban, maka komponen daya reaktif (Q) dari daya semu (S) akan berkurang. Rendahnya power factor pada sebuah gedung perkantoran, industri, hotel, rumah sakit dan sebagainya disebabkan karena banyaknya beban induktif. Rendahnya power factor berakibat fatal apabila sistem beroperasi pada beban rendah. Besarnya faktor daya (cosφ) dapat dihitung berdasarkan pada persamaan [5]: dimana: P = Daya aktif (kw) S = Daya total (kva) φ = Sudut fasa P Cos ϕ = = S kw kva Kebutuhan atau Demand Kebutuhan beban listrik dalam suatu sistem ialah beban rata-rata yang dibutuhkan selama selang waktu yang singkat dan bukan harga sesaatnya. Beban listrik bisanya diukur dalam Amper, kilowatt atau kilovolt-amper. Selang waktu tersebut ditentukan oleh jenis peralatan yang ditinjau/dibahas, dimana ditentukan oleh konstante termis dan peralatan yang ditinjau atau lamanya (duration) dari beban tersebut. Beban tersebut mungkin hanya sebentar.seperti listrik arus stater dari motor, tetapi setiap peralatan mempunyai konstanta waktu termis yang lama bisa 15 menit, 30 menit, satu jam bahkan lebih, tergantung pada pemakaian. Sehingga tanpa menyebutkan selang waktunya, kebutuhan beban listrik tersebut tidak mempunyai arti apa-apa. Kebutuhan maksimum dari suatu instalasi didefinisikan sebagai suatu beban (kebutuhan) yang terbesar atau tertinggi yang terjadi selama periode tertentu. Beban puncak merupakan beban rata-rata selama selang waktu tertentu, yaitu kemungkinan terjadinya beban yang tertinggi dalam periode selama kurva beban tersebut. Sehingga kebutuhan puncak (kebutuhan maksimum) bukan merupakan nilai sesaat, tetapi nilai rata rata selama selang waktu tertentu, bisaanya selang waktu tertentu tersebut adalah 15 menit, 30 menit atau satu jam. 11

8 Untuk mendapatkan pengertian yang lebihi jelas mengenai kebutuhan puncak, perhatikanlah kurva suatu beban selama 5 jam seperti terlihat pada gambar 2.4. Pada gambar 2.4 ini terlihat bahwa kebutuhan puncak pada selang waktu 30 menit terjadi pada selang waktu A-B, yaitu antara pukul 8.30 sampai pukul 9.00, nilainya adalah 192 kw merupakan beban puncak (kebutuhan maksimum) dari keseluruhan kurva beban ini selama selang waktu 30 menit. Selanjutnya kebutuhan maksimum atas dasar selang waktu 15 menit akan terdapat pada selang waktu M-N, dan nilainya adalah, 210 kw. Jelas terlihat disini, bahwa bila basis selang waktu dirubah, posisi dari kebutuhan maksimum berubah disamping nilainya. Kebutuhann maksimum untuk selang waktu 30 menit lebih kecil daripada selang waktu 15 menit. 200 A B M N : 00 6 : 30 7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10 : : : 00 Waktu Gambar 2.4 Cara menentukan besaran kebutuhan (demand) Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa pengertian kebutuhan maksimum tanpa disertai lamanya selang waktu tidak mempunyai arti apa-apa. Sebagai contoh, kebutuhan maksimumnya = 150 kw, ini tidak mempunyai arti yang khusus. Agar supaya kebutuhan maksimum mempunyai arti maka perlu diketahui: a. Jenis kurva beban yang ditinjau; beban harian, bulanan atau tahunan (jadi periode dari kurva tersebut). b. Selang waktu yang dipakai, misainya 15 menit atau 30 menit dan metoda yang dipakai dalam menentukan nilai rata-ratanya. 12

9 2.4. MANAJEMEN ENERGI PERALATAN LISTRIK Manajemen energi pada peralatan listrik adalah suatu cara untuk mengoptimisasi peralatan listrik sesuai dengan kegunaannya dan mengurangi kerugian yang timbul saat peralatan listrik tersebut digunakan. Biasanya peralatan listrik yang sering dilakukan audit adalah motor listrik, trafo, lampu penerangan, kapasitor, pendingin, dll. Pada gambar 2.5 di bawah terlihat bahwa pada setiap peralatan yang dioperasionalkan terdapat kemungkinan losses yang timbul dan hal tersebut berarti berpeluang untuk dilakukannya efesiensi. Panas Efesiensi Mekanik Efesiensi Efesiensi Efesiensi Efesiensi AC / Pendingin Mekanikal Lain Efesiensi Gambar 2.5 Prinsip umum manajemen energi Motor-motor Listrik Ada tiga komponen energi listrik yang dibutuhkan oleh sebuah motor yaitu: a. Beban mekanik (mechanical loads) pada motor b. Rugi mekanik (mechanlcai losses) dalam motor 13

10 c. Rugi listrik (electrical losses) dalam motor dan rugi pada sistim tenaga listrik (electrical network losses) Rugi-rugi listrik merupakan fungsi dari kondisi lingkungan listrik, sifat beban, dan disain motor. Cara yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja motor adalah efisiensi yang berhubungan dengan rugi-rugi dan kerja produktif yang dilakukan motor. Bila motor tidak beroperasi pada beban yang konstan, maka efisiensi harus didefinisikan kembali. Misal motor tidak dibebani selama waktu 80% dan dibebani 150 % dari name plate selama waktu 20%. Efisiensi motor harus didefinisikan kembali sebagai [1]: R t 2 = R t1 ( M + t 2 ) ( M + t ) 1 dimana: R t1 dan R t2 : tahanan DC (Ohm) T 1 dan T 2 : temperature ( o C) M : konstanta bernilai 241 untuk tembaga dan bernilai 228 untuk alumunium Pengurangan ternperature motor sebesar 1 o C akan mengurangi rugi resistansi dc konduktor sebesar 3-4 %. Efisiensi seluruh peralatan listrik mempunyai beberapa sensitivitas terhadap magnitude tegangan catu, keseimbangan fasa, bentuk gelombang, dan frekuensi. Motor dan trafo didesain untuk kenaikan temperature yang spesifik dalam batasan ± 10% dari name plate. Dibutuhkan ukuran konduktor yang sesuai untuk membawa arus pada tegangan -10% dan rangkaian magnetik yang sesuai untuk tegangan +10%. Bila frekuensi bervariasi, maka efisiensi harus diperhatikan karena lebih berhubungan dengan Volt per herz. Rasio Volt per hz yang konstan menghasilkan kerapatan fluks yang konstan dan ini merupakan parameter yang signifikan. Ketidakseimbangan tegangan fasa, kedip, dan distorsi tegangan akan menambah rugi-rugi sistim dan peralatan. Rugi-rugi ini dihasilkan oleh dua efek yaitu arus yang mengalir di dalam komponen dan efek kulit yang terjadi dalam konduktor yang besar. Arus harmonik yang terjadi memberi efek pemanasan karena meningkatnya resistansi akibat efek kulit. Selanjutnya efek kulit terjadi di dalam rotor. Rotor didesain untuk diberi arus dc untuk motor sinkron dan untuk rotor pada frekuensi slip 1-2 Hz. 14

11 Ketidakseimbangan tegangan memberi dampak yaitu munculnya arus frekuensi tinggi dua kali dari frekuensi saluran yang mengalir pada rotor. Ketidakseimbangan tegangan sebesar 5% dapat mengakibatkan arus yang tidak seimbang sebesar 20-30%. Resistansi efektif rotor pada frekuensi 120% mendekati 5-6 kali resistansi dc. Sehingga kenaikan rugi motor pada saat beban penuh dapat meningkat sampai 50%. Pada gambar 2.6 dapat dilihat karakteristik tegangan, faktor daya, dan arus motor induksi pada saat beban penuh. Gambar 2.6 Pengaruh tegangan motor induksi saat beban penuh Efisiensi maksimum terjadi pada tegangan di atas 100%, tetapi faktor daya maksimum terjadi mendekati tegangan 85%. Sedangkan arus minimum tidak terjadi pada saat faktor daya maksimum seperti dapat dilihat pada gambar 2.7, dimana ditunjukkan keuntungan bila dilakukan regulasi tegangan ke nilai tegangan optimum untuk beban motor tertentu. Kemungkinan untuk meningkatkan efisiensi pada beban yang ringan dapat dilakukan dengan menurunkan tegangan mesin Teknik penurunan tegangan digunakan pada alat penghemat energi, tetapi ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: a. Jika motor dioperasikan untuk beban yang berubah cepat, akan rnenyebabkan stall apabila tegangan tidak dinaikan untuk memberikan torsi yang cukup. 15

12 b. Jika tegangan diatur kenilai optimum dengan thyristor akan menyebabkan distorsi gelombang yang akan menambah rugi-rugi c. Bila kapasitor dipasang untuk memperbaiki faktor daya, tegangan juga akan bertambah. Hal ini akan menambah efisiensi pada saat beban penuh, tetapi akan menurunkan efisiensi pada beban yang lebih rendah [1]. Gambar 2.7 Karakteristik motor untuk berbagai variasi beban Ketidakseimbangan tegangan akan menaikan rugi-rugi motor dan distorsi harmonik akan menyebabkan kenaikan rugi-rugi, seperti ditunjukan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Efek keseimbangan tegangan saat beban penuh motor 200 hp Tegangan tidak seimbang (%) Kenaikan rugi-rugi (%) Kenaikan temperature ( o C) - Kelas A Kelas B

13 Transformator Transformator atau biasa disebut trafo jarang sekali dioperasikan pada beban penuhnya, sehingga efisiensi siklusnya lebih banyak digunakan. Siklus spesifik untuk mengevaluasi trafo harus memperhatikan perkiraan kondisi operasi dimasa yang akan datang dan kondisi awal. Banyak trafo diperbesar kapasitasnya sehingga dapat dibebani dengan beban ekstra selama keadaan darurat atau kondisi pemadaman rutin karena pemeliharaan. Trafo mempunyai rugi daya reaktif (I 2 R) dan rugi daya nyata. Bila reaktansi daya trafo tinggi dipilih karena untuk meminimumkan arus hubung singkat pada circuit braker, maka hasilnya adalah terjadi kenaikan I 2 X dan akibatnya regulasi tegangan akan sangat jelek. Untuk memperbaiki regulasi perlu peralatan kendali tegangan tambahan. Distorsi bentuk tegangan juga akan menambah rugi-rugi yang akan timbul pada trafo [11]. Gambar 2.8 Pembebanan trafo terhadap umur trafo Kapasitor Kapasitor dalam jaringan digunakan untuk memperbaiki arus kerja sambil mengurangi rugi-rugi yang terjadi pada motor dan peralatan listrik lainnya dengan memberikan daya reaktif (VAR) secara lokal. Kapasitor sangat sensitif terhadap distorsi gelombang dan perhatian dilakukan untuk meminimasi masalah pada area ini. 17

14 Ketika kapasitor digunakan dengan thirystor atau beban non linier yang lain (arc furnace. mesin las), resonansi harmonik antara kapasitor dengan sistim induktansi dapat rnengakibatkan kerusakan pada peralatan. Meskipun resonansi tidak terjadi, penguatan harmonik dapat terjadi dan hal ini dapat menambah rugi-rugi sistim dari pengurangannya untuk kondisi frekuensi normalnya DASAR PERHITUNGAN REKENING LISTRIK Berdasarkan pada Tarif Dasar Listrik (TDL) tahun 2003 penggolongan tarif dibedakan menjadi beberapa kriteria: a. Dari segi kebutuhan yaitu, pelanggan rumah tangga, badan sosial, usaha, perhotelan, industri, kantor pemerintahan dan penerangan jalan umum. b. Dari segi sistim tegangan penyambungan listrik yaitu pelanggan tegangan rendah, pelanggan tegangan menengah dan pelanggan tegangan tinggi. c. Dari segi batas daya yaitu pelanggan rumah tangga dengan batas daya 250VA, 450VA, 900VA, 1300VA, 2200VA, batas daya sampai dengan 99kVA seperti yang dipergunakan oleh perhotelan, dan sampai kepuluhan MVA sebagaimana yang dipergunakan oleh industri besar. Pada tabel 2.2 dapat dilihat golongan tarif dan batasan daya untuk keperluan bisnis berdasarkan Tarif Dasar Listrik (TDL) tahun Pembagian golongan tarif untuk bisnis ditentukan oleh besar kecilnya daya yang digunakan. Secara lengkap Tarif Dasar Listrik (TDL) 2003 yang berlaku saat ini bisa dilihat di lampiran A. 18

15 Tabel 2.2 Golongan tarif untuk keperluan bisnis berdasarkan pada TDL 2003 No. Gol. Tarif Batas Daya Biaya Beban (Rp./kVA/bulan) Biaya Pemakaian (Rp. / kwh) 1 B-1 / TR s.d. 450 VA 23,500 Blok I : 0 s.d. 30 kwh : 254 Blok II : diatas 30 kwh : B-1 / TR 900 VA 26,500 Blok I : 0 s.d. 108 kwh : 420 Blok II : diatas 108 kwh : B-1 / TR VA 28,200 Blok I : 0 s.d. 146 kwh : 470 Blok II : diatas 146 kwh : B-1 / TR VA 29,200 Blok I : 0 s.d. 264 kwh : 480 Blok II : diatas 264 kwh : B-2 / TR diatas VA s.d. 200 kva 30,000 Blok I : 0 s.d. 100 jam nyala : 520 Blok II : diatas 100 jam nyala berikutnya : B-3 / TM diatas 200 kva 28,400 Blok WBP = K x 452 Blok LWBP = 452 Keterangan: K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1.4 K 2), yang ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan PT. Perusahaan Listrik Negara) WBP : Waktu Beban Puncak (Pukul s/d 22.00) LWBP : Luar Waktu Beban Puncak Jam Nyala : adalah kwh per bulan dibagi kva tersambung Besarnya biaya rekening listrik yang harus dibayar olen konsumen setiap bulan terdiri dari beberapa komponen: a. Biaya beban, merupakan tarif daya terpasang atau kapasitas terpasang. Yang bisa disebut biaya beban adalah Rp/kVa/bulan yang mana harga setiap kva nya berberda untuk setiap tarif. Biaya beban perbulan yang harus dibayar adalah: Biaya Beban = Kapasitas terpasang x harga per kva b. Biaya pemakaian konsumsi energi listrik, merupakan biaya listrik yang dipengaruhi oleh konsumsi energi listrik yang dipakai selama sebulan. Dari tabel 2.5 di atas, biaya pemakaian masing-masing golongan tarif mempunyai aturan yang berbeda. Sehingga perhitungan bulanan untuk pemakaian energi listrik adalah: 19

16 Biaya Pemakaian = Jumlah konsumsi kwh WBP + Jumlah konsumsi kwh LWBP x tarif per kwh c. Tarif disinsentif, dimana berdasarkan pada peraturan yang baru dari PT. PLN (Persero) bahwa mulai Oktober 2005 sistim pembayaran rekening listrik untuk konsumen industri dan bisnis diberlakukan sistim kva maksimum dan daya maksimum plus. Dengan sistim ini biaya tambahan yang diberlakukan oleh PT. PLN (Persero) adalah sistem disinsentif. Bea kelebihan kva max, yaitu biaya yang harus dikeluarkan apabila pemakaian daya maksimum melebihi setengah dari batas daya terpasang. Besarnya tarif kva maksimum dibedakan menjadi dua yaitu: o o Apabila jam nyala kurang dari 350 jam/bulan maka tarifnya adalah 2 kali tarif biaya beban. Bea kva max = (daya maksimum ½ batas daya) x 2 x biaya beban Apabila jam nyala lebih dari 350 jam/bulan maka tarifnya adalah seperti tarif biaya beban normal. Bea kvamax= (daya maksimum - ½ batas daya) x biaya beban Bea kelebihan batas energi saat waktu beban puncak (WBP), yaitu biaya yang harus dikeluarkan apabila pemakaian energi WBP melebihi batas energi yang telah ditentukan. Penentuan batas energi ini berdasarkan pada kesepakatan antara PT. PLN (Persero) dengan konsumen, dimana barga tersebut diambil dari setengah harga rata-rata pemakaian energi listrik WBP selama enam bulan terakhir. Besarnya tarif batas energi ini adalah dua kali harga tarif per kwh. Bea batas energi = (Energi WBP terpakai - batas energi) x 2 x biaya per kwh d. Denda, dimana selain sistim disinsentif yang diberlakukan saat ini terdapat biaya tambahan lainnya yaitu biaya denda karena faktor daya kurang dari harga yang ditentukan PT. PLN (Persero) yaitu 62% harga tersebut bisaanya hasil perhitungan dari perbandingan pemakaian energi reaktif kvarh terhadap energi aktif kw. Apabila harga faktor daya kurang dari 62% dalam sebulan maka akan dikenakan denda tarif biaya per kvarh. Bea kvarh = Enegi kvarh - (Energi kwh xo.62) x biaya per kvarh 20

17 e. Tarif pajak penerangan jalan umum, dimana pajak penerangan jalan yang ditentukan oleh PT. PLN (Persero) adalah 3% dari total biaya pada poin s/d Pajak ini akan masuk ke dalam kas Pemda. Bea PPJU =3% x (Biaya Beban + Biaya Pemakaian + Disinsentif + Biaya Denda) f. Total biaya rekening listrik, yaitu rekening listrik bulanan yang harus dibayar oleh konsumen kepada PT. PLN (Persero) merupakan penjumlahan dari biaya pada poin sld Total Rekening = Biaya Beban + Biaya Pernakaian + Biaya Disinsentif + Biaya Denda + Biaya pajak 21

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

Tarif dan Koreksi Faktor Daya Tarif dan Koreksi Faktor Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @uny.ac.id Tujuan: Mahasiswa dapat: 1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk 6 BAB II DASAR TEORI 2.1. AUDIT ENERGI Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk penghematan. Tujuan suatu audit

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN Sylvia Handriyani 2200109034 LATAR BELAKANG Rendahnya faktor daya listrik pada KUD Tani Mulyo Lamongan Besarnya

Lebih terperinci

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono@uny.ac.id Analisis Pemasangan Kapasitor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMAKAIAN LISTRIK GEDUNG PGC Konsumsi energi listrik harian di gedung Pusat Grosir Cililitan dicatat oleh PT. PLN (Persero) dalam 2 jenis waktu pemakaian yaitu Luar

Lebih terperinci

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA 3.1 Sistem Kelistrikan Sejak tahun 1989 PT Maju Jaya melakukan kontrak pasokan listrik dari PLN sebesar 865 KVA dengan tegangan kerja 20 KV, 3 phasa. Seluruh sumber listrik

Lebih terperinci

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TANGGAL 4 MEI 1998 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK No. Golongan Batas Daya Keterangan Tarif 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK No. GOLONGAN BATAS DAYA KETERANGAN 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah) 2. S-2/TR 250 VA s.d 200 kva Tarif S-2

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik 30%. 1 Alat penghemat daya listrik bekerja dengan cara memperbaiki faktor daya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya listrik adalah suatu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik sangat

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN Sylvia Handriyani, Adi Soeprijanto, Sjamsjul Anam Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak Besarnya pemakaian energi

Lebih terperinci

Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Rumah Tangga, terdiri atas:

Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Rumah Tangga, terdiri atas: TARlF DASAR LlSTRlK (1) Tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dinyatakan dalam Tarif Dasar Listrik berdasarkan golongan tarif. (2) Tarif

Lebih terperinci

EVALUASI PEMAKAIAN BEBAN LISTRIK DI PT. TITAN PETROKIMIA NUSANTARA CILEGON BANTEN DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI TUGAS AKHIR

EVALUASI PEMAKAIAN BEBAN LISTRIK DI PT. TITAN PETROKIMIA NUSANTARA CILEGON BANTEN DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI TUGAS AKHIR EVALUASI PEMAKAIAN BEBAN LISTRIK DI PT. TITAN PETROKIMIA NUSANTARA CILEGON BANTEN DALAM RANGKA PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI TUGAS AKHIR Disusun Oleh : SONJAYA NIM : 0140211-071 Konsentrasi : TEKNIK TENAGA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. No.314, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang sebelumnya tentang kajian managemen konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung perkantoran PT. PHE

Lebih terperinci

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL LAMPIRAN I DASAR LISTRI UNTU EPERLUAN PELAYANAN SOSIAL PRA BAYAR BATAS DAYA BIAYA PEMAAIAN DAN BIAYA kvarh (Rp/kVArh) 1. S-1/TR 220 VA - Abonemen per bulan (Rp) :14.800-2. S-2/TR 450 VA 10.000 Blok I :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Audit Energi Audit energi merupakan teknik yang digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunann gedung dan mengenali cara-cara penghematannya. Dalam audit energi

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG Mahadi Prasetyawan (L2F008059) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Purwadarnita 1, energi adalah tenaga, atau gaya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA BAB III METODE PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Salah satu kegiatan studi kelayakan penggunaan dan penghematan energi listrik yang paling besar dan paling penting adalah pengumpulan data dan data yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi BAB II GENERATOR SINKRON 2.1. UMUM Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator) merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGUMPULAN DATA Agar tujuan penelitian ini tercapai, perlu diketahui penggunaan konsumsi daya yang ada di hotel Permai ini, data-data yang akan dicari adalah data-data

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT 4.1. Perancangan Instalasi dan Jenis Koneksi (IEEE std 18-1992 Standard of shunt power capacitors & IEEE 1036-1992 Guide for Application

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bersumber dari kualitas daya listrik seperti yang tercantum

BAB II DASAR TEORI. bersumber dari kualitas daya listrik seperti yang tercantum 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Audit kualitas Energi listrik 2.1.1.Pengertian Audit yang bersumber dari wikipedia dalam arti luas yang bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produksi

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN DI INDUSTRI BENANG

AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN DI INDUSTRI BENANG AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN DI INDUSTRI BENANG Achmad Hasan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi BPPT Gedung II Lantai 20 Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 E-mail: hasan_bppt@yahoo.com

Lebih terperinci

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani, Pemasangan... Pemasangan untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani Staf Pengajar Teknik Elektro STT-Harapan email: yani.ahmad34@yahoo.com Abstrak seri dan parallel pada system daya menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG M. Fahmi Hakim, Analisis Kebutuhan Capacitor Bank, Hal 105-118 ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG Muhammad Fahmi Hakim

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik

Lebih terperinci

KEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

KEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA *51348 (KEPPRES) NOMOR 104 TAHUN 2003 (104/2003)

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis 24 Diagram Satu Garis Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan sebuah jalur netral sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Elektrikal Listrik sangat membahayakan dan dapat membuat kebakaran serta membahayakan jiwa orang apabila jaringan listrik tersebut tidak baik. Sekitar 60% kasus kebakaran gedung

Lebih terperinci

2 b. bahwa penyesuaian tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

2 b. bahwa penyesuaian tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala BERITA NEGARA No.885, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Perubahan. MINERAL NOMOR 09 TAHUN 2014 TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu contoh energi yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, energi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG Menimbang : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Kapasitor Terhadap Tegangan, Arus, Faktor Daya, dan Daya Aktif pada Beban Listrik di Minimarket

Pengaruh Penambahan Kapasitor Terhadap Tegangan, Arus, Faktor Daya, dan Daya Aktif pada Beban Listrik di Minimarket P-ISSN 1411-0059 E-ISSN 2549-1571 Pengaruh Penambahan Kapasitor Terhadap Tegangan, Arus, Faktor Daya, dan Daya Aktif pada Beban Listrik di Minimarket Fachry Azharuddin Noor 1, Henry Ananta 2, dan Said

Lebih terperinci

Metode Penghematan Energi Listrik dengan Pola Pengaturan Pembebanan.

Metode Penghematan Energi Listrik dengan Pola Pengaturan Pembebanan. Metode Penghematan Energi Listrik dengan Pola Pengaturan Pembebanan. Muhammad Nasir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang, nasirsonni@ft.unand.ac.id Abstrak Tingkat konsumsi

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN KOMPREHENSIF WAKTU : 100 MENIT. 1. Yang bukan merupakan representasi dari suatu algoritma adalah..

SOAL UJIAN KOMPREHENSIF WAKTU : 100 MENIT. 1. Yang bukan merupakan representasi dari suatu algoritma adalah.. SOAL UJIAN KOMPREHENSIF WAKTU : 100 MENIT 1. Yang bukan merupakan representasi dari suatu algoritma adalah.. a. Pseudocode b. Flow chart c. Nassi d. Programming language e. Entity 2. Di bawah ini adalah

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI

BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI 3.1 Gambaran Obyek Audit Energi Padma Hotel Bandung, berada di Jln. Ranca Bentang 56-58 Bandung. Bangunan Padma Hotel Bandung, berlantai 5, lantai dasar 1 dan menghadap

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, ! ^- _ ^s.tcr ti. ^;. ^ ^n... ''j "", 'wi.. r^c % ^. ^ : ^,. ^^..::_.Jr:.: ^Jli'.^,._..^_1\_ r. -.^ :^, y zy `^ n ^ - - ^3 ^..^=:^`` ^_^.JLJ ^^- ^:r_ PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR

Lebih terperinci

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK NO. GOLONGAN TARIF TR/TM/TT BATAS DAYA KETERANGAN Golongan tarif untuk keperluan pemakaian 1. S-1/TR 220 VA sangat kecil. Golongan tarif untuk keperluan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dari sebagian besar bidang teknik tenaga listrik adalah untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dari sebagian besar bidang teknik tenaga listrik adalah untuk menyediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kualitas hidup manusia menuntut peningkatan kebutuhan dari manusia itu sendiri, seperti kebutuhan akan daya listrik. Oleh karena itu, tujuan utama dari

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Energi Listrik, Daya Listrik dan Tarif Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Energi Listrik, Daya Listrik dan Tarif Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Listrik, Daya Listrik dan Tarif Listrik 2.1.1 Energi Listrik Energi didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Ada berbagai jenis energi, misal energi

Lebih terperinci

DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA

DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Teknik Tenaga Listrik Disusun oleh : Alto Belly Asep Dadan H Candra Agusman Budi Lukman 0806365343 0806365381 0806365583

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN MOTOR SINKRON LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN MOTOR SINKRON LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN MOTOR SINKRON LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau usaha. Daya listrikbiasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau usaha. Daya listrikbiasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Segitiga Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik,daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha.

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Alat Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada sebuah gedung di salah satu kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian1,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian 1, Joko Prihartono 2, Purwo Subekti 3 ABSTRAK Dari penelitian yang telah

Lebih terperinci

2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala BERITA NEGARA No.417, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Pencabutan. TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

Lebih terperinci

1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva

1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK GOLONGAN KETERANGAN TR/TM/TT *) 1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva Golongan tarif untuk keperluan pelayanan

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

HASIL AUDIT ENERGI DI INDUSTRI TEKSTIL

HASIL AUDIT ENERGI DI INDUSTRI TEKSTIL HASIL AUDIT ENERGI DI INDUSTRI TEKSTIL Achmad Hasan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi e-mail: a_hasan@webmail.bppt.go.id,hasan_bppt@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi 3 fase menggunakan Mikrokontroler 68HC11

Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi 3 fase menggunakan Mikrokontroler 68HC11 Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi 3 fase menggunakan Mikrokontroler 68HC11 Bambang Sutopo *), F. Danang Wijaya *), Supari **) *) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta **) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN

NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN LAMPIRAN I NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN 1 S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah). 2 S-2/TR 250 VA s.d 200 Tarif S-2 yaitu tarif untuk keperluan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Listrik Energi listrik adalah energi yang dapat dialirkan dengan menggunakan kabel kemana mana tempat yang dikehendaki. Energi listrik banyak digunakan dalam kehidupan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi Bab IV Analisis Kelayakan Investasi 4.1 Analisis Biaya 4.1.1 Biaya Investasi Biaya investasi mencakup modal awal yang diperlukan untuk mengaplikasikan sistem tata udara dan penyediaan kebutuhan air panas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Suatu sistem tenaga listrik dikatakan ideal jika bentuk gelombang arus yang dihasilkan dan bentuk gelombang tegangan yang disaluran ke konsumen adalah gelombang sinus murni.

Lebih terperinci