STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tasikmalaya merupakan dokumen perencanaan strategis sanitasi/masten Plan yang akan memberikan arahan terhadap zona-zona dan sistem pelayanan sanitasi, juga sebagai acuan sharing peran antar pelaku pembangunan sanitasi, kendali bagi realisasi pembangunan sanitasi yang berbasis kinerja atau bisa dikatakan sebagai gambaran kebutuhan pendanaan sanitasi tahunan dan jangka panjang. Permasalahan sanitasi yang dihadapi antara lain terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga dan belum adanya IPLT; lahan TPA terbatas untuk menampung timbulan sampah yang meningkat dari waktu ke waktu dan masih bersifat open dumping; masih terdapatnya genangan sebagai akibat kurang optimalnya fungsi drainase; saluran drainase difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah praktis; meningkatnya kebutuhan air bersih masyarakat tidak sebanding dengan debit suplai air bersih dari PDAM setempat; serta masih rendahnya kesadaran masyarakat melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). SSK dibuat khusus sebagai percepatan pembangunan sektor sanitasi Kota Tasikmalaya berjangka menengah 5 (lima) tahun kedepan ( ). Strategi ini untuk mensinergikan upaya-upaya yang akan dilakukan pemerintah (pusat, provinsi, Kota), sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun kelompok masyarakat. Gambaran rinci SSK secara substansi adalah sebagai berikut : 1. Visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan sanitasi 2. Zona dan sistem layanan sanitasi 3. Isu-isu strategis dalam pengelolaan sanitasi 4. Strategi pembangunan sanitasi 5. Program dan kegiatan jangka menengah dan tahunan Tim Pokja PPSP Kota Tasikmalaya mengucapkan terima kasih kepada Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, Pokja AMPL Provinsi Jawa Barat, PF Jawa Barat, CF Kota Tasikmalaya, Organisai Perangkat Daerah terkait, para kader kesehatan, akademisi, LSM dan semua pihak serta komponen masyarakat yang telah membantu baik dalam pikiran, tenaga dan waktu untuk proses penyusunan dan penyempurnaan dokumen SSK Kota Tasikmalaya.

2 Segala upaya telah dilakukan untuk penyusunan SSK Kota Tasikmalaya tahun 2012 ini, walaupun masih dirasakan terdapat kekurangan dan kesalahan. Kami sangat mengharapkan saran dari berbagai pihak untuk dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Tim Pelaksana Kelompok Kerja PPSP Kota Tasikmalaya yang telah menyelesaikan penyusunan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua. Tasikmalaya, November 2012 SEKRETARIS DAERAH KOTA TASIKMALAYA SELAKU KETUA SATKER SANITASI Drs. H. TIO INDRA SETIADI. Pembina Utama Madya NIP

3 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... vi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Maksud dan Tujuan Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Landasan Hukum Metodologi Penyusunan Sitematika Pembahasan Laporan BAB II Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kota Tasikmalaya 2.1 Gambaran Umum Sanitasi Kota Tasikmalaya Sub Sektor Pengelolaan Air Limbah Cair Sub Sektor Pengelolaan Sampah Sub Sektor Pengelolaan Drainase Sub Sektor Pengelolaan Higiene (PHBS) Visi dan Misi Sanitasi Kota Tasikmalaya Visi Sanitasi Kota Tasikmalaya Misi Sanitasi Kota Tasikmalaya Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Kota Tasikmalaya Tahun Kebijakan Umum dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Kebijakan Umum dan Strategi Pengelolaan Persampahan Kebijakan Umum dan Strategi Pengelolaan Drainase Tujuan, Sasaran dan Arahan Tahapan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Arah dan Tahapan Pencapaian BAB III Isu Strategis dan Tantangan Sektor Sanitasi Kota 3.1. Enabling And Sustainability Aspect Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Hal i

4 Keuangan Komunikasi Keterlibatan Pelaku Bisnis... 3.Error! Bookmark not defined Partisipasi Masyarakat, Jender dan Keterlibatan Sektor Swasta Subsektor dan Aspek Utama Air Limbah Persampahan Drainase Lingkungan Higiene (PHBS) BAB IV Perumusan Strategi Sektor Sanitasi Kota Tasikmalaya 4.1. Tujuan, Sasaran dan Arahan Pentahapan Pencapaian Strategi Sektor dan Aspek Utama Air Limbah Persampahan Drainase Lingkungan Higiene Enabling And Sustainability Aspect Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Keuangan Komunikasi Keterlibatan Pelaku Bisnis Partisipasi Masyarakat, Jender dan Keterlibatan Sektor Swasta BAB V Program dan Kegiatan 5.1. Program dan Kegiatan Sektor dan Aspek Utama Air Limbah Persampahan Drainase Lingkungan Higiene (PHBS) Program dan Kegiatan Enabling And Sustainability Aspect Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Keuangan Hal ii

5 Komunikasi Keterlibatan Pelaku Bisnis Partisipasi Masyarakat, Jender dan Keterlibatan Sektor Swasta Hal iii

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD dan Kondisi Umum Sanitasi Kota Tasikmalaya Tabel 1.2 Perbandingan IPM Kota Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat dan Nasional Tabel 2.1 Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.2 Teknis Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.3 Permasalahan Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.4 Pelayanan Persampahan Tabel 2.5 Teknis Pengelolaan Persampahan dengan Sistem Swakelola Swasta Tabel 2.6 Teknis Pengelolaan Persampahan oleh Pemerintah Tabel 2.7 Permasalahan Pembuangan Sampah di Kota Tasikmalaya Tabel 2.8 Kondisi Genangan/Banjir Tahun Tabel 2.9 Kondisi Saluran Drainase Tabel 2.10 Kondisi PHBS di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.11 Persandingan Visi dan Misi Kota dengan Propinsi Tabel 2.12 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Tahun Tabel 2.13 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan Tahun Tabel 2.14 Tujuan Umum dan Sasaran Pembangunan Sanitasi di Kota Tasikmalaya Tabel 2.15 Penentuan Zona Sanitasi Air Limbah di Kota Tasikmalaya Tabel 2.16 Penentuan Zona Sanitasi Persampahan di Kota Tasikmalaya Tabel 2.17 Penentuan Zona Sanitasi Drainase di Kota Tasikmalaya Tabel 3.1 Peraturan Daerah yang Terkait dengan Sanitasi Kota Tabel 3.2 Kelembagaan Daerah yang Terkait dengan Sanitasi Kota Tabel 3.3 Kualitas Pendidikan SDM Pengelola Sanitasi Kota Tabel 3.4 Kepangkatan SMD Pengelola Sanitasi Kota Hal iii

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Metodologi Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Gambar 2.1. Diagram Sistem Sanitasi On Site Gambar 2.2. Diagram Sistem Sanitasi Off Site Gambar 2.3. Peta Pelayanan Air Limbah di Kota Tasikmalaya Gambar 2.4. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Gambar 2.5. Peta Peta Pelayanan Persampahan di Kota Tasikmalaya Hal vi

8 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan sekunder, sehingga sering terpinggirkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standar kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Gambaran kondisi pembangunan sanitasi di Indonesia sebagai berikut : Akses terhadap sanitasi dasar mencapai 90,5 % (perkotaan) dan 67 % di pedesaan, namun akses terhadap sanitasi yang setempat yang aman (menggunakan septic tank) baru mencapai 71,06 %(perkotaan) dan 32,47 %(pedesaan) Diare penyebab kedua terbesar kematian balita (46/1000 kelahiran dan penyebab ketiga terbesar kematian bayi yaitu 32/1000 kelahiran) Alokasi pendanaan masih sangat rendah (2,4 %) dari total anggaran Kementrian PU atau 0,86 % dari APBN Kondisi sanitasi Indonesia berada di peringkat 6 dari 9 negara ASEAN dibawah Vietnam dan diatas Myanmar Target MDGs dalam bidang sanitasi adalah terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapat akses air bersih. Jelas tantangan ini sangat berat apalagi diketahui bahwa cakupan pelayanan baik di perkotaan maupun pedesaan masih sangat rendah dan mengakibatkan kecenderungan meningkatnya angka penyakit terkait air dan menurunnya kualitas air tanah dan air permukaan sebagai sumber air baku untuk air minum. Berdasarkan laporan UNDP terbaru, IPM bangsa Indonesia berada di peringkat ke-108 dari 177 negara. Kualitas pertumbuhan pembangunan suatu bangsa dapat diukur dengan IPM, 3 indikator itu merupakan gabungan dari tiga variabel, yakni tingkat ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Di sektor kesehatan, variabel yang digunakan dalam menghitung IPM adalah Umur Harapan Hidup (UHH), pemerintah telah memberikan perhatian yang serius dan Hal 1-1

9 memadai dalam upaya meningkatkan UHH itu. Hal itu jelas tercantum dalam Perpres Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dalam RPJMN tercantum pula sasaran pembangunan kesehatan sampai tahun 2009 yaitu meningkatnya UHH dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. Pembangunan sanitasi di Kota Tasikmalaya sesuai dengan target dalam RPJMN, RPJMD dan Kondisi umum Sanitasi. Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD dan Kondisi Umum Sanitasi Kota Tasikmalaya RPJMN Stop BABs pada akhir tahun 2014, perluasan layanan air limbah meningkat dari 20 % di 16 kota (5 diantaranya system baru) Tersedianya akses terhadap sitem pengelolaan off site bagi 10 % total penduduk, baik melalui system sekala kota 5 % dan skala komunal 5 %, serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas terhadap system air limbah setempat (on site) yang layak bagi 90 % total penduduk Meningkatnya sampah yang terangkut hingga 80% rumah tangga di daerah perkotaan Berkurangnya wilayah ge-nangan permanen dan temporer hingga Ha di 100 kawasan strategis perkotaan PP 16 Tahun 2006 (Standar Pelayanan Minimal) Pelayanan minimal system pengelolaan air limbah permukiman dilakukan dengan menggunakan system setempat atau terpusat agar tidak mencemari badan air atau sumber air baku Pelayanan minimal prasarana dan sarana persampahan dilakukan melalui pe-ngumpulan, peng-angkutan, pengola-han dan pemrosesan akhir sampah di TPA Pelayanan minimal pra-sarana dan Sarana drainase untuk Menghilangkan genangan. RPJMD Provinsi Jawa Barat Cakupan pelayanan air limbah (domestic perkotaan) sebesar 72 % pada tahun 2013 Cakupan Pelayanan Persampahan Perkotaan sebesar 70 % pada tahun Sumber : RPJMN dan RPJMD Kota Tasikmalaya RPJMD Kota Tasikmalaya Terbangunnya MCK sebanyak 20 unit pada tahun 2012 Cakupan pelayanan persampahan perkotaan sebesar 38 % pada tahun Terbangunnya saluran drainase baru sebanyak m dan panjang saluran drainase dalam kondisi baik sepanjang 236,10 km Kondisi Saat ini di Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya belum memiliki saluran pembuangan air limbah komunal. Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) Singkup belum optimal. Cakupan pelayanan persampahan perkotaan pada saat ini baru mencapai 36,9 %. Masih terdapat genangan dibeberapa titik pusat kota. Hal 1-2

10 Disamping itu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di Bidang Sanitasi telah menetapkan 3 (tiga) target, sebagaimana tercantum dalam tabel 1.1 yang sekaligus menggambarkan kondisi umum sanitasi Kota Tasikmalaya yang masih cukup jauh dari target RPJMN Bidang Sanitasi tersebut. Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman juga diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam hal meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terutama meningkatkan IPM kesehatan di Kota Tasikmalaya. Dimana IPM Kesehatan Kota Tasikmalaya masih dirasa cukup jauh dibandingkan IPM Kesehatan Nasional sebesar 69. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perbandingan IPM Kota Tasikmalaya dan IPM Nasional pada tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2. Perbandingan IPM Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat dan IPM Nasional Tahun 2009 I P M Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat NASIONAL ( ) I P M 74,40 71,64 71,2 INDEKS 86,50 81,14 92,2 PENDIDIKAN INDEKS 73,99 71,67 69 KESEHATAN INDEKS DAYA BELI 74,40 62,10 - Sumber : RPJMN dan RPJMD Kota Tasikmalaya Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari semangat kegiatan nasional seiring saat sekarang bangsa Indonesia sedang berpacu dengan waktu untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi Milenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002, dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar yang merupakan target ke 10 MDGs. Hal 1-3

11 1.2. Maksud Dan Tujuan Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah untuk tersusunnya dokumen perencanaan strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sanitasi yang berisi tentang rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi di wilayah Kota Tasikmalaya. Tujuan dari penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) ini adalah untuk memberikan arahan serta koridor dalam penyusunan strategi sanitasi di dalam penetapan sistem dan pelayanan sanitasi kota selama 5 tahun yaitu dari tahun 2013 sampai tahun 2017, yang dipergunakan sebagai pedoman bagi semua stakeholders (pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan swasta) yang mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi khususnya di Kota Tasikmalaya Landasan Hukum Di dalam penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya mengacu pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional/pusat maupun daerah. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Kota Tasikmalaya didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi : A. Undang-Undang: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Hal 1-4

12 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. B. Peraturan Pemerintah : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Pengembangan Sistim Penyediaan Air Minum. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 9. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimum. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun C. Keputusan Presiden : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. Hal 1-5

13 D. Peraturan Menteri Republik Indonesia : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/1992 tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air. 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 4. Permen PU No14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. E. Keputusan Menteri : 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 3. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. 6. Kepmen Kimpraswil 534/2000 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman. 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL. 8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil. 11. Kepmen PU Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan. 12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Hal 1-6

14 F. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat : 1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun G. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya : 1. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tasikmalaya Tahun (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 96 Tahun 2008) 2. Peraturan Walikota Nomor 40 Tahun 2010 Tentang Penyusunan Indikator Kinerja RPJMD Kota Tasikmalaya untuk Tahun (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 339 Tahun 2010) 1.4. Metodologi Penyusunan Metodologi yang dipakai dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Tasikmalaya, dilakukan dengan beberapa tahapan proses, yaitu (Lihat Gambar 1.1) : 1. Mengkaji Buku Putih Sanitasi (BPS) dan rujukan lainnya 2. Memformulasikan visi dan misi sanitasi Kota Tasikmalaya 3. Menetapkan tujuan dan sasaran 4. Menetapkan zona dan sistim sanitasi 5. Menetapkan tingkat layanan sanitasi 6. Indentifikasi Isue-isue strategi dan kemungkinan hambatan 7. Perumusan arah pengembangan sektor sanitasi Kota Tasikmalaya 8. Pertemuan konsultasi dengan tim pengarah 9. Audiensi tim anggaran pemerintah daerah dan DPRD-Pokja sanitasi Provinsi dan TTPS 10. Perumusan strategi dan pengembangan strategi sub sektor serta aspek pendukung layanan sanitasi 11. Menyiapkan program kerja dan kegiatan 12. Menyiapkan dokumen draft strategi sanitasi Kota Tasikmalaya 13. Melakukan konsultasi public (public hearing) 14. Audiensi dan lobi tim anggaran pemerintah daerah dan Panitia anggaran DPRD-Pokja Sanitasi Provinsi dan TTPS 15. Lokakarya TAPD dengan panitia anggaran DPRD untuk penyelesaian dokumen SSK. Hal 1-7

15 Gambar 1.1 Metodologi Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya Hal 1-8

16 Hal 1-9

17 1.5. Sistematika Pembahasan Laporan Sistematika penulisan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tasikmalaya ini terdiri dari 7 bab yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN Berisikan latar belakang, maksud dan tujuan metode yang digunakan dalam penyusunan, peraturan perundangan yang dipakai, dan sistematika penulisan yang digunakan. BAB II KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI Berisikan gambaran umum sanitasi kota, visi dan misi sanitasi kota, kebijakan umum dan strategi sektor sanitasi selama 5 tahun ke depan dan sasaran umum serta arahan tahapan pencapaian. BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN SEKTOR SANITASI KOTA Berisikan aspek kemungkinan dan keberlanjutan (enabling and sustainability aspect) dan sub sektur dan aspek utama dalam pembangunan sanitasi BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA Berisikan sasaran dan arahan pentahapan pencapaian, strategi sektor dan aspek utama, dan aspek kemungkinan dan keberlanjutan BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN Berisikan program dan kegiatan sektor dan aspek utama serta program dan kegiatan aspek kemungkinan dan keberlanjutan BAB VI STRATEGI MONEV Memuat gambaran umum struktur monev sanitasi, pengembangan/penyusunan indikator input-output dan outcome serta pengumpulan dan penyajian/pelaporan data BAB VII PENUTUP Memuat kesimpulan dan rekomendasi Hal 1-10

18 BAB II KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI KOTA TASIKMALAYA 2.1 Gambaran Umum Sanitasi Kota Tasikmalaya Sub Sektor Pengelolaan Limbah Cair Sistem pelelolaan air limbah domestik di Kota Tasikmalaya secara teknis dilayani oleh : - system setempat (on site system) merupakan system pengolahan limbah dimana fasilitas instalasi pengolahan berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki dapat berupa ; septic tank cubluk plengsengan Dari tempat penampungan tersebut, kemudian yang dilanjutkan pengangkutan dengan mobil tanki tinja dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. (Lihat Gambar 2.1 DSS on site system) Gambar 2.1 Diagram system sanitasi on site - system terpusat (off site system) adalah system suatu pengolahan air limbah dengan menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk selanjutnya diolah. Pengolahan dimaksudkan untuk Hal 2-1

19 mengkondisikan air limbah agar siap untuk diolah pada pengolahan tahap selanjutnya(lihat Gambar 2.2 DSS off site system), yaitu : pengolahan primer, dimaksudkan untuk memisahkan secara fisik partikel tersuspensi (SS) sehingga beban pada unit pengolahan selanjutnya dapat dikurangi, prosesnya menggunakan system pengendapan dan pengapungan. pengolahan sekunder, pada tahap ini akan terjadi proses penguraian (secara biologis atau biokimia dengan bantuan mikroorganisma) dan menguraikan zat-zat organic, perosesnya menggunakan lumpur aktif, cakram biologis, trikling filter, extended aeration, dan oxidation pond. Gambar 22 Diagram system sanitasi off site Gambaran pengelolaan limbah cair di kota Tasikmalaya Dapat dilihat pada tabel 2.1, tabel 2.2 dan gambar 2.3 Tabel. 2.1 Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 No URAIAN JUMLAH/VOLUME KETERANGAN 1 Jumlah Timbulan Tinja/Black Water - Pengguna tangki septic dan Umum (Rumah) - Standar timbulantinja/org/hr - Jumlah Timbulan (m3) Jumlah Timbulan Grey Water - Standar timbulan Org/Hr - Jumlah Timbulan (m3) 3 Jumlah Tinja terangkut Hal 2-2

20 No URAIAN JUMLAH/VOLUME KETERANGAN - Mobil tinja Milik Pemerintah (unit) 1 Layak operasi Jumlah Mobil tinja (unit) 1 Kapasitas tangki (m3) 3 Jumlah Rit / 1 hari 3 - Mobil Tinja Milik Swasta Jumlah Mobil tinja (unit) Kapasitas tangki (m3) Jumlah Rit / 1 hari 4 Kapasitas IPLT - Dibangun (tahun) 2002 Tidak beroperasi - Umur Pakai (tahun) Tidak ada data - Kapasitas terpasang (m3) Tidak ada data - Kapasitas terpakai (m3) Tidak ada data 5 Kapasitas IPAL - Dibangun (tahun) - Umur Pakai (tahun) - Kapasitas terpasang (m3) - Kapasitas terpakai (m3) Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan, Tahun Tabel. 2.2 Teknis Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 No URAIAN JUMLAH/VOLUME KETERANGAN 1 ON SITE SYSTEM - Jumlah (SR) Cubluk Septic tank perorangan Septic tank communal (mis : Sanimas) 12 unit Sanimas - Kapasitas (m3) Cubluk Septic tank perorangan Septic tank communal (mis Sanimas) 80 m3/unit - Wilayah Layanan Cubluk Septic tank perorangan Septic tank communal (mis Sanimas) 1 Ha 2 OFF SITE SYSTEM IPLT - Jumlah IPLT (unit) 1 Kondisi Rusak Berat - Kapasitas (m3) - Wilayah layanan (Ha) Kota Tasikmalaya Hal 2-3

21 No URAIAN JUMLAH/VOLUME KETERANGAN - Wilayah layanan/wilayah kab-kota (%) - Jumlah pelanggan (SR) 823 rumah Variatif tergantung pesanan 3 OFF SITE SYSTEM IPAL - Jumlah IPLT (unit) - Kapasitas (m3) - Wilayah layanan (Ha) - Wilayah layanan/wilayah kab-kota (%) - Jumlah pelanggan (SR) Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan, Tahun 2011 Tabel. 2.3 Permasalahan Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 No Uraian Teknis Akar Permasalahan Non Teknis 1 ON SITE SYSTEM - User interface (kloset) - Pengumpulan/penampungan Jumlah rumah masyarakat yang memiliki tempat penampungan tinja belum terlalu banyak (Safetytank). - pengangkutan Pengangkutan dilakukan melalui kendaraan sedot tinja terbatas jumlahnya (1 unit) - IPLT IPLT belum beroperasi dengan optimal 2 OFF SITE SYSTEM - User interface (kloset) - Pengumpulan/penampungan Tidak dilakukan pengumpulan/penampungan tetapi langsung di salurkan ke badan penerima air terdekat. - perpipaan Kota Tasikmalaya belum memiliki IPAL Skala Kota - IPAL Kota Tasikmalaya belum memiliki IPAL Skala Kota Sumber : Hasil analisis dari permasalahan yang ada di BPS Hal 2-4

22 Gambar 2.3 Peta Pelayanan Air Limbah di Kota Tasikmalaya Hal 2-5

23 2.1.2 Sub sektor Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan (Lihat Gambar 2.4 DSS persampahan). Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya, beberapa konsep yang digunakan adalah : Konsep "3R" mengurangi sampah (reduce), menggunakan kembali sampah (reuse) dan daur ulang (recycle), yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah. Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility (EPR). EPR adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur. prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari pembuangan Gambar 2.4 Diagram system sanitasi Persampahan Hal 2-6

24 Tabel. 2.4 Pelayanan Persampahan No Uraian Teknik Operasional Volume Keterangan A Jumlah Timbulan - Standar timbulan sampah/org/hr 2,56 - Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah m 3 /hari (m3) B Pelayanan Sampah 1 Cakupan pelayanan 35 % 2 Perkiraan Sampah terangkut - Permukiman 381,378 m 3 /hari - Non permukiman 163,4 m 3 /hari - Total 544,826 m 3 /hari 3 Kapasitas pelayanan TPS 4 m 3 /hari 4 Kapasitas pelayanan TPA - m3/hari 11 Ha 5 Kapasitas pelayanan pengumpulan 31 truk Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kota Tasikmalaya, 2011 Tabel. 2.5 Teknis Pengelolaan Persampahan Dengan sistem swakelola Swasta No Sarana/parasarana Jumlah (unit) kapasitas Kondisi Keterangan a. Pewadahan Tong sampah ,21 m3 Layak pakai Bak Sampah ,5 2 m3 Layak pakai Cerangka ,15 m3 Layak pakai Karung ,25 m3 Layak pakai b. Pengumpulan Gerobak sampah ,5 m3 Layak pakai (yang membuang sampah ke depo) Becak sampah m3 Layak pakai Perumahan Nagrak Motor sampah Lainnya, sebutkan c. Penampungan sementara Transfer depo Container Pasangan batu ,5 2 m3 Layak pakai Bak kayu Tanah terbuka d. Pengangkutan Dump truk Arm roll truk Hal 2-7

25 No Sarana/parasarana Jumlah (unit) kapasitas Kondisi Keterangan e. Pengolahan Pengomposan Daur Ulang 5 a. H. Asep beralamat di Jl. Brigjen Warsita Kusumah Kec. Indihiang memproduksi daur ulang plastik 15 ton/bulan ±375 m3/bulan b. H. Lili Jl. Tubagus Abdullah Nagrak Sukaasih memproduksi daur ulang plastik 15 ton/bulan ±375 m3/bulan c. Leni Jl. Swaka sambong pari Kec. Mangkubumi daur ulang plastik 35 ton/bulan ±875 m3/bulan d. Tedi Jl. Sindanggalih Kec. Tawang daur ulang plastik 15 ton/bulan ±375 m3/bulan Ditimbun Dibakar f. Pemanfaatan Lain Pemanfatan sampah pasar untuk pakan ternak dan ikan = 600 M3/Bulan a. Di Pasar Cikurubuk 3-6 M3/hari b. Di Pasar Pancasila 3-5 M 3/hari c. Di Pasar Padayungan 3-5 M 3/hari d. Di Pasar Indihiang 2-4 M 3/hari Pemanfaatan sampah yang di manfaatkan oleh pemulung Hal 2-8

26 No Sarana/parasarana Jumlah (unit) kapasitas Kondisi Keterangan rongsokan/bandar untuk daur ulang kertas Masih ada beberapa di wilayah Kota Tasikmalaya yang bertipikal pedesaan yaitu Kecamatan Cibeureum, Kec. Purbaratu, Kec. Tamansari, Kec. Kawalu, Kec. Indihiang Kec. Mangkubumi dan Kec. Bungursari yaitu yang memanfaatkan sampah organik dari rumah tangga untuk makanan ternak (ayam, bebek, ikan) sebanyak ± 226 M3/Hari = M3/Bulan Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan,2011 Tabel. 2.6 Teknis Pengelolaan Persampahan Oleh Pemerintah No Sarana/parasarana Jumlah (unit) kapasitas Kondisi Keterangan a. Pewadahan Jumlah tong sampah b. Pengumpulan Gerobak sampah 10 0,5 Becak sampah dll c. Penampungan sementara Transfer depo 5 Baik Pancasila, cikurubuk, pasar lama, jalan bantar, Karoeng Container 38 6 m 3 Baik Pasangan batu 7 2 m 3 Baik Bak kayu Tanah terbuka d. Pengangkutan Dump truk 19 8 m 3 10 Baik, 8 layak pakai Hal 2-9

27 No Sarana/parasarana Jumlah (unit) kapasitas Kondisi Keterangan Arm roll truk 9 6 m 3 3 layak pakai, 6 baik Pick Up 2 4 m 3 Layak pakai Truk engkel 1 4 m 3 Layak pakai e. Pengolahan Pengomposan m 3 /bln Daur Ulang f. Pembuangan Akhir Luas Area 11 Ha Buldozer 3 2 layak pakai (sering rusak) 1 rusak berat Excavator Lainnya sebutkan g. Pengend. Pencemaran Leachate treatment Ada Tdk beroperasi rusak berat Buffer zone (wil penyangga) Tidak ada Saluran pengumpul Tidak ada Drainasae air hujan Ada Tdk beroperasi rusak berat Sumur kontrol h. Sarana penunjang Kantor Ada Bengkel Ada Alat dan tempat cuci Alat timbang dll Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan,2011 Tabel. 2.7 Permasalahan Pembuangan Sampah di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 No Uraian Teknis Akar Permasalahan No Teknis 1 Pewadahan Belum banyak masyarakat yang melaksanakan pemilahan sampah. 2 Pengumpulan Sebagian masyarakat mengumpulkan sampahnya di tong sampah atau dikumpulkan di depan rumah. 3 Penampungan sementara Jumlah TPS yang dimiliki Kota Tasikmalaya masih kurang dibandingkan dengan luas wilayah. Hal 2-10

28 No Uraian Teknis Akar Permasalahan No Teknis 4 Pengangkutan Keterbatasan armada pengangkut sampah mengakibatkan pengangkutan tidak dapat dilakukan sehari sekali. 5 Pengolahan Pemerintah Kota Tasikmalaya tidak memiliki pengolahan sampah, namun ada pengelolaan sampah yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. 6 Pembuangan akhir TPA Kota Tasikmalaya belum menggunakan Sanitary Landfill masih control landfill. Sumber : Hasil analisis kaji mendalam permasalahan dari BPS Hal 2-11

29 Gambar 2.5 Peta Pelayanan Persampahan di Kota Tasikmalaya Hal 2-12

30 2.1.3 Sub Sektor Pengelolaan Drainase Secara umum drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air di suatu kawasan ke badan air dan atau bangunan resapan. Kegunaan saluran drainase antara lain ; - Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air - Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal - Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada - Mengendalikan air hujan yang berlebihanm sehingga tidak terjadi genangan atau banjir Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu : A. Sistem Drainase Mayor, Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. B. Sistem Drainase Mikro, Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. Dalam PPSP, system drainase yang menjadi tangung jawab daerah (kabupaten/kota) adalah system drainase mikro. Kondisi genangan/banjir dan kondisi pengelolaan drainase di Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut (lihat Tabel 2.8 dan gambar 2.6) : Hal 2-13

31 Tabel. 2.8 Kondisi Genangan Tahun 2011 No Kecamatan Kelurahan RT/RW/Kampung 1. Kawalu Leuwi Liang Tidak ada data Urug Tidak ada data Gunung Tandala Tidak ada data Gunung Gede Tidak ada data Talaga Sari Tidak ada data Tanjung Tidak ada data Cibeuti Kp. Babakan, Kp. Nagrog Karang Anyar Tidak ada data Cilamajang Kp. Kawalu (jl. Cibeuti-Leuwimida) Karsamenak Perempatan Cisumur/Jl. Suaka 2 Tamansari Setiamulya Tidak ada data Setiawargi Lewing Rt 02/03 Sumelap Jl. Cikadu s/d Perm. Sukawening, Kadupandak Sukahurip Jl Lerjen H. Mashudi Rahayu I Rt 03/04, Jl. Lerjen H. Mashudi Rahayu I Rt 03/06, Jl. Tamansari Rahayi I Rt. 02/04 Tamansari Gobras Tamanjaya Jl. Tamansari RT. 03/01 Mulyasari Lingkungan RT 01 dan 02 RW 12, Lingkungan RW 04. Jl. Tamansari, Lingkungan Rw 02 Babakan Jati RT.02 Sumurhaur, Lingkungan Rw 02 Babakan Jati RT.04Babakan jati, Lingkungan Rw 02 Babakan Jati RT.05 Sukasirna, Mulyasari RW 01 RT 03 Mugarsari Tidak ada data 3 Cibeureum Ciherang Cibangun Tengah RW 09 dan RW 08 Ciakar Margabakti Awipari Kota baru Kersanegara Cibangun Kaler II RW 11,12 Cibangun Kidul RW 07, 06 dan RW 13 Tidak ada data RT 04 RW 04 Cisitu Kudang Kaler RT 01,RT 02,RT 03 dan RT 05 Koprah RT 03 dan RT 05 RT 4 RW 4 Cisitu Blok Haur Kp Sukasirna Cicurung Jl. Kota Baru Jl. Perum Kota Baru RT 01/07 Cieurih Blok susukan tengah RW 07 Cieurih RW 01 Sukamaju Setiajaya Tidak ada data Setianegara Tidak ada data Setiaratu Tidak ada data 4 Purbaratu Singkup Tidak ada data Purbaratu Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Purbasari RW 06 RT 03 Purbasari Dekat Masjid Al-Ikhlas RW 03 Kp. Cikareo Blok Warujajar Kp. Cikareo Blok Ranca Hal 2-14

32 No Kecamatan Kelurahan RT/RW/Kampung Sukanagara Sukaasih Sukamenak Kp. Cikareo Tidak ada data RT 01/02 RT 04/03 RT 01/06 Kp. Nagrog Kp. Sukamaju Sukajaya Jl. Sukajaya Kp. Cidahu RT 02 RW 03 5 Tawang Cikalang Jl. Sapta Marga Empangsari Pasar Mambo/Jl. Empang,Jl. Rumah Sakit Kahuripan Pertigaan Cilolohan Lengkongsari Pancasila, Padasuka, Pasarkembang, Bebedahan Tawangsari Yudanegara 6 Cihideung Argasari Jl. RE Jaelani, Cilembang Cilembang Cikuruk Nagarawangi Nagarawangi, Pasar Rel, Veteran, Cempaka warna Tugujaya Cibaregbek, Hz Mustofa (Depan Asian Mall), STHG Tuguraja Paseh Yudanegara Yudanegara 7 Mangkubumi Cipari Cipari Tengah RT. 02/07 Kel. Cipari Cipawitra Cipari Hilir RT. 02/06 Kel. Cipari Situbeet RT. 05/08 Kel. Cipari Kubang RT. 01/11 Kel. Cipari Ngamplang RT. 02/03 Kel. Cipari Sukadami RT. 06/01 Kel Cipari Pongpok RT. 01/01 Kel. Cipari Kubang RT. 03/04 Kel. Cipari Cikunir Kolot RT.02/05 Kel. Cipawitra Karikil Mangkubumi Linggajaya Sambongjaya Cigantang Kp. Munjul RT. 05/07 Kel. Karikil Kp. Munjul RT. 03/07 Kel. Karikil Kp. Sudimara Kel. Karikil Kp. Sindangwangi Kel. Karikil Jl. AH Nasution Perbu RT. 06 Kel. Mangkubumi Depan POM Bensin RW. 07 Kel. Mangkubumi Jl. AH Nasution Cibatur RW. 12 Kel. Mangkubumi Bunderan Tugu HZ. Mustofa Kel. Linggajaya Jl. AH Nasution RT. 04/04 Kel. Linggajaya Pasar Burung RT 03/06 Kel. Linggajaya Kp. Sukajaya RT. 02/13 Kel. Linggajaya Nagrog RT. 01/05 Kel. Linggajaya Sangkali RT. 01/02 Kel. Linggajaya Jl. Sambongjaya RT. 01/04 Kel. Sambongjaya Kp. Desa RT. 01/02 Kel Cigantang Kereteg RT04/03 Kel. Cigantang Hal 2-15

33 No Kecamatan Kelurahan RT/RW/Kampung Ciponyo RT. 01/09 Kel. Cigantang Sindangkasih RT. 01/12 Kel. Cigantang Sambongpari Mancagar, Cibeber Pondok, Jl. SL Tobing Layungansari 8 Indihiang Panyingkiran Jl. RE Martadinata Rt 02/02, Jl. Ir. Juanda Rt 02/06 Parakannyasag Ciroyom, Salam Nunggal, Depan Saung Leuwidahu, Jalan Parakanyasag, Faozan Sinargalih Cipagagan Rt 05/05 Indihiang Jl. Ibrahim Adjie Rt/Rw 04/02, Jl. Pasarebo, Depan Terminal Jalan Wasita Kusumah Sukamaju Kidul Pertigaan Jalan Letjen Ibrahim Adji - Jl Mang Koko (Rw. 01, dan Rw. 03), Jl. Sukaratu Wilayah Rw. 05 dan RW. 03 Sukamaju Kaler Jl. Ibrahim Ajie Km 7, Padasuka Rw. 10 dan Rw Bungursari Cibunigeulis Tidak ada data Bantarsari Bantar RT 02 / RW 05 Sukajaya Sukamulya Sukarindik Bungursari Sukalaksana 10 Cipedes Nagarasari Cipedes Sukamanah Panglayungan Lewosari RT 03 / RW 08 Lengo RW 10 Bantar RT 06 dan 12 Jl. Rancageneng I RT 01 / 01 Jl. Rancageneng II RT 04 / 04 Jl. Depok Cimuncang RW 04 Cimuncang RW 05 Jl. Ir. H. Juanda (Depan Taspen) Jl. Letnan Harun (Depan Balekota) Jl. Sukamulya (Depan SD Manangga) Tidak ada data Gandok RW 04 RT 1 dan RT 04 Sukasari RW 06 RT 2 dan RT 5 Sukasari RW 07 RT 1 dan RT 5 Bungursari RW 08 RT 1 Pasirangin RW 09 RT 3 dan RT 4 Rancabungur Cikondang Bengkok s/d Cinangsi Sungai Ciseupan RW 19 Sungai Ciseupan RW 13 Sungai Benda RW 13 Sungai Perum Cisalak Jl. Elang Subandar RW 03 Saluran Air RW 02 Saluran Air RW 11/RT 04 Tidak ada data Jl. DR. Moh. Hatta RW. 12, RW 14 RW 20 Jl. Kapten Naseh Jl. Ir. H. Djuanda (Rancabango) Hal 2-16

34 No Kecamatan Kelurahan RT/RW/Kampung Jl. Cendra Merta (BRP) Sumber : Bappeda, 2011 dan Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan, 2012 Gambar 2.6 Peta Pelayanan Drainase di Kota Tasikmalaya Hal 2-17

35 2.1.4 Sub sektor Pengelolaan Higiene (PHBS) PHBS, Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Terdapat 5 program priontas PHBS yaitu ; kesehatan ibu dan anak (KIA), Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Sedangkan 5 tatanan PHBS yaitu ; Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan area/wilayah 1. Indikator Nasional, ditetapkan 3 indikator, yaitu: a) Persentase penduduk tidak merokok, Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan regional (Mega Country Health Promotion Network. Healthy Asean Life Styles), seperti merokok telah menj adi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung, kankerparu-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba. b) Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan, Pola makan yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menj adikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan produktifitas menurun c) Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga. Kurang aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagal penyakit, seperti jantung, paru-paru, dan lain-lain. 2. Indikator Lokal Spesifik, yaitu indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Ada 16 indikator, yang Hal 2-18

36 terdiri dari 9 indikator perilaku dan 7 indikator lingkungan yang dapat digunakan untuk rnengukur perilaku sehat sebagai berikut : Indikator Perilaku, terdiri dari 9 indikator yaitu : - Perilaku tidak merokok - Perilaku persalinan dan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan - Perilaku melakukan imunisasi - Perilaku penimbangan balita - Perilaku sarapan pagi setiap hari - Perilaku keikutsertaan dalam dana sehat - Perilaku kebiasaan cuci tangan pake sabun (CLTS) - Perilaku kebiasaan menggosok gigi - Perilaku kebiasaan olah raga/aktifitas fisik Indikator Lingkungan, terdiri dari 7 indikator yaitu : - Tersedianya sarana air bersih - Tersedianya sarana jamban - Tersedianya sarana pembuangan sampah - Tersedianaya sarana pembuanga limbah - Tersedianya ventilasi rumah - Kepadatan rumah - Lantai rumah Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan perilaku dan lingkungan setiap keluarga, dengan ketentuan sebagai berikut : - Sehat 1 : bila keluarga berperilaku positif kurang dari 25 % dari jumlah indicator PHBS - Sehat 2 : bila keluarga berperilaku positif kurang dari % dari jumlah indicator PHBS - Sehat 3 : bila keluarga berperilaku positif kurang dari % dari jumlah indicator PHBS - Sehat 4 : bila keluarga berperilaku positif kurang dari > 75 % dari jumlah indicator PHBS Kondisi PHBS di Kota Tasikmalaya Adalah sebagai berikut (lihat Tabel 2.10) : Hal 2-19

37 Kondisi PHBS kota Tasikmalaya terwakili dengan hasil EHRA untuk area beresiko Kota Tasikmlaya, karena Indikator PHBS dengan variable EHRA cenderung hamper sama. Hasil area berisiko Kota Tasikmalaya sebagai berikut : Tabel. 2.9 Kondisi PHBS di Kota Tasikmalaya tahun 2011 Variabel CLUSTER 0 CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER 3 1. SUMBER AIR AIR LIMBAH DOMESTIK PERSAMPAHAN GENANGAN AIR PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT Jumlah Rata-Rata 34,00 51,29 43,11 43,12 Sumber : Hasil Survai EHRA Tahun 2011 Maka berdasarkan data tersebut maka kondisi PHBS di Kota Tasikmalaya sbb: Cluster 0 : Sehat 2 Cluster 1 : Sehat 3 Cluster 2 : Sehat 2 Cluster 3 : Sehat 2 Hal 2-20

38 Gambar 2.7 Peta Kondisi PHBS di Kota Tasikmalaya Hal 2-21

39 2.2 Visi dan Misi Sanitasi Kota Tasikmalaya Tabel 2.10 Persandingan Visi dan Misi Kota dengan Visi dan Misi Sanitasi Provinsi Dan Visi dan Misi Kota Tasikmalaya No Visi dan Misi Kota Tasikmalaya Visi dan Misi Provinsi Jawa Barat Visi dan Misi Sanitasi Kota Tasikmalaya Visi Kesejahteraan Masyarakat, dalam Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Terciptanya Kondisi Lingkungan Bingkai Iman dan Taqwa Barat Termaju di Indonesia Masyarakat yang Sehat dan Sejahtera berlandaskan Iman dan Taqwa di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2017 Misi 1. Mewujudkan kesederajatan hukum 1. Mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat yang berbudaya ilmu dan teknologi, produktif dan berdaya saing. 2. Mewujudkan kesederajatan Ekonomi 2. Meningkatkan perekonomian yang berdaya saing dan berbasis potensi daerah. 3. Mewujudkan kesederajatan sosial budaya 3. Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan lestari. 4. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik. 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan. 1. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana limbah 2. Mewujudkan drainase yang baik, sehat dan bersih. 3. Meningkatkan cakupan pelayanan sampah dan mengoptimalkan pengelolaan sampah swadaya 4. Mendorong peningkatan kesadaran perilaku hidup sehat sejak dini Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Barat, RPJM Kota Tasikmalaya Visi Sanitasi Kota Tasikmalaya Visi sanitasi Kota Tasikmalaya dirumuskan sebagai berikut: Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan Sejahtera berlandaskan Iman dan Taqwa di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2017 Penjabaran dari Visi Sanitasi Kota Tasikmalaya mengandung makna sebagai berikut : Kondisi Lingkungan Masyarakat Yang Sehat dan Sejahtera dimaksudkan agar masyarakat Kota Tasikmalaya dapat menikmati hak kebutuhannya khususnya di bidang kesehatan sehingga dengan kondisi lingkungan yang sehat dan berkualitas maka diharapkan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Hal 2-22

40 Berlandaskan Iman dan Taqwa dimaksudkan agar masyarakat Kota Tasikmalaya dalam mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat dan sejahtera dengan modal nilai-nilai iman dan taqwa Misi Sanitasi Kota Tasikmalaya Untuk dapat mewujudkan visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan maka dirumuskan beberapa misi yaitu sebagai berikut : 1. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana limbah domestik maupun komunal. 2. Mewujudkan drainase yang baik, sehat dan bersih. 3. Meningkatkan cakupan pelayanan sampah dan mengoptimalkan pengelolaan sampah swadaya. 4. Mendorong peningkatan kesadaran perilaku hidup sehat sejak dini. Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Kota 2.3 Tahun Kebijakan Umum dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Kebijakan dan Strategi Nasional dan Kota Tasikmalaya dalam Pengembangan Sistem Pengelolaan air limbah dirumuskan sebagai berikut : Tabel Kebijakan dan stategi Pengelolaan Air Limbah Tahun Kebijakan dan Strategi Nasional Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat; Kebijakan dan Strategi Kota Tasikmalaya Kebijakan Strategi Kebijakan Strategi Meningkatkan akses Peningkatan akses masyarakat terhadap Sarana dan prasarana prasarana dan sarana air Air Limbah limbah sistem setempat (on site) di perkotaan dan perdesaan melalui sistem komunal. Pengelolaan lumpur tinja dalam rangka perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya air Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat (off site) di kawasan perkotaan metropolitan dan besar Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman Peningkatan pelayanan air limbah dengan sasaran target terpenuhi Sosialisasi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan SPAL Penyaluran air limbah domestik diarahkan pada sistem individual dan komunal Hal 2-23

41 Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan air limbah permukiman Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman Menyebarluaskan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman Menerapkan peraturan perundangan Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman ditingkat masyarakat Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga Mendorong peningkatan kemauan politik (political will) para pemangku kepentingan untuk memberikan prioritas yang lebih tinggi terhadap pengelolaan air limbah permukiman Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan sistem air limbah Perkotaan dengan proporsi pembagian yang Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman Penguatan kelembagaan serta promosi tentang pengelolaan air limbah permukiman Peningkatan dan pengembangan pelayanan prasarana dan sarana air limbah pemukiman Meningkatkan dan optimalisasi sarana prasarana air limbah domestik untuk memenuhi SPM, SNI Meningkatkan kampanye PHBS tentang air limbah yang tepat sasaran Meningkatkan akses layanan air limbah domestik berbasis rumah tangga dan komunal bagi masyarakat miskin yang berkelanjutan Hal 2-24

42 disepakati bersama Sumber : Permen PU No 16/PRT/M/2008 Kebijakan dan Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya Kebijakan Umum dan Strategi Pengelolaan Persampahan Kebijakan dan Strategi Nasional dan Kota Tasikmalaya dalam pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan dirumuskan sebagai berikut : Tabel Kebijakan dan stategi Pengelolaan Persampahan Tahun Kebijakan dan Strategi Nasional Kebijakan dan Strategi Kota Tasikmalaya Kebijakan Strategi Kebijakan Strategi Meningkatkan pemahaman Mengoptimalkan masyarakat akan upaya 3R pengelolaan sampah. (Reduce-Reuse-Recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga Pemerintah Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan Mengembangkan dan menerapkan system insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian & perdagangan Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan Berkeadilan Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan Meningkatkan kualitas Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pengurangan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya Optimalisasi pengurangan sampah mulai dari sumber melalui 3 R Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah Sanitary Landfill Hal 2-25

43 Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan pengelolaan TPA kearah sanitary landfill Serta Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan Meningkatkan Status dan kapasitas institusi pengelola meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan memisahkan fungsi / unti regulator dan operator Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan Menyusun Perda sampah sesuai dengan UU Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun 2008 Pengembangan alternatif sumber pembiayaan Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain Meningkatkan kualitas SDM manusia Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan skala regional Meningkatkan kelengkapan produk hukum/npsm sebagai landasan dan acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Penyamaan persepsi para pengambil keputusan Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan Sumber : Permen PU No 21/PRT/M/2006 Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya Peningkatan sarana dan prasarana persampahan Meningkatnya kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan Kebijakan Umum dan Strategi Pengelolaan Drainase Kebijakan dan Strategi Nasional dan Kota Tasikmalaya dalam Pengembangan Sistem Pengelolaan drainase dirumuskan sebagai berikut : Tabel Kebijakan dan stategi Pengelolaan Drainase tahun Kebijakan dan Strategi Nasional Kebijakan dan Strategi Kota Tasikmalaya Kebijakan Strategi Kebijakan Strategi Peningkatan pelayanan Mengembangkan sistem Penyediaan Prasarana dan Menciptakan pola dan penanganan drainase berdasarkan keseimbangan tata air perencanaan drainase utama dan lokal yang terpadu Sarana Drainase pembangunan yang berkelanjutan melalui kewajiban melakukan Hal 2-26

44 Peningkatan pelibatan seluruh stakeholder berdasarkan hirarki sistem drainase Peningkatan kapasitas kelembagaan, peraturan dan perundangan Pengembangan alternatif pembiayaan Mempertahankan konsep aliran yang alami Mewujudkan sebuah stakeholder melakukan konservasi air Mengembangkan NSPM berdasarkan karakteristik dan kondisi tata air Menentukan kewenangan, peran dan tanggung jawab pemerintah, swasta dan masyarakat Optimalisasi pemanfaatan prasarna dan sarana drainase Menyiapkan prioritas dan tahapan penanganan drainase Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola Meningkatkan koordinasi antar instansi dan seluruh stakeholder Meningkatkan kinerja dan kualitas SDM Meningkatkan kelengkapan peraturan dan produk hukum / NSPM Mendorong sistem pengawasan dan penerapan sanksi secara konsisten Mengembangkan sumber pembiayaan melalui restribusi lingkungan Menyamakan persepsi para pengambil keputusan. pelatihan dan pendidikan SDM yang kompeten Sumber : Permen PU No 21/PRT/M/2006 Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya Peningkatan pelibatan seluruh stakeholder berdasarkan hirarki sistem drainase Peningkatan kelembagaan, dan perundangan Peningkatan Lingkungan Hidup kapasitas peraturan Kualitas konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan Sosialisasi kebijakan terkait fungsi saluran drainase Optimalisasi peran masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase lingkungan Menyusun Regulasi tentang pengelolaan lingkungan drainase Optimalisasi lahan resapan yang berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan drainase 2.4 Tujuan, Sasaran dan Arahan Tahapan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran Pembangunan sanitasi, dirumuskan sebagai berikut : Tabel 2.14 Tujuan Umum dan sasaran pembangunan Sanitasi di Kota Tasikmalaya Pengelolaan Air Limbah Tujuan : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman Sasaran : Peningkatan pengelolaan lumpur tinja dari tangki septik di perkotaan Hal 2-27

45 Catatan : Pengelolaan Persampahan Tujuan : Peningkatan cakupan pelayanan dan pengelolaan sampah Sasaran : 1 Optimalisasi upaya penanganan sampah melalui konsep 3R 2 Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas system pengelolaan 3 Tersusunnya PJM dan masterplan/outlineplan atau PTMP (Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan Catatan : Pengelolaan Drainase Tujuan : Terciptanya pembangunan saluran drainase yang berwawasan lingkungan Sasaran : 1 Pengembangan jaringan drainase serta PS pendukung meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan permukiman dari resiko genangan 2 Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan di perkotaan Catatan : Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) Tujuan : Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat Sasaran : 1 Merubah paradigma masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat 2 Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat Catatan : Sumber : hasil Analisis Arah dan Tahap Pancapaian Penetapan Zona Sanitasi Secara diagramatis penentuan indicator kriteria zona sanitasi dapat digambarkan dalam Gambar 2.8 Gambar 2.8 Indikator Penetapan Zona Sanitasi Hal 2-28

46 A. Beberapa indikator untuk menetapkan zona air limbah di antaranya sebagai berikut: a. Kepadatan penduduk, dibagi atas 5 saat ini dan proyeksi untuk 5 tahun mendatang, dengan kategori yaitu: - Rural : di bawah 25 orang per ha - Peri-urban : orang per ha - Urban low : orang per ha - Urban medium : orang per ha - Urban high : di atas 250 orang per ha b. Karakteristik fisik (topografi, area tipikal, batas/hambatan alam) c. Jenis pemanfaatan lahan atau fasilitas yang dilayani (perumahan, komersial, lainnya) d. Informasi yang sudah tersedia (misalnya sudah ada Master Plan walaupun mungkin Master Plan tersebut perlu dikaji ulang dan dijadikan rujukan) Berdasarkan indikator penentuan zona air limbah di atas, maka penentuan zona sanitasi air limbah di Kota Tasikmalaya dapat ditetapkan sebagai berikut Lihat Tabel Tabel 2.15 Penentuan Zona Sanitasi air limbah di Kota Tasikmalaya Zona Tingkat Kekotaan Kategori Kep pddk Bentuk Bentang Alam Penggunaan Lahan Ada/Tidak Masterplan Masuk/Tidak Areal Beresiko 1 Rural < 25 jiwa/ha Landai Permukiman Tidak Tidak 2 Peri Urban jiwa/ha Datar Permukiman Tidak Resiko Tinggi 3 Urban Low jiwa/ha Datar Komersil Tidak Resiko Tinggi 4 Urban Medium jiwa/ha Datar Komersil Tidak Resiko Sangat Tinggi Sumber : Hasil Analsis Keterangan : Tingkat Kekotaan : Bentang Alam/Topografi Penggunaan Lahan Area Beresiko Dari BPS - Rural : < 25 jw/ha - Datar < 8 % - Permukiman - Resiko Tinggi - Peri-urban : jw/ha - Landai 8 15 % - Komersial (prdagangan-jasa) - Resiko Sangat Tinggi - Urban low : jw/ha - Agak Curam % - industri - Urban medium : Jw/Ha - Curam % - Urban high : > 250 Jw/Ha - Sangat Curam > 40 % B. Indikator untuk menentukan zona persampahan di antaranya sebagai berikut: a. Kepadatan penduduk dibagi atas 5 saat ini dan proyeksi untuk 5 tahun mendatang, dengan kategori yaitu: - Rural : di bawah 25 orang per ha - Peri-urban : orang per ha - Urban low : orang per ha - Urban medium : orang per ha - Urban high : di atas 250 orang per ha b. Sistem yang diterapkan saat ini c. Jenis kawasan atau fasilitas yang dilayani (perumahan, komersial, lainnya) d. Infrastruktur jalan dan kondisi lalu lintas e. Pertimbangan efisiensi dari sisi manajemen dan operasi persampahan Hal 2-29

47 Berdasarkan indikator penentuan zona persampahan di atas, maka penentuan zona sanitasi persampahan di Kota Tasikmalaya dapat ditetapkan sebagai berikut Lihat Tabel 2.16 Tabel 2.16 Penentuan Zona Persampahan di Kota Tasikmalaya Zona Tingka Kekotaan Kategori Kep pddk Sistem Yang diterapkan Penggunaan Lahan Infrastruktur Jalan/LL Masuk/Tidak Areal Beresiko 1 Rural < 25 jiwa/ha Pengangkutan Permukiman Kurang Tidak Tidak Langsung Memadai 2 Peri Urban jiwa/ha Pengangkatan Permukiman Kurang Resiko Tinggi Langsung Memadai 3 Urban Low jiwa/ha Pengangkatan Langsung Komersil Memadai Resiko Tinggi 4 Urban Medium jiwa/ha Pengangkatan Komersil Memadai Resiko Sangat Tinggi Langsung Sumber : Hasil Analsis Keterangan : Tingkat Kekotaan : Sistem yang diterapkan : Penggunaan Lahan : Area Beresiko Dari BPS : - Rural : < 25 jw/ha - Pengangkutan langsung - Permukiman - Resiko Tinggi - Peri-urban : jw/ha - Pengangkutan tdk langsung - Komersial (prdagangan-jasa) - Resiko Sangat Tinggi - Urban low : jw/ha - Penanganan dari sumbernya - industri - Urban medium : Jw/Ha - Urban high : > 250 Jw/Ha C. Sedangkan indikator untuk zona drainase lingkungan digunakan sub-daerah Aliran Sungai (sub-das). Zona Berdasarkan indikator penentuan zona drainase di atas, maka penentuan zona sanitasi drainase di Kota Tasikmalaya dapat ditetapkan sebagai berikut Lihat Tabel 2.17 Tabel 2.17 Penentuan Zona Sanitasi Drainase di Kota Tasikmalaya Tingka Kekotaan Kategori Kep pddk Penggunaan Lahan Masuk/tidak dalam sub DAS Ada/Tidak Masterplan Masuk/Tidak Areal Beresiko 1 Rural < 25 jiwa/ha Permukiman Masuk Tidak Tidak 2 Peri Urban jiwa/ha Permukiman Masuk Tidak Resiko Tinggi 3 Urban Low jiwa/ha Komersil Tidak Tidak Resiko Tinggi 4 Urban Medium jiwa/ha Komersil Tidak Tidak Resiko Sangat Tinggi Sumber : Hasil Analsis Keterangan : Tingkat Kekotaan : Penggunaan Lahan Area Beresiko Dari BPS - Rural : < 25 jw/ha - Permukiman - Resiko Tinggi - Peri-urban : jw/ha - Komersial (prdagangan-jasa) - Resiko Sangat Tinggi - Urban low : jw/ha - industri - Hal 2-30

48 - Urban medium : Jw/Ha - Urban high : > 250 Jw/Ha Segera setelah ditetapkan sistem dan zona sanitasi, selanjutnya perlu dilakukan proses konsultasi dengan kelurahan dan/ masyarakat dengan tujuan: Memberikan informasi tentang sistem yang akan diterapkan dalam zona sanitasi tertentu. Jadi, kontribusi dan inisiatif masyarakat termasuk pihak swasta lokal di dalam zona sanitasi tersebut, sesuai dengan sistem yang sudah ditetapkan. Mendapatkan masukan dari masyarakat, terutama yang terkait dengan cara/model implementasi sistem yang ditetapkan Penetapan Sistem Sanitasi Permilihan system sanitasi yang akan dipergunakan akan sangat tergantung kepada beberapa factor, diantaranya (Lihat Gambar 2.9) : - Factor kebijakan pemerintah - Factor kondisi fisik wilayah - Factor keuangan dan pendanaan Sedangkan pemilihan teknologi akan sangat tergantung kepada : - Factor biaya infestasi dan biaya operasi dan pemeliharaan (OM) - Factor lingkungan - Factor budaya perilaku Gambar 2.9 Aspek yang berperan dalam pemilihan system dan teknologi sanitasi Sistem sanitasi yang akan digunakan menjelaskan apa, sedangkan zona sanitasi menjelaskan di mana sistem tersebut akan diterapkan. Sistem sanitasi ditentukan Hal 2-31

49 berdasarkan kerangka waktu perencanaan jangka panjang. Lihat Gambar 2.10 sampai Gambar 2.15 Gambar 2.10 Seleksi dan Pentahapan system Air Limbah Hal 2-32

50 Gambar 2.11 Peta Zone dan Pentahapan Sistem Air Limbah di kota Tasikmalaya Hal 2-33

51 Gambar 2.12 Seleksi dan Pentahapan system Persampahan Hal 2-34

52 Gambar 2.13 Peta Zona dan Pentahapan Sistem Persampahan di Kota Tasikmalaya Hal 2-35

53 Gambar 2.14 Seleksi dan Pentahapan system Drainase Subsektor air limbah secara garis besar mengenal dua jenis sistem, yakni : - sistem setempat (on-site system) - sistem terpusat (off-site system). Untuk subsektor persampahan dikenal tiga jenis sistem, yakni : - sistem pengangkutan tidak langsung (melalui tempat penampungan sementara/tps), - sistem pengangkutan langsung, - sistem penanganan sampah di sumbernya. Sementara untuk subsektor drainase lingkungan dikenal dua jenis sistem, yaitu : - sistem gravitasi - sistem pompa. Hal 2-36

54 Gambar 2.15 Peta Pentahapan Sistem Drainase di Kota Tasikmalaya Hal 2-37

55 Penetapan Tingkat Layanan Sanitasi telah merumuskan tingkat layanan sanitasi memuaskan (amenity level) selama 15 tahun mendatang. Untuk pencapaian hal tersebut, maka perlu tahapan untuk mencapai tingkat layanan sanitasi tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.18 Tingkat Layanan Sanitasi di Kota Tasikmalaya Sektor Jenis Pelayanan Jangka Pendek ( 5 tahun) Jangka Menengah ( 10 tahun) Jangka Panjang ( 15 tahun) Air Limbah Ketersediaan Jamban % % % Pribadi di Wilayah Rural Ketersediaan system % % 50 60% pengelolaan air limbah off site di wilayah urban low Persampahan Sistem pengangkutan % % 80 90% tidak langsung (melalui tempat penampungan sementara/tps) pada daerah urban low dan urban medium Sistem pengangkutan % % 70 80% langsung pada daerah peri urban sistem penanganan % % 40 50% sampah di sumbernya pada daerah rural Drainase sistem gravitasi % % % Identifikasi Isu Strategis dan Kemungkinan Hambatan Permasalahan utama di sektor sanitasi Kota Tasikmalaya adalah persampahan, perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan air limbah domestik. Yang menjadi permasalahan dari segi persampahan adalah masih rendahnya cakupan layanan sampah (kurangnya armada sampah sehingga rata-rata pengangkutan sampah tidak dilakukan setiap hari dan masih ada daerah tidak terlayani), pesatnya pembangunan permukiman menyebabkan semakin luasnya area pengangkutan, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri (3R). Dari segi PHBS, perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci tangan dengan sabun pada 5 waktu kritis dan buang sampah sembarangan. Dari segi air limbah masalah utamanya adalah masih rendahnya kepemilikan tangki septic, kepemilikan jamban relatif banyak akan tetapi pembuangannya langsung k saluran drainase atau badan air, dan yang paling utama adalah belum adanya sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Tasikmalaya karena IPLT Singkup tidak berfungsi (rusak). Hal 2-38

56 Perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi Arahan pengembangan sektor pembangunan sanitasi disesuaikan dengan arahan pentahapan pembangunan kota secara menyeluruh. Berdasarkan arahan pembangunan kota maka penetapan pentahapan pembangunan sanitasi tahun merupakan pentahapan pencapaian sasaran pembangunan secara bertahap dengan perkembangan linier yang tetap mengacu pada kebijakan pengelolaan belanja daerah dengan menitik beratkan alokasi pada bidang-bidang urusan wajib dan urusan pilihan yang sesuai dengan prioritas pembangunan daerah. Pencapaian sasaran pembangunan setiap tahun mengalami kenaikan secara bertahap atau merata sepanjang tahun dengan tetap memperhatikan kinerja sektor sanitasi pemerintah kota. Hal 2-39

57 BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN SEKTOR SANITASI KOTA Perumusan kebijakan dan strategi sektor sanitasi kota pada dasarnya adalah untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan sanitasi yang diharapkan akan dapat terjadi pada masa yang akan datang. Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pembangunan sanitasi pada saat ini. Isu-isu tersebut mencakup : 3.1 Enabling And Sustainability Aspect Enabling and sustainability aspect (aspek kemungkinan dan keberlanjutan) merupakan aspek non teknis dalam pengembangan sanitasi, terdiri 6 aspek yaitu ; aspek kebijakan dan kelembagaan daerah, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, partisipasi masyarakat, jender dan swasta serta moinitoring/pemantauan dan evaluasi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Sistem dan Kebijakan Daerah Secara umum kondisi pembangunan sanitasi diberbagai kota di Indonesia masih jauh dibawah rata-rata di negara lain. Salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya pendidikan yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini serta tidak dilakukannya penerapan sanksi hukum (pidana) dari Perda yang ada secara efektif. sudah memiliki komitmen yang sangat tinggi dalam pengelolaan sanitasi yang pro masyarakat miskin. Hal ini terwujud nyata dalam salah satu bentuk rintisan program koordinatif penyediaan sarana dan prasarana sanitasi yang diarahkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap sarana dan prasarana sanitasi. Saat ini belum memiliki Perda dan pendukung yang lengkap dan memadai untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik Pemerintah, masyarakat maupun swasta terhadap pola pengelolaan sanitasi yang benar di Kota Tasikmalaya. Kurang memadainya Perda terkait sanitasi ini akan menyulitkan dalam mendorong partisipasi positif seluruh pihak dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi Sistem penegakkan aturan yang terkait dengan pengelolaan sanitasi dan pengembangan perilaku hidup bersih sehat yang berjalan selama ini masih kurang optimal. Kondisi ini kurang mendukung semangat dan upaya yang sedang dijalankan untuk meningkatkan kinerja pembangunan sanitasi dan perilaku hidup bersih di Kota Tasikmalaya. Hal 3-1

58 Kondisi kebijakan daerah di Kota Tasikmalaya berupa Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Walikota yang terkait dengan sub sektor sanitasi antar lain (lihat Tabel 3.1) No Sub sektor Sanitasi Table 3.1 Peraturan Daerah yang terkait dengan Sanitasi di Kota Tasikmalaya Peraturan/Kebijakan Daerah Tentang Sanitasi Perda (No/tahun/tentang) 1 Air Limbah - Perda No 5 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum 2 Sampah - Ranperda tentang persampahan Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan Perbup/perwali (No/tahun/tentang) - Perwalkot No 88 tahun 2011 tentang Pelayanan Penyedotan Kakus Kelembagaan Daerah A. Lembaga Pengelola Sanitasi Lembaga atau instansi pengelola sanitasi merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pembangunan sanitasi. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola sub-sektor sanitasi (limbah, sampah dan drainase) menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit sejalan dengan makin besarnya kategori kota. PP No 8 / 2003 tentang Dinas Daerah maka dalam rangka efisiensi sumber daya telah dilakukan pembatasan jumlah dinas yang ada di Kota/Kabupaten. Pengelola yang semula umumnya telah berbentuk Dinas kemudian terpaksa digabung dengan berbagai Dinas lainnya yang pemilihannya ditentukan oleh kota/kabupaten sendiri sejalan dengan misi otonomi. Akibatnya saat ini tidak ada keseragaman bentuk lembaga pengelola sanitasi sehingga menyulitkan pembinaannya. Sebagai contoh kapasitas unit kebersihan juga mengalami penurunan kewenangan karena merupakan sub-din dari Dinas induknya sehingga semakin sulit untuk membuat rencana pengembangan. Pelayanan persampahan di lapangan juga dilaksanakan langsung oleh Dinas. Dalam hal ini Dinas yang berfungsi sebagai regulator sekaligus menjalankan kegiatan sebagai operator. Akibatnya sulit dilakukan pengawasan yang obyektif sehingga kualitas pelayanan menjadi tidak terjamin. Hal demikian juga terjadi pada sub sektor sanitasi lainnya di pengelolaan air limbah dan pengelolaan darinase. Kondisi kelembagaan daerah, di Kota Tasikmalaya yang terkait dengan sub sektor sanitasi antar lain (lihat Tabel 3.2) Hal 3-2

59 No Table 3.2 Kelembagaan Daerah yang terkait dengan Sanitasi di Kota Tasikmalaya Sub sektor Sanitasi 1 Air Limbah Ciptakarya, Tata Kelembagaan Pengelola Sanitasi Dinas Sub Dinas UPTD Ruang dan 2 Sampah Ciptakarya, Tata Ruang dan 3 Drainase Ciptakarya, Tata Ruang dan Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan B. Lembaga Satker Sanitasi Keberadaan Satuan Kerja (Satker) Sanitasi Kota Tasikmalaya dapat dijadikan sebagai motor penggerak untuk membantu dinas dan lembaga teknis struktural pemerintah kota dalam mendorong kinerja pengelolaan sanitasi, dan pengembangan perilaku hidup bersih yang optimal. Mekanisme dan prosedur layanan sanitasi yang diterapkan oleh masing-masing organisasi penanggungjawab layanan sanitasi di Kota Tasikmalaya saat ini belum berada dalam kondisi yang optimal untuk mendukung penyediaan layanan sanitasi yang efektif dan efisien. Saat ini Satker Sanitasi Kota Tasikmalaya yang di ketuai oleh Sekretaris Daerah sudah mulai melakukan beberapa kegiatan dalam rangka penguatan kelembagaan dalam upaya peningkatan sanitasi masyarakat di Kota Tasikmalaya. Adapun kegiatan yang sudah dilakukan oleh satker sanitasi berupa SOLARI (Selokan Lancar Resik Indah), Sosialiasi Sanitasi Masyarakat SDM Pengelola Sanitasi Ketimpangan tersebut masih belum didukung oleh SDM (sumber daya manusia) yang memadai terutama ditinjau dari kuantitas dan kualitas. Upaya-upaya peningkatan kualitas personil yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu berupa training bidang yang dilakukan oleh perbagai pihak baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah baik di dalam maupun luar negeri, tidak ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah secara memadai. Para tenaga terdidik tersebut pada umumnya telah menempati tugas di luar sektor sanitasi. Kondisi SDM pengelola sanitasi di Kota Tasikmalaya yang terkait dengan sub sektor sanitasi antar lain (lihat Tabel 3.3) Hal 3-3

60 Tabel 3.3 Daya Dukung SDM Pelayanan Sanitasi No SKPD Bidang/Seksi Subsektor Eksisting Kebutuhan Kesenjangan 1 Dinas Cipta IPLT Singkup 1 Orang supir 2 orang 1 orang Karya Tata Crew supir 1 2 orang 1 orang Ruang dan orang 0 orang = 4 orang 4 orang Operator IPLT Singkup 2 Dinas Kesehatan Pengendalian Penyakit & Kesehatan Lingkungan Persampahan Kesehatan Lingkungan Staf = 90rang (PNS) Petugas Retribusi = 21 Orang (PNS) 3 orang (TKK) Petugas pengangkut sampah = 52 orang (PNS) 22 orang (TKK) Supir Armroll = 9 Orang Supir Dumptruck = 16 Orang (PNS) = 2 Orang (TKK) Supir Kendaran Bak Kecil = 2 Orang Supir Motor Sampah = 5 Orang Penyapu siang = 37 Orang Penyapu Malam = 15 Orang 2 orang = pencatat ritasi TPA Ciangir 2 orang = Operator alat berat O orang petugas pembersihan depo 20 Sanitarian 15 orang 8 orang 50 orang 26 orang 320 orang (pekerja 246 orang harian lepas) = PNS dan TKK diganti/dimutasi ke SKPD lain 30 orang 21 orang 80 orang 78 orang 10 orang 8 orang 15 orang 10 orang 50 orang (pekerja 13 orang harian lepas) = PNS dan TKK diganti/dimutasi ke SKPD lain 20 orang (pekerja 5 orang harian lepas) = PNS dan TKK diganti/dimutasi ke SKPD lain 4 orang 4 orang 3 orang 1 orang 15 orang 15 orang Sumber : Dinas Kesehatan dan Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kota Tasikmalaya, 2011 Hal 3-4

61 3.1.2 Keuangan Perhatian terhadap pembangunan sanitasi masih belum memadai baik dari pihak kepala daerah maupun DPRD. Secara umum alokasi pembiayaan untuk sektor saniatasi sebesar 2,4 % dari total anggaran APBD, rendahnya biaya tersebut pada umumnya karena pembangunan sanitasi masih belum menjadi prioritas. Rendahnya biaya sanitasi pada umumnya karena masalah sanitasi belum mendapatkan perhatian yang cukup selalu akan berdampak pada buruknya kualitas lingkungan Kondisi Anggaran pengelolaan sanitasi di Kota Tasikmalaya yang terkait dengan sub sektor sanitasi antar lain (lihat Tabel 3.4) Table 3.4 Kondisi Anggaran Sanitasi di Kota Tasikmalaya No. Uraian Total Realisasi Belanja Sanitasi Daerah 2 Total Realisasi Anggaran Belanja Daerah 3 Total Realisasi Anggaran Belanja Langsung 4 Rasio Belanja Sanitasi Terhadap Total Belanja 5 Rasio Belanja Sanitasi Terhadap Belanja Langsung , , , , , , , , , ,91 2,09 2,15 1,56 0,68 2,40 0,03 0,04 0,03 0,02 0,06 6 Jumlah Penduduk (jiwa) Rasio Belanja Sanitasi Terhadap Jumlah Penduduk 15998, , , , ,36 Sumber : Bappeda, 2011 akan terus mengusahakan efisensi layanan yang dikenakan retribusi, termasuk juga retribusi sanitasi (air limbah dan persampahan) guna mencapai kondisi cost recovery (termasuk juga nilai investasi) guna menjamin kelancaran dan kelanggengan layanan. Oleh karena itu akan terus meningkatkan kinerja layanan persampahan dan air limbah. Khusus untuk retribusi sanitasi terutama ditujukan untuk pengelolaan sanitasi kota sehingga kondisi sanitasi Kota Tasikmalaya menjadi prima. Diharapkan primanya kondisi sanitasi akan dapat menarik lebih banyak investasi ke Kota Tasikmalaya yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan perekonomian kota. Beberapa permasalahan dalam aspek keuangan, antara lain : Hal 3-5

62 Belum tercapainya Cost Recovery dalam layanan sanitasi Pengadaan layanan publik oleh Kota Tasikmalaya seringkali terbentur dengan keterbatasan dana. Dengan pendanaan internal yang tersedia layanan seringkali belum dapat diselenggarakan secara maksimal, sehingga perlu ditetapkan cara lain agar layanan dapat terselenggara dengan baik. Salah satu jalan adalah dengan mengikutsertakan sektor swasta ataupun masyarakat. Belum Tercapainya Cost Recovery Dalam air limbah Peningkatan efisiensi pengelolaan masih perlu dilakukan guna mengejar cost recovery layanan hingga dapat menutupi biaya investasi. Oleh karena itu penilaian besaran retribusi serta penetapan potensi dan coverage layanan mutlak dilakukan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan dan keinginan masyarakat untuk membayar layanan air limbah tersebut. Selain itu juga akan memepersiapkan mekanisme subsidi dan besaran subsidi mengantisipasi ketidakmampuan retribusi untuk membiayai pengelolaan (air limbah). Lebih jauh lagi mekanisme penarikan retribusi juga akan diupayakan dilakukan dengan secara efisien, kerjasama dengan instansi yang telah luas jaringan penarikannya misalnya seperti PLN, PDAM, ataupun pihak-pihak lain yang berkompeten. Belum Tercapainya Cost Recovery Dalam Persampahan Penerimaan pendapatan dari retribusi layanan pengelolaan sampah Kota Tasikmalaya menunjukkan kinerja yang meningkat dari tahun ke tahun dalam periode tahun 2007 hingga tahun Dengan kinerja seperti di atas, terlihat bahwa pengelolaan persampahan hampir belum mencapai cost recovery layanannya. akan terus meningkatkan kinerja dengan cara meningkatkan efisiensi layanan. Selain itu pengelolaan persampahan juga akan ditingkatkan lagi guna mencapai tingkat mendapatkan pemasukan. Hal ini masih dimungkinkan dengan pengolahan sampah lebih lanjut hingga dapat menghasilkan alternatif produk yang bernilai ekonomis, seperti kompos, barangbarang daur ulang maupun konversi menjadi energi. Kurangnya Peraturan Daerah tentang Retribusi Sanitasi Untuk menetapkan besaran retribusi sanitasi, selain perlu diperhitungkan biaya investasi dan biaya operasional dan pemeliharaan infrastruktur sanitasi, juga perlu diperhitungkan kemampuan dan keinginan masyarakat (willingness and ability to pay) untuk membayar layanan sanitasi yang dihasilkan. Dalam kasus retribusi sanitasi di Kota Tasikmalaya terlihat bahwa keinginan dan kemampuan masyarakat untuk membayar retribusi masih rendah, kecuali untuk keperluan yang langsung dirasakan, seperti retribusi pengumpulan sampah lingkungan yang biasanya diorganisir oleh RT/RW ataupun kelurahan. Sedangkan untuk pengelolaan sampah lanjutan yang berskala kota, belum ada keharusan untuk membayar retribusi. Untuk itu pemerintah Kota Tasikmalaya berupaya melakukan terobosan-terobosan kepada masyarakat agar masyarakat membayar retribusi guna pengolahan sampah skala kota, dengan menggunakan prinsip beneficiary pays (polluter pays principle). Penetapan retribusi sanitasi sudah menjadi keharusan mengingat dibutuhkan biaya baik untuk investasi infrastruktur maupun untuk operasional dan pemeliharaan infrastruktur tersebut guna memberikan layanan sanitasi yang berkelanjutan. Kurangnya pedoman untuk mengakses sumber-sumber pendanaan internal dan eksternal serta pengadaan layanan publik di Kota Tasikmalaya seringkali terbentur Hal 3-6

63 dengan keterbatasan dana pembangunan. Berdasarkan peraturan perundangan telah disebutkan sumber-sumber pedanaan yang dapat dimanfaatkan guna menutupi kekurangan dana pembangunan. Masalah yang kemudian muncul adalah bahwa pedoman untuk dapat mengakses terkadang belum terbit ataupun jika ada seringkali menyulitkan Pemda untuk dapat mengaksesnya. Selain itu masih ada informasi-informasi pendanaan terutama melalui proyek pusat yang sebetulnya dapat dimanfaatkan daerah tapi tidak tersosialisasikan dengan baik. Oleh karena itu dengan keikutsertaan Kota Tasikmalaya ke dalam program PPSP diharapkan dapat lebih menjembatani akses Kota Tasikmalaya kepada sumber-sumber pendanaan, terutama sumber-sumber pendanaan yang ada di Pusat. Terkait dengan itu juga Kota Tasikmalaya akan mendukung terbentuknya sistem jejaring sanitasi guna semakin meningkatkan kondisi sanitasi, sebagaimana disebutkan dalam visi dan misinya Komunikasi Dalam aspek komunikasi, beberapa isu strategis yang terkait dengan pembangunan sanitasi di Kota Tasikmalaya berhasil diidentifikasi, yaitu : Belum optimalnya peran komunikasi dan koordinasi dalam menunjang ke arah pembangunan sanitasi Kejelasan mekanisme untuk kualitas pengemasan pesan kunci dan materi dan perangkat (tools) yang dibutuhkan untuk kelompok sasaran advokasi (DPRD, SKPD, Panitia Anggaran, Program / Donor, Pemerintah Daerah & Pusat) belum optimal. Belum optimalnya perluasan jaringan, aliansi dan kemitraan dari berbagai kelompok sasaran (media massa, sekolah, universitas, jaringan keagamaan, posyandu) bagi percepatan pembangunan sanitasi terintegrasi berskala kota. Belum disadarinya posisi penting Satker (para SKPD) Sanitasi Kota Tasikmalaya oleh berbagai program, proyek, donor, insitusi ataupun berbagai pihak, bahwa Satker merupakan payung perencanaan dan koordinasi untuk berbagai intervensi kegiatan yang terkait dengan setiap sub-sektor sanitasi. Belum terbangun sistem informasi sanitasi kota untuk stekholders (seperti pertemuan dan publikasi berkala) bagi lembaga-lembaga dan para stekholders penting dan berpengaruh yang berpotensi sebagai pemicu dan focal point dalam mendukung percepatan pembangunan sanitasi Perlunya sarana Pusat Pengolahan dan Penyaluran Informasi dan data (knowledge management ) Sanitasi Kota Tasikmalaya pengelolaan dan pengolahan informasi, data base, perencanaan, kebijakan dan proses implementasi terkait sanitasi yang tersedia dan dapat diakses berbagai kalangan individu maupun institusi (internal dan ekternal), para mitra dan stekholders. Berbagai saluran dan sumber daya (serta penggunaan APBD) untuk kegiatan komunikasi selama ini masih berjalan secara sektoral dan belum terintegrasi dalam pesan isu sanitasi yang efektif dan akurat Ketrampilan personil yang belum optimal dalam menjaga kualitas pengemasan isu dalam materi-materi dan perangkat komunikasi kreatif yang setiap kegiatan dan kampanye setiap isu sub-sektor sanitasi. Hal 3-7

64 Belum ada mekanisme pemantuan berkala dan evaluasi untuk mengukur keberhasilan kegiatan komunikasi sanitasi di tingkat individu dan masyarakat Keterlibatan Pelaku Bisnis Sektor sanitasi masih belum dapat menarik minat pihak swasta seperti beberapa kasus yang ada di lapangan. Keraguan pihak swasta untuk bermitra dengan pemerintah Kota Tasikmalaya dalam pembangunan sanitasi karena tidak adanya iklim yang kondusif serta cenderung menimbulkan biaya tinggi serta merugikan investasi swasta yang telah ditanamkan. Upaya untuk menarik pihak swasta kedalam komponen kegiatan pambangunan sanitasi belum dilakukan secara memadai termasuk memberikan insentif baik berupa pengurangan pajak bea masuk bahan atau instalasi yang berkaitan dengan proses pembangunan dan lain-lain. Dalam aspek keterlibatan swasta dan pelaku bisnis, isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah : Masih adanya hambatan proses komunikasi dan promosi sanitasi dari Pemerintah kepada Pelaku Bisnis; Perlunya penguatan kemitraan untuk meraih peluang investasi swasta di bidang sanitasi Belum terkoordinasinya program CSR oleh Pemerintah Kota. Belum adanya regulasi yang secara khusus mengatur CSR di Kota Tasikmalaya dan partisipasi sektor swasta dalam penanganan sampah, limbah dan PHBS belum memasuki pada tatanan formal (misalnya sebagai mitra Pemerintah Kota) Belum ada rencana melibatkan perusahaan Cleaning Service untuk mengelola kebersihan kawasan public. Selama ini masih dikelola oleh Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan. Volume sampah non organic yang didaur ulang masih terlalu sedikit dibanding total timbulan sampah. Para pelaku usaha daur ulang yang ada masih beroperasi dalam skala relative kecil dibanding potensi volume sampah di Kota Tasikmalaya. Belum ada sama sekali inisiatif pihak swasta atau LSM yang secara serius menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku komposting atau lainnya Partisipasi Masyarakat, Jender dan keterlibatan sektor Swsata Sudah sejak lama masyarakat (individu maupun kelompok) sebenarnya telah mampu melakukan sebagian sistem pambangunan sanitasi baik untuk skala individual maupun skala lingkungan terutama dilingkungan permukimannya. Potensi ini perlu dikembangkan secara sistematis dengan pendekatan berbasis mayarakat (community based development) Dalam aspek pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan, isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah : Belum adanya dukungan dari lembaga formal dan informal di masyarakat dalam sosialisasi program dan pengelolaan sanitasi Belum ada organisasi masyarakat yang bergerak dalam kegiatan sanitasi dan pengelolaan lingkungan Hal 3-8

65 Perempuan diberi kesempatan untuk menyampaikan usulan dan mengambil keputusan dalam pengadaan sarana sanitasi Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sanitasi Belum ada pengorganisasian masyarakat dalam kelompok tertentu dalam bidang sanitasi 3.2 Sub Sektor dan Aspek Utama Aspek ini merupakan aspek teknis dalam pengembangan sanitasi, di 4 sub sektor sanitasi, sub sektor air limbah, persampahan, drainase lingkungan dan sub sektor hygiene (PHBS). beberapa isu strategis dan tantangan dalam pelayanan pembangunan sanitasi ditinjau dari aspek teknis antara lain: Air Limbah Lima isu strategis telah diidentifikasi dalam subsektor air limbah. Ke lima isu strategis tersebut adalah : Tidak adanya pejabat pengawas lingkungan hidup sehingga upaya penerapan sanksi terhadap pengolahan dan pembuangan limbah yang tidak layak masih sangat lemah; Adanya keterbatasan lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan prasarana yang menghambat upaya pembangunan dalam bidang pengelolaan air limbah; Keterbatasan lahan menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan infrastruktur pengelolaan limbah di Kota Tasikmalaya yang layak. Sistem pengelolaan secara komunal perlu untuk didorong sebagai salah satu solusi teknis untuk dapat menanggulangi permasalahan ini. Belum maksimalnya ketersediaan IPAL Komunal dan IPLT di Kota Tasikmalaya. Saat ini, Kota Tasikmalaya belum memiliki IPAL komunal dan sudah memiliki IPLT namun ada kendala di dalam operasionalnya Persampahan Isu strategis dalam subsektor persampahan terutama terkait dengan penggunaan TPA Ciangir dengan sistem Sanitary Landfill. Secara lebih rinci, tiga isu strategis berhasil diidentifikasi, yaitu : Perlu ditetapkan TPA Sanitary Landfilll dari semi contolled dumping, Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 mengenai pengelolaan persampahan telah mensyaratkan bahwa TPA Open Dumping harus ditutup pada tahun Terkait dengan hal itu maka Kota Tasikmalaya perlu untuk segera meningkatkan sistem TPA dari Semi controlled landfill menjadi Sanitary Landfill. Masih belum optimalnya kegiatan 3R baik yang berskala kota maupun berbasis rumah tangga dan kegiatan usaha/jasa sehingga belum dapat mengurangi secara berarti volume sampah yang perlu dibuang ke TPA. Berdasarkan paradigma pengelolaan persampahan baru maka diharapkan sampah yang perlu diangkut ke TPA adalah seminimal mungkin. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan 3R (Reduce, Reuse And Recylce) digalakkan. Hal 3-9

66 3.2.3 Drainase Lingkungan Secara umum, terdapat dua isu strategis di subsektor drainase lingkungan, yaitu : Belum tersedianya data mengenai jaringan dan kondisi drainase di kota Tasikmalaya sehingga perencanaan menyeluruh (masterplanning) belum dapat dilakukan yang berakibat pada kegiatan penanganan banjir dan genangan masih bersifat parsial dan belum terintegrasi dari hulu ke hilir; Karakteristik tanah di Kota Tasikmalaya yang memiliki kapasitas infiltrasi yang cukup tinggi mendukung upaya pengelolaan drainase secara partisipatif oleh masyarakat melalui penerapan sistem drainase ramah lingkungan. Karakteristik tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi cukup tinggi mendukung sistem drainase setempat yang bertujuan untuk mengurangi volume limpasan air hujan yang perlu disalurkan ke jaringan drainase konvensional. Salah satunya adalah pemanfaatan secara lebih luas sumur-sumur resapan maupun lubang biopori. Karena sifatnya yang setempat, maka peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan sistem ini Higiene (PHBS) Untuk aspek hygiene dan PHBS Sanitasi, perilaku masyarakat yang masih melakukan BABS (Buang Air Besar Sembarangan) maupun BABS terselubung menjadi isu strategis utama. Dari studi EHRA terungkap bahwa tidak kurang dari 33,5 % (Study EHRA) masyarakat Kota Tasikmalaya masih melakukan praktek ini. Berdasarkan kebijakan nasional yang telah ditetapkan, maka pada tahun 2013 praktek BABS dan BABS terselubung harus sudah dapat dihilangkan. Hal 3-10

67 BAB IV PERUMUSAN STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA TASIKMALAYA 4.1 Tujuan, Sasaran dan Arahan Pentahapan Pencapaian Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Air Limbah Tujuan : 1. Tersedianya sarana dan prasarana air limbah yang berwawasan lingkungan. 2. Memastikan pengutamaan penerapan teknologi air limbah domestik berbiaya rendah dan sensistif jender. 3. Terwujudnya pembangunan sanitasi yang partisipatif dan tanggap kebutuhan. 4. Diterapkannya SPM untuk layanan air limbah domestik. 5. Meningkatnya intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus menerus di sub sektor air limbah. Sasaran : 1. Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor air limbah pada akhir tahun 2017 sebesar 0,03 %. 2. Meningkatnya pengetahuan personil SKPD terkait dan masyarakat tentang pilihan (opsi) teknologi pengelolaan air limbah berbiaya rendah pada akhir tahun Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT pada tahun 2017 sebesar 10 %. 4. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septik pada tahun 2017 sebesar 65,90%. 5. Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) pada tahun Tersedianya Regulasi air limbah domestik pada tahun 2017 sebesar 65,70%. 7. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang air limbah domestik ke saluran drainase pada akhir tahun 2017 sebesar 47%. Tahapan Pencapaian : No Sasaran Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor air limbah 2 Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 3 % 5 % 7 % 8 % 10 % Hal 4-1

68 No Sasaran Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septik 4 Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) 5 Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang air limbah domestik ke saluran drainase 47,90% 52,90% 57,90% 62,90% 65,90% 45,70% 50,70% 55,70% 60,70% 65,70% 37 % 38 % 40 % 45 % 47 % Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Persampahan Tujuan : 1. Tersedianya sarana dan prasarana persampahan yang berwawasan lingkungan. 2. Memastikan pengutamaan penerapan teknologi persampahan berbiaya rendah dan sensitif jender. 3. Terwujudnya pembangunan persampahan yang partisipatif dan tanggap kebutuhan. 4. Diterapkannya SPM untuk layanan persampahan. 5. Meningkatnya intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus menerus di sub sektor persampahan. Sasaran : 1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan pengangkutan persampahan permukiman pada akhir tahun 2017 sebesar 44 %. 2. Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah pada akhir tahun 2017 sebesar 44%. 3. Diterapkannya teknologi pengelolaan persampahan berkelanjutan pada akhir tahun 2017 sebesar 12 %. 4. Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor persampahan pada tahun 2017 sebesar 0,02 %. 5. Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun Meningkatnya kesadaran masyarakat ber-phbs dalam pengelolaan persampahan pada tahun Hal 4-2

69 Tahapan Pencapaian : No Sasaran Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan pengangkutan persampahan permukiman 2 Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah 3 Diterapkannya teknologi pengelolaan persampahan berkelanjutan 4 Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor persampahan 5 Meningkatnya kesadaran masyarakat ber- PHBS dalam pengelolaan persampahan 6 Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun % 41 % 42 % 43 % 44% 40 % 41 % 42 % 43 % 44% 3 % 5 % 7 % 9 % 12 % 0,01 0,0125 0,015 0,0175 0,02 37 % 38 % 40 % 45 % 47 % Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Drainase Lingkungan Tujuan : 1. Terkelolanya pengendalian banjir. 2. Tersedianya sarana dan prasarana drainase lingkungan. 3. Memastikan pengutamaan penerapan teknologi drainase lingkungan berbiaya rendah dan sensistif jender. 4. Terwujudnya pembangunan drainase lingkungan yang partisipatif dan tanggap kebutuhan. 5. Diterapkannya SPM untuk layanan drainase lingkungan. 6. Meningkatnya intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus menerus di sub drainase lingkungan. Sasaran : 1. Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor drainase pada akhir tahun 2017 sebesar 0,02 %. 2. Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik pada akhir tahun 2017 sebesar 60%. 3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana drainase lingkungan pada akhir tahun 2017 sebesar 60%. 4. Menurunnya luas area genangan di Kota Tasikmalaya pada tahun akhir 2017 sebesar 70%. Hal 4-3

70 5. Menurunnya tinggi genangan rata-rata pada akhir tahun 2017 sebesar 70%. 6. Tersedianya Regulasi drainase lingkungan pada tahun Meningkatnya peran media dan masyarakat dalam penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun Tahapan Pencapaian : No Sasaran Meningkatnya porsi belanja fisik sub 0,01 0,0125 0,015 0,0175 0,02 sektor drainase 2 Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik 3 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana drainase lingkungan 4 Menurunnya luas area genangan Menurunnya tinggi genangan rata-rata Tersedianya Regulasi drainase lingkungan pada tahun Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Higiene Tujuan : 1. Meningkatnya intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus menerus di sektor sanitasi. 2. Meningkatnya keterlibatan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) dalam mengefektifkan Pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sasaran : 1. Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan) tentang Perilaku Hidup Bersih dan sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun 2017 sebesar 33 %. 2. Meningkatnya kapasitas SKPD terkait tentang higiene sanitasi pada akhir tahun Terlatihnya kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun 2017 sebanyak 120 orang. 4. Berperannya kelompok masyarakat (organisasi masyarakat) laki- laki dan perempuan dalam penyadaran higiene pada akhir tahun Termanfaatkannya media pilihan masyarakat (media lokal) di lokasi prioritas dalam penyadaran berperilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun Hal 4-4

71 Tahapan Pencapaian : No Sasaran Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan) tentang Perilaku Hidup Bersih dan sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun Meningkatnya kapasitas SKPD terkait tentang higiene sanitasi pada akhir tahun Terlatihnya kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun Berperannya kelompok masyarakat (organisasi masyarakat) laki- laki dan perempuan dalam penyadaran higiene pada akhir tahun Termanfaatkannya media pilihan masyarakat (media lokal) di lokasi prioritas dalam penyadaran berperilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun % 25 % 27 % 30 % 33 % 60 % 70 % 80 % 90 % 100 % % 40 % 50 % 60 % 70 % Strategi Sektor dan Aspek Utama Air Limbah A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Lingkungan mendukung Pemeliharaan Pertumbuhan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Ceruk Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Diversifikasi besar-besaran Gambar 4.1 Matrik Strategi Sub Sektor Air Limbah I Pertumbuhan Internal kuat (+) Hal 4-5

72 B. Strategi Sub Sektor Air Limbah Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi sub sektor air limbah berada diantara kuadran II (dua) dengan posisi strategi pemeliharaan agresif, sehingga strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sektor Air Limbah, adalah : 1. Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah secara terpadu di daerah CBD (Central Bussiness District) melalui sistem terpusat ; Ketersediaan lahan yang sangat terbatas di daerah CBD harus diantisipasi dengan perencanaan dan penanganan air limbah dengan metode off-site system. Dengan metode ini lahan yang dibutuhkan tidak terlampau besar, tetapi memerlukan biaya yang besar untuk perpipaan, oleh karena itu diperlukan kerjasama pembiayaan antara Pemerintah Kota dengan pelaku usaha pada daerah CBD. Dilihat dari kemampuan Pemerintah Kota saat ini upaya yang dilakukan sebatas pada pengembangan perencanaan yang mengarah pada pengelolaan air limbah dengan metode off site system. Strategi ini untuk mencapai sasaran 4 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septik pada akhir tahun Meningkatkan akses layanan air limbah domestik berbasis rumah tangga dan komunal bagi masyarakat miskin yang berkelanjutan; Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) yang telah berhasil di Kota Tasikmalaya perlu dilanjutkan untuk direplikasikan ke bagian lain di Kota Tasikmalaya yang masih membutuhkan perbaikan akses MCK. Demikian juga dengan upaya peningkatan layanan air limbah skala rumah tangga dengan teknologi berbiaya rendah bagi masyarakat miskin. Strategi ini untuk mencapai sasaran 5 Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) pada tahun Meningkatkan dan optimalisasi sarana prasarana air limbah domestik untuk memenuhi SPM, SNI ; Keberadaan IPLT di Kota Tasikmalaya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kota dimana perlu dilakukan pengelolaan lumpur tinja, kondisi Hal 4-6

73 IPLT saat ini kurang terawat serta pemanfaatannya belum maksimal, antara kapasitas olah serta lumpur yang masuk belum seimbang. Perusahaan penyedot tinja dan masyarakat yang belum menyadari peranan penting IPLT mendukung kurang optimalnya pemanfaatan sarpras air limbah. Upaya peningkatan kinerja dan kapasitas sarpras air limbah serta penegakan peraturan yang ketat agar seluruh perusahaan penyedot tinja di Kota Tasikmalaya benar-benar membuang tinjanya di IPLT Kota Tasikmalaya dan bukan di tempat lain yang tidak dibenarkan. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT pada tahun Mengoptimalkan peran seluruh stakeholders untuk mereplikasi pengelolaan air limbah domestik berbiaya rendah ; Upaya ini antara lain dapat dilakukan dengan cara : Untuk masyarakat menengah ke atas, pembangunan tangki septik pribadi termasuk pengelolaan lumpurnya dibebankan kepada masyarakat yang bersangkutan; Sarana pengolahan air limbah perumahan terencana (dibangun developer) dibebankan kepada developer dan dimasukkan kepada biaya penjualan yang akan dibebankan kepada masyarakat; Pembangunan IPAL pemukiman dibebankan kepada pemerintah melalui rencana anggaran pembelanjaan Kota Tasikmalaya dibantu melalui anggaran propinsi atau nasional; Pembangunan sarana pengolahan air limbah dilaksanakan secara bertahap melalui skala prioritas. Daerah yang harus segera dibangun sarana ini adalah daerah yang memiliki tingkat sanitasi buruk, padat penduduk dan di daerah yang kondisi kualitas badan air penerimanya sudah di bawah baku mutu yang berlaku; Biaya operasional dan pengelolaan IPAL dibebankan kepada masyarakat dengan biaya restribusi yang dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan masyarakat. Biaya restribusi ditarik bersamaan dengan restribusi sampah; Pembangunan MCK umum berasal dari dana Pemerintah Kota Tasikmalaya atau bekerjasama dengan pemerintah pusat, lembaga donor maupun pihak swasta. Hal 4-7

74 Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 Meningkatnya pengetahuan personil SKPD terkait dan masyarakat tentang pilihan (opsi) teknologi pengelolaan air limbah berbiaya rendah pada akhir tahun Sinkronisasi anggaran air limbah dengan kinerja pengelolaan air limbah ; Anggaran penanganan air limbah harus disusun dan dialokasikan secara terstruktur, sehingga meskipun SKPD pelaksananya dari beberapa elemen, tujuan dan sasaran pengelolaan air limbah dapat tercapai. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perlunya peningkatan anggaran pengelolaan air limbah yang disesuaikan dengan kebutuhan, kinerja SKPD terkait serta kemampuan keuangan Pemerintah, mengingat pengelolaan air limbah merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah Kota yang penting dan mendesak. Strategi ini untuk mencapai sasaran 1 Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor air limbah pada akhir tahun Menyusun Peraturan Daerah (Perda) air limbah disesuaikan dengan aturan di atasnya ; Keterbatasan Perda yang sudah ada saat ini hanya mengatur besaran retribusi pembuangan lumpur tinja pada IPLT Kota Tasikmalaya, diilihat dari perkembangan kota saat ini dimana pencemaran air tanah dan lingkungan dari air limbah sudah semakin tinggi, diperlukan peraturan yang lebih mengikat tentang pengelolaan air limbah. Perlu disusun aturan mengenai pembakuan sistem pengelolaan air limbah, tugas-tugas masing-masing pemangku kepentingan (stakeholders) dan sanksi terhadap pelanggarannya, sehingga perbaikan pengelolaan air limbah dan pengurangan pencemaran lingkungan di kota Tasikmalaya dapat terwujud. Strategi ini untuk mencapai sasaran 6 Tersedianya Regulasi air limbah domestik pada tahun Meningkatkan kampanye PHBS tentang air limbah yang tepat sasaran ; Kampanye sanitasi yang terkait dengan perilaku hidup bersih dalam sub sektor air limbah perlu segera dilakukan terutama pada daerah kumuh yang tidak memiliki sarana pengolahan air limbah dan memiliki kebiasaan tidak sehat. Salah satunya dengan menggiatkan sosialisasi berupa penyuluhan Hal 4-8

75 secara rutin baik berupa penyuluhan dari rumah ke rumah atau penyuluhan bersama di kelurahan atau kecamatan, serta memaksimalkan pertemuanpertemuan di masyarakat. Berbagai upaya komunikasi dapat dikembangkan untuk menggugah kesadaran masyarakat baik komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung. Strategi ini untuk mencapai sasaran 7 Meningkatnya kesadaran masyarakat sebesar untuk tidak membuang air limbah domestik ke saluran drainase pada akhir tahun Meningkatkan kompetensi pengelola air limbah dalam aspek teknis dan non teknis. Peningkatan kompetensi pengelola air limbah dapat dilakukan dengan mekanisme : Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam mengawasi, mengelola dan memelihara infrastuktur sistem sanitasi lingkungan terutama pengolahan limbah cair pemukiman; Peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan staf pengelola; Peningkatan sarana dan prasarana kerja seperti penambahan jumlah komputer dan laboratorium pengujian; Melakukan penyusunan program atau manual kerja pengelolaan air limbah pemukiman; Pembentukan lembaga atau perusahaan daerah IPAL (PD-IPAL). Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 Meningkatnya pengetahuan personil SKPD terkait dan masyarakat tentang pilihan (opsi) teknologi pengelolaan air limbah berbiaya rendah pada akhir tahun Persampahan A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Lingkungan mendukung Pemeliharaan Pertumbuhan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Ceruk Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Diversifikasi besar-besaran I Pertumbuhan Gambar 4.2 Matrik Strategi Sub Sektor Persampahan Internal kuat (+) Hal 4-9

76 B. Strategi Sub sektor Persampahan Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi sub sektor persampahan berada pada kuadran IV (empat) dan pada posisi strategi diversifikasi besarbesaran, sehingga strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sektor Persampahan, adalah : 1. Mengupayakan kerjasama regional dalam pengelolaan sampah terpadu sesuai dengan UU Persampahan ; Undang-undang persampahan mensyaratkan pengelolaan sampah akhir dengan teknologi sanitary landfill serta meminimalisir residu yang mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah perkotaan semakin lama semakin menjadi permasalahan tersendiri dengan semakin besarnya volume sampah yang harus dikelola tidak seimbang dengan daya tampung sarana prasarana yang dimiliki. Keterbatasan kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengelola sampah secara mandiri dapat teratasi dengan menjalin kerjasama lintas daerah atau regional dalam pengelolaan sampah terpadu. Upaya kerjasama antar daerah dengan prinsip saling menguntungkan dalam pengelolaan sampah terpadu dengan teknologi ramah lingkungan yang berkelanjutan menjadi salusi yang patut diperjuangkan bersama. Kesadaran pentingnya penanganan pengelolaan sampah bersama lintas daerah perlu dibangun bersama antar Pemerintah Daerah sehingga terjalin sinergi yang kuat. Inisiasi awal kerjasama antar daerah perlu dilakukan oleh salah satu Pemerintah Daerah setempat yang menyadari potensi dan permasalahan bersama, serta adanya peranan dari Pemerintah Pusat dan Propinsi. Pemerintah Kota Tasikmalaya sebagai daerah PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) bisa menjadi pelopor daerah sekitarnya dalam mengupayakan koordinasi antar daerah secara rutin untuk mengupayakan penanganan bersama permasalahan yang ditemui. Kerjasama dalam pengelolaan persampahan dapat dijalin dengan daerah terdekat atau daerah penyangga yang memiliki karakteristik permasalahan dan potensi persampahan yang sama untuk memulai pendekatan dalam upaya kerjasama antar daerah. Strategi ini untuk mencapai sasaran 4 Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan dan SPM pada akhir tahun Hal 4-10

77 2. Mengembangkan sistem penghargaan terhadap masyarakat yang berperan aktif dalam pengelolaan sampah 3 R ; Peran aktif berbagai pihak dalam pengelolaan persampahan diperlukan dalam mencegah timbulnya permasalahan persampahan serta untuk mengurangi beban Pemerintah. Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan persampahan terutama dalam upaya pengurangan sampah dari sumbernya dapat dikembangkan dan dipicu dengan upaya-upaya yang terencana dan sistematis. Pemerintah Kota sebagai institusi penanggung jawab pelayanan persampahan perlu mengembangkan sistem yang mendorong masyarakat terlibat secara aktif dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan / 3 R (reduce, reuse, recycle). Perlunya pengembangan sistem dengan memberikan penghargaan bagi masyarakat yang berperan aktif serta pemberian sanksi bagi masyarakat yang menghambat pengelolaan sampah 3R secara rutin dan terus menerus. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 Diterapkannya teknologi pengelolaan persampahan berkelanjutan dan berbiaya rendah pada akhir tahun Optimalisasi pengurangan sampah mulai dari sumber melalui 3 R ; Penambahan jumlah penduduk serta perubahan pola perilaku masyarakat dewasa ini menyebabkan tingginya peningkatan volume sampah perkotaan kurang bisa diimbangi dengan kemampuan Pemerintah Kota dalam penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah yang memadai. Upaya upaya pengurangan sampah mulai dari rumah tangga dan pasar sebagai penghasil sampah terbesar sudah dilakukan dengan penerapan 3R, meskipun saat ini tingkat pengurangannya relatif kecil. Peningkatan penerapan 3 R secara besar-besaran berupa pengembangan TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) skala kecil (kelurahan atau kecamatan) Di sebagian besar lokasi penghasil sampah tinggi, disertai dengan pendampingan dan perencaaan terpadu. Upaya tersebut akan lebih berdaya guna dengan keterlibatan aktif berbagai pihak, secara pasti proses tersebut akan mampu mengurangi timbulan sampah cukup besar sehingga mengurangi sampah terangkut yang harus dikelola Pemerintah Kota. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 Diterapkannya Hal 4-11

78 teknologi pengelolaan persampahan berkelanjutan dan berbiaya rendah pada akhir tahun Mendorong keterlibatan swasta dalam pengelolaan persampahan ; Kurang menariknya subsektor persampahan bagi dunia usaha untuk berinvestasi dapat dilihat pada kondisi sekarang dimana berbagai pelayanan pengelolaan persampahan menjadi domainnya pemerintah kota. Demi keberlanjutan pelayanan persampahan pemerintah Kota perlu mengupayakan berbagai cara agar pihak swasta di Kota Tasikmalaya tertarik untuk turut berinvestasi dalam pengelolaan persampahan dengan memberikan peluang luas bagi keterlibatan swasta serta pemberian insentif khusus bagi perusahaan bersangkutan yang membantu penerapan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan persampahan. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 Diterapkannya teknologi pengelolaan persampahan berkelanjutan dan berbiaya rendah oleh SKPD terkait dan masyarakat pada akhir tahun Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah Sanitary Landfill ; Sarana dan prasarana persampahan Kota Tasikmalaya telah dilengkapi TPA sebagai Tempat Pengelolaan Akhir yang dikonsepkan menggunakan teknologi sanitary lanfill tetapi saat ini pengolahannya dengan open dumping. Hal ini sangat bertolak belakang dengan UU Pengelolaan sampah No. 18 tahun 2008 yang mengharuskan semua TPA menggunakan teknologi sanitary landfill. Kondisi TPA yang belum memenuhi syarat perlu direhabilitasi untuk memenuhi standar sanitary landfill dengan ketersediaan sarana sistem pengolahan lindi, perlengkapan penangkap gas metan, pengendalian sampah yang masuk TPA merupakan sampah residu bukan sampah segar atau dengan memperhatikan karatekteristik (kondisi geologi) tanah TPA. Strategi ini untuk mencapai sasaran 4 Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan dan SPM pada akhir tahun Menyusun Perda sampah sesuai dengan UU Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun 2008 ; Undang-undang Pengelolaan Sampah No. 18 tahun 2008 merupakan peraturan tertinggi tentang pengelolaan sampah yang harus diikuti dan diterpakan oleh Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia. Kota Tasikmalaya sebagai salah satu Hal 4-12

79 kota yang berupaya menata kotanya menjadi tempat hunian dan usaha yang nyaman berusaha untuk memberikan pelayanan optimal dalam berbagai bidang salah satunya adalah memberikan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara maksimal. Pelaksanaan pengelolaan persampahan yang sesuai UU perlu didukung seluruh pemangku kepentingan kota, untuk menggerakan semua pihak terkait perlu dikuatkan dengan peraturan daerah tentang pengelolaan persampahan yang mengatur dan mengikat dengan penerapan penghargaan dan sanksi. Strategi ini untuk mencapai sasaran 6 Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan; Cakupan pelayanan pengangkutan sampah Kota Tasikmalaya dari TPS ke TPA saat ini sebesar 36,9%, sedangkan tingkat pelayanan sampah permukiman berada pada posisi 62%. SPM mensyaratkan 80% akses seluruh penduduk terlayani sampah, sedang pada permukiman padat penduduk tingkat pelayanan 100%. Untuk mencapai pelayanan sesuai dengan SPM, cakupan pelayanan persampahan Pemerintah Kota harus ditingkatkan dengan terencana sesuai dengan kemampuan kota serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang diprioritaskan bagi masyarakat miskin. Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 80% menjadi 85% pada tahun Meningkatnya kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan Ketersediaan sarana persampahan yang memadai merupakan syarat utama pemberian pelayanan prima, baik dalam hal ketersediaan sarana angkutan maupun TPS. Kondisi sarana persampahan yang tersedia saat ini secara kuantitas dan kualitas kurang memadai antara lain karena beberapa armada angkutan sudah tua dan rusak serta ketersediaan TPS yang belum merata di seluruh wilayah. Sasaran pelayanan yang diharapkan dapat dicapai dengan peningkatan kapasitas sarana dengan cara menghitung secara akurat sistem pengangkutan sampah. Penghitungan sistem pengangkutan dilakukan dengan mengetahui secara pasti berapa timbulan sampah per hari, rata-rata volume sampah terangkut per armada, serta ritasi optimal per hari yang dapat dilakukan per armada, hingga diperoleh secara pasti berapa kebutuhan sarana dan Hal 4-13

80 prasarana yang harus disediakan dalam mencapai layanan angkutan sampah yang optimal per harinya. Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah pada tahun Mendorong peningkatan anggaran sub sektor persampahan sesuai kebutuhan riil dan pemulihan biaya persampahan ; Anggaran selama ini menjadi faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan, sehingga ada kesan tanpa anggaran pembangunan tidak akan berjalan. Orientasi pembangunan yang terpusat pada pemerintah memaksa pemerintah menyediakan seluruh sarana dan prasarana termasuk di dalamnya ketersediaan anggaran untuk pemenuhan biaya pembangunan. Agar pembangunan sub sektor persampahan dapat berjalan optimal diperlukan alokasi anggaran dari APBD yang memadai sesuai dengan kebutuhan lapangan. Perlu diupayakan pendekatan khusus kepada pengambil keputusan agar pengalokasian anggaran sub sektor persampahan ditingkatkan jumlahnya terutama untuk menjamin keberlanjutan pelayanan dan pemulihan biaya. Strategi ini untuk mencapai sasaran 5 Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor persampahan pada tahun Drainase Lingkungan A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Lingkungan mendukung Pemeliharaan Pertumbuhan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Ceruk Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Diversifikasi besar-besaran Gambar 4.3 Matrik Strategi Sub Sektor Drainase I Pertumbuhan Internal kuat (+) Hal 4-14

81 B. Strategi Sub sektor Drainase Lingkungan Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi sub sektor drainase lingkungan berada pada kuadran I (satu) dan pada posisi strategi pertumbuhan stabil, sehingga strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sektor drainase lingkungan, adalah : 1. Optimalisasi peran media dalam memotivasi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase lingkungan ; Pengelolaan saluran drainase lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, sehingga arahan untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pengelolaan saluran drainase lingkungan sangat dibutuhkan. Penyampaian pesan ini dapat dilakukan melalui media cetak (koran), media elektronik (radio dan televisi). Pemanfaatan media dalam memotivasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perlu dioptimalkan mengingat banyaknya media cetak dan elektronik baik lokal maupun nasional yang ada di Kota Tasikmalaya. Strategi ini untuk mencapai sasaran 7 Meningkatnya peran media dan masyarakat dalam penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun Optimalisasi dan sinkronisasi usulan/perencanaan sanitasi yang sesuai dengan Pusat dan Propinsi ; Untuk memanfaatkan sumber pendanaan yang berasal di luar APBD Kota, maka optimalisasi penyerapan anggaran baik dari Pusat maupun Propinsi harus ditingkatkan. Sinkronisasi usulan program dan kegiatan dengan payung program yang sesuai dengan program dan kegiatan yang ada di tingkat Propinsi atau Pusat merupakan salah satu cara efektif penyerapan pendanaan di luar APBD. Optimalisasi penyerapan dana yang berasal dari sumber lain juga bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan pendanaan yang berasal dari APBD kota. Strategi ini untuk mencapai sasaran 1 Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor drainase pada akhir tahun Hal 4-15

82 3. Optimalisasi Musrenbang sebagai sarana perencanaan pembangunan saluran drainase lingkungan ; Musrenbang sebagai salah satu sarana efektif dalam menjaring aspirasi masyarakat, khususnya dalam mekanisme perencanaan pembangunan yang partisipatif. Usulan masyarakat dalam pembangunan saluran drainase lingkungan diharapkan mampu melengkapi perencanaan teknis kota dalam pengelolaan drainase. Drainase lingkungan yang direncanakan sebagai perencanaan awal pada tingkatan bawah adalah usulan yang mendasar dan sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan yang tanggap kebutuhan. Dengan mengoptimalkan musrenbang akan menjadi dasar yang kongkrit bagi SKPD dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan drainase yang berbasis pada perencanaan partisipatif. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana drainase lingkungan pada akhir tahun Mengupayakan sumber pendanaan di luar APBD Kota (dari Pusat, Propinsi, dll) untuk pembangunan drainase ; Keterbatasan dana yang dialokasikan dalam pembangunan saluran drainase memerlukan sumber pendanaan yang berasal di luar APBD kota. Dalam pengelolaan drainase lingkungan diharapkan perencanaan pembangunan bersifat partisipatif dimana masyarakat memegang peran penting di dalamnya. Untuk mengoptimalkan penyerapan aspirasi masyarakat tentang pembangunan saluran drainase lingkungan yang melimpah memerlukan dana yang cukup besar dan tidak mungkin hanya berasal dari pembiayaan daerah. Mengupayakan pendanaan diluar APBD Kota baik berasal dari APBN (DAK drainase/irigasi) maupun APBD Propinsi sebagai jalan keluar terbaik dalam mengatasi permasalahan tersebut. Strategi ini untuk mencapai sasaran 1 Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor drainase pada akhir tahun Optimalisasi peran masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase lingkungan ; Pengelolaan drainase lingkungan bukan menjadi tanggungjawab mutlak pemerintah daerah tetapi merupakan tanggung jawab bersama dengan masyarakat. Optimalisasi peran aktif masyarakat dalam pembangunan maupun pemeliharaan drainase lingkungan akan lebih memaksimalkan proses Hal 4-16

83 pengelolaan drainase lingkungan. Dengan diikutsertakannya masyarakatdalam berbagai aspek pembangunan, maka ikatan rasa untuk saling memiliki dan menjaga sarana maupun prasarana yang terbangun, khususnya dalam sub sektor drainase lingkungan dapat lebih terjaga. Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik pada akhir tahun 2017, dan sasaran 3 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana drainase lingkungan pada akhir tahun Optimalisasi kinerja SKPD terkait dalam pemeliharaan saluran drainase lingkungan ; SKPD teknis sebagai pelaksana program urusan rumah tangga Pemerintah Daerah tentunya harus meningkatkan kinerja dengan bekerja sama dengan masyarakat dan pihak manapun yang menjadi stakeholder utama dalam pengelolaan drainase lingkungan. Peran serta dan kerjasama dengan berbagai pihak merupakan langkah awal dalam optimalisasi kinerja SKPD dalam pemeliharaan drainase lingkungan. Langkah-langkah penting diantaranya dengan mengumpulkan data awal dari masyarakat ataupun dengan meningkatkan sumber daya manusia SKPD terkait dengan mengikut sertakan dalam pelatihan seminar masalah drainase. Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik akhir tahun Memberikan penghargaan terhadap kelompok media dan masyarakat yang mensukseskan pengelolaan drainase lingkungan ; Wujud dari komitmen pemerintah daerah terhadap pengelolaan draianse dapat berupa memberikan penghargaan terhadap kelompok media dan masyarakat yang mensukseskan pengelolaan drainase lingkungan. Dengan adanya suatu reward kepada pihak yang berperan aktif, maka diharapkan menjadi pemicu yang efektif peran semua pihak. Kampanye tentang perlu dan pentingnya pengelolaan drainase melalui diskusi-diskusi, slogan, media baik media cetak maupun media elektronik, dan penghargaan terhadap masyarakat yang berperan aktif akan merangsang media untuk selalu meningkatkan pemberitaan tentang drainase kepada masyarakat, sehingga masyarakat juga akan terpicu aktif berperan mensukseskan pengelolaan drainase lingkungan. Strategi ini Hal 4-17

84 untuk mencapai sasaran 7 Meningkatnya peran media dan masyarakat dalam penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun Optimalisasi lahan resapan yang berkelanjutan dalam pengelolaan drainase lingkungan ; Di era globalisasi, dimana kemajuan teknologi dan industrialisasi berkembang pesat, berakibat pada perubahan pola konsumerisme masyarakat yang tidak ramah lingkungan dan memaksa bumi menerima dampak buruk yang dihasilkan. Pemanasan global, dan perubahan iklim memaksa negara-negara di seluruh dunia untuk kembali berkonsentrasi pada penerapan teknologi maupun gaya/pola hidup yang ramah lingkungan. Perubahan iklim juga telah memaksa bumi untuk kehilangan beribu-ribu meter kubik sumber air yang ada di dalamnya. Kekeringan di mana-mana, dan sulitnya mencari sumber air bersih yang layak dikonsumsi membuat manusia kembali terpicu untuk melestarikan bumi dan isinya. Teknologi-teknologi yang ramah lingkungan kembali dikembangkan untuk menjaga kelestarian sumber air. Salah satunya melalui optimalisasi lahan resapan yang berkelanjutan yang dapat menyimpan air melalui suatu metode penyimpanan air hujan yang meresap ke tanah untuk mengalami proses filtrasi untuk selanjutnya dapat menghasilkan sumber air bersih yang layak konsumsi. Konsep penataan ruang yang mewajibkan suatu kota untuk menyediakan 30% wilayahnya berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan langkah efektif dalam mengoptimalkan penyimpanan air melalui lahan resapan. Strategi ini untuk mencapai sasaran 5 Menurunnya tinggi genangan pada akhir tahun 2017, dan sasaran 4 Menurunnya luas area genangan luas wilayah Kota Tasikmalaya pada tahun akhir Menyusun Regulasi tentang pengelolaan drainase lingkungan ; Pentingnya regulasi khusus yang mengatur tentang pengelolaan drainase lingkungan belum menjadi suatu hal yang diprioritaskan dalam suatu kota. Di masa mendatang bagaimana komitmen itu mampu diraih oleh seluruh stakeholder kota yang terkait dalam pengelolaan drainase didalam menyediakan perangkat hukum berupa Perda tentang pengelolaan drainase lingkungan sangat diperlukan. Dengan adanya Perda maka, diharapkan tanggung jawab dan kewenangan yang jelas antar lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah Hal 4-18

85 yang bergerak dalam pengelolaan drainase ingkungan dapat berjalan lebih optimal. Strategi ini untuk mencapai sasaran 6 Tersedianya Regulasi drainase lingkungan pada tahun Meningkatkan sarana dan prasarana drainase lingkungan. Kebutuhan akan sarana dan prasarana drainase lingkungan dapat berupa pembangunan saluran drainase atau pembangunan sumur-sumur resapan yang berkelanjutan. Meningkatkan sarana dan prasarana drainase lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang efektif dan efisien. Proses pembangunan yang partisipatif dengan mengakomodir usulan masyarakat melalui musrenbang, dapat memicu peran masyarakat untuk mampu merencanakan dan membangun saluran drainase di lingkungan mereka. Pembangunan sumur-sumur resapan merupakan metode pengelolaan drainase lingkungan yang lebih ramah lingkungan dan sedang berkembang dimasa sekarang, dimana air tidak langsung terbuang ke badan air penerima, tetapi mengalami proses peresapan ke dalam tanah untuk disimpan dan menjaga ketersediaan sumber air bersih. Strategi ini untuk mencapai sasaran 4 Menurunnya luas area genangan wilayah Kota Tasikmalaya pada tahun akhir 2017, dan sasaran 5 Menurunnya tinggi genangan rata-rata pada akhir tahun Higiene (PHBS) A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Lingkungan mendukung Pemeliharaan Pertumbuhan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Ceruk Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Diversifikasi besar-besaran Gambar 4.4 Matrik Strategi Sub Sektor PHBS I Pertumbuhan Internal kuat (+) Hal 4-19

86 B. Strategi Sub sektor Higiene Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi aspek higiene berada diantara kuadran III (tiga) dan IV (empat) pada posisi strategi diversifikasi terpusat atau ceruk, sehingga strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran aspek Higiene, adalah 1. Mengembangkan kemitraan dengan LSM, Tokoh Masyarakat, dan Kelompok Masyarakat dalam penyadaran personal higiene/ PHBS ; Keterbatasan kemampuan Pemerintah Kota mendorong pembukaan ruang bagi keterlibatan berbagai pihak untuk bersama-sama membangun Kota. Demikian juga dalam pembangunan aspek personal higiene diperlukan keterlibatan aktif berbagai pihak, kondisi ini mendorong pemerintah kota untuk mengembangkan kerjasama dan kemitraan dengan LSM, tokoh masyarakat dan kelompok masyarakat dalam mengupayakan penyadaran personal higiene. Strategi ini untuk mencapai sasaran 4 Berperannya kelompok masyarakat laki-laki dan perempuan dalam penyadaran higiene pada akhir tahun Meningkatkan peran seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) dalam perencanaan dan pelaksanaan personal higiene/phbs bagi masyarakat miskin ; Keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan khususnya personal higiene belum optimal bahkan ada kecenderungan tidak perduli. Keterbatasan akses masyarakat miskin pada pelayanan pembangunan memerlukan pendekatan tersendiri. Sebagai upaya mendorong pembangunan dalam aspek personal higiene perlu dikembangkan strategi dalam meningkatkan peran pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan personal higiene khususnya bagi masyarakat miskin yang biasanya terpinggirkan dari pelayanan pembangunan. Strategi ini untuk mencapai sasaran 4 Berperannya kelompok masyarakat laki-laki dan perempuan dalam penyadaran higiene pada akhir tahun Meningkatkan kapasitas SDM dinas terkait dalam pemicuan perubahan perilaku ; Kapasitas SDM dalam upaya penyadaran perubahan perilaku kurang memadai sehingga metode dan model yang digunakan tidak mengalami perubahan Hal 4-20

87 signifikan bahkan cenderung mengulang hal sama yang pernah dilakukan. Perlu peningkatan kualitas SDM khususnya dalam berbagai metode penyadaran higiene sanitasi dengan mengoptimalkan keberadaan masyarakat setempat. Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 Meningkatnya kapasitas SKPD terkait tenang higiene sanitasi pada akhir tahun Advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan terkait kebijakan personal higiene/phbs ; Rendahnya kepedulian pengambil kebijakan pada hal-hal terkait dengan higiene sanitasi memerlukan upaya-upaya khusus untuk mendesakan arti penting higiene sanitasi dengan didukung data yang akurat. Upaya pendekatan dan pemaparan kepada pengambil kebijakan merupakan langkah nyata agar pengambil kebijakan lebih peka dan peduli sehingga mendorong kepedulian berbagai pihak dengan higiene sanitasi. Strategi ini untuk mencapai sasaran 1 meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan) tentang perilaku hidup bersih dan sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun Meningkatkan kapasitas kader kesehatan tentang personal higiene/phbs ; Kader kesehatan sebagai agen perubahan di masyarakat saat ini memiliki kapasitas belum memadai sehingga kader belum bisa berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Perlu dikembangkan upaya peningkatan kapasitas kader kesehatan sebagai agen perubahan dalam aspek higiene sanitasi. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 Terlatihnya kader kesehatan lingkungan di setiap Kelurahan pada akhir tahun Optimalisasi koordinasi antar dan atau internal dinas terkait ; Pembangunan yang dicanangkan akan berjalan lebih optimal dan efektif apabila dilakukan dengah koordinasi intensif berbagai pihak yang terlibat, tetapi kondisi saat ini koordinasi terkesan sebagai formalitas semata. Peningkatan kualitas dan peran koordinasi antar SKPD maupun dalam SKPD sebagai faktor penting keberhasilan pembangunan perlu dipahami dan dijaga bersama. Strategi ini untuk mencapai 1 Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan) Hal 4-21

88 tentang Perilaku Hidup Bersih dan sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun Optimalisasi sosialisasi dan promosi dengan mengembangkan sarana dan prasarana yang tepat sasaran ; Penyebarluasan informasi kepada masyarakat perlu terus menerus dilakukan dengan berbagai cara sosialisasi dan promosi. Pengembangan media atau alat bantu yang tepat sasaran menjadi penentu tingkat keberhasilan pemasaran. Diharapkan adanya sosialisasi dan promosi yang lebih intensif dan tepat sasaran dari lintas sektor dan program. Strategi ini untuk mencapai sasaran 5 Termanfaatkannya media pilihan masyarakat (media lokal) di lokasi prioritas dalam penyadaran berperilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun Meningkatkan alokasi anggaran khusus personal higiene atau CTPS. Anggaran merupakan salah satu faktor penting dalam suksesnya pembangunan. Pembangunan aspek higiene sanitasi dan CTPS biasanya bukan menjadi prioritas utama dalam pengalokasian anggaran, padahal pada kenyataan higiene dan CTPS cukup berperan penting dalam peningkatan kualitas hidup dan lingkungan. Berbagai upaya dilakukan untuk mendorong pengambil kebijakan agar lebih perduli serta dapat mengalokasikan anggaran. Strategi ini untuk mencapai sasaran 1 Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan) tentang Perilaku Hidup Bersih dan sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun Enabling and Sustainability Aspect Kebijakan Daerah dan Kelembagaan A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Lingkungan mendukung Pemeliharaan Pertumbuhan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Ceruk Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Diversifikasi besar-besaran I Pertumbuhan Gambar 4.5 Matrik Strategi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Internal kuat (+) Hal 4-22

89 B. Strategi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi aspek kebijakan daerah dan kelembagaan berada pada kuadran I (satu) pada posisi strategi pertumbuhan cepat, sehingga ditetapkan strategi aspek kebijakan daerah dan kelembagaan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor sanitasi berupa : 1. Peningkatan koordinasi antar Pokja dari Tingkat Pusat hingga daerah ; Strategi peningkatan koordinasi antar Pokja dari tingkat Pusat hingga daerah ini dilakukan dalam upaya penguatan lembaga koordinasi Sanitasi Kota Tasikmalaya dengan kelompok kerja sanitasi di tingkat pusat maupun propinsi. Strategi ini merupakan upaya awal yang dipandang Satker sebagai langkah strategis, terutama dalam hal koordinasi tentang kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun propinsi yang bisa diakses untuk kepentingan percepatan sanitasi di Kota Tasikmalaya maupun informasi-informasi dari Pokja sanitasi pusat maupun propinsi yang berkaitan dalam percepatan sanitasi di Kota Tasikmalaya. 2. Peningkatan koordinasi antar SKPD dan stakeholder terkait sanitasi; Satuan Kerja Sanitasi Kota Tasikmalaya merupakan lembaga koordinasi yang mewadahi perwakilan SKPD dan masyarakat yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam rangka percepatan sanitasi di Kota Tasikmalaya. Program sanitasi akan semakin cepat berhasil apabila tercipta koordinasi yang baik antar SKPD dan juga stakeholder terkait. Dengan koordinasi terjalin efektif maka perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi kegiatan sanitasi akan terprogram dengan baik serta mengurangi tumpang tindih program dan kegiatan antar SKPD. 3. Peningkatan standar dan sistem kerja Pokja Sanitasi dalam hal teknis dan non teknis ; Dalam menjalankan fungsinya, Satker Sanitasi haruslah mengupayakan peningkatan standart terutama standart pelayanan minimum dalam upaya untuk melengkapai kebutuhan pengelolaan sanitasi serta memperjelas pemberian layanan sanitasi serta mengatur distribusi peran yang jelas antara pemerintah, masyarakat dan swasta dalam penanganan sanitasi. Peningkatan sistem kerja Hal 4-23

90 yang kondusif bagi kelompok kerja sanitasi baik dalam hal teknis maupun non teknis dengan jalan melaksanakan koordinasi dan mengintegrasikan rencana kerja pembangunan sanitasi pada tingkat SKPD, masyarakat dan swasta. 4. Optimalisasi peran Pokja dalam pengelolaan sanitasi yang peka kebutuhan, jender, dan kemiskinan. Satker sanitasi kota sebagai lembaga koordinasi memiliki peran penting dalam perencanaan dan pengelolaan sanitasi. Dengan komposisi keanggotaan yang dimiliki Satker diharapkan memiliki dampak pada penguatan daya dukung pembangunan sanitasi dari berbagai stakeholder. Pembangunan dan pengelolaan sanitasi diupayakan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan masyarakat penerima manfaat, memperhatikan kesetaraan perempuan dan lakilaki dalam pemilihan teknologi dan pengambilan keputusan, serta semaksimal mungkin menjamin kemanfaatannya diprioritaskan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. Satker menjamin pembangunan sanitasi yang dikembangkan untuk peningkatan akses masyarakat miskin terhadap layanan sanitasi Keuangan A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Lingkungan mendukung Pemeliharaan Pertumbuhan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Ceruk Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Gambar 4.6 Matrik Strategi Keuangan Diversifikasi besar-besaran I Pertumbuhan Internal kuat (+) Hal 4-24

91 B. Strategi Keuangan Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi aspek keuangan berada antara kuadran I (satu) dan IV (empat) pada posisi strategi pertumbuhan cepat dan diversifikasi besar-besaran, sehingga ditetapkan strategi aspek keuangan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor sanitasi berupa : 1. Optimalisasi perencanaan dan pengelolaan anggaran sanitasi untuk menjaga konsistensi plafon anggaran sesuai kebutuhan riil ; APBD merupakan sumber pendanaan utama dalam pembangunan dan pengembangan sanitasi di Kota Tasikmalaya. Secara umum APBD merupakan penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja, dan pembiayaan. Secara detail komponenkomponen pendapatan dapat menjadi sumber pendanaan sanitasi. Optimalisasi dalam perencanaan dan pengelolaan anggaran sanitasi Kota Tasikmalaya mutlak harus dilakukan mengingat system anggaran yang digunakan oleh adalah anggaran berbasis kinerja, Sehingga konsistensi kinerja serta hasil yang dicapai sesuai target akan sangat berpengaruh terhadap penentuan plafon anggaran tahun berikutnya. 2. Peningkatan kapasitas SDM dalam penyerapan pemanfaatan dan pengelolaan proyek dari berbagai sumber anggaran ; Kapasitas SDM memiliki peranan yang sentral dalam proses kegiatan pembangunan dan pengembangan sanitasi di Kota Tasikmalaya termasuk di dalam sistem perencanaan, pelaksanaan maupun monitor dan evaluasi program kegiatan sanitasi di Kota Tasikmalaya, sehingga kemampuan SDM dalam hal teknis dan pendukung sanitasi masih perlu ditingkatkan. Tersedianya peluang pendanaan dari berbagai sumber diluar APBD memerlukan kapasitas SDM yang memadai dalam aspek keuangan untuk dapat menjaring dan menyerap anggaran yang ada. Diperlukan peningkatan kapasitas SDM dalam aspek pemanfaatan pendanaan di luar APBD serta bagaimana pengelolaannya, selain kemampuan advokasi, komunikasi, pengelolaan keuangan, kelembagaan, dan sebagainya. Hal 4-25

92 3. Legalisasi harga satuan daerah sesuai spek teknis ; Perhitungan kebutuhan anggaran program pembangunan dan pengembangan sanitasi perlu dilakukan untuk menstrukturkan dan mengintegrasikan langkahlangkah pembangunan sanitasi di Kota Tasikmalaya. Program ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan sanitasi sebagaimana telah ditetapkan di dalam RPJMD, RPJMN, SPM, maupun MDGs. Dalam perumusan perhitungan anggaran perlu dilakukan legalisasi harga satuan/unit. Hal ini akan sangat membantu dalam proses identifikasi kebutuhan anggaran sanitasi yang selanjutnya diterjemahkan menjadi kebutuhan pendanaan guna penyelenggaraan program-program sanitasi, baik secara fisik maupun non fisik. 4. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan sanitasi ; Perlu diakui bahwa pelaksanaan program-program sanitasi merupakan bentuk kegiatan yang terintegrasi dengan melibatkan berbagai komponen pendukung Kota Tasikmalaya, baik pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat. Namun pada akhirnya peran swasta dan masyarakat inilah yang akan menjadi ujung tombak dalam proses pembangunan sanitasi Kota Tasikmalaya ke depan karena masyarakat merupakan subjek maupun objek dari proses pembangunan sanitasi, sehingga peningkatan peran serta masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan-kegiatan sanitasi di Kota Tasikmalaya. 5. Reformasi sistem birokrasi ; Menyadari akan arti pentingnya program sanitasi sebagai wujud pelayanan kepada masyarakat Kota Tasikmalaya, maka diperlukan efisiensi dan efektifitas dalam penanganan sanitasi, khususnya di sektor birokrasi. Dengan tetap mengedepankan akuntabilitas dalam perencanaan pelaksanaan serta pengendalian kegiatan sanitasi diperlukan sistem birokrasi yang efektif. Reformasi birokrasi diperlukan agar distribusi informasi berlangsung secara efektif dan efisien serta dapat menyerap aspirasi yang dapat diakomodasi secara maksimal. Disamping itu diperlukan pula koordinasi pelaksanaan kegiatan dalam penguatan sanitasi perkotaan agar berlangsung secara optimal. Hal 4-26

93 6. Optimalisasi dan intensifikasi sosialisasi pemanfaatan dana dari berbagai pihak. Mengingat investasi sanitasi skala kota membutuhkan dana yang besar, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk menarik minat swasta dan masyarakat untuk ikut serta dalam proses pembangunan sanitasi Kota Tasikmalaya. Salah satu langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi sosialisasi dalam pemanfaatan dana dari berbagai pihak termasuk sektor swasta, sehingga akan lebih mudah dalam mengembangkan program-program sanitasi dan menentukan program-program yang akan didanai oleh APBD Kota, APBD Provinsi, APBN maupun swasta dan masyarakat Komunikasi A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Lingkungan mendukung Pemeliharaan Pertumbuhan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Ceruk Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Diversifikasi besar-besaran Gambar 4.4 Matrik Strategi Sub Sektor PHBS I Pertumbuhan Internal kuat (+) B. Strategi Komunikasi Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi aspek komunikasi berada diantara kuadran III (tiga) dan IV (empat) pada posisi strategi ceruk atau diversifikasi terpusat, sehingga ditetapkan strategi aspek komunikasi untuk mencapai sasaran pembangunan sektor sanitasi berupa : 1. Optimalisasi anggaran komunikasi ; Komunikasi merupakan salah satu cara menyampaikan sesuatu kepada pihak lain, Pemerintah Kota berusaha untuk mengkomunikasikan berbagai kebijakan yang diambil kepada masyarakat. Upaya komunikasi secara terus-menerus dikelola oleh bidang Hubungan Masyarakat dengan anggaran yang tersedia Hal 4-27

94 secara rutin dari APBD. Keberadaan sanitasi yang kurang mendapatkan prioritas dalam pembangunan berdampak pula pada upaya komunikasi dalam aspek sanitasi proporsinya terbatas bahkan cenderung tidak ada. Perlu diupayakan optimalisasi anggaran komunikasi khususnya bagi upaya komunikasi sektor sanitasi signifikan sesuai kebutuhan. 2. Optimalisasi kader PKK dan Kader Kesehatan ; Kader PKK dan kader kesehatan memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan sanitasi di Kota Tasikmalaya, terutama sebagai agen untuk menyampaikan program pengembangan sanitasi secara langsung kepada masyarakat. Kader PKK dan kader kesehatan memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan masyarakat. Kesempatan bertemu langsung bertatap muka dengan masyarakat ini, sangat tepat untuk mensosialisaikan program pengembangan sanitasi sekaligus dapat membuka ruang dialog apabila ada permasalahan permasalahan sanitasi yang belum diketahui masyarakat. 3. Optimalisasi skema Corporate Social Responsibility (CSR) ; Sebagai bentuk tanggung jawab sosial (CSR) terhadap lingkungan di sekitarnya, perusahaan perusahan milik pemerintah ( BUMN dan BUMD ) dan perusahaan swasta, memiliki anggaran khusus untuk menyelenggarakan kegiatan sosial dan membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam. Salah satu kegiatan sosial yang mendapat perhatian adalah tentang kebersihan lingkungan (sanitasi). Hal ini merupakan peluang bagi Satker Sanitasi Kota Tasikmalaya untuk mendapatkan dukungan pendanaan dengan cara melakukan sinergi dengan perusahaan pemerintah dan swasta tersebut. 4. Optimalisasi tokoh masyarakat dan perangkat Pemerintah Kota (Pemkot) ; Tokoh masyarakat dan perangkat pemerintah Kota Tasikmalaya ( RT/ RW) memiliki peranan yang sangat penting dalam program pengembangan sanitasi, yakni sebagai pembawa pesan tentang sanitasi untuk disampaikan kepada masyarakat. Tokoh masyartakat dan perangkat pemerintah kota ( RT/RW), memiliki kekuatan tersendiri dilingkungan tempat tinggalnya, sehingga sering digunakan sebagai panutan bagi masyarakat. Hal 4-28

95 5. Intensifikasi kampanye sanitasi ; Kampanye merupakan salah satu cara untuk mengenalkan program pengembangan sanitasi di Kota Tasikmalaya. Agar program pengembangan sanitasi di Kota Tasikmalaya berhasil, diperlukan model kampanye yang tepat dan intensitas kampanye yang terus menerus. Masyarakat setiap saat harus diingatkantentang pentingnya sanitasi melalui kampanye sanitasi. Model dan pilihan cara kampanye perlu selalu diperbaharui disesuaikan dengan tema dan sasaran kampanye, agar materi kampanye dapat diterima dengan mudah sehingga tujuan kampanye dapat tercapai. 6. Intensifikasi kerjasama dengan swasta ; Keterbatasan kemampuan Pemerintah Kota dalam membangun dan memberikan pelayanan optimal memposisikan Pemerintah mengambil kebijakan untuk melibatkan berbagai komponen daerah dalam melakukan pembangunan bersama demi kepentingan bersama. Oleh karena itu kerjasama dengan swasta mutlak dilakukan mengingat pengembangan program sanitasi di Kota Tasikmalaya merupakan program terintegrasi yang memerlukan biaya besar dan melibatkan berbagai komponen (swasta). Dukungan pihak swasta yang selama ini sudah terjalin, perlu ditingkatkan lagi, utamanya dalam melakukan sosialiasi program pengembangan sanitasi di Kota Tasikmalaya. 7. Intensifikasi analisis media ; Belum banyak media lokal di Tasikmalaya yang secara periodik memuat analisis tentang sanitasi, serta dampak buruk sanitasi bagi keberlangsungan hidup, hal ini diperparah dengan masih adanya anggapan sanitasi bukan berita yang menjual. Perlu dilakukan upaya untuk mendorong media cetak dan elektronik agar lebih aktif membuat karya karya jurnalistik tentang sanitasi berdasarkan pada fakta dan hasil penelitian yang ada. Penyajian hasil penelitian dan fakta ilmiah tentang sanitasi di media dalam bahasa lugas dan mudah dipahami pemirsa medai bersangkutan akan membantu percepatan proses mempengaruhi persepsi masyarakat tentang sanitasi. Hal 4-29

96 8. Peningkatan kapasitas SKPD dalam bidang komunikasi ; SKPD sebagai wujud dari pelayanan Pemerintah Kota terhadap masyarakat diharapkan memiliki kompetensi dan kapasitas yang memadai sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Selain penguasaan bidang utama pelayanan, SKPD berperan juga dalam menyebarluaskan program pembangunannya kepada khalayak untuk mendapatkan dukungan, sehingga diperlukan kemampuan dalam penyebarluasan informasi. Perlu diupayakan peningkatan kapasitas SDM SKPD dalam bidang komunikasi agar SKPD mampu menyampaikan programnya secara terarah kepada pengambil kebijakan, pihak swasta dan masyarakat untuk mendapatkan dukungan penuh. 9. Optimalisasi kerjasama dengan media massa ; Kerja sama antara dengan media massa lokal sudah terjalin baik. Namun, masih perlu ditingkatkan untuk mendukung sukses program pengembangan sanitasi di Kota Tasikmalaya. Pemerintah Kota Tasikmalaya dan media massa perlu menjalin kerjasama dengan penerapan prinsip saling menguntungkan (win-win solution) dalam melakukan pemasaran program pengembangan sanitasi yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Semakin banyak media yang dilibatkan dalam program pengembangan sanitasi, semakin besar dampaknya terhadap masyarakat. 10. Optimalisasi media milik Pemerintah Kota (Pemkot); Keberadaan situs website milik merupakan aset yang bisa digunakan untuk melakukan pemasaran atau penyebarluasan program pengembangan sanitasi. Media sebagai aset Pemerintah Kota yang selama ini jarang memuat berita atau artikel tentang sanitasi, perlu dirubah persepsi dan tampilannya agar lebih terbiasa dengan program pengembangan sanitasi. Semaksimal mungkin memanfaatkan aset yang dimiliki untuk membangun paradigma bersama tentang sanitasi urusan bersama Pemerintah, Masyarakat dan swasta. Hal 4-30

97 4.3.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Pemeliharaan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Lingkungan mendukung Ceruk Pertumbuhan Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Gambar 4.7 Matrik Strategi Pelaku Bisnis Diversifikasi besar-besaran I Pertumbuhan Internal kuat (+) B. Strategi Keterlibatan Pelaku Bisnis Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi aspek keterlibatan pelaku bisnis berada pada kuadran II (dua) dengan posisi strategi pemeliharaan agresif, sehingga ditetapkan strategi aspek keterlibatan pelaku bisnis untuk mencapai sasaran pembangunan sektor sanitasi berupa : 1. Penyusunan Regulasi CSR (Corporate Social Responsibility) dan pelibatan pelaku bisnis dalam pembangunan sektor sanitasi ; Peran serta pelaku bisnis dalam pembangunan dan pengembangan sector sanitasi di Kota Tasikmalaya kiranya perlu untuk terus didorong dan dipermanenkan dalam satu wadah organisasi semisal Asosiasi atau Paguyuban Pelaku Usaha Peduli Sanitasi. Hal penting yang perlu disiapkan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya untuk mengatur mekanisme peran serta pelaku usaha dalam pembangunan sektor sanitasi adalah berkaitan dengan penyusunan regulasi CSR yang dapat diterima oleh semua pihak. Peraturan yang disusun disesuaikan dengan peraturan CSR tingkat Pusat serta kondisi CSR di Kota Tasikmalaya untuk mengakomodir kelokalan. Hal 4-31

98 2. Optimalisasi pelaku bisnis beserta potensi dana dalam pembangunan sektor sanitasi ; Pihak swasta atau pelaku bisnis pada dasarnya mempunyai komitmen terhadap program-program pemerintah khususnya yang terkait dengan kegiatan pembangunan dan pengembangan sanitasi. Berdasarkan pada ketentuan yang berlaku mengharuskan agar pelaku usaha menyisihkan sebagian keuntungan usahanya untuk perbaikan lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitar perusahaan sebagai pemenuhan tanggung jawabsosial perusahaan. Perlu dipahami bagaimana karakter pelaku usaha agar mereka dapat secara konsisten dan permanen bersedia mengarahkan perhatian sekaligus sumber dananya untuk pengembangan sektor sanitasi di Kota Tasikmalaya. Kesibukan pelaku bisnis pada pengembangan usahanya kurang dapat mengalokasikan waktu untuk terlibat langsung dalam kegiatan sanitasi, tetapi perusahaan tetap berkontribusi untuk mendukung pembangunan kota. Fenomena ini perlu dipahami oleh penggiat pembangunan sanitasi selain kemampuan dalam menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pelaku usaha sehingga terjalin kerjasama saling menguntungkan dan menguatkan. 3. Peningkatan kinerja pemerintah dan pelaku bisnis dalam promosi dan sosialisasi sanitasi ; Keberhasilan dapat dicapai secara optimal apabila pihak pihak yang menangani kegiatan sanitasi semakin banyak dan mengarah pada keterpaduan langkah. Demikian halnya dengan upaya untuk mewujudkan pembangunan dan pengembangan sektor sanitasi di Kota Tasikmalaya perlu adanya sinergitas antara pemerintah dengan para pelaku bisnis didalam merencanakan sosialisasi dan promosi kegiatan sanitasi. Dalam hal ini perlu dibuat adanya pembagian wilayah kerja yang jelas antara pemerintah dan pelaku bisnis sehingga didalam implementasinya nanti kepada masyarakat tidak ada lagi muncul kesan ketidakjelasan mana porsi penanganan kegiatan sanitasi yang menjadi tanggungjawab pemerintah dan mana porsi yang menjadi tugas pelaku busnis didalam menjalankan kegiatan sanitasi. Hal 4-32

99 4. Pemberdayaan asosiasi pelaku bisnis lokal dalam berinvestasi di sektor sanitasi ; Ada satu teori pada olah raga sepak bola yang menyatakan bahwa pertahanan yang paling efektif bagi satu klub adalah membuat satu sistem penyerangan yang efektif dan produktif. Ini artinya, tidak ada ruginya bilamana Asosiasi Pelaku Bisnis Lokal mampu memberikan pencerahan kepada para anggotanya untuk memandang upaya berinvestasi pada sektor sanitasi akan dapat menggerakkan gerbong-gerbong simpati semua komponen masyarakat terhadap inisiatif yang telah dilakukan oleh pelaku bisnis didalam menganggap penting penanganan sektor sanitasi sama pentingnya dengan pelaku bisnis tersebut didalam menjalankan kegiatan usahanya. Sudah saatnya pelaku bisnis diberikan pemahaman agar mereka mau menyisihkan sebagian kecil daripada keuntungan usahanya untuk kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar tempat usaha atau tempat tinggalnya. Dan pihak yang nantinya diharapkan akan mengambil peran lebih banyak didalam menghantarkan pemahaman dari pelaku bisnis didalam penanganan sanitasi adalah Asosiasi Pelaku Bisnis itu sendiri. Dengan telah dipahaminya arti penting ketersediaan kondisi sanitasi yang baik dan nyaman, seminimal mungkin akan dapat menghindarkan kecemburuan sosial yang diakibatkan oleh ketidakpedulian para pelaku bisnis terhadap lingkungan eksternalnya Partisipasi Masyarakat dan Jender A. Matrik Pemilihan Strategi Internal lemah Pemeliharaan II agresif Pemeliharaan selektif Berputar III Lingkungan mendukung Ceruk Pertumbuhan Diversifika si (-) Lingkungan kurang / tidak mendukung Diversifikasi besar-besaran I Pertumbuhan Gambar 4.8 Matrik Strategi Partisipasi Masyarakat dan Jender Internal kuat (+) Hal 4-33

100 B. Strategi Partisipasi Masyarakat dan Jender Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi aspek pemberdayaan masyarakat, pelibatan aspek jender dan kemiskinan pada kuadran I (satu) dengan posisi strategi pertumbuhan cepat, sehingga ditetapkan strategi pemberdayaan masyarakat, pelibatan aspek jender dan kemiskinan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor sanitasi berupa : 1. Mendorong keterlibatan perempuan dalam upaya pengelolaan sanitasi dan penyadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi. Perempuan sebagai pengguna utama prasarana dan sarana sanitasi dan air bersih di lingkungan rumah tangga, terutama pada keluarga dengan anak-anak Yang belum mandiri. Kondisi ini menempatkan perempuan sebagai penentu dalam penggunaan saranan dan prasarana sanitasi dan air bersih di tingkat rumah tangga. Karena perempuan sebagai pengguna dan aktor utama dalam kegiatan sanitasi dan air bersih maka perlu ditingkatkan peran mereka dalam pengelolaan sanitasi dan air bersih serta berbagai upaya dalam proses penyadaran. 2. Optimalisasi keterlibatan masyarakat dalam lomba lingkungan sehat secara berjenjang pada lingkup instansi, sekolahan dan masyarakat. Budaya masyarakat yang mengutamakan prestise dan pengakuan menyuburkan perkembangan ajang perlombaan lingkungan sehat yang diselenggarakan pemerintah kota dan pihak swasta. Kondisi ini perlu ditingkatkan dengan memobilisasi keterlibatan masyarakat yang lebih luas dari berbagai kalangan sehingga masyarakat luas terpapar tentang lingkungan sehat yang sangat erat kaitannya dengan sanitasi dan air bersih. Penyelenggaraan lomba sebagai sarana pemicuan kesadaran masyarakat luas tentang perlunya menjaga kondisi lingkungan sehat secara terus menerus. 3. Meningkatkan kapasitas perempuan dan masyarakat miskin dalam pengelolaan sanitasi. Perempuan dan masyarakat berpenghasilan rendah memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan tentang sanitasi dan air bersih termasuk akibat yang ditimbulkan dari kondisi sanitasi dan air bersih tidak sehat dan tidak layak pakai. Kenyataanya mereka cukup rentan dengan dampak buruk ketidaklayakan Hal 4-34

101 kondisi sanitasi dan air bersih, maka perlu ditingkatkan kapasitas perempuan dan masyarakat miskin tentang pengelolaan snaitasi dan air bersih yang layak. 4. Meningkatkan pembangunan sarana sanitasi dengan pendekatan partisipatif, peka gender dan kemiskinan. Pembangunan sanitasi dan air bersih yang selama ini sudah dilakukan oleh pemerintah kota perlu ditingkatkan dengan menekankan pendekatan pembangunan yang melibatkan masyarakat secara maksimal sehingga manfaat pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan munculnya rasa memiliki. Demikian juga penekanan perlunya pendekatan pembangunan sanitasi yang peka terhadap kebutuhan jender dan perduli pada kemiskinan. 5. Meningkatkan produk hukum tentang pembangunan sanitasi yang memberdayakan masyarakat, peka jender dan kemiskinan. Peraturan dan ketentuan daerah yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang memberdayakan masyarakat (pendekatan bottom-up), peka jender dan kemiskinan perlu diregulasi melalui kaji ulang dan penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi. Penyempurnaan peraturan dan ketentuan akan menjadi acuan bagi pelaksanaan pembangunan sanitasi. Keberdaan peraturan yang sesuai juga akan menjadi landasan dalam melakukan pengawasan pola pembangunan sanitasi yang tepat sasaran dan layak sesuai ketentuan teknis sehingga tidak mencemari lingkungan. 6. Optimalisasi peran lembaga lokal dalam pembangunan sanitasi yang berkelanjutan. Keberadaan lembaga lokal baik yang formal dan non formal dalam kenyataan di lapangan mempunyai pengaruh yang cukup penting di kalangan masyarakat sekitar. Dalam mencapai pembangunan sektor sanitasi yang berkelanjutan perlu ditingkatkan peran lembaga lokal disesuaikan dengan kondisi lapangan, tanpa harus membentuk lembaga baru. Hal 4-35

102 BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN Pada Bab IV, sudah dirumuskan pembangunan sanitasi yang mencakup semua subsektor dan seluruh aspek. Strategi yang dirumuskan ini akan menjadi salah satu dasar identifikasi untuk merumuskan program dan kegiatan pada bab V ini. Penyusunan program dan kegiatan mendapat masukan dari RTRW, RPJMD dan RIPJM Kota Tasikmalaya Program dan Kegiatan Sektor dan Aspek Utama Air Limbah No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI Sasaran 1 : 1 Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor air limbah pada akhir tahun 2017 Sasaran 2 : Meningkatnya pengetahuan personil SKPD terkait dan masyarakat tentang pilihan (opsi) teknologi pengelolaan air limbah berbiaya rendah pada akhir tahun 2017 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah Review Masterplan Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya Biaya Operasional dan Pemeliharaan IPAL industri kreatif Pembangunan IPAL Komunal Industri Kreatif Feasibility Study (FS) IPAL Industri Kreatif Tersedianya Dokumen Masterplan Sistem Pengelolaan Air Limbah di Kota Tasikmalaya Tersedianya IPAL Industri Kreatif Tersedianya IPAL Industri Kreatif Tersedianya IPAL Industri Kreatif Kota Tasikmalaya TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAAN APBD Kota Kel. Nagarasari Kel. Tuguraja, Indihiang, Cigantang, Nagarasari dan Parakannyasag Kel. Tuguraja, Indihiang, Cigantang, APBD Kota, Swasta dan Masyarakat APBD Kota, Swasta dan Masyarakat APBD Kota, Swasta dan Masyarakat SKPD PELAKSANA OPERATOR Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kantor Pengendalian Lingkungan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan KPLH dan Masyarakat KPLH dan Masyarakat KPLH dan Masyarakat Hal 5-1

103 No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAAN Design Detail Engineering (DED) IPAL Komunal Industri Kreatif Fasilitasi Pembinaan Teknik Pengelolaan Air Limbah Pembuatan IPAL Tersedianya IPAL Industri Kreatif Tersedianya IPAL Industri Kreatif Tersedianya IPAL Skala Kota Kel. Tuguraja, Indihiang, Cigantang, Kel. Tuguraja, Indihiang, Cigantang, Nagarasari dan Parakannyasag Kota Tasikmalaya APBD Kota, Swasta dan Masyarakat APBD Kota, Swasta dan Masyarakat APBD Kota dan APBN Sasaran 3 : Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT pada tahun 2017 Sasaran 4 : Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septik pada tahun 2017 Sasaran 5 : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah Pembuatan perpipaan SPAL ( ) Biaya Operasional dan Pemeliharaan SPAL Pengadaan alat berat (truck tinja) Rehabilitasi IPLT Biaya Operasional dan Pemeliharaan IPLT Biaya Operasional dan Pemeliharaan truck tinja Tersedianya IPAL Skala Kota Tersedianya IPAL Skala Kota Tersedianya IPLT yang representatif Tersedianya IPLT yang representatif Tersedianya IPLT yang representatif Tersedianya IPLT yang representatif Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kelurahan Singkup Kelurahan Singkup Kelurahan Singkup APBD Kota dan APBD Propinsi APBD Kota, Swasta dan Masyarakat APBD Kota dan APBD Propinsi APBD Kota dan APBN APBD Kota dan Swasta Kelurahan Singkup APBD Kota SKPD PELAKSANA OPERATOR Hidup Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup KPLH dan Masyarakat KPLH dan Masyarakat Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Hal 5-2

104 No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) pada tahun 2017 Sasaran 6 : Tersedianya Regulasi air limbah domestik pada tahun 2017 Sasaran 7 : Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang air limbah domestik ke saluran drainase pada akhir tahun 2017 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah Pengadaan lahan Sanimas Pembangunan Sanimas Biaya Operasional dan Pemeliharaan Sanimas Penyusunan Rencana Teknis SPAL Kota Tasikmalaya Tahap II Pengadaan lahan Septik Tanki Komunal DED Tangki septik Komunal Pembuatan Tangki septik komunal rumah tangga Biaya Operasional dan Pemeliharaan Tangki Septik Komunal Tersedianya Lahan Sanimas Tesedianya Sanimas di 7 Kel Wilayah Prioritas Tesedianya Sanimas di 7 Kel Wilayah Prioritas Tersedianya dokumen SPAL di Kota Tasikmalaya Tersedianya Lahan Septictank di 7 Wilayah Prioritas Tersedianya DED Septictank di 7 Wilayah Prioritas Tersedianya Septictank di 7 Wilayah Prioritas Terlaksananya Oprasional Septictank di 7 Wilayah Prioritas TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAAN 7 Kel wilayah prioritas Masyarakat Masyarakat SKPD PELAKSANA OPERATOR Masyarakat 7 Kel wilayah prioritas Swasta Masyarakat Masyarakat 7 Kel wilayah prioritas Swasta Masyarakat Masyarakat Kota Tasikmalaya APBD Kota 7 Kel wilayah prioritas Swasta dan Masyarakat 7 Kel wilayah prioritas APBD Kota 7 Kel wilayah prioritas Kel wilayah prioritas APBD Kota dan APBN APBD Kota, Swasta dan Masyarakat Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Hal 5-3

105 5.1.2 Persampahan No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) Sasaran 1 : Meningkatnya kelompok masyarakat/ swasta/ dunia usaha dalam pengelolaan persampahan pada akhir tahun Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan - Pengingkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan Pengelolaan sampah mandiri 3 R Adanya pengolahan sampah oleh masyarakat dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di sumber sampah 20 RW RW RW RW RW SUMBER PENDANAA N SKPD PELAKSANA OPERATOR APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Hal 5-4

106 No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) 20 RW SUMBER PENDANAA N APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan SKPD PELAKSANA OPERATOR Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Sasaran 2 : Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah pada akhir tahun Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional Dumptruck 3 Unit Motor Roda 3 = 3 unit Kota Tasikmalaya APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dumptruck 4 Unit Armroll 2 unit APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dumptruck 5 Unit Armroll 3 unit APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dumptruck 6 Unit Armroll 6 unit APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dumptruck 5 Unit Armroll 5 unit APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang Hal 5-5

107 No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI Dumptruck 5 Unit Armroll 5 unit Sasaran 3 : Diterapkannya teknologi pengelolaan persampahan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pada akhir tahun 2017 Sasaran 4 : Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan dan SPM pada akhir tahun 2017 penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan Pembangunan alat press sampah Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Peningkatan kapasitas TPA Ciangir / Sanitary Landfill Adanya bangunan dan alat press sampah Meningkatkan kinerja TPA Ciangir dari controlled landfill menjadi sanitary landfill Depo Pasar lama dan Depo Dadaha TPA Ciangir, Kel. Tamansari Kec. Tamansari Sasaran 5 : Meningkatnya porsi APBD untuk sub sektor persampahan TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAA N SKPD PELAKSANA OPERATOR dan APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan 2014, APBN, APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan APBN, APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan APBN, APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Hal 5-6

108 No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI pada tahun 2017 Sasaran 6 : Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun 2017 Sasaran 7 : Meningkatnya kesadaran masyarakat ber- PHBS dalam pengelolaan persampahan pada tahun 2017 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Pengumpulan bahan dan Kajian Naskah Akademis PERDA Pengelolaan Sampah Dokumen Kajian Naskah Akademis PERDA Pengelolaan Persampahan dan Rencangan PERDA Pengelolaan Sampah Di Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAA N APBD Kota SKPD PELAKSANA OPERATOR Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Hal 5-7

109 5.1.3 Drainase Lingkungan No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI Sasaran 1 : Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor drainase pada akhir tahun Sasaran 2 : Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik pada akhir tahun 2017 Program Pembangunan saluran drainase/goronggorong Program Pembangunan saluran drainase/goronggorong Perencanaan Teknis Bidang Perkim sektor Drainase Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan (periode ) Pembangunan Jaringan drainase primer (DED sedang berjalan TA. 2012) Tersedianya perencanaan drainase Kota Tasikmalaya Tersedianya Jaringan Drainase 7 Wilayah Prioritas 7 Wilayah Prioritas Sasaran 3 : Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana drainase lingkungan pada akhir tahun 2017 Pembangunan Jaringan drainase sekunder Tersedianya Jaringan Drainase 7 Wilayah Prioritas Sasaran 4 : Menurunnya luas area genangan di Kota Tasikmalaya pada tahun akhir 2017 Program Pembangunan saluran drainase/goronggorong Perencanaan Rehabilitasi Drainase Kota Tasikmalaya Tersedianya Dokumen Perencanaan Drainase 7 Wilayah Prioritas Sasaran 5 : Menurunnya tinggi genangan rata-rata pada akhir tahun 2017 Program Pembangunan saluran drainase/goronggorong Pemeliharaan (periode ) Terpeliharanya drainase 7 Wilayah Prioritas Sasaran 6 : TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAAN APBD Kota APBD Kota dan APBN APBD Kota APBD Kota APBD Kota SKPD PELAKSANA OPERATOR Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Hal 5-8

110 No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI Tersedianya Regulasi drainase lingkungan pada tahun 2017 Program Pembangunan saluran drainase/goronggorong Pengawasan/Supervisi Konstruksi (periode ) Terawasinya Konstruksi Bangunan Drainase 7 Wilayah Prioritas Sasaran 7 : Meningkatnya peran media dan masyarakat dalam penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun 2017 Program Pembangunan saluran drainase/goronggorong Pembangunan Jaringan drainase permukiman Tersedianya Jaringan Drainase Permukiman 7 Wilayah Prioritas Higiene No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI Sasaran 1 : Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan) tentang Perilaku Hidup Bersih dan sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun 2017 Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program Penguatan Sarana Kesehatan Puskesmas (Poned) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Terselenggaranya STBM di Kota Tasikmalaya Pematangan Tanah Tersedianya Tanah untuk Puskesmas Pembuatan Sumur Artesis Tersedianya Sumur untuk Puskesmas 7 Wilayah Prioritas Wilayah Kota Tasikmalaya Wilayah Kota Tasikmalaya Kirmir dan Drainase Tersedianya Kirmir dan Drainase Wilayah Kota Tasikmalaya TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAAN APBD Kota SKPD PELAKSANA OPERATOR Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan APBD Kota Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAAN SKPD PELAKSANA OPERATOR APBD Kota dan APBD Propinsi 800 APBD Propinsi Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan APBD Propinsi Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan APBD Propinsi Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Hal 5-9

111 No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAAN untuk Puskesmas Sasaran 2 : Meningkatnya kapasitas SKPD terkait tentang higiene sanitasi pada akhir tahun 2017 Sasaran 3 : Terlatihnya kader kesehatan lingkungan pada akhir tahun 2017 Sasaran 4 : Berperannya kelompok masyarakat (organisasi masyarakat) laki- laki dan perempuan dalam penyadaran higiene pada akhir tahun 2017 Sasaran 5 : Termanfaatkannya media pilihan masyarakat (media lokal) di lokasi prioritas dalam penyadaran Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program Pengembangan Lingkungan Sehat Inspeksi Sanitasi Sarana Sanitasi Dasar (Air Bersih, Jamban, ) Pengadaan Peralatan Pengukuran kualitas air (Water Test Kit) Road Show Penyuluhan tentang PHBS (CTPS, stop BABS dan Membuang sampah pada tempatnya) di sekolah-sekolah, Pondok Pesantren, Perkantoran, Permukiman dan ditempat-tempat umum Lomba K3 (, Keindahan dan Ketertiban) Pembangunan sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) di poskesdes dan tempat umum ( Terselenggaranya Inspeksi Sanitasi di Kota Tasikmalaya Tersedianya Alat Pengukuran kualitas air (Water Test Kit) Terselenggaranya Penyuluhan tingkat Kota Terselenggaranya Lomba K3 Tersedianya Sarana CTPS di Kota Tasikmalaya 7 Wilayah Prioritas APBD Kota Kota Tasikmalaya APBD Kota Kota Tasikmalaya APBD Kota Kota Tasikmalaya APBD Kota 7 Wilayah Prioritas APBD Kota SKPD PELAKSANA OPERATOR Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Hal 5-10

112 No STRATEGI PROGRAM KEGIATAN OUPUT LOKASI berperilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun 2017 terminal, pasar, alun-alun dan stasiun ) TAHUN PELAKSANAAN PERKIRAAN BIAYA (juta) SUMBER PENDANAAN SKPD PELAKSANA OPERATOR Hal 5-11

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 1 TAHUN 2002 Lampiran : 2 ( Dua ) berkas. TENTANG MODEL KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 1 TAHUN 2002 Lampiran : 2 ( Dua ) berkas. TENTANG MODEL KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 1 TAHUN 2002 Lampiran : 2 ( Dua ) berkas. TENTANG MODEL KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. 17 Oktober

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 10 Tahun 2009 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG TATA CARA DAN TEKNIS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 WALKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan Tercapainya Lingkungan Bersih dan Sehat Melalui Pembangunan Sanitasi yang Partisipatif di Kabupaten Pesisir Selatan 2015 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016-2036 Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN KATEGORI DAN JARINGAN KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat -1- Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN JEJARING KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari Strategi Kabupaten Toba Samosir tahun 2011-2015 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian serta trategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal Lampiran 5 Diskripsi Program Utama A. Komponen Air Limbah Domestik 1. Program Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota sabang belum memiliki Qanun atau Peraturan Walikota; mengenai pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Dalam bab ini akan dijelaskan strategi untuk melakukan pemantauan/ monitoring dan evaluasi dengan fokus kepada pemantauan dan evaluasi Strategi Kabupaten Berskala Kota ()

Lebih terperinci

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten Tabel 2.20 Kerangka Kerja Logis Air Limbah 1. Belum adanya Master Plan air limbah domestic Program penyusunan Masterplan 2. Belum ada regulasi yang mengatur limbah domestic 3. Belum adanya sarana dan Prasarana

Lebih terperinci

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana

Lebih terperinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013 Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kurangnya sikap kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Ciamis berdampak

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Rencana kegiatan air limbah di Kabupaten Buru Selatan diarahkan pada sasaran yang tingkat resiko sanitasinya yang cukup tinggi,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan

Lebih terperinci

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi 5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi (Monev) pelaksanaan SSK perlu dilakukan secara rutin oleh Pokja kabupaten, hal ini dilakukan sebagai umpan balik bagi pengambil keputusan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP Oleh: Direktur Pengembangan PLP Jakarta, 26 Januari 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN PEKERJAAN UMUM UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TARGET BIDANG SANITASI Amanat RPJPN 2005-2025 Pembangunan

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

BAB 06 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB 06 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB 06 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK Dalam rangka mencapai sasaran Program PPSP 2016-2020 di yang selaras dengan kebijakan perencanaan daerah yang tertuang dalam RPJMD tahun 2013-2018 maka perlu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pembangunan sanitasi sekarang ini masih berjalan lambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Sanitasi merupakan kebutuhan yang mempunyai

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab ini menjelaskan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi, partisipasi

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1 ENABLING AND SUSTAINABILITY ASPECT Aspek-aspek non teknis yang menunjang keberlanjutan program dimaksudkan dalam bagian ini adalah isu-isu

Lebih terperinci