IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung yang beribukota di Bandar Lampung. Penelitian meliputi areal dataran seluas ,35 Km 2. Secara geografis, Provinsi Lampung terletak pada : Bujur Timur dan Lintang Selatan. Topografi Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi, yakni : 1) daerah berbukit sampai bergunung dengan kemiringan berkisar 25%, dan ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut; 2) daerah berombak sampai bergelombang dengan kemiringannya antara 8% sampai 15% dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut; 3) daerah dataran alluvial dengan kemiringan 0% sampai 3%; 4) daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m sampai 1 m; serta 5) serta daerah river basin. Vegetasi daerah dengan topografi berbukit umumnya didominasi oleh hutan primer dan sekunder yang menghijau sepanjang tahun. Kelompok lainnya adalah daerah perbukitan rendah dan dataran sempit dengan ketinggian meter dari permukaan laut, terbentang di bagian barat Kabupaten Lampung Selatan. Daerah ini merupakan penghasil kopi dan cengkeh serta palawija. Kelompok dataran dengan elevasi meter dari permukaan laut di bagian timur Lampung membatasi kelompok lain di Pantai Timur yang meliputi daratan rawa-rawa (flat marshes) pasang surut dengan elevasi 0,5-1 meter dari permukaan laut. Sebagian besar lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yaitu mencapai Ha atau 25,26%. Selain itu merupakan daerah perkebunan (20,92%); tegalan atau ladang (20,50%); daerah pertanian, dan pemukiman. Provinsi Lampung beriklim tropis humid. Kelembaban udara rata-rata daerah ini berkisar %. Pada bulan Nopember sampai Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut. Sedangkan pada bulan Juli sampai Agustus angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara. Suhu udara daerah Lampung pada ketinggian meter rata-rata berkisar antara o C untuk suhu maksimum adalah 33 o C, sedangkan suhu minimum adalah 22 o C. Beberapa lokasi atau daerah yang mempunyai iklim sejuk adalah : Kota Liwa, daerah perkebunan kopi

2 40 & sayuran Sekincau Lampung Barat, dengan suhu sekitar o C serta daerah Talang Padang & Gisting terletak di kaki Gunung Tanggamus Kabupaten Tanggamus (Pemda Provinsi Lampung, 2011). Pengamatan lapang terbagi menjadi beberapa titik mewakili daerah yang memiliki karakteristik lahan yang berbeda, antara lain : 4 titik di Lampung Tengah, 7 titik di Lampung Timur, 6 titik di Lampung Utara, dan 5 titik di Lampung Selatan. Selain memiliki karakteristk lahan yang berbeda daerah pengamatan yang dipilih merupakan sentra produksi ubikayu Lampung Tengah Lampung Tengah dengan ibukota Gunung Sugih meliputi areal dataran seluas 4.789,62 Km². Secara geografis Lampung Tengah terletak pada : BT dan LS. Memiliki batas wilayah, antara lain : Utara berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Utara; Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Pesawaran; Timur berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro; Barat berbatasan dengan : Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat. Secara umum Lampung Tengah beriklim Tropis Humid, curah hujan cukup bervariasi, yaitu berkisar antara mm/tahun (Lampiran 8), angin laut bertiup dari Samudera Indonesia dengan kecepatan rata-rata : 5.83 Km/ jam, dan temperatur rata-rata berkisar antara 26 C 28 C. Topografi Lampung Tengah dapat dibagi dalam 4 (empat) unit topografi, yakni : 1) daerah perbukitan sampai dengan pegunungan; 2) daerah dataran aluvial; 3) daerah Rawa Pasang surut; 4) daerah river basin, yaitu DAS Way Seputih dan Way Sekampung. Geologi daerah penelitian ini sebagian besar didominasi oleh formasi Kasai (Qtk) dan Terbaggi (Qpt) (Lampiran 9). Geomorfologi didominasi oleh Denudasional (Lampiran 10). Jenis tanah yang mendominasi adalah asosiasi Hapludoxs dan Dystrudepts (Lampiran 11). Ketinggian daratan rata-rata < 200 meter dpl. Kemiringan lereng rata-rata 0-3%.

3 Lampung Timur Lampung Timur dengan ibukota Sukadana meliputi areal dataran seluas Km². Secara geografis Lampung Timur terletak pada : BT dan LS. Memiliki batas wilayah, antara lain : Utara berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Tulang Bawang; Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Selatan; Timur berbatasan dengan : Laut Jawa; Barat berbatasan dengan : Kota Metro dan Kabupaten Lampung Tengah. Kabupaten Lampung Timur terbagi menjadi lima unit topografi, antara lain : 1) daerah perbukitan sampai dengan pegunungan ; 2) daerah berombak sampai bergelombang dgn kemiringan 8-15% pada ketinggian m dpl.; 3) daerah Alluvial, ketinggian m dpl, dengan kemiringan 0-3%; 4) daerah Rawa pasang surut, dengan ketinggian m dpl; 5) daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Way Seputih, Way Sekampung dan Way Jepara. Ketinggian daratan di daerah ini rata-rata <200 meter dpl dan memiliki lereng rata-rata 0-3%. Temperatur rata-rata berkisar antara 23 C 34 C, Curah hujan mm/tahun (Lampiran 8). Geologi daerah penelitian ini sebagian besar didominasi oleh formasi Qbs dan Terbanggi (Qpt) (Lampiran 9). Geomorfologi didominasi oleh Denudasional dan Vulkanik (Lampiran 10). Jenis tanah yang mendominasi adalah Asosiasi Hapludoxs & Dystrudepts dan Asosiasi Hapludults & Dystrudepts (Lampiran 11) Lampung Utara Lampung Utara dengan ibukota Kotabumi meliputi areal dataran seluas Km². Secara geografis Lampung Utara terletak pada : BT dan LS. Memiliki batas wilayah, antara lain : Utara berbatasan dengan : Kabupaten Way Kanan; Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Tengah; Timur berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Tengah; Barat berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Way Kanan.

4 42 Kabupaten Lampung utara memiliki topografi yang merupakan rangkaian Bukit Barisan yang terdiri dari Lereng-lereng curam dan terjal (7% dari luas Kabupaten Lampung Utara) dengan ketinggian mulai dari meter dpl. Kawasan tersebut ditutupi oleh vegetasi hutan primer/sekunder. Di bagian Timur tertutup vulkanis awan gelap, terbentang daerah persawahan dan perkebunan. Di bagian utara terdapat lapisan sedimen vulkanis dan celah (fisaves errution) yang menghasilkan minyak bumi di dalam 4 seri lapisan pelembang (Pelembang Bed) yang ditandai dengan singkapan endapan tufa masam. Temperatur rata-rata berkisar antara 30 C, Curah hujan mm/tahun (Lampiran 8), curah hujan tertinggi di Kec. Bukit Kemuning dan terendah di Kecamatan Kotabumi Utara. Geologi daerah penelitian ini sebagian besar didominasi oleh formasi Palau Sebesi (Qhv) dan Kasai (Qtk) (Lampiran 9). Geomorfologi didominasi oleh Denudasional dan Vulkanik (Lampiran 10). Jenis tanah yang mendominasi adalah Asosiasi Hapludoxs & kandiudults dan Asosiasi Hapludoxs & Dystrudepts (Lampiran 11) Lampung Selatan Lampung Selatan dengan ibukota Kalianda meliputi areal dataran seluas Km². Secara geografis Lampung Selatan terletak pada : BT dan º10 LS. Memiliki batas wilayah, antara lain : Utara berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur; Selatan berbatasan dengan : Selat Sunda. Timur berbatasan dengan : Laut Jawa; Barat berbatasan dengan : Samudera Hindia. Kabupaten Lampung Selatan memiliki topografi yang dibagi menjadi 3 bagian : dataran rendah umumnya terletak di daerah sekitar pantai; Tanah rawa terletak di daerah-daerah pesisir pantai Timur, dan pantai Timur Palas; Dataran tinggi yang bergunung-gunung, hampir bagian terbesar terletak di sebelah Selatan. Curah hujan rata-rata mm/tahun (Lampiran 8). Geologi daerah penelitian ini sebagian besar didominasi oleh formasi Lampung (QTI) (Lampiran 9). Geomorfologi didominasi oleh Denudasional dan Fluvial (Lampiran 10). Jenis tanah yang mendominasi adalah Asosiasi Hapludoxs &

5 43 Dystrudepts, Asosiasi Hapludoxs & Kandiudults, dan Asosiasi Hedraquents dan Sulfaquents (Lampiran 11) Analisis Usahatani Analisis usahatani diperlukan agar mendapatkan titik impas atau Break Event Point. Hal ini berarti pada produksi tersebut usaha budidaya tanaman ubikayu tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Kondisi ini merupakan batas bawah produksi dari kelas kesesuian lahan Sesuai Marjinal (S3). Asumsi yang digunakan dalam usaha analisis ubikayu sebagai berikut : Tabel 13. Analisis Usahatani Ubikayu Provinsi Lampung Biaya Produksi Harga satuan Jumlah unit Biaya Total 1 Sewa lahan/ha Rp Rp Bibit/stek Rp Rp Pupuk - Organik ton/ha Rp Rp Urea kg/ha Rp Rp Sp-36 kg/ha Rp Rp Kcl kg/ha Rp Rp Pestisida kg/ha Rp Rp Pajak dan peralatan Rp Rp Tenaga kerja - Pengolahan lahan per hari kerja Rp Rp Penanaman per hari kerja Rp Rp Pemupukan per hari kerja Rp Rp Penyiangan dan pembubunan per hari kerja Rp Rp Jumlah Biaya Produksi Rp Pendapatan Rata-rata produksi umbi aktual (ton/ha) Rp ,98 Rp Rata-rata produksi pati aktual (ton/ha) Rp ,83 Rp Produksi umbi teraan maksimum (ton/ha) 51,41 Rp Produksi pati teraan maksimum (ton/ha) 13,77 Rp Keuntungan Rp Parameter Kelayan (B/C ratio) 2,55 BEP umbi (ton/ha) 14,47 BEP pati (ton/ha) 2,89 BEP umbi teraan maksimum (%) 28,14% BEP pati teraan maksimum (%) 21,01% Berdasarkan perhitungan analisis usahatani ubikayu yang disajikan pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa persentase kelas kesesuaian lahan Sesuai

6 44 Marjinal (S3) untuk produksi umbi dan pati tidak jauh berbeda, yaitu 28,14% dan 21,01%. Nilai tersebut didapatkan dari hasil perbandingan tingkat titik impas (BEP) dengan produksi teraan Hubungan antara Produksi dan Umur Contoh Tanaman Adanya keragaman antara umur contoh tanaman dan produksi, sedangkan produksi sebagai fungsi dengan umur, dimana produksi yang satu dengan yang lainnya akan diperbandingkan yaitu sebagai dependent variabel, maka produksi perlu ditera oleh umur tanaman. Hubungan antara produksi dan umur tanaman digambarkan pada diagram sebar yang tertera pada Gambar 2. Grafik hubungan ini didapatkan dari membandingkan data produksi aktual umbi dengan data sebaran umur (Lampiran 3). Setelah mendapatkan gafik hubungan produksi dan umur maka akan diketahui sebaran data yang diperoleh sehingga dapat diketahui garis fungsi dari sebaran data tersebut. Peneraan dilakukan untuk membangun model hubungan antara produktivitas ubikayu dengan karakteristik biofisik lingkungan. Produksi umbi (Ton/ha) y = 4,439x 0,7676 R² = 0, Umur (bulan) Produksi umbi tera (Ton/ha) (a) y = -0,483ln(x) + 25,061 R² = 5E Umur (bulan) (b) Gambar 2. Hubungan Produksi Umbi Aktual (a) dan Teraan Ubikayu (b) dengan Umur Tanaman.

7 45 Produksi pati umbi (Ton/ha) Produksi pati tera (Ton/ha) 2 15,00 1 5,00 15,00 1 5,00 y = 0,6956x 2-8,2535x + 31,725 R² = 0, Umur (bulan) (a) y = 0,0291ln(x) + 8,7714 R² = 3E Umur (bulan) (b) Gambar 3. Hubungan Produksi Pati Aktual (a) dan Teraan (b) Ubikayu dengan Umur Tanaman. Dari Gambar 2a koefisien determinan R 2 sangat kecil namun cenderung produksi umbi dan pati dipengaruhi oleh umur dengan pola kurva kuadratik. Sedangkan Gambar 2b menunjukan produksi umbi yang telah ditera dengan umur, sehingga variasi produksi tidak dipengaruhi oleh umur namun dipengaruhi oleh faktor lingkungan semata. Dengan menggunakan persamaan y = 4,439x 0,7676 pada produksi, maka akan didapatkan produksi tera berdasarkan rumus : Yti = 24,12 + ( Yi 4,439x 0,7676 ) Yti = Produksi teraan ke- i Yi = Produksi aktual pada umur ke- i X = Umur (bulan) Begitu juga untuk produksi pati tera Gambar 3a, dengan menggunakan persamaan y = -0,483ln(x) + 25,061, maka didapat persamaan Yti = 8,83 + (Yi 0,483ln(x) - 25,061). Gambar 3b menunjukan produksi pati yang telah ditera

8 46 dengan umur. Hasil perhitungan produksi umbi dan pati teraan disajikan pada Lampiran 3. Untuk menentukan kualitas lahan yang dipersyaratkan untuk kesesuaian lahan, maka sekat produksi umbi untuk Kelas S1 (sangat sesuai) adalah = 80% dari produksi tera maksimum yaitu 41,13 ton/ha, sekat produksi untuk S2 (kelas cukup sesuai) adalah = 60% dari produksi tera maksimum yaitu 30,85 ton/ha, dan sekat produksi untuk S3 (kelas agak sesuai/sesuai marginal) adalah = 28,14% dari produksi maksimum yaitu 18,08 ton/ha. Sedangkan untuk sekat produksi pati Kelas S1 (sangat sesuai) adalah = 80% dari produksi tera maksimum yaitu 11,02 ton/ha, sekat produksi untuk S2 (kelas cukup sesuai) adalah = 60% dari produksi tera maksimum yaitu 8,26 ton/ha, dan sekat produksi untuk S3 (kelas agak sesuai/sesuai marginal) adalah = 21,01% dari produksi maksimum yaitu 7,26 ton/ha (Tabel 14). Kelas kesesuaian lahan didapatkan berdasarkan perhitungan analisis usahatani yang dibatasi oleh S3 (kelas kesesuian lahan Sesuai Marjinal) dengan nilai persentase umbi dan pati sebesar 28,14% dan 21,01%. Nilai tersebut didapatkan dari hasil perbandingan produksi teraan dengan tingkat titik impas (BEP). Tabel 14. Sekat Produksi Umbi dan Pati untuk Batas Kelas Kesesuaian Lahan Persentase Produksi Tera Ton/ha Kelas Kesesuaian Lahan Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% Pengembangan Model Kesesuaian Lahan Kualitas lahan yang akan dinilai dalam model kesesuaian lahan, yaitu : 1. Zona perakaran, meliputi : Tekstur. 2. Retensi hara, meliputi : KTK, ph tanah dan C-Organik. 3. Toxisitas, meliputi : Kejenuhan Al. 4. Ketersediaan hara, meliputi : P 2 O 5, N-Total dan K 2 O. 5. Kondisi terain, meliputi : Lereng. Model ini dikembangkan dari kerangka berpikir Walworth et al., (1986) yang menjelaskan bahwa para peneliti/ahli tanah Amerika telah mencoba selama

9 47 bertahun-tahun untuk mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi tanaman. Mereka memiliki alasan jika suatu hubungan yang unik antara faktor tumbuh tunggal dengan hasil panen atau kualitasnya dapat ditentukan, maka dengan faktor yang optimal akan mendapatkan produksi tanaman yang jauh lebih baik. Akan tetapi, kebanyakan hubungan dengan penetapan nilai kritis untuk tujuan diagnosa seringkali berada pada kondisi-kondisi yang tidak berbeda yaitu hanya satu faktor tumbuh yang divariasikan sedangkan faktor lainnya sama. Oleh karena itu, penetapan dengan nilai kritis tidak bersifat universal untuk diterapkan. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut digunakan persentase hasil (produksi relatif), karena kombinasi hasil dari tanah yang berbeda atau tempat yang berbeda lebih menunjukkan kompleksnya hubungan antara faktor tumbuh tanaman dengan lingkungan. Jika satu satuan tentang berbagai variasi faktor pertumbuhan yang dapat diatur pada banyak tempat, maka kumpulan data yang ditemukan dari pengamatan bervariasi dapat dihasilkan. Diagram sebaran hasil yang direncanakan untuk mengatasi faktor pertumbuhan tanaman untuk data seperti itu pada umumnya mencapai puncak pada tingkat optimum dari faktor tumbuhan tertentu. Hal tersebut harus cocok dengan garis yang membatasinya, dengan begitu dapat memisahkan data dari situasi nyata (yang mungkin diperoleh) dan tidak nyata (tidak mungkin diperoleh). Garis Batas (Boundary Line) ini yang kemudian membatasi suatu kasus. Penggambaran seperti ini akan sangat bermanfaat dalam mendiagnosa kemungkinan perolehan produksi maksimum yang konsisten dengan nilai apapun dari faktor pertumbuhan tertentu yang dapat ditentukan. Itu merupakan suatu hal yang sederhana untuk menempatkan puncak dari garis tersebut, dimana sesuai dengan tingkatan optimal dari faktor tumbuh yang sedang dinilai. Pada hubungan produksi umbi dan kualitas lahan maupun hubungan antara produksi biomassa pati dan kualitas lahan menunjukkan adanya keterkaitan yang bersifat sangat nyata (**), nyata (*) dan tidak nyata. Penentuan keterkaitan ini didasarkan pada jumlah nyata (N) pada masing-masing hubungan dan tabel nilainilai nyata r dan R dalam Steel dan Torrie (1991) dengan satu peubah bebas, dimana nilai R 2 tergantung dari banyaknya N.

10 48 Dalam menetapkan Kelas Kesesuaian Lahan untuk tanaman Ubikayu, diambil kriteria hubungan yang paling baik dari produksi terrain dan produksi pati (pati) dengan Zona Perakaran, Retensi Hara, Ketersediaan Hara dan Kondisi Terrain, yaitu kriteria yang dapat memenuhi kebutuhan minimal dari salah satu produksi Hubungan antara Produksi dan Zone Perakaran Hubungan antara produksi dan zone perakaran yaitu : kelas tekstur yang tertera pada Gambar 4. Berdasarkan hubungan antara produksi dengan kelas tekstur, didapat persamaan untuk produksi tera y = -0,483ln(x) + 25,061 dan persamaan produksi pati tera y = 0,0291ln(x) + 8,7714, sedangkan sekat produksi umbi untuk S1-S2 = 80%, S2-S3 = 60%, S3-N = 28%, dan sekat produksi pati untuk S1-S2 = 80%, S2-S3 = 60%, S3-N = 21%. Pola yang didapatkan dari hubungan produksi umbi ubikayu teraan dan produksi pati ubikayu teraan dengan tekstur adalah parabola. Hal ini dikarenakan tekstur memiliki titik optimum. Untuk hubungan antara produksi dengan tekstur, pada pasir di dapat persamaan produksi tera y-left = 21,834ln(x) - 20,435 dan y-right = -0,8001x + 73,476, sedangkan persamaan produksi pati tera y-left = 1,4105x 2-19,89x + 77,629 dan y-right = -1,0466x + 77,525. Pada liat persamaan produksi tera y-left = 0,8695x + 2,8734 dan y-right = -0,0354x 2 + 2,7564x + 8,133 sedangkan persamaan produksi pati teranya y-left = 1,2395x 0,6721 dan y-right = -0,4016x + 35,323. Sekat batas untuk tekstur berdasarkan produksi umbi disajikan pada Tabel 15 dan 16.

11 49 Tabel 15. Selang nilai fraksi pasir dan liat untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu Persentase Fraksi Pasir (%) Kelas Kesesuaian Lahan Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% Persentase Fraksi Liat (%) Kelas Kesesuaian Lahan Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% Tabel 16. Selang nilai tekstur untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu Kelas Kesesuaian Lahan Sangat sesuai/cukup sesuai Cukup sesuai/sesuai marjinal Sesuai marjinal/ Tidak sesuai Persentase Kelas Tekstur Umbi Pati Umbi Pati C, SC, SiC, C, SC, SiC, S1/S2 80% 80% SiCL, Si, L, SiCL, Si, L, CL CL S2/S3 60% 60% SCL, SL SCL, SL S3/N 28% 21% LS, C, S LS, C, S Keterangan : C = Clay; L = Loam; S = pasir (Sand); Si = debu (Silt), SL = lempung berpasir (Sandy loam); pasir berlempung (Loamy Sand); SC = liat berpasir (Sandy Clay); SCL = Lempung Liat Berpasir; SiCL = Lempung Liat Berdebu; CL = Lempung Berliat; SiC = Liat Berdebu; SiL = Lempung berdebu.

12 50 Produksi umbi teraan (Ton/ha) y = 21,834ln(x) - 20,435 R² = 0,9809 y = -0,8001x + 73,476 R² = 0, Pasir (%) Produksi pati teraan (Ton/ha) 15,00 1 5,00 (a) y = 1,4105x 2-19,89x + 77,629 R² = 0,9058 y = -1,0466x + 77,525 R² = Pasir (%) (b) Gambar 4. Hubungan antara Produksi Umbi Tera (a) dan Produksi Pati (b) Tera dengan Tekstur Pasir Produksi umbi teraan (Ton/ha) y = 0,8695x + 2,8734 R² = 0,9974 y = -0,0354x 2 + 2,7564x + 8,133 R² = 0, Liat (%) Produksi pati teraan (Ton/ha) 15,00 1 5,00 (a) y = 1,2395x 0,6721 R² = 0,9905 y = -0,4016x + 35,323 R² = 0, Liat (%) (b) Gambar 5. Hubungan antara Produksi Umbi Tera (a) dan Produksi Pati (b) Tera dengan Tekstur Liat

13 Hubungan antara Produksi dan Retensi Hara Hubungan antara Produksi tanaman Ubikayu dan retensi hara seperti : C- organik, ph H 2 O, dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) ditunjukkan Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8. Dengan metode yang sama seperti yang diterapkan pada penetapan kriteria zona perakaran, maka didapatkan persamaan produksi tera untuk C-organik y = 7,2525x ,925x - 16,578 dan produksi pati tera y = - 11,189x ,369x - 23,754. Hasil dari perhitungan mendapatkan sekat batas produksi tera S1 dan S2 untuk C-organik adalah 1,01 %, S2 dan S3 adalah 0,40 %, dan S3 dengan N adalah 0 %. Sedangkan sekat batas produksi pati tera S1 dan S2 adalah 1,08 %, S2 dan S3 adalah 0,53 %, S3 dan N adalah 0 % (Tabel 17). Pola yang didapatkan dari hubungan produksi umbi ubikayu teraan dan produksi pati ubikayu teraan dengan C-organik adalah berbanding lurus. Hal ini dikarenakan pengaruh C-organik terhadap produksi adalah positif. Pada ph, persamaan yang diperoleh untuk produksi umbi tera y-left = 31,274x - 119,34 dan y-right = -49,223x + 315,87, sedangkan produksi pati tera y- left = -7,7428x ,507x - 211,16 dan y-right = -12,011x + 79,831. Hasil dari perhitungan mendapatkan sekat batas produksi tera S1 dan S2 untuk ph adalah 4,71 atau 5,62, S2 dan S3 pada 4,47 atau 5,87, dan S3 dengan N 4,38 atau 5,97. Sedangkan sekat batas produksi pati S1 dan S2 pada ph 4,77 atau 5,55, S2 dan S3 pada 4,54 atau 5,84, S3 dan N adalah 4,42 atau 5,95 (Tabel 18). Pola yang didapatkan dari hubungan produksi umbi ubikayu teraan dan produksi pati ubikayu teraan dengan ph adalah parabola. Hal ini dikarenakan ph memiliki titik optimum. Persamaan produksi tera untuk KTK adalah y = 8,0507x - 46,305 dan produksi pati tera y = -0,1686x 2 + 5,7096x - 27,644. Hasil dari perhitungan mendapatkan sekat batas produksi tera S1 dan S2 untuk KTK adalah 9,33 me/100g, S2 dan S3 adalah 6,97 me/100g, S3 dan N adalah 3,67 me/100g, sedangkan sekat batas produksi pati tera S1 dan S2 adalah 9,52 me/100g, S2 dan S3 adalah 7,32 me/100g, dan S3 dengan N adalah 4,08 me/100g (Tabel 19). Pola yang didapatkan dari hubungan produksi umbi ubikayu teraan dan produksi pati ubikayu teraan dengan KTK adalah berbanding lurus. Hal ini dikarenakan pengaruh KTK terhadap produksi adalah positif.

14 52 Tabel 17. Selang nilai C-organik untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu Kelas Kesesuaian Lahan Persentase C-org (%) Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% 1,01 1,08 Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% 0,40 0,53 Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% Produksi umbi teraan (Ton/ha) Produksi pati teraan (Ton/ha) ,00 14,00 12,00 1 8,00 6,00 4,00 2,00 y = 7,2525x ,925x - 16,578 R² = 0, (a) C-org (%) y = -11,189x ,369x - 23,754 R² = 0, C-org (%) (b) Gambar 6. Hubungan antara Produksi Umbi (a) dan Pati (b) Tera dengan C- Organik Tabel 18. Selang nilai ph untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu Kelas Kesesuaian Lahan Persentase ph Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% 4,71 5,62 4,77 5,55 Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% 4,47 5,87 4,54 5,84 Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% 4,38 5,97 4,42 5,95

15 53 Produksi umbi teraan (Ton/ha) Produksi pati teraan (Ton/ha) ,00 14,00 12,00 1 8,00 6,00 4,00 2,00 y = 31,274x - 119,34 R² = 0,9784 (a) y = -49,223x + 315,87 R² = 0, ,5 5 5,5 6 6,5 7 y = -7,7428x ,507x - 211,16 R² = 0,977 ph H2O y = -12,011x + 79,831 R² = 0, ,5 5 5,5 6 6,5 7 ph H2O (b) Gambar 7. Hubungan antara Produksi Umbi (a) dan Pati (b) Tera dengan ph Tabel 19. Selang nilai KTK untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu KTK Persentase Kelas Kesesuaian Lahan (me/100g) Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% 9,33 9,52 Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% 6,97 7,32 Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% 3,67 4,08

16 54 Produksi umbi teraan (Ton/ha) Produksi pati teraan (Ton/ha) ,00 14,00 12,00 1 8,00 6,00 4,00 2,00 y = 8,0507x - 46,305 R² = 0, KTK (me/100g) (a) y = -0,1686x 2 + 5,7096x - 27,644 R² = 0, KTK (me/100g) (b) Gambar 8. Hubungan antara Produksi Umbi (a) dan Pati (b) Tera dengan KTK Hubungan antara Produksi dengan Ketersediaan Hara Hubungan antara produksi Ubikayu dengan ketersediaan hara, yaitu : N total, P-tersedia, dan K-dapat ditukar (K-dd) ditunjukkan Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11. Dengan metode yang sama seperti yang diterapkan pada penetapan kriteria zona perakaran, maka didapat persamaan produksi tera untuk N-total y = -4130x ,7x - 128,17 dan produksi pati tera y = -437,56x ,62x - 9,7867. Hasil dari perhitungan mendapatkan sekat batas produksi tera S1 dan S2 untuk N-total adalah 0,10 %, S2 dan S3 adalah 0,05 %, S3 dan N adalah 0 %, sedangkan sekat batas produksi pati S1 dan S2 adalah 0,11 %, S2 dan S3 adalah 0,06 %, S3 dan N adalah 0 % (Tabel 20). Untuk P-tersedia, persamaan produksi tera y = 4,8122x + 10,199 dan produksi pati tera y = 3,2494x - 1,8877. Hasil dari perhitungan mendapatkan sekat batas produksi tera S1 dan S2 untuk P- tersedia adalah 5,63 ppm, S2 dan S3 adalah 4,17 ppm, S3 dan N adalah 2,68 ppm, sedangkan sekat batas produksi pati S1 dan S2 adalah 5,93 ppm, S2 dan S3 adalah 4,44 ppm, S3 dan N 2,85 ppm (Tabel 21). Dan persamaan produksi tera K-dapat

17 55 ditukar y = 323,35x - 5,4651, sedangkan produksi pati tera y = 86,422x + 2,4597. Hasil proyeksi perpotongan garis sekat produksi dengan garis batas, maka didapat sekat batas produksi tera S1 dengan S2 untuk K-dapat ditukar adalah 0,15 %, S2 dan S3 adalah 0,06 %, S3 dan N adalah 0,02 %, sedangkan sekat batas produksi pati tera S1 dan S2 adalah 0,17 %, S2 dan S3 adalah 0,07 %, S3 dan N adalah 0,02 % (Tabel 22). Pola yang didapatkan dari hubungan produksi umbi ubikayu teraan dan produksi pati ubikayu teraan dengan ketersediaan hara dalam hal ini N, P, dan K adalah berbanding lurus. Hal ini dikarenakan pengaruh N, P, dan K terhadap produksi adalah positif. Tabel 20. Selang nilai N-total untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu Kelas Kesesuaian Lahan Persentase N-total (%) Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% 0,10 0,11 Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% 0,05 0,06 Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21%

18 56 Produksi umbi teraan (Ton/ha) Produksi pati teraan (Ton/ha) ,00 14,00 12,00 1 8,00 6,00 4,00 2,00 y = -4130x ,7x - 128,17 R² = 0,972 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 (a) N-Total (%) y = -437,56x ,62x - 9,7867 R² = 0,9065 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 N-Total (%) (b) Gambar 9. Hubungan antara Produksi Umbi (a) dan Pati (b) Tera dengan N- Total Tabel 21. Selang nilai P-tersedia untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu P-tersedia Persentase Kelas Kesesuaian Lahan (ppm) Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% 5,63 5,93 Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% 4,17 4,44 Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% 2,68 2,85

19 57 Produksi umbi teraan (Ton/ha) Produksi pati teraan (Ton/ha) ,00 14,00 12,00 1 8,00 6,00 4,00 2,00 y = 4,8122x + 10,199 R² = 0,994 2,00 4,00 6,00 8, ,00 14,00 16,00 P-Tersedia (ppm) (a) y = 3,2494x - 1,8877 R² = 0,9728 2,00 4,00 6,00 8, ,00 14,00 16,00 P-Tersedia (ppm) (b) Gambar 10. Hubungan antara Produksi Umbi (a) dan Pati (b) Tera dengan P-Tersedia Tabel 22. Selang nilai K dapat ditukar untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu K-dd Persentase Kelas Kesesuaian Lahan (me/100g) Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% 0,15 0,17 Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% 0,06 0,07 Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% 0,02 0,02

20 58 Produksi umbi teraan (Ton/ha) Produksi pati teraan (Ton/ha) ,00 14,00 12,00 1 8,00 6,00 4,00 2,00 y = 323,35x - 5,4651 R² = 0,9485 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 K-dd (me/100g) (a) y = 86,422x + 2,4597 R² = 0,9073 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 K-dd (me/100g) (b) Gambar 11. Hubungan antara Produksi Umbi (a) dan Pati Tera (b) dengan K-dapat ditukar Hubungan antara Produksi dan Kondisi Terrain Hubungan produksi Ubikayu dengan kondisi terrain, yaitu : lereng ditunjukkan Gambar 12. Dengan cara yang sama seperti yang diterapkan pada penetapan kriteria zona perakaran, maka didapat persamaan produksi tera untuk lereng y = -0,8471x 2 + 1,8465x + 50,554 dan produksi pati y = -0,5471x 2 + 4,0007x + 8,019. Hasil dari perhitungan mendapatkan sekat batas produksi tera S1 dan S2 untuk lereng adalah 4,22 %, S2 dan S3 adalah 8,86 %, S3 dan N 19,00 %, sedangkan sekat batas produksi pati S1 dan S2 adalah 3,20 %, S2 dan S3 adalah 6,99 %, S3 dan N 15,86 % (Tabel 23). Pola yang didapatkan dari hubungan produksi umbi ubikayu teraan dan produksi pati ubikayu teraan dengan kemiringan lereng adalah berbanding terbalik. Hal ini dikarenakan pengaruh kemiringan lereng terhadap produksi adalah negatif.

21 59 Tabel 23. Selang nilai lereng untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu Kelas Kesesuaian Lahan Persentase Lereng (%) Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% 4,22 3,20 Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% 8,86 6,99 Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% 19,00 15,86 Produksi umbi teraan (Ton/ha) Produksi pati teraan (Ton/ha) ,00 1 5,00 y = -0,8471x 2 + 1,8465x + 50,554 R² = 0, Lereng (a) y = -0,5471x 2 + 4,0007x + 8,019 R² = 0, Lereng (b) Gambar 12. Hubungan antara Produksi Umbi (a) dan Pati (b) Tera dengan Lereng Hubungan antara produksi dan Toksisitas Hubungan produksi Ubikayu dengan toksisitas, yaitu : ketersediaan Al ditunjukkan Gambar 13. Dengan cara yang sama seperti yang diterapkan pada penetapan kriteria zona perakaran, maka didapat persamaan produksi tera untuk lereng y = -13,23x + 49,586 dan produksi pati y = -3,2588x + 13,278.

22 60 Hasil dari perhitungan mendapatkan sekat batas produksi tera S1 dan S2 untuk lereng adalah 2,30 me/100g, S2 dan S3 adalah 4,53 me/100g, S3 dan N 7,66 me/100g, sedangkan sekat batas produksi pati S1 dan S2 adalah 1,74 me/100g, S2 dan S3 adalah 3,39 me/100g, S3 dan N 5,81 me/100g (Tabel 24). Pola yang didapatkan dari hubungan produksi umbi ubikayu teraan dan produksi pati ubikayu teraan dengan ketersediaan Al adalah berbanding terbalik. Hal ini dikarenakan pengaruh ketersediaan Al terhadap produksi adalah negatif. Tabel 24. Selang nilai Al untuk berbagai kelas kesesuaian lahan berdasarkan produksi umbi dan produksi pati ubikayu Kelas Kesesuaian Lahan Persentase Al (me/100g) Umbi Pati Umbi Pati Sangat sesuai/cukup sesuai S1/S2 80% 80% 2,30 1,74 Cukup sesuai/sesuai marjinal S2/S3 60% 60% 4,53 3,39 Sesuai marjinal/tidak sesuai S3/N 28% 21% 7,66 5,81 Produksi umbi teraan (Ton/ha) Produksi pati teraan (Ton/ha) ,00 14,00 12,00 1 8,00 6,00 4,00 2,00 y = -13,23x + 49,586 R² = 0, ,5 1 1,5 2 2,5 3 Al (me/100g) (a) y = -3,2588x + 13,278 R² = 0, ,5 1 1,5 2 2,5 3 Al (me/100g) (b) Gambar 13. Hubungan antara Produksi Umbi dan Pati Tera dengan Al

23 Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Ubikayu Kriteria Kesesuaian Lahan untuk tanaman Ubikayu diambil berdasarkan persyaratan tumbuh dan studi lapang dari produksi umbi yang disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Ubikayu Berbasis Produksi Umbi Provinsi Lampung Kualitas Lahan/ Karakter Lahan Media perakaran (r ) - Tekstur Retensi hara (f) Sangat Sesuai (S1) C, SC, SiC, SiCL, Si, L, CL - ph 4,71-5,62 Kelas Kesesuaian Lahan Cukup Sesuai Agak Sesuai (S2) (S3) Tidak Sesuai (N) SCL SL LS, S 4,47-4,71 atau 5,62-5,87 < 4,47 atau > 5,87 - KTK > 9,33 6,97-9,33 < 6, C-organik (%) > 1,01 0,40-1,01 < 0,40 - Toksisitas (x) - Al-dd (me/100g) < 2,30 2,30-4,53 > 4,53 - Hara tersedia (h) - N total (%) > 0,10 0,05-0,10 < 0, P tersedia (ppm) > 5,63 4,17-5,63 < 4, K-dd (me/100 g) > 0,15 0,06-0,15 < 0,06 - Kondisi medan/ terrain (m) - Lereng (%) < 4,22 4,22-8,86 8,86-19,00 > 19,00 Keterangan : C = Clay; L = Loam; S = pasir (Sand); Si = debu (Silt), SL = lempung berpasir (Sandy loam); pasir berlempung (Loamy Sand); SC = liat berpasir (Sandy Clay); SCL = Lempung Liat Berpasir; SiCL = Lempung Liat Berdebu; CL = Lempung Berliat; SiC = Liat Berdebu; SiL = Lempung berdebu. - Sedangkan, Kriteria Kesesuaian Lahan untuk tanaman Ubikayu diambil berdasarkan persyaratan tumbuh dan studi lapang dari produksi umbi yang disajikan pada Tabel 26.

24 62 Tabel 26. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Ubikayu Berbasis Produksi Pati Provinsi Lampung Kelas Kesesuaian Lahan Kualitas Lahan/ Karakter Lahan Sangat Sesuai (S1) Media perakaran (r ) - Tekstur C, SC, SiC, SiCL, Si, L, CL Retensi hara (f) - ph 4,77-5,55 Cukup Sesuai (S2) Agak Sesuai (S3) Tidak Sesuai (N) SCL SL LS, S 4,54-4,77 atau 5,55-5,84 < 4,54 atau > 5,84 - KTK > 9,52 7,32-9,52 < 7, C-organik (%) > 1,08 0,53-1,08 < 0,53 - Toksisitas (x) - Al-dd (me/100g) < 1,74 1,74-3,39 > 3,39 - Hara tersedia (h) - N total (%) > 0,11 0,06-0,11 < 0, P tersedia (ppm) > 5,93 4,44-5,93 < 4, K-dd (me/100 g) > 0,17 0,07-0,17 < 0,07 - Kondisi medan/ terrain (m) - Lereng (%) < 3,20 3,20-6,99 6,99-15,86 > 15,86 Keterangan : C = Clay; L = Loam; S = pasir (Sand); Si = debu (Silt), SL = lempung berpasir (Sandy loam); pasir berlempung (Loamy Sand); SC = liat berpasir (Sandy Clay); SCL = Lempung Liat Berpasir; SiCL = Lempung Liat Berdebu; CL = Lempung Berliat; SiC = Liat Berdebu; SiL = Lempung berdebu. - Berdasarkan dua kriteria kesesuaian lahan yang telah dibuat (Tabel 25 dan Tabel 26), dapat diketahui bahwa antara kriteria kesesuaian lahan berbasis produksi umbi dan berbasis produksi pati ubikayu menunjukkan batas-batas kelas kesesuaian yang tidak jauh berbeda dan relatif sama. Hal ini berarti antara produksi umbi dan produksi pati ubikayu memiliki keterkaitan satu sama lainnya Analisis Kesesuaian Lahan Penelitian Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lampung dan Jawa Barat Untuk Produksi Ubikayu Setelah mendapatkan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman ubikayu berdasarkan data beberapa sentra penghasil ubikayu di Provinsi Lampung maka dicoba untuk diperbandingkan dengan sampel ubikayu pada beberapa lokasi di Provinsi Lampung. Proses penilaian kesesuaian lahan yakni membandingkan

25 63 antara sifat dan karakteistik tanah dengan persyaratan tumbuh tanaman, dimana persyaratan yang digunakan berdasarkan kriteria yang telah dibuat dari penelitian di Provinsi Lampung dan penelitian di daerah lainnya dalam hal ini daerah Bogor dan sekitarnya (berdasarkan Hidayah, 2011). Proses penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan berfungsi untuk melihat kelas kesesuaian lahan dari beberapa titik lokasi penelitian. Hal ini disajikan pada Tabel 27 dan Tabel 28. Tabel 27. Kelas Kesesuaian Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan Penelitian Lampung No Kode Lereng ph H 2 O C-org KTK Al Kelas Kesesuaian 1 L1 0,01 5,60 1,35 13,25 S1 2 L2 0,01 6,20 1,67 11,69 S3 (f) 3 L3 0,02 4,60 1,83 9,47 0,82 S2 (f) 4 L4 0,01 5,60 4,00 13,68 S1 5 L5 0,01 5,40 2,07 11,24 0,38 S1 6 L6 0,07 4,70 4,80 9,90 0,89 S2 (m) 7 L7 0,08 5,90 1,20 9,75 S3 (f) 8 L8 0,02 4,50 1,11 5,66 1,62 S3 (f) 9 L9 0,02 5,50 1,75 13,91 S1 10 L10 0,01 6,00 2,07 15,36 S3 (f) 11 L11 0,02 5,80 1,11 12,74 S2 (f) 12 L12 0,02 5,50 0,55 10,26 S2 (f) 13 L13 0,01 5,50 1,83 9,14 S2 (f) 14 L14 0,01 5,10 1,19 7,96 1,16 S2 (f) 15 L15 0,02 5,40 0,71 11,43 0,78 S2 (f) 16 L16 0,03 5,50 3,83 14,53 S1 17 L17 0,03 4,80 1,03 9,90 2,04 S1 18 L18 0,06 4,50 2,63 12,48 2,51 S2 (f,x,m) 19 L19 0,01 5,10 2,31 14,04 1,46 S1 20 L20 0,02 6,00 2,23 14,75 S3 (f) 21 L21 0,08 5,30 2,40 15,58 0,24 S2 (m) 22 L22 0,01 4,30 1,75 8,39 2,42 S3 (f) Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat tanaman ubikayu mayoritas memiliki kelas kesesuaian S2 dengan faktor pembatas retensi hara, kondisi terrain dan toksisitas. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan dan produktivitas tanaman adalah dengan melakukan pengapuran dan penambahan bahan organik. Sedangkan untuk lahan dengan kelas kesesuaian S3

26 64 dengan faktor pembatas retensi hara usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pengapuran dan penambahan bahan organik dengan dosis yang lebih tinggi. Tabel 28. Kelas Kesesuaian Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan Penelitian Jawa Barat No KODE Lereng ph H 2 O C-org KTK Al Kelas Kesesuaian 1 L1 0,01 5,60 1,35 13,25 N (f) 2 L2 0,01 6,20 1,67 11,69 N (f) 3 L3 0,02 4,60 1,83 9,47 0,82 S3 (f) 4 L4 0,01 5,60 4,00 13,68 N (f) 5 L5 0,01 5,40 2,07 11,24 0,38 S3 (f) 6 L6 0,07 4,70 4,80 9,90 0,89 S3 (f) 7 L7 0,08 5,90 1,20 9,75 N (f) 8 L8 0,02 4,50 1,11 5,66 1,62 N (f) 9 L9 0,02 5,50 1,75 13,91 N (f) 10 L10 0,01 6,00 2,07 15,36 N (f) 11 L11 0,02 5,80 1,11 12,74 N (f) 12 L12 0,02 5,50 0,55 10,26 N (f) 13 L13 0,01 5,50 1,83 9,14 N (f) 14 L14 0,01 5,10 1,19 7,96 1,16 S3 (f) 15 L15 0,02 5,40 0,71 11,43 0,78 S3 (f) 16 L16 0,03 5,50 3,83 14,53 N (f) 17 L17 0,03 4,80 1,03 9,90 2,04 S3 (f) 18 L18 0,06 4,50 2,63 12,48 2,51 N (f) 19 L19 0,01 5,10 2,31 14,04 1,46 S1 20 L20 0,02 6,00 2,23 14,75 N (f) 21 L21 0,08 5,30 2,40 15,58 0,24 S1 22 L22 0,01 4,30 1,75 8,39 2,42 N (f) Pada Tabel 28, dapat dilihat kelas kesesuaian lahan N yang didapatkan dari kriteria penelitian lain mendominasi pada beberapa titik. Faktor pembatas retensi hara menjadi faktor utama yang mempengaruhi kelas kesesuaian lahan dan produktivitas tanaman. Agar didapatkan produktivitas tanaman dan kelas kesesuaian lahan yang lebih baik dapat dilakukan usaha pengapuran dan penambahan bahan organik dengan dosis yang cukup tinggi. Sedangkan untuk lahan dengan kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas retensi hara usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pengapuran dan penambahan bahan organik dengan dosis yang lebih rendah dari titik-titik dengan kelas N.

27 Peta Kelas Kesesuaian Lahan Setelah didapatkan kriteria kesesuaian lahan tanaman ubikayu untuk Provinsi Lampung, data tersebut dapat diaplikasikan kedalam peta menggunakan Arcgis 9. Data dari beberapa lokasi penelitian diplotkan kedalam peta dan dikelaskan menggunakan metode IDW (Inverse Distance Weighting) sehingga menghasilkan peta sebaran kelas kesesuaian lahan untuk masing-masing kualitas lahan yang akan dinilai (Lampiran 14 dan Lampiran 15). Metode IDW digunakan dalam pembuatan peta ini karena untuk memperoleh sebaran kelas kesesuaian lahan dengan data yang terbatas dan jarak titik yang kurang menyebar. Untuk mengetahui sebaran kelas kesesuaian dengan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan sifat tanah yang relatif, maka pada Gambar 14 akan disajikan peta kesesuaian lahan tanaman ubikayu berdasarkan kriteria kesesuaian lahan berbasis produksi di Provinsi Lampung dan pada Gambar 15 akan disajikan peta kesesuaian lahan tanaman ubikayu berdasarkan kriteria kesesuaian lahan yang didapatkan dari data penelitian Hidayah (2011). Sedangkan Tabel 29 dan Tabel 30 merupakan tabel luas area & persentase sebaran kelas kesesuaian lahan dari masing-masing peta. Gambar 14. Peta Kesesuaian Lahan Penelitian Lampung

28 66 Tabel 29. Luas dan Persentase Kelas Kesesuaian Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan Penelitian Lampung NO Kelas Kesesuaian Lahan Luas area (Ha) Persentase 1 S1 21,90% S2 (f) ,90% 3 S2 (f,m) 15,30% S2 (f,x) ,00% 5 S2 (f,x,m) 0,40% S2 (m) ,70% 7 S3 (f) 2,10% S3 (f,m) 795 0,10% 9 S3 (m) 7,30% N (m) ,40% Berdasarkan Tabel 29 persentase luas area kelas kesesuaian lahan terluas adalah kelas kesesuaian lahan S2 (f) dengan persentase sebesar 40,9%. Kelas kesesuaian S2 (f) merupakan kelas yang cukup sesuai dengan faktor pembatas retensi hara. Sedangkan persentase luas area kelas kesesuaian lahan terkecil adalah S3 (f,m) dengan pesrsentase sebesar 0,1%. Kelas kesesuaian S3 (f,m) merupakan kelas sesuai marjinal dengan faktor pembatas retensi hara dan kondisi terain. Gambar 15. Peta Kesesuaian Lahan Penelitian Lain Berdasarkan Data Penelitian Hidayah, (2011)

29 67 Tabel 30. Luas dan Persentase Kelas Kesesuaian Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan Penelitian Jawa Barat NO Kelas Kesesuaian Lahan Luas area (Ha) Persentase 1 S ,01% 2 S2 (f) ,40% 3 S2 (f,m) ,29% 4 S2 (m) 0 0% 5 S3 (f) ,45% 6 S3 (f,m) ,41% 7 S3 (m) ,21% 8 N (f) ,83% 9 N (f,m) 308 0,03% 10 N (m) ,37% Berdasarkan Tabel 30 persentase luas area kelas kesesuaian lahan terluas adalah kelas kesesuaian lahan S3 (f) dengan persentase sebesar 52,45%. Kelas kesesuaian S3 (f) merupakan kelas sesuai marjinal dengan faktor pembatas retensi hara. Sedangkan persentase luas area kelas kesesuaian lahan terkecil adalah S2 (m) dengan pesrsentase sebesar 0%. Kelas kesesuaian S2 (m) merupakan kelas cukup sesuai dengan faktor pembatas kondisi terain Perbandingan Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Ubikayu Kriteria kesesuaian lahan berbasis produksi yang telah diperoleh Tabel 25, diperbandingkan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah dibuat sebelumnya di daerah Bogor dan sekitarnya Lampiran 5 dengan memplotkan kedua kriteria ini kedalam peta Gambar 14 dan Gambar 15. Terlihat perubahan kelas kesesuaian lahan Tabel 31.

30 68 Tabel 31. Perbandingan Kelas Kesesuaian Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan Penelitian di Provinsi Lampung dan Penelitian Lain NO Perbandingan Kriteria Penelitian Penelitian lain Luas area (Ha) Persentase 1 N N ,83% S ,36% S ,20% S1 0 0% 2 S3 N ,03% S ,75% S ,58% S ,04% 3 S2 N ,29% S ,83% S ,79% S ,35% 4 S1 N ,08% S ,13% S ,11% S ,62% Keterangan : Penelitian (berdasarkan data kriteria Lampung) dan Penelitian lain (berdasarkan data Kriteria Hidayah, 2011) Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui perubahan kelas terbesar adalah kelas S2 pada penelitian berdasarkan kriteria Lampung dengan kelas S3 pada penelitian berdasarkan kriteria Hidayah (2011) yang memiliki luas area sebesar Ha atau 30,83% dari total luas area penelitian. Kelas kesesuaian lahan yang tidak mengalami perubahan atau memiliki kelas yang sama adalah seluas Ha atau 11% dari total luas area penelitian.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Budidaya Singkong Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Karawang merupakan wilayah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Ketiga lokasi tersebut dipilih karena

Lebih terperinci

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITMN 4.1 Geografi Propinsi Lampung meliputi areal seluas 35.288,35 krn2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera. Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 34 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu yang dilakukan di Jawa Barat. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari survei

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan 45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari objek penelitian. Menurut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian atau riset merupakan suatu usaha untuk mencari pembenaran dari suatu permasalahan hingga hasilnya dapat ditarik kesimpulan dan dari hasil penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data 46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data sekunder yang ditunjang dengan studi kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Anggaran

METODE PENELITIAN. kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Anggaran 46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada sepuluh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung dengan menggunakan data sekunder yang ditunjang dengan studi kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Luas dan Tata Guna Lahan Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas 210.974 ha, dengan kantor Pusat Pemerintahan di Kota Kalianda, yang diresmikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait. 41 III. METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah diolah dan diterbitkan oleh lembaga yang berkaitan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA LAMPUNG

BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA LAMPUNG BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA LAMPUNG 3.1 GEOGRAFI LAMPUNG Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 Km 2 termasuk 188 pulau yang terletak pada bagian paling

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Kecamatan Wuryantoro merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Wonogiri,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Pesawaran. Selatan. Kabupaten Pesawaran terbentuk melalui Undang-Undang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Pesawaran. Selatan. Kabupaten Pesawaran terbentuk melalui Undang-Undang 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Selatan. Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PROVINSI LAMPUNG

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PROVINSI LAMPUNG 22 BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PROVINSI LAMPUNG 4.1 Geografi Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 Km 2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian ujung tenggara Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografi dan Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah sekitar 5.325,03 km 2 atau

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan viabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci